Anda di halaman 1dari 17

INTEGRAL RIEMANN

Ahmad Sandi Nurmansyah (3125100129)

Jurusan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta
Desember 2014

Sekitar tahun 1670, Kalkulus berhasil ditemukan dan tokoh-tokoh matem-


atika yang berperan dalam penemuan Kalkulus adalah Newton dan Leib-
niz. Kedua tokoh ini berhasil mengembangkan teorema fundamental, yaitu
mengenai anti derivatif. Kemudian A. Cauchy (1789-1857) mulai mengem-
bangkan teori tersebut, dan berhasil meneliti tentang integral dari fungsi kon-
tinu. Pada tahun 1584, Benhard Riemann mulai memperhalus definisi yang
digunakan oleh Cauchy, dan Riemann pun mengadakan penelitian tentang
integral fungsi diskontinu. Dari penelitian tersebut Riemann berhasil mene-
mukan suatu metode khusus dari integral yang sangat simpel untuk didefin-
isikan, sehingga metode integral itu disebut Integral Riemann. Pada tahun
1875 Darboux berhasil memodifikasi Integral Riemann dengan mendefin-
isikan integral atas dan integral bawah sehingga terdefinisi suatu integral
baru yang ekuivalen dengan Integral Riemann. Meskipun ada beberapa je-
nis teori integral tetapi Riemann-lah yang banyak memberi inspirasi pemben-
tukan integral lain dan sudah banyak pemakaiannya di bidang matematika
maupun di bidang lainnya.

1
1 Pendahuluan
1.1 Partisi
Misalkan f : I → R terbatas dan P := {x0 , x1 , ......, xn } partisi dari I pada
selang [a, b] suatu himpunan berhingga {a = x0 , x1 , ......, xn = b}.
Sedemikian hingga

a = x0 < x1 < ...... < xn−1 < xn = b

Figure 1: Partisi pada [a,b]

Norma partisi P yang dinyatakan dengan kP k nilai terbesar diantara


bilangan (xi − xi−1 ) , i = 1, 2, ..., n. Kemudian didefinisikan

kP k := maks {x1 − x0 , x2 − x1 , ......, xn − xn−1 }

.
Jika P adalah partisi seperti yang tampak pada gambar di atas, maka
definisi jumlah Riemann pada fungsi f : I → R
n
X
S(f ; P ) = f (t1 )(x1 − xi−1 )
i=1

Definisi 1.1. Diberikan interval tertutup [a, b], partisi Q disebut penghalus
(refinement) partisi P pada [a, b] jika P ⊆ Q.

Untuk suatu interval [a, b] tak berhingga banyak partisi yang dapat dibuat.
Koleksi semua partisi pada interval [a, b] dinotasikan dengan P [a, b].

2
Contoh 1.1. Diberikan interval I = [0, 1]. Berikut ini adalah beberapa
partisi pada I.
       
1 1 1 1 2 3 1 2 3 4 5
P1 = 0, , 1 , P2 = 0, , , 1 , P3 = 0, , , , 1 , P4 = 0, , , , , , 1
4 3 2 4 4 4 6 6 6 6 6
,    
1 2 3 4 5 6 7 1 1 3 2 5 3 7
P5 = 0, , , , , , , , 1 = 0, , , , , , , , 1
8 8 8 8 8 8 8 8 4 8 4 8 4 8
Dapat dihitung bahwa kP1 k = 43 , kP2 k = 12 , kP3 k = 14
P5 merupakan penghalus dari P3 sebab P3 ⊆ P5 tetapi P5 bukan penghalus
P2 maupun P4 sebab P2 6⊂ P5 dan P4 6⊂ P5 . Partisi P3 ,P4 dan P5 di sebut
partisi seragam
Teorema 1.1. Untuk setiap bilangan real δ > 0 terdapat partisi P pada [a, b]
sehingga
kP k < δ
Bukti :
Diberikan interval tertutup [a, b]. Karena a < b , maka berdasarkan sifat
urutan bilangan real diperoleh b − a > 0. Oleh karenanya sembarang δ > 0
dan berdasarkan sifat archimedes, terdapat bilangan asli n sehingga
b−a

n
Jadi pada interval [a, b] dapat dibuat partisi P = {a = x0 , x1 , x2 ......, xn = b; ξ1 , ξ2 , ...., ξn }
demikian sehingga kP k < δ.

