Anda di halaman 1dari 15

A.

JUDUL PERCOBAAN
Termokimia
B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa mempelajari perubahan energi yang terjadi pada setiap reaksi
kimia.
2. Mahasiswa mempelajari perubahan kalor yang diukur dengan perubahan
sederhana.
C. LANDASAN TEORI
Kalor (heat) adalah perpindahan energi termal antara dua benda yang
suhunya berbeda. Kita sering mengatakan bahwa “aliran kalor” dari benda panas
ke benda dingin. Walaupun kalor itu sendiri mengandung arti perpindahan
energi, kita biasanya menyebut “kalor diserap” atau “kalor dibebaskan” ketika
menggambarkan perubahan energi yang terjadi selama proses tersebut. Ilmu
tentang perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia disebut termokimia
(thermochemistry). Untuk menganalisis perubahan energi yang berikatan dengan
reaksi kimia kita pertama-tama harus mendefinisikan sistem (system). Untuk
kimiawan, sistem biasanya mencakup zat-zat yang terlibat dalam perubahan
kimia dan fisika (Chang, 2005:161).
Sistem (system) adalah bagian dari semesta yang dipilih untuk dikaji, dan
sistem dapat sebesar samudra di Bumi atau sekecil isi gelas piala. Sebagian besar
sistem yang kita kaji adalah yang kecil dan kita akan melihat, terutama pada
transfer energi (sebagai kalor dan kerja) dan transfer materi antara sistem dan
sekelilingnya. Sekeliling (surrounding) adalah bagian dari semesta di luar sistem
yang berinteraksi dengan sistem tersebut. Suatu sistem terbuka (open system)
ialah bebas memepertukarkan energi dan materi dengan sekelilingnya atau
(lingkungan). Sistem tertutup (close system) ialah mempertukarkan energi
dengan sekelilingnya, tetapi tidak demikian dengan materinya. Sistem terisolasi
(isolated system) ialah tidak berinteraksi dengan sekellingnya (Petrucci,
2011:222).
Keadaan termodinamika merupakan keadaan makroskopik dari suatu
sistem yang sifat-sifatnya hanya ditentukan oleh peralatan laboratorium yang
menjaga sifat-sifat tersebut pada nilai tertentu yang dipilih dan tidak tergantung
pada waktu. Contohnya, suatu sistem yang mengandung 2 mol gas He (Helium)
dapat dipertahankan dalam sebuah peralatan silinder berpiston yang menjaga
sistem pada tekanan 1,5 atm, dan alat ini dapat direndam dalam sebuah bak kalor
yang menjaga suhu sistem pada 298 K. Sifat-sifat P dan T lalu dikatakan dibatasi
masing-masing pada harga 1 atm dan 298 K. Silinder berpiston dan bak kalor
merupakan batasan yang menjaga nilai dari sifat-sifat T dan P yang dipilih.
Suatu proses termodinamika menyebabkan perubahan keadaan termodinamika
suatu sistem. Proses seperti ini bisa terjadi sebuah proses fisika, seperti
perubahan tekanan sistem gas atau mendidihnya suatu zat cair atau suatu proses
kimia, dimana terjadi perubahan dalam distribusi materi di antara senyawa-senya
kimia yang berbeda, contohnya reaksi CaCO3 padat, pada suhu 900 K dan
tekanan 1 atm, untuk menghasilkan CaO padat dan gas CO2 pada suhu dan
tekanan yang sama (Oxtoby, 2001:190-191).
Termodinamika merupakan salah satu segi penting yang menghubungkan
energi kalor dengan bentuk energi lain yang dikenal sebagai kerja. Sistem
termodinamika mungkin sederhana misalnya segelas air atau mungkin kompleks
seperti isi tanur tinggi atau danau yang terkena polusi. Interaksi mengacu pada
perpindahan energi atau materi antara sistem dan lingkungannya, interaksi-
interaksi inilah yang umumnya menjadi pusat penelitian termodinamika.
Perpindahan energi dapat berupa kalor (Q) atau dalam beberapa bentuk lainnya
yang secara keseluruhan disebut kerja (W). Perpindahan energi berupa kalor atau
kerja akan mempengaruhi jumlah keseluruhan energi didalam sistem, yang
disebut energi dalam (E) (Petrucci, 1996:180).
Energi adalah kapasitas untuk melakukan kerja. Kerja (work) dilakukan
jika gaya bekerja melewati suatu jarak. Objek yang bergerak melakukan kerja
ketika objek itu melambat atau dihentikan. Jadi, ketika satu bola biliar
menghantam bola lainnya dan berhenti bergerak, maka kerja telah dilakukan.
Energi dari objek bergerak disebut energi kinetik (kinetic energy). Kita dapat
melihat hubungan antara kerja dan energi dengan membandingkan satuan dari
kedua kuantitas itu. Energi kinetik suatu objek didasarkan pada massa (m) dan
kecepatan (v) melalui persamaan pertama di bawah ini: kerja (W) dihubungkan
dengan gaya [massa (m) x percepatan (a)] dan jarak (d) oleh persamaan kedua.
1 m 2
Energi kinetik =
2 ( )
x m ( kg ) x [v
s
]

