Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI MAHASISWA

PROGRAM SARJANA KEDOKTERAN GIGI

GAMBARAN STATUS KESEHATAN GINGIVA PADA PENGGUNA


ALAT ORTODONTIK CEKAT
KAJIAN PADA MURID SMA NEGERI 1 JAKARTA

Disusun oleh :

Shafa Salsabila R.P.B 040001800160


Aurellie Sophie Adisa 040001800161
Azzahra Nur Anisah 040001800162
Eveline Michelle Trinantio 040001800164
Garina Salsabila 040001800165

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….2
BAB I Pendahuluan……………………………………………………………………………...3
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………….3
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………....4
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………………….4
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………………………...4
BAB II Tinjauan Pustaka………………………………………………………………………...5
2.1 Jaringan Periodontal…………………………………………………………….........5
2.2 Gingiva……………………………………………………………………………….5
2.3 Gingivitis……………………………………………………………………………..8
2.4 Alat Ortodontik Cekat……….……………………………………………………….13
BAB III Kerangka Teori………………………………………………………………………....16
BAB IV Metode Penelitian……………………………………………………………………....19
4.1 Desain Penelitian……………………………………………………………………..19
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………………………….19
4.3 Populasi, Sampel, dan Besar Sampel………………………………………………..19
4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi………………………………………………………...20
4.5 Variabel Penelitian…………………………………………………………………..21
4.6 Definisi Operasional Variabel……………………………………………………….21
4.7 Alat dan Prosedur penelitian…………………………………………………………21
4.8 Analisis Penelitian…………………………………………………………………...23
4.9 Etika Penelitian……………………………………………………………………….23
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………24

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawatan Ortodontik atau lebih dikenal dengan istilah behel sudah banyak digunakan di
masyarakat mulai dari kalangan anak-anak sampai dewasa, tetapi kini penggunaan alat ortodonti
banyak diminati oleh remaja. Menurut data Riset kesehatan dasar (Riskesdas) Nasional tahun
2018, menyatakan bahwa prevalensi pengguna kawat gigi pada usia 15–24 tahun sebesar 1,1 %.4
Pada usia ini lah pengguna kawat gigi terbanyak dari semua kalangan usia. Kebanyakan dari
mereka yang berusia remaja melakukan perawatan ortodontik hanya bertujuan untuk kecantikan
dan mengikuti trend gaya hidup zaman sekarang tanpa memikirkan dampaknya.2 Hal ini bisa
disebabkan karena pada masa remaja terjadi perubahan baik secara fisik, mental, maupun
psikososial, sehingga perubahan itulah yang membuat mereka tidak puas dengan penampilan
wajahnya karena menurut mereka penampilan wajah adalah hal yang sangat penting dari
penampilan fisik.2

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2018, penggunaan
perawatan ortodonti di DKI Jakarta tertinggi sebesar 0,7% dibandingkan daerah lainnya.4
Penggunaan alat ortodontik cekat banyak memberikan dampak seperti perubahan lingkungan
rongga mulut, komposisi flora rongga mulut, dan peningkatan jumlah plak yang dapat
menyebabkan karies, selain itu penggunaan alat ortodontik cekat dapat menyebabkan penyakit
periodontal seperti inflamasi gingiva atau yang disebut gingivitis. Gingivitis adalah suatu
permasalahan utama bagi para pengguna alat ortodontik cekat dikarenakan bentuk dari alat
ortodontik cekat yang rumit menyebabkan pasien sulit untuk membersihkan hingga ke sela-sela
gigi sehingga akumulasi plak mudah terbentuk dan menyebabkan inflamasi pada gingiva.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2018, menyatakan
bahwa prevalensi permasalahan gigi dan mulut di Indonesia sebesar 57,6% .4 Penyakit periodontal
terutama gingivitis merupakan penyakit terbanyak ke-2 di Indonesia dengan prevalensi mencapai
96,5%.5 Tingginya prevalensi tersebut menunjukkan masih rendahnya kesadaran akan kesehatan
gigi dan mulut. Terlebih, pengguna ortodontik cekat harus lebih ekstra dalam menjaga kesehatan

3
gigi dan mulutnya, terutama kesehatan gingiva yang tidak bisa kita abaikan, apabila hal ini
diabaikan maka gingivitis dapat berlanjut menjadi periodontitis, dan dapat menyebabkan gigi
tanggal.

Berdasarkan hal-hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai


gambaran status kesehatan gingiva pada pengguna alat ortodontik cekat dalam hal ini peneliti
menggunakan sampel siswa-siswi SMA Negeri 1 Jakarta.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah gambaran status kesehatan gingiva pada pengguna alat ortodontik cekat di
SMA Negeri 1 Jakarta?

