HASIL PENGAMATAN
19 Universitas Sriwijaya
20
Universitas Sriwijaya
21
meja nomor 1 dan 2 ini dilakukan proses pengolahan dengan Shaking Table.
karena pada Air Table tidak dapat mengambil bijih timah yang berukuran sangat
halus. Pada shaking table meja 1, 2, 3 dan 4 menghasilakn Konsentrat dan Tailing.
Konsentrat dan middling kemudian diambil sample untuk mengetahui kadar.
Universitas Sriwijaya
22
Air Table No.3. Frekuensi pukulan Air Table PPBT Toboali pada meja No.
3 yaitu 590 pukulan/menit dengan panjang pukulan 8mm. Gaya yang berkerja di
Air Table adalah gaya gravitasi, gaya gesek dan gaya dorong, media yang
mempengaruhinya adalah udara. Air Table di PPBT Toboali ada 9 Unit dan yang
beroperasi 7 unit, sedangkan 2 unit yang tidak beroperasi dikarenakan sedang
mengalami kerusakan. Forclift digunakan untuk membantu masuknya feed ke
dalam container dengan jumlah Forclift 3 unit. Proses pengoperasian Air Table
dapat dilihat pada (Lampiran E)
Dalam melakukan suatu proses pengolahan bijih timah pada Air Table ada
terdapat bagian dan alat penting yaitu, terkait bagian utama, alat penunjang dan
alat pendukung. Seperti berikut :
a. Bagian Utama pada Air Table
Berdasarkan hasil pengamatan ada beberapa bagian dari Air Table yang
berperan penting dalam melakukan proses pemisahan yaitu:
1) Push Button
Push button berfungsi untuk menghidupkan atau mematikan Air Table,
(Gambar 4.3).
Universitas Sriwijaya
23
2) Motor Penggerak
Motor penggerak berfungsi sebagai penggerak utama pada Air Table
perputaran motor penggerak ini lah yang di transformasi menjadi getaran pada
meja oleh eksentrik, (Gambar 4.4).
3) Blower Angin
Blower angin berfungsi untuk memberikan tekanan udara ke alas meja, angin
sebagai fluida yang membuat pergerakan partikel-partikel feed yang terjadi di
atas Air Table, (Gambar 4.5).
Universitas Sriwijaya
24
4) Hooper (Kontainer)
Hooper atau container merupakan alat yang digunakan sebagai tempat atau
wadah untuk menampung bahan atau feed yang akan dilakukan pengolahan di
Air Table, (Gambar 4.6).
5) Alas
Alas merupakan suatu permukaan yang dilapisi dengan kain tetron dan
mempunyai kemiringan. Terdapat spliter atau kisi kayu sebagai tempat atau
media terpisahnya konsentrat dan mineral ikutannya atau Tailing, (Gambar
4.7).
Universitas Sriwijaya
25
6) Kisi/Splitter
Kisi atau sekat berfungsi sebagai tempat keluarnya material, kisi ini terdapat di
bagian atas yaitu bagian konsentrat, bagian bawah yaitu middling atau tailing.
Dibagian konsentrat terdapat 12 kisi, dibagian middling 2 kisi dan 6 dibagian
tailing. Kisi atau spliter ini terbuat dari kayu berbentuk balok dengang ukuran
panjang 13 cm, lebar 2 cm, dan tinggi 3 cm. (Gambar 4.8)
7) Stang Pemutar
Stang Pemutar berguna untuk mengatur kemiringan setiap sudut meja, stang
pemutar terletak disetiap sudut meja, (Gambar 4.9).
Universitas Sriwijaya
26
9) Karet Penutup
Karet penutup ini berguna untuk menahan keluarnya aliran angin yang terjadi,
sehingga angin yang dihasilkan diatas meja stabil. Karet penutup ini juga
berguna sebagai penahan gesekan antara meja dan dek, (Gambar 4.11)
Universitas Sriwijaya
27
Universitas Sriwijaya
28
2) Jumbo bag
Fungsi dari Jumbo bag sebagai tempat feed (umpan) kering maupun basah
(mineral hasil harz jig penambangan) dengan kapasitas yang lebih besar dari
kontainer/drum 2 ton, (Gambar 4.15).
