Anda di halaman 1dari 49

UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II

FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

1. MENENTUKAN GARIS FREATIK (PHREATIC LINE)


A. Teori

Didalam merencanakan sebuah bendungan, perlu diperhitungkan stabilitasnya


terhadap bahaya longsoran, erosi lereng dan kehilangan air akibat rembesan yang melalui
tubuh bendungan. Beberapa cara diberikan untuk menentukan besarnya rembesan yang
melewati bendungan yang dibangun dari tanah homogen. Cara yang dipakai adalah
analitis dan grafis.

B. Perhitungan Panjang Permukaan Basah Secara Analitis


dy
Asumsi Scaffernack – Itterson bahwa i = tanβ = dx adalah sama dengan kemiringan garis
freatik dan merupakan gradien konstan sepanjang garis freatik.

A sin β

A cos β

A= Se= √ H 2 +d 2− √d 2 −H 2 cot 2 β
Besarnya Se menentukan titik keluarnya G. Permukaan basah digambar membentuk
garis parabola yang menyinggung terhadap garis horisontal di titik A yang menyinggung
kemiringan bagian hilir dititik G.

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

C. Perhitungan Panjang Permukaan Basah Secara Grafis

Langkah – langkah:

1. Tentukan titik awal garis yaitu titik A yang panjangnya 0.3 L dari embung pada lapis 1.
Buat perpanjangan garis yang sesuai dengan kemiringan embung bagian luar.
2. Tarik garis menggunkan jangka darik titik A dengan pusat R pada muka air h2 atau
pada titik F, hingga berpotongan dengan perpanjangan garis yang sesuai dengan
kemiringan embung, yang dinamakan titik A1.
3. Gambar setengah lingkaran pada FA1 dengan titik pusat pada A2, sehingga A1A2 = A2F.
4. Tarik garis menggunkan jangka dari titik A 2 dengan titk pusat di titik F, sampai
berpotongan dengan garis setengah lingkaran A1F, yang dinamakan titik A3.
5. Tarik Garis menggunakan jangka dengan titik pusat A 1 ke titik A3 hingga berpotongan
dengan sisi miring embung yang dinamakan titik G.
6. Dengan demikian FG = Se.

D. Menentukan Lintasan Garis Freatik (Cara Analitis)

Ditugas kemiringan bendung β ≥ 30˚. Step – step perhitunganya yaitu:


1. Gambar embung sesuai dengan skala
2 2 2 2 2

2. Hitung Se dengan persamaan : Se= H +d − d −H cot β √
3. Tentukan lokasi titik awal asal parabola, yaitu titik F sampai 0.3L
4. Garis freatik adalah berbentuk parabola, gunakan persamaan parabola
sederhana.
Y = k * X2 , Pada X0 = Y0
Yo
X =
Xo2

Sehingga di gunakan persamaan :


y=√ 2⋅x⋅y 0+ y 02 y 0=√ H 2 +d 2−d
dimana
5. Tentukan nillai X mulai dengan X = 0 sampai dengan X = 0.3 L sehingga didapat
nilai Y. Setelah di dapat nilai X dan Y, maka plot digambar dengan menggunakan
sistem diagram Cartesius. Garis yang didapat disebut Garis Freatik.
6. Perhatikan bahwa parabola menyinggung bendungan pada bagian hilir, pada
bagian atas dari bagian basah dan berangsur – angsur tegak lurus terhadap
muka bendungan bagian hilir pada garis air
7. Muka bendungan bagian hulu adalah garis ekipotensial dan garis freatik
merupakan garis aliran
8. Garis Freatik membagi embung menjadi dua bagian yaitu, Bagian yang kering
yang berda di atas garis freatik dan yang jenuh air yaitu dibawah garis freatik.

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

2. KONSOLIDASI
fKonsolidasi adalah perpindahan tanah secara vertikal ke arah bawah akibat beban yang
bekerja yang menyebabkan terjadinya perubahan volume pada tanah.

Ada 2 settlement :

 Pada tanah non-kohesif (C=0)


 Pada tanah kohesif (C>0)

1. Pada tanah non-kohesif

2. Pada tanah kohesif

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

Secara umum settlement dibagi atas :

 Immediate Settlement, Disebabkan oleh deformasi elastis pada tanah kering


jenuh air tanpa terjadi perubahan kadar air.
 Primary Consolidation
 Secondary Consolidation Settlement

WAKTU PENURUAN

Variasi nilai faktor waktu (Tv) dan derajat konsolodai (U)

2 Way Drainase
U (%) TV
0 0
10 0,008
20 0,031
30 0,071
40 0,126
50 0,197
60 0,287
70 0,403
80 0,567
90 0,848
100 ∞
1 Way Drainase

TV
U (%)
Case I( ) Case II( )
0 0 0
10 0,003 0,047
20 0,009 0,100
30 0,024 0,158
40 0,048 0,221
50 0,092 0,294
60 0,160 0,383
70 0,271 0,500
80 0,440 0,665
90 0,720 0,940
100 ∞ ∞

Atau menggunakan rumus

Untuk U = 0-60%

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

π U
2

T V =
4 ( 100 )
Untuk U>60%

T V =1 , 781−0 , 933 log ( 100−U )

Rumus waktu penurunan (t)

t = T . Hdr2

Cv

GRAFIK HUBUNGAN e DAN P

Grafik ini menjelaskan tentang perubahan angka pori e terhadap penambahan tegangan.
Langkah-langkah membuat grfik e dan P; antara lain :

1. Hitung H s yakni tinggi benda uji setelah pengujian.


W
Hs=
A⋅G s⋅γw

W= Berat kering benda uji

A = Luas penampang benda uji

G s = Berat spesifik

γ w = Berat volume air

2. Hitung tinggi air pori H v ,


v =H-H s
H

3. Hitung angka pori awal benda uji e 0

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

Hv
e0=
Hs

4. Pada setiap penambahan beban sebesar P 1 pada benda uji menyebabkan ∆ H


1 , hitung ∆ e 1

ΔH 1
Δe 1 =
Hs ∆

5. Hitung angka pori e 1 setelah konsolidasi akibat pembebanan P 1

e 1 = e 0 -∆e 1

untuk pembebanan sebesar P 2 ,

ΔH 2
e 2=e1 − ( ) Hs

Lempung Terkonsolidasi Normal (Over Consolidated And Normally Consolidated)

Menurut riwayat tegangan yang dialami oleh lempung;

 Lempung NC ; Tegangan efektif overburden yang dialami saat ini adalah nilai
tegangan over burden maksimum yang pernah dialami sebelumnya.
 Lempung OC ; Tegangan efektif yang dialami saat ini lebih kecil dari nilai
tegangan over burden yang pernah dialami sebelumnya.
Tegangan efektif overburden yang pernah dialami sebelumnya disebut tekanan
prakonsolidasi. Casagrande (1936) menyarankan suatu cara untuk menentukan besarnya
tekanan pra konsolidasi berdasarkan kurva e dan Log P.prosedu menentukan nilai tekanan
pra konsolidasi berdasarkan kurva e dan Log P antara lain ;

1. Melalui pengamatan visual tentukan titik a pada kurva yang memiliki


kelengkungan maksimum.
2. Tarik garis lurus horisontal ab yang melalui titik a.
3. Tarik garis singgung ac yang melalui titik a.
4. Tarik garis ad yang membagi sudut adc sama besar.
5. Perpanjang bagian bawah kurva menjadi garis lurus yang memotong titik f pada
garis ad.
6. Plot titik f terhadap sumbu p,nilai tersebut adalah nilai ∆∆Pc( tekanan
prakonsolidasi )
.

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

OCR ( Over Consolidated Ratio)

Pc
OCR = P

P c = Tekanan prakonsolidasi

P = Tekanan overburden yang dialami saat ini

OCR = 1 , merupakan lempung NC

OCR > 1 , merupakan lempung OC

Simplified Void Ratio (Pressure Equation)

Dari hubungan hidro void ratio preassure dapat dihitung modulus pemampatan (Mv),
coefisien pemampatan (a),dan settlement( H ).

ei
Mv=1+
a

Δe
a=
ΔP

ΔP
S=H⋅
Mv , dimana H adalah tinggi awal benda uji

Perhitungan Index Pemampatan (Cc),Index Pemuaian (Cs),Dan Settlement Konsolidasi


Primer

Index pemampatan (Cc)

1. menurut TERZAGHI
 lempung tak terganggu, Cc = 0,009(LL-10)
 lempung terganggu, Cc = 0,007(LL-10)
2. menurut RENDON HERRERO
2,3
e

1,2
( )
Cc=0 ,141⋅Gs ⋅ 1+ 0
Gs
3. menurut NASARAJ S. MURTY
a

(
Cc=0 ,2343⋅ LL⋅
100 )
⋅Gs

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

Index pemuaian (Cs)

1. menurut NASARAJ S.MURTY

a

Cs=0 ,0463⋅ LL⋅
100
⋅Gs ( )

Settlement Primer(S)

