IVP Urothilitiasis
IVP Urothilitiasis
PENDAHULUAN
1
post injeksi kontras AP 5 menit, 15 menit, 30 menit, dan foto post miksi.
Pada dasarnya teknik pemeriksaan yang digunakan sesuai dengan standar
hanya terdapat beberapa perbedaan pada proyeksi yang digunakan.
Berdasarkan uraian di atas dan untuk mengkaji lebih jauh tentang
pemeriksaan BNO IVP pada kasus urolithiasis, penulis mengangkatnya pada
laporan kasus dengan judul “TEKNIK PEMERIKSAAN BNO IVP
PADA PENDERITA UROLITHIASIS DI RSUD BREBES”.
2
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN berisi Latar belakang masalah, Rumusan
masalah, Tujuan penulisan, dan Sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA berisi Anatomi, Fisiologi, Patologi,
Prosedur pemeriksaan, Indikasi dan Kontra indikasi, Teknik
pemeriksaan
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN berisi tentang Hasil penelitian dan
Pembahasan
BAB IV PENUTUP berisi tentang Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6 7
5 2
2
1
3
3
4
4
8
9
10
1. Si1. Sistem Urinaria stem Urinaria 2. Sistem Urinaria
Keterangan Gambar :
1. Ginjal Kanan
2. Ginjal Kiri
3. Ureter
4. Vesika Urinaria
5. Suprarenal Gland
6. Vena Cava Inferior
7. Aorta
8. Rectum
9. Prostat
10. Anal
4
belakang dari rongga abdomen, dibungkus lapisan lemak yang tebal.
Ginjal terdiri dari dua buah yaitu bagian kanan dan bagian kiri.
Ginjal kanan lebih rendah dan lebih tebal dari ginjal kiri, hal ini
karena adanya tekanan dari hati. Letak ginjal kanan setinggi lumbal I
sedangkan letak dari ginjal kiri setinggi thorakal XI dan XII.
Bentuknya seperti biji kacang tanah dan margo lateralnya berbentuk
konveks dan margo medialnya berbentuk konkav. Panjangnya sekitar
4,5 inchi (11,25 cm), lebarnya 3 inchi (7,5cm), dan tebalnya 1,25
inchi (3,75cm). Bagian luar dari ginjal disebut dengan substansia
kortikal sedang bagian dalamnya disebut substansia medularis dan
dibungkus oleh lapisan yang tipis dari jaringan fibrosa. Nefron
merupakan bagian terkecil dari ginjal yang terdiri dari glomerulus,
tubulus proksimal, lengkung hendle, tubulus distal, dan tubulus
urinarius (papilla vateri). Pada setiap ginjal diperkirakan ada
1.000.000 nefron, selama 24 jam dapat menyaring darah 170 liter,
arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke ginjal. Lubang-
lubang yang terdapat pada pyramid renal masing-masing membentuk
simpul dan kapiler suatu badan malphigi yang disebut glomerulus.
Pembuluh afferent bercabang membentuk kapiler menjadi vena
renalis yang membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior.
Fungsi ginjal antara lain :
a. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksik
atau racun
b. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan
c. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan
tubuh
d. Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain
dalam tubuh
e. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein
ureum, kreatinin, dan amoniak.
5
2
1 4
6
8
Keterangan Gambar :
1. Papilla Renal
2. Substansi Kortikal
3. Sinus Renal
4. Substansi Medulary
5. Pyramid
6. Kalik Minor
7. Kalik Mayor
8. Pelvik Renal
6
2.1.3 Ureter
Ureter adalah lanjutan dari renal pelvis yang panjangnya
antara 10 sampai 12 inchi (25-30 cm), dan diameternya sekitar 1 mm
sampai 1 cm. Ureter terdiri atas dinding luar yang fibrus, lapisan
tengah yang berotot, dan lapisan mukosa sebelah dalam. Ureter
mulai sebagai pelebaran hilum ginjal, dan letaknya menurun dari
ginjal sepanjang bagian belakang dari rongga peritoneum dan di
depan dari muskulus psoas dan prosesus transversus dari vertebra
lumbal dan berjalan menuju ke bawah dan belakang serta di depan
dari sayap os sacral, kemudian melengkung pada bagian anterior dan
medialnya dan selanjutnya masuk ke kandung kemih melalui bagian
posterior lateral. Pada ureter terdapat 3 daerah penyempitan
anatomis, yaitu :
a. Uretropelvico junction, yaitu ureter bagian proksimal mulai dari
renal pelvis sampai bagian ureter yang mengecil
b. Pelvic brim, yaitu persilangan antara ureter dengan pembuluh
darah arteri iliaka
c. Uretropelvico junction, yaitu ujung ureter yang masuk ke dalam
vesika urinaria (kandung kemih)
Ureter berfungsi untuk menyalurkan urine dari ginjal ke
kandung kemih. Gerakan peristaltic mendorong urine melalui ureter
yang diekskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk
pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.
