Teori Kontrol PID Proportional Integral
Teori Kontrol PID Proportional Integral
Nb: untuk menghilangkan Ess, dibutuhkan KP besar, yang akan membuat sistem lebih tidak
stabil
Kontroler Proporsional memberi pengaruh langsung (sebanding) pada error.Semakin besar error,
semakin besar sinyal kendali yang dihasilkan kontroler. Untuk lebih jelasnya maka lihat gambar
berikut.
Besarnya sinyal kontrol sebanding dengan perubahan error (e)Semakin cepat error berubah,
semakin besar aksi kontrol yang ditimbulkan. Lebih jelasnya maka lihat gambar berikut.
http://menanamilmu.blogspot.com/2010/09/teori-kontrol-pid-proportionalintegrald.html
Intrumentasi dan control industri tentu tidak lepas dari sistem instrumentasi sebagai pengontrol
yang digunakan dalam keperluan pabrik. Sistem kontrol pada pabrik tidak lagi manual seperti
dahulu, tetapi saat sekarang ini telah dibantu dengan perangkat kontroler sehingga dalam proses
produksinya suatu pabrik bisa lebih efisien dan efektif . Kontroler juga berfungsi untuk
memastikan bahwa setiap proses produksi terjadi dengan baik.
Keterangan :
Kp = konstanta Proporsional
Ti = konstanta Integral
Td = konstanta Detivatif
Untuk lebih memaksimalkan kerja pengontrol diperlukan nilai batas minimum dan maksimum
yang akan membatasi nilai Manipulated Variable yang dihasilkan.
Komponen kontrol PID ini terdiri dari tiga jenis yaitu Proportional, Integratif dan Derivatif.
Ketiganya dapat dipakai bersamaan maupun sendiri-sendiri tergantung dari respon yang kita
inginkan terhadap suatu plant.
1. Kontrol Proporsional
1. Jika nilai Kp kecil, pengontrol proporsional hanya mampu melakukan koreksi kesalahan yang
kecil, sehingga akan menghasilkan respon sistem yang lambat (menambah rise time).
2. Jika nilai Kp dinaikkan, respon/tanggapan sistem akan semakin cepat mencapai keadaan
mantapnya (mengurangi rise time).
3. Namun jika nilai Kp diperbesar sehingga mencapai harga yang berlebihan, akan mengakibatkan
sistem bekerja tidak stabil atau respon sistem akan berosilasi.
4. Nilai Kp dapat diset sedemikian sehingga mengurangi steady state error, tetapi tidak
menghilangkannya.
2.Kontrol Integratif
Pengontrol Integral berfungsi menghasilkan respon sistem yang memiliki kesalahan keadaan
mantap nol (Error Steady State = 0 ). Jika sebuah pengontrol tidak memiliki unsur integrator,
pengontrol proporsional tidak mampu menjamin keluaran sistem dengan kesalahan keadaan
mantapnya nol.
Jika G(s) adalah kontrol I maka u dapat dinyatakan sebagai u(t)=[integral e(t)dT]Ki dengan Ki
adalah konstanta Integral, dan dari persamaan di atas, G(s) dapat dinyatakan sebagai u=Kd.[delta
e/delta t]
Jika e(T) mendekati konstan (bukan nol) maka u(t) akan menjadi sangat besar sehingga
diharapkan dapat memperbaiki error. Jika e(T) mendekati nol maka efek kontrol I ini semakin
kecil. Kontrol I dapat memperbaiki sekaligus menghilangkan respon steady-state, namun
pemilihan Ki yang tidak tepat dapat menyebabkan respon transien yang tinggi sehingga dapat
menyebabkan ketidakstabilan sistem. Pemilihan Ki yang sangat tinggi justru dapat menyebabkan
output berosilasi karena menambah orde system
Keluaran pengontrol ini merupakan hasil penjumlahan yang terus menerus dari perubahan
masukannya. Jika sinyal kesalahan tidak mengalami perubahan, maka keluaran akan menjaga
keadaan seperti sebelum terjadinya perubahan masukan. Sinyal keluaran pengontrol integral
merupakan luas bidang yang dibentuk oleh kurva kesalahan / error.
1. Keluaran pengontrol integral membutuhkan selang waktu tertentu, sehingga pengontrol integral
cenderung memperlambat respon.
2. Ketika sinyal kesalahan berharga nil, keluaran pengontrol akan bertahan pada nilai sebelumnya.
3. Jika sinyal kesalahan tidak berharga nol, keluaran akan menunjukkan kenaikan atau penurunan
yang dipengaruhi oleh besarnya sinyal kesalahan dan nilai Ki.
4. Konstanta integral Ki yang berharga besar akan mempercepat hilangnya offset. Tetapi semakin
besar nilai konstanta Ki akan mengakibatkan peningkatan osilasi dari sinyal keluaran pengontrol.
