Anda di halaman 1dari 22

KONSEP TECHNOPRENEUR

Makalah Ini Dibuat sebagai Salah Satu Syarat Mata Kuliah

Technopreneur

Dosen Pengampu :

Syamsul Asmedi dRM, S.E, M.M, M.Ak.

Disusun Oleh :

Muchammad Yunus

2018224350065

AKUNTANSI

INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS

AHMAD DAHLAN

JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Technoprenuer. Adapun yang menjadi judul makalah ini adalah “Konsep
Technopreneur”.

Penyusun mengucapkan terimakasih kepada Syamsul Asmedi dRM, S.E, M.M,


M.Ak, selaku dosen mata kuliah Technopreneur yang telah memberikan arahan dan
bimbingan. Kepada kedua orang tua kami yang selalu mendoakan kami dan mendukung
kami dan juga kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak
langsung dalam penulisan makalah ini.

Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata
karena keterbatasan kemampuan penyusun sendiri. Oleh karena itu, sangatlah kami
harapkan saran dan kritik yang positif, membangun dari semua pihak agar makalah ini
menjadi lebih baik dan berdaya guna kedepannya.

Tangerang, 09 April 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Kewirausahaan...........................................................................................3

2.2. Technopreneur...........................................................................................3

2.3 .Perkembangan Technopreneurship di Asia...................................................4

2.4Perkwmbangan Technopreneur di Indonesia...............................................4

BAB III PENUTUP

A. Simpulan....................................................................................................17

B. Saran...........................................................................................................17

DAFTARPUSTAKA............................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Entrepreneurship atau kewirausahaan adalah sebuah tema yang cukup


menarik untuk dibicarakan dan coba ditekuni oleh beberapa orang karena
menjanjikan sebuah kesuksesan karir dan finansial bagi yang berhasil
menjalaninya. Di Indonesia, pembicaraan mengenai entrepreneurship semakin
sering terdengar dalam beberapa tahun terakhir ini antara lain dipicu oleh
suksesnya penjualan buku “Rich-Dad-Poor-Dad” karangan Robert Kiyosaki yang
secara eksplisit menyarankan kepada pembacanya untuk beriwirausaha sebagai
bagian untuk memperoleh kebebasan finansial. Bahkan beberapa pemuda bertutur
bahwa mereka ingin menjadi wirausaha dengan mendirikan perusahaan dan
memperoleh kebebasan finansial seperti yang disarankan oleh Kiyosaki tanpa
menghiraukan bidang apa yang akan mereka terjuni dan hambatan apa saja yang
akan mereka temui dalam berwirausaha. Di samping itu, dunia Teknologi
Informasi (IT) adalah sebuah dunia usaha dan teknologi yang paling banyak
menghasilkan enterpreneur yang sukses baik secara bisnis maupun keuangan.

Namanama seperti Hewlet-Packard, Bill Gates, Lerry Elison, Steve Jobs,


dan Michael Dell merupakan nama-nama pendiri perusahaan di bidang Teknologi
Informasi, dan merupakan entrepreneur murni karena mereka memulai usaha
yang baru sama sekali dan di usia yang cukup muda. Melihat kondisi inilah maka
tidak heran kalau banyak sekali enterpreneur yang ingin mendirikan usaha dalam
bidang IT, bahkan di era dot-com, hampir semua entrepreneur berusaha
mendirikan perusahaan dot-com. Seiring dengan berlalunya era dot-com dan
dengan jatuhnya banyak perusahaan dot-com, tetap tidak mengurangi semangat
para entrepreneur muda untuk mencoba peruntungan mereka dalam dunia IT ini.
Maka dari itu dalam tulisan ini akan dipaparkan mengenai hal-hal umum yang
menyangkut seputar technopreneurship dan sudah sejauh mana perkembangannya
baik dalam dilingkup Indonesia maupun di Asia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. KEWIRAUSAHAAN

Kewirausahaan atau entrepreneurship berasal dari bahasa Perancis, yaitu


perantara. Menurut para ahli kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan
untuk memulai suatu usaha dan perkembangan usaha (Soeharto Prawiro, 1997).
Sedangkan menurut Robbin dan Coulter bahwa Entrepreneurship is the process
whereby an individual or a group of individuals uses organized efforts and means
to pursue opportunities to create value and grow by fulfilling wants and need
through innovation and uniqueness, no matter what resources are currently
controlled (Kewirausahaan adalah proses dimana seorang individu atau kelompok
individu menggunakan upaya yang terorganisir dan sarana untuk mencari peluang
untuk menciptakan nilai dan tumbuh dengan memenuhi keinginan dan kebutuhan
melalui inovasi dan keunikan, tidak peduli sumber daya apa yang dikendalikan).
Sedangkan Peter Druker mendefinisikan ; “ the practice of consistently
converting good ideas into profitable commercial ventures”.

