A sin β
A cos β
A= Se= √ H 2 +d 2− √d 2 −H 2 cot 2 β
Besarnya Se menentukan titik keluarnya G. Permukaan basah digambar membentuk
garis parabola yang menyinggung terhadap garis horisontal di titik A yang menyinggung
kemiringan bagian hilir dititik G.
Langkah – langkah:
1. Tentukan titik awal garis yaitu titik A yang panjangnya 0.3 L dari embung pada lapis 1.
Buat perpanjangan garis yang sesuai dengan kemiringan embung bagian luar.
2. Tarik garis menggunkan jangka darik titik A dengan pusat R pada muka air h2 atau
pada titik F, hingga berpotongan dengan perpanjangan garis yang sesuai dengan
kemiringan embung, yang dinamakan titik A1.
3. Gambar setengah lingkaran pada FA1 dengan titik pusat pada A2, sehingga A1A2 = A2F.
4. Tarik garis menggunkan jangka dari titik A 2 dengan titk pusat di titik F, sampai
berpotongan dengan garis setengah lingkaran A1F, yang dinamakan titik A3.
5. Tarik Garis menggunakan jangka dengan titik pusat A 1 ke titik A3 hingga berpotongan
dengan sisi miring embung yang dinamakan titik G.
6. Dengan demikian FG = Se.
2. KONSOLIDASI
fKonsolidasi adalah perpindahan tanah secara vertikal ke arah bawah akibat beban yang
bekerja yang menyebabkan terjadinya perubahan volume pada tanah.
Ada 2 settlement :
WAKTU PENURUAN
2 Way Drainase
U (%) TV
0 0
10 0,008
20 0,031
30 0,071
40 0,126
50 0,197
60 0,287
70 0,403
80 0,567
90 0,848
100 ∞
1 Way Drainase
TV
U (%)
Case I( ) Case II( )
0 0 0
10 0,003 0,047
20 0,009 0,100
30 0,024 0,158
40 0,048 0,221
50 0,092 0,294
60 0,160 0,383
70 0,271 0,500
80 0,440 0,665
90 0,720 0,940
100 ∞ ∞
Untuk U = 0-60%
π U
2
T V =
4 ( 100 )
Untuk U>60%
t = T . Hdr2
Cv
Grafik ini menjelaskan tentang perubahan angka pori e terhadap penambahan tegangan.
Langkah-langkah membuat grfik e dan P; antara lain :
G s = Berat spesifik
Hv
e0=
Hs
ΔH 1
Δe 1 =
Hs ∆
e 1 = e 0 -∆e 1
ΔH 2
e 2=e1 − ( ) Hs
Lempung NC ; Tegangan efektif overburden yang dialami saat ini adalah nilai
tegangan over burden maksimum yang pernah dialami sebelumnya.
Lempung OC ; Tegangan efektif yang dialami saat ini lebih kecil dari nilai
tegangan over burden yang pernah dialami sebelumnya.
Tegangan efektif overburden yang pernah dialami sebelumnya disebut tekanan
prakonsolidasi. Casagrande (1936) menyarankan suatu cara untuk menentukan besarnya
tekanan pra konsolidasi berdasarkan kurva e dan Log P.prosedu menentukan nilai tekanan
pra konsolidasi berdasarkan kurva e dan Log P antara lain ;
Pc
OCR = P
P c = Tekanan prakonsolidasi
Dari hubungan hidro void ratio preassure dapat dihitung modulus pemampatan (Mv),
coefisien pemampatan (a),dan settlement( H ).
ei
Mv=1+
a
Δe
a=
ΔP
ΔP
S=H⋅
Mv , dimana H adalah tinggi awal benda uji
1. menurut TERZAGHI
lempung tak terganggu, Cc = 0,009(LL-10)
lempung terganggu, Cc = 0,007(LL-10)
2. menurut RENDON HERRERO
2,3
e
1,2
( )
Cc=0 ,141⋅Gs ⋅ 1+ 0
Gs
3. menurut NASARAJ S. MURTY
a
(
Cc=0 ,2343⋅ LL⋅
100 )
⋅Gs
a
Cs=0 ,0463⋅ LL⋅
100
⋅Gs ( )
Settlement Primer(S)
2. P 0 + ∆P ≤ P c , maka
H Pc H Po+ ΔP
S=Cs⋅
1+eo
⋅log
Po
+Cc⋅
1+eo
⋅log
ΔP ( )
P 0 = Tegangan efektif overbuerden awal pada lapisan setebal H
Δe
Cα=
t2
log
()
t1
, dinamakan index pemampatan sekunder
Cα
C ' α=
1+e p
Maka ;
t2
Ss=C ' α⋅H cos
t1
Tv⋅Hdr 2 Tv=
Cv⋅t
Cv=
t atau Hdr 2
