DISUSUN OLEH
NURHASANAH
BELIA SAFITRI
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kami panjatkan ke hadiran Allah Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.
Kami menyadari makalah ini tentunya masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kami mengharap saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya
makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan.
Kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATARBELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
B.2. Tindakan yang diberikan kepada pasien terminal secara Kristen Protestan dari yang
dapat di temukan.
B.3. Penanganan pasien Kristen protestan yang sudah meninggal.
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fokus perawatan palliative adalah peredaman rasa sakit dan gejala serta
stress akibat penyakit kritis seperti kanker stadium lanjut. Perawatan palliative
dapat dilakukan segera setelah diputuskan terapi yang akan diterima klien
bersifat palliative sampai pasien meninggal. Perawatan ini mencakup
perawatan holistik bagi pasien dan keluarganya, serta pemberian informasi
terkini sehingga mereka dapat mengambil keputusan ketika dihadapkan pada
peristiwa anggota keluarganya akan meninggal. Melalui pengawasan,
keluarga maupun teman terdekat dapat membantu memberikan perawatan
paliative pada penderita.
Peran agama dalam keperawatan adalah topik yang jarang untuk dibahas,
padahal kita tahu hal ini sangat berpengaruh didalam pelayanan, hal ini
terbukti dengan didalam keperawatan kita juga mengenal tentang
kebutuhan spiritual (walaupun tidak benar-benar dapat disamakan dengan
agama).
Perawat dari segi rohani kristen adalah suatu panggilan untuk menolong sesama
sebagai insan ciptaan yang Maha kuasa,pangilan sebagai seorang perawat terlepas dari
menolong dari sisi fisik tetapi ada hal yang tak kala penting yaitu bagaimana perawat
sebagai beban pengabdian yang tidak melupakan sisi psikologis dan bahkan rohani
spiritual kristen untuk memberikan dukungan spriritual,sehinga pasien paliatif betul
betul merasakan asuhan keperawatan dengan dasar kasih Yesus untuk memperoleh
pemulihan iman dan yakin bahwa ada kuasa yang dasyat dibalik semua situasi yang
dialami melalui jamahan rohani kristen melalui perawat.
Dengan menggunakan pendekatan-pendekatan rohani Kristen kita akan
mampu memberikan pelayanan yang holistik dari segi
bio,psiko,sosoal,kultural dan spriritual sehingga pasien mempu menerapkan
koping atas dasar kuasa Kristus.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
c. Kanker Serviks
Kualitas hidup penderita yang sesuai dengan konteks budaya dan sistem
nilai yang dianutnya, termasuk tujuan hidupnya, harapan, dan niatnya.
Pelayanan perawatan paliatif yang dilakukan dirumah oleh tenaga paliatif
dapat diberikan kepada penderita dengan penyakit stadium lanjut yang dapat
dirawat dirumah penderita namun tidak melakukan tindakan yang harus
dilakukan di rumah sakit, tetapi dapat memberikan pelayanan untuk
mengendalikan gejala-gejala yang ada dengan keadaan di rumah penderita
sendiri (KEPMENKES RI nomor: 812,2007).
Masalah kesehatan yang sering muncul pada pasien kanker meliputi masalah
fisik dan masalah non fisik (Nuraeni, et al., 2015). Masalah fisik yang sering
dikeluhkan oleh pasien kanker adalah nyeri, fatigue, menurunnya kondisi fisik
dan kelelahan (Nuraeni, et al., 2015; Mercadante et al., 2018).
Kanker selain dapat menimbulkan masalah fisik pada pasien, juga dapat
menimbulkan masalah non fisik atau masalah psikologis dengan keluhan
atara lain berduka, sedih, syok, putus asa, cemas, takut mati, harga diri
rendah, penurunan persepsi diri (Nuraeni, et al., 2015), dan masalah spiritual
yang berdampak terhadap kualitas hidup pasien (Shneerson et al., 2013;
Ahmadi, 2015).
ETIOLOGI
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan membelah
secara tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka akan
terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak
atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka keadaannya disebut kanker
serviks.
Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui secara
pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap
terjadinya kanker servik yaitu :
MANIFESTASI KLINIK
1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
jaringan.
2. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% ).
3. Perdarahan yang terjadi diluar senggama.
4. Perdarahan spontan saat defekasi.
PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan stadium
lanjut hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur keberhasilan
pengobatan yang biasa digunakan adalah angka harapan hidup 5 tahun.
Harapan hidup 5 tahun sangat tergantung dari stadium atau derajatnya
beberapa peneliti menyebutkan bahwa angka harapan hidup untuk kanker
leher rahim akan menurun dengan stadium yang lebih lanjut. Pada penderita
kanker leher rahim ini juga mendapatkan sitistatika dalam ginekologi.
Penggolongan obat sitostatika antara lain :
a. Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua sel pada
siklus termasuk obat - obatan non spesifik.
b. Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu darimana
proliferasi termasuk obat fase spesifik.
c. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih
besar, termasuk obat - obatan siklus spesifik.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi radiasi
eksternal anatara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan
untuk prosedur. Selama terapi yaitu memilih kulit yang baik dengan
menganjurkan menghindari sabun, kosmetik, dan deodorant.