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui gambaran status kesehatan gingiva pada pengguna alat ortodontik cekat
di SMA Negeri 1 Jakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada
masyarakat dan siswa-siswi SMA Negeri 1 Jakarta mengenai status kesehatan gingiva pada
penggunaan alat ortodontik cekat di usia remaja.

2. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman lebih mengenai gambaran
kesehatan gingiva pada pengguna alat ortodontik cekat di usia remaja.

3. Bagi Profesi

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi dalam bidang kesehatan
mulut sebagai penunjang data untuk mengetahui gambaran status kesehatan gingiva pada
pengguna alat ortodontik cekat di usia remaja.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jaringan Periodontal

Jaringan periodontal merupakan sistem fungsional jaringan yang mengelilingi dan


menyangga gigi, menghubungkannya dengan tulang rahang, sehingga dapat mendukung gigi tetap
berada pada soketnya. Struktur ini dikenal juga dengan sebutan periodontal attachment apparatus,
yaitu struktur yang menghubungkan gingiva dan ligamen periodontal dengan gigi.6 Menurut
Manson dan Eley, jaringan periodontal terdiri dari gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal
dan sementum.21

Gambar 1. Struktur Jaringan Periodontal

2.2 Gingiva

2.2.1 Pengertian

Gingiva atau sering disebut gusi merupakan bagian terluar dari jaringan periodontal yang
melekat pada prosesus alveolaris dan gigi yang berfungsi melindungi dan menutupi jaringan
dibawahnya. Gingiva termasuk kedalam bagian dari oral mucosa jenis masticatory. Masticatory
mucosa artinya mukosanya tidak bergerak, melekat erat ke tulang di bawahnya dan diliputi epitel
berkeratin/tidak berkeratin.7

5
2.2.2 Anatomi

Bagian-bagian dari gingiva terdiri dari; 7

Alveolar mucosa Mukosa yang tidak melekat erat pada tulang


dibawahnya, tekstur permukaan halus, susunan
jaringan ikatnya jarang dan ditutupi oleh
selapis tipis epitel tidak berkeratin

Marginal gingiva/free gingiva/gingiva bebas Bagian dari gingiva yang terletak paling
koronal, tidak melekat pada gigi dan
mengelilingi gigi seperti kerah baju. Berfungsi
sebagai dinding jaringan lunak sulkus gingiva

Attached gingiva Berkonsistensi kenyal, kokoh dan melekat erat


pada akar gigi (sementum) dan periosteum
tulang alveolar. Pada permukaan Attached
gingiva terdapat tekstur bintik-bintik seperti
kulit jeruk yang dinamakan stippling. Stippling
terjadi karena tarik menarik antara rete peg
dengan jari ikat.

Free gingival groove Suatu lekukan dangkal pada permukaan


gingiva, lebar sekitar 1 mm. Berfungsi sebagai
batas marginal gingiva dengan attached
gingiva

Sulkus gingiva Celah dangkal/ruang sempit bentuk V yang


mengelilingi gigi di antara marginal gingiva
dan gigi.

Interdental gingiva/Interdental papilla Berada diantara dua gigi yang berdekatan yang
terdiri atas gingiva yang melekat (attached

6
gingiva) dan yang tidak melekat (marginal
gingiva)

Mucogingival junction Garis yang memisahkan antara alveolar


mukosa dan attached gingiva

Gambar 2. Anatomi Gingiva

2.2.3 Karakteristik gingiva sehat

Menurut Fedi, Vernino dan Gray, gingiva sehat mempunyai karakteristik berupa berwarna
merah muda atau merah muda koral, tetapi tergantung pada jumlah pigmen melanin pada
ephiteliumnya, derajat keratinisasi epithelium dan vaskularisasi serta sifat fibrosa dari jaringan ikat
bawahnya, selain itu adanya pertambahan ukuran pada gingiva merupakan tanda penyakit
periodontal, pada gingiva sehat juga ditandai dengan terdapat stippling pada attached gingiva nya
dan sulkus gingiva tidak melebihi 2 mm.22

7
Gingiva sehat berkonsistensi kenyal dan tegas, kontur marginal gingivanya meruncing ke
arah koronal seperti kerah baju, bertekstur halus, tepinya menipis ke arah koronal dan tidak
berdarah saat probing.7

2.3 Gingivitis

2.3.1 Pengertian

Gingivitis adalah peradangan pada gingiva yang merupakan bentuk ringan dari penyakit
periodontal dan disebabkan oleh plak gigi yang bersifat reversibel.12 Pada gingivitis terdapat poket
gingiva atau biasa disebut false poket/pseudo poket, poket ini terbentuk karena pembesaran
gingiva/pergerakan gingiva ke arah koronal tanpa adanya kerusakan jaringan periodontal.

