BAB V
KESEIMBANGAN PASAR BARANG DAN PASAR UANG
DENGAN PENDEKATAN IS-LM
dan
investasi
103
104
besar jika rasio bagi hasil meningkat karena tingkat harapan keuntungan bagi
pemilik modal meningkat. Sebaliknya, peningkatan rasio bagi hasil akan
mengurangi tingkat harapan keuntungan bagi pemilik perusahaan sehingga
permintaan akan turun. Interaksi permintaan dan penawaran modal akan
membawa rasio bagi hasil pada tingkat yang menyeimbangkan keduanya.
Kurva IS mencerminkan hubungan positif tersebut.
Dalam
105
hanya
memenuhi kedua motiv tersebut. Pada tingkat tertentu diatas yang telah
ditentukan akan dikenakan zakat atas asset yang kurang produktif. Sesuatu hal
yang penting disini adalah bahwa pemerintah, memelihara keseimbangan, tidak
dengan meningkatkan penawaran uang tetapi justru dengan menaikan biaya atas
uang mengangur. Ini akan menjamin bahwa penawaran uang tidak akan sampai
ke tingkat rawan inflasi, sebagai reaksi atas peningkatan permintaan uang yang
kemungkinan akan terbelanjakan kemudian tanpa mempengaruhi peningkatan
akan barang dan jasa.
Dalam ekonomi konvensional maupun ekonomi Islam dijelaskan bahwa
pada harga yang tetap, pendapatan dan bunga atau expected rate of profit akan
berada pada tingkat yang menyeimbangkan sekaligus pasar barang dan pasar
106
kerja,
sedangakan
keynesian
melalui
perpotongan
antara
107
N. Gregory Mankiw, Teori Makro Ekonomi, terj: Imam Nurmawan (Jakarta: Erlangga,2000),221.
108
109
110
riba,
memberikn,
menuliskan,
dan
dua
orang
yang
111
merupakan
prinsip
mendasar
dalam
Islam.
112
kehidupan
keseimbaangan
pun
ekonomi
melekat
manusia.
dalam
Yang
akhirnya
proses-proses
karakteristik
ekonomi
sekaligus
113
(termasuk
bunga
bank),
judi,
spekulasi
atau
transaksi
yang
meperdagangkan barang-barang haram seperti daging babi, khamar dan lainlain harus dieliminasi dari perekonomian.
Dengan karakteristik seperti ini keseimbangan ekonomi Islam memiliki
keseimbangan yang berbeda dengan ekonomi konvensional. Absensi bunga
114
memberikan nuansa yang sangat berbeda. Lalu apakah ketika system bunga
digantikan dengan mekanisme bagi hasil. Kemudian mekanise tersebut dapat
langsung mnggantikan variable bunga dalam menentukan keseimbangna
ekonomi? Sangat jelas bahwa tingkat bagi hasil tidak memiliki karakteristik yag
sama dengan bunga. Tingkat bagi hasil sangat bergantung pada hasil setelah
proses dilakukan, sementara bunga penentuannya dilkukan sebelum proses
ekonomi. Sehingga tingkat bagi hasil tidak dapt dijadiakan variable sentral
dalam menentukan keseimbangan ekonomi, karena tingkat bagi hasil tidak
bersifat dan berperilaku seperti bunga.
Keseimbangan
ekonomi
selama
ini
dikenal
sebagai
kondisi
keseimbangan antara dua pasar utama dalam ekonomi, yaitu pasar riil (barang
dn jasa) dan pasar moneter (keuangan). Indikator utama ini menjadi tidak
aplikatif jika dijadikan rujukan dalam Islam. Alasan utama adalam prinsip
hukum Islam yang melarang praktek bunga dalam ekonomi, karena bunga
dikategorkan sebagai riba dalam Islam. Absensi bunga ini tentu membuat salah
satu pasar utama dalam perekonomian konvensional., yaitu pasar moneter
menjadi tidak relefan dalam pembahasan keseimbangn umum ekonomi Islam.
