Anda di halaman 1dari 8

Apakah Yang Membuat Yesus Sangat

Berbeda? – Esra Alfred Soru


Apakah Yang Membuat Yesus Sangat Berbeda?
Esra Alfred Soru
YESUS KRISTUS. Siapakah orang ini sesungguhnya sampai seluruh dunia membicarakan-Nya?
Ya, seluruh dunia membicarakan-Nya selama kurang lebih 2000 tahun. Ada yang
membicarakan-Nya dengan penuh kekaguman dan rasa hormat namun tidak sedikit yang
membicarakan-Nya dengan penuh kebencian dan olok-olokan. Bahkan lebih daripada itu ada
yang berpendapat bahwa Ia tidak pernah ada di dalam sejarah ini. Namun demikian, para ahli
sejarah yaitu Josephus, Suetonius, Thallus, Pliny the Younger, the Talmud, dan Lucian
semuanya mencatat keberadaan-Nya. Ada yang berkata bahwa Ia adalah seorang nabi, ada yang
berkata bahwa Ia adalah seorang guru, ada yang beranggapan bahwa Ia adalah seorang kriminil
dan ada yang mempercayai-Nya sebagai Allah sendiri. Ia dibicarakan lebih daripada tokoh
agama manapun seperti Abraham, Musa, Sidarta Budha Gautama, Muhammad, Kong Fu Tzu,
dll. Ia dibicarakan lebih daripada filsuf manapun seperti Socrates, Plato, Arestoteles,
Parmenides, Kierkegaard, Karl Marx, dll. Ia dibicarakan lebih daripada ilmuwan manapun
seperti Isac Newton, Albert Einstein, Carl Linnaeus, Samuel Morse, Louis Pasteur, Alfa Edison,
dll. Ia dibicarakan lebih daripada tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah dunia ini seperti
Alexander Agung, Napoleon Bonaparte, Adolf Hitler, Winston Churchill, dll. Menariknya
adalah bahwa orang ini adalah seorang pemuda dari Nazaret, ‘anak’ dari seorang tukang kayu
yang sepanjang hidup-Nya tidak pernah sekalipun melangkahkan kaki-Nya keluar dari negeri-
Nya Palestina (Catatan : Meskipun ada juga yang mengatakan bahwa dari umur 13-29 tahun Ia
mengembara dan menimba ilmu di wilayah India, Ladakh dan Tibet dari rahib-rahib Budha).
Masa hidup-Nya di dunia sangat singkat, kira-kira 33 tahun dan mati dengan cara yang tragis,
disalibkan bersama dengan kriminil yang lain, namun bangkit pada hari yang ketiga. Ia tidak
pernah menulis satu buah buku pun namun ribuan buku ditulis tentang Dia. Ia tidak pernah
mengarang sebuah lagu pun namun jutaan lagu dikarang tentang Dia. Ia bukan seorang panglima
perang namun setiap hari di bawah kolong langit ini selalu saja ada orang yang menyerahkan
diri menjadi prajurit-Nya. Siapakah Ia sesungguhnya? Apakah yang membedakan-Nya dari
orang lain?
 
 
Jalan hidup yang sudah dinubuatkan
          Hal pertama yang membedakan Yesus dari siapapun juga adalah bahwa seluruh jalan
hidup-Nya telah dinubuatkan sebelumnya. Di dalam Alkitab PL terdapat sekitar 300 nubuatan
tentang diri-Nya. Suatu panel ilmuwan pada Afiliasi Ilmu Pengetahuan Amerika meneruskan
catatan dengan mengatakan bahwa kemungkinan seseorang dapat memenuhi hanya 8 dari
hampir 300 ramalan yang menunjuk pada Yesus adalah satu dari 100,000,000,000,000,000.
Uniknya adalah bahwa semua ramalan itu digenapkan oleh Yesus secara tepat. Ramalan-
ramalan/nubuatan itu bahkan sampai pada hal-hal detail yang paling kecil dalam jalan hidup-
Nya. Misalnya : cara kelahiran-Nya (Yes 7:14; band. Mat 1:23), tempat kelahiran (Mik 5:1;
band. Mat 2:6), peristiwa-peristiwa di sekitar kelahiran-Nya (Yer 31:15; band. Mat 2:16-18, Hos
11:1; band. Mat 2:14-15), orang yang mendahului-Nya (Yes 40:3; band. Mat 3:3; Yoh 1:23),
misi-Nya (Yes 61:1; band. Luk 4:18-21; Yes 9:1-2; band. Mat 4:15-16), pelayanan-Nya (Yes
53:4; band. Mat 8:17), pengajaran-Nya (Maz 78:2; band. Mat 13:35), kehadiran-Nya (Zak 9:9;
band. Mat 21:5), penolakan yang dialami-Nya (Maz 118:22; band, Mat 21:42; Zak 13:7; band.
Mat 26:31), penjualan-Nya (Zak 11:12-13; band. Mat 27:9-10),  kematian-Nya (Maz 22; Yes 52-
53; band. Mat 27; Mark 15; Yoh 19:1, 18, 29, dll), kebangkitan-Nya (Maz 16:10; band. Kis
2:27-28, 31; 13:35), kenaikan-Nya ke sorga (Maz 68:19; Efs 4:8); kedudukan-Nya di sebelah
kanan Allah Bapa (Maz 110:1; band. Mark 16:19; Wah 3:21), keimaman-Nya (Maz 110:4; band.
Ibr 2:17; 5:6; 6:20, dll) dan masih banyak contoh lainnya. Permisi tanya, siapakah tokoh di dunia
ini yang seluruh jalan hidupnya dari lahir sampai mati bahkan setelah kematian (kebangkitan
dan naik ke sorga) sudah diramalkan ratusan tahun sebelumnya? Abraham? Tidak! Musa?
Tidak! Budha? Tidak! Muhammad? Tidak! Kong Fu Tzu? Tidak! Socrates? Tidak! Einstein?
Tidak! Ya, tidak ada satu orang pun di bawah kolong langit yang sama seperti Yesus. Inilah
keunikan Yesus! Inilah yang membedakan Yesus dari siapapun juga.
 
