Anda di halaman 1dari 62

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran pada abad 21 sangat diharuskan pelajar memiliki pemikiran yang

kreatif,kritis serta metakognisi demi menyikapi perkembangan teknologi yang

semakin pesat dan menglobal yang mencakup masyarakat dan peserta didik, agar

nantinya bisa mengkontruksikan sebuah pendapat yang lebih akurat dalam

memutuskan sebuah keputusan.Perkembangan teknologi sangat berpengaruh dalam

perubahan perkembangan pola pikir pelajar,perkembangan ini akan memberi

damapak pada pola pikir dan cara menentukan sikap. Perlu suatu tindakan agar

sesuatu yang tidak diinginkan tidak terjadi maka pelajar atau peserta didik harus

memperluas pola pemikiran dalam mengkaji dan merespon sebuah informasi.1

Keterampilan berfikir yang kreatif sangat berpengaruh dalam ilmu sains. Ilmu

sains ini tidak hanya menggali pengetahun deklaratif berbentuk konsep, kenyataan,

aturan dan pemahaman, wawasan yang procedural dengan cara mendapatkan

informasi sains dan teknologi bekerja, membiasakan bekerja secara ilmiah serta

terampil dalam pola pemikiran.

1
Nugroho R. Aripin, HOTS (Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi : Konsep, pembelajaran, dan
soal-soal)(Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia,2018),h 4-5
2

Aktivitas pembelajaran yang memikirkan pentingnya berpikir kreatif akan

berdampak dengan terciptanya sebuah pemikiran, gagasan maupun karya  yang baru.2

Proses pembelajaran sangat dekat kaitannya dengan sebuah proses pembelajaran yang

melibatkan proses kedekatan timbal balik antar pelajar yang nantinya akan

didapatkan wawasan pengetahuan yang lebih berkembang, selama proses

pembelajaran pelajar tidak hanya mengumpulkan data-data , namun  juga dalam

proses pembelajaran akan mengalami peningkatan pemikiran tidak hanya sekedar

mengetahui. Proses pembelajaran adalah suatu perjalan dalam menciptakan pelajar

agar mereka bisa mengungkapkan suatu permasalahan tidak hanya sekedar

mengetahui informasi tanpa mencari tahu sebuah kebenarannya.3 Pada proses

pembelajaran pendidik sebagai pelaksana yang penting agar target dalam

pembelajaran dapat tercapai. Allah berfirman dalam surat Ar-Ra’d ayat 4

’ÎûurÇÚö‘F{$#ÓìsÜÏ
%ÔNºu‘Èq»yftG•B×M»¨Zy_urô`ÏiB5=»uZôãr&×íö‘y—ur×@ŠÏƒwUur×b#uq÷ZϹçŽöxîur5b#uq÷Z
Ϲ4’s+ó¡ç„&ä!$yJÎ/7‰Ïnºurã@ÅeÒxÿçRur$pk|Õ÷èt/4†n?
tã<Ù÷èt/’ÎûÈ@à2W{$#4¨bÎ)’ÎûšÏ9ºsŒ;M»tƒUy5Qöqs)Ïj9šcqè=É)÷ètƒÇÍÈ

Artinya: Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan


kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang
tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-
tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.(QS. Ar-
Ra’d ayat 4)4

2
Rina Putrid Utami,Riezky Maya Probosari, Dan Umi Fatmawati, “Pengaruh Model
Pemebelajaran PBL Berbantu Instagram Terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa Kelas X SMA
Negeri 8 Surakarta”, Jurnal Pendidikana Biologi, Vol 4, No.1 (April 2015)
3
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung : Alvabeta, 2013), h.143.
4
Departemen agama RI, AL-QUR’AN dan terjemah (Jakarta: Toha Putra,2015)h.199
3

Allah SWT menyuruh semua umat-Nya yang beragama supaya menjadi

golongan manusia yang berpikir.ketika menjalankan aktifitas sehari-hari manusia

pasti tidak akan lepas dari kegiatan berpikirnya, sebab berpikir adalah kegiatan

mental yang dapat menyelesaikan masalah, memenuhi rasa ke ingin tahunan di dalam

dirinya serta dapat mengambil dan memberi keputusan dalam hidupnya. setiap

peserta didik harus memiliki keterampilan berfikir kreatif guna untuk menyelesaikan

persoalan yang dihadapinya selama kegiatan belajar secara kreatif.

Seorang pelajar dalam mencapai tujuan belajarnya tidak hanya terpatok dari

aspek pemikirannya saja, namun juga di pengaruhi dari faktor psikologis atau

intelektualnya. Faktor psikologis tersebut adalah Self regulation. Self regulation

adalah sebuah cara seorang pelajar mengatur dirinya sendiri dalam proses

pembelajaran. Hal tersebut dapat di analogikan pengatur diri yang berarti sesuatu

yang mengatur, mempertahankan, menyadari diri sendiri. Proses mengatur diri ini

mendorong peserta didik agar mengeluarkan potensi yang dimilikinya dan dapat

meningkatkn motivasi belajar peserta didik, yang dapat mempengaruhi peningkatan

prestasi siswa. Para peserta didik yang menjalankan proses Self

Regulationberpengaruh dalam perubahan prosem belajar peserta, sehingga bisa

memilih tujuan belajanyar, kebutuhan belajarnya, dan strategi yang bisa digunakan

demi tercapainya tujuan belajar dari peserta didik tersebut.

Perlunya suatu rangsangan untuk membimbing daya pemikiran pelajar agar

lebih objektif  dalam melihat suatu hal dan merespon hal yang dihadapinya. Peranan
4

akan yang utama adalah berfikir kreatif serta mampu memecahkan suatu persoalan

yang ada di lingkungannya. Wawasan diperoleh dari pemikiran dan perilaku yang

sesuai dengan respon dari permasalahan, upaya yang dilakukan dengan serius dalam

proses belajar mampu mengarahkan siswa agar bisa memilih sesuatu yang benar dan

kurang tepat berawal dari ucapan, pola pemikiran mengenai suatu tindakan yang akan

dilakukan. Untuk mendapatkan etika yang baik tidaklah mudah melainkan butuh

sebuah proses pengaturan diri agar mampu merespon sesuatu hal dengan layak dan

terhindar dari beberapa kesalahan5.

Hasil pengamatan secara langsung di SMPN 1 Sumberejo dilakukan peneliti

melakukan pra penelitian dengan menyebar beberapa soal berpikir kreatif dan

hasilnya yaitu :

Tabel 1.1
Hasil Pra-Penelitian Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas VIII SMPN 1
Sumberejo
N Indikator Sekor Pencapaian Kriteria
O

1 Berpikir Lancar 3 41,1 % Kurang sekali

2 Berpikir Luwes 3 39,4 % Kurang sekali

3 Berpikir Orisinil 3 39,8 % Kurang sekali

4 Berpikir Elaborasi 3 36,1 % Kurang sekali

Sumber : data pra penelitian berpikir kreatif

5
Jensen Eric, BRAIN BASED LEARNING Pembelajaran Berbasis Kemampuan Otak Cara
Baru Dalam Pengajaran Dan Pelatihan. (jogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), h. 87
5

Hasil data kemampuan berpikir kreatif peserta didik SMPN 1 Sumberejo Masih

masuk kedalam golongan rendah.Data tersebut menunjukan bahwa Peserta didik

kelas VIII SMP N 1 Sumberejo memiliki keterampilan berpikir kreatif yang rendah

dan perlu ditingkatkan.

Rendahnya data hasil berpikir kreatif peserta didik tersebut masih sering

diabaikan oleh tenaga pendidik, proses belajar mengajar yang digunakan masih

berupa diskusi, mencari inti bacaan dan hanya sekedar mengulang pembelajaran

tanpa memperhatikan keterampilan berpikir peserta didik. Model Sains Teknologi

Masyarakat (STM) merupakan suatu  inovasi model di dalam pengajaran sains.

Pembelajaran yang memanfaatkan sebuah teknologi sebagai penghubung antara

masyarakat dan sains, akan memberikan wawasan dan pengalaman kepada peserta

didik.Sains Teknologi Masyarakat adalah sebuah model pembelajaran yang mampu

menghubungkan antara sains dan teknologi dan akan menghasilkan sebuah pondasi

pengetahuan yang nantinya akan digunakan untuk mengembangkan teknologi.

Pengembangan teknologi ini akan menjadi solusi untuk menyelesaikan suatu

persoalan yang ada. Model pembelajaran STM cenderung mengutamakan proses

dalam memperoleh pengetahuan karena orientasi pembelajaran ini pada peningkatan

kemampuan berpikir siswa. Peningkatan kemampuan berpikir siswa dikembangkan

melalui kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor secara utuh sehingga dapat

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis membagikan angket Self regulation guna mengetahui kondisi Self

regulation dalam diri siswa di lapangan selama berlangsungnya pembelajaran yang


6

mencakup indikator: sadar akan sebuah pemikirannya, menghasilkan sebuah

perencanaan secara efektif, sadar dan memanfaatkan informasi yang dibutuhkan serta

Sensitif dengan adanya umpan balik.

Hasil angket pra penelitian Self Regulation peserta didik di SMPN 1 Sumberejo

diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 1.2
Hasil Pra-Penelitian self regulation peserta didik kelas VIII SMPN 1 Sumberejo
N Indikator Sekor Pencapaian Kriteria
O

1 Menyadari pemikiran sendiri 4 39,9% Kurang sekali

2 Membuat rencana secara efektif 4 35,9 % Kurang sekali

3 sadar dan menggunakan sumber- 4 37,9 % Kurang sekali


sumber informasi yang di butuhkan

4 Sensitive terhadap umpan balik 4 35,9 % Kurang sekali

Sumber : Data pra penelitian Self Regulation peserta didik.