Pertahankan kedekuatan kulit dalam perawatan post pengobatan antara lain
hindari infeksi, laporkan tanda - tanda infeksi, monitor intake cairan, beri tahu
efek radiasi persisten 10 - 14 hari sesudah pengobatan, dan melakukan
perawatan kulit dan mulut.
Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan dalam perawatan
umum adalah teknik isolasi dan membatasi aktivitas, sedangkan dalam
perawatan pre insersi antara lain menurunkan kebutuhan untuk enema atau
buang air besar selama beberapa hari, memasang kateter sesuai indikasi,
latihan nafas panjan dan latihan rom dan jelaskan pada keluarga tentang
pembatasan pengunjung. Selama terapi radiasi perawatannya yaitu monior
tanda - tanda vital tiap 4 jam. Memberikan posisi semi fowler, berikan
makanan berserat dan cairan parenteral sampai 300ml dan memberikan
support mental. Perawatan post pengobatan antara lain menghindari
komplikasi post pengobatan ( tromboplebitis, emboli pulmonal dan
pneumonia ), monitor intake dan output cairan. (Bambang sarwiji, 2011)
Tahap O : Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak terdapat
bukti invasi.
Tahap I : Karsinoma yang benar - benar berada dalam serviks. Proses terbatas
pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri.
Tahap Ia : Karsinoma mikroinvasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel
tumor sudah memasuki stoma lebih dari 1 mm, sel tumor tidak terdapat pada
pembuluh limfa atau pembuluh darah.
Tahap Ib : Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik
menunjukkan invasi serviks uteri.
Tahap II : Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga mengenai
vagina (bukan sepertiga bagian bawah ) atau area para servikal pada salah
satu sisi atau kedua sisi.
Tahap IIa : Penyebarah hanya perluasan vagina, parametrium masih bebas
dari infiltrate tumor.
TahapIIb : Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetapi belum sampai
pada dinding panggul.
Tahap III : Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah meluas
kesalah satu atau kedua dinding panggul. Penyakitnodus limfe yang teraba
tidak merata pada dinding panggul. Urogram IV menunjukkan salah satu
atau kedua ureter tersumbat oleh tumor.
Tahap IIIa : Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal vagina, sedang
ke parametrium tidak dipersoalkan.
Tahap IIIb : Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak ditemukan
daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul ( frozen pelvic )
atau proses pada tingkatan klinik I dan II, tetapi sudah ada gangguan faal
ginjal.
Tahap IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan
mukosa rektum dan atau kandang kemih (dibuktikan secara histologik ) atau
telah terjadi metastasis keluar paanggul atau ketempat - tempat yang jauh.
Tahap IVa : Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi
mukosa rektrum dan atau kandung kemih.
Tahap IVb : Telah terjadi penyebaran jauh.
Studi lain telah menunjukkan bahwa persentase yang tinggi dari pasien di
atas usia 60 menemukan hiburan dalam agama yang memberi mereka
kekuatan dan kemampuan untuk mengatasi, sampai batas tertentu, dengan
kehidupan. Agama kekhawatiran di sakit parah mengasumsikan berbagai
bentuk seperti hubungan seseorang dengan Allah, takut akan neraka dan
perasaan ditinggalkan oleh komunitas keagamaan mereka. Sering
menghormati dan memvalidasi individu dorongan agama dan keyakinan
adalah setengah pertempuran ke arah menyiapkan mereka untuk suatu 'baik'
kematian (Ferrell & Coyle, 2007: 1171)
1. Bagi pasien yang sedang mengalami krisis,diperlukan rencana bertindak yang harus
segera di berikan
2. Selama masa krisis atau menghadapi penyakit terminal,perlu membantu pasien untuk
memahami kondisi yang masih baru di alami
c. memberikan dukungan dengan melibatkan Fiman Allah bahwa dalam Yesus ada
pengharapan
1. Penyakit kusta adalah penyakit kulit yang buruk dan pada masa
Yesus tak seorangpun yang sakit kusta dapat disembuhkan. Dalam Mar 1:40-43
kita membaca seorang yang berpenyakit kusta datang kepada Yesus mohon
pertolongan. Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut
di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau
dapat mentahirkan aku." Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia
mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: " Aku
mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu,
dan ia menjadi tahir. Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras:
Yesus menyembuhkannya dengan satu sentuhan tangan.
2. Dalam Mar 5:25-34 kita membaca tentang seorang wanita yang
sakit selama dua belas tahun. Dia telah berobat kepada beberapa dokter dan
telah menghabiskan uangnya dalam usahanya agar sembuh. Tidak
seorangpun dapat menolongnya, tetapi ketika dia menjamah jubah Yesus, ia
segera sembuh.
Berkumpul,
Menyanyikan lagu pujian,
Berdoa bersama,
Membaca firman Tuhan atau membaca Alkitab,
Pendeta memberikan khotbah,
Melakukan perjamuan kudus,
Perjamuan Kudus menghadapkan kepada kematian Yesus dan
kebangkitan-Nya yang telah nyata, bahwa kematian-Nya itu telah
menerbitkan keselamatan bagi yang mempercayainya. Untuk itulah
perjamuan kudus dapat dikatakan merupakan sebuah sakramen yang
ditetapkan Tuhan Yesus untuk menguatkan dengan sesama orang
percaya, seluruh umatNya, atau segenap keluarga Allah, di semua
tempat dan segala zaman.