Universitas Sriwijaya
29
3) Kuas
Kuas berfungsi sebagai alat bantu operator untuk memilah, menyisihkan, dan
mendorong feed (umpan) yang jatuh dari corong hooper ke dalam alas Air
Table, (Gambar 4.16).
4.2 Pengaruh Kemiringan pada Air Table Terhadap Kadar dan Recovery
Percobaan ini menganalisis pengaruh kemiringan pada air table terhadap
kadar dan recovery dimana dari proses percobaan ini akan didapatkan kadar dan
recovery yang paling baik. Percobaan dilakukan sebanyak 5 kali dengan
kemiringan yang berbeda dan bahan yang berbeda agar diketahui kemiringan
berapa yang paling optimal. Bahan yang digunakan berasal dari tambang darat
milik mitra, yaitu ; TJ 1 Syarifuddin, Dira VII Fukho, TJ I Suhardi, Dira 38
Suhandra dan Dira II Suhandra. Data berat yang didapatkan dilanjutkan dengan
perhitungan material balance dan recovery. Rumus dapat dilihat pada (Persamaan
2.1) dan (Percobaan 2.5). Pada percobaan setelah di dapatkan berat dan kadar
yang di dapat dari hasil Air Table. Berat yang dihasilkan dilakukan perhitungan
untuk mengetahui material balancenya agar feed/material yang masuk sama
dengan feed/ material yang keluar dan dilakukan perhitungan recovery untuk
mengetahui kasiterit yang terkandung didalam konsentrat. Material balance di
hitung untuk menunjukkan proses tersebut berjalan secara optimal atau tidak.
Cash Flow material balance dapat dilihat pada, (Gambar 4.17).
Universitas Sriwijaya
30
Mineral
Berat feed Processing Berat middling
Berat konsentrat
Umpan yang masuk dalam dalam lubang feed kemudian jatuh keatas meja
karena adanya gaya grafitasi. Feed yang telah tersebar dimeja akan terpisah
seperti, (Gambar 4.18). Feed yang jatuh ke penampungan konsentrat biasanya
pada bagian (a), sedangkan feed bagian (b) bisa terjatuh ke penampungan
middling ataupun ke penampungan konsentrat. Feed bagian (c) terjatuh ke
penampungan middling.
1) Percobaan pertama
Pada percobaan pertama ini kadar awal dan berat awal didapatkan dari
gudang penerimaan. Percobaan pertama dilakukan dengan sample yang
mempunyai berat 32,17 kg dengan kadar 68,05% dari TJ I Syarifuddin. Percobaan
Universitas Sriwijaya
31
ini dilakukan dengan kemiringan 2,81o, 3,37o dan 3,94o, pada setiap kemiringan
dilakukan proses pengolahan selama 10 menit. Hasil yang didapatkan dari proses
tersebut adalah berat konsentrat dan middling. Berat konsentrat dan middling
digunakan untuk menghitung recovery, (Tabel 4.1).
SAMPLE 1
TJ I SYARIFUDDIN Kadar Awal : 68,05% Berat Awal : 32,17 kg
No. Kemiringan (°) Berat Konsentrat (Kg) Berat Middling (Kg)
1 2,81 22,00 10,00
2 3,37 17,50 15,00
3 3,94 8,20 24,00
Dari ketiga kemiringan tersebut kemiringan yang paling baik berada pada
kemiringan 2,81o yaitu didapatkan berat konsentrat 22 kg dan berat middling 10
kg. Berat konsentrat dan berat middling pada tabel diatas dapat dilihat bahwa
semakin kecil kemiringan maka berat konsentratnya semakin banyak dan berat
middlingnya sedikit begitupun sebaliknya. Hal itu dikarenakan jika kemiringan
terlalu tinggi maka konsentrat akan dapat meluncur kebawah kearah
penampungan middling. Berat yang didapat kemudian dilakukan Analisis Grain
Counting di laboratorium untuk mengetahui kadar konsentrat dan kadar middling
pada (Lampiran A) dan (Lampiran B), lalu digunakan untuk melakukan
perhitungan recovery sehingga akan didapatkan pada kemiringan berapa recovery
yang paling optimal. Perhitungan dapat dilhat pada (Lampiran C). Nilai dari hasil
perhitungan dapat dilihat pada table di bawah ini, (Tabel 4.2).
