A. Latar Belakang
Guru sebagai tenaga pendidik profesional adalah guru yang tidak hanya merasa puas
dengan keterampilan yang telah dimiliki. Seorang guru sebagai tenaga profesional hendaknya berusaha
mengembangkan pengetahuan dan keterampilanya sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik
dan semakin berkualitas kepada peserta didiknya. Tugas seorang guru yang profesional tidak hanya
dituntut untuk memiliki kinerja yang baik dalam melaksanakan tugas mengajar, mendidik, dan melatih
peserta didik saja melainkan juga harus mampu melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan.
Berbagai hal bisa dilakukan oleh seorang guru untuk dapat meningkatkan profesionalisme.
Menurut Permeneg PAN dan RB no 16 tahun 2009, seorang guru dapat melakukan kegiatan
pengembangan keprofesian berkelanjutan melalui tiga komponen yaitu : 1) melaksanakan
pengembangan diri, 2) melakukan publikasi ilmiah, 3) menemukan dan menciptakan karya-karya
inovatif. Kegiatan pengembangan diri bisa dilakukan melalui dua kegiatan yaitu diklat fungsional dan
kegiatan kolektif guru. Semua kegiatan yang dilakukan oleh guru di kelompok kerja atau MGMP
termasuk ke dalam kegiatan kolektif guru, sedangkan kegiatan lain di luar MGMP termasuk ke dalam
diklat fungsional Seorang guru yang melaksanakan pengembangan diri atau kegiatan pengembangan
keprofesian berkelanjutan lainya, disamping akan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
sebagai seorang guru juga mendapat penghargaan angka kredit yang dapat diperhitungkan untuk
perkembangan kariernya
D. Rincian Kegiatan
Kegiatan 2
1. Materi : Pendalaman Materi SBdP
2. Narasumber : ZM. Pancasilawati, S,Ag.
3. Tempat : SD Negeri 1 Mulyoharjo
4. Waktu : 1. Pertemuan 1 ( Sabtu, 1 Februari 2020 )
2. Pertemuan 2 (Sabtu, 8 Februari 2020 )
3. Pertemuan 3 ( Sabtu, 15 Februari 2020 )
5. Peserta : Guru kelas 1 s/d kelas 6 Dabin III
6. Tujuan : Guru mendalami materi pelajaran SBdP
f. Materi
- Pengertian Tangga Nada
- Jenis-jenis tangga nada
- Ciri-ciri tangga nada mayor
- Menyanyikan salah satu lagu yang bertangga nada mayor
g. Tindak Lanjut
Guru memahami tentang pengertian tangga nada, jenis-jenis tangga nada, dan ciri-ciri
tangga nada mayor.
E. Penutup
1. Simpulan
Dengan mendalami materi SBdP, guru lebih termotivasi untuk menggali lebih banyak lagi
pengetahuan dalam melaksanakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan di kelas masing-
masing. PKG akan meningkatkan semangat bagi guru dalam pembelajaran.
2. Saran
Pada materi pendalaman materi SBdP, guru dapat mentransfer pengetahuan materi SBdP
pada peserta didik sehingga pembelajaran SBdP dapat berlangsung dengan baik dan menyenangkan..
MATERI PENDALAMAN MATERI SBdP
KKG GUGUS MAWAR DABIN III
Pengertian Tangga Nada
Tangga nada adalah sebuah rangkaian nada yang disusun dengan jarak tertentu. Bila diibaratkan sebuah
tangga pada kehidupan nyata maka tangga nada memiliki fungsi yang serupa dengan tangga pada
kehidupan sehari-hari. Bila kita perhatikan sebuah tangga memiliki fungsi untuk naik atau turun. Begitu
juga nada. Ada saatnya nada itu naik atau makin tinggi, ada saatnya juga ketika nada itu turun atau semakin
rendah.
Jarak itu biasa disebut dengan interval nada, yang menjadi jeda antara satu nada dengan lainnya. Interval ini
ibarat jarak antar anak tangga pada kehidupan sehari-hari. Ada tangga yang jarak antar anak tangganya
dekat, ada pula yang jaraknya jauh. Secara umum tangga nada dibagi jadi tiga jenis, yaitu pentatonis,
diatonis dan kromatis. Kamu bisa baca lebih lanjut tentang tiga jenis tangga nada itu di bawah ini.
Penta artinya lima, dipakai untuk istilah jenis tangga nada ini karena disini yang dipakai hanya 5 nada
pokok. Jenis ini dibagi menjadi dua yaitu tangga nada dan tangga nada slendro. Jenis ini kebanyakan
dipakai untuk genre musik rock n’ roll, beberapa aliran variasi lagu pop dan blues, lagu anak-anak, serta
lagu tradisional. Tangga nada ini juga sering kita temui dalam musik tradisional Jawa seperti musik
gamelan.
