Kelompok : 03 Setting : Depan Stasiun Pondok Cina Hari : Selasa, 10 Maret 2020 Jam : 14.00 - 14.30 Suasana : Ramai
CATLAP 3 MMI
a) Gambaran Setting Sosial
Saya dan kelompok saya melakukan pengamatan yang ketiga pada hari Selasa tanggal 10 Maret 2020 pukul 14.00. Kami kembali mengamati para penjual di depan Stasiun Pondok Cina. Para penjual tersebut adalah penjual masker, penjual telur gulung, penjual sempol ayam, penjual jus, dan penjual minuman. Kebanyakan dari mereka menggunakan gerobak untuk berjualan. Penjual sempol dan penjual telur gulung berasal dari suku Sunda, sehingga mereka terlihat akrab. Mereka sering ngobrol berdua ketika tidak ada pelanggan. Pada pengamatan yang ketiga kemarin, penjual sempol menggunakan celana jeans panjang dan kaos, tanpa membawa tas seperti biasanya. Penampilan seperti ini membuat penjual sempol ini tidak terkesan seperti penjual. Hal yang berbeda dari pengamatan-pengamatan sebelumnya adalah di belakang penjual sempol yang biasanya hanya ada meja dan kursi untuk pembeli, kemarin terdapat penjual jas hujan. Terdapat beberapa orang yang duduk di sana, namun ada satu orang yang mengenakan topi dan tas, saya menganggap dia lah penjual jas hujan tersebut. Menurut saya, dengan adanya penjual jas hujan di tempat pembeli menikmati makanan akan menyebabkan ketidaknyamanan bagi pembeli, tempat menjadi sempit sehingga pembeli lebih memilih menikmati sempol di tempat lain.
b) Gambaran Lingkungan Setting Sosial
Fokus yang kelompok kami amati berada tepat di depan Stasiun Pondok Cina. Terdapat sebuah ruko yang disewakan untuk kios. Ruko di sebalah bawah terdapat toko jam tangan, toko bakso, toko jus. Sementara di emperan ruko, terdapat penjual yang menggunakan gerobak yaitu penjual telur gulung dan penjual sempol ayam. Penjual minuman dingin membawa termos es dan penjual masker menggunakan meja. Para penjual yang tidak menyewa kios, akan membawa dagangannya pulang. Namun, kemungkinan jika menggunakan gerobak, gerobak akan dititipkan di sekitar kios. Kios bagian atas adalah kost putri. Di sebelah kanan kios, terdapat tangga untuk menuju kost. Sisi kios bagian dalam terdapat dua bagian. Pertama bagian belakang penjual telur gulung dan sempol. Di sini terdapat beberapa meja dan kursi, namun saat kami melakukan pengamatan yang ketiga, bagian ini digunakan untuk menjual jas hujan sehingga pembeli telur gulung dan sempol tidak ada yang makan di sana. Kedua, bagian paling dalam kios, biasanya yang menggunakannya adalah pembeli bakso dan pembeli jus. Di sana, terdapat kasir dan beberapa karyawan toko bakso. Bagian ini merupakan tempat yang benar-benar formal digunakan untuk melayani pembeli. Saat itu kondisi sekitar stasiun cukup ramai. Hal ini disebabkan karena banyak mahasiswa yang menggunakan kereta. Tempat makan di dekat stasiun juga ramai, mengingat di sekitar stasiun terdapat banyak kost untuk mahasiswa serta kampus Gunadharma dan Universitas Indonesia, jadi banyak orang yang mencari makan di sekitar stasiun.
c) Identifikasi dan Interaksi
Terdapat hal yang menarik dari pengamatan kami yang ketiga, yaitu di kios bagian dalam terdapat seorang pengemis anak-anak yang memberikan selembar kertas pada pembeli yang duduk di sana. Kertas tersebut berupa himbauan kepada umat muslim agar bersedekah. Jika pembeli tidak merespons, pengemis itu akan meminta kertas tersebut kembali. Uniknya, pengemis itu sama sekali tidak berbicara. Ia hanya berbicara melalui gerak tubuh dan memberikan kertas tersebut. Interaksi yang terjadi lainnya adalah antara kasir dengan pelayan bakso. Ketika sedang tidak melayani, merekaa duduk bersebelahan sambil ngobrol. Ketika itu mereka sedang membicarakan corona virus yang melanda Indonesia. Namun, baru sebentar mereka mengobrol, ada pembeli yang hendak membayar sehingga pembicaraan antara kasir dan pelayan terhenti.