(Syaifuddin, 1997).
7
(berhubungan dengan rectal ampula pada laki-laki, serta uterus
bagian atas dari kanalis vagina pada wanita), korpus, dan korteks.
Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan peritoneum (lapisan
sebelah luar), tunika muskularis (lapisan otot), tunika submukosa,
dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam). Kandung kemih
bervariasi dalam bentuk, ukuran, dan posisinya, tergantung dari
volume urine yang ada di dalamnya. Secara umum volume dari
vesika urinaria adalah 350-500 ml.
Kandung kemih berfungsi sebagai tempat penampungan
sementara (reservoa) urine, mempunyai selaput mukosa berbentuk
lipatan disebut rugae (kerutan) dan dinding otot elastis sehingga
kandung kencing dapat membesar dan menampung jumlah urine
yang banyak. (Pearce, 1999).
3
4
5
Keterangan Gambar :
1. Ureter
2. UV Junction
3. Trigone
4. Uretra
5. Prostate
8
2.1.5 Uretra
Uretra adalah saluran sempit yang terdiri dari mukosa
membrane dengan muskulus yang berbentuk spinkter pada bagian
bawah dari kandung kemih. Letaknya agak ke atas orivisium internal
dari uretra pada kandung kemih, dan terbentang sepanjang 1,5 inchi
(3,75 cm) pada wanita dan 7-8 inchi (18,75 cm) pada pria. Uretra
pria dibagi atas pars prostatika, pars membrane, dan pars kavernosa.
Uretra berfungsi untuk transport urin dari kandung kemih ke
meatus eksterna, uretra merupakan sebuah saluran yang berjalan dari
leher kandung kemih ke lubang air. (Pearce, 1999).
9
2.2.2 Infeksi Ginjal
Termasuk pielitis, pielonefritis, dan nefritis suppuratif akuta
dapat ditimbulkan oleh penyakit tuberkulosa atau penyakit ganas
pada ginjal.
10
f. Kista tunggal
Kista tunggal berada di dalam parenkim, kelainan ini
didapat. Adanya radang harus dipertimbangkan jika nilai densitas
tinggi ditas 20 HU, terutama jika ditemukan penebalan dinding.
Hal ini juga dapat didemonstrasikan pada hipernefroma yang
nekroik.
11
g. Obstruksi ginjal (renal obstruction), adalah obstruksi pada ginjal
yang disebabkan oleh batu, trombosis, atau trauma.
h. Penyakit ginjal polikistik (polycystic kidney disease), yaitu suatu
penyakit ginjal yang ditandai dengan banyaknya kista yang tidak
teratur pada satu atau kedua ginjal.
i. Cystitis, yaitu peradangan pada vesika urinaria
12
histamine, dan infuse set. Sedangkan alat bantu non steril
antara lain bengkok, plester, dan handscoen.
13
reaksi ringan ini bisa disebabkan adanya rasa takut
terhadap suntikan (response to fear).
Reaksi ringan sifatnya tidak menimbulkan
bahaya dan jarang digunakan obat anti histamine.
b. Reaksi Sedang (Moderate)
Jenis reaksi sedang antara lain timbul
kemerahan yang telah melampaui batas (excessive
urticaria) ataupun muntah yang jumlahnya melebihi
keadaan biasa walaupun yang dimuntahkan berupa
cairan, dan bisa juga timbul bintik-bintik kemerahan
yang besar dan gatal. Bintik kemerahan ini biasanya
terlihat pada lengan atas dekat ketiak, pada daerah
pangkal paha, dan juga di belakang daun telinga.