3.Kontrol Derivatif
Keluaran pengontrol diferensial memiliki sifat seperti halnya suatu operasi derivatif. Perubahan
yang mendadak pada masukan pengontrol akan mengakibatkan perubahan yang sangat besar dan
cepat. Ketika masukannya tidak mengalami perubahan, keluaran pengontrol juga tidak
mengalami perubahan, sedangkan apabila sinyal masukan berubah mendadak dan menaik
(berbentuk fungsi step), keluaran menghasilkan sinyal berbentuk impuls. Jika sinyal masukan
berubah naik secara perlahan (fungsi ramp), keluarannya justru merupakan fungsi step yang
besar magnitudenya sangat dipengaruhi oleh kecepatan naik dari fungsi ramp dan factor
konstanta Kd.
Sinyal kontrol u yang dihasilkan oleh kontrol D dapat dinyatakan sebagai G(s)=s.Kd Dari
persamaan di atas, nampak bahwa sifat dari kontrol D ini dalam konteks “kecepatan” atau rate
dari error. Dengan sifat ini ia dapat digunakan untuk memperbaiki respon transien dengan
memprediksi error yang akan terjadi. Kontrol Derivative hanya berubah saat ada perubahan error
sehingga saat error statis kontrol ini tidak akan bereaksi, hal ini pula yang menyebabkan
kontroler Derivative tidak dapat dipakai sendiri
Efek dari setiap pengontrol Proporsional, Integral dan Derivatif pada sistem lup tertutup
disimpulkan pada table berikut ini :
Setiap kekurangan dan kelebihan dari masing-masing pengontrol P, I dan D dapat saling
menutupi dengan menggabungkan ketiganya secara paralel menjadi pengontrol proporsional plus
integral plus diferensial (pengontrol PID). Elemen-elemen pengontrol P, I dan D masing-masing
secara keseluruhan bertujuan :
Kita coba ambil contoh dari pengukuran temperatur, setelah terjadinya pengukuran dan
pengukuran kesalahan maka kontroler akan memustuskan seberapa banyak posisi tap akan
bergeser atau berubah. Ketika kontroler membiarkan valve dalam keadaan terbuka, dan bisa saja
kontroler membuka sebagian dari valve jika hanya dibutuhkan air yang hangat, akan tetapi jika
yang dibutuhkan adalah air panas, maka valve akan terbuka secara penuh. Ini adalah contoh dari
proportional control. Dan jika ternyata dalam prosesnya air panas yang diharapkan ada
datangnya kurang cepat maka controler bisa mempercepat proses pengiriman air panas dengan
membuka valve lebih besar atau menguatkan pompa, inilah yang disebut dengan intergral
kontrol.
Karakteristik pengontrol PID sangat dipengaruhi oleh kontribusi besar dari ketiga parameter P, I
dan D. Penyetelan konstanta Kp, Ki dan Kd akan mengakibatkan penonjolan sifat dari masing-
masing elemen. Satu atau dua dari ketiga konstanta tersebut dapat disetel lebih menonjol
disbanding yang lain. Konstanta yang menonjol itulah akan memberikan kontribusi pengaruh
pada respon sistem secara keseluruhan.
Adapun beberapa grafik dapat menunjukkan bagaimana respon dari sitem terhadap perubahan
Kp, Ki dan Kd sebagai berikut :
PID Controler adalah controler yang penting yang sering digunakan dalam industri. Sistem
pengendalian menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan dalam proses kehidupan ini khususnya
dalam bidang rekayasa industri, karena dengan bantuan sistem pengendalian maka hasil yang
diinginkan dapat terwujud. Sistem pengendalian dibutuhkan untuk memperbaiki tanggapan
sistem dinamik agar didapat sinyal keluaran seperti yang diinginkan. Sistem kendali yang baik
mempunyai tanggapan yang baik terhadap sinyal masukan yang beragam.
http://putraekapermana.wordpress.com/2013/11/21/pid/
J = indeks performansi.
L (X,U,t) = fungsi kuadratik dari X, U dan t
t = waktu
Pada sistem kontrol optimal, optimasi kontrol dicapai dengan meminimalkan nilai indeks
performansi tersebut. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk meminimalkan indeks
performansi yaitu:
Kalkulus variasi: digunakan untuk mengoptimalkan sistem proses yang sederhana.
1.Persamaan aljabar Riccati: digunakan untuk mengoptimalkan sistem proses yang
berbentuk linier.
2.Persamaan Hamilton Pontryagin: dapat digunakan untuk mengoptimalkan sistem proses yang
berbentuk linier mupun non linier
PID dari singkatan bahasa Inggris:( Proportional–Integral–Derivative controller) merupakan
kontroler untuk menentukan presisi suatu sisteminstrumentasi dengan karakteristik adanya
umpan balik pada sistem tesebut.
Komponen kontrol PID ini terdiri dari tiga jenis yaitu Proportional, Integratif dan Derivatif.
