Anda di halaman 1dari 23

Journal Reading

Penggunaan Sampo Dan Losion Yang Mengandung Herbal Dan


Zinc PyrithioneSebagai Terapi Dermatitis Seborroik Dan
Ketombe Pada Kulit Kepala

Oleh :
Ikhsan Hariyadi, S. Ked
Rayyan Syuhada, S. Ked
Ummi Chairunnisa, S. Ked

Preseptor : dr. Surya Nola, M. Ked (DV), Sp. DV

Kepaniteraan Klinik Senior


Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD Meuraxa, Banda Aceh
2018
Pendahuluan

 Dermatitis seborroik sedang-berat dan ketombe adalah kondisi kulit

yang umumnya bisa mempengaruhi kulit kepala yang ditandai oleh


eritema dan scaling yang sering gatal.

 Diperkirakan bahwa prevalensi dermatitis seborroik bisa terjadi sekitar

50-70% dalam suatu populasi.

 Terapi yang tersedia hanya dapat mengontrol sementara gejalanya tapi

tidak menyembuhkan kondisinya


Patogenesis

Patogenesis dermatitis seborroik disebabkan oleh kombinasi


dari tiga faktor:

 Fungsi kelenjar sebasea,

 Proliferasi ragi Malassezia furfur (Pityrosporum ovale)

dikulit,

 Respon imunologi seseorang terhadap ragi tersebut.


Menurunkan jumlah Malassezia dengan zat anti jamur
efektif dalam membantu dermatitis seborroik dan
ketombe
Pengobatan

Pengobatan yang tersedia untuk mengontrol dermatitis


seborroik pada kulit kepala dibagi ke dalam tiga kelas utama
tergantung mekanismenya:

 zat anti jamur,

 zat penghilang ketombe,

 zat anti inflamasi.


Sangat sedikit penelitian klinik yang mempertimbangkan sampo berbasis
herbal untuk pengobatan ketombe. Namun, sampo berbasis herbal yang
mengandung zat anti jamur telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi
untuk pengobatan ketombe.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian open-label ini adalah untuk mengevaluasi

keamanan dan khasiat dari sampo dan losion kulit kepala yang

berbasis herbal terbaru (Kamedis Ltd, Tel-Aviv, Israel) pada subjek

yang menderita dermatitis seborroik pada kulit kepala dengan tingkat

sedang sampai berat dan ketombe sedang sampai berat, selama dan

setelah masa pengobatan enam minggu.


Penelitian ini merupakan penelitian intervensi, open-
Rancangan
label, keamanan dan khasiat.

 Studi open-label ini dilakukan di Consumer Product Testing


Company Inc di Fairfield, New Jersey

 Pemeriksaan kulit kepala dilakukan oleh dokter kulit yang


bersertifikat.

Pengaturan  Seluruh kulit kepala dievaluasi untuk bukti dermatitis


seboroik menggunakan The Adherent Scalp Flaking Score
dengan skala 10-point.

 Hanya subjek dengan bukti dari dermatitis seboroik sedang-


berat atau ketombe sedang-berat dianggap memenuhi syarat
untuk dimasukkan dalam penelitian ini.
METODE

 Lima puluh subjek (38 perempuan dan 12 laki-laki) berusia 20 - 75

tahun direkrut untuk penelitian.

 Empat puluh sembilan subjek menyelesaikan the single center,

penelitian open-label.

 Salah satu subjek tidak menyelesaikan studi karena alasan pribadi yang

tidak terkait dengan produk studi.

 Semua subjek menandatangani formulir informed consent dan merilis

satu bentuk foto.


 Subjek yang memenuhi syarat diklasifikasikan ke dalam dermatitis

seborroik sedang-berat berdasarkan evaluasi dokter kulit bersertifikat


yang menggunakan The Adherent Scalp Flaking Score (ASFS) dengan
sistem penilaian sebagai berikut: 0 = tidak ada scaling, 2 = scaling
sedikit, 4 = beberapa scaling, 6 = scaling sedang, 8 = scaling berat, dan
10 = scaling sangat berat.

Hanya subjek dengan bukti dermatitis seborroik sedang atau


berat (skor ≥ 6) atau ketombe sedang atau berat (skor ≥ 6) yang
memenuhi syarat untuk penelitian.
 Selama 14 hari sebelum memulai penelitian, subjek diinstruksikan untuk

mencuci rambut mereka dengan Johnson Baby Shampoo dan hanya


menggunakan kondisioner non-obat serta menghindari penggunaan sampo
lainnya atau penata gaya rambut.

 Setiap subjek yang memenuhi syarat disediakan sampo bayi

 Masing-masing subjek diinstruksikan untuk menggunakan sampo sebagai

terapi ketombe minimal dua kali per minggu dan menggunakan lotion kulit
kepala harian sebelum tidur, biarkan semalaman dan gunakan sampo kesokan
paginya.

