Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi saat ini sangat berkembang pesat mulai dari teknologi
bidang pendidikan, bidang ekonomi, bidang kedokteran sampai bidang
meteorologi. Salah satu kemajuan teknologi pada bidang meteorologi adalah
dalam pengukuran parameter cuaca. Parameter cuaca seperti suhu, kelembaban,
tekanan udara, arah dan kecepatan angin serta lama penyinaran matahari yang
biasanya diukur menggunakan alat konvensional seperti termometer, barometer,
hygrometer, anemometer dan Campbell-Stokes dapat digantikan dengan
penggunaan sensor-sensor yang sudah banyak diproduksi. Namun, instrumentasi
parameter konvensional ini memiliki banyak kesalahan dibandingkan dengan
instrumentasi parameter otomatis yang lebih efektif dalam merekan data
perubahan suatu parameter.
Dengan demikian, kita perlu untuk mempelajari instrumentasi parameter
meteorologi konvensional agar kita dapat mengetahui kesalahan pada saat
pengukuran dan cara mengatasinya. Selain kita dapat mengetahui kesalahan yang
dibuat oleh instumentasi tersebut, kita juga dapat mengetahui cara kerja dan
memeriksa data yang dihasilkan suatu instrument parameter.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari praktikum kali ini yaitu sebagai berikut.


1. Apa itu pengkuran?

1
2. Apa saja sifat alat meteorologi?
3. Apa saja instrumetasi meteorologi konvensional?

1.3 Tujuan Praktikum

Tujuan dari dilakukannya praktikum tentang dasar pengukuran


instrumentasi parameter meteorologi konvensional adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui Prinsip Dasar Pengukuran Meteorologi Konvensional.
2. Mampu menggunakan Alat Meteorologi Konvensional.
3. Mampu Menghitung parameter R. Humidity (Kelembaban) dengan
persamaan clausius clapeyron di sangkar meteorologi.

1.4 Sistematika Penulisan

Laporan praktikum ini disusun dalam 5 (lima bab), yaitu:

a. Abstrak

Abstrak berisi tentang ringkasan isi laporan yang sudah


dilakukan pada suatu percobaan atau penelitian.

b. Daftar Isi

Daftar isi digunakan untuk mempermudah pembaca dalam


mencari bab, sub-bab, daftar pustaka, dan lampiran.

c. Daftar Gambar

Daftar gambar digunakan untuk mempermudah pembaca


dalam menemukan gambar.

2
d. Daftar Tabel

Daftar tabel digunakan untuk mempermudah pembaca


dalam menemukan tabel.

e. Daftar Grafik

Daftar grafik digunakan untuk mempermudah pembaca


dalam menemukan grafik.

f. Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan


praktikum, dan sistematika penulisan.

g. Bab II Dasar Teori

Bab ini berisi teor-teori yang berkaitan dalam permasalahan


yang akan dibahas pada saat melakukan penelitian atau
percobaan.

h. Bab III Metodologi Praktikum


Bab ini berisi waktu dan tempat praktikum, alat dan bahan
yang digunakan saat praktikum, serta flowchart langkah
kerja yang akan dilakukan selama praktikum berjalan.

i. Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisi hasil dan pembahsan dari praktikum yang


telah dilakukan.

j. Bab V Penutup

3
Bab ini berisi kesimpulan dan saran setelah kita melakukan
praktikum.

k. Daftar Pustaka

Daftar pustaka berisi sitasi atau referensi dari dasar teori


pada Bab II.

l. Lampiran

Lampiran berisi dokumen tambahan yang ditambahkanke


dokumen utama. Biasanya lampiran bisa dalam bentuk teks
atau dokumen dan bisa dalam bentuk foto.