k ( ΔPΔe )
Cv= Mv=
Mv⋅γw atau 1+e ave
H 2
H Tv⋅Hdr
2 Tv⋅ 2
Hdr= t= =
Untuk 1 way drainage, 2 → Cv Cv
Tv⋅Hdr 2 Tv⋅H 2
t= =
Hdr=H → Cv Cv
Untuk 2 way drainage,
PERHITUNGAN TUGAS
Ɣ1 4,5 m (H1)
Ɣ2 5 m (H2)
Ɣ3 3 m (H3)
1m
Mencari Nilai q
Ketinggian – ketinggian pada embung 1 sama dengan yang terdapat pada embung 2 sehingga
q embung 1 = q embung 2
= 7,11 t/m2
q2 = Ɣ2 . H2 = 1,6 t/m3 . 5 m
= 8 t/m2
q3 = Ɣ3 . H3 = 1,61 t/m3 . 3 m
= 4,83 t/m2
q total = q1 + q2 + q3
= 18,33 t/m2
EMBUNG I
L1 = 10 m
a2 b2
E
12,5 m
30o a1 60oo
L2 = 38.625 m D F
L3 = 25 m
12,5
=√ 3 a2 = 12,5 / √ 3 = 7,216 m
a2
b2 = ½ . L3
= 12,5 m
a1 = L2 – L1 – a2
= 38,625 – 10 – 7,216
= 21,409 m
b1 = L1 + a2 + b2
= 10 + 7,216 + 12,5
= 29,716 m
EMBUNG II
L1 = 8.5 m
b2 a2
12.5 m
30o 60o
12,5 √ 3 L3 = 25 m L2 = 36.475 m a1
=
a2 3 b1
12,5. 3
a2 = =21,65 m
√3
a1 = L2 – L1 – a2
= 36, 475 – 8,5 – 21,65
= 6,825 m
b1 = L1 + a2 + b2
= 8,5 + 21,65 + 12,5
= 42,65 m
penahan
Fs = τf / τd = peruntuh
Chart Taylor
Chart Coussins
Chart Yang
Cara analisis kestabilan lereng banyak dikenal, tetapi secara garis besar dapat dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu: cara pengamatan visual, cara komputasi dan cara grafik
(Pangular, 1985) sebagai berikut :
1) Cara pengamatan visual adalah cara dengan mengamati langsung di lapangan dengan
membandingkan kondisi lereng yang bergerak atau diperkirakan bergerak dan yang yang
tidak, cara ini memperkirakan lereng labil maupun stabil dengan memanfaatkan
pengalaman di lapangan (Pangular, 1985). Cara ini kurang teliti, tergantung dari
pengalaman seseorang. Cara ini dipakai bila tidak ada resiko longsor terjadi saat
pengamatan. Cara ini mirip dengan memetakan indikasi gerakan tanah dalam suatu peta
lereng.
2) Cara komputasi adalah dengan melakukan hitungan berdasarkan rumus (Fellenius,
Bishop, Janbu, Sarma, Bishop modified dan lain-lain). Cara Fellenius dan Bishop
menghitung Faktor Keamanan lereng dan dianalisis kekuatannya. Menurut Bowles
(1989), pada dasarnya kunci utama gerakan tanah adalah kuat geser tanah yang dapat
terjadi : (a) tak terdrainase, (b) efektif untuk beberapa kasus pembebanan, (c) meningkat
sejalan peningkatan konsolidasi (sejalan dengan waktu) atau dengan kedalaman, (d)
berkurang dengan meningkatnya kejenuhan air (sejalan dengan waktu) atau
terbentuknya tekanan pori yang berlebih atau terjadi peningkatan air tanah.
Dalam menghitung besar faktor keamanan lereng dalam analisis lereng tanah melalui
metoda sayatan, hanya longsoran yang mempunyai bidang gelincir saja yang dapat
dihitung.
3) Cara grafik adalah dengan menggunakan grafik yang sudah standar (Taylor, Hoek &
Bray, Janbu, Cousins dan Morganstren). Cara ini dilakukan untuk material homogen
dengan struktur sederhana. Material yang heterogen (terdiri atas berbagai lapisan) dapat
didekati dengan penggunaan rumus (cara komputasi). Stereonet, misalnya diagram jaring
Schmidt (Schmidt Net Diagram) dapat menjelaskan arah longsoran atau runtuhan batuan
dengan cara mengukur strike/dip kekar-kekar (joints) dan strike/dip lapisan batuan.
(asrulmile blogspot.com)
A.
A. Metode Bishop
Metode ini menganggap bahwa gaya-gaya yang bekerja pada sisi-sisi irisan mempunyai
resultan = 0 pada arah vertikal.
