BAB I
SIFAT KOLIGATIF
LARUTAN
A. Standar Kompetensi : 1. Menjelaskan sifat- sifat koligatif larutan non-elektrolit dan elektrolit.2.
B. Kompetensi Dasar : 1.1. Menjelaskan penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik
beku larutan, dan tekanan osmosis termasuk sifat koligatif larutan
1.2 Membandingkan antara sifat koligatif larutan non elektrolit dengan
sifat koligatif larutan elektrolit yang konsentrasinya sama berdasarkan
data percobaan
C. Indikator :
Menghitung konsentrasi suatu larutan (kemolalan dan fraksi mol)
Menjelaskan pengertian sifat koligatif larutan non elektrolit (hukum Raoulth)
dan larutan elektrolit
Menjelaskan pengaruh zat terlarut yang sukar menguap terhadap tekanan uap
pelarut
Menghitung tekanan uap larutan berdasarkan data percobaan
Mengamati penurunan titik beku suatu zat cair akibat penambahan zat terlarut
melalui percobaan
Menghitung penurunan titik beku larutan elektrolit dan non elektrolit
berdasarkan data percobaan
Mengamati kenaikan titik didih suatu zat cair akibat penambahan zat terlarut
melalui percobaan
Menghitung kenaikan titik didih larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan
data percobaan
Menganalisis diagram PT untuk menafsirkan penurunan tekanan uap, penurunan
titik beku dan kenaikan titik didih larutan
Menjelaskan pengertian osmosis dan tekanan osmosis serta terapannya
Menghitung tekanan osmosis larutan elektrolit dan non elektrolit
Menganalisis data percobaan untuk membandingkan sifat koligatif larutan
elektrolit dan non elektrolit
Gambar 1.5
zat elektrolit dalam air zat nonelektrolit dalam air
terurai menjadi kation dan anion terurai menjadi molekul – molekul bukan kation dan anion
Perhatikan Ganbar 1.5a! larutan HCl 0,1 M, NaOH 0,1 M, dan NaCl 0,1 M merupakan larutan
elektrolit sehingga dalam larutan terurai menjadi partikel-partikel berupa kation dan kation
NaOH (aq) Na+ (aq) + OH (aq)
NaCl(aq) Na+ (aq) + Cl (aq)
Adapun larutan glukosa (C6 H12 O6) merupakan larutan nonelektolit. Dalam larutan, glukosa
terpecah menjadi molekul-molekul glukosa, dan tidak terurai menjadi katon dan anion.
(perhatikan ganbar 1.5)
Perbandingan jumlah mol larutan elektrolit dan nonelektrolit (pada volume larutan 1 L), dapat
anda perhatikan pada table 1.1 berikut
Jumlah Mol Jumlah mol Jumlah Mol
Larutan
Ssenyawa Kation Anion Total
HCl 0,1 M 0,1 mol 0,1 mol 0,1 mol 0,2 mol
NaOH 0,1 M 0,1 mol 0,1 mol 0,1 mol 0,2 mol
NaCl0,1 M 0,1 mol 0,1 mol 0,1 mol 0,2 mol
C6 H12 O6 0,2 M 0,2 mol 0,2 mol
Perhatikan bahwa keempat larutan tersebut mempunyai jumlah mol total partikel yang sama
sehingga memiliki sifat koligatif yang sama pula. Sifat koligatif larutan meliputi penurunan
tekanan uap, penurunan titk beku, kenaiakn titik didih dan tekanan osmotic larutan.
Perhatikan diagram PT H2O pada gambar 1.6 berikut!
Gambar 1.6
Pengaruh zat terlarut
pada diagram PT H2O
Grafik dengan garis utuh menunjukan perubahan fase H 2O murni, sedangkan garis putus-
putus menyatakan perubahan fase larutan dngan pelarut H 2O. Sumbu tegak menunjukan tekanan,
sedangkan sumbu mendatar menunjukan suhu. Titik T disebut titik tripel yang menyatakan
kesetimbangan tiga fase, yaitu fase padat, fase cair dan fase gas. Garis TA menyatakan
kesetimbangan antara fase padat dan cair. Garis TB menyatakan kesetimbangan antara fase cair
dan fase gas. Adanya zat terlarut menyebabkan terjadinya kenaikan titik didih dari T °b ke T b
(
ΔT b ), penurunan titik beku dari T °f ke
Tf (
ΔT f
), dan penurunan tekanan uap dari
°
Pke P ( ΔP ). Uraian terperinci mengenai sifat koligatif larutan akan dijelaskan pada
bahan selanjutnya.
mencapai keseimbangan pada suhu yang sama dengan suhu jenuh (keseimbangan) pelarut murni,
tekanan yang terjadi oleh uap jenuh pelarut dari larutan tersebut dinamakan tekanan uap jenuh
larutan dan diberi notasi P. (Gambar 1.7b)
Gambar 1.7
Tekanan uap pelarut murni
Tekanan uap larutan
bagaimana suatu zat terlarut yang tidak mudah menguap dapat menurunkan tekanan uap
jenuh pelarutnya? (Ganbar 1.8)
Gambar 1.8
Suatu zat terlarut sukar menguap
( nonvolatil ) mengurangi jumlah
Molekul pelarut ysng meninggalkan
larutan
Dalam suatu larutan, sebagian zat terlarut berada di dekat permukaan larutan. Karena
bersifat tidak menguap, zat terlarut ini tetap berada dalam larutan. Keberadaan zat terlarut dalam
permukaan larutan tersebut menyebabkan sebagian zat pelarut tidak dapat menguap atau
meninggalkan larutan. Akibatnya, jumlah zat pelarut yang menguap menjadi berkurang dan
menyebabkan penurunan tekanan uap pelarut oleh zat terlarut tidak mudah menguap. Badan air
berkadar garam sangat tinggi ini terletak di daerah gurun yang panas dan kering, serta tidak
berhubungan dengan laut sehingga konsentrasi zat terlarutnya semakin tinggi. Namun, laut mati
ini tidak pernah menjadi kering. Tahukah anda, mengapa demikian?