Menurut Fedi, Vernino dan Gray, gingivitis merupakan tahap awal dari penyakit
periodontal yang ditandai dengan adanya perdarahan pada gingiva tanpa ada penyebab, adanya
pembengkakan pada gingiva, hilangnya tonus gingiva, hilangnya stippling, dan konsistensi lunak
disertai adanya poket gingiva.22 Secara klinis gingivitis ditandai dengan adanya perubahan warna,
perubahan bentuk, dan perubahan konsistensi (kekenyalan), perubahan tekstur dan perdarahan
pada gusi.3

Gingivitis bersifat reversibel yang artinya bisa kembali pada kondisi normalnya jika
dirawat, tetapi jika tidak dirawat maka akan berkembang menjadi periodontitis yang bersifat
irreversibel dengan adanya kerusakan tulang sehingga menyebabkan gigi terlepas dari soketnya.

2.3.2 Klasifikasi

Klasifikasi gingivitis berdasarkan AAP 1999, terdiri atas ; 10

Dental Plaque - Induced Gingival Diseases

I. Gingivitis yang berhubungan dengan dental plak


A. Tanpa faktor pendukung lokal
B. Dengan faktor pendukung lokal
II. Penyakit gingiva yang berhubungan dengan faktor sistemik
A. Berhubungan dengan sistem endokrin

8
1. Gingivitis yang berhubungan dengan pubertas
2. Gingivitis yang berhubungan dengan siklus menstruasi
3. Berhubungan dengan kehamilan
a) Gingivitis
b) Pyogenic granuloma
4. Gingivitis yang berhubungan dengan diabetes mellitus
B. Berhubungan dengan diskrasia darah
1. Gingivitis yang disebabkan leukemia
2. Dan lain-lainnya
III. Penyakit gingiva yang berhubungan dengan obat-obatan.
A. Penyakit gingiva yang berhubungan dengan obat-obatan
1. Gingival enlargement yang disebabkan oleh obat-obatan
2. Gingivitis yang disebabkan oleh obat-obatan
a) Gingivitis yang berhubungan dengan oral contraceptive
b) Dan lain-lainnya
B. Penyakit gingiva yang berhubungan dengan malnutrisi
1. Gingivitis yang disebabkan kekurangan Vitamin C
2. Dan lain-lainnya.

Non- Plaque - Induced Gingival Lesional

I. Penyakit gingiva yang disebabkan oleh bakteri yang spesifik


A. Neisseria gonnorhoeae
B. Treponema pallidum
C. Streptoccus species
II. Penyakit gingiva yang disebabkan oleh virus
A. Infeksi Herpesvirus
1. Primary herpetic gingivostomatitis
2. Reccurent oral herpes
3. Varicella zoster
III. Penyakit gingiva yang disebabkan oleh jamur
A. Generalized gingival candidiasis

9
B. Linear gingival erythema
C. Histoplasmosis
IV. Lesi gingiva berdasarkan genetik
A. Herediter gingival fibromatosis
V. Manifestasi gingiva berdasarkan kondisi sistemik
A. Lesi Mukokutan
1. Lichen planus
2. Pemphigoid
3. Pemphigus vulgaris
VI. Reaksi Alergi
VII. Lesi Traumatik
VIII. Reaksi benda asing.10

Menurut Rosad, Klasifikasi gingivitis berdasarkan keparahannya terdiri dari;20

I. Gingivitis Akut

Gambaran klinis pada gingivitis akut adalah pembengkakan yang berasal dari
peradangan akut dan gingiva yang lunak. Pada gingivitis akut terjadi pembentukan vesikel
dengan edema interseluler dan intraseluler dengan degenerasi nukleus dan sitoplasma serta
rupture dinding sel.

II. Gingivitis Kronis

Gambaran gingivitis kronis adalah pembengkakan lunak yang dapat membentuk


cengkungan saat ditekan sehingga yang terlihat hanya infiltrasi dari cairan eksudat radang.
Pada saat dilakukan probing terdapat perdarahan dan permukaan gingiva berwarna
kemerahan. Pada gingivitis kronis, konsistensinya kaku dan kasar, saat dilakukan
mikroskop terlihat fibrosis dan proliferasi dari epitelnya.