4
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengukuran

Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya


terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas
pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua
benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian. Secara umum, hasil
pengukuran hanya merupakan taksiran atau pendekatan nilai besaran ukur, oleh
karena itu hasil tersebut hanya lengkap bila disertai dengan pernyataan
ketidakpastian dari pernyataan tersebut. Ketidakpastian adalah ukuran sebaran
yang secara layak dapat dikaitkan dengan nilai terukur, yang memberikan rentang,
terpusat pada nilai terukur, dimana di dalam rentang tersebut terletak nilai benar
dengan kemungkinan tertentu. Ketidakpastian hasil pengukuran mencerminkan
kurangnya pengetahuan yang pasti tentang nilai besaran ukur (Putera, 2016).

2.2 Sifat Alat Meteorologi

Sifat alat meteorologi pada prinsipnya sama dengan alat-alat ilmiah


lainnya yang digunakan untuk penelitian didalam laboratorium, misalnya bersifat
peka dan teliti, perbedaannya terletak pada penempatan dan pemakaiannya.
Alat-alat laboratorium hanya dipakai diruangan tertutup, sedangkan alat-
alat meteorologi dipasang di alam terbuka dan juga disesuaikan dengan tempat
pemasangannya.
Sifat alat meteorologi antara lain:

5
1. Kuat, agar tahan terhadap cuaca dan tahan lama.
2. Sederhana, baik bentuk maupun cara penggunaannya dan mudah
diperbaiki(Baskoro, 2007).

2.3 Jenis Alat Meteorologi

Alat meteorologi di bagi menjadi 2 jenis yaitu bersifat Otomatis dan


Konvensional. Alat yang bersifat otomatis ( Recording) dapat mencatat data
sendiri secara terus menerus sejak pemasangan sampai penggantian pias
berikutnya, alat yang termasuk jenis ini yang banyak digunakan untuk keperluan
Klimatologi seperti Barograph, Thermohigrograph, Actinograph, penakar hujan
type Hellman dan lain-lain.
Alat Konvensional ( Non Recording ) alat yang harus dibaca pada saat-saat
tertentu untuk memperoleh data, alat ini tidak dapat mencatat sendiri, seperti
Thermometer, penakar hujan type Observatorium, Open Pan Evaporimeter,
Piche, Campble Stookes , Cup Counter Anemometer dan lain-lain(Baskoro, 2007).

2.4 Ketelitian Pada Pengamatan Dengan Alat

Ketelitian pada pengamatan dengan alat tergantung :


1. Ketelitian dari alat pengukur yang digunakan dan pembacaannya.
2. Tetapnya besaran yang diukur.
3. Kecepatan reaksi dari alat ukur pada pengukuran besaran-besaran yang
berubah-ubah.
4. Daya, agar penunjuk alat ukur itu memberi penyimpangan yang kecil
sekali.

Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada setiap pengamatan dapat dibagi


menjadi :
1. Kesalahan sistematik seperti
⇒ Kesalahan instrumen ( skala kurang baik )

6
⇒ Kesalahan gangguan ( oleh getaran bumi, angin, panas dsb )
⇒ Kesalahan metode (metode kurang sempurna)

2. Kesalahan tak terduga


⇒ Kesalahan penyetelan
⇒ Kesalahan pembacaan
(Baskoro, 2007).

2.5 Satuan Dalam Meteorologi

1. Satuan temperatur dalam derajat Celcius


2. Satuan tekanan Udara dalam mili bar ( mb ) atau Cm Hg
3. Satuan curah hujan dan penguapan dalam melimeter ( mm )
4. Satuan arah angin dalam derajat ( 0 – 360 0)
5. Satuan kecepatan angin dalam knot
6. Satuan intensitas matahari dalam gram kalori per cm2 per menit
7. Satuan lama penyinaran matahari dalam persen ( % )
8. Satuan kelembaban udara ( RH ) dalam persen ( % )
9. Satuan untuk menentukan jumlah awan dalam okta
.
2.6 Peralatan Konvensional