Ketiganya dapat dipakai bersamaan maupun sendiri-sendiri tergantung dari respon yang kita
inginkan terhadap suatu plant.
1.Kontrol Proporsional
Kontrol P (proportional)jika G(s) = kp, dengan k adalah konstanta. Jika u = G(s) • e maka u = Kp
• e dengan Kp adalah Konstanta Proporsional. Kp berlaku sebagai Gain (penguat) saja tanpa
memberikan efek dinamik kepada kinerja kontroler. Penggunaan kontrol P memiliki berbagai
keterbatasan karena sifat kontrol yang tidak dinamik ini. Walaupun demikian dalam aplikasi-
aplikasi dasar yang sederhana kontrol P ini cukup mampu untuk memperbaiki respon transien
khususnya rise time dan settling time. Kontroler proporsional memiliki keluaran yang
sebanding/proposional dengan besar dari sinyal kesalahan (selisih antara besaran yang
diinginkan dengan harga aktual). Secara lebih sederhana dapat dikatakan, bahwa keluaran
kontroler proporsional merupakan perkalian antara konstanta proporsional dengan error.
Perubahan pada sinyal masukan akan segera menyebabkan sistem secara langsung mengubah
keluaran sebesar konstanta pengali. Berikut ini merupakan ketentuan-ketentuan kontroler
proporsional yang perlu diperhatikan saat diterapkan pada suatu sistem, antara lain:
1. Jika nilai Kp kecil, kontroler proporsional hanya mampu melakukan koreksi kesalahan yang
kecil, sehingga akan menghasilkan respon sistem yang lambat.
2. Jika nilai Kp dinaikkan, respon sistem menunjukkan semakin cepat mencapai keadaan mantap.
Namun jika nilai Kp diperbesar sehingga mencapai harga yang berlebihan, akan mengakibatkan
sistem bekerja tidak stabil, atau respon sistem akan berosilasi.
Pengendali Proporsional menghasilkan keluaran sebanding dengan masukan. Faktor penguatan
proporsional (Kp) diuraikan sebagai hambatan Rf didalam rangkaian umpan balik dari terminal
keluaran ke terminal masukan pada Op-Amp.
2.Kontrol Integratif
Jika G(s) adalah kontrol I maka u dapat dinyatakan sebagai u(t) = [integrale(t)dT]Ki dengan Ki
adalah konstanta Integral, dan dari persamaan diatas, G(s) dapat dinyatakan sebagai u= Kd.
[deltae / deltat] Jika e(T) mendekati konstan (bukan nol) maka u(t) akan menjadi sangat besar
sehingga diharapkan dapat memperbaiki error. Jika e(T) mendekati nol maka efek kontrol I ini
semakin kecil. Kontrol I dapat memperbaiki sekaligus menghilangkan respon steady-state,
namun pemilihan Ki yang tidak tepat dapat menyebabkan respon transien yang tinggi sehingga
dapat menyebabkan ketidakstabilan sistem. Pemilihan Ki yang sangat tinggi justru dapat
menyebabkan output berosilasi karena menambah orde sistem
3.Kontrol Derivatif
Sinyal kontrol u yang dihasilkan oleh kontrol D dapat dinyatakan sebagai G(s) = s.Kd Dari
persamaan di atas, nampak bahwa sifat dari kontrol D ini dalam konteks "kecepatan" atau rate
dari error. Dengan sifat ini ia dapat digunakan untuk memperbaiki respon transien dengan
memprediksi error yang akan terjadi. Kontrol Derivative hanya berubah saat ada perubahan error
sehingga saat error statis kontrol ini tidak akan bereaksi, hal ini pula yang menyebabkan
kontroler Derivative tidak dapat dipakai sendiri control Proporsional dirancang untuk
menghilangkan bersepeda terkait dengan kontrol on-off. Sebuah kontroler proporsional
mengurangi daya rata-rata yang dipasok ke pemanas sebagai setpoint suhu pendekatan. Hal ini
memiliki efek memperlambat pemanas sehingga tidak akan overshoot setpoint, tetapi akan
mendekati setpoint dan mempertahankan suhu stabil. Tindakan ini proporsi dapat dicapai dengan
memutar output dan off untuk interval waktu yang singkat. Ini "waktu proporsi" bervariasi rasio
"pada" waktu ke waktu "off" untuk mengontrol suhu. Tindakan proporsi terjadi dalam "band
proporsional" sekitar suhu setpoint.Di luar band ini, fungsi kontrol sebagai unit on-off, dengan
output baik sepenuhnya pada (di bawah band) atau sepenuhnya off (di atas band). Namun, dalam
band, output dihidupkan dan dimatikan dalam rasio perbedaan pengukuran dari setpoint. Pada
setpoint (titik tengah dari band proporsional), output pada: rasio off adalah 1:1, yaitu waktu-on
dan off-waktu sama. jika suhu lebih dari setpoint, on-dan off-kali berbeda secara proporsional
dengan perbedaan suhu. Jika suhu di bawah setpoint, output akan lebih lama, jika suhu terlalu
tinggi, output akan mati lagi.