1.2 Jumlah Riemann Atas dan Jumlah Riemann Bawah


Definisi 1.2. Misalkan A partisi P dari [a, b] adalah terbatas. Untuk setiap
subinterval [xk−1 , xk ] dari P maka

mk = inf {f (x) : x ∈ [xk−1 , xk ]} dan Mk = sup {f (x) : x ∈ [xk−1 , xk ]}

.
Sehingga Jumlah Integral Riemann atas dari f dengan partisi P adalah
n
X
L(f, P ) = mk (xk − xk−1 )
k=1

3
Sedangkan jumlah Integral Riemann bawah adalah
n
X
U (f, P ) = Mk (xk − xk−1 )
k=1

Dengan :mk := inf f (Ik ) dan Mk := sup f (Ik ). Akibatnya


n
X n
X n
X
mk (xk − xk−1 ) ≤ f (tk ) (xk − xk−1 ) ≤ Mk (xk − xk−1 )
k=1 k=1 k=1

maka
L(P ; f ) ≤ S(P ; f ) ≤ U (P ; f )

4
2 Pembahasan
2.1 Integral Riemann Atas dan Integral Riemann bawah
Rb Rb
sup L(P, f ) dinyatakan dengan f (x)dx atau f dinamakan Integral Rie-
P ∈ρ[a,b] − −
a a
mann bawah fungsi f pada selang [a, b].
− −
Rb Rb
inf L(P, f ) dinyatakan dengan f (x)dx atau f dinamakan Integral Rie-
P ∈ρ[a,b] a a
mann atas fungsi f pada selang [a, b].
Fungsi f dikatakan terintegral Riemann pada selang [a, b], jika

Zb Zb
f (x)dx = f (x)dx
− a
a

Dalam hal fungsi f terintegral Riemann pada selang [a, b], Integral Rie-
mann atas (yang sama dengan Integral Riemann bawah) dinamakan Integral
Riemann fungsi f pada [a, b], dan dinyatakan dengan notasi

Zb Zb
f (x)dx atau f
a a

Contoh 2.1. Perlihatkan bahwa fungsi f (x) = x, 0 ≤ x ≤ 1 terintegral


Riemann pada [0,1].
Ambilah Pn = 0, n1 , n2 , ..., 1 maka mk = k−1 , Mk = nk , k = 1, 2, ..., n.

n

n n  
X X k−1 1 1 1
L(f, P ) = mk (xk − xk−1 ) = . = 1−
k=1 k=1
n n 2 n

n n  
X X k 1 1 1
U (f, P ) = Mk (xk − xk−1 ) = . = 1+
k=1 k=1
n n 2 n
Karena {Pn : n ∈ N } ⊆ {P : P ∈ P [a, b]}, maka
1 1
= sup L(Pn , f ) ≤ sup L(P, f ) ≤ inf U (P, f ) ≤ inf U (Pn , f ) =
2 N ∈N P ∈ρ[a,b] 2

5
1
R1 1
R−
Sehingga f (x)dx = 2
f (x)dx.
− 0
0
Ini berarti fungsi f (x) = x, 0 ≤ x ≤ 1 terintegral Riemann pada [0,1] dan
R1
f (x)dx = 21 .
0

Dari beberapa uraian di atas Integral Riemann juga dapat didefinisikan


sebagai berikut:

Definisi 2.1. Diberikan Interval tertutup [a, b], fungsi bernilai real f : [a, b] →
R dikatakan terintegral Riemann jika terdapat bilangan Real A sehingga un-
tuk setiap bilangan real ε > 0 terdapat bilangan δ > 0 dengan sifat P =
{a = x0 , x1 , x2 ......, xn = b; ξ1 , ξ2 , ...., ξn } partisi pada [a, b] dengan kP k < δberlaku :
n
(P ) P f (ξi )(xi − xi−1 ) − A < ε atau |S(P ; f ) − A| < ε.