Peralatan konvensional merupakan peralatan yang digunakan untuk


mengukur parameter cuaca, dimana pembacaan pengukuran dilakukan secara
manual melalui kertas pias maupun pembacaan langsung berdasarkan skala
yang ditunjukkan. Lokasi pemasangan peralatan konvensional berada di
taman alat. Peralatan konvensional yang terdapat di stasiun meteorologi Sam
Ratulangi Manado dan fungsinya berdasarkan WMO No.8 Tahun 2006 tentang
WMO Guide to Meteorological Instruments and Method of Observation, adalah
sebagai berikut:

7
1. Thermometer bola kering dan thermometer bola basah
Berfungsi untuk mengukur suhu udara yang terlindung dari matahari
dan hujan serta selisih dari pengukuran thermometer bola basah dan
bola kering digunakan untuk mendapatkan nilai kelembaban dan titik
embun.
2. Thermometer minimum
Berfungsi untuk mengukur suhu minimum dalam satu hari.
3. Thermometer maksimum
Berfungsi untuk mengukur suhu maksimum dalam satu hari.
4. Anemometer cup
Berfungsi untuk mengukur kecepatan dan arah angin.
5. Panci penguapan
Berfungsi untuk mengukur penguapan yang terjadi dalam satu hari.
6. Penakar hujan hellman dan obs
Berfungsi untuk mengukur banyaknya curah hujan.
7. Campbell stokes
Berfungsi untuk mengukur lamanya penyinaran matahari dalam satu h
(Lalumedja, 2016).

2.7 Peralatan Pengamatan Cuaca Dan Pelaporannya

a. Penakar Hujan Biasa (Type Obs)

➢ Alat ini berfungsi untuk mengukur jumlah


curah hujan selama 24 jam.

➢ Mulut corong berbentuk cincin dengan luas 100 cm2.


➢ Penakar hujan tingginya sebelum dipasang 60 cm.
➢ Penakar hujan ini dipasang dengan menyekrupnya pada balok bulat
yang dicat putih dan ditanam pada pondasi beton.

➢ Tinggi corong sampai dengan tanah diatur hingga mencapai 120 cm.
➢ Gelas penakar hujan mempunyai skala sampai dengan 25 mm.

8
Gambar 2.1 alat penakar hujan tipe OBS

➢ Pengamatannya dilakukan setiap 24 jam sekali, diamati setiap jam


07.00 WIB, dengan cara sebagai berikut :

1. Buka kran yang di dalam penakar hujan ini, lalu tampung air
hujan dengan gelas penakar untuk di ukur jumlahnya.

2. Dicatat di buku observasi, lalu di salin dalam buku synop ME


48 dan ME 45.

3. Selain itu di catat pula di blangko backup synop.


4. Dilaporkan dalam Fklim 71 serta AGM 1A.

b. Penakar Hujan Jenis Hellman


➢ Alat ini berfungsi untuk mengukur jumlah curah hujan
➢ Mempunyai tinggi 115 cm dan berat ± 14 kg.
➢ Mulut corong mempunyai luas penampang 200 cm2.
➢ Terdapat tangki pelampung dan tangki pena.

9
Gambar 2.2 alat penakar hujan tipe Hellman

➢ Terdapat pula silinder jam tempat meletakkan pias.


➢ Adanya alat pengatur tinggi rendah selang gelas (Siphon).
➢ Panci pengumpul air hujan bervolume.
➢ 3 buah kaki untuk menyekrup penakar hujan pada pondasi.
➢ Penakar hujan dipasang/diskrup diatas pondasi dari lapisan papan,
lapisan beton, dan lapisan batu kali.

➢ Pengamatannya dilakukan setiap jam utama (07.00, 13.00, 19.00 WIB)


dan jam penting (10.00, 16.00 WIB).

➢ Pastikan dalam memasang pias, pena di posisi nol.


➢ Untuk membaca pias hellman, hitung jumlah hujan yang turun dengan
melihat grafik yang tercatat oleh pena hellman.