1. Rumus Dan Penurunannya
τf⋅Δln c⋅Δ ln Nr⋅tan ϕ
Tr=c⋅( Δ ln)⋅ = +
Fs Fs Fs
1
Tr= ⋅( c⋅Δ ln+ Nr⋅tan ϕ )
Fs
2. Untuk Keseimbangan Gaya Vertikal
V=0
Nr⋅tan ϕ c⋅Δ ln
( Wn+ Δt )⋅Nr⋅cos αn+ [ Fs
+
Fs ]
⋅sin αn=0
c⋅Δ ln⋅sin αn
( Wn+ Δt )⋅tan ϕ− ⋅tan ϕ
P
∑ [ Wn⋅γ⋅sin αn] = ∑
n=1
P P
P
n=1
1
Fs
(
c⋅Δ ln +
cos αn +
sin αn⋅tan ϕ
Fs
Fs
)
1 1
∑ [ Wn⋅sin αn ] = ∑ Fs ( c⋅Δ ln⋅cos αn+ (Wn + Δt ) tan ϕ )⋅
sin αn
n=1 n=1 cos αn +
Fs
P
∑ [ c⋅bn+Wn⋅tan ϕ+ Δt⋅tan ϕ ]
1
Fs= n=1 P
⋅
Mαn
∑ ( Wn⋅sin αn)
n=1
Dimana :
sin αn⋅tan ϕ
Mα=cos αn+
Fs
4. Penurunan Rumus
P
∑ [ c⋅bn+Wn⋅tan ϕ+ Δt⋅tan ϕ ]
n=1 1
Fs= P
⋅
Mαn
∑ ( Wn⋅sin αn )
n=1
Keterangan :
Fs = besar faktor keamanan
Ma = besar gaya normal
Wn = berat potongan ke-n
Un = tekanan Air pori pada tiap slice
c = kohesi
bn = lebar potongan ke-n
∆ln = lebar penampang bidang runtuh ke-n
Diketahui :
R = 13,8 m
h1 = 4,5 m h2 =5m h3 =3m
Ɣ1 = 1,58 t/m3 Ɣ2 = 1,6 t/m3 Ɣ3 = 1,61 t/m3
C1 = 0,21 m/cm2 C2 = 0,25 kg/cm2 C3 = 0,22 kg/cm2
= 2,1 t/m2 = 2,5 t/m2 = 2,2 t/m2
ϕ1 = 30o ϕ2 = 23o ϕ3 = 27o
Ɣw = 1 t/m3
Mencari Wn = bn . hn . Ɣ
Mencari nilai U
U = Ɣw . h Ɣw = 1 t/m3
h = tinggi di bawah garis freatik
Slice 1 = 1 . 0 = 0 t/m
Slice 2 = 1 . 0 = 0 t/m
Slice 3 = 1 . 0 = 0 t/m
Slice 4 = 1 . 0,9 = 0 ,9 t/m
Slice 5 = 1 . 1 = 1 t/m
Slice 6 = 1 . 1,725 = 1,725 t/m
Slice 7 = 1 . 1,725 = 1,725 t/m
Slice 8 = 1 . 1,575 = 1,575 t/m
Slice 9 = 1 . 1,05 = 1,05 t/m
Slice 10 = 1 . 0,525 = 0,525 t/m
1 65.5 3.9105 0.000 0.210 30.000 1.500 0.577 0.415 0.910 0.000 0.315 3.911
2 52.0 7.64325 0.000 0.210 30.000 1.500 0.577 0.616 0.788 0.000 0.315 7.643
3 42.0 9.648 0.000 0.250 23.000 1.500 0.424 0.743 0.669 0.000 0.375 9.648
4 33.0 10.035 0.900 0.250 23.000 1.500 0.424 0.839 0.545 1.350 0.375 8.685
5 25.0 10.23975 1.000 0.250 23.000 1.500 0.424 0.906 0.423 1.500 0.375 8.740
6 17.5 9.540 1.725 0.250 23.000 1.500 0.424 0.954 0.301 2.588 0.375 6.953
7 11.0 8.280 1.725 0.250 23.000 1.500 0.424 0.982 0.191 2.588 0.375 5.693
8 3.5 6.660 1.575 0.250 23.000 1.500 0.424 0.998 0.061 2.363 0.375 4.298
9 -3.5 4.680 1.050 0.250 23.000 1.500 0.424 0.998 -0.061 1.575 0.375 3.105
10 -11.0 2.376 0.525 0.250 23.000 1.800 0.424 0.982 -0.191 0.945 0.450 1.431
slice cos θ sin θ tan φ FS Mθ= cos θ +(tan φ. Sin θ)/ FS 1/Mθ 1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ) W sin θ
1 65.5 3.9105 0.000 0.210 30.000 1.500 0.577 0.415 0.910 0.000 0.315 3.911
2 52.0 7.64325 0.000 0.210 30.000 1.500 0.577 0.616 0.788 0.000 0.315 7.643
3 42.0 9.648 0.000 0.250 23.000 1.500 0.424 0.743 0.669 0.000 0.375 9.648
4 33.0 10.035 0.900 0.250 23.000 1.500 0.424 0.839 0.545 1.350 0.375 8.685
5 25.0 10.23975 1.000 0.250 23.000 1.500 0.424 0.906 0.423 1.500 0.375 8.740
6 17.5 9.540 1.725 0.250 23.000 1.500 0.424 0.954 0.301 2.588 0.375 6.953
7 11.0 8.280 1.725 0.250 23.000 1.500 0.424 0.982 0.191 2.588 0.375 5.693
8 3.5 6.660 1.575 0.250 23.000 1.500 0.424 0.998 0.061 2.363 0.375 4.298
9 -3.5 4.680 1.050 0.250 23.000 1.500 0.424 0.998 -0.061 1.575 0.375 3.105
10 -11.0 2.376 0.525 0.250 23.000 1.800 0.424 0.982 -0.191 0.945 0.450 1.431
slice cos θ sin θ tan φ FS Mθ= cos θ +(tan φ. Sin θ)/ FS 1/Mθ 1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ) W sin θ
1 65.5 3.911 0.000 0.210 30.000 1.500 0.577 0.415 0.910 0.000 0.315 3.911
2 52.0 7.643 0.000 0.210 30.000 1.500 0.577 0.616 0.788 0.000 0.315 7.643
3 42.0 9.648 0.000 0.250 23.000 1.500 0.424 0.743 0.669 0.000 0.375 9.648
4 33.0 10.035 0.900 0.250 23.000 1.500 0.424 0.839 0.545 1.350 0.375 8.685
5 25.0 10.240 1.000 0.250 23.000 1.500 0.424 0.906 0.423 1.500 0.375 8.740
6 17.5 9.540 1.725 0.250 23.000 1.500 0.424 0.954 0.301 2.588 0.375 6.953
7 11.0 8.280 1.725 0.250 23.000 1.500 0.424 0.982 0.191 2.588 0.375 5.693
8 3.5 6.660 1.575 0.250 23.000 1.500 0.424 0.998 0.061 2.363 0.375 4.298
9 -3.5 4.680 1.050 0.250 23.000 1.500 0.424 0.998 -0.061 1.575 0.375 3.105
10 -11.0 2.376 0.525 0.250 23.000 1.800 0.424 0.982 -0.191 0.945 0.450 1.431
