JUDUL PERCOBAAN
Termokimia
B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa mempelajari perubahan energi yang terjadi pada setiap reaksi
kimia.
2. Mahasiswa mempelajari perubahan kalor yang diukur dengan perubahan
sederhana.
C. LANDASAN TEORI
Kalor (heat) adalah perpindahan energi termal antara dua benda yang
suhunya berbeda. Kita sering mengatakan bahwa “aliran kalor” dari benda panas
ke benda dingin. Walaupun kalor itu sendiri mengandung arti perpindahan
energi, kita biasanya menyebut “kalor diserap” atau “kalor dibebaskan” ketika
menggambarkan perubahan energi yang terjadi selama proses tersebut. Ilmu
tentang perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia disebut termokimia
(thermochemistry). Untuk menganalisis perubahan energi yang berikatan dengan
reaksi kimia kita pertama-tama harus mendefinisikan sistem (system). Untuk
kimiawan, sistem biasanya mencakup zat-zat yang terlibat dalam perubahan
kimia dan fisika (Chang, 2005:161).
Sistem (system) adalah bagian dari semesta yang dipilih untuk dikaji, dan
sistem dapat sebesar samudra di Bumi atau sekecil isi gelas piala. Sebagian besar
sistem yang kita kaji adalah yang kecil dan kita akan melihat, terutama pada
transfer energi (sebagai kalor dan kerja) dan transfer materi antara sistem dan
sekelilingnya. Sekeliling (surrounding) adalah bagian dari semesta di luar sistem
yang berinteraksi dengan sistem tersebut. Suatu sistem terbuka (open system)
ialah bebas memepertukarkan energi dan materi dengan sekelilingnya atau
(lingkungan). Sistem tertutup (close system) ialah mempertukarkan energi
dengan sekelilingnya, tetapi tidak demikian dengan materinya. Sistem terisolasi
(isolated system) ialah tidak berinteraksi dengan sekellingnya (Petrucci,
2011:222).
Keadaan termodinamika merupakan keadaan makroskopik dari suatu
sistem yang sifat-sifatnya hanya ditentukan oleh peralatan laboratorium yang
menjaga sifat-sifat tersebut pada nilai tertentu yang dipilih dan tidak tergantung
pada waktu. Contohnya, suatu sistem yang mengandung 2 mol gas He (Helium)
dapat dipertahankan dalam sebuah peralatan silinder berpiston yang menjaga
sistem pada tekanan 1,5 atm, dan alat ini dapat direndam dalam sebuah bak kalor
yang menjaga suhu sistem pada 298 K. Sifat-sifat P dan T lalu dikatakan dibatasi
masing-masing pada harga 1 atm dan 298 K. Silinder berpiston dan bak kalor
merupakan batasan yang menjaga nilai dari sifat-sifat T dan P yang dipilih.
Suatu proses termodinamika menyebabkan perubahan keadaan termodinamika
suatu sistem. Proses seperti ini bisa terjadi sebuah proses fisika, seperti
perubahan tekanan sistem gas atau mendidihnya suatu zat cair atau suatu proses
kimia, dimana terjadi perubahan dalam distribusi materi di antara senyawa-senya
kimia yang berbeda, contohnya reaksi CaCO3 padat, pada suhu 900 K dan
tekanan 1 atm, untuk menghasilkan CaO padat dan gas CO2 pada suhu dan
tekanan yang sama (Oxtoby, 2001:190-191).
Termodinamika merupakan salah satu segi penting yang menghubungkan
energi kalor dengan bentuk energi lain yang dikenal sebagai kerja. Sistem
termodinamika mungkin sederhana misalnya segelas air atau mungkin kompleks
seperti isi tanur tinggi atau danau yang terkena polusi. Interaksi mengacu pada
perpindahan energi atau materi antara sistem dan lingkungannya, interaksi-
interaksi inilah yang umumnya menjadi pusat penelitian termodinamika.