Berdasarkan tipe penyebarannya, terdiri dari ; 14

I. Gingivitis lokalis : Gingivitis yang terbatas pada satu gigi atau sekelompok
gigi

10
II. Gingivitis generalis : Gingivitis yang melibatkan keseluruhan mulut
III. Gingivitis marginalis : Gingivitis yang melibatkan marginal gingiva dan sebagian
attached gingiva
IV. Gingivitis papillary : Gingivitis yang papilla interdental
V. Gingivitis diffuse : Gingivitis yang melibatkan marginal gingiva, attached
gingiva dan papilla interdental.14

2.3.3 Etiologi

Penyebab gingivitis dibagi menjadi dua, yaitu penyebab utama dan penyebab sekunder.
Penyebab utama gingivitis adalah penumpukan mikroorganisme yang membentuk suatu koloni
kemudian membentuk plak gigi. Penyebab sekunder gingivitis berupa faktor lokal dan faktor
sistemik. Faktor lokal meliputi kalkulus, material alba, restorasi yang gagal, tumpukan sisa
makanan, gigi tiruan yang tidak sesuai, pemakaian alat ortodonti dan susunan gigi geligi yang tidak
teratur, sedangkan faktor sistemik meliputi faktor nutrisional, faktor hormonal, hematologi,
gangguan psikologi dan obat-obatan.9

Pembentukan plak dimulai setelah menyikat gigi, aliran saliva akan menutupi permukaan
gigi yang bersih. Protein yang ada dalam saliva yaitu glikoprotein akan menempel pada permukaan
gigi dan disebut acquired pellicle. Diatas acquired pellicle bakteri coccus gram positif contohnya
streptococcus mutans akan berkolonisasi dan mengubah glukosa dan karbohidrat pada sisa
makanan menjadi asam dalam proses fermentasi. Kombinasi antara bakteri, asam, sisa makanan
dan air liur dalam mulut menyebabkan terbentuknya suatu substansi berwarna kekuningan yang
melekat erat pada gigi yang disebut plak.23

Plak yang dibiarkan terus-menerus ini akan berlanjut menjadi kalkulus. Kalkulus adalah
suatu endapan keras yang melekat pada permukaan gigi berwarna mulai dari kekuning-kuningan
hingga kecoklatan sampai kehitaman yang mempunyai permukaan yang kasar.24 Kalkulus terdiri
atas kalkulus supragingiva yang letaknya diatas permukaan gusi, konsistensinya lunak, berwarna
putih kekuningan dan tidak melekat erat, sedangkan kalkulus subgingiva letaknya dibawah
permukaan gusi, konsistensinya keras, berwarna coklat kehitaman dan melekat erat.

11
2.3.4 Patogenesis

Patogenesis gingivitis terbagi dalam 4 tahap yaitu;15

1. Initial Lesion (2–4 hari) = pada tahap ini terjadi vasodilatasi dan peningkatan aliran darah
sebagai respon terhadap aktivitas bakteri oleh leukosit, dan stimulasi pada sel endothelial.
2. Early Lesion (4–7 hari) = pada tahap ini terjadi proliferasi pembuluh darah diantara rete
pegs dan peningkatan kerusakan kolagen, pada tahap ini terlihat secara klinis berupa
eritema dan perdarahan saat dilakukan probing.
3. Established Lesion = pada tahap ini didominasi oleh sel plasma, dan terjadi peningkatan
kolagenolisis oleh enzim kolagenase. Secara histokimia, ditandai dengan peningkatan level
asam dan alkalin fosfatase, beta-glucuronidase, beta-glucosidase, beta-galactosidase,
esterase, aminopeptidase, dan sitokrom oksidase.
4. Advanced Lesion = pada tahap ini lesi sudah menjalar sampai tulang alveolar.

2.3.5 Gingival index

Gingivitis dapat ditentukan derajat inflamasinya dengan menggunakan indeks gingiva


yang ditemukan oleh Loe dan Sillness pada tahun 1963. Indeks gingiva digunakan untuk menilai
tingkat keparahan dan banyaknya peradangan gusi pada subjek yang diuji. Indeks gingiva menilai
empat aspek dari gingiva, yaitu papila distal-fasial, marginal gingiva fasial, papila mesial-fasial,
dan marginal gingiva lingual. Kriteria keparahan keempat area gusi pada masing-masing gigi
diberi skor 0–3.13

0: Gingiva sehat, tidak ada perubahan warna dan tidak ada perdarahan

1: Inflamasi ringan, ada perubahan warna, terdapat edema, tidak ada perdarahan saat
dilakukan palpasi

2: Inflamasi sedang, warna gingiva kemerahan, terdapat edema, gingiva tampak berkilau,
terjadi perdarahan saat palpasi

3: Inflamasi berat, warna merah yang intens pada gingiva, terdapat edema, terjadi ulserasi,
perdarahan spontan saat palpasi.