slice cos θ sin θ tan φ FS Mθ= cos θ +(tan φ. Sin θ)/ FS 1/Mθ 1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ) W sin θ
1 65.5 3.911 0.000 0.210 30.000 1.500 0.577 0.415 0.910 0.000 0.315 3.911
2 52.0 7.643 0.000 0.210 30.000 1.500 0.577 0.616 0.788 0.000 0.315 7.643
3 42.0 9.648 0.000 0.250 23.000 1.500 0.424 0.743 0.669 0.000 0.375 9.648
4 33.0 10.035 0.900 0.250 23.000 1.500 0.424 0.839 0.545 1.350 0.375 8.685
5 25.0 10.240 1.000 0.250 23.000 1.500 0.424 0.906 0.423 1.500 0.375 8.740
6 17.5 9.540 1.725 0.250 23.000 1.500 0.424 0.954 0.301 2.588 0.375 6.953
7 11.0 8.280 1.725 0.250 23.000 1.500 0.424 0.982 0.191 2.588 0.375 5.693
8 3.5 6.660 1.575 0.250 23.000 1.500 0.424 0.998 0.061 2.363 0.375 4.298
9 -3.5 4.680 1.050 0.250 23.000 1.500 0.424 0.998 -0.061 1.575 0.375 3.105
10 -11.0 2.376 0.525 0.250 23.000 1.800 0.424 0.982 -0.191 0.945 0.450 1.431
slice cos θ sin θ tan φ FS Mθ= cos θ +(tan φ. Sin θ)/ FS 1/Mθ 1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ) W sin θ
1 65.5 3.911 0.000 0.210 30.000 1.500 0.577 0.415 0.910 0.000 0.315 3.911
2 52.0 7.643 0.000 0.210 30.000 1.500 0.577 0.616 0.788 0.000 0.315 7.643
3 42.0 9.648 0.000 0.250 23.000 1.500 0.424 0.743 0.669 0.000 0.375 9.648
4 33.0 10.035 0.900 0.250 23.000 1.500 0.424 0.839 0.545 1.350 0.375 8.685
5 25.0 10.240 1.000 0.250 23.000 1.500 0.424 0.906 0.423 1.500 0.375 8.740
6 17.5 9.540 1.725 0.250 23.000 1.500 0.424 0.954 0.301 2.588 0.375 6.953
7 11.0 8.280 1.725 0.250 23.000 1.500 0.424 0.982 0.191 2.588 0.375 5.693
8 3.5 6.660 1.575 0.250 23.000 1.500 0.424 0.998 0.061 2.363 0.375 4.298
9 -3.5 4.680 1.050 0.250 23.000 1.500 0.424 0.998 -0.061 1.575 0.375 3.105
10 -11.0 2.376 0.525 0.250 23.000 1.800 0.424 0.982 -0.191 0.945 0.450 1.431
slice cos θ sin θ tan φ FS Mθ= cos θ +(tan φ. Sin θ)/ FS 1/Mθ 1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ) W sin θ
1 65.5 3.911 0.000 0.210 30.000 1.500 0.577 0.415 0.910 0.000 0.315 3.911
2 52.0 7.643 0.000 0.210 30.000 1.500 0.577 0.616 0.788 0.000 0.315 7.643
3 42.0 9.648 0.000 0.250 23.000 1.500 0.424 0.743 0.669 0.000 0.375 9.648
4 33.0 10.035 0.900 0.250 23.000 1.500 0.424 0.839 0.545 1.350 0.375 8.685
5 25.0 10.240 1.000 0.250 23.000 1.500 0.424 0.906 0.423 1.500 0.375 8.740
6 17.5 9.540 1.725 0.250 23.000 1.500 0.424 0.954 0.301 2.588 0.375 6.953
7 11.0 8.280 1.725 0.250 23.000 1.500 0.424 0.982 0.191 2.588 0.375 5.693
8 3.5 6.660 1.575 0.250 23.000 1.500 0.424 0.998 0.061 2.363 0.375 4.298
9 -3.5 4.680 1.050 0.250 23.000 1.500 0.424 0.998 -0.061 1.575 0.375 3.105
10 -11.0 2.376 0.525 0.250 23.000 1.800 0.424 0.982 -0.191 0.945 0.450 1.431
slice cos θ sin θ tan φ FS Mθ= cos θ +(tan φ. Sin θ)/ FS 1/Mθ 1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ) W sin θ
Diketahui :
R = 11,7 m
h1 = 4,5 m h2 =5m h3 =3m
Ɣ1 = 1,58 t/m3 Ɣ2 = 1,6 t/m3 Ɣ3 = 1,61 t/m3
C1 = 0,21 m/cm2 C2 = 0,25 kg/cm2 C3 = 0,22 kg/cm2
= 2,1 t/m2 = 2,5 t/m2 = 2,2 t/m2
ϕ1 = 30o ϕ2 = 23o ϕ3 = 27o
Ɣw = 1 t/m3
Mencari Wn = bn . hn . Ɣ
Mencari nilai U
U = Ɣw . h Ɣw = 1 t/m3
h = tinggi di bawah garis freatik
Slice 1 = 1 . 0 = 0 t/m
Slice 2 = 1 . 0 = 0 t/m
Slice 3 = 1 . 0 = 0 t/m
Slice 4 = 1 . 0 = 0 t/m
Slice 5 = 1 . 0 = 0 t/m
Slice 6 = 1 . 0 = 0 t/m
Slice 7 = 1 . 0,225 = 0,225 t/m
Slice 8 = 1 . 0,45 = 0,45 t/m
Slice 9 = 1 . 0,75 = 0,75 t/m
Slice 10 = 1 . 0,225 = 0,225 t/m
1 77.0 1.8486 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.225 0.974 0.000 0.126 1.849
2 67.5 2.5596 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.383 0.924 0.000 0.126 2.560
3 60.5 2.7144 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.492 0.870 0.000 0.150 2.714
4 55.0 2.7252 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.574 0.819 0.000 0.150 2.725
5 50.0 2.45 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.643 0.766 0.000 0.150 2.448
6 46.0 2.160 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.695 0.719 0.000 0.150 2.160
