Anda di halaman 1dari 318

613.

9
Ind
k

Edisi Kelima, 2015


Kriteria Kelayakan Medis
Untuk Penggunaan Kontrasepsi

KPK Kontrasepsi Pil Kombinasi Kontrasepsi


Penghalang AKDR Metode Sadar Masa Subur
Metode Amenorea Laktasi Transdermal
Tubektomi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim KSK
Sanggama Terputus AKDR-Cu untuk
kontrasepsi darurat
Vasektomi Pilar Keluarga Berencana WHO
KPK Kontr
methods IUDs Fertility ased
Penghalang
methods Lactational
Metode Amenorea Laktasi Transdermal
Tubektomi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
KSK Sanggama Terputus AKDR -Cu
untuk Kontrasepsi Darurat PP
Transdermal Vasektomi Cincin Pil
Kontrasepsi Darurat
KPK Kontrasepsi Pil Kombinasi
Kontrasepsi Penghalang AKDR Metode
Sadar Masa Subur Metode Amenorea
Laktasi Transdermal Tubektomi Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim KSK Senggama
Terputus AKDR-Cu untuk Kontrasepsi
Darurat PP Transdermal Vasektomi Cincin
Pil Kontrasepsi Darurat KPK Kontrasepsi
Penghalang AKDR Metode Sadar Masa
Subur Metode Amenorea Laktasi
Transdermal Tubektomi Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim KSK Sanggama Terputus
AKDR-Cu untuk Kontrasepsi Darurat PP
Transdermal Vasektomi Cincin Pil
Kontrasepsi Darurat
Katalog Dalam Terbitan Kementerian Kesehatan RI
613.9
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
k Kesehatan Masyarakat
Kriteria Kelayakan MedisPenggunaan Kontrasepsi.----Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI, 2018

ISBN 978-602-416-478-2

1. Judul : I. CONTRACEPTION
II. BIRTH CONTROL
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Edisi Kelima, 2015

1
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Kriteria Kelayakan Medis


Untuk Penggunaan Kontrasepsi

Diadaptasi dari buku “Medical Eligibility Criteria for


Contraceptive Use” fifth edition 2015

2
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Ketua Tim Penyunting:


dr. Ilyas Angsar, SpOG (K)
dr. Yudianto Budi Saroyo, SpOG (K)
dr. Herbert Situmorang, SpOG (K)

Anggota Tim Penyunting:


Prof. dr. Ova Emilia, M. med, SpOG (K),Ph. D
Dr. dr. Eka Rusdianto Gunardi, SpOG (K)
dr. M. Dwi Priangga SpOG
dr. Riyan Hari Kurniawan, SpOG
dr. Cepi Teguh Pramayadi, SpOG
dr. M. Adya Firmansha Dilmy, SpOG
dr. Nurhadi Rahman, SpOG
dr. Dhika Prabu Armadhanu, SpOG
dr. Eni Gustina, MPH
dr. Lovely Daisy, MKM
drg. Wara Pertiwi, MA
Rustini Floranita
dr. Tira Aswitama, MKM
Tuminah Wiratnoko, SIP, MM
Fitriani, SST, MH.Kes
dr. Wisnu Trianggono, MPH
dr. Yenni Yuliana
dr. Azora Ferolita, Akp, M,Kes
dr. Fajar Firdawati
dr. Nia Reviani, MAPS
dr. H. Asri
dr. Imma Nurliana
dr. Sarah Ratna Miriam Pratamasari
dr. Leonardo
dr. Ratna Sari Junita
dr. Golda Puspa Arini
dr. Abdul Malik Yoga Fathori
dr. Rilla Saeliputri
dr. Diany Natasha
Indah N. Mardhika, SKM, MSc.PH
Ika Permatasari, SKM
Henny Fatmawati, SKM
Nabila Salsabila, SKM
Imroatul Aflah, SKM
Evasari Br Ginting, SKM

3
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

KATA PENGANTAR

Salam Sehat!
Puji syukur kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa karena dari tahun ke
tahun akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan semakin baik,
termasuk kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana (KB). KB memiliki
kontribusi yang besar dalam upaya peningkatan kesehatan keluarga dan
merupakan salah satu pilar penting dalam upaya penurunan AKI dan AKB.
Oleh karena itu upaya peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB berbasis
bukti harus terus ditingkatkan.

Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan KB secara global, WHO pada


tahun 2015 telah merilis Four Cornerstones of Family Planning Guidance, yang
terdiri dari 4 (empat) buku pedoman, yaitu 1) Medical Eligibility Criteria For
Contraceptive Use, 2) Selected Practice Recommendation for Contraceptive
Use, 3) Family Planning A Global Handbook for Providers, dan 4) Decision-
making Tool for Family Planning Clients and Providers. Pedoman pertama dan
kedua lebih diperuntukkan bagi pengambil kebijakan, pengelola program, dan
kalangan akademisi. Sedangkan kedua pedoman terakhir lebih ditujukan
kepada petugas penyedia layanan KB.

Pada tahun 2017 Kementerian Kesehatan RI dan BKKBN bersama organisasi


profesi kesehatan (IDI, POGI, IBI) dengan dukungan WHO telah mengadaptasi
keempat pedoman KB tersebut, dengan harapan pedoman KB dari WHO
tersebut akan menjadi landasan ilmiah dan acuan dalam memberikan
pelayanan KB berbasis bukti di Indonesia. Upaya lain yang juga dilaksanakan
adalah penyeragaman nomenklantur metode-metode kontrasepsi. Hal ini
merupakan prestasi tersendiri bagi pengembangan program dan pelayanan KB
di masa yang akan datang.

Saya mengucapkan terima kasih dan menyampaikan apresiasi kepada seluruh


pihak yang telah medukung dan berkontribusi dalam proses adaptasi pedoman-
pedoman ini. Semoga ikhtiar kita dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat Indonesia selalu diridhai Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa.

Jakarta, Januari 2019


Direktur Kesehatan Keluarga
Kementerian Kesehatan RI,

dr.Eni Gustina,MPH
4
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

KRITERIA KELAYAKAN MEDIS UNTUK PENGGUNAAN KONTRASEPSI,


EDISI 2, 2015

INSTANSI/NAMA TANDA TANGAN


Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan

dr. Kirana Pritasari, MQIH

Deputi Bidang Keluarga Berencana dan …………………………………..


Kesehatan Reproduksi,
BKKBN

Dr. Ir. Dwi Listyawardani, M.Sc,


Dip.Comm

WHO Indonesia

Dr.N Paranietharan

…………………………………..

UNFPA Indonesia

Dr. Annette Sachs Robertson

5
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Ketua Umum PB POGI

dr. Ari Kusuma Januarto, SpOG(K)

…………………………………..

Ketua Pokja KB

dr. Ilyas Angsar, SpOG(K)

…………………………………..
Ketua Umum PB IDI

Dr. Daeng M Faqih, SH, MH

…………………………………..

Ketua Umum PP IBI

Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes

…………………………………..

Dasar Keluarga Berencana Berdasarkan


WHO
6
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Daftar Isi
Ucapan Terima Kasih.................................................................................................................................... 8
Kelompok Penyusun Panduan ...................................................................................................................... 8
Daftar Singkatan ......................................................................................................................................... 10
Ringkasan Eksekutif.................................................................................................................................... 13
Pengantar ................................................................................................................................................ 13
Metode penyusunan panduan ................................................................................................................ 14
Ringkasan Rekomendasi Yang Telah Ditinjau........................................................................................ 15
Bagian I Pengembangan Kriteria Kelayakan Medis untuk Penggunaan Kontrasepsi edisi Kelima
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................. 30
1.2 Metode .............................................................................................................................................. 32
1.3 Diseminasi dan evaluasi kriteria kelayakan medis untuk penggunaan kontrasepsi, edisi kelima .... 39
Rekomendasi
1.Rekomendasi untuk kontrasepsi hormonal gabungan berdasarkan kelompok usia ........................... 40
2.Rekomendasi untuk kontrasepsi hormonal kombinasi di antara wanita menyusui ............................. 49
3.Rekomendasi untuk Kontrasepsi Hormonal Kombinasi pada wanita pascapersalinan ....................... 54
4.Rekomendasi untuk kombinasi kontrasepsi hormonal di antara wanita dengan gangguan vena
superfisial ................................................................................................................................................ 59
5.Rekomendasi untuk kontrasepsi hormonal gabungan antara wanita dengan dislipidaemia ............... 63
6.Rekomendasi untuk kontrasepsi progestogen saja dan perangkat intrauterin yang melepaskan
levonorgestrel di antara wanita menyusui............................................................................................... 70
7. Rekomendasi mengenai keamanan dari depot medroxyprogesterone acetate subkutan ................. 84
8. Rekomendasi mengenai keamanan dari Sino-Implan (II)................................................................... 91
9. Rekomendasi Penggunaan Pil Kontrasepsi Darurat (PKD), termasuk dengan kondisi Obesitas dan
metode baru Ulipristal Acetate ................................................................................................................ 96
10. Rekomendasi Penggunaan AKDR pada Wanita dengan Risiko Tinggi Infeksi Menular Seksual
(IMS)...................................................................................................................................................... 102
11. Rekomendasi Penggunaan Cincin Vagina Progestin (CVP) .......................................................... 104
12. Rekomendasi Penggunaan Kontrasepsi Hormonal pada wanita risiko tinggi HIV, wanita dengan
HIV, wanita dengan HIV dan dalam terapi antiretroviral (ARV) .......................................................... 108
Bagian II Penggunaan Rekomendasi
2.1 Latar belakang ................................................................................................................................ 126
2.2 Cara Menggunakan Pedoman Ini ................................................................................................... 131
2.3 Penggunaan Kategori Pada Praktik Klinis ...................................................................................... 132
2.4 Implikasi program ............................................................................................................................ 133
2.5 Klien dengan kebutuhan khusus ..................................................................................................... 133
2.6 Ringkasan perubahan dalam buku Kriteria Kelayakan Medis Edisi Kelima ................................... 134
2.7 Tabel Rekomendasi Setiap Metode Kontrasepsi ............................................................................ 138
2.7.1 Kontrasepsi hormonal kombinasi (KHK) ...................................................................................... 140
2.7.2 Kontrasepsi progestin................................................................................................................. 189
2.7.3 Pil Kontrasepsi Darurat .............................................................................................................. 228
2.7.4 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) ...................................................................................... 231
2.7.5 AKDR-Cu sebagai kontrasepsi darurat ....................................................................................... 255
2.7.6 Cincin vagina progesteron bagi ibu menyusui ......................................................................... 256
2.7.7 Kontrasepsi Penghalang ............................................................................................................ 258
2.7.8. Metode sadar masa subur ......................................................................................................... 271
2.7.9 Metode amenorea laktasi (MAL) ................................................................................................ 274
2.7.10 Senggama Terputus............................................................................................................... 276
2.7.11 Prosedur vasektomi, tubektomi ................................................................................................. 277
2.7.12 Tabel Ringkasan .................................................................................................................... 297
Tambahan 1: Deklarasi Keminatan ............................................................................................................. 311
Tambahan 2: Tinjauan Sistematik ............................................................................................................... 313

7
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

(Khon Kaen University, Thailand), Francesca


Ucapan Terima Kasih Martinez (Institut Universitari Dexeus, Spain)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ingin Olav Meirik (Institute Chileno de Medicina
mengucapkan terima kasih kepada anggota Reproductiva, Chile), Suneeta Mittal (Fortis
Kelompok penyusun panduan (Guideline Memorial Research Institute, India), Herbert
Development Group) dan Sekretariat Bukti Peterson (University of North Carolina, USA),
untuk kontribusi mereka di seluruh aspek Maria Ascunsion Silvestre (University of the
pengembangan rekomendasi ini. WHO Philippines, the Philippines), Regine Sitruk-
mengadakan tiga konsultasi (13–16 Mei 2013, Ware (Population Council, USA), Marja-Riitta
9–12 Maret 2014 dan 24–25 September Taskinen (University of Helsinki, Finland),
2014) untuk menyelesaikan edisi kelima Tran Son Thach (University of Adelaide,
Kriteria Kelayakan Medis untuk Penggunaan Australia), Carolyn Westhoff (Columbia
kontrasepsi. Semua anggota Kelompok University, USA), Wu Shangchun (National
penyusun panduan dan Sekretariat Bukti Research Institute for Family Planning,
berpartisipasi dalam setidaknya satu dari tiga China).
konsultasi. WHO sangat berterima kasih atas
saran-saran yang diberikan oleh rekan-rekan
Sekretariat
yang menelaah draf pedoman sebelumnya
sebagai anggota Kelompok Peninjau
Erin Berry-Bibee (United States Centers for
Eksternal. Nama-nama peserta di masing-
Disease Control and Prevention [CDC]),
masing kelompok tercantum di bawah ini.
Remy Coeytaux (Duke University, USA)
Kathryn Curtis (CDC), Tara Jatlaoui (CDC),
Kelompok Penyusun Panduan Kavita Nanda (FHI 360), Chelsea Polis
Richard Adanu (University of Ghana, Ghana), (United States Agency for International
Eliana Amaral (State University of Campinas, Development [USAID]), Halley Riley (CDC),
Brazil), Jean-Jacques Amy (European Society Naomi Tepper (CDC), Rachel Peragallo
for Contraception and Reproductive Health, Urrutia (University of North Carolina, USA).
Belgium), Sharon Cameron (University of
Edinburgh, United Kingdom of Great Britain Partners
and Northern Ireland [United Kingdom]), • European Medicines Agency (EMA) –
Tsungai Chipato (University of Zimbabwe, Peter Arlett, Corinne de Vries, Julie
Zimbabwe), Roger Chou (Oregon Health Williams
Sciences University, United States of America • International Confederation of Midwives
[USA]), Jacqueline Conard (Hopital (ICM) – Maria Papadopoulou
Universitaire de Paris – Hotel Dieu, France), • International Federation of Gynecology and
Maria del Carmen Cravioto (National Institute Obstetrics (FIGO)– Hamid Rushwan
of Nutrition Salvador Zubiran, Mexico), Marc • United Nations Population Fund (UNFPA)–
Dhont (Ghent University Hospital, Belgium), Sennen Hounton
Alison Edelman (Oregon Health Sciences • United States Food and Drug
University, USA), Faysel El-Kak (American Administration (FDA) – Lisa Soule
University of Beirut, Lebanon), Mohammed • United States National Institutes of Health
Eslami (Ministry of Health and Education, (NIH) – Alicia Armstrong, Trent MacKay
Islamic Republic of Iran), Karima Gholbzouri • USAID – Patricia MacDonald, James
(Ministry of Health, Morocco), Gathari Gichuhi Shelton
(Jhpiego, Kenya), Anna Glasier (University of
Edinburgh, United Kingdom), Andy Gray
(University of KwaZulu-Natal, South Africa),
Philip Hannaford (University of Aberdeen,
Kelompok Peer Review Eksternal
Anna Altshuler (Stanford University, USA),
United Kingdom), Caitlin Kennedy (Johns
Parnian Andalib (Ministry of Education,
Hopkins University, USA), Pisake Lumbiganon
`N `(Stanford University, USA), Vivian Brache

8
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

(Profamilia, Dominican Republic), Caroline WHO Regional Office for the Americas (Pan
Phiri Chibawe (Ministry of Health, Zambia), American Health Organization) – Suzanne
Roy Jacobstein (EngenderHealth, USA), Helle Serruya
Karro (Tartu University, Estonia), Vinit Sharma
(UNFPA Asia Pacific Regional Office, WHO Regional Office for South-East Asia –
Thailand), Bulbul Sood (Jhpiego, India), Arvind Mathur
Elizabeth Sullivan (University of Sydney,
Australia), Nonkosi Tlale (UNFPA, Lesotho), WHO Regional Office for the Western Pacific
Ilze Viberga (University of Latvia, Latvia), – Wen Chunmei
Eliya Zulu (African Institute for Development
Policy, Kenya). Koordinator Utama
Sekretariat WHO WHO Department of Reproductive Health and
Research – Mary Lyn Gaffield. Theresa Ryle
WHO headquarters menyediakan koordinasi dan bantuan logistik.

Department of Essential Medicines and Health Penulisan


Products – Nicola Magrini, Lembit Ragu
Naskah pertama dari pedoman ini ditulis oleh
Department of HIV – Rachel Baggaley Erin Berry-Bibee, Kathryn Curtis, Monica
Dragoman, Mary Lyn Gaffield, Tara Jatlaoui,
Department of Management of Caron Kim, Halley Riley, dan Naomi Tepper.
Noncommunicable Diseases, Draf direview dan masukan diberikan oleh
Disability, Violence & Injury Prevention– Maria anggota Kelompok penyusun panduan,
Alarcos Cieza Moreno penelaah sejawat dan staf Sekretariat WHO.
14 tinjauan sistematis memberikan bukti yang
Department of Maternal, Newborn, Child and diringkas untuk panduan itu ditulis bersama
Adolescent Health– Nigel Rollins oleh Erin Berry-Bibee, Remy Coeytaux,
Kathryn Curtis, Monica Dragoman, Mary Lyn
Department of Reproductive Health and Gaffield, Philip Hannaford, Vic Hasselblad,
Research – Moazzam Ali, Keri Barnett-Howell Tara Jatlaoui, Caron Kim, Evan Myers, Kavita
(volunteer), Venkatraman Chandra- Nanda, Sharon Phillips, Chelsea Polis,
Mouli, Shannon Carr (volunteer), Monica Elizabeth Raymond, Halley Riley, Petrus
Dragoman, Mario Festin, Mary Lyn Gaffield, Steyn, Naomi Tepper, Abigail Norris Turner,
Rajat Khosla, Caron Kim, Sharon Phillips, Rachel Peragallo Urrutia dan Daniel
Maria Rodriguez, Theresa Ryle, Petrus Steyn, Westreich. Tabel GRADE dan keahlian di
Marleen Temmerman, Teodora Wi GRADE metodologi disediakan oleh Roger
Chou. Statistik keahlian untuk meta-analisis
WHO regional offices disediakan oleh Rochelle Fu. Teknis dan
copy-editing disediakan oleh Jura Editorial
WHO Regional Office for Africa – Leopold Layanan (jura-eds.com) dan Green Ink,
Ouedraogo Inggris (greenink.co.uk).

WHO Regional Office for the Eastern Pendanaan


Mediterranean – Ramez Mahaini (unable to
attend) Pengembangan pedoman ini didukung secara
finansial oleh Lembaga Kesehatan Nasional
WHO Regional Office for Europe – Gunta Nasional (NIH) dan Badan Amerika Serikat
Lazdane untuk Pembangunan Internasional (USAID)

9
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Daftar Singkatan
ART antiretroviral therapy PKD emergency contraceptive pill
ARV antiretroviral (medication) (Kontrasepsi Darurat)
s-hCG beta-human chorionic gonadotropin EE ethinyl estradiol
BF breastfeeding E-IUD emergency intrauterine device
BMD bone mineral density EMA European Medicines Agency
BMI body mass index ETG etonogestrel
C continuation FAB fertility awareness-based methods
CD4 cluster of differentiation 4 FDA United States Food and Drug
CDC United States Centers for Disease Administration
Control and Prevention KPP Kelompok Penyusun Panduan
KHK Kontrasepsi Hormonal Kombinasi GRADE Grading Recommendations,
CI coitus interruptus (senggama Assessment, Development and
terputus) Evaluation
KSK Kontrasepsi Suntik Kombinasi GRC Guidelines Review Committee
CIRE Continuous Identification of GSG Guideline Steering Group
Research Evidence HbA1c glycated haemoglobin
KPK Kontrasepsi Pil Kombinasi HDL high-density lipoprotein
CRPD United Nations Convention on the I initiation
Rights of Persons with Disabilities ICPD International Conference on
AKDR-Cu Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Population and Development
yang mengandung Tembaga IUD intrauterine device
CVR combined contraceptive vaginal ring LAM lactational amenorrhoea method
(Cincin Vagina Kontrasepsi LDL low-density lipoprotein
Kombinasi) LNG levonorgestrel
CYP3A4 cytochrome P450 3A4 enzyme AKDR-LNG levonorgestrel-releasing
DMPA depot medroxyprogesterone intrauterine device
acetate MEC Medical eligibility criteria for
DMPA-IM depot medroxyprogesterone contraceptive use (WHO publication)
acetate –intramuscular MI myocardial infarction
DMPA-SC depot medroxyprogesterone NA not applicable
acetate –subcutaneous NET-EN norethisterone enanthate
DVT deep vein thrombosis NIH National Institutes of Health (United

10
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

States of America) UNFPA United Nations Population Fund


NNRTI non-nucleoside reverse UNICEF United Nations Children’s Fund
transcriptase inhibitor UPA ulipristal acetate
NRTI nucleoside/nucleotide reverse USAID United States Agency for
transcriptase inhibitor International Development
OC oral contraceptive (pill) VTE venous thromboembolism
KHKT Kontrasepsi Hormonal Kombinasi WHO World Health Organization
Transdermal
PE pulmonary embolism
PI protease inhibitor
PID pelvic inflammatory disease
PICO population, intervention,
comparator, outcome
POC progestogen-only contraceptive
(Kontrasepsi Progestogen)
POI progestogen-only injectable
POP progestogen-only pill
PRISMA Preferred reporting items for
systematic reviews and meta-
analyses
PVR progesterone-releasing vaginal ring
(Cincin Vaginal Progesteron)
RCT randomized controlled trial
SI(I)/SI(II) Sino-implant (I) / Sino-implant (II)
SLE systemic lupus erythematosus
SPR Selected practice recommendations
for contraceptive use; Rekomendasi
Praktik Terpilih
STER sterilization (male and female)
STI sexually transmitted infection
SVT superficial venous thrombosis
UN United Nations
UNDP United Nations Development
Programme

11
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

12
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Ringkasan Eksekutif levonorgestrel (LNG) dan etonogestrel (ETG),


Kontrasepsi darurat (KD), Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim-Tembaga (AKDR-Cu), Alat
Pengantar Kontrasepsi Dalam Rahim-levonogestrel
(AKDR-LNG), Kontrasepsi Darurat AKDR,
Cincin Vaginal Progesteron (CVP),
Dokumen ini adalah bagian dari proses untuk Kontrasepsi Penghalang, Pantang Berkala
meningkatkan kualitas perawatan dalam cara Standard Days Method (SDM), Metode
keluarga berencana. Kriteria Kelayakan Medis Amenorea Laktasi (MAL), Senggama
untuk Penggunaan Kontrasepsi (MEC) edisi terputus, dan Vasektomi/Tubektomi.
pertama diterbitkan pada tahun 1996, yang
menyajikan panduan tentang keamanan 1 “Kombinasi” merujuk pada kombinasi dari ethinyl estradiol dan pro-
gesteron
berbagai metode kontrasepsi untuk digunakan
menurut konteks kondisi kesehatan tertentu.
Edisi ini adalah edisi kelima dari MEC dalam Untuk setiap karakteristik atau kondisi medis
rangkaian pembaruan berkala. yang relevan, metode kontrasepsi
ditempatkan ke dalam salah satu dari empat
Dalam MEC, keamanan setiap metode kategori. Tergantung pada individu, lebih dari
kontrasepsi ditentukan oleh beberapa satu kondisi mungkin perlu dipertimbangkan
pertimbangan dalam konteks kondisi medis bersama untuk menentukan kelayakan
atau karakteristik medis yang terkait; terutama kontrasepsi. Kondisi dan karakteristik ini
apakah metode kontrasepsi memperburuk meliputi: usia, jumlah minggu/bulan
kondisi medis atau menciptakan risiko pascapersalinan, status menyusui,
kesehatan tambahan, dan apa keadaan tromboemboli vena, penyakit vena superfisial,
medis yang membuat metode kontrasepsi dislipidemia, sepsis purpuralis, kehamilan
kurang efektif. Keamanan dari metode ini ektopik sebelumnya, riwayat penyakit
harus dipertimbangkan bersama dengan kardiovaskular berat, migrain, penyakit hati
manfaat mencegah kehamilan yang tidak berat, penggunaan CYP3A4 inducer,
diinginkan. penggunaan ulang PKD, pemerkosaan,
obesitas, peningkatan risiko infeksi menular
Edisi kelima MEC ini dibagi menjadi dua seksual, risiko tinggi infeksi HIV, klien dengan
bagian. Bagian I menjelaskan bagaimana HIV, penggunaan terapi antiretroviral.
rekomendasi dikembangkan dan Bagian II
berisi rekomendasi dan menjelaskan cara Kategori MEC untuk kelayakan
penggunaannya. Rekomendasi yang kontrasepsi
terkandung dalam dokumen ini didasarkan 1 Kondisi yang tidak ada batasan untuk
pada data klinis dan epidemiologi terbaru. penggunaan metode kontrasepsi
Beberapa alat bantu kerja tersedia baik dari 2 Suatu kondisi dimana keuntungan
WHO maupun sumber lain untuk membantu menggunakan metode
penyedia layanan menggunakan rekomendasi umumnya lebih besar daripada risiko,
ini di tempat praktek. baik secara teoritis maupun terbukti
3 Suatu kondisi dimana risiko teoritis
Dokumen ini mencakup perencanaan atau terbukti biasanya lebih besar
keluarga berikut. Metode: dosis rendah (≤ 35 daripada keuntungan menggunakan
mcg ethinyl estradiol) gabungan1 Kontrasepsi metode ini
pil kombinasi (KPK), Kontrasepsi hormonal 4 Suatu kondisi yang memiliki risiko
kombinasi transdermal (KHKT), Cincin Vagina kesehatan yang tidak dapat diterima
Kontrasepsi Kombinasi, Kontrasepsi Suntik jika metode kontrasepsi digunakan.
Kombinasi (KSK), Kontrasepsi Progestin (KP),
depot medroxyprogesterone acetate (DMPA),
norethisterone enanthate (NET-EN), implan

13
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

dan (d) dua topik untuk memberikan


Target audiens penjelasan lebih bagi rekomendasi dalam
edisi keempat yang berkaitan dengan topik-
topik ini, atas permintaan Komite Peninjauan
Audiens yang dituju untuk publikasi ini
Pedoman. Oleh karena itu, rekomendasi
meliputi pembuat kebijakan, manajer program
untuk total 14 topik ditinjau pada edisi kelima
perencanaan keluarga dan komunitas ilmiah.
MEC.
MEC bertujuan untuk memberikan panduan
untuk program keluarga berencana dan
KPP mempertimbangkan kualitas keseluruhan
kesehatan reproduksi nasional dalam
dari bukti ilmiah yang tersedia, memberikan
penyusunan pedoman untuk layanan
perhatian khusus pada kekuatan dan
kontrasepsi. Dokumen ini tidak dimaksudkan
konsistensi data, menurut pendekatan
untuk berfungsi sebagai pedoman yang
Grading Recommendations, Assessment,
sebenarnya tetapi lebih sebagai referensi.
Development and Evaluation (GRADE) untuk
peninjauan bukti.2 Untuk merumuskan
Panduan dalam dokumen ini dimaksudkan
rekomendasi menggunakan empat Kategori
untuk diinterpretasikan di tingkat negara dan
MEC untuk kelayakan kontrasepsi, KPP
program, dengan cara yang mencerminkan
mempertimbangkan potensi bahaya terkait
keragaman situasi dan pengaturan di mana
penggunaan kontrasepsi, profil bukti GRADE,
kontrasepsi disediakan. Meskipun tidak
manfaat mencegah kehamilan yang tidak
mungkin klasifikasi kategori dalam dokumen
diinginkan, dan menerapkan pendekatan
ini akan berubah selama proses ini, sangat
terhadap nilai dan preferensi yang
mungkin bahwa penerapan kategori-kategori
memprioritaskan ketersediaan berbagai
ini di tingkat negara akan bervariasi. Secara
pilihan kontrasepsi. KPP dalam mencapai
khusus, tingkat pengetahuan klinis dan
keputusannya menggunakan konsensus,
pengalaman berbagai jenis penyedia dan
yang melibatkan diskusi, debat dan konsultasi
sumber daya yang tersedia di titik layanan
dengan para ahli untuk merekonsiliasi
pengiriman harus dipertimbangkan.
perselisihan. Untuk rekomendasi tertentu,
KPP menambahkan pernyataan klarifikasi
untuk memberikan penjelasan atau panduan
Metode penyusunan panduan lebih lanjut tentang interpretasi klasifikasi
numerik. Untuk setiap metode kontrasepsi,
Kelompok Penyusun Panduan (KPP), yang KPP mempertimbangkan potensi manfaat dan
diselenggarakan oleh WHO pada 14–15 Mei risiko penggunaannya sehubungan dengan
2013, 9–12 Maret 2014 dan 24–25 September masing-masing kondisi medis atau fisiologis
2014, terdiri dari 68 individu yang mewakili yang relevan secara medis atau karakteristik
berbagai pemangku kepentingan. Mandat pribadi (seperti usia, menyusui, status
mereka adalah untuk meninjau dan, jika perlu, merokok).
merevisi panduan dalam edisi keempat MEC
untuk mengembangkan edisi kelima. Bukti yang terbaru. Dalam banyak contoh,
tidak ada bukti baru yang telah teridentifikasi
Untuk proses revisi ini, KPP memprioritaskan sejak penerbitan edisi keempat MEC (2009),
penelaahan terhadap: (a) enam topik yang atau bukti yang muncul sejak publikasi
dianggap penting untuk bidang dan/atau tersebut menegaskan temuan penelitian
topik-topik dengan bukti baru yang dapat sebelumnya. Oleh karena itu, dalam banyak
menjamin perubahan dalam rekomendasi kasus rekomendasi yang diterbitkan dalam 2
yang ada; (b) dua topik di mana panduan edisi keempat telah ditinjau dan dikonfirmasi
sementara dikeluarkan setelah penerbitan oleh KPP tanpa perubahan yang dibuat.
edisi keempat; (c) rekomendasi kelayakan Untuk rekomendasi tersebut yang tidak
kontrasepsi untuk memasukkan empat berubah, Sekretariat WHO memperbarui
metode kontrasepsi baru dalam edisi kelima; pernyataan bukti, referensi dan kutipan yang

14
2
Informasi lebih lanjut tersedia di situs web kelompok
kerja GRADE:
http://www.gradeworkinggroup.org/index.htm
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

muncul dalam tabel metode kontrasepsi di


Bagian II. Informasi lebih lanjut tersedia di situs web kelompok
kerja GRADE:
http://www.gradeworkinggroup.org/index.htm
WHO akan memulai tinjauan rekomendasi
dalam dokumen ini dalam empat tahun. Untuk
sementara, WHO akan terus memantau
badan bukti yang memberi tahu rekomendasi
ini dan akan mengadakan konsultasi
tambahan, jika diperlukan, jika bukti baru
mengharuskan peninjauan ulang terhadap
rekomendasi yang ada. Pembaruan semacam
itu mungkin terutama diperlukan untuk
masalah di mana basis bukti dapat berubah
dengan cepat. Rekomendasi sementara ini
akan tersedia di laman web WHO untuk
kesehatan seksual dan reproduksi. WHO
mendorong penelitian untuk mengatasi isu-isu
penting yang belum terselesaikan terkait
dengan menetapkan kriteria kelayakan medis
untuk penggunaan kontrasepsi. WHO juga
mengundang komentar dan saran untuk
meningkatkan panduan ini.