Data diatas dapat disimpulkan bahwa self  regulationmasih masuk kedalam

golongan rendah. Hasil memperlihatkan bahwa kelas VIII SMP N 1 sumberejo

dengan jumlah 82 siswa memiliki Self regulation yang masih sangat kurang dan perlu

ditingkatkan.

Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan model Sains Teknologi

Masyarakat (STM). Proses pembelajaran dengan menggunakan model Sains

Teknologi Masyarakat (STM) menjadikan peserta didik lebih berfikir menggunakan

konsep sains yang didapatkan guna menyelesaikan masalah-masalah dan mencegah


7

suatu dampak perkembangan teknologi yang terjadi pada masyarakat modern

sekarang ini. Proses pembelajran lebih dipusatkan pada ilmu yang menggunakan

produk teknologi masalah masalah dan isu kemudian emmbentuk konsep, aplikasi

pemantapan konsep dan evaluasi. Peserta didk didorong untuk lebih aktif agar bisa

mengoptimalkan hasil dari belajar yang sudah di dapat dan ammpu menerapkan

pengetahuan yang diperolehnya dengan cara meduli dengan lingkungan disekitar

mereka. Model pembelajran Sains Teknologi Masyarakat ini memiliki beberapa

kelebihan : membantu peserta didik dalam mengembangkan keterampilan berpikirnya

dan mampu menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, membantu

peserta didik dalam menemukan penemuan-penemuan baru yang nantinya akan

mereka hadapi dalam kehidupan kelak, membantu peserta didk mengenal dan lebih

paham peran sains dan teknologi guna meningkatkan kwalitas bermasyarakat, peserta

didk lebih leuasa dan enjoy selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan adanya

model ini maka peserta didk akan lebih termotivasi dalam penguasaan konsep sains

yang didalamnya terdapat produk, proses dan sikap sehingga peserta didk lebih

merasa pentingnya sebuah kelestarian alam.

Penulis berusaha mengatasi permasalahan yang ada dengan melakukan

penelitian mengenai kemampuan berpikir kreatif dan Self Regulation Dengan

menggunakan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM). Penerapan

Sains Teknologi Masyarakat diharapkan bisa menghasilkan sesuatu yang baru dalam

kemampuan berpikir kreatif dan Self Regulation untuk menghadapi sebuah


8

permasalahan yang di hadapi oleh siswa dalam mengembangkan pola pikir dan

melihat sebuah informasi dari berbagai sudut media dan lainnya.

Maka dalam hal ini peneliti akan meneliti tentang “Pengaruh Model

Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) Terhadap Keterampilan Berpikir

Kreatif dan Self Regulation Pada Peserta Didik”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang, penulis mengidentifikasi masalah

sebagai berikut:,

1. Metode pembelajaran yang digunakan masih menggunakan metode

ceramah.

2. Keterampilan berpikir kreatif yang rendah kelas VIII SMPN 1 Sumberejo.

3. Self Regulation peserta didik kelas VIII SMPN Sumberejo Tahun ajaran

2019/2020 tergolong dalam kategori rendah.

C. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Sains

Teknologi Masyarakat (STM).

2. lndikator berpikir kreatif yang diukur adalah berpikir lancar ,berpikir

luwes ,berpikir orisinil ,dan berpikir elaborative.

3. Self regulation yang diukur dalam penelitian ini adalah sadar akan

sebuah pemikiran sendiri, membuat sebuah perencanaan secara efektif,


9

sadar dan menggunakan sumber sumber informasi yang di butuhkan serta

Sensitive dengan adanya umpan balik.

D. Rumusan Masalah

Berikut adalah beberapa masalah yang di rumuskan peneliti :

1. Apakah terdapat pengaruh model Sains Teknologi Masyarakat (STM)

terhadap berpikir kreatif peserta didik kelas VIII SMPN 1 Sumberejo?

2. Apakah terdapat pengaruh model Sains Teknologi Masyarakat (STM)

terhadap self regulation peserta didik kelas VIII SMPN 1 Sumberejo?

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

a. Tujuan Penelitian:

1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Sains Teknologi

Masyarakat (STM) terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik

kelas VIII SMP N 1 Sumberejo.

2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Sains Teknologi

Masyarakat (STM) terhadap self regulation peserta didik kelas VIII

SMPN 1 Sumberejo

b. Kegunaan Penelitian :

1. Dapat menggetahui keterampilan berpikir kreatif peserta didik.

2. Dapat mengetahui Self Regulation peserta didik.

3. Peserta didik mampu mengembangkan keterampilan berpikir kreatif

dan Self Regulation.


10

4. Menambah pengetahuan tentang keterampilan berpikir kreatif dan Self

Regulation belajar siswa.

5. Salah satu sumber acuan penelitian selanjutnya.

F. Ruang Lingkup

Beberapa ruang lingkup penelitian yang di lakukan peneliti ialah :

1. Objek Penelitian akan meneliti tentang pengaruh Model Pembelajaran

Sains Teknologi Masyarakat (STM) terhadap keterampilan berpikir kreatif

dan Self Regulation belajar peserta didik kelas VIII SMP N 1 Sumberejo.

2. Subjek penelitian peserta didik kelas VIII SMP N 1 Sumberejo tahun

ajaran 2019/2020.

3. Tempat penelitian di SMP N 1 Sumberejo Tahun ajaran 2019/2020.


11

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2019/2010.

Tempat penelitian di SMP N 1 Sumberejo dan subjek pada penelitian ini yaitu

peserta didik kelas VIII SMP N 1 Sumberejo.

B. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

Pada persiapan melaksanakan penelitian adalah sebagai berikut:

a. Menentukan kelas eksperiman dan kontrol yang akan diteliti.

b. Menyusun alat pengumpulan data guna penelitian yang meliputi

instrumen untuk tes berpikir kreatif dan Self Regulation, membuat

sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta membuat

silabus.

c. Mencoba instrument yang sudah dibuat guna melihat apakah valid

atautidak valid. Dalam keadaan  ini, semua instrumen yang telah

dikerjakan oleh peneliti didiskusikan  terlebih dahulu dengan

seorang  validator.

d. Membenahi instrumen yang kurang tepat.


12

e. Membuat surat perizinan untuk melakukan penelitiann dan meminta

ijin kesekolah untuk melaksanakan sebuah penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan.

a. Mempraktikan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat

(STM).

b. Memberi Post-test Kemampuan Berpikir kreatif dan Self

Regulation.

3. Tahap Akhir

a. Memeriksa serta melakukan pembahasan tentang sesuatu yang

berhubungan dengan data hasil penelitian setelah dilaksanakannya

penelitian di sekolah.

b. Mengambil hasil akhir mengenai penelitiian yang sudah

dilaksanakan disekolah.

C. Metode penelitian

Penelitiian ini merupakan penelitian  quasi eksperimen. Quasi

eksperimen adalah yang membentuk sebuah keterkaitan dan memberi

keterkaitan sebab akibat untuk mengetahui adakah keterkaitan variabel yang

satu dengan yang lain6. Saat melaksanakan penelitian, peneliti memberikan

perlakuan yang beda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas

6
Trianto, M.Pd, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan &
Tenaga Kependidikan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2018), h. 203
13

eksperimen digunakan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM)

sedangkan pada kelas kontrol digunakan Model Discovery learning

Peserta didik akan diberikan perlakuan pembelajaran dengan metode

ceramah  pada kelas kontrol  dan model sains teknologi Masyarakat pada kelas

eksperimen.  Kemudian setelah melakukan penelitian kepada siswa, maka

peserta didik diberikan soal akhir (posttest). Hasil dari sebuah tes yang telah di

ujikan selanjutnya dijadikan perbandingan pencapaian  sebagai data hasil

penelitian, dan  selanjutnya akan diolah dengan menggunakan analisis statistik 7.

Tujuan di Laksanakannya penelitian ini yaitu guna mendapatkan proses

penelitian yang berlangsung dengan baik, terstruktur, tersusun dan

menghasilkan data yang tepat dan benar.

D. Desain Penelitian

Desain penelitian yang gigunakan saat penelitian adalah Posttest-Only

Control Group Design8, memakai desain seperti di bawah ini:

Tabel 3.1
Desain penelitian quasi eksperimen
Kelas Perlakuan Tes Akhir

Esperimen X Q1

Kontrol C Q1

Keterangan:

7
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R
&D(Bandung : Alfabeta,2013),h. 116.
8
Frangkel, R dan Wallen,E.,N. How to Design and Evaluate Reseach in Education. Edition 6.
(New York : The Mc Graw Hill Companies,2017), h. 271
14

Q1 : Test Akhir

X : kelompok kelas eksperimen ( Pembelajaran

menggunakan model Sains Teknologi Mayarakat )

C : kelompok kelas kontrol (pembelajaran menggunakan metode

ceramah)

E. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu:

1. Variabel bebas (lndependen) yaitu variiabel yang memiliki sebab-akibat

antar satu dan lainnya, variabel ini juga mempengaruhi atau pembentuk

timbulnya variabel terikat perubahan. Variabel di lambangkan denagn

“X”9.Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM)adalah

variable bebas.

2. Variabel terikat (Dependen) Variabel yang timbul karena adanya

variabel X atau di sebut bdengan variabel Y. Variabel terikat adalah

sebuah variabel yang menjadi suatu akibat dan dipengaruhi oleh variabel

X. variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan berpikir

kreatif dan Self regulation

Gambar 3.1
Pengaruh Hubungan Variabel X dan Y

9
Martono Nanang, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis isi dan Analisis Data
Sekunder( Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2017), h. 57.
15

Y1
X
Y2
Keterangan:

X : Model Sains Teknologi Masyarakat

Y1 : Kemampuan berpikir kreatif

Y2 : Self Regulation

F. Populasi, Sampel, Dan Tekhnik Pengambilan Sampel.

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh peserta didik kelas VIII SMP N

1 Sumberejo pada tahun pelajaran 2019/2020 sebanyak 4 kelas yang berjumlah

110 siswa. Dengan distribusi kelas sebagai berikut:

Tabel 3.2
Distribusi Peserta Didik Kelas VIII SMPN 1 Sumberejo
No Kelas Jumlah Peserta Didik
1 VIII A 28
2 VIII B 27
3 VIII C 27
4 VIII D 28
Jumlah Populasi 110
( Sumber :Tata Usaha SMPN 1 Sumberejo)

2. Sampel
16

Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah kelas VIII A sebagai

kelas eksperimen  dengan jumlah siswa 28  dan kelas VIII B sebagai kelas
10
kontrol  dengan  jumlah siswa 27 .