7 42.0 1.656 0.225 0.250 23.000 0.600 0.424 0.743 0.669 0.135 0.150 1.521
8 38.0 1.152 0.450 0.250 23.000 0.600 0.424 0.788 0.616 0.270 0.150 0.882
9 34.5 0.72 0.750 0.250 23.000 0.600 0.424 0.824 0.566 0.450 0.150 0.270
10 32.0 0.21735 0.225 0.220 27.000 0.300 0.510 0.848 0.530 0.068 0.066 0.150
diinginkan FS = 1.500 maka
slice cos θ sin θ tan φ FS Mθ= cos θ +(tan φ. Sin θ)/ FS 1/Mθ 1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ) W sin θ
1 77.0 1.8486 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.225 0.974 0.000 0.126 1.849
2 67.5 2.55960 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.383 0.924 0.000 0.126 2.560
3 60.5 2.714 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.492 0.870 0.000 0.150 2.714
4 55.0 2.725 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.574 0.819 0.000 0.150 2.725
5 50.0 2.44800 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.643 0.766 0.000 0.150 2.448
6 46.0 2.160 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.695 0.719 0.000 0.150 2.160
7 42.0 1.656 0.225 0.250 23.000 0.600 0.424 0.743 0.669 0.135 0.150 1.521
8 38.0 1.152 0.450 0.250 23.000 0.600 0.424 0.788 0.616 0.270 0.150 0.882
9 34.5 0.720 0.750 0.250 23.000 0.600 0.424 0.824 0.566 0.450 0.150 0.270
10 32.0 0.217 0.225 0.220 27.000 0.300 0.510 0.848 0.530 0.068 0.066 0.150
slice cos θ sin θ tan φ FS Mθ= cos θ +(tan φ. Sin θ)/ FS 1/Mθ 1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ) W sin θ
1 77.0 1.849 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.225 0.974 0.000 0.126 1.849
2 67.5 2.560 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.383 0.924 0.000 0.126 2.560
3 60.5 2.714 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.492 0.870 0.000 0.150 2.714
4 55.0 2.725 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.574 0.819 0.000 0.150 2.725
5 50.0 2.448 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.643 0.766 0.000 0.150 2.448
6 46.0 2.160 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.695 0.719 0.000 0.150 2.160
7 42.0 1.656 0.225 0.250 23.000 0.600 0.424 0.743 0.669 0.135 0.150 1.521
8 38.0 1.152 0.450 0.250 23.000 0.600 0.424 0.788 0.616 0.270 0.150 0.882
9 34.5 0.720 0.750 0.250 23.000 0.600 0.424 0.824 0.566 0.450 0.150 0.270
10 32.0 0.217 0.225 0.220 27.000 0.300 0.510 0.848 0.530 0.068 0.066 0.150
slice cos θ sin θ tan φ FS Mθ= cos θ +(tan φ. Sin θ)/ FS 1/Mθ 1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ) W sin θ
1 77.0 1.849 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.225 0.974 0.000 0.126 1.849
2 67.5 2.560 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.383 0.924 0.000 0.126 2.560
3 60.5 2.714 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.492 0.870 0.000 0.150 2.714
4 55.0 2.725 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.574 0.819 0.000 0.150 2.725
5 50.0 2.448 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.643 0.766 0.000 0.150 2.448
6 46.0 2.160 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.695 0.719 0.000 0.150 2.160
7 42.0 1.656 0.225 0.250 23.000 0.600 0.424 0.743 0.669 0.135 0.150 1.521
8 38.0 1.152 0.450 0.250 23.000 0.600 0.424 0.788 0.616 0.270 0.150 0.882
9 34.5 0.720 0.750 0.250 23.000 0.600 0.424 0.824 0.566 0.450 0.150 0.270
10 32.0 0.217 0.225 0.220 27.000 0.300 0.510 0.848 0.530 0.068 0.066 0.150
slice cos θ sin θ tan φ FS Mθ= cos θ +(tan φ. Sin θ)/ FS 1/Mθ 1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ) W sin θ
1 77.0 1.849 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.225 0.974 0.000 0.126 1.849
2 67.5 2.560 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.383 0.924 0.000 0.126 2.560
3 60.5 2.714 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.492 0.870 0.000 0.150 2.714
4 55.0 2.725 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.574 0.819 0.000 0.150 2.725
5 50.0 2.448 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.643 0.766 0.000 0.150 2.448