Dari percobaan yang dilakukan Raoult diperoleh kesimpulan berikut
Selanjutnya, kesimpulan ini dikenal sebagai Hukum Raoult. Hukum Raoult tesebut
berlaku hanya untuk larutan yang zat terlarutnya bersifat tidak menguap (larutan ideal).
Hukum Raoult di rumuskan sebagai berikut:
Dengan :
p = tekanan uap jenuh larutan
° po = tekanan uap jenuh pelarut murni
P=P × Χ p
Xp = fraksi mol zat pelarut
Jika Xp = 1, berarti tidak ada zat terlarut sehingga p = po. Jika Xp = 0, berarti tidak ada pelarut
sehinnga tidak ada zat yang menguap. Jadi tidak ada tekanan uap.
Harga fraksi mol pelarut pada larutan selalu lebih kecil dari satu dan molekul – molekul pelarut
lebih sulit untuk meninggalkan permukaan ( menguap ) karena terhalangi oleh Zat terlarut. Oleh
karena itu, tekanan uap jenuh larutan ( p ) selalu lebih kecil daripada tekanan uap jenuh pelarut
murni ( po ), atau tekanan uap jenuh pelarut murni ( po) selalu lebih besar daripada tekanan uap
jenuh larutan ( p ). Perhatikan Gambar 1.10 yaitu diagram fase zat yang menggambarkan
hubungan antara fase zat, tekanan dan suhu !
Gambar 1.10
Diagram tekanan uap pelarut murni dan larutan
A&F
BAHAN AJAR KIMIA XII IPA SMAK FRATERAN NDAO
= garis diagram untuk pelarut
= garis diagram untuk larutan
Jika pada suhu yang sama ( misalnya T ) ditarik garis ke atas, tekanan uap pelarut murni selalu
berada di atas ( lebih besar daripada ) tekanan uap larutan. Jadi, jika ada pelarut murnih dengan
tekanan uap jenuh po ditambahkan zat terlarut , larutan yang terbentuk mempunyai tekanan uap
jenuh pelarut sebesar p . Penurunan tekanan dari po ke p disebut penurunan tekanan uap, yang
diberi notasi ∆ p. Harga p dalam diagram tersebut
∆ p = po - p
∆P = Po × X1 n1
=
dan X1 n1 + n p
gt gp
nr = n p=
M r terlarut dan M r pelarut
Contoh soal
Diketahui 180 g air dipanaskan pada suhu 100o C dan memiliki tekanan uap jenuh 760 mmHg.
jika ke dalam air tersebut ditambahkan 30 g urea (M r = 60), tentukan
a. tekanan uap jenuh larutan pada suhu 100OC
b. penurunan tekanan uap larutan pada suhu 100oC
penyelesaian
g 180 g
= =10 mol
jumlah mol H2O (np) =
M r 18 gmol−1
30 g
−1
=0,5 mol
jumlah mol urea (nr) = 60 gmol
np 10 mol 10 mol
x p= = = =0 , 952mol
n p +n 1 10 mol +0,5 mol 10 ,5 mol
Contoh Soal
Tekanan uap air pada suhu 35oC adalah 42,2mmHg. Pada suhu yang sama tentukan
a. Tekanan penurunan larutan glukosa 15% (Mr glukosa =180 dan Mr air = 18)
b. Penurunan tekanan uap larutan tersebut
Penyelesaian
Penyelesaian
°
a. p =23 , 76 mHg
p=22 ,84 mmHg
Δp= p °− p =23,76 mmHg- 22,84 mmHg = 0,92 mmHg
b.
Δp= p°×x p
0,92mmHg = 23,76mmHg× x1
0 , 92 mmHg
x 1= =0 , 0387
23 , 76 mmHg
Jadi, fraksi mol urea = 0,0387
c. Volume air 900 mL
Karena massa jenis air = 1 g mL-1 berarti massa air = 900 g
900 g
−1
=50 mol
Jumlah mol air (np) = 18 gmol
n
x 1= 1
n p +n1
n1
0,0387 = 50+n1
(0,0387) (50 + n1)= n1
1,935 = n1 – 0,0387 n1 = 0,9613 n1
1, 935
=2,013
n1 = 0 ,9613 mol
jadi, jumlah mol urea = 2,013 mol
massa urea = n urea × M urea = 2,013 mol ×60 g mol 1 = 120,78 g
massa larutan = massa air + massa urea = 900 g + 120,78 g = 120,78 g
120 ,78 g
×100 %=11, 83%
persen massa urea = 1020 ,78 g
jadi, persen massa urea dalam larutan = 11,83%
Penyelesaian
p=16 , 62 mmHg
°
p =7 , 54 mmHg
°
p= p ×x p
16,62 mmHg = 17,54mmHg × xp
16 , 62mmHg
x p= =0 , 9476
17 ,54 mmHg
Massa air = 1L = 1kg = 1000 g
g 1. 000 g
= =55 , 56 mol
Jumlah mol air (np) =
M r 18 gmol −1
np
x p=
n patmosfer
ri digunakan untuk mengukur tekanan + nt dengan cara mengukur tinggi merkuri dalam kolom. Tekanan yang diterima merkuri menyebabkan cairan
55 ,56 mol
0,9476 =
55 ,56 mol+nt
O,9476
¿ nt =55 , 56−52, 649
0,9476
¿ nt =2 , 911
2 ,911
nr = =3 , 072 mol
0 , 9476
gX 153 , 6 g
Mr X = = −1
nX 3 , 072mol Jadi, M r X =50 gmol
Contoh soal
Terdapat 500 mL larutan urea 5 M pada suhu 26oC. Jika tekakan uap air pada suhu 25oC adalah
22,21 cmHg, Mr urea = 60, Mr air = 18, dan massa jenis larutan 1,2 g m L-1, tentukan penurunan
tekanan uap jenuh larutan!
