Anda di halaman 1dari 9

APAKAH INTUISI DAPAT MENGHINDARKAN DIRI

DARI PERILAKU BERISIKO?

Sriningsih
Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

ABSTRAK

Banyak dijumpai perempuan menjadi korban perilaku berisiko, seperti kekerasan


(perkosaan, pembunuhan), penyalahgunaan substansi, maupun menderita penyakit
berbahaya (AIDS, Hepatitis C). Seringkali kejadian itu dialami perempuan justru karena
ia tidak menyadari bahwa sumber penyebabnya sangat dekat dan dianggap tidak
membahayakan sama sekali. Baru setelah kejadian berlangsung, perempuan sadar
bahwa dirinya telah menjadi korban, tetapi semua sudah terlambat. Sesungguhnya
kejadian-kejadian tidak menyenangkan itu dapat dihindari bila individu memanfaatkan
salah satu potensi yang dimiliki, yaitu kemampuan mengintuisi. Intuisi adalah
pengetahuan tentang hal-hal tidak diketahui yang diperoleh melalui proses berpikir
tanpa kesadaran, terjadi secara cepat, mendadak, berdasarkan data-data yang
bersumber dari keadaan emosi atau reaksi-reaksi emosi terhadap pengalaman masa lalu
untuk mengarahkan perilaku dengan benar. Dengan mengandalkan intuisi dapat
diharapkan individu memiliki kemampuan menginterpretasi secara cepat kejadian
sepotong-potong yang tidak bermakna menjadi sebuah kesimpulan utuh bermakna,
sehingga individu dapat bereaksi dengan cepat dan tepat sebelum perilaku berisiko
mengenai dirinya. Namun perlu dicatat bahwa intuisi bukanlah kemampuan yang begitu
saja dapat dimiliki dengan baik oleh individu, melainkan sebuah potensi yang harus
diasah terus-menerus bila ingin memanfaatkan secara optimal.

Kata kunci: intuisi, perilaku berisiko.

Apakah perilaku berisiko itu? meskipun para ahli telah berusaha keras
Penambahan kasus HIV/AIDS di menemukan obatnya. Bahkan penyakit ini dapat
kalangan pengguna narkoba suntikan makin menyebabkan kanker hati (Gordon & Gordon,
memprihatinkan. Pemberitaan tentang 1999).
HIV/AIDS berdasarkan laporan Ditjen HIV/AIDS dan hepatitis C adalah
Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan penyakit jangka panjang dengan periode sakit
Lingkungan, Departemen Kesehatan Republik yang lama. Keduanya adalah penyakit yang
Indonesia, pada tahun 2005 sampai dengan dibawa oleh darah, artinya ditularkan melalui
bulan Desember terdapat 40,42% dari 3513 pemindahan darah akibat penggunaan jarum
kasus HIV/AIDS adalah pengguna narkoba suntik yang tidak steril. Baik HIV/AIDS
suntikan. Sampai dengan saat itu tercatat ada maupun Hepatitis C adalah contoh dampak
875 kasus HIV dan 2638 kasus AIDS buruk yang akan dialami individu jika
(http://spiritia.or.id/Stats/Stat2005.php, 2006) mengerjakan perilaku berisiko, dalam hal ini
Selain rentan terkena serangan menggunakan narkoba dengan jarum suntik.
HIV/AIDS, pengguna narkoba suntikan juga Mengapa individu terjerumus dalam perilaku
sangat rentan terkena penyakit Hepatitis C. berisiko? Apakah hal itu dapat dicegah?
Padahal penyakit ini tidak dapat disembuhkan, Bagaimana caranya mencegah atau menghindari