 
Ada sebelum dilahirkan
          Hal kedua yang membedakan Yesus dari orang lain adalah keberadaan-Nya sebelum
dilahirkan ke dalam dunia ini. Inilah yang dikenal dengan istilah pra eksistensi Yesus. Siapapun
manusia di dalam dunia ini, ia pastilah tidak ada sebelum ia dilahirkan (atau dalam kandungan
ibunya). Kalau engkau lahir tahun 1970 berarti tahun 1950 engkau belum ada. Kalau engkau
lahir tahun 1950 berarti tahun 1930 engkau belum ada. Ini berlaku bagi semua manusia, semua
tokoh agama, semua filsuf dan semua ilmuwan terkemuka. Namun kesaksian Alkitab
memperlihatkan bahwa Yesus sudah ada sebelum Ia dilahirkan. Bukankah Abraham hidup jauh
sebelum Yesus bahkan secara manusia Yesus tidak pernah bertemu dengan Abraham karena
sewaktu Yesus hidup Abraham sudah mati. Namun Yesus sendiri bersaksi bahwa Abraham telah
melihat Dia. Simaklah kata-kata Yesus ini : “Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan
melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita.” (Yoh 8:56). Orang Yahudi lalu
memprotes-Nya :  “Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat
Abraham?” (Yoh 8:57) tetapi Yesus menjawab : “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” (Yoh 8:58). Dari catatan Alkitab juga kita tahu bahwa
Yohanes Pembaptis lahir terlebih dahulu dari Yesus namun Yohanes Pembaptis sendiri pernah
bersaksi : “…Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksud
ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku,
sebab Dia telah ada sebelum aku. (Yoh 1:29-30). Jelas bahwa Yesus sudah ada sebelum Ia
dilahirkan. Itulah sebabnya Ia sering berkata “AKU DATANG” dan bukan “AKU LAHIR”.
Mengapa? Karena kelahiran adalah sesuatu yang pasif (maksudnya adalah bahwa tidak ada
seorangpun yang minta dilahirkan atau ingin dilahirkan) namun kedatangan adalah sesuatu yang
aktif dan keaktifan hanya dimungkinkan dengan sebuah keberadaan sebelumnya. Siapakah yang
seperti Yesus?
 
 
Dilahirkan dengan cara yang ajaib
             Alkitab memberi kesaksian bahwa kedatangan Yesus ke dalam dunia ini dengan satu
cara yang ajaib yakni Ia lahir dari seorang perawan bernama Maria. Dengan demikian
kelahiran Yesus ini bukanlah hasil suatu hubungan seks melainkan “dikandung dari Roh
Kudus”. Golongan Liberal dan kelompok “Jesus History” menolak hal ini. Harry Emerson
Fosdick berkata dari atas mimbar “Riverside Church” New York : “Aku ingin meyakinkan anda
saat ini juga bahwa aku tidak percaya pada kelahiran melalui seorang perawan dan aku harap
anda semua juga tidak”. (lihat  D. James Kennedy; (Solving Bible Mysteries; hal. 69). Ya,
mereka menolak kenyataan ini karena dianggap tidak masuk di akal dan melawan hukum
Alam/hukum biologi namun mereka tidak sadar bahwa Allah Mahakuasa dan Ia sanggup
melakukan apa saja. Allah dapat dan pernah menciptakan manusia dengan 4 cara yakni (1)
Tanpa laki-laki – tanpa perempuan yakni sewaktu Ia menciptakan Adam (2) Dengan laki-laki –
tanpa perempuan yakni sewaktu Ia menciptakan Hawa (3) Dengan laki-laki – dengan
perempuan yakni sewaktu Ia menciptakan semua manusia selain Adam dan Hawa (4) Tanpa
laki-laki – dengan perempuan yakni ketika Ia menghadirkan manusia Yesus ke dalam dunia ini.
Masuk akal bukan? Bahwa Yesus dilahirkan dari seorang perawan adalah salah satu keunikan
Yesus yang tidak dimiliki tokoh manapun juga di bawah kolong langit ini. Memang golongan
liberal mengatakan bahwa ada mitologi-mitologi kafir yang mempunyai cerita yang mirip
dengan kisah kelahiran Yesus dari anak dara namun penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa
tidak ada kemiripan sama sekali antara mitologi-mitologi kafir itu dengan kisah kelahiran
Yesus. Dengan demikian fakta kelahiran Yesus dari perawan ini membuat Yesus sangat berbeda
dari siapapun juga.  
 