12
Skor dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan skor keempat sisi gingiva pada gigi yang
diperiksa, lalu dibagi empat. Untuk menentukan skor keseluruhannya, jumlah skor semua gigi
yang diperiksa dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa.13

0,1–1,0: Gingivitis ringan

1,1–2,0: Gingivitis sedang

2,1–3,0: Gingivitis berat

2.4 Alat Ortodontik Cekat

2.4.1 Pengertian

Menurut British Society of Orthodontics dan American Association of Orthodontist,


ortodonti adalah ilmu yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan gigi dan jaringan
sekitarnya dari janin sampai dewasa mengenai aksi reaksi dari pengaruh luar dan pengaruh dalam
terhadap perkembangan, dengan tujuan mencegah dan memperbaiki keadaan gigi yang malposisi
dan maloklusi untuk mencapai hubungan fungsional serta anatomis yang normal.11

Ortodontik cekat merupakan alat yang dipasang di mulut pasien, tetapi hanya dapat
dipasang dan dilepas oleh dokter gigi yang merawat saja.11 Alat ortodonti cekat bertujuan untuk
mengoreksi maloklusi yang terjadi namun dapat berpotensi untuk menimbulkan kerugian pada
gigi-geligi maupun jaringan periodontal.

2.4.2 Komponen

Komponen ortodontik cekat terdiri atas bracket, band, archwire, elastics, o-ring dan power
chain.19

a) Bracket merupakan alat ortodontik cekat yang melekat dan terpasang mati pada gigi-geligi,
berfungsi untuk menghasilkan tekanan yang terkontrol pada gigi-geligi.
b) Band merupakan piranti alat ortodontik cekat yang terbuat dari baja antikarat tanpa
sambungan

13
c) Arch wire merupakan alat ortodontik cekat yang menyimpan energi dari perubahan bentuk
dan suatu cadangan gaya yang kemudian dipakai untuk menghasilkan gerakan gigi.
d) Elastic dibuat dalam beberapa bentuk yang sesuai untuk ortodonti
e) O-ring adalah suatu pengikat elastis yang digunakan untuk merekatkan archwire dengan
bracket
f) Power chain seperti ikatan mata rantai yang diletakan pada gigi geligi, bentuknya seperti
pita yang menyambung.

2.4.3 Tujuan Perawatan

Tujuan perawatan ortodonti adalah: 11


1. Mencegah keadaan abnormal bentuk muka akibat kelainan rahang dan gigi
2. Meningkatkan fungsi pengunyahan yang baik
3. Menghindari kerusakan gigi akibat penyakit periodontal
4. Memperbaiki cara bicara
5. Menambah rasa percaya diri
6. Memperbaiki kesalahan pada sendi temporomandibular
7. Mencegah perawatan ortodonti pada usia lebih lanjut
8. Mencegah dan memperbaiki pernafasan yang abnormal akibat perkembangan gigi
9. Menghilangkan kebiasaan buruk yang dapat menimbulkan kelainan berat.
10. Meningkatkan daya tahan gigi terhadap karies.

2.4.4 Efek Negatif

Pada awal pemasangan alat ortodontik cekat, banyak pasien mengeluhkan adanya
peradangan pada mulutnya dan bahkan beberapa pasien mengeluhkan adanya bau mulut.18
Kerusakan fisik pada mukosa mulut berupa peradangan tersebut dapat disebabkan oleh permukaan
tajam alat ortodontik.18

Pemakaian alat ortodontik cekat dapat meningkatkan retensi plak terutama di daerah
marginal gingiva sehingga akhirnya menimbulkan inflamasi gingiva. Pada pengguna alat
ortodontik cekat terjadi gingivitis secara menyeluruh dari ringan hingga berat dalam waktu 6
minggu setelah pemasangan alat ortodontik cekat.18 Beberapa efek negatif dari perawatan

14
ortodontik cekat diantaranya dapat terjadi kerusakan email, reaksi pulpa, resorpsi akar, gangguan
jaringan periodontal, trauma jaringan lunak, dan juga dapat menyebabkan gangguan pada sendi
temporomandibular.12

2.4.5 Penggunaan Ortodontik Cekat pada remaja

Sebagian besar remaja menggunakan alat ortodontik cekat tidak hanya untuk kepentingan
perawatan gigi dan mulut saja melainkan juga sebagai bagian dari gaya hidup atau trend fashion
jaman sekarang sehingga akan menimbulkan efek negatif pada perawatan ortodonti.2 Pada masa
remaja telah terjadi perkembangan psikologis yang mengakibatkan timbulnya kesadaran dan
keinginan untuk tampil terbaik.17

Remaja sedang berada dalam masa mencari jati diri yang mendorong timbulnya keinginan
untuk mendapatkan yang terbaik khususnya gigi-geligi yang sehat. Kondisi kesehatan gigi dan
mulut sangat berpengaruh pada kualitas hidup yaitu mempengaruhi kepuasan dengan
penampilan,menyebabkan perasaan malu dalam kontak sosial dan mempengaruhi efek
psikologis.16 Menurut Carpenito, bahwa kesehatan gigi dan mulut secara langsung mempengaruhi
hubungan interpersonal yaitu penampilan, konsep diri, dan komunikasi.8 Hal inilah yang
mendasari mengapa banyak sekali pengguna ortodontik cekat adalah di usia remaja.