Ringkasan Rekomendasi Yang Telah


Ditinjau

Empat belas topik (mencakup lebih dari 575


rekomendasi) telah ditinjau oleh KPP selama
revisi MEC 2014 (lihat Tabel 1). Pendekatan
GRADE diterapkan untuk menilai kualitas
bukti yang tersedia, dan memberikan dasar
untuk perumusan rekomendasi (lihat kolom
pusat). Untuk beberapa topik, beberapa hasil
yang menarik dan / atau metode kontrasepsi
diperiksa. Untuk topik ini, penilaian GRADE
tentang kualitas bukti disajikan, baik penilaian
tunggal atau berupa rentang (lihat kolom
terakhir). Penjelasan tentang proses yang
diikuti untuk memilih dan memprioritaskan
topik ini termasuk dalam Bagian I dokumen,
bagian 1.2: Metode, hal 3–7 (Tabel 1.1).
Selain rekomendasi yang ditunjukkan pada
Tabel 1, semua rekomendasi lainnya
dikonfirmasi oleh KPP dan tidak menjalani
tinjauan resmi untuk edisi kelima MEC yang
diperbarui. Ringkasan perubahan antara edisi
keempat dan kelima dari dokumen ini tersedia
di Bagian II, bagian 2.6, hal 93-96.

15
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Tabel 1. Topik yang ditinjau untuk kriteria kelayakan medis untuk penggunaan
kontrasepsi (MEC), edisi kelima
PENILAIAN GRADEa
TOPIK REKOMENDASI MEC
TERHADAP KUALITAS BUKTI

1. Rekomendasi untuk kombinasi penggunaan kontrasepsi hormonal (KHK) berdasarkan


kelompok usia
(KHK termasuk kontrasepsi oral kombinasi, kontrasepsi suntik kombinasi, patch gabungan dan
gabungan cincin vagina)
< 40 tahun Wanita dari menarche sampai usia 40 tahun Jangkauan: Rendah hingga
dapat menggunakan KHK tanpa batasan (MEC sangat rendah
Kategori 1).
≥ 40 tahun Wanita 40 tahun dan lebih tua umumnya dapat
menggunakan KHK (MEC Kategori 2).
2. Rekomendasi untuk penggunaan KHK di kalangan wanita menyusui

< 6 minggu Wanita menyusui <6 minggu pascapersalinan Jangkauan: Rendah hingga
pascapersalinan tidak boleh menggunakan KHK (MEC Kategori sangat rendah
4).
≥ 6 minggu Wanita menyusui ≥ 6 minggu sampai <6 bulan
sampai < 6 bulan pascapersalinan (terutama menyusui)
pascapersalinan umumnya tidak boleh menggunakan KHK
(MEC Kategori 3).
≥ 6 bulan Wanita menyusui ≥ 6 bulan pascapersalinan
pascapersalinan umumnya dapat menggunakan KHK (MEC
Kategori 2).
3. Rekomendasi untuk penggunaan KHK di antara wanita pascapersalinan
<21 hari Wanita yang <21 hari pascapersalinan dan Jangkauan: Rendah hingga
pascapersalinan tidak memiliki faktor risiko lain untuk VTE sangat rendah
tanpa faktor risiko umumnya tidak boleh menggunakan KHK
lain untuk (MEC Kategori 3).
tromboemboli
vena (VTE)
<21 hari Wanita yang <21 hari pascapersalinan dengan
pascapersalinan faktor risiko lain untuk VTE tidak boleh
tanpa faktor risiko menggunakan KHK (MEC Kategori 4).
lain untuk
tromboemboli
vena (VTE)
≥ 21 hari hingga Wanita yang ≥ 21 hari sampai 42 hari
42 hari pascapersalinan tanpa faktor risiko lain untuk
pascapersalinan VTE umumnya dapat menggunakan KHK
tanpa faktor risiko (MEC Kategori 2).
lain untuk VTE
≥ 21 hari hingga Wanita yang ≥ 21 hari sampai 42 hari
42 hari pascapersalinan dengan faktor risiko lain untuk
pascapersalinan VTE umumnya tidak boleh menggunakan KHK
dengan faktor (MEC Kategori 3).
risiko lain untuk
VTE
> 42 hari Wanita yang> 42 hari pascapersalinan dapat
pascapersalinan menggunakan KHK tanpa batasan (MEC
Kategori 1).

16
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

PENILAIAN GRADEa
TOPIK REKOMENDASI MEC
TERHADAP KUALITAS BUKTI
4. Rekomendasi untuk penggunaan KHK di antara wanita dengan gangguan vena superfisial
Varises vena Wanita dengan varises dapat menggunakan Sangat rendah
KHK tanpa batasan (MEC Kategori 1).
Trombosis vena Wanita dengan SVT umumnya dapat
superfisial (SVT) menggunakan KHK (MEC Kategori 2).
a Penilaian GRADE termasuk kategori kualitas yang sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi. Ketika rentang
disajikan, rentang mencerminkan penilaian kualitas GRADE di seluruh hasil yang penting dan / atau metode
kontrasepsi. Lihat tabel GRADE spesifik di Bagian I, bagian 1.4: Rekomendasi yang ditinjau (hal. 8–82) untuk hasil
yang dieksplorasi.

17
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

PENILAIAN GRADEA
TOPIK REKOMENDASI MEC
TERHADAP KUALITAS BUKTI

5. Rekomendasi untuk penggunaan KHK di antara wanita dengan dislipidaemia yang diketahui
Dislipidaemia yang Wanita dengan dislipidaemia yang Sangat rendah; ditinjau untuk
diketahui tanpa faktor risiko diketahui tanpa faktor risiko kejelasan seperti yang diminta
kardiovaskular lain yang kardiovaskular yang dikenal lainnya oleh GRC
diketahui umumnya dapat menggunakan KHK
(MEC Kategori 2).
6. Rekomendasi untuk penggunaan kontrasepsi progestogen dan Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim mengandung Levonogestrel (AKDR-LNG) di antara wanita menyusui
6a. Penggunaan kontrasepsi progestogen di antara ibu yang menyusui (kontrasepsi
progestogen termasuk pil progestogen, implan dan suntikan)
< 6 minggu Wanita menyusui yang <6 minggu Jangkauan: Rendah hingga
pascapersalinan pascapersalinan umumnya dapat sangat rendah
menggunakan pil progestogen saja
(POPs) dan implan levonorgestrel
(LNG) dan etonogestrel (ETG)
(MEC Kategori 2).

Wanita menyusui yang <6 minggu


pascapersalinan umumnya tidak
boleh menggunakan injeksi
progestogen saja (POI) (DMPA atau
NET-EN) (MEC Kategori 3).
≥ 6 minggu sampai < 6 Wanita menyusui yang ≥ 6 minggu
bulan pascapersalinan sampai <6 bulan bulan pascapartum
dapat menggunakan POPs, POI, dan
implan LNG dan ETG tanpa
pembatasan (MEC Kategori 1).
≥ 6 bulan pascapersalinan Wanita menyusui yang ≥ 6 bulan
postpartum dapat menggunakan
POPs, POI, dan implan LNG dan
ETG tanpa pembatasan (MEC
Kategori 1).
6b. Penggunaan AKDR-LNG di kalangan wanita menyusui
< 48 jam pascapersalinan Wanita yang <21 hari Jangkauan: Rendah hingga
pascapersalinan dan tidak memiliki sangat rendah
faktor risiko lain untuk VTE umumnya
tidak boleh menggunakan KHK
(MEC Kategori 3).
≥ 48 jam sampai dengan < Wanita yang <21 hari
4 minggu pascapersalinan pascapersalinan dengan faktor risiko
lain untuk VTE tidak boleh
menggunakan KHK (MEC Kategori
4).
≥ 4 minggu Wanita yang ≥ 21 hari sampai 42 hari
pascapersalinan pascapersalinan tanpa faktor risiko
lain untuk VTE umumnya dapat
menggunakan KHK (MEC Kategori
2).

18
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Sepsis puerperial Wanita yang ≥ 21 hari sampai 42 hari


pascapersalinan dengan faktor risiko
lain untuk VTE umumnya tidak boleh
menggunakan KHK (MEC Kategori
3).
7. Rekomendasi untuk penggunaan medroxyprogesterone acetate depot subkutan yang
diberikan secara subkutan (DMPA-SC) - metode baru ditambahkan ke pedoman
Seluruh rekomendasi Rekomendasi untuk DMPA-SC akan Sangat rendah
mengikuti rekomendasi saat ini untuk
DMPA-IM (intramuscular).
8. Rekomendasi untuk Sino-implant (II) - metode baru ditambahkan ke pedoman
Seluruh rekomendasi Rekomendasi untuk Sino-implant (II) Jangkauan: Sedang hingga
akan mengikuti rekomendasi saat ini sangat rendah
untuk implan LNG
a Penilaian GRADE termasuk kategori kualitas yang sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi. Ketika rentang
disajikan, rentang mencerminkan penilaian kualitas GRADE di seluruh hasil yang penting dan / atau metode
kontrasepsi. Lihat tabel GRADE spesifik di Bagian I, bagian 1.4: Rekomendasi yang ditinjau (hal. 8–82) untuk hasil
yang dieksplorasi.

19
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

PENILAIAN GRADEA
TOPIK REKOMENDASI MEC
TERHADAP KUALITAS BUKTI

9. Rekomendasi untuk pil kontrasepsi darurat (PKDs) - ulipristal asetat (UPA) sebagai metode
baru ditambahkan ke pedoman dan obesitas sebagai kondisi baru untuk penggunaan PKD
Kehamilan Untuk wanita hamil, penggunaan PKD Sangat rendah
tidak berlaku.
Menyusui Wanita menyusui dapat menggunakan
pil kontrasepsi oral kombinasi (KPK)
atau LNG untuk PKD tanpa
pembatasan (MEC Kategori 1).

Wanita yang sedang menyusui


umumnya dapat menggunakan UPA
untuk PKD (MEC Kategori 2).
Riwayat kehamilan ektopik Wanita yang telah mengalami
kehamilan ektopik masa lalu dapat
menggunakan KPK, LNG atau UPA
untuk PKD tanpa pembatasan (MEC
Kategori 1).
Riwayat penyakit Wanita dengan riwayat penyakit
kardiovaskular yang berat kardiovaskular berat, termasuk
penyakit jantung iskemik, serangan
serebrovaskular atau kondisi
tromboemboli lainnya, umumnya dapat
menggunakan KPK, LNG atau UPA
untuk PKD (MEC Kategori 2).
Migrain Wanita dengan migrain umumnya
dapat menggunakan KPK, LNG atau
UPA untuk PKD (MEC Kategori 2).
Penyakit hepar berat Wanita dengan penyakit hati berat,
termasuk penyakit kuning (karakteristik
pribadi dan tanda penyakit hati
sebelum diagnosis), umumnya dapat
menggunakan KPK, LNG atau UPA
untuk PKD (MEC Kategori 2).
Penggunaan agen induksi Wanita yang menggunakan
CYP3A4 penginduksi CYP3A4 dapat
menggunakan KPK, LNG atau UPA
untuk PKD tanpa pembatasan (MEC
Kategori 1).
Penggunaan PKD berulang Tidak ada pembatasan penggunaan
berulang untuk KPK, LNG atau UPA
untuk PKD (MEC Kategori 1).
Perkosaan Tidak ada pembatasan untuk
penggunaan KPK, LNG atau UPA
untuk PKD dalam kasus perkosaan
(MEC Kategori 1).
Obesitas Wanita yang mengalami obesitas Sedang
dapat menggunakan KPK, LNG atau
UPA untuk PKD tanpa batasan (MEC
Kategori 1).

20
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

PENILAIAN GRADEA
TOPIK REKOMENDASI MEC
TERHADAP KUALITAS BUKTI

10. Intrauterine device (IUD) digunakan untuk wanita dengan peningkatan risiko infeksi menular
seksual (IMS)
Inisiasi IUD Banyak wanita dengan peningkatan Tidak ada bukti baru yang
risiko IMS umumnya dapat menjalani teridentifikasi, sehingga
AKDR-Cu (Cu-IUD) atau inisiasi kualitas bukti tidak dievaluasi
AKDR-LNG (MEC Kategori 2). menggunakan proses GRADE;
Beberapa wanita dengan peningkatan ditinjau untuk kejelasan seperti
risiko (kemungkinan individu yang yang diminta oleh GRC
sangat tinggi) dari IMS umumnya
seharusnya tidak memiliki IUD
dimasukkan sampai pengujian yang
tepat dan pengobatan terjadi (MEC
Kategori 3).
IUD lanjutan Wanita dengan peningkatan risiko IMS
umumnya dapat terus menggunakan
baik AKDR-Cu atau AKDR-LNG (MEC
Kategori 2).
a Penilaian GRADE termasuk kategori kualitas yang sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi. Ketika rentang
disajikan, rentang mencerminkan penilaian kualitas GRADE di seluruh hasil yang penting dan / atau metode
kontrasepsi. Lihat tabel GRADE spesifik di Bagian I, bagian 1.4: Rekomendasi yang ditinjau (hal. 8–82) untuk hasil
yang dieksplorasi.

21
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

PENILAIAN GRADEA
TOPIK REKOMENDASI MEC
TERHADAP KUALITAS BUKTI

11. Rekomendasi untuk penggunaan cincin vaginal progesteron - metode baru ditambahkan ke
pedoman
Menyusui dan ≥ 4 minggu Wanita yang aktif menyusui dan Rendah
pascapersalinan ≥ 4 minggu pascapartum dapat
menggunakan cincin vaginal
progesteron tanpa pembatasan
(MEC Kategori 1).
12. Rekomendasi untuk penggunaan kontrasepsi hormonal bagi wanita yang berisiko tinggi
terinfeksi HIV, wanita yang hidup dengan HIV, dan wanita yang hidup dengan HIV
menggunakan terapi antiretroviral (ART)
12a. Wanita yang berisiko Wanita yang berisiko tinggi Jangkauan: Sedang hingga
tinggi terinfeksi HIV tertular HIV dapat menggunakan sangat rendah
metode kontrasepsi hormonal
berikut tanpa pembatasan:
KPKs, gabungan kontrasepsi
suntik (CIC), gabungan patch
dan cincin kontrasepsi, POPs,
POI (DMPA dan NET-EN), dan
implan LNG dan ETG (MEC
Kategori 1)

Wanita yang berisiko tinggi


tertular HIV umumnya dapat
menggunakan AKDR-LNG
(MEC Kategori 2).
12b. Wanita yang hidup Wanita yang hidup dengan Jangkauan: Sedang hingga
dengan penyakit klinis tanpa penyakit klinis HIV tanpa gejala sangat rendah
gejala atau ringan (stadium 1 atau ringan (stadium 1 atau 2
atau 2 WHO) WHO) dapat menggunakan
metode kontrasepsi hormonal
berikut tanpa pembatasan:
KPKs, CIC, kombinasi patch
dan cincin kontrasepsi, POPs,
POI (DMPA dan NET-EN), dan
LNG dan Implan ETG (MEC
Kategori 1).

Wanita yang hidup dengan


penyakit klinis tanpa gejala atau
ringan (stadium 1 atau 2 WHO)
umumnya dapat menggunakan
AKDR-LNG (MEC Kategori 2).
12c. Wanita yang hidup Wanita yang hidup dengan
dengan penyakit klinis HIV penyakit klinis HIV berat atau
berat atau lanjut (stadium 3 lanjut (WHO tahap 3 atau 4)
atau 4 WHO) dapat menggunakan metode
kontrasepsi hormonal berikut
tanpa pembatasan: KPK, CIC,
kombinasi patch dan cincin
kontrasepsi, POPs, POI (DMPA

22
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

dan NET-EN), dan LNG dan


Implan ETG (MEC Kategori 1).

Wanita yang hidup dengan


penyakit klinis HIV berat atau
lanjut (WHO tahap 3 atau 4)
umumnya tidak boleh memulai
penggunaan AKDR-LNG (MEC
Kategori 3) sampai penyakit
mereka telah membaik menjadi
asimptomatik atau penyakit
klinis HIV ringan (WHO tahap 1
atau 2).

Wanita yang sudah memiliki


AKDR-LNG dimasukkan dan
yang mengembangkan penyakit
klinis HIV berat atau lanjut tidak
perlu dilepas IUD mereka (MEC
Kategori 2 untuk kelanjutan).
a Penilaian GRADE termasuk kategori kualitas yang sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi. Ketika rentang
disajikan, rentang mencerminkan penilaian kualitas GRADE di seluruh hasil yang penting dan / atau metode
kontrasepsi. Lihat tabel GRADE spesifik di Bagian I, bagian 1.4: Rekomendasi yang ditinjau (hal. 8–82) untuk hasil
yang dieksplorasi.

23
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

PENILAIAN GRADEa
TOPIK REKOMENDASI MEC
TERHADAP KUALITAS BUKTI

12d. Wanita yang hidup dengan HIV menggunakan terapi antiretroviral (ART)
Nucleoside / nucleotide reverse Wanita yang memakai NRTI
transcriptase inhibitor (NRTI) dapat menggunakan semua
metode kontrasepsi hormonal
tanpa pembatasan: KPK, CIC,
gabungan patch dan cincin
kontrasepsi, POPs, POI (DMPA
dan NET-EN), dan implan LNG
dan ETG (MEC Kategori 1).

Wanita yang memakai NRTI


umumnya dapat menggunakan
AKDR-LNG (MEC Kategori 2),
asalkan bahwa penyakit klinis
HIV mereka tidak bergejala atau
ringan (WHO Stadium 1 atau 2).
Wanita yang hidup dengan
penyakit klinis HIV berat atau
lanjut (WHO stadium 3 atau 4)
dan mengambil NRTI secara
umum seharusnya tidak
memulai penggunaan AKDR-
LNG (MEC Kategori 3 untuk
inisiasi) sampai penyakit mereka
membaik menjadi asimptomatik
atau penyakit klinis HIV ringan.

Wanita yang memakai NRTI


yang sudah memiliki AKDR-LNG
dimasukkan dan yang
mengembangkan penyakit klinis
HIV berat atau lanjut tidak perlu
disingkirkan IUD mereka (MEC
Kategori 2 untuk kelanjutan).
Non-nucleoside/ nucleotide Wanita yang menggunakan
reverse transcriptase inhibitors NNRTI yang mengandung Jangkauan: Rendah hingga
(NNRTIs) containing efavirenz efavirenz atau nevirapine dapat sangat Rendah
or nevirapine-containing ART umumnya menggunakan KPKs,
CICs, gabungan patch dan
cincin kontrasepsi, POPs, NET-
EN, dan implan LNG dan ETG
(MEC Kategori 2).

Wanita yang menggunakan


efavirenz atau nevirapine dapat
menggunakan DMPA tanpa
pembatasan (MEC Kategori 1).

Wanita yang memakai NNRTI


umumnya dapat menggunakan

24
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

AKDR-LNG (MEC Kategori 2),


asalkan bahwa penyakit klinis
HIV mereka tidak menunjukkan
gejala atau ringan (WHO Tahap
1 atau 2). Wanita yang hidup
dengan penyakit klinis HIV berat
atau lanjut (WHO tahap 3 atau
4) dan mengambil NNRTI pada
umumnya tidak boleh memulai
penggunaan AKDR-LNG (MEC
Kategori 3 untuk inisiasi) sampai
penyakit mereka telah membaik
menjadi asimptomatik atau
penyakit klinis HIV ringan.

Wanita yang memakai NNRTI


yang sudah memiliki AKDR-LNG
dimasukkan dan yang
mengembangkan penyakit klinis
HIV berat atau lanjut tidak perlu
disingkirkan IUD mereka (MEC
Kategori 2 untuk kelanjutan).
NNRTI yang mengandung Wanita yang menggunakan
etravirine dan rilpivirine NNRTI baru yang mengandung
etravirine dan rilpivirine dapat
menggunakan semua metode
kontrasepsi hormonal tanpa
pembatasan (MEC Kategori 1).

ART: antiretroviral therapy; ARV: antiretroviral (medication); KHK: combined hormonal contraceptive; CIC: combined
injectable contraceptive; KPK: combined oral contraceptive; Cu-IUD: copper-bearing IUD; DMPA: depot
medroxyprogesterone acetate; ETG: etonogestrel; GRADE: Grading Recommendations, Assessment, Development
and Evaluation; GRC: Guidelines Review Committee; IM: intramuscular; IUD: intrauterine device; LNG:
levonorgestrel; NET-EN: norethisterone enanthate; POC: progesterone-only contraceptive; NRTI:
nucleoside/nucleotide reverse transcriptase inhibitor; NNRTI: non--nucleoside/nucleotide reverse transcriptase
inhibitor; POI: progresterone-only injectable; POP: progesterone-only pill; SC: subcutaneous; SVT: superficial venous
thrombosis; VTE: venous thromboembolism.
a Penilaian GRADE termasuk kategori kualitas yang sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi. Ketika rentang

disajikan, rentang mencerminkan penilaian kualitas GRADE di seluruh hasil yang penting dan / atau metode
kontrasepsi. Lihat tabel GRADE spesifik di Bagian I, bagian 1.4: Rekomendasi yang ditinjau (hal. 8–82) untuk hasil
yang dieksplorasi.

25
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

PENILAIAN GRADEA
TOPIK REKOMENDASI MEC
TERHADAP KUALITAS BUKTI

12d. Wanita yang hidup dengan HIV menggunakan terapi


antiretroviral (ART) (lanjutan)
Protease inhibitor (misalnya Wanita yang menggunakan
ritonavir dan ARV yang protease inhibitor (misalnya
dikuatkan dengan ritonavir) ritonavir dan ARV yang
dikuatkan dengan ritonavir)
pada umumnya dapat
menggunakan KPK, CIC,
kombinasi patch dan cincin
kontrasepsi, POPs, NET-EN,
dan implan LNG dan ETG (MEC
Kategori 2).

Wanita yang menggunakan


protease inhibitor (misalnya
ritonavir dan ARV yang
dikuatkan dengan ritonavir)
dapat menggunakan DMPA
tanpa pembatasan (MEC
Kategori 1).

Wanita yang menggunakan PI


apa pun umumnya dapat
menggunakan AKDR-LNG
(MEC Kategori 2), asalkan
bahwa penyakit klinis HIV
mereka tidak bergejala atau
ringan (WHO Stadium 1 atau 2).
Wanita yang hidup dengan
penyakit klinis HIV berat atau
lanjut (WHO tahap 3 atau 4) dan
mengambil PI apa pun
umumnya tidak boleh memulai
penggunaan AKDR-LNG (MEC
Kategori 3 untuk inisiasi) sampai
penyakit mereka membaik
menjadi asimptomatik atau
penyakit klinis HIV ringan.
Jangkauan: Rendah hingga
Wanita yang memakai PI yang sangat Rendah
sudah memiliki AKDR-LNG
dimasukkan dan yang
mengembangkan penyakit klinis
HIV berat atau lanjut tidak perlu
dilepas IUD mereka (MEC
Kategori 2 untuk kelanjutan).
Raltegravir (integrase inhibitor) Wanita yang menggunakan
integrase inhibitor raltegravir
dapat menggunakan semua
metode kontrasepsi hormonal
tanpa pembatasan (MEC

26
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Kategori 1).

Wanita yang memakai RI


umumnya dapat menggunakan
AKDR-LNG (MEC Kategori 2),
asalkan bahwa penyakit klinis
HIV mereka tidak bergejala atau
ringan (WHO Tahap 1 atau 2).
Wanita yang hidup dengan
penyakit klinis HIV berat atau
lanjut (WHO tahap 3 atau 4) dan
mengambil RI umumnya tidak
boleh memulai penggunaan
AKDR-LNG (MEC Kategori 3
untuk inisiasi) sampai penyakit
mereka membaik menjadi
asimptomatik atau penyakit
klinis HIV ringan.

Wanita yang memakai RI yang


sudah memiliki AKDR-LNG
dimasukkan dan yang
mengembangkan penyakit klinis
HIV berat atau lanjut tidak perlu
disingkirkan IUD mereka (MEC
Kategori 2 untuk kelanjutan).
ART: antiretroviral therapy; ARV: antiretroviral (medication); KHK: combined hormonal contraceptive; CIC: combined
injectable contraceptive; KPK: combined oral contraceptive; Cu-IUD: copper-bearing IUD; DMPA: depot
medroxyprogesterone acetate; ETG: etonogestrel; GRADE: Grading Recommendations, Assessment, Development
and Evaluation; GRC: Guidelines Review Committee; IM: intramuscular; IUD: intrauterine device; LNG:
levonorgestrel; NET-EN: norethisterone enanthate; POC: progesterone-only contraceptive; NRTI:
nucleoside/nucleotide reverse transcriptase inhibitor; NNRTI: non--nucleoside/nucleotide reverse transcriptase
inhibitor; POI: progresterone-only injectable; POP: progesterone-only pill; SC: subcutaneous; SVT: superficial venous
thrombosis; VTE: venous thromboembolism.
a Penilaian GRADE termasuk kategori kualitas yang sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi. Ketika rentang

disajikan, rentang mencerminkan penilaian kualitas GRADE di seluruh hasil yang penting dan / atau metode
kontrasepsi. Lihat tabel GRADE spesifik di Bagian I, bagian 1.4: Rekomendasi yang ditinjau (hal. 8–82) untuk hasil
yang dieksplorasi.

27
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

28
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Bagian I
Pengembangan Kriteria Kelayakan Medis untuk
penggunaan kontrasepsi edisi kelima

29
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

menetapkan pedoman internasional yang


1.1 Latar Belakang tegas tentang kriteria untuk penggunaan
kontrasepsi. Akan tetapi, diharapkan bahwa
1.1.1 Ikhtisar dan ruang lingkup program nasional akan menggunakan
pedoman rekomendasi ini untuk memperbarui atau
mengembangkan pedoman pemenuhan
Selama 40 tahun terakhir, terdapat kontrasepsi mereka sendiri sesuai dengan
kemajuan signifikan dalam pengembangan kebijakan, kebutuhan, prioritas dan sumber
teknologi kontrasepsi baru, termasuk daya kesehatan nasional, sambil
perubahan dalam formulasi dan dosis, merefleksikan nilai dan preferensi lokal.
jadwal untuk sistem administrasi dan Ada total empat dokumen panduan WHO
pengiriman baru. Namun, kebijakan saat ini (pilar) yang berkaitan dengan kontrasepsi;
dan praktik perawatan kesehatan di dua yang berfokus pada rekomendasi
beberapa negara didasarkan pada studi berbasis bukti (terutama ditargetkan untuk
ilmiah tentang produk kontrasepsi yang tidak pembuat kebijakan dan manajer program)
lagi digunakan secara luas, pada dan dua yang berfokus pada penerapan
kekhawatiran teoritis lama yang tidak pernah rekomendasi (terutama ditargetkan untuk
dibuktikan atau pada preferensi pribadi atau penyedia layanan kesehatan). Keempat
bias penyedia layanan. Kebijakan atau dokumen ini, yang tercantum di bawah ini,
praktik yang sudah lama ini sering akan diperbarui secara berkala untuk
mengakibatkan keterbatasan baik kualitas mencerminkan perubahan dalam
maupun akses ke layanan keluarga pengetahuan medis dan ilmiah
berencana untuk klien.
Rekomendasi berbasis bukti untuk
Tujuan dari dokumen ini adalah untuk penyediaan kontrasepsi:
meningkatkan akses dan kualitas pelayanan 1. Kriteria kelayakan medis untuk
keluarga berencana dengan menyediakan penggunaan kontrasepsi (MEC) -
pembuat kebijakan, pengambil keputusan memberikan panduan mengenai “siapa”
dan komunitas ilmiah dengan rekomendasi yang dapat menggunakan metode
yang dapat digunakan untuk kontrasepsi dengan aman; dan
mengembangkan atau merevisi pedoman 2. Rekomendasi praktik terpilih untuk
nasional tentang kriteria kelayakan medis penggunaan kontrasepsi (SPR) -
yang digunakan dalam penyediaan semua
memberikan panduan mengenai
kontrasepsi hormonal, perangkat
"bagaimana" untuk menggunakan metode
intrauterine, metode penghalang, metode
berbasis kesadaran kesuburan, coitus kontrasepsi dengan aman dan efektif.
interruptus, metode laktasi amenorrhoea, Alat praktis untuk penyedia konseling dan
sterilisasi pria dan wanita, dan kontrasepsi layanan kontrasepsi di lini depan:
darurat. Rekomendasi berbasis bukti ini 3. Alat pengambilan keputusan untuk klien
tidak menunjukkan metode "terbaik" yang dan penyedia layanan keluarga - alat
harus digunakan mengingat konteks medis
konseling yang mendukung penyedia dan
tertentu; sebaliknya, peninjauan
rekomendasi memungkinkan klien dalam proses memilih metode
mempertimbangkan beberapa metode yang kontrasepsi; dan
dapat digunakan dengan aman oleh orang- 4. Keluarga Berencana: buku pegangan
orang dengan kondisi kesehatan tertentu global untuk penyedia - menawarkan
(misalnya hipertensi) atau karakteristik informasi berbasis bukti mengenai
(misalnya usia). penyampaian layanan, metode per
metode
Karena situasi negara dan lingkungan
program sangat bervariasi, tidak tepat untuk

30
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Gambar 1. Empat pilar panduan keluarga berencana

Kriteria Rekomendasi
Kelayakan Praktis
Medis untuk Terpilih
Penggunaan
Kontrasepsi
Proses untuk memastikan bahwa
Ini adalah pedoman berbasis bukti dan pedoman yang didorong oleh konsensus. Dokumen ini pedoman tetap terkini:
berisi rekomendasi yang dibuat oleh kelompok kerja ahli berdasarkan pada penilaian bukti yang
relevan. Dokumen ini ditinjau dan diperbarui secara tepat waktu. 1. Identifikasi bukti baru yang relevan
segera setelah tersedia melalui
pencarian bibliografi komprehensif
yang sedang berlangsung.
2. Menilai bukti baru secara kritis.
3. Evaluasi bukti baru dengan bukti
sebelumnya.
4. Tentukan apakah bukti yang baru
disintesis cukup untuk menjamin
pembaruan rekomendasi yang ada.
5. Memberikan pembaruan elektronik
di situs web kesehatan reproduksi
WHO
(www.who.int/reproductivehealth)
yang sesuai dan menentukan
kebutuhan untuk mengadakan
kelompok kerja pakar untuk menilai
kembali panduan secara formal.