 
Sama Sekali Tidak Berdosa
          Yesus sama sekali tidak berbuat dosa. Ini yang membedakan Yesus dari semua orang di
dunia ini. Alkitab berkata : “…semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan
Allah..” (Roma 3:23) namun ini tidak berlaku bagi Yesus. Yesus sendiri dengan sangat berani
pernah menantang orang Yahudi : “Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku
berbuat dosa?… (Yoh 8:46). Siapakah di dunia ini yang pernah dan berani menantang orang lain
seperti ini? Berani ada yang menantang seperti ini maka sebuah daftar maha panjang dapat
dibuat seketika itu juga untuk mencatat segala dosanya. Ya, sejak dunia ini diciptakan hingga
saat ini tidak ada seorang waras yang bernyali untuk mengatakan kalimat semacam itu selain
Yesus. Bahwa Ia kudus dan tidak berdosa bukan hanya semata-mata klaim-Nya sendiri (lihat
juga Yoh 8:29) namun juga diakui orang lain bahkan musuh-musuh-Nya. Pontius Pilatus berkata
: “Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini.” (Luk 23:4; lihat juga ay 14-15, 22).
Isterinya pun mengirim pesan : “…Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu,…”
(Mat 27:19). Herodes juga berkata : “…Sesungguhnya tidak ada suatu apapun yang dilakukan-
Nya yang setimpal dengan hukuman mati” (Luk 23:15). Penjahat di salib bersaksi tentang Dia :
“…orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah” (Luk 23:41). Yudas yang menjual-Nya juga
bertutur : “…Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah…” (Mat
27:4). Kepala pasukan Romawi yang menyalibkan-Nya juga mengaku : “…Sungguh, orang ini
adalah orang benar!” (Luk 23:47). Bahkan iblis sendiri pernah mengeluarkan kata-kata : “…
Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.” (Luk 4:34). Mereka yang menghukum Yesus
namun mereka sendiri mengaku bahwa Ia tidak berdosa atau bersalah. Dan memang, Yesus
dihukum bukan karena perbuatan-Nya tetapi karena diri-Nya. Millard J. Erickson berkata :
“Dia mengajarkan murid-murid-Nya untuk mengaku dosa mereka serta memohon
pengampunan, namun tidak ada laporan bahwa Ia mengaku dosa dan memohon pengampunan
untuk diri-Nya sendiri. Sekalipun Ia pergi ke Bait Suci, tidak ada laporan bahwa Ia
mempersembahkan korban untuk diri dan dosa-dosa-Nya. Selain dituduh menghujat, tidak ada
dosa lain yang dituduhkan kepada-Nya…” (Teologi Kristen; hal. 366). Semua tokoh dalam
dunia ini pernah berdosa, pernah memohon pengampunan, pernah meminta maaf, pernah mohon
didoakan untuk diampuni tapi itu sama sekali tidak dilakukan oleh Yesus. Sungguh, Ia lain
daripada yang lain.
 

APAKAH YANG MEMBUAT YESUS SANGAT BERBEDA?


Esra Alfred Soru *
Pengajaran yang berpusat pada diri sendiri
          Keunikan lain dari Yesus adalah bahwa pengajaran-Nya berpusat pada diri-Nya sendiri.
Maksudnya adalah bahwa sifat ajaran Yesus yang paling mencolok adalah bahwa Ia hampir
selalu berbicara mengenai diri-Nya sendiri. Ia memang banyak menyebut nama Allah Bapa
tetapi selalu kemudian ditambah dengan pernyataan bahwa Ia adalah Anak Allah. Ia bicara
tentang Kerajaan Allah tetapi juga menyatakan kedudukan-Nya yang sangat tinggi dan penting
dalam kerajaan itu. Dan yang lebih menarik adalah bahwa Ia selalu berkata “AKULAH…” atau
“AKU ADALAH…”. Ia pernah berkata : “AKULAH ROTI HIDUP; barangsiapa datang
kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus
lagi. (Yoh 6:35); “AKULAH TERANG DUNIA; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan
berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” (Yoh 8:12);
“AKULAH KEBANGKITAN DAN HIDUP; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup
walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan
mati selama-lamanya… ” (Yoh 11:25-26); “AKULAH JALAN DAN KEBENARAN DAN
HIDUP. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yoh 14:6);
“AKULAH POKOK ANGGUR dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam
Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-
apa. (Yoh 15:5); “AKULAH PINTU; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia
akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. (Yoh 10:9). Selanjutnya pertanyaan
pertama yang Ia ajukan yang timbul dari ajaran tentang diri-Nya adalah : “..Tetapi apa katamu,
SIAPAKAH AKU INI?” (Mark 8:29). Mengherankan sekali bahwa semua pengajaran-Nya
bersifat egosentris (berpusat pada diri-Nya sendiri) dan lebih heran lagi adalah tidak ada seorang
pendiri atau pemuka agama di dunia ini berani menjadikan dirinya menjadi pusat pengajarannya.
John Stott berkata : “Guru-guru lain meniadakan diri, tapi Yesus mengangkat diri. Masing-
masing guru itu berkata : “Menurut pendapatku, itulah jalan kebenaran, hendaklah engkau
menurutinya”. Tapi Yesus berkata : “Akulah kebenaran : Ikutlah Aku”. Tidak seorang pun
pendiri agama lain yang berani mengeluarkan pernyataan demikian”. (Kedaulatan dan Karya
Kristus; hal. 29). Muhammad berkata : ‘Aku nabi pemberita jalan’, Krishna berkata : ‘Kulihat
jalan’, Budha berkata : ‘Aku mencari jalan’, Confucius berkata : ‘Aku tahu jalan’, para pemikir
Zaman Baru berkata : ‘Kita sedang menuju ke sana’ namun Yesus Kristus dengan tegas
berkata : ‘Akukulah jalan’. Jelas Yesus sangat berbeda. Ya benar, Yesus meninggikan diri-Nya
dalam ajaran-Nya namun herannya adalah bahwa Ia dikenal sebagai orang yang sangat rendah
hati dan menentang kesombongan dan sikap tinggi hati. Siapakah yang sama seperti Yesus?
 
