ABSTRAK
Tujuan Penelitian: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ruam
popok pada bayi baru lahir di ruang perinatal sebuah rumah sakit rujukan di Jakarta, Indonesia. Metode: Penelitian ini
menggunakan desain cross-sectional dengan metode survey. Sampel (n=95) dipilih menggunakan teknik consecutive
sampling. Kejadian ruam popok diobservasi menggunakan instrumen DDSIS (Diaper Dermatitis Severity Index Score).
Instrumen dijamin validitas isinya dengan konsultasi ahli. Uji validitas konstruk dengan statistik korelasi Pearson Product
Moment. Nilai korelasi antar item tiap sub skala DDSIS yaitu eritema/kemerahan (r=0,767), papula/pustula (r=0,733) dan
erosi (r=0,711) lebih besar dari r tabel (r=0,2017). Uji reliabilitas didapatkan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,77. Nilai
Kappa untuk uji inter-rater reliability oleh dua orang observer yaitu 0,95. Analisis multivariat yang digunakan adalah
regresi logistik ganda. Hasil: Ada dua faktor yang berhubungan dengan kejadian ruam popok yaitu infeksi mikroorganisme
(p-value=0,015; OR=7,6) dan lama hari rawat (p-value=0,012; OR=3,9). Faktor yang paling dominan adalah infeksi
mikroorganisme. Diskusi: Bayi baru lahir dengan diagnosis penyakit infeksi dan dirawat delapan hari atau lebih memiliki
risiko yang lebih tinggi terhadap kejadian ruam popok. Kesimpulan: Hasil penelitian ini mengindikasikan perlunya
evaluasi kembali pelaksanaan Universal Standard Precaution di rumah sakit.
Kata kunci: ruam popok, DDSIS (Diaper Dermatitis Severity Index Score), bayi baru lahir, rumah sakit, faktor risiko
59
JPPNI Vol.03/No.02/Agustus-November/2018
orang rater yaitu 0,95. Hasil ini menunjukkan lahir yang terinfeksi kuman/mikroorganisme
DDSIS valid dan reliabel untuk mengukur akan berpeluang terjadi ruam popok sebesar
ruam popok dan derajatnya. Penelitian ini 8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
mendapatkan Ethical Clearance dari Komite bayi baru lahir yang tidak terinfeksi kuman/
Etik Penelitian Fakultas Ilmu Keperawatan mikroorganisme setelah dikontrol faktor
Universitas Indonesia No. 73/H2.F12.D/ lama hari rawat, frekuensi mandi dan waktu
HKP.02.04/2013. bebas popok. OR dari variabel lama hari
rawat adalah 3,9 artinya bayi baru lahir
HASIL PENELITIAN yang dirawat lebih dari atau sama dengan
Hasil penelitian ini dijelaskan pada tabel 1 8 hari akan berpeluang terjadi ruam popok
sampai dengan tabel 5. Tabel 1 menunjukkan sebesar 4 kali lebih tinggi dibandingkan
sebaran karakteristik responden. Sebagian dengan bayi baru lahir yang dirawat kurang
besar responden berjenis kelamin laki- dari 8 hari setelah dikontrol faktor infeksi
laki, BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), kuman/mikroorganisme, frekuensi mandi
terdiagnosis NKB-SMK (Neonatus Kurang dan waktu bebas popok. Variabel frekuensi
Bulan-Sesuai Masa Kehamilan) dan penyakit BAB dikeluarkan dari persamaan regresi
infeksius. karena variabel ini setelah dikeluarkan tidak
Tabel 2 menunjukkan angka kejadian merubah nilai OR lebih dari 10%.
ruam popok yaitu sebesar 26,3%, terdiri
dari ruam popok ringan (10,5%) yang paling DISKUSI
banyak, disusul oleh ruam popok berat Prevalensi ruam popok pada bayi baru lahir
(9,5%) dan ruam popok sedang (6,3%). dalam penelitian ini tidak jauh perbedaannya
Tabel 3 menunjukkan sebaran kriteria dalam dibandingkan dengan penelitian-penelitian
instrumen DDSIS (eritema, papula/pustula, sebelumnya yang dilakukan di beberapa
dan erosi). Responden dengan ruam popok negara. Di China penelitian yang dilakukan
paling banyak memiliki eritema ringan oleh Li, Zhu, & Dai (2012) menunjukkan
(10,5%), papula/pustula sedikit (7,4%), dan prevalensi ruam popok sebesar 43,8%.