1
perilaku berisiko? Pertanyaan ini mungkin air putih yang disuguhkan, tetapi apa yang
sering muncul dalam benak pembaca sekalian. terjadi setelah itu tidak dapat diingatnya lagi.
Perilaku berisiko adalah segala perilaku Uraian di atas menggambarkan, betapa
yang dapat membahayakan/ mengganggu rentannya individu terlibat perilaku berisiko,
perkembangan aspek-aspek psikososial yang meskipun hal itu di luar kehendaknya, hanya
berhasil (Jessor dalam Smet, 1994). Dijelaskan karena individu bersangkutan tidak dapat
lebih lanjut oleh Jessor tentang konsep risiko memprediksikan/mengetahui lebih dulu apa
psikososial, (1) bila perilaku-perilaku yang akan terjadi ketika ia berada dalam suatu
merupakan faktor-faktor risiko, perlu situasi. Hal sama berlaku pada kasus-kasus
diperhatikan keseluruhan potensi dampak atau remaja pecandu ganja. Mula-mula individu tidak
konsekuensinya; (2) pemahaman tentang makna dapat menolak tawaran temannya untuk
risiko membutuhkan penjelasan lebih lanjut mencoba-coba rokok, setelah terbiasa merokok
meliputi dampak positif yang diharapkan tanpa sepengetahuannya ada teman yang
sekaligus dampak negatif yang tidak menawari rokok (ternyata dibuat dari irisan
dikehendaki; (3) konsep risiko psikososial daun ganja) hingga akhirnya tanpa disadari
berimplikasi pada area perkembangan pribadi individu terjebak dalam perilaku merokok daun
dan penyesuaian sosialnya. Contoh perilaku ganja sampai kecanduan. Banyak kejadian di
berisiko dalam kehidupan sehari-hari tampak luar dugaan pada akhir-akhir ini yang menimpa
jelas dalam bentuk hubungan seks yang tidak individu terutama kaum perempuan. Misalnya,
aman, menonton film porno, mengendarai kasus-kasus perkosaan (pada orang dewasa)
kendaraan bermotor setelah minum minuman atau bahkan perkosaan pada anak-anak
beralkohol, atau terlibat perilaku kekerasan. (pedofilia), sebagian besar korbannya adalah
Konsep tentang perilaku berisiko sangat penting perempuan. Hasil penelitian Sungkowo (2003)
artinya dalam upaya pencegahan (prevensi) dan memperlihatkan di antara 10 orang subjek
promosi kesehatan, khususnya kesehatan mental korban perkosaan, hanya 1 orang yang
individu maupun masyarakat. diperkosa oleh orang tak dikenalnya,
Seringkali terjadi individu maupun selebihnya (9 orang) justru diperkosa oleh
masyarakat secara tidak sadar mempelajari orang-orang yang tidak pernah diduga akan
perilaku berisiko dan akhirnya benar-benar melakukan perbuatan terkutuk tersebut, seperti
terlibat dalam perilaku berisiko, karena tidak ayah kandung, ayah tiri, tetangga dekat rumah,
mengetahui bahwa yang dipelajarinya adalah rekan kerja, teman sekolah atau kenalannya.
perilaku berisiko. Contohnya, seorang gadis Demikian pula halnya pada kasus-kasus
remaja terkejut, tidak percaya ketika mendapati pedofilia, pelakunya adalah orang-orang
dirinya tengah hamil, padahal ia merasa belum terdekat korban yang sudah tidak asing lagi
pernah melakukan hubungan seks dengan pria baginya, seperti ayah, paman, kakek, guru
manapun. Setelah ditelusuri kembali ataupun tetangga (PPK UGM & UNICEF,
pengalamannya, ada sebuah kejadian yang 1999). Hal senada diperlihatkan oleh penelitian
mungkin berkaitan erat dengan peristiwa yang Rahmani (2004), dari 8 responden penelitian
dialaminya sekarang. Ketika itu ia bersedia (pelaku kejahatan pedofilia), semua korban
diajak singgah ke rumah temannya. Di rumah perilaku pedofilia adalah anak-anak yang telah
itu sudah berkumpul teman-teman lain, ada mereka kenal dengan baik sebelumnya,
beberapa orang yang belum dikenal dan kebanyakan merupakan tetangga dekat rumah,
kemudian beramai-ramai menonton film yang bahkan ada 1 orang yang merupakan anak
membuatnya merinding tegang (karena ternyata kandung responden. Mungkin subjek/korban
film porno). Untuk mengurangi ketegangan tidak pernah berpikir sebelumnya bahwa
yang dirasakannya gadis remaja tersebut minum kejadian tragis itu akan dialami, sehingga