Berdasarkan definisi di atas ada beberapa kata kunci tentang pengertian


entrepreneurship atau di Indonesia di kenal dengan ”kewirausahaan”, yaitu :

1) aktivitas manusia yang creative dan inovatif.

2) kemampuan untuk membuat dan membangun yang belum ada.

3) visi untuk bersedia mengambil resiko.

4) kewirausahaan adalah ilmu, yang dapat di pelajari (Peter Druker).

Beranjak dari pengertian di atas maka entrepreneur atau wirausahawan adalah


orang yang memiliki paradigma hidup sebagai innovator, creator dan oportunis,
orang ini juga menjadi kunci perubahan yang mampu mencptakan lapangan kerja
dan kesejahteraan. Wirausaha adalah orang yang ingin di sebut “boss” yang
mampu menjadi penggerak ekonomi.

2
3

2.2 TECHNOPRENEURSHIP

Ditilik dari asal katanya, technopreneurship merupakan istilah bentukan


dari dua kata, yakni “teknolog” dan “enterpreneurship". Secara umum, kata
teknologi digunakan untuk merujuk pada penerapan praktis ilmu pengetahuan ke
dunia industri atau sebagai kerangka pengetahuan yang digunakan untuk
menciptakan alat-alat, untuk mengembangkan keahlian dan mengekstraksi materi
guna memecahkan persoalan yang ada. Sedangkan kata entrepreneurship berasal
dari kata entrepreneur yang merujuk pada seseorang atau agen yang menciptakan
bisnis/usaha dengan keberanian menanggung resiko dan ketidakpastian untuk
mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang
yang ada (Zimmerer dan Scarborough, 2008). Jika kedua kata diatas
digabungkan, maka kata teknologi disini mengalami penyempitan arti, karena
Teknologi dalam “technopreneurship” mengacu pada Teknologi Informasi, yakni
teknologi yang menggunakan komputer sebagai alat pemrosesan.

Menurut Posadas (2007), istilah technopreneurship dalam cakupan yang


lebih luas, yakni sebagai wirausaha di bidang teknologi yang mencakup teknologi
semikonduktor sampai ke asesoris komputer pribadi (PC). Sebagai contoh adalah
bagaimana Steven Wozniak dan Steve Job mengembangkan hobi mereka hingga
mereka mampu merakit dan menjual 50 komputer apple yang pertama, atau juga
bagaimana Larry Page dan Sergey Brin mengembangkan karya mereka yang
kemudian dikenal sebagai mesin pencari google. Mereka inilah yang disebut
sebagai para teknopreneur dalam definisi ini. Dalam wacana nasional, istilah
technopreneurship lebih mengacu pada pemanfaatan teknologi informasi untuk
pengembangan wirausaha. Berbeda dengan pengertian pertama diatas, jenis
wirausaha dalam pengertian technopreneurship disini tidak dibatasi pada
wirausaha teknologi informasi, namun segala jenis usaha, seperti usaha mebel,
restoran, super market ataupun kerajinan tangan, batik dan perak. Penggunaan
teknologi informasi yang dimaksudkan disini adalah pemakaian internet untuk
memasarkan produk mereka seperti dalam perdaganganonline (e-Commerce),
4

pemanfaatan perangkat lunak khusus untuk memotong biaya produksi, atau


pemanfaatan teknologi web 2.0 sebagai sarana iklan untuk wirausaha.

Dalam pengertian kedua ini, tidaklah jelas pihak mana yang bisa disebut
sebagai technopreneur. Merujuk pada Dorf and Byers (2005) mendefinisikan
technological entrepreneurship sebagai “style of business leadership that involve
identifying high potential, technology intensive commercial opportunities,
gathering resources such as talent and capital, and managing rapid growth and
significant risk using principled decision making skill. Technology ventures
exploit breakthrough advances in science and engineering to develop better
products and services for costumer The leader technology ventures demonstrate
focus, passion and unrelenting will to succeed”. Shane and Venkataraman (2004)
mendefiniskan technological entrepreneurship sebagai proses yang digunakan
oleh wirausahawan untuk mengelola sumber daya, system teknis (teknologi), dan
strategi organisasi untuk memanfaatkan peluang, sedangkan Canadian Academy
Engineering (1998), mendifinisikan sebagai “pengaplikasian inovatif dari
pengetahuan teknis dan keilmuan seseorang atau beberapa orang yang memulai
dan mengoperasikan bisnisnya berdasarkan resiko dalam mencapai tujuan
organisasi”.

Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat di gambarkan secara


umum technological entrepreneurship sebagai gaya bisnis yang berdasarkan
kemampuan menjadikan technology dasar untuk mengidentifikasi peluang usaha
dan menggunakan teknologi sebagai alat atau system pembuatan keputusan bisnis
berdasarkan kemampuan pengetahuan dan keilmuannya, termasuk merancang,
membuat dan menditribusikan hasil produksi perusahaan kepada pengguna.