6 46.0 2.160 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.695 0.719 0.000 0.150 2.160
7 42.0 1.656 0.225 0.250 23.000 0.600 0.424 0.743 0.669 0.135 0.150 1.521
8 38.0 1.152 0.450 0.250 23.000 0.600 0.424 0.788 0.616 0.270 0.150 0.882
9 34.5 0.720 0.750 0.250 23.000 0.600 0.424 0.824 0.566 0.450 0.150 0.270
10 32.0 0.217 0.225 0.220 27.000 0.300 0.510 0.848 0.530 0.068 0.066 0.150
slice cos θ sin θ tan φ FS Mθ= cos θ +(tan φ. Sin θ)/ FS 1/Mθ 1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ) W sin θ
1 77.0 1.849 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.225 0.974 0.000 0.126 1.849
2 67.5 2.560 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.383 0.924 0.000 0.126 2.560
3 60.5 2.714 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.492 0.870 0.000 0.150 2.714
4 55.0 2.725 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.574 0.819 0.000 0.150 2.725
5 50.0 2.448 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.643 0.766 0.000 0.150 2.448
6 46.0 2.160 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.695 0.719 0.000 0.150 2.160
7 42.0 1.656 0.225 0.250 23.000 0.600 0.424 0.743 0.669 0.135 0.150 1.521
8 38.0 1.152 0.450 0.250 23.000 0.600 0.424 0.788 0.616 0.270 0.150 0.882
9 34.5 0.720 0.750 0.250 23.000 0.600 0.424 0.824 0.566 0.450 0.150 0.270
10 32.0 0.217 0.225 0.220 27.000 0.300 0.510 0.848 0.530 0.068 0.066 0.150
slice cos θ sin θ tan φ FS Mθ= cos θ +(tan φ. Sin θ)/ FS 1/Mθ 1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ) W sin θ
1 77.0 1.849 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.225 0.974 0.000 0.126 1.849
2 67.5 2.560 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.383 0.924 0.000 0.126 2.560
3 60.5 2.714 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.492 0.870 0.000 0.150 2.714
4 55.0 2.725 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.574 0.819 0.000 0.150 2.725
5 50.0 2.448 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.643 0.766 0.000 0.150 2.448
6 46.0 2.160 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.695 0.719 0.000 0.150 2.160
7 42.0 1.656 0.225 0.250 23.000 0.600 0.424 0.743 0.669 0.135 0.150 1.521
8 38.0 1.152 0.450 0.250 23.000 0.600 0.424 0.788 0.616 0.270 0.150 0.882
9 34.5 0.720 0.750 0.250 23.000 0.600 0.424 0.824 0.566 0.450 0.150 0.270
10 32.0 0.217 0.225 0.220 27.000 0.300 0.510 0.848 0.530 0.068 0.066 0.150
slice cos θ sin θ tan φ FS Mθ= cos θ +(tan φ. Sin θ)/ FS 1/Mθ 1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ) W sin θ
B. METODE FELLENIUS
Metode ini banyak digunakan untuk menganalisis kestabilan lereng yang tersusun oleh
tanah dan bidang gelincirnya berbentuk busur (arc – failure )
Menurut Sowers (1975) tipe longsoran terbagi ke dalam 3 bagian berdasarkan kepada
posisi bidang gelincirnya yaitu longsoran kaki lereng (toe failure), longsoran muka lereng
(face failure), dan longsoran dasar lereng (base failure). Longsoran kaki lereng umumnya
terjadi pada lereng agak curam (>945) dan tanah penyusunnya relative mempunyai nilai
sudut geser dalam yang besar (>300). Longsoran muka lereng biasanya terjadi pada lereng
yang mempunyai lapisan keras (hard layer), dimana ketinggian lapisan keras ini melebihi
ketinggian kaki lerengnya, sehingga lapisan lunak yang berada di atas lapisan keras
berbahaya untuk longsor. Longsoran dasar lereng biasanya terjadi pada lereng yang tersusun
oleh tanah lempng, atau biasa juga terjadi pada lereng yang tersusun oleh beberapa lapisan
lunak (soft seams)
Perhitungan lereng dengan metode Fellenius dilakukan dengan membagi masa
longsoran menjadi segmen – segmen untuk bidang longsor circular.
Metode Fellenius dapat digunakan pada lereng – lereng dengan kondisi isotropis, non –
isotropis, dan berlapis – lapis. Massa tanah yang bergerak diandaikan terdiri atas beberapa
elemen vertical. Lebar elemen dapat diambil tidak sama dan sedemikian sehingga lengkung
busur di dasar elemen dapat dianggap garis lurus.