tidak ada erosi (91,6%). Penelitian yang dilakukan oleh Adalat, Wall,
Tabel 4 menunjukkan hasil analisis & Goodyear (2007) di Inggris menunjukkan
regresi logistik sederhana untuk menyeleksi 16% kejadian ruam popok. Beberapa studi
kandidat variabel yang akan dimasukkan pustaka juga menyebutkan angka kejadian
dalam uji regresi logistik ganda (p value ruam popok bervariasi antara 7-35% (Mersch
< 0,25). Variabel yang terseleksi adalah & Shiel, 2011).
frekuensi BAB, frekuensi mandi, waktu bebas Infeksi kuman / mikroorganisme
popok, lama hari rawat, dan infeksi kuman/ menunjukkan hubungan yang paling penting
mikroorganisme. terhadap kejadian ruam popok pada bayi
Tabel 5 menunjukkan hasil analisis baru lahir dibandingkan dengan variabel
multivariat regresi logistik ganda. Hasil independen lainnya karena memiliki OR
ini menunjukkan bahwa variabel yang yang paling besar. Humphrey, Bergman, &
berhubungan bermakna dengan kejadian Au (2006) dalam penelitiannya menunjukkan
ruam popok adalah lama hari rawat dan bahwa mikroorganisme utama yang
infeksi kuman/mikroorganisme. Odds berhubungan dengan kasus ruam popok
Ratio (OR) dari variabel infeksi kuman/ yang parah adalah Candida albicans.
mikroorganisme adalah 7,6 artinya bayi baru Penelitian ini memberikan informasi bahwa
60
Faktor yang Berhubungan dengan Ruam Popok
terdapat korelasi positif antara keparahan popok dan dimandikan. Hasil ini sesuai
klinis diaper dermatitis dengan adanya tingkat dengan pernyataan yang dipaparkan oleh
Candida albicans pada popok, mulut, dan Humphrey, Bergman, & Au (2006) bahwa
anus bayi. Adanya pustula satelit merupakan penggunaan popok yang terus-menerus
karakteristik ruam popok Candida, dan menjadi akar permasalahan ruam popok.
memungkinkan ruam popok karena jamur ini Memaksimalkan waktu bebas popok
bisa dibedakan dengan jenis ruam popok lain. merupakan strategi pencegahan yang
Pemeriksaan KOH (Potassium Hydroxide) banyak direkomendasikan, tetapi sangat
dan kultur sensitifitas adalah pemeriksaan tidak praktis. Seringnya penggantian popok
laboratorium yang dapat dilakukan untuk dinilai penting untuk menjaga kekeringan dan
memastikan diagnosa ruam popok Candida menjaga terpisahnya urin dan feses.
(Mersch & Stoppler, 2009). Penelitian ini menunjukkan tidak ada
Sumber utama infeksi Candida adalah hubungan yang bermakna antara frekuensi
flora normal dalam tubuh pada pasien dengan mandi dengan kejadian ruam popok pada
sistem imun menurun. Dapat juga berasal bayi baru lahir. Berbeda dengan hasil
dari luar tubuh, contohnya pada bayi baru penelitian yang dilakukan oleh Li, Zhu, &
lahir mendapat Candida dari vagina ibunya Dai (2012) yang menunjukkan hubungan
(pada waktu lahir atau masa hamil) atau dari yang bermakna pada anak usia 1-24 bulan
staf rumah sakit, dimana angka terbawanya yang dimandikan kurang dari 3 kali/minggu,
sampai 58%. Transmisi Candida antara staf dibandingkan dengan yang dimandikan lebih
rumah sakit dengan pasien, pasien dengan dari atau sama dengan 3 kali/minggu.