2
mereka tidak pernah memiliki kesiapan guna Kekuatan pikiran bawah sadar seringkali
mengantisipasi peristiwa seperti itu. Sebenarnya berperan dalam keadaan terdesak, apalagi ketika
hal-hal seperti itu dapat dihindari jika individu menyangkut keselamatan nyawa. Jika
memanfaatkan potensi diri berupa intuisi. menyangkut keselamatan jiwa, seseorang secara
sadar atau tidak sadar telah memasukkan pesan
Apakah intuisi itu? dan kesan ke dalam pikiran bawah sadarnya
Intuisi adalah pengetahuan tentang hal- tentang pentingnya keselamatan dirinya atau
hal yang tidak diketahui (Myers, 2002), karena keselamatan seseorang yang berhubungan
individu tidak pernah menyadari bahwa dengan dirinya, sehingga kesan keselamatan ini
sebenarnya pengetahuan tersebut telah akan terekam dengan baik di dalam pikiran
dimilikinya. Day (2006) menyatakan, intuisi bawah sadarnya, dan pada saatnya nanti
adalah sebuah proses non-linier dan non-empiris dimunculkan dalam bentuk nyata (Wuryanano,
dalam memeroleh serta menafsirkan informasi 2006).
untuk menjawab pertanyaan. Menurut Butler Berpikir intuitif adalah berpikir tanpa
(2003), intuisi merupakan sekumpulan proses kesadaran, proses berpikir yang terjadi secara
fisik yang membuat seseorang tetap bertahan cepat, mendadak, yang menghasilkan suatu
hidup, yang berlangsung tanpa disadari dan pengetahuan yang tidak dapat diambil dari
memberi sinyal-sinyal mengenai apa yang telah kesadaran tetapi mempengaruhi perilaku
terjadi dan apa yang bakal terjadi. (Hastjarjo, 1999). Kemampuan ini dikendalikan
Intuisi menerima informasi/pengetahuan otak kanan (kebalikan dari berpikir rasional
tanpa bersandar pada indera, dalam arti proses yang dikendalikan otak kiri). Bagian otak
perolehan informasinya tidak bergantung pada sebelah kanan ini sangat cakap dalam
indera, ingatan, pengalaman, perasaan atau mengambil kesimpulan berdasarkan potongan-
proses-proses berpikir lainnya. Intuisi potongan data yang tidak bermakna, karena otak
memperoleh pemahaman realitas dalam bentuk kanan memiliki kemampuan untuk membantu
potongan-potongan kecil memperjelas (memodulasi) data-data menjadi
informasi/pengetahuan, biasanya berupa simbol. sesuatu yang bermakna (Myers, 2002). Otak
Simbol-simbol ini yang kemudian digabungkan kanan adalah interpretator yang mengkonstruksi
dan ditafsirkan untuk membentuk atau teori-teori secara cepat (instan) untuk
memunculkan gambaran yang utuh (Day, 2006). mengarahkan perilaku dengan benar. Fungsi
Pengetahuan-pengetahuan yang secara tidak intuisi selalu disertai kinerja belahan otak
sengaja tersimpan dalam memori, sepotong- kanan, yang merasakan informasi holistik
potong, antara satu hal dengan hal lain seolah- berupa lambang, gambar-gambar atau kiasan-
olah tidak saling berhubungan, tidak memiliki kiasan. Aktifnya bagian otak sebelah kanan
makna, biasanya dianggap tidak bermanfaat sejalan dengan pancaran gelombang alfa, yaitu
sama sekali oleh individu yang terbiasa berpikir gelombang otak yang berada pada kisaran
rasional, menggunakan data-data yang diperoleh frekuensi 10 – 15 Hertz/detik (Wuryanano,
berdasarkan fakta-fakta. Padahal dengan 2006). Dalam kondisi seperti ini kekuatan
berpikir intuitif yaitu berpikir tanpa kesadaran, pikiran imajinatif kreatif dalam
proses berpikir yang terjadi secara cepat, memvisualisasikan pikiran semakin meningkat
mendadak yang menghasilkan pengetahuan, yang akan diikuti meningkatnya proses
individu dapat mengambil kesimpulan dengan biokimiawi dalam otak dan pada gilirannya
sangat cepat tentang suatu keadaan yang menyebabkan pikiran menjadi lebih intuitif.
dihadapinya sehingga dapat mengarahkan Pikiran akan lebih cepat tanggap terhadap ide
perilaku dengan benar (Gazzaniga dalam Myers, atau gagasan dalam tataran pemikiran tingkat
2002). tinggi (di luar hal-hal yang biasa atau rutin).