 Lempung terkonsolidasi normal


H Po+ ΔP
S=Cc⋅
1+ e0
⋅log
Po ( ) , untuk lempung NC

 Lempung terkonsolidasi lebih jika


1. P 0 + ∆P ≤ P c , maka
H Po+ ΔP
S=Cs⋅
1+e 0
⋅log
Po ( ) , untuk lempung OC

2. P 0 + ∆P ≤ P c , maka
H Pc H Po+ ΔP
S=Cs⋅
1+eo
⋅log
Po
+Cc⋅
1+eo
⋅log
ΔP ( )
P 0 = Tegangan efektif overbuerden awal pada lapisan setebal H

∆P = Penambahan tegangan vertikal

Settlement Sekunder (S)

Δe
Cα=
t2
log
()
t1
, dinamakan index pemampatan sekunder


C ' α=
1+e p

Maka ;

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

t2
Ss=C ' α⋅H cos
t1

Perhitungan Koefisien Konsolidasi (Cv)

Cv dapat ditentukan melalui hasil dilabpratorium,dengan menggunakan metode :

 Metode logaritma waktu


 Metode akar waktu

Hubungan Cv,t,dan Tv dinyatakan dengan persamaan ;

Tv⋅Hdr 2 Tv=
Cv⋅t
Cv=
t atau Hdr 2

Hubungan Cv, k, dan Mv dinyatakan dengan persamaan ;

k ( ΔPΔe )
Cv= Mv=
Mv⋅γw atau 1+e ave

H 2
H Tv⋅Hdr
2 Tv⋅ 2
Hdr= t= =
Untuk 1 way drainage, 2 → Cv Cv

Tv⋅Hdr 2 Tv⋅H 2
t= =
Hdr=H → Cv Cv
Untuk 2 way drainage,

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

PERHITUNGAN TUGAS

Ɣ1 4,5 m (H1)

Ɣ2 5 m (H2)

Ɣ3 3 m (H3)

1m

Mencari Nilai q

Ketinggian – ketinggian pada embung 1 sama dengan yang terdapat pada embung 2 sehingga
q embung 1 = q embung 2

q1 = Ɣ1 . H1 = 1,58 t/m3 . 4,5 m

= 7,11 t/m2

q2 = Ɣ2 . H2 = 1,6 t/m3 . 5 m

= 8 t/m2

q3 = Ɣ3 . H3 = 1,61 t/m3 . 3 m

= 4,83 t/m2

q total = q1 + q2 + q3

= (7,11 + 8 + 4,83) t/m2 = 19,94 t/m2

q untuk bagian bawah

q = Ɣ3 . h = 1,61 t/m3 . 1 m = 1,61 t/m2

q netto = q total – q bagian bawah

= 19,94 t/m2 – 1,61 t/m2

= 18,33 t/m2

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

EMBUNG I
L1 = 10 m
a2 b2
E

12,5 m

30o a1 60oo

L2 = 38.625 m D F
L3 = 25 m
12,5
=√ 3 a2 = 12,5 / √ 3 = 7,216 m
a2

b2 = ½ . L3
= 12,5 m

a1 = L2 – L1 – a2
= 38,625 – 10 – 7,216
= 21,409 m

b1 = L1 + a2 + b2
= 10 + 7,216 + 12,5
= 29,716 m

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

EMBUNG II
L1 = 8.5 m
b2 a2

12.5 m

30o 60o

12,5 √ 3 L3 = 25 m L2 = 36.475 m a1
=
a2 3 b1

12,5. 3
a2 = =21,65 m
√3

a1 = L2 – L1 – a2
= 36, 475 – 8,5 – 21,65
= 6,825 m

b1 = L1 + a2 + b2
= 8,5 + 21,65 + 12,5
= 42,65 m

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Mekanika Tanah II 2019

Tabel Perhitungan ∆ P Embung I

q netto = 18,33 t/m3

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Mekanika Tanah II 2019

Tabel Perhitungan ∆ P Embung II

q netto =18,33 t/m2

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

Tegangan yang Terjadi Akibat Berat Tanah

(Embung I = Embung II)

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


Tabel Perhitungan Penurunan di Bawah Embung I
Tabel Perhitungan di Bawah Embung II
UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

3. KESTABILAN LERENG (SLOPE STABILITY)


Dinyatakan dengan Fs = FAKTOR KEAMANAN ;

penahan
Fs = τf / τd = peruntuh

Untuk prosedur kestabilan lereng analisanya terbagi atas 2 jenis, yaitu :

1. MASS PROCEDURE, asumsi yang digunakan adalah slope yang bersifat


homogen. Metode – metode yang digunakan adalah:

 Chart Taylor

 Chart Coussins

 Chart Yang

2. METHOD OF SLICES, asumsi yang digunakan: tanah di atas bidang gelincir


dibagi atas slice vertikal dan dihitung. Metode ini memperhitungkan ketidakhomogen
tanah dan tekanan air pori (μ), juga variasi tegangan normal sepanjang bidang
keruntuhan dapat dihitung. Metode – metode yang digunakan adalah :

 Asumsi Culmann finith slope

 Sweddish sollution (Fellenius Method)

 Bishop’s simplified Method

Cara analisis kestabilan lereng banyak dikenal, tetapi secara garis besar dapat dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu: cara pengamatan visual, cara komputasi dan cara grafik
(Pangular, 1985) sebagai berikut :

1) Cara pengamatan visual adalah cara dengan mengamati langsung di lapangan dengan
membandingkan kondisi lereng yang bergerak atau diperkirakan bergerak dan yang yang
tidak, cara ini memperkirakan lereng labil maupun stabil dengan memanfaatkan
pengalaman di lapangan (Pangular, 1985). Cara ini kurang teliti, tergantung dari
pengalaman seseorang. Cara ini dipakai bila tidak ada resiko longsor terjadi saat
pengamatan. Cara ini mirip dengan memetakan indikasi gerakan tanah dalam suatu peta
lereng.

2)    Cara komputasi adalah dengan melakukan hitungan berdasarkan rumus (Fellenius,
Bishop, Janbu, Sarma, Bishop modified dan lain-lain). Cara Fellenius dan Bishop
menghitung Faktor Keamanan lereng dan dianalisis kekuatannya. Menurut Bowles

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

(1989), pada dasarnya kunci utama gerakan tanah adalah kuat geser tanah yang dapat
terjadi : (a) tak terdrainase, (b) efektif untuk beberapa kasus pembebanan, (c) meningkat
sejalan peningkatan konsolidasi (sejalan dengan waktu) atau dengan kedalaman, (d)
berkurang dengan meningkatnya kejenuhan air (sejalan dengan waktu) atau
terbentuknya tekanan pori yang berlebih atau terjadi peningkatan air tanah.
Dalam menghitung besar faktor keamanan lereng dalam analisis lereng tanah melalui
metoda sayatan, hanya longsoran yang mempunyai bidang gelincir saja yang dapat
dihitung.

3)    Cara grafik adalah dengan menggunakan grafik yang sudah standar (Taylor, Hoek &
Bray, Janbu, Cousins dan Morganstren). Cara ini dilakukan untuk material homogen
dengan struktur sederhana. Material yang heterogen (terdiri atas berbagai lapisan) dapat
didekati dengan penggunaan rumus (cara komputasi). Stereonet, misalnya diagram jaring
Schmidt (Schmidt Net Diagram) dapat menjelaskan arah longsoran atau runtuhan batuan
dengan cara mengukur strike/dip kekar-kekar (joints) dan strike/dip lapisan batuan.
(asrulmile blogspot.com)

A.

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

A. Metode Bishop
Metode ini menganggap bahwa gaya-gaya yang bekerja pada sisi-sisi irisan mempunyai
resultan = 0 pada arah vertikal.
1. Rumus Dan Penurunannya
τf⋅Δln c⋅Δ ln Nr⋅tan ϕ
Tr=c⋅( Δ ln)⋅ = +
Fs Fs Fs
1
Tr= ⋅( c⋅Δ ln+ Nr⋅tan ϕ )
Fs
2. Untuk Keseimbangan Gaya Vertikal
V=0
Nr⋅tan ϕ c⋅Δ ln
( Wn+ Δt )⋅Nr⋅cos αn+ [ Fs
+
Fs ]
⋅sin αn=0

Nr⋅tan ϕ⋅sin αn c⋅Δ ln⋅sin αn


Wn+ Δt⋅Nr⋅cos αn+ + =0
Fs Fs
c⋅Δ ln⋅sin αn
( Wn+ Δt )−
Fs
Nr=
sin αn⋅tan ϕ
cos αn +
Fs
3. Untuk Keseimbangan Balok ABC
P P P
1
∑ [ Wn⋅γ⋅sin αn] = ∑ [ Tr⋅γ ] = ∑ Fs ( c⋅Δ ln + Nr⋅tan ϕ )
n=1 n=1 n=1

c⋅Δ ln⋅sin αn
( Wn+ Δt )⋅tan ϕ− ⋅tan ϕ
P
∑ [ Wn⋅γ⋅sin αn] = ∑
n=1

P P
P

n=1
1
Fs
(
c⋅Δ ln +
cos αn +
sin αn⋅tan ϕ
Fs
Fs
)
1 1
∑ [ Wn⋅sin αn ] = ∑ Fs ( c⋅Δ ln⋅cos αn+ (Wn + Δt ) tan ϕ )⋅
sin αn
n=1 n=1 cos αn +
Fs
P
∑ [ c⋅bn+Wn⋅tan ϕ+ Δt⋅tan ϕ ]
1
Fs= n=1 P