penyelesaian
jumlah mol urea = V urea × M urea = 0,5 L × 5M = 2,5 mol
massa urea = n urea × Mr urea = 2,5 mol × 60 g mol-1 = 150 g
massa larutan = p×V
−1
= 1,2gmL ×500 mL=600 g
Massa air = massa larutan – massa urea
= 600 g – 150 g = 450 g
g 450 g
= =25 mol
Jumlah mol air =
M r 18 gmol−1
np 25 mol
x p= = 0 , 91
Fraksi mol air =
n p +nt 25 mol+2,5 mol
n 2,5 mol
xt= t = =0 , 09
Fraksi mol urea = n p +n t 25 mol+2,5 mol
CONTOH SOAL
Tekanan uap pelarut murni CS, pada suhu 50 0C sebesar 854 mmHg. Jika 64 g belerang dilarutkan
dalam 380 g CS2 dan diketahui A, C = 12 dan A, S = 32, tentukan tekanan uap larutan belerang
pelarut CS2!. Tentukan penurunan tekanan uapnya.
Penyelesaian :
g 64 g
n1 = molS = = = 5 mol .
A 1 32 gmol−1
g 380 g
n p = molS 2 = = = 5 mol .
M 1 76 gmol−1
np 5 mol 5
np = = = .
n p + n1 5 mol + 2 mol 7
n1 2 mol 2
x1 = = = .
n p + n1 5 mol + 2 mol 7
2
p = po X x p = 954 cmHg x = 244 cmHg.
7
Jadi, tekanan uap larutan belerang dalam CS 2 sebesar 610 cmHg dan penurunan tekanan upa
larutan belerang dalam CS2 sebesar 244 cmHg.
8 30 g
= =0,5 mol
n1 = mol urea =
M 1 60 gmol −1
8 70 g
= =1 , 52mol
np = mol etanol =
M 1 46 gmol−1
np 1 ,52 mol
= =0 , 75
n +n1 1 , 52mol +0,5 mol
xp = p
o
p = p x xp
24 ,8 cmHg
=33 , 067 cmHg
Po = 0 ,75
CONTOH SOAL
Tekanan uap pelarut pada suhu 50 0C adalah 268 cmHg. Jika suatu zat yang tidak menguap
sebanyak 100 g dilarutkan dalam 390 g benzena, ternyata pada suhu 500C mempunyai tekanan
jenuh larutan sebesar 172 cmHg. (Diketahui M1, benzena =78). Tentukan M1 senyawa tersebut!
Penyelesaian :
p 172 cmHg
=
o 268 cmHg
=0 ,64
Xp = p
g 390 g
= =5 mol
n = Jumlah mol benzena =
M 1 268 cmHg
p
np
xp =
n p +n1
5
0,64 =
5+n1
3,2 + 0,64 n1 = 5 – 3,2 = 18
18
=2 ,813mol
n1 = 0,64
jumlah mol zat = 2,813 mol
g 100 g
=
M1 = n 2,813 mol = 35,6
Jadi, massa molekul relatif senyawa tersebut adalah 35,6 gmol-1
UJI KOMPETENSI
1. Larutan glukosa (Mr = 180) 0,15 M, volum 500 mL dan massa jenis 1,1 g mL -1 Jika pada suhu 25 ˚C
tekanan uap air murni 23,76 mmHg, tentukan:
a. tekanan uap larutan glukosa pada suhu tersebut,
b. penurunan tekanan uap larutan glukosa pada suhu tersebut.
2. Pada suhu tertentu tekanan uap air 97,5 mmHg Jika kedalam 540 gram air ditambahkan 90 gram
glukosa (Mr = 180), pada suhu yang sama tentukan:
a. tekanan uap larutan.
b. penurunan tekanan uap larutan
3. Kedalam 900 gram air dilarutkan 3,6 gram urea (Mr =60), Jika pada suhu 20˚C tekanan uap air 17,54
mmHg,tentukan :
a. penurunan tekanan uap larutan.
b. tekanan uap larutan.
4. Tekanan uap air pada suhu 20˚C adalah 17,54 mmHg, dan tekanan uap larutan yang terdiri dari 500 mL
air dan beberapa gram urea pada suhu yang sama = 17,32 mmHg. Tentukan:
a. penurunan tekanan uap larutan.
b. massa urea yang dilarutkan.
c. kadar urea dalam larutan tersebut.
5. Dalam botol terdapat larutan gula (Mr = 342) berkadar 20% sebanyak 500 mL. Jika tekanan uap air
pada 25˚C sebesar 23,76 mmHg. tentukan:
a. fraksi mol gula,
b. penurunan tekanan uap larutan.
c. tekanan uap larutan.
6. Tekanan uap suatu larutan pada suhu 70˚C adalah 221,4 mmHg. Larutan terdiri dari 104 gram zat
nonelektrolit dan 450 gram air. Jika tekanan uap air pada suhu tersebut 233,7 mmHg, tentukan:
a. penurunan tekanan uap larutan.
b. fraksi mol zat nonelektrolit,
c. Mr zat nonelektrolit.
Padat
Tf = Kf x m
g 1000
x
Tf = Kf x
M 1 p
Dengan : g = massa zat terlarut (g)
Mr = Massa molekul relatif zat terlarut
p = massa pelarut (g)
Tabel 1.2. Harga titik beku dan Kf beberapa pelarut
Pelarut Titik (oC) Kf(oC/m)
Air 0 1,86
Benzena 5,5 5,07
Asam asetat (cuka) 16,6 3,57
Fenol 40,9 7,40
Naftalenta 80,2 6,92
CONTOH SOAL
Diketahui Mr urea = 60, Kf air = 1,86oC/m, tekanan uap pelarut pada suhu 25 oC sebesar 23,75
mmHg, dan tekanan uap larutan urea pada suhu 25 oC sebesar 22,56 mmHg. Tentukan titik beku
larutan urea tersebut !
