Anda di halaman 1dari 9

(JKPD) Jurnal Kajian Pendidikan Dasar Volume 5.

Nomor 1 Januari 2020

PERENCANAAN PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN


KHUSUS
DALAM MAJAMEN SEKOLAH INKLUSIF
Aslina Roza1), Rifma2)
Jurusan Administrasi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang,
Jl. Prof. Dr. Hamka Air Tawar-Padang, Sumatera Barat, Indonesia
aslina@gmail.com, rifmar34@fip.unp.ac.id

Abstract

Instructional planning of children with special needs is a complex task and an


important thing to do before learning implementation. The research aimed to obtain
data and information about instructional planning in an inclusive school. The kind of
research is qualitative. This research is done in SD Negeri 33 Payakumbuh is one of
inclusive primary school at Payakumbuh. Subjects in this research are principal,
teachers, and shadow teachers. Data in this research was collected by observation,
interview, and documentation study. Data were analyzed through three stages: data
reduction, data presentation, and conclusion. The result showed Instructional planning
of children with special needs at SDN 33 Payakumbuh has not been carried out to the
maximum. There are still several activities that are not well done by teachers and
shadow teachers including identification, assessment, and curriculum modification.

Keywords: Instructional, Planning, Inclusive, Education

Abstrak

Perencanaan pembelajaran Anak Kebutuhan Khusus (ABK) adalah tugas yang


kompleks dan hal penting yang harus dilakukan sebelum melaksanakan pembelajaran.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi tentang perencanaan
pembelajaran di sekolah inklusif. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 33 Payakumbuh adalah salah satu sekolah dasar
inklusif di Payakumbuh. Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, dan
Guru Pendamping Khusus (GPK). Data dikumpulkan dengan observasi, wawancara,
dan studi dokumentasi. Analisis data dilakukan melalui tiga tahap: reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan perencanaan
pembelajaran ABK di SDN 33 Payakumbuh belum terlaksana secara maksimal. Masih
ada beberapa kegiatan yang tidak dilakukan dengan baik oleh guru dan GPK terutama
identifikasi, asesmen, dan modifikasi kurikulum.