Berat total tanah/batuan pada suatu elemen (w), termasuk beban luar yang bekerja
pada permukaan lereng Wt, diuraikan dalam komponen tegak lurus dan tangensial pada
dasar elemen. Dengan cara ini pengaruh gaya dan E yang bekerja disamping elemen
diabaikan. Faktor keamanan adalah perbandingan momen penahan longsor dengan penyebab
longsor.
Analisa stabilitas lereng dengan cara Fellenius menganggap gaya – gaya yang bekerja
pada sisi kanan – kiri dan sembarang lapisan mempunyai resultan = 0 pada tegak lurus
bidang longsornya.
O
O1
A
Lapisan tanah 1
Lapisan tanah 2
W B
O2
Lapisan tanah 3 s
D C
Memilih irisan – irisan agar dasar busur hanya pada satu jenis tanah, materi yang digunakan
yaitu :
Diketahui data : C1, Ɣ1, ϕ1, h1, C2, Ɣ2, ϕ2, C3, Ɣ3, h3, ϕ3, h2.
R, b, Ɵ (lihat gambar)
Mencari nilai Wn Wn = bn . hn . Ɣ
Mencari nilai U U = Ɣw . h
N’ = w cos Ɵ – U . b
Safety Factor ¿ Ʃ ¿ ¿
slice θ W u c φ b tan φ cos θ sin θ u.b W cos θ N' = W cos θ - u.b N' . Tan φ c.b W sin θ
1 65.5 3.9105 0.000 2.100 30.000 1.500 0.577 0.415 0.910 0.000 1.622 1.622 0.936 3.150 3.558
2 52.0 7.64325 0.000 2.100 30.000 1.500 0.577 0.616 0.788 0.000 4.706 4.706 2.717 3.150 6.023
3 42.0 9.648 0.000 2.500 23.000 1.500 0.424 0.743 0.669 0.000 7.170 7.170 3.043 3.750 6.456
4 33.0 10.035 0.900 2.500 23.000 1.500 0.424 0.839 0.545 1.350 8.416 7.066 2.999 3.750 5.465
5 25.0 10.23975 1.000 2.500 23.000 1.500 0.424 0.906 0.423 1.500 9.280 7.780 3.303 3.750 4.328
6 17.5 9.540 1.725 2.500 23.000 1.500 0.424 0.954 0.301 2.588 9.098 6.511 2.764 3.750 2.869
7 11.0 8.280 1.725 2.500 23.000 1.500 0.424 0.982 0.191 2.588 8.128 5.540 2.352 3.750 1.580
8 3.5 6.660 1.575 2.500 23.000 1.500 0.424 0.998 0.061 2.363 6.648 4.285 1.819 3.750 0.407
9 -3.5 4.680 1.050 2.500 23.000 1.500 0.424 0.998 -0.061 1.575 4.671 3.096 1.314 3.750 -0.286
10 -11.0 2.376 0.525 2.500 23.000 1.800 0.424 0.982 -0.191 0.945 2.332 1.387 0.589 4.500 -0.453
Ʃ= 21.836 37.050 29.946
Safety Factor = Ʃ (N' . Tan φ + c.b)
Ʃ W sin θ
= 1.966391 1.966391 > 1.5
Kesimpulan = Aman
metode fellenius embung 2
slice θ W u c φ b tan φ cos θ sin θ u.b W cos θ N' = W cos θ - u.b N' . Tan φ c.b W sin θ
1 77.0 1.8486 0.000 2.100 30.000 0.600 0.577 0.225 0.974 0.000 0.416 0.416 0.240 1.260 1.801
2 67.5 2.5596 0.000 2.100 30.000 0.600 0.577 0.383 0.924 0.000 0.980 0.980 0.566 1.260 2.365
3 60.5 2.7144 0.000 2.500 23.000 0.600 0.424 0.492 0.870 0.000 1.337 1.337 0.567 1.500 2.362
4 55.0 2.7252 0.000 2.500 23.000 0.600 0.424 0.574 0.819 0.000 1.563 1.563 0.664 1.500 2.232
5 50.0 2.448 0.000 2.500 23.000 0.600 0.424 0.643 0.766 0.000 1.574 1.574 0.668 1.500 1.875
6 46.0 2.160 0.000 2.500 23.000 0.600 0.424 0.695 0.719 0.000 1.500 1.500 0.637 1.500 1.554
7 42.0 1.656 0.225 2.500 23.000 0.600 0.424 0.743 0.669 0.135 1.231 1.096 0.465 1.500 1.108
8 38.0 1.152 0.450 2.500 23.000 0.600 0.424 0.788 0.616 0.270 0.908 0.638 0.271 1.500 0.709
9 34.5 0.72 0.750 2.500 23.000 0.600 0.424 0.824 0.566 0.450 0.593 0.143 0.061 1.500 0.408
10 32.0 0.21735 0.225 2.200 27.000 0.300 0.510 0.848 0.530 0.068 0.184 0.117 0.060 0.660 0.115
Ʃ= 4.198 13.680 14.530
Safety Factor = Ʃ (N' . Tan φ + c.b)
Ʃ W sin θ
= 1.230369 1.230369 < 1.5
Kesimpulan = Tidak Aman
UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019
Kelongsoran hanya bisa terjadi jika kekuatan geser dilampaui yaitu perkiraan geser
pada bidang gelincir tak cukup besar untuk menahan gaya-gaya ynag bekerja pada bidang
tersebut. Dengan kata lain kelongsoran terjadi jika gaya-gaya geser pada bidang tersebut ada.