Penyelesian :
p 22 ,56 mmHg
x =0,95
xp = p 23 ,75 mmHg
Dimisalkan mol total larutan = 1 mol sehingga jumlah pelarut (air) = fraksi mol air = 0,95
Jumlah mol urea = n total – n air
= 1 mol – 0,95 mol = 0,05 mol.
Massa air = n x M1 = = 0,95 mol x 18 mol-1 = 17,1 g
1000
Tf = Kf x n urea x p
1000 −1
kg =5,44 o C .
= 1,96oClm x 0,05 mol x 17,1
Tf = 0oC – 5,44oC = -5,44oC
Jadi, titik beku larutan urea tersebut -5,44oC
CONTOH SOAL
Diketahui 15 g urea (Mf = 60) dilarutkan dalam 250 g air. Diketahui Kf air = 1,86oC/m, tentukan
titik beku larutan urea tersebut !
Penyelesaian :
g 1000 15 1000
x =1, 86 x x =1 ,86o C
Tf = Kf x Mr p 60 250
Penyelesaian :
g 1000 36 g 1000 −1
x =3 , 57o C /m x x kg =0 , 793o C
Tf = Kf x Mr p 900
−1
180 g mol
TF = To1 - TF = 16,6oC – 0,793oC = 15,807oC
Jadi, titik beku larutan glukosa tersebut = 15,807oC
Larutan glukosa (M1 = 180) memiliki titik beku -2,4oC. Diketahui K1 air = 1,86oC/m, tentukan
persen massa (%) glukosa dalam larutan tersebut !
Penyelesaian :
Tf = Tof – Tf = 0oC – (-2,4oC) = 2,4oC
Tf = Kf x m
2,4oC = 1,86oC/m x m
m = 1,29 m.
Kemolalan larutan glukosa = 1,29 m, artinya dalam 1000 g pelarut air terdapat 1,29 mol glukosa.
Massa glukosa = n x M1 = 1,29 mol x 180 g mol = 232,2 g.
Massa larutan = 1.000 g + 232,2 g = 1.232,2 g
232,2 g
x100%=18,84% .
Persen massa glukosa = 1.232,2g
Jadi, persen massa glukosa dalam larutan tersebut = 18,84 %
CONTOH SOAL
Diketahui K1 air = 1,86 C/m dan M1 gula = 342, tentukan titik beku 100 ml, larutan gula 30%.
Penyelesaian :
Dimisalkan massa larutan = 100g
30
x 100 g=30 g
Massa gula 30% = 100
Massa pelarut (air) = 100 g – 30 g = 70 g
g 1000
x
Tf = Kf x
M1 p
30 g 1000 −1
x kg =2 ,33 o C
= 1,86oC/m x 342 gmol
−1 70
Tf = Tof - Tf = 0oC – 2,33oC = -2,33oC
Jadi, larutan gula tersebut akan membeku pada suhu -2,33 oC.
CONTOH SOAL
Larutan gliserin (M = 92) membeku pada suhu -3,72 oC. diketahui Kf air = 1,86oC/m, dan tekanan
upa air murni pada suhu 25oC sebesar 23,76 mmHg, tentukan tekanan uap jenuh larutan gliserin
tersebut pada suhu 25oC !
Penyelesaian :
Tf = Tof - Tf
= 0oC – (-3,72)oC = 3,72oC.
Tf = K1 x m
o
3 , 72 C
o
=2 m
3,72oC = 1,86oC/m x m m = 1 , 86 C/m
Larutan gliserin memiliki konsentrasi 2 m. berarti, dalam 1.000 g air mengandung 2 mol gliserin.
g 1. 000 g
= =55 , 56 mol
Jumlah mol air (np) =
M r 18 gmol−1
np 55 , 56 mol
= =0 , 965 mol
x =
n p +n 1 55 , 56 mol+2 mol
p
Penyelesaian :
p 22 , 56 mmHg
=
o 23 , 765 mmHg
=0 , 95
xp = p
Dimisalkan, mol total larutan = 1
Jumlah mol pelarut air ( np) = Fraksi mol air = 0,95
Jumlah mol urea = n total – n air
= 1 mol – 0,95 mol = 0,05 mol
1.000 −1
kg =5, 44 o C
Tf = Kf x n urea x p
Tf = Tof - Tf
= 0oC - 5,44oC = -5,44oC
Dari gambar di atas terlihat bahwa garis pelarut (yang berarti konsentrasi =0) dapat
dipandang sebagai batas terbawah konsentrasi larutan. Titik didih makin ke kanan makin besar.
Harga kenaikan titik didih berbanding lurus dengan kemolalan larutan. Hubungan kemolalan dan
kenaikan titik didih larutan diberikan dalam persamaan.
Tb = Kb x m
Dengan Kb = Konstanta (tetapan) kenaikan titik didih molal pelarut (oC/m), dan
m = Kemolalan.
Harga titik didih dan Kb beberapa palarut tersaji dalam tabel 1.3.
Tabel 1.3. harga Titik Didih dan Kb beberapa pelarut
Pelarut Titik Didih (oC) Kb (oC/m)
Air 100,0 0,52
Benzena 80,1 2,52
Asam asetat 118,3 3,07
Fenol 181,75 3,56
Naftalena 218,0 6,92
Dari penjabaran rumusan kemolalan, rumusan kenaikan titik didih larutan menjadi :
Tb = Kb x m
8 1. 000
x
m=
M r p
8 1 . 000
x
T = K x
M r p
b b
CONTOH SOAL
Jika anda melarutkan 0,2 molal pasir (sukrosa) dan diketahui Kb air = 0,52o C/m, tentukan titik
didih larutan gula tersebut !
Penyelesaian :
Tb = Kb x m
= 0,52oC/m x 0,2 m = 0,104oC
Tb = Tob + Tb
= 100oC + 0,104oC = 100.104oC
Jadi, titik didih larutan sukrosa 0,2 molal = 100,104oC
CONTOH SOAL
Kloroform digunakan sebagai obat bius untuk hewan percobaan. Jika 35g senyawa kloroform (mr =
119) dilarutkan dalam 500g benzena dan diketahui titik didih benzena = 80,1 oC dan Kb benzena =
2,52oC/m, tentukan titik didih larutan kloroform dala benzena tersebut!