Sample 1
Kadar Sn (%) Recovery (%)
Kemiringan
Konsentra Konsentr Middlin
(°) Middling
t at g
Universitas Sriwijaya
32
Data dari (Tabel 4.2) dapat dilihat bahwa terjadi perubahan recovery pada
setiap kemiringan. Semakin tinggi kemiringan maka konsentrat akan semakin
bersih karena telah terpisah dengan mineral pengotornya dengan baik sehingga
kadar Sn-nya akan semakin tinggi, sebaliknya semakin tinggi kemiringan maka
recovery semakin rendah hal itu dapat dilihat pada. Berat konsentrat juga
mempengaruhi perhitungan recovery, maka dari itu kemiringan 2,81 o paling baik
berdasarkan recovery yang dihasilkan. Hubungan kemiringan terhadap kadar dan
recovery ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini, (Gambar 4.19).
Percobaan Pertama
80.00
Persentase (%)
60.00
Kadar Sn
40.00 Konsentrat
Recovery
20.00 konsentrat
0.00
2.81 3.37 3.94
Kemiringan (o)
Universitas Sriwijaya
33
2) Percobaan kedua
Pada percobaan kedua ini kadar awal dan berat awal didapatkan dari gudang
penerimaan. Percobaan kedua dilakukan dengan sample yang mempunyai berat
25,39 kg dengan kadar 67,72% dari Dira VII Fukho. Percobaan ini dilakukan
dengan kemiringan 2,81o, 3,37o dan 3,94o, pada setiap kemiringan dilakukan
proses selama 10 menit. Hasil yang didapatkan dari proses tersebut adalah berat
konsentrat dan middling. berat konsentrat dan middling digunakan untuk
menghitung recovery. Semakin besar recovery yang dihasilkan maka akan
semakin baik proses pengolahan tersebut, (Tabel 4.2) :
SAMPLE 2
DIRA VII FUKHO Kadar Awal : 67,72% Berat Awal : 25,39 kg
No. Kemiringan (°) Berat Konsentrat (Kg) Berat Middling (Kg)
1 2,81 18,50 6,00
2 3,37 11,00 14,50
3 3,94 7,50 18,00
Dari ketiga kemiringan tersebut, kemiringan yang paling baik berada pada
kemiringan 2,81o yaitu didapatkan berat konsentrat 18,5 kg dan berat middling 6
kg. Berat konsentrat dan berat middling pada tabel diatas dapat dilihat bahwa
semakin kecil kemiringan maka berat konsentratnya semakin banyak dan berat
middlingnya sedikit begitupun sebaliknya. Hal itu dikarenakan jika kemiringan
terlalu tinggi maka konsentrat akan dapat meluncur kebawah kearah
penampungan middling. Berat yang didapat kemudian dilakukan Analisis Grain
Counting di laboratorium untuk mengetahui kadar konsentrat dan kadar middling
pada (Lampiran A) dan (Lampiran B), kemudian digunakan untuk melakukan
Universitas Sriwijaya
34
Sample 2
Kemiringan (°) Kadar Sn (%) Recovery
Konsentrat Middling Konsentrat Middling
2,81 74,20 57,22 79,85 20,15
3,37 73,13 60,99 46,79 53,21
3,94 73,05 62,63 31,87 68,13
Data dari (Tabel 4.4) dapat dilihat bahwa terjadi perubahan recovery pada
setiap kemiringan. Semakin tinggi kemiringan maka konsentrat akan semakin
bersih (mineral pengotornya semakin sedikit) karena telah terpisah dengan
mineral pengotornya dengan baik sehingga kadar Sn-nya akan semakin tinggi hal
itu dapat dilihat pada (Lampiran A), tetapi kemiringan tersebut tidak dapat
menjadi kemiringan yang paling baik dikarenakan pada kemiringan tersebut
recovery yang dihasilkannya rendah. Pada kemiringan 2,81o kadar memang lebih
kecil tetapi recovery yang dihasilkannya besar. Kadar yang dihasilkan rendah dari
kemiringan lainnya disebabkan karena mineral pengotor dapat terikut dengan
konsentrat, tetapi berat konsentrat yang diperoleh lebih banyak dibandingkan
lainnya. Berat konsentrat juga mempengaruhi perhitungan recovery. Maka dari itu
kemiringan 2,81o paling baik berdasarkan recovery yang dihasilkan. Hubungan
kemiringan terhadap kadar dan recovery dapat dilihat pada grafik di bawah ini,
(Gambar 4.20).