Kerja = gaya x jarak = [m(kg) x a (m.s-2)] x d(m)


Ketika satuan untuk rumus kerja dan energi digabungkan, satuan yang dihasilkan
adalah kg m2 s-2. Satuan ini sama dengan satuan SI untuk energi yang disebut
joule (J), dengan 1 joule = 1 kg m 2 s-2. Untuk mengangkat bola ke posisi awal,
kita harus memberikan gaya mealui suatu jarak (untuk mengatasi gaya gravitasi).
Kerja yang kita lakukan tersebut “tersimpan” sebagai energi didalam bola.
Energi yang disimpan ini memiliki potensial untuk melakukan kerja jika bola
dilepas dikenal dengan nama energi potensial. Energi potensial (potential
energy) adalah energi akibat dari kondisi, posisi, atau komposisi; energi ini
berkatian dengan gaya tarik atau gaya tolak antara objek-objek (Petrucci,
2011:222-223).
Hukum Hess berbunyi “jika suatu proses dapat dianggap berlangsung
dalam beberapa tahapan atau tingkatan (baik secara nyata maupun hipotesis)
perubahan entalpi untuk seluruh proses dapat diperoleh dengan menjumlahkan
perubahan-perubahan entalpi dari setiap tahap (Petrucci, 1996:184).
Menurut Sudarlin (2011:76-78) perubahan entalpi sistem biasanya
dinyatakan pada tekanan standar, yaitu 1 bar (0,98692 atm) dan temperatur
konvensional (Tc) yaitu 298,15 K (sama dengan 25℃). Perubahan entalpi sistem
kimia, berdasarkan jenis reaksinya dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Entalpi Pembentukan (∆ H f )
Entalpi pembentukan (∆ H f ) atau kalor pembentukan adalah
perubahan entalpi yang terjadi pada pembentukan satu mol senyawa dari
unsur-unsurnya dalam keadaan referensi. Keadaan referensi suatu unsur
adalah keadaannya yang paling stabil pada keadaan standar. Misalnya pada
keadaan standar, Nitrogen stabil sebagai senyawa dwiatom N2, Oksigen
sebagai O2, Hidrogen sebagai H2, Klorin sebagai Cl2, Karbon sebagai Cgrafit,
belerang sebagai Sromblik, Fosfor sebagai Pputih, raksa dalam bentuk cair,
beberapa logam dalam bentuk kristal, dan lain-lain.
Entalpi pembentukan unsur-unsur dalam keadaan referensinya sama
dengan nol pada semua temperatur karena entalpi tersebut adalah entalpi
dari reaksi nol. Adapun entalpi pembentukan senyawa dapat bernilai positif
(endotermis) atau negatif (eksotermis). Contohnya:
N2(g) ⟶ N2(g) ∆ H °f = 0
6C(grafit) + 3H2(g) ⟶ C6H6(l) ∆ H ° f m = +49.0 kJ/mol
1
Na(s) + Cl ⟶ NaCl(s) ∆ H ° f m = -4019 kJ/mol
2 2
2. Energi Penguraian (∆ H d )
Entalpi penguraian (∆ H d ) adalah perubahan entalpi yang terjadi pada
penguraian 1 mol senyawa menjadi unsur-unsur penyusunnya. Perubahan
entalpi ini merupakan kebalikan dari perubahan entalpi pembentukan, maka
nilainya pun akan berlawanan tanda. Menurut Marquis de Laplace, “ jumlah
kalor yang dilepaskan pada pembentukan senyawa dari unsur-unsur
penyusunnya sama dengan jumlah kalor yang diperlukan pada penguraian
senyawa tersebut menjadi unsur-unsur penyusunnnya”. Pernyataan ini
disebut hukum Laplace. Contohnya:
CH4(g) ⟶ C(g) + 2H2(g) ∆ H ° d m = +74.81 kJ/mol
3. Entapi Pembakaran (∆ H c )
Entalpi pembakaran (∆ H c ) adalah perubahan entalpi yang terjadi pada
pembakaran/oksidasi 1 mol senyawa organik secara sempurna menjadi CO2
dan H2O bagi senyawa yang mengandung C, H, dan O atau menjadi N2 bagi
senyawa yang mengandung N. Contohnya:
C6H12O6(s) + 6O2(g) ⟶ 6CO2(g) + 6H2O(l) ∆ H ° c m = -2808 kJ/mol