15
BAB III

KERANGKA TEORI

Penyakit periodontal adalah suatu kondisi peradangan dan kerusakan pada jaringan
pendukung gigi. Penyebab utama dari penyakit periodontal adalah plak. Plak merupakan suatu
deposit lunak yang terdiri dari kumpulan mikroorganisme pada permukaan gigi yang berada dalam
suatu polimer matriks bakteri dan saliva. Proses pembentukan plak dimulai setelah menyikat gigi,
setelah menyikat gigi akan terbentuk lapisan acquired pellicle yang terdiri atas glikoprotein yang
terdapat pada saliva yang menempel pada permukaan gigi. Diatas acquired pellicle lah berbagai
macam mikroorganisme akan berkolonisasi dan bermaturasi sehingga membentuk suatu plak. Oral
hygiene yang buruk akan mempercepat proses pembentukan plak sehingga terjadi peningkatan
akumulasi plak. Oral hygiene buruk disebabkan oleh perilaku menjaga kebersihan gigi dan mulut
yang rendah. Selain itu, penyebab sekunder dari penyakit periodontal antara lain adalah kalkulus,
maloklusi, material alba, food debris, dan gigi tiruan yang tidak sesuai.

Kalkulus adalah suatu deposit keras yang terbentuk dari remineralisasi plak gigi dan
umumnya dilapisi plak yang tidak tereliminasi. Kalkulus dapat terbentuk karena peningkatan
akumulasi plak yang disebabkan oleh kebersihan mulut yang kurang terjaga. Disisi lain,
Penggunaan ortodontik yang tidak tepat dapat menjadi penyebab sekunder terjadinya penyakit
periodontal. Penggunaan ortodontik yang tidak tepat seringkali terjadi di kalangan remaja.
Sebagian besar remaja menggunakan alat ortodontik cekat tidak hanya untuk kepentingan
perawatan gigi dan mulut saja melainkan juga sebagai bagian dari gaya hidup atau trend fashion
jaman sekarang, hal ini dapat memberikan dampak negatif kedepannya. Selain itu, perawatan
ortodonti cekat memiliki struktur bentuk yang rumit dan kompleks sehingga menyebabkannya sulit
untuk dibersihkan. Dampak dari pembersihan gigi yang tidak optimal ini menyebabkan
peningkatan akumulasi plak. Akumulasi plak yang meningkat akan menyebabkan terjadinya
peradangan pada gingiva yang berupa perdarahan pada gingivanya.

Peradangan pada gingiva atau disebut gingivitis adalah suatu kondisi dimana gingiva
mengalami pembengkakan dan peradangan yang disebabkan oleh plak. Gingivitis ditandai dengan
adanya perdarahan saat dilakukan probing, dengan gambaran klinisnya berupa pembengkakan,

16
perubahan warna, konsistensi lunak dan hilangnya stippling pada permukaan gingiva. Gingivitis
dapat ditentukan derajat keparahannya dengan menggunakan indeks gingiva yang ditemukan oleh
Loe dan Sillness pada tahun 1963.

17
Penyakit
Periodontal

Kalkulus,
Etiologi utama Faktor predisposisi maloklusi, material
alba, food debris,
dan gigi tiruan
Plak yang tidak sesuai

Pemakaian ortho
OH buruk
yang tidak tepat

Kesulitan dalam
menjaga OH

Akumulasi plak
meningkat

Perdarahan gingiva

Gingivitis

18
BAB IV

METODE PENELITIAN

4. 1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu penelitian observasional deskriptif dengan
menggunakan desain studi potong lintang (cross sectional study) untuk mengetahui
gambaran status kesehatan gingiva pada pengguna ortodontik cekat di SMA Negeri 1
Jakarta.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Tempat penelitian : SMA Negeri 1 Jakarta (Boedoet) yang terletak di jl. Budi Utomo
No.7, Pasar Baru, kecamatan sawah besar, Kota Jakarta Pusat.
Waktu : September 2020

4.3 Populasi, Sampel, dan Besar Sampel


4.3.1 Populasi penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa/i SMA Negeri 1 Jakarta.

4.3.2 Sampel penelitian


Pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampling non-probability
dengan jenis purposive sampling, yang artinya subjek yang diambil adalah subjek yang memiliki
kriteria sesuai dengan tujuan penelitian.