3. Teknik Pengambilan Sampel

Dalamproses penelitian, peneliti memakai tekhnik acak-kelas,di mana

kelompok penelitian kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dengan jumlah

siswa 28 dan kelas VIII B sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 27.

G. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan hasil ketrampilan berfikir kreatif,penelitian ini

memakai instrument dalam lembaran soal tes yang disajikan berbentuk

essay,soal zat adiktif dan aditif diberikan kepada peserta didik serta angket

guna mengukur Self regulation yang dimiliki siswa.

1. Tes kemampuan berpikir kreatif

Pada proses penelitian berfikir kreatif menggunakan instrumen tes uraian

dengan soal esay dgan indikator yang ada pada materi zar aditif dan adiktif.

Instrumen yang memiliki validitas da reabilitas tinggi maka dapat dipercaya.

Soal tes di uji cobakan terlebih dahulu kepada peserta didik yang sudah

mendapatkan materi zat aditif dan zat adiktif, ji coba bermaksud untuk

mengetahui validitas,indeks, kesukaran, daya beda dan reabilitas.

10
Ibid, h. 23.
17

Tabel 3.3
Klasifikasi Indeks Nilai Self Regulation
Tingkat Penguasaan Prediksi
86 – 100% Sangat Baik
76 – 85% Baik
60 – 75% Cukup
55 – 59% Kurang
≤ 54% Kurang Sekali

2. Instrumen angket

Dalam proses penelitain akan dimaksudkan guna menampung hasil

data dari Self  regulation pada siswa, angket ini diukur dengan skala likert,

angket yang memuat pertanyaan tentang Self regulation siswa akan dituliskan

dengan empat pilihan respon, yaitu11

a. Sangat Setuju (SS)

b. Setuju (S)

c. Tidak Setuju (TS)

d. Sangat tidak Setuju (STS)

e. Siswa yang nantinya akan memutuskan sebuah responnya atau jawaban

berlandaskan fakta yang dialami mereka, pertanyaan yang diajukan bersifat

negatif dan positif.  Sesudah yang digunakan untuk menghitung data self

regulation disusun, maka dilakukannya uji validItas, reliabiIitas guna

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &


11

D(Bandung : Alfabeta,2013),h. 135


18

dijadikan instrument pada penelitian, setelah itu  dilakukannya tes validitas 

dan reliabilitas. Rumus validitas dan reliabiIitas untuk uji coba angket Self

regulationsama dengan menggunakan rumus validitas dan reliabilitas tes

berpikir kreatif.

H. Uji Instrumen Penelitian

Uji instrument dilakukan agar bisa mengetahui isi instrument yang nantinya

akan digunakan disekolah. Instrumen bisa dikatakan baik dan valid jika aat

mengukur variable dengan tepat dan teliti, instrument soal postes yang sudah

di lakukan uji coba selanjutnya diuji validitas, reabilitas, tingkat kesukaran

dan daya beda. Sedangkan, untuk meninjau data self regulation yaitu

menggunakan soal berupa angket.

1. Instrumen Validitas

Validitas ialah sesuatu yang mampu mengukur tingkatan kevalidan atau

kebenran suatu instrument.Sebuah instrumen dinyatakan valid jika bisa

menunjukan data dari variabel yang diamati secara tepat. Rumus validitas12 :

N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r xy =
2 2
√ {N ∑ X −(∑ X ) }{ N ∑ Y −(∑ Y ) }
2 2

Keterangan:

r xy : nilai korelasi Product Moment

12
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2018), h.
206
19

∑ XY : jumlah hasil perkiraan antara skor X dan skor Y

N :banyaknya responden

∑X : skor butir

∑Y : skor total butir

Bila r xy <0,34 kesimpulannya adalah butir soal tersebut tidak valid

Tabel 3.4
lnterpretasi lndeks KoreIasi “R” Product Moment
Besarnya “r” product moment lnterprestasi

r xy <0,34 Tidak valid

r xy ≥ 0,34 Valid

Selanjutnya, dicari corrected item-total correlation coefficient menggunakan

rumas seperti dibawah ini:

r xy s y −s x
r x( y−1)=
√ s y + s x −2r
2 2
xy
( s y )(s x )

Keterangan :

Xi : hasiljawab peserta didik pada tiap soal ke-i.

Yi : total hasil peserta didik ke-i.

R xy : total koefisien soal ke-i sebelum dikoreksi.

Sx : total standar deviasi.

Sy : setandar deviasi item soal ke-i.


20

r x( y−1) : corrected item-total correlation coefficient.

Tabel 3.5
HasiI uji validitas kemampuan berpikir kreatif

Validitas Kategori Butir soal

rhitung > rtabel Valid 1,2,4,5,6,7,8,11,12

rhitung < rtabel Tidak valid 3,9,10,13

Berdasarkan table diatas, bias kita ketahui 12 butir soal yang sudah

dilakukan uji validitas maka soal pada nomor 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 12 dinyatakan

valid dan pada nomor 3, 9, 10, 15 dinyatakan tidak valid. Eanjutnya soal yang valid

akan dijadikan sebagai instrument penelitian guna mengukur keterampilan berfikir

kreatif pada peserta didik.

Angket self regulation, pada nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 15, 16,

17, 19, 20, 21, 22, 23, 24,25,26,27,28 di nyatakan valid, sedangkan pada nomor 11,

14, 18, 29, 30 tidak valid, seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.6
Hasil uji validitas angket self regulation

Validitas Kategori Butir soal


21

rhitung > rtabel Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,


10, 12, 13, 15, 16, 17,
19, 20, 21, 22, 23,
24,25,26,27,28

rhitung < rtabel Tidak Valid; 11, 14, 18, 29, 30

2. Tingkat Kesukaran

Keseluruhan tingkat kesukaran soal bisa dilihat dengan empiris dari

hasil data siswa yang tidak bisa menjawab soal. Untuk mlihat sebuah taraf

kesukaran bisa digunakan rumusan sebagai berikut:

B
p=
JS

Dengan keterangan :

P : indek kesukaran

B : jumlah responden yang menjawab dengan benar

JS : jumlah keseluruhan responden

Tabel 3.7
lnterprestasi Tingkat Kesukaran Butir Tes13
Indeks kesukaran Interpretasi

0,00-0,29 Sukar.
0,30-0,69 Sedang.
0,70-1,00 Mudah.

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,


13

(Bandung: Alfabeta, 2017), h. 114.


22

Soal tes kemampuan berfikir kreatif dapat dikatakan soal yang layak apa bila

soal tersebut tidak terlalu mudan dan tidak terlalu sukar yang berate dalam kategori

cukup.

Tabel 3.8
Hasil uji tingkat kesukaran soal tes kemampuan berfikir kreatif
Tingkat kesukaran lnterpretasi Butir soal

0,00-0,29 Sukar 1, 4, 11, 13

0,30-0,69 Sedang 2,3,5,6,9,10,12

3. Daya Beda

Daya beda adalah tingkatan suatu soal pemahaman konsep guna dapat

mendiskriminasi antar soal tes yang berkemampuan rendah dengan soal tes

yang berkemampuan tinggi.rumus di bawah ini dgunakan untuk menetahuin

kecildan besarnyasuatu ideks angka yang diskriminasi14 :

D=P A − p B

Dengan keterangan :

D : Discriminatory power (angka indeks diskriminasi item)

PA : proporsi jawaban benar oleh kelompok

14
Ibid, h. 389.
23

BA
PA didapat dengan rumus: PA =
JA

Dimana:

BA : Banyak tes kelompok yang bias menjawab soal yang bersangkutan

tepat

JA : Total tes yang tergolong kelompok

PB : Perbadingan tes kelompok yang mampu menjawab dengan tepat

BB
PB didapatkan dengan perhitungan : PB =
JB

BB : Perbadingan tes kelompok yang mampu menjawab dengan tepat.

JB : Total tes yang tergolong kelompok bawah15.

Kategorisasi daya pembeda soal yaitu:

Tabel 3.9
Kriteria Daya Pembeda16
Daya Pembeda (DP) Kategori
0,70< DP ≤1,00 Baik Sekali
0,40< DP ≤0,70 Baik
0,20< DP ≤0,40 Cukup
0,00< DP ≤0,20 Jelek
Bertanda negative Jelek sekali

Dai hasil analisis data daya beda menggunakan Ms.excel dapat di peroleh:

Tabel 3.10
15
Ibid, h. 390.
16
Ibid, h. 389.
24

Hasil uji daya beda soal kemampuan berpikir kreatif


Daya Pembeda (DP) Kategori Butir soal
0.70< DP ≤1.00 Baik Sekali 1, 2,4
0.40< DP ≤0.70 Baik 12, 4, 6, 10, 11,5, 7
0.20< DP ≤0.40 Cukup 9
0.00< DP ≤0.20 Jelek 3, 8, 14

Berdasarkan table diatas maka dapat diketahui ada 12 soal yang sudah diuji

daya bedakan dengan hasil 3 soal jelek, 1 soal kategori cukup, 7 soal baik dan 3 soal

dalam kategori baik sekali.

4. Reliabilitas

Reliabilitas adalah ukuran sejauh mana suatu alat ukur dapat memberikan

gambaran yang valid dan mampu dipercayai mengenai kemampuan individu.

