Anda di halaman 1dari 12

“PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK”

Kelompok 6 :
 Aditya Dwi Putra
 Akhmad Maulana Waskito
 Muhammad Riedzky Akbar
 Nur Faizin
 Shinta Seftiyani
Pengamat : Aditya Dwi Putra
No.Reg : 5215150690

Pasar Lama Jatinegara atau lebih dikenal


dengan Pasar Mester, merupakan pusat
ekonomi bagi warga Jatinegara. Pasar Lama
Jatinegara mempunyai banyak deret bangunan
dimana dulunya dikenal dengan bangunan
Belanda.
Naah, foto disamping ini saya ambil
pada hari Selasa 22 September 2015 sekitar
pukul 09.30. Dapat dilihat ini adalah interaksi
antara si penjual (baju biru) dan si pembeli (2
orang memakai jaket hitam. Si Penjual
berprofesi sebagai Pedagang Kaos Grosir di
Pasar Mester.
Si Penjual memberikan penjelasan
kepada si pembeli terkait dengan model kaos
dan harganya. Untuk model kaos lengan
pendek harga per lusin yaitu Rp.600.000
(Rp.50.000/pcs), model kaos lengan panjang
yaitu Rp.672.000 (Rp.56.000/pcs), sedangkan untuk model kaos raglan harganya
lumayan mahal per lusinnya yaitu Rp.750.000 (Rp.62.500/pcs).
Si Pembeli pun akhirnya meminta potongan harga setelah Si Penjual
menjelaskan model dan harganya. Dan Si Penjual pun mendengarkan tetapi Si
Penjual tidak bisa menurunkan harganya lagi karena itu sudah harga pas. Si
Pembeli masih tetap nekat untuk meminta potongan harga dan merayu Si Penjual
dengan membeli 10 lusin jika Si Penjual memberikan potongan harga.
Si Penjual pun akhirnya memberikan potongan harga untuk model kaos
lengan panjang Rp.1.000/pcs dan untuk yang model raglan Rp.1.500/pcs. Si
Pembeli pun menyetujui potongan harga tersebut, lalu dengan segera Si Pembeli
memesan 3 lusin kaos lengan pendek, 4 lusin kaos lengan panjang, dan 3 lusin
kaos raglan.
Si Pembeli pun langsung memilih-milih model kaosnya, sedangkan Si
Penjual menghitung total harga dari kaos yang terjual tersebut. Dan yang saya
kagetkan ternyata Si Pembeli membeli banyak kaos untuk dijual lagi di daerah
asalnya. Waaaw..
Kesimpulan :
Setelah saya observasi di Pasar Mester tepatnya di Pedagang Kaos Grosir,
Pedagang / Penjual selalu memberikan harga yang cukup mahal di awal
pembicaraan dengan Pembeli. Dan Pembeli selalu meminta potongan harga pada
saat berbicara dengan Penjual walaupun ada juga Pembeli yang tidak mau ribet
untuk meminta potongan harga tapi kemungkinan sedikit Pembeli yang tidak mau
ribet seperti itu. Dan di tengah pembicaraan antara Penjual dan Pembeli terkadang
Si Penjual akhirnya memberikan potongan harga agar Si Pembeli jadi membeli
barang yang dijual Si Penjual.
Pengamat : Akhmad Maulana Waskito
No.Reg : 5215152139