3
Intuisi akan memberikan peringatan tentang lebih kuat namun halus yang hanya bisa
ancaman bahaya tepat pada waktunya, sehingga dipahami dengan perasaan dan emosi mendalam
seseorang dapat menghindari dengan (Wuryanano, 2006)
diberitahukan mengenai kesempatan dan Pengalaman emosi menjadi faktor sangat
waktunya (Wuryanano, 2006) penting dalam melayani penerusan informasi
Intuisi merupakan pengejawantahan sebagaimana dikemukakan Ortony dkk
data-data yang bersumber dari “hati”. Yang (Prawitasari & Martani, 1993). Pengalaman
dimaksudkan data-data dari “hati” adalah emosi dapat menjadi indikator perilaku tertentu.
keadaan emosi atau reaksi-reaksi emosi Menurut Prawitasari (2002), ketakutan terasa
terhadap pengalaman masa lalu, atau ketika tuntutan dari luar dirasakan melebihi
berdasarkan bentuk-bentuk emosi dan estimasi kemampuan untuk memenuhinya, tetapi emosi
diri bagaimana seseorang akan merasakan ini mempunyai peran untuk mempertahankan
sesuatu setelah memutuskan sesuatu (Jung, hidup. Ketakutan merupakan tanda
2003). Lebih jauh dijelaskan oleh Butler (2003), kewaspadaan, sehingga orang akan lebih
intuisi biasanya diikuti dengan semacam berhati-hati dalam tindakannya.
perasaan (emosi) yang kuat, yang tidak Intuisi memberikan manfaat yang sangat
biasanya, seperti perasaan tidak enak (was-was, besar bagi kehidupan, terutama ketika berada
khawatir), atau perasaan sedih yang sulit dalam situasi kritis atau ketika berhadapan
dijelaskan, atau ketakutan yang sangat besar. dengan situasi berisiko tinggi. Intuisi dapat
Emosi-emosi itu sebenarnya tidak berada di menjadi pemandu jalan keluar yang efektif pada
dalam tubuh, tetapi peristiwa penting yang saat-saat kalut. Intuisi bukan hanya memberikan
menghasilkan sentakan mempengaruhi denyut tanda untuk melakukan sesuatu, tetapi bisa juga
jantung, tekanan darah, dan aliran nafas. memberikan peringatan untuk tidak melakukan
Sentakan itu mengingatkan ketika pikiran sesuatu (Wuryanano, 2006). Pada saat seolah-
sampai pada kesimpulan bawah sadar. Pada saat olah sudah tidak ada lagi solusi apapun terhadap
pikiran berada dalam kondisi di bawah permasalahan yang dihadapi, intuisi dapat
rangsangan luar biasa, seperti keadaan darurat memberikan jalan keluar (Butler, 2003). Intuisi
yang membangkitkan emosi dan menyebabkan bertindak sebagai penunjuk arah jalan dan dapat
jantung berdenyut lebih cepat dibandingkan menunjukkan tanda bahaya di sepanjang
keadaan normal, maka hal itu akan memicu perjalanan, yang akan memendu ke arah mana
bangkitnya kekuatan intuisi. Biasanya sinyal- yang harus dituju, masalah apa yang harus
sinyal peringatan intuisi itu berupa: (1) seperti dihindari, atau apa yang harus dilakukan sebagai
peringatan awal, dalam bentuk “suara hati”, persiapan, agar dapat beradaptasi dan
gambaran-gambaran, sensasi yang terasa menyelesaikan masalah dengan sukses
janggal atau ada sebuah “perasaan halus” yang (Wuryanano, 2006)
menyatakan bahwa akan terjadi atau telah Bastick (1982) merangkum sejumlah
terjadi hal-hal yang tidak pada tempatnya dan pendapat, definisi, dan deskripsi tentang intuisi,
tidak semestinya atau sesuatu kebohongan kemudian disusun menjadi sebuah daftar
tengah berlangsung; (2) sinyal peringatan itu properti yang dikaitkan erat dengan batasan
akan terus berlangsung berulang-ulang dalam intuisi. Hasilnya sebagaimana tercantum dalam
bentuk samar-samar, tetapi dengan tekanan Tabel 1 sebagai berikut:

4
Tabel 1. Sejumlah Properti tentang Intuisi
No. Properti-properti
1. Cepat, mendadak, muncul dengan tiba-tiba
2. Melibatkan emosi
3. Proses prasadar
4. Lawan dari pemahaman abstrak, logis, dan berpikir analitik
5. Dipengaruhi oleh pengalaman
6. Pengetahuan tentang perasaan, emosi, bukan sekedar perabaan
7. Berasosiasi dengan kreativitas
8. Berasosiasi dengan egosentrisitas
9. Intuisi tidak perlu benar
10. Kepastian kebenarannya bersifat subjektif
11. Pemusatan kembali
12. Empati, kinestesi atau yang lain
13. Bakat, pengetahuan atau kemampuan instingtif
14. Konsep praverbal
15. Pengetahuan menyeluruh
16. Pengetahuan yang tidak lengkap
17. Lamunan hipnogogik
18. Berhubungan dengan sensasi
19. Tergantung pada lingkungan
20. Transfer dan transposisi