Kata kunci: Pembelajaran, Perencanaan, Inklusif, Pendidikan

61
(JKPD) Jurnal Kajian Pendidikan Dasar Volume 5. Nomor 1 Januari 2020

PENDAHULUAN minatnya. Kemudian, pada Pasal 8


Penyelenggaraan pendidikan inklusif bahwa Pembelajaran pada pendidikan
menuntut pihak sekolah melakukan inklusif mempertimbangkan prinsip-
penyesuaian baik dari segi kurikulum, prinsip pembelajaran yang disesuikan
sarana dan prasarana pendidikan, dengan karakteristik belajar peserta
maupun sistem pembelajaran yang didik. Artinya manajemen pendidikan
disesuaikan dengan kebutuhan individu termasuk diantaranya manajemen
peserta didik. Menurut Sunardi dan pembelajaran harus disesuaikan dengan
Sunaryo (2011) dalam tataran karakter dan kebutuhan anak.
operasional di sekolah, sekalipun sudah Kota Payakumbuh merupakan
banyak sekolah yang mendeklarasikan salah satu kota di Provinsi Sumatera
sebagai sekolah inklusi, tetapi dalam Barat yang sudah mendeklarasikan
implementasinya masih banyak yang pendidikan inklusif dan di SK kan oleh
belum sesuai dengan konsep-konsep walikota bahwa semua sekolah dasar
yang mendasarinya (Hapsari, harus melaksanakan pendidikan
2015);(Daimah, 2018);(Firdaus, 2010). inklusif. Namun kenyataan pengelolaan
Bahkan, tidak jarang ditemukan adanya pendidikan inklusif diserahkan saja ke
kesalahan-kesalahan praktek, terutama sekolah yang bersangkutan, sedangkan
terkait dengan aspek pemahaman, kepedulian dan perhatian pemerintah
kebijakan internal sekolah, serta sangat kurang dalam pelaksanaannya.
kurikulum dan pembelajaran Observasi awal menunjukkan
(Sulistyadi, 2014);(Sudarto, bahwa perencanaan pembelajaran
2017);(Mahabbati, 2014). Sekolah Dasar di Kota Payakumbuh
Meskipun demikian, sekolah masih belum sesuai dengan harapan dan
tetap menjalankan pendidikan inklusif aturan yang ada. Kegiatan perencaan
dengan segala keterbatasannya. Dengan pembelajaran yang belum terlaksana
diselenggarakannya pendidikan khusus dengan baik seperti pelaksanaan
secara inklusif di sekolah umum identifikasi dan assessment, penyusunan
maupun kejuruan, hal ini akan perencanaan pembelajaran terkait
berpengaruh pada manajemen sekolah Silabus, Rencana Pelaksanaan
sehingga di sekolah perlu adanya Pembelajaran (RPP), dan Program
kesamaan konsep dan cara pandang Pembelajaran Individu (PPI).
serta penyesuaian-penyesuaian dalam Kelemahan dalam perencanaan
penyelenggaraan pendidikan inklusif. pembelajaran ini berdampak pada
Hal ini tertuang dalam Permendiknas aktivitas pembelajaran yang dilakukan
Nomor 70 tahun 2009 tentang guru. Dengan keterbatasan persiapan
Pendidikan Inklusif pada Pasal 7 dan kompetensi guru hanya
disebutkan Satuan pendidikan melaksanakan pembelajaran seperti
penyelenggara pendidikan inklusif biasa. Sehingga layanan pembelajaran
menggunakan kurikulum tingkat satuan untuk anak berkebutuhan khusus tidak
pendidikan yang mengakomodasi tidak maksimal.
kebutuhan dan kemampuan peserta
didik sesuai dengan bakat, minat, dan

62
(JKPD) Jurnal Kajian Pendidikan Dasar Volume 5. Nomor 1 Januari 2020

METODE PENELITIAN memiliki kebutuhan khusus dari segi


Penelitian ini dilakukan dengan fisik, social, intektual, dan
pendekatan kualitatif. Setting penelitian emosional/tingkah laku. Pihak yang
difokuskan pada aktivitas manajemen terlibat dalam identifikasi adalah guru
sekolah yang berhubungan dengan kelas dan GPK. Identifikasi
pembelajaran dan manajemen dilaksanakan saat anak baru masuk
pembelajaran yang dilakukan guru sekolah dengan cara observasi. Sebagai
dalam kelas inklusif. sekolah inklusi, dalam hal ini SDN 33
Pengumpulan data dilakukan Payakumbuh telah memulai proses
dengan observasi, interview, dan studi tanggal 26 Juni 2019 menyebutkan:
dokumentasi. Analisis data mengikuti Penerimaan peserta didik baru
tahapan: (1) koleksi data, (2) reduksi dilaksanakan sesuai sistem zonasi.
data, (3) presentasi data, dan (5) Peserta didik reguler dan peserta didik
menarik kesimpulan (Miles & berkebutuhan khusus mendaftar di
Huberman, 2012). Untuk memastikan sekolah dengan jadwal yang sama. Saat
validitas data dilakukan: (1) pendaftaran dilakukan identifikasi awal
pengamatan berulang dari aktivitas dalam rangka mengetahui kemampuan
kelas inklusi baik aktivitas terprogram dasar anak secara garis besar. Peserta
maupun yang spontan dan (2) didik berkebutuhan khusus yang sudah
triangulasi untuk memastikan bahwa cukup umur dan memungkinkan belajar
data yang dikumpulkan konsisten di sekolah reguler akan diterima di
dengan fakta-fakta di lapangan. sekolah. Jika ada ABKyang belum
Triangulasi dalam penelitian ini memungkinkan mengikuti pelajaran di
dilakukan dengan triangulasi metode sekolah reguler seperti hiperaktif, autis
silang (menggunakan beberapa metode yang belum bisa tenang sehingga akan
pengumpulan data) dan triangulasi mengganggu peserta didik lain dikelas
sumber data (memilih sumber data yang akan disarankan menempuh kelas
tepat) (Huberman & Miles, persiapan di sekolah luar biasa untuk
2012);(Miles & Huberman, sementara waktu. Hal ini dilakukan
2012);(Hashimov, 2015). dengan pertimbangan kekurangan GPK
yang akan melayani anak ini nantinya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk itu sekolah mempunyai mou
Hasil dengan pihak sekolah luar biasa sebagai
Perencanaan pembelajaran sekolah pusat sumber. Ketika nantinya anak
inklusi merupakan serangkaian tersebut dirasa sudah mampu mengikuti
aktitivitas persiapan yang dilakukan pelajaran di sekolah reguler maka akan
guru dan kepala sekolah sebelum kembali diterima di sekolah ini (P).
melaksanakan proses pembelajaran bagi Dapat disimpulkan bahwa SDN
children with special needs. 33 Payakumbuh masih membatasi
Perencanaan pembelajaran pada ABK kategori tingkat kebutuhan khusus anak
dimulai dengan tahap identifikasi. yang bias diterima di sekolah.
Identifikasi ABKdimaksudkan untuk Kekuarangan sumber daya guru
mengetahui apakah seorang anak terutama GPK adalah dasar sekolah