 
Menyatakan diri sebagai Tuhan
          Mengapa banyak konflik terjadi karena seorang pribadi Yesus Kristus? Mengapa nama itu
menyebabkan iritasi melebihi nama-nama pemimpin agama yang lain? Mengapa pada saat anda
berbicara tentang Allah tak ada seorangpun merasa terganggu, tetapi setelah anda menyebut
tentang Yesus mereka seringkali segera menghentikan percakapan? Atau mereka menjadi diam?
Seberapa besarkah perbedaan Yesus dengan para pemimpin agama lainnya? Josh Mc Dowell
memberikan jawabannya : ‘Mengapa nama-nama seperti Budha, Muhammad, Confucius tidak
terasa mengganggu bagi yang mendengarnya? Alasannya adalah bahwa para pemimpin agama
ini tidak pernah mengklaim dirinya sebagai Allah, tetapi Yesus mengatakannya. Itulah yang
membuat Yesus sangat berbeda dengan para pemimpin agama lainnya. (Bukan Sekedar
Tukang Kayu  ; hal. 1). Dari nama-Nya saja kita mengerti bahwa Ia memiliki nama ilahi.
Yesus Kristus sesungguhnya adalah sebuah nama dan gelar. Nama “YESUS” adalah bentuk
bahasa Yunani dari bahasa Ibrani “JEHOSHUA”, “JOSHUA” (Yos 1:1; Zak 3:1) atau
“JESHUA” (Ez 2:2) yang berarti “Yehova – Juruselamat” atau “Allah yang menyelamatkan”
sedangkan “KRISTUS” merupakan bentuk yang setara dengan nama “MASCHIACH” yang
dipakai dalam PL yang diambil dari kata “MASHACH” yang artinya “mengurapi” dan dengan
demikian nama ini berarti “YANG DIURAPI”. Dua jabatan, raja dan imam, dimasukkan dalam
penggunaan gelar “Mesias.” Gelar-Nya menegaskan Yesus sebagai raja dan imam yang
dijanjikan dalam nubuatan kitab Perjanjian Lama. Selain itu Alkitab juga memperlihatkan bahwa
Yesus ini memiliki sifat-sifat yang hanya dimiliki oleh Allah. Ia dinyatakan memiliki
eksistensi dengan sendirinya (Yohanes 1:4; 14:6); Mahahadir (Matius 28:20; 18:20); Mahatahu
(Yohanes 4:16; 6:64; Matius 17:22-27); Mahakuasa (Wahyu 1:8; Lukas 4:39-55; 7:14,15;
Matius 8:26,27); mempunyai hidup abadi (1 Yohanes 5:11, 12,20; Yohanes 1:4) dan masih
banyak sifat ilahi lainnya yang dapat dicatat. Yesus juga ternyata menerima penghormatan
dan pujian yang selayaknya hanya diterima oleh Tuhan. Dalam konfrontasi-Nya dengan
Setan, Yesus berkata, “Sudah tertulis, ‘Kamu hanya akan menyembah Tuhan Allahmu, dan
melayani-Nya'” (Matius 4:10) Ya ! Yesus menerima penyembahan sebagai Allah (Matius 14:33;
28:9) dan kadang-kadang menuntut untuk disembah sebagai Tuhan (Yohanes 5:23; bandingkan
Ibrani 1:6; Wahyu 5:8-14). Setelah Yesus bertanya kepada Petrus tentang siapakah Dia
sebenarnya, Petrus mengaku, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.” (Matius 16:16).
Apa yang terjadi selanjutnya ? Ternyata Yesus merespon pengakuan Petrus, tidak dengan
mengoreksinya, melainkan membenarkan pengakuan itu dan menyebutkan sumbernya:
“Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu,
melainkan Bapa-Ku yang di sorga.” (Matius 16:17). Martha, seorang sahabat-Nya pernah
berkata kepada-Nya, “Aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah” (Yohanes 11:27).
Kemudian Natanael juga pernah mengakui mengakui bahwa Yesus adalah “Anak Allah;
Engkaulah Raja Israel.” (Yohanes 1:49).  Ketika Stefanus dirajam, ia berseru dengan suara
nyaring, Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku!” (Kis 7:59). Penulis surat Ibrani menyebutkan Yesus
sebagai Allah ketika dia menulis, “Tetapi tentang Anak Ia berkata, Takhta-Mu, ya Allah, tetap
untuk seterusnya dan selamanya.” (Ibr 1:8). Yohanes Pembaptis memberitakan kedatangan
Yesus dengan berkata bahwa “Turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya.
Dan terdengarlah suara dari langit, ‘Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku
berkenan’” (Luk 3:22). Kemudian kita juga mempunyai pengakuan Thomas setelah Yesus
menampakkan diri kepadanya : ‘ya Tuhanku dan Allahku!” Kata Yesus kepadanya, ‘Karena
engkau telah melihat Aku, maka engkau  percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat,
namun percaya.’ “ (Yoh 20:26-29).
          Membaca semua data di atas mungkin anda berpikir bahwa semua pengakuan itu dibuat
oleh orang lain mengenai Yesus dan bukan berasal dari Yesus sendiri. Yesus sendiri tidak
pernah menyebut diri-Nya sebagai Allah. Itu semua hanyalah kesalahpahaman orang-orang
tentang Dia. Pertama-tama perlu disadari bahwa keilahian Yesus itu terdapat langsung dari
halaman-halaman perjanjian Baru. Catatan-catatan itu berlimpah dan maknanya jelas.  Dalam
Injil Yohanes ada konfrontasi antara Yesus dengan sejumlah orang Yahudi. Konfrontasi itu
dimulai ketika Yesus menyembuhkan seorang lumpuh pada hari sabat (hari perhentian untuk
ibadah orang Yahudi) dan kemudian memerintahkannya untuk mengangkat tikarnya dan
berjalan. “Dan karena alasan inilah maka orang-orang Yahudi menganiaya Yesus, karena Ia
melakukan hal-hal tersebut pada hari sabat. Tetapi Ia menjawab mereka, ‘Bapa-Ku bekerja
sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.’ Sebab itu orang-orang Yahudi  berusaha lagi
untuk membunuhnya, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri
dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah” (Yoh 5:16-18).  Dalam pemahaman
orang Yahudi, dengan mengatakan bahwa Allah adalah “Bapa-Ku” dan bukan “Bapa kita”,
maka Yesus menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah. Sebagai akibatnya orang Yahudi
