ABSTRAK
Latar Belakang: Dermatitis Seboroik adalah penyakit kulit kronis berulang pada area yang
didasari oleh faktor konstitusi dan bertempat predileksi yang memiliki banyak kelenjar
sebasea. Karyawan GO-JEK Kota Semarang diperkirakan memiliki resiko lebih tinggi untuk
terkena Dermatitis Seboroik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor resiko
Dermatitis Seboroik pada Karyawan GO-JEK Kota Semarang. Tujuan: Mengetahui beberapa
faktor resiko terjadinya Dermatitis Seboroik pada Karyawan GO-JEK Kota Semarang.
Metode: Penelitian ini bersifat belah lintang dilakkan pada 22 Karyawan GO-JEK Kota
Semarang sebagai subjek penelitian pada bulan Mei 2018. Diagnosis Dermatitis Seboroik
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis residen ilmu kesehatan kulit dan kelamin. Data
diambil dengan kuesioner meliputi hygiene perorangan, durasi terpapar keringat dan lama
kerja per hari. Data dianalisis dengan program komputer secara analitik dengan menggunakan
uji chi-square atau fischer test dengan tingkat kemaknaan untuk variabel uji bivariat p<0,05.
Kemudian dilakukan regresi logistik. Hasil: Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa
lama kerja yang lama merupakan faktor resiko Dermatitis Seboroik RP= 20,158 (IK = 1,107-
367,015) p = 0,042. Simpulan: Lama kerja yang lama merupakan faktor resiko Dermatitis
Seboroik.
ABSTRACT
SOME RISK FACTORS OF SEBORRHEIC DERMATITIS IN GO-JEK
EMPLOYEES IN SEMARANG CITY
Background: Seborrheic dermatitis is a chronic recurrent skin disease in an area based on
constitutional factors and predilection which has many sebaceous glands. GO-JEK employees
in Semarang City are estimated to have a higher risk of developing Seborrheic Dermatitis.
This study aims to determine several risk factors for Seborrheic Dermatitis in GO-JEK
Employees in Semarang City. Aim: To determine several risk factors for Seborrheic
Dermatitis in GO-JEK Employees in Semarang City. Methods: This study was a cross-
sectional study conducted on 22 GO-JEK Employees in Semarang City as the subject of the
study in May 2018. The diagnosis of Seborrheic Dermatitis was established based on clinical
examinations of residents of skin and sex health sciences. Data were taken by questionnaire
covering individual hygiene, duration of exposure to sweat and length of work per day. The
data were analyzed by computer analytic program using chi-square or fischer test with a
significance level for the bivariate test variable p <0.05. Then logistic regression test. Results:
The results of multivariate analysis showed that the long working period was a risk factor for
Dermatitis seboroik
- Lama (>7.5) 14 (63.6%)
- Sebentar (<7.5) 8 (36.4%)
Ya 17 77,3
Tidak 5 22,7
Berdasarkan uji regresi logistik, bekerja dalam kurun waktu sebentar RP=
diketahui variabel penelitian yakni lama 20,158 (IK = 1,107-367,015) p = 0,042
kerja merupakan variabel independen
terhadap infeksi dermatitis seboroik. PEMBAHASAN
Didapatkan rasio prevalen sebesar 20,158 Kulit manusia akan mengalami
pada lama kerja yang dapat diartikan degenerasi seiring bertambahnya usia. Hal
karyawan GO-JEK yang bekerja ini karena faktor AGE (Advanced Glycated
menggunakan helm dalam waktu yang End) dan penipisan lapisan lemak,
lama 20,158 kali lebih berisiko terinfeksi sehingga menimbulkan efek bahan kimia
dermatitis seboroik dibandingkan yang dan mikroorganisme menjadi lebih mudah
baik. Namun, terdapat 2 sampel yang tidak dipengaruhi oleh status imunitas dan
terdiagnosis dermatitis seboroik meskipun asupan nutrisi seseorang. Podewills
memiliki skor hygiene perorangan yang melaporkan, asupan nutrisi yang kurang
baik. Hal ini berkaitan terhadap status akan menjadikan tubuh lebih mudah
imunitas sampel tersebut. Status imunitas terkena kelainan kulit 1,9 kali daripada