➢ Dilaporkan dalam Form A dan Form B, serta dalam AGM 1B.

c. Thermometer
1. Thermometer Bola Kering Dan Bola Basah

10
a. Alat ini berfungsi untuk mengukur temperatur udara.
b. Thermometer ini ditempatkan di dalam sangkar meteorologi pada
jarak 10 cm terhadap dinding sangkar.
c. Alat ini berfungsi untuk mengukur temperatur udara.
d. Thermometer ini ditempatkan di dalam sangkar meteorologi pada
jarak 10 cm terhadap dinding sangkar.
e. Thermometer Bola Basah adalah Thermometer biasa (Bola
Kering) dengan bolanya terbungkus dalam kain yang selalu basah
oleh air murni.
f. Thermometer Bola Kering dan Bola Basah ± 18 cm diatas lantai
sangkar.
g. Bejana air untuk Bola Basah 3 cm dibawah bola Thermometer
basah.
h. Pengamatannya dilakukan setiap jam. Juga pada jam pengamatan
klimatologi (07.30, 13.30, dan 17.30 WIB).
i. Jika bola basah kering, isi kembali dengan air murni.
j. Baca skala temperatur dengan melihat ujung air raksa dalam
derajat dan 0,1 derajat.
k. Dicatat di buku observasi, lalu disalin di ME 48 dan ME 45.
l. Dilaporkan dalam AGM 1A, Fklim7.

11
Gambar 2.3 Termometer bola kering dan bola basah

2. Thermometer Maksimum

a. Alat ini berfungsi untuk mengukur suhu maksimum


b. Perbedaan Thermometer ini dengan Thermometer biasa adalah
terdapatnya bagian yang sempit pada tabung dekat bola
Thermometer.

c. Thermometer ini menggunakan air raksa.


d. Pengamatannya dilakukan setiap jam 18.00 WIB.
e. Baca skala temperatur dengan melihat ujung air raksa dalam
derajat dan 0,1 derajat Celcius.

f. Setelah itu kembalikan kolom air raksa yang terputus dibagian


yang sempit pada tabung dekat bola thermometer.

g. Kemudian baca kembali skalanya.


h. Dicatat di buku observasi, lalu disalin di ME 48 dan ME 45.

12
i. Dilaporkan dalam AGM 1A dan Fklim 71.

Gambar 2.4 Termometer Maksimum

3. Thermometer Minimum
➢ Dipakai untuk mengukur temperatur yang rendah, karena alkohol
mempunyai titik beku rendah (-90 oC) dan merupakan penghantar
yang baik, maka digunakan alkohol bukan air raksa.

➢ Di dalam kolom alkohol ini terdapat sebatang gelas kecil dan


berwarna kehitam-hitaman dinamakan batang “Indeks”. Ujung
indeks paling jauh dari bola thermometer adalah pembacaan.
➢ Pengamatannya dilakukan setiap jam 07.00 dan 14.00 WIB.
➢ Pada jam 07.00 WIB, baca skala temperatur dengan melihat ujung
indeks yang jauh dari bola thermometer dalam derajat dan 0,1
derajat Celcius.

➢ Pada jam 14.00 WIB, baca ujung indeks, sama seperti


thermometer maksimum, ujung indeks harus dikembalikan
dengan cara memiringkan thermometer dengan bola lebih tinggi
dari bagian lainnya. Indeks akan bergerak kearah ujung kolom.

➢ Kemudian baca kembali skalanya.


➢ Dicatat di buku observasi, lalu disalin di backup synop, ME 48
dan ME 45.

➢ Dilaporkan dalam AGM 1A dan Fklim 71.

13
Gambar 2.5 Termometer Minimum

(Baskoro, 2007).

14
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Dasar Instrumentasi, Pengukuran dan Observasi Atmosfer dan


Antariksa tentang Dasar Pengukuran Instrumentasi Meteorologi Konvensional
dilaksanakan pada Selasa, 13 Oktober 2020, pukul 16.00 s.d. 16.30 di Taman
Alat Institut Teknologi Sumatera.