Peneyelesaian
g 1 . 000
x
Tb = Kb x
Mr p
35 g 1.000 −1
x kg =1,482o C
= 2,52oC/m x 119 g mol
−1 500
Tb larutan = Tob pelarut + Tb
=80,1oC + 1,482oC = 81,582oC.
Jadi, titik didih larutan kloroform dalam benzena tersebut = 81,582 oC
CONTOH SOAL
Diketahui titik beku larutan urea = -0,784 oC,Kf air = 1,86oC/m dan Kb air = 0,52oC/m, tentukan titik
didih larutan urea tersebut !
Penyelesaian :
Tf = Tof pelarut – Tf larutan
Tf = 0oC – (-0,784oC) = 0,784oC
Tf = Kf x m
ΔT f
⇒
m =
Kf harga ini dimasukkan dalam rumusan Tb
13 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
A&F
BAHAN AJAR KIMIA XII IPA SMAK FRATERAN NDAO
Tb = Kb x m
ΔT f 0 ,784 o C
=0 , 52o C /m x o
=0 , 219o C
= Kb x
Kf 1 , 86 C/m
Tb = Tob + Tb
= 100oC + 0,219oC = 100,219oC
Jadi, titik didih larutan urea tersebut = 100,219oC
CONTOH SOAL
Suatu larutan urea (Mr urea = 60) dalam asam asetat memiliki kadar 18%. Diketahui Kb asam asetat
= 3,07oC/m dan titik didih asam asetat murni sebesar 118,3oC. tentukan titik didih larutan urea
tersebut !
Penyelesaian
18
= ×100 g=18 g
Dalam 100g larutan terdapat massa urea 100
Massa asam astat = 100 g – 18g = 82g
g 1 . 000
ΔT b =kb ×
Mr p
18 1 . 000
=3 , 07× ×
60 82
= 11,23oC
T b=T ° b + ΔT b
= 118,3oC + 11,23oC = 129,53oC
Jadi titik didih dlarutanurea tersebut 129,53 oC
Contoh soal 1.35
100mL larutan gliserin (M=92) dengan konsentrasi 6 M dan massa jenis larutan 1,2 g/mL
Penyelesaian
g 1. 000
¿ ×
Mr X = Kb
ΔT b p
8,4 g 1.000 −1
¿ × kg
= 0,52oC l m 0 ,218 °C 400 = 50 g mol-1
Jadi massa molekul relative (Mr) 50 g mol-1
Suatu zat nonelektrolit yang tidak menguap sebanyak 85 g dilarutkan dalam 900 g pelarut naftalena
dan membeku pada suhu 64,64oC (diketahui Kƒ naftalena 6,92oC dan titik beku pelarut naftalena
80,2oC), tentukan massa relatif molekul tersebut!
Penyelesaian
ΔT f =T o
ƒ = Tƒ
Penyelesaian
g 1. 000
K b× ×
∆Tb =
Mr p
g 1 .000
K b× ×
Mr =
ΔT b p
50 g 1. 000 −1
¿ × kg =34 gmol−1
=2,52oC l m 12 ,35°C 300
Jadi massa molekul relatif zat tersebut adalah 34 g mol -1
ΔT f ΔT b
m= =
Kf Kb
Dari harga kemolalan, dapat dihitung konsentrasi lainnya, seperti persen ( % ) dan kemolaran ( Mr ).
Untuk menghitung massa zat terlarut dapat langsung menggunakan rumus berikut :
ΔT f p ΔT p
g= ×M r × = b ×M r ×
Kf 1 .000 K b 1. 000
n 2 mol
= =2 M
Kemolaran larutan urea = V 1L
ΔT f p
×M r
g =
Kf 1. 000
0 , 93° C 100
°
×342 ¿ kg−1
= 1 , 86 Clm g mol -1 1 . 000
= 17,1 g
Jadi jumlah gula yang dilarutkan sebanyak 17, 1g.
Gambar 1.17
Proses Osmosis dan
Tekanan osmotik
Zat terlarut
Pelarut
Pada Proses Osmosis, pelarut bergerak dari dua arah yang berlawana dengan kecepatan yang
berbeda. Pelarut dari konsentrasi rendah (larutan encer) berpindah ke konsentrasi tinggi (larutan
pekat) dengan kecepatan yang lebih besar dibandingkan kecepatan gerak pelarut dari arah
sebaliknya. Pelarut dari larutan encer (a) akan berpindah ke larutan pekat (b). Perpindahan pelarut
dari larutan encer ke larutan pekat ini disebut proses osmosis.
Akibat perpindahan pelarut tersebut, permukaan larutan pekat berangsur menjadi lebih
tinggi. Aliran pelarut akan mencapai keseimbangan. Jika aliran pelarut dari larutan encer ke larutan
pekat, dan sebaliknya telah memiliki kecepatan yang sama. Pada keseimbangan tersebut terdapat
perbedaan ketinggian larutan encer dan larutan pekat. Perbedaan tinggi kedua larutan menyebabkan
adanya perbedaan tekanan di antara kedua larutan. Tekanan pada sisi larutan pekat lebih tinggi dari
pada tekanan pada larutan encer sebesar tekanan osmotik. Tekanan yang diperlukan untuk
mempertahankan agar pelarut tidak berpindah kelarutan pekat disebut tekanan osmitik.
Gambar 1.18
gambar pelarut sebelum terjadi kesetimbangan dan
gerakan pelarut saat tercapai keseimbangan
Jika dua buah larutan yang memiliki larutan osmotik sama dipindahkan oleh suatu
membran semipermeabel. Larutan tersebut tidak akan mengalami proses osmosis. Proses osmosis
hanya terjadi pada dua buah larutan yang memiliki perbedaan tekanan osmotik. Dua buah larutan
yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut larutan isotonik. Jika salah satu larutan memiliki
tekanan osmotik rendah di bandingkan tekanan osmotik lainnya disebut hiptonik,sedangkan larutan
yang mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi disebut hipertonik.