Alat Bantu Keluarga


Pengambilan Berencana: buku
Keputusan pegangan global
untuk penyedia
layanan
Ini adalah alat bantu yang menggabungkan Kriteria Kelayakan Medis, Rekomendasi Praktik Terpilih dan
rekomendasi konsensus lainnya tentang bagaimana memenuhi kebutuhan klien keluarga berencana. Dokumen
ini akan diperbarui saat pedoman diperbarui atau sebagai bukti bukti lainnya.

31
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Kerja pakar yang diadakan di WHO pada


1.2 Metode 21-24 Oktober 2003, yang mengumpulkan
36 peserta dari 18 negara, termasuk
1.1.2 Pengembangan edisi sebelumnya perwakilan dari banyak lembaga dan
dari kriteria kelayakan medis untuk organisasi. Tinjauan sistematis dari bukti-
bukti disiapkan pada topik dengan bukti
penggunaan kontrasepsi
yang baru diterbitkan sejak pertemuan pada
Dokumen ini dibuat berdasarkan proses tahun 2000; mereka disajikan kepada
yang dimulai pada tahun 1994 untuk Kelompok Kerja dan memberikan dasar
mengembangkan edisi pertama. Proses untuk pengambilan keputusan mereka.
awal mencakup kegiatan membandingkan Sebuah Kelompok Pengarah Panduan-
kriteria kelayakan yang digunakan oleh Guideline Steering Group (GSG), yang
berbagai lembaga untuk berbagai terdiri dari tujuh anggota eksternal, didirikan
kontrasepsi, menyiapkan rangkuman untuk edisi ini. GSG dibentuk untuk
literatur medis dan epidemiologi yang memberi saran kepada WHO atas nama
diterbitkan yang relevan dengan kriteria Kelompok Kerja pakar yang lebih besar
kelayakan medis, dan menyiapkan mengenai hal-hal yang terkait dengan bukti
rancangan klasifikasi untuk ditinjau oleh yang dipublikasikan yang muncul mengenai
kelompok ahli dan agensi yang lebih besar. topik-topik yang dicakup oleh pedoman
Dua pertemuan Kelompok Kerja pakar selama periode interim antara pertemuan
diselenggarakan oleh WHO, pada Maret Kelompok Kerja pakar.
1994 dan Mei 1995 dilakukan untuk
meninjau latar belakang klasifikasi dan Edisi keempat MEC didasarkan pada
merumuskan rekomendasi; publikasi rekomendasi dari pertemuan Kelompok
dokumen yang diikuti pada tahun 1996. Kerja pakar yang diadakan di WHO pada 1–
4 April 2008, yang mengumpulkan 43
Sejak penerbitan edisi pertama MEC, peserta dari 23 negara, termasuk sembilan
panduan telah direvisi dan diperbarui tiga perwakilan agensi. Delapan puluh enam
kali. Dengan setiap revisi, Kelompok Kerja rekomendasi baru dikembangkan dan 165
para ahli multidisipliner dikumpulkan untuk rekomendasi direvisi untuk edisi keempat.
meninjau kembali bukti-bukti yang baru Semua anggota Kelompok Kerja pakar
diterbitkan terkait dengan topik yang diminta untuk menyatakan setiap konflik
dibahas dalam pedoman. Selain itu, dengan kepentingan dan tiga dari para ahli
setiap revisi, Kelompok Kerja menggunakan menyatakan konflik kepentingan yang
kesempatan untuk mempertimbangkan relevan dengan pokok bahasan pertemuan
dimasukkannya kondisi medis baru dan tersebut. Konflik kepentingan ini dianggap
metode kontrasepsi baru, yang sesuai. tidak cukup untuk mencegah para ahli
berpartisipasi dalam pertimbangan dan
Edisi kedua MEC didasarkan pada pengembangan rekomendasi sehingga
rekomendasi dari pertemuan Kelompok mereka tidak diminta untuk mundur dari
Kerja pakar yang diadakan di WHO pada 8- proses ini.
10 Maret 2000, yang mengumpulkan 32
peserta dari 17 negara, termasuk Guidelines Review Committee (GRC)
perwakilan dari banyak lembaga dan dibentuk oleh Direktur Jenderal WHO pada
organisasi. Kelompok Kerja mengkaji bukti tahun 2007 untuk memastikan bahwa
baru sejak pertemuan terakhir pada tahun pedoman WHO memiliki kualitas metodologi
1994 dan 1995, terutama diperoleh dari yang tinggi dan dikembangkan melalui
tinjauan sistematis literatur terbaru. proses pengambilan keputusan yang
transparan dan berdasarkan bukti. Edisi
Edisi ketiga MEC, didasarkan pada keempat MEC ditinjau oleh GRC yang baru
rekomendasi dari pertemuan Kelompok dibentuk dan disetujui pada 16 September

32
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

2009.

Untuk memastikan bahwa pedoman tetap


saat ini antara pertemuan pedoman, bukti Setelah temuan baru dari studi epidemiologi
baru diidentifikasi melalui pencarian mengenai penggunaan kontrasepsi
bibiliografi komprehensif berkelanjutan (The hormonal dan akuisisi HIV, perkembangan
Continous Identification of Research dan transmisi, konsultasi teknis kedua
Evidence-Identifikasi Berkelanjutan Bukti diadakan oleh WHO selama 31 Januari - 1
Penelitian, CIRE).1 Bukti ini disintesis dan Februari 2012. Pertemuan ini melibatkan 75
ditinjau. Dalam keadaan di mana bukti baru individu yang mewakili berbagai pemangku
menjamin evaluasi lebih lanjut, GSG kepentingan. Melalui proses yang
bertugas mengevaluasi bukti tersebut dan berdasarkan konsensus, kelompok
mengeluarkan panduan interim jika mempertimbangkan apakah rekomendasi
diperlukan. Sejak dikeluarkannya edisi dalam MEC yang berkaitan dengan
keempat MEC, panduan sementara telah penggunaan kontrasepsi hormonal di
diterbitkan dua kali. Atas permintaan GSG, kalangan wanita yang berisiko tinggi
WHO pertama mengadakan konsultasi terhadap HIV atau wanita yang hidup
teknis pada 26 Januari 2010 melalui dengan HIV harus diubah mengingat bukti
teleconference untuk meninjau bukti baru yang terakumulasi. Semua peserta dalam
mengenai risiko vena tromboemboli (VTE) konsultasi diminta untuk menyatakan konflik
pada wanita pascapartum. Teleconference kepentingan; 13 peserta menyatakan konflik
mempertemukan anggota GSG dan tiga ahli kepentingan akademik yang relevan dengan
tentang VTE selama periode postpartum. pokok bahasan pertemuan. Konflik
Semua peserta dalam konsultasi diminta kepentingan ini ditentukan tidak cukup
untuk menyatakan konflik kepentingan; dua untuk mencegah mereka berpartisipasi
peserta menyatakan konflik kepentingan dalam pertimbangan dan pengembangan
yang relevan dengan materi pelajaran, rekomendasi sehingga mereka tidak diminta
tetapi mereka tidak diminta untuk mundur untuk mundur dari proses ini. GRC
dari proses perumusan rekomendasi karena menyetujui pernyataan teknis yang
Sekretariat WHO dan GSG tidak menyajikan kesimpulan dan rekomendasi
menemukan konflik kepentingan ini cukup terbaru dari pertemuan pada 15 Februari
untuk mencegah mereka berpartisipasi 2012.
dalam musyawarah dan pengembangan.
rekomendasi. GRC menyetujui rekomendasi 1.1.3 Pengembangan kelayakan medis
yang diperbarui pada 21 April 2010. untuk kriteria untuk penggunaan
kontrasepsi, edisi kelima
1 Mohllajee AP, Curtis KM, Flanagan RG, Rinehart W,
Gaffield ML, Peterson HB. Keeping up with evidence: Sebagai persiapan untuk edisi kelima
a new system for WHO’s evidence-based family
planning guidance. Am J Prev Med.
dokumen, persetujuan untuk perencanaan
2005;28(5):483–90. dan akhirnya dokumen akhir diperoleh dari
GRC. Beberapa aspek kunci dari proses
pemutakhiran disesuaikan agar lebih
selaras dengan persyaratan yang
ditetapkan dalam buku pegangan WHO
untuk pengembangan pedoman, yang
ditulis oleh Sekretariat GRC.2 Secara
khusus, perubahan ini termasuk:
• Pembentuka kelompok dengan berbagai
peran untuk melakukan revisi;

33
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

• mengadakan konsultasi tambahan untuk dengan pertanyaan dan prioritas klinis,


menentukan ruang lingkup revisi, Sekretariat WHO menjangkau kelompok
memberi prioritas pada topik luas pemangku kepentingan dengan
kontroversial dan topik-topik yang telah keahlian dalam keluarga berencana dan
muncul bukti baru, termasuk topik yang keakraban dengan pedoman, termasuk
individu dari sejumlah lembaga pelaksana,
dibahas dalam panduan interim,
masyarakat profesional, dan WHO. kantor
mengklarifikasi rekomendasi dengan
regional dan negara, serta Departemen
klasifikasi Kategori 2/3, dan menyusun Kesehatan di masing-masing Negara
pertanyaan yang berkaitan dengan Anggota. Mereka diminta untuk secara
populasi, intervensi, komparator dan sukarela menyelesaikan survei anonim 24-
hasil (pertanyaan PICO) untuk memandu pertanyaan elektronik yang tersedia dalam
penyusunan tinjauan sistematis; dan bahasa Inggris, Perancis dan Spanyol, dan
• menerapkan pendekatan Grading untuk meneruskan tautan untuk survei
Recommendations, Assessment, kepada orang lain di komunitas profesional
Development and Evaluation (GRADE) mereka yang akrab dengan keluarga
untuk tinjauan bukti dan formulasi berencana dan MEC selama periode 2
rekomendasi.3 Maret - 2 Mei 2013. Para responden diminta
untuk merangking pentingnya berbagai hasil
Kelompok-kelompok yang bertanggung yang berkaitan dengan topik yang telah
jawab untuk pengembangan yang kelima diidentifikasi sebagai pertanyaan prioritas
edisi MEC ialah sebagai berikut: Sekretariat untuk revisi saat ini, serta untuk
WHO; Sekretariat Bukti termasuk menyarankan hasil lain dan pertanyaan
metodologi GRADE; Kelompok Pengarah klinis yang penting, dan untuk memberikan
Panduan (GSG); dan Kelompok penyusun masukan mengenai format dari bimbingan.
panduan (KPP), yang dulunya disebut Lebih dari 250 individu menyerahkan survei
Kelompok Kerja pakar untuk edisi MEC lengkap; hasil ini dipresentasikan ke KPP
sebelumnya. GSG, yang telah berfungsi selama pertemuan untuk menginformasikan
sebagai kelompok penasehat eksternal proses penentuan prioritas.
untuk WHO pada pedoman keluarga
berencana sejak 2003, adalah bagian dari Pada pertemuan tersebut, Sekretariat WHO
KPP yang lebih besar, agar sesuai dengan mempresentasikan ringkasan singkat dari
persyaratan WHO untuk pengembangan bukti baru kepada KPP untuk menentukan
pedoman dan untuk mendapatkan masukan apakah rekomendasi yang ada tetap
dari kelompok penasehat yang lebih besar. konsisten atau telah menjadi tidak konsisten
Untuk ringkasan anggota Sekretariat WHO, dengan kumpulan bukti yang diperbarui.
Sekretariat Bukti dan KPP, lihat Ucapan Rekomendasi yang dianggap tidak
Terima Kasih di awal dokumen ini. konsisten dengan badan bukti yang
diperbarui dipilih untuk presentasi dan
1.2.3 Prioritas topik untuk proses revisi diskusi pada pertemuan yang lebih besar
yang diadakan pada bulan Maret 2014.
Pada 14–15 Mei 2013, pertemuan KPP Rekomendasi dianggap konsisten dengan
pertama diadakan di Ferney Voltaire, kumpulan bukti yang diperbarui, dan
Prancis, untuk memulai proses revisi untuk rekomendasi yang tidak ada bukti baru yang
pengembangan edisi kelima MEC. Sebelum telah diidentifikasi melalui CIRE yang
pertemuan, sistem CIRE1 digunakan untuk ditentukan oleh KPP untuk tidak perlu
mengidentifikasi rekomendasi dari edisi ditinjau lebih lanjut selama proses revisi.
keempat MEC yang tersedia bukti baru. Juga pada pertemuan KPP pertama ini,
para anggota diminta untuk
Untuk lebih lanjut menginformasikan mempertimbangkan apakah WHO harus
pengambilan keputusan sehubungan memasukkan beberapa kondisi baru,

34
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

metode kontrasepsi dan / atau formulasi bukti baru, di mana rekomendasi yang ada
metode, berdasarkan relevansi global dan berpotensi tidak konsisten dengan badan
ketersediaannya di beberapa negara. Para bukti yang diperbarui; topik dengan
peserta juga diminta untuk meninjau dua panduan sementara yang dikeluarkan oleh
dokumen panduan sementara yang WHO sejak edisi keempat MEC; metode
dikeluarkan sejak edisi keempat. kontrasepsi yang baru diperkenalkan; atau
Selanjutnya, selama pertemuan ini KPP rekomendasi dari edisi keempat MEC yang
diminta untuk menyampaikan rekomendasi bertekad untuk kurang kejelasan oleh GRC.
saat ini yang diklasifikasikan sebagai Semua rekomendasi yang ada yang tidak
kategori “2/3” dalam edisi keempat, karena termasuk dalam salah satu kategori ini
ulasan sebelumnya oleh GRC mencatat ditegaskan kembali oleh GRC dan
bahwa rekomendasi ini mungkin karenanya tidak ditinjau.
membingungkan pengguna dokumen.
2
Edisi pertama dipublikasikan pada tahun
Dengan demikian, topik diprioritaskan untuk 2012, edisi kedua dipublikasikan pada tahun
ditinjau dan dipertimbangkan oleh KPP 2014
3
pada pertemuan kedua di bulan Maret 2014 Untuk informasi lebih lanjut tentang GRADE,
berdasarkan pada pertemuan satu atau lihat: www.gradeworkinggroup.org/index.htm
lebih dari kriteria berikut: topik yang
diidentifikasi sebagai kontroversial atau
sangat penting di lapangan; topik dengan

35
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Tabel 1.1 Kriteria kelayakan medis untuk penggunaan kontrasepsi, edisi kelima:
pemilihan topik untuk revisi 2014

Topik yang diprioritaskan yang ditinjau oleh Kelompok penyusun panduan (KPP)
menggunakan proses GRADE pada tahun 2014:

1. Topik yang diidentifikasi penting untuk bidang dan / atau topik dengan bukti baru
yang berpotensi tidak konsisten diidentifikasi (6 topik):
• penggunaan kontrasepsi progesteron saja (POC) di kalangan wanita menyusui
• kombinasi penggunaan kontrasepsi hormonal (KHK) di antara ibu yang menyusui
• Penggunaan KHK di antara wanita dengan gangguan vena superfisial
• Penggunaan KHK berdasarkan kelompok usia
• penggunaan kontrasepsi hormonal di antara wanita yang menggunakan terapi antiretroviral
• penggunaan pil kontrasepsi darurat (PKD) di kalangan wanita dengan obesitas (kondisi
baru ditambahkan ke rekomendasi PKD).

2. Panduan sementara yang dikeluarkan oleh WHO sejak edisi keempat MEC (2 topik):
• Penggunaan KHK selama periode postpartum (panduan diperbarui pada 2010)
• penggunaan kontrasepsi hormonal di kalangan wanita yang berisiko tinggi terhadap
penularan HIV dan wanita yang hidup dengan HIV (panduan ditegaskan kembali pada
2012).

3. Metode kontrasepsi baru ditambahkan ke MEC untuk edisi kelima (4 metode):


• depot medroksiprogesteron asetat (DMPA) subkutan yang diberikan 104 mg
• 2-batang levonorgestrel (LNG) -mengandung implan dengan 75 mg LNG / rod, disetujui
selama 4 tahun penggunaan, yaitu Sino-implant (II)
• cincin vaginal progesteron (PVR)
• ulipristal acetate (UPA) untuk kontrasepsi darurat.

4. Rekomendasi yang dikaji oleh KPP untuk kejelasan, seperti yang dipersyaratkan oleh
Komite Tinjauan Pedoman (GRC) (2 topik):
• penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) di antara wanita dengan peningkatan
risiko infeksi menular seksual (IMS) (tidak ada bukti baru yang diidentifikasi sejak tinjauan
sistematis tahun 2008)
• Penggunaan KHK di antara wanita dengan dislipidaemia yang diketahui.
Semua rekomendasi lain yang ada dari edisi keempat MEC (sekitar 2000 rekomendasi): a
• ditegaskan kembali oleh KPP pada Maret 2014.

CIRE: Continuous Identification of Research Evidence; GRADE: Grading Recommendations, Assessment,


Development and Evaluation.
a Bukti terus dipantau menggunakan sistem CIRE. Topik tidak diprioritaskan untuk pembaruan 2014.

36
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Untuk topik yang diuraikan pada Tabel 1.1, menginformasikan tinjauan sistematis. 4
KPP mengembangkan pertanyaan :Daftar referensi dan kontak langsung
menggunakan format PICO (yaitu dengan para ahli di lapangan juga
pertanyaan dengan populasi tertentu, digunakan untuk mengidentifikasi penelitian
intervensi, pembanding dan hasil) untuk lain, termasuk yang di tekan; tidak ada
melayani sebagai kerangka kerja untuk literatur abu-abu atau abstrak konferensi
tinjauan sistematis dan tabel bukti GRADE. yang dimasukkan dalam ulasan ini. Karena
Untuk menginformasikan rekomendasi heterogenitas desain penelitian, formulasi
MEC, pertanyaan PICO umumnya kontrasepsi dan ukuran hasil, meta-analisis
memandu tinjauan sistematis untuk fokus umumnya tidak dilakukan. Kualitas bukti
pada studi populasi dengan kondisi atau yang disajikan dalam studi individu dalam
karakteristik yang menarik menggunakan tinjauan sistematis dinilai oleh penulis
metode kontrasepsi spesifik dibandingkan ulasan menggunakan sistem Satuan Tugas
dengan populasi yang sama yang tidak Pencegahan Amerika Serikat.5 Profil bukti
menggunakan metode, melaporkan hasil GRADE kemudian disiapkan oleh
keselamatan kritis. Pertanyaan PICO juga metodologi GRADE untuk menilai kualitas
dibuat untuk juga mengidentifikasi bukti bukti yang diringkas dan termasuk kisaran
tidak langsung relevan yang mungkin telah dari perkiraan efek untuk setiap hasil klinis
menyertakan populasi pembanding tanpa dinilai. Profil bukti GRADE disiapkan untuk
kondisi atau karakteristik yang menarik setiap pertanyaan PICO yang ditemukan
menggunakan metode yang sama, atau bukti dan hasil klinis dilaporkan. Tinjauan
melaporkan hasil pengganti. Oleh karena sistematis yang dihasilkan dari proses ini
itu, tinjauan sistematis ini menilai risiko adalah peer-review oleh anggota KPP
keamanan menggunakan metode yang terpilih, dan draft akhir dibuat secara
diberikan di antara wanita dengan kondisi elektronik tersedia untuk semua anggota
medis atau karakteristik tertentu. Sisa dari KPP sebelum konsultasi. Salinan cetak
rekomendasi yang ada ditentukan untuk profil bukti GRADE untuk setiap topik juga
konsisten dengan badan bukti yang diberikan kepada setiap anggota KPP
diterbitkan dan tidak perlu secara resmi selama pertemuan KPP Maret 2014.
ditinjau untuk revisi ini. Tinjauan sistematis tertulis dan disajikan
secara lisan dan profil bukti GRADE
1.2.4 Identifikasi dan sintesis bukti berfungsi sebagai dasar pertimbangan KPP.
Untuk masing-masing topik prioritas yang 1.2.5 Pengambilan keputusan selama
tercantum dalam Tabel 1.1, tinjauan pertemuan Kelompok penyusun
sistematis dilakukan sesuai dengan panduan
pedoman PRISMA untuk menjawab
pertanyaan yang diformat PICO mengenai Selama 9–12 Maret 2014 dan 24-25
hasil keselamatan.4 Tinjauan sistematis September 2014, WHO mengadakan
dapat diakses pada Lampiran 2. Secara serangkaian pertemuan KPP untuk
umum, database PubMed dan Cochrane meninjau kembali bukti untuk topik prioritas
adalah mencari penelitian yang diterbitkan dan, jika perlu, merevisi rekomendasi
dalam bahasa apa pun dalam jurnal peer- khusus dalam MEC. Anggota KPP dan
review hingga 15 Januari 2014, untuk anggota Kelompok Peninjau Peer Eksternal
(yang tidak berpartisipasi dalam pertemuan
ff J, Altman DG; The PRISMA Group. Preferred
reporting items for systematic reviews and meta-
KPP) menyerahkan formulir Pernyataan
analyses: the PRISMA Statement. PLoS Med. Kepentingan kepada Sekretariat WHO: 14
2009;6(6): e1000097. orang menyatakan konflik kepentingan
5
Harris RP, Helfand M, Woolf SH, Lohr KN, 21–35. akademik yang relevan dengan panduan
MEC. Sekretariat WHO dan KPP meninjau
semua deklarasi yang menarik dan, dengan

37
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

pengecualian dua anggota (Dr Glasier dan metode kontrasepsi spesifik untuk wanita
Dr Sitruk-Ware), tidak menemukan konflik dengan kondisi medis atau karakteristik
kepentingan yang cukup untuk menghalangi pribadi, biaya peluang tidak dinilai secara
siapa pun berpartisipasi dalam musyawarah formal selama penyusunan rekomendasi ini
atau pengembangan rekomendasi. Dalam karena biaya dapat bervariasi secara luas di
kasus dua pengecualian, Sekretariat WHO seluruh wilayah yang berbeda.10
dan KPP setuju bahwa konflik kepentingan
mereka yang diungkapkan cukup memadai Sejak publikasi edisi pertama MEC pada
untuk mencegah mereka berpartisipasi tahun 1996, skala 1–4 telah digunakan
dalam musyawarah dan pengembangan untuk mengkategorikan kelayakan medis
rekomendasi yang relevan untuk ulipristal untuk penggunaan kontrasepsi. Kategori-
asetat (Dr Glasier) dan vagina kategori ini sangat dikenal oleh penyedia
progesterone-releasing cincin (Dr Sitruk- layanan kesehatan, organisasi profesional,
Ware). Untuk rincian kepentingan akademis lembaga pelatihan dan kementerian
yang dinyatakan dapat dilihat pada kesehatan sebagai dasar untuk
Lampiran 1. menentukan kelayakan kontrasepsi untuk
wanita dengan kondisi medis atau
KPP mempertimbangkan kualitas karakteristik. Sebagai hasilnya, untuk
keseluruhan dari bukti keamanan, menghindari kebingungan dan
memberikan perhatian khusus pada mempertahankan konsistensi, ditetapkan
kekuatan dan konsistensi data, sesuai bahwa rekomendasi tidak akan didefinisikan
dengan pendekatan GRADE untuk sebagai "kuat" atau "lemah" menurut
peninjauan bukti. Dalam banyak kasus, metodologi GRADE dan sebaliknya akan
kualitas bukti yang berkaitan dengan mempertahankan skala 1-4 yang
masing-masing rekomendasi rendah atau mencerminkan kelayakan untuk
sangat rendah dan hanya membahas penggunaan kontrasepsi.
potensi bahaya yang terkait dengan
6
penggunaan kontrasepsi. Untuk sampai Madden T, Secura GM, Nease RF, Politi MC,
pada penunjukan kategori, dalam rentang Peipert JF. The role of contraceptive attributes in
women’s contraceptive decision making.
1–4, KPP menganggap potensi bahaya ini, Am J Obstet Gynecol. 2015; pii: S0002-
profil bukti GRADE, manfaat mencegah 9378(15)00107–6. [Epub ahead of print]
kehamilan yang tidak diinginkan, serta 7 Hooper DJ. Attitudes, awareness, compliance and

konstruksi GRADE lain dari nilai dan preferences among hormonal contraception users: a
preferensi.pada hasil yang bermanfaat dan global, cross-sectional, self-administered, online
survey. Clin Drug Investig. 2010;30(11):749–63.
merugikan yang berbeda.6,7 8 d’Arcangues CM, Ba-Thike K, Say L. Expanding

contraceptive choice in the developing world: lessons


Selain itu, ketersediaan berbagai pilihan from the Lao People’s Republic and the Republic of
kontrasepsi sangat penting karena pilihan Zambia. Eur J Contracept Reprod Health Care. 2013;
18:421–34.
kontrasepsi wanita dibuat pada waktu 9 Blanc A, Tsui AO, Croft TN, Trevitt JL. Patterns and
tertentu dan dalam konteks sosial dan trends in adolescents’ contraceptive use and
budaya tertentu, dan pilihan ini kompleks, discontinuation in developing countries and
multifaktorial dan dapat berubah.8,9 comparisons with adult women. Int Perspect Sex
Pengambilan keputusan untuk metode Reprod Health. 2009;35(2):63–71.
10 Singh S, Darroch JE. Adding it up: costs and
kontrasepsi biasanya membutuhkan trade- benefits of contraceptive services – estimates for
off antara metode yang berbeda, dengan 2012. New York (NY): Guttmacher Institute and
kelebihan dan kekurangan metode United Nations Population Fund (UNFPA); 2012
kontrasepsi spesifik yang bervariasi sesuai (https://www.guttmacher.org/pubs/AIU-2012
estimates.pdf, accessed 24 March 2015).
dengan keadaan, persepsi dan interpretasi
individu.

Karena fokus panduan ini pada keamanan

38
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Melalui konsensus, KPP tiba di yang akan mencakup penyebaran luas


rekomendasi baru dan direvisi, serta melalui kantor regional dan negara WHO,
menjunjung tinggi sebagian besar Negara Anggota WHO, lembaga PBB (PBB)
rekomendasi yang ada menggunakan sebagai sponsor Program Khusus
kategori 1–4. Untuk topik yang mereka Penelitian, Pengembangan, dan Pelatihan
tinjau pada tahun 2014 (lihat Kotak 1.1), Penelitian dalam bidang Reproduksi
KPP mempertimbangkan potensi manfaat Manusia (HRP) di dalam Departemen
dan risiko penggunaan metode kontrasepsi Kesehatan dan Penelitian Reproduksi WHO
sehubungan dengan masing-masing kondisi (yaitu UNDP, UNFPA, UNICEF, WHO dan
medis atau karakteristik pribadi yang dinilai. Dunia Bank), pusat kolaborasi WHO,
organisasi profesional, organisasi mitra
Karena pentingnya kesehatan masyarakat pemerintah dan non-pemerintah yang
rekomendasi pada penggunaan kontrasepsi bekerja di bidang kesehatan seksual dan
hormonal untuk wanita yang berisiko HIV reproduksi, dan kelompok masyarakat sipil
dan wanita yang hidup dengan HIV, dan yang terlibat dalam proyek kesehatan
berdasarkan dorongan dari KPP, WHO seksual dan reproduksi Sekretariat WHO
mengeluarkan pedoman pemenuhan akan bekerja erat dengan titik kontak
kontrasepsi untuk wanita yang hidup kesehatan seksual dan reproduksi di kantor
dengan HIV atau berisiko tinggi untuk regional WHO untuk melakukan
memperoleh infeksi sebelum seluruh revisi serangkaian regional bahkan ts selama
panduan. Dokumen, metode kontrasepsi 2015–2016. Selain itu, sesi panel khusus
hormonal untuk wanita yang berisiko tinggi akan diselenggarakan selama musim panas
terhadap HIV dan hidup dengan HIV: dan musim gugur 2015 di konferensi
Pernyataan panduan 2014 telah disetujui internasional yang diselenggarakan oleh
oleh Komite Peninjauan Panduan WHO International Society of Obstetricians and
(GRC) pada 7 Juli 2014. Pernyataan ini Gynecologists (FIGO), International Council
dirilis pada 24 Juli 2014, pada Konferensi of Nurses (ICN) dan International
Internasional AIDS ke-20. Confederation of Midwives (ICM) untuk
perbarui keanggotaan masyarakat ini
Versi draf dari seluruh dokumen MEC telah tentang rekomendasi yang direvisi. Begitu
dikirim ke Kelompok Peninjau Sebaya terjemahan dokumen dalam bahasa resmi
Eksternal, yang terdiri dari delapan ahli PBB lainnya tersedia, peluang untuk
yang tidak berpartisipasi dalam pertemuan memastikan diseminasi yang efektif akan
KPP. Komentar yang diterima dari peninjau dicari secara aktif. Sebuah survei evaluasi
ini dibahas dan dimasukkan ke dalam yang menargetkan kementerian kesehatan,
panduan ini oleh Sekretariat WHO yang kantor WHO dan mitra, organisasi
sesuai. Versi terakhir dari dokumen ini telah profesional dan masyarakat sipil akan
disetujui oleh GRC pada 18 Maret 2015. dikerahkan untuk menilai tingkat dan
efektivitas penyebaran, mengevaluasi
tingkat pelaksanaan pedoman ke dalam
1.3 Diseminasi dan evaluasi kriteria kebijakan nasional, dan mengidentifikasi
kelayakan medis untuk penggunaan area untuk penyempurnaan lebih lanjut dan
kontrasepsi, edisi kelima kesenjangan penelitian dalam kriteria
kelayakan kontrasepsi.