Universitas Sriwijaya
35
3) Percobaan ketiga
Pada percobaan ketiga ini kadar awal dan berat awal didapatkan dari gudang
penerimaan. Percobaan ketiga dilakukan dengan sample yang mempunyai berat
35,16 kg dengan kadar 65,08% dari TJ I Suhardi. Percobaan ini dilakukan dengan
kemiringan 2,81o, 3,37o dan 3,94o, pada setiap kemiringan dilakukan proses
selama 10 menit. Hasil yang didapatkan dari proses tersebut adalah berat
konsentrat dan middling. berat konsentrat dan middling digunakan untuk
menghitung recovery, (Tabel 4.5) :
Universitas Sriwijaya
36
SAMPLE 3
TJ I SUHARDI Kadar Awal : 65,08% Berat Awal : 35,16 kg
Dari ketiga kemiringan tersebut, kemiringan yang paling baik berada pada
kemiringan 2,81o yaitu didapatkan berat konsentrat 22 kg dan berat middling 3
kg. Berat konsentrat dan berat middling pada tabel diatas dapat dilihat bahwa
semakin kecil kemiringan maka berat konsentratnya semakin banyak dan berat
middlingnya sedikit begitupun sebaliknya. Hal itu dikarenakan jika kemiringan
terlalu tinggi maka konsentrat akan dapat meluncur kebawah kearah
penampungan middling. Berat yang didapat kemudian dilakukan Analisis Grain
Counting di laboratorium untuk mengetahui kadar konsentrat dan kadar middling
pada (Lampiran A) dan (Lampiran B), setelah itu digunakan untuk melakukan
perhitungan recovery sehingga akan didapatkan pada kemiringan berapa recovery
yang paling optimal. Perhitungan dapat dilhat pada (Lampiran C). Nilai dari hasil
perhitungan dapat dilihat pada table di bawah ini, (Tabel 4.6).
Sample 3
Kemiringan
Kadar Sn (%) Recovery
(°)
Konsentra Konsentr Middlin
Middling
t at g
2,81 73,83 30,46 96,55 3,45
3,37 75,76 36,04 85,58 14,42
3,94 74,89 64,31 51,20 48,80
Data dari (Tabel 4.6) dapat dilihat bahwa terjadi perubahan recovery pada
setiap kemiringan. Semakin tinggi kemiringan maka konsentrat akan semakin
Universitas Sriwijaya
37
Universitas Sriwijaya
38
konsentrat akan semakin tinggi dapat dilihat pada (Lampiran A) dan (Lampiran
B).