Lebih mudahnya dalam memahami perbedaan Slendro dan Pelog adalah Slendro terdiri dari tangga nada
pentatonik menggunakan nada 1 2 3 4 5 6 1 (memberikan kesan gembira dan lincah). Sedangkan pelog
terdiri dari tangga nada pentatonik menggunakan nada 1 2 3 4 5 6 7 (memberikan kesan tenang dan luhur).
Contoh lagu yang menggunakan tangga nada pentatonis adalah:
Kincir-kincir
Jali-jali
Lenggang kangkung
Suwe ora jamu
Cublak-cublak suweng
Jika pentatonis ada 5 nada, untuk jenis diatonis ada 7 nada dengan 2 macam interval. Tangga nada diatonis
ini lebih sering kita dengar atau mainkan di musik kontemporer atau kekinian.
Tangga nada ini sering kita jumpai juga disaat kita belajar sebuah alat musik seperti gitar. Karena dasar
bermain gitar seringkali mengunakan tangga nada ini. Tangga nada diatonis ini menggunakan interval 1
atau pakai interval setengah. Dalam jenis ini pun terbagi lagi jadi 2 tangga nada, yaitu mayor dan minor. Di
bawah ini penjelasannya:
Untuk jenis minor, dibagi lagi jadi tiga jenis yaitu tangga nada minor asli, harmonis dan melodis. Jenis
minor asli cuma punya nada pokok, jadi tak ada tanda kromatis. Sedangkan untuk jenis harmonis, setiap
nadanya dinaikkan setengah, tapi ketika naik/turun nadanya tetap sama. Kalau jenis melodis, nada yang
dinaikkan hanya yang ke-6 dan ke-7 ketika naik, dan turun setengah juga ketika turun. Tangga nada minor
ini bila dimainkan akan menimbulkan nuansa dalam, khidmat, sedih atau “gelap”. Contoh lagu dengan
tangga nada minor diantara adalah:
1. Lagu Wajib: Mengheningkan Cipta (Truno Prawit), Tanah Airku (Ibu Soed), Bagimu Negeri (R.
Kusbini), Ibu Pertiwi (Ismail Marzuki), Indonesia Pusaka (Ismail Marzuki), Gugur Bunga
2. Lagu Anak-anak: Ambilkan Bulan (AT Mahmud), Bintang Kejora (AT Mahmud), Kasih Ibu (SM.
Muchtar), Kelinciku (Daljono), Kucingku (Pak Kasur)
3. Lagu Daerah: Bubuy Bulan (Jabar), Kole-Kole (Maluku), Sing Sing So (Maluku), Sarinande
(Maluku), Ole Sioh (Maluku), Bubuy Bulan (Jawa Barat)
Jenis tangga nada ini kebanyakan dipakai untuk lagu-lagu yang suasananya ceria. Sering kita temui dalam
lagu-lagu populer saat ini. Susunan nadanya berjarak 1 – 1- ½ – 1 – 1 – 1 – ½. Beda dengan tangga nada
minor yang susunan interval nadanya adalah 1 – ½ – 1 – 1 – ½ – 1 – 1. Terlihat ya perbedaannya?
Perbedaan kedua tangga nada itu akan terdengar jelas saat dibunyikan dengan alat musik. Ketika
mendengar tangga nada mayor nuansanya akan terasa benar-benar ceria, sebaliknya jika mendengar tangga
nada minor yang manapun jenisnya maka suasana jadi cenderung sedih atau melow. Tapi tangga nada
minor juga bisa dipakai untuk lagu yang ceria dengan menaikkan temponya.
Itulah menariknya sebuah komposisi musik. Aturan baku memang ada tetapi dalam menciptakan sebuah
lagu, penggunaan nada tidaklah kaku. Bisa menyesuaikan dengan keinginan pencipta lagu atau pencipta
komposisi. Contoh Lagu yang bertangga nada Mayor diantaranya adalah:
1. Lagu Wajib : Bangun Pemudi Pemuda (A. Simanjuntak), Berkibarlah Benderaku (Ibu Soed), Dari
Sabang Sampai Merauke (R Soerardjo), Hari Merdeka (Husein Mutahar), Gebyar Gebyar
(Gombloh), Maju Tak Gentar, Indonesia Raya, Hari merdeka, Halo-halo Bandung, Indonesia Jaya,
Garuda Pancasila, dan Mars Pelajar.
2. Lagu Anak-anak: Naik Delman (Ibu Sud), Balonku (AT Mahmud), Heli (anjing kecil) (Nomo
Kuswoyo), Lihat Kebunku (Ibu Sud), Abang Tukang Bakso (Mamo Agil).
3. Lagu Daerah: Gundul Pacul (Jawa Tengah),Kampung Nan Jauh DI Mato (Sumbar), Ampar-Ampar
Pisang (Kalsel), Manuk Dadali (Jabar),Tokecang (Jabar)
( Pukul
09.00-
12.00
WIB)