3.2 Alat dan Bahan


- Termometer maksimum
- Termometer minimum
- Termometer bola basah dan bola kering

3.3.1 Pengukuran Suhu Udara Maksimum

15
Mulai

Baca termometer sampai persepuluh derajat terdekat

Keluarkan termometer maksimum dengan hati-hati

Ayun termometer secara berulang sampai air raksa yang


terputus bersambung kembali secara sempurna

Kembalikan termometer kembali dengan bagian


bola termometer lebih rendah

Suhu termometer maksimum terbaca =


suhu terbaca termometer bola kering

Selesai

16
3.3.2 Pengukuran Suhu Udara Minimum

Baca skala yang ditunjukan oleh ujung indeks yang


terletak lebih jauh dari bola termometer

Baca termometer sampai persepuluh derajat

Catat hasil

Keluarkan termometer minimum dengan hati-hati

Pegang termometer dan miringkan dengan bagian bola


lebih tinggi agar indeks meluncur ke bawah sampai
berhenti menempel pada miniskus

Kembalikan termometer minimum dengan posisi bola lebih


tinggi agar ujung indeks tetap menempel pada miniskus

Suhu termometer minimum terbaca


= suhu terbaca termometer bola
kering pada saat itu

Selesai

17
3.3.3 Pengukuran Kelembaban Udara

Mulai

Lapisi bola termometer dengan muslin secara


merata dan jangan sampai berkerut

Gunakan muslin secukunya untuk membungkus


termometer besar, ikat dengan tali kecil pada leher bola
dan lingkarkan sumbu benang kapas di tempat yang sama,
masukkan ujung sumbu ke dalam tempat air

Amati termometer bola basah setelah 10


menit sejak penggantian air pada muslin

Baca termometer bola kering dan termometer bola


basah sampai sepersepuluhan derajat

Kelembaban nisbi dicari denga menggunakan tabel


kelembaban atau dengan perhitungan

Selesai

18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum

4.1.1 Data Hasil Pengamatan

Jam Parameter Parameter


dd-mm-yy RH (%)
(LT) Suhu Max (°C) Suhu Min (°C)
13-10-2020 16.00 27°C 28°C 100%
13-10-2020 16.02 28.5°C 27.6°C 97.13%
13-10-2020 16.04 29.6°C 27.4°C 93.24%
13-10-2020 16.06 29.2°C 27.4°C 94.39%
13-10-2020 16.08 29.2°C 27.2°C 93.77%
13-10-2020 16.10 29.3°C 27.2°C 93.48%
13-10-2020 16.12 29.4°C 27.3°C 93.50%
13-10-2020 16.14 29.4°C 27.3°C 93.50%
13-10-2020 16.16 29.4°C 27.3°C 93.50%
13-10-2020 16.18 29.4°C 27.3°C 93.50%
13-10-2020 16.20 29.4°C 27.3°C 93.50%
Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan 1

19
Parameter Parameter
Jam
dd-mm-yy Suhu Bola Suhu Bola RH (%)
(LT)
Kering (°C) Basah (°C)
13-10-2020 16.00 28°C 25.8°C 80%
13-10-2020 16.02 28°C 25.8°C 80%
13-10-2020 16.04 28°C 25.8°C 80%
13-10-2020 16.06 28°C 25.8°C 80%
13-10-2020 16.08 28°C 25.8°C 80%
13-10-2020 16.10 28°C 25.8°C 80%
13-10-2020 16.12 28°C 25.8°C 80%
13-10-2020 16.14 28°C 26°C 82%
13-10-2020 16.16 28.1°C 26°C 82%
13-10-2020 16.18 28.1°C 26°C 82%
13-10-2020 16.20 28.1°C 26.4°C 84%
Tabel 4.2 Data Hasil Pengamatan 2