4.3.3 Besar sampel


Penentuan besar sampel pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus:

19
Ket;

n = Besar sampel minimal

Z = Deviat baku alpha (a : 0,05 atau 1,96)

P = Prevalensi kategorik

Q = 1-P

d = Presisi

n = (1.96)2 x 0.5 × 0.5


(0.20)2
= 3.8416 x 0.5 x 0.5
0.04
= 0.9604
0.04
= 24.01
= 25

Faktor dropout sebesar 10% dari hasil perhitungan besar sampel


1
𝑛′ = ×𝑛
1−𝑓
1
𝑛′ = × 25
1−0,1

= 28
Jadi, jumlah sampel yang diperlukan sebanyak 28 subjek.

4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


4.4.1 Kriteria Inklusi
a) Murid SMA Negeri 1 Jakarta yang menggunakan ortodontik cekat.
b) Murid SMA Negeri 1 Jakarta yang mau menandatangani informed consent.

20
4.4.2 Kriteria Eksklusi
a) Murid SMA Negeri 1 Jakarta yang merokok.

4.5 Variabel Penelitian


Variabel dalam penelitian ini adalah Status Kesehatan Gingiva.

4.6 Definisi Operasional Variabel


Status kesehatan gingiva merupakan suatu keadaan yang menggambarkan kesehatan pada
gingiva. Gingiva yang sehat ditandai dengan tidak adanya tanda-tanda peradangan. Informasi
mengenai status kesehatan gingiva subjek diperoleh melalui pemeriksaan secara intraoral
menggunakan gingival index loe dan sillness. Dengan kriteria;
0: Gingiva sehat, tidak ada perubahan warna dan tidak ada perdarahan
1: Inflamasi ringan, ada perubahan warna, terdapat edema, tidak ada perdarahan saat dilakukan
palpasi
2: Inflamasi sedang, warna gingiva kemerahan, terdapat edema, gingiva tampak berkilau, terjadi
perdarahan saat palpasi
3: Inflamasi parah, warna merah yang intens pada gingiva, terdapat edema, terjadi ulserasi,
perdarahan spontan saat palpasi.

4.7 Alat dan Prosedur Penelitian


4.7.1 Alat dan bahan
1. Kaca mulut
2. Nierbekken
3. Periodontal probe
4. Masker
5. Handskun
6. Wadah untuk sterilisasi alat
7. Alkohol
8. Cairan antiseptik
9. Air dalam kemasan
10. Kapas

21
11. Air bersih untuk membersihkan alat
12. Kain putih ukuran kecil

4.7.2 Cara Kerja


a. Tahap persiapan
1) Mengajukan izin penelitian di SMA Negeri 1 Jakarta.
2) Pengajuan ethical clearance pada komisi kode etik sebelum melakukan penelitian.
3) Persiapkan Informed Consent untuk ditandatangani oleh subjek peneliti.
4) Pemilihan subjek yang memenuhi kriteria inklusi di sekolah SMAN 1 Jakarta
menggunakan metode sampling non-probability jenis purposive sampling.
5) Jika murid bersedia untuk menjadi subjek penelitian, maka murid diminta untuk
mengisi Informed Consent terlebih dahulu. Apabila subjek menolak maka peneliti
menghormati keputusan subjek dengan tidak memaksa.
6) Mengumpulkan lembar persetujuan.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Mengumpulkan subjek dalam satu ruangan kemudian di panggil satu persatu
menurut daftar hadir.
2) Subjek peneliti dipersilahkan duduk, peneliti menjelaskan kepada subjek
mengenai proses pemeriksaan, dan mencatat keterangan subjek dalam lembar
penelitian.
3) Peneliti memakai masker, sarung tangan serta menginstruksikan subjek penlitian
untuk membuka mulut dan mulai melakukan pemeriksaan area gingiva pada
masing-masing gigi (labial/bukal, distal, mesial dan lingual/palatal) yaitu M1
kanan atas, I2 kanan atas, P1 kiri atas, M1 kiri bawah, I2 kiri bawah, P1 kanan
bawah menggunakan periodontal probe dan kaca mulut diberika skor sesuai
kriteria.
4) Setelah selesai pemeriksaan, subjek penelitian diinstruksikan untuk berkumur
dengan air bersih yang disediakan. Subjek penelitian kemudian diberikan sikat
gigi dan odol gratis sebagai ucapan terimakasih karena sudah berpartisipasi.
5) Data yang diperoleh dikumpulkan dan kemudian dianalisis oleh peneliti.

22
4.8 Analisis Penelitian

Data hasil penelitian ini dianalisis menggunakan Microsoft Excel untuk melihat persentase
data yang diperoleh.