Osmosis memainkan peranan yang sangat penting pada tubuh mahluk hidup, misalnya, pada
membran sel darah merah. Jika anda meletakan sel darah merah dalam suatu larutan hipertonik
(lebih pekat), air yang terdapat dalam sel darah akan ditarik keluar dari sel sehingga sel mengerut
dan rusak. Peristiwa ini disebut krenasi. Sebaliknya, jika anda meletakan sel darah merah dalam
suatu larutan yang bersifat hipotonik (lebih encer), air dari larutan tersebut akan ditarik masuk
kedalam sel darah sehingga sel mengembang dan pecah. Proses ini disebut hemolisis (perhatikan
gambar 1.19). orang yang mengkonsumsi terlalu banyak makanan berkadar garam tinggi, jaringan
sel dan jaringan antarselnya akan mengandung banyak air. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya
pembengkakan tubuh yang disebut edema.
Gambar 1.19
Proses osmosis yang merusak membrane sel darah merah
krenasi, disebabkan air keluar dari dalam sel
hemolisis, disebabkan air masuk ke dalam sel
Pemahaman mengenai konsep osmosis ini sangat diperlukan dalam bidang kedokteran. Misalnya,
dalam pemberian nutrisi bagi pasien melalui infus. Pada infus, larutan pada infus, larutan nutrisi
dimasukan langsung kedalam pembuluh darah. Larutan ini harus memiliki tekanan osmotik yang
sama dengan tekanan osmotik darah agar sel darah tidak mengalami krenasi atau hemolisis karena
sangat membahayakan jiwa pasien. Tekanan osmotik darah pada suhu 25 oC adalah 7,7 atm. Oleh
karena itu, jika seorang pasien akan diberikan larutan glukosa melalui infus, konsentrasi glokosa
harus memiliki persen massa 5,3%. Pikirkan oleh anda mengapa harus demikian?
Menurut Van’t Hoff, persamaan matematis tekanan osmotik larutan memiliki kesamaan dengan
rumus gas ideal, hanya tekanan gas ideal (p) diganti dengan tekanan osmotik (л).
л ¿ V =n×R×T
Dengan
n л = tekanan osmotik (atm)
×R×T
л= V M = kemolaran larutan (mol L-1)
. Л= R = tetapan gas (0,082 L atm mol-1 K-1
M ×R×T T = suhu dalam satuan kelvin (K)
Nilai tekanan osmotik dapat digunakan untuk menghitung Mr zat terlarut sebagai berikut:
л = M ×R×T
mol g / M r
=
M= L L
g /M r
×R×T
Л= L
Contoh soal
Tentukan tekanan osmoktik larutan urea 0,2 M pada suhu 300 K!
Penyelesaian
18 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
A&F
BAHAN AJAR KIMIA XII IPA SMAK FRATERAN NDAO
Contoh soal
Tekanan osmotik rata-rata darah 7,7 atm ada suhu 25 0C.Jika seorang pasien memerlukan infus
glukosa, berapa konsentrasi glukosa (C6H12O6) yang diperlukakan?
penyelesaian
larutan glukosa yang digunakan harus memiliki tekanan osmotik yang sama dengan tekanan
osmotik darah (isotonik) yaitu 7,7 atm.
л = M ×R×T
Π 7,7 atm
= =0 , 31 M
M = RT 0 , 082 L atm mol ×298 K
−1
Contoh soal
Diketahui 5,6 g senyawa non elektrolit di larutkan dalam air hngga volume larutan menjadi 3 L.jika
pada suhu 250C larutan tesebut memliki tekanan osmotik 1,14 atm,tekanan massa molekul
relatif(Mr)senyawa tersebut.
penyelesaian
л = M ×R×T
1,14 atm = M 0,082 L atm mol-1K-1 ¿ (25 + 273) K
jumlah mol = V ×M = 3 L ¿ 0,04665 M = 0,13996 mol.
g 5,6g
Mr
= =40 g
= n 0 , 13996 mol mol-1
kemolalan larutan glukosa tersebut 0,2 m. jadi, dalam 1 kg air terlarut 0,2 mol glukosa.
Massa glukosa = r n×M =0,2×180=36 g
Massa larutan = massa air + massa glukosa
= 1000g + 36 g = 1036 g
massa Laru tan 1036 g
= =942 mL
volume larutan = massa jenis laru tan 1,1 gmL
−1
n 0,2 mol
= =0 , 212 M
Kemolaran = v 0 ,042 L
л = M ×R×T
= 0,012M ¿ 0,082 L atm mol-1 K ¿ (27 + 273) K
= 5,22 atm
jadi tekanan osmotik larutan glukosa tersebut 5,22 atm
Jika anda membandingkan sifat koligatif larutan HCL 0.1 M, NaOH 0.1 M, NaCl0.1 M,
dan glukosa 0.2 M, anda dapat melihat bahwa ke empat larutan tersebut ternyata memiliki sifat
koligatif yang sama meskipun kemolaran tiap larutan berbeda. Kemolaran larutan glukosa dua
kali lebih besar daripada larutan lainnya. Hal in disebabkan larutan glukosa merupakan larutan
non elektrolit (tidak terionisasi) sehingga partikel zat terlarutnya tetap berbentuk molekul-
molekul dengan konsentrasi tetap. Sebaliknya, larutan HCL, NaOH, dan NaCltermasuk larutan
elektrolit yang mengalami ionisasi dalam larutannya menjadi kation dan anion. Oleh karena itu,
konsentrasi partikel (ion) dalam larutan-larutan elektrolit tersebut menjadi dua kali lebih besar
daripada konsentrasi molekulnya.