Rekomendasi dalam kriteria kelayakan 1.4 Rekomendasi yang diulas


medis untuk penggunaan kontrasepsi,
panduan edisi kelima dirilis selama Obrolan Kelompok penyusun panduan (KPP)
Facebook global langsung pada 1 Juni menentukan topik prioritas untuk ditangani
2015. Diseminasi dan rencana evaluasi sebagai bagian dari proses revisi untuk
yang komprehensif akan dilaksanakan, edisi kelima (lihat Tabel 1.1).

39
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Informasi tentang menggunakan Kriteria seleksi untuk tinjauan sistematis


rekomendasi dalam praktek, serta
rekomendasi dalam edisi kelima (baru, Desain Penelitian Uji coba terkontrol
direvisi dan dikonfirmasi) disajikan dalam secara acak, studi
Bagian II, bagian 2.3 dan 2.7, dimulai pada kohort dan studi
hal. 91. Ringkasan perubahan antara edisi kasus kontrol
keempat MEC dan edisi kelima yang Populasi Wanita usia
diperbarui tersedia di Bagian II (lihat bagian reproduktif (dengan
2.6 dan Tabel 2.4-2.6, hal 93-96). focus khusus pada
remaja)
Intervensi Penggunaan KHK
1. Rekomendasi untuk kontrasepsi Comparator Tidak menggunakan
hormonal gabungan berdasarkan KHK
kelompok usia Outcome Penurunan
Kepadatan Mineral
Tulang (BMD)
Pertanyaan 1: Apakah wanita yang Database PubMed dan
menggunakan kontrasepsi hormonal pencarian Cochrane
kombinasi (KHK) berisiko lebih tinggi
mengalami fraktur dibandingkan dengan
Rekomendasi
wanita yang tidak menggunakan KHK?
(Bukti langsung)
• Wanita dari menarche sampai usia <40
Kriteria seleksi untuk tinjauan sistematis tahun dapat menggunakan kontrasepsi
hormonal gabungan (kontrasepsi oral
Desain Penelitian Uji coba terkontrol kombinasi, kombinasi kontrasepsi,
secara acak, studi kombinasi cincin vagina kontrasepsi,
kohort dan studi kasus kontrasepsi suntik kombinasi) tanpa
kontrol pembatasan (MEC Kategori 1).
Populasi Wanita usia reproduktif • Wanita berusia 40 tahun dan lebih tua
Intervensi Penggunaan KHK umumnya dapat menggunakan
Comparator Tidak menggunakan kombinasi metode kontrasepsi hormonal
KHK (kontrasepsi oral kombinasi, kombinasi
Outcome Fraktur kontrasepsi, kombinasi cincin vagina
Database PubMed dan Cochrane kontrasepsi, kontrasepsi suntik
pencarian gabungan) (MEC Kategori 2).
Pertanyaan 2: Apakah wanita yang Keterangan
menggunakan kontrasepsi hormonal • Pada tahun 2014, KPP berfokus secara
gabungan (KHK) pada peningkatan risiko khusus pada bukti yang berkaitan
penurunan kepadatan mineral tulang dengan risiko fraktur di antara wanita dari
dibandingkan dengan wanita yang tidak segala usia, dan bukti untuk kombinasi
menggunakan KHK, dengan fokus kontrasepsi hormonal (KHK) dan potensi
khusus pada remaja? (Bukti tidak
penurunan kepadatan mineral tulang
langsung)
(BMD) di kalangan remaja. BMD adalah
penanda pengganti risiko fraktur yang
mungkin tidak berlaku untuk wanita
premenopause, dan karena itu mungkin
tidak secara akurat memprediksi risiko

40
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

patah tulang saat ini atau masa depan (16-29). Penggunaan KHK sedikit
(pascamenopause) (1-3). Risiko penyakit berpengaruh pada BMD pada wanita
kardiovaskular meningkat seiring premenopause (30-44), dan dapat
bertambahnya usia dan bisa juga mempertahankan massa tulang pada
meningkat dengan penggunaan KHK. mereka yang mengalami perimenopause
Dengan tidak adanya kondisi klinis buruk (45-54).
lainnya, KHK dapat digunakan sampai
Kualitas bukti
menopause. (intervention dibanding comparator; outcome)
• Karena heterogenitas desain penelitian,
formulasi kontrasepsi dan hasil Penggunaan KHK rendah
pengukuran meta-analisis tidak dibanding non-
dilakukan. penggunaan KHK;
• KHK tidak melindungi terhadap infeksi risiko fraktur
menular seksual (IMS), termasuk HIV. (langsung):
Jika ada risiko IMS / HIV, disarankan Penggunaan KPK rendah
penggunaan kondom, pria atau wanita dibanding tidak
digunakan pada
yang benar dan konsisten.
remaja; kepadatan
• Penggunaan kontrasepsi sukarela oleh mineral tulang
wanita sangat penting untuk (tidak langsung):
menegakkan hak reproduksi mereka.
Semua wanita memiliki hak atas Penggunaan patch Sangat rendah
informasi kontrasepsi, pendidikan, dan kontrasepsi
konseling yang komprehensif dan gabungan
berdasarkan bukti untuk memastikan dibanding non-
pilihan yang diinformasikan. Pilihan digunakan pada
kontrasepsi wanita dibuat dalam konteks remaja; kepadatan
waktu tertentu, sosial dan budaya; mineral tulang
pilihannya kompleks, multifaktorial dan (tidak langsung):
dapat berubah. Pengambilan keputusan
untuk metode kontrasepsi biasanya
membutuhkan kebutuhan untuk
membuat trade-off di antara metode
yang berbeda, dengan kelebihan dan
kekurangan metode kontrasepsi spesifik
yang bervariasi sesuai dengan keadaan,
persepsi dan interpretasi individu.
Ringkasan bukti

Bukti tidak konsisten pada pertanyaan


apakah penggunaan KHK mempengaruhi
risiko fraktur (4-15), meskipun tiga
penelitian terbaru menunjukkan tidak ada
efek (4, 5, 15). Penggunaan KHK dapat
menurunkan BMD pada remaja, terutama
pada mereka yang memilih formulasi dosis
sangat rendah (<30 µg ethinylestradiol yang
mengandung kontrasepsi oral kombinasi)

41
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

GRADE table 1 (Pertanyaan 1): Apakah wanita yang menggunakan kombinasi kontrasepsi hormonal (KHK) berisiko lebih
tinggi mengalami fraktur dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan KHK? (Bukti langsung)
Tipe dan
Jumlah
Luaran Studi Keterbatasan Inkonsistensi Ketidaktepatan Ketidaklangsungan Faktor lain Kualitas Estimasi dampak
(Jumlah
partisipan)
Penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi oral dibanding tidak digunakan
Fraktur 3 penelitian Keterbatasan Inkonsistensi Tidak ada Ketidaklangsungan Tidak ada Rendah 7 penelitian menunjukkan
kohort (n = serius (1 baik, serius ketidaktepatan yang serius (tidak efek tidak ada hubungan antara
128 255); 7 6 cukup, 3 yang serius ada studi yang respons penggunaan KHK dan risiko
studi kasus buruk) secara khusus durasi fraktur, termasuk 1 penelitian
kontrol (n = mengevaluasi yang berkualitas baik (OR 1,05,
84 695 penggunaan KHK diamati 95% CI 0,86-1,29); 3
kasus) selama masa remaja penelitian menemukan
hubungan yang signifikan
secara statistik tetapi lemah
(kisaran perkiraan risiko 1,07–
1,3) a
CI: confidence interval; OR: odds ratio.
a
Enam studi mengevaluasi fraktur apapun, dua studi patah tulang pinggul, dua studi patah tulang lengan.

GRADE table 2 (Pertanyaan 2): Apakah wanita yang menggunakan gabungan kontrasepsi hormonal (KHK) pada peningkatan risiko penurunan kepadatan mineral tulang
dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan KHK, dengan fokus khusus pada remaja? (Bukti tidak langsung)

Tipe dan
Jumlah Studi
Luaran Keterbatasan Inkonsistensi Ketidaktepatan Ketidaklangsungan Faktor lain Kualitas Estimasi dampak
(Jumlah
partisipan)

Penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi oral dibanding tidak digunakan


Bone mass 1 RCT (n = Keterbatasan Inkonsistensi Tidak ada Terdapat ketidak 1 Rendah 9 penelitian menunjukkan
density 83), 1 serius (2 baik, serius ketidaktepatan langsungan yang penelitian penggunaan KHK oral terkait
(BMD) percobaan 5 cukup, 6 yang serius serius (luaran menunjukk dengan perolehan BMD yang
non-acak (n = buruk) intermediate) an efek lebih sedikit (atau kehilangan
84); 11 durasi- yang lebih besar) daripada
penelitian respons; yang tidak digunakan,
kohort (n = variabilitas termasuk 2 penelitian
3242) dalam berkualitas baik; 4 penelitian
durasi menunjukkan tidak ada
tindak perbedaana
lanjut

42
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Tipe dan
Jumlah Studi
Luaran Keterbatasan Inkonsistensi Ketidaktepatan Ketidaklangsungan Faktor lain Kualitas Estimasi dampak
(Jumlah
partisipan)

Patch digunakan dibanding tidak digunakan pada wanita remaja


BMD 1 uji coba Keterbatasan Tidak dapat Ketidaktepatan Terdapat Tidak ada Sangat 1 studi tidak menemukan efek
tidak-acak sanagat serius ditentukan yang sangat ketidaklangsungan rendah patch pada BMD dibanding
(n = 10) (1 buruk) (1 studi) serius yang serius (luaran tidak digunakan
intermediate)
RCT: randomized controlled trial
a
Delapan studi mengevaluasi 30–35mcg etinil estradiol (EE) formulasi (satu 30-40mcg EE), enam studi 15-20Mcg EE, dua tidak ditentukan.

43
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Referensi lactation on hip fracture risk. Am J


Epidemiol. 2001;153(12):1166–72.
1. Grimes D, Schulz K. Surrogate end
points in clinical research: hazardous to
9. Michaelsson K, Baron JA, Farahmand
your health. Obstet Gynecol. 2005;
BY, Persson I, Ljunghall S. Oral-
105:1114-8.
contraceptive use and risk of hip
fracture: a case-control study. Lancet.
2. Schonau E. The peak bone mass
1999;353(9163):1481–4.
concept: is it still relevant? Pediatric
Nephrology. 2004; 19:825-31.
10. La Vecchia C, Tavani A, Gallus S. Oral
3. Cohen A, Shane E. Treatment of contraceptives and risk of hip fractures.
premenopausal women with low bone Lancet. 1999;354(9175):335-6.
mineral density. Curr Osteoporosis Rep.
2008;6(1):39–46. 11. Vessey M, Mant J, Painter R. Oral
contraception and other factors in
relation to hospital referral for fracture.
4. Memon S, Iversen L, Hannaford PC. Is
Findings in a large cohort study.
the oral contraceptive pill associated
Contraception. 1998;57(4):231–5.
with fracture in later life? New evidence
from the Royal College of General
Practitioners Oral Contraception Study. 12. O’Neill TW, Marsden D, Adams JE,
Contraception. 2011;84(1):40–7. Silman AJ. Risk factors, falls, and
fracture of the distal forearm in
Manchester, UK. J Epidemiol
5. Vestergaard P, Rejnmark L, Mosekilde Community Health. 1996;50(3): 282–92
L. Fracture risk in very young women
using combined oral contraceptives.
Contraception. 2008;78(5):358–64. 13. Mallmin H, Ljunghall S, Persson I,
Bergstrom R. Risk factors for fractures
of the distal forearm: a population-based
6. Vestergaard P, Rejnmark L, Mosekilde case-control study. Osteoporosis Int.
L. Oral contraceptive use and risk of 1994;4(6):298–304.
fractures. Contraception. 14. Cooper C, Hannaford P, Croft P, Kay
2006;73(6):571–6. CR. Oral contraceptive pill use and
fractures in women: a prospective study.
7. Barad D, Kooperberg C, Wactawsi- Bone. 1993;14(1):41–5.
Wende J, Liu J, Hendrix S, Watts N.
Prior oral contraception and 15. Meier C, Brauchli YB, Jick SS, Kraenzlin
postmenopausal fracture: A Women’s ME, Meier CR. Use of depot
Health Initiative observational cohort medroxyprogesterone acetate and
study. Fertil Steril. 2005;84(2):374–83. fracture risk. J Clin Endocrinol Metab.
2010;95(11):4909–16.

8. Michaelsson K, Baron JA, Farahmand


BY, Ljunghall S. Influence of parity and

44
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

16. Cibula D, Skrenkova J, Hill M, Stepan acquisition: a 4-year follow-up study.


JJ. Lowdose estrogen combined oral Contraception. 2008;78(3):226–31.
contraceptives may negatively influence
physiological bone mineral density 22. Cromer BA, Bonny AE, Stager M,
acquisition during adolescence. Eur J Lazebnik R, Rome E, Ziegler J, et al.
Endocrinol. 2012;166(6):1003–11. Bone mineral density in adolescent
females using injectable or oral
17. Gai L, Jia Y, Zhang M, Gai P, Wang S, contraceptives: a 2–month prospective
Shi H, et al. Effect of two kinds of study. Fertil Steril. 2008;90(6):2060–7.
different combined oral contraceptives
use on bone mineral density in 23. Berenson AB, Rahman M, Breitkopf CR,
adolescent women. Contraception. Bi LX. Effects of depot
2012;86(4):332–6. medroxyprogesterone acetate and 20-
18. Scholes D, Hubbard RA, Ichikawa LE, microgram oral contraceptives on bone
LaCroix AZ, Spangler L, Beasley JM, et mineral density. Obstet Gynecol.
al. Oral contraceptive use and bone 2008;112(4):788–99.
density change in adolescent and young
adult women: a prospective study of
24. Harel Z, Riggs S, Vaz R, Flanagan P,
age, hormone dose, and
Harel D, Machan JT. Bone accretion in
discontinuation. J Clin Endocrinol
adolescents using the combined
Metab. 2011;96(9): E1380-E7.
estrogen and progestin transdermal
contraceptive method Ortho Evra: a pilot
19. Lattakova M, Borovsky M, Payer J,
study. J Pediatr Adolesc Gynecol.
Killinger Z. Oral contraception usage in
2010;23(1):23–31.
relation to bone mineral density and
bone turnover in adolescent girls. Eur J
Contracept Reprod Health Care. 25. Cobb KL, Bachrach LK, Sowers M,
2009;14(3):207–14. Nieves J, Greendale GA, Kent KK, et al.
The effect of oral contraceptives on
bone mass and stress fractures in
20. Beksinska ME, Kleinschmidt I, Smit JA,
female runners. Med Sci Sports Exerc.
Farley TM. Bone mineral density in a
2007;39(9):1464–73.
cohort of adolescents during use of
norethisterone enanthate, depot-
medroxyprogesterone acetate or 26. Beksinska ME, Kleinschmidt I, Smit JA,
combined oral contraceptives and after Farley TM. Bone mineral density in
discontinuation of norethisterone adolescents using norethisterone
enanthate. Contraception. enanthate, depot-medroxyprogesterone
2009;79(5):345-9. acetate or combined oral contraceptives
for contraception. Contraception.
2007;75(6):438–43.
21. Pikkarainen E, Lehtonen-Veromaa M,
Mottonen T, Kautiainen H, Viikari J.
Estrogen-progestin contraceptive use 27. Lara-Torre E, Edwards CP, Perlman S,
during adolescence prevents bone mass Hertweck SP. Bone mineral density in
adolescent females using depot

45
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

medroxyprogesterone acetate. J Pediatr


Adolesc Gynecol. 2004;17(1):17–21. 33. Berenson AB, Radecki CM, Grady JJ,
Rickert VI, Thomas A. A prospective,
controlled study of the effects of
28. Cromer BA, Blair JM, Mahan JD,
hormonal contraception on bone mineral
Zibners L, Naumovski Z. A prospective
density. Obstet Gynecol.
comparison of bone density in
2001;98(4):576–82.
adolescent girls receiving depot
medroxyprogesterone acetate (Depo-
Provera), levonorgestrel (Norplant), or 34. Berenson AB, Breitkopf CR, Grady JJ,
oral contraceptives. J Pediatr. Rickert VI, Thomas A. Effects of
1996;129(5):671–6. hormonal contraception on bone mineral
density after 24 months of use. Obstet
Gynecol. 2004;103(5 Pt 1):899–906.
29. Polatti F, Perotti F, Filippa N, Gallina D,
Nappi RE. Bone mass and long-term
monophasic oral contraceptive 35. Elgan C, Samsioe G, Dykes AK.
treatment in young women. Influence of smoking and oral
Contraception. 1995;51(4):221–4. contraceptives on bone mineral density
and bone remodeling in young women:
a 2-year study. Contraception.
30. Sordal T, Grob P, Verhoeven C. Effects
2003;67(6):439–47.
on bone mineral density of a
monophasic combined oral
contraceptive containing nomegestrol 36. Elgan C, Dykes AK, Samsioe G. Bone
acetate/17beta-estradiol in comparison mineral density changes in young
to levonorgestrel/ethinylestradiol. Acta women: a two-year study. Gynecol
Obstet Gynecol Scand. Endocrinol. 2004;19(4):169–77.
2012;91(11):1279–85.
37. Endrikat J, Mih E, Dusterberg B, Land K,
31. Gargano V, Massaro M, Morra I, Gerlinger C, Schmidt W, et al. A 3-year
Formisano C, Di CC, Nappi C. Effects of double-blind, randomized, controlled
two low-dose combined oral study on the influence of two oral
contraceptives containing drospirenone contraceptives containing either 20
on bone turnover and bone mineral microg or 30 microg ethinylestradiol in
density in young fertile women: a combination with levonorgestrel on bone
prospective controlled randomized mineral density. Contraception.
study. Contraception. 2008;78(1):10–5. 2004;69(3):179–87.
38. Paoletti AM, Orru M, Lello S, Floris S,
Ranuzzi F, Etzi R, et al. Short-term
32. Nappi C, Di Spiezio SA, Greco E,
variations in bone remodeling markers
Tommaselli GA, Giordano E, Guida M.
of an oral contraception formulation
Effects of an oral contraceptive
containing 3 mg of drospirenone plus 30
containing drospirenone on bone
microg of ethinyl estradiol: observational
turnover and bone mineral density.
study in young postadolescent women.
Obstet Gynecol. 2005;105(1):53–60.
Contraception. 2004;70(4):293–8.

46
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

preparations on bone mineral density.


39. Nappi C, Di Spiezio SA, Acunzo G, Maturitas. 2006;54(2):176–80.
Bifulco G, Tommaselli GA, Guida M, et
al. Effects of a low-dose and ultra- 46. Gambacciani M, Spinetti A, Taponeco F,
lowdose combined oral contraceptive Cappagli B, Piaggesi L, Fioretti P.
use on bone turnover and bone mineral Longitudinal evaluation of
perimenopausal vertebral bone loss:
density in young fertile women: a
effects of a low-dose oral contraceptive
prospective controlled randomized preparation on bone mineral density and
study. Contraception. 2003;67(5):355-9. metabolism. Obstet Gynecol.
1994;83(3):392–6.
40. Reed SD, Scholes D, LaCroix AZ,
Ichikawa LE, Barlow WE, Ott SM. 47. Gambacciani M, Spinetti A, Cappagli B,
Longitudinal changes in bone density in Taponeco F, Maffei S, Piaggesi L, et al.
relation to oral contraceptive use. Hormone replacement therapy in
Contraception. 2003;68(3):177–82. perimenopausal women with a low dose
oral contraceptive preparation: effects
41. Cobb KL, Kelsey JL, Sidney S, Ettinger on bone mineral density and
B, Lewis CE. Oral contraceptives and metabolism. Maturitas. 1994;19(2).
bone mineral density in white and black
women in CARDIA. Coronary Risk 48. Gambacciani M, Cappagli B, Ciaponi M,
Development in Young Adults. Benussi C, Genazzani AR. Hormone
Osteoporosis Int. 2002;13(11):893–900. replacement therapy in perimenopause:
effect of a low dose oral contraceptive
42. Burr DB, Yoshikawa T, Teegarden D, preparation on bone quantitative
Lyle R, McCabe G, McCabe LD, et al. ultrasound characteristics. Menopause.
Exercise and oral contraceptive use 1999;6(1):43–8.
suppress the normal age-related
increase in bone mass and strength of 49. Gambacciani M, Ciaponi M, Cappagli B,
the femoral neck in women 18–31 years Benussi C, Genazzani AR. Longitudinal
of age. Bone. 2000;27(6):855-63. evaluation of perimenopausal femoral
bone loss: effects of a low-dose oral
43. Recker RR, Davies KM, Hinders SM, contraceptive preparation on bone
Heaney RP, Stegman MR, Kimmel DB. mineral density and metabolism.
Bone gain in young adult women. JAMA. Osteoporosis Int. 2000;11(6):544–8.
1992;268(17):2403–8.
50. Volpe A, Malmusi S, Zanni AL, Landi S,
44. Mazess RB, Barden HS. Bone density in Cagnacci A. Oral contraceptives and
premenopausal women: effects of age, bone metabolism. Eur J Contracept
dietary intake, physical activity, smoking, Reprod Health Care. 1997;2(4):225-8.
and birth-control pills. Am J Clin Nutr.
1991;53(1):132–42. 51. Hansen M, Overgaard K, Riis B,
Christiansen C. Potential risk factors for
45. Gambacciani M, Cappagli B, Lazzarini development of postmenopausal
V, Ciaponi M, Fruzzetti F, Genazzani osteoporosis – examined over a 12-year
AR. Longitudinal evaluation of period. Osteoporosis Int. 1991;1(2):95-
perimenopausal bone loss: effects of 102.
different low dose oral contraceptive

47
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

52. Shargil AA. Hormone replacement


therapy in perimenopausal women with
a triphasic contraceptive compound: a
three-year prospective study. Int J Fertil.
1985;30(1).

53. Taechakraichana N, Limpaphayom K,


Ninlagarn T, Panyakhamlerd K,
Chaikittisilpa S, Dusitsin N. A
randomized trial of oral contraceptive
and hormone replacement therapy on
bone mineral density and coronary heart
disease risk factors in postmenopausal
women. Obstet Gynecol. 2000;95(1):87–
94.

54. Taechakraichana N, Jaisamrarn U,


Panyakhamlerd K, Chaikittisilpa S,
Limpaphayom K. Difference in bone
acquisition among hormonally treated
postmenopausal women with normal
and low bone mass. J Med Assoc
Thailand. 2001;84 Suppl 2: S586–S92.

48
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

2. Rekomendasi untuk
kontrasepsi hormonal
kombinasi di antara wanita Kriteria seleksi untuk tinjauan sistematis
menyusui
Desain Penelitian Uji coba terkontrol
secara acak, studi
Pertanyaan 1: Di antara wanita kohort dan studi
menyusui, apakah inisiasi kombinasi kasus kontrol
kontrasepsi hormonal (KHK) pada <6 Populasi Wanita menyusui
minggu pascapartum memiliki efek Intervensi Penggunaan KHK
negatif pada hasil menyusui atau hasil Comparator Tidak ada
bayi, dibandingkan dengan kontrasepsi kontrasepsi atau
atau kontrasepsi non-hormonal? (Bukti penggunaan
langsung) kontrasepsi non-
hormonal
Outcome Hasil menyusui
Kriteria seleksi untuk tinjauan sistematis (durasi,
eksklusivitas,
Desain Penelitian Uji coba terkontrol suplementasi) Bayi
secara acak, studi hasil
kohort dan studi (pertumbuhan,
kasus kontrol kesehatan,
pembangunan)
Populasi Wanita menyusui
Database PubMed dan
Intervensi Penggunaan KHK
pencarian Cochrane
Comparator Tidak ada
kontrasepsi atau
penggunaan
Rekomendasi
kontrasepsi non-
• Wanita menyusui <6 minggu
hormonal
pascapersalinan tidak boleh
Outcome Hasil menyusui
menggunakan kontrasepsi hormonal
(durasi, eksklusivitas,
gabungan (kontrasepsi oral kombinasi,
suplementasi) Bayi
kombinasi patch kontrasepsi, kombinasi
hasil (pertumbuhan,
cincin vagina kontrasepsi, kontrasepsi
kesehatan,
suntik kombinasi) (MEC Kategori 4).
pembangunan)
• Wanita menyusui ≥ 6 minggu sampai <6
Database PubMed dan
bulan postpartum (terutama menyusui)
pencarian Cochrane
umumnya tidak boleh menggunakan
KHK (MEC Kategori 3).
Pertanyaan 2: Di antara wanita • Wanita menyusui ≥ 6 bulan postpartum
menyusui, apakah inisiasi kombinasi umumnya dapat menggunakan KHK
kontrasepsi hormonal (KHK) pada ≥ 6 (MEC Kategori 2).
minggu pascapartum memiliki efek
negatif pada hasil menyusui atau hasil Keterangan
bayi, dibandingkan dengan kontrasepsi • Karena heterogenitas desain penelitian,
atau kontrasepsi non-hormonal? (Bukti formulasi kontrasepsi dan ukuran hasil,
langsung) meta-analisis tidak dilakukan.
• Kontrasepsi hormonal gabungan (KHK)
tidak melindungi terhadap infeksi

49
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

menular seksual (IMS), termasuk HIV.