63
(JKPD) Jurnal Kajian Pendidikan Dasar Volume 5. Nomor 1 Januari 2020

memutuskan mengambil kebijakan karakteristik peserta didik yang


tersebut. Sehingga rata-rata ABKyang teridentifikasi ABKsecara mendalam.
pernah belajar di SDN 33 Payakumbuh Wawancara dengan kepala sekolah
tergolong slow learner atau lamban tanggal 30 Juni 2019 menyebutkan:
belajar. Hal ini juga dinyatakan kepala Asesmen dilakukan oleh GPK
sekolah pada sesi wawancara berikutnya dengan melibatkan guru kelas, teman
tanggal 28 Juni 2019, “ABKsampai saat sebaya, orang tua, psikolog dan jika
ini berjumlah 28 orang kebanyakan dari diperlukan tenaga medis. Asesmen
ABKdisini tergolong kesulitan belajar dilakukan dalam berbagai bentuk, mulai
dan lamban belajar yang tersebar dari dari observasi, wawancara dan tes
kelas 1 sampai kelas 6. Dan 1 orang kemampuan anak dengan menggunakan
autis, Sementara ABKyang memiliki instrumen yang sudah ada ataupun yang
kebutuhan khusus permanen seperti disusun oleh GPK. Asesmen ini
tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita bertujuan untuk mengenali kelebihan
tidak ada” (P). dan kekurangan anak secara detail serta
Untuk memastikan keakuratan sebagai pedoman untuk menyusun
justifikasi terhadap tingkat dan program pembelajaran individual bagi
golongan keberkebutuhan peserta didik GPK (P).
baru, maka proses identifikasi masih
Asesmen pada dasarnya
dilanjutkan saat peserta mulai belajar di
dilakukan dengan melibatkan psikolog
sekolah. Identifikasi dilakukan guru
atau paramedis. Namun pada kasus-
kelas dan GPK dengan observasi dan
kasus yang lebih sederhana dapat
mengisi format penilaian yang telah
dilakukan secara mandiri oleh sekolah.
disusun GPK sebelumnya. wawancara
Terkait ini wawancara peneliti dengan
peneliti dengan salah satu GPK pada
GPK pada tanggal 1 juni 2019
tanggal 27 juni 2019 menyebutkan: “ya,
menyebutkan: “ya, menggunakan
dengan cara mengamati langsung
instrumen asesmen yang telah ada
ABKdalam kelas dan memberikan
ataupun yang saya susun sendiri,
format identifikasi yang akan diisi oleh
melakukan wawancara dengan guru
guru kelas, observasi ini dilakukan
kelas, orang tua dan teman sebaya” ST -
selama 3 bulan” (ST -1). Hal ini juga
1). Hal ini ditegaskan oleh guru kelas
ditegaskan oleh guru kelas bahwa dia
yang menyatakan: “saya tidak
juga melakukan identifikasi terhadap
melakukan asessmen, asesmen
ABKmelalui wawancara peneliti
dilakukan oleh GPK, saya meberi
tanggal 1 juli 2019, yang menyatakan:
informasi tambahan saja” (T-2).
“ya, dengan mengisi format identifikasi
melalui observasi” (T-1). Pelibatan stakeholder yang
Tahap selanjutnya dalam paling penting dalam manajemen
perencanaan pembelajaran ABKdi SDN pembelajaran sekolah inklusi adalah
33 Payakumbuh adalah melakukan saat melakukan asesmen. Identifikasi
asesmen. Asesmen merupakan kegiatan dan asesmen pada perencanaan
professional yang secara khusus pembelajaran di SDN 33 Payakumbuh
dilakukan untuk mendiagnosa seutuhnya dilakukan oleh GPK