Terlebih lagi ada beberapa kelemahan yang memang melekat dalam
penjelasan keseimbangan umum ekonomi konvensioanal, terutama kelemahan
yang ditunjukkan oleh ketidak konsistenan definisi dan peran bunga dalam
pasar. Beberapa kelemahan tersebut diantaranya adalah:
115
116
pasar uang dalam analisis IS-LM. Sedangkan dalam Islam, penggunaan instrumen
bunga dalam perekonomian tidak diperbolehkan dengan alasan apapun.
Instrumen bunga merupakan alat yang paling penting dalam pendekatan
IS-LM sebagai titik temu dan penyeimbang antara kurva IS dan kurva LM. Kalau
instrumen bunga ini dihilangkan dari model, maka model IS-LM akan berubah
atau bahkan tidak dapat dipakai menjadi sebuah model yang utuh. Bahkan sebgian
ekonom Islam berpendapat model IS-LM tidak dapat di pakai untuk menjelaskan
keseimbangan pasar barang dan pasar uang, sebagaimana dijelaskan dalam sub
bab kelemahan model IS-LM diatas. Namun sebagian ekonomi Islam yang lain
mencoba untuk mengkompromikan model IS-LM ini dengan syarat-syarat
tertentu, asumsi dan modifikasi.
Dalam bab sebelumnya telah dijelaskan, ada dua instrumen dalam teori
ekonomi Islam yang dapat dipakai sebagai variabel penyeimbang pasar barang dan
pasar uang menggantikan variabel bunga. Yang pertama adalah dues on idle fund
() atau pajak yang dikenakan pada aset yang dianggurkan dan expected rate of
profit () atau imbal keuntungan yang diharapkan 3.
Dalam realitasnya, konsep dues on edle fund sulit untuk diimplementasikan
karena tidak mudah untuk mengetahui atau mengukur seberapa besar aset atau
dana yang mengenggur atau dianggurkan oleh masyarakat. Adapun dana yang ada
dalam tabungan atau deposito perbankan tidak dapat dikatakan menganggur
karena masyarakat mendapat keuntungan dengan meletakkan uangnya di bank,
3
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), 192.
117
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, yang selanjutnya disebut SWBI adalah bukti penitipan dana
wadiah; Penitipan Dana Wadiah adalah penitipan dana berjangka pendek dengan menggunakan prinsip
wadiah yang disediakan oleh Bank Indonesia bagi Bank Syariah atau UUS; Wadiah adalah perjanjian
penitipan dana antara pemilik dana dengan pihak penerima titipan yang dipercaya untuk menjaga dana
tersebut. Lihat PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/7/PBI/2004 TENTANG
SERTIFIKAT WADIAH BANK INDONESIA
5
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, 205.
6
OMO adalah salah satu instrument kebijakan moneter dengan melakukan tindakan menjual dan
membeli surat-surat berharga oleh Bank Sentral. Lihat Nopirin, Ekonomi Moneter (Yogyakarta: BPFE,
1998), 46.
118
119
120
Kaman Nainggolan, Teori Ekonomi Makro Pendekatan Grafis dan Matematis (Bantul: Pondok
Edukasi,2005),59.
121
dimana M adalah jumlah uang, V adalah tingkat perputaran uang (velocity), yakni
berapa kali suatu mata uang pindah tangan (untuk transaksi) dari satu orang
kepada orang lain dalam suatu periode tertentu, dan P adalah harga barang.