Jika ada risiko IMS / HIV, dianjurkan Kualitas Bukti
penggunaan kondom yang benar dan < 6 minggu pascapersalinan: (metode;
konsisten. Ketika digunakan dengan luaran)
benar dan konsisten, kondom
menawarkan salah satu metode Untuk KPK Rendah
perlindungan yang paling efektif terhadap dibandingkan dengan pil
IMS, termasuk HIV. Kondom wanita progestogenon (POPs),
efektif dan aman, tetapi tidak digunakan menyusui dan hasil bayi:
secara luas oleh program nasional Untuk KPK Sangat
sebagai kondom pria. dibandingkan dengan rendah
• Penggunaan kontrasepsi sukarela oleh keberlanjutan non-
wanita sangat penting untuk hormonal atau non-
menegakkan hak reproduksi mereka. penggunaan, menyusui:
Semua wanita memiliki hak atas Untuk KPK Sangat
informasi kontrasepsi, pendidikan, dan dibandingkan dengan rendah
konseling yang komprehensif dan durasi menyusui non-
berdasarkan bukti untuk memastikan hormonal atau tidak
pilihan yang diinformasikan. Pilihan digunakan:
kontrasepsi wanita dibuat dalam konteks Untuk KPK Rendah
waktu tertentu, sosial dan budaya; dibandingkan dengan
pilihannya kompleks, multifaktorial dan non-hormonal atau non-
dapat berubah. Pengambilan keputusan penggunaan,
untuk metode kontrasepsi biasanya suplementasi:
membutuhkan kebutuhan untuk Untuk KPK Sangat
membuat trade-off di antara metode dibandingkan dengan rendah
yang berbeda, dengan kelebihan dan hasil non-hormonal atau
kekurangan metode kontrasepsi spesifik non-penggunaan, luaran
yang bervariasi sesuai dengan keadaan, bayi:
persepsi dan interpretasi individu. Untuk patch, cincin, Tidak ada
kontrasepsi suntik bukti
Ringkasan Bukti gabungan (CIC):

Studi klinis menunjukkan hasil yang ≥ 6 minggu pascapersalinan (metode;


bertentangan mengenai efek pada luaran)
kelanjutan menyusui atau eksklusivitas
pada wanita yang terpapar kontrasepsi oral Untuk KPK, kelanjutan Rendah
kombinasi (KPK) selama laktasi. Tidak ada menyusui
efek yang konsisten pada pertumbuhan Untuk KPK, durasi Sangat rendah
atau penyakit bayi telah dilaporkan (1-6). menyusui
Hasil kesehatan yang buruk atau Untuk KPK, episode Sangat rendah
manifestasi dari estrogen eksogen pada menyusui
bayi yang terpajan KHK melalui ASI belum Untuk KPK, Rendah
terbukti; namun, penelitian tidak dirancang suplementasi
secara memadai untuk menentukan apakah Untuk KPK, hasil luaran Rendah
ada risiko efek jangka panjang yang serius. bayi
Untuk patch, cincin, CIC: Tidak ada
bukti

50
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

GRADE table 1 (Pertanyaan 1): Di antara wanita menyusui, apakah inisiasi kombinasi kontrasepsi hormonal (KHK) pada <6
minggu postpartum memiliki efek negatif pada hasil menyusui atau hasil bayi, dibandingkan tanpa kontrasepsi atau
kontrasepsi non-hormonal? (Bukti langsung)

Tipe dan
Jumlah
Keterbatasa Inkonsiste Ketidaktepata Ketidaklangs
Luaran Studi Faktor lain Kualitas Estimasi dampak
n nsi n ungan
(Jumlah
partisipan)
Pil kontrasepsi oral (kontrasepsi oral kombinasi) dibandingkan pil progestogen yang dimulai pada <6 minggu pascapartum
Melanjutkan 1 RCT (n = Keterbatasa Tidak Terdapat Tidak ada Tidak Rendah Ethinyl estradiol (EE) vs POP (1 RCT):
menyusui 127) n serius (1 dapat ketidaktepata ketidaklangs dapat 64% vs 64%, RR 1.0 (95% CI 0,78-1,3)
cukup) ditentukan n yang serius ungan diaplikasik pada 8 minggu; 44% vs 41%, RR 1.1
(1 studi) an (95% CI 0,71–1,6) pada 6 bulan

Penggunaan 1 RCT (n = Keterbatasa Tidak Terdapat Tidak ada Tidak Rendah EE vs POP (1 RCT): tidak ada perbedaan
suplementas 127) n serius (1 dapat ketidaktepata ketidaklangs dapat pada 8 minggu (data tidak disediakan)
i cukup) ditentukan n yang serius ungan diaplikasik
(1 studi) an

Pertumbuha 1 RCT (n = Keterbatasa Tidak Terdapat Tidak ada Tidak Rendah EE vs POP (1 RCT): tidak ada perbedaan
n bayi 127) n serius (1 dapat ketidaktepata ketidaklangs dapat dalam persen perubahan berat badan (P =
cukup) ditentukan n yang serius ungan diaplikasik 0,56), panjang (P = 0,41), atau lingkar
(1 studi) an kepala (P = 0,79) dari minggu ke 2–8

KPK dimulai pada <6 minggu postpartum vs non-hormonal atau tidak digunakan
Melanjutkan 1 RCT; 2 Keterbatasa Inkonsiste Tidak ada Ketidaklangs Variabilita Sangat 1 RCT menemukan EE KPK terkait
menyusui studi n yang nsi serius ketidaktapata ungan yang s dalam rendah dengan kemungkinan lebih rendah dari
nonrandomi sangat n yang serius serius hasil menyusui lanjutan vs plasebo atau Cu-IUD
sasi (n = serius (1 (formulasi dinilai dan pada 6 bulan (84% vs 91% vs 95%, RR
550) RCT KPK yang durasi 0,92 [95% CI 0,82-1,0] vs plasebo dan
berkualitas lebih tua tindak 0,88 [95% CI 0,79 –0.97] vs IUD) tetapi
cukup; 2 dengan lanjut tidak ada perbedaan pada 12 bulan (61%
penelitian mestranol) vs 59% vs 65%); 1 studi berkualitas buruk
berkualitas dari berbagai KPK tidak menemukan
buruk) perbedaan dalam kelanjutan menyusui
pada 6 minggu; 1 penelitian berkualitas
buruk menemukan inisiasi mestranol pada
2 minggu terkait dengan kemungkinan
rendah vs inisiasi pada 6 minggu (RR
0,40, 95% CI 0,17-0,96) atau tidak
digunakan (RR 0,29, 95% CI 0,13-0,64)

51
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Tipe dan
Jumlah Studi
Luaran Keterbatasan Inkonsistensi Ketidaktepatan Ketidaklangsungan Faktor lain Kualitas Estimasi dampak
(Jumlah
partisipan)
Durasi 1 studi kohort Keterbatasan Tidak dapat Tidak terdapat Ketidaklangsungan Tidak ada Sangat Berbagai KPK (quinestrol, EE
menyusui (n = 696) sangat serius ditentukan (1 ketidaktepatan yang serius rendah atau mestranol) vs no KPK (1
(1 buruk) studi) yang serius (Komponen studi): 2,5 hingga 4,6 vs 5,3
estrogen yang lebih bulan, P = 0,01 untuk quinestrol
tua dari formulasi dan mestranol vs KPK
KPK)
Penggunaan 2 RCT (n = Keterbatasan Tidak ada Terdapat Ketidaklangsungan Variabilitas Rendah 1 RCT berkualitas baik
suplemen 727) serius (1 inkonsistensi ketidaktepatan yang serius (studi dalam ditemukan EE KPK yang
cukup, 1 serius yang serius terbesar [n = 451] durasi dikaitkan dengan peningkatan
buruk) dievaluasi tindak kemungkinan suplementasi
mestranol KPK) lanjut dibandingkan plasebo suntik
(19,4% vs 7,8%, RR 2,5 [95% CI
1,1-5,4]) atau plasebo oral
(19,4% vs 8,0%, RR 2,4 [95% CI
1.0–5.8]) pada hari ke 91; 1
RCT berkualitas rendah
ditemukan KPKO mestranol
yang terkait dengan peningkatan
kemungkinan (12,3% vs 3,4%,
RR 3,6 [95% CI 1,7–8,1]) pada
hari ke 8
Pertumbuhan 3 RCT (n = Keterbatasan Terdapat Tidak ada Ketidaklangsungan Variabilitas Sangat 1 RCT berkualitas baik
bayi 712); 3 studi yang sangat inkonsistensi ketidaktepatan yang serius dalam hasil rendah ditemukan EE KPK terkait
observasional serius (1 RCT serius yang serius (sebagian besar dinilai dan dengan berat badan bayi yang
(n = 100) berkualitas studi dievaluasi durasi lebih rendah pada 6 bulan (7864
baik; 5 mestranol KPK) tindak vs 8333) dan 1 tahun (9938 vs
penelitian lanjut 10 746) vs plasebo; 4 studi
berkualitas berkualitas buruk dari mestranol
buruk) KPK melaporkan hasil yang
bertentangan vs plasebo atau
tanpa KPK (1 penelitian tidak
ada perbedaan, 1 studi
pertumbuhan yang lebih besar
dengan KPK, dan 2 studi kurang
berat badan dengan KPK)

CI: confidence interval; KPK: combined oral contraceptive; EE: ethinyl estradiol; IUD: intrauterine device; POP: progestogen-only pill; RCT: randomized, controlled trial; RR: relative risk.

52
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Referensi

1. Bahamondes L, Bahamondes MV, Modesto


W, Tilley IB, Magalhaes A, Pinto e Silva JL,
et al. Effect of hormonal contraceptives
during breastfeeding on infant’s milk
ingestion and growth. Fertil Steril.
2013;100(2):445-50.

2. Espey E, Ogburn T, Leeman L, Singh R,


Ostrom K, Schrader R. Effect of progestin
compared with combined oral contraceptive
pills on lactation: a randomized controlled
trial. Obstet Gynecol. 2012;119(1):5-13.

3. Kamal I, Hefnawi F, Ghoneim M, Abdallah M,


Abdel Razek S. Clinical, biochemical, and
experimental studies on lactation. V. Clinical
effects of steroids on the initiation of
lactation. Am J Obstet Gynecol.
1970;108(4):655-8.

4. Kamal I, Hefnawi F, Ghoneim M, Talaat M,


Younis N, Tagui A, et al. Clinical,
biochemical, and experimental studies on
lactation. II. Clinical effects of gestagens on
lactation. Am J Obstet Gynecol.
1969;105(3):324–34.

5. Kapp N, Curtis K. Combined oral


contraceptive use among breastfeeding
women: a systematic review. Contraception.
2010;82(1):10–16.

6. Koetsawang S, Bhiraleus P, Chiemprajert T.


Effects of oral contraceptives on lactation.
Fertil Steril. 1972;23(1):24–8.

53
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

3. Rekomendasi untuk Kontrasepsi Kriteria seleksi untuk systematic review


Hormonal Kombinasi pada Disain Penelitian RCT, Studi
wanita pascapersalinan Kohort, Studi
kasus kontrol,
Population Wanita usia
Pertanyaan 1: Di antara wanita pasca reproduktif
melahirkan, apakah penggunaan KHK Intervention pascapersalinan
meningkatkan risiko thromboembolisme
vena (VTE) dibandingkan dengan tidak Comparator Non-postpartum,
menggunakan KMK? (bukti langsung) tidak hamil
Outcome VTE
Kriteria seleksi untuk systematic review Sumber Database PubMed dan
Disain Penelitian RCT, Studi Cochrane Library
Kohort, Studi
kasus kontrol,
Population Postpartum
women
Intervention KHK use
Comparator Non-use of KHKs
Outcome VTE
Sumber Database PubMed dan
Cochrane Library

Pertanyaan 2: Di antara wanita usia


reproduksi, apakah wanita postpartum
memiliki peningkatan risiko vena
thromboembolism (VTE) dibandingkan
dengan non-postpartum, wanita yang
tidak hamil? (Bukti tidak langsung)

54
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Rekomendasi oral kombinasi, kombinasi patch


kontrasepsi, kombinasi cincin vagina
• Wanita yang <21 hari postpartum dan kontrasepsi, kontrasepsi suntik
tidak memiliki faktor risiko lain untuk kombinasi) tanpa pembatasan (MEC
tromboemboli vena (VTE) umumnya Kategori 1).
tidak boleh menggunakan kombinasi
kontrasepsi hormonal (KHK) (kontrasepsi Keterangan
oral kombinasi, kombinasi patch • Kelompok penyusun panduan (KPP)
kontrasepsi, kombinasi cincin vagina mempertimbangkan keseimbangan
kontrasepsi, kontrasepsi suntik manfaat dan bahaya untuk penggunaan
gabungan) (MEC Kategori 3). KHK di antara wanita pascamelahirkan,
• Wanita yang <21 hari postpartum pada titik waktu pascapersalinan yang
dengan faktor risiko lain untuk VTE tidak berbeda, dan dengan dan tanpa faktor
boleh menggunakan KHK (kombinasi risiko lain untuk VTE, termasuk risiko
kontrasepsi oral, kombinasi kontrasepsi, VTE pada periode postpartum, risiko
kombinasi cincin vagina kontrasepsi, yang terkait. dengan kehamilan berulang
kontrasepsi suntik gabungan) (MEC cepat, manfaat mencegah kehamilan
Kategori 4). Untuk wanita ≤ 42 hari berulang cepat, dan ketersediaan
postpartum dengan faktor risiko lain metode kontrasepsi lain yang aman
untuk VTE, seperti imobilitas, transfusi untuk digunakan oleh wanita
saat persalinan, BMI> 30 kg / m2, pascamelahirkan. KPP juga
perdarahan postpartum, segera setelah menganggap bahwa risiko kehamilan
persalinan caesar, pre-eklampsia atau selama 21 hari pertama pascapersalinan
merokok, penggunaan KHK dapat sangat rendah, tetapi meningkat setelah
menimbulkan tambahan peningkatan waktu itu pada wanita yang tidak
risiko VTE. menyusui; ovulasi sebelum menstruasi
• Wanita yang 21-42 hari pascapartum dan pertama adalah umum (1).
tidak memiliki faktor risiko lain untuk VTE • Karena heterogenitas desain penelitian,
umumnya dapat menggunakan KHK formulasi kontrasepsi dan ukuran hasil,
(kontrasepsi oral kombinasi, kombinasi meta-analisis tidak dilakukan.
patch kontrasepsi, kombinasi cincin • KHK tidak melindungi terhadap infeksi
vagina kontrasepsi, kontrasepsi suntik menular seksual (IMS), termasuk HIV.
gabungan) (MEC Kategori 2). Wanita Jika ada risiko IMS / HIV, dianjurkan
yang 21-42 hari pascapersalinan dengan penggunaan kondom yang benar dan
faktor risiko lain untuk VTE umumnya konsisten. Ketika digunakan dengan
tidak boleh menggunakan metode KHK benar dan konsisten, kondom
(kontrasepsi oral kombinasi, kombinasi menawarkan salah satu metode
kontrasepsi, kombinasi cincin vagina perlindungan yang paling efektif terhadap
kontrasepsi, kontrasepsi suntik IMS, termasuk HIV. Kondom wanita
gabungan) (MEC Kategori 3). Untuk efektif dan aman, tetapi tidak digunakan
wanita ≤ 42 hari postpartum dengan secara luas oleh program nasional
faktor risiko lain untuk VTE, seperti sebagai kondom pria.
imobilitas, transfusi saat persalinan, • Penggunaan kontrasepsi sukarela oleh
BMI> 30 kg / m2, perdarahan wanita sangat penting untuk
postpartum, segera setelah persalinan menegakkan hak reproduksi mereka.
caesar, pre-eklampsia atau merokok, Semua wanita memiliki hak atas
penggunaan KHK dapat menimbulkan informasi kontrasepsi, pendidikan, dan
tambahan peningkatan risiko VTE. konseling yang komprehensif dan
• Wanita yang> 42 hari pascapartum dapat berdasarkan bukti untuk memastikan
menggunakan metode KHK (kontrasepsi pilihan yang diinformasikan. Pilihan

55
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

kontrasepsi wanita dibuat dalam konteks


waktu tertentu, sosial dan budaya;
pilihannya kompleks, multifaktorial dan
dapat berubah. Pengambilan keputusan
untuk metode kontrasepsi biasanya
membutuhkan kebutuhan untuk
membuat trade-off di antara metode
yang berbeda, dengan kelebihan dan
kekurangan metode kontrasepsi spesifik
yang bervariasi sesuai dengan keadaan,
persepsi dan interpretasi individu.

Ringkasan Bukti

Satu penelitian meneliti penggunaan KHK


selama periode postpartum dan
menemukan bahwa tingkat VTE lebih tinggi
untuk pengguna KHK dibandingkan dengan
non-pengguna di semua titik waktu
postpartum. Harga secara signifikan
berbeda hanya setelah 13 minggu
pascapartum, tetapi jumlah yang perlu
dirugikan paling rendah dalam 6 minggu
pertama pascapartum (2). Risiko VTE
meningkat selama kehamilan dan periode
postpartum; risiko ini paling menonjol dalam
3 minggu pertama setelah melahirkan,
menurun mendekati tingkat baseline oleh 42
hari pascapersalinan (3-7).

Kualitas Bukti
(Intervensi dibanding comparator; luaran)

Penggunaan KHK Sangat rendah


dibanding non-KHK
menggunakan
postpartum; VTE
(langsung):
6 minggu pertama rendah
pascapersalinan
dibanding tidak
hamil, non-
pascapersalinan;
VTE (tidak
langsung):

56
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

GRADE table 1 (Pertanyaan 1): Di antara wanita pascamelahirkan, apakah kombinasi penggunaan kontrasepsi hormonal
(KHK) meningkatkan risiko tromboemboli vena (VTE) dibandingkan dengan tidak menggunakan KHK? (Bukti langsung)
Jenis dan
Jumlah
Luaran Studi Keterbatasan Inkonsistensi Ketidaktepatan Tidak langsung Faktor lain Kualitas Estimasi dampak
(Jumlah
subjek)
Penggunaan KHK dibanding tidak digunakan dalam periode postpartum
Venous 1 studi Keterbatasan Tidak dapat Terdapat Tidak ada Tidak ada Sangat VTE (1 studi): rasio rasio 1,3
thromboem kohort serius (1 baik) ditentukan (1 ketidaktepatan ketidaklangsun rendah (95% CI 0,3-5,2) pada minggu ke
bolism (773.017 cukup) serius gan 0–6 untuk penggunaan KHK vs
(VTE) orang- tidak digunakan; insidensi 4,9
tahun) (95% CI 0,6–18) vs 3,5 (95% CI
3,1-3,9) per 1000 orang-tahun
dalam minggu 0–6 dan 0,7 (95%
CI 0,3–1,6) vs 0,3 (95% CI 0,2-
0,5) per 1000 orang-tahun dalam
minggu 7–13
CI: confidence interval.

GRADE table 2 (Pertanyaan 2): Di antara wanita usia reproduksi, apakah wanita pasca melahirkan memiliki peningkatan
risiko tromboemboli vena (VTE) dibandingkan dengan wanita nonpostpartum, yang tidak hamil? (Bukti tidak langsung)
Jenis dan
Jumlah
Luaran Studi Keterbatasan Inkonsistensi Ketidaktepatan Tidak langsung Faktor lain Kualitas Estimasi dampak
(Jumlah
subjek)
6 minggu pertama pascapersalinan vs tidak hamil, tidak pascapersalinan
Venous 4 penelitian Keterbatasan Tidak ada Tidak ada Terdapat Efek durasi- Rendah Setiap VTE (2 penelitian): rasio
thromboem kohort (n=3 serius (1 inkonsistensi ketidaktepatan ketiidak respons dalam 6 tingkat 21,5 (CI tidak tersedia)
bolism 365 650); 1 bagus, 4 serius (arah serius langsungan minggu pertama, dan 22 (95% CI 18-27) dan OR
(VTE) studi kontrol cukup) konsisten; yang serius 1-3 minggu 84 (95% CI 32-223) dan 12 (95%
kasus (285 variabilitas (bukan wanita pertama terkait CI 7,9-18,6)
kasus) dalam yang dengan risiko DVT (1 studi): rasio insidensi 15
besarnya) menggunakan tertinggi, minggu (95% CI 13–18)
KHK vs tidak 0–6 terkait Emboli paru (1 penelitian): rasio
menggunakan dengan risiko insiden 9.2 (95% CI 6.5-13)
KHK) yang lebih tinggi
daripada setelah
minggu 7b
CI: confidence interval; OR: odds ratio.
a
Berdasarkan 5 penelitian, 4 di antaranya melaporkan insidensi per minggu dan 1 di antaranya melaporkan proporsi kejadian VTE per minggu.
b
Berdasarkan 6 studi

57
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Referensi review. Obstet Gynecol.


2011;117(3):691–703.
1. Jackson E, Glasier A. Return of
ovulation and menses in postpartum
nonlactating women: a systematic
review. Obstet Gynecol.
2011;117(3):657–62.

2. Petersen JF, Bergholt T, Nielsen AK,


Paidas MJ, Lokkegaard EC.
Combined hormonal contraception
and risk of venous thromboembolism
within the first year following
pregnancy. Danish nationwide
historical cohort 1995–2009. Thromb
Haemost. 2014;112(1):73–8.

3. Kamel H, Navi BB, Sriram N,


Hovsepian DA, Devereux RB, Elkind
MS. Risk of a thrombotic event after
the 6-week postpartum period. N
Engl J Med. 2014;370(14):1307–15.

4. Sultan AA, Tata LJ, West J, Fiaschi


L, Fleming KM, Nelson-Piercy C, et
al. Risk factors for first venous
thromboembolism around
pregnancy: a populationbased
cohort study from the United
Kingdom. Blood.
2013;121(19):3953–61.

5. Sultan AA, West J, Tata LJ, Fleming


KM, Nelson-Piercy C, Grainge MJ.
Risk of first venous
thromboembolism in and around
pregnancy: a population-based
cohort study. Br J Haematol.
2012;156(3):366–73.

6. Tepper NK, Boulet SL, Whiteman


MK, Monsour M, Marchbanks PA,
Hooper WC, et al. Postpartum
venous thromboembolism: incidence
and risk factors. Obstet Gynecol.
2014;123(5):987–96. Jackson E,
Curtis KM, Gaffield ME. Risk of
venous thromboembolism during the
postpartum period: a systematic

58
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

4. Rekomendasi untuk kombinasi


kontrasepsi hormonal di antara
wanita dengan gangguan vena Kriteria seleksi untuk systematic review
superfisial Disain Penelitian RCT, Studi Kohort,
Studi kasus kontrol,

Nomenklatur penyakit telah diperbarui untuk Population Wanita dengan


mencerminkan terminologi standar yang SVT
diakui saat ini dan lebih akurat Intervention KHK use
menggambarkan kondisi dan sub-kondisi.
Nama keseluruhan kondisi telah diubah Comparator Non-use of KHKs
menjadi “gangguan vena superfisial”.
Outcome VTE
Subkondisi "thrombophlebitis superfisial"
telah diubah menjadi "trombosis vena Sumber Database PubMed dan
superfisial" (SVT). Cochrane Library

Pertanyaan 1: Di antara wanita dengan


varises, apakah penggunaan kombinasi Rekomendasi
kontrasepsi hormonal (KHK) meningkatkan • Wanita dengan varises dapat
risiko tromboemboli vena (VTE) atau menggunakan kontrasepsi hormonal
trombosis vena superfisial (SVT) gabungan (kontrasepsi oral kombinasi,
dibandingkan dengan tidak menggunakan kombinasi patch kontrasepsi, kombinasi
KHK? (Bukti langsung)
cincin vagina kontrasepsi, kontrasepsi
suntik gabungan) tanpa pembatasan
Kriteria seleksi untuk systematic review
(MEC Kategori 1).
Disain Penelitian RCT, Studi Kohort,
• Wanita dengan trombosis vena
Studi kasus kontrol,
superfisial (SVT) umumnya dapat
Population Wanita dengan
menggunakan kontrasepsi hormonal
varises vena
gabungan (kontrasepsi oral kombinasi,
Intervention KHK use
kombinasi patch kontrasepsi, kombinasi
Comparator Non-use of KHKs cincin vagina kontrasepsi, kontrasepsi
Outcome VTE atau SVT suntik kombinasi) (MEC Kategori 2). SVT
Sumber Database PubMed dan dapat dikaitkan dengan peningkatan
Cochrane Library risiko tromboemboli vena (VTE).
Keterangan
Pertanyaan 2: Di antara wanita dengan • Karena heterogenitas desain penelitian,
trombosis vena superfisial (SVT), apakah formulasi kontrasepsi dan ukuran hasil,
penggunaan kombinasi kontrasepsi meta-analisis tidak dilakukan.
hormonal (KHK) meningkatkan risiko • KHK tidak melindungi terhadap
tromboemboli vena (VTE) dibandingkan infeksi menular seksual (IMS),
dengan tidak menggunakan KHK? (Bukti termasuk HIV. Jika ada risiko IMS /
langsung) HIV, dianjurkan penggunaan
kondom yang benar dan konsisten.
Ketika digunakan dengan benar dan
konsisten, kondom menawarkan
salah satu metode perlindungan
yang paling efektif terhadap IMS,
59
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

termasuk HIV. Kondom wanita penggunaan KHK;


efektif dan aman, tetapi tidak risiko SVT:
digunakan secara luas oleh program
nasional sebagai kondom pria. Wanita dengan Trombosis Vena Superfisial
• Penggunaan kontrasepsi sukarela (intervensi dibanding comparator; luaran)
oleh wanita sangat penting untuk
menegakkan hak reproduksi Penggunaan KHK Sangat rendah
dibanding non-
mereka. Semua wanita memiliki hak
penggunaan KHK;
atas informasi kontrasepsi, risiko VTE:
pendidikan, dan konseling yang
komprehensif dan berdasarkan bukti
untuk memastikan pilihan yang
diinformasikan. Pilihan kontrasepsi
wanita dibuat dalam konteks waktu
tertentu, sosial dan budaya;
pilihannya kompleks, multifaktorial
dan dapat berubah. Pengambilan
keputusan untuk metode kontrasepsi
biasanya membutuhkan kebutuhan
untuk membuat trade-off di antara
metode yang berbeda, dengan
kelebihan dan kekurangan metode
kontrasepsi spesifik yang bervariasi
sesuai dengan keadaan, persepsi
dan interpretasi individu.
Ringkasan Bukti

Satu studi menunjukkan bahwa di antara


wanita dengan varises, tingkat VTE dan
SVT lebih tinggi pada pengguna kontrasepsi
oral dibandingkan dengan non-pengguna;
Namun, signifikansi statistik tidak dilaporkan
dan jumlah kejadiannya kecil (1). Satu studi
menunjukkan bahwa di antara wanita
dengan SVT, risiko VTE lebih tinggi pada
pengguna kontrasepsi oral dibandingkan
dengan non-pengguna (2).

Kualitas Bukti
Wanita dengan vena varises
(intervensi dibanding comparator; luaran)

Penggunaan KHK Sangat rendah


dibanding non-
penggunaan KHK;
risiko VTE:
Penggunaan KHK Sangat rendah
dibanding non-

60
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

GRADE table 1 (Pertanyaan 1): Di antara wanita dengan varises, apakah penggunaan kombinasi kontrasepsi hormonal (KHK)
meningkatkan risiko tromboemboli vena (VTE) atau trombosis vena superfisial (SVT) dibandingkan dengan tidak menggunakan KHK?
(Bukti langsung)
TIpe dan
Jumlah
Luaran Studi Keterbatasan Inkonsistensi Ketidaktepatan Ketidaklangsungan Faktor lain Kualitas Estimasi dampak
(Jumlah
partisipan)
Penggunaan kontrasepsi oral dibanding tidak digunakan pada wanita dengan varises
Trombosi 1 penelitian Keterbatasan Tidak dapat Terdapat Tidak ada Tidak ada Sangat IRR 5,97 pada wanita dengan
s Vena kohort (96 serius (1 ditentukan (1 ketidaktepatan ketidaklangsungan rendah riwayat varises; 4,42 pada
Dalam 335 wanita- baik) studi) serius wanita tanpa riwayat varises
(DVT) tahun)

Trombosi 1 penelitian Keterbatasan Tidak dapat Terdapat Tidak ada Tidak ada Sangat IRR 1,40 pada wanita dengan
s Vena kohort (96 serius (1 ditentukan (1 ketidaktepatan ketidaklangsungan rendah riwayat varises; 2,45 pada
Superfici 335 wanita- baik) studi) serius wanita tanpa riwayat varises
al (SVT) tahun)

IRR: incidence rate ratio.


GRADE table 2 (Pertanyaan 2): Di antara wanita dengan trombosis vena superfisial (SVT), apakah penggunaan kombinasi kontrasepsi
hormonal (KHK) meningkatkan risiko tromboemboli vena (VTE) dibandingkan dengan tidak menggunakan KHK? (Bukti langsung)

Luaran Tipe dan Keterrbatasan Inkonsistensi Ketidaktepatan Ketidaklangsungan Faktor Kualitas Estimasi dampak
Jumlah lain
Studi
(Jumlah
partisipan)
Penggunaan kontrasepsi oral dibanding tidak digunakan pada wanita dengan trombosis vena superfisial
Tromboe 1 studi Keterbatasan Tidak dapat Terdapat Tidak ada Tidak Sangat ATAU 4.0 (95% CI 3.3–4.7) untuk
mboli kasus serius (1 baik) ditentukan (1 ketidaktepatan ketidaklangsungan ada rendah penggunaan OC vs tidak
vena kontrol studi) serius digunakan tanpa riwayat SVT;
(VTE) (1445 ATAU 8.4 untuk penggunaan OC
kasus) vs tidak digunakan dengan
riwayat SVT (berdasarkan OR 5,1
(95% CI 2,8-9,5) untuk tidak
menggunakan OC dan 43,0 (95%
CI 15,5-119,3) penggunaan OC,
referensi tidak ada riwayat SVT /
tidak menggunakan OC)
CI: confidence interval; OC: oral contraceptive; OR: odds ratio.
a
Adjusted for age, BMI, smoking and family history of VTE; similar pattern observed for DVT, DVT + PE, and PE.

61
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Referensi

1. Oral contraceptives, venous


thrombosis, and varicose veins.
Royal College of General
Practitioners’ Oral Contraception
Study. J R Coll Gen Pract.
1978;28(192):393–9.

2. Roach RE, Lijfering WM, van


Hylckama Vlieg A, Helmerhorst FM,
Rosendaal FR, Cannegieter SC. The
risk of venous thrombosis in
individuals with a history of
superficial vein thrombosis and
acquired venous thrombotic risk
factors. Blood. 2013;122(26):4264–
9.