semakin membenci Dia. Yesus bukan saja menyatakan dirinya sama derajat dengan Allah bila
Dia menyebut Allah sebagai Bapa-Nya. Melainkan juga Dia mengklaim bahwa Dia adalah satu
dengan Allah Bapa. Pada hari raya Penthabisan (Peresmian dan pemberkatan) Bait Allah di
Yerusalem, Yesus didekati oleh sejumlah pemimpin-pemimpin Yahudi yang menanyakan
apakah Ia adalah Mesias itu. Yesus mengakhiri komentar-Nya kepada mereka dengan
mengatakan, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30). “Sekali lagi orang Yahudi mengambil
batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka, ‘Banyak pekerjaan baik yang berasal
dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah yang menyebabkan kamu
mau melempari Aku?” Jawab orang Yahudi itu, “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami
mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja,
menyamakan diri-Mu dengan Allah (Yoh 10:31-33). Orang Yahudi tidak dapat menganggap
kata-kata Yesus itu lain daripada hujatan, dan mereka sendiri mulai melaksanakan hukum.
Dalam hukum Taurat dinyatakan bahwa hujatan pada Allah harus dihukum rajam (Im 24:16).
Tetapi orang-orang ini tidak membiarkan berlangsungnya proses hukum seperti seharusnya.
Mereka tidak mengajukan tuduhan tertentu sehingga para penguasa dapat mengambil tindakan,
tetapi mereka dalam kemarahannya mempersiapkan diri mereka sendiri untuk menjadi hakim-
hakim dan sekaligus algojo-algojo.
          Dalam Injil Markus, Yesus menyatakan dirinya mampu mengampuni dosa. “Ketika Yesus
melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu, ‘ Hai anak-Ku, dosamu sudah
diampuni!” (Mrk 2:5; lihat pula Luk 7:48-50). Menurut kaum Yahudi, hal ini hanya boleh
dilakukan oleh Allah saja. Orang Yahudi terkejut mendengar perkataan Yesus tersebut dan
bertanya, “Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat
mengampuni dosa, selain Allah sendiri? (Mrk 2:7). Kita dapat mengampuni dosa orang yang
bersalah kepada kita, tetapi kita tidak mempunyai wewenang untuk mengampuni dosa seseorang
yang dilakukan kepada orang lain, apalagi dosa kepada Allah. Tetapi itulah yang dilakukan oleh
Yesus. Ia bertindak sebagai Allah yang mengampuni dosa manusia kepada-Nya. Tidak heran
jika orang Yahudi bereaksi keras ketika seorang tukang kayu dari Nazaret mengucapkan
pernyataan yang demikian berani. Kuasa Yesus ini untuk mengampuni dosa adalah contoh yang
amat tegas bahwa dia melakukan sesuatu yang merupakan hak istimewa Allah saja.
          Juga dalam Injil Markus ada catatan tentang waktu Yesus diadili (14:60-64). Tata cara
peradilan itu adalah salah satu acuan paling jelas terhadap pernyataan-pernyataan Yesus tentang
keilahian-Nya. “Maka Imam besar bangkit berdiri di tengah-tengah sidang dan bertanya
kepada Yesus, katanya, “ Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi
ini terhadap Engkau?’ Tetapi Ia tetap diam dan tidak menjawab apa-apa. Imam besar itu
bertanya kepada-Nya sekali lagi, katanya, ‘Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?’
Jawab Yesus, ‘Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan yang
Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit.’ Maka Imam besar itu
mengoyakkan pakaiannya dan berkata, ‘untuk apa kita perlu saksi lagi? Kamu sudah
mendengar hujat-Nya terhadap Allah. Bagaimana pendapat kamu?’ Lalu dengan suara bulat
mereka memutuskan bahwa Dia harus dihukum mati.” Robert Anderson menunjukkan, “Tak
ada bukti yang lebih meyakinkan daripada bukti dari para saksi yang menaruh benci. (Anderson
dalam Mac Dowell; hal. 4) Dan kenyataan bahwa Tuhan menyatakan keilahian-Nya terbukti
jelas melalui tindakan musuh-musuh-Nya. Kita harus ingat bahwa orang-orang Yahudi bukanlah
bangsa biadab yang bodoh, melainkan berbudaya tinggi serta amat saleh beribadah. Dan justru
berdasarkan tuduhan itu, tanpa satu suara pun yang tidak setuju, hukuman mati-Nya dijatuhkan
oleh Sanhedrin, Dewan Nasional tertinggi mereka, yang terdiri dari pemimpin keagamaan dan
yang paling terkemuka.
             Menanggapi pernyataan Yesus tersebut maka ada dua alternatif yang harus kita hadapi :
yaitu bahwa pernyataan-pernyataan-Nya itu memang hujatan, atau bahwa Dia memang Allah.
Hakim-hakimnya melihat masalahnya dengan jelas, malah dengan begitu jelas sehingga mereka
menyalibkan Dia dan kemudian mengejeknya karena “Ia menaruh harapan-Nya pada Allah … .
Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah “ (Mat 27:43). Mac Dowell juga mengutip
perkataan Hakim Gaynor (ahli hukum terkemuka dari Pengadilan New York) dalam pidatonya
mengenai pengadilan Yesus, menyatakan bahwa : Hujatan merupakan tuduhan satu-satunya
yang dilontarkan kepada Yesus di hadapan Sanhedrin. Pada kebanyakan pengadilan, orang
diadili karena perbuatan mereka, tetapi bukanlah demikian halnya dengan Yesus. Yesus diadili
karena siapa diri-Nya. Pengadilan Yesus seharusnya cukup untuk memberikan kesaksian
bahwa dia mengakui keilahian-Nya. 
          Jelaslah sudah bahwa selain klaim pengikut-pengikut-Nya, Yesus juga mengklaim diri-
Nya sebagai Allah. Menariknya, hal semacam ini tidak pernah dilakukan oleh seorang pemimpin
agama atau pendiri agama manapun. Muhammad, Budha, Confucius, dan siapapun juga tidak
berani mengeluarkan kata-kata seberani dan sehebat itu. MEMANG BENAR, TUKANG
KAYU DARI NAZARET INI SUNGGUH BERBEDA DAN UNIK.