Bagaimana intuisi bekerja? satunya sumber data yang dapat diharapkan


Pertanyaannya kemudian, apakah intuisi berasal dari hati.
dapat dipercaya? Memang ada kemungkinan Pada saat ketegangan emosi naik,
intuisi salah. Namun kesalahan itu bukan penggunaan energi juga meningkat. Peredaran
semata-mata karena intuisinya yang salah, tetapi darah menjadi lebih cepat, demikian juga
ada faktor lain yang mengacaukan akurasi gelombang pernafasan. Otak berada dalam
intuisi. Faktor itu antara lain harapan. posisi siaga dan gelombang listrik otak adalah
Seringkali harapan yang terlalu besar terhadap beta. Sejalan dengan itu, kecenderungan untuk
suatu hasil/keadaan justru mengganggu munculnya cara berpikir otomatis atau spontan
kemampuan intuisi dalam memprediksikan menjadi lebih besar. Selanjutnya amygdala akan
intensitas dan durasi emosi sebagai salah satu mengambil alih pengendalian kerja otak berpikir
area intuisi. Jika data-data yang dimiliki dalam mengambil keputusan. Artinya keputusan
individu sangat minim, maka keadaan emosi, yang diambil sangat diwarnai atau dikendalikan
atau reaksi-reaksi emosi terhadap pengalaman emosi. Amygdala dapat disamakan seperti
masa lalu, atau bentuk-bentuk emosi dan bagian yang bertugas memberikan tanda bahaya
estimasi diri bagaimana seseorang akan yang selalu siap untuk memberitahukan adanya
merasakan sesuatu setelah suatu peristiwa keadaan daruruat pada bagian lain yang terkait.
dialami dapat digunakan sebagai indikator guna Jika tanda bahaya memberi sinyal takut, tanda
mengambil kesimpulan. Sebagaimana ini akan dikirimkan pada setiap bagian utama
dikemukakan oleh Jung (2003) bahwa apabila dari otak yang akan memicu hormon-hormon
tidak ada data pendukung yang dapat dijadikan untuk fight or flight (melawan atau lari). Untuk
pangkal pijak mengambil keputusan, maka satu- itu amygdala akan memobilisasi pusat gerakan
dan mengaktifkan sistem kardiovaskuler, otot-

2
otot dan yang lainnya. Sirkuit lain dari diterima oleh salah satu atau lebih panca
amygdala akan memicu diproduksinya inderanya telah terjadi tanpa dipikir terlebih
norepinephrine yang memunculkan gelombang dahulu. Suatu reaksi spontan yang tidak disadari
listrik beta pada otak dan membuat manusia sebelumnya dan seakan-akan terjadi begitu saja
menjadi lebih waspada. Tambahan sinyal sebelum otak rasional memahami benar-benar
lainnya dari amygdala memberitahu batang otak apa yang terjadi.
untuk membuat wajah yang mengekspresikan Amygdala akan segera memberikan
ketakutan, meningkatkan debar jantung dan reaksi atau tanggapan tanpa harus menunggu
menaikkan tekanan darah, memperlambat atau hasil analisis dan kajian korteks yang lebih jelas.
mempercepat nafas. Semuanya dilakukan Bagi amygdala bila informasi yang diterima dari
amygdala secara bersamaan dalam kecepatan thalamus dianggap sesuai dengan informasi dari
kerja otak yang luar biasa. Ada bagian lain dari hippocampus dan termasuk dalam kategori
otak yang berkait erat dengan amygdala, yaitu serius atau kritis atau berbahaya, maka
hippocampus. Hippocampus memberikan amygdala akan segera memberikan isyarat-
masukan pada amygdala tentang fakta apa isyaratnya tanpa menunggu hasil kajian dan
adanya dengan melibatkan emosi di dalamnya, analisis lengkap dari korteks. Pembajakan emosi
misalnya wajah seseorang adalah teman atau inilah yang sering menyelamatkan manusia dari
saudara, atau lainnya, dan amygdala akan bahaya dan berperan besar dalam proses
memberikan makna emosionalnya, seperti bertahan hidup (Bahaudin, 1999), termasuk
menyukai atau membenci, atau yang lain. Jadi menghindarkan seseorang dari perilaku berisiko
hippocampus dan amygdala bekerja erat bahu- yang dapat membahayakan keselamatan.
membahu (Bahaudin, 1999) Proses bereaksi secara spontan dengan
Dalam kaitannya dengan memori, mengandalkan
hippocampus menggali memori dan amygdala keadaan emosi sebagai pemandu data dikenal
menentukan dan memberi warna memori dengan istilah bereaksi atau bertindak intuitif.
tersebut. Sebagai tempat menyimpan memori Myers (2000) mengemukakan, intuisi
emosional amygdala akan menyimpan sangat dipengaruhi oleh suasana emosi yang
pengalaman-pengalaman dan dialami seseorang, sehingga sangat penting
membandingkannya dengan apa yang terjadi artinya bagi seseorang untuk menghayati
sekarang. Selanjutnya amygdala akan pengalaman emosinya untuk memberi petunjuk
memberikan makna terhadap peristiwa yang bilamana ia dapat memanfaatkan intuisi dengan
terjadi sekarang dengan cara sebaik-baiknya. Hal ini perlu dilakukan karena
mengasosiasikannya. Bila dari asosiasi tersebut intuisi bisa juga salah, bahkan jika seseorang
ternyata cocok, tanpa harus memperoleh terlalu dikuasai emosi tanpa mengetahui emosi
konfirmasi dari korteks lagi, amygdala sudah apa yang sebenarnya dirasakan, maka ia bisa
dapat memutuskan sikapnya. Dalam bekerja terjebak dalam sesuatu yang bersifat impulsif
seakan-akan amygdala berpegang pada prinsip (Kurnia, 2001).
tidak perlu tahu secara tepat terlebih dahulu Emosi akan muncul ketika seseorang
apakah sesuatu itu benar-benar berbahaya. menghayati pengalaman aktivitas motoriknya
Namun bila situasinya tidak normal atau karena emosi melibatkan rangsang fisik dan
situasinya kritis dan membahayakan, maka jalur psikis yang berasal dari pengalaman situasional
yang ditempuh akan berbeda dan menjadi lebih berhubungan dengan perubahan fisik (Bull &
singkat, yaitu dari thalamus langsung ditanggapi Cornelius dalam Strongman, 1996). Dalam
amygdala tanpa melalui korteks. Dalam situasi sistem organismik, emosi menyangkut
seperti itu terjadi pembajakan emosi, yaitu suatu keterkaitan antara fungsi mental dan kerja
situasi di mana reaksi seseorang atas apa yang tubuh. Hasil penelitian Windom (2007)