Reaksi pembakaran merupakan reaksi yang menghasilkan kalor
(eksotermis), sehingga ∆ H nya selalu bernilai negatif.
4. Entalpi Netralisasi (∆ H n )
Entalpi netralisasi (∆ H n ) adalah perubahan entalpi yang terjadi pada
penetralan 1 mol asam oleh basa atau 1 mol basa oleh asam. Contohnya:
2NaOH(aq) + H2SO4(aq) ⟶ Na2SO4(aq) + 2H2O(l) ∆ H n = -200 kJ
∆ H n reaksi = -200 kJ
−200 kJ
∆ H n NaOH = = -100 kJ/mol
2 mol
−200 kJ
∆ H n H2SO4 = = -200 kJ/mo
1 mol
Reaksi netralisasi adalah reaksi asam dan basa dalam larutan berair untuk
menghasilkan garam dan air. Harga ∆ H n bernilai negatif.
5. Entalpi Hidrogenasi (∆ H h )
Entalpi hidrogenasi (∆ H h ) adalah perubahan entalpi yang terjadi pada
hidrogenasi 1 mol senyawa organik tak jenuh. Contohnya:
CH2 ¿ CH2(g) + H2(g) ⟶ CH3CH3(g) ∆ H ° h= -137 kJ/mol
C6H6 + 3H2(g) ⟶ C6H12(g) ∆ H ° h= -205 kJ/mol
Jika entalpi hidrogenasi etena (C2H4) yang terdiri dari 1 ikatan rangkap
dikali 3, ternyata tidak sama dengan entalpi hidrogenasi benzena (C6H6)
yang terdiri dari 3 ikatan rangkap . entalpi hidrogenasi benzena adalah 206
kJ/mol, kurang dari 3 x 137 kJ/mol. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk
siklik benzena menjadikannya lebih stabil sehingga energi yang dibutuhkan
untuk menghidrogenasinya lebih kecil. Selain perubahan entalpi reaksi
kimia, dikenal pula perubahan entalpi proses fisika, seperti entalpi
penguapan (∆ H vap), entalpi peleburan (∆ H fus), entalpi sublimasi (∆ H sub),
entalpi pelarutan (∆ H sol).
Kalor jenis dan jumlah suatu zat apabila diketahui, maka jumlah kalor (q)
yang telah diserap atau dilepaskan pada suatu proses dapat diketahui
berdasarkan perubahan suhu sampel (∆ t). Persamaan untuk menghitung
perpindahan kalor ini diberikan oleh:
q = m. s. ∆ t
atau
q = C. ∆ t
dimana m adalah massa sampel dalam gram dan ∆ t adalah perubahan suhu:
∆ t = t akhir - t awal
Kesepakatan tanda untuk q sama dengan kesepakatan tanda untuk
perubahan entalpi; q bernilai positif untuk proses endotermik dan negatif untuk
proses eksotermik (Chang, 2005:173).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Gelas kimia plastik (Kalorimeter) 2 buah
b. Termometer 0°C −¿ 110°C 2 buah
c. Gelas ukur 25 mL 2 buah
d. Alat pemanas 1 buah
e. Stopwatch 2 buah
f. Pipet tetes 2 buah
g. Gelas kaca 1 buah
h. Gelas kimia 100 mL 2 buah
i. Lap kasar dan Lap halus 1 buah
j. Corong biasa 1 buah
2. Bahan
a. Larutan Asam klorida (HCl) 2 M
b. Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 2M
c. Aquades (H2O)
E. PROSEDUR KERJA
1. Penentuan tetapan kalorimeter
a. Sebanyak 20 mL aquades dimasukkan ke dalam gelas ukur.
b. Aquades sebanyak 20 mL dimasukkan ke dalam kalorimeter dengan
menggunakan gelas ukur. Dicatat temperaturnya.
c. Aquades sebanyak 20 mL dipanaskan di dalam gelas kimia menggunakan alat
pemanas sampai kira-kira 10 derajat di atas temperatur laboratorium. Dicatat
temperaturnya.
d. Aquades panas dicampurkan ke dalam kalorimeter, diaduk dan amati
temperaturnya selama 10 menit dengan selang waktu 1 menit setelah
pencampuran.
e. Kurva pengamatan dibuat antara temperatur dan selang waktu, untuk
menentukan harga penurunan temperatur air panas dan kenaikan temperatur
air dingin.
f. Dihitung tetapan kalorimeter.

2. Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH


a. HCl 2 M sebanyak 20 mL dimasukkan ke dalam kalorimeter. Dicatat
temperaturnya.
b. NaOH 2 M sebanyak 20 mL diukur dan dicatat temperaturnya (diatur
sedemikian rupa sehingga temperaturnya sama dengan temperatur HCl).
c. NaOH dicampurkan ke dalam kalorimeter, dicatat temperaturnya selama 5
menit dengan selang waktu setengah menit.
d. Dibuat grafik untuk memperoleh perubahan temperatur akibat reaksi tersebut.
e. Dihitung ∆ H penetralan jika kerapatan larutan = 1,03 g/mL dan kalor
jenisnya 3,96 J/gr.K.
F. HASIL PENGAMATAN
1. Penentuan tetapan kalorimeter
Suhu awal aquades dingin = 303 K
Suhu kamar = 303 K
Suhu aquades setelah dipanaskan = 313 K

No. Aktivitas (waktu) Hasil Pengamatan (suhu campuran)


1 1 menit 313 K
2 2 menit 309 K
3 3 menit 309 K
4 4 menit 308 K
5 5 menit 308 K
6 6 menit 308 K
7 7 menit 308 K
8 8 menit 308 K
9 9 menit 307 K
10 10 menit 307 K

2. Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH


Suhu awal (T0) HCl 2 M = 302 K
Suhu awal (T0) NaOH 2 M = 302 K
Suhu awal (T0) Campuran = 304 K

No. Aktivitas (waktu) Hasil Pengamatan (suhu campuran)

1 30 sekon 304 K
2 60 sekon 304 K
3 90 sekon 304 K
4 120 sekon 304 K
5 150 sekon 303 K
6 180 sekon 303 K
7 210 sekon 303 K
8 240 sekon 303 K
9 270 sekon 303 K
10 300 sekon 303 K