4.Kontrol PID
Jenis controller ketiga menyediakan sebanding dengan kontrol integral dan derivatif, atau PID.
kontroler ini menggabungkan kontrol proporsional dengan dua penyesuaian tambahan, yang
membantu unit secara otomatis mengkompensasi perubahan dalam sistem. Penyesuaian ini,
integral dan derivatif, yang dinyatakan dalam satuan berdasarkan waktu, mereka juga disebut
oleh reciprocals mereka, RESET dan RATE, masing-masing. Istilah proporsional, integral dan
turunan harus individu disesuaikan atau "disetel" untuk sebuah sistem tertentu menggunakan trial
and error. Ini memberikan kontrol yang paling akurat dan stabil dari tiga jenis controller, dan
paling baik digunakan dalam sistem yang memiliki massa yang relatif kecil, mereka yang
bereaksi dengan cepat terhadap perubahan energi ditambahkan ke proses. Disarankan dalam
sistem di mana perubahan beban sering dan controller diharapkan untuk mengkompensasi secara
otomatis karena perubahan sering di setpoint, jumlah energi yang tersedia, atau massa harus
dikontrol. OMEGA menawarkan sejumlah pengendali yang secara otomatis mencari sendiri. Ini
dikenal sebagai pengendali AutoTune.
PID Controller
PID Controller merupakan salah satu jenis pengatur yang banyak digunakan. Selain itu sistem ini
mudah digabungkan dengan metoda pengaturan yang lain seperti Fuzzy dan Robust. Sehingga
akan menjadi suatu sistem pengatur yang semakin baik Tulisan ini dibatasi pada sistem dengan
Unity Feedback System, yang gambarnya sebagai berikut
Gambar 1
Blok diagram untuk Unity Feedback Systems
PID Controller memiliki transfer function sebagai sebagai berikut :
(1)
PID Controller sebenarnya terdiri dari 3 jenis cara pengaturan yang saling dikombinasikan, yaitu
P (Proportional) Controller, D (Derivative) Controller, dan I (Integral) Controller. Masing-
masing memiliki parameter tertentu yang harus diset untuk dapat beroperasi dengan baik, yang
disebut sebagai konstanta. Setiap jenis, memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, hal
ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1
Respon PID Controller Terhadap Perubahan Konstanta[1]
Parameter-parameter tersebut, tidak bersifat independen, sehingga pada saat salah satu nilai
konstantanya diubah, maka mungkin sistem tidak akan bereaksi seperti yang diinginkan. Tabel di
atas hanya dipergunakan sebagai pedoman jika akan melakukan perubahan konstanta. Untuk
merancang suatu PID Controller, biasanya dipergunakan metoda trial & error. Sehingga
perancang harus mencoba kombinasi pengatur beserta konstantanya untuk mendapatkan hasil
terbaik yang paling sederhana.
Metode Konvensional
Desain sebuah sistem kontrol, dimulai dengan membuat blok diagram sistem. Blok diagram
(yang berisi transfer function) tersebut selanjutnya akan dianalisa dengan menggunakan aksi
pengontrolan yang berbeda. Dengan perubahan sinyal input sehingga perancang dapat melihat
respon sistem jika mendapat input sinyal tertentu. Kombinasi antara sinyal input dan jenis aksi
pengontrolan ini akan menghasilkan respon yang berbeda-beda.
Dahulu untuk melihat respon suatu sistem dengan berbagai macam kombinasi sinyal input dan
aksi pengontrolan merupakan hal yang sulit dan membosankan. Adapun prosedur yang harus
dilalui adalah sebagai berikut [2]:
1. Mendapatkan transfer function sistem (dalam s-domain) dengan Laplace Transform.
2. Menentukan jenis aksi pengontrolan beserta dengan konstantanya.
3. Menggabungkan transfer function yang sudah didapatkan dengan jenis aksi pengontrolan.
4. Menentukan sinyal input yang akan dimasukkan (biasanya fungsi step, fungsi ramp dan pulse)
dan menggabungannya ke dalam transfer function yang baru.
5. Melakukan perhitungan invers Laplace Transform untuk mendapatkan fungsi dalam t-domain.
6. Menggambar respon berdasarkan fungsi dalam t-domain.
Untuk melakukan langkah-langkah di atas diperlukan ketelitian yang tinggi dan hasil
penggambarannya sering kali kurang (tidak) akurat. Selain itu, jika perancang ingin mengamati
respon sistem terhadap sinyal input yang lain, maka proses-proses tersebut sebagian besar akan
diulang kembali. Hal ini bertambah kompleks jika perubahan yang dilakukan tidak terbatas pada
sinyal input, tetapi juga pada jenis aksi pengontrolannya.