Mαn
∑ ( Wn⋅sin αn)
n=1

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

Dimana :
sin αn⋅tan ϕ
Mα=cos αn+
Fs
4. Penurunan Rumus
P
∑ [ c⋅bn+Wn⋅tan ϕ+ Δt⋅tan ϕ ]
n=1 1
Fs= P

Mαn
∑ ( Wn⋅sin αn )
n=1

Untuk Fs dengan pengaruh tekanan air pori (dengan rembesan U) ∆T=T


P
∑ [ c⋅bn+ ( Wn⋅Un⋅bn ) tan ϕ+ Δt⋅tan ϕ ]
n=1 1
Fs= P

Mαn
∑ ( Wn⋅sin αn )
n=1

Untuk T=1 maka dimisalkan


ln+1|=|⃗ln|
|⃗ jadi
Δ1=ln−ln+1=0
P
∑ [ c⋅bn+( Wn⋅Un⋅bn ) tan ϕ ]
n=1 1
Fs= P

Mαn
∑ (Wn⋅sin αn )
n=1

Keterangan :
Fs = besar faktor keamanan
Ma = besar gaya normal
Wn = berat potongan ke-n
Un = tekanan Air pori pada tiap slice
c = kohesi
bn = lebar potongan ke-n
∆ln = lebar penampang bidang runtuh ke-n

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

PERHITUNGAN METODE BISHOP


EMBUNG I

Diketahui :
R = 13,8 m
h1 = 4,5 m h2 =5m h3 =3m
Ɣ1 = 1,58 t/m3 Ɣ2 = 1,6 t/m3 Ɣ3 = 1,61 t/m3
C1 = 0,21 m/cm2 C2 = 0,25 kg/cm2 C3 = 0,22 kg/cm2
= 2,1 t/m2 = 2,5 t/m2 = 2,2 t/m2
ϕ1 = 30o ϕ2 = 23o ϕ3 = 27o
Ɣw = 1 t/m3

Lereng dibagi menjadi 10 slide, dari data dan gambar diperoleh :


b1 = 1,5 m b6 = 1,5 m
b2 = 1,5 m b7 = 1,5 m
b3 = 1,5 m b8 = 1,5 m
b4 = 1,5 m b9 = 1,5 m
b5 = 1,5 m b10 = 1,8 m

Mencari Wn = bn . hn . Ɣ

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

Slice 1 = (1,5 . 1,65 . 1,58 ) = 3,9105 t/m


Slice 2 = (1,5 . 3.225 . 1,58 ) = 7,64325 t/m
Slice 3 = (1,5 . 2.4 . 1,58 ) + (1,5 . 1,65 . 1,6) = 9,648 t/m
Slice 4 = (1,5 . 1,5 . 1,58 ) + (1,5 . 2,7 . 1,6) = 10,035 t/m
Slice 5 = (1,5 . 0,675 . 1,58 ) + (1,3 . 3,6 . 1,6) t/m = 10,23475 t/m
Slice 6 = (1,5 . 3,475 . 1,6 ) = 9,54 t/m
Slice 7 = (1,5 . 3,45 . 1,6 ) = 8,28 t/m
Slice 8 = (1,5 . 2,775 . 1,6 ) = 6,66 t/m
Slice 9 = (1,5 . 1,95 . 1,6 ) = 4,68 t/m
Slice 10 = (1,5 . 0,825 . 1,6 ) = 2,376 t/m

Mencari nilai U
U = Ɣw . h Ɣw = 1 t/m3
h = tinggi di bawah garis freatik

Slice 1 = 1 . 0 = 0 t/m
Slice 2 = 1 . 0 = 0 t/m
Slice 3 = 1 . 0 = 0 t/m
Slice 4 = 1 . 0,9 = 0 ,9 t/m
Slice 5 = 1 . 1 = 1 t/m
Slice 6 = 1 . 1,725 = 1,725 t/m
Slice 7 = 1 . 1,725 = 1,725 t/m
Slice 8 = 1 . 1,575 = 1,575 t/m
Slice 9 = 1 . 1,05 = 1,05 t/m
Slice 10 = 1 . 0,525 = 0,525 t/m

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


metode bishop embung 1
trial 1
slice θ W u c φ b tan φ cos θ sin θ u.b c.b W - u.b

1 65.5 3.9105 0.000 0.210 30.000 1.500 0.577 0.415 0.910 0.000 0.315 3.911
2 52.0 7.64325 0.000 0.210 30.000 1.500 0.577 0.616 0.788 0.000 0.315 7.643
3 42.0 9.648 0.000 0.250 23.000 1.500 0.424 0.743 0.669 0.000 0.375 9.648
4 33.0 10.035 0.900 0.250 23.000 1.500 0.424 0.839 0.545 1.350 0.375 8.685
5 25.0 10.23975 1.000 0.250 23.000 1.500 0.424 0.906 0.423 1.500 0.375 8.740
6 17.5 9.540 1.725 0.250 23.000 1.500 0.424 0.954 0.301 2.588 0.375 6.953
7 11.0 8.280 1.725 0.250 23.000 1.500 0.424 0.982 0.191 2.588 0.375 5.693
8 3.5 6.660 1.575 0.250 23.000 1.500 0.424 0.998 0.061 2.363 0.375 4.298
9 -3.5 4.680 1.050 0.250 23.000 1.500 0.424 0.998 -0.061 1.575 0.375 3.105
10 -11.0 2.376 0.525 0.250 23.000 1.800 0.424 0.982 -0.191 0.945 0.450 1.431

diinginkan FS = 1.500 maka

slice cos θ sin θ tan φ FS Mθ= cos θ +(tan φ. Sin θ)/ FS 1/Mθ 1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ) W sin θ

1 0.415 0.910 0.577 0.765 1.307 3.363 3.558


2 0.616 0.788 0.577 0.919 1.088 5.145 6.023
3 0.743 0.669 0.424 0.932 1.072 4.794 6.456
4 0.839 0.545 0.424 0.993 1.007 4.091 5.465
5 0.906 0.423 0.424 1.026 0.975 3.982 4.328
1.500
6 0.954 0.301 0.424 1.039 0.963 3.202 2.869
7 0.982 0.191 0.424 1.036 0.966 2.695 1.580
8 0.998 0.061 0.424 1.015 0.985 2.166 0.407
9 0.998 -0.061 0.424 0.981 1.020 1.726 -0.286
10 0.982 -0.191 0.424 0.928 1.078 1.140 -0.453
∑ 32.304 29.946

Safety factor (FS) = ∑(1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ))


∑(W sin θ) FS ruas kanan perhitungan 1.500
(belum sama)
FS ruas kiri perhitungan 1.079
Safety factor (FS) = 1.079 kesimpulan
masih butuh trial and error
Metode Bishop Embung I
trial 2
slice θ W u c φ b tan φ cos θ sin θ u.b c.b W - u.b

1 65.5 3.9105 0.000 0.210 30.000 1.500 0.577 0.415 0.910 0.000 0.315 3.911
2 52.0 7.64325 0.000 0.210 30.000 1.500 0.577 0.616 0.788 0.000 0.315 7.643
3 42.0 9.648 0.000 0.250 23.000 1.500 0.424 0.743 0.669 0.000 0.375 9.648
4 33.0 10.035 0.900 0.250 23.000 1.500 0.424 0.839 0.545 1.350 0.375 8.685
5 25.0 10.23975 1.000 0.250 23.000 1.500 0.424 0.906 0.423 1.500 0.375 8.740
6 17.5 9.540 1.725 0.250 23.000 1.500 0.424 0.954 0.301 2.588 0.375 6.953
7 11.0 8.280 1.725 0.250 23.000 1.500 0.424 0.982 0.191 2.588 0.375 5.693
8 3.5 6.660 1.575 0.250 23.000 1.500 0.424 0.998 0.061 2.363 0.375 4.298
9 -3.5 4.680 1.050 0.250 23.000 1.500 0.424 0.998 -0.061 1.575 0.375 3.105
10 -11.0 2.376 0.525 0.250 23.000 1.800 0.424 0.982 -0.191 0.945 0.450 1.431

diinginkan FS = 1.079 maka

slice cos θ sin θ tan φ FS Mθ= cos θ +(tan φ. Sin θ)/ FS 1/Mθ 1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ) W sin θ

1 0.415 0.910 0.577 0.902 1.109 2.853 3.558


2 0.616 0.788 0.577 1.037 0.964 4.557 6.023
3 0.743 0.669 0.424 1.006 0.994 4.442 6.456
4 0.839 0.545 0.424 1.053 0.950 3.857 5.465
5 0.906 0.423 0.424 1.073 0.932 3.808 4.328
1.079
6 0.954 0.301 0.424 1.072 0.933 3.103 2.869
7 0.982 0.191 0.424 1.057 0.946 2.642 1.580
8 0.998 0.061 0.424 1.022 0.978 2.152 0.407
9 0.998 -0.061 0.424 0.974 1.027 1.738 -0.286
10 0.982 -0.191 0.424 0.907 1.103 1.166 -0.453
∑ 30.318 29.946