Dalam buku Cash Flow Quadrant karya Robert Kiyosaki menyebutkan


bahwa ada 4 karakter di dunia ini dalam hal mendapatkan penghasilan, yaitu
employee, self-employee, business owner, dan investor. Dan hal yang paling
menakjubkan adalah technopreneur adalah satu kategori baru yang keluar dari 4
karakter tersebut.Artinya dunia technopreneur adalah suatu dunia baru, dimana
5

masih sangat terbuka dengan luas kesempatan-kesempatan untuk mendapatkan


penghasilan yang besar. Teknologi komunikasi dan informasi atau teknologi
telematika (information and communication technology–ICT) telah diakui dunia
sebagai salah satu sarana dan prasarana utama untuk mengatasi masalah-masalah
dunia.

Teknologi telematika dikenal sebagai konvergensi dari teknologi


komunikasi (communication), pengolahan (computing) dan informasi
(information) yang diseminasikan mempergunakan sarana multimedia.
Technopreneurship adalah sebuah inkubator bisnis berbasis teknologi, yang
memiliki wawasan untuk menumbuh-kembangkan jiwa kewirausahaan di
kalangan generasi muda, khususnya mahasiswa sebagai peserta didik dan
merupakan salah satu strategi terobosan baru untuk mensiasati masalah
pengangguran intelektual yang semakin meningkat ( +/- 45 Juta orang). Dengan
menjadi seorang usahawan terdidik, generasi muda, khususnya mahasiswa akan
berperan sebagai salah satu motor penggerak perekonomian melalui penciptaan
lapangan-lapangan kerja baru. Semoga dengan munculnya generasi
technopreneurship dapat memberikan solusi atas permasalahan jumlah
pengangguran intelektual yang ada saat ini.

Selain itu juga bisa menjadi arena untuk meningkatkan kualitas SDM
dalam penguasaan IPTEK, sehingga kita bisa mempersiapkan tenaga handal
ditengah kompetisi global. Salah satu cara untuk mempersiapkan seorang
tecnopreneurship ialah dengan memberikan dasar-dasar dalam technopreneur,
yakni memberikan bekal dimana salah satunya ialah teknologi komunikasi dan
informatika. Dimana teknologi ialah salah satu dasar penting yang harus dimiliki
seorang entrepreneur untuk menjadi seorang technopreneur. Salah satu jurusan di
perguruan tinggi yang menjalankan program perkuliahan dengan berbasiskan
technopreneur adalah jurusan TI.

Secara teknis, implementasi pendidikan berbasis technopreneurship ini,


sama saja seperti perkuliahan pada umumnya, hanya saja pada 2 semester pertama
6

secara intensif para mahasiswa diberikan pelatihan (training) sebagai pondasi


awal berupa 5 penguasaan bahasa pemrograman (VB.Net/C#/Java) atau disain
grafis 3D, WEB, dan ini disesuaikan dengan kebutuhan dunia industri TI saat itu.

2.2.1 Aspek Pembentukan Karakter Technopreneurship

Berikut adalah beberapa aspek yang harus diperhatikan untuk menjadi seorang
technopreneur selain menyiapkan pengetahuan tentang teknologi :

1. Menggali diri

Kunci untuk mengidentifikasi jiwa pengusaha adalah dengan cara melihat


karakter seseorang, khususnya pada hal-hal yang menjadi kebiasaan, alami dan
dilakukan dengan baik. Setiap dari kita, memiliki susunan karakter tertentu yang
menjadikan kita, apa adanya. Digunakan kata Tema Karakter untuk
menggambarkan unsur-unsur yang membentuk susunan karakter.Mengetahui
Tema Karakter Seseorang adalah permulaan. Tema Karakter adalah inti, seperti
pusat bola salju yang mengumpulkan lebih banyak salju ketika menggelinding
menuruni bukit. Ia mengumpulkan pengetahuan dan pengalaman dalam
prosesnya. Tema Karakter membentuk pengetahuan dan pengalaman dalam satu
wilayah yang berhubungan.

Bila seseorang dengan kreativitas sebagai tema karakter yang dominan,


akan memiliki kemampuan lebih untuk mengatasi situasi yang membutuhkan
adaptasi dan perubahan dibandingkan dengan yang memiliki tema karakter
dengan kreativitas yang lebih rendah. Pengalaman Hidup dapat mengembangkan
dan memperkuat tema karakter, tetapi dapat juga menguranginya. Pendidikan dan
latihan juga memberikan bentuk dan ukuran bola salju, pentingnya mengetahui
tema karakter kita tidak dapat diremehkan sebaliknya semakin cepat kita
mengetahuinya akan lebih baik. Wirausahawan memiliki enam tema karakter
utama yang membentuk akronim:
7

