Dosen Pengampu:
Ahmad Syatori, M.Fil,l
Disusun Oleh:
Nur Rachmawaty
NIMKO:
18-0641
ma’hadalyalfitrah@gmail.com
085103006049
2020-2020
BAB I
Adab Murid
Dalam bab ini menjabarkan bagian adab murid kepada dirinya sendiri serta
mencantumkan ungkapan-ungkapan masyayikh mengani hal tersebut.
Ketauhilah, bahwa adab murid itu sangatlah banyak dan sukar untuk menelitinya
secara detail satu per satu. Akan tetapi disini akan memilih sisi yang baik, patut dan
pantas mengenai tugas syaikh yang memberi solusi dan jalan keluar kepada murid
yang mempunyai problem pada dirinya, baik yang tersembunyi atau yang tampak.
Sungguh Allah telah menebarkan disetiap ruh segala macam kebaikan dan
keburukan. Tidaklah seorang guru memerintahkan atau melarang sesuatu kepada
murid kecuali sesuatu tersebut tersimpan diruhnya murid. Dan tidak ada sesuatu yang
diberikan oleh guru kepada murid yang menentang atau yang keluar darinya. Karena
sesungguhnya murid itu menjadi urusan pertama seorang guru. Sesuatu atom yang
tersembunyi itu yang didalamnya mengandung sebuah tabiat disini diibaratkan
kejujuran dan kebohongan didalam bertoriqoh.
Jika murid tersebut sodiq(estu) kepada gurunya maka ia akan menuai ke-estuannya,
sehingga ia dimuliakan oleh masyarakat sekitarnya dan mereka juga akan kecipratan
keberkahannya. Bahkan sampai tersebar dipelosok negeri dan mereka juga akan
mendapatkan kemanfaatannya, dan akan tampak pula keestuannya kesolehannya
sehingga dia tidak bisa lari dan menyembunyikan kesolehannya dari masyarakat luas.
Begitupun sebaliknya. Ketika murid itu kadzib(pendusta) dalam bermahabbah kepada
gurunya, maka ia akan terperosok dan terjerat dalam kemunafikan sampai terkenal
pada seluruh masyarakat dan pelosok-pelosok negeri, sehingga meskipun ia ingin
menampakkan kebaikkanya(sok-sokan baik) maka ia tak akan mampu. Karena segala
perbuatan kejinya itu bisa membohongi pengakuannya, dan akan terbuka
keburukannya serta terpisah dari toriqoh gurunya. Sehingga ia akan mendapatkan
konsekuensi dari kebohonganya sesuai ketetapannya Allah SWT. Bisa jadi Allah akan
memberinya bau harum dari bau estu dan kemudian akan mencabut sekeras-kerasnya
darinya.
Para ulama’ sufi bercerita dalam ungkapan ini : Ketika seorang murid yang
keluar dari jalannya fuqoroo’ , maka ia tidak akan mendapatkan sedikit bekas dari
fuqoroo’ tersebut, dan dia akan dicampuri kotoran meskipun hanya sehelai rambut
kotoran tersebut akan menguasi dirinya, walaupun dia berpakaian seperti halnya
orang sufi, menampakkan diri sebagai fuqoroo’ dan manusia akan memandangnya
tidak memiliki adab dan akan tampak jelas dihadapan manusia.
**walaupun aku disiksa setiap pagi dan malam tanpa adanya kesalahan atau
dosa saya akan tettap ridho**
Pada bab ini menjelaskan tentang kelalaian manusia yang telah melakukan
perjanjian sebagai seorang murid, ia lalai atas dosa-dosanya baik dosa secara dhohir,
ataupun batin, selain dari pada itu haknya seorang hamba itu masih mengurus akan
hartanya ,maka ia tidak sah memperoleh dalam perjalannya, saya mendengar guruku
terhadap qowaas, qowaas berkata jalannya orang yang menggadap kehadirat Allah itu
seperti jalan masuk menuju surga, oleh karenan itu tidak sah bagi salah satu penduduk
surga yang masih memenuhi haqul adami seperti halnya yang dijelaskan dalam hadits
shohih mengenai masuk pada jalan menuju jalan kehadiran Allah.