Cuaca panas terik meliputi


suasana pasar jatinegara. Begitulah
yang kami rasakan ketika memasuki
gerbang pasar jatinegara yang terletak
di jakarata timur. Kami mulai bertanya
kepada salah satu pedagang dimana
letak pasar mester. Dengan sigap
pedagang tersebut menunjuk sebuah
gedung tinggi di pasar jatinegara. Ya,
tentu saja itu pasar mester.
Sayup sayup pedagang terdengar
ketika kami mulai berjalan ke arah
gedung tersebut. Tukang es lalu lalang
menawarkan es mereka yang mungkin
saja es sisa pagi tadi. Suasana berubah
menjadi sangat sejuk ketika kami
memasuki pasar mester. Kami mulai
berpencar untuk mencari para
pedagang dan pembeli yang sedang
bertransaksi. Aku mulai berjalan ke
lantai dua dimana tempat pakaian
diperjualbelikan. Pandanganku tertuju kepada seorang karyawati toko pakaian
anak anak. Kuperhatikan dia dari jarak sekitar 100 meter.
Sekitar 5 menit aku mengintai dia, yang pada akhirnya kedatangan seorang
bapak ingin membeli pakaian untuk anak laki-lakinya. Karyawati itu
menawarkan berbagai pakaian anak laki-laki, mulai dari pakaian karakter batman,
spiderman, boboi boy bahkan film sinetron anak-anak dari India juga tidak
ketinggalan, ya tentu saja balveer. Bapak tersebut tentu saja merasa kebingungan,
karena ditawarkan berbagai model pakaian anak laki-laki. Namun, Bapak itu
memilih pakaian boboi boy. Mulailah disini terjadi saling transaksi untuk
menentukan harga pakaian tersebut.
Karena penasaran dengan harga pakaian itu, aku berpura pura berjalan
melewati toko itu. Karyawati itu menyebutkan bahwa harga pakaian itu Rp.
65.000,- . Karena merasa terlalu mahal, bapak tersebut menawar dengan harga
Rp. 30.000,- . Tentu saja, itu harga yang terlalu murah untuk karyawati tersebut.
Kemudian, karyawati itu mulai menyebutkan harga pas dari baju itu, Rp 50.000,.
Karena masih terlalu mahal, Bapak itu menawar lagi dengan harga 35.000,- .
Karyawati itu masih belum menyerah juga untuk menaikan harga baju itu. Bapak
itu akhirnya menyebutkan harga yang menurutku wajar untuk ukuran pakaian
seperti itu, Rp 45.000,- sambil menjauhi toko itu. Dengan pasrah, karyawati itu
menyetujui harga yang disebutkan oleh bapak itu. Hmm,, trik kuno dari zaman
nenek moyang yang sangat manjur. Tidak menunggu kesempatan, aku kembali
ke tempatku semula dan mengabadikan interaksi tersebut dengan kamera
smartphoneku. Tetapi, ketika ingin memfoto mereka, karyawati itu menengok
kearahku. Tentu saja aku merasa malu, dan ingin sekali menyudahi observasi ini.
Setelah berhasil mendapatkan foto tersebut, karyawati itu menunduk ke arah
pakaian yang ingin di bungkusnya, mungkin saja dia malu.
Kemudian bapak itu memberikan uang kepada karyawati itu, dan
karyawati itu membalas dengan terima kasih. Saat itu juga aku langsung berlari
ke lantai bawah untuk mencari kelompokku. Aku sangat bersyukur bisa
menyelesaikan tugas ini, ya walaupun agak tersendat.

Kesimpulan :
Ketika anda ingin membeli pakaian, gunakanlah trik kuno yang jitu. Yaitu
memberikan harga yang kita inginkan lalu pergi meninggalkan toko tersebut,
pasti penjual akan menerima harga yang anda berikan.
Pengamat : Muhammad Riedzky Akbar
No.Reg : 5215150082

Penelitian ini dimulai hari selasa,


tanggal 22 pukul 11.30 di pasar mester
Jatinegara. Pada awalnya kami satu kelompok
datang secara bersamaan, lalu setibanya di
tempat kami langsung berpencar ke seluruh
kawasan pasar Jatinegara untuk melakukan
observasi.
Karena kondisi pada saat itu cuacanya
sangat panas, saya pun langsung menuju ke
dalam pasar Jatinegara. Sesampainya di dalam
saya kemudian melihat-lihat kondisi sekitar
saya. Nampak banyak orang yang sedang lalu-
lalang dan melakukan transaksi jual beli. Saya
kemudian keliling di dalam pasar tersebut,
mulai dari lantai 2, 3 dan 4 yang ternyata di
lantai 4 itu lumayan sepi. Akhirnya pun saya
kembali lagi ke bawah kemudian keluar dari
pasar Jatinegara.
Selama perjalanan saya mengelilingi kompleks pasar Jatinegara, tidak ada
satu penjual pun yang menawarkan barang dagangan mereka kepada saya.
Meskipun saya lewat dengan berjalan perlahan sambil sesekali melirik dagangan
mereka, namun tetap tidak ada respons dari para penjual dan inisiatif untuk
menawarkan barang yang mereka jajakan.
Ketika saya ingin menuju ke halte Transjakarta untuk pulang, saya
sempatkan lagi untuk menengok lapak para pedagang kaki lima yang berada di
depan kawasan pasar Jatinegara. Dengan menggunakan cara yang sama, saya pun
berjalan secara perlahan di depan lapak para pedagang kaki lima yang mayoritas
menjajakan dagangannya di emperan toko dan diletakkan di bawah. Sesekali saya
melihat-lihat barang dagangan para kaki lima ini yang menurut saya sangat
komplit, dari mulai perkakas rumah tangga seperti perabotan rumah hingga ke
berbagai asesoris unik yang harganya lumayan miring.
Ketika itu saya melihat penjual perkakas rumah tangga dan saya melihat
ada kran dispenser. Kemudian saya teringat untuk membeli kran dispenser untuk
air panas namun yang ada Safety Lock untuk anak-anak agar tidak dibuka. Ketika
saya melihat-lihat ternyata saya tidak menemukan barang tersebut. Kemudian
sang pedagang menghampiri saya dan menanyakan kebutuhan yang ingin saya
beli, lalu saya jelaskan hal tersebut.
Setelah mendengarkan apa yang saya inginkan, pedagang tersebut nampak
kebingungan dan berusaha mencari-cari barang yang saya inginkan namun
ternyata tidak ada. Kemudian pedagang tersebut mengambil kran air panas biasa
yang berwarna merah sambil mengatakan “Ini mas, kran air panasnya”. Karena
saya tahu bentuk barangnya dan ternyata tidak sesuai yang diinginkan lalu saya
berkata “Bukan itu mas”. Kemudian pedagang tersebut semakin bersikeras
meyakinkan bahwa barang yang saya maksud adalah itu. Akhirnya saya lantas
pergi meninggalkan tempat itu dan melanjutkan perjalanan.
Kemudian saya tertarik ke lapak penjual poster. Saya melihat pedagang itu
menjajakan berbagai macam poster salah satunya poster anak-anak. Saya jadi
teringat adik saya kemudian saya ingin mencari gambar mobil alat berat. Namun,
sama halnya dengan kasus kran dispenser tadi, hasilnya pun tidak memuaskan.
Akhirnya saya langsung melanjutkan perjalanan pulang.