F (Focus) untuk fokus,

A (Advantage) untuk keuntungan,

C (Creativity) untuk kreativitas,

E (Ego) untuk ego,

T (Team) untuk tim,

S (Social) untuk sosial

2. Kemampuan yang Diperlukan

Keterampilan yang dibutuhkan oleh para pengusaha dapat dikelompokkan


menjadi tiga area utama: keterampilan teknis seperti menulis, mendengarkan,
presentasi lisan, pengorganisasian, pembinaan, bekerja dalam tim, dan teknis
tahu-bagaimana(know-how), keterampilan manajemen usaha termasuk hal-hal
dalam memulai, mengembangkan, dan mengelola 6 perusahaan. Keterampilan
dalam membuat keputusan, pemasaran, manajemen, pembiayaan, akuntansi,
produksi, kontrol, dan negosiasi juga sangat penting dalam membangun dan
mengembangkan usaha baru.Keterampilan terakhir melibatkan keterampilan
kewirausahaan.Beberapa keterampilan ini, membedakan pengusaha dari manajer
termasuk disiplin, pengambil risiko, inovatif, teguh, kepemimpinan visioner, dan
yang berorientasi perubahan.

3. Memulai usaha

Ada empat subkategori menjadi wirausahawan:

1. Penemu, mendefinisikan konsep, unik, baru, penemuan atau metodologi

2. Inovator, menerapkan sebuah teknologi baru atau metodologi untuk


memecahkan masalah baru.

3. Marketer, mengidentifikasi kebutuhan di pasar dan memenuhinya dengan


produk baru atau produk substitusi yang lebih efisien.
8

4. Oportunis, pada dasarnya sebuah broker, pialang, yang menyesuaikan antara


kebutuhan dengan jasa diberikan dan komisi.

2.3 PERKEMBANGAN TECHNOPRENEURSHIP DI ASIA

Jika kita menengok ke 2 -3 dekade yang lalu, maka sebut saja Taiwan,
Korea Selatan dan Singapura masih digolongkan sebagai Negara Berkembang.
Namun sekarang negara-negara ini telah menjadi negara maju dengan
perekonomian yang didasarkan pada Industri teknologi. Perkembangan Korea
diawali dengan industri tradisional kemudian diikuti oleh industri semikonduktor.
Sedangkan Singapura memiliki kontrak di bidang elektronik dengan perusahaan-
perusahaan barat kemudian diikuti juga oleh manufaktur semikonduktor. Taiwan
terkenal dengan industri asesoris komputer pribadi (PC). Rahasia lain yang
membuat perkembangan negara-negara ini melejit adalah adanya inovasi.

Inovasi di bidang teknologi Informasi inilah yang juga membuat India


berkembang dan menjadi incaran industri dunia barat baik bagi outsourcing
maupun penanaman modal. Contoh teknologi yang dikembangkan oleh India
adalah sebuah Handheld PC yang disebut sebagai simputer. Simputer
dikembangkan untuk pengguna pemula dan dari sisi finansial adalah pengguna
kelas menengah bawah. Simputer dijalankan oleh prosesor berbasis ARM yang
murah dan menggunakan sistem operasi berbasis opensource. Harga di pasaran
adalah sekitar $200.

Inovasi India yang luar biasa datang dari perusahaan Shyam Telelink Ltd.
Shyam Telelink memperlengkapi becak dengan telefon CDMA yang berkekuatan
175 baterai. Becak inipun diperlengkapi juga dengan mesin pembayaran otomatis.
Penumpang becak bisa menelpon dan tarif yang dikenakan adalah sekitar 1.2
rupee per 20 menit. Lalu perusahaan ini mempekerjakan orang 7 yang tidak
memiliki keahlian untuk mnegemudikan becak. Upah para pengemudi becak
tidak didasarkan pada gaji yang tetap namun merupakan komisi sebesar 20% dari
tiap tarif telepon yang diperoleh (Wireless week, 2003).
9

Di Filipina, perusahaan telepon SMART mengembangkan metode untuk


melayani transfer pengiriman uang dari para pekerja Filipina yang diluar negeri
melalui telepon seluler dengan SMS. Menurut laporan Asian Development Bank
(ADB), SMART dapat meraup sekitar US $14 – 21 trilyun per tahunnya dari
biaya transfer program ini.

China mengikuti jejak yang sama. Perusahaan-perusahaan China mulai


menunjukkan kiprahnya di dunia internasional. Akuisisi IBM oleh perusahaan
China Lenovo di tahun 2004 dan akuisisi perusahaan televisi Perancis Thomson
oleh Guangdong membuktikan bahwatechnoprenuership di China semakin kukuh.

Studi Posadas menunjukkan bahwa technopreneurship di Asia


berkembang disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, faktor inovasi yang
diinsiprasikan oleh Silicon Valley. Jika revolusi industri Amerika di abad 20 yang
lalu dipicu oleh inovasi yang tiada henti dari Silicon valley, maka negaranegara
Asia berlomba untuk membangun Silicon Valley mereka sendiri dengan
karakteristik dan lokalitas yang mereka miliki.