2
memperlihatkan hal senada, bahwa reaksi-reaksi hati positif merupakan hasil pemrosesan
fisik menyertai keputusan intuitif, rentangnya informasi heuristik, sedangkan suasana hati
mulai dari peningkatan tekanan darah dan detak negatif merupakan hasil pemrosesan informasi
jantung sampai dengan perasaan sejahtera dan yang sistematis dan terfokus. Secara lebih
bahagia. Kebanyakan partisipan lebih mampu khusus diperlihatkan hasil, bahwa takut
mengingat reaksi-reaksi fisik yang terlibat diasosiasikan dengan banyak ketidakpastian,
dalam pengambilan keputusan dari pada sedangkan malu diasosiasikan dengan situasi
keputusan yang diaktualkan. Dijelaskan pula yang sudah sangat jelas. Hasil penelitian ini
oleh Butler (2003), intuisi biasanya diikuti mendukung pendapat Lerner & Keltner (2000;
dengan semacam perasaan (emosi) yang kuat, 2001) yang menemukan bahwa pengalaman
yang tidak biasanya, seperti perasaan tidak enak takut adalah suatu emosi yang dihubungkan
(was-was, khawatir), atau perasaan sedih yang dengan situasi berisiko, sedangkan pengalaman
sulit dijelaskan, atau ketakutan yang sangat marah adalah suatu emosi yang diasumsikan
besar. Emosi-emosi itu sebenarnya tidak berada dengan kehadiran situasi yang tidak berisiko.
di dalam tubuh, tetapi peristiwa penting yang Berbagai kondisi emosi seperti marah, malu,
menghasilkan sentakan mempengaruhi denyut bahagia, dan kepuasan terjadi bersamaan
jantung, tekanan darah, dan aliran nafas. dengan pemahaman akan kepastian, sedangkan
Sentakan itu mengingatkan ketika pikiran kesedihan, harapan, terkejut, takut, dan
sampai pada kesimpulan bawah sadar. Pada saat khawatir berhubungan dengan pemahaman akan
pikiran berada dalam kondisi di bawah ketidakpastian (Roseman; Scherer; Smith &
rangsangan luar biasa, seperti keadaan darurat Ellsworth dalam Tiedens & Linton, 2001).
yang membangkitkan emosi dan menyebabkan Kadang-kadang perasaan optimis dapat
jantung berdenyut lebih cepat dibandingkan mengacaukan akurasi intuisi. Misalnya,
keadaan normal, maka hal itu akan memicu optimisme mengilusi konsekuensi akan
bangkitnya kekuatan intuisi. Biasanya sinyal- kesehatan. Kebanyakan perokok percaya bahwa
sinyal peringatan intuisi itu berupa: (1) dirinya tidak sesensitif perokok lain terkena efek
peringatan awal dalam bentuk suara hati, negatif tembakau. Di Skotlandia dan Amerika
gambaran-gambaran, sensasi yang terasa Serikat, kebanyakan remaja akhir yakin bahwa
janggal atau ada sebuah perasaan halus yang dirinya lebih sedikit kemungkinan terinfeksi
menyatakan bahwa akan terjadi atau telah HIV dari pada anggota kelompoknya. Oleh
terjadi hal-hal yang tidak pada tempatnya dan Norem (Myers, 2002) hal itu diatasi dengan
tidak semestinya atau sesuatu kebohongan teknik pesimisme defensif yang dapat
tengah berlangsung; (2) sinyal peringatan itu menyelamatkan individu dari keadaan optimis
akan terus berlangsung berulang-ulang dalam yang tidak realistik. Keragu-raguan atau
bentuk samar-samar, tetapi dengan tekanan kecemasan dapat mendorong siswa sebagai
lebih kuat namun halus yang hanya bisa subjek penelitian ini untuk mengurangi dampak
dipahami dengan perasaan dan emosi mendalam optimisme berlebihan tentang hasil ujian. Siswa
(Wuryanano, 2006) yang yakin berlebihan cenderung persiapannya
Emosi membuat kehidupan orang lebih kurang.
beragam dan berwarna dari pada datar dan Menurut Prawitasari (2002), ketakutan
membosankan (Prawitasari, 2002). Pengalaman terasa ketika tuntutan dari luar melebihi
emosi melayani pemrosesan informasi yang kemampuan untuk memenuhinya. Namun emosi
sangat penting dan dapat menjadi indikator itu mempunyai peran untuk mempertahankan
perilaku tertentu (Ortony dkk dalam Prawitasari hidup. Ketakutan merupakan tanda atau sinyal
& Martani, 1993). Eksperimen Tiedens & kewaspadaan, sehingga orang akan lebih
Linton (2001) memperlihatkan bahwa suasana berhati-hati dalam tindakannya. Reaksi tubuh