Pasien yang mengalami reaksi sedang diberikan
pertolongan sederhana dengan diberikan suntikan anti
histamine untuk menetralisir bahan kontras tersebut.
c. Reaksi Berat (Severe)
Reaksi berat biasanya ditandai dengan
menurunnya tekanan darah, berhentinya detak jantung
dan juga pernafasan (cardiac or respiratory arrest),
kesadaran akan hilang, timbul kebiru-biruan, susah
bernafas, sesak. Keterlambatan menolong pasien dalam
reaksi kontras yang berat ini akan menimbulkan
kematian. Pemunculan dari reaksi bahan kontras ini
sifatnya bisa segera dan bisa juga timbul belakangan.
Untuk mengetahui timbulnya reaksi dari bahan kontras
maka sejak penyuntikan pasien jangan ditinggalkan
sendirian dan selalu tanyakan apakah ada reaksi yang
dirasakan akibat dari penyuntikan bahan kontras
tersebut.
14
Jenis reaksi ini sifatnya segera mendapatkan
pertolongan baik dengan pemberian obat-obatan
ataupun alat bantu lainnya. Sebagai penanggulangan
maka pada bagian instalasi radiology harus tersedia
suatu trolly (emergency respons cart) dan dilengkapi
antara lain jarum suntik dan berbagai jenis obat-obatan
emergency, peralatan untuk pemulihan jantung
(cardiovascular resuscitation equipment), oksigen
portable, penyedot (suction), alat pengukur tekanan
darah, alat monitor, dan obat anti histamine seperti
deladryl, kortison, avil, kalmetason dan lain-lain.
Untuk mencegah terjadinya berbagai reaksi
yang mungkin ditimbulkan maka perlu dilakukan test
sensitifitas dengan memasukkan media kontras ke tubuh
pasien untuk melihat kerentanan terhadap media
kontras. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
a. Skin Test
Memasukkan media kontras beberapa cc di
bawah kulit secara intrakutan kemudian ditunggu
beberapa menit, jika timbul benjolan merah berarti
sensitive. Untuk pasien ruangan dilakukan dengan
cara memoleskan yodium di permukaan kulit,
ditutup kassa dan diplester.
b. Test Langsung
Memasukkan media kontras 2 cc melalui
intravena. Pada pasien yang tidak tahan terhadap
media kontras dapat terjadi reaksi mayor atau
minor. Reaksi minor ditunjukkan dengan gejala-
gejala seperti mual, gatal, mata merah, sesak nafas,
muka menjadi sembab. Reaksi mayor dapat
15
ditunjukkan dengan gejala-gejala seperti kolaps
pembuluh darah tepi, kejang, dan denyut jantung
berhenti, keadaan ini diikuti dengan badan terasa
dingin. (Rassad, 1998).
Berikut adalah jenis-jenis bahan kontras
yang biasa digunakan pada pemeriksaan system
urinaria, baik jenis ionic maupun non ionic.
a. Urografin 60 % dan 76 %
b. Iopamiro 300
c. Urovison 58 %
d. Triosil 75 %
e. Hypaque 45 %
f. Conray 280, 325, 420
g. Telebrix 35
16
d. Pada pagi harinya pasien diberi dulkolak supositoria 2 butir
untuk lavement.
e. Pasien dilarang merokok dan banyak bicara.
f. Pasien disuruh buang air kecil sebelum pemeriksaan dimulai.
g. Kadar ureum dan kreatinin harus dalam keadaan normal.
17
ÿ Ganjal
kedua lutut untuk mengurangi ketegangan
dan pergerakan
Posisi obyek : ÿ Mid Sagittal Plane ditempatkan pada
pertengahan kaset/meja pemeriksaan
ÿ Usahakan
daerah simfisis pubis tidak terpotong
Tidak ada rotasi pada pelvis dan anggota
gerak lainnya
Arah sinar : Arah sinar vertical tegak lurus kaset
Pusat sinar : Titik bidik pada Mid Sagittal Plane tubuh
setinggi garis yang menghubungkan Krista
illiaka kanan kiri
FFD : 100 cm
Eksposi : Saat ekspirasi dan tahan nafas
Kriteria radiograf : ÿ Tampak organ abdomen secara keseluruhan
ÿ Tidak ada
rotasi tubuh
ÿ Simetris
kanan kiri
ÿ Gambaran
vertebrae berada pada pertengahan radiograf
ÿ Tampak
jaringan fat line
ÿ Thoracal
12 harus tampak
ÿ Simfisi
pubis masuk dalam lapangan penyinaran
18
2.5.2.1 Jenis Penyuntikan Media Kontras
Penyuntikan media kontras pada pemeriksaan BNO
IVP dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a. Secara Bolus
Yaitu penyuntikan yang dilakukan dengan
manual yaitu menggunakan spuit. Kecepatan dari
mendorong spuit pada saat penyuntikan dapat dikontrol
melalui :
ÿ Besarnya jarum suntik
ÿ Jumlah bahan kontras yang disuntikkan
ÿ Kekentalan bahan kontras
ÿ Kestabilan dari vena
ÿ Kekuatan seseorang untuk mendorong spuit
b. Secara Drip Infus
Metode drip infuse dilakukan pada penggunaan
bahan kontras yang jumlahnya banyak dan waktu
pemasukannya cukup lama. Pemasukan bahan kontras
baisanya dilakukan melalui drip infuse yang telah
terpasang dengan kateter yang telah terpasang pada
pembuluh darah vena. Kecepatan dari aliran bahan
kontras melalui jarum yang telah dipasang dan
dihubungkan dengan kateter/slang infuse dapat diatur
dengan klem yang terletak di bawah flakon infuse.