YESUS KRISTUS : PENIPU, ORANG GILA ATAU ALLAH ?


Esra Alfred Soru *
          Bagian pertama dan kedua dari tulisan ini  telah membahas keunikan Kristus, apa yang
membuat Yesus sangat berbeda dari yang lain. Salah satu keunikan-Nya adalah bahwa Ia
menyatakan diri-Nya sebagai Allah. Ya, Yesus memang menyatakan diri-Nya sebagai Allah
namun pertanyaan kita sekarang adalah apakah kata-kata Yesus itu bisa dipercaya? Bukankah
ada kemungkinan bahwa Yesus sementara membohongi para pengikut-Nya? Bukankah setiap
orang dapat mengatakan dirinya sebagai Allah walaupun itu adalah sebuah kebohongan?  Hal
inilah yang akan dibahas dalam bagian terakhir dari tulisan ini.
          Almarhum C.S. Lewis seorang apologet Kristen terkemuka, profesor di Universitas
Cambridge, yang dulunya adalah seorang agnostic (orang yang tidak mengakui adanya Allah),
pernah menjawab persoalan semacam ini dengan membangun sebuah argumentasi yang sangat
indah. Lewis berkata : “Di sini saya mencoba mencegah siapapun untuk mengatakan yang
sungguh-sungguh bodoh yang sering dikatakan seseorang tentang Dia, yaitu ‘Saya siap
menerima Yesus sebagai seorang guru moral yang agung, tetapi saya tidak dapat menerima
pernyataan-Nya bahwa Dia adalah Allah.’ Justru itulah satu-satunya hal yang tidak boleh kita
katakan. Seseorang yang cuma manusia saja yang mengatakan hal-hal yang Yesus katakan, tak
mungkin seorang guru moral yang agung. Pastilah dia seorang gila-setingkat dengan orang
yang mengatakan dirinya telur goreng – atau tentulah dia iblis sendiri yang berasal dari
neraka. Anda harus menentukan pilihan anda. Entah orang ini Anak Allah, atau orang gila atau
sesuatu yang lebih buruk lagi.” Kemudian Lewis menambahkan, “Anda dapat menyuruh-Nya
menutup mulut-Nya dengan menyebutkan-Nya seorang tolol, anda dapat meludahi-Nya dan
membunuh-Nya dengan menyebutkan-Nya setan, atau anda dapat jatuh berlutut di kaki-Nya
dan menyebut-Nya Tuhan dan Allah. Tetapi jangan menyebutkan omong kosong dengan
mengatakan bahwa Dia seorang manusia dan guru yang agung. Ia tidak pernah memberi
pilihan itu kepada kita. Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Allah. Ia tidak membiarkan pilihan-
pilihan lain terbuka bagi manusia. Maka pernyataan-Nya haruslah salah atau benar. Karena
itu kita, setiap manusia, harus mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh.  Pertanyaan-Nya
yang dikatakan pada murid-murid-Nya, “Tetapi menurut kamu, siapakah Aku?” (Mat 16:15),
mempunyai beberapa alternatif. Pertama mari kita mempertimbangkan kemungkinan bahwa
pernyataan-Nya sebagai Allah  adalah salah. Kalau pernyataan itu salah, maka hanya
mempunyai dua alternatif saja. Entah Yesus tahu bahwa pernyataan-Nya itu salah, atau Dia
tidak mengetahuinya.
          Untuk memahami maksud Lewis, baiklah saya jelaskan kembali. Yesus menyatakan diri-
Nya sebagai Allah. Pernyataan Yesus ini mempunyai dua kemungkinan (1) Yesus berbohong (2)
Yesus jujur. Jika Yesus berbohong maka jelas Dia bukan Allah namun jika Yesus jujur maka
DIA ADALAH ALLAH. Seandainya Yesus berbohong maka masih terdapat lagi dua
kemungkinan (1) Yesus tahu/sadar bahwa Ia berbohong (2) Yesus tidak sadar/tidak tahu bahwa
Ia berbohong. Jika Yesus tahu atau dasar bahwa Ia berbohong berarti Ia dengan sengaja
membohongi pengikut-pengikut-Nya. Kalau ini yang terjadi maka tidak dapat dihindari sebuah
fakta yakni YESUS ADALAH SEORANG PENIPU ULUNG. Lalu bagaimana kalau
seandainya Yesus tidak tahu bahwa Ia sementara berbohong? Jika Yesus sementara berbohong
namun Ia tidak tahu / tidak sadar bahwa berbohong maka sesungguhnya YESUS ADALAH
SEORANG GILA.  Dengan demikian di hadapan fakta pengakuan Yesus bahwa diri-Nya
adalah Allah, kita mempunyai tiga kemungkinan : (1) YESUS ADALAH PENIPU, (2) YESUS
ADALAH ORANG GILA, (3) YESUS ADALAH ALLAH. Kita akan menyimak 3
kemungkinan ini.
 