Kemudian dalam versi lain volume barang yang diperdagangkan (T) diganti
dengan output riil (O), sehingga persamaan tersebut menjadi:
MV = PO = Y
Dalam teori kuantitas uang ini Irving Fisher mengasumsikan bahwa
keberadaan uang pada hakekatnya adalah flow concept. Keberadaan uang ataupun
prmintaan uang tidak dipengaruhi oleh suku bunga, akan tetapi besar kecilnya
uang akan ditentukan oleh kecepatan perputaran uang (velocity of money).9
Pada saat yang hampir bersamaan, Marshall dan Pigou dari Universitas
Cambridge juga mengembangkan formulasi yang hampir sama, namun pada
hakekatnya berbeda. Marshall memandang persamaan Irving Fisher dengan sedikit
berbeda. Marshall tidak menekankan pada perputaran uang (velocity) dalam suatu
periode melainkan pada bagian dari pendapatan nasional (Y) yang diwujudkan
122
dalam bentuk uang kas.10 Secara matematika sederhana formulasi teori kuantitas
versi Cambridge (Marshall) dapat ditulis sebagai berikut:
M = kPO
M = kY
MD = k P O = k Y
dimana k adalah bagian dari pendapatan nasional yang diwujudkan dalam bentuk
uang kas, jadi besarnya sama dengan 1 / V.
1
k = ---V
Marshall tidak menggunakan volume transaksi (T) sebagai alat pengukur
jumlah output, tetapi diganti dengan Y untuk menunjukkan GDP riil. Esensi dari
persamaan Irving Fisher tidaklah berbeda dengan persamaan Marshall ditinjau dari
segi matematis, sehingga masih merupakan suatu identitas. Namun demikian,
orientasinya berbeda. Persamaan Marshal sudah dapat dikatakan merupakan
persamaan yang menunjukkan adanya permintaan akan uang, dimana masyarakat
menghendaki sebagian tertentu dari pendapatannya dalam bentuk uang kas
(ditunjukkan dengan k). Dengan demikian persamaan Marshall tidak lagi
merupakan persamaan pertukaran atau identitas (seperti halnya pada persamaan
Irving Fisher), tetapi telah merupakan persamaan teori kuantitas uang (dalam arti
telah terkandung didalamnya pengertian permintaan akan uang, yang kemudian
10
123
11
124
nilai tambah uang dan jumlahnya hanyalah representasi dari perubahan dan
pertambahan di sektor riil.
Di bawah ini adalah analisis keseimbangan pasar barang dan pasar uang
secara Islami dengan menggunakan data makro ekonomi di Indonesia:
C = C (Y)
C = Konsumsi
Y = Pendapatan nasional
I = I ()
I = Investasi
= Expected rate of profit
Y = C + S dimana S adalah saving / tabungan, maka:
S=Y-C
C = Co + bY
Co = Autonomous consumption yaitu besarnya konsumsi kalau pendapatan
nasional (Y) dianggap nol.
b = Marginal propencity to consumption (MPC) yaitu rasio antara perubahan
konsumsi dengan perubahan pendapatan nasional ( C / Y)
S=YC
Maka:
S = Y Co bY
S = -Co + (1-b) Y
I = Io + a
125
2005
2006
2007
kw Konsumsi