Kedua, Inovasi yang dibuat tersebut diarahkan untuk melepaskan diri dari
ketergantungan dunia barat. Sebagian besar teknologi yang diciptakan oleh dunia
barat diperuntukkan bagi kalangan atas atau orang/instansi/perusahaan yang kaya
dan menciptakan ketergantungan pemakaiannya. Sementara itu sebagian besar
masyarakat (baca pasar) Asia belum mampu memenuhi kriteria pasar teknologi
barat tersebut. Masih banyak masyarakat asia yang memiliki penghasilan dibawah
$1 per hari, sehingga mereka tidak memiliki akses ke teknologi yang diciptakan
oleh dunia barat. Ini merupakan peluang yang besar bagi para teknopreneur untuk
berinovasi dalam menciptakan sebuah produk teknologi yang menjangkau
masyarakat marginal.
10

2.4 PERKEMBANGAN TECHNOPRENEURSHIP DI INDONESIA

Sebagian besar wacana di negara kita mengarahkan technopreneurship


seperti dalam definisi kedua di atas. Baik dalam seminar, lokakarya dan berita,
maka bisa dijumpai bahwa pemakaian teknologi Informasi dapat menunjang
usaha bisnis. Terlebih dimasa krisis global seperti sekarang ini, maka peluang
berbisnis lewat Internet semakin digembar-gemborkan. Ada kepercayaan bahwa
technopreneurship menjadi solusi bisnis dimasa lesu seperti ini. Sebagai contoh,
penggunaan perangkat lunak tertentu akan mengurangi biaya produksi bagi
perusahaan mebel. Jika sebelumnya, mereka harus membuat prototype dengan
membuat kursi sebagaisample dan mengirimkan sample tersebut, maka dengan
pemakaian perangkat lunak tertentu, maka perusahaan 8 tersebut tidak perlu
mengirimkan sample kursi ke pelanggan, namun hanya menunjukkan desain kursi
dalam bentuk soft-copy saja. Asumsi ini tidak memperhitungkan harga lisensi
software yang harus dibeli oleh perusahaan mebel tersebut.

Jika technopreneurship dipahami seperti dalam contoh-contoh ini, maka


kondisi ini menyisakan beberapa pertanyaan: Apakah benar technopreneurship
mampu menjadi solusi bisnis di masa kini? Akan dibawa kemanakah arah
technoprenership di negara kita? Menurut hemat penulis, technopreneurship yang
dipahamai dalam makna yang sesempit ini justru akan menjadi bumerang bagi
pelaku bisnis, karena ini akan menciptakan ketergantungan terhadap teknologi
buatan barat. Dan ini tidak sejalan dengan semangat technopreneurship yang
dikembangkan oleh negaranegara Asia lainnya. Selain itu, inovasi yang
berkembang belum mampu melepas ketergantungan tersebut karena masih
berskala individu, seperti inovasi dan kreatifitas dalam pembangunan website,
penggunaan teknologi web 2.0 sebagai media promosi. Inovasi yang diharapkan
adalah inovasi dalam pengembangan kapasitas lokal dengan basis teknologi dari
dunia barat, sehingga hasil inovasi tersebut mampu melepaskan kita dari
kungkungan ketergantungan penggunaan lisensi dan ketergantungan teknologi
barat.
11

Untuk dapat menuju ke arah yang sama seperti negara-negara tetangga kita
lainnya, maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan dekonstruksi
pemahaman technopreneurship. Ini penting sekali karena kita semua tahu bahwa
persepsi menentukan aksi. Dengan pemahaman technopreneurship seperti dalam
definisi pertama maka akan memungkinkan bermunculannya para
technopreneurship sejati yang akan membawa Indonesia berjalan bersamasama
dengan India, Korea Selatan maupun Taiwan.

3.4 Tecnopreuner Ship Sebagai Pengurangan Tingkat Pengangguran Indonesia

Kemiskinan dan pengangguran yang menjadi masalah bagi pemerintah


Indonesia dari tahun ke tahun. Dengan wirausaha tentunya kita juga membuka
peluang kerja yang sangat banyak dan juga sebagai wadah lapangan pekerjaan
yang sempit. Mengkombinasikan IT dengan keterampilan juga lebih cepat untuk
mengurangi yang tinggi. Perekonomian Negara Indonesia semakin menurun.
Banyaknya masalah yang dihadapi Indonesia seperti tingkat pengangguran yang
terus melonjak,tingkat kemiskinan yang tinggi dan juga lapangan pekerjaan yang
kurang memadai .