i=1
Bilangan real A pada definisi diatas disebut nilai Integral Riemann fungsi
f pada interval [a, b] dan ditulis

Zb
A = (R) f (x)dx
a

Selanjutnya untuk memudahkan penulisan, koleksi semua fungsi yang terin-


tegral Riemann pada [a, b] dinotasikan dengan R[a, b]. Jadi jika f : [a, b] → R
dikatakan terintegral Riemann cukup ditulis dengan f ∈ R [a, b].
Definisi Integral Riemann di atas juga dapat pula dinyatakan sebagai limit
dengan persamaan berikut:

lim S(P ; f ) = A
|p|→0

Contoh 2.2. Misal f : [0, 1] → R adalah sebuah fungsi yang mengambil


nilai 1 pada setiap titik. Maka jumlah Riemann pada interval [0,1] akan
mempunyai nilai 1. Dan Integral Riemannnya akan bernilai satu.

2.2 Integral Sebagai Limit


Definisi 2.2. Diberikan fungsi f real dan terbatas pada selang [a, b]. Un-
tuk setiap partisi P = {x0 , x1 , ......, xn } pada [a, b] dibentuk jumlah S(f ; P ) =

6
n
P
f (t1 )(x1 − xi−1 ) Dimana ti titik sembarang pada subselang tertutup (xi − xi−1 ) , i =
i=1
1, 2, ..., n.

Bilangan real A disebut limit S(P, f ) untuk norma |P | → 0 dan ditulis


lim S(P ; f ) = A jika dan hanya jika untuk setiap ε > 0 yang diberikan dan
|p|→0
sembarang pengambilan titik ti ∈ [xi−1 , xi ], terdapat δ > 0 sedemikian untuk
semua partisi P pada [a, b] dengan |P | < δ berlaku

|S(P, f ) − A| < ε

Rb
Contoh 2.3. Jika f dimana f (x) = x pada interval [a, b] maka hitung nilai
a
integralnya dan apakah terdapat limit dalam integral tersebut.

Penyelesaian:
f ∈ C [a, b] dan f terintegral Riemann pada [a, b]. misal P adalah partisi
pada [a, b]. pilih ξi = 21 (xi−1 , xi ), i = 1, 2, ...., n kemudian
n n
X X 1
S(P, f ; ξ) f (ξi )∆xi = (xi + xi−1 )(xi − xi−1 )
i=1 i=1
2
n
1X 2 1 1
= (xi − x2i ) = (x2n − x20 ) = (b2 − a2 )
2 i=1 2 2

Hasil di atas menunjukkan bahwa setiap partisi tersebut di dapat


S(P, f ; ξ) = 12 (b2 − a2 ). Ini menunjukkan bahwa lim S(P, f ; ξ) = 12 (b2 − a2 ).
|P |→0

Teorema 2.1. Misalkan f terbatas pada I. Misalkan terdapat suatu bilangan


A ∈ < sedemikian hingga untuk setiap ε > 0 terdapat partisi Pε dari I
sedemikian hingga untuk sembarang partisi P ⊇ Pε dan sembarang jumlah
Riemann S(P ; f ) berlaku |S(P ; f ) − A| < ε
Maka f terintegralkan pada I dan

Zb
f (x)dx = A
a

7
Bukti :
Rb
Dengan menggunakan teorema sebelumnya yakni S(P ; f ) − f (x)dx < ε.

a
Sedang sebelumnya telah didefinisikan bahwa Integral Riemann dapat pula
dinyatakan sebagai limit dengan lim S(P, f ) = A maka
|P |→0

Zb Zb

A − f (x)dx < ε sehingga f (x)dx = A


a a
.

