Anda di halaman 1dari 6

1. Jelaskan oleh Anda proses Audit Internal?

Jawab:
1. Persiapan Penugasan Audit
Persiapan penugasan audit adalah proses awal yang dilaksanakan pada proses audit.
Dalam tahap ini dimulai dengan penunjukan tim yang akan terlibat dalam suatu
penugasan oleh Satuan Audit Internal. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar tim yang
akan melaksanakan tugas di suatu unit mempunyai payung hukum yang kuat bahwa
tim tersebut melaksanakan audit atas perintah dari atasa dan bukan karena
kehendak pribadi.
2. Survey Audit Pendahuluan
Survey pendahuluan merupakan proses yang bertujuan untuk mendapatkan
pemahaman yang mendalam mengenai risiko dari suatu unit yang akan diperiksa.
Oleh karena itu survey pendahuluan di sini meliputi langkah-langkah analisis
terhadap risiko mikro yang terkait dalam suatu unit yang akan diaudit.
Survey pendahuluan dapat dilakukan dengan sejumlah teknik audit. Penggunaan
berbagai teknik audit tersebut dimaksudkan agar tercapai kombinasi optimal dari
berbagai upaya untuk memperoleh dan menganalisis informasi yang relevan dengan
penilaian risiko secara efisien dan efektif. Terdapat dua klasifikasi utama dari teknik-
teknik audit pada tahap survey pendahuluan, yaitu yang berkaitan dengan langkah-
langkah survey pendahuluan di kantor unit auditor internal ( on desk/off site audit),
dan di lokasi unit yang diaudit (on site audit).
3. Pelaksanaan Pengujian
Setelah melaksanakan survey pendahuluan, maka auditor dapat menentukan
cakupan dan luas audit yang hendak dilaksanakan pengujiannya. Pada tahap survey
pendahuluan auditor baru mengumpulkan informasi informasi awal tentang
kondisi auditee. Pada tahap pelaksanaan pengujian ini auditor perlu mencari bukti
yang akan menguatkan informasi yang diperoleh pada survey pendahuluan tersebut.
Bukti audit yang cukup, kompeten, relevan dan catatan lainnya.
Bukti audit dapat menjadi bukti awal sebagai bukti hukum apabila bukti tersebut
ditemukan secara cermat, akurat dan tepat yang terkait dengan temuan audit atau
kesimpulan audit.
4. Penyelesaian Penugasan Audit
Penyelesaian penugasan audit ini merupakan tahapan terakhir dari proses pekerjaan
lapangan. Dalam tahap ini auditor mematangkan berbagai temuan yang telah
dirangkum selama proses pekerjaan lapangan. Di sini auditor memperoleh keyakinan
yang memadai bahwa temuan yang dirangkumnya telah dijalankan sesuai prosedur,
obyektif dan independen.
Pada saat mengkonfirmasi temuan kepada auditee, auditor telah menyiapkan
berbagai data yang sekiranya dibutuhkan untuk mendukung temuan yang diajukan
beserta rekomendasi yang disarankan kepada auditee. Setelah proses diskusi selesai
maka auditor meminta jawaban dalam bentuk tertulis beserta dengan
kesanggupan auditee untuk menindaklanjuti rekomendasi. Dalam hal tanggapan
tertulis tersebut, auditee juga mencantumkan batas tindak lanjut atas rekomendasi
tersebut akan dilaksanakan serta personel yang bertanggungjawab.