Terbukti pada data Badan Pusat Statistik tingkat pengganguran pada tahun
2012 yaitu tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2012
mencapai 6,32% atau 7,61 juta orang. Jumlah ini turun 6% dari Februari 2012
yang sebesar 8,12 juta orang. Kepala BPS Suryamin mengatakan, angka
persentase pengangguran 6,32% di Februari 2012 9 turun dibandingkan Agustus
2011 yang sebesar 6,56% dan Februari 2011 yang sebesar 6,8%. Menurut kepala
BPS bahwa pada Februari 2011 adalah 8,12 juta, Agustus 2011 adalah 7,7 juta,
dan Februari 2012 adalah 7,61 juta, terus menurun. Sedangkan menurut BPS
tingkat kemiskinan tahun 2012 juga menurun sekitar 3,2 %. BPS menghitung,
jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2011 sebanyak 30,02 juta
orang. Jumlah ini mengalami penurunan 1 juta orang atau 3,2% dibandingkan
dengan penduduk miskin pada Maret tahun lalu yang mencapai 31,02 juta orang.
12

Sekilas angka tersebut memang lebih baik dari tahun sebelumnya itu
terjadi karena faktor pendorong turunnya jumlah penduduk miskin di Indonesia
disebabkan oleh tingkat inflasi yang rendah, membaiknya kondisi perekonomian
Indonesia, upah buruh naik, dan adanya perbaikan penghasilan petani.

Angka kemiskinan sangat mempengaruhi laju perekonomian Negara.


Semakin meningkatnya pengangguran itu juga menyebabkan tingkat kemiskinan
meningkat. Selain itu juga meningkatnya kematian masyarakat karena apabila
tingkat kemiskinan meningkat maka manusia tak dapat mencukupi kebuhan
hidup.

Pengganguran ini terjadi karena peningkatan jumlah angkatan kerja di


suatu daerah tidak diimbangi dengan peningkatan daya serap lapangan kerja.
Penganguran merupakan masalah pokok dalam suatu masyarakat modern. Situasi
ini menimbulkan kelesuan ekonomi yang berpengaruh pula pada emosi
masyarakat.

Untuk itu harus mencari solusi guna mengurangi tingkat pengangguran


dan menampung tenaga kerja yang semakin melonjak. Entrepreneurship adalah
langkah cerdas untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran.
Entrepreneur muda yang jumlahnya tidak begitu banyak di Indonesia, kini
pemerintah harus mampu memberikan modal untuk berwirausaha. Ternyata
bukan hanya modal saja yang di perlukan dalam beriwrausaha namun juga jiwa
wirausaha dari individu itu sendiri.

Kunci sukses berwirausaha adalah keyakinan , impian ,aksi dan doa.


Yakin bahwa anda mampu menjadi wirausaha yang sukses .Impian yang tinggi
untuk mendorong kita melakukan suatu hal yang berguna ,tentunya dalam
berwirausaha. Aksi adalah hal terpenting dalam berwirausaha, karena tanpa aksi
kita tidak akan dekat dengan impian kita. Setelah semua usaha anda lakukan
berdoalah kepada sang Maha Pencipta dan hanyalah Tuhan yang menetukan
semuanya.kita sebagai manusia hanya bisa berusaha dan berusaha. Suatu
perusahaan juga dapat bekerja sama dengan sekolah kejuruan ataupun kampus
13

untuk menyediakan kesempatan bagi siswa dan mahasisa untuk magang


pada perusahaan tersebut. Selain itu pemerintah juga harus mempertegas kepada
perguruan Tinggi yang ada di Indonesia untuk memasukan kurikulum baru
berbasis entrepreneur. Karena masih banyak kampus-kampus belum memasukan
kurikulum ini. Efeknya sangat besar sekali terhadap pengangguran. Tahun 2009
sarjana yang menganggur mencapai 900.000 akan sangat menyedihkan bila
hampir tiap tahun Perguruan tinggi yang ada di Indonesia menambah beban
bangsa ini dengan menambah jumlah pengangguran.

Sumber daya alam Indonesia yang selama ini dijual dalam keadaan mentah
tanpa diolah, namun dengan teknologi dan seni bisnis dari para pengusaha muda
dapat diolah menjadi produk yang memiliki nilai tambah. Berbagai kebutuhan
hidup dapat dipenuhi dengan produksi dalam negeri sehingga tercipta
kemandirian ekonomi bangsa. Selain itu sangat memungkinkan memproduksi
untuk keperluan ekspor sehingga akan menambah cadangan devisa negara.

Faktanya, saat ini sudah sudah ada program pemerintah yang diberikan
untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan di masyarakat seperti PNPM
Mandiri. Bahkan program wirausaha ini juga sudah sampai ke kampus-kampus
melalui wirausaha mandiri. Untuk itu kita harus bisa memanfaatkan program
tersebut, sebab program tersebut tidak akan berhasil jika tidak bisa dimanfaatkan
oleh masyarakat.

Berwirausaha dengan menggunakan teknologi yang sudah canggih dan


alhasil menggiurkan bagi pengangguran. Banyak sekali cara untuk berwirausaha
antara lain berjualan online di internet maupun facebook yang dapat mengeruk
keuntungan yang sangat besar.