 Subjek diinstruksikan untuk menjalankan program ini untuk jangka

waktu tertentu selama 42 hari


 Setelah kunjungan awal (hari 0), subjek mengunjungi klinik untuk dua

kunjungan tindak lanjut pada hari ke 14 dan hari ke 28 dan untuk


kunjungan akhir di hari ke 42.

 Pada dua kunjungan tindak lanjut dan pada kunjungan terakhir, dokter

kulit bersertifikat mengevaluasi iritasi dan pengelupasan longgar pada


kulit kepala

 Jumlah tingkat keparahan dihitung pada masing-masing subjek per

kunjungan khususnya untuk hari 0, hari 14, hari 28, dan hari 42
dengan menjumlahkan skor untuk eritema dan pengelupasan longgar.
Hasil

 Empat puluh sembilan subjek menyelesaikan penelitian. Satu keluar

karena alasan pribadi yang tidak terkait dengan penelitian.

 Analisis menunjukkan penurunan signifikan secara statistik

antara semua pasangan diuji bila dibandingkan sebelum


penelitian (sesuai dengan parameter dan kunjungan ketika
mempertimbangkan tingkat alpha dari 5 % di plot distribusi
probabilitas).

 Penurunan ini mendukung pengamatan bahwa gejala membaik pada

setiap kunjungan dan terutama dari sebelum penelitian.


• Secara khusus, indeks eritema (diagram 4A) berkurang dari 0,56 pada awal
(minggu 0) ke 0,0816 pada kunjungan berikutnya (minggu 2)
• Peningkatan persentase terbesar di seluruh parameter terjadi antara awal dan
minggu 2, menunjukkan onset dari aksi yang cepat (diagram 4B).

Diagram 4. A) Indeks Eritema (rata-rata) vs durasi (jumlah minggu) dan B)


Perbaikan eritema (% membandingkan dengan awal) vs durasi (jumlah minggu sebelum awal)
Pengelupasan longgar berarti indeks (diagram 5A) berkurang dari 1,32 pada awal
menjadi 0,837 pada minggu 2 dan 0,592 pada minggu 6, menunjukkan
peningkatan 34 % setelah dua minggu, 39% setelah empat minggu, dan 57 %
setelah enam minggu pengobatan (diagram 5B) (p <0,05 dibandingkan dengan
sebelum mulai penelitian).

Diagram 5. A) Indeks pengelupasan longgar (rata-rata) vs durasi (jumlah minggu) dan B)


Perbaikan pengelupasan longgar (% membandingkan dengan awal) vs durasi (jumlah minggu sebelum awal)
Rata-rata jumlah tingkat keparahan meningkat menjadi 49% setelah dua minggu pengobatan
dan 65% setelah enam minggu pengobatan (p <0,05 dibandingkan dengan sebelum mulai
penelitian), sedangkan rata-rata skor berubah dari 1,88 pada awal menjadi 0,694 setelah enam
minggu

Diagram 6. A) Total tingkat keparahan (rata-rata) vs durasi (jumlah minggu) dan B)


Perbaikan total tingkat keprahan (% membandingkan dengan awal) vs durasi (jumlah minggu sebelum awal)
Respon Subjek Terhadap Kepuasan Produk
Pembahasan

 Sebagai zat anti jamur, banyak penelitian telah menunjukkan bahwa pyrithione
seng, ketoconazole, dan selenium sulfide dapat memperbaiki dermatitis
seborroik. Senyawa herbal yang berasal dari tumbuhan dapat memperluas
berbagai pilihan pengobatan yang tersedia untuk mengobati dermatitis
seborroik
 Salah satu contoh dari pendekatan ini adalah sampo berbahan ekstrak kelopak
Rosa Centifolia dan epigallocatechin gallate (EGCG) digabungkan dengan
climbazole dan pyrithione seng.
 Menurut penulis yang mempublikasikannya, bahan-bahan ini
memiliki efek menghambat sekresi sebum dan anti-inflamasi dan
antioksidan.
Kesimpulan

 Selama enam minggu, penelitian open-label tentang keamanan dan khasiat

menunjukkan bahwa penggunaan sampo dan losion kulit kepala berbahan Zinc
Pyrithione dan herbal dapat memperbaiki gejala dan tingkat keparahan gejala
dermatitis seborroik pada kulit kepala dan ketombe.

 Perbaikan ini setelah durasi waktu yang lebih lama menunjukkan tingkat

adaptasi yang rendah terhadap bahan-bahan, dan menunjukkan produk akan


tetap efektif untuk jangka waktu pengobatan yang lebih lama.
Terimakasih
Wassalamu’alaykum

Anda mungkin juga menyukai