2.3 Keterintegralan Fungsi Kontinu dan Fungsi Mono-


ton
Teorema 2.2. Jika f kontinu pada [a, b], maka f terintegralkan pada [a, b].
Bukti :
Fungsi yang kontinu pada [a, b] mestilah kontinu seragam pada [a, b]. Karena
itu diberikan ε > 0 sembarang terdapat δ > 0 sedemikian hingga untuk
x, y ∈ [a, b] dengan |x − y| < δ berlaku
ε
|f (x) − f (y)| <
b−a
Selanjutnya untuk tiap n ∈ N dengan n > b−a δ
tinjau partisi P := {x0 , x1 , ......, xn }
dengan xk = a + k. b−aδ
, k = 0, 1, ....., n (disini interval [a, b] terbagi menjadi
n, sub interval sama panjang).
Setiap sub interval [xk−1 , xk ], f mencapai nilai maksimum Mk dan minimum
mk , maka
f (uk ) = Mk dan f (vk ) = mk
Dalam hal ini diperoleh
ε
Mk − mk = f (uk ) − f (vk ) <
b−a
Dan akibatnya
n n
X X ε b−a
0 ≤ U (Pn , f ) − L(Pn , f ) = (Mk − mk )(xk −xk−1 ) ≤ =ε
k=1 k−1
b−a n

Kemudian disimpulkan bahwa lim [U (Pn , f ) − L(Pn , f )] = 0 Dan karenanya


n→∞
f terintegralkan pada [a, b].

8
R1
Contoh 2.4. Buktikan bahwa f (x)dx ada, dimana
0

sin x

x
, x 6= 0
f (x) =
1, x = 0
Penyelesaian :
sin x
adalah kontinu untuk x 6= 0 dan lim sinx x = 1 = f (0) Sehingga f adalah
 
x x→0
kontinu pada [0,1] dan f terintegral Riemann pada [0,1].
R1
Sehingga f (x)dx ada.
0

Teorema 2.3. Jika f monoton pada [a, b], maka f terintegralkan pada [a, b].
Bukti :
Asumsikan f naik pada [a, b] untuk tiap n ∈ N tinjau partisi P := {x0 , x1 , ......, xn }
dengan xk = a + k. b−a
δ
, k = 0, 1, ....., n. Karena f naik pada [xk−1 , xk ] maka
f (xk ) = Mk dan f (xk − 1) = mk .
Dalam hal ini kita peroleh suatu deret teleskopis
n n
X b−aX
(Mk − mk )(xk −xk−1 ) = [f (xk ) − f (xk−1 )]
k=1
n k=1
b−a
= [f (b) − f (a)]
n

Sekarang jika ε > 0 diberikan, maka untuk tiap n ∈ N dengan


n > b−a
n
[f (b) − f (a)] berlaku
n
X
0 < U (Pn , f ) − L(Pn , f ) = (Mk − mk )(xk −xk−1 ) < ε
k=1

Dengan demikian f mestilah terintegralkan pada [a, b]. Teorema berikut


memberikan suatu kriteria untuk keterintegralan f pada [a, b]. Untuk selan-
jutnya terintegralkan berarti terintegral Riemann dan integral berarti inte-
gral Riemann.
Teorema 2.4. f terintegral pada [a,b] jika dan hanya jika untuk setiap ε > 0
terdapat suatu partisi Pε dari [a,b] sedemikian hingga
U (Pε , f ) − L(Pε , f ) < ε

9
Bukti :
Misalkan f terintegralkan pada [a, b]. Ambil ε > 0 sebarang. Dari definisi
supremum terdapat suatu partisi P1 dari [a, b] sehingga
ε
L(f ) − < L(P1 , f )
2
Dari definisi infimum terdapat pula suatu partisi P2 dari [a, b] sehingga
ε
U (P2 , f ) < U (f ) −
2
Sekarang misalkan Pε = P1 ∪ P2 , maka Pε merupakan perhalusan P1 dan P2 .
Akibatnya
ε ε
L(f ) − < L(P1 , f ) ≤ L(Pε , f ) ≤ U (Pε , f ) ≤ U (Pε , f ) < U (f ) +
2 2
Namun L(f ) = U (f ) sehingga kita peroleh

U (Pε , f ) − L(Pε , f ) < ε

Sebaliknya misalkan untuk setiap ε > 0 terdapat suatu partisi Pε dari [a, b]
sedemikian hingga U (Pε , f )−L(Pε , f ) < ε. Maka, untuk setiap ε > 0 berlaku

0 ≤ U (f ) − L(f ) ≤ U (Pε , f ) − L(Pε , f ) − L(Pε , f ) < ε

Dari sini disimpulkan bahwa U (f ) = L(f ) atau f terintegralkan pada [a, b].