Jika tes memili suah tingkat kepercayaan yang tinggi maka tas tersebut pasti

mempunyai nilai yang tetap. Rumus reliabilitas Alpha Cronbach, yaitu :

∑ Si
r i= [ ][
n
n−1
1−
St 2
2

]
Keterangan:

ri = Reliabilitas instrumen

n = Jumlah total soal


2
si = Varian nilai soal ke –i
25

2
st = Varianstotal17

Rumus untuk menentukan nilai varians dari skor total dan varians dari tiap

setiap butir soal yaitu:



∑ si2=s1 + s2 +s 3 + …+ s¿
2 2 2 2


2
( ∑ xt )
❑ 2 ❑
n
∑ xi
S1 =2

n

Keterangan:

X : hasil nilai yang dipilih

n : jumlah sampel

Dalam pemberian interprestasi mengenai koefisien realibilitas tes biasanya dapat

menggunakan pedoman seperti dibawah ini:

a. Apabila r 11 ≥ 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya

dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi.

b. Apabila r 11 < 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya

dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi.

17
Sugiyono.StatistikuntukPenelitian(Bandung:Alfabeta,2017),h. 360.
26

Instrument penelitian dikatan reliabel ketika rhitung ≥ rtabel . hasl 0,5853

deperoleh setelah dilakukannya uji coba , dan rtabel adalah 0.576. Dari hasil

data maka soal bisa dikatakan reliabel. Penjelasan mengenail soal yang

reliabel dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel 3.11
HasiI uji reIiabiIitas soaI kemampuan berpikir kreatif
Rhitung Rtabel Kesimpulan

0.585 0.576 Reliabel

Hasil uji reliabilitas angket self regulation dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 3.12
HasiI uji reIiabiIitas angket self regulation

Rhitung Rtabel Kesimpulan

0,825 0,376 Reliabel

Hasil dari tabel yang telah disajikan , angket self regulation bersifar reliable,

karena rhitung > rtabel. Uji validitas, reliabilitas, tingkatan kesukaran dan daya beda

merupakan ujiyang dilakukan menentukan setiap soalyang nantinya layak digunakan

untuk penelitian. Soal nomor 1,4,2,5,6,8,7,11 dan 12 adalah soal soal yang digunakan

dalam penelitian, karna pada soal soal nomor tersebut memiliki tingkat reliable yang

sedang dan memilki daya beda dalam kategori sangat baik, sedang dan cukup.

I. Teknik Analisis Data


27

Tahapan yang di lakukan guna pengolaan data menggunakan uji statistik

diantaranya adalah:

1 Uji Prasyarat

Uji prasyarat berhubungan erat dengan uji homogenitas dan uji

normalitas dan variasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitasini bermaksud guna melijat data yang berdistribusi

normal dan tidak normal. Uji Lillieforsdgunakan untuk menguji

kenormalitasan suatu data.. Pada metode Lilliefors, setiap data X dirubah

dengan bilangan baku z i dengan tranformasi:

( X i− X́ )
z i=
s

∑ xi ∑ ( X i − X́ )2
Dengan X́ =
n √
dan S =
n−1

Keterangan :

X i : nilai peserta didik

X́ : rata rata

n : keseluruhan peserta didik

Statistik uji untuk metode ini ialah:

L=Maks|F ( z i )−S ( z i )|

Dengan:
28

F ( z i ) : P ( Z ≤ z i ) : Z N ( 0,1 ) ;
S ( z i ) : proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh z

Sebagai daerah kritis untuk uji ini ialah:


DK :{ L|L> Lα :n dengan n adalah ukuran sampel } .
Dengan hipotesis:
H1 : data tidak mengikuti sebaran normal
H 0 : data mengikuti sebaran normal
Kesimpulan : Jika Lhitung ≤ Ltabel maka H 0 diterima.18

Tahapan ujiLilliefors:

1) Menyususn data
2) Masing-masing data ditukan frekuensinya

3) Memilih frekuensi kumulatif

4) Memilih hasil Zi

5) Memilih hasil F( Zi ), deangn tabel z

f kum
6) Memilih nilai S( Zi ) dengan S( Zi ) =
n

7) Memilih nilai Lhitung

8) Memilih nilai Ltabel =L(α ,n )

9) Membandingkan Lhitung dan Ltabel , serta membuat kesimpulan. Jika

Lhitung ≤ Ltabel maka H 0 diterima.19

Tabel 3.13
18
Ibid, h. 53.
19
Ibid, h. 162.
29

Ketentuan Uji Normalitas


Sig Criteria
Sig > 0,05 Normal
Sig < 0,05 Tidak normal

b. Uji Homogenitas

Peneliti menggunakan metode barlett dengan statistik uji Chi

Kuadrat untuk menguji kehomogenitasan, sebagai berikut:

1) .Hipotesis.

a. H 0=μ 21=μ22=μ23 =…=μ 2k (variansi data homogen)

b. H 1 = variansi data tidak homogen

2) Tentukan varians masing-masing kelompok data, rumus varrians


n
2
∑2( x i−x́ )
s= i=1
n−1
k

3) Tentukan varians gabungan dengan rumus S2 gab =


∑ dk . s i
2

i=1

∑ dk
Dimana dk =n−1

4) Tentukan nilai Barlett dengan rumus

(∑ dk ) ¿

2
5) Tentukan nilai X hitung dengan rumus
30

k
X 2hitung =(¿ 10)( B−∑ dk . log s2 gab ¿) ¿
i=1

2 2
6) Tentukan nilai X tabel = X(a , k−1)

7) Bandingkan nilai X 2hitungdengan X 2tabel , kemudian buatlah

2 2
kesimpulan. Jika X hitung ≤ X tabel, maka H 0 diterima

2 Uji Hipotesis

a. H0 : µ1 = µ2 (Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran Sains

Teknologi Masyarakat terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta

didik kelas VIII)

b. H1 : µ1 ≠ µ2 (Terdapat pengaruh model pembelajaran Sains Teknologi

Masyarakat terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik kelas

VIII)

c. H0 : µ1 = µ2 (Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran Sains

Teknologi Masyarakat terhadap self regulation peserta didik kelas

VIII)

d. H1 : µ1 ≠ µ2 (Terdapat pengaruh model pembelajaran Sains Teknologi

Masyarakat terhadap self regulation peserta didik kelas VIII)

Jika datahomogeny dan berdistribusi normal maka selanjutnya

digunakan uji varian multivariate (manova) guna mengetahui adakah


31

perbedaan rata rata antar kelompok dan guna melihat sebeapa banyak

pengaruh.

Pada penelitian ini menggunakan SPSS versi 16, berikut adalah

tahapan uji analisis manova berbantu SPSS versi 16 :

a) membuka SPSS 16, memilih analyze/general linear

model/multivariate

b) memasukkan perlakuan/data penelitian kedalam kotal Fixed

factors dan variabel keterampilan berfikir kreatif dan Self

regulation ke Deponden Variabel

c) memilih model/custum

d) memasukan perlakuan ke model.

e) memasukan interaction ke main effect

f) Lalu klik continue

g) Kemudian klik Option, pada display means formemasukkan

perlakuan. Pada display, memilih desriptive statistic, estimate

of effect size, parameter estimates, residual SSCP matrix dan

homogeneity test

h) Pada option pilih homogeneity test , continue, lalu klik


32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Menjawab hipotesis hasil penelitian berikir kreatif dengan tahapanalisis data.

Analisis data yang diharuskan mecakup dua uji prasayar yang berupa ui

homogenitas dan normalitas maka menggunakan manova.

a. Uji normalitas berpikir kreatif

1. Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kreatif

Hasil uji normalitas berpikir kreatif pada kelas ekperimen dan kelas

kontrol dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1
Uji normaIitas keIas ekperimen dan kelas kontroI kemampuan
berpikir kreatif

Kelas Lhitung Ltabel Index Inter pretasi

Eksperimen 0.141 0.161 Lhit ≤ Ltab H0 diterima,


maka data

berdistribusi
33

normal

kontrol 0.104 0.161 Lhit ≤ Ltab H0 diterima,


maka data

berdistribusi
normal

Sumber : perhitungan normalitas berpikir kreatif uji liliefors

Hasil table ditas memperlihatkan bahwa data berditribusi normal. Hal ini bisa

dilihat dengan Lhitung pada kelas eksperimen dan kelas kontrol <Ltabel.

2. Uji Normalitas Angket Self Regulation


Hasil uji normalitas self regulation akan disajikan pada tabel dibawah ini : :

Tabel 4.2
Uji normalitas kelas ekperimen dan kelas kontrol Self
Regulation

Kelas Lhitung Ltabel Index Inter pretasi

Eksperimen 0.103 0.161 Lhit ≤ Ltab H0diterima, maka


data

berdistribusi
normal

kontrol 0.125 0.161 Lhit ≤ Ltab H0diterima, maka


data

berdistribusi
normal

Sumber : perhitungan normalitas self regulation uji liliefors kelas


control

Berdasarkan tabel,data dinyatakan berdistribusi normal dengan

Lhitung kelas kontrol adalah 0.125 sedangkan kelas ekperimen adalah 0.103
34

dan Ltabel 0,161, sehingga Lhitung < Ltabel yang berarti data berdistribusi

normal an H0 diterima.

b. Uji homogenitas

1. Uji Homogenitas Kemampuan Berpikir Kreatif

Hasil uji homogenitas akan disajikan pada tebel dibawah ini:

Tabel 4.3
Uji homogenitas kemampuan berpikir kreatif

Tes postest F Hitung F Tabel Kesimpulan

Posttest kemampuan 0.0276 3.8414 Homogen


berfikir kreatif (kelas
control dan kelas
eksperimen)

Sumber : perhitungan homogenitas berpikir kreatif uji Bartlett

Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa data tersebut homogen

karena F hitung < F tabel

2. Uji Homogenitas Self Regulation

Hasil uji homogenitas Self Regulationakan disajikan pada tebel

dibawah ini:

Tabel 4.4
Uji homogenitas Self Regulation

Tes posttest F Hitung F Tabel Kesimpulan


35

Posttest kemampuan 0.0276 3.8414 Homogen


berfikir kreatif (kelas
control dan kelas
eksperimen)

Sumber : perhitungan homogenitas Self Regulationuji Bartlett

Hasil dari tabel diatas mebtikan bahwa data homogen karena F hitung

< F tabel

3. Uji Hipotesis

Setelahdilakukannya uji normalitas, uji prayarat dan uji homegentitas

maka data dikatakan homogeny dan berdistribusi normalselanjutnya

akan dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji manova. Uji

manova ini digunakan guna mengetahui ada atau tidaknya keterkaitan

antara antara variable bebas dan variable terikat secara bersamaan.