1
Tahapan akhir dari pekerjaan lapangan adalah pertemuan akhir ( exit meeting) yang
dihadiri oleh seluruh tim yang terlibat beserta manajemen dari
pihakauditee terutama yang terkait langsung dengan temuan dan rekomendasi audit.
Pada pertemuan akhir Tim Pemeriksa menyampaikan pokok-pokok hasil pemeriksaan
kepada Pimpinan Instansi/Unit Kerja yang diperiksa/yang mewakili. Pada
kesempatan ini auditor juga membicarakan tentang pemantauan pelaksanaan
rekomendasi yang telah disepakati.
5. Pelaporan hasil audit
Laporan hasil audit ini merupakan media untuk menyampaikan permasalahan serta
temuan berikut dengan rekomendasi yang terdapat dalam suatu unit kepada
manajemen unit tersebut. Manajemen auditee hendaknya mengetahui temuan-
temuan serta rekomendasi yang dihasilkan dari proses audit tersebut. Hal ini karena
laporan hasil audit akan sangat berguna bagi manajemen dalam proses pembuatan
keputusan di masa yang akan datang.
Setelah selesai pelaksanaan pengujian di lapangan, maka berdasarkan dokumentasi
Kertas Kerja Audit (mulai dari perencanaan/persiapan audit sampai dengan temuan
dan rekomendasi yang sudah mendapatkan tanggapan dari auditee) Ketua Tim
bersama anggota Tim kemudian menyusun laporan hasil audit.
6. Pemantauan tindaklanjut
Tindak lanjut dilaksanakan berdasarkan kesepakatan yang telah disetujui oleh
auditee terkait dengan pelaksanaan rekomendasi yang telah diberikan.

2. Jelaskan oleh Anda hubungan antara Audit Internal dan Audit Eksternal?
Jawab:
Hubungan kerjasama antara internal auditor dengan eksternal auditor dapat membawa
keterlibatan internal auditor dalam proses penilaian terhadap (kemungkinan) terjadinya
fraud pada area peran internal auditor yang sangat terbatas. misalnya pada level
terjadinya fraud yang melibatkan manajemen lini menengah dan atas (middle/top
management). Sehingga secara tidak langsung internal auditor akan lebih mampu
berperan dalam memantau kemungkinan terjadinya fraud pada level pembuat kebijakan.
Situasi demikian ini akan memberikan peluang bagi internal auditor untuk berperan aktif
dalam pengujian integritas, kualitas dan keandalan proses pembuatan hingga
impelmentasi kebijakan yang dilakukan oleh top manajemen.

3. Persyaratan apa yang harus dimiliki oleh Audit Internal dalam melaksanakan tugasnya?
Jawab:
1. Kompetensi, kompeten artinya auditor harus memiliki keahlian di bidang auditing dan
mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bidang yang diauditnya. Kompetensi
seorang auditor dibidang auditing ditunjukkan oleh latar belakang pendidikan dan
pengalaman yang dimilikinya. Dari sisi pendidikan, idealnya seorang auditor memiliki
latar belakang pendidikan (pendidikan formal atau pendidikan dan latihan sertifikasi)
dibidang auditing. Sedangkan pengalaman, lazimnya ditunjukkan oleh lamanya yang
bersangkutan berkarir di bidang audit atau intensitas/sering dan bervariasinya
melakukan audit.

2
2. Independensi, independen artinya bebas dari pengaruh baik terhadap manajemen
yang bertanggung jawab atas penyusunan laporan maupun terhadap para
penggunalaporan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar auditor tersebut bebas dari
pengaruh subyektifitas para pihak yang tekait, sehingga pelaksanaan dan hasil
auditnya dapat diselenggarakan secara obyektif. Independensi yang dimaksud
meliputi independensi dalam kenyataan (in fact) dan dalam penampilan (in
appearance).
3. Cermat dan Seksama, dalam melaksanakan tugasnya, auditor harus menggunakan
keahliannya dengan cermat (due professional care), direncanakan dengan baik,
menggunakan pendekatan yang sesuai, serta memberikan pendapat berdasarkan
bukti yang cukup dan ditelaah secara mendalam.

4. Apa yang Anda ketahui dengan Sistem Pengendalian Intenal?


Jawab:
Sistem Pengendalian Intern merupakan kumpulan dari pengendalian intern yang
terintegrasi, berhubungan dan saling mendukung satu dengan yang lainnya.