2.4 Sifat-Sifat Dasar Integral Riemann


Bagian ini membahas sifat-sifat dasar Integral Riemann, diantaranya ketung-
galan nilai integral, kelinearan semua fungsi terintegral Riemann.

Teorema 2.5. Jika f ∈ R[a, b] maka nilai Integralnya tunggal

Bukti :
Diketahui f ∈ R[a, b]
Adib : A1 = A2
Diberikan sembarang bilangan ε > 0. Misalkan A1 dan A2 keduanya nilai
integral Riemann fungsi f .
A1 nilai integral fungsi f pada [a, b], maka terdapat bilangan ε1 > 0 sehingga

10
untuk setiap partisi P = {a = x0 , x1 , x2 ......, xn = b; ξ1 , ξ2 , ...., ξn } pada [a, b]
dengan sifat kP1 k < δ1 berlaku
ε
|S(P1 ; f ) − A1 | <
2
A2 nilai integral fungsi f pada [a, b], maka terdapat bilangan ε2 > 0 sehingga
untuk setiap partisi P = {a = x0 , x1 , x2 ......, xn = b; ξ1 , ξ2 , ...., ξn } pada [a, b]
dengan sifat kP2 k < δ2 berlaku
ε
|S(P2 ; f ) − A2 | <
2
Dipilih δ = min{δ1 , δ2 }, akibatnya jika P sembarang partisi pada [a, b] dengan
sifat kP k < δ berlaku kP k < δ1 dan kP k < δ2 . Akibatnya
ε
|S(P ; f ) − A1 | <
2
Dan
ε
|S(P ; f ) − A2 | <
2
Lebih lanjut

|A1 − A2 | = |A1 − S(P ; f ) + S(P ; f ) − A2 |


≤ |A1 − S(P ; f )| + |S(P ; f ) − A2 |
≤ |S(P ; f ) − A1 | + |S(P ; f ) − A2 |
ε ε
< + =ε
2 2

Karena ε sembarang bilangan positif maka dapat disimpulkan A1 = A2 .

Teorema berikut ini menyatakan bahwa koleksi semua fungsi yang terin-
tegral Riemann, yaitu R[a, b] adalah ruang linier.
Teorema 2.6. Jika f, g ∈ R[a, b] dan a sembarang bilangan real, maka
Rb Rb Rb
1. (f + g) ∈ R[a, b] dan (R) (f + g)(x)dx =(R) f (x)dx + (R) g(x)dx
a a a

Rb Rb
2. αf ∈ R[a, b] dan (R) αf (x)dx = α(R) f (x)dx
a a

11
Bukti :

1. Diketahui (f + g) ∈ R[a, b]. Diberikan sembarang bilangan ε > 0


Rb
Karena f ∈ R[a, b] maka terdapat A1 = (R) f (x)dx dan δ1 > 0
a
sehingga untuk setiap partisi P1 pada [a, b] dengan sifat kP1 k < δ1
berlaku
ε
|S(P1 ; f ) − A1 | <
2
Rb
Karena g ∈ R[a, b] maka terdapat A2 = (R) f (x)dx dan δ2 > 0
a
sehingga untuk setiap partisi P2 pada [a, b] dengan sifat kP2 k < δ2
berlaku
ε
|S(P2 ; f ) − A1 | <
2
Dipilih δ = min{δ1 , δ2 } akibatnya jika P sembarang partisi pada [a, b]
dengan sifat kP k < δ berlaku kP1 k < δ1 dan kP2 k < δ2 . Akibatnya
n
P
|S(P ; f + g) − (A1 − A2 )| = (P ) (f + g)(ξi )(xi − xi−1 ) − (A1 − A2 )
i=1
Pn
= (P ) {f (ξi )(xi − xi−1 ) + g(ξi )(xi − xi−1 )} − (A1 − A2 )

i=1
Pn Pn
= (P ) f (ξi )(xi − xi−1 ) + (P ) g(ξi )(xi − xi−1 ) − (A1 − A2 )
i=1 i=1