Pendeta adalah konselor krisis yang bersifat wajar karena keuntungan yang
inheren (melekat) dari posisi dan perannya yaitu: jaringan hubungannya
dengan umatnya, haknya memasuki banyak sistem keluarga, keyakinan
banyak orang kepada pendeta, kemudahannya berhubungan dengan orang
dan kehadirannya dalam banyak krisis perkembangan psikologis dan krisis
yang terjadi secara kebetulan (yang tidak diharapkan) misalnya penyakit,
kematian dan kehilangan orang yang dikasihi (Clinebell, 2002).
Tujuan Pendampingan dan Konseling Pastoral bagi Pasien adalah:
a. Membimbing, membimbing dilakukan untuk menunjukkan jalan yang
benar bagi seseorang sampai ia mendapatkannya. Orang yang didampingi
tentu adalah pasien sedangkan yang mendampingi adalah pendeta (pelayan
kerohanian), ditolong untuk memilih / mengambil keputusan tentang apa
yang akan ditempuh atau apa yang menjadi masa depannya.
Perawatan jenazah cara agama Kristen Cara merawat jenazah supaya tahan
lama dan kelihatan bersih dan menghargai jenazah.
.
BAB III
Kanker serviks sangat berhubungan dengan rasa nyeri dan cemas serta
banyaknya rasa sakit, ini menyatakan bahwa gejala dan pengobatan kanker
serviks menjadikan faktor kecemasan yang utama yang mengakibatkan
turunnya kondisi fisik, kualitas hidup dan hubungan dengan keluarga
terdekat. Hal ini sangat penting diketahui agar dapat memahami akan
strategi atau cara mengatasi kecemasan yang ada. Demikian pula pada masa
pengobatan pasien banyak situasi yang menimbulkan kecemasan pasien
seperti biaya pengobatan, efek dari pengobatan dan juga kematian yang
menjadikan kecemasan pada pasien.
“saya merasa tidak berguna dan malas untuk keluar-keluar gabung dengan
tetangga”(P2)“undangan-undangan sudah sering tak datang aku, lebih baik
kuhindari”(P5)
“kalau saya bangun tengah malam, saya langsung berdoa. Jadi lebih sering
berdoa kalau bangun tengah malam”(P3)
“saya mencoba berpikiran positif dan selalu berdoa agar diberikan umur
yanng panjang”(P4)
Salah satu gejala pada penderita kanker post kemoterapi adalah nyeri yang
dapat bersifat ringan, sedang sampai menjadi berat bisa mempengaruhi
kualitas hidup pasien dalam menjalani kehidupannya. Jensen et al (2010).
Nyeri kanker servikss menyerang pada bagian bawah perut dan punggung
serta diperberat oleh aktivitas fisik yang berat.
HYPNOTHERAPY
Pengalaman rasa nyeri penderita kanker servikss berpengaruh pada psikologis
pasien. Bentuk respon psikologis yang sering muncul adalah kecemasan.
Kecemasan adalah perasaan yang tidak nyaman atau kekhawatiran yang
samar disertai respon autonomi (sumber tidak spesifik atau tidak diketahui
oleh individu). Kecemasan yang dirasakan penderita umumnya bercampur
dengan gangguan suasana hati lainnya diantaranya ketidakpastian, ancaman
terhadap kelangsungan hidup dan kemungkinan cacat atau kehilangan
fungsi tubuh.
Dari hasil wawancara terhadap 15 orang pasien rawat inap Kristen RSPWDC
diketahui sebanyak (80%) dari sejumlah pasien yang diwawancarai
menyatakan percaya terhadap kekuatan doa untuk penyembuhan, sebanyak
(70%) menyatakan bahwa Tuhan dapat melakukan intervensi untuk
menyembuhkan orang yang menderita penyakit serius, sebanyak (70%)
percaya bahwa doa dapat membantu orang memperoleh kesembuhan atas
penyakit yang diderita dan (90%) menyatakan setuju pelayanan rohani
dijalankan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.unair.ac.id/29649/4/4.%2520
BAB
%25201%2520PENDAHULUAN.pdf&ved=2ahUKEwiGjOKk0J7sAhVp4XMBH
U1-C7EQFjAMegQIBxAB&usg=AOvVaw1ZWebSMfF-1cSB4zpu9Pbo
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://perpustakaan.poltekkes-
malang.ac.id/assets/file/karyadosen/Modul_4_Etika_,_Kaidah_2_Agama.pdf&
ved=2ahUKEwjXjLSQ85zsAhVFfH0KHeoiDGsQFjAEegQIARAB&usg=AOvVaw
2qMcnfQxxQBTyYWFGinJmB
Kaleka, Erikson. 2013. Peran Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Paliatif
Dari Segi Iman Rohani Kristen Protestan. http://erikson28kaleka.blogspot.html .