Sifat koligatif larutan dan rumusan-rumusan yang sudah dibahas sebelumnya berlaku
untuk larutan non elektrolit, sedangkan untuk larutan elektrolit (encer) harus memperhitungkan
jumlah ion yang dihasilkan yang dikenal sebagai faktor van’t Hoff. Faktor van’t Hoff adalah
faktor yang membandingkan jumlah ion dari larutan elektrolit terhadap jumlah molekul dari
larutan non elektrolit. Pengaruh faktor van’t Hoff ini dirumuskan sebagai berikut:
Dengan
i =
n = jumlah koefisien kation dan anion
á = derajat ionisasi elektrolit
pada perhitungan penurunan tekanan uap jenuh pada larutan elektrolit, jumlah mol ion
dimasukkan dalam perhitungan fraksi mol (perhatikan contoh soal). Perhatikan pula data
hubungan jumlah partikel zat terlarut dalam larutan elektrolit encer dan non elektrolit dengan
kenaikan titik didih dan penurunan titik bekunya dalam tabel berikut!
Tabel Hubungan Jumlah Partikel Elektrolit Encer dan Nonelektrolit dengan Kenaikan
Titik Didih dan Penurunan Titik Beku Larutan
No Senyawa Kemolalan Kenaikan Titik Penurunan
Didih Titik Beku
1. CO (NH2) 2 0.1 m 0.052º C 0.186 º C
2. C6H12O6 0.1 m 0.052º C 0.186 º C
3. NaCl 0.1 m 0.104º C 0.372 º C
4. KNO3 0.1 m 0.104º C 0.372º C
5. CaCl2 0.1 m 0.156º C 0.558 º C
Dari data tersebut terlihat bahwa senyawa urea, CO(NH 2) 2, dan glukosa (C6H12O6)
termasuk ke dalam senyawa non elektrolit karena pada konsentrasi yang sama mengalami
kenaikan titik didih dan penurunan titik beku paling kecil. Harga faktor van’t Hoff untuk senyawa
non elektrolit adalah 1 sehingga digunakan sebagai pembanding untuk menentukan faktor van’t
Hoff dari senyawa elektrolit.
Perhatikan data nomor 3 dan 4! Senyawa elektrolit kuat NaCldan KNO 3, ternyata mengalami
kenaikan titik didih dan penurunan titik beku dua kali lebih besar daripada senyawa non
elektrolit. Hal ini disebabkan oleh senyawa NaCldan KNO 3 dalam larutan encer terionisasi
sempurna menghasilkan 1 buah kation dan 1 buah anion. Oleh karena itu, larutan NaCldan larutan
KNO3 tersebut masing-masing memiliki harga faktor van’t Hoff = 2 (artinya memiliki jumlah
partikel dua kali lebih besar dibandingkan partikel dari larutan non elektrolit). Adapun larutan
CaCl2 mengalami kenaikan titik didih dan penurunan titik beku 3 kali lebih besar daripada
senyawa non elektrolit. Hal ini disebabkan karena senyawa CaCl 2 dalam larutan encer akan
terionisasi sempurna menghasilkan 1 buah kation dan 2 buah anion. Oleh karena itu, larutan CaCl 2
memiliki harga vaktor van’t Hoff = 3 artinya, memiliki jumlah partikel tiga kali lebih banyak
dibandingkan partikel dari larutan non elektrolit.
20 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
A&F
BAHAN AJAR KIMIA XII IPA SMAK FRATERAN NDAO
Pada reaksi ionisasi larutan garam encer, larutan garam tersebut dianggap terionisasi secara
sempurna (derajat ionisasi atau á = 1) sehingga diperoleh rumusan faktor van’t Hoff sebagai
berikut:
i=
= = 1 + n -1
i=n
dari rumusan tersebut, terlihat bahwa faktor van’t Hoff dari larutan garam encer
sama dengan jumlah kation dan anionnya (i = n)
Perhatikan reaksi ionisasi beberapa larutan elektrolit encer berikut ini!
1. Reaksi ionisasi larutan NaCl: NaCl(aq) Na2 (aq) + Cl (aq) i=n=1+1=2
2
2. Reaksi ionisasi larutan CaCl2 : CaCl2 (aq) Ca (aq) + 2Cl (aq) i=n=1+1=2
3. Reaksi ionisasi larutan KNO3 : KNO3 (aq) K+ (aq) + NO3 (aq) i=n=2
bagaimana dengan larutan elektrolit kuat yang agak peka? Perhatikan data hubungan jumlah
partikel zat terlarut dalam larutan non elektrolit dan larutan non elektrolit pekat dengan kenaikan
titik didih dan penurunan titik bekunya pada tabel berikut ini!
Tabel hubungan jumlah partikel Elektrolit Pekat dan Non elektrolit dengan Kenaikan titik Didih
dan Penurunan Titik Beku Larutan
á = = 0.87
Berapakah harga derajat ionisasi (á) larutan KNO 3 tersebut? bagaimana dengan sifat koligatif
larutan lemah yang encer?
elektrolit lemah seperti asam asetat atau amonia dalam larutannya mengalami sedikit sekali
ionisasi (á sekitar 0.01) sehingga tidak jauh berbeda dengan senyawa non elektrolit (á = 0) seperti
glukosa.
CH3COOH (aq) CH3COOH + H+ (aq)
0.1 m 0.001 m 0.001 m
komposisi zat terlarut dalam keadaan setimbang adalah:
CH3COOH (aq) = 0.099 m
CH3COO- (aq) = 0.001m
H+ (aq) = 0.001 m
jadi, jumlah partikel dalam larutan tersebut = 0.009m + 0.001m = 0.101m
berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh penurunan titik beku larutan glukosa 0.1 m sebesar
1.86 x 0.1 = 0.186º C , dan penurunan titik beku larutan asam asetat 0.1 m sebesar 1.86 x 0.101 =
0.1879º C. Jadi pengaruh zat terlarut glukosa dan asam asetat terhadap penurunan titik beku
larutan glukosa dan asam asetat tersebut kecil sekali.