Sehingga untuk mendapatkan respon dari berbagai macam kombinasi, membutuhkan waktu yang
relatif lama. Selain itu, perancang juga melakukan proses perhitungan yang rumit dan
membosankan.
num = [1];
den = [1 10 20];
step(num,den)
title(‘Open Loop Response’)
Respon sistem terbuka (open loop response) dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 2
Respon Sistem Dengan Unit Step Input
Sistem di atas memiliki steady state error yang tinggi, yaitu 0,95. Sebab respon tertinggi hanya
didapatkan pada amplitudo 0,05. Selain itu, sistem tersebut memiliki rise time yang cukup besar
(sekitar 1,5 detik). Hal tersebut jelas tidak menguntungkan.
Untuk menghasilkan sistem kontrol yang baik, diperlukan sistem yang tertutup (close loop
system). Sistem ini memiliki feedback, yang akan membandingkan kondisi sesungguhnya
dengan seting poin yang diberikan.
5. Proportional Controller
Dari tabel 1 diketahui bahwa P Controller dapat mengurangi rise time, menambah overshoot, dan
mengurangi steady state error. Closed-loop transfer function sistem di atas dengan menggunakan
P Controller adalah sebagai berikut :
(3)
Misal, diambil konstanta Kp = 300, maka :
Kp = 300;
num = [Kp];
den = [1 10 20+Kp];
t = 0 : 0.01 : 2;
step(num,den)
title(‘Closed-Loop Step Kp = 300’)
Penambahan variabel t=0:0.01:2 dimaksudkan untuk melihat respon sistem dari t=0 s/d t=2,
dengan step 0,01 detik.
Dari gambar 2 di atas, dapat dilihat bahwa penambahan P Controller mengurangi rise time dan
steady state error, tetapi menambah overshoot. Namun, overshoot yang terjadi masih terlalu
besar. Jika konstanta Kp diperbesar, maka overshoot yang terjadi juga semakin besar, settling
time juga semakin besar, tetapi rise timenya menjadi kecil. Kebalikan dari keadaan itu terjadi
jika konstanta Kp diperkecil.
6. Proportional-Derivative Controller
Closed-Loop transfer function sistem di atas dengan PD Controller adalah :
(4)
Kp = 300;
Kd = 10;
num = [Kd Kp];
den = [1 10+Kd 20+Kp];
t = 0 : 0.01 : 2;
step(num,den)
title(‘Closed-Loop Step Kp=300 Kd=10’)
Proportional-Integral Controller
(5)
Integral Controller memiliki karakteristik menguraangi rise time, menambah overshoot dan
setling time, serta menghilangkan steady state error (karakteristik ini tidak dimiliki oleh jenis
yang lain).
P dan I Controller memiliki karakteristik yang sama dalam hal rise time dan overshoot. Oleh
karena itu, nilai Kp harus dikurangi untuk menghindari overshoot yang berlebihan. Nilai Ki
diambil lebih besar dari Kp, karena diinginkan untuk meniadakan steady state error. Jika Kp >
Ki, maka steady state errornya tidak dapat dihilangkan.
. Proportional-Integral-Derivative Controller
Bagian akhir dari simulasi ini adalah PID Controller, yang memiliki transfer function untuk
sistem di atas adalah :
(6)
Kp = 350;
Ki = 300;
Kd = 50;
num = [Kp Ki Kd];
den = [1 10+kd 20+Kp Ki];
t = 0 : 0.01 : 2;
step(num,den)
title(‘Closed-Loop Step Kp=350 Ki=300 Kd=50’)
Nilai-nilai konstanta yang terdapat pada tulisan ini diperoleh dari percobaan (trial and error).
Sehingga perancang yang berbeda akan mendapatkan nilai yang berlainan untuk memenuhi
kriteria di atas. Hal itu terjadi karena perubahan pada salah satu konstanta akan berpengaruh
pada konstanta yang lain. Artinya tidak akan didapatkan hasil sesuai dengan tabel 1. Tabel
tersebut hanya dipergunakan sebagai pedoman.
Berikut ini beberapa tips yang dapat dipergunakan untuk mendapatkan respon yang diinginkan :
1. Dapatkan respon sistem terbuka sistem (open-loop) untuk menentukan bagian mana yang
harus dieprbaiki (rise time, settling time, overshoot, steady state error).
2. Tambahkan P Controller untuk memperbaiki rise time.
3. Tambahkan D Controller untuk memperbaiki overshoot.
4. Tambahkan I Controller untuk menghilangkan steady state error.
5. Kombinasikan konstanta yang ada untuk mendapatkan respon yang diinginkan.
Untuk menganalisa sistem dengan input impulse function, maka transfer function dikalikan
dengan faktor s. Demikian juga untuk input ramp function, perlu dikalikan dengan faktor 1/s.