62
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

5. Rekomendasi untuk Kriteria seleksi untuk systematic review


kontrasepsi hormonal
gabungan antara wanita Disain Penelitian RCT, Studi
dengan dislipidaemia Kohort, Studi
kasus kontrol,
Pertanyaan 1: Di antara wanita dengan
dislipidaemia yang diketahui, tanpa
Population Wanita usia
faktor risiko kardiovaskular lain yang reproduktif yang
dikenal, apakah kombinasi penggunaan menggunakan
kontrasepsi hormonal (KHK) KHK
meningkatkan risiko tromboemboli arteri Intervention Dislipidemia yang
(ATE), tromboemboli vena (VTE) atau diketahui tanpa
pankreatitis dibandingkan dengan tidak faktor risiko
menggunakan KHK? (Bukti langsung) kardiovaskular
Kriteria seleksi untuk systematic review lain yang
Disain Penelitian RCT, Studi diketahui
Kohort, Studi Comparator Tidak ada
kasus kontrol, dislipidemia yang
Population Wanita usia diketahui
reproduktif Outcome ATE atau VTE
dengan atau pankreatitis
dislipidemia Sumber Database PubMed dan
Intervention KHK use Cochrane Library
Comparator Non-use of KHKs
Outcome Kejadian Pertanyaan 3: Di antara wanita dengan
thrombosis arteri dislipidaemia yang diketahui tanpa faktor
(misal infark risiko kardiovaskular lain, apakah
miokard, stroke kombinasi penggunaan kontrasepsi
trombotik), VTE, hormonal (KHK) meningkatkan risiko
pankreatitis perburukan kelainan lipid dibandingkan
dengan tidak menggunakan KHK? (Bukti
Sumber Database PubMed dan
tidak langsung)
Cochrane Library

Pertanyaan 2: Di antara wanita usia


reproduksi yang menggunakan
kombinasi hormonal contraception
(KHK), apakah wanita dengan
dislipidaemia yang diketahui tanpa faktor
risiko kardiovaskular lain yang dikenal
pada peningkatan risiko untuk ATE, VTE
atau pankreatitis dibandingkan dengan
wanita tanpa dislipidaemia yang
diketahui? (Bukti tidak langsung)

63
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

memerlukan pertimbangan klinis lebih


lanjut.
Kriteria seleksi untuk systematic review

Disain Penelitian RCT, Studi Kohort, Keterangan


Studi kasus kontrol, • Kelompok penyusun panduan (KPP)
menetapkan bahwa nama kondisi yang
ada, "hyperlipidaemia yang diketahui",
Population Wanita usia
reproduktif dengan harus diubah menjadi "dyslipidaemia
dislipidemia yang diketahui" untuk menggambarkan
Intervention KHK use spektrum abnormalitas lipid yang
penting secara klinis. Mereka juga
Comparator Non-use of KHKs menetapkan bahwa kondisi tersebut
harus hanya mencakup wanita “tanpa
Outcome Memburuknya
faktor risiko kardiovaskular yang
kelainan lipid
(misalnya diketahui” untuk kejelasan yang lebih
peningkatan baik.
kolesterol total, • KPP mencatat bahwa risiko absolut
LDL atau garis dasar untuk penyakit
trigliserida; kardiovaskular di kalangan wanita usia
penurunan HDL) reproduksi sangat rendah. Dengan
Sumber Database PubMed dan menggunakan model prediksi risiko
Cochrane Library kardiovaskular yang tersedia, bahkan
di antara wanita perimenopause sehat
dengan kolesterol total tinggi dan HDL
Rekomendasi normal, risiko 10 tahun untuk penyakit
• Wanita dengan dislipidaemia yang kardiovaskular tetap rendah. Pedoman
diketahui tanpa faktor risiko terbaru dari Gugus Tugas Kelima dari
kardiovaskular yang dikenal lainnya European Society of Cardiology,
umumnya dapat menggunakan diterbitkan pada tahun 2012,
kombinasi metode kontrasepsi hormonal memprediksi bahwa wanita sehat
(kontrasepsi oral kombinasi, gabungan berusia 45-49 tahun dengan kadar
tapak kontrasepsi, kombinasi cincin kolesterol total lebih dari 280 mg / dL
vagina kontrasepsi, kontrasepsi suntik memiliki 10% risiko 10 tahun untuk
kombinasi) (MEC Kategori 2). Skrining infark miokard fatal (MI) atau stroke;
rutin tidak tepat karena kelangkaan demikian pula, pedoman terbaru yang
kondisi dan tingginya biaya skrining. dikeluarkan oleh American College of
Peningkatan kadar kolesterol total, low- Cardiology dan American Heart
density lipoprotein (LDL) dan trigliserida, Association memprediksi 1,9% risiko 10
serta penurunan tingkat high-density tahun untuk MI atau stroke pertama
lipoprotein (HDL), diketahui sebagai non-fatal atau fatal. Lebih lanjut,
faktor risiko penyakit kardiovaskular. disimpulkan bahwa bahkan jika
Wanita dengan gangguan lipid genetik penggunaan kontrasepsi oral
berat yang diketahui memiliki risiko kombinasi (KPK) meningkatkan risiko
seumur hidup yang jauh lebih tinggi MI atau stroke di antara wanita usia
untuk penyakit kardiovaskular mungkin reproduksi dengan dyslipidaemia yang
diketahui dan tidak ada faktor risiko lain

64
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

untuk penyakit kardiovaskular, risiko perlindungan yang paling efektif


absolut untuk efek samping serius ini terhadap IMS, termasuk HIV. Kondom
tetap rendah. wanita efektif dan aman, tetapi tidak
• Penggunaan kombinasi hormonal digunakan secara luas oleh program
contraception (KHK) di antara wanita nasional sebagai kondom pria.
dengan kelainan lipid genetik yang • Penggunaan kontrasepsi sukarela oleh
parah mungkin memerlukan wanita sangat penting untuk
pertimbangan klinis lebih lanjut menegakkan hak reproduksi mereka.
mengingat bahwa wanita ini memiliki Semua wanita memiliki hak atas
risiko seumur hidup yang jauh lebih informasi kontrasepsi, pendidikan, dan
tinggi untuk penyakit kardiovaskular. konseling yang komprehensif dan
• KPP menentukan bahwa risiko untuk berdasarkan bukti untuk memastikan
kejadian trombotik arteri adalah masalah pilihan yang diinformasikan. Pilihan
keamanan utama bagi wanita dengan kontrasepsi wanita dibuat dalam konteks
dislipidaemia yang diketahui tanpa waktu tertentu, sosial dan budaya;
faktor risiko kardiovaskular lainnya. pilihannya kompleks, multifaktorial dan
Terlepas dari penggunaan KPK, dapat berubah. Pengambilan keputusan
tampaknya tidak ada hubungan yang untuk metode kontrasepsi biasanya
jelas antara dislipidemia dan risiko VTE membutuhkan kebutuhan untuk
di antara wanita usia reproduksi, dan membuat trade-off di antara metode
bukti tidak langsung dari satu penelitian yang berbeda, dengan kelebihan dan
yang diidentifikasi dalam tinjauan kekurangan metode kontrasepsi spesifik
sistematis kami mencatat hanya sedikit yang bervariasi sesuai dengan keadaan,
peningkatan risiko untuk VTE di antara persepsi dan interpretasi individu.
pengguna KPK dengan kondisi
Ringkasan Bukti
dibandingkan dengan pengguna tanpa
kondisi. Tidak ada data komparatif yang Satu studi kasus-kontrol menunjukkan
tersedia untuk menilai risiko pankreatitis peningkatan risiko MI di antara pengguna
pada wanita dengan dislipidaemia yang KPK dengan hiperkolesterolemia
diketahui, dan meskipun sudah dibandingkan dengan non-pengguna tanpa
diketahui bahwa peningkatan kadar hiperkolesterolemia (1). Satu penelitian
trigliserida berhubungan dengan kohort retrospektif menyarankan
pankreatitis akut, hipertrigliseridemia peningkatan risiko stroke dan VTE di antara
berat adalah kondisi yang sangat langka pengguna KPK dengan dislipidemia
dengan risiko pankreatitis yang terkait dibandingkan dengan pengguna KPK tanpa
dengan kadar trigliserida ≥ 1000 mg / dL dislipidaemia (2). Satu penelitian kohort
diperkirakan sekitar 5%. prospektif menyarankan tidak ada
perburukan kelainan lipid di antara
• Karena heterogenitas desain penelitian,
pengguna KHK dengan dislipidemia
formulasi kontrasepsi dan ukuran hasil, dibandingkan dengan non-pengguna
meta-analisis tidak dilakukan. dengan dislipidemia (3).
• KHK tidak melindungi terhadap infeksi
menular seksual (IMS), termasuk HIV.
Jika ada risiko IMS / HIV, dianjurkan
penggunaan kondom yang benar dan
konsisten. Ketika digunakan dengan
benar dan konsisten, kondom
menawarkan salah satu metode

65
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Kualitas Bukti

Penggunaan KHK Sangat rendah


dibanding non-
penggunaan
KHK; ATE, VTE
atau pankreatitis
(langsung):
Ketahui Sangat rendah
dislipidemia
dibandingkan
dengan tidak ada
dylipidaemia;
ATE, VTE atau
pankreatitis (tidak
langsung):
Penggunaan KHK Sangat rendah
dibanding nonuse
KHK; risiko
kelainan lipid
(tidak langsung):

66
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

GRADE table 1 (Pertanyaan 1): Di antara wanita dengan dislipidaemia yang diketahui tanpa faktor risiko kardiovaskular
yang dikenal, apakah kombinasi penggunaan kontrasepsi hormonal (KHK) meningkatkan risiko tromboemboli arteri (ATE),
tromboemboli vena (VTE) atau pankreatitis dibandingkan dengan tidak menggunakan KHK?

Tipe dan
Jumlah
Faktor
Luaran Studi Keterrbatasan Inkonsistensi Ketidaktepatan Ketidaklangsungan Kualitas Estimasi dampak
lain
(Jumlah
partisipan)
Penggunaan kontrasepsi oral kombinasi (KPK) vs tidak digunakan pada wanita dengan hiperlipidemia
Infark 1 studi Keterbatasan Tidak dapat Terdapat Tidak ada Tidak ada Sangat OR 7.5 for KPK use vs no KPK
miokard kontrol sangat serius ditentukan (1 ketidaktepatan ketidaklangsungan rendah use, based on OR 24.7 (95% CI
kasus (1 buruk) studi) serius 5.6–108.5) for KPK
(248 use/hyperlipidemia and 3.3 (95%
kasus) CI 1.6–6.8) for
no KPK use/hyperlipidaemia,
reference no KPK use/no
hyperlipidaemia
CI: confidence interval; OR: odds ratio

67
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

GRADE table 2 (Pertanyaan 2): Di antara wanita usia reproduksi yang menggunakan kombinasi hormonal contraception
(KHK), apakah wanita dengan dislipidaemia yang diketahui tanpa faktor risiko kardiovaskular lain yang dikenal pada
peningkatan risiko untuk ATE, VTE atau pankreatitis dibandingkan dengan wanita tanpa dislipidaemia yang diketahui?
(Bukti tidak langsung)

Tipe
dan
Jumlah Faktor
Luaran Keterrbatasan Inkonsistensi Ketidaktepatan Tidak langsung Kualitas Estimasi dampak
Studi lain
(Jumlah
subjek)
Penggunaan kontrasepsi oral kombinasi (KPK) vs tidak digunakan pada wanita dengan hiperlipidemia
Trombosis 1 studi Keterbatasan Tidak dapat Terdapat ketidaklangsungan Tidak Sangat 8.51 vs 6.14 per 10 000 woman-
Vena Dalam kohort sangat serius ditentukan (1 ketidaktepatan yang serius (tidak ada rendah years, IRR
(DVT) dan (n = (1 buruk) studi) serius menggunakan 1.39 (95% CI 1.04–1.85)
Emboli Paru 329 KPK vs tidak
(PE) 995) digunakan)

Memburuknya hiperlipidemia pada pengguna kombinasi kontrasepsi oral vs non-pengguna


Transient 1 studi Keterbatasan Tidak dapat Terdapat ketidaklangsungan Tidak Sangat 10.14 vs 5.76 per 10 000-woman
ischemic kohort sangat serius ditentukan (1 ketidaktepatan yang serius (tidak ada rendah years,
attacks and (n = (1 buruk) studi) serius menggunakan IRR 1.76 (95% CI 1.51–2.06)
cerebrovascular 329 KPK vs tidak
accidents 995) digunakan)

CI: confidence interval; IRR: incidence rate ratio.

68
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Referensi

1. Tanis BC, van den Bosch MA,


Kemmeren JM, Cats VM,
Helmerhorst FM, Algra A, et al. Oral
contraceptives and the risk of
myocardial infarction. N Engl J Med.
2001;345(25):1787–93.

2. Gronich N, Lavi I, Rennert G. Higher


risk of venous thrombosis
associated with drospirenone-
containing oral contraceptives: a
population-based cohort study.
CMAJ. 2011;183(18): E1319-25.

3. Runnebaum B, Grunwald K, Rabe T.


The efficacy and tolerability of
norgestimate/ethinyl estradiol (250
micrograms of norgestimate/35
micrograms of ethinyl estradiol):
results of an open, multicenter study
of 59,701 women. Am J Obstet
Gynecol. 1992;166(6 Pt 2):1963–8.

69
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

6. Rekomendasi untuk kontrasepsi


progestogen saja dan perangkat
intrauterin yang melepaskan
levonorgestrel di antara wanita Kriteria seleksi untuk systematic review
menyusui
Disain Penelitian RCT, Studi
Kohort, Studi
Pertanyaan 1: Di antara wanita menyusui
kasus kontrol,
(dan bayi mereka), apakah penggunaan
kontrasepsi progestogen saja (POCs) Population Wanita menyusui
dan perangkat intrauterin pelepas dan anaknya
levonorgestrel (AKDR-LNG) memiliki Intervention Penggunaan
dampak pada pemberian ASI atau hasil POC atau AKDR-
kesehatan bayi dibandingkan dengan LNG dimulai ≤ 6
mereka yang tidak menggunakan POC? minggu
(Bukti langsung) postpartum
Comparator Penggunaan
Kriteria seleksi untuk systematic review POC atau AKDR-
LNG dimulai> 6
Pertanyaan 2: Di antara ibu yang
menyusui (dan bayi mereka), apakah minggu
penggunaan kontrasepsi progestogen postpartum
saja (POC) dan perangkat intrauterin Outcome Menyusui
yang melepaskan levonorgestrel yang kelanjutan dan
dimulai hingga 6 minggu setelah eksklusivitas /
melahirkan berdampak pada pemberian suplementasi;
ASI atau hasil kesehatan bayi pertumbuhan bayi
dibandingkan dengan inisiasi setelah 6 (yang diukur
minggu postpartum? (Bukti langsung) berdasarkan
berat, panjang,
lingkar kepala,
lingkar lengan
atau ketebalan
lipatan kulit);
kesehatan bayi
(yang diukur
dengan penyakit
dan kematian);
perkembangan
bayi
Sumber Database PubMed dan
Cochrane Library

70
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

6b. Rekomendasi untuk penggunaan


6a. Rekomendasi untuk penggunaan perangkat intrauterine
kontrasepsi progestogen (pil, suntikan, levonorgestrelreleasing (AKDR-LNG)
implan)
<48 jam pascapersalinan
< 6 minggu pascapersalinan • Wanita menyusui yang <48 jam
• Wanita menyusui yang <6 minggu postpartum umumnya dapat
pascapartum umumnya dapat menggunakan AKDR-LNG (MEC
menggunakan pil progestogen saja Kategori 2).
(POPs), dan implan levonorgestrel
(LNG) dan etonogestrel (ETG) (MEC ≥4 minggu pascapersalinan
Kategori 2). • Wanita menyusui (dan tidak menyusui)
• Wanita menyusui yang <6 minggu dapat menggunakan AKDR-LNG tanpa
pascapartum umumnya tidak boleh pembatasan pada ≥ 4 minggu
menggunakan suntikan progestogen pascapersalinan (MEC Kategori 1).
saja (DMPA / NET-EN) (MEC Kategori
3). Ada kekhawatiran teoretis tentang Sepsis purpuralis
paparan potensial neonatus terhadap
• Wanita menyusui (dan tidak menyusui)
DMPA / NET-EN selama 6 minggu
pertama pascapartum. Namun, dalam dengansepsis purpural seharusnya tidak
banyak pengaturan, risiko morbiditas memiliki AKDR-LNG yang dimasukkan
dan mortalitas terkait kehamilan tinggi, (MECKategori 4).
dan akses ke layanan terbatas. Dalam
pengaturan seperti itu, DMPA / NET-EN Keterangan
mungkin merupakan salah satu dari • Data hewan menunjukkan efek
beberapa jenis metode yang tersedia
progesteron padamengembangkan
secara luas dan dapat diakses oleh
wanita menyusui segera setelah otak; apakah efek serupa terjadi
melahirkan. berikutpaparan progestogen pada
manusia tidak jelas (1-3). Tersediadata
≥ 6 minggu sampai < 6 bulan dari uji klinis dan observasi tidak
pascapersalinan menyarankan peningkatan risiko untuk
• Wanita menyusui yang 6 minggu kinerja menyusui atau hasil kesehatan
sampai <6 bulan postpartum dapat
bayi dengan penggunaan progestogen
menggunakan tanpa pembatasan
metode kontrasepsi berikut: POPs, saja suntikan dibandingkan dengan
injeksi progestogen saja (DMPA dan hasil dalam penelitian menggunakan
NET-EN), dan implan LNG dan ETG lainnyametode progestogen saja (4-8).
(MEC Kategori 1). Namun, Panduan Kelompok
Pengembangan merasa bahwa, sebagai
≥ 6 minggu pascapersalinan bayi dalam 6 minggu pertamahidup
• Wanita menyusui yang ≥ 6 bulan
mungkin terkena kadar hormon yang
postpartum dapat menggunakan tanpa
pembatasan metode kontrasepsi lebih tinggi dengan penggunaan
berikut: POPs, suntikan progestogen suntikan progestogen saja,
saja (DMPA dan NET-EN), dan implan dibandingkan dengan paparan
LNG dan ETG (MEC Kategori 1). menggunakan metode lain kontrasepsi
progestogen saja (POCs), risiko teoretis

71
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

dari suntikan progestogen saja dapat tinjauan sistematis yang menyelidiki


melebihi manfaatnya, terutama dalam penggunaannya POC pada wanita
pengaturan dengan akses ke berbagai menyusui dan dilaporkan secara klinis hasil
macam metode kontrasepsi. yang relevan dari ertumbuhan bayi,
• Karena heterogenitas desain penelitian, kesehatan atau kinerja menyusui. Bukti
kontrasepsi metode / formulasi dan langsung menunjukkan tidak ada pengaruh
ukuran hasil, sebuah metaanalisis tidak POC pada kinerja menyusui (4-51), dan
dilakukan umumnya tidak menunjukkan efek
• KP tidak melindungi terhadap infeksi berbahaya pada pertumbuhan, kesehatan
menular seksual (IMS), termasuk HIV. atau perkembangan bayi (6, 7, 28, 42).
Jika ada risiko IMS / HIV, itu benar dan Namun, penelitian-penelitian ini telah
penggunaan kondom konsisten dilakukan tidak dirancang secara memadai
dianjurkan. Kapan digunakan dengan untuk menentukan apakah ada risiko efek
benar dan konsisten, kondom jangka panjang.
menawarkan salah satunya metode
perlindungan yang paling efektif Satu percobaan acak menemukan bahwa
terhadap IMS, termasuk HIV. Kondom pemasangan langsung dari AKDR-LNG
wanita efektif dan aman, tetapi tidak dikaitkan dengan penurunan durasi
digunakan secara luas oleh program menyusui dibandingkan dengan insersi
nasional sebagai kondom laki-laki. yang tertunda (5). Dua uji coba terkontrol
• Penggunaan kontrasepsi sukarela oleh secara acak lainnya yang menilai inisiasi
wanita sangat penting untuk awal POC yang tertunda dan gagal
menegakkan hak-hak reproduksi menunjukkan perbedaan dalam hasil
mereka. Semua wanita memiliki hak menyusui (4, 16). Dalam penelitian lain,
untuk kontrasepsi komprehensif inisiasi LNG-AKDR setelah 4 minggu
berbasis bukti informasi, pendidikan, postpartum menunjukkan tidak ada efek
dan konseling untuk memastikan yang merugikan hasil menyusui (11, 13,
informasi pilihan. Pilihan kontrasepsi 45).
wanita dibuat di a waktu tertentu,
konteks sosial dan budaya; pilihannya Kualitas Bukti
kompleks, multifaktorial dan dapat
berubah. Decisionmaking untuk metode <6 minggu pascapersalinan
kontrasepsi biasanya membutuhkan
perlu membuat trade-off di antara Luaran menyusui
metode yang berbeda, dengan Kontrasepsi Pil Progestin (KPP):
kelebihan dan kekurangan kontrasepsi Kelanjutan menyusi, Rendah
spesifik metode bervariasi sesuai durasi menyusui
dengan keadaan individu, persepsi dan Konsumsi suplemen Sangat
interpretasi. rendah

Ringkasan bukti Kontrasepsi Suntik Progestin (DMPA/NET-


EN):
Empat puluh tujuh artikel melaporkan 45 Durasi menyusi dan Rendah
studi yang berbeda diidentifikasi dalam konsumsi suplemen

72
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Kelanjutan menyusui Sangat


rendah
Implan Progestin:
Implan Progestin: Durasi menyusui dan Rendah
Kelanjutan menyusi, Sangat konsumsi suplemen
episode menyusui, durasi Rendah Kelanjutan menyusui Sangat
menyusui, dan komsumsi rendah
suplemen
AKDR-LNG:
AKDR-LNG: Durasi menyusui dan Sangat
Kelanjutan menyusui dan Sangat konsumsi suplemen Rendah
durasi menyusui Rendah
Luaran Bayi
Luaran bayi: KPP :
KPP: Pertumbuhan bayi Rendah
Pertumbuhan bayi Sangat
Rendah Implan Progestin:
Pertumbuhan bayi Rendah
Kontrasepsi Suntik Progestin (DMPA/NET-
EN): AKDR-LNG :
Pertumbuhan bayi Rendah Pertumbuhan bayi Sangat
Rendah
Implan Progestin:
Pertumbuhan bayi Rendah

AKDR-LNG:
Pertumbuhan bayi Sangat
Rendah

≥ 6 minggu pascapersalinan

Luaran menyusui
KPP :
Durasi menyusui Rendah
Kelanjutan menyusui dan Sangat
konsumsi suplemen rendah

Kontrasepsi Suntik Progestin (DMPA/NET-


EN):
Durasi menyusui Rendah
Kelanjutan menyusui dan Sangat
konsumsi suplemen rendah

73
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I
GRADE tabel 1 (Pertanyaan 1): Di antara wanita menyusui (dan bayi mereka), apakah penggunaan kontrasepsi progestin (KP) dan alat kontrasepsi
dalam rahim yang mengandung levonorgestrel (AKDR-LNG)) berdampak pada hasil menyusui atau kesehatan bayi dibandingkan dengan yang
tidak menggunakan KP? (Bukti langsung)

Pertanyaan 2: Di antara wanita menyusui (dan bayi mereka), apakah penggunaan kontrasepsi progestin (KP) dan alat kontrasepsi dalam rahmin
yang mengandung levonorgestrel g (AKDR-LNG) yang diinisiasi hingga 6 minggu pascapersalinan berdampak pada pemberian ASI atau hasil
kesehatan bayi dibandingkan dengan inisiasi setelah 6 minggu postpartum? (Bukti langsung)

Faktor Tipe dan jumlah Keterbatasan Inkonsistensi Ketidaktepatan Ketidaklangsungan Faktor Kualitas Estimasi Dampak
studi (jumlah Lain
partisipan)
Kontrasepsi Pil Progestin (KPP) dibanding Kontrasepsi Pil Kombinasi (KPK) dimulai pada < 6 minggu pascapersalinan
Kelanjutan 1 RCT (n=127) Keterbatasan yang Tidak dapat Ketidaktepatan Tidak ada Tidak Rendah Norethindrone dibanding ethinyl estradiol
menyusui serius (1 ditentukan ( 1 yang serius Ketidaklangsungan Tersedia (EE) KPK (1 RCT): 64% dibanding 64%, RR
sebanding) studi) 0,99 (95% CI 0,76-1,3) pada 8 minggu; 41%
dibanding 44%, RR 0,94 (95% CI 0,63–1,4)
pada 6 bulan
Konsumsi 1 RCT (n=127) Keterbatasan yang Tidak dapat Ketidaktepatan Tidak ada Tidak Rendah Norethindrone dibanding EE KPK (1 RCT):
Suplemen serius (1 ditentukan ( 1 yang serius Ketidaklangsungan Tersedia tidak ada perbedaan pada 8 minggu (data
sebanding) studi) tidak disediakan)
Pertumbuhan 1 RCT (n=127) Keterbatasan yang Tidak dapat Ketidaktepatan Tidak ada Tidak Rendah Norethindrone dibanding EE KPK (1 RCT):
bayi serius (1 ditentukan ( 1 yang serius Ketidaklangsungan Tersedia tidak ada perbedaan persen perubahan berat
sebanding) studi) badan (P = 0,56), panjang (P = 0,41),atau
lingkar kepala (P = 0,79) dari minggu ke-2–8

Memulai AKDR-LNG pada <6 minggu pascapersalinan dibanding kontrasepsi nonhormonal


Kelanjutan 1 RCT (n=110) Keterbatasan yang Tidak dapat Ketidaktepatan Tidak ada Tidak Sangat AKDR-LNG (30 mcg / d atau 10 mcg / d)
menyusui sangat serius (1 ditentukan ( 1 yang serius Ketidaklangsungan Tersedia Rendah dibanding AKDR-Cu (1 RCT):58% dibanding
buruk) studi) 79% pada 8 bulan, RR 0,74 (95% CI 0,57-
0,95)

Konsumsi 1 RCT (n=110) Keterbatasan yang Tidak dapat Ketidaktepatan Tidak ada Tidak Sangat AKDR-LNG 30 mcg / d dibanding AKDR-
Suplemen sangat serius (1 ditentukan ( 1 yang serius Ketidaklangsungan Tersedia Rendah LNG 10 mcg / d dibanding AKDR-Cu (1
buruk) studi) RCT): 197 dibanding 182 dibanding 208 hari
(P> 0,05)

Pertumbuhan 1 RCT (n=110) Keterbatasan yang Tidak dapat Ketidaktepatan Tidak ada Tidak Sangat AKDR-LNG (30 mcg / d atau 10 mcg / d)
bayi sangat serius (1 ditentukan ( 1 yang serius Ketidaklangsungan Tersedia Rendah dibanding AKDR-Cu (1 RCT):tidak ada
buruk) studi) perbedaan selama 12 bulan

74
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Tipe dan jumlah


Faktor studi (jumlah Keterbatasan Inkonsistensi Ketidaktepatan Ketidaklangsungan Faktor Lain Kualitas Estimasi Dampak
partisipan)

Kontrasepsi Pil Progestin (KPP) dibanding Kontrasepsi Pil Kombinasi (KPK) dimulai pada < 6 minggu pascapersalinan
Kelanjutan 3 studi kohort Keterbatasan Tidak dapat Ketidaktepatan Tidak ada Variabilitas Sangat Tidak ada perbedaan yang jelas dalam 2
menyusui (n=617) yang sangat ditentukan ( 1 yang serius Ketidaklangsungan intervensi dan Rendah penelitian; kemudian dalam studi ketiga terjadi
serius (1 adil, 2 studi) luaran penghentian dengan DMPA atau NET-EN
buruk)
Konsumsi 5 studi kohort Keterbatasan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Variabilitas Rendah Semua 5 studi menemukan DMPA atau NET-EN
Suplemen (N=1370) yang sangat inkosistensi ketidaktepatan Ketidaklangsungan intervensi dan terkait dengan kemungkinan yang sama atau lebih
erius (1 adil, 4 yang serius yang serius luaran rendah dari pemberian ASI eksklusif
buruk)
Durasi 5 studi kohort Keterbatasan Tidak dapat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Rendah Semua 5 penelitian menemukan DMPA tidak ada
menyusui (n=1732) yang sangat ditentukan ( 1 ketidaktepatan Ketidaklangsungan perbedaan atau peningkatan durasi menyusui
serius (1 adil, 4 studi) yang serius dibanding tanpa metode hormonal
buruk)
Pertumbuhan 6 studi kohort Keterbatasan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Rendah Tak satu pun dari 5 studi menemukan DMPA atau
bayi (n=4403) yang sangat inkosistensi ketidaktepatan Ketidaklangsungan NET-EN terkait dengan pertumbuhan bayi yang
serius (5 buruk) yang serius yang serius menurun; 1 studi menemukan pengaruh KSP
dengan peningkatan berat badan dalam 3 bulan

Memulai AKDR-LNG pada <6 minggu pascapersalinan dibanding kontrasepsi nonhormonal


Kelanjutan 1 non Keterbatasan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Variabilitas Rendah Tak satu pun dari 4 studi menemukan hubungan
menyusui randomized trial ( yang serius inkosistensi ketidaktepatan Ketidaklangsungan intervensi dan dari berbagai KPP dengan likelihood yang rendah
(n=273), 3 studi (kualitas studi yang serius yang serius luaran pada kelanjutan menyusui; 2 studi menemukan
kohort (n=756) kohort-1 adil, KPP terkait dengan likelihood yang lebih tinggi
kualitas studi-3 pada kelanjutan menyusui
buruk)
Memulai 1 RCT (n=110) Keterbatasan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Variabilitas Sangat 1 RCT tidak menemukan perbedaan antara
Menyusui yang sangat inkosistensi ketidaktepatan Ketidaklangsungan intervensi dan Rendah norethisteronepada ≤ 14 jam pascapersalinan
serius (1 buruk) yang serius yang serius luaran (PP) dibanding plasebo dalam inisiasi menyusui; 1
percobaan tidak acak ditemukan lynestrenol pada
2 hari PP terkait dengan inisiasi menyusui pada 3
dibanding 5 hari PP dengan plasebo

75
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Tipe dan jumlah


Faktor studi (jumlah Keterbatasan Inkonsistensi Ketidaktepatan Ketidaklangsungan Faktor Lain Kualitas Estimasi Dampak
partisipan)

Durasi 2 studi Kohort Keterbatasan yang Tidak ada Ketidaktepata Tidak ada Variabilitas Rendah 2 studi menemukan KPP berhubungan dengan
menyusui (n=572) sangat serius (2 inkosistensi n yang serius Ketidaklang intervensi durasi menyusui yang lebih lama dibanding
buruk) yang serius sungan dan luaran pembanding non hormonal

Konsumsi 2 studi kohort Keterbatasan yang Inkosistensi Tidak ada Tidak ada Variabilitas Sangat Rendah 1 studi berkualitas adil menemukan bahwa
Suplemen (n=1000) sangat serius (1 yang serius ketidaktepatan Ketidaklang intervensi norgestrel berhubungan dengan pemberian
adil, 1 buruk) yang serius sungan dan luaran makanan tambahan lebih sering tetapi tidak ada
perbedaan dalam proporsi suplementasi wanita;
1 studi berkualitas buruk menemukan LNG
terkait dengan inisiasi suplementasi yang
terlambat (5,4 dibanding 4,6 bulan PP)
Pertumbuha 1 RCT (n = 20),1 Keterbatasan serius Tidak ada Tidak ada Tidak ada Variabilitas Sangat Rendah 4 penelitian tidak menemukan perbedaan pada
n bayi tidak ada-secara (kualitas studi inkosistensi ketidaktepat Ketidaklangsu intervensi ukuran pertumbuhan bayi; 1 penelitian kecil,
acakpercobaan (n kohort-2 adil, yang serius an yang ngan dan luaran berkualitas buruk, dan tidak diacak menemukan
= 20); 3 studi kualitas studi-3 serius peningkatan yang lebih besar dengan
kohort(n = 1083) buruk) lynestrenol daripada plasebo