4.9 Etika Penelitian

1. Penelitian sudah mendapat persetujuan dari komisi kode etik FKG USAKTI.
2. Peneliti meminta ijin kepada pihak sekolah untuk dilakukan penelitian pada sekolah
bersangkutan.
3. Subjek penelitian setuju untuk ikut serta dalam penelitian dan telah menandatangani
informed consent.
4. Peneliti akan merahasiakan data diri subjek penelitian dari orang lain.

23
DAFTAR PUSTAKA
1. Marchelina, G. R. Status Kesehatan Gingiva Pada Pengguna Alat Ortodontik Cekat Di
SMA Negeri 1. pharmacon, 5(1). 2016
2. Herwanda, H., Arifin, R., & Lindawati, L. Pengetahuan remaja usia 15-17 tahun di sman
4 kota banda aceh terhadap efek samping pemakaian alat ortodonti cekat. J. of Syiah Kuala
Dentistry Society, 1(1); 2016. 78-84
3. Willmann, D.E., & NieldGehrig, J.S. Foundation of Periodontics for the Dental Hygienist.
Philadelphia: Lippicont Williams & Wilkins. 2008.
4. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. 2019.
5. National Institute of Health Research and Development (NIHRD). Indonesia Basic Health
Research (RISKESDAS) 2012-2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;
2013. 111-2.
6. Carranza FA. Glickman’s Clinical Periodontology 11th ed. Philadelphia: WB Saunders
Company; 2012. 11-3, 20-6, 37-8.
7. Zubardiah, L. Jaringan Periodonsium Anatomis, Klinis, dan Histologis. Jakarta: Penerbit
Universitas Trisakti; 2011.
8. Carpenito, Lynda Juall. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinis. Jakarta:
EGC. 2009.
9. Diah, Widodorini,T.,& Nugraheni,N.E. Perbedaan angka kejadian gingivitis antara usia
pra-pubertas dan pubertas di kota Malang. Malang: E-Prodenta Journal of Dentistry 2018.
2(1). 2018. 108-115.
10. Newman, M. G., Takei, H., Klokkevold, P. R., & Carranza, F. A. Newman and Carranza's
Clinical Periodontology E-Book. Elsevier Health Sciences. 2018
11. Anonim. Buku Ajar Ortodonsia I KGO I. Departmen Kedokteran Gigi. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta; 2008. 6-10.
12. Putri Wijaya, N. P. A., Ulfah, N., Krismariono, A. Keparahan gingivitis pada pasien poli
gigi puskesmas mulyarejo tahun 2016 menggunakan gingival index. Doctoral dissertation,
Universitas Airlangga. 2016
13. Jeffrey A. Dean., Avery, David R., McDonald, Ralph E. Dentistry for the Child and
Adolescent Ninth Edition, Indiana: Mosby. 2011

24
14. Hidayat, Nurul. Status kesehatan gingiva berdasarkan usia kehamilan dan status ekonomi
di Kota Palopo. Makasar: Penerbit Universitas Hasanuddin. 2017.
15. Sunarto, Hari. Plak sebagai penyebab utama keradangan jaringan periodontal. Depok:
Penerbit Universitas Indonesia. 2014
16. Rahayuningsih, A. Hubungan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Konsep Diri Pada Remaja
di SMPN 7 Pariaman. NERS Jurnal Keperawatan, 9(2), 2013. 155-160.
17. Alawiyah T. Komplikasi dan resiko yang berhubungan dengan perawatan ortodonti. Jurnal
Ilmiah WIDYA. 2017. 4:256.
18. Lastianny, S. P. Dampak pemakaian alat ortodontik terhadap kesehatan jaringan
periodontal. Majalah Kedokteran Gigi, 19. Yogyakarta: Penerbit Universitas Gadjah Mada.
2012.
19. Ardhana,Wayan. Materi Kuliah Ortodonsia I Alat Ortodontik Lepasan. Departemen
Fakultas Kedokteran Gigi. Yogyakarta: Penerbit Universitas Gadjah Mada.
20. Rosad. Gingivitis, Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut, Jakarta: 2008.
21. Manson, JD., Eley, BM. Buku Ajar Periodonti Edisi 2, Jakarta: EGC. Hipokrates.1993. 1-
240
22. Fedi, P.F., Vernino, A.R., Gray, J.L. Silabus Periodonti. Edisi 4. Cetakan 1. Jakarta:
EGC. 2005
23. Putri, M.H, Herijulianti, E., Nurjannah, N. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan
Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 25. 2012.
24. Arini, N, W. Perilaku pasien Terhadap Upaya Pembersihan Karang Gigi di BPG
puskesmas II Dempasar Timur kota Denpasar. Denpasar: Poltekkes Denpasar. 2013

25

Anda mungkin juga menyukai