Pn Pn
≤ (P ) f (ξi )(xi − xi−1 ) − (A1 ) + (P ) g(ξi )(xi − xi−1 ) − (A2 )
i=1 i=1
< 2ε + 2ε = ε

Rb Rb
Terbukti (f + g) ∈ R[a, b] dan (R) (f + g)(x)dx =(R) f (x)dx +
a a
Rb
(R) g(x)dx.
a

2. Diketahui f ∈ R[a, b]. Diberikan sembarang bilangan ε > 0 dan α


merupakan konstanta. Karena f ∈ R[a, b] maka terdapat
Rb
A = (R) f (x)dx dan δ > 0 sehingga untuk setiap partisi P pada [a, b]
a

12
dengan sifat kP k < δ berlaku

|S(P ; f ) − A| < ε

Jika P sembarang partisi pada [a, b] dengan sifat kP k < δ berlaku


n

X
|S(P ; αf ) − A| = (P ) αf (ξi )(xi − xi−1 ) − (A) < ε


i=1

X n
= (P )α f (ξi )(xi − xi−1 ) − (A) < ε


i=1

X n
= α (P ) f (ξi )(xi − xi−1 ) − (A) < ε


i=1
= α |S(P ; f ) − A|
Zb
= α(R) f (x)dx
a

Rb Rb
Terbukti αf ∈ R[a, b] dan (R) αf (x)dx = α(R) f (x)dx
a a

Teorema berikut menyatakan hubungan keterintegralan suatu fungsi den-


gan keterbatasan.

Teorema 2.7. Jika f ∈ R[a, b] maka f terbatas pada [a,b].

Bukti :
Sifat keterbatasan: Jika m ≤ f (x) ≤ M pada [a, b] maka

Zb
m(b − a) ≤ f (x)dx ≤ M (b − a)
a

Berdasarkan jumlahan Riemann yaitu


n
X n
X n
X
mk (xk −xk−1 ) ≤ f (tk )(xk −xk−1 ) ≤ Mk (xk −xk−1 )
k=1 k=1 k=1

13
Sehingga L(P, f ) ≤ S(P, f ) ≤ U (P, f ) dan karena S(P ; f ) = A dan A sendiri
Rb
adalah f (x)dx sesuai dengan teorema sebelumnya dan berdasar teorema
a
Rb
dasar kalkulus yaitu f (x)dx = F (b) − F (a) maka untuk sifat keterbatasan
a
berlaku
Zb
m(b − a) ≤ f (x)dx ≤ M (b − a)
a

Dengan persamaan tersebut dikatakan bahwa f terbatas pada [a, b].

Teorema 2.8. Jika f ∈ R[a, b] dan f ∈ R[c, b] mengan a < b < c maka
f ∈ R[a, b]. Lebih lanjut

Zb Zc Zb
(R) f (x)dx =(R) f (x)dx + (R) f (x)dx
a a c

Bukti :
Rc Rb
f ∈ R[a, b] dan f ∈ R[c, b], misalkan (R) f (x)dx =A1 dan (R) f (x)dx =A2 .
a c
Rb
Diberikan sembarang bilangan ε > 0, maka terdapat A = (R) f (x)dx dan
a
δ1 > 0 sehingga untuk setiap partisi P1 pada [a, c] dengan sifat kP1 k < δ1
berlaku
n
X ε
(P1 ) f (ξi )(xi − xi−1 ) − (A1 ) <

4
i=1

Dipilih δ = min{δ1 , δ2 }, akibatnya jika P sembarang partisi pada [a, b] dengan


sifat kP k < δ maka terdapat dua kemungkinan:

1. c merupakan salah satu titik partisi P

2. c bukan merupakan salah satu titik partisi P

Pada kemungkinan 1, jika c merupakan salah satu titik partisi P , maka P


terbagi atas P1 pada interval bagian [a, c] dan P2 pada interval bagian [c, b].