Kontroler [Chairuzzani dkk, 1998]
Kontroler adalah komponen yang berfungsi meminimasi sinyal kesalahan. Tipe kontroler yang
paling populer ialah kontroler PID. Elemen-elemen kontroler P, I dan D masing-masing secara
keseluruhan bertujuan untuk mempercepat reaksi sebuah sistem, menghilangkan offset dan
menghasilkan perubahan awal yang besar.
Persamaan kontroler PID dalam bentuk Laplace :
(2.1)
2.2 Tuning Kontroler
Aspek yang sangat penting dalam desain kontroler PID ialah penentuan parameter kontroler PID
supaya sistem loop tertutup memenuhi kriteria performansi yang diinginkan. Hal ini disebut juga
dengan tuning kontroler.
2.2.1 Tuning Kontroler dengan Pendekatan Model Plant [Chiruzzani dkk, 1998]
Tuning parameter kontroler PID selalu didasari atas tinjauan terhadap karakteristik yang diatur
(plant). Karena penyusunan model matematik plant tidak mudah, digunakan data yang berupa
kurva keluaran pendekatan model. Berdasar pendekatan itu tuning kontroler PID dapat
dilakukan, seperti yang dilakukan Ziegler Nichols dengan metode kurva reaksi dan osilasi.
Selain itu, metode lain yang hampir serupa dengan kurva reaksi ialah metode Cohen Coon.
-
PID
2.2.2 Tuning Kontroler dengan Model Plant Sebenarnya [Ogunnaike dan Ray, 1994]
Seiring dengan berkembangnya penelitian tentang identifikasi suatu sistem “black box”, maka
memperoleh transfer function atau karakteristik dari sistem tersebut bukanlah hal yang teramat
sulit. Hal ini menyebabkan metode tuning kontroler yang membutuhkan model plant sebenarnya
juga dapat dilakukan dengan relatif mudah, misalnya dengan metode Direct Sinthesys yang
mempunyai 3 variasi.
Yang pertama dengan hanya melakukan tuning pada Kc dan Ti saja, disebut Smith Predictor PI
Controller
(2.5)
Dengan menggunakan pendekatan Pade orde 1 :
(2.6)
Dan pendekatan tertentu pada kontroler yang dijual di pasaran, maka parameter kontroler PID
komersial ialah:
(2.7)
Sedangkan pendekatan ideal dari rumus kontroler PID menghasilkan kontroler PID ideal dengan
parameter - parameter:
(2.8)
Dengan menggunakan pendekatan Pade orde 1 (Persamaan 2.6), dan menerapkan 2 langkah di
atas, kita bisa merubah model kontroler bentuk Internal Model Control ke bentuk kontroler PID
biasa.
(2.12)
dengan nilai > 0,25 .
Disturbance
Kontroler Proposional
Kontroler proposional memiliki keluaran yang sebanding/proposional dengan besarnya sinyal
kesalahan (selisih antara besaran yang diinginkan dengan harga aktualnya) [Sharon, 1992, 19].
Secara lebih sederhana dapat dikatakan, bahwa keluaran kontroller proporsional merupakan
perkalian antara konstanta proporsional dengan masukannya. Perubahan pada sinyal masukan
akan segera menyebabkan sistem secara langsung mengubah keluarannya sebesar konstanta
pengalinya.
Gambar 1 menunjukkan blok diagram yang menggambarkan hubungan antara besaran setting,
besaran aktual dengan besaran keluaran kontroller proporsional. Sinyal keasalahan (error)
merupakan selisih antara besaran setting dengan besaran aktualmya. Selisih ini akan
mempengaruhi kontroller, untuk mengeluarkan sinyal positip (mempercepat pencapaian harga
setting) atau negatif (memperlambat tercapainya harga yang diinginkan).
Gambar 2 menunjukkan grafik hubungan antara PB, keluaran kontroler dan kesalahan yang
merupakan masukan kontroller. Ketika konstanta proporsional bertambah semakin tinggi, pita
proporsional menunjukkan penurunan yang semakin kecil, sehingga lingkup kerja yang
dikuatkan akan semakin sempit[Johnson, 1988, 372].
Gambar 3 Kurva sinyal kesalahan e(t) terhadap t dan kurva u(t) terhadap t pada pembangkit
kesalahan nol.
Gambar 4 menunjukkan blok diagram antara besaran kesalahan dengan keluaran suatu kontroller
integral.
Gambar 4: Blok diagram hubungan antara besaran kesalahan dengan kontroller integral
Pengaruh perubahan konstanta integral terhadap keluaran integral ditunjukkan oleh Gambar 5.
Ketika sinyal kesalahan berlipat ganda, maka nilai laju perubahan keluaran kontroler berubah
menjadi dua kali dari semula. Jika nilai konstanta integrator berubah menjadi lebih besar, sinyal
kesalahan yang relatif kecil dapat mengakibatkan laju keluaran menjadi besar (Johnson, 1993,
375).