pasien biasanya muncul pada unit khusus Frekuensi BAB menunjukkan hasil yang
misalnya unit neonatus. Hal ini dapat terjadi tidak bermakna dengan kejadian ruam popok
karena adanya salah satu faktor predisposisi pada bayi baru lahir dan tidak ditemukan
endogen yaitu umur (bayi lebih mudah terkena kasus diare. Penelitian yang dilakukan oleh
infeksi nosokomial karena status imunnya Li, Zhu, & Dai (2012) menunjukkan bahwa ada
belum sempurna) (Simatupang, 2009). tidaknya diare secara signifikan berhubungan
Penelitian Kartono (2009) menunjukkan dengan kejadian ruam popok pada anak
bahwa lama hari rawat berhubungan dengan usia 1-24 bulan. Penelitian yang dilakukan
kejadian infeksi nosokomial. Candida yang oleh Adalat, Wall, & Goodyear (2007) juga
menjadi salah satu infeksi nosokomial menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang paling penting di seluruh dunia yang bermakna antara kasus diare dengan
(Simatupang, 2009), juga merupakan infeksi kejadian ruam popok pada anak yang dirawat
yang sering dikaitkan dengan kasus ruam di rumah sakit.
popok (Humphrey, Bergman, & Au, 2006). Usia gestasi menunjukkan tidak ada
Semakin lama hari rawat maka akan semakin hubungan yang bermakna dengan kejadian
terpapar terhadap agen patogen dari rumah ruam popok. Menurut teori yang dipaparkan
sakit sehingga infeksi nosokomial pun akan oleh Jackson (2008) bahwa usia gestasi
semakin tinggi (Kartono, 2009). pada saat bayi dilahirkan mempengaruhi
Waktu bebas popok berdasarkan kematangan lapisan kulit. Hal ini berhubungan
hasil observasi menunjukkan bahwa bayi dengan perkembangan kulit dan integritas
baru lahir selama 24 jam menggunakan stratum korneum sebagai barrier pelindung
diapers, sehingga waktu bebas popok kulit. Stratum korneum inilah yang memiliki
hanya didapat ketika bayi-bayi ini diganti peranan penting dalam kejadian ruam
61
JPPNI Vol.03/No.02/Agustus-November/2018
popok karena salah satunya berfungsi popok harus diganti setiap basah atau kotor,
mencegah keracunan dari absorbsi obat- atau setidaknya 3-4 jam dan lebih sering
obatan dan bahan kimia dari tinja dan urin, pada neonatus. Penelitian yang dilakukan
dan melindungi tubuh dari mikroorganisme. oleh Adalat, Wall, & Goodyear (2007) juga
Penelitian ini sesuai dengan teori Jackson menunjukkan hasil yang sama bahwa terdapat
(2008) tersebut, dimana lebih banyak jumlah hubungan yang bermakna antara kejadian
bayi prematur yang menderita ruam popok ruam popok dengan frekuensi penggantian
(14 bayi) dibandingkan dengan bayi cukup popok antara kelompok yang diganti setiap
bulan yang menderita ruam popok (11 bayi). 3-4 jam sekali dengan kelompok yang diganti
Namun demikian, perbedaan hasil ini tidak kurang dari itu.
bermakna secara signifikan. Penggunaan antibiotik menunjukkan hasil
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yang tidak bermakna dengan kejadian ruam
diet bayi tidak berhubungan bermakna popok. Teori yang menjelaskan bahwa ruam
dengan kejadian ruam popok pada bayi pada popok dapat dipicu oleh penggunaan
baru lahir. Penelitian ini sesuai dengan hasil antibiotik (Visscher, 2009) dalam penelitian
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh ini tidak terbukti.
Adalat, Wall, & Goodyear (2007) dimana Teori dari Humphrey, Bergman, & Au
tidak ada hubungan yang bermakna antara (2006) menyatakan bahwa krim popok bisa
diet bayi dengan kejadian ruam popok. berfungsi sebagai penghalang (barrier).
Hubungan antara jenis popok dengan Penghalang ini dapat meminimalkan
kejadian ruam popok pada bayi baru lahir kehilangan air transepidermal dan
tidak bisa diketahui karena tidak adanya menurunkan permeabilitas terhadap iritan
variasi data. Penelitian yang dilakukan dengan membentuk lapisan lipid di atas
Adalat, Wall, & Goodyear (2007) menjelaskan permukaan kulit. Penghalang ini juga
tidak adanya hubungan antara tipe dan merk meminimalkan gesekan pada kulit. Penelitian
diapers terhadap kejadian ruam popok pada ini tidak bisa membuktikan teori di atas,
anak yang dirawat di rumah sakit. Penelitian karena di tempat penelitian penggunaan
Li, Zhu, & Dai (2012) menunjukkan hasil krim popok merupakan anti Candida (jamur)
yang berbeda yaitu adanya hubungan yang tidak diberikan sebelum terjadi ruam popok,
signifikan antara penggunaan jenis popok melainkan sebagai pengobatan setelah
kain, diaper, campuran popok kain dan diaper terjadi ruam.