Safety factor (FS) = ∑(1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ))


∑(W sin θ) FS ruas kanan perhitungan 1.079
(belum sama)
FS ruas kiri perhitungan 1.012
Safety factor (FS) = 1.012 kesimpulan
masih butuh trial and error
Metode Bishop Embung I
trial 3
slice θ W u c φ b tan φ cos θ sin θ u.b c.b W - u.b

1 65.5 3.911 0.000 0.210 30.000 1.500 0.577 0.415 0.910 0.000 0.315 3.911
2 52.0 7.643 0.000 0.210 30.000 1.500 0.577 0.616 0.788 0.000 0.315 7.643
3 42.0 9.648 0.000 0.250 23.000 1.500 0.424 0.743 0.669 0.000 0.375 9.648
4 33.0 10.035 0.900 0.250 23.000 1.500 0.424 0.839 0.545 1.350 0.375 8.685
5 25.0 10.240 1.000 0.250 23.000 1.500 0.424 0.906 0.423 1.500 0.375 8.740
6 17.5 9.540 1.725 0.250 23.000 1.500 0.424 0.954 0.301 2.588 0.375 6.953
7 11.0 8.280 1.725 0.250 23.000 1.500 0.424 0.982 0.191 2.588 0.375 5.693
8 3.5 6.660 1.575 0.250 23.000 1.500 0.424 0.998 0.061 2.363 0.375 4.298
9 -3.5 4.680 1.050 0.250 23.000 1.500 0.424 0.998 -0.061 1.575 0.375 3.105
10 -11.0 2.376 0.525 0.250 23.000 1.800 0.424 0.982 -0.191 0.945 0.450 1.431

diinginkan FS = 1.012 maka

slice cos θ sin θ tan φ FS Mθ= cos θ +(tan φ. Sin θ)/ FS 1/Mθ 1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ) W sin θ

1 0.415 0.910 0.577 0.934 1.071 2.756 3.558


2 0.616 0.788 0.577 1.065 0.939 4.439 6.023
3 0.743 0.669 0.424 1.024 0.977 4.367 6.456
4 0.839 0.545 0.424 1.067 0.937 3.806 5.465
5 0.906 0.423 0.424 1.084 0.923 3.770 4.328
1.012
6 0.954 0.301 0.424 1.080 0.926 3.080 2.869
7 0.982 0.191 0.424 1.062 0.942 2.629 1.580
8 0.998 0.061 0.424 1.024 0.977 2.148 0.407
9 0.998 -0.061 0.424 0.973 1.028 1.741 -0.286
10 0.982 -0.191 0.424 0.902 1.109 1.173 -0.453
∑ 29.909 29.946

Safety factor (FS) = ∑(1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ))


∑(W sin θ) FS ruas kanan perhitungan 1.012
(belum sama)
FS ruas kiri perhitungan 0.999
Safety factor (FS) = 0.999 kesimpulan
masih butuh trial and error
Metode Bishop Embung I
trial 4
slice θ W u c φ b tan φ cos θ sin θ u.b c.b W - u.b

1 65.5 3.911 0.000 0.210 30.000 1.500 0.577 0.415 0.910 0.000 0.315 3.911
2 52.0 7.643 0.000 0.210 30.000 1.500 0.577 0.616 0.788 0.000 0.315 7.643
3 42.0 9.648 0.000 0.250 23.000 1.500 0.424 0.743 0.669 0.000 0.375 9.648
4 33.0 10.035 0.900 0.250 23.000 1.500 0.424 0.839 0.545 1.350 0.375 8.685
5 25.0 10.240 1.000 0.250 23.000 1.500 0.424 0.906 0.423 1.500 0.375 8.740
6 17.5 9.540 1.725 0.250 23.000 1.500 0.424 0.954 0.301 2.588 0.375 6.953
7 11.0 8.280 1.725 0.250 23.000 1.500 0.424 0.982 0.191 2.588 0.375 5.693
8 3.5 6.660 1.575 0.250 23.000 1.500 0.424 0.998 0.061 2.363 0.375 4.298
9 -3.5 4.680 1.050 0.250 23.000 1.500 0.424 0.998 -0.061 1.575 0.375 3.105
10 -11.0 2.376 0.525 0.250 23.000 1.800 0.424 0.982 -0.191 0.945 0.450 1.431

diinginkan FS = 0.999 maka

slice cos θ sin θ tan φ FS Mθ= cos θ +(tan φ. Sin θ)/ FS 1/Mθ 1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ) W sin θ

1 0.415 0.910 0.577 0.941 1.063 2.735 3.558


2 0.616 0.788 0.577 1.071 0.934 4.414 6.023
3 0.743 0.669 0.424 1.028 0.973 4.351 6.456
4 0.839 0.545 0.424 1.070 0.934 3.795 5.465
5 0.906 0.423 0.424 1.086 0.921 3.762 4.328
0.999
6 0.954 0.301 0.424 1.082 0.925 3.075 2.869
7 0.982 0.191 0.424 1.063 0.941 2.627 1.580
8 0.998 0.061 0.424 1.024 0.976 2.147 0.407
9 0.998 -0.061 0.424 0.972 1.029 1.741 -0.286
10 0.982 -0.191 0.424 0.901 1.110 1.174 -0.453
∑ 29.821 29.946

Safety factor (FS) = ∑(1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ))


∑(W sin θ) FS ruas kanan perhitungan 0.999
(belum sama)
FS ruas kiri perhitungan 0.996
Safety factor (FS) = 0.996 kesimpulan
masih butuh trial and error
Metode Bishop Embung I
trial 5
slice θ W u c φ b tan φ cos θ sin θ u.b c.b W - u.b

1 65.5 3.911 0.000 0.210 30.000 1.500 0.577 0.415 0.910 0.000 0.315 3.911
2 52.0 7.643 0.000 0.210 30.000 1.500 0.577 0.616 0.788 0.000 0.315 7.643
3 42.0 9.648 0.000 0.250 23.000 1.500 0.424 0.743 0.669 0.000 0.375 9.648
4 33.0 10.035 0.900 0.250 23.000 1.500 0.424 0.839 0.545 1.350 0.375 8.685
5 25.0 10.240 1.000 0.250 23.000 1.500 0.424 0.906 0.423 1.500 0.375 8.740
6 17.5 9.540 1.725 0.250 23.000 1.500 0.424 0.954 0.301 2.588 0.375 6.953
7 11.0 8.280 1.725 0.250 23.000 1.500 0.424 0.982 0.191 2.588 0.375 5.693
8 3.5 6.660 1.575 0.250 23.000 1.500 0.424 0.998 0.061 2.363 0.375 4.298
9 -3.5 4.680 1.050 0.250 23.000 1.500 0.424 0.998 -0.061 1.575 0.375 3.105
10 -11.0 2.376 0.525 0.250 23.000 1.800 0.424 0.982 -0.191 0.945 0.450 1.431

diinginkan FS = 0.996 maka

slice cos θ sin θ tan φ FS Mθ= cos θ +(tan φ. Sin θ)/ FS 1/Mθ 1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ) W sin θ

1 0.415 0.910 0.577 0.942 1.061 2.730 3.558


2 0.616 0.788 0.577 1.073 0.932 4.408 6.023
3 0.743 0.669 0.424 1.028 0.972 4.347 6.456
4 0.839 0.545 0.424 1.071 0.934 3.793 5.465
5 0.906 0.423 0.424 1.086 0.920 3.760 4.328
0.996
6 0.954 0.301 0.424 1.082 0.924 3.074 2.869
7 0.982 0.191 0.424 1.063 0.941 2.626 1.580
8 0.998 0.061 0.424 1.024 0.976 2.147 0.407
9 0.998 -0.061 0.424 0.972 1.029 1.742 -0.286
10 0.982 -0.191 0.424 0.900 1.111 1.175 -0.453
∑ 29.802 29.946

Safety factor (FS) = ∑(1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ))


∑(W sin θ) FS ruas kanan perhitungan 0.996
(belum sama)
FS ruas kiri perhitungan 0.995
Safety factor (FS) = 0.995 kesimpulan
masih butuh trial and error
Metode Bishop Embung I
trial 6
slice θ W u c φ b tan φ cos θ sin θ u.b c.b W - u.b