Dengan adanya teknologi yang handal seharusnya kita dapat


memanfaatkan hal tersebut utuk menunjang berwirausaha kita. Wirausaha harus
dilakukan secara continue. Dampak yang 11 ditimbulkan dengan adanya
wirausaha adalah meningkatnya generasi produktif untuk mengurangi kemiskinan
dan pengangguran.
14

3.5 Persaingan Teknologi Dalam Technopreneurship di Indonesia

Globalisasi, inovasi teknologi dan persaingan yang ketat pada abad ini
memaksa perusahaanperusahaan mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya.
Agar dapat terus bertahan, perusahaan-perusahaan mengubah dari bisnis yang
didasarkan pada sumber daya (resourcesbased business) menuju (bisnis
berdasarkan pengetahuan), dengan karakteristik utama ilmu pengetahuan. Ketika
pencapaian utama perusahaan adalah sustainable competitive advantage atau
pencapaian daya saing bisnis berkelanjutan, maka manajemen perusahaan akan
didorong pada proses pencapaian dan pengembangan pengetahuan sebagai
strategi bersaing perusahaan.

Competitiveness juga didorong oleh perkembangan teknologi yang


semakin canggih dan cepat, ketertinggalan dalam penguasaan teknologi akan
berdampak pada kesulitan untuk memenangkan persaingan, baik itu di level
negara atau organisasi. Persaingan antar negara ditandai dengan peningkatan
skala produksi yang dapat dihasilkan, investasi langsung yang dating dari luar
negeri dan peningkatan standar hidup masyarakat. Merujuk pada hasil pertemuan
Word Economic Forum (WEP), keunggulan kompetitif negara dihasilkan oleh
dua factor utama yaitu kompetitif dalam pertumbuhan dan kompetitif pada
mikroekonominya. keunggulan kompetitif ini dihasilkan oleh factor penguasaan
teknologi, peran instutusi publik dan sumber daya makroekonomi.

Daya saing seperti inilah yang dewasa ini menurun bagi Indonesia,
peranan produk nasional yang di hasilkan oleh peran tenologi tinggi masih sangat
rendah, produksi Indonesia masih didominasi oleh hasil teknologi rendah dan
menengah, konsekwensinya adalah Indonesia sulit untuk memperoleh keungulan
kompetitif, karena kapabilitas teknologinya masih rendah. Dengan kata lain
upaya yang paling layak untuk di kedepankan adalah bagaimana meningkatkan
penguasaan tekologi untuk meningkatkan daya saing, baik itu pada level
organisasi maupun level negara.
15

Salah satu jawabannya adalah dengan konsep penerapan


technopreneurship untuk mencapai keunggulan masa yang akan datang.
Prespektif bisnis masa yang akan datang harus dibangun dari pondasi penguasaan
teknologi, konsepsi ini memerlukan sinergi antara penguasaan teknologi dan
kapasitas pembangunan, kemudian teknologi di trasformasikan menjadi dasar
bisnis. Esensinya adalah techonopreneurship sebagai pembangunan yang berbasis
pada teknologi atau Technologybusiness-based.

Pada level negara diperlukan sinergitas antara teknologi dan


pembangunan, seperti sinkronisasi antara pemerintah dan peraturan bisnis, dalam
jangka panjang sinergi ini akan menciptakan pertumbuhan berkelanjutan, dan
dengan dukungan teknologi yang maksimal yang pada akhirnya akan
menciptakan peluang sebagai motor penggerak pertumbuhan.

Kondisi yang sama diterapkan pada level bisnis atau organisasi, organisasi
yang ingin mencapai keunggulan kompetitif berkelanjutan adalah organisasi yang
berbasis pada penguasaan teknologi dan menjadi teknologi sebagai motor
penggerak organisasinya.

Di zaman modern sekarang telah banyak technopreneur yang berhasil


melakukan komersial tekhnologi, sehingga menjadi sebuah produk yang diterima
secara luas di pasar. Salah satu contohnya produk mobil ford yang diciptakan
oleh Henry Ford. Begitupun di negara Indonesia, banyak technopreneur yang
sukses dan berhasil menciptakan produk-produk yang berbasis tekhnologi. Saat
ini perkembangan tekhnopreneurship di Indonesia semakin pesat. Banyak
penemuan dan ide-ide baru yang diciptakan oleh entrepreneur indonesia, berbagai
kemajuan yang dicapai diawali dengan riset dan penemuan baru didalam bidang
tekhnologi yang kemudian dikembangkan sedemikian rupa sehingga memberikan
keuntungan bagi penciptanya dan masyarakat pengguna. Fenomena
perkembangan bisnis dalam bidang tekhnologi di Indonesia, diawali dari sebuah
ide-ide kreatif dibeberapa pusat penelitian yang mampu dikembangkan sehingga
memiliki nilai jual di pasar.
16

Pada saat ini perkembangan bisnis dalam bidang tekhnologi, sebagian


besar dihasilkan dari sinergi antara technopreneur yang umumnya berpartisifasi
dengan berbagai pusat riset, dengan penyediaan modal yang akan digunakan
dalam berbisnis. Hubungan tersebut akan mendorong pada perkembangan bisnis
tekhnologi yang ada dibeberapa negara. Jika kita perhatikan, di negara kita saat
ini, telah banyak penemuan-penemuan baru yang diciptakan oleh tekhnopreneur.
Bahkan sekarang banyak entrepreneur-entrepreneur yang lahir yang akan
mengembangkan Indonesia.