4) Percobaan keempat
Pada percobaan keempat ini kadar awal dan berat awal didapatkan dari
gudang penerimaan. Percobaan keempat dilakukan dengan sample yang
mempunyai berat 31,36 kg dengan kadar 68,00% dari TJ I Syarifuddin. Percobaan
ini dilakukan dengan kemiringan 2,81o, 3,37o dan 3,94o, pada setiap kemiringan
dilakukan proses selama 10 menit. Hasil yang didapatkan dari proses tersebut
adalah berat konsentrat dan middling. berat konsentrat dan middling digunakan
untuk menghitung recovery, (Tabel 4.7) :
SAMPLE 4
DIRA 38 SUHANDRA Kadar Awal : 68,00% Berat Awal : 31,36 kg
Universitas Sriwijaya
39
Sample 4
Kemiringan
Kadar Sn (%) Recovery
(°)
Konsentra Konsentr Middlin
Middling
t at g
2,81 70,00 21,33 85,36 14,64
3,37 74,37 52,55 47,01 52,99
3,94 75,05 58,26 26,40 73,60
Data dari (Tabel 4.8) dapat dilihat bahwa terjadi perubahan recovery pada
setiap kemiringan. Semakin tinggi kemiringan maka konsentrat akan semakin
bersih (mineral pengotornya semakin sedikit) karena telah terpisah dengan
mineral pengotornya dengan baik sehingga kadar Sn-nya akan semakin tinggi hal
itu dapat dilihat pada (Lampiran A), tetapi kemiringan tersebut tidak dapat
menjadi kemiringan yang paling baik dikarenakan pada kemiringan tersebut
recovery yang dihasilkannya rendah. Pada kemiringan 2,81o kadar memang lebih
kecil tetapi recovery yang dihasilkannya besar. Kadar yang dihasilkan rendah dari
kemiringan lainnya disebabkan karena mineral pengotor dapat terikut dengan
konsentrat, tetapi berat konsentrat yang diperoleh lebih banyak dibandingkan
lainnya. Berat konsentrat juga mempengaruhi perhitungan recovery. Maka dari itu
kemiringan 2,81o paling baik berdasarkan recovery yang dihasilkan. Hubungan
kemiringan terhadap kadar dan recovery dapat dilihat pada grafik di bawah ini,
(Gambar 4.22).
Universitas Sriwijaya
40
5) Percobaan kelima
Pada percobaan kelima ini kadar awal dan berat awal didapatkan dari
gudang penerimaan. Percobaan kelima dilakukan dengan sample yang mempunyai
berat 48,01 kg dengan kadar 65,01% dari Dira II Suhandra. Percobaan ini
dilakukan dengan kemiringan 2,81o, 3,37o dan 3,94o, pada setiap kemiringan
dilakukan proses selama 10 menit. Hasil yang didapatkan dari proses tersebut
adalah berat konsentrat dan middling. berat konsentrat dan middling digunakan
untuk menghitung recovery (Tabel 4.9):
SAMPLE 5
DIRA II SUHANDRA Kadar Awal : 65,01% Berat Awal : 48,01 kg
Universitas Sriwijaya
41
Sample 5
Kemiringan
Kadar Sn (%) Recovery
(°)
Konsentra Konsentr Middlin
Middling
t at g
2,81 71,90 49,49 73,72 26,28
3,37 72,20 49,00 67,09 32,91
3,94 74,62 47,30 44,23 55,77
Data dari (Tabel 4.10) dapat dilihat bahwa terjadi perubahan recovery pada
setiap kemiringan. Semakin tinggi kemiringan maka konsentrat akan semakin
bersih (mineral pengotornya semakin sedikit) karena telah terpisah dengan
mineral pengotornya dengan baik sehingga kadar Sn-nya akan semakin tinggi hal
itu dapat dilihat pada (Lampiran A), tetapi kemiringan tersebut tidak dapat
menjadi kemiringan yang paling baik dikarenakan pada kemiringan tersebut
recovery yang dihasilkannya rendah. Pada kemiringan 2,81o kadar memang lebih
kecil tetapi recovery yang dihasilkannya besar. Kadar yang dihasilkan rendah dari
kemiringan lainnya disebabkan karena mineral pengotor dapat terikut dengan
konsentrat, tetapi berat konsentrat yang diperoleh lebih banyak dibandingkan
lainnya. Berat konsentrat juga mempengaruhi perhitungan recovery. Maka
kemiringan 2,81o paling baik berdasarkan recovery yang dihasilkan. Hubungan
kemiringan terhadap kadar dan recovery dapat dilihat pada grafik di bawah ini
(Gambar 4.23)
Universitas Sriwijaya
42
Percobaan Kelima
80.00
Persentase (%)
60.00 Kadar Sn
40.00 Konsentrat
20.00 Recovery
konsentrat
0.00
2.81 3.37 3.94
Kemiringan (o)
Universitas Sriwijaya
43
Kadar
feed Konsentrat Recovery Konsentrat Recovery Konsentrat Recovery
awal
Universitas Sriwijaya
44
Universitas Sriwijaya