Pemeriksaan Aset Tak Berwujud
Pemeriksaan Aset Tak Berwujud
Disusun oleh :
FAKULTAS EKONOMI
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga tersusunnya tugas makalah Auditing II ini.
Pengembangan pembelajaran dari materi yang ada pada tugas makalah ini,
senantiasa dilakukan mahasiswa dengan tetap dalam bimbingan Dosen. Upaya ini
diharapkan dapat lebih mengoptimalkan penguasaan mahasiswa terhadap kompetensi yang
dipersyaratkan.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu, penyusun
mengharapkan tegur, sapa, atau kritik demi perbaikan yang akan datang.
Artinya, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan tugas Makalah Auditing II.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………...…………………………….. 2
Daftar Isi…..………………………………………………....…………………………… 3
LATAR BELAKANG……………………………………....…………………………… 4
1. Pengertian Aktiva Tidak Berwujud.............................................................. 4
2. Dasar Penggolongan Aktiva Tidak Berwujud............................................... 4
3. Pencatatan dan Perolehan Aktiva............................................................... 5
4. Jenis-Jenis Aktiva Tidak Berwujud.............................................................. 5
KESIMPULAN............................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 12
3
LATAR BELAKANG
Aktiva tidak berwujud (in tangible asset) adalah aktiva tak lancar (noncurrent asset)
dan tak berbentuk yang memberikan hak keekonomian dan hukum kepada pemiliknya
dan dalam laporan keuangan tidak dicakup secara terpisah dalam klasifikasi aktiva yang
lain.
Perlakuan akuntansi aktiva tak berwujud menyangkut masalah yang tidak berbeda
dengan perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap, diantaranya adalah penentuan nilai
perolehan, perlakuan akuntansi selanjutnya terhadap nilai perolehan tersebut dalam
kondisi usaha normal (amortisasi), dan perlakuan akuntansi atas penurunan nilai aktiva
tak berwujud yang material dan permanen.
Kesulitan yang dihadapi dalam pemecahan masalah perlakuan akuntansi aktiva tak
berwujud pada umumnya disebabkan oleh sifat aktiva tersebut, seperti tidak adanya
wujud fisik yang menyebabkan bukti keberadaannya kabur, dan kesulitan dalam
penentuan nilai perolehan serta masa manfaat keekonomiannya.
Ciri khas aktiva tak berwujud yang paling utama adalah tingkat ketidakpastian
mengenai nilai dan manfaatnya di kemudian hari. Aktiva tak berwujud ada dan
mempunyai nilai karena eksistensinya yang berkaitan dengan aktiva berwujud
perusahaan.
4
3. Pencatatan dan Perolehan Aktiva
Aktiva tak berwujud dapat diperoleh dengan cara membeli dari pihak luar atau
dikembangkan sendiri oleh perusahaan. Biaya yang terjadi sehubungan dengan aktiva tak
berwujud yang dikembangkan sendiri dicatat sebagai beban usaha, kecuali aktiva tak
berwujud tersebut dapat diidentifikasikan secara spesifik.
Perusahaan harus mencatat nilai perolehan aktiva tak berwujud yang diperoleh dari
individu atau badan usaha lain sebagai aktiva. Biaya pemeliharaan atau penyimpanan
aktiva tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasikan secara khusus, tidak dapat
ditentukan masa manfaatnya/umurnya, atau tidak dapat dihindarkan dalam suatu
kegiatan usaha harus dibebankan dalam laporan laba rugi periode yang bersangkutan.
Aktiva tak berwujud yang diperoleh harus dicatat sebesar harga perolehan pada
tanggal akuisisi. Harga perolehan tersebut dinilai sebesar jumlah yang dibayar, nilai wajar
dari aktiva lain yang diperoleh, nilai tunai dari kewajiban yang ada atau nilai wajar dari
aktiva yang diterima untuk saham yang dikeluarkan.
Aktiva tak berwujud yang diperoleh secara kelompok atau sebagai bagian dari
perusahaan yang diakuisisi, harus dicatat sebesar harga perolehan pada tanggal akuisisi.
Penilaian harga perolehan ini tergantung pada- apakah aktiva tak berwujud tersebut
dapat diidentifikasikan secara khusus atau tidak. Harga perolehan aktiva tak berwujud
yang dapat diidentifikasikan adalah sebagian dari harga perolehan sekelompok aktiva
atau perusahaan yang diakuisisi yang biasanya ditentukan dari nilai wajar masing- masing
aktiva tersebut.
Hak sewa adalah hak yang diperoleh atas suatu sewa aktiva tertentu (sewa tempat
usaha, sewa gedung, sewa mesin) yang biasanya menggunakan kurun waktu tertentu,
disahkan oleh pejabat pembuat akte (notaris). Hak sewa dinyatakan sebagai aktiva tetap
(tak berwujud) karena dua alasan :
1. Hak sewa memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan, atau dengan kata lain,
atas sumber daya (dana) yang dikeluarkan diharapkan hak sewa akan
memberikan manfaat kembali (berpotensi menghasilkan kas atau manfaat) di
masa yang akan datang.
5
2. Manfaat yang akan diterima oleh perusahaan atas kepemilikan hak sewa, akan
dinikmati oleh perusahaan untuk periode waktu lebih dari satu tahun buku.