19
2.5.3 Foto Post Penyuntikan Media Kontras
2.5.3.1 Foto Antero Posterior 5 Menit Setelah Penyuntikan Media
Kontras
Tujuan : ÿ Untuk melihat fungsi ginjal
ÿ Untuk melihat pengisian media
kontras pada pelviokalises
Faktor teknik : ÿ Menggunakan kaset ukuran 24 x 30
cm
ÿ Menggunakan grid diam atau
bergerak
Proteksi radiasi : ÿ Gunakan gonad shield baik pada
laki-laki ataupun wanita asal tidak
menutupi organ-organ yang akan
dilihat
ÿ Usahakan luas lapangan
penyinaran sebesar obyek
Posisi pasien : ÿ Pasien berbaring telentang di atas
meja pemeriksaan
ÿ Tempatkan kedua lengan di
samping tubuh dan agak menjauhi
ÿ Ganjal kedua lutut untuk
mengurangi ketegangan dan
pergerakan
Posisi obyek : ÿ Mid Sagittal Plane tubuh
ditempatkan pada pertengahan
meja/kaset
ÿ Pelvis dan anggota gerak lainnya
tidak boleh mengalami perubahan
ÿ Batas atas prosesus xypoideus dan
batas bawah krista illiaka
Arah sinar : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
20
Pusat sinar : Pada pertengahan antara prosesus
xypoideus dan pertengahan kedua
Krista iliaka pada Mid sagittal
Plane tubuh
FFD : 100 cm
Eksposi : Saat ekspirasi dan tahan napas
Kriteria radiograf : Tampak parenchim ginjal, kalik
mayor, renal pelvis
21
ÿ Ganjal kedua lutut untuk
mengurangi ketegangan dan
pergerakan
Posisi obyek : ÿ Mid Sagittal Plane tubuh
ditempatkan pada pertengahan
meja/kaset
ÿ Pelvis dan anggota gerak lainnya
tidak boleh mengalami perubahan
ÿ Batas atas prosesus xypoideus dan
batas bawah krista illiaka
Arah sinar : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Pusat sinar : Titik bidik pada Mid Sagittal Plane
tubuh setinggi garis yang
menghubungkan Krista illiaka
kanan kiri
FFD : 100 cm
Eksposi : Saat ekspirasi dan tahan napas
Kriteria radiograf : Tampak media kontras di dalam
ureter, sebagian sudah mencapai
kandung kemih. Gambaran
vertebrae di pertengahan radiograf
dan simetris kanan kiri
22
Proteksi radiasi : ÿ Gunakan gonad shield baik pada
laki-laki ataupun wanita asal tidak
menutupi organ-organ yang akan
dilihat
ÿ Usahakan luas lapangan
penyinaran sebesar obyek
Posisi pasien : ÿ Pasien tidur tengkurap di atas meja
pemeriksaan
ÿ Tempatkan kedua lengan di
samping tubuh
ÿ Ganjal kedua lutut untuk
mengurangi ketegangan dan
pergerakan
Posisi obyek : ÿ Mid Sagittal Plane tubuh
ditempatkan pada pertengahan
meja/kaset
ÿ Batas atas prosesus xypoideus dan
batas bawah krista illiaka
Arah sinar : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Pusat sinar : Titik bidik pada Mid Sagittal Plane
tubuh setinggi garis yang
menghubungkan Krista illiaka
kanan kiri
FFD : 100 cm
Eksposi : Saat ekspirasi dan tahan napas
Kriteria radiograf : Tampak media kontras di dalam
ureter, sebagian sudah mencapai
kandung kemih. Gambaran
vertebrae di pertengahan radiograf
dan simetris kanan kiri
23
2.5.3.4 Foto Antero Posterior 30 Menit Setelah Penyuntikan Media
Kontras
Tujuan : Untuk melihat kandung kemih
yang terisi oleh media kontras