Terdapat uji statistic yakni Pillai's Trace, Wilks’ Lambda, Hotelling’s

Trace, dan Roy’s Largest Root yang diuraikan dalam tabel dibawah

ini.

Tabel 4.5
Multivariate Test
36

Multivariate Testsb

Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.

Intercept Pillai's Trace .996 7.742E3a 2.000 57.000 .000

Wilks' Lambda .004 7.742E3a 2.000 57.000 .000

Hotelling's Trace 271.647 7.742E3a 2.000 57.000 .000

Roy's Largest Root 271.647 7.742E3a 2.000 57.000 .000

Kelas Pillai's Trace .523 31.275a 2.000 57.000 .000

Wilks' Lambda .477 31.275a 2.000 57.000 .000

Hotelling's Trace 1.097 31.275a 2.000 57.000 .000

Roy's Largest Root 1.097 31.275a 2.000 57.000 .000

a. Exact statistic

b. Design: Intercept + Kelas

Hipotesis

H0 : Tidak terdapat perbedaan antara kelas yang menggunakan model

pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dengan kelas yang

menggunakan model pembelajaran konvensionalterhadap

kemampuan berfikir kreatif dan self regulation.

H1 : Terdapat perbedaan antara kelas yang menggunakan model

pembelajaran Sanis Teknologi Masyarakat dengan kelas yang

menggunakan model konvensional terhadap keterampilan berpikir

kreatif dan self regulation.

Dengan keputusanuji seperti dibawah ini:

H0 di terima jika sig. ≥ 0,05

H0 ditolak jika sig.< 0,05


37

Berdasarkan Tabel 4.11, uji statistik Pillai's Trace, Wilks’ Lambda,

Hotelling's Trace, dan Roy’s Largest Root medapatkan sig lebih tinggi,

dimana 0,000 < 0,05, sehingga medapat disimpulkan H0 ditolak dan H1

diterima. Maka secara bersamaan variabel bebas (Model Sains Teknologi

Masyarakat) menghasilkan perbedaan antara kedua variabel

terikat(keterampilan  berpikir kreatif dan Self Regulation)

Uji univariatadalah uji statistikyang digunakan untuk mengetahui

apakan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dapat

mempengaruhi kemampuan berfikir kreatif dan self regulation, berikut ini

adalah hasil dariuji statistic secara univariet:

Tabel 4.6
Tests of Between-Subjects Effects

Tests of Between-Subjects Effects

Depend
ent
Variabl Type III Sum of
Source e Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model BK 1804.017a 1 1804.017 33.427 .000

SR 799.350b 1 799.350 24.093 .000

Intercept BK 353740.817 1 353740.817 6.555E3 .000

SR 354355.350 1 354355.350 1.068E4 .000

Kelas BK 1804.017 1 1804.017 33.427 .000

SR 799.350 1 799.350 24.093 .000

Error BK 3130.167 58 53.968

SR 1924.300 58 33.178

Total BK 358675.000 60
38

SR 357079.000 60

Corrected Total BK 4934.183 59

SR 2723.650 59

a. R Squared = .366 (Adjusted R Squared = .355)

b. R Squared = .293 (Adjusted R Squared = .281)

Hipotesis untuk variabel terikat (kemampuan berpikir kreatif dan Self

Regulation) secara individu yaitu :

a) Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat(X) dan keterampilan

berpikir kreatif (Y1)

H0 : Tidak adanya pengaruh keterampilan berpikir kreatif peserta didik

kelas VIII yang memperoleh proses belajar mengajar menggunakan

model pembelajrana Sains teknologi Masyarakat dengan kelas yang

emmperoleh pembelajaran metode konvensnal

H1 : adanya pengaruh keterampilan berpikir kreatif peserta didik kelas

VIII yang memperoleh proses pengajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Sains Teknologi Masyarakatdengan kelas yang

menggunakan model pembelajaran konvensional.

b) Model Pembelaaran Sains Teknologi Masyarakat(X) dan Self regulation

(Y2)

H0 : Tidak terdapat pengaruh Self regulation peserta didik kelas VIII yang

mendapat pengajaran menggunakan model pembelajaran Sains


39

Teknologi Masyarakatdengan kelas yang menggunakan model

pembelajaran konvensional

H1 : Terdapat pengaruh Self regulation peserta didik kelas VIII yang

mendapat pengajaran menggunakan model pembelajaran Sains

Teknologi Masyarakatdengan kelas yang menggunakan model

pembelajaran konvensional

Kriteria Keputusan:

H0 di terima bila sig. ≥ 0,05

H0 di tolak bila sig.< 0,05

Hasil data dari puji univariat kemampua berfikir kreatif sig. < 0,05

atau 0,012 < 0,05 maka kesimpulannya H1 diterima dan H0 ditolak sehingga

variabel Y1 (kemmapuan berpikir kreatif) menunjukkan perbedaan pada

variabel X (Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat). Data self

regulation menunjukan bahwa sig. < 0,05 atau 0,000 < 0,05 sehingga

disimpulkan bahwa H0 ditolak dan diterimanya H1 yang artinya variable Y2

(self regulation) menunjukkan perbedaan pada variabel X (model

pembelajaranSains Teknologi Masyarakat).

B. DATA HASIL PENELITIAN

Data dari hasil pengamatan yang sudah dilakukan menggunakan soal esay

kemampa berfikir kreatif serta angket untuk self regulation. Kelas VIII B

yang berjumlah 27 peserta didik dan kelas VIII C yang berjumlah 30 peserta

didik yang digunakan sebagai sampel.


40

1. Rekapitulasi Postest Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen

dan Kontrol.

Berikut ini ialah hasil posttest keterampilan berfikir kreatif kelas

control da eksperimen dngan menggunakan model pembelajaran Sains

Teknologi Masyarakat dan kovensional:

Tabel 4.7
Rekapitulasi Hasil Posttest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol

Criteria Hasil

Ekperimen Control

Nilai maksimum 92 80

Nlai minimum 53 31

Jumlah 1969 1958

Rata rata 75,80 67,6

Sumber : perhitungan normalitas kelas eksperimen dan kelas control

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat kelas eksperimen mepunyai

hasilyang lebih besar disbanding kelas control. Hal ini didapat dari hasil nilai

maksumum dan rata-rata. Dari nlia yang diperoleh dari ela eksperimen dan

kelas Kontrol maka kesimpulannya adalah pembelajaran yang menggunakan

Model ains Teknologi Masyarakat sangat berpengaruh terhadap keterampilan

berpikir kreatif.

Adapun presentase dari setiap indikator,di bawah ini :


41

Tabel 4.8
Hasil persentase setiap sub indikator keterampilan berpikir kreatif kelas
Eksperimen
No Indicator Nomor soal persentase Keterangan

1 Berpikir luwes 1,2,9 76,00% Baik

2 Berpikir lancer 2,4 76,00% Baik

3 Berpikir orisisnil 5,6,7 67,00% Cukup

4 Berpikir elaborasi 8 77,00% Baik

Sumber : persentase skor keterampilan berpikir kreatif setiap indikator

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan bahawa setiap indikator

keterampilan berpikir kreatif mempunyai presentase yang beda. Pada indator

berpikir lancer mempunyai prsentase “Baik” yaitu 76,00%, indikator berpikir

luwes mempunyai prsentase “Baik” yaitu 76,00%, indikator berpikir orisinil

memiliki persentase “ cukup “ yaitu 67,00% dan indikator berpikir elaborasi

mmeiliki persentase “Baik” yaitu 77,00%.

Sedangkan hasildari keterampilan brfikir kreatif pada kelas kontrol adalah

pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.9
Hasil persentase setiap indikator keterampilan berpikir
kreatifkelas kontrol
No Indikator Nomor Soal Persentase Keterangan

1 Berpikir Luwes 1,2,9 67,00% Baik

2 Berpikir Lancar 2,4 71,00% Baik

3 Berpikir Orisinil 5,6,7 62,00% Cukup

4 Berpikir Elaborasi 8 66,00% Baik

Sumber : persentase skor keterampilan berpikir kreatif setiap indikator


42

Hasil dari tabel tabel 4.9 menunjukan bahawa setiap indikator

keterampilan berpikir kreatif mempunyai presentase yang beda. Pada indator

berpikir lancer mempunyai prsentase “Baik” yaitu 67,00%, indikator berpikir

luwes memiliki persentase “Baik” yaitu 71,00%, indikator berpikir orisinil

memiliki persentase “ cukup “ yaitu 62,00% dan indikator berpikir elaborasi

mmeiliki persentase “Baik” yaitu 66,00%.

Berdasarkan tes keterampilan berpikir kreatif maka dihasilkan

perbedaan persentase berpikir kreatif antarkelas kontrol dan kelas eksperimen

,perbedaan persentase kdua kelas tersebut bisa dilihat dalam penyajian

diagram diwah ini :

Diagram 4.1
Persentase keterampilan berpikir kreatif kelas eksperimen dan kelas kontrol
SMP N 1 Sumberejo
90
80
70
60
50
40 Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
30
20
10
0
Berpikir Lancar Berpikir Lues Berpikir Orisinil Berpikir
Elaboratif
43

2. Rekapitulasi hasil angket Self Regulation Kelas Eksperimen dan

Kontrol.