G. ANALISIS DATA
1. Penentuan tetapan kalorimeter
Diketahui:
Suhu awal aquades dingin = 303 K
Suhu awal aquades panas = 313 K
Suhu Konstan = 307 K
Volume aquades panas = 20 mL
Volume aquades dingin = 20 mL
Massa jenis aquades = 1 g/mL
Kalor jenis air (Cair) = 4,2 J/gr. K
Ditanyakan:
Tetapan Kalorimeter....?
Penyelesaian:
m aquades dingin = V aquades dingin × massa jenis aquades
= 20 mL × 1 g/mL
= 20 gram
m aquades panas = V aquades panas × massa jenis aquades
= 20 mL × 1 g/mL
= 20 gram
Kalor yang diserap aquades dingin
∆T1 = Suhu Konstan – Suhu aquades dingin
= 307 K – 303 K
=4K
q1 = massa aquades dingin × kalor jenis aquades × ∆T1
= 20 g × 4,2 J/g K × 4 K
= 336 J
Kalor yang diberikan aquades panas
∆T2 = Suhu Konstan – Suhu aquades panas
= 307 K – 313 K
= -6 K
q2 = massa aquades dingin × kalor jenis aquades × ∆T2
= 20 g × 4,2 J/g K × -6 K
= -504 J
Kalor yang diterima oleh kalorimeter
q3 = q 2−q 1
= (-504) J −¿ 336 J
= -840 J
Tetapan kalorimeter (K)
∆T3 = Suhu Konstan – Suhu aquades dingin
= 307 K – 303 K
=4K
q3
K = ∆T
−840 J
K =
4K
= -210 J/K (menunjukkan kalorimeter melepaskan kalor)
2. Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH
Diketahui:
Kerapatan larutan = 1,03 g/mL
Kalor jenis larutan = 3,96 J/gr.K
Volume NaOH = 20 mL
Volume HCl = 20 mL
Volume larutan = 20 mL + 20 mL
= 40 mL
Massa larutan = V larutan x kerapatan larutan
= 40 mL x 1,03 g/mL
= 41,2 gram
To HCl = 302 K
To NaOH = 302 K
T konstan = 303 K
Ditanyakan:
Kalor penetralan....?
Penyelesaian:
Mol NaOH = M x V NaOH
= 2 M x 20 mL
= 40 mmol
= 0,04 mol
Mol HCl = M x V HCl
= 2 M x 20 mL
= 40 mmol
= 0,04 mol
Kalor yang diserap (q4)
∆ T4 = Suhu konstan – Suhu awal
= 303 K – 302 K = 1 K
q4 = m ×c × ∆T4
= 41,2 g ×3,96 J/g K × 1 K
= 163, 152 J
Kalor yang diserap kalorimeter
q5 = K × ∆T4
= -210 J/K × 1 K
= -210 J
Kalor yang dihasilkan reaksi (q6)
q6 = q 4 + q5
= 163, 152 J + (-210 J)
= -46, 848 J
Kalor penetralan (∆ H n )
q6
∆ Hn =
mol
Reaksi penetralan
HCl(aq) + NaOH(aq) ⟶ NaCl(aq) + H2O(l)
Mula-mula : 0,04 mol 0,04 mol - -
Reaksi : 0,04 mol 0,04 mol 0,04 mol 0,04 mol