Di lingkungan perusahaan, pengendalian intern didifinisikan sebagai suatu proses yang


diberlakukan oleh pimpinan (dewan direksi) dan management secara keseluruhan,
dirancang untuk memberi suatu keyakinan akan tercapainya tujuan perusahaan yang
secara umum dibagi kedalam tiga kategori, yaitu :

1. Keefektifan dan efisiensi operasional perusahaan;


2. Pelaporan Keuangan yang handal; dan
3. Kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan yang diberlakukan.

Suatu pengendalian intern bisa dikatakan efektif apabila ketiga kategori tujuan


perusahaan tersebut dapat dicapai, yaitu dengan kondisi :

1. Direksi dan manajemen mendapat pemahan akan arah pencapain tujuan


perusahaan, dengan, meliputi pencapaian tujuan atau target perusahaan, termasuk
juga kinerja, tingkat profitabilitas, dan keamanan sumberdaya (asset) perusahaan.
2. Laporan Kuangan yang dipublikasikan adalah handal dan dapat dipercaya, yang
meliputi laporan segmen maupun interim.
3. Prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sudah taati dan
dipatuhi dengan semestinya.

5. Jelaskan bagaimana auditor internal melakukan penilaian tingkat kecukupan proses


pengelelolaan resiko!
Jawab:
Maka auditor hendaknya menempuh langkah berikut:

1. Mengenali kemungkinan kecurangan terkait dengan kegiatan/ substansi masalah/hal


yang akan diaudit. Langkah tersebut dapat dilakukan dengan pedoman sebagai
berikut:

3
a. Kelompokkan kegiatan/substansi masalah/hal yang akan diaudit dalam kategori
sesuai keperluan penaksiran.
b. Rumuskan kemungkinan kecurangan yang dapat terjadi dari setiap bahasan
dalam kategori yang ditetapkan. Kemungkinan kecurangan tersebut disusun
sebanyak yang dapat didaftar.

2. Menetapkan pengendalian yang seharusnya ada, dalam rangka memastikan bahwa


risiko kecurangan di atas tidak akan terjadi. Langkah tersebut dilakukan dengan
pedoman sebagai berikut:

a. Pengendalian yang seharusnya ada disusun berdasarkan risiko yang diidentifikasi


pada langkah nomor 1.
b. Atas satu risiko kecurangan yang diidentifikasi dapat diidentifikasi lebih dari satu
prosedur pengendalian yang seharusnya tersedia.
c. Demikian pula sebaliknya, satu prosedur pengendalian yang seharusnya ada
mungkin akan efektif mencegah lebih dari satu risiko kecurangan.
d. Dasar yang digunakan untuk menilai risiko kecurangan adalah daftar prosedur
pengendalian yang seharusnya tersedia, bukan berdasarkan risiko kecurangan
yang mungkin terjadi. Penilaian didasarkan pada tersedia atau tidaknya prosedur
pengendalian, serta efektif atau tidaknya prosedur pengendalian tersebut.

3. Mengidentifikasi apakah pengendalian yang seharusnya ada tersebut benar-benar


diterapkan atau tidak diterapkan oleh perusahaan. Langkah ini dilakukan dengan
pedoman sebagai berikut:

a. Menilai apakah pengendalian yang seharusnya ada benar-benar diterapkan atau


tidak. Penilaian ini berdasarkan hasil pengamatan atau cara lain atas pelaksanaan
kegiatan.
b. Penilaian ini harus memberikan jawaban “ya” atau “tidak” atas setiap prosedur
pengendalian yang diidentifikasi, bukan atas risiko kecurangan yang mungkin
terjadi.
c. Penekanan dalam penilaian ini adalah pada efektivitas prosedur pengendalian,
bukan pada tersedianya rancangan pengendalian.

4. Menetapkan tingkat kemungkinan terjadinya ( likehood) serta dampak


(consequences) kecurangan tersebut, untuk menetapkan ranking risikonya Langkah
ini dilakukan dengan pedoman sebagai berikut:

a. Penaksiran tingkat risiko dilakukan dengan memberikan skor 1 – 5 dengan


ketentuan skor 1 untuk risiko minimum dan skor 5 untuk risiko maksimum.
b. Penaksiran tingkat risiko hendaknya telah menggabungkan antara tingkat
kemungkinan terjadinya dan dampak dari risiko tersebut.
c. Penetapan ranking risiko dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh nilai
risiko dari satu kategori/sub kategori dan kemudian membaginya dengan jumlah
butir prosedur pengendalian yang seharusnya ada sehingga diperoleh nilai rata-
rata risiko kategori/sub kategori yang bersangkutan. Kategori/sub kategori yang

4
mendapat nilai rata-rata risiko tinggi menunjukkan bahwa kategori/sub kategori
tersebut rawan risiko kecurangan.