Hasil angket Self Regulationkelas ekperimen dan kelas control yang

menggnakan model pemebelajaran Sains Teknologi Masyarakat dan

konvensionak bisa dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.10
Persentase hasil setiap indikator angket Self Regulation kelas Eksperimen
No Indikator Nomor soal Persentase Keterangan

1 Sadar akan sebuah 1,2,3,4,5,6 82,00% Baik


pimikiran sendiri.

2 Membuat sebuah 7,8,9,10,11,12 84,20% Baik


perencanaan secara
efektif (planning)

3 Sadar dan 13,14,15,16,17,18 78,00% Baik


menggunakan
sumber informasi
yang dibutuhkan

4 Sensitive dengan 19,20,21,22,23,24,2 86,00% Sangat


adanya umpan 5 Baik
balik.

Sumber:perhitungan persentase indikator angket self regulation kelas


Ekperimren

Hasil dari tabel 4.10 lndikator Menyiapkan ruang lingkup

pembelajaran mendapatkan persentase 82,00 %, indikator Mengatur bahan

ajar mendapatkan persentase 84,20 %, indikator Mengontrol perkembangan

diri mendapatkan persentase 78,00 %, untuk indikator goyong Melakukan


44

evaluasi terhadap hasil kinerja persentasenya adalah 86,00 %, sedangkan

persentase pada kelas kontrol terhadap tiap tiap indikatornya , ialah:

Tabel 4.11
Persentase hasil setiap indikator angket Self Regulation kelas kontrol
No Indikator Indikator Nomor Soal Persentase Keterangan

1 Sadar akan sebuah Menyiapkan 1,2,3,4,5,6 76,00% Baik


pimikiran sendiri. ruang lingkup
pembelajaran.

2 Membuat sebuah Mengatur bahan 7,8,9,10,11,1 74,00% Cukup


perencanaan secara ajar 2
efektif (planning)

3 Sadar dan Mengontrol 13,14,15,16,1 70,00% cukup


menggunakan perkembangan 7,18
sumber informasi diri
yang dibutuhkan

4 Sensitive dengan Melakukan 19,20,21,22,2 77,00% Baik


adanya umpan balik. evaluasi terhadap 3,24,25
hasil kinerja.

Sumber:perhitungan persentase indikator angket self regulation kelas


kontrol

Hasil tabel 4.11 lndikator Menyiapkan ruang lingkup pembelajaran

mendapatkan persentase 76,00 %, indikator Mengatur bahan ajar

mendapatkan persentase 74,20 %, indikator Mengontrol perkembangan diri

mendapatkan persentase 70,00 %, untuk indikator goyong Melakukan

evaluasi terhadap hasil kinerja persentasenya adalah 77,00 %/

Perbedaan antar kelas control dan kelas eksperimen disajikan pada

tebel di bawah ini:


45

Diagram 4.2
Hasil persentase Self Regulationkelas eksperimen dan kelas kontrol

100
80
60
40
20
0

Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol

C. PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Sumberejo dengan populasi

peserta didik yang di ambil dari 2 kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas
46

VIII A sebagai kelas kontrol dan kelas VIII B sebagai kelas eksperimen. Objek

dalam penelitia ini adalahketerampilan berpikir kreatif dan self

regulationsebagai dari menerapkannya Sains Teknologi Masyarakat dengan

model pembelajaran konvensional.Pengukuran dilakukan dengan meguakan

instrument yang tsudah diuji kelayakannya oleh expert judgment.Instrument

soal posstest diberikan kepada peserta didik guna mengukur keterampilan

berfikir dan angeket sebanyak 25 soal yang diberikan kepada peserta didik guna

untuk mengukur self regulation.

Hasildari analisis data statisrik multivariate tes emdapatkan hasil yang

signifikan, hasil tersebut menunjukan bahwa ada pengaruhdari model

pemebelajarn Sains Teknologi Masyarakat terhadap keterampilan berfikir kreatif

dan self regulation pada peserta didik kelas VIII di SMPN 1 Sumberejo jika

dibandingkan dengan model pembelajaran yang masih konvensional.untuk

mengetahui pengaruh tiap tiap variable terikat maka menggunakan data hasil tes

univariat, maka diperoleh sebuah hasil yag pertama yaitu adanya pengaruh modl

pembelajaranSains Teknologi Masyarakat terhadap keterampilan berpikir keratif

dengan hasil sig < 0,05, hal ini sejalan dengan hasil temuan M. dwi payana,

bahwa model sains Teknologi Masyarakat meengaruhi keterampilan berpikir

keratif peserta didik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.


20
. Penelitian selanjutnya oleh N.W. Heni Desianti  bahwa  melalui penelitian
Rudyanto, Hendra Erick, “Model Discovery Learning Dengan Pendekatan Saintifik
20

Bermuatan Karakter Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Keratif”. Jurnal Premiere


Educandum. Volume 4 Nomor 1 (2016).H. 46
47

model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat sangat efektif untuk

meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dari sebelum belajar dengan

menggunakan pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat21. Kedua, terdapat

pengaruh model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat  terhadap self

regulation, hal I apat diketahui dari hasil sig < 0,05 yang berarti H 0 ditolak dan

H1 diterima.

Model pembelajaran sains teknologi masyarakat berpengaruh pada

keterampilan berpikir kreatif dan self regulation,hal ini sejalan dengan

pemikiran Juhji bahwa penggunaan model pembelajaran STM dalam

pembelajaran IPA dapat menghasilkan hasil belajar IPA ranah pengetahuan

,sikap kreativitas dan aplikasi

Perolehan data yang signifikan ini diperoleh selama proses belajar

mengajar berlangsung, peserta didik yang aktif selama proses pembelajaran.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi perkembangan keterampilan berpikir

kreatif peserta didik diantaranya adalah bmbingan tenaga pengajar selama

berdiskusi secara berkelompok serta pemahaman materi yang di samapaian di

dalam kelas . beberapa cara tersebut sangat mendorong peserta didik menjadi

aktif selama proses belajar mengajar. Model pemeblajaran sains Teknologi

Msyarakat adalah model pemebelajaran yang rileks/santai, model yang lebih

mememntigkan kerjasama antara peserta didik, mepunyai banyak waktu guna


21
N.W Heni Desianti, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Dengan Setting Sains
Teknoogi Masyarakat Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berpikir
Kreatif Siswa SMP”, Jurnal Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan, Vol 5, No. 2, Tahun
2017 . H, 10
48

memrefleksikan materi yang sudah pernah dipelajarinya, model pembelajaran

yang kontekstual dan bermakna.22.

Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakatberorientasi pada

bidang sains sebagai ilmu yang terkait dengan realitas kehidupan sehari-hari

yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam mempelajari konsep-konsep

yang ada dalam pembelajaran.23.

Sejalan degan penelitian ini , Muhajir dan Rohaeti menyatakan, sains

teknologi masyarakat dilandaskan pada isu prmasalahan lingkungan dan

teknologi yang nantinya akan memumculkan sebuah permasalahan yang bisa di

ungkapkan dan di cari solusinya oleh peserta didik.24.keunggulan lain dari

model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat ialah meberi kemudahan

peerta ddik dalam menangkap materi yan di sampaikan oleh pendidik an akan

lebih lama dingat dalam memori otak karna peserta didik terlibat secara

langsung.

Keberhasilan tiap-tiap indikator berpikir kreatif saling berkaitan

dengan proses kegiatan belajar di dalam kelas. lndikator yang pertama yaitu

berpikie lancar, dalam indikator ini didapatkan persentase 76,00% pada kelas

eksperimen dan 67,00% pada kelas control. Perbedaan hasil yang diperoleh

karena dalam proses belajar menggunakan model Sains Teknologi Masyarakat


22
Kurnia Eka. “Implementasi Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir
Kreatif Serta Motivasi Belajar Siswa SMP “.Jurnal pendidikan Unsika. Volume 2 Nomor 1
(2017).h.45
23
Anna Poedjiadi,OP.Cit,h.102
24
Mujahir & Rohaeti, Perbedaan Penerapan Pembelajaran STS Dan CTL Terhadap Prestasi
Belajar Siswa.Jurnal Pendidikan Matematika Dan Sains, Vol.3, No. 2, 2017, H. 143
49

pendidik ditunutut untuk mengontrol setiap proses kegiatan belajar berlangsung

dengan sistematis dan berkeliling untuk mengetahui proses pembelajaran

perserta didik secara individu maupun kelompok, menanyakan hambatan-

hambatan atau kesulitan yang dialami peserta didik selama pembelajaran serta

memberikan motivasi keada peserta didik agar hasil yang diperolehnya bisa

semaksumal mungkin dalam menjawab soal-soal. Hal ini teramasuk kedalam

pengaplikasian konsep  yaitu Membimbing siswa untuk mengaplikasikan

konsep yang telah dipahami dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dan

selanjutnya masuk ke tahap pemantapan konsep, dimana pendidik membimbing

siswa dalam melakukan diskusi secara klasifikasi untuk menyampaikan hasil

temuannya dan melatih siswa untuk mengemukakan pendapatnya, selanjutnya

peserta didik akan mempresentasikan hasil diskusinya.

Berdasarkan pendapat tersebut, Eva khasanah menyampaikan bahwa

keteampilan seseorang dalam menyampaikan suatu gagasan maka orang tersebut

akan terampil dalam penalaran.Dengan meminta peserta didik untuk

mempersentasikan pendapat berarti memupuk keterbukaan dalam diri peserta

didik yang menjadikan suatu prasyarat untuk mendapatkan cara pemikiran logis

yang tinggi, dengan cara pemikiran logis yang tinggi maka keterampilan

berpikir kreatif pun akan tinggi25.