Faktor teknik : ÿ Menggunakan kaset ukuran 30 x 40
cm
ÿ Menggunakan grid diam atau
bergerak
Proteksi radiasi : ÿ Gunakan gonad shield baik pada
laki-laki ataupun wanita asal tidak
menutupi organ-organ yang akan
dilihat
ÿ Usahakan luas lapangan
penyinaran sebesar obyek
Posisi pasien : ÿ Pasien berbaring telentang di atas
meja pemeriksaan
ÿ Tempatkan kedua lengan di
samping tubuh dan agak menjauhi
ÿ Ganjal kedua lutut untuk
mengurangi ketegangan dan
pergerakan
Posisi obyek : ÿ Mid Sagittal Plane tubuh
ditempatkan pada pertengahan
meja/kaset
ÿ Batas atas prosesus xypoideus dan
batas bawah krista illiaka
Arah sinar : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Pusat sinar : Titik bidik pada Mid Sagittal Plane
tubuh setinggi garis yang
menghubungkan Krista illiaka
kanan kiri
24
FFD : 100 cm
Eksposi : Saat ekspirasi dan tahan napas
Kriteria radiograf : Tampak kandung kemih terisi
penuh oleh media kontras
25
Posisi obyek : ÿ Mid Sagittal Plane tubuh
ditempatkan pada pertengahan
meja/kaset
ÿ Daerah pelvis persis di atas kaset
Arah sinar : Tegak lurus terhadap obyek dan
disudutkan 10-150 kaudal
Pusat sinar : Titik bidik 5 cm di atas simfisis
pubis
FFD : 100 cm
Eksposi : Saat ekspirasi dan tahan napas
Kriteria radiograf : Tampak gambaran dari vesika
urinaria
26
ureter yang mengalami obstruksi pada kasus hydronephrosis.
dan bladder.
27
17. Radiograf Foto AP
film akan paralel dengan bidang film. Shoulder dan hip diatur
28
18. Posisi Pasien Oblik Kanan
29
Pasien diposisikan lateral atau tidur miring ke sisi kiri
30
21. Radiograf Foto Lateral
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
31
4. Pasien datang ke RSUD Brebes melalui IGD dalam keadaan perut
kesakitan, kemudian dokter memberikan permintaan foto BNO polos.
5. Pasien dirawat inap di bangsal Utama II RSUD Brebes.
6. Pasien mendapat pemeriksaan USG.
7. Dokter memberikan permintaan foto BNO IVP di RSUD Brebes pada 30
Juli 2005.
32
1. Media kontras positif Telebrix 35
2. Dulcolak tablek 4 butir
3. 2 capsule dulcolax supp
4. Spuit 20 cc 2 buah
5. Jarum suntik
6. Dexametason 2 amp
7. 2 buah spuit 3 cc
Tahapan persiapan
1. Pada pukul 20.00 pasien menelan dulcolax tablet 2 butir,
dilanjutkan dengan puasa, boleh minum air putih.
2. Pada pukul 21.00 pasien menelan dulcolax tablet 2 butir,
dilanjutkan dengan puasa, boleh minum air putih.
3. Pada pukul 06.00 pagi dimasukkan dulcolax supp ke dalam anus
pasien.
4. Pada pukul 09.00 pagi, pasien sudah berada di Ruang Radiologi
untuk pemeriksaan BNO IVP.
33
ÿ Central point pada Mid Sagittal Plane
tubuh setinggi garis yang
menghubungkan kedua krista illiaka
Faktor teknik : ÿ Kaset dipasang membujur sesuai meja
pemeriksaan
ÿ Ukuran kaset 30 x 40 cm dengan grid
yang sesuai
Faktor eksposi : ÿ kV : 58 kV
ÿ mA : 320 mA
ÿ mS : 160 mS
ÿ FFD : 100 cm
34
ÿ Kedua lengan disamping tubuh dan agak
menjauh
Posisi Obyek : ÿ Mid Sagittal Plane tubuh ditempatkan
pada pertengahan kaset.
ÿ Tidak ada rotasi pada pelvis dan anggota
gerak lainnya.
35
Penyinaran : ÿ Central Ray vertikal tegak lurus terhadap
kaset
ÿ Central Point pada Mid Sagittal Plane
tubuh setinggi garis yang
menghubungkan Krista illiaka kanan kiri
Batas kaset : ÿ Batas atas kaset prosessus xypoideus
(thoracal 10 – thoracal 11)
ÿ Batas bawah kaset simpisis pubis (2-3
jari inferior cokcigis)
Faktor teknik : ÿ Kaset dipasang membujur sesuai meja
pemeriksaan
ÿ Ukuran kaset 30 x 40 cm dengan grid
yang sesuai
Faktor eksposi : ÿ kV : 58 kV
ÿ mA : 320 mA
ÿ mS : 160 mS
ÿ FDD : 100 cm
36
Batas kaset : ÿ Batas atas kaset prosessus xypoideus
ÿ Batas bawah kaset simpisis pubis
Faktor teknik : ÿ Kaset dipasang membujur sesuai meja
pemeriksaan
ÿ Ukuran kaset 30 x 40 cm dengan grid
yang sesuai
Faktor eksposi : ÿ kV : 58 kV
ÿ mA : 320 mA
ÿ mS : 160 ms
ÿ FDD : 100 cm
3.4 Pembahasan
Dari paparan kasus di atas diperoleh uraian sebagai berikut :
a. Pada tanggal 27 Juli 2005 pasien datang ke rumah sakit dalam keadaan
perut kesakitan. Dari IGD pasien dirujuk ke radiology dengan
permintaan foto polos abdomen sebelum diantar ke bangsal untuk rawat
inap. Foto polos abdomen tidak menunjukkan kelainan.
b. Pada hari itu juga dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk tes urine.
Dari pemeriksaan tersebut menunjukkan kadar ureum dan kreatinin
dalam urine pasien dan terdapat sedikit kristal oksalat.
c. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium (hasil tes urine), dilakukan
pemeriksaan USG. Dari pemeriksaan USG dokter mendiagnosa cystitis
dan batu pasir pada pelvic calises kedua ginjal.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium dan USG diduga pasien menderita
urolithiasis. Karena pada foto polos abdomen tidak tampak batu
radioopaque maka dokter merujuk pemeriksaan BNO IVP curiga batu
radiolooscent.
d. Pemeriksaan BNO IVP dilaksanakan pada 1 Agustus 2005. Pasien
datang ke Instalasi Radiologi pada pukul 09.00 pagi dengan tensi
37
normal, kadar ureum dan kadar kreatinin dalam batas ambang masih bisa
dikerjakan BNO IVP.
d.1 Foto Polos Abdomen
Foto polos abdomen dibuat sebelum pengambilan foto 5
menit, dengan tujuan :
1. Untuk melihat persiapan pasien
Tujuan utama dari foto polos abdomen adalah untuk melihat
persiapan pasien, apabila persiapan pasien bagus/bersih maka
pemeriksaan dapat dilanjutkan. Banyak sekali kasus
pemeriksaan BNO IVP gagal/batal karena persiapan yang jelek,
ini mungkin urus-urus pasien yang kurang baik atau mungkin
obatnya diminum tidak tepat waktu dan lain-lain. Fecalith dan
udara sangat mengganggu pembacaan radiograf.
2. Untuk mengetahui ketepatan posisi dan keadaan dalam rongga
abdomen.
Batas atas kaset setinggi prosessus xypoideus dan batas bawah
kaset sympisis pubis dimaksudkan agar ginjal dan blass tidak
terpotong. Yang dimaksud keadaan dalam rongga abdomen
disini adalah misalnya jika ditemukan batu radioopaque dalam
organ-organ traktus urinarius atau jika ditemukan massa yang
tampak dalam foto polos abdomen.
3. Untuk mendapatkan faktor eksposi yang sesuai (tepat)
Sebuah radiograf yang berkualitas baik harus mampu
memberikan banyak informasi pada organ yang dinilai. Pada
foto BNO polos jaringan fatline dan juga psoas muscularis
harus tampak. Untuk mendapatkan densitas yang optimal maka
faktor eksposi harus tepat, sesuai dengan ketebalan jaringan
atau organ. Pemilihan faktor eksposi yang tepat selain untuk
menghindari dosis radiasi berlebihan juga akan menambah
efisiensi penggunaan film serta larutan pencucian.