Memulai Implan Progestin pada <6 minggu pascapersalinan dibanding kontrasepsi nonhormonal
Kelanjutan 1 non randomized Keterbatasan yang Inkonsistensi Ketidaktepat Tidak ada Variabilitas Sangat Rendah 3 studi melaporkan temuan yang bertentangan
menyusui trial ( (n=273), 3 sangat serius (1 yang serius an yang Ketidaklangsu intervensi mengenai efek implan yang mengandung
studi kohort adil,2 buruk) serius ngan dan luaran progestin pada pengukuran kelanjutan
(n=756) menyusui; 1 studi berkualitas baik tidak
menemukan perbedaan antara implan
nomegestrol diPP 2 bulan dibanding AKDR-Cu
Episode 2 studi kohort Keterbatasan yang Tidak ada Ketidaktepat Tidak ada Variabilitas Sangat Rendah 2 penelitian tidak menemukan perbedaan dalam
Menyusui (n=392) sangat serius (1 inkosistensi an yang Ketidaklangsu intervensi frekuensi menyusui
adil, 1 buruk) yang serius serius ngan dan luaran
Durasi 1 studi kohort (n=80) Keterbatasan yang Tidak dapat Ketidaktepat Tidak ada Tidak ada Sangat Rendah 1 penelitian kohort berkualitas baik tidak
menyusui serius (1 adil) ditentukan ( 1 an yang Ketidaklangsu menemukan perbedaan antara etonogestrel
studi) sangat ngan (ETG) implan pada 28-56 hari PP dibanding
serius AKDR-Cu dalam durasi menyusui

76
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I
Tipe dan
jumlah studi
Faktor Keterbatasan Inkonsistensi Ketidaktepatan Ketidaklangsungan Faktor Lain Kualitas Estimasi Dampak
(jumlah
partisipan)
Konsumsi 3 studi Keterbatasan Inkonsistensi Ketidaktepatan Tidak ada Variabilitas Sangat 2 studi tidak menemukan perbedaan dalam
Suplemen Kohort yang sangat yang serius yang serius Ketidaklangsungan intervensi Rendah penggunaan suplementasi; 1 studi menemukan
(n=430) serius (1 adil, 2 dan luaran norethindrone terkait dengan kemungkinan
buruk) peningkatan suplementasi pada 3 bulan
Pertumbuha 6 studi Keterbatasan idak ada Tidak ada Tidak ada Variabilitas Rendah 2 kualitas yang adil dan 2 penelitian berkualitas
n bayi kohort yang sangat inkosistensi ketidaktepatan Ketidaklangsungan intervensi buruk tidak menemuka nperbedaan ukuran
(n=870) serius (2 adil,4 yang serius yang serius dan luaran pertumbuhan bayi; 1 studi kualitas buruk
buruk) menemukan LNG terkait dengan lebih banyak
beratmendapatkan dari Cu-AKDR; 1 studi
berkualitas buruk menemukan LNGterkait
dengan penambahan berat badan yang lebih
lambat daripada Cu-AKDR ataumetode
penghalang / tidak ada
Memulai Kontrasepsi Prgestin pada <6 minggu pascapersalinan dibanding kontrasepsi nonhormonal
Kelanjutan 1 studi Keterbatasan Tidak dapat Ketidaktepatan Tidak ada Tidak ada Sangat 1 studi tidak menemukan perbedaan antara
menyusui kohort yang sangat ditentukan ( 1 yang serius Ketidaklangsungan Rendah implan LNG atau KPP sebelum dibuang
(n=319) serius (1 buruk) studi) dibanding kontrasepsi non hormonal dalam
kelanjutan menyusui pada 2-6 minggu PP
Konsumsi 1 studi Keterbatasan Tidak dapat Ketidaktepatan Tidak ada Tidak ada Sangat 1 studi tidak menemukan perbedaan antara
Suplemen kohort yang sangat ditentukan ( 1 yang serius Ketidaklangsungan Rendah implan LNG atau KPP sebelum dibuang
(n=319) serius (1 buruk) studi) dibanding kontrasepsi non hormonal dalam
penggunaan suplementasi pada 2-6 minggu PP

Kotrasepsi progestin non oral dimulai pada <6 minggu pascapersalinan dibanding kontrasepsi nonhormonal
Kelanjutan 2 studi Keterbatasan Inkonsistensi Ketidaktepatan Tidak ada Variabilitas Sangat 1 studi berkualitas baik menemukan pelet
menyusui kohort yang sangat yang serius yang serius Ketidaklangsungan intervensi Rendah progesteron di30-35 hari PP terkait dengan
(n=1092) serius (1 adil, 1 dan luaran kemungkinan menurunmenyusui pada 6 bulan
buruk) (51% dibanding 58%) dan12 bulan (11%
dibanding 18%); 1 penelitian berkualitas buruk
ditemukantidak ada perbedaan antara pelet
progesteron pada 30 atau 60hari dibanding Cu-
AKDR atau injeksi plasebo dalam menyusuitarif
Konsumsi 2 studi Keterbatasan Tidak ada Ketidaktepatan Tidak ada Variabilitas Sangat 2 studi tidak menemukan perbedaan dalam
Suplemen kohort yang sangat inkosistensi yang serius Ketidaklangsungan intervensi Rendah penggunaansuplementasi
(n=1092) serius (1 adil, 1 yang serius dan luaran
buruk)
77
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Tipe dan
jumlah studi
Faktor Keterbatasan Inkonsistensi Ketidaktepatan Ketidaklangsungan Faktor Lain Kualitas Estimasi Dampak
(jumlah
partisipan)
Kontrasepsi Pil Progestin (KPP) dimulai pada >6 minggu pascapersalinan dibanding kontrasepsi non-hormonal
Kelanjutan 1 RCT (n=144) Keterbatasan yang Tidak dapat Ketidaktepatan Tidak ada Tidak ada Sangat Norgestrel pada 6 minggu PP
menyusui sangat serius (1 ditentukan ( 1 yang sangat Ketidaklangsungan Rendah dibanding metode non-hormonal
buruk) studi) serius (1 RCT): tidak ada perbedaan
dalam penghentian menyusui
Durasi 2 studi kohort Keterbatasan yang Tidak ada Tidak ada Tidak ada Variabilitas Rendah 2 penelitian tidak menemukan
menyusui (n=1709) serius (2 adil) inkosistensi ketidaktepatan Ketidaklangsungan intervensi perbedaan dalam durasi
yang serius yang serius menyusui
Konsumsi 1 RCT (n=144); Keterbatasan yang Inkonsistensi Tidak ada Tidak ada Variabilitas Sangat 1 RCT tidak menemukan
Suplemen 1 non- sangat serius (2 yang serius ketidaktepatan Ketidaklangsungan intervensi Rendah perbedaan dalam penggunaan
randomized buruk) yang serius dan luaran suplementasi dan 1 percobaan
trial (n=120) tidak acak menemukan usia rata-
rata lebih rendah pada
suplementasi dengan lynestrenol
dibanding AKDR + placebo (11
dibanding 15 minggu, P tidak
dilaporkan)
Pertumbuhan 1 RCT (n=144); Keterbatasan yang Tidak ada Tidak ada Tidak ada Variabilitas Rendah 4 penelitian tidak menemukan
bayi 3 non- serius (kualitas inkosistensi ketidaktepatan Ketidaklangsungan intervensi perbedaan dalam ukuran
randomized studi kohort-2 yang serius yang serius dan luaran pertumbuhan bayi
studies adil, kualitas studi-
(n=1829) 2 buruk)
Implan progestin atau AKDR mengandung progestin dimulai pada > 6 minggu pascapersalinan dibanding kontrasepsi nonhormonal
Kelanjutan 2 studi kohort Keterbatasan yang Tidak ada Ketidaktepatan Tidak ada Tidak ada Sangat 2 penelitian tidak menemukan
menyusui (n=57) sangat serius (2 inkosistensi yang sangat Ketidaklangsungan Rendah perbedaan dalam tingkat
buruk) yang serius serius menyusui

Durasi 4 studi kohort Keterbatasan yang Tidak ada Tidak ada Tidak ada Variabilitas Rendah 4 penelitian tidak menemukan
menyusui (n=2329) serius (4 adil) inkosistensi ketidaktepatan Ketidaklangsungan luaran perbedaan dalam durasi
yang serius yang serius menyusui

78
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I
Tipe dan
jumlah studi
Faktor Keterbatasan Inkonsistensi Ketidaktepatan Ketidaklangsungan Faktor Lain Kualitas Estimasi Dampak
(jumlah
partisipan)
Konsumsi 3 studi kohort Keterbatasan Tidak ada Ketidaktepatan Tidak ada Variabilitas Rendah 3 studi tidak menemukan perbedaan dalam
Suplemen (n=549) yang serius (2 inkosistensi yang serius Ketidaklangsungan intervensi penggunaan suplementasi
adil, 1 buruk) yang serius dan luaran

Pertumbuhan 6 studi kohort Keterbatasan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Variabilitas Rendah 6 penelitian tidak menemukan perbedaan dalam
bayi (n=2386) yang serius (4 inkosistensi ketidaktepatan Ketidaklangsungan intervensi ukuran pertumbuhan bayi
adil, 2 buruk) yang serius yang serius dan luaran

Kontrasepsi progestin dimulai pada > 6 minggung pascapersalinan dibanding kontrasepsi non-hormonal
Durasi 1 studi kohort Keterbatasan Tidak dapat Ketidaktepatan Tidak ada Tidak ada Sangat DMPA, KPP atau AKDR-LNG dibanding
menyusui (n=34) yang sangat ditentukan (1 yang sangat Ketidaklangsungan Rendah kontrasepsi non hormonal(1 studi kohort): 183
serius (1 buruk) studi) serius dibanding 183 hari (P = 0,38)

Pertumbuhan 1 studi kohort Keterbatasan Tidak dapat Ketidaktepatan Tidak ada Tidak ada Sangat DMPA pada 6 minggu PP dibanding kontrasepsi
bayi (n=140) yang sangat ditentukan (1 yang sangat Ketidaklangsungan Rendah non hormonal(1 studi kohort): tidak ada perbedaan
serius (1 buruk) studi) serius berat badan melalui 26 minggu PP

Implan progestin atau AKDR mengandung progestin dimulai pada > 6 minggu pascapersalinan dibanding kontrasepsi nonhormonal
Kelanjutan 2 studi kohort Keterbatasan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Variabilitas Sangat 1 studi berkualitas baik menemukan implan
menyusui (n=788) yang sangat inkosistensi ketidaktepatan Ketidaklangsungan intervensi Rendah elcometrineterkait dengan tingkat menyusui yang
serius (1 adil, 1 yang serius yang serius lebih tinggi pada 3 dan5 bulan (tetapi tidak pada 9
buruk) dan 12 bulan); 1 penelitian berkualitas buruk tidak
menemukan perbedaan antara pelet progesterone
dibanding AKDR-Cu atau plasebo pada 6 atau 13
bulan PP

Durasi 1 studi kohort Keterbatasan Tidak dapat Ketidaktepatan Tidak ada Tidak ada Sangat Implan Nesterone pada 55-60 hari PP dibanding
menyusui (n=200) yang serius (1 ditentukan (1 yang serius Ketidaklangsungan Rendah AKDR-Cu (1 studi kohort): 273 dibanding 263 hari
adil) studi) (NS)

Pertumbuhan 3 studi kohort Keterbatasan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Variabilitas Rendah 3 penelitian tidak menemukan perbedaan dalam
bayi (n=988) yang serius (2 inkosistensi ketidaktepatan Ketidaklangsungan intervensi ukuran pertumbuhan bayi
adil, 1 buruk) yang serius yang serius dan luaran

79
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I
Tipe dan
jumlah
Faktor studi Keterbatasan Inkonsistensi Ketidaktepatan Ketidaklangsungan Faktor Lain Kualitas Estimasi Dampak
(jumlah
partisipan)
Pemasangan kontrasepsi progestin yang lebih awal dibanding yang terlambat
Kelanjutan 1 RCT Keterbatasan Tidak ada Ketidaktepatan Tidak ada Variabilitas Rendah 1 RCT segera menemukan AKDR-LNG
menyusui (n=165) yang serius inkosistensi yang serius Ketidaklangsungan intervensi berhubungan dengan tingkat menyusui
dan 1 atusi (kualitas RCT-2 yang serius dan luaran yang lebih rendah pada 6 bulan
kohort adil, kualitas dibanding inisiasi pada 6–8 minggu PP
(n=35) studi kohort-1 (6% dibanding 24%, P = 0,02); 1 studi
buruk) kohort menemukan implan norethindrone
pada 6 hari PP berhubungan dengan
tingkat yang lebih rendah pada 8 bulan
(57% dibanding 67%); 1 RCT tidak
menemukan perbedaan dalam tingkat
kegagalan laktasi
Durasi 1 RCT (n- Keterbatasan Tidak dapat Ketidaktepatan Tidak ada Tidak ada Sangat Segera LNG-AKDR dibanding 6-8 minggu
menyusui 96) yang serius (1 diterapkan (1 yang sangat Ketidaklangsungan Rendah PP (1 RCT): 5 dibanding8,5 minggu (P =
buruk) studi) serius 0,06)

3 RCT Keterbatasan Inkonsistensi Tidak ada Tidak ada Variabilitas Sangat Efek tidak konsisten pada penggunaan
(n=205) yang serius yang serius ketidaktepatan Ketidaklangsungan intervensi Rendah suplementasi di antara7 studi
dan 4 studi (kualitas RCT- yang serius dan luaran
Konsumsi khort 3adil, kualitas
Suplemen (n=660) studi kohort-1
adil dan -3
buruk)
Pertumbuhan 1 RCT Keterbatasan Tidak ada Ketidaktepatan Tidak ada Variabilitas Rendah 4 penelitian tidak menemukan perbedaan
bayi (n=40) dan yang sangat inkosistensi yang serius Ketidaklangsungan intervensi dalam ukuran pertumbuhan bayi
3 studi serius ( kualitas yang serius dan luaran
kohort RCT-1adil,
(n=543) kualitas studi
kohort-3 buruk)
CI : confidence interval; KPK: kontrasepsi pil kombinasi; AKDR-Cu: alat kontrasepsi dalam rahim- tembaga; EE: etinil estradiol; AKDR-LNG: alat kontrasepsi dalam rahim-
levenorgestrel;KP:kontrasepsi progestin; KPP: kontrasepsi pil progestin; PP: pascapersalinan; RCT: randomized controlled trial; RR: risiko relative
Mengacu pada variabilitas progestin yang dievaluasi, waktu inisiasi KP, ukuran hasil yang dinilai, dan / atau waktu penilaian hasil.

80
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Referensi
1. Quadros PS, Pfau JL, Wagner CK. Distribution of 13. Costa ML, Cecatti JG, Krupa FG, Rehder PM, Sousa
MH, Costa-Paiva L. Progestin-only contraception
progesterone receptor immunoreactivity in the fetal and
neonatal rat forebrain. J Comp Neurol. 2007;504(1):42–
prevents bone loss in postpartum breastfeeding women.
56.
Contraception. 2012;85(4):374–80.
2. Wagner CK. The many faces of progesterone: a role in
adult and developing male brain. Front Neuroendocrinol. 14. Diaz S, Reyes MV, Zepeda A, Gonzalez GB, Lopez JM,
2006;27(3):340–59.
3. Wagner CK. Progesterone receptors and neural Campino C, et al. Norplant((R)) implans and progesterone
development: a gap between bench and bedside? vaginal rings do not affect maternal bone turnover and
Endocrinology. 2008;149(6):2743–9. density during lactation and after weaning. Hum Reprod.
1999;14(10):2499–505.
4. Brito MB, Ferriani RA, Quintana SM, Yazlle ME, Silva de
S· MF, Vieira CS. Safety of the etonogestrel-releasing 15. Espey E, Ogburn T, Leeman L, Singh R, Ostrom K,
implan during the immediate postpartum period: a pilot Schrader R. Effect of progestin compared with combined
study. Contraception. 2009;80(6):519–26. oral contraceptive pills on lactation: a randomized
controlled trial. Obstet Gynecol. 2012;119(1):5-13.
5. Chen BA, Reeves MF, Creinin MD, Schwarz EB.
Postplacental or delayed levonorgestrel intrauterine 16. Gurtcheff SE, Turok DK, Stoddard G, Murphy PA, Gibson
device insertion and breast-feeding duration. M, Jones KP. Lactogenesis after early postpartum use of
Contraception. 2011;84(5):499–504 . the contraceptive implan: a randomized controlled trial.
Obstet Gynecol. 2011;117(5):1114–21.
6. Dahlberg K. Some effects of depo-medroxyprogesterone
acetate (DMPA): observations in the nursing infant
17. Kamal I, Hefnawi F, Ghoneim M, Talaat M, Younis N, Tagui
and in the long-term user. Int J Gynaecol Obstet.
A, et al. Clinical, biochemical, and experimental studies
1982;20(1):43–8.
on lactation. II. Clinical effects of gestagens on lactation.
7. Karim M, Ammar R, el-Mahgoub S, el-Ganzoury B, Fikri Am J Obstet Gynecol. 1969;105(3):324–34.
F, Abdou I. Injected progestogen and lactation. Br Med J.
1971;1(5742):200–3. 18. Pardthaisong T, Yenchit C, Gray R. The long-term
growth and development of children exposed to Depo-
8. Matias SL, Nommsen-Rivers LA, Dewey KG. Determinants Provera during pregnancy or lactation. Contraception.
of exclusive breastfeeding in a kohort of primiparous 1992;45(4):313–24.
periurban peruvian mothers. J Hum Lact. 2012;28(1):45-
54. 19. Zanartu J, Aguilera E, Munoz G, Peliowsky H. Effect of
9. Progestogen-only contraceptives during lactation: I. a long-acting contraceptive progestogen on lactation.
Infant growth. World Health Organization Task force Obstet Gynecol. 1976;47(2):174–6.
for Epidemiological Research on Reproductive Health;
Special Programme of Research, Development and 20. Abdel-Aleem H, Abol-Oyoun el SM, Shaaban MM,
Research Training in Human Reproduction. Contraception. el-Saeed M, Shoukry M, Makhlouf A, et al. The use
1994;50(1):35-53. of nomegestrol acetate subdermal contraceptive
implan, uniplant, during lactation. Contraception.
10. McEwan JA, Joyce DN, Tothill AU, Hawkins DF. Early
experience in contraception with a new progestogen. 1996;54(5):281–6.
Contraception. 1977;16(4):339–50.
21. Abdulla KA, Elwan SI, Salem HS, Shaaban MM. Effect
11. Bahamondes L, Bahamondes MV, Modesto W, Tilley IB, of early postpartum use of the contraceptive implans,
Magalhaes A, Pinto e Silva JL, et al. Effect of hormonal NORPLANT, on the serum levels of immunoglobulins of
contraceptives during breastfeeding on infant’s milk the mothers and their breastfed infants. Contraception.
ingestion and growth. Fertil Steril. 2013;100(2):445-50. 1985;32(3):261–6.
12. Brownell EA, Fernandez ID, Fisher SG, Howard CR,
Ternullo SR, Lawrence RA, et al. The effect of immediate 22. Affandi B, Karmadibrata S, Prihartono J, Lubis F, Samil
postpartum depot medroxyprogesterone on early RS. Effect of Norplant on mothers and infants in the
breastfeeding cessation. Contraception. 2013;87(6):836– postpartum period. Adv Contracept. 1986;2(4):371–80.
43.
23. Baheiraei A, Ardsetani N, Ghazizadeh S. Effects of
81
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

progestogen-only contraceptives on breast-feeding and


contraception on lactation. Am J Obstet
infant growth. Int J Gynaecol Obstet. 2001;74(2):203–5.
Gynecol. 1974;118(1):42–5.
24. Bjarnadottir RI, Gottfredsdottir H, Sigurdardottir K,
Geirsson RT, Dieben TO. Comparative study of the effects 32. Halderman LD, Nelson AL. Impact of early
of a progestogen-only pill containing desogestrel and postpartum administration of progestin-only
an intrauterine contraceptive device in lactating women.
hormonal contraceptives compared with
BJOG. 2001;108(11):1174–80.
25. Coutinho EM, Athayde C, Dantas C, Hirsch nonhormonal contraceptives on short-term
C, Barbosa I. Use of a single implan of breast-feeding patterns. Am J Obstet Gynecol.
elcometrine (ST-1435), a nonorally active
2002;186(6):1250–6; discussion 6–8.
progestin, as a long acting contraceptive for
postpartum nursing women. Contraception. 33. Hannon PR, Duggan AK, Serwint JR, Vogelhut
1999;59(2):115-22.
JW, Witter F, DeAngelis C. The influence of
26. Croxatto HB, DÌaz S, Peralta O, Juez G, medroxyprogesterone on the duration of breast-
Casado ME, Salvatierra AM, et al. Fertility
feeding in mothers in an urban community. Arch
regulation in nursing women. II. Comparative
performance of progesterone implans versus Pediatr Adolesc Med. 1997;151(5):490–6.
placebo and copper T. Am J Obstet Gynecol. 34. Heikkila M, Luukkainen T. Duration of breast-
1982;144(2):201–8. feeding and development of children after
27. Diaz S, Herreros C, Juez G, Casado ME, insertion of a levonorgestrel-releasing
Salvatierra AM, Miranda P, et al. Fertility intrauterine contraceptive device.
regulation in nursing women: VII. Influence of Contraception. 1982;25(3):279–92.
NORPLANT levonorgestrel implans upon
35. Jimenez J, Ochoa M, Soler MP, Portales P.
lactation and infant growth. Contraception. Long-term follow-up of children breast-fed by
1985;32(1):53–74. mothers receiving depot-medroxyprogesterone
28. DÌaz S, Peralta O, Juez G, Herreros C, Casado acetate. Contraception. 1984;30(6):523–33.
ME, Salvatierra AM, et al. Fertility regulation in 36. Kamal I, Hefnawi F, Ghoneim M, Abdallah M,
nursing women. VI. Contraceptive effectiveness Abdel Razek S. Clinical, biochemical, and
experimental studies on lactation. V. Clinical
of a subdermal progesterone implan.
effects of steroids on the initiation of lactation. Am
Contraception. 1984;30(4):311– 25. J Obstet Gynecol. 1970;108(4):655-8.
29. Diaz S, Zepeda A, Maturana X, Reyes MV, 37. Massai MR, DÌaz S, Quinteros E, Reyes MV,
Miranda P, Casado ME, et al. Fertility regulation Herreros C, Zepeda A, et al. Contraceptive
in nursing women. IX. Contraceptive efficacy and clinical performance of
performance, duration of lactation, infant growth,
Nestorone implans in postpartum women.
and bleeding patterns during use of progesterone
Contraception. 2001;64(6):369–76.
vaginal rings, progestin-only pills, Norplant
implans, and Copper T 380-A intrauterine 38. McCann MF, Moggia AV, Higgins JE, Potts M,
Becker C. The effects of a progestin-only oral
devices. Contraception. 1997;56(4):223–32.
contraceptive (levonorgestrel 0.03 mg) on breast-
30. Giner Velazquez J, Cortes Gallegos V, Sotelo feeding. Contraception. 1989;40(6):635-48.
Lopez A, Bondani G. [Effect of daily oral
administration of 0.350 mg of norethindrone on 39. Moggia AV, Harris GS, Dunson TR, Diaz R,
lactation and on the composition of milk]. Ginecol Moggia MS, Ferrer MA, et al. A comparative
study of a progestin-only oral contraceptive
Obstet Mex. 1976;40(237):31–9.
versus non-hormonal methods in lactating
31. Guiloff E, Ibarra-Polo A, ZaÒartu J, Toscanini C, women in Buenos Aires, Argentina.
Mischler TW, GÛmez-Rogers C. Effect of Contraception. 1991;44(1):31–43.
82
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

40. Reinprayoon D, Taneepanichskul S, levonorgestrel (LNG) administered either


Bunyavejchevin S, Thaithumyanon P, orally or subdermally to early postpartum
Punnahitananda S, Tosukhowong P, et al. lactating mothers on the urinary levels of
Effects of the etonogestrel-releasing follicle stimulating hormone (FSH),
contraceptive implan (Implanon on parameters luteinizing hormone (LH) and
of breastfeeding compared to those of an testosterone (T) in their breast-fed male
intrauterine device. Contraception. infants. Contraception. 1986;34(4):403–
2000;62(5):239–46. 12.
41. Schiappacasse V, Diaz S, Zepeda A, Alvarado 47. Taneepanichskul S, Reinprayoon D,
R, Herreros C. Health and growth of infants Thaithumyanon P, Praisuwanna P,
breastfed by Norplant contraceptive implans
users: a six-year follow-up study. Contraception. Tosukhowong P, Dieben T. Effects of the
2002;66(1):57–65. etonogestrel-releasing implan Implanon
42. Seth U, Yadava HS, Agarwal N, Laumas KR, and a nonmedicated intrauterine device
Hingorani V. Effect of a subdermal silastic on the growth of breast-fed infants.
implan containing norethindrone acetate on Contraception. 2006;73(4):368
human lactation. Contraception.
1977;16(4):383–98.
48. Tankeyoon M, Dusitsin N, Chalapati S,
43. Shaaban MM. Contraception with Koetsawang S, Saibiang S, Sas M, et al.
progestogens and progesterone during Effects of hormonal contraceptives on
lactation. J Steroid Biochem Mol Biol. milk volume and infant growth. WHO
1991;40(4–6):705–10. Special Programme of Research,
Development and Research Training in
44. Shaaban MM, Salem HT, Abdullah KA. Human Reproduction Task force on oral
Influence of levonorgestrel contraceptive contraceptives. Contraception.
implans, NORPLANT, initiated early 1984;30(6):505-22.
postpartum upon lactation and infant
growth. Contraception. 1985;32(6):623– 49. West CP. The acceptability of a
35. progestagen-only contraceptive during
breast-feeding. Contraception.
45. Shaamash AH, Sayed GH, Hussien MM, 1983;27(6):563–9.
Shaaban MM. A comparative study of the
levonorgestrel-releasing intrauterine 50. Zacharias S, Aguilera E, Assenzo JR,
system Mirena versus the Copper T380A Zanartu J. Effects of hormonal and
intrauterine device during lactation: nonhormonal contraceptives on lactation
breast-feeding performance, infant growth and incidence of pregnancy.
and infant development. Contraception. Contraception. 1986;33(3):203–13.
2005;72(5):346–51.
51. Zanartu J, Aguilera E, Munoz-Pinto G.
46. Shikary ZK, Betrabet SS, Toddywala WS, Maintenance of lactation by means of
Patel DM, Datey S, Saxena BN. continuous low-dose progestogen given
Pharmacodynamic effects of post-partum as a contraceptive.
Contraception. 1976;13(3):313–

83
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

7. Rekomendasi mengenai keamanan


dari depot medroxyprogesterone Pertanyaan 2: Pertanyaan 2: Di antara wanita
acetate subkutan sehat atau di antara populasi umum wanita
usia reproduksi, apakah mereka yang
menggunakan depot medroxyprogesterone
Pertanyaan 1: Apakah depot acetate (104 mg / 0,65 mL) yang diberikan
medroxyprogesterone acetate (104 mg / 0,65 secara subkutan (DMPA-SK) memiliki
mL) subukutan aman bagi pengguna dengan peningkatan risiko untuk efek samping yang
kondisi medis atau karakteristik tertentu serius atau hasil yang relevan lainnya
menurut kriteria kelayakan medis untuk dibandingkan dengan mereka yang
penggunaan kontrasepsi? (Bukti langsung) menggunakan DMPA disampaikan secara
intramuskular (DMPA-IM)? (Bukti tidak
A. Kriteria Seleksi untuk Tinjauan Sistematis langsung)
Desain Studi Randomized controlled trial, studi
kohort, studi kasus-kontrol Kriteria Seleksi untuk Tinjauan Sistematis
Populasi Wanita usia reproduksi dengan Desain Randomized controlled trial, studi
kondisi medis atau karakteristik
Studi kohort, studi kasus-kontrol
tertentu
Intervensi Penggunaan DMPA-subkutan Populasi Wanita sehat atau KPPulasi umum
(DMPA-SK) wanita usia reproduksi
Komparator Penggunaan DMPA intramuscular Intervensi Penggunaan DMPA-SK
(DMPA-IM); untuk endometriosis Komparator Pengguna DMPA-IM
dengan data prospektif nonkomparatif Luaran Efek samping yang serius atau
Luaran Efek samping yang serius (yakni luaran yang relevan dengan
kehamilan ektopik atau penghentian kondisi medis (yakni perubahan
kontrasepsi karena kondisi medis) berat badan, tekanan darah,
atau luaran yang berhubungan
perdarahan vagina)
dengan kondisi medis (yakni
perubahan berat badan, keberhasilan Pencarian PubMed dan Cohcrane Library
kontrasepsi, perubahan kepadatan sumber
mineral tulang) data
Pencarian PubMed dan Cohcrane Library
sumber data Rekomendasi
Usia :
B. Kriteria Seleksi untuk Tinjauan Sistematis • Remaja putri (menarche hingga <18 tahun)
Desain Studi Randomized controlled trial, studi umumnya dapat menggunakan DMPA (MEC
kohort, studi kasus-kontrol Kategori 2).
Populasi Wanita usia reproduksi yang • Wanita yang berusia antara 18 dan 45 tahun
menggunakan DMPA-SK dapat menggunakan DMPA tanpa batasan
Intervensi Adanya kondisi medis atau
(MEC Kategori 1)
karakteristik tertentu
Komparator Tidak ada kondisi medis atau kondisi • Wanita> 45 tahun umumnya dapat
tertentu menggunakan DMPA (MEC Kategori 2).
Luaran Efek samping yang serius (yakni
perubahan berat badan, keberhasilan Endometriosis:
kontrasepsi, perubahan kepadatan • Wanita dengan endometriosis dapat
mineral tulang) menggunakan DMPA tanpa batasan (MEC
Pencarian PubMed dan Cohcrane Library Kategori 1).
sumber data
HIV:
• Wanita yang hidup dengan HIV yang memiliki
penyakit klinis tanpa gejala atau ringan