Perpindahan energi dapat berupa kalor (Q) atau dalam beberapa bentuk lainnya
yang secara keseluruhan disebut kerja (W). Perpindahan energi berupa kalor atau
kerja akan mempengaruhi jumlah keseluruhan energi didalam sistem, yang
disebut energi dalam (E) (Petrucci, 1996:180).
Energi adalah kapasitas untuk melakukan kerja. Kerja (work) dilakukan
jika gaya bekerja melewati suatu jarak. Objek yang bergerak melakukan kerja
ketika objek itu melambat atau dihentikan. Jadi, ketika satu bola biliar
menghantam bola lainnya dan berhenti bergerak, maka kerja telah dilakukan.
Energi dari objek bergerak disebut energi kinetik (kinetic energy). Kita dapat
melihat hubungan antara kerja dan energi dengan membandingkan satuan dari
kedua kuantitas itu. Energi kinetik suatu objek didasarkan pada massa (m) dan
kecepatan (v) melalui persamaan pertama di bawah ini: kerja (W) dihubungkan
dengan gaya [massa (m) x percepatan (a)] dan jarak (d) oleh persamaan kedua.
1 m 2
Energi kinetik =
2 ( )
x m ( kg ) x [v
s
]
1 30 sekon 304 K
2 60 sekon 304 K
3 90 sekon 304 K
4 120 sekon 304 K
5 150 sekon 303 K
6 180 sekon 303 K
7 210 sekon 303 K
8 240 sekon 303 K
9 270 sekon 303 K
10 300 sekon 303 K
G. ANALISIS DATA
1. Penentuan tetapan kalorimeter
Diketahui:
Suhu awal aquades dingin = 303 K
Suhu awal aquades panas = 313 K
Suhu Konstan = 307 K
Volume aquades panas = 20 mL
Volume aquades dingin = 20 mL
Massa jenis aquades = 1 g/mL
Kalor jenis air (Cair) = 4,2 J/gr. K
Ditanyakan:
Tetapan Kalorimeter....?
Penyelesaian:
m aquades dingin = V aquades dingin × massa jenis aquades
= 20 mL × 1 g/mL
= 20 gram
m aquades panas = V aquades panas × massa jenis aquades
= 20 mL × 1 g/mL
= 20 gram
Kalor yang diserap aquades dingin
∆T1 = Suhu Konstan – Suhu aquades dingin
= 307 K – 303 K
=4K
q1 = massa aquades dingin × kalor jenis aquades × ∆T1
= 20 g × 4,2 J/g K × 4 K
= 336 J
Kalor yang diberikan aquades panas
∆T2 = Suhu Konstan – Suhu aquades panas
= 307 K – 313 K
= -6 K
q2 = massa aquades dingin × kalor jenis aquades × ∆T2
= 20 g × 4,2 J/g K × -6 K
= -504 J
Kalor yang diterima oleh kalorimeter
q3 = q 2−q 1
= (-504) J −¿ 336 J
= -840 J
Tetapan kalorimeter (K)
∆T3 = Suhu Konstan – Suhu aquades dingin
= 307 K – 303 K
=4K
q3
K = ∆T
−840 J
K =
4K
= -210 J/K (menunjukkan kalorimeter melepaskan kalor)
2. Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH
Diketahui:
Kerapatan larutan = 1,03 g/mL
Kalor jenis larutan = 3,96 J/gr.K
Volume NaOH = 20 mL
Volume HCl = 20 mL
Volume larutan = 20 mL + 20 mL
= 40 mL
Massa larutan = V larutan x kerapatan larutan
= 40 mL x 1,03 g/mL
= 41,2 gram
To HCl = 302 K
To NaOH = 302 K
T konstan = 303 K
Ditanyakan:
Kalor penetralan....?