64
(JKPD) Jurnal Kajian Pendidikan Dasar Volume 5. Nomor 1 Januari 2020

bekerjasama dengan guru kelas. Terkait seorang GPK menyatakan: “sekolah


dengan ini pada sesi wawancara yang belum melakukan sosialisasi modifikasi
sama dengan pertanyaan kurikulum bagi GPK dan guru kelas”
kerjasama/pelibatan stakeholder, (ST -2).
tanggal 30 Juni 2019 kepala sekolah
Peneliti mencoba
menyatakan:
mengkonfirmasi dengan menagajukan
Ada. Dinas pendidikan pertanyaan yang sama kepada salah satu
menyediakan layanan asesmen dengan guru kelas. Berdasarkan wawancara
psikolog. Atau psikolog yang tanggal 5 Juli 2019, guru kelas
didatangkan sendiri oleh sekolah. menyatakan: “sekolah belum
Sekolah luar biasa sebagai pusat sumber melakukan sesialisasi terkait modifikasi
menyediakan layanan jika sekolah kurikulum 2013 dan kurikulum yang
menemukan masalah dengan children digunakan belum mampu
with special needs. Sekolah ABKke mengakomodasi kebutuhan
sekolah luar biasa dengan berkonsultasi pembelajaran ABKsepenuhnya” (GK-
terlebih dahulu dengan orang tuanya. 1). Terkait dengan ini kepala sekolah
Jika hasil asesmen menunjukkan anak pada sesi wawancara tanggal 6 Juli
yg masalah mata, telinga maka di 2019 menyatakan: “kurikulum yang
sarankan ke spesialis (P). digunakan masih sama dengan
kurikulum anak reguler, hanya saja
Hasil dientifikasi dan asesmen
dalam pembelajaran direndahkan
yang diserahkan kepada kepala sekolah
materinya bagi children with special
untuk dijadikan dasar dalam
needs” (P).
pengambilan keputusan, apakah
ABKdapat menjalankan Pendidikan di Berdasarkan data ini dapat
sekolah atau disarankan menempuh disimpulkan bahwa SDN 33
kelas persiapan di sekolah luar biasa. Payakumbuh memang belum
sepenuhnya melakukan modifikasi
Setelah hasil asesmen diketahui,
kurikulum untuk kebutuhan
langkah selanjutnya yang dilakukan
pembelajaran ABK. Sementara program
guru dalam perencanaan pembelajaran
pembelajaran individual yang disusun
ABKadalah melakukan modifikasi
GPK menjadi kurang efektif jika cocok
kurikulum dan menyusun Program
dan tidak mendukung RRP yang
pembelajaran individual. Hasil
disusun guru untuk children with
wawancara dan studi dokumentasi
special needs. Hal inilah yang menjadi
menunjukkan GPK tidak melakukan
kendala kerjasama anatara GPK dan
modifikasi kurikulum 2013 untuk
guru kelas seperti yang diungkapkan
kebutuhan pembelajaran children with
GPK pada wawancara tanggal 6 Juli
special needs. hal ini ditegaskan oleh
2019:
GPK yang menyatakan belum
melakukan modifikasi kurikulum 2013 Sebagai GPK saya tidak
untuk mengakomodasi pembelajaran menyusun silabus, silabus disusun oleh
ABK (wawancara, 3 Juli 2019). Pada guru kelas dan sama dengan silabus
sesi wawancara yang sama salah anak reguler, kendalanya karena guru
65
(JKPD) Jurnal Kajian Pendidikan Dasar Volume 5. Nomor 1 Januari 2020