Contoh Soal
a. Tentukan titik beku larutan NaCl0.05 m jika diketahui Kf air = 1.86 C/m!
Penyelesaian
Karena NaCldalam larutannya terurai menjadi dua ion yaitu Na + dan Cl-, harga i untuk NaCl= 2
∆Tf = Kf x m x i
= 1.86º C C/m x 0.05 m x 2 = 0.186º C
Tf = Tºf - ∆Tf
= 0º C – 0.186 º C
Jadi titik beku larutan NaCl= -0.186 º C
b. Jika 2 mol Na2SO4, dilarutkan ke dalam 900 gram air dan tekanan uap jenuh air pada suhu 25 º
C = 23.76 mmHg, tentukan
a. Tekanan uap jenuh larutan tersebut
b. Penurunan tekanan uap jenuh larutan!
Penyelesaian:
Na2SO4 (aq) 2Na+ +
2 mol 4 mol 2 mol
Jumlah mol ion = 4 mol + 2 mol = 6 mol
xp = = = = 0.8929
a. p = p º + xp
= 23.76 mmHg x 0.8929 = 21.215 mmHg
Jadi tekanan uap larutan = 21.215 mmHg
b. ∆p = p º - p
= 23.76 mmHg – 21.215 mmHg = 2.545 mmHg
Jadi penurunan tekanan uap larutan tersebut = 2.545 mmHg
c. Larutan H2SO4, sebanyak 600 ml membeku pada suhu -9.8ºC. diketahui Kf air = 1.86 º
C/m. Mr H2SO4 = 98, dan masa jenis larutan 1.15 g mL-1. Tentukan derajat ionisasi
H2SO4!
Penyelesaian
Jumlah mol H2SO4 = V H2SO4 x M H2SO4 = 0.6 L x 2 M = 1.2 mol
Masa H2SO4 = n H2SO4 x Mr H2SO4 = 1.2 mol x 98 g mol -1 = 117.6 g
Masa Larutan = ñ H2SO4 x V H2SO4
= 1.15 g mL-1 x 600 mL = 690 g
Masa air = masa larutan – masa H2SO4
= 690 g – 117.6 g = 572.4 g
∆Tf = Tºf – Tf = 0º C – (-9.8 ºC) = 9.8ºC
∆Tf = Kf – n H2SO4 x x
= 2.513 =
á= = 0.757
jadi derajat ionisasi H2SO4 tersebut adalah 0.76.
a. sebanyak 28 g basa lemah MOH dilarutkan dalam 750 mL dan menyebabkan titik didik air
naik sebesar 0.64ºC/m. jika Kp air = 0.52ºC/m, dan Mr MOH = 35, tentukan prosentasi MOH
yang teruarai!
Penyelesaian
Prosentase MOH yang teruarai merupakan derajat ionisasi MOH dengan satuan persen
∆Tb = Kb x x x
0.64ºC = 0.555º C
= 1.153 =
á= = 0.153
Persen MOH yang terurai = á x 100%
= 0.153 x 100%
= 15.3%
∆Tf = Kf x x
Diketahui bahwa jumlah etilen glikol yang banyak M r etilon glikol yang kecil dan jumlah pelarut
sedikit menghasilkan harga ∆Tb yang semakin besar. Hal ini menunjukkan penurunan titik beku
yang besar pula. Berarti, titik beku larutan etilon glikol pada radiator menjadi sangat rendah.
Akibatnya larutan menjadi sulit membeku. Oleh karena itu, etilen glikol sering disebut antifreeze
(zat antibeku)
Kenaikan titik didih larutan dirumuskan sebagai berikut:
∆Tb = Kb x x
Dari persamaan tersebut terlihat bahwa larutan etilen glikol juga mengalami kenaikan titik didih
terhadap titik didih pelarut murninya. Hal ini berguna untuk menjaga air radiator agar tidak
mendidih pada saat mesin panas sehingga tetap dapat beroperasi secara efisien pada suhu tinggi.
Etilen glikol memiliki titik didih 197 ºC.
Salah satu sifat koligatif yaitu tekanan osmotic dalam kehidupan sehari hari terjadi proses
penyerapan air dari dalam tanah oleh tumbuh-tumbuhan melalui proses osmosis. Cairan dalam
jaringan sel tumbuhan lebih pekat daripada larutan mineral dalam tanah. Akibatnya pelarut (air)
berpindah dari dalam tanah ke jaringan tumbuhan dan selanjutnya didistribusikan ke seluruh
bagian tumbuhan.
Gerakan pelarut dari larutan berkonsetrasi rendah ke larutan berkonsentrasi tinggi dalam proses
osmosis tersebut berlangsung secra spontan dan tidak memerlukan energy. Namun dalam banyak
system biologis pertukaran zat-zat tidak hanya berlangsung melalui proses osmosis. Transportasi
zat melintasi membrane dalam tubuh mahkluk hidup tersebut tidak hanya melibatkan perpindahan
pelarut, tetapi juga zat terlarut. Hal ini memungkinkan pemasukan nutrisi bagi sel, sekaligus
pengeluaran zat-zat sisa metabolism. Dalam berbagai proses transport pada makluk hidup
perpindahan zat berlangsung dari larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan konsentrasi rendah
(berlawanan dengan proses osmosis). Proses transport zat dalam mahkluk hidup seperti ini
disebut transport aktif yang berlangsung tidak spontan dan memerlukan energy.
Perpindahan pelarut dengan arah gerakan yang berlawanan dengan proses osmosis disebut
osmosis balik. Dalam proses ini, pelarut bergerak dari larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan
berkonsentrasi rendah. Seperti transport aktif pada makluk hidup, proses ini juga berlangsung
tidak spontan dan memerlukan energy. Aplikasi osmosis balik dalam kehidupan sehari-hari yaitu
pada proses desalinasi air laut menjadi air tawar dan proses pemurnian air untuk keperluan rumah
sakit dan laboratorium.