Anda di halaman 1dari 7

1.

Jelaskan perbedaan karakteristik proses pengakuan Kos sebagai asset dan proses
pembebanan Kos sebagai beban

Dua tahap kritis perlakuan kos adalah pengakuan(aliran masuk sebagai asset) dan pembebanan
(aliran keluar sebagai biaya).

 Tahap pengakuan tidak mengalami masalah pelik karena pengakauan lebih


banyak menyangkut bukti objektif yang umumnya tersedia pada saat transaksi.
 Di lain pihak, tahap pembebanan lebih banyak menyangkut
pertimbangan(judgment), pendapat(opinion), atau interpretasi(interpretation)
terhadap situasi yang melingkupi. Dengan kata lain, tahap pembebanan banyak
melibatkan unsure kesubjektifan(subjektivitas)

2. Jelaskan maksud dari kos bergabung dan apa bedanya dengan kos bersama! Penjelasan
disertai dengan contoh.

 kos bergabung disebut juga joint cost adalah biaya untuk menghasilkan beberapa
produk namun sumbernya hanya dari satu aktivitas saja. kos ini terjadi karena satu
fasilitas atau proses terpaksa digunakan untuk mengolah beberapa produk
sekaligus karena secara teknis dan alamiah beberapa produk tersebut tidak dapat
dipisahkan pengolahannya sampai titik tertentu( Split point) dan biasanya
berkaitan dengan produk utama dan produk sampingan
contoh: perusahaan penyulingan minyak yang mengolah minyak mentah
memproses bermacam produk seperti solar, bensi, oli, dll. Biaya proses
penyulingan menjadi join cost bagi produk yang dihasilkannya

 perbedaa kos bergabung dengan kos bersama adalah dalam hal penyerapan oleh
produk. Kos bersama tidak diserap langsung oleh produk tetapi diserap melalui
departemen produksi. Contohnya dalam hal: pemrosesan minyak mentah untuk
menghasilkan bensin, minyak pelumas, minyak solar, minyak tanah. Kos tersebut
tidak diserap langsung oleh produk melainkan diserap melalui departemen
produksinya masing-masing.

3. Apakah yang dimaksud dengan Goodwill dan kapan timbulnya serta dapat diakui?
Sebagai akun penilaian dapatkah goodwill diperlakukan sebagai pengurang ekuitas
pemegang saham? Jelaskan argument anda!
 Goodwill adalah selisih lebih jumlah rupiah tunai atau setaranya yang dibayarkan
oleh perusahaan pembeli di atas nilai pasar wajar atau nilai buku kekayaan fisis
perusahaan yang dibeli
 Goodwill tidak dapat timbul sendiri, melainkan harus melalui PEMBELIAN suatu
perusahaan yang sedang berjalan serta diakui pada saat perusahaan melakukan
pembelian atau melakukan investasi kepada perusahaan lain dengan nilai selisih
antara jumlah rupiah tunai yang dibayarkan oleh perusahaan pembeli diatas nilai
pasar wajar/nilai buku perusahaan fisis perusahaan(net asset perusahaan) yang
dibeli.
 Mengacu pada PSAK 22 tentang kombinasi bisnis, dinyatakan bahwa goodwill
dialokasikan kepihak pengendali(perusahaan induk) dan kepentingan non
pengendali. Oleh karna itu goodwill dapat diperlakukan sebagai pengurang
ekuitas pemegang saham

4. Berilah contoh kasus dengan angka untuk menjelaskan implikasi perbedaan penggunaan
metode sediaan terhadap laba untuk kondisi harga cenderung naik, harga cenderung turun
dan harga cenderung stabil.

Contoh kasus
Pembelian Harga Naik

Persediaan awal PT. Taufik Hidayat adalah 25 unit @ Rp240 = Rp 6.000,

Pembelian
Tgl 05 Mei 2001 100 unit @ Rp250 = Rp 25.000
15 Mei 2001 150 unit @ Rp260 = Rp 39.000
25 Mei 2001 125 unit @ Rp275 = Rp 34.375
375 unit Rp 98.375
Penjualan
Tgl 10 Mei 2001 75 unit @ Rp300 = Rp 22.500
20 Mei 200 175 unit @ Rp315 = Rp 55.125
30 Mei 2001 100 unit @ Rp325 = Rp 32.500
350 unit Rp. 110.125

Persediaan akhir = persediaan awal + pembelian – penjualan


= 25 + 375 – 350
= 50 unit

a. Metode identifikasi khusus

Kuantitas dalam unit harga pokok setaip unit total harga pokok
5 Rp 240 Rp 1.200
15 Rp 250 Rp 3.750
10 Rp 260 Rp 2.600
20 Rp 275 Rp 5.500
50 Rp 13.050
Persediaan akhir = Rp 13.050
HPP = Rp 6.000 + Rp 98.375 – Rp 13.050
= Rp 91.325
Laba Kotor = Rp 110.125 – Rp 91.325
= Rp 18.800

b. Metode FIFO
Persediaan akhir = 50 unit x Rp 275
= Rp 13.750
HPP = Rp 6.000 + Rp 98.375 – Rp 13.750
= Rp 90.625
Laba Kotor = Rp 110.125 – Rp 90.625
= Rp 19.500

c. Metode LIFO
Persediaan akhir = 25 unit x Rp 240 = Rp 6.000
25 unit x Rp 250 = Rp 6.250
Rp 12.250
HPP = Rp 6.000 + Rp 98.375 – Rp 12.250
= Rp 92.125
Laba Kotor = Rp 110.125 – Rp 92.125
= Rp 18.000

d. Metode rata-rata tertimbang


= (25 x Rp240) + (100 x Rp250) + (150 x Rp260) + (125 x Rp275)
(25 + 100 + 150 + 125)
= 260,94

PEMBELIAN HARGA TURUN


Persediaan awal PT. A adalah 25 unit @ Rp325 = Rp 8.125,
Pembelian
Tgl 05 Mei 2001 100 unit @ Rp315 = Rp 31.500
15 Mei 2001 150 unit @ Rp300 = Rp 45.000
25 Mei 2001 125 unit @ Rp275 = Rp 34.375
375 unit Rp 110.875

Penjualan
Tgl 10 Mei 2001 75 unit @ Rp260 = Rp 19.500
20 Mei 200 1 75 unit @ Rp250 = Rp 43.750
30 Mei 2001 100 unit @ Rp240 = Rp 24.000
350 unit Rp. 87.250

Persediaan akhir = persediaan awal + pembelian – penjualan


= 25 + 375 – 350
= 50 unit

a. Metode identifikasi khusus

Kuantitas dalam unit harga pokok setaip unit total harga pokok
5 Rp 275 Rp 1.375
15 Rp 260 Rp 3.900
10 Rp 250 Rp 2.500
20 Rp 240 Rp 4.800
50 Rp 12.575

Persediaan akhir = Rp 12.575


HPP = Rp 8.125 + Rp 110.875 – Rp 12.575
= Rp 106. 425
Laba kotor = RP 110.125 – Rp 106.425
= Rp 3.700

a. Metode FIFO
Persediaan akhir = 50 unit x Rp 275
= Rp 13.750
HPP = Rp 8.125 + Rp 110.875 – Rp 13.750
= Rp 90.625
Laba Kotor = Rp 110.125 – Rp 90.625
= Rp. 19.500

b. Metode LIFO
Persediaan akhir = 25 unit x Rp 325 = Rp 8.125
25 unit x Rp315 = Rp 7.875
= Rp 16.000

HPP = Rp 8.125 + Rp 110.875 – Rp 16.000


= Rp 103.000
Laba kotor = Rp 110.125 – Rp 103.000
= Rp 7.125

c. Metode harga rata-rata tertimbang


= (25 x Rp325) + (100 x Rp315) + (150 x Rp300) + (125 x Rp275)
(25 + 100 + 150 + 125)
= 297,5

Persediaan akhir = 50 unit x Rp 297,5


= Rp 14.875
HPP = Rp 8.125 + Rp 110.875 – Rp 14.875
= Rp 104.125
Laba Kotor = Rp 110.125 – Rp 104.125
= Rp 6.000
PER PEMBELIAN HARGA STABIL
Persediaan awal PT. A adalah 25 unit @ Rp300 = Rp 7.500

Pembelian
Tgl 05 Mei 2001 100 unit @ Rp300 = Rp 30.000
15 Mei 2001 150 unit @ Rp300 = Rp 45.000
25 Mei 2001 125 unit @ Rp300 = Rp 37.500
375 unit Rp 112.500

Penjualan
Tgl 10 Mei 2001 75 unit @ Rp300 = Rp 22.500
20 Mei 200 1 175 unit @ Rp300 = Rp 52.500
30 Mei 2001 100 unit @ Rp300 = Rp 30.000
350 unit Rp. 105.000
Persediaan akhir = persediaan awal + pembelian – penjualan
= 25 + 375 –350
= 50 unit

a. Metode identifikasi khusus

Kuantitas dalam unit harga pokok setaip unit total harga pokok
50 Rp 300 Rp 15.000

b. Metode FIFO
Persediaan akhir = 50 unit x Rp 300
= Rp 15.000
HPP = Rp 7.500 + Rp 112.500 – Rp 15.000
= Rp 105.000
Laba Kotor = Rp 110.125 – Rp 105.000
= Rp 5.125

c. Metode LIFO

Persediaan akhir = 50 unit x Rp 300


= Rp 15.000
HPP = Rp 7.500 + Rp 112.500 – Rp 15.000
= Rp 105.000
Laba Kotor = Rp 110.125 – Rp 105.000
= Rp 5.125

d. Metode rata-rata tertimbang


Persediaan akhir = 50 unit x Rp 300
= Rp 15.000
HPP = Rp 7.500 + Rp 112.500 – Rp 15.000
= Rp 105.000
Laba Kotor = Rp 110.125 – Rp 105.000
= Rp 5.125

5. Jelaskan apa itu pendekatan non alokasi dan kenapa Thomas mengusulkan pendekatan
non alokasi dalam akuntansi? Haruskah gagasan Thomas diterima dalam akuntansi?

 Karena menurut Thomas semua alokasi itu jelek, tidak dapat dibuktikan
kebenarannya dan tidak relavan bagi kebutuhan pemakai laporan keuangan. Hal tersebut
berdasarkan pada kenyataan bahwa banyak metoda alokasi dan akuntansi tidak dapat
membuktikan secara menyakinkan bahwa metoda yang satu lebih baik dari yang lain.
Thomas juga menuntut agar akuntansi harus dapat membuktikan bahwa potensi jasa
tertentu misalnya depresiasi benar-benar memberi kontribusi dalam menghasilkan
pendapatan tertentu. 
 Gagasan Thomas disangkal menurut akuntansi karena alokasi dapat dipertahankan
dengan landasan konsep dasar bukti terverifikasi dan objektif serta konsep kelayakan
ekonomik

6. A. Berkaitan dengan alokasi beban, ada 3 metode dasar untuk menentukan dan mengukur
beban. Sebutkan dan Jelaskan ketiga metode tersebut dan bagaimana perbedaannya?
B. Jelaskan kriteria-kriteria apa saja yang harus dipenuhi untuk mengakui beban
perusahaan

7. Jelaskan apa implikasi basis asosiasi terhadap klasifikasi biaya dalam statement laba rugi!
Berikan contoh & argument anda!

basis asosiasi menggambarkan penandingan yang secara ekonomi layak. beberapa implilakasi
(kesimpulan) basis asosiasi terhadap statemen laba/rugi.

1. pada asosiasi sebab/akibat, menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka
mendapatkan capaian berupa pendapatan ini berarti ada hubungan sebab-akibat antara biaya dan
pendapatan.contoh nya komisi penjualan, gaji dan upah dan kos barang terjual periode tertentu
dapat dianggap menjadi upaya dalam menimbulkan pendapatan perioda tersebut secara mudah
dan intiuitif dapat dikaitkan langsung dengan pendapatan.

2. pada identifikasi kos produk, karena produk terjual merupakan takaran penandingan, kos
produk akan di pecah menjadi dua komponen yaitu kos produk yang telah terjual dan kos produk
yang belum terjual dan masih menjadi aset perusahaan. kos yang melekat pada produk terjual
akan dibebankan sebagai biaya. kos sediaan baru dibebankan sebagai biaya kalau telah terjual.
contoh nya biaya angkut penjualan yang ada pada proses penjualan yang dilakukan perusahaan.

3. pada biaya antisipan, biaya antisipan adalah biaya yang dianggap menyebabkan timbulnya
pendapatan tetapi baru terjadi setelah pendapatan diakui. contoh kos yang berkaitan dengan
kegiatan purna-jual seperti jaminan penjualan, jaminan reparasi gratis dan pengumpulan piutang.

4. pada alokasi sistematik dan rasional, merupakan proses penandingan dengan perioda sebagai
penakar pendapatan dan biaya. penandingan ini sering disebut penandingan perioda.contoh nya
pada depresiasi yang ada pada setiap aset tetap kecuali tanah. dan perlakuan bunga, sewa,
asuransi dan semacamnya.

8. Pertanyaan:

Saya ingin bertanya mengenai KOS NON PRODUK, contohnya adalah kos riset dan
pengembangan.

Jadi, bagaimana cara menandingkan antara biaya dan pendapatan dan menelusuri
hubungan sebab dan akibat terhadap kos non produk (contohnya kos riset dan
pengembangan) tersebut jika kos serta pendapatan dari hasil melakukan riset dan
pengembangan tersebut sulit untuk di identifikasi? Apa perlakuan akuntansi terhadap
masalah ini?

Jawab: Terkait penandingan antara biaya dan pendapatan: jika pendapatan masa datang
yang dapat dikaitkan dengan kos nonproduksi tidak dapat diantisipasi dengan jelas, kos
non produksi harus diakui sebagai biaya pada perioda berjalan meskipun hal tersebut
dapat mengakibatkan rugi. Ini berarti asosiasi produk diganti dengan asosiasi perioda.

Anda mungkin juga menyukai