 
Yesus Penipu?
          Apakah Yesus seorang penipu? Ya. Ia adalah seorang penipu bahkan penipu ulung
seandainya Ia mengatakan bahwa diri-Nya adalah Allah padahal sesungguhnya tidak demikian.
Namun benarkah Ia adalah seorang penipu? Jika kita mempelajari laporan-laporan Injil dengan
sikap jujur dan obyektif maka kita akan mendapat suatu kesan yang sangat kuat bahwa Yesus
adalah seorang guru moral yang sangat baik. Josh Mc. Dowell berkata : “Di manapun Yesus
diberitakan, ternyata kehidupan manusia berubah menjadi lebih baik. Ada pencuri-pencuri
yang telah berubah menjadi orang-orang yang jujur. Pecandu alkohol disembuhkan. Pendengki
menjadi saluran kasih. Dan mereka yang tidak adil menjadi orang yang adil’. (Bukan Sekedar
Tukang Kayu ; hal. 2). William Lecky, salah  seorang dari ahli-ahli sejarah Inggris yang paling
terkemuka, dan seorang lawan gigih terhadap agama Kristen yang terorganisasi, menulis :
‘  Agama Kristen terbukti bukan saja merupakan satu-satunya pola kebajikan yang tertinggi,
melainkan pula dorongan yang paling kuat bagi prakteknya …  . Catatan sederhana dari
kehidupan aktif Yesus selama tiga tahun yang singkat ini telah berjasa lebih banyak untuk
mengubah serta melunakkan manusia daripada semua pencarian para ahli filsafat dan semua
desakan dari kaum moralis’. (Lecky dalam Bart Larson : Who is Jesus ?; hal. 23). Memang
benar. Yesus adalah seorang guru moral yang sangat baik. Hal ini diakui bahkan oleh orang-
orang yang menolak keilahian-Nya. Namun persoalannya adalah bagaimana mungkin seseorang
menerima Dia sebagai seorang guru moral yang baik namun menolak pengakuan diri-Nya
sebagai Allah. Jika Yesus seorang guru moral yang baik maka Ia tidak mungkin menipu. Ia tidak
mungkin mengatakan sesuatu yang tidak benar. Ia tidak mungkin mengatakan diri-Nya sebagai
Allah kalau tidak demikian adanya. Jika Ia adalah guru moral yang sangat baik maka Ia tidak
mungkin menipu maka tentunya Ia tidak akan mengaku diri-Nya sebagai kecuali memang benar
demikian. Mengakui bahwa Yesus adalah guru moral yang baik namun menolak keilahian-Nya
adalah sebuah kontradiksi besar.  Mac Dowell menulis tentang Yesus : Seorang tokoh yang
begitu orisinal, begitu lengkap dan begitu konsisten, begitu sempurna, begitu manusiawi dan
pada saat yang sama begitu tinggi melampaui segala kebesaran umat manusia, tak mungkin
menjadi seorang penipu atau tokoh khayalan belaka. Dalam hal ini, si penyair, seperti telah
dikatakan, tentunya lebih hebat daripada si pahlawan. Diperlukan lebih daripada sekedar
seorang Yesus  untuk mengkhayalkan seorang Yesus. ( Mcd. Dowell : 2). Sejarawan Philip
Schaff mengemukakan argumen yang meyakinkan dalam melawan anggapan bahwa Yesus
adalah seorang pembohong : “Bila ditinjau dari sudut-sudut logika, akal sehat dan pengalaman,
bagaimana mungkin, seorang penipu, yaitu seorang yang penuh tipu daya, egois dan rusak
akhlak, telah menciptakan tabiat yang paling murni dan mulia yang pernah dikenal dalam
sejarah, yang begitu sempurna, yang begitu sempurna dalam hal kebenaran dan realitas, serta
berhasil mempertahankannya sejak semula sampai akhir secara konsisten? Bagaimana
mungkin Ia berhasil menciptakan dan berhasil melaksanakan suatu rencana yang tak
terbanding manfaat kebaikannya, kebesaran moralnya dan keagungannya, serta mengorbankan
hidupnya sendiri untuk hal itu, sementara menghadapi prasangka-prasangka yang paling kuat
dari bangsanya sendiri dan zamannya?(Jesus Christ ; 12). Jelas sudah, Yesus bukan seorang
penipu atau pembohong.
 