3
yang sesuai adalah melawan atau lari. Jika posisi siaga dan gelombang listrik di otak adalah
individu berani ke luar (melawan) rasa takutnya, beta, selanjutnya amygdala akan dapat
maka pengambilan keputusan intuitif dapat memaknai kejadian yang sedang berlangsung
diandalkan dalam berbagai situasi menjepit. secara tepat. Amygdala akan segera
Hasilnya juga mengagumkan, asal intuisi berada memberikan isyarat-isyaratnya tanpa menunggu
dalam kondisi tajam terfokus (Kurnia, 2001). hasil kajian dan analisis lengkap dari korteks,
Demikian halnya ketika seseorang khususnya dengan kata lain proses berpikir intuitif dan
perempuan berada pada situasi berisiko secara pengambilan keputusan intuitif yang
disadari atau tidak disadari, maka ia perlu mengandalkan ketajaman intuisi berlangsung,
menghayati pengalaman aktivitas motoriknya dan akhirnya mampu menghindarkan
yang akan menghasilkan pengalaman emosi perempuan dari situasi-situasi dan perilaku-
tertentu. Pengalaman emosi takut, sedih, perilaku berisiko.
khawatir, atau terkejut perlu dihayati secara Intuisi dapat diandalkan sebagai
sungguh-sungguh, sehingga energi di otak perangkat pertahanan hidup yang pertama dan
meningkat, berada pada posisi siaga dan utama, yang siap memberikan data secara instan
gelombang listrik di otak adalah beta, dan segera. Ketika keberlangsungan hidup
selanjutnya amygdala akan dapat memaknai sehari-hari menjadi kian sulit dan berbahaya,
kejadian yang sedang berlangsung secara tepat. kehidupan ataupun kematian seseorang sangat
Amygdala akan segera memberikan isyarat- tergantung pada bagaimana seseorang menyatu
isyaratnya tanpa menunggu hasil kajian dan dengan lingkungannya. Belajar menggunakan
analisis lengkap dari korteks, dengan kata lain intuisi agar dapat mengambil keputusan yang
proses berpikir intuitif dan pengambilan tepat dalam waktu singkat sangat perlu,
keputusan intuitif yang mengandalkan sehingga individu perempuan dapat
ketajaman intuisi berlangsung, dan akhirnya menghindari perilaku berisiko atau setidaknya
mampu menghindarkan perempuan dari situasi- terhindar dari perilaku berisiko yang dilakukan
situasi dan perilaku-perilaku berisiko. orang lain. Dengan demikian subjek/korban
yang semula tidak pernah berpikir sebelumnya
Kesimpulan bahwa kejadian tragis itu akan mereka alami,
Perlu dipahami bahwa intuisi berbeda memiliki kesiapan guna mengantisipasi
dari insting, meskipun keduanya merupakan peristiwa seperti itu karena memanfaatkan
potensi untuk mencapai tujuan yang sama yaitu kemampuan intuitif, sehingga individu
demi menjaga kelangsungan hidup (survival). perempuan dapat mengambil keputusan dengan
Namun kemampuan intuitif bukanlah cepat, tepat guna menguasai situasi berisiko
kemampuan instingtif yang telah dibawa sejak tinggi, waktunya sangat pendek dengan
lahir. Sebuah insting baru berubah menjadi memperoleh hasil yang maksimal (risiko
intuisi setelah melalui proses belajar sekecil-sekecilnya).
pengalaman terus-menerus, sehingga akhirnya
individu mampu membedakan antara intusi dan Daftar Pustaka
harapannya. Intuisi dapat dimunculkan dengan
cara menghayati secara sungguh-sungguh Bahaudin, T. (1999). Brainware management.
pengalaman-pengalaman emosi melalui Jakarta: PT Elex Media Komputindo
penghayatan aktivitas motorik yang Bastick, T. (1982). Intuition. How we think and
menghasilkan pengalaman emosi tertentu. act. Chichester: John Wiley & Sons
Pengalaman emosi takut, sedih, khawatir, atau Butler, M. J. (2003). The power of sixth sense.
terkejut perlu dihayati secara sungguh-sungguh, Jakarta: Penerbit Cakrawala
sehingga energi di otak meningkat, berada pada