3. Jika sinyal kesalahan tidak berharga nol, keluaran akan menunjukkan kenaikan atau penurunan
yang dipengaruhi oleh besarnya sinyal kesalahan dan nilai Ki (Johnson, 1993, 376).
4. Konstanta integral Ki yang berharga besar akan mempercepat hilangnya offset. Tetapi
semakin besar nilai konstanta Ki akan mengakibatkan peningkatan osilasi dari sinyal keluaran
kontroler (Guterus, 1994, 7-4).
Kontroler Diferensial
Keluaran kontroler diferensial memiliki sifat seperti halnya suatu operasi derivatif. Perubahan
yang mendadak pada masukan kontroler, akan mengakibatkan perubahan yang sangat besar dan
cepat. Gambar 6 menunjukkan blok diagram yang menggambarkan hubungan antara sinyal
kesalahan dengan keluaran kontroller.
Gambar 9 Hubungan dalam fungsi waktu antara sinyal keluaran dengan masukan untuk
kontroller PID
Karakteristik kontroler PID sangat dipengaruhi oleh kontribusi besar dari ketiga parameter P, I
dan D. Penyetelan konstanta Kp, Ti, dan Td akan mengakibatkan penonjolan sifat dari masing-
masing elemen. Satu atau dua dari ketiga konstanta tersebut dapat disetel lebih menonjol
dibanding yang lain. Konstanta yang menonjol itulah akan memberikan kontribusi pengaruh
pada respon sistem secara keseluruhan (Gunterus, 1994, 8-10).
Penalaan Paramater Kontroler PID
Penalaan parameter kontroller PID selalu didasari atas tinjauan terhadap karakteristik yang diatur
(Plant). Dengan demikian betapapun rumitnya suatu plant, perilaku plant tersebut harus diketahui
terlebih dahulu sebelum penalaan parameter PID itu dilakukan. Karena penyusunan model
matematik plant tidak mudah, maka dikembangkan suatu metode eksperimental. Metode ini
didasarkan pada reaksi plant yang dikenai suatu perubahan. Dengan menggunakan metode itu
model matematik perilaku plant tidak diperlukan lagi, karena dengan menggunakan data yang
berupa kurva krluaran, penalaan kontroler PID telah dapat dilakukan. Penalaan bertujuan untuk
mendapatkan kinerja sistem sesuai spesifikasi perancangan. Ogata menyatakan hal itu sebagai
alat control (controller tuning) (Ogata, 1997, 168, Jilid 2). Dua metode pendekatan eksperimen
adalah Ziegler-Nichols dan metode Quarter decay.
Metode Ziegler-Nichols
Ziegler-Nichols pertama kali memperkenalkan metodenya pada tahun 1942. Metode ini memiliki
dua cara, metode osilasi dan kurva reaksi. Kedua metode ditujukan untuk menghasilkan respon
sistem dengan lonjakan maksimum sebesar 25%. Gambar 11 memperlihatkan kurva dengan
lonjakan25%.
Gambar 11 Kurva respons tangga satuan yang memperlihatkan 25 % lonjakan maksimum
Metode Kurva Reaksi
Metode ini didasarkan terhadap reaksi sistem untaian terbuka. Plant sebagai untaian terbuka
dikenai sinyal fungsi tangga satuan (gambar 12). Kalau plant minimal tidak mengandung unsur
integrator ataupun pole-pole kompleks, reaksi sistem akan berbentuk S. Gambar 13
menunjukkan kurva berbentuk S tersebut. Kelemahan metode ini terletak pada
ketidakmampuannya untuk plant integrator maupun plantt yang memiliki pole kompleks.
Tabel 1
Penalaan paramater PID dengan metode kurva reaksi
Tipe Kontroler Kp Ti Td
P T/L ~ 0
PI 0,9 T/L L/0.3 0
PID 1,2 T/L 2L 0,5L
Metode Osilasi
Metode ini didasarkan pada reaksi sistem untaian tertutup. Plant disusun serial dengan kontroller
PID. Semula parameter parameter integrator disetel tak berhingga dan parameter diferensial
disetel nol (Ti = ~ ;Td = 0). Parameter proporsional kemudian dinaikkan bertahap. Mulai dari nol
sampai mencapai harga yang mengakibatkan reaksi sistem berosilasi. Reaksi sistem harus
berosilasi dengan magnitud tetap(Sustain oscillation) (Guterus, 1994, 9-9). Gambar 14
menunjukkan rangkaian untaian tertutup pada cara osilasi.
Gambar 14 Sistem untaian tertutup dengan alat kontrol proporsional
Nilai penguatan proportional pada saat sistem mencapai kondisi sustain oscillation disebut
ultimate gain Ku. Periode dari sustained oscillation disebut ultimate period Tu (Perdikaris, 1991,
433). Gambar 15 menggambarkan kurva reaksi untaian terttutup ketika berosilasi.