Dan kaedah dari taubat itu Kembali menuju jalan Allah dari suatu perkara
yang tercela, yang tidak sesuai dengan aturan syari’at menuju pada sesuatu hal-hal
yang terpuji yakni sesuatu yang sesuai dengan syari’at, setiap orang yang bertaubat
dengan kadar tingkatannya dan terkadang ada seseorang yang dipuji oleh orang, dia
biasa saja, tapi Sebagian orang lain lagi malah mentaubati setiap pujian yang
dilontarkan. Dalam penjelasan mengenai tentang (kebaikan yang dilakukan orang-
orang baik adalah kejelakan dimata orang yang tinggi derajatnya ), maka ketahuilah
sesungguhnya yang melakukan pelanggaran ,makan karena nafsu ,slalu melakukan
perkara yang diharamkan, dan Ketika orang itu slalu melakukan hal tersebut maka
akan jauh dari jalan menuju Allah ibarat jauhnya jarak antara langit dan bumi, dan
bukan rahasia lagi ketika jiwa tersebut mengikuti ajakan kebohongan dari pada
ajakan kebenaran dalam melakukan taubat maka taubat disini dianggap dusta, dan
tidak akan diterima taubatnya kecuali dengan adanya penyaksian kebenaran dari
gurunya dalam tiap tingkatan dalam taubat, sehingga sampai pada tingkatan taubat
dari setiap kelalaiannya akan menyaksikan Allah setiap kejapan mata, kemudia naik
pada tinggkatan yang lebih tinggi
Dalam beberapa jangka waktu, ia slalu berada dalam maqam
mengagungakan Allah, dan inilah yang menjadi puncak dari taubat yang
diperbincangkan ulama’ sufi
Macam-macam Taubat yakni taubat dari dosa besar, dosa kecil, dosa dari hal
yang dimakhruhkan, taubat dari dosa tidak melakukan kesunahan, melihat kebaikan
pada dirinya , taubat dari pandangan bahwa ia dianggap sebagai orang yang fakir
terhadap zaman atau ia merasa bahwa dirinya termasuk salah satu orang yang miskin
dizamannya.
dalam perihal ini Allah akan slalu menyertai orang yang bersungguh-
sungguh dalam memerangi hawa nafsu dan tidak akan pernah didamaikan dengan itu,
syaikh Abu Ali Ad-daqaq berkata “ siapapun yang menghiasi dhohirnya dengan
mujahadah, maka Allah akan menghiasi batinnya dengan kesaksiannya, dan barang
siapa yang tidak bersunggu-sungguh dalam permulaanya menghadap kepada Allah
dengan memerangi hawa nafsunya , dia tidak bisa mencium bau dari jalan tersebut
(jalan menju kehadirat Allah), karena itulah merupakan keistimewaan jalan menuju
Allah, sehingga ketika Allah tidak memberikan semuanya, mana mungkin Allah akan
memberikan hanya sebagian saja.
Abu ustamn Al-Magribi berkata : barang siapa yang menyangkan bahwa
jalan menuju Allah akan diraih tanpa adanya mujadahah, maka apa yang
dikehendakinya tidak akan tercapai , adapun abu Ali Ad-Daqaa’ berkata : barang
siapa yang pada awal tidak bisa mencapai(jalan menuju Allah) maka diakhirnya mpun
tidak akan memperoleh kedudukan , dan ada juga Hasan al-a’raar berkata : macam-
macam jalan menuju Allah bagi seorang murid itu ada 3 perkara, yaitu seorang murid
tersebut tidak akan makan kecuali dalam keadaan terdesak atau butuh, tidak tidur
kecuali tanpa sengaja , tidak berbicara kecuali kebutuhan syari’at, dan Sayyid
ibroohiim bin ahdam berkata : seorang laki-laki atau murid tidak akan memperoleh
derajat orang-orang sholih kecuali dengan 6 perkara yaitu mujahadah linafsi, serta
rendah diri, tidak tidur semalaman yang digunakan untuk menghadap kepada Allah
serta tidak cinta akan dunia, senang dengan ajaran gurunya, sedikit harapan, dan
Asyab’li berkata : setiap kali beliau mengantuk beliau selalu memukul dirinya dengan
2 buah bambu, bahkan sampai bambu itu hancur sebelum sabuh (karena pukulan
beliau yang keras) , dan juga beliau memakai garam untuk mencelaki mata beliau
sampai beliau tidak bisa tidur , beliau juga selalu (banyak )memukulkan tangan dan
kakinya pada tembok atau dinding rumahnya ketika beliau tidak menemukan barang
untuk memukul dirinya, motto beliau adalah “apa yang aku kerjakan adalah sesuatu
yang mengerikan untuk diriku.
Saya berkata: prihal pembahasan perkara ini, tidak semestinya seseorang
berpaling dari para pemimpinnya, karena hal ini termasuk bagian bab (kategori)
pekerjaan yg lebih ringan terhadap 2 kerusakan bagi mereka. Mereka memandang
pedihnya rasa sakit yg di emban lebih ringan dari pada mengemban kelupaan terhadap
Allah sebab tidur atau yg lainnya. Kebalikan keterangan itu akan menimpa selain
mereka.
Dalam hal ini seseorang murid hanya berbicara dan diam kecuali dalam
keadaan yang darurot atau berbicara mengeni kebutuhan syari’at, meninggalkan
perkataan yang tidak ada faedahnya, dan semua ini sudah masuk dalam ranah salah
satu dari rukun-rukun riyadhoh. Basyar bin haris berkata : “jika ada seseorang yang
mengagumi ucapanmu, maka diamlah, dan Ketika seseorang mengagumi
kediamanmu maka berbicaralah, karena sesungguhnya dalam sebuah ucapan itu
merupakan batasan diri, dan merupakan dhohirnya sifat yang terpuji .