Anda di halaman 1dari 6

Rute Keabadian

Tidak perlu terlalu banyak kata


Pembuktian takwa ialah taat
Di sela-sela banyak uji dan goda
Pertanyaan iman selalu di garis tunduk

Namun sayang beribu sayang


Jika tobat tidak menjadi jalan pilihan

Sesaat berbuat macam khilaf


Haruslah ke rangkulan kasih Ilahi
Meminta ampunan dan rahmatNya

Berkali-kali menjadi pendosa


Kemudian bersimpuh sesal
Sebuah rute penghambaan
Dari manusia terhadap pemiliknya
Rute menuju keabadian
TITIK 0

Jika bukan karena cinta


Lantas mengapa napas ini masih lembap?
Ada apa dengan tubuh yang masih hangat
Di dalamnya masih mengalir darah dengan pompaan jantung

Sebab karena sayangNya


Nadi masih mengundang detik
Di dalamnya ada sebuah waktu
Yang dipertanggungjawabkan
Manakala jiwa telah kembali di titik 0

Selagi diri masih diberi kesempatan


Sujudlah dengan banyak sujud
Orang yang berbadan kaku
Tak dapat lagi merasa sujud walau ingin

Mumpung lidah lihai bersilat kata


Ucaplah kalimat indah zikir
Lidah yang dingin kelak
Tidak ada artinya; kembali ke titik 0

Begitu banyak kelalaian


Dunia fana begitu memesona
Padahal kematian tidak memberi ampun
Siapa dan kapan saja
Tiada yang tahu, juga mencegah
Pengulangan
Segala macam nasihat juga banyak menyebar
Media tak kalah habatnya bercerita lillahi
Orang sudah bosan membahas kematian
Orang kini lelah mendengar ceramah

Ratusan kata sholat


Dalam banyak dekade
Harusnya membuat semua insan
Dapat sujud dalam ibadah

Namun nyatanya
Masih banyak lupa tugas penghambaan
Masih sering abai alasan terciptanya
Masih mata yang melihat
Hati tidak terbelalak
Masih telinga yang mendengar
Bukan jiwa yang meresapi

Orang sudah bosan membahas kematian


Orang kini lelah mendengar ceramah
Sampai tidak ingin lagi mendengar
Sampai rumahnya berkibar bendera putih

Pengulangan dimulai
Pengulangan penyesalan sang mayat
Yang akan dirasakan manusia hidup sekarang
Jalan-Jalan
Jalan peradaban berabad-abad
Terusik diusik dan terus terusir
Asing diasing dan mengasing
Permadani surga di dunia hina
Tempat tertawa para munafik
Dan air mata para mujahid

Saatnya melepaskan dunia


Tidak untuk hidup fakir
Juga tidak dalam kemewahan

Sudah waktunya menggenggam akhirat


Meluapkan seluruh untaian rindu
Kepada Allah dan KekasihNya
Bergerak dan meniti jalan sulit di dunia
Jalan liku yang tak hanya laki-laki bisa
Jalan panjang sepanjang ibadah diraih
Jalan para Rasul dan umat terbaik
Jalannya manusia terpilih

Menanti waktu
Meniti jalan ke surga
Berjalan-jalan di hamparan keindahan
FILAMEN KAMUFLASE

Kerja ikhlas menanti


Sebuah tanggungan penuh arti
Di kala bedebah sibuk menuding
Nyawa bukan alat tanding

Satu per satu mulai panik


Menginjak yang lemah
Menjadikannya sahaya

Manusia berbondong melepas topeng


Disusul menghilangnya hati nurani
Kabar duka seantero tanah air
Melenyapkan manusia beserta kemanusiaan

Lisan sudah tumpul


Banyak filamen temaram
Dusta dan jujur hanya kamuflase
Modal apa, jaminan apa
Serendah itu harga amanah

Sudahlah diri
Cukup berhenti menilai
Banyak angka merah di negeri ini
Semoga esok kabut menepi
PROFIL PENULIS
Penulis wanita ini bernama Ns. Nur Alawiyah Khaerunnisa S,Kep, nama pena Luqyannisa. Lahir
di Bulukumba, 15 Februari 1996, NRA : 170/D/017/001. Alumni Kampus Merah Universitas
Hasanuddin Makassar jurusan Ilmu Keperawatan (Ners) dan juga aktif di organisasi Forum
Lingkar Pena (FLP) Ranting UNHAS dan FLP Cabang Makassar. Senang menulis opini, puisi
dan cerpen, aktif bergerak dan berkarya. Penulis tinggal di alamat BTN Dwi Ratu Pesona Mas,
Sudiang, alamat email Nhysamk@gmail.com. Nomor HP 085397887850. Motto : Walau tidak
terkenal, asal bermanfaat. Buku yang pernah diterbitkan yakni buku puisi Filantropi Sajak dan
Makna25 (Siratan Madah).

Anda mungkin juga menyukai