Kesimpulan :
Dari kegiatan di atas dapat disimpulkan bahwa pedagang itu akan
bersikeras menawarkan barang dagangannya yang mungkin saja tidak sesuai,
hampir mirip, serupa tapi tak sama, ataupun barang yang termasuk satu kelompok
dengan yang mereka jual dan meyakinkan bahwa barang itu sama.
Pengamat : Nur Faizin
No.Reg : 5215152983

Ketika saya memasuki area


pedagang sepatu saya melihat seorang
pembeli sedang memilih atau melihat
sepatu sesuai dengan kebutuhan yang
mereka inginkan, ada yang sekedar
melihat saja tetepi tidak membeli dan
ada pula yang sedang mencoba sepatu.
Ada pembeli yang mencoba sepatu
yang sesuai ukuran tetapi tidak sesuai
dengan warna yang diinginkan,
biasanya pedagang sepatu jika ada
seorang pembeli yang seperti itu
kemudian dia langsung mengambil
sepatu yang pembeli inginkan di
sebuah penyimpanan.
Pada pukul 09.15 saat itu
pengunjung cukup ramai, saya melihat
2 orang yang sedang melihat-lihat
sepatu yang ada di pasar mester. Calon
pembeli tersebut semuanya laki-laki.
Yang pertama memakai baju berwarna
merah dan yang kedua memakai baju berwarna hijau, pada tempat sepatu tersebut
terlihat ada dua pelayan sepatu yang pertama perempuan dan kedua laki-laki.
Terlebih dahulu si calon pembeli melihat-lihat sepatu yang ada di rak dan
kemudian mereka memegang sepatu tersebut. Tiba-tiba pelayan sepatu tersebut
menghampiri mereka dengan penuh ramah tamah, lalu bertanya ke calon pembeli
tersebut ‘’ada yang bisa saya bantu?’’ kemudian pembeli tersebut menjawab
‘’apa ada sepatu yang seperti ini tetapi ukurannya 42’’. Dan pelayan tersebut
mencari sepatu yang ukuran 42. Setelah diambilkan sepatunya lalu si pembeli
mencobanya terlebih dahulu dan menunjukan kepada teman yang di sampingnya
apakah sepatu yang dia pakai cocok. Setelah merasa cocok kemudian pembeli
melihat haraga sepatu tersebut. Dan harganya 100.000 untuk satu pasang,
kemudian pembeli menawar sepatu tersebut dengan harga 75.000 dan pelayan
tersebut menolaknya lalu berbicara harga tersebut sudah termasuk murah, paling
kita bisa turunkan 90.000 itu juga kalau mas mau. ‘’kata pelayan sepatu’’. Setelah
cukup lama tawar menawar akhirnya keduanya sepakat dengan harga 85.000.
kemudian pelayan tersebut memasukkan sepatu tersebut kedalam kardus
kemudian di bungkus oleh kantong plastik.
Selang beberapa menit datang lagi seorang wanita cantik bersama
temannya yang menanyakan sepatu olahraga, berukuran 43 dan temannya
mancari sepatu cat. Setelah menemukan sepatu yang mereka inginkan, mereka
bertanya gak bisa kurang nih harganya?, kemudian pelayan itu menjawab ‘’gak
bisa mba’’. Setelah tawar menawar dan tidak mencapai sepakat, perempuan
tersebut meninggalkan tempat tersebut. Kemudian pelayan tersebut
membereskan sepatu yang tidak jadi di beli oleh perempuan yang tadi.
Pada pukul 11.00 pengunjung pasar mulai sepi dan para pedagang mulai
bersantai atau beristirahat sambil menunggu pembeli. Ada yang sedang main
handphone dan ada juga yang sedang mengobrol dengan rekan kerjan. Disamping
itu ada pelayan toko yang sibuk membersihkan tempat kerjanya dengan
merapikan barang dgangannya yang baru saja di berantakin atau dilihat oleh
pembeli yang tidak jadi membeli barang tersebut.