individu akan cenderung menurun pada individu yang asupan nutrisinya cukup.35
keadaan lelah, stress dan infeksi. Asupan nutrisi pada infeksi akan
Penurunan status imunitas ini berhubungan menurunkan status imun karena terjadi
dengan regulasi mekanisme inflamasi yang penurunan produksi limfosit dan
menjadikan tubuh mensekresi lebih banyak kemampuan proliferasi sel imun. Keadaan
mediator pro-inflamasi seperti sitokin dan ini disebabkan oleh perurunan kadar IFN
hormon stress yaitu kortisol. Mediator gamma danTL-Z serta peningkatan kadar
tersebut nantinya akan menjadikan tubuh TGF-beta. Penurunan status imun akibat
lebih mudah terkena infeksi bakteri, virus malnutrisi mengakibatkan peningkatan
atau jamur. Maka dari itu, hygiene pertumbuhan rnikroorganisme dan resiko
perorangan bukan merupakan faktor resiko diseminasi.36,37 Dalam infeksi jamur pada
bermakna bagi timbulnya dermatitis kulit, status nutrisi seseorang sangat
seboroik karena meskipun status hygiene berpengaruh, terutama kadar IFN-gamma
individu terhitung baik namun tidak seseorang yang turun akan menyebabkan
menjadi jaminan seorang individu akan supresi imunitas seluler.38 Maka dari itu
kebal terhadap kelainan kulit.15 meskipun individu memiliki kondisi yang
Hasil penelitian menunjukkan lembab karena terpapar keringat namun,
bahwa durasi terpapar keringat bukan bila status nutrisi tubuh baik maka tubuh
merupakan faktor resiko bermakna bagi akan cukup menghasilkan IFN-gamma
timbulnya dermatitis seboroik. Didapatkan untuk meningkatkan status imunitas
dari 12 sampel yang memiliki durasi seseorang.
terpapar keringat diatas 6,5 jam terdapat 1
sampel yang tidak terdiagnosis dermatitis SIMPULAN DAN SARAN
seboroik. Keadaan berkeringat atau lembab Simpulan
akan meningkatkan resiko terjadinya Lama kerja merupakan faktor
dermatitis seboroik. Dermatitis seboroik resiko dari dermatitis seboroik. Hygiene
perorangan dan durasi terpapar keringat Perlu mendata waktu kerja total karyawan
bukan merupakan faktor resiko dermatitis (sejak mulai hingga penelitian).
seboroik.
SARAN DAFTAR PUSTAKA
Perlunya dilakukan penyuluhan dan 1. Departemen Kesehatan. Profil
pelatihan pada para penderita dermatitis Kesehatan Indonesia [Internet]. 2011
seboroik dan orang-orang yang beresiko [cited :2018 Feb 14]. Available from :
menderita dermatitis seboroik tentang http://www.depkes.go.id/resources/
pencegahan dan penatalaksanaan yang baik download/pusdatin/profil-kesehatan-
dan benar, mengingat angka kejadian indonesia/profil-kesehatan-indonesia-
penyakit jamur kulit di Indonesia termasuk 2011.pdf
tinggi. 2. Selden S, Travers R, Vinson R,
Perlunya menambah jumlah sampel Meffert J. [Internet]. 2014 [cited 2018
untuk kepentingan statistik pada penelitian Feb 14]. Available from:
selanjutnya. http://emedicine.medscape.com/article
Perlu diadakan penelitian lebih /1108312-overview#aw2aab6b2b3aa.
lanjut pada : 3. Kurniati DD. Dermatitis seboroik,
a. Kelompok kerja lain yang beresiko gambaran klinis. In: Rihatmaja R,
terkena dermatitis seboroik atau editor. Metode diganostik dan
dermatofitosis lainnya, seperti Polisi dan penalaksanaan psoriasis dan dermatitis
Tukang Becak dikarenakan pemakaian seboroik. Jakarta: Balai Penerbit
pelindung kepala yang kedap dengan FKUI; 2003. p. 53-59.
durasi yang lama. 4. Wasitaatmadja SM. Ketombe. Dalam :
b. Kejadian dermatitis seboroik pada Penuntun Ilmu Kosmetik Medik.
bagian tubuh yang lain, mengingat agen Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
penyebab dermatitis seboroik juga dapat (UI-Press), 2003:209-12.
menyebabkan infeksi pada bagian tubuh 5. Pohan SS, Erlan JS. Faktor-faktor
selain di kepala. penyebab ketombe. Dalam: Sugito T,
Perlu melakukan homogenitas umur, status Dwikarya M, Amzafi P, Dwihastuti P,
imunitas dan gizi. Wasitaatmadja SM, ed. Ketombe dan