Tipe Kontroler Kp Ti Td
P 0,5.Ku
PI 0,45.Ku 1/2 Pu
PID 0,6.Ku 0,5 Pu 0,125 Pu
mana
P keluar, aku keluar, dan D keluar adalah kontribusi ke output dari kontroler PID dari masing-
masing tiga istilah, sebagaimana dijelaskan di bawah.
[ sunting ]Istilah Proporsional
mana
P keluar: Istilah proporsional output
K p: laba proporsional, sebuah parameter tuning
e: Error = P S - V P
t: Waktu atau waktu sesaat (sekarang)
Sebuah hasil gain yang tinggi proporsional dalam sebuah perubahan besar dalam output untuk
perubahan yang diberikan dalam kesalahan. Jika proporsional keuntungan terlalu tinggi, sistem
dapat menjadi tidak stabil (lihat bagian tentang tuning loop ). Sebaliknya, hasil keuntungan kecil
di respon output kecil untuk kesalahan masukan yang besar, dan controller (atau sensitif) kurang
responsif. Jika proporsional keuntungan terlalu rendah, tindakan kontrol mungkin terlalu kecil
saat menanggapi gangguan sistem.
DroopDengan tidak adanya gangguan, kontrol proporsional murni tidak akan menetap di nilai
target, tetapi akan mempertahankan kesalahan steady state (droop) yang merupakan fungsi dari
keuntungan proporsional dan keuntungan proses. Secara khusus, jika keuntungan proses - jangka
panjang drift tanpa adanya kontrol, seperti pendinginan dari tungku terhadap suhu ruangan -
dilambangkan oleh G dan diasumsikan sekitar konstan dalam kesalahan, maka droop keuntungan
ini konstan sama istilah proporsional dari output,, yang linear pada kesalahan, G = K p, sehingga
e e = G P / K p keluar,. proporsional Istilah ini, yang merupakan parameter ke arah mendorong
menetapkan titik adalah persis diimbangi oleh proses gain, yang menarik parameter jauh dari set
point. Jika keuntungan proses sedang down, seperti dalam pendingin, maka steady state akan
berada di bawah set point, maka "istilah" droop.
Hanya komponen drift (rata-rata jangka panjang, nol-komponen frekuensi) dari hal-hal
keuntungan proses untuk droop - fluktuasi teratur atau acak atas atau di bawah arus
membatalkan.Keuntungan Proses dapat berubah dari waktu ke waktu atau di hadapan perubahan
eksternal, misalnya jika perubahan suhu kamar, pendinginan akan lebih cepat atau lebih lambat.
Droop sebanding dengan proses mendapatkan dan berbanding terbalik dengan keuntungan
proporsional, dan merupakan cacat tak terelakkan kontrol murni proporsional. Droop dapat
dikurangi dengan menambahkan istilah bias (setting setpoint di atas nilai yang diinginkan benar),
atau diperbaiki dengan menambahkan istilah integrasi (di PID controller atau PI), yang secara
efektif menghitung bias adaptif.
Meskipun terasa berat, baik teori tuning dan praktek industri menunjukkan bahwa itu adalah
istilah proporsional yang harus berkontribusi sebagian besar perubahan output.
Istilah Integral
DImana
Aku keluar: Istilah Integral output
K i: Integral keuntungan, sebuah parameter tuning
e: Error = P S - V P
t: Waktu atau waktu sesaat (sekarang)
τ: integrasi variabel dummy
Istilah integral (ketika ditambahkan dengan istilah proporsional) mempercepat pergerakan proses
menuju setpoint dan menghilangkan error steady-state sisa yang terjadi dengan controller hanya
proporsional. Namun, karena umur integral menanggapi kesalahan akumulasi dari masa lalu,
dapat menyebabkan nilai hadir untuk overshoot nilai setpoint (menyeberang setpoint dan
kemudian membuat penyimpangan dalam arah lain). Untuk catatan lebih lanjut mengenai tuning
keuntungan yang tidak terpisahkan dan stabilitas controller, lihat bagian tentang tuning loop .
Derivatif Jangka
mana
D keluar: Derivatif Jangka output
K d: Derivatif keuntungan, sebuah parameter tuning
e: Error = P S - V P
t: Waktu atau waktu sesaat (sekarang)
Istilah derivatif memperlambat laju perubahan keluaran kontroler dan efek ini paling nyata dekat
dengan setpoint controller.Oleh karena itu, kontrol derivatif digunakan untuk mengurangi
besarnya overshoot yang dihasilkan oleh komponen integral dan meningkatkan stabilitas
controller-proses gabungan Namun, diferensiasi menguatkan sinyal suara dan dengan
http://124it.blogspot.com/2010/11/sistem-kontrol-pid.html