Kesimpulan :
Orang yang akan membeli sepatu pertama-tama melihat merk sepatunya
terlebih dahulu dan kemudian melihat nomor sepatu yang sesuai ukurannya dan
menawarnya, apabila barang yang ditawar tersebut tidak mencapai sepakat maka
pedagang tersebut yang rugi karena barangnya jadi berantakan dan menyita
waktu.
Nama : SINTA SEFTIYANI
No. reg. : 5215153359

Mendapat tugas observasi interaksi penjual pembeli di Pasar Mester


Jatinegara, saya dan beberapa orang (anggota kelompok) berpencar mencari
informasi. Saya memilih mengamati interaksi penjual-pembeli di sebuah took
telepon genggam karena relatif cukup sepi.
Setelah beberapa lama saya
mengamati, akhirnya ada beberapa
orang calon pembeli yang mengunjungi
toko tersebut. Karena saya hanya
mengamati dari jauh, saya tidak dapat
mendengar percakapan mereka. Saya
hanya melihat calon pembeli tersebut
memilih beberapa telepon genggam dan
terlihat bertanya-tanya mengenai
spesifikasi telepon genggam yang
sedang dilihatnya.
Sebelumnya, saya sempat melihat
beberapa orang mendatangi toko
tersebut namun tidak jadi membeli di
toko tersebut dan memilih mencari toko
telepon genggam lain. Dari
sepenglihatan saya, dua orang penjaga
toko telepon genggam tersebut cukup
ramah melayani para calon pembeli,
meskipun mereka hanya bertanya-tanya
tanpa jadi membeli.

Kembali kepada seorang perempuan yang berada dalam foto, setelah


beberapa lama perempuan tersebut melihat-lihat dan bertanya tentang beberapa
hal, akhirnya perempuan tersebut memilih sebuah telepon genggam keluaran
(cukup) baru. Namun, interaksi mereka tak berakhir sampai disitu. Saya melihat
mereka mengobrol agak lama dan tampaknya yang mereka diskusikan cukup
menguras emosi (saya menduga bahwa mereka –penjual dan pembeli- sedang
mendiskusikan harga yang harus dibayar).
Akhirnya setelah perbincangan yang cukup alot tersebut, si perempuan
(pembeli) mengeluarkan dompet dan membayar telepon genggam tersebut.
Dilihat dari gelagatnya saat meninggalkan toko telepon genggam tersebut, si
perempuan cukup puas dengan barang yang baru saja dibelinya.

Kesimpulan :
Saat membeli suatu barang, pilihlah barang dengan tepat. Usahakan agar
barang yang akan di beli sesuai dengan kebutuhan dan keinginan kita sebagai
pembeli. Diskusikan harga yang akan dibayar dengan penjual dan usahakan agar
kesepakatan harga yang dibuat dengan penjual sesuai dengan uang yang pembeli
miliki.
Kesimpulan Kelompok :
Pertama, sebelum kita ingin membeli suatu barang hendaknya kita mencari
dan memastikan barang yang diinginkan dengan cara menanyakan pada
penjualnya. Setelah itu kita pun harus menyesuaikan barang tersebut sesuai tipe
yang kita inginkan (misalnya: merk, ukuran, dll.). Dan ketika sudah mendapatkan
barang yang diinginkan, pembeli pasti menanyakan harganya kepada penjual
barang tersebut. Biasanya, berapa pun harga yang dibuka oleh penjual, pasti
selalu ada permintaan dari pembeli untuk menurunkan harga tersebut. Di sisi lain
ketika harga ingin diturunkan, penjual pasti memikirkan bahwa keuntungan yang
mereka peroleh apabila menerima harga yang ditawarkan oleh pembeli pasti akan
berkurang atau bahkan rugi. Tapi di sisi lainnya lagi, apabila harga itu ditolak
oleh penjual maka sang pembeli kemungkinan besar pasti menolak dan pergi.
Oleh karena itu, kebanyakan para penjual memberikan harga di atas harga yang
pembeli inginkan namun tetap di bawah harga yang penjual tawarkan
sebelumnya. Setelah itu biasanya kebanyakan pembeli langsung sepakat dengan
harga tersebut. Namun ada juga sebagian pembeli yang tetap menolak dan
akhirnya pergi. Tapi karena penjual memikirkan barangnya ingin cepat habis
yang penting tidak rugi, ada sebagian penjual yang menarik kembali pembeli
yang ingin pergi untuk akhirnya sepakat dengan harga terakhir yang sebelumnya
ditolak.

Anda mungkin juga menyukai