1 65.5 3.911 0.000 0.210 30.000 1.500 0.577 0.415 0.910 0.000 0.315 3.911
2 52.0 7.643 0.000 0.210 30.000 1.500 0.577 0.616 0.788 0.000 0.315 7.643
3 42.0 9.648 0.000 0.250 23.000 1.500 0.424 0.743 0.669 0.000 0.375 9.648
4 33.0 10.035 0.900 0.250 23.000 1.500 0.424 0.839 0.545 1.350 0.375 8.685
5 25.0 10.240 1.000 0.250 23.000 1.500 0.424 0.906 0.423 1.500 0.375 8.740
6 17.5 9.540 1.725 0.250 23.000 1.500 0.424 0.954 0.301 2.588 0.375 6.953
7 11.0 8.280 1.725 0.250 23.000 1.500 0.424 0.982 0.191 2.588 0.375 5.693
8 3.5 6.660 1.575 0.250 23.000 1.500 0.424 0.998 0.061 2.363 0.375 4.298
9 -3.5 4.680 1.050 0.250 23.000 1.500 0.424 0.998 -0.061 1.575 0.375 3.105
10 -11.0 2.376 0.525 0.250 23.000 1.800 0.424 0.982 -0.191 0.945 0.450 1.431

diinginkan FS = 0.995 maka

slice cos θ sin θ tan φ FS Mθ= cos θ +(tan φ. Sin θ)/ FS 1/Mθ 1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ) W sin θ

1 0.415 0.910 0.577 0.943 1.061 2.729 3.558


2 0.616 0.788 0.577 1.073 0.932 4.407 6.023
3 0.743 0.669 0.424 1.029 0.972 4.346 6.456
4 0.839 0.545 0.424 1.071 0.934 3.792 5.465
5 0.906 0.423 0.424 1.087 0.920 3.759 4.328
0.995
6 0.954 0.301 0.424 1.082 0.924 3.074 2.869
7 0.982 0.191 0.424 1.063 0.941 2.626 1.580
8 0.998 0.061 0.424 1.024 0.976 2.147 0.407
9 0.998 -0.061 0.424 0.972 1.029 1.742 -0.286
10 0.982 -0.191 0.424 0.900 1.111 1.175 -0.453
∑ 29.798 29.946

Safety factor (FS) = ∑(1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ))


∑(W sin θ) FS ruas kanan perhitungan 0.995
sama
FS ruas kiri perhitungan 0.995
Safety factor (FS) = 0.995 kesimpulan
aman
UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

PERHITUNGAN METODE BISHOP


EMBUNG II

Diketahui :
R = 11,7 m
h1 = 4,5 m h2 =5m h3 =3m
Ɣ1 = 1,58 t/m3 Ɣ2 = 1,6 t/m3 Ɣ3 = 1,61 t/m3
C1 = 0,21 m/cm2 C2 = 0,25 kg/cm2 C3 = 0,22 kg/cm2
= 2,1 t/m2 = 2,5 t/m2 = 2,2 t/m2
ϕ1 = 30o ϕ2 = 23o ϕ3 = 27o
Ɣw = 1 t/m3

Lereng dibagi menjadi 10 slide, dari data dan gambar diperoleh :


b1 = 0,6 m b6 = 0,6 m
b2 = 0,6 m b7 = 0,6 m
b3 = 0,6 m b8 = 0,6 m
b4 = 0,6 m b9 = 0,6 m
b5 = 0,6 m b10 = 0,3 m

Mencari Wn = bn . hn . Ɣ

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

Slice 1 = (0,6 . 1,95 . 1,58 ) = 1,8486 t/m


Slice 2 = (0,6 . 2,7 . 1,58 ) = 2,5546 t/m
Slice 3 = (0,6 . 1,8 . 1,58 ) + (0,6 . 1,05 . 1,6) = 2,7144 t/m
Slice 4 = (0,6 . 0,9 . 1,58 ) + (0,6 . 1,95 . 1,6) = 2,7252 t/m
Slice 5 = (0,6 . 2,55 . 1,6 ) = 2,448 t/m
Slice 6 = (0,6 . 2,25 . 1,6 ) = 2,16 t/m
Slice 7 = (0,6 . 1,725 . 1,6 ) = 1,656 t/m
Slice 8 = (0,6 . 1,2 . 1,6 ) = 1,152 t/m
Slice 9 = (0,6 . 0,75 . 1,6 ) = 0,72 t/m
Slice 10 = (0,6 . 0,225 . 1,6 ) = 0,21735 t/m

Mencari nilai U
U = Ɣw . h Ɣw = 1 t/m3
h = tinggi di bawah garis freatik

Slice 1 = 1 . 0 = 0 t/m
Slice 2 = 1 . 0 = 0 t/m
Slice 3 = 1 . 0 = 0 t/m
Slice 4 = 1 . 0 = 0 t/m
Slice 5 = 1 . 0 = 0 t/m
Slice 6 = 1 . 0 = 0 t/m
Slice 7 = 1 . 0,225 = 0,225 t/m
Slice 8 = 1 . 0,45 = 0,45 t/m
Slice 9 = 1 . 0,75 = 0,75 t/m
Slice 10 = 1 . 0,225 = 0,225 t/m

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


metode bishop embung II
trial 1
slice θ W u c φ b tan φ cos θ sin θ u.b c.b W - u.b

1 77.0 1.8486 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.225 0.974 0.000 0.126 1.849
2 67.5 2.5596 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.383 0.924 0.000 0.126 2.560
3 60.5 2.7144 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.492 0.870 0.000 0.150 2.714
4 55.0 2.7252 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.574 0.819 0.000 0.150 2.725
5 50.0 2.45 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.643 0.766 0.000 0.150 2.448
6 46.0 2.160 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.695 0.719 0.000 0.150 2.160
7 42.0 1.656 0.225 0.250 23.000 0.600 0.424 0.743 0.669 0.135 0.150 1.521
8 38.0 1.152 0.450 0.250 23.000 0.600 0.424 0.788 0.616 0.270 0.150 0.882
9 34.5 0.72 0.750 0.250 23.000 0.600 0.424 0.824 0.566 0.450 0.150 0.270
10 32.0 0.21735 0.225 0.220 27.000 0.300 0.510 0.848 0.530 0.068 0.066 0.150
diinginkan FS = 1.500 maka

slice cos θ sin θ tan φ FS Mθ= cos θ +(tan φ. Sin θ)/ FS 1/Mθ 1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ) W sin θ

1 0.225 0.974 0.577 0.600 1.667 1.989 1.801


2 0.383 0.924 0.577 0.738 1.354 2.172 2.365
3 0.492 0.870 0.424 0.739 1.354 1.763 2.362
4 0.574 0.819 0.424 0.805 1.242 1.623 2.232
5 0.643 0.766 0.424 0.860 1.163 1.383 1.875
1.500
6 0.695 0.719 0.424 0.898 1.113 1.188 1.554
7 0.743 0.669 0.424 0.932 1.072 0.853 1.108
8 0.788 0.616 0.424 0.962 1.039 0.545 0.709
9 0.824 0.566 0.424 0.984 1.016 0.269 0.408
10 0.848 0.530 0.510 1.028 0.973 0.138 0.115
∑ 11.923 14.530

Safety factor (FS) = ∑(1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ))


∑(W sin θ) FS ruas kanan perhitungan 1.500
(belum sama)
FS ruas kiri perhitungan 0.821
Safety factor (FS) = 0.821 kesimpulan
masih butuh trial and error
metode bishop embung II
trial 2
slice θ W u c φ b tan φ cos θ sin θ u.b c.b W - u.b

1 77.0 1.8486 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.225 0.974 0.000 0.126 1.849
2 67.5 2.55960 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.383 0.924 0.000 0.126 2.560
3 60.5 2.714 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.492 0.870 0.000 0.150 2.714
4 55.0 2.725 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.574 0.819 0.000 0.150 2.725
5 50.0 2.44800 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.643 0.766 0.000 0.150 2.448
6 46.0 2.160 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.695 0.719 0.000 0.150 2.160
7 42.0 1.656 0.225 0.250 23.000 0.600 0.424 0.743 0.669 0.135 0.150 1.521
8 38.0 1.152 0.450 0.250 23.000 0.600 0.424 0.788 0.616 0.270 0.150 0.882
9 34.5 0.720 0.750 0.250 23.000 0.600 0.424 0.824 0.566 0.450 0.150 0.270
10 32.0 0.217 0.225 0.220 27.000 0.300 0.510 0.848 0.530 0.068 0.066 0.150

diinginkan FS = 0.821 maka

slice cos θ sin θ tan φ FS Mθ= cos θ +(tan φ. Sin θ)/ FS 1/Mθ 1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ) W sin θ

1 0.225 0.974 0.577 0.911 1.098 1.311 1.801


2 0.383 0.924 0.577 1.033 0.968 1.553 2.365
3 0.492 0.870 0.424 0.943 1.061 1.381 2.362
4 0.574 0.819 0.424 0.997 1.003 1.310 2.232
5 0.643 0.766 0.424 1.039 0.962 1.144 1.875
0.821
6 0.695 0.719 0.424 1.067 0.937 1.000 1.554
7 0.743 0.669 0.424 1.089 0.918 0.730 1.108
8 0.788 0.616 0.424 1.106 0.904 0.474 0.709
9 0.824 0.566 0.424 1.117 0.895 0.237 0.408
10 0.848 0.530 0.510 1.177 0.850 0.121 0.115
∑ 9.262 14.530

Safety factor (FS) = ∑(1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ))


∑(W sin θ) FS ruas kanan perhitungan 0.821
(belum sama)
FS ruas kiri perhitungan 0.637
Safety factor (FS) = 0.637 kesimpulan
masih butuh trial and error
metode bishop embung II
trial 3
slice θ W u c φ b tan φ cos θ sin θ u.b c.b W - u.b