5. Memilih risiko kecurangan yang akan di dalami dalam kegiatan audit. Langkah ini
dilakukan dengan memerhatikan hasil perhitungan penetapan ranking risiko yang
dihasilkan dari langkah nomor 4 tersebut di atas.

6. Apa tanggung jawab auditor Internal dalam melakukan pencegahan kecurangan ( Fraud
Deterence)?
Jawab:
Auditor internal berfungsi membantu manajemen dalam pencegahan, pendeteksian dan
penginvestigasian fraud yang terjadi di suatu organisasi (perusahaan). Sesuai
Interpretasi Standar Profesional Audit Internal (SPAI) – standar 120.2 tahun 2004,
tentang pengetahuan mengenai kecurangan, dinyatakan bahwa auditor internal harus
memiliki pengetahuan yang memadai untuk dapat mengenali, meneliti dan menguji
adanya indikasi kecurangan. Selain itu, Statement on Internal Auditing Standards  (SIAS)
No. 3, tentang Deterrence, Detection, Investigation, and Reporting of Fraud  (1985),
memberikan pedoman bagi auditor internal tentang bagaimana auditor internal
melakukan pencegahan, pendeteksian dan penginvestigasian terhadap fraud. SIAS No. 3
tersebut juga menegaskan tanggung jawab auditor internal untuk membuat laporan
audit tentang fraud.

7. Jelaskan bagaimana penanggung jawab fungsi Audit Internal menghubungkan dengan


resiko dan potensi resiko!
Jawab:
Auditor internal memiliki beberapa fungsi, yaitu pencegahan, pendeteksian dan
penginvestigasian dalam manajemen. Fungsi-fungsi tersebutlah yang
menghubungkannya dengan resiko dan potensi resiko. Fungsi-fungsi tersebut akan
berperan mengelola resiko, jika resiko sudah terdeteksi maka manajemen harus mencari
cara untuk menghadapi resiko serta menginvestigasi potensi resiko tersebut sehingga
perusahaan akan tetap stabil. kemudian untuk fungsi pencegahan, potensi-potensi
resiko akan dikelola agar potensi tersebut tidak akan terjadi.

5
SOAL KASUS

Analisa Kasus
a. Kekuatan Pengendalian Internal perusahaan WorldCom menunjukkan pengendalian
internal yang sangatlah lemah seperti halnya Olympus Corporation, pelaku
pelanggaran kode etik yang terjadi pada perusahaan tersebut dilakukan oleh pihak-
pihak internal perusahaan dari mulai direksinya hingga para akuntannya. Hal itu
cukup membuktikan bahwa manajemen di WorldCom merupakan manajemen yang
tidak berintegritas dan tidak melakukan fungsinya dengan baik.
b. Akuntan Publik yang memeriksa WorldCom adalah Kantor Akuntan Publik Arthur
Anderson, Arthur Anderson menyetujui tindakan manipulasi karena tidak adanya
integritas dalam praktik audit Arthur Andersen, sehingga kecurangan yang dilakukan
tidak diungkapkan dalam opini auditor. Selain itu, adanya hubungan antara Arthur
Anderson dengan Sullivan dan Myers yang merupakan pekerja di KAP Arthur
Anderson sebelum bergabung dengan WorldCom.
c. Untuk menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat maka Audit Internal harus
menciptakan budaya yang sehat, terbuka dan taat terhadap corporate governance
dan corporate responbility agar perusahaan tidak melakukan kegiatan yang
melanggar etika. Melakukan transparansi dari pihak manajemen baik kepada auditor
eksternal maupun internal. Juga harus mengefektifkan pengendalian internal,
termasuk penegakan hukum, perbaikan sistem pengawasan dan pengendalian, dan
paling utama yaitu memperbaiki moral dari setiap elemen perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai