Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan wujud zat yaitu perubahan termodinamika dari satu fase benda ke keadaan
wujud yang lain. Wujud zat merupakan bentuk-bentuk berbeda yang didapatkan dari berbagai
materi berlainan. Pada dasarnya perbedaan fase ini didasari oleh perbedaan kualitatif dalam
sifat baik dengan keadaan padatan zat untuk mempertahankan bentuk dan volumenya. Dalam
keadaan cairan zat mempertahankan volume tetapi menyesuaikan dengan wadah tersebut.
Sedangkan pada keadaan gas zat mengembang untuk menempati volume yang tersedia
(Giancolli, 1999: 140).

Perubahan wujud zat dapat terjadi karena adanya peristiwa dan penyerapan kalor.
Wujud zat berubah ketika titik tertentu tercapai oleh asam atau senyawa zat tersebut yang
biasnya zat tersebut dapat dikuantitaskan dalam angka dan suhu, semisal air untuk menjadi
padat harus mencapai titik bekunya dan air menjadi gas dengan harus mencapai titik
didihnya. Selain itu, wujud zat juga dapat didefinisikan sebagai keadaan fase. Sebuah transisi
fase menandakan perubahan struktur dan dapat dikenali dari perbedaan drastis dari sifat-
sifatnya. Perbedaan wujud zat ini merupakan tiap keadaan termodinamika yang diberikan dari
sebuah transisi fase. Perubahan wujud zat terbagi atas tiga yaitu zat padat, cair dan gas
(Kristanto, 2013: 27).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukanlah percobaan “wujud zat” ini dengan
maksud memahami dan mengetahui lebih jauh dan jelas lagi tentang perubahan wujud suatu
zat.

Rumusan masalah

pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

Berapa faktor yang dapat menentukan wujud zat pada temperatur kamar dan tekanan
atmosfir?

Bagaimana cara membedakan struktur kristal zat padat ionik dengan benar?

Tujuan Percobaan

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut:

Menyebutkan tiga faktor yang menentukan wujud zat pada temperatur kamar dan tekanan
atmosfir.

Membedakan struktur kristal zat padat ionik dengan benar


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Wujud Zat

Materi adalah segala sesuatu yang mempunyai masa dan menempati ruangan. Contoh
besi, kayu dan lain-lain. Zat adalah sebutan untuk sejumlah partikel atau materi yang sifatnya
spesifik (khusus). Sedangkan bahan adalah sebutan untuk sejumlah materi yang kurang
spesifik sifatnya (Oxtoby, 2001: 40).Menurut Aris kristanto (2013: 27), zat atu materi adalah
segala sesuatu yang menempati ruang dan juga memiliki massa. Berdasarkan wujudnya, zat
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

MENGEMBUN

GAS CAIR

MENGUAP

PADAT

PADAT MESOFASE CAIR

1.1Gas

Gas memberikan peluang paling sederhana untuk menghubungkan sifat mikroskopis


suatu zat dengan struktur dan interaksi molekul-molekulnya. Pada tingkat mikroskopik,
gas dibedakan dari cairan dan padatan karena nilai rapat massanya yang jauh lebih kecil.
Pada tigkat mikroskopik, tepat bilangan atau jumlah molekul persentimeter pangkat tiga
sampel lebih kecil dari jarak antar molekul jauh lebih besar dari pada cairan dan padatan.
Molekul tanpa ada aliran listrik akan adanya gaya nyata terhadap molekul lainnya hanya
akan bila mereka berdekatan. Dalam wujud gas partikel-partikelnya bergerak bebas dan
acak dengan kecepatan tertentu.  Partikel bertumbukan satu sama lain dan juga
menumbuk wadahnya sehingga gas tadi memberikan tekanan.  Jika ruangannya
diperkecil, maka tekanan yang diberikan gas tadi semakin besar (P ∞ V -1), sehingga pada
suhu yang konstan berlaku persamaan Boyle PV=K.  Pada volume ruang yang konstan
maka penambahan suhu akan meningkatkan tekanan (P ∞ T), sehingga P = KT yang
disebut dengan persamaan Gay Lussac dan Charles.  Jika kedua persamaan itu

digabung maka didapat :


P1V1     P2V2
——- = ——- = K
T1          T2

Harga konstanta itu disebut dengan konstanta gas ideal (R), sehingga persamaannya
menjadi PV = RT atau untuk gas sebanyak n mol berlaku persamaan PV = nRT. 
Persamaan itu disebut persamaan gas ideal (hukum Buole – Gay Lussac dan Charles). 
Artinya ada kondisi di mana gas tidak ideal.  Justru kondisi ini yang ada, sedangkan
kondisi ideal itu yang tidak ada, adanya mendekati ideal. Persamaan gas ideal dapat
digunakan untuk memprediksi secara kasar berat molekul cairan yang mudah menguap
yang disebut dengan metode Regnault dan Victor Meyer.

Teori kinetika molekuler:

PV=nRT perlu beberapa asumsi

1. Volume molekul gas diabaikan terhadap volume ruang (tekanan rendah, suhu tinggi)

2. Molekul gas tidak saling beratraksi (tekanan rendah)

3. Gerakan partikel gas random, energi kinetik, E = 3/2 RT

4. Tumbukan lenting sempurna

1.2Wujud Cair
Cairan mempunyai volume tetap dan hanya sedikit dipengaruhi oleh tekanan, rapat
dan viskositasnya lebih besar dari pada gas, dua zat dapat bercampur sempurna,
bercampur sebagia dan tidak bercampur dari titik kinetic dapat dianggap bahwa cairan
adalah kelanjutan dari fase gas, molekul-molekulnya mempunyai daya tarik yang kuat,
hingga dapat menahan volume yang tetap (Sukardjo, 2004: 88).

Sifat-sifat benda cair dan padat berasal dari gaya-gaya intramolekul yaitu gaya-gaya antar
molekul. Gaya-gaya intramolekul sendiri sangat erat hubungannya dengan gaya-gaya inter
molekul yaitu jenis ikatan. Partikel penyususn suatu padatan terletak pada titik-titik tertentu
mereka dapat bergetar pada titik-titik tersebut tetapi tidak  berpindah tempat. Dalam cairan
terdapat volume bebas diantara partikel-partikel penyusunnya, gerakan akan lebih bebas
sehingga struknya lebih acak. Dalam gas sangat banyak terdapat gerakan sangat bebas,
ketidakteraturan maksimum (Petucci, 2010: 1).

Perubahan gas menjadi cair dengan peningkatan tekanan diaplikasikan pada


pembuatan sediaan aerosol dengan propelan.  Sediaan ini menggunakan
pembawa propelan yang berujud gas dalam suhu dan tekanan normal, cair pada
suhu rendah atau tekanan tinggi.  Produksi sediaan ini dapat dibuat dengan 2
kondisi yaitu produksi pada suhu rendah tekanan normal dan produksi pada
suhu normal tekanan tinggi, kedua kondisi memungkinkan propelan berada
dalam wujud cair dalam kemasan bertekanan tinggi.  Jika digunakan terjadi
perubahan wujud propelan menjadi gas, menyembur sambil membawa obat.

Cairan mempunyai beberapa sifat spesifik, antara lain:

1. Suhu kritik dan tekanan kritik


2. Tekanan uap kesetimbangan/tekanan uap jenuh/tekanan uap (P),
dipengaruhi oleh suhu
3. Panas penguapan molar (∆Hv), bervariasi tergantung suhu, tetapi
dianggap sama pada rentang suhu yang sempit
4. Titik didih, dipengaruhi oleh tekanan atmosfir.

Jika suatu cairan dibiarkan maka molekul cairan dipermukaan akan terlepas
menjadi gas.   Semakin lama kecepatan pelepasan tersebut semakin lambat. 
Secara simultan partikel yang telah terlepas menjadi gas juga mengalami
pengembunan.  Kecepatan pengembunan semakin lama semakin cepat, tetapi
tetap tidak akan melebihi kecepatan penguapan.  Pada saat tertentu kecepatan
pengembunan sama dengan kecepatan penguapan.  Kondisi ini disebut terjadi
kesetimbangan antara fase cair dengan fase uapnya.  Tekanan yang diberikan
oleh uap cairan pada kondisi itu disebut tekanan uap kesetimbangan atau
tekanan uap jenuh atau sering disingkat dengan tekanan uap (P).  Semakin
tinggi suhu uap cairan pada kondisi kesetimbangan semakin tinggi, sehingga
tekanan uap semakin tinggi pula.
1.3Wujud Padat

Zat padat adalah zat yang mempunyai bentuk dan volume tetap. Zat padat tersusun
atas partikel-partikel yang teratur dan mempunyai jarak antarpartikel yang sangat rapat.
Gaya tarik-menarik antara partikel zat padat sangat kuat. Hal ini menyebabkan partikel
tidak dapat bergerak secara bebas untuk berpindah tempat. Keadaan ini menyebabkan zat
padat dapat mempertahankan bentuk dan volumenya sehingga zat padat selalu
mempunyai bentuk dan volume yang tetap (Soekardjo, 2004: 112).

Jika pada wujud gas partikelnya bergerak cepat dan acak dan pada wujud
cair partikelnya juga bergerak walaupun lebih lambat, maka pada wujud gas
partikel penyusun gas dianggap diam. Ini karena kuatnya ikatan antar
partikel penyusun padatan.Padatan diklasifikasikan menjadi dua yaitu
padatan amorf (kristal amorf) dan padatan kristal (kristal kristalin).  Padatan
amorf tidak mempunyai bentuk kristal tertentu sehingga itik leleh tidak
tentu.  Energi ikat/kisi rendah sehingga kelarutannya tinggi. Obat yang
berbentuk amorf lebih disukai karena bioavailabilatasnya lebih baik,
misalnya novobiosin amorf lebih cepat diabsorbsi dari pada novobiosin
kristal.Padatan kristal mempunyai bentuk tertentu yang teratur.  Bagian
terkecil penyusun padatan yang masih mempunyai sifat dari padatan tadi
disebut unit sel.  Beberapa bentuk unit sel telah dikenal misalnya kubik
(NaCl), tetragonal (Urea), heksagonal (iodoform), rombik/ortorombic
(iodine), monoklin (sukrosa), triklin (asam borak), dan lain – lain.

Padatan mempunyai sifat khas tertentu antara lain:

1. Energi kristal/kisi, yaitu energi yang diperlukan untuk mengubah 1 mol


padatan menjadi gas yang tersusun dari zarah yang menempati titik kisi.
2. Panas peleburan Molar (∆Hf), yaitu panas yang diperlukan oleh 1 mol
padatan untuk melebur
3. Titik lebur (To), yaitu suhu dimana terjadi kesetimbangan antara padatan
dan cairan, dipengaruhi oleh tekanan atmosfer

1.4Wujud Mesofase
Wujud mesofase adalah peralihan antara wujud padat dengan wujud cair,
sehingga disebut kristal cair.  Jika pada cairan gerakan molekul bebas dan
dapat berputar pada 3 sumbunya dan pada padatan molekul tidak bergerak
maka pada mesofase molekul bergerak dan berputar tapi terbatas. 
Berdasarkan gerakan tadi ada dua macam kristal cair yaitu tipe SMEKTIK,
yang mempunyai gerakan molekul dua arah dan berputar pada satu sumbu
dan tipe NEMATIK, yang mempunyai garakan molekul tiga arah dan
berputar pada 1 sumbu.
Berdasarkan proses pembentukan kristal cair ada dua macam kristal cair
yaitu Kristal cair thermotropik, yang didapat dengan pemanasan padatan,
misalnya pemanasan kholesterol benzoat pd 145oC, senyawa ini menjadi
cairan pada 179oC dan Kristal cair liotropik, yang didapat dengan
penambahan solven dalam padatan tertentu, misalnya campuran
trietanolamin dan asam oleat.
Dalam tubuh manusia banyak sekali kristal cair misalnya jaringan otak,
pembuluh darah, usus, dan syaraf.  Bentuk sediaan semi padat biasanya juga
bersifat kristal cair.
Menurut Giancolli (1999: 140), sifat perubaan fasa atau suatu zat atau materi dibedakan atas,
yaitu:

1. Membeku (pemadatan) yaitu perubahan wujud zat dari suatu benda cair menjadi
benda padat. Contohnya air menjadi es batu.
2. Mencair (pelehan) perubahan wujud zat dari suatu benda padat menjadi benda cair.
Contohnya lilin yang di bakar.
3. Menguap yaitu perubahan wujud zat dari suatu benda cair menjadi benda padat.
Contohnya jemuran yang basah menjadikering.
4. Mengembun yaitu perubahan wujud zat dari suatu benda gas menjadi benda cair.
Contohnya embun dipagi hari.

Mrenyublin yaitu perubahan wujud zat dari suatu benda gas menjadi benda cair.
Contohnya kapu barus menjadi gas.

Titik leleh (titik beku) suatu zat adalah temperatur pada mana fase padat dan cair ada
dalam kesetimbangan. Jika kesetimbangan semacam itu diganggu dengan menambahkan atau
menarik energy panas, system akan berubah membentuk lebih banyak zat cair atau lebih
banyak zat padat. Namun temperature akan tetap pada titik leleh selama kedua fase itu masih
ada (Petrucci, 2010: 1).

Titik didih suatu cairan berubah secara nyata dengan berubahnya tekanan luar,
tetapitekanan yang kecil seperti berubahnya tekanan udara mempunyai pengaruh yang dapat
diabaikan pada titik beku suatu cairan. Penambahan tekanan yang besar memang
menyebabkan fase yang volumenya lebih kecil, lebih disukai. Untuk kebanyakan zat, keadaan
zat lebih rapat volume kecil untuk bobot tertentu dari pada keadaan cair. Peralihan wujud zat
ditentukan oleh suhu dan tekanan (Aktins, 2001: 216).

Akibatnya bila mempelajari gas, maka dapat menyederhanakan atau mengabaikan


interaksi antara molekul atau anggap tumbukan sebanyk-banyaknya terjadi dua molekul saja
(Oxtoby, 2001: 94).

Titik awal pembahasan padatan adalah struktur teratur dari kristal sempurna. Titik asal
pembahasan gas adalah distribusi kacau dari molekul gas sempurna. Dengan cairan, berada di
antara ekstrim ini, ada sedikit struktur dan sedikit kekacauan (Aktins, 2001: 217).

Titik didih suatu cairan adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh tekanan uap jenuh cairan
itu sama dengan tekanan luar. Dari defenisi ini, maka diketahui titik didih cairan tergantung
pada tekanan udara pada permukaan cairan. Itulah titik air di gunung berbeda dengan di
pantai. Pada saat tekanan uap sama dengan tekanan udara luar maka gelembung-gelembung
uap dalam cairan bergerak ke permukaan dan masuk fase gas (Aktins, 2001: 219).

Titik didih dapat digunakan untuk memperkirakan secara tak langsung berapa kuatnya gaya
tarik antara molekul cairan. Cairan yang gaya antar molekulnya kuat, titik didihnya tinggi dan
sebaliknya bila gaya tariknya lemah maka titik didihnya rendah. Ketergantungan titik didih
pada gaya tarik membentuk gelembung-gelembung uap dalam cairan, karena tekanan uap
dalam gelembung sama dengan tekanan caian (Petrucci, 2010: 3).

1.1 Definisi Fasa

Fasa adalah bagian sistem yang komposisi kimia dan sfat-sifat fisiknya seragam, yang
terdapat dari bagian sistem lainnya oleh adanya bidang batas. Perilaku fasa yang dipunyai
suatu zat murni adalah sangat beragam dan rumit, akan tetapi data-datanya dapat
dikumpulkan dan kemudian dengan teermodinamika dapat dibuat ramalan-ramalan.
Pemahaman mengenai perilaku fasa berkembang dengan adanya aturan fasa Gibbs.
Persamaan Claussius dan persamaan Clausius-Clapeyron menghubungkan perubahan tekanan
kesetimbangan dengan pengaruh suhu.
2.2.Definisi Komponen

Jumlah komponen dalam suatu system merupakan jumlah minimum dari spesi yang
secara kimia independen yang diperlukan untuk menyatakan komposisi setiap fasa dalam
system tersebut.

2.3. Definisi Derajat Kebebasan

Derajat kebebasan f,(kadang-kadang disebut varians, v ) dari suatu system setimbang


merupakan jumlah variable intensif independen yang diperlukan untuk menyatakan keadaan
system tersebut.

2.4. Aturan Fasa

Pada tahun 1876, Gibbs menurunkan hubungan sederhana antara jumlah fasa yang
setimbang, jumlah komponennya dan jumlah besaran intensif yang bebas yang harus
dinyatakan untuk melukiskan keadaan sistem secara lengkap.

Jumlah komponen (c) dalam suatu sistem ialah bilangan terkecil, yang menyatakan
macam kelompok zat; dimana bagi tiap kelompok, komposisi dalam tiap-tiap fasanya dapat
dilukiskan sendiri. Jumlah komponen dapat lebih kecil daripada macam zat,s, yang berada
dalam sistem, karena mungkin saja terdapat hubungan antara konsentrasi kesetimbangan
berbagai zat dalam sistem hingga untuk melukiskan sistem secara lengkap tidak perlu
dinyatakan sebanyak s kali.

Terdapat dua macam hubungan antara konsentrasi komponen-komponen yaitu


kesetimbangan kimia dan keadaan awal. Bagi tiap kesetimbangan kimia jumlah konsentrasi
yang bebas berkurang sebuah. Sebagai contoh, bila kalsium oksida padat, kalsium karbonat
padat, dan gas karbon dioksida berada dalam kesetimbangan, jumlah komponen berkurang
dengan satu oleh adanya kesetimbangan kimia.

Jumlah derajat kebebasan atau varian (v) suatu sistem ialah bilangan terkecil yang
menunjukkan jumlah variable bebas (tekanan, suhu, konsentrasi berbagai fasa) yang harus
diberi harga untuuk melukiskan keadaan sistem.
2.5. Diagram Fasa

Diagram fase adalah sejenis grafik yang digunakan untuk menunjukkan kondisi
kesetimbangan antara fase-fase yang berbeda dari suatu zat yang sama. Dalam matematika
dan fisika, diagram fase juga mempunyai arti sinonim dengan ruang fase.
Komponen-komponen umum diagram fase adalah garis kesetimbangan fase, yang
merujuk pada garis yang menandakan terjadinya transisi fase.

2.6. Campuran zat


 Campuran zat terdiri dari:
o Campuran kasar
o Dispersi koloid
o Larutan sejati
 Larutan: Campuran homogen antara 2 zat atau lebih
 Secara fisis larutan berupa:
o Padatan
o Cairan
o Gas
 Larutan terdiri atas:
o Solut
o Solven
 Larutan bersifat:
o Jenuh
o Tak jenuh
o Lewat jenuh

2.7. Gambaran termodinamika tentang campuran


 Kuantitas molar parsial
 Termodinamika pencampuran
 Potensial kimia pencampuran
 Campuran cairan
 Sifat koligatif

2.8. Kesetimbangan Fasa Dan Diagram Fasa

Selama ini pembahasan perubahan mutual antara tiga wujud materi difokuskan pada
keadaan cair. Dengan kata lain, perhatian telah difokuskan pada perubahan cairan dan
padatan, dan antara cairan dan gas. Dalam membahas keadaan kritis zat, akan lebih tepat
menangani tiga wujud zat secara simultan, bukan membahas dua dari tiga wujud zat.

Gambar 7.5 Diagram fasa


Tm adalah titik leleh normal air, , T3 dan P3 adalah titik tripel, Tb adalah titik didih
normal, Tc adalah temperatur kritis, Pc adalah tekanan kritis.

Diagram fasa merupakan cara mudah untuk menampilkan wujud zat sebagai fungsi
suhu dan tekanan. Sebagai contoh khas, diagram fasa air diberikan di Gambar 7.5. Dalam
diagram fasa, diasumsikan bahwa zat tersebut diisolasi dengan baik dan tidak ada zat lain
yang masuk atau keluar sistem.

Pemahaman Anda tentang diagram fasa akan terbantu dengan pemahaman hukum
fasa Gibbs, hubungan yang diturunkan oleh fisikawan-matematik Amerika Josiah Willard
Gibbs (1839-1903) di tahun 1876. Aturan ini menyatakan bahwa untuk kesetimbangan
apapun dalam sistem tertutup, jumlah variabel bebas-disebut derajat kebebasan F- yang sama
dengan jumlah komponen C ditambah 2 dikurangi jumlah fasa P, yakni,

F=C+2-P … (7.1)
Jadi, dalam titik tertentu di diagram fasa, jumlah derajat kebebasan adalah 2 – yakni
suhu dan tekanan; bila dua fasa dalam kesetimbangan-sebagaimana ditunjukkan dengan garis
yang membatasi daerah dua fasa hanya ada satu derajat kebebasan-bisa suhu atau tekanan.
Pada ttik tripel ketika terdapat tiga fasa tidak ada derajat kebebasan lagi. Dari diagram fasa,
Anda dapat mengkonfirmasi apa yang telah diketahui, dan lebih lanjut, Anda dapat
mempelajari apa yang belum diketahui. Misalnya, kemiringan yang negatif pada perbatasan
padatan-cairan memiliki implikasi penting sebagaimana dinyatakan di bagian kanan diagram,
yakni bila tekanan diberikan pada es, es akan meleleh dan membentuk air. Berdasarkan
prinsip Le Chatelier, bila sistem pada kesetimbangan diberi tekanan, kesetimbangan akan
bergeser ke arah yang akan mengurangi perubahan ini. Hal ini berarti air memiliki volume
yang lebih kecil, kerapatan leb besar daripada es; dan semua kita telah hafal dengan fakta
bahwa s mengapung di air.

Sebaliknya, air pada tekanan 0,0060 atm berada sebagai cairan pada suhu rendah,
sementara pada suhu 0,0098 °C, tiga wujud air akan ada bersama. Titik ini disebut titik tripel
air. Tidak ada titik lain di mana tiga wujud air ada bersama.

Selain itu, titik kritis (untuk air, 218 atm, 374°C), yang telah Anda pelajari, juga
ditunjukkan dalam diagram fasa. Bila cairan berubah menjadi fasa gas pada titik kritis,
muncul keadaan antara (intermediate state), yakni keadaan antara cair dan gas. Dalam
diagram fasa keadaan di atas titik kritis tidak didefinisikan.

1.5Kesetimbangan Fase
Fase adalah bagian dari sistem yang dengan jelas secara fisik terpisah dari
bagian yang lain.  Jika fase telah mengalami kesetimbangan maka besaran –
besaran yang ada dalam sistem tersebut sudah berada dalam keadaan yang
konstan.  Kita perlu menyatakan sejumlah besaran intensif supaya sistem
tersebut bisa ditiru dengan pasti.  Jumlah besaran intensif minimal yang
diperlukan ini disebut jumlah derajat bebas.  J Williard Gibss telah membuat
suatu persamaan untuk menghitung jumlah minimal ini.

F=C–P+2

F : jumlah derajat bebas (degree of Freedom

C : jumlah komponen (Components)


P : julah fase (Phase)

C adalah jumlah item komponen yang menyusun semua fase.  Biasanya adalah
jumlah item molekul penyusun sistem, walaupun sebenarnya bisa juga
komponen tersebut berupa kesetimbangan dari beberapa senyawa.  P adalah
jumlah fase.

Contoh dari penggunaan fase tersebut adalah sebagai berikut:

1. Air membentuk kesetimbangan dengan uapnya, maka ada satu komponen


yaitu air (H2O), ada dua fase  yaitu air cair dan uap air, sehingga
F = 1-2+2 = 1 artinya pada system tersebut supaya bisa ditiru dengan
pasti perlu disebutkan satu besaran intensifnya.  Beberapa besaran
intensif yang ada di sini misalnya suhu, tekanan uap, viskositas, massa
jenis, dan lain-lain.  Jika kita menyebut satu saja, misalnya suhunya 100o
C, maka otomatis yang lain mengikuti, misalnya tekanan aupnya 1 atm,
viscositas dan densitasnya sudah ada data yang pasti.
2. Campuran air dan eter membentuk kesetimbangan dengan uapnya, maka
F = 2-3+2 =1, dua komponen yaitu air dan eter, tiga fase yaitu cairan air
yang jenuh dengan eter, eter yang jenuh air, dan uap air dan uap eter yang
bisa campur dalam segala perbandingan. Artinya kita cukup menyatakan
satu besaran intensif untuk menggambarkan system itu secara pasti,
misalnya kita menyebut suhu, maka besaran intensif yang lain sudah pasti
nilainya misalnya tekanan uap jenuh kedua uap. Dengan menyebut suhu
saja maka sudah pasti konsentrasi air dalam eter maupun konsentrasi eter
dalam air, yaitu sebesar kelarutannya masing-masing pada suhu tersebut.

Anda mungkin juga menyukai