0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
45 tayangan1 halaman
Budiarto SH adalah advokat pertama di Indonesia dan perintis kemerdekaan yang lahir pada 1898. Ia mendapatkan gelar sarjana hukum dari Universitas Leiden Belanda dan terlibat dalam berbagai organisasi kemerdekaan. Budiarto juga berperan dalam pendirian berbagai lembaga penting seperti Universitas Gadjah Mada, Palang Merah Indonesia, dan rumah sakit.
Budiarto SH adalah advokat pertama di Indonesia dan perintis kemerdekaan yang lahir pada 1898. Ia mendapatkan gelar sarjana hukum dari Universitas Leiden Belanda dan terlibat dalam berbagai organisasi kemerdekaan. Budiarto juga berperan dalam pendirian berbagai lembaga penting seperti Universitas Gadjah Mada, Palang Merah Indonesia, dan rumah sakit.
Budiarto SH adalah advokat pertama di Indonesia dan perintis kemerdekaan yang lahir pada 1898. Ia mendapatkan gelar sarjana hukum dari Universitas Leiden Belanda dan terlibat dalam berbagai organisasi kemerdekaan. Budiarto juga berperan dalam pendirian berbagai lembaga penting seperti Universitas Gadjah Mada, Palang Merah Indonesia, dan rumah sakit.
dikenal dengan Budhyarto saja, dalam penulisan pun di beberapa tempat ditulis dengan Boediarto atau Budiarto, bernama lengkap Mr. Raden Sundoro Budhyarto Martoatmodjo) (16 November 1898-1981), adalah seorang advokat pertama di Indonesia dan seorang perintis kemerdekaan yang lahir pada tanggal 16 November 1898. Ia meninggal pada tahun 1981 dalam usia 83 tahun. Pada tahun 1930 (usia 32 tahun) Mr. R. S. BudhyartoMartoatmodjo menikah dengan putri Haji Shaleh Idris yang berusia 22 tahun (waktu itu Haji Shaleh Idris adalah ketua PNI di Banyuwangi). Ia dikaruniai 6 orang anak. Ia adalah adik kandung dr. Boentaran Martoatmojo, Menteri Kesehatan Indonesia yang pertama pada masa Kabinet Presidensial.
Mr. R. S. BudhyartoMartoatmodjo pernah mengenyam pendidikan hukum di Universitas
Leiden Belanda sampai mendapatkan gelar Meester in de Rechten (Mr.) dan biaya pendidikannya di sana waktu itu tidak berasal dari pemerintah tetapi dari kakaknya sendiri, dr. BoentaranMartoatmojo. Sewaktu kuliah di Belanda ia juga bergabung dengan IndischeVereeniging atau Perhimpunan Hindia yang merupakan organisasi mahasiswa di negeri Belanda atau di Indonesia yang lebih dikenal dengan nama Perhimpunan Indonesia. Sekembalinya ke Indonesia yang waktu itu masih berada di bawah kekuasaan pemerintah Belanda, aktivitas politiknya mulai terlihat ketika ia bergabung dan ikut mendirikan Partai Nasional Indonesia bersama Bung Karno yang merupakan kelanjutan dari perjuangan mahasiswa Indonesia yang kuliah di Belanda melalui Indische Vereeniging. Peristiwa 3 Juli 1946, Mr. R. S. Budhyarto Martoatmodjo tercatat sebagai orang yang termasuk beroposisi dengan pemerintah Kabinet Sjahrir II di Indonesia. Ia bersama Tan Malaka, Muh. Yamin,Ahmad Subardjo, Boentaran Martoatmojo, Sukarni, Cherul Saleh, Sudiro, Gatot, dan Iwa Kusuma menginginkan kedaulatan penuh, sedangkan Kabinet Sjahrir II waktu itu hanya menuntut kedaulatan atas Jawa dan Madura terhadap Belanda. Di bidang sosial, Ia tercatat sebagai pendiri Universitas Gadjah Mada di mana ia berada di bagian promotor. Selain itu, Mr. R. Sundoro Martoatmodjo juga sebagai peletak dasar pendirian organisasi Persatuan Lawn Tennis Indonesia (PELTI). Selain itu, ia juga termasuk tokoh dibalik berdirinya PMI (Palang Merah Indonesia). Ia juga ikut mendirikan lembaga Transfusi Darah Budhyarto yang sekarang diganti nama menjadi Lembaga Transfusi Darah Jakarta. Mr. R. S. BudhyartoMartoatmodjo adalah salah anggota Badan pendiri Yayasan Rumah Sakit Jakarta yang disahkan pada tanggal 10 Desember 1953, dan juga termasuk salah satu pendiri Rumah Sakit Husada. Selain itu, Mr. R. S. Budhyarto Martoatmodjo juga sebagai pendiri PT Djakarta Llyod (Persero)