Rumah
tangga (C)
I
364,077
II
377,031
III 387,492
IV 404,288
1,532,888
I
418,419
II
429,652
III 447,742
IV 489,784
1,785,596
I
494,921
II
506,257
III 520,483
IV 570,995
2,092,656
I
581,272
Pengeluaran
Pemerintah
(G)
43,143
47,614
45,696
54,602
191,056
42,692
46,593
58,017
77,678
224,981
55,164
70,549
72,457
89,911
288,080
66,577
Investasi
PDB
Penerima
an Pajak
115,823
122,937
135,625
140,996
515,381
146,357
159,526
168,097
181,874
655,854
186,274
196,502
208,067
214,943
805,786
220,722
536,605
564,422
595,321
599,478
2,295,826
632,331
670,476
713,000
758,475
2,774,281
782,753
812,741
870,320
873,403
3,339,217
918,876
29,246
31,437
37,867
49,448
147,998
35,681
38,633
47,188
52,925
174,427
42,790
48,255
52,140
62,410
205,596
47,959
SWBI
4,78
5,42
8,62
126
II
III
IV
610,560
82,727
637,457
80,581
681,215
99,875
2,510,504
329,760
2008 I
703,733
76,724
II
738,938
104,994
III 777,103
106,038
IV 799,685
129,110
3,019,459
416,867
2009 I
808,413
99,927
II
Sumber: Bank Indonesia (data diolah)
234,557
254,564
276,371
986,215
291,331
327,656
369,258
381,339
1,369,583
395,758
964,790
1,030,792
1,034,863
3,949,321
1,117,580
1,229,645
1,332,517
1,274,287
4,954,029
1,300,298
50,299
68,000
96,145
262,403
67,481
83,876
96,243
97,337
344,936
64,097
Menemukan Fungsi IS
Tabel 5.2
Data Makro Ekonomi Indonesia (tahun)
(miliar rupiah)
Tahu
n
Pendapat
an
Konsumsi
SWBI SBI
Investasi
Penerim
aan
pajak
Pengelu
aran
pemerin
tah (G)
191,056
2004
1,532,888
515,381
147,998
2005
2,774,281
1,785,596
5,42
12,83
224,981
655,854
174,427
2006
3,339,217
2,092,656
8,62
9,50
288,080
805,786
205,596
2007
3,949,321
2,510,504
6,80
7,83
329,760
986,215
262,403
2008
4,954,029
3,019,459
10,49
11,08
416,867
1,369,583
344,936
5,33
6,61
6,80
6,32
7,41
8,60
10,49
7,47
127
S = -1,532,888 + 0,5Y
3. I = Io + a, bila menggunakan return SWBI, maka:
I = 515,381+ {( 805,786655,854 ) / (8,625,42)}
I = 515.381 + 46.854
Bila menggunakan rate SBI
I = 515.381+{(805.786-655.854) / (9,50-12,83)}
I = 515.381 37.483
Syarat keseimbangan adalah I = S, maka:
Bila menggunakan return SWBI:
515.381 + 46.854 = -1,532,888 + 0,5Y
0,5 Y = 515.381 + 1,532,888 + 46.854
Y = (515.381 + 1,532,888 + 46.854) / 0,5
IS atau Y = 4.096.538 + 93.708 (persamaan sebelum masuknya T dan G)
Bila menggunakan rate SBI:
I=S
515.381 37.483 = -1,532,888 + 0,5Y
0,5 Y = 515.381 + 1.532.888 37.483
Y = (515.381 + 1.532.888 37.483) / 0.5
IS atau Y = 4.096.538 74.966 (persamaan sebelum masuknya T dan G)
Menemukan Fungsi LM
MS = M D
MD = k Y
128
MS = k Y
k = MS / Y
= 218.998 / 536.605
= 0,4
Jadi, MS = MD = 0,4 Y
Y = M / 0,4
Artinya penawaran uang dan juga permintaan uang masyarakat sebesar 0,4 dari
pendapatan nasional.