4
Centre for Tourism Research and Development Prawitasari, J. E. & Martani, W. (1993).
(Pusat Penelitian dan Perkembangan Kepekaan terhadap komunikasi non verbal
Kepariwisataan) UGM & UNICEF. di antara masyarakat yang berbeda
(1999). A focussed study on child abuse in budaya. Laporan Penelitian. Yogyakarta
six selected provinces in Indonesia. Universitas Gadjah Mada.
Executive Summary. Yogyakarta: Prawitasari, J. E. (2002). Psikologi emosi dalam
Universitas Gadjah Mada. kehidupan sehari-hari. Pidato Lektor
Day, L. (2006). Practical intuition. Jakarta: PT Kepala. Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Serambi Ilmu Semesta. Universitas Gadjah Mada.
Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Rahmani, I. (2004). Faktor-faktor yang
Menular & Penyehatan Lingkungan, melatarbelakangi pedofilia. Skripsi.
Departemen Kesehatan. (2006). Statistik Yogyakarta: Universitas Wangsa
kasus HIV/AIDS di Indonesia. Manggala
http://spiritia.or.id/Stats/Stat2005.php. Strongman, K. T. (1996). The psychology of
Diakses 22 Pebruari 2007 emotion. Theories of emotion in
Gordon, J.D. & Gordon, D.D. (1999). perspective. (4th ed). Chichester: John
Penggunaan-penyalahgunaan-adiksi Wiley & Sons.
NAZA dalam perspektif psikologis. Tiedens, L. Z. & Linton, S. (2001). Judgement
Makalah Sarasehan. Jakarta: GOR under emotional certainty and uncertainty:
Bulungan Blok M. the effects of specific emotions on
Hastjarjo, T. D. (1999). Berpikir implisit: Tidak information processing. Journal of
tahukah kita bahwa kita tahu? Personality and Social Psychology, 6,
Psikologika, 7, 26-33. 973-988.
Jung, C.G. (2003). Decision making (1875- Windom, V. J. (2007). Intuitive decision making
1961). @ chet Labedz 10/01.Diakses 12 in small rural school: A phenomenological
Januari 2004 study. Dissertation in Educational
Myers, D.G. (2002). Intuition: The powers and Leadership. Texas: Texas Tech
perils. London: Yale University Press. University.
Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Wuryanano. (2006). The touch of super mind.
PT. Grasindo (Gramedia Widiasarana Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Indonesia).
Sungkowo, P.J. (2003). Dampak sosial
psikologis pada wanita korban perkosaan.
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Wangsa
Manggala.
Kurnia, K. (2001). Intuisi.
http://www.kompas.com. Diakses 25 Juni
2004.
Lerner, J. S. & Keltner, D. (2000). Beyond
valence: Toward a model of emotion-
specific influences on judgment and
choice. Cognition and Emotion, 14, 473-
493.
Lerner, J. S. & Keltner, D. (2001). Fear, anger,
and risk. Journal of Personality and
Social Psychology, 3, 23-27.

Anda mungkin juga menyukai