Sisa : - - 0,04 mol 0,04 mol


q6
∆ Hn =
mol NaCl
−46,848 J
=
0,04 mol
= -1171,2 J/mol

3. Grafik
a. Penentuan tetapan kalorimeter
b. Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH

H. PEMBAHASAN
Besaran yang diamati pada percobaan termokimia adalah temperatur.
Temperatur (suhu) diukur dengan menggunakan termometer. Cairan yang diukur
suhu reaksinya, diaduk menggunakan pengaduk pada kalorimeter agar suhu
larutan merata dan larutan tercampur secara homogen. Sedangkan pencatatan
suhu setiap menit bertujuan untuk mengetahui perubahan suhu yang terjadi
setiap menitnya.
Prinsip dasar kalorimeter yaitu perpindahan kalor. Adapun prinsip kerja
dari kalorimeter adalah mengalirkan arus listrik pada kumparan kawat
penghantar yang dimasukkan ke dalam air suling dan alat untuk tempat
perubahan energi dan kalor pada tekanan tetap. Kalorimeter merupakan suatu
alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat dalam suatu
perubahan atau reaksi kimia. Sedangkan kalor adalah perpindahan energi termal
antara dua benda yang suhunya berbeda. Percobaan termokimia dilakukan 2
percobaan, yaitu:
1. Penentuan tetapan kalorimeter
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, penentuan tetapan
kalorimeter dilakukan dengan pencampuran antara aquades dingin dan
aquades panas. Air dingin memiliki suhu 30℃ atau 303 K dan air panas
memiliki suhu 40℃ atau 313 K. Pencampuran aquades panas dan aquades
dingin didalam kalorimeter selama 10 menit dengan selang waktu 1 menit
sambil diaduk dan diamati perubahan suhunya. Hasil Pengamatan suhu
konstan terjadi pada menit ke-9 sampai ke-10, hal ini menandakan tidak
terjadinya perpindahan kalor (Tkonstan = 34℃ atau 307 K). Terjadi dua jenis
reaksi kimia dalam percobaan ini, yaitu reaksi eksoterm dan reaksi endoterm.
Pada saat pencampuran terjadi pelepasan kalor dari aquades bersuhu tinggi
(panas) ke aquades bersuhu rendah (dingin). Aquades dingin menerima kalor
dari aquades panas, sehingga menghasilkan suhu campuran. Aquades dingin
merupakan reaksi endoterm yaitu kalor yang diserap oleh sistem (q 1 = +336
J), dan aquades panas melepaskan kalor, sehingga aquades panas merupakan
reaksi eksoterm yaitu kalor dilepaskan oleh sistem ke lingkungan (q2 = -504
J).
Berdasarkan teori kalor (q) bernilai positif apabila sistem menerima
kalor (endoterm), sebaliknya q bernilai negatif apabila sistem melepaskan
kalor (eksoterm). Berdasarkan grafik dapat dilihat saat pencampuran aquades
dingin dan aquades panas terjadi penurunan suhu sampai menit ke-10, hal ini
menandakan bahwa pada percobaan ini terjadi reaksi endoterm (sistem
menerima kalor). Sedangkan kalor yang diterima kalorimeter (q3) = -840 J
dan nilai tetapan kalorimeter adalah -210 J/K, artinya adalah -210 J/K
menunjukkan kalorimeter melepas kalor.
2. Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH
Berdasarkan hasil percobaaan yang dilakukan, percobaan kedua yaitu
untuk menetukan penetralan HCI dan NaOH dengan memasukkan 20 ml HCI
2 M kedalam kalorimeter, yang bertujuan untuk melihat keadaan awal pada
temperatur mengunakan termometer. Kemudian ukur 20 ml larutan NaOH 2
M catat pula temperaturnya. Suhu awal NaOH disamakan dengan suhu HCl
agar saat pencampuran antara HCl dan NaOH tidak ada yang dominan.
Percobaan ini hampir sama dengan percobaan pertama dimana larutan HCl
dan NaOH dimasukkan ke dalam kalorimeter dan diaduk agar larutan dapat
tercampur secara homogen dan melakukan pencatatan suhu. Suhu awal
larutan HCl dan NaOH adalah 29℃ atau 302 K dengan pengamatan selama
10 menit dengan selang waktu ½ menit. Berdasarkan hasil pengamatan
diperoleh suhu konstan (Tkonstan = 303 K) pada menit ke-5 sampai menit ke-10.
Kalor penetralan HCl dan NaOH dapat dihitung dengan membagi kalor yang
dihasilkan reaksi dengan mol NaCl. Kalor yang dihasilkan reaksi (q 6) = -46,
848 J dan mol NaCl adalah 0,04 mol, sehingga ∆ H n = -1171,2 J/mol artinya
adalah -1171,2 J/mol kalor yang dilepaskan untuk mereaksikan 1 mol asam
dan 1 mol basa diukur pada keadaan standar. Dengan persamaan sebagai
berikut:
HCl(aq) + NaOH(aq) ⟶ NaCl(aq) + H2O(l) ∆ H n = -1171,2 J/mol
Pada percobaan ini terjadi reaksi eksoterm karena terjadi pelepasan kalor,
dimana suhu awal 31℃ atau 304 K menjadi 30℃ atau 303 K.
I. KESIMPULAN
Termokimia adalah ilmu tentang kalor yang menyertai reaksi kimia.
Kalor adalah perpindahan energi termal antara dua benda yang suhunya
berbeda. Kalor mengandung arti perpindahan energi namun biasanya kita
menyebut kalor diserap atau kalor dilepaskan. Jumlah perubahan kalor
sebagai reaksi kimia dapat diukur dalam suatu kalorimeter (yang diukur
adalah temperatur). Dalam setiap reaksi selalu disertai dengan perubahan
energi. Perubahan energi dapat dilihat dengan perubahan temperatur yang
terjadi. Reaksi eksoterm adalah reaksi yang terjadi akibat pelepasan kalor dari
suhu tinggi (panas0 ke suhu yang rendah (dingin) dengan harga q bernilai
negatif. Sedangkan reaksi endoterm adalah reaksi yang terjadi akibat
menyerap kalor dari suhu rendah (dingin) ke suhu yang tinggi (panas)
dengan harga q bernilai positif. Dari percobaan ini, diperoleh hasil bahwa
nilai tetapan kalorimeter adalah -210 J/K dan nilai kalor penetralan HCl dan
NaOH ∆Hn = -1171,2 J/mol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari
kedua percobaan yang telah dilakukan reaksi yang terjadi adalah reaksi
eksoterm.

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Oxtoby, David W, dkk. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid
1. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, Ralph H, dkk. 2011. Kimia Dasar Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Modern
Edisi Kesembilan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, Ralph H. 1996. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi
Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Sudarlin. 2011. Termodinamika Kimia. Yogyakarta: Omah Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai