Anda di halaman 1dari 6

Prof. H. Hilman Hadikusumah, S.H.

merupakan pakar hukum adat


dari Fakultas Hukum Universitas Lampung. Sumbangsih pemikiran
penulis terhadap perkembangan ilmu hukum khususnya hukum adat,
sangatlah besar. Demikian pula dengan perkembangan antropologi budaya
di Indonesia. Penulis lahir di Kotabumi, Lampung Utara pada 9 Juli 1927,
namun pada 30 Agustus 2006 penulis menghembuskan nafas terakhirnya
di usia 79 tahun. Dengan riwayat pendidikan Hollands Inlandsche School
(HIS) Ardjuna Tanjungkarang, Sekolah Ekonomi Pertama (SMEP)
Jakarta, Fakultas Hukum Unila, Program doctor Universitas Syah Kuala,
dan menjadi guru besar dan professor pertama Universitas Lampung.
Selain buku Pengantar Antropologi Hukum, karya penulis antara lain
Kamus Bahasa Lampung, Disertasi Mengupas Antropologi Hukum
Indonesia yang akhirnya diterbitkan penerbit Alumni Bandung dan
menjadi literatur, dan buku Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia,
Hukum Ketatanegaraan Adat, Hukum perkawinan Adat, Hukum Pidana
Adat, dan Sejarah Hukum Adat.
Buku pengantar antropologi hukum adalah diterbitkan oleh PT.
Citra Aditya Bakti pada 1992 dan cetakan keduanya pada 2004 yang
merupakan buku kedua penulis setelah antropologi hukum Indonesia
terbitan alumni bandung 1986 tentang antropologi hukum. Dalam buku
kedua ini selain pokok pengertian antropologi hukum penulis juga
menguraikan tentang konsep konsep hukum masyarakat sederhana,
pembahasan ciri-ciri hukum serta kasus-kasus perselisihan pada
masyarakat sederhana di luar Indonesia. Kemudian diuraikan pula hasil
seminar antropologi hukum yang pernah diadakan di Jakarta. Buku
pengantar antropologi hukum dimaksudkan untuk menambah kepustakaan
antropologi hukum di Indonesia, sekaligus sebagai pegangan bagi para
peminat yang ingin mempelajari dan memahami antropologi hukum.
Dalam buku pengantar antropologi hukum terdapat delapan bab.
Pada bab pertama kita akan disajikan dengan pendahuluan mengenai
pengertian tentang antropologi.
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia baik dari segi
tubuhnya maupun dari segi budayanya yang disebut dengan antropologi
fisik yang selanjutnya membedakan antara paleo antropologi dan
antropologi fisik, dan antropologi budaya yang dibagi dalam tiga bagian
menjadi 1. Etnolinguistik 2. Prasejarah dan 3. Etnologi (hal 1).
Pembahasan antropologi hukum termasuk pengertian, sifat
keilmuan, ruang lingkup serta metode pendekatan dalam mempelajari
antropologi hukum. Ada beberapa metode pendakatan yaitu dengan
menggunakan metode historis, metode normative-eksploratif, metode
diskriptif-pelaku, dan metode studi kasus (hal 3- 17).
Walaupun antropologi merupakan ilmu yang berdiri sendiri
dimulai sejak adanya kerja sama antara sarjana antropologi E Adamson
Hoebel dan sarjana hukum Karl Llewellyn di Amerika Serikat antara tahun
1933 sampai 1962 tidak berarti bahwa antropologi hukum tidak ada
hubungannya dengan ilmu yang lain. Pada bab ini penulis juga menyajikan
hubungan antara antropologi hukum dengan ilmu lainnya, serta manfaat
antropologi hukum bagi teoritisi, praktisi hukum, praktisi politik, dan
pergaulan masyarakat. Kantorowicz (1985) mengemukakan bahwa konsep
hukum itu dibutuhkan oleh berbagai cabang ilmu, walaupun dengan
pengertian yang berlainan untuk mencapai maksudnya (hal 19- 46).
Penulis juga menuliskan beberapa pendapat para ahli mengenai
konsep hukum masyarakat sederhana, salah satunya pendapat Robert
Redfield yang mengemukakan jika akan membahas hukum sederhana
dapat memilih antara tiga jalur yaitu jalur kanan, jalur kiri dan jalur
tengah. Pada masyarakat sederhana system hukum yang rumit tidak akan
dijumpai, tetapi ada aturan-aturan perilaku yang mencerminkan bentuk
hukum. Penelitian Redfield terhadap masyarakat Indian Zuni
menghasilkan penelitian bahwa masyarakat sudah mengenal konsep
hukum walaupun pada prosesnya masih nampak sederhana. Salah satunya
adalah sudah ada hukuman bagi mereka yang melanggar aturan pada
waktu upacara tarian keagamaan, yang kewenangannya diberikan kepada
kumpulan penari keagamaan.. Selain pendapat Redfield (Masyarakat
Andaman, Masyarakat Indian Zuni, Masyarakat Indian Yurok, Masyarakat
Ifugo, Masyarakat Aborigin, dan lainnya serta Masyarakat Akamba dan
lainnya) terdapat juga pendapat para ahli diantaranya adalah Pendapat B.
Molinowski, Pendapat E.A. Hoebel, Pendapat Pospisil (Pospisil juga
menggambarkan bagaimana konsep- konsep dari para ahli tentang
masyarakat sederhana yang tidak mengenal adanya hukum, yaitu: Konsep
A.R. Redcliffe Brown, Konsep Van den Steenhoven, Konsep F. James
Davis, Konsep P.J. Bohannan, Konsep S.J.L. Zake dan Konsep Llewellyn
dan Hoebel), Pendapat Bohannan (Lembaga, Pelembagaan ganda,
Kesenjangan, Kekuasaan) (hal 47- 88).
Van Vollenhoven menyatakan bahwa Hukum ialah peraturan
tingkah laku yang oleh masyarakat dianggap patut dan mengikat para
warga masyarakat serta ada perasaan umum bahwa peraturan- peraturan
itu harus dipertahankan oleh para pejabat hukum maka aturan- aturan adat
itu bersifat hukum (hal 89).
Selain memberikan pembahasan tentang apa itu hukum menurut
beberapa ahli. Penulis juga membahas secara rinci ciri- ciri hukum tunggal
dan lengkap. Penulis menyertakan ciri kekuasaan, yakni dalil tanpa
kekuasaan, kepemimpinan serta jenis kepemimpinan dan kekuasaan,
maksud penerapan universal, ciri obligation, dan ciri sanksi (hal 89- 114).
Dunia ini penuh dengan keanekaragaman budaya dan
keanekaragaman hukum dimasing- masing masyarakatnya, seperti kasus
perselisihan Masyarakat Ifugao yang terdapat di Luzon Utara Filipina
yang menggunakan seorang perantara yang merupakan juru damai dan
disebut Monkalun (kalun = nasihat) sedangkan pada kasus peselisihan
Masyarakat Iban yang merupakan salah satu dari suku Dayak yang berada
di Lembah Sungai Rajang Serawak Malaysia Timur, dan sebagian kecil
berada di wilayah Indonesia (Propinsi Kalimantan Barat) yang
menyelesaikan perselisihannya selain melalui penyelesaian damai yaitu
dengan persiapan acara Bechara (membicarakan perkara tersebut dalam
persidangan terbuka). Uraian beberapa kasus dan cara penyelesaian
perselisihan pada beberapa masyarakat sederhana yang pernah di lakukan
penelitian oleh para ahli asing juga dihadirkan oleh penulis. (hal 119-
154).
Selain menguraikan kasus dan cara penyelesaian perselisihannya,
penulis menyajikan uraian hasil seminar antropologi hukum yang diadakan
di Jakarta pada dua tahap yaitu tahap pertama pada 9 januari 1989 dan
tahap kedua yang dilaksanakan pada tiga hari berturut- turut pada 10
sampai dengan 12 januari 1989. Serta seminar antropologi hukum lanjutan
yang diselenggarakan pada 7 sampai dengan 12 januari 1991 (hal 157-
174).
Dalam hasil seminar antropologi hukum terdapat beberapa kasus-
kasus perselisihan di Indonesia yang disampaikan para peserta seminar
antropologi hukum dalam bentuk makalah lalu oleh penulis telah
dikutipkan secara singkat, dengan tambahan uraian. Dan yang paling
menarik bagi saya contoh penyelesaian kasus sengketa di Lampung terkait
Proses Penyelesaian Sebambangan (kawin lari) di kalangan masyarakat
Lampung Tulangbawang yang beradat pepadun dengan tidak dicampuri
oleh pihak kepolisian dan diteruskan menjadi perkara di pengadilan negeri
(hal 177- 205).
Buku pengantar antropologi hukum disusun dari bahan- bahan
kuliah Antropologi Hukum yang diberikan kepada para mahasiswa
Fakultas Hukum Universitas Lampung sejak tahun 1989 dan bersumber
dari berbagai buku Antropologi Hukum asing dan beberapa buku
Antropologi Hukum yang sudah terbit dalam bahasa Indonesia. Selain
memberikan pengantar terkait belajar antropologi hukum, buku ini juga
memberikan beberapa kasus-kasus baik dalam negeri maupun luar negeri,
serta penulis juga memyantumkan cara penyelesain dan tambahan uraian
oleh penulis yang merupakan nilai plus bagi buku tersebut
Selain menggunakan bahasa yang mudah dipahami, buku ini
materinya ringan namun berbobot. Untuk segi tampilan buku tidak
berbeda jauh dengan buku buku ilmu pengetahuan lainnya. Tampilannya
sederhana, dengan sampul depan berwarna coklat dengan tidak ada
gambar serta bertuliskan judul buku dan penulis lalu sampul belakang
berwarna putih polos. Sedangkan untuk harga buku ini dibandrol dengan
harga Rp. 60.000,- yang cukup ringan dikantong.
Buku Pengantar Antropologi Hukum ini sangat cocok sebagai buku
pegangan para peminat yang ingin mempelajari dan memahami
antropologi hukum dengan bahasa serta materi yang ringan dan mudah
dimengerti.
PENGANTAR ANTROPOLOGI HUKUM

TUGAS MATA KULIAH


PENGANTAR ANTROPOLOGI HUKUM
OLEH :

NAMA : CECILIA ROISAH AMINIE


NIM : 175010107111170
NO. INDUK : 57

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI BRAWIJAYA

Anda mungkin juga menyukai