belum faham. RPP yang disusun guru pembelajaran bagi anak berkebutuhan
kelas juga belum mengakomudasi khusus (Bahagian Pendidikan Khas,
kebutuhan children with special needs. 2013);(Garnida, 2011);(Sanjaya, 2015).
Masalahnya guru tdk faham cara Identifikasi dan asesmen anak
membuat RPP untuk ABK, Sebagai berkebutuhan khusus merupakan
GPK saya tidak menyusun program kegiatan awal yang dilakukan guru
pembelajaran saya hanya menyusun sebelum memulai pelaksanaan
program pembelajaran individual (ST - pembelajaran. Secara umum SDN 33
2). Payakumbuh belum melaksanakan
tahapan ini secara utuh. Identifikasi dan
Masalah sumber daya adalah
asesmen hanya dilakukan secara
faktor utama yang dihadapi SDN 33
mandiri oleh GPK dengan instrument
Payakumbuh dalam mengelola
yang terlalu umum.
pembelajaran children with special
Identifikasi anak berkebutuhan
needs. Pelatihan dan pembinaan
khusus dimasudkan merupakan suatu
berkelanjutan sangat dibutuhkan guru
usaha seseorang (orang tua, guru,
untuk melaksanakan pembelajaran di
maupun tenaga kependidikan lain)
kelas inklusi. Dalam hal ini pada
untuk mengetahui apakah seorang anak
wawancara peneliti dengan kepala
mengalami kelainan/penyimpangan
sekolah tanggal 6 Juli menyatakan:
(pisik, intelektual, sosial, emosional/
“dulu ada kelompok kerja guru ketika
tingkah laku) dalam pertumbuhan
ada dana bantuan untuk kelompok kerja
/perkembangannya dibandingkan
guru, sekarang tidak ada lagi KKG
dengan anak-anak lain seusianya.
khusus untuk GPK” (P). Tidak adanya
Sementara asesmen merupakan kegiatan
pembinaan dan pelatihan bagi guru ini
profesional yang dilakukan secara
juga terungkap dari harapan GPK
khusus untuk menentukan diagnosa dari
terhadap impelementasi Pendidikan
gangguan atau kelainan yang dialami
inklusif di Payakumbuh pada
seseorang. Asesmen didefenisikan
wawancara tanggal 6 Juli 2019 yang
sebagai proses mengumpulkan
menyatakan: “harapan saya adanya
informasi secara rinci tentang seorang
pelatihan yang berkesinambungan bagi
anak yang akan digunakan untuk
GPK dan juga guru kelas agar tercipta
membuat pertimbangan dan keputusan
sumberdaya manusia yang siap dan
yang behubungan dengan seorang anak
paham dalam pelayanan ABKini” (ST -
(Wijayanti & Akbar, 2018);(Rusilowati,
2).
Kurniawati, Nugroho, & Widiyatmoko,
Pembahasan 2016);(Yuniarti Suhendi, Ali Ramdhani,
Perencanaan pembelajaran bagi & S. Irwansyah, 2018).
anak berkebutuhan khusus merupakan Devine (2007) yang
tahap awal yang penting dan kompleks. menjelaskan bahwa kurikulum
Perencanaan pembelajaran pada sekolah pendidikan inklusif menggunakan
inklusi disesuaikan dengan kebutuhan kurikulum sekolah reguler (kurikulum
peserta didik dan mengacu pada nasional) yang dimodifikasi sesuai
kurikulum yang berlaku dan pedoman dengan tahap perkembangan anak