1 77.0 1.849 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.225 0.974 0.000 0.126 1.849
2 67.5 2.560 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.383 0.924 0.000 0.126 2.560
3 60.5 2.714 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.492 0.870 0.000 0.150 2.714
4 55.0 2.725 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.574 0.819 0.000 0.150 2.725
5 50.0 2.448 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.643 0.766 0.000 0.150 2.448
6 46.0 2.160 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.695 0.719 0.000 0.150 2.160
7 42.0 1.656 0.225 0.250 23.000 0.600 0.424 0.743 0.669 0.135 0.150 1.521
8 38.0 1.152 0.450 0.250 23.000 0.600 0.424 0.788 0.616 0.270 0.150 0.882
9 34.5 0.720 0.750 0.250 23.000 0.600 0.424 0.824 0.566 0.450 0.150 0.270
10 32.0 0.217 0.225 0.220 27.000 0.300 0.510 0.848 0.530 0.068 0.066 0.150

diinginkan FS = 0.637 maka

slice cos θ sin θ tan φ FS Mθ= cos θ +(tan φ. Sin θ)/ FS 1/Mθ 1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ) W sin θ

1 0.225 0.974 0.577 1.107 0.903 1.077 1.801


2 0.383 0.924 0.577 1.219 0.820 1.315 2.365
3 0.492 0.870 0.424 1.072 0.933 1.215 2.362
4 0.574 0.819 0.424 1.119 0.894 1.168 2.232
5 0.643 0.766 0.424 1.153 0.867 1.031 1.875
0.637
6 0.695 0.719 0.424 1.174 0.852 0.909 1.554
7 0.743 0.669 0.424 1.189 0.841 0.669 1.108
8 0.788 0.616 0.424 1.198 0.835 0.438 0.709
9 0.824 0.566 0.424 1.201 0.832 0.220 0.408
10 0.848 0.530 0.510 1.272 0.786 0.112 0.115
∑ 8.155 14.530

Safety factor (FS) = ∑(1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ))


∑(W sin θ) FS ruas kanan perhitungan 0.637
(belum sama)
FS ruas kiri perhitungan 0.561
Safety factor (FS) = 0.561 kesimpulan
masih butuh trial and error
metode bishop embung II
trial 4
slice θ W u c φ b tan φ cos θ sin θ u.b c.b W - u.b

1 77.0 1.849 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.225 0.974 0.000 0.126 1.849
2 67.5 2.560 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.383 0.924 0.000 0.126 2.560
3 60.5 2.714 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.492 0.870 0.000 0.150 2.714
4 55.0 2.725 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.574 0.819 0.000 0.150 2.725
5 50.0 2.448 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.643 0.766 0.000 0.150 2.448
6 46.0 2.160 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.695 0.719 0.000 0.150 2.160
7 42.0 1.656 0.225 0.250 23.000 0.600 0.424 0.743 0.669 0.135 0.150 1.521
8 38.0 1.152 0.450 0.250 23.000 0.600 0.424 0.788 0.616 0.270 0.150 0.882
9 34.5 0.720 0.750 0.250 23.000 0.600 0.424 0.824 0.566 0.450 0.150 0.270
10 32.0 0.217 0.225 0.220 27.000 0.300 0.510 0.848 0.530 0.068 0.066 0.150

diinginkan FS = 0.561 maka

slice cos θ sin θ tan φ FS Mθ= cos θ +(tan φ. Sin θ)/ FS 1/Mθ 1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ) W sin θ

1 0.225 0.974 0.577 1.227 0.815 0.972 1.801


2 0.383 0.924 0.577 1.333 0.750 1.203 2.365
3 0.492 0.870 0.424 1.151 0.869 1.132 2.362
4 0.574 0.819 0.424 1.193 0.838 1.095 2.232
5 0.643 0.766 0.424 1.222 0.818 0.973 1.875
0.561
6 0.695 0.719 0.424 1.239 0.807 0.861 1.554
7 0.743 0.669 0.424 1.249 0.800 0.637 1.108
8 0.788 0.616 0.424 1.254 0.798 0.418 0.709
9 0.824 0.566 0.424 1.253 0.798 0.211 0.408
10 0.848 0.530 0.510 1.329 0.752 0.107 0.115
∑ 7.610 14.530

Safety factor (FS) = ∑(1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ))


∑(W sin θ) FS ruas kanan perhitungan 0.561
(belum sama)
FS ruas kiri perhitungan 0.524
Safety factor (FS) = 0.524 kesimpulan
masih butuh trial and error
metode bishop embung II
trial 5
slice θ W u c φ b tan φ cos θ sin θ u.b c.b W - u.b

1 77.0 1.849 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.225 0.974 0.000 0.126 1.849
2 67.5 2.560 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.383 0.924 0.000 0.126 2.560
3 60.5 2.714 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.492 0.870 0.000 0.150 2.714
4 55.0 2.725 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.574 0.819 0.000 0.150 2.725
5 50.0 2.448 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.643 0.766 0.000 0.150 2.448
6 46.0 2.160 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.695 0.719 0.000 0.150 2.160
7 42.0 1.656 0.225 0.250 23.000 0.600 0.424 0.743 0.669 0.135 0.150 1.521
8 38.0 1.152 0.450 0.250 23.000 0.600 0.424 0.788 0.616 0.270 0.150 0.882
9 34.5 0.720 0.750 0.250 23.000 0.600 0.424 0.824 0.566 0.450 0.150 0.270
10 32.0 0.217 0.225 0.220 27.000 0.300 0.510 0.848 0.530 0.068 0.066 0.150

diinginkan FS = 0.524 maka

slice cos θ sin θ tan φ FS Mθ= cos θ +(tan φ. Sin θ)/ FS 1/Mθ 1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ) W sin θ

1 0.225 0.974 0.577 1.299 0.770 0.919 1.801


2 0.383 0.924 0.577 1.401 0.714 1.145 2.365
3 0.492 0.870 0.424 1.198 0.835 1.087 2.362
4 0.574 0.819 0.424 1.237 0.808 1.056 2.232
5 0.643 0.766 0.424 1.264 0.791 0.941 1.875
0.524
6 0.695 0.719 0.424 1.278 0.783 0.835 1.554
7 0.743 0.669 0.424 1.285 0.778 0.619 1.108
8 0.788 0.616 0.424 1.287 0.777 0.407 0.709
9 0.824 0.566 0.424 1.283 0.779 0.206 0.408
10 0.848 0.530 0.510 1.364 0.733 0.104 0.115
∑ 7.319 14.530

Safety factor (FS) = ∑(1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ))


∑(W sin θ) FS ruas kanan perhitungan 0.524
(belum sama)
FS ruas kiri perhitungan 0.504
Safety factor (FS) = 0.504 kesimpulan
masih butuh trial and error
metode bishop embung II
trial 6
slice θ W u c φ b tan φ cos θ sin θ u.b c.b W - u.b

1 77.0 1.849 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.225 0.974 0.000 0.126 1.849
2 67.5 2.560 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.383 0.924 0.000 0.126 2.560
3 60.5 2.714 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.492 0.870 0.000 0.150 2.714
4 55.0 2.725 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.574 0.819 0.000 0.150 2.725
5 50.0 2.448 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.643 0.766 0.000 0.150 2.448
6 46.0 2.160 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.695 0.719 0.000 0.150 2.160
7 42.0 1.656 0.225 0.250 23.000 0.600 0.424 0.743 0.669 0.135 0.150 1.521
8 38.0 1.152 0.450 0.250 23.000 0.600 0.424 0.788 0.616 0.270 0.150 0.882
9 34.5 0.720 0.750 0.250 23.000 0.600 0.424 0.824 0.566 0.450 0.150 0.270
10 32.0 0.217 0.225 0.220 27.000 0.300 0.510 0.848 0.530 0.068 0.066 0.150

diinginkan FS = 0.504 maka

slice cos θ sin θ tan φ FS Mθ= cos θ +(tan φ. Sin θ)/ FS 1/Mθ 1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ) W sin θ

1 0.225 0.974 0.577 1.342 0.745 0.889 1.801


2 0.383 0.924 0.577 1.442 0.694 1.113 2.365
3 0.492 0.870 0.424 1.226 0.816 1.062 2.362
4 0.574 0.819 0.424 1.264 0.791 1.034 2.232
5 0.643 0.766 0.424 1.288 0.776 0.923 1.875
0.504
6 0.695 0.719 0.424 1.301 0.769 0.820 1.554
7 0.743 0.669 0.424 1.307 0.765 0.609 1.108
8 0.788 0.616 0.424 1.307 0.765 0.401 0.709
9 0.824 0.566 0.424 1.301 0.768 0.203 0.408
10 0.848 0.530 0.510 1.384 0.723 0.103 0.115
∑ 7.158 14.530

Safety factor (FS) = ∑(1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ))


∑(W sin θ) FS ruas kanan perhitungan 0.504
(belum sama)
FS ruas kiri perhitungan 0.493
Safety factor (FS) = 0.493 kesimpulan
masih butuh trial and error
metode bishop embung II
trial 7
slice θ W u c φ b tan φ cos θ sin θ u.b c.b W - u.b