Perkembangan technopreneurship di Indonesia dalam 5 tahun kedepan


akan pesat sekali. Akan lahir penemuan-penemuan baru yang diciptakan oleh
entrepreneur-entrepreneur yang akan menciptakan sebuah inovasi yang tidak ada
menjadi ada, dan yang tidak mungkin menjadi mungkin, baik dalam segi
ekonomi, maupun tekhnologinya. Dalam perkembangan 5 tahun kedepan
tekhnologi akan terus meningkat semakin canggih dan semakin meluas di
masyarakat. Seperti akan terciptanya mobil terbang, sepatu terbang, robot
pembantu rumah tangga, kipas angin tanpa listrik, dan sebagainya.

Sekarang pemerintah telah menciptakan banyak pendidikan yang bertujuan


untuk mencetak anak-anak bangsa supaya indonesia maju. Salah satunya adalah
Universitas Surya University yang didirikan oleh prof. Yohanes Surya, Ph.D di Jl.
Scientia Boulevard Blok U/7 Summarecon Serpong, Tangerang-Banten.
Didalamnya mencetak anak-anak menjadi orang yang hebat khususnya
technopreneurship yang akan membawa perkembangan tekhnologi di Indonesia
dan memiliki kompetensi tinggi yang mampu mencetak gengerasi dengan jiwa
wirausaha. Perkembangan technopreneurship di Indonesia juga memerlukan
kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait secara integral, pemerintah
memiliki peran besar dalam pembuatan aturan yang mendorong iklim usaha
kompetitif dan pemberdayaan, lembaga keuangan memiliki peran dalam
peningkatan kapasita usaha, perguruan tinggi berperan dalam riset dan
pengembangan terhadap teknologi tepat guna, termasuk program industrial
17

cluster dan incubator bisnis, berkaitan juga dengan pembangunan sumber daya
manusia dan lainnya, yang semuanya dapat dikoordinasikan oleh pemerintah.

Tujuan jangka panjangnya adalah peningkatan kemampuan penciptaan


laba oleh perusahaan berbasis teknologi tersebut, wirausahawan juga harus
menempatkan strategi level bisnisnya yang mendorong inovasi dan kreatifitas dan
pemerintah juga mendorong peningkatan level usaha kearah persaingan tingkat
internasional. Peran pemerintah dalam membangun budaya kewirausahaan juga
sangat penting dalam peningkatan mutu dan membangun spirit transpormasi
kewirausahaan Indonesia dari konvensional kea rah wirausaha berbasis teknologi.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Menjadi seorang technopreneurship merupakan salah satu alternatif dalam


menunjang kebutuhan financial saat ini. Dengan dukungan besarnya kebutuhan
akan teknologi informasi disegala bidang menjadikan technopreneurship menjadi
suatu bidang karir yang memiliki prospek yang baik. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk menjadi seorang technopreneurship adalah

1. Pengetahuan akan teknologi informasi

2. Memiliki jiwa entrepereneur yang meliputi sikap untuk menggali diri,


mengetahui keterampilan yang dimilikinya kemudian berani untuk memulai
usaha

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Gani, Dedeng. 2009. “Technopreneurship”. Program Pascasarjana


Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran. Bandung

Arifin, Syamsul. 2012. “Trend Solusi Bisnis Masa Kini”.

http://syamsulgunadarma.blogspot.com/2012/11/trend-solusi-bisnis-masa-
kini.html. Diakses pada tanggal 09 A 2020.

Dana, L.P. 2007. “Asian Models of Entrepreneurship from Indian Union and the
Kingdom of Nepal to the Japanese Archipelago: Context, Policy, and Practice”.
New Jersey: World Scientific Publishing Co.

Darmanto, Mala. 2013. “Kewirausahaan”.

http://ono.suparno.staff.ipb.ac.id/articles/technopreneurship-2/. Diakses tanggal


10 April 2020.

Suparno, Ono. 2008. “Technopreneurship”

http://techno009.blogspot.com/2020/04/kewirausahaan.html. Diakses tanggal 09


April 2020

http://finance.detik.com/read/2012/05/07/141833/1911053/4/bps-jumlah-
pengangguran-di-indonesia761-juta-turun-6

http://www.google.com/imgres?imgurl=http://1.bp.blogspot.com/-
http://alihasyim.blogspot.com/2012/04/technopreneur-bagi-mahasiswa.html

http://aa-technopreneur.blogspot.com/2009_04_01_archive.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Wirausahawan
http://lilisdayani71.wordpress.com/2013/09/16/technopreneurship/

19

Anda mungkin juga menyukai