4.1.2 Grafik

Grafik 4.1 Hubungan Termometer Max dan Min dengan Waktu

20
Grafik 4.2 R. Humidity Termometer Max dengan Min

Grafik 4.3 Hubungan Termometer Bola Kering dan Bola Basah dengan Waktu

21
Grafik 4.4 R. Humidity Termometer Bola Kering dengan Bola Basah

4.2 Pembahasan

Praktikum dimulai dengan mahasiswa datang ke taman alat yang ada di


Institut Teknologi Sumatera. Cuaca saat pengambilan data suhu parameter
meteorologi termometer maksimum, termometer minimum, termometer bola
kering, dan termometer bola basah sedang terjadi hujan sehingga data yang
didapatkan memiliki kelembaban yang cukup tinggi. Adapun kesalahan saat
dilaksanakannya pengambilan data suhu tersebut adalah kurangnya perhatian
mahasiswa dalam membaca modul praktikum yang telah diberikan dan
seharusnya pengamat yang mengamati parameter meteorologi hanya satu orang
dan tidak bisa digantikan oleh pengamat lain.
Perbandingan data suhu yang didapatkan dalam pengukuran termometer
maksimum dengan termometer minimum yaitu tidak memiliki perbandingan yang
besar antara kedua parameter tersebut dalam waktu yang telah ditentukan pada
kondisi cuaca saat dilakukannya pengamatan. Contohnya pada suhu awal
keduanya memiliki perbandingan berturut-turut adalah 27°C dan 28°C, sedangkan
suhu akhir keduanya berturut-turut adalah 29.4°C dan 27.3°C. perbandingan ini
dapat dipengaruhi dengan adanya faktor kondisi cuaca pada pengamatan.
Perbandingan data suhu yang didapatkan dalam pengukuran termometer bola
kering dengan termometer bola basah juga tidak memiliki perbedaan yang begitu

22
besar antara kedua parameter tersebut dalam waktu yang telah ditentukan pada
kondisi cuaca saat dilakukannya pengamatan. Sama halnya dengan perbandingan
data pada parameter termometer maksimum dan termometer minimum,
perbandingan data termometer bola kering dan termometer bola basah juga dapat
dipengaruhi oleh faktor cuaca saat melakukan pengamatan. Dimana kedua data
suhu parameter termometer bola kering dan termometer bola basah yang
didapatkan pada awal pengamatan dan akhir pengamatan berturut-turut adalah
28°C dan 25.8°C pada awal, 28.1°C dan 26.4°C pada akhir.

23
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum tentang dasar pengukuran instrumentasi


meteorologi konvensional dapat disimpulkan, yaitu sebagai berikut.
1. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja instrumentasi parameter
meteorologi konvensional.
2. Cuaca dapat mempengaruhi besar suhu yang didapatkan oleh pengamat.
3. Perbedaan besar data (suhu) antara parameter dengan parameter lain tidak
jauh berbeda.

5.2 Saran

Saran saya setelah melakukan praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1. Lebih memperhatikan dalam membaca modul praktikum agar saat praktikum
dilakukan tidak membuat kesalahan.
2. Tetap jaga protokol kesehatan saat melakukan praktikum.

24
DAFTAR PUSTAKA

Baskoro, A. P. (2007). Panduan Penggunaan Alat-Alat Meteorologi dan Perhitungan


Indeks Kekeringan Keetch-Bryam (KBDI) serta Perangkat Bahaya Kebakaran
(SPBK). Palembang: South Sumatra Forest Fire Management Project.

Lalumedja, L. D. (2016). ANALISA VALIDASIPERALATAN METEOROLOGI


KONVENSIONAL DAN DIGITAL DI STASIUN METEOROLOGI SAM
RATULANGI. 2.

Putera, A. P. (2016). RANCANG BANGUN ALAT PENGUKUR SUHU,


KELEMBABAN. Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Vol. 3 No.2, 43.

25
LAMPIRAN

PERHITUNGAN RH
Dari hasil pengamatan :

Suhu bola

kering (tt ) =

28.6ºC Suhu

bola basah

(tw)= 25.0ºC

tt-tw = 3.6ºC

Dengan tabel RH, dari

baris tt-tw = 3.6ºC

Kolom tw = 25

Diperoleh RH = 70%

26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

Anda mungkin juga menyukai