Tabel 5.3
Data Penawaran Uang
(miliar)
TAHUN
2004
2005
2006
2007
I
II
III
IV
PDB
536,605
564,422
595,321
599,478
2,295,826
I
632,331
II
670,476
III 713,000
IV 758,475
2,774,281
I
782,753
II
812,741
III 870,320
IV 873,403
3,339,217
I
918,876
II
964,790
III 1,030,792
M1
218.998,0
234.726,0
240.911,0
253.818,0
0,4
0,4
0,4
0,4
250.492,0
267.635,0
273.954,0
281.905,0
0,4
0,4
0,4
0,4
277.293,0
313.153,0
333.905,0
361.073,0
0,4
0,4
0,4
0,4
341.833,0
381.376,0
411.281,0
0,4
0,4
0,4
129
1,034,863 460.842,0
3,949,321
2008 I
1,117,580 419.746,0
II
1,229,645 466.708,0
III 1,332,517 491.729,0
IV 1,274,287 466.379,0
4,954,029
2009 I
1,300,298 458,581,0
Sumber: Bank Indonesia (data diolah)
IV
0,4
0,4
0,4
0,4
0,4
0,4
130
131
132
LM1
LM0
IS
21
E0
E1
10
Y
Y1(5.267.732) Y0(6.298.520)
133
Gambar 5.2
LM0
LM1
IS
28
E0
E1
10
Y
Y0(2.231.604) Y1(3.580.992)
kurva,
maka
terlebih
dahulu
harus
ditentukan
titik-titik
yang
134
S = -1,532,888 + 0,5Y
S0 = -1,532,888 + 0,5 (Y0)
S0 = -1,532,888 + 0,5 (6.298.520)
= 1.616.372
S1 = -1,532,888 + 0,5 (Y1)
S1 = -1,532,888 + 0,5 (5.267.732)
= 1.100.978
MS = 0,4 Y
M0 = 0,4 (Y0)
= 0,4 (6.298.520)
= 2.519.408
M1 = 0,4 (Y1)
= 0,4 (5.267.732)
= 2.107.093
Setelah nilai dari masing-masing titik diketahui, maka secara garis besar
interaksi dan sifat dari masing-masing variabel akan tercermin dalam grafik di
bawah ini:
135
Gambar 5.3
S
S
I=S
S
S0
S0
S1
S1
I
0
I1
Y
0
I0
Y1
Y0
LM1
LM0
IS
E0
E1
1
I
0
I1
I0
I0 = 1.499.315
I1 = 983.921
S0 = 1.616.372
S1 = 1.100.978
Y0 = 6.298.520
Y1 = 5.267.732
0 = 21
1 = 10
M0 = 2.519.408
M1 = 2.107.093
Y
0
Y1
Y0
L1, M
L1
M0
M1
Y
0
Y1
Y0
136
137
menyebabkan bentuk kurva investasi dalam ekonomi bunga dan investasi dalam
ekonomi Islam berkebalikan.
Kurva IS dalam grafik di atas juga berbeda dengan kurva IS pada umumnya.
Dalam teori IS-LM, kurva IS berslope negatif (kurva dari kiri atas ke kanan bawah)
artinya tingkat bunga di sumbu vertikal berbanding terbalik dengan pendapatan
nasional di sumbu horizontal. Dengan kata lain, kenaikan tingkat bunga akan
direspon secara negatif dengan menurunnya pendapatan nasional. Dalam grafik
diatas, sebaliknya bentuk kurva IS berslope positif (kurva dari kiri bawah ke kanan
atas) artinya tingkat expected rate of profit di sumbu tegak berbanding lurus dengan
pendapatan nasional di sumbu horizontal. Peningkatan expected rate of profit akan
mendorong peningkatan pendapatan nasional.
Perbedaan sifat dan karakteristik antara tingkat bunga dan tingkat expected
rate of profit menjadikan perbedaan slope antara kuva IS dalam teori IS-LM dengan
kurva IS pada grafik diatas. Mengenai perbedaan sifat dan karakterter tersebut telah
dijelaskan sebelumnya dalam penjelasan kurva investasi. Disamping itu kurva IS
dipengaruhi oleh investasi. Peningkatan tingkat investasi akan berpengaruh secara
positif tehadap peningkatan pendapatan nasional. Jadi dalam pendekatan Islam, kedua
variabel tersebut (I dan IS) di pengaruhi secara positif oleh tingkat expected rate of
profit. Sedangkan dalam pendkatan konvensional kedua variabel (I dan IS)
dipengaruhi secara negatif oleh tingkat bunga.