Makin besar gaya yang bekerja pada bidang gelincir, maka makin besar gaya yang
bekerja pada lereng. Bertambahnya gaya-gaya yang bekerja tersebut disebabkan oleh:
1. pengaruh alam
2. a) adanya gempa bumi
b) runtuhnya gua-gua
c) erosi
d) naiknya muka air tanah / naiknya aliran
e) pelemahan lereng karena terjadinya retakan, sehingga air dapat
merembes
3. perbuatan manusia
a) penambahan beban pada lereng / tepi lereng
b) penggalian tanah di bawah kaki leren
a)
b)
c)
Tanah timbunan
4. mengurangi ketinggian muka air untuk mereduksi tekanan air pori pada
lereng
selokan
Pipa drainase
1. PEMAMPATAN
Ini merupakan metode yang paling murah untuk memperbaiki tanah lokasi.
Pemampatan tersebut dapat dirampungkan dengan menggali suatu kedalaman , kemudian
mengurangnya kembali secara hati-hati didalam ketebalan jenjang yang dikontrol dan
memampatkan tanah dengan peralatan pemampatan yang sesuai. Pemampatan tanah-tanah
kohesif dapat dirampungkan dengan menggunakan mesin gilas tumbuk atau penggilas yang
mempunyai ban karet. Pemampatan tanah tak berkohesi dapat dirampungkan dengan
menggunakan mesin penggilas yang mempunyai roda licin,biasanya sebuah alat bergetar
didalamnya. Jadi, pemampatan adalah suatu kombinasi batasan,tekanan,dan getaran.
Kedalaman jenjang sampai kira-kira 1,5 M - 2 M dapat dimampatkan dengan peralatan
tersebut.
Metode ini memperbaiki tanah yang jelek sebelum konstruksi fasilitas permanen adalah
pra pembebanan. Pra beban tersebut dapat terdiri dari tanah atau kadang-kadang batuan.
Metode ini bertujuan mempercepat penurunan dibawah pra pembebanan tetapi dapat
juga menambah kekuatan geser tanah. Bila sebuah urugan maupun sebuah pra beban
tambahan ditempatkan diatas deposit kohesif jenuh, maka panjang lintasan drainase boleh
ditambah dampai ke puncak urugan. Karena panjang drainase menentukan waktu untuk
konsolidasi, maka lintasan drainase ini harus dibuat sependek mungkin. Bila dinding atas air
jenjuh sangat dekat ke permukaan tanah, maka lapisan pasir(selimut pasir dapat ditempatkan
pada puncak dari tempat sebelum menempatkan urugan. Kita dapat memperluas konsep ini
lebih jauh dan memasang kolom pasir vertikal pad interval-interval yang dipilih cidalam
tanah yang ada.
4. METODE GETAR
Metode ini bertujuan memperbesar kepadatan tanah. Daya dukung yang dibolehkan dari
pasir sangat bergantung dari kondisi tanah. Hal ini digambarkan dalam bilangan penembusan
atau nilai tahanan kerucut seperti halnya dalam sudut gesekan dalam. Metode tersebut paling
lazim digunakan untuk pemadatan deposit pasir dan kerikil yang tak berkohesi dengan tidak
melebihi 20% lumpur atau 10% lempung adalah pemampatan getar apung atua sisipan
dengan menggunakan penembus silinder yang berdiameter ± 432 mm, panjang 183 mm,
berat ± 17,8 KN dan daya dukung 250-400 Mpa.
Pengadukan encer adalah suatu cara untuk menyisipkan sejenis bahan menstabil
kedalam massa tanah dibawah tekanan. Tekanan memaksakan bahan masuk kedalam
ruangan yang terbatas disekitar tabung suntukan. Bahan tereaksi dengan tanah atau dirniya
sendiri untuk membentuk sebuah massa stabil. Metode ini mempunyai sejumlah besar
pemakaian seperti :
Dari konsep satuan yang terbenam jelaslah bahwa tekanan antar butiran dapat
ditambahkandengan menghilangkan efek apung dari air. Hal ini dapat ditambah dengan
merendahkan bidang batas air jenuh. Didalam banyak kasus mungkin hal ini dapat
ditambahkandan tidak terlihat karena mungkin hanya sebagai keadaan sementara. Dengan
penambahan tekanan tekanan efektif, makam penurunan tak diizinkan mungkin dihasilkan
dan tidak mungkin merendahkan bidang batas air jenuh tepat didalam batas.
7. PENGGUNAAN GEOTEKSIL
Anyaman tersebut dapat ditenun/dirajut dan dipakai dalam lajur untuk penulangan
massa tanah atau mungkin didalam lembaran plastik yang tidak permeabel atau permeabel
yang digunakan untuk membuat bagian tanah menjadi tahan terhadap air,mengontrol
erosi,atau memisahkan bahan-bahan yang berlainan, geoteksil dapat digunakan didalam
janur penulangan sebuah massa tanah.