1 77.0 1.849 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.225 0.974 0.000 0.126 1.849
2 67.5 2.560 0.000 0.210 30.000 0.600 0.577 0.383 0.924 0.000 0.126 2.560
3 60.5 2.714 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.492 0.870 0.000 0.150 2.714
4 55.0 2.725 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.574 0.819 0.000 0.150 2.725
5 50.0 2.448 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.643 0.766 0.000 0.150 2.448
6 46.0 2.160 0.000 0.250 23.000 0.600 0.424 0.695 0.719 0.000 0.150 2.160
7 42.0 1.656 0.225 0.250 23.000 0.600 0.424 0.743 0.669 0.135 0.150 1.521
8 38.0 1.152 0.450 0.250 23.000 0.600 0.424 0.788 0.616 0.270 0.150 0.882
9 34.5 0.720 0.750 0.250 23.000 0.600 0.424 0.824 0.566 0.450 0.150 0.270
10 32.0 0.217 0.225 0.220 27.000 0.300 0.510 0.848 0.530 0.068 0.066 0.150

diinginkan FS = 0.493 maka

slice cos θ sin θ tan φ FS Mθ= cos θ +(tan φ. Sin θ)/ FS 1/Mθ 1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ) W sin θ

1 0.225 0.974 0.577 1.342 0.745 0.889 1.801


2 0.383 0.924 0.577 1.442 0.694 1.113 2.365
3 0.492 0.870 0.424 1.226 0.816 1.062 2.362
4 0.574 0.819 0.424 1.264 0.791 1.034 2.232
5 0.643 0.766 0.424 1.288 0.776 0.923 1.875
0.493
6 0.695 0.719 0.424 1.301 0.769 0.820 1.554
7 0.743 0.669 0.424 1.307 0.765 0.609 1.108
8 0.788 0.616 0.424 1.307 0.765 0.401 0.709
9 0.824 0.566 0.424 1.301 0.768 0.203 0.408
10 0.848 0.530 0.510 1.384 0.723 0.103 0.115
∑ 7.158 14.530

Safety factor (FS) = ∑(1/Mθ. (c.b +(W-u.b)tan φ))


∑(W sin θ) FS ruas kanan perhitungan 0.493
sama
FS ruas kiri perhitungan 0.493
Safety factor (FS) = 0.493 kesimpulan
aman
UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

B. METODE FELLENIUS
Metode ini banyak digunakan untuk menganalisis kestabilan lereng yang tersusun oleh
tanah dan bidang gelincirnya berbentuk busur (arc – failure )
Menurut Sowers (1975) tipe longsoran terbagi ke dalam 3 bagian berdasarkan kepada
posisi bidang gelincirnya yaitu longsoran kaki lereng (toe failure), longsoran muka lereng
(face failure), dan longsoran dasar lereng (base failure). Longsoran kaki lereng umumnya
terjadi pada lereng agak curam (>945) dan tanah penyusunnya relative mempunyai nilai
sudut geser dalam yang besar (>300). Longsoran muka lereng biasanya terjadi pada lereng
yang mempunyai lapisan keras (hard layer), dimana ketinggian lapisan keras ini melebihi
ketinggian kaki lerengnya, sehingga lapisan lunak yang berada di atas lapisan keras
berbahaya untuk longsor. Longsoran dasar lereng biasanya terjadi pada lereng yang tersusun
oleh tanah lempng, atau biasa juga terjadi pada lereng yang tersusun oleh beberapa lapisan
lunak (soft seams)
Perhitungan lereng dengan metode Fellenius dilakukan dengan membagi masa
longsoran menjadi segmen – segmen untuk bidang longsor circular.
Metode Fellenius dapat digunakan pada lereng – lereng dengan kondisi isotropis, non –
isotropis, dan berlapis – lapis. Massa tanah yang bergerak diandaikan terdiri atas beberapa
elemen vertical. Lebar elemen dapat diambil tidak sama dan sedemikian sehingga lengkung
busur di dasar elemen dapat dianggap garis lurus.
Berat total tanah/batuan pada suatu elemen (w), termasuk beban luar yang bekerja
pada permukaan lereng Wt, diuraikan dalam komponen tegak lurus dan tangensial pada
dasar elemen. Dengan cara ini pengaruh gaya dan E yang bekerja disamping elemen
diabaikan. Faktor keamanan adalah perbandingan momen penahan longsor dengan penyebab
longsor.
Analisa stabilitas lereng dengan cara Fellenius menganggap gaya – gaya yang bekerja
pada sisi kanan – kiri dan sembarang lapisan mempunyai resultan = 0 pada tegak lurus
bidang longsornya.
O

O1
A
Lapisan tanah 1

Lapisan tanah 2

W B
O2
Lapisan tanah 3 s

D C

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

Memilih irisan – irisan agar dasar busur hanya pada satu jenis tanah, materi yang digunakan
yaitu :

a) bn yaitu lebar slice (irisan)


b) Ln yaitu lebar atau panjang sisi miring maupun antar embung untuk tiap
slice, yang pada saat slice datar Ln = bn
c) Øn yaitu sudut yang dibentuk dari perpotongan garis lebar slice dengan
perpanjangan garis dari titik pusat R
d) U yaitu tekanan uap air pori
e) Wn yaitu berat volume slice
f) Hw dan Z yaitu tinggi slice dari lingkaran yang dibentuk oleh jari – jari R
sampai ke garis freatik (di bawah garis freatik )
g) Hn yaitu tinggi total slice
H1 = tinggi lapisan 1 sampai garis freatik (kering)
H2 = tinggi lapisan 2 yaitu dibawah garis freatik sampai ke permukaan tanah

Rumus – rumus yang digunakan :

Diketahui data : C1, Ɣ1, ϕ1, h1, C2, Ɣ2, ϕ2, C3, Ɣ3, h3, ϕ3, h2.
R, b, Ɵ (lihat gambar)

Mencari nilai Wn Wn = bn . hn . Ɣ
Mencari nilai U U = Ɣw . h
N’ = w cos Ɵ – U . b

Safety Factor ¿ Ʃ ¿ ¿

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


metode fellenius embung 1

slice θ W u c φ b tan φ cos θ sin θ u.b W cos θ N' = W cos θ - u.b N' . Tan φ c.b W sin θ

1 65.5 3.9105 0.000 2.100 30.000 1.500 0.577 0.415 0.910 0.000 1.622 1.622 0.936 3.150 3.558
2 52.0 7.64325 0.000 2.100 30.000 1.500 0.577 0.616 0.788 0.000 4.706 4.706 2.717 3.150 6.023
3 42.0 9.648 0.000 2.500 23.000 1.500 0.424 0.743 0.669 0.000 7.170 7.170 3.043 3.750 6.456
4 33.0 10.035 0.900 2.500 23.000 1.500 0.424 0.839 0.545 1.350 8.416 7.066 2.999 3.750 5.465
5 25.0 10.23975 1.000 2.500 23.000 1.500 0.424 0.906 0.423 1.500 9.280 7.780 3.303 3.750 4.328
6 17.5 9.540 1.725 2.500 23.000 1.500 0.424 0.954 0.301 2.588 9.098 6.511 2.764 3.750 2.869
7 11.0 8.280 1.725 2.500 23.000 1.500 0.424 0.982 0.191 2.588 8.128 5.540 2.352 3.750 1.580
8 3.5 6.660 1.575 2.500 23.000 1.500 0.424 0.998 0.061 2.363 6.648 4.285 1.819 3.750 0.407
9 -3.5 4.680 1.050 2.500 23.000 1.500 0.424 0.998 -0.061 1.575 4.671 3.096 1.314 3.750 -0.286
10 -11.0 2.376 0.525 2.500 23.000 1.800 0.424 0.982 -0.191 0.945 2.332 1.387 0.589 4.500 -0.453
Ʃ= 21.836 37.050 29.946
Safety Factor = Ʃ (N' . Tan φ + c.b)
Ʃ W sin θ
= 1.966391 1.966391 > 1.5
Kesimpulan = Aman
metode fellenius embung 2

slice θ W u c φ b tan φ cos θ sin θ u.b W cos θ N' = W cos θ - u.b N' . Tan φ c.b W sin θ

1 77.0 1.8486 0.000 2.100 30.000 0.600 0.577 0.225 0.974 0.000 0.416 0.416 0.240 1.260 1.801
2 67.5 2.5596 0.000 2.100 30.000 0.600 0.577 0.383 0.924 0.000 0.980 0.980 0.566 1.260 2.365
3 60.5 2.7144 0.000 2.500 23.000 0.600 0.424 0.492 0.870 0.000 1.337 1.337 0.567 1.500 2.362
4 55.0 2.7252 0.000 2.500 23.000 0.600 0.424 0.574 0.819 0.000 1.563 1.563 0.664 1.500 2.232
5 50.0 2.448 0.000 2.500 23.000 0.600 0.424 0.643 0.766 0.000 1.574 1.574 0.668 1.500 1.875
6 46.0 2.160 0.000 2.500 23.000 0.600 0.424 0.695 0.719 0.000 1.500 1.500 0.637 1.500 1.554
7 42.0 1.656 0.225 2.500 23.000 0.600 0.424 0.743 0.669 0.135 1.231 1.096 0.465 1.500 1.108
8 38.0 1.152 0.450 2.500 23.000 0.600 0.424 0.788 0.616 0.270 0.908 0.638 0.271 1.500 0.709
9 34.5 0.72 0.750 2.500 23.000 0.600 0.424 0.824 0.566 0.450 0.593 0.143 0.061 1.500 0.408
10 32.0 0.21735 0.225 2.200 27.000 0.300 0.510 0.848 0.530 0.068 0.184 0.117 0.060 0.660 0.115
Ʃ= 4.198 13.680 14.530
Safety Factor = Ʃ (N' . Tan φ + c.b)
Ʃ W sin θ
= 1.230369 1.230369 < 1.5
Kesimpulan = Tidak Aman
UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

PENYEBAB TERJADINYA KELONGSORAN

Kelongsoran hanya bisa terjadi jika kekuatan geser dilampaui yaitu perkiraan geser
pada bidang gelincir tak cukup besar untuk menahan gaya-gaya ynag bekerja pada bidang
tersebut. Dengan kata lain kelongsoran terjadi jika gaya-gaya geser pada bidang tersebut ada.