38
4. Untuk mengetahui organ-organ yang ada dalam abdomen
secara keseluruhan
Pada rongga abdomen terdapat organ-organ vital seperti organ
traktus urinarius, organ traktus digestivus, hati, pancreas dan
lain-lain
Dari radiograf foto polos abdomen dapat dinilai :
ÿ Batas atas dan batas bawah kaset tepat
ÿ Tampak ginjal dan organ-organ traktus
urinarius yang lain
ÿ Tidak tampak batu radioopaque pada
traktus urinarius
ÿ Tampak kedua psoas muscularis kurang
simetris. Seharusnya dalam memposisikan pasien harus
setepat mungkin (MSP tubuh tepat berada pada
pertengahan kaset) sehingga kedua ginjal dan psoas
muscularis simetris kanan kiri serta collumna vertebrae
berada pada pertengahan kaset.
ÿ Tampak penis mengarah ke superior
sehingga superposisi dengan blass bagian distal. Dalam
membuat foto BNO jangan lupa agar penis diturunkan pada
pasien laki-laki agar tidak mengganggu gambaran blass.
ÿ Tidak tampak feses pada usus
menunjukkan persiapan pasien baik, namun tampak banyak
udara hal ini dimungkinkan karena pasien banyak bicara
atau mungkin karena adanya gangguan kontraksi usus.
39
ÿ Tidak tampak batu radioopaque pada ginjal kanan maupun
ginjal kiri.
ÿ Samar-samar terlihat gambaran radiolooscent pada pelvic
kalisses ginjal kanan.
ÿ Pelvic kalisses ginjal kiri berlekuk-lekuk, kontrasnya tidak
penuh (licin)
ÿ Tampak gambaran radiolooscent di daerah pelvic kalisses
ginjal kiri.
ÿ Bentuk dan besar ginjal normal.
40
ÿ Blass terisi penuh.
ÿ Tidak tampak indentasi/pendesakan prostate.
ÿ Dinding blass rata.
ÿ Tidak tampak batu radioopaque pada blass.
41
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pemeriksaan BNO IVP adalah pemeriksaan secara radiology dari saluran
kemih dengan memasukkan media kontras positif secara intra vena
dengan tujuan untuk melihat anatomi, fungsi, dan kelainan lain pada
traktus urinarius.
2. Pemeriksaan BNO IVP dapat digunakan pada kasus kolik ginjal,
hipertensi, batu ginjal, dan lain-lain.
3. Pemeriksaan BNO IVP tidak dapat dilakukan dalam kondisi pasien
panas, tensi darah tinggi, kadar ureum dan kreatinin tinggi.
4. Kelainan bentuk ureter yang berlekuk-lekuk (tidak lurus) disebut kin
king. Akibatnya mudah terbentuk sediment kristal pada daerah lekukan
yang menimbulkan terjadinya batu.
5. Untuk mengamati adanya lithiasis secara lebih mendetail dan akurat
diperlukan antara lain pemeriksaan media kontras, pemeriksaan laborat
dan pemeriksaan USG sebagai pemeriksaan penunjang.
42
6. Teknik pemeriksaan BNO IVP yang dilakukan di RSUD Brebes sesuai
dengan standar hanya pada foto post miksi posisi pasien supine arah
sinar tidak disudutkan.
4.2 Saran
1. Pasien RSUD Brebes pada umumnya berasal dari ekonomi kelas bawah,
media kontras yang sering digunakan adalah Telebrix jenis media
kontras ionic. Hal ini merupakan pilihan tepat untuk mencegah
terjadinya kasus pembatalan pemeriksaan akibat harga media kontras
yang mahal. Namun tidak ada salahnya jika disediakan media kontras
jenis non ionic seperti Iopamiro. Walaupun harganya agak lebih mahal
namun lebih aman digunakan berkaitan dengan reaksi yang ditimbulkan.
2. Pada foto post miksi jika dibuat supine sebaiknya disudutkan kearah
kaudal agar gambaran blass lebih jelas (tidak overlapping dengan
simpisis pubis), atau jika tidak disudutkan maka pasien dipossisikan
prone agar blass lebih dekat dengan kaset.
3. Dalam membuat foto BNO sebaiknya eksposi dilakukan saat ekspirasi
dan tahan napas untuk menghindari kekaburan radiograf akibat gerakan
organ-organ dalam abdomen.
43