14
Karena δ = min{δ1 , δ2 } dan kP k < δ, maka berlaku pula kP1 k < δ1 dan
kP2 k < δ2 sehingga

n
X
(P ) (f )(ξi )(xi − xi−1 ) − (A1 + A2 )


i=1

Pn Pn
= (P1 ) f (ξi )(xi − xi−1 ) + (P2 ) f (ξi )(xi − xi−1 ) − (A1 + A2 )

i=1 i=1
Pn P n
= (P1 ) f (ξi )(xi − xi−1 ) − A1 + (P2 ) f (ξi )(xi − xi−1 ) − A2
i=1 i=1
Pn Pn
≤ (P1 ) f (ξi )(xi − xi−1 ) − A1 + (P2 ) f (ξi )(xi − xi−1 ) − A2

i=1 i=1
ε ε
< 4
+ 4

Pada kemungkinan 2, jika c bukan merupakan salah satu titik partisi


Riemann P , maka dapat dibuat partisi Riemann Pε pada [a,b] dengan c
sebagai salah satu titik partisinya, sehingga Pε menjadi penghalus partisi P .
Selanjutnya dengan cara seperti pada kemungkinan 1, diperoleh;
n

X
(Pε ) (f )(ξi )(xi − xi−1 ) − (A1 + A2 )


i=1

Pn n
P
= (Pε1 ) f (ξi )(xi − xi−1 ) + (Pε2 ) f (ξi )(xi − xi−1 ) − (A1 + A2 )
i=1 i=1
Pn P n
= (Pε1 ) f (ξi )(xi − xi−1 ) − A1 + (Pε2 ) f (ξi )(xi − xi−1 ) − A2

i=1 i=1
Pn Pn
≤ (Pε1 ) f (ξi )(xi − xi−1 ) − A1 + (Pε2 ) f (ξi )(xi − xi−1 ) − A2
i=1 i=1
< 4ε + 4ε < 2ε
Jadi
n
X
(Pε ) (f )(ξi )(xi − xi−1 ) − (A1 + A2 )


i=1


Xn Xn ε
(P ) f (ξ )(x − x ) − A + (P ) f (ξ )(x − x ) − A 2 <

ε1 i i i−1 1 ε2 i i i−1
2
i=1 i=1

15
Maka
n
X
(P ) (f )(ξ )(x − x ) − (A + A )

i i i−1 1 2

i=1
n n n

P P P
= (P ) (f )(ξi )(xi − xi−1 ) − (Pε ) f (ξi )(xi − xi−1 ) + (Pε ) f (ξi )(xi − xi−1 ) − (A1 + A2 )
i=1 i=1 i=1
Pn Pn Pn
≤ (P ) (f )(ξi )(xi − xi−1 ) − (Pε ) f (ξi )(xi − xi−1 ) + (Pε ) f (ξi )(xi − xi−1 ) − (A1 + A2 )
i=1 i=1 i=1
< 2ε − 2ε = ε
Dengan demikian terbukti Jika f ∈ R[a, b] dan

Zb Zc Zb
(R) f (x)dx =(R) f (x)dx + (R) f (x)dx
a a c

16
References
[1] Yan Ishak, Venn. Wattimanela,H.J dan Talakua,M.W S. 2012. Beberapa
Teorema Kekonvergenan Pada Integral Rieman. Jurnal Barekeng, Vol.
6 No. 1 Hal. 13 18.

[2] Nuha Alhidayah, Dzawin. (2010). Ekuivalensi Integral Riemann Dan


Integral Darbox. Malang : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

17

Anda mungkin juga menyukai