Makin besar gaya yang bekerja pada bidang gelincir, maka makin besar gaya yang
bekerja pada lereng. Bertambahnya gaya-gaya yang bekerja tersebut disebabkan oleh:

1. pengaruh alam
2. a) adanya gempa bumi
b) runtuhnya gua-gua
c) erosi
d) naiknya muka air tanah / naiknya aliran
e) pelemahan lereng karena terjadinya retakan, sehingga air dapat
merembes
3. perbuatan manusia
a) penambahan beban pada lereng / tepi lereng
b) penggalian tanah di bawah kaki leren

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

Cara pencegahan longsor


1. lereng dibuat lebih datar / bertangga

a)

b)

c)

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

2. menimbun tanah di kaki lereng

Tanah timbunan

3. perlindungan pada kaki lereng terhadap erosi

Daerah lonsor kritis

Daerah yang kemingkinan tererosi

4. mengurangi ketinggian muka air untuk mereduksi tekanan air pori pada
lereng

selokan

Pipa drainase

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

Penurunan muka air tanah

5. pemakaian tiang pancang (paku bumi)

6. dengan tembok penahan tanah turap

Letak tiang pancang

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

CARA MENGURANGI PENURUNAN


Penurunan boleh direduksi(dikurangi) dengan menambahkan kecepatan dengan
pengurangan yang dihasilkan didalam nilai banding rongga dari pemadatan partikel.

Pemadatan partikel juga menambah regangan tegangan didalam kebanyakan kasus


sehingga penurunan segera direduksi. Metode/modifikasi perbaikan tanah dalam
mengurangi penurunan diantaranya sebagai berikut :

1. PEMAMPATAN

Ini merupakan metode yang paling murah untuk memperbaiki tanah lokasi.
Pemampatan tersebut dapat dirampungkan dengan menggali suatu kedalaman , kemudian
mengurangnya kembali secara hati-hati didalam ketebalan jenjang yang dikontrol dan
memampatkan tanah dengan peralatan pemampatan yang sesuai. Pemampatan tanah-tanah
kohesif dapat dirampungkan dengan menggunakan mesin gilas tumbuk atau penggilas yang
mempunyai ban karet. Pemampatan tanah tak berkohesi dapat dirampungkan dengan
menggunakan mesin penggilas yang mempunyai roda licin,biasanya sebuah alat bergetar
didalamnya. Jadi, pemampatan adalah suatu kombinasi batasan,tekanan,dan getaran.
Kedalaman jenjang sampai kira-kira 1,5 M - 2 M dapat dimampatkan dengan peralatan
tersebut.

2. PRA KOMPETI (PRA PEMBEBANAN)

Metode ini memperbaiki tanah yang jelek sebelum konstruksi fasilitas permanen adalah
pra pembebanan. Pra beban tersebut dapat terdiri dari tanah atau kadang-kadang batuan.

Tujuan utama pra pembebanan adalah :

a. beban-beban tambahan digunakan untuk menghilangkan penurunan yang jika tidak


akan terjadi setelah konstruksi diselesaikan.
b. Memperbaiki kekuatan geser tanah dan tanah lapisan bawah dengan merubah
kerapatanmereduksi nilai banding rongga dan mengurangi kandungan air.
Pra pembebanan paling efektif yaitu pada saat lumpur normal sampai lumpur yang
sedikit melebihi melebihi konsolidasi, lempung, dan deposit organik. Jika deposit tebal
dan tidak mempunyai sambungan lipat pasir yang berganti-ganti, maka pra pembebanan
mungkim membuat penggunaan saluran buangan pasir.

3. DRAINASE(SELIMUT PASIR DAN SALURAN BUANG)

Metode ini bertujuan mempercepat penurunan dibawah pra pembebanan tetapi dapat
juga menambah kekuatan geser tanah. Bila sebuah urugan maupun sebuah pra beban
tambahan ditempatkan diatas deposit kohesif jenuh, maka panjang lintasan drainase boleh
ditambah dampai ke puncak urugan. Karena panjang drainase menentukan waktu untuk

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

konsolidasi, maka lintasan drainase ini harus dibuat sependek mungkin. Bila dinding atas air
jenjuh sangat dekat ke permukaan tanah, maka lapisan pasir(selimut pasir dapat ditempatkan
pada puncak dari tempat sebelum menempatkan urugan. Kita dapat memperluas konsep ini
lebih jauh dan memasang kolom pasir vertikal pad interval-interval yang dipilih cidalam
tanah yang ada.

4. METODE GETAR

Metode ini bertujuan memperbesar kepadatan tanah. Daya dukung yang dibolehkan dari
pasir sangat bergantung dari kondisi tanah. Hal ini digambarkan dalam bilangan penembusan
atau nilai tahanan kerucut seperti halnya dalam sudut gesekan dalam. Metode tersebut paling
lazim digunakan untuk pemadatan deposit pasir dan kerikil yang tak berkohesi dengan tidak
melebihi 20% lumpur atau 10% lempung adalah pemampatan getar apung atua sisipan
dengan menggunakan penembus silinder yang berdiameter ± 432 mm, panjang 183 mm,
berat ± 17,8 KN dan daya dukung 250-400 Mpa.

5. PENGADUKAN ENCER PONDASI

Pengadukan encer adalah suatu cara untuk menyisipkan sejenis bahan menstabil
kedalam massa tanah dibawah tekanan. Tekanan memaksakan bahan masuk kedalam
ruangan yang terbatas disekitar tabung suntukan. Bahan tereaksi dengan tanah atau dirniya
sendiri untuk membentuk sebuah massa stabil. Metode ini mempunyai sejumlah besar
pemakaian seperti :

1. pengontrolan massa air dengan mengerek retakan dan pori.


2. pencegahan pemadatan pasir dibawah konstruksi yang berdekatan karena
pendorongan tiang pancang.
3. penguatan dukung pondasi dengan menggunakan pengadukan enter mampat.
4. pengurangan getaran dengan menggeserkan tanah.
5. pengurangan dengan mengurung rongga, yang dilakukan dengan menyemen
konstruksi tanah yang lebih kuat.

6. MENGUBAH KONDISI AIR TANAH

Dari konsep satuan yang terbenam jelaslah bahwa tekanan antar butiran dapat
ditambahkandengan menghilangkan efek apung dari air. Hal ini dapat ditambah dengan
merendahkan bidang batas air jenuh. Didalam banyak kasus mungkin hal ini dapat
ditambahkandan tidak terlihat karena mungkin hanya sebagai keadaan sementara. Dengan
penambahan tekanan tekanan efektif, makam penurunan tak diizinkan mungkin dihasilkan
dan tidak mungkin merendahkan bidang batas air jenuh tepat didalam batas.

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116


UNIVERSITAS SAM RATULANGI MEKANIKA TANAH II
FAKULTAS TEKNIK Tanah II 2019

7. PENGGUNAAN GEOTEKSIL

Tujuannya untuk memperbaiki sebuah tanah geoteksil(geotulang). Didefenisikan


sebagai anyaman simetris yang cukup tahan untuk waktu yang lama didalam lingkungan
tanah yang banyak rintangan. Sejumlah anyaman dari bahan sintetis, biasanya poliester, nilon,
polifrofilen digunakan sebagai geoteksil untuk memperbaiki tanah dengan berbagai cara.

Anyaman tersebut dapat ditenun/dirajut dan dipakai dalam lajur untuk penulangan
massa tanah atau mungkin didalam lembaran plastik yang tidak permeabel atau permeabel
yang digunakan untuk membuat bagian tanah menjadi tahan terhadap air,mengontrol
erosi,atau memisahkan bahan-bahan yang berlainan, geoteksil dapat digunakan didalam
janur penulangan sebuah massa tanah.

Timothy C. D. Kakunsi 18021101116

Anda mungkin juga menyukai