Melihat batasan (bisa dikatakan syarat) di atas, maka kita dapat memilah-milah
atas kejadian sewa, apakah dibukukan sebagai aktiva tetap tak berwujud atau sebagai
biaya sewa.
b. Organization Cost
Periijinan adalah hak perusahaan yang diperoleh dari pihak pemerintah baik
daerah maupun pusat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu terkait dengan bidang
usahanya. Ijin-ijin perusahaan tentu ada jangka waktunya, dan jika masa berlakunya
telah habis maka ijin tersebut harus diperpanjang atau diperbaharui. Namun demikian
ijin usaha atau aktivitas tertentu atas terkait dengan usaha biasanya memiliki jangka
waktu 3 sampai 30 tahun, yang artinya lebih dari satu tahun buku. Untuk itu Ijin diakui
sebagai aktiva tetap tak berwujud.
d. Hak Paten
Hak Patent adalah hak yang diperoleh atas suatu penemuan tertentu. Dimana
atas penemuan tersebut, penemu akan memperoleh manfaat tertentu untuk kurun
waktu tertentu dan dapat diperpanjang. Penemuan tersebut bisa berupa suatu
produk, atau rekayasa, atau formula, atau system, atau cara tertentu.
Harga perolehan paten harus didebitkan pada rekening aktiva. Harga perolehan
ini harus dihapus atau diamortisasikan selama masa kegunaan paten. Metode
amortisasi yang digunakan biasanya adalah metode garis lurus.
6
Merk Dagang (Trade Mark) yang biasa disingkat TM, adalah hak yang diperoleh
atas suatu merk komersial tertentu. Hak ini bisa berupa logo, tulisan, bentuk, symbol,
atau kombinasinya, yang mewakili suatu organisasi/perusahaan tertentu.
f. Hak Penggandaan
Copyright adalah hak yang berikan atas suatu penulisan, baik itu berupa karya
ilmiah, puisi, novel, maupun lyric lagu, notasi lagu/irama tertentu, script atau scenario
film tertentu. Copyright meliputi hak untuk memperbanyak dan mengedarkannya.
g. Franchise
Franchise adalah hak yang diperoleh untuk melakukan suatu usaha tertentu,
atau memasarkan produknya, sekaligus mengikuti pola usaha, cara pengelolaan,
penggunaan logo maupun penggunaan alat usaha tertentu yang aslinya dimiliki oleh
perusahaan yang memberikan hak franchise.
h. Goodwill
i. Hak Cipta
Hak Cipta adalah hak istimewa untuk menerbitkan atau mempublikasikan dan
menjual karya seni dan komposisi musik. Seperti halnya hak paten maka hak cipta
dijual atau diberikan pada pihak lain dengan perjanjian – perjanjian tertentu. Hak cipta
yang dibeli dari pihak lain dicatat sebesar harga yang dibayarkan untuk
memperolehnya. Umur manfaat hak cipta tidak pasti, maka hak cipta diamortisasi
dalam periode yang cukup singkat.
7
DASAR-DASAR
a. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aktiva
tak berwujud.
b. Untuk memeriksa apakah perolehan, penambahan dan penghapusan aktiva
tak berwujud,didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap serta diotorisasi oleh
pejabat perusahaan yang berwenang.
c. Untuk memeriksa apakah aktiva tak berwujud yang dimiliki perusahaan masih
mempunyai kegunaan dimasa yang akan datang (mamfaatnya lebih dari 1 tahun).
d. Untuk memeriksa apakah amortisasi aktiva tak berwujud dilakukan sesuia dengan
prinsipakuntansi yang berlaku umum diindonesia.
e. Untuk memeriksa apakah hasil /pendapatan yang diperoleh dari aktiva tak berwujud
sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan.
f. Untuk memeriksa apakah penyajian aktiva tak berwujud dalam laporan keuangan
dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di indonesia.
a. Keberadaan ATB
b. Kelengkapan ATB
c. Hak kepemilikan ATB
d. Penilaian dan alokasi ATB
e. Penyajian dan pengungkapan ATB
8
POKOK PEMBAHASAN
9
b. Memeriksa dokumen yang mendukung transaksi amortisasi ATB
ATB diamortisasi secara langsung dengan mengurangkan ke cost ATB yang
bersangkutan
Memeriksa konsistensi penggunaan metode amortisasi
Menilai kewajaran penaksiran manfaat ekonomis ATB tersebut
10
KESIMPULAN
Aktiva tidak berwujud merupakan aktiva tak lancar (noncurrent asset) dan tak
berbentuk (hak sewa, organization cost, permit & license, hak paten, trademark, copyright,
franchise, goodwill, hak cipta, dsb) yang memberikan hak keekonomian dan hukum kepada
pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak dicakup secara terpisah dalam klasifikasi
aktiva yang lain. Oleh karena itu, dalam melakukan pemeriksaan, diperlukan prosedur-
prosedur yang kompleks.
Inti dari pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa apakah penyajian aktiva tak
berwujud dalam laporan keuangan dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. http://biecantik.blogspot.com/2012/06/aktiva-tidak-berwujud.html
2. http://fe.umy.ac.id/learning/file.php/114/Audit2-08-ATB.pdf
3. http://b_sundari.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/33683/BAB_13+Pemeriksaan_
AktivaTakBerwujud.ppt
4. http://ethasyahbania.blogspot.com/2011/11/psak-no19-aset-tidak-berwujud.html
5. http://www.scribd.com/doc/83772931/Pemeriksaan-Aktiva-Tak-Berwujud
12