66
(JKPD) Jurnal Kajian Pendidikan Dasar Volume 5. Nomor 1 Januari 2020

berkebutuhan khusus, dengan identifikasi, asesment, modifikasi


mempertimbangkan karakteristik dan kurikulum untuk anak berkebutuhan
tingkat kecerdasannya. Selanjutnya khusus. Perencanaan pembelajaran bagi
(Kristiawan & Rozalena, 2017) anak berkebutuhan khusus merupakan
menyebutkan kurikulum yang flesibel tahap awal yang penting dan kompleks.
dalam penerapan pendidikan inklusif Perencanaan pembelajaran di sekolah
tidak harus terlebih dahulu menekankan inklusi disesuaikan dengan kebutuhan
pada materi pelajaran, tetapi yang peserta didik dan mengacu pada
penting adalah bagaimana memberikan kurikulum yang berlaku dan pedoman
perhatian penuh pada kebutuhan anak pembelajaran bagi anak berkebutuhan
didik. khusus. Identifikasi dan asesmen anak
Selain dalam hal kurikulum berkebutuhan khusus merupakan
yang mengalami modifikasi, dalam kegiatan awal yang dilakukan guru
perangkat pembelajaran pun sebelum memulai pelaksanaan
menggunakan modifikasi-modifikasi pembelajaran. Efektivitas pembelajaran
tertentu. Terdapat beberapa hal dalam anak berkebutuhan khusus di sekolah
perangkat pembelajaran seperti program inklusi dimulai dengan perencanaan
pembelajaran dan Silabus yang yang baik. Maka kepala sekolah dan
mengalami modifikasi (Mayasari, guru hendaknya memiliki pengetahuan
2016);(Suhartono, 2019). Modifikasi dan wawasan tentang Pendidikan
dalam perangkat ini terdapat pada inklusif dan pembelajaran anak
materi yang akan disampaikan kepada berkebutuhan khusus. Dari sisi
peserta didik, indikatorindikator manajemen sekolah, perlu adanya
pembelajaran, dan media yang kerjasama yang dibagun dengan
digunakan karena harus menyesuaikan stakeholders di setiap tahapan proses
dengan keadaan dan kebutuhan peserta manajemen pembelajaran anak
didik terutama anak berkebutuhan berkebutuhan khusus terutama pada
khusus. Hal ini sesuai dengan aspek perencanaan pembelajaran.
penjelasan dari Direktorat PLB (2010)
yang menerangkan bahwa modifikasi Daftar Pustaka
pada kurikulum hanya komponen dari
silabus, diantaranya: (1) materi; (2) Bahagian Pendidikan Khas. (2013).
Garis Panduan Program
indikator; (3) kegiatan pembelajaran;
Pendidikan Inklusif Murid
(4) media, sumber dan evaluasi. Hal ini Berkeperluan Khas. Edisi
dilakukan dengan pertimbangan Percubaan.
kemudahan bagi guru.
Daimah, D. (2018). Pendidikan Inklusif
Perspektif QS. Al-Hujurat Ayat
KESIMPULAN 10-13 Sebagai Solusi
Perencanaan pembelajaran di SDN 33 Eksklusifisme Ajaran Di Sekolah.
Payakumbuh pada umumnya belum Jurnal Pendidikan Agama Islam
terlaksana dengan maksimal. Masih Al-Thariqah.
terdapat beberapa kegiatan yang tidak Https://Doi.Org/10.25299/Althariq
terlaksana dengan baik terutama ah.2018.Vol3(1).1837

67
(JKPD) Jurnal Kajian Pendidikan Dasar Volume 5. Nomor 1 Januari 2020

Devine, B. (2007). Asset Management. Mayasari, M. (2016). Implementasi


In Workplace Strategies And Kurikulum 2013 Pada Anak
Facilities Management. Berkebutuhan Khusus (ABK) Di
Https://Doi.Org/10.4324/97800805 SD Muhammadiyah Sapen
21299 Yogyakarta. Inklusi.
Https://Doi.Org/10.14421/Ijds.030
Firdaus, E. (2010). Pendidikan Inklusif 101
Dan Implementasinya Di
Indonesia. Disampaikan Dalam Miles, M. B., & Huberman, M. A.
Seminar Nasional Pendidikan Di (2012). Analisis Data Kualitatif:
Universitas Jenderal Soedirman Buku Sumber Tentang Metode-
(UNSOED) Purwokerto, 24 Metode Baru. In Universitas
Januari 2010. Indonesia_UI Press.
Garnida, D. (2011). Peran Guru Rusilowati, A., Kurniawati, L.,
Pembimbing Khusus Di Sekolah Nugroho, S. E., & Widiyatmoko,
Inklusif. Inklusi. A. (2016). Developing An
Instrument Of Scientific Literacy
Hapsari, M. I. (2015). Identifikasi Asessment On The Cycle Theme.
Permasalahan Anak Usia Dini International Journal Of
Berkebutuhan Khusus Dan Environmental And Science
Penanganannya. Psycho Idea. Education.
Hashimov, E. (2015). Qualitative Data Sanjaya, W. (2015). Perencanaan Dan
Analysis: A Methods Sourcebook Desain Sistem Pembelajaran.
And The Coding Manual For Kencana,Prenadamedia Group.
Qualitative Researchers. Technical
Communication Quarterly. Sudarto, Z. (2017). Implementasi
Https://Doi.Org/10.1080/10572252 Kebijakan Penyelenggaraan
.2015.975966 Pendidikan Inklusif. Jurnal
Pendidikan (Teori Dan Praktik).
Huberman, A., & Miles, M. (2012). Https://Doi.Org/10.26740/Jp.V1n1.
Understanding And Validity In P97-106
Qualitative Research. In The
Qualitative Researcher’s Suhartono, T. (2019). Manajemen
Companion. Sekolah Untuk Anak
Https://Doi.Org/10.4135/97814129 Berkebutuhan Khusus (Studi Di
86274.N2 Sekolah K-Link Care Center
Jakarta). Tawazun: Jurnal
Kristiawan, M., & Rozalena. (2017). Pendidikan Islam.
Pengelolaan Pembelajaran Paud Https://Doi.Org/10.32832/Tawazu
Dalam Mengembangkan Potensi n.V11i2.1673
Anak Usia Dini. Jmksp (Jurnal
Manajemen, Kepemimpinan, Dan Sulistyadi, H. K. (2014). Implementasi
Supervisi Pendidikan). Kebijakan Penyelenggaraan
Layanan Pendidikan Inklusif Di
Mahabbati, A. (2014). Kebijakan, Kabupaten Sidoarjo. Kebijakan
Implementasi Dan Isu Strategis Dan Manajemen Publik.
Pendidikan Bagi Individu
Berkebutuhan Khusus. Jurnal Wijayanti, R., & Akbar, M. R. (2018).
Pendidikan Islam. Asesment Model Strategi Coping
Https://Doi.Org/10.14421/Jpi.2014 Orangtua Murid Untuk
.31.31-46 Permasalahan Anak Usia Dini.
68
(JKPD) Jurnal Kajian Pendidikan Dasar Volume 5. Nomor 1 Januari 2020

Jurnal Inspirasi Pendidikan. Assesment For Physics Education


Https://Doi.Org/10.21067/Jip.V8i1 Student Learning Outcome.
.2246 International Journal Of
Engineering & Technology.
Yuniarti Suhendi, H., Ali Ramdhani, Https://Doi.Org/10.14419/Ijet.V7i3
M., & S. Irwansyah, F. (2018). .21.17181
Verification Concept Of

69

Anda mungkin juga menyukai