25
Hasanah, Evi “ Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Terhadap Peningkatan Berfikir
Kreatif Peserta Didik. Jurnal Teknologi Pendidikan Pembelajaran. Volume 4 Nomor 1 (2019).H.84
50

Indikator kedua ialah berpikir luwes, persentase yang peroleh adalah

sebesar 76,00% untuk kelas eksperimen dan 71,00% untuk kelas

kontrol.pbeaaini bisa terjadi karna pendidik membimbing peserta didik

slaakegiatan diskusi. Ssuai dengan terlaksananya sintaks sains Teknologi

Masyarakat yaiyu tahap pengembngan konsep,dalamsintaks ini peserta didik

diarahkan untuk membat konsep mengenai materi yang akan di pelajari. Melalui

proses sintaks ini peserta didik lebih dibiasakan unuk memperoleh sebuah ide

baru, jawaban, dan pertanyaan yang berbeda-beda dari tiap kelompoknya.

Sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Munandar bah proses kreatif

akan menumbuhkan gasan baru atau inspirasi yang berbagai macam atau
26
bervariasi .

indikator selanjutnya adalah indikator ketiga yaitu berpikir orisinil ,di

peroleh persentase 67,00% untuk kelas eksperimen dan 6,00% untuk kelas

kontrol, kelas control leb rendah nilai persantasenya di banding kelas

eksperimen, hal ini terjadi kerena selama proses pembelajaran sintaks

pengembangan konsep pendidik mencipakan rasa ingin tahu peserta didik

dengan cara tenaga pendidik menyajikan materi secara umum dan selanjutnya

peserta didik diharuskan mengembangkan pemikirannya sendiri. Pada tahapan

ini perlu dilakukan agar peserta didik siap dalam proses belajar mengajar

berlangsung. Pendapat ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa hasil

26
Munandar, Utami.Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta :Rhineka Cipta. 2019
51

belajar yang maksimal berbanding lurus dengan adanya kesiapan perserta didik

selama proses pembelajaran27.

lndikator yang keempat ialah berpikir elaboratif. Pada indikator ini

diperoleh persentase sebesar 77,00% untuk kelas eksperimen dan 66,00% untuk

kelas kontrol. Perbedaan yang didapat ini tidak terlepas dari model pembelajaran

yang digunakan, pada sintaks aplikasi konsep pserta didik dituntuk untuk

menyelididiki menganalisis dan meperdalam materi sehingga peserta didik bisa

lebih mengebangkan gagasan baru. Dalam sintaks ini kegiatan yang dilakukan

peserta didik adalah pengamatan dan diskusi materi zat aditif dan adiktif yang

selanjutnya peserta didik akan diberikan ksempatan untuk berdiskusi dan Tanya

jawab, pada tahapan ini juga peserta didik belajat untuk megevaluasi dan

meninjau hasil karyanya sendiri dan temannya.

Setelah dilakukannya analisis maka ada beberapa hal yang menyebabkan

keterampilan berpikir kreatif peserta didik pada kelas eksperimen lebih tinggi di

bandingkan dengan kelas control. Faktor penyebab aalah proses pembelajaran di

dalam kelas, hal ini disebabkan elama proses pembelajaran berlangsung, karena

pada proses pembelajaran koveksonal lebih memusatkan pada peserta didik..

Pendidik memberikan proses pembelajaran yang prosedural seperti pemberian

materi secara rinci, sedangkan peserta didik hanya mnegrjakan latihan soal dan

tidak belajar berpendapat untuk menjelaskan sebuah konsep, sehingga

27
Saparina, riska, slamet santoso, dan maridi. “pengaruh model STM terdahap belajar biologi
siswa kelas X SMA N colomadu. Jurnal bio.pendagogi.vol,4. No. 4, 2018. H.61
52

kemapuan berpikir kreatif peserta didik kurang terlatih. Berbeda dengan proses

pembelajaran yang diterapkan pada kelas eksperimen yang menggunakan model

pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat yang menuntut peserta didik untuk

aktif mencari dan mengumpulkan informasi tentang materi pembelajaran di

dalam kelas, sedangkan pendidik sebagai fasilitator, motivator dan dinamosator.

Hal ini sejalan dengan pemikiran Yanto Budhi Raharjo, perkembangan optimal

dari kemapuan berpikir kreatif peserta didik dalam lingkungan pembelajaran

berhubungan erat dengan cara guru mengajar. Pola pembelajaran dan interaksi

yang lebih memberikan kepercayaan, dorongan serta motivasi terhadap peserta

didik akan menciptakan gagasan-gagasan baru.28

Model Sains Teknologi Masyarakat ini juga menunjukkan signifikan

self regulation antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Model ini sangat

berpengaruh terhadap self regulation karena dengan model Sains Teknologi

Masyarakat ini tidak hanya berorientasi pada penguasaan konsep saja

melainkan juga pada segi sikap sehingga konsep-konsep yang dikuasai  dapat

dimanfaatkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Keterkaitan

antara teknologi dan sains adalah suatu upaya untuk mengkonkritkan

pegetahuan yag tak jarang bersifat abstrak sehingga hal-hal yang dipelajari

peserta didik dapat melekat dengan kuat dan peserta didik tidak hanya belajar

tentang teori melaikan juga mempelajari keterkaitan antara keduanya29.

28
Budhi Raharjo, Yanto, “ Pengaruh Model STM Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif
Dan Sikap Ilmiah Siswa “ , Jurnal Pendidikan , Vol. 2, No. 1, 2019, H. 98
29
Anna Poedjiadi,OP.Cit,h.102
53

Berdasarkan nilai ketercapaian indikator self regulation pada indikator

sadar akan pemikiran sendiri, persentase 81,00% untuk kelas eksperimen dan

76,00% untuk kelas kontrol, sama proses ini peserta didik diharuskan untuk

mengetahui pemikiran dan mengontrol kepribadiannya dalam menyelesaikan

tgas yang sudah diberikan oleh pendidik.

Indikator kedua ialah membuat sebuah perencanaan secara efektif.

Persentase nilai 84,20% untuk kelas eksperimen dan 74,00% untuk kels

kontrol,pada indikator ini mengharuskan peserta didik untuk merencanakan

segala sesuatu dalam proses pembelajaran secara efektif.

Indikator sikap sosial yang ketiga adalah sadar dan menggunakan

sumber informasi yang dibutuhkan. Perentase yang didapat kelas eksperimen

sebesar 78,00% dan 70,00% untuk kelas kontrol, untuk mencapai indikator ini

pendidik lebih mengajarkan peserta didik untuk menggunakan banyak

sumber-sumber dan informasi yang mereka butuhkan dalam mengerjakan

tugas.

Indikator keempat ialah sensitif dengan adanya umpan balik . nilai

yang didapat pada kelas ekperimen sebesar 86,00% dan 77,00% pada kelas

kontrol, untuk tercapaiya indikator ini maka pendidik menuntut sikap aktif

peserta didik selama proses pembelajaran dan sensitive jika adanya tugas-

tugas dan pertanyaan slama proses belajar.

Berdasarkan nilai dan hasil persentase yang didapat oleh setiap

indikator self regulation bahwa kelas eksperimen lebih unggu dibandingkan


54

dengan kelas kontrol, ha ini disebabkan karena kelas eksperimen

menggunakan model pembelajaran Sanis Teknologi Masyarakat. Proes

pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran sains teknologi

Masyarakat lebih menekan pada isu-isu masaah yang sedang terjadi

dimasyarakat, pengembangan sikap, teampil dalam mengambil keputusan,

kratif,literasi sains dan teknologi,dan kemmapuan peserta didik untuk

emmecahkan masalah-masalah yang dihadapinya selama kehidpan

bermasyarakat adalah elemen yang penting dalam proses pembelajaran sanis

dengan model pembelajaran Sains Teknologi Masyaraka30. Ungkapan

pengetahuan dan berpikir metakognitif menyatakan bahwa peserta didik yang

belajar itu menyadari semua langkah pembelajaran yang dikerjakan, dan ia

merefleksi atau memonitor serta mengevaluasi sendiri terhadap langkah-

langkah yang dikerjakannya, melalui pertanyaan-pertanyaan kepada dirinya

sendiri.31

Sejalan dengan pendapat Eny Purwantari , bahwa dengan saling

menukarkan gagasan atau ide maka siswa akan bisa membiasakan dirinya

untuk mendengarkan ide atau pendapat seseorang dan akan lebih menghargai

tiap pemikiran orang lain yang berbeda dengan dirinya, sehingga akan

menumbuhkan rasa toleransi di dalam dirinya32.


30
Anna Poedjiadi,OP.Cit,h.124
31
Diah Prawitha Sari, “ Pengembangan Kemapuan Self Regulation” Jurnal Pendidikan
Matematika, Vol.3, No. 2, 2017, H. 32
32
Purwakarti, Eni. “Pengaruh Model Collaborative Learning Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Dan Self Regulation Kelas V SD” .Jurnal Penelitian Ilmu
55

Hubungan antar ketiga variabel tersebut yaitu,model pembelajaran Sains

Teknologi Masyarakat bisa meningkatkan keterampilan berpikir kreatif

dikarenakan peserta didik yag berbantukan keputusan yang akurat,

meperhatikan dan mengikutsertakan karakter yang ada pada peserta didik

adalah gaya kognitif, dan peserta didik dituntut untuk aktif dala proses belajar

mengajar megakan permasalahan yang konkritadalah suatu tantangan bagi

pesrta didik. Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat ini juga

mementingkan aspek afektif, slah satunya ialah self regulation. Sejalan dengan

pendapat yang menyatakan bahwa Sains Teknologi Masyarakat mepunyai

tujuan mengembangkan potensi otak dengan semaksimal mungkin.Ranah sikap

yang meliputi sikap positif yang ditunjukkan pada pembelajaran. Ranah aplikasi

dan keterkaitan diantaranya siswa dapat memberikan contoh dan konsep ilmiah

dalam kehidupannya33.