 
Yesus Orang Gila ?
          Kemungkinan kedua yang perlu dipikirkan adalah apakah Yesus orang gila ? Yesus
memang pernah dituduh sebagai orang gila oleh keluarga-Nya namun benarkah Ia seorang gila ?
Dokter Arthur P. Noyes dan Lawrence C. Kolb menggambarkan seorang yang menderita
penyakit jiwa schizophrenia sebagai orang yang sifatnya lebih terpusat pada pikiran tentang
dirinya sendiri dan dunia khayalan daripada bersifat realistis. Keinginan seorang schizophrenia
sudah melarikan diri dari dunia realistis. Apakah ini cocok dikenakan pada Yesus ? Berdasarkan
hal-hal yang kita ketahui tentang Yesus, sulit untuk dibayangkan bahwa Dia adalah orang yang
tidak waras pikiran-Nya. Dia adalah seorang laki-laki yang mengatakan sebagian ucapan-ucapan
yang artinya paling dalam yang pernah dicatat oleh manusia. Ajaran-ajaran-Nya telah
membebaskan banyak orang yang sebelumnya terikat secara mental. Clark H. Pinnock bertanya :
“Apakah Ia terkecoh tentang kebesaran-Nya itu? Apakah ia penderita paranoia, seorang yang
tak sengaja menipu, seorang schizophrenis? (Pinnock dalam Larson, hal. 17). Sekali lagi,
kecakapan dan kedalaman ajaran-ajaran-Nya mendukung kesehatan mental-Nya secara
menyeluruh. Kalau kita jujur maka kita pasti berkesimpulan bahwa Ia tidak gila. Kecuali kita
gila. Mc. Dowell mengutip kata-kata J. T. Fisher, seorang psikiater : “Seandainya kita
mengumpulkan keseluruhan artikel bermutu yang pernah ditulis para psikolog dan psikiater
yang paling berbobot tentang kesehatan mental – seandainya kita mengkombinasikan serta
memperbaikinya dan membuang segala kata yang hanya merupakan hiasan, dan seandainya
kita mengumpulkan setiap bagian dari pengetahuan ilmiah yang murni dan tidak menyeleweng
ini, yang secara tepat dan padat diungkapkan oleh para penyair paling pandai yang hidup
sekarang ini, kita akan memiliki suatu ringkasan yang janggal dan tidak lengkap dari Khotbah
di Bukit. Dan bila diperbandingkan dengan Khotbah  di Bukit, maka ringkasan itu akan sangat
tidak memadai. Selama hampir 2000 tahun dunia Kristen telah memegang dengan tangannya
jawaban yang lengkap terhadap keinginan-keinginannya yang penuh kegelisahan dan kesia-
siaan. Di sini … terdapat rancangan bagi kehidupan manusia yang dapat berhasil dengan
optimisme, kesehatan mental dan kepuasan. (Mc. Dowell : 3). Semuanya itu membuktikan
bahwa Yesus bukan orang gila. Ketika Dia mengatakan bahwa diri-Nya Allah, Ia sementara
berbicara dalam seluruh kesadaran dan kewarasan-Nya. Hanya orang gila yang mengatakan
bahwa Yesus orang gila.
 
 
Yesus Allah?
          Jika kemungkinan pertama (Yesus penipu) dan kedua (Yesus orang gila) gugur maka
hanya tinggal satu kemungkinan yakni Ia adalah Allah. Ya! Ketika Yesus mengatakan bahwa
diri-Nya adalah Allah, Ia mengatakan dengan seluruh kesadaran dan seluruh ketulusan dan
kejujuran maka kita tidak dapat menolak fakta penting bahwa Ia adalah Allah.
          Masalah dengan ketiga pilihan ini bukanlah pilihan mana yang mungkin, karena jelas
sekali bahwa ketiga-tiganya itu mungkin. Melainkan pertanyaannya adalah, “Pilihan mana yang
paling mungkin?” Siapakah Yesus Kristus menurut anda tidak boleh menjadi suatu latihan
intelektual yang iseng-iseng saja. Anda tak dapat mengesampingkan-Nya sebagai seorang guru
moral yang agung. Itu bukan pilihan yang sah. Atau bahkan Dia seorang pembohong, seorang
gila atau Tuhan dan Allah. Anda harus menentukan pilihan. “Tetapi” demikian tulis rasul
Yohanes, “Semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah
Mesias, Anak Allah, dan “ – yang lebih penting lagi – “supaya kamu oleh imanmu memperoleh
hidup dalam nama-Nya” (Yoh. 20:31). Bukti dengan jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah
Tuhan, tetapi sejumlah orang tertentu menolak bukti yang jelas ini karena implikasi-implikasi
moral yang terlibat dengannya. Mereka tak mau menghadapi tanggung-jawab atau implikasi dari
menyebut Yesus sebagai Tuhan. BAGAIMANA PENDAPAT SAUDARA?
 
* Penulis adalah Ketua Sekolah Teologia Awam (STA) – ‘PELANGI KASIH’, Pembina
“PELANGI KASIH MINISTRY”

Anda mungkin juga menyukai