Penyelesaian:
Mol NaOH = M x V NaOH
= 2 M x 20 mL
= 40 mmol
= 0,04 mol
Mol HCl = M x V HCl
= 2 M x 20 mL
= 40 mmol
= 0,04 mol
Kalor yang diserap (q4)
∆ T4 = Suhu konstan – Suhu awal
= 303 K – 302 K = 1 K
q4 = m ×c × ∆T4
= 41,2 g ×3,96 J/g K × 1 K
= 163, 152 J
Kalor yang diserap kalorimeter
q5 = K × ∆T4
= -210 J/K × 1 K
= -210 J
Kalor yang dihasilkan reaksi (q6)
q6 = q 4 + q5
= 163, 152 J + (-210 J)
= -46, 848 J
Kalor penetralan (∆ H n )
q6
∆ Hn =
mol
Reaksi penetralan
HCl(aq) + NaOH(aq) ⟶ NaCl(aq) + H2O(l)
Mula-mula : 0,04 mol 0,04 mol - -
Reaksi : 0,04 mol 0,04 mol 0,04 mol 0,04 mol
3. Grafik
a. Penentuan tetapan kalorimeter
b. Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH
H. PEMBAHASAN
Besaran yang diamati pada percobaan termokimia adalah temperatur.
Temperatur (suhu) diukur dengan menggunakan termometer. Cairan yang diukur
suhu reaksinya, diaduk menggunakan pengaduk pada kalorimeter agar suhu
larutan merata dan larutan tercampur secara homogen. Sedangkan pencatatan
suhu setiap menit bertujuan untuk mengetahui perubahan suhu yang terjadi
setiap menitnya.
Prinsip dasar kalorimeter yaitu perpindahan kalor. Adapun prinsip kerja
dari kalorimeter adalah mengalirkan arus listrik pada kumparan kawat
penghantar yang dimasukkan ke dalam air suling dan alat untuk tempat
perubahan energi dan kalor pada tekanan tetap. Kalorimeter merupakan suatu
alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat dalam suatu
perubahan atau reaksi kimia. Sedangkan kalor adalah perpindahan energi termal
antara dua benda yang suhunya berbeda. Percobaan termokimia dilakukan 2
percobaan, yaitu:
1. Penentuan tetapan kalorimeter
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, penentuan tetapan
kalorimeter dilakukan dengan pencampuran antara aquades dingin dan
aquades panas. Air dingin memiliki suhu 30℃ atau 303 K dan air panas
memiliki suhu 40℃ atau 313 K. Pencampuran aquades panas dan aquades
dingin didalam kalorimeter selama 10 menit dengan selang waktu 1 menit
sambil diaduk dan diamati perubahan suhunya. Hasil Pengamatan suhu
konstan terjadi pada menit ke-9 sampai ke-10, hal ini menandakan tidak
terjadinya perpindahan kalor (Tkonstan = 34℃ atau 307 K). Terjadi dua jenis
reaksi kimia dalam percobaan ini, yaitu reaksi eksoterm dan reaksi endoterm.
Pada saat pencampuran terjadi pelepasan kalor dari aquades bersuhu tinggi
(panas) ke aquades bersuhu rendah (dingin). Aquades dingin menerima kalor
dari aquades panas, sehingga menghasilkan suhu campuran. Aquades dingin
merupakan reaksi endoterm yaitu kalor yang diserap oleh sistem (q 1 = +336
J), dan aquades panas melepaskan kalor, sehingga aquades panas merupakan
reaksi eksoterm yaitu kalor dilepaskan oleh sistem ke lingkungan (q2 = -504
J).
Berdasarkan teori kalor (q) bernilai positif apabila sistem menerima
kalor (endoterm), sebaliknya q bernilai negatif apabila sistem melepaskan
kalor (eksoterm). Berdasarkan grafik dapat dilihat saat pencampuran aquades
dingin dan aquades panas terjadi penurunan suhu sampai menit ke-10, hal ini
menandakan bahwa pada percobaan ini terjadi reaksi endoterm (sistem
menerima kalor). Sedangkan kalor yang diterima kalorimeter (q3) = -840 J
dan nilai tetapan kalorimeter adalah -210 J/K, artinya adalah -210 J/K
menunjukkan kalorimeter melepas kalor.
2. Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH
Berdasarkan hasil percobaaan yang dilakukan, percobaan kedua yaitu
untuk menetukan penetralan HCI dan NaOH dengan memasukkan 20 ml HCI
2 M kedalam kalorimeter, yang bertujuan untuk melihat keadaan awal pada
temperatur mengunakan termometer. Kemudian ukur 20 ml larutan NaOH 2
M catat pula temperaturnya. Suhu awal NaOH disamakan dengan suhu HCl
agar saat pencampuran antara HCl dan NaOH tidak ada yang dominan.
Percobaan ini hampir sama dengan percobaan pertama dimana larutan HCl
dan NaOH dimasukkan ke dalam kalorimeter dan diaduk agar larutan dapat
tercampur secara homogen dan melakukan pencatatan suhu. Suhu awal
larutan HCl dan NaOH adalah 29℃ atau 302 K dengan pengamatan selama
10 menit dengan selang waktu ½ menit. Berdasarkan hasil pengamatan
diperoleh suhu konstan (Tkonstan = 303 K) pada menit ke-5 sampai menit ke-10.
Kalor penetralan HCl dan NaOH dapat dihitung dengan membagi kalor yang
dihasilkan reaksi dengan mol NaCl. Kalor yang dihasilkan reaksi (q 6) = -46,
848 J dan mol NaCl adalah 0,04 mol, sehingga ∆ H n = -1171,2 J/mol artinya
adalah -1171,2 J/mol kalor yang dilepaskan untuk mereaksikan 1 mol asam
dan 1 mol basa diukur pada keadaan standar. Dengan persamaan sebagai
berikut:
HCl(aq) + NaOH(aq) ⟶ NaCl(aq) + H2O(l) ∆ H n = -1171,2 J/mol
Pada percobaan ini terjadi reaksi eksoterm karena terjadi pelepasan kalor,
dimana suhu awal 31℃ atau 304 K menjadi 30℃ atau 303 K.
I. KESIMPULAN
Termokimia adalah ilmu tentang kalor yang menyertai reaksi kimia.
Kalor adalah perpindahan energi termal antara dua benda yang suhunya
berbeda. Kalor mengandung arti perpindahan energi namun biasanya kita
menyebut kalor diserap atau kalor dilepaskan. Jumlah perubahan kalor
sebagai reaksi kimia dapat diukur dalam suatu kalorimeter (yang diukur
adalah temperatur). Dalam setiap reaksi selalu disertai dengan perubahan
energi. Perubahan energi dapat dilihat dengan perubahan temperatur yang
terjadi. Reaksi eksoterm adalah reaksi yang terjadi akibat pelepasan kalor dari
suhu tinggi (panas0 ke suhu yang rendah (dingin) dengan harga q bernilai
negatif. Sedangkan reaksi endoterm adalah reaksi yang terjadi akibat
menyerap kalor dari suhu rendah (dingin) ke suhu yang tinggi (panas)
dengan harga q bernilai positif. Dari percobaan ini, diperoleh hasil bahwa
nilai tetapan kalorimeter adalah -210 J/K dan nilai kalor penetralan HCl dan
NaOH ∆Hn = -1171,2 J/mol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari
kedua percobaan yang telah dilakukan reaksi yang terjadi adalah reaksi
eksoterm.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Oxtoby, David W, dkk. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid
1. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, Ralph H, dkk. 2011. Kimia Dasar Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Modern
Edisi Kesembilan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, Ralph H. 1996. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi
Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Sudarlin. 2011. Termodinamika Kimia. Yogyakarta: Omah Ilmu.