Self regulation  yang tinggi adalah bagian sekaligus akar dari karakter

seseorang yang meliputi sebuah keyakinan, perilaku, dan harapan. Self

merupakan  administrator karakter atau kepribadian guna mengolah sebuah

perbuatan dengan suatu hal yang lebih nyata atau rasional, untuk dapat memilih

antara sesuatu yang ada di  dalam batin seseorang dengan suatu yang ada di

dunia luar34.Self regulationjuga sangat mempengaruhi keterampilan berpikir

kreatif.Hal ini memberikan makna bahwa semakin tinggi self regulation yang
Pendidikan. Volume 8 Nomor 1 (2016).H.109
33
Anna Poedjiadi,OP.Cit,h.126
34
Muhammad Ali dkk, Psikologi Remaja PerkembanganPesertaDidik (Jakarta: Bumi
Aksara, 2017), h.183
56

ada pada diri peserta didik, maka kemapuan berpikir kreatif pada diri pesesrta

didik pun meningkat.35

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan penelitian adalah:  Model

Sains Teknologi Masyarakat  ini tidak sekedar berorientasi penguasaan

konsep saja,tetapi juga dipengaruhi gaya psikomor sehingga konsep-konsep

yang telah bisa dignakan dan diterapkan dalam kehidupan,sehingga proses

belajar mengajar dapat terwujud dengan baik, model pembelajaran Sains

Teknologi Masyarakat mengharuskan setiap peserta didik untuk melakukan

proses belajar mengajar sesuai dengan peraturan. Sejalan dengan gagasan

yang di sampaikan oleh Smarabawa bahwa model pembelajaran Sains

Teknologi Masyarakat secara teori mmapu memfasilitasi peserta didik dalam

pembentukan pemahaman konsep Biologi. Pada model ini sangat

mempertimbangkan pengetahuan awal peserta didik dan memberikan peluang

bagi peserta didik untuk engungkapkan gagasan-gagasannya.36

Proses belajara mengajar menggunakan model sains teknologi

masyarakat dapat membantu mengembangkan keterampilan berpikir kreatif

dan intelektual peserta didik dalam berpikir logis dan memecahkan sebuah

permasalahan di kehidupan sehari-hari, serta mampu memahami pntingnya

35
Sri Hapsari, ”Peran Self Regulation Dalam Maningkatkan Kemapuan Berpikir Kreatif
Sebagai Upaya Menyiapkan Generasi Emas 2045”, Jurnal Pedagogika Dan Dinamika Pendidikan.
Vol,5, No. 1 April 2017. H 8
36
Smarabawa, “Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Terhadap
Pemahaman Konsep Biologi Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA”, Jurnal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, Vol.3, No.1, 2019, H. 19
57

sains gna meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari, peserta didik dapat

memperoleh prinsip ptinsip baru mengenai sains dan teknologi yang nantinya

akan mereka temui dikehidupan kedepannya, peserta didik lebih bebas dalam

berkerativitas selama berlangsungnya proses belajar mengajar37.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Terhadap

Keterampilan Berpikir Kreatif dan Self Regulation peserta didik kelas VIII

SMP N 1 Sumberejo

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah dilakukannya penelitian dan analisis data, maka diperoleh kesimpulan

seperti dibawah ini :

1. Terdapat pengaruh model Sains Teknologi Masyarakat (STM) terhadap

berpikir kreatif peserta didik kelas VIII SMPN 1 Sumberejo


37
Anna Poedjiadi,OP.Cit,h.102
58

2. Terdapat pengaruh model Sains Teknologi Masyarakat (STM) terhadap

Self Regulation peserta didik kelas VIII SMPN 1 Sumberejo

3. Terdapat pengaruh model Sains Teknologi Masyarakat (STM) terhadap

Berpikir Kreatif danSelf Regulation dan peserta didik kelas VIII SMPN 1

Sumberejo

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, Pengaruh Model Pembelajaran

Sains Tekologi Masyarakat terhadap KeterampilanBerpikir kreatif dan Self

Regulation Peserta didik Kelas VIII, maka adapun saran yang diberikan

sebagai berikut:

1. Untuk menggetahui keterampilan berpikir kreatif peserta didik dapat

menggunakan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat.

2. Untuk menggetahui self Regulationpeserta didik dapat menggunakan

model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat.


59

TINJAUAN PUSTAKA

Anna Poedjiadi. Sains Teknologi Masyarakat. Bandung : PT Remaja Rosdakarya,


2007
Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alvabeta, 2017

Ayu Mita Adnyani, I Ketut Ardana, I Ketut Adnyana Putra. “Pengaruh Pendekatan
Sainstifik Berbantu Model STM Terhadap Kompetensi Pengetahuan Ipa Siswa
Kelas V”. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasa., Vol. 1 No.2, 2017.
Budhi Raharjo, Yanto, “ Pengaruh Model STM Terhadap Keterampilan Berpikir
Kreatif Dan Sikap Ilmiah Siswa “ , Jurnal Pendidikan , Vol. 2, No. 1, 2019, H. 98
60

Budhi Yanto. “ Pengaruh Model STM Terhadap Keterampilan Berfikir Kreatif Dan
Sikap Ilmiah Siswa”. Jurnal Pendidikan . Volume 3 Nomor 1 (2016).
Darmiyati Zuchdi. Humanisasi Pendidikan . Jakarta: Bumi Aksara, 2010

Dedi Supriadi. Kreativitas,Kebudayaan, Dan Perkembangan IPTEK. Bandung :


ALFABETA, 2019

Departemen agama RI, AL-QUR’AN dan terjemah. Jakarta: Toha Putra,2019

Diah Prawitha Sari, “ Pengembangan Kemapuan Self Regulation” Jurnal Pendidikan


Matematika, Vol.3, No. 2, 2017, H. 32

Eva Latifah. Strategi Self Regulated Learning dan Prestasi Belajar Kajian Meta
Analisis Jurnal Psikologi Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga
Vol.3,No.1,Juni Tahun, 2018
Frangkel, R dan Wallen,E.,N. How to Design and Evaluate Reseach in Education.
Edition 6. New York : The Mc Graw Hill Companies,2017
Hasanah, Evi “ Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Terhadap Peningkatan
Berfikir Kreatif Peserta Didik. Jurnal Teknologi Pendidikan Pembelajaran.
Volume 4 Nomor 1 (2019).
Jensen Eric, BRAIN BASED LEARNING Pembelajaran Berbasis Kemampuan Otak
Cara Baru Dalam Pengajaran Dan Pelatihan. Jogyakarta : Pustaka Pelajar,
2019
Kurnia Eka. “Implementasi Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir
Kreatif Serta Motivasi Belajar Siswa SMP “. Jurnal pendidikan Unsika.
Volume 2 Nomor 1 (2017).
Lee, T . Shen,P . D, Applying web-enabled problem based learning and self
regulated learning to enhance computing skills of taiwan’s vocational student:
a quasi-experimental study of a short-term module . Electronik Journal of e-
learning Vol.2 No.2, 2007
Martono Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis isi dan Analisis Data
Sekunder. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2015
Muhammad Ali dkk, Psikologi Remaja PerkembanganPesertaDidik . Jakarta:
Bumi Aksara, 2017
Mujahir & Rohaeti, Perbedaan Penerapan Pembelajaran STS Dan CTL Terhadap Prestasi
Belajar Siswa.Jurnal Pendidikan Matematika Dan Sains, Vol.3, No. 2, 2017, H. 143
61

N.W Heni Desianti, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Dengan Setting Sains
Teknoogi Masyarakat Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan
Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMP”, Jurnal Program Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan, Vol 5, No. 2, Tahun 2017 . H, 10

Nugroho R. Aripin, HOTS Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi : Konsep,


pembelajaran, dan soal-soal. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana
Indonesia,2018
Purwakarti, Eni. “Pengaruh Model Collaborative Learning Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Dan Self Regulation Kelas V SD” . Jurnal
Penelitian Ilmu Pendidikan. Volume 8 Nomor 1 (2016).H.109
Rina Putrid Utami,Riezky Maya Probosari, Dan Umi Fatmawati, “Pengaruh Model
Pemebelajaran PBL Berbantu Instagram Terhadap Kemampuan Berfikir
Kreatif Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Surakarta”, Jurnal Pendidikana Biologi,
Vol 4, No.1 ,April 2017
Robet J. Marzano, Assessing Student Outcomes: Performance Assesment Using the
Dimensions of Learning Model (Virginia: Assciation for Supervition and
Curriculum Development, 1994), h.23.
Rudyanto, Hendra Erick, “Model Discovery Learning Dengan Pendekatan Saintifik
Bermuatan Karakter Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Keratif”.
Jurnal Premiere Educandum. Volume 4 Nomor 1 (2016).
Saparina, Riska, Slamet Santoso, Dan Maridi. “pengaruh model STM terdahap belajar biologi
siswa kelas X SMA N colomadu. Jurnal bio.pendagogi.vol,4. No. 4, 2018. H.61

Smarabawa, “Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Terhadap


Pemahaman Konsep Biologi Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA”,
Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA,
Vol.3, No.1, 2019, H. 19

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D. Bandung: Alfabeta, 2017
Sugiyono.StatistikuntukPenelitian. Bandung:Alfabeta,2017

Tatang Yuli Eko Siswono “Identifikasi Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam
Pengajuan Masalah (Problem Posing) Matematika Berpandu dengan Model
Wallas dan Creative Problem Solving (CPS)”, Jurnal, vol.1,no.3,2016
62

Trianto, M.Pd, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi


Pendidikan & Tenaga Kependidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah Jakarta:
Gramedia, 2017

Anda mungkin juga menyukai