terhadap kejadian ruam popok. Hasil penelitian ini memberikan data
Frekuensi penggantian popok dilakukan tidak adanya variasi pada penggunaan alat
rata-rata 4 kali setiap hari, atau setiap 6 jam pembersih popok dan riwayat alergi pada
sekali menunjukkan tidak ada hubungan yang responden. Hal tersebut menyebabkan tidak
bermakna dengan kejadian ruam popok pada dapat diketahui hubungannya dengan kejadian
bayi baru lahir. Penelitian yang dilakukan oleh ruam popok pada bayi baru lahir. Tisu basah
Li, Zhu, & Dai (2012) menunjukkan bahwa diyakini berkontribusi terhadap kejadian ruam
penggantian popok lebih dari atau sama popok (Humphrey, Bergman, & Au, 2006).
dengan 6 kali/hari terbukti secara signifikan Pembersihan sederhana dengan air dan kain
menurunkan kejadian ruam popok dari pada yang lembut cenderung mengurangi iritasi
yang diganti kurang dari frekuensi tersebut. kulit dari pada menggunakan tisu sekali pakai
Pernyataan yang sama disampaikan oleh (Mersch & Shiel, 2012). Kedua pernyataan
Humphrey, Bergman, & Au (2006) bahwa tersebut sesuai dengan hasil penelitian
62
Faktor yang Berhubungan dengan Ruam Popok
ini bahwa semua bayi baru lahir sudah evaluasi kembali pelaksanaan Universal
menggunakan aquabides + kapas/kasa untuk Standard Precaution terutama cuci tangan
membersihkan area pemakaian popok, dan yang telah ditetapkan di ruang rawat perinatal.
bukan tisu basah (tisu sekali pakai). Mersch Faktor-faktor yang lain seperti usia
& Shiel (2012) menjelaskan bahwa reaksi gestasi, diet bayi, frekuensi BAB, frekuensi
alergi adalah salah satu penyebab dari ruam mandi, frekuensi ganti popok, waktu bebas
popok. Pernyataan tersebut belum bisa popok, penggunaan antibiotik, penggunaan
dibuktikan dalam penelitian ini. krim popok diketahui tidak hubungan dengan
kejadian ruam popok pada bayi baru lahir.
SIMPULAN Adanya perbedaan dengan studi pustaka
Simpulan yang dapat diambil dari lain memberikan peluang untuk dilakukannya
penelitian ini adalah masih tingginya angka penelitian yang sama dengan jumlah
kejadian ruam popok pada bayi baru lahir yang responden yang lebih besar.
dirawat di rumah sakit (26,3%) dan sebagian Tidak diketahui hubungan antara jenis
besar responden terdiagnosis penyakit infeksi popok, penggunaan alat pembersih popok,
(76,8%). Selain itu juga diketahui adanya dan riwayat alergi terhadap kejadian ruam
hubungan yang bermakna (signifikan) antara popok, karena tidak adanya variasi data
infeksi kuman/mikroorganisme dan lama hari penelitian. Hal tersebut menjadi penting
rawat terhadap kejadian ruam popok pada dilakukan penelitian yang sama pada
bayi baru lahir. Faktor yang paling dominan responden yang menunjukkan variasi pada
adalah infeksi kuman/mikroorganisme. Hasil varibel-variabel tersebut.
penelitian mengindikasikan pentingnya
63
JPPNI Vol.03/No.02/Agustus-November/2018
64
Faktor yang Berhubungan dengan Ruam Popok
65
JPPNI Vol.03/No.02/Agustus-November/2018
66
Faktor yang Berhubungan dengan Ruam Popok
infection_diaper_rash/article_em.htm
Simatupang, M. M. (2009). Candida albicans.
Medan: Departemen Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatra Utara.
Visscher, M. O. (2009). Update on the use
of topical agents in neonates. Newborn
& Infant Nursing Review, 9(1): 31 – 47.
67