Dari sisi keseimbangan pasar uang, absennya tingkat bunga menyebabkan
kurva L2 yang merupakan kurva permintaan uang untuk motif spekulasi tidak relevan
138
untuk masuk dalam sistem karena L2 merupakan fungsi dari tingkat bunga. Yang
dimaksud dengan spekulasi menurut Soediono12 adalah spekulasi dalam surat-surat
berharga, khususnya surat obligasi, dimana meningkatnya tingkat bunga bertendensi
mengakibatkan menurunnya harga surat obligasi, dan sebaliknya menurunnya tingkat
bunga bertendensi mengakibatkan meningkatnya harga surat obligasi. Dalam teori
perilaku harga surat obligasi13 disebutkan bahwa harga surat obligasi ditentukan oleh
tinggi rendahnya suku bunga di pasar.
k
Z(k) = ---r
139
klasik. Dengan kurva permintaan akan uang untuk motif transaksi dan berjaga-jaga
(0L1), jika jumlah uang yang beredar sebanyak 0M0, maka kurva LM yang dihasilkan
adalah kurva Y0LM0. Dengan kurva L1, jika jumlah uang yang beredar sebanyak 0M1,
maka kurva LM yang dibentuk ialah kurva Y1LM1.
Kurva LM yang berbentuk inelastis sempurna menunjukkan bahwa
penawaran uang dalam Islam dikontrol oleh negara sebagai pemegang otoritas
moneter dan monopoli dari penerbitan uang yang sah. Dalam hal ini peran tersebut
dijalankan oleh bank sentral. Karena kurva LM berbentuk inelastis sempurna maka
penawaran uang terbebas dari pengaruh tinggi rendahnya expected rate of profit ().
Jumlah uang beredar oleh otoritas moneter ditetapkan sesuai dengan proporsional
tingkat pendapatan atau nilai transaksi. Oleh sebab itu, berapapun nilai rate of profit
yang berimplikasi terhadap perubahan tingkat pendapatan nasional, pemerintah akan
menyesuaikan jumlah uang beredar yang dibutuhkan dalam perekonomian, sehingga
kondisi money supply selalu sama dengan money demand (MS = MD).
Bila menggunakan rate SBI:
I = 515.381 37.483
I0 = 515.381 37.483(0)
I0 = 515.381 37.483 (28)
I0 = -534.143
I1 = 515.381 37.483(1)
I1 = 515.381 37.483(10)
I1 = 140.551
140
S = -1,532,888 + 0,5Y
S0 = -1,532,888 + 0,5 (Y0)
S0 = -1,532,888 + 0,5 (6.298.520)
= 1.616.372
S1 = -1,532,888 + 0,5 (Y1)
S1 = -1,532,888 + 0,5 (5.267.732)
= 1.100.978
MS = 0,4 Y
M0 = 0,4 (Y0)
= 0,4 (6.298.520)
= 2.519.408
M1 = 0,4 (Y1)
= 0,4 (5.267.732)
= 2.107.093
Setelah nilai dari masing-masing titik dengan menggunakan rate SBI
diketahui, maka secara garis besar interaksi dan sifat dari masing-masing variabel
akan tercermin dalam grafik di bawah ini:
141
Gambar 5.4
S
S
I=S
S
S0
S0
S1
S1
I
0
I1
Y
0
I0
Y1
Y0
LM1
LM0
IS
0
E0
E1
1
I
I
I0
I1
I0 = -534.143
I1 = 140.551
S0 = 1.616.372
S1 = 1.100.978
Y0 = 2.231.604
Y1 = 3.580.992
0 = 28
1 = 10
M0 = 2.519.408
M1 = 2.107.093
Y
0
Y0
Y1
L1, M
L1
M0
M1
Y
0
Y1
Y0
142
harus
mengupayakan
kesejahteraan
bagi
mayoritas
masyarakat
143
Gambar 5.5
S
S
I=S
S0
S0
S1
S1
I
0
I1
Y
0
I0
Y1
Y0
LM1
LM0
I + Tr
IS
E0
IS*
0
E1
1
I
0
I1
I0
I*
Y
0
Y1
Y0
Y*
L1, M
L1
M0
M1
Y
0
Y1
Y0
144