84
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I
(stadium 1 atau 2 WHO) dapat menggunakan memiliki hak untuk kontrasepsi komprehensif
DMPA tanpa pembatasan (MEC Kategori 1). berbasis bukti informasi, pendidikan, dan
• Wanita yang hidup dengan HIV yang memiliki konseling untuk memastikan informasi pilihan.
penyakit klinis HIV berat atau lanjut (stadium Pilihan kontrasepsi wanita dibuat di a waktu
3 atau 4 WHO) dapat menggunakan DMPA tertentu, konteks sosial dan budaya;
tanpa pembatasan (MEC Kategori 1). pilihannya kompleks, multifaktorial dan dapat
berubah. Keputusan-pembuatan untuk
Kegemukan: metode kontrasepsi biasanya membutuhkan
• Wanita dengan indeks massa tubuh (IMT) ≥ perlu membuat trade-off di antara metode
30 kg / m2 dapat menggunakan DMPA tanpa yang berbeda, dengan kelebihan dan
batasan (MEC Kategori 1). kekurangan kontrasepsi spesifik metode
• Remaja putri (menarche sampai <18 tahun) bervariasi sesuai dengan keadaan individu,
dengan IMT ≥ 30 persepsi dan interpretasi.
• kg / m2 umumnya dapat menggunakan
DMPA (MEC Kategori 2). Ringkasan bukti
• Ada bukti untuk kenaikan berat badan
diferensial di antararemaja dengan berat Sebuah uji coba secara acak mengevaluasi
badan normal dan obesitas yang perubahan kepadatan mineral tulang (BMD) di
menggunakan DMPA, tetapi tidak ada antara pengguna DMPA-SK dewasa dan IM
mereka yang menggunakan norethisterone menunjukkan tidak perbedaan pada dua tahun
enanthate (NET-EN). Namun, NET-EN adalah masa tindak lanjut (1). Bukti terbatas dari tiga uji
MEC Kategori 2 karena bukti mengenai efek coba kontrasepsi Tahap 3 dilaporkan tidak
potensial dari NET-EN pada mineral tulang konsisten perbedaan perubahan berat badan
kepadatan di kalangan remaja. atau pola perdarahan menurut untuk usia; remaja
berusia <18 tahun tidak termasuk dalam setiap
Keterangan studi (1-3). Dua studi prospektif, non-komparatif
• Kelompok penyusun panduan menetapkan menunjukkan bahwa wanita dengan
bahwa tidak perubahan ke rekomendasi yang endometriosis diobati dengan DMPA-SK selama
ada untuk DMPA adalah dijamin dengan 6 bulan mengalami kenaikan berat badan yang
dimasukkannya DMPA-SK sebagai metode minimal dan penurunan kepadatan mineral
baru. tulang; efek samping yang serius jarang terjadi
• Bukti yang mengevaluasi penggunaan dan DMPA-SK meningkatkan gejala nyeri yang
DMPA-SK dan terkait dengan kondisi (4, 5). Sebuah studi cross-
over acak melaporkan bahwawanita yang hidup
• DMPA-IM di antara wanita sehat usia
dengan HIV yang ditoleransi dari DMPA-SK dan
reproduktif
bahwa pengalaman efek samping yang serius
• menyarankan profil keamanan yang serupa.
jarang terjadi dan terjadi pada tingkat yang sama
Karena heterogenitas desain studi dan
seperti pada pengguna DMPA-IM (6). Bukti dari
ukuran hasil, meta-analisis itu tidak dilakukan.
tiga uji coba kontrasepsi Fase 3 dan empat
• DMPA-SK tidak melindungi terhadap laporan dari apenelitian kohort prospektif yang
penularan seksual infeksi (IMS), termasuk kecil melaporkan kemanjuran kontrasepsi yang
HIV. Jika ada risiko IMS / HIV, penggunaan serupa, perubahan berat badan, pola perdarahan
kondom yang benar dan konsisten dan efek samping lainnya, termasuk variasi
direkomendasikan. Ketika digunakan dengan dalam sejumlah biomarker, di antara pengguna
benar dan konsisten, kondom menawarkan DMPA-SK yang obesitas dan non-obesitas (1, 3,
salah satu metode paling efektif perlindungan 7–12).
terhadap IMS, termasuk HIV. Kondom wanita DMPA-IM dan DMPA-SK tampaknya setara
efektif dan aman, tetapi tidak digunakan dengan terapi; dua formulasi menunjukkan
secara luas oleh nasional farmakokinetik yang serupa, efek pada tingkat
• program sebagai kondom laki-laki. serum estradiol dan efikasi kontrasepsi yang
• Penggunaan kontrasepsi sukarela oleh tinggi (1). Selain itu, efek yang sama pada
wanita sangat penting untuk menegakkan perubahan berat badan, pola perdarahan dan
hak-hak reproduksi mereka. Semua wanita pengalaman efek samping lainnya telah
85
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I
dilaporkan di kalangan pengguna usia reproduksi
yang sehat (1, 3, 13).

Kualitas Bukti

DMPA-SK dan usia Sangat rendah


DMPA-SK dan
Sangat rendah
endometriosis
DMPA-SK dan HIV Sangat rendah
DMPA-SK dan
Sangat rendah
obesitas
DMPA-SK dibanding
DMPA; keberhasilan Sangat rendah
kontrasepsi (indirek)
DMPA-SK dibanding
DMPA; kenaikan berat Sangat rendah
badan (indirek)
DMPA-SK dibanding
DMPA; pola Sangat rendah
perdarahan (indirek)

86
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

GRADE Tabel 1 (Pertanyaan 1): Apa keamanan depot medroxyprogesterone acetate (104 mg / 0,65 mL) yang dikirim secara subkutan (DMPA-SK) untuk wanita dengan
kondisi medis atau karakteristik khusus lainnya yang ditetapkan dalam kriteria kelayakan Organisasi Kesehatan Dunia untuk penggunaan kontrasepsi? (Bukti langsung)

Tipe dan jumlah studi


Luaran Keterbatasan Inkonsistensi Ketidaktepatan Ketidaklangsungan Faktor Lain Kualitas Estimasi Dampak
(jumlah partisipan)

Penggunaan DMPA-SK oleh wanita dengan perbedaan kategori IMT


Keberhasilan 1 RCT dan 1 kohort Keterbatasan yang Tidak ada Ketidaktepatan Tidak ada Tidak ada Sangat Tidak ada kehamilan pada
Kontrasepsi dari sebuah RCT serius (2 adil) inkosistensi yang yang serius Ketidaklangsungan Rendah wanita dengan semua
(n=2321) serius kategori IMT

Kenaikan 2 studi non- Keterbatasan yang Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sangat Tidak ada perubahan
berat badan randomisasi (n=2336) serius (kualitas-1 adil, inkosistensi yang ketidaktepatan Ketidaklangsungan Rendah kenaikan berat badan
1 buruk) serius yang serius terhadap kategori IMT
Perubahan 1 studi dengan data Keterbatasan yang Tidak dapat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sangat Tidak ada perubahan pola
pola dikumpulkan dari 2 serius (1 adil) ditentukan (1 ketidaktepatan Ketidaklangsungan Rendah perdarahan terhadap
perdarahan studi (n=2321) studi) yang serius kategori IMT
Perubahan 1 studi kohort (n=15) Keterbatasan yang Tidak dapat Ketidaktepatan Tidak ada Tidak ada Sangat Tidak ada perubahan
kepadatan sangat serius ( ditentukan (1 yang sangat Ketidaklangsungan Rendah BMD terhadap kategori
mineral tulang kualitas RCT-1adil, studi) serius IMT
kualitas studi kohort-3
buruk)
Penggunaan DMPA-SK oleh wanita dengan perbedaan kelompok usia
Kenaikan 1 studi dengan data Keterbatasan yang Tidak dapat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sangat Tidak ada perubahan
berat badan terkumpul dari 3 studi serius (1 adil) ditentukan (1 ketidaktepatan Ketidaklangsungan Rendah kenaikan berat badan
(n=2321) studi) yang serius terhadap kategori usia

Perubahan 1 studi dengan data Keterbatasan yang Tidak dapat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sangat Tidak ada perubahan pola
pola terkumpul dari 3 studi serius (1 adil) ditentukan (1 ketidaktepatan Ketidaklangsungan Rendah perdarahan terhadap
perdarahan (n=2321) studi) yang serius kategori usia

87
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Tipe dan
jumlah studi
Luaran Keterbatasan Inkonsistensi Ketidaktepatan Ketidaklangsungan Faktor Lain Kualitas Estimasi Dampak
(jumlah
partisipan)
Perubahan 1 RCT Tidak ada Tidak dapat Ketidaktepatan Tidak ada Perubahan BMD tidak Sangat DMPA-SK pada wanita dengan
kepadatan (n=534) keterbatasan ditentukan (1 yang serius Ketidaklangsungan dilaporkan pada kategori Rendah endometriosis
mineral yang serius studi) usia, yakni usia 18-35
tulang tahun

Penggunaan DMPA-SK oleh wanita dengan perbedaan kategori IMT


Kenaikan 2 studi tidak Keterbatasan Tidak ada Ketidaktepatan Tidak ada Tidak ada kelompok Sangat Kenaikan berat badan 0,70-0,95
berat badan terkontrol yang sangat inkosistensi yang serius Ketidaklangsungan pembanding untuk Rendah kg pada 6 bulan dan 0,90-1,35
(n=289) serius (1 adil) yang serius wanita tanpa kg pada 18 bulan
endometriosis

Perubahan 2 studi tidak Keterbatasan Tidak ada Ketidaktepatan Tidak ada Tidak ada kelompok Sangat Kenaikan amenorrhoea 20%
pola terkontrol yang sangat inkosistensi yang serius Ketidaklangsungan pembanding untuk Rendah pada 3 bulan dan 24% pada 6
perdarahan (n=289) serius (1 adil) yang serius wanita tanpa bulan di
endometriosis 1 studi; 1 penelitian melaporkan
35 hari perdarahan atau bercak
dalam 1 90 hari dan 24 di hari
ke-90
DMPA-SK dibanding DMPA-IM pada wanita dengan HIV
Keberhasian 1 RCT (n=357) Keterbatasan Tidak dapat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sangat Tingkat kehamilan 1,1% dengan
kontrasepsi yang serius (1 ditentukan (1 ketidaktepatan Ketidaklangsungan Rendah DMPA-SK dan DMPA-IM
adil) studi) yang serius

1 RCT (n=357) Keterbatasan Tidak dapat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sangat Tidak ada perbedaan dalam
yang serius (1 ditentukan (1 ketidaktepatan Ketidaklangsungan Rendah ketidakteraturan menstruasi,
Perubahan
adil) studi) yang serius perdarahan yang lebih berat
berat badan

BMD: kepadatan mineral tulang; IMT: indeks massa tubuh; DMPA: depot medroxyprogestero asetat; IM: intramuskular; RCT: randomized controlled trial; SK: subkutan

88
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

GRADE Tabel 2 (Pertanyaan 2): Di antara wanita sehat atau di antara populasi umum wanita usia reproduksi, apakah mereka yang menggunakan depot medroxyprogesterone acetate
(104 mg / 0,65 mL) yang dikirim secara subkutan (DMPA-SK) memiliki peningkatan risiko untuk efek samping yang serius atau hasil relevan lainnya dibandingkan dengan mereka yang
menggunakan DMPA yang disampaikan secara intramuskular (DMPA-IM)? (Bukti tidak langsung)

Tipe dan jumlah


Faktor
Luaran studi (jumlah Keterbatasan Inkonsistensi Ketidaktepatan Ketidaklangsungan Kualitas Estimasi Dampak
Lain
partisipan)

Penggunaan DMPA-SK dibanding DMPA-IM pada wanita sehat


Keberhasian 1 RCT (n=534) Tidak ada Tidak dapat Ketidaktepatan Tidak ada Tidak Sangat Tingkat kehamilan rendah dengan
kontrasepsi keterbatasan yang ditentukan (1 yang serius Ketidaklangsungan ada Rendah DMPA-SK dan DMPA-IM
serius (1 baik) studi)

Kenaikan berat 1 studi dengan Keterbatasan yang Tidak dapat Ketidaktepatan Tidak ada Tidak Sangat Pertambahan berat badan rata-rata
badan data terkumpul serius (1 adil) ditentukan (1 yang serius Ketidaklangsungan ada Rendah 4,5 kg dengan DMPA-SK dibanding
dari 3 studi studi) 5,8 kg dengan DMPA-IM pada 36
(n=2321) bulan

Perubahan 1 RCT (n=534) Tidak ada Tidak dapat Ketidaktepatan Tidak ada Tidak Sangat Tidak ada perbedaan dalam tingkat
pola keterbatasan yang ditentukan (1 yang serius Ketidaklangsungan ada Rendah perdarahan intermenstrual atau
perdarahan serius (1 baik) studi) amenorrhoea antara DMPA-SK
dibanding DMPA-IM

DMPA: depot medroxyprogesterone acetate; IM: intramuskular; RCT: randomized controlled trial; SK : subkutan.

89
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I
Referensi 12. Segall-Gutierrez P, Agarwal R, Ge M, Lopez C, Hernandez
G, Stanczyk FZ. A pilot study examining short-term
1. Kaunitz AM, Darney PD, Ross D, Wolter KD, Speroff L. changes in bone mineral density among class 3 obese
Subcutaneous DMPA vs. intramuscular DMPA: a 2-year users of depot-medroxyprogesterone acetate. Eur J
randomized study of contraceptive efficacy and bone Contracept Reprod Health Care. 2013;18(3):199–205.
mineral density. Contraception. 2009;80(1):7–17.
13. Goldstein J, Cushman M, Badger GJ, Johnson JV. Effect
2. Arias RD, Jain JK, Brucker C, Ross D, Ray A. Changes of depomedroxyprogesterone acetate on coagulation
in bleeding patterns with depot medroxyprogesterone parameter: a pilot study. Fertil Steril. 2007;87(6):1267–
acetate subcutaneous injection 104 mg. Contraception. 70.
2006;74(3):234–8.
3. Westhoff C, Jain JK, Milsom I, Ray A. Changes in
weight with depot medroxyprogesterone acetate
subcutaneous injection 104 mg/0.65 mL.
Contraception. 2007;75(4):261–7.
4. Crosignani PG, Luciano A, Ray A, Bergqvist
A. Subcutaneous depot medroxyprogesterone
acetate versus leuprolide acetate in the
treatment of endometriosis-associated pain.
Hum Reprod. 2006;21(1):248–56.
5. Schlaff WD, Carson SA, Luciano A, Ross D,
Bergqvist A. Subcutaneous injection of depot
medroxyprogesterone acetate compared with
leuprolide acetate in the treatment of endometriosis-
associated pain. Fertil Steril. 2006;85(2):314–25.
6. Polis CB, Nakigozi GF, Nakawooya H, Mondo G,
Makumbi F, Gray RH, et al. Preference for Sayana®
Press versus intramuscular Depo-Provera among HIV-
positive women in Rakai, Uganda: a randomized
crossover trial. Contraception. 2014;89(5):385-95.
7. Jain J, Dutton C, Nicosia A, Wajszczuk C, Bode
FR, Mishell DR, Jr. Pharmacokinetics, ovulation
suppression and return to ovulation following a
lower dose subcutaneous formulation of Depo-
Provera. Contraception. 2004;70(1):11–8.
8. Jain J, Jakimiuk AJ, Bode FR, Ross D, Kaunitz
AM. Contraceptive efficacy and safety of DMPA-
SC. Contraception. 2004;70(4):269–75.
9. Segall-Gutierrez P, Taylor D, Liu X, Stanzcyk F,
Azen S, Mishell DR, Jr. Follicular development and
ovulation in extremely obese women receiving
depomedroxyprogesterone acetate subcutaneously.
Contraception. 2010;81(6):487–95.
10. Segall-Gutierrez P, Du J, Niu C, Ge M, Tilley I, Mizraji K, et
al. Effect of subcutaneous depo-medroxyprogesterone
acetate (DMPA-SC) on serum androgen markers in
normal-weight, obese, and extremely obese women.
Contraception. 2012;86(6):739–45.
11. Segall-Gutierrez P, Xiang AH, Watanabe RM,
Trigo E, Stanczyk FZ, Liu X, et al. Deterioration in
cardiometabolic risk markers in obese women
during depot medroxyprogesterone acetate
use. Contraception. 2012;85(1):36–41.

90
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I
Kriteria Seleksi untuk Tinjauan Sistematis
8. Rekomendasi mengenai keamanan
dari Sino-Implan (II) Desain Studi Randomized controlled trial, studi
kohort, studi kasus-kontrol
Pertanyaan 1: Apakah implan kontrasepsi Populasi Wanita sehat atau populasi umum
dari wanita usia reproduksi
Sino-implant (II) aman bagi pengguna
Intervensi Penggunaan Sino-implant (II)
dengan kondisi medis atau karakteristik
Komparator Pengguna kontrasepsi non-
tertentu menurut kriteria kelayakan medis
hormonal (yakni baik penggunaan
untuk penggunaan kontrasepsi? (Bukti tanpa metode kontrasepsi atau
langsung) metode non-hormonal seperti
kontrasepsi penghalang, sanggama
Kriteria Seleksi untuk Tinjauan Sistematis terputus, AKDR-Cu,
vasektomi/tubektomi, dll) atau
Desain Studi Randomized controlled trial, studi penggunaan implan lain (Norplant,
kohort, studi kasus-kontrol Jadelle, Implanon/Nexplanon)
Populasi Wanita dengan kondisi medis atau Luaran Efek samping yang serius (yakni
karakteristik tertentu kehamilan ektopik atau
Intervensi Penggunaan Sino-implant (II) penghentian kontrasepsi karena
Komparator Metode selain kontrasepsi kondisi medis) atau luaran yang
hormonal (yakni penggunaan tanpa berhubungan dengan kondisi medis
metode kontrasepsi atau metode (yakni perubahan berat badan,
non-hormonal seperti kontrasepsi tekanan darah, perdarahan vagina)
penghalang, sanggama terputus, Pencarian PubMed dan Cohcrane Library
AKDR-Cu, vasektomi/tubektomi, sumber data
dll) atau penggunaan implan lain
(Norplant, Jadelle, Rekomendasi
Implanon/Nexplanon) • Rekomendasi untuk Sino-implant (II) akan
Luaran Efek samping yang serius (yakni menjadi rekomendasi yang sama untuk
kehamilan ektopik atau implan levonorgestrel lainnya (lihat hal.
penghentian kontrasepsi karena
143–158).
kondisi medis) atau luaran yang
berhubungan dengan kondisi medis
(yakni perubahan berat badan,
Keterangan
tekanan darah, perdarahan vagina) • Meskipun tidak ada bukti langsung
Pencarian PubMed dan Cohcrane Library mengenai Sino-implant (II) di antara wanita
sumber data dengan kondisi medis, penelitian
menunjukkan bahwa keselamatan implan
Pertanyaan 2: Di antara wanita sehat atau di antara wanita yang sehat dibandingkan
di antara populasi umum wanita usia dengan mereka yang tidak menggunakan
reproduksi, apakah mereka yang SI (II). Selain itu, data keamanan dari
menggunakan Sino-implant (II) memiliki penelitian implan levonorgestrel (LNG) lain
peningkatan risiko untuk efek samping di antara wanita dengan kondisi medis
yang serius atau hasil lain yang relevan digunakan karena kesamaan SI (II) dan
dibandingkan dengan mereka yang tidak implan LNG lainnya dalam formulasi
menggunakan Sino-implant ( II)? (Bukti hormon, profil kualitas dan tingkat rilis
tidak langsung) harian. Dengan ini, panel memutuskan
untuk membuat rekomendasi yang sama
untuk SI (II) sebagai implan LNG lainnya.
Karena heterogenitas desain studi dan
ukuran hasil, meta-analisis tidak dilakukan.
• Sino-implant (II) tidak melindungi terhadap

91
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I
infeksi menular seksual (IMS), termasuk secara acak (RCT) dan tidak menemukan
HIV. Jika ada risiko IMS / HIV, dianjurkan perbedaan antara pengguna SI (II) dan
penggunaan kondom yang benar dan pengguna SI (I) atau Norplant sehubungan
konsisten. Ketika digunakan dengan benar dengan kejadian efek samping yang serius.
dan konsisten, kondom menawarkan salah acara. Efek serupa pada penanda penyakit
satu metode perlindungan yang paling yang dipilih pada wanita sehat terlihat untuk
efektif terhadap IMS, termasuk HIV. wanita sehat menggunakan SI (II)
Kondom wanita efektif dan aman, tetapi dibandingkan dengan wanita yang
tidak digunakan secara luas seperti menggunakan SI (I) atau Norplant. Tanda-
kondom pria. tanda penyakit ini adalah fungsi hati (3), berat
• Penggunaan kontrasepsi sukarela oleh badan (1, 4-6), tekanan darah (1, 6),
wanita sangat penting untuk menegakkan kepadatan mineral tulang (7), kista ovarium
hak-hak reproduksi mereka. Semua wanita dan mioma jinak (6). Dua penelitian
memiliki hak untuk kontrasepsi memberikan bukti terbatas mengenai
komprehensif berbasis bukti informasi, menorrhagia (1, 8). Studi menunjukkan bahwa
pendidikan, dan konseling untuk SI (II) tidak berbahaya dan mungkin
memastikan pilihan yang diinformasikan. bermanfaat bagi wanita dengan menorrhagia.
Pilihan kontrasepsi wanita dibuat dalam Satu RCT menemukan peningkatan tingkat
konteks waktu tertentu, sosial dan budaya; kehamilan di antara wanita dengan berat 70
pilihannya kompleks, multifaktorial dan kg atau lebih menggunakan SI (II) (9),
dapat berubah. Pengambilan keputusan sementara RCT lain gagal menemukan
untuk metode kontrasepsi biasanya hubungan ini dan juga melaporkan tidak ada
membutuhkan kebutuhan untuk membuat hubungan antara durasi penggunaan, berat
trade-off di antara metode yang berbeda, badan dan kehamilan (3).
dengan kelebihan dan kekurangan
kontrasepsi spesifik. Metode bervariasi Kualitas bukti
sesuai dengan keadaan, persepsi, dan Pengguna dengan kondisi medis atau
interpretasi individu. karakteristik tertentu:
(intervensi lawan pembanding, luaran)
Ringkasan bukti Sino-implant (II) dibanding non- Tidak ada
penggunaan Sino-implant (II); bukti
Tidak ada penelitian yang diidentifikasi yang efek samping serius (langsung):
memberikan bukti langsung pada penggunaan
Sino-implant (II) di antara wanita dengan Wanita sehat atau populasi umum dari
kondisi medis di MEC yang termasuk wanita usia reproduksi
kelompok pembanding. Ketika melihat studi (intervensi lawan pembanding, luaran)
tentang wanita sehat, bukti dari empat Sino-impant (II) dibanding non-penggunaan
Sino-implant (II); berbagai hasil (tidak
penelitian yang membandingkan pengguna SI
langsung):
(II) dengan pengguna implan yang
Kehamilan ektopik Rendah
mengandung LNG lainnya menunjukkan
Kenaikan berat badan Sedang
bahwa SI (II) memiliki profil keamanan yang Kehilangan darah Rendah
sama tanpa perbedaan yang signifikan pada Kepadatan mineral Sangat Rendah
efek samping serius seperti kehamilan ektopik tulang
atau penghentian karena masalah medis (1-3). Tekanan darah Rendah
Efek samping yang Sangat rendah
Ketika menyelidiki efek samping serius pada lain
Kehamilan Sangat Rendah
wanita sehat menggunakan SI (II), tiga artikel
diidentifikasi (1-3). Ketiga artikel ini
melaporkan pada empat uji coba terkontrol

92
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I
GRADE Tabel 1 (Pertanyaan 2): Di antara wanita sehat atau di antara populasi umum wanita usia reproduksi, apakah mereka yang menggunakan Sino-implant (II)
memiliki peningkatan risiko untuk efek samping yang serius atau hasil yang relevan lainnya dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan Sino-implant (II)?
(Bukti tidak langsung)

Tipe dan
jumlah studi Tidak Faktor
Luaran Keterbatasan Inkonsistensi Inpresisi Kualitas Estimasi Dampak
(jumlah Langsung Lain
partisipan)
Kehamilan 4 RCT (24972) Keterbatasan Tidak ada Inpresisi Bukan Tidak Tidak ada Sangat Sangat sedikit kehamilan ektopik dan tidak
ektopik yang serius (4 inkonsistensi yang Langsung Rendah ada perbedaan risiko yang jelas dalam 4
adil) yang serius serius RCT SI (II) vs SI (I) atau Norplant

Kenaikan 3 RCT Keterbatasan Tidak ada Tidak ada Bukan Tidak Tidak ada Sangat Tidak ada perbedaan antara SI (II) dan SI (I)
berat badan (n=4443); 1 yang serius inkonsistensi inpresisi Langsung Rendah atau Norplant dalam kenaikan berat badan di
studi kohort (kualitas RCT-2 yang serius yang 3 studi; berat badan kurang dengan SI (II)
(n=617) adil dan 1 serius daripada kontrol (tidak ada metode atau non-
buruk, kualitas hormonal) dalam 1 penelitian
studi kohort-1
sangat buruk)
Kehilangan 2 RCT (n=389) Keterbatasan Tidak ada Inpresisi Bukan Tidak Tidak ada Sangat Tidak ada perbedaan yang jelas dalam
darah, yang serius (1 inkonsistensi yang Langsung Rendah kehilangan darah atau kadar hemoglobin
perubahan adil, 1 buruk) yang serius serius dengan SI (II) vs SI (I) atau Norplant
hemoglobin

Kepatan 1 studi potong Keterbatasan Tidak dapat Inpresisi Tidak langsung Tidak ada Sangat Tidak ada perbedaan antara SI (II), SI (I) dan
mineral lintang (n=166) yang sangat ditentukan (1 yang yang serius ( Rendah Norplant dalam BMD setelah ≥ 3 tahun
tubuh serius (1 buruk) studi) sangat luaran
(BMD) serius menegah)
Tekanan 1 RCT Keterbatasan Tidak ada Tidak ada Bukan Tidak Variabilitas Rendah 1 RCT menemukan sangat sedikit kasus
darah (n=2297); 1 yang sangat inkonsistensi inpresisi Langsung dalam peningkatan tekanan darah dengan SI (II), SI
studi kohort serius (kualitas yang serius yang pengaruh (I), atau Norplant; 1 penelitian kohort
(n=617) RCT-1 adil, serius pengukura menemukan BP yang lebih tinggi dengan
kualitas studi n tekanan kontrol (tidak ada metode atau non-
kohort-1 sangat darah hormonal) daripada SI (II)
buruk)
Efek 2 RCT Keterbatasan Tidak ada Tidak ada Bukan Tidak Variabilitas Sangat Tidak ada perbedaan antara SI (II) dan SI (I)
samping (n=22672) yang serius (2 inkonsistensi inpresisi Langsung dalam Rendah atau Norplant dalam berbagai efek samping
lain adil) yang serius yang pengukura atau alasan untuk dihapus
serius n luaran

93
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Tipe dan
jumlah studi Tidak Faktor
Luaran Keterbatasan Inkonsistensi Inpresisi Kualitas Estimasi Dampak
(jumlah Langsung Lain
partisipan)
Pengaruh berat badan terhadap keberhasilan kontrasepsi pada pengguna Sino-implant (II)
Kehamilan 2 RCT Keterbatasan Inkonsistensi Inpresisi Bukan Tidak Sangat 1 RCT menemukan tingkat kehamilan
(n=10940) yang serius (2 yang serius yang Tidak ada Rendah yang lebih tinggi pada wanita ≥ 70 kg
adil) serius Langsung daripada wanita <60 kg (tidak
dilaporkan); 1 RCT tidak menemukan
hubungan antara berat badan dan
risiko kehamilan
BMD:kepadatan mineral tulang; RCT: randomized controlled trial; SI (I): Sino-implant (I); SI (II): Sino-implant (II).

94
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

References
1. Qi L, Liu J, Yu L, Ye L, Sun L, Liu K. Multicenter
clinical study of two Sino-subdermal implans.
Chinese J Fam Plann. 2002;79:87–95.
2. Fang K, Guan Y, Fan H, Gao E, Yang D, Xue L, et al.
A multicentre study of CLa Implan and Sino-implant:
expanded application (two-year follow-up). J
Reproduc Contracep. 1997;8:101–10.
3. Fan H, Han L, Jiang J, Wu M, Chen B, Meng F, et
al. A multicenter comparative clinical study of
Sino-
Levonorgestrel-Releasing Implans – No. I and No. II
with Norplant. J Reprod Contracept. 2004;15:101–7.
4. Zhang G, Li Y, Ren L. A comparative study on the
acceptability of China-made subdermal implans. J
Reprod Med. 1998;7(2):12–16.
5. Ni F, Mei F, Bian C, Chai Y, Wang G, Li Y, et al.
Effect of three types of subdermal implans on
female body weight. Chinese J Fam Plann.
1998;5:210–1.
6. Liu X, Mao J, Li Y, Chen X, Wang Z, Jin Y, et al. The
safety of Sino-implant II – 3 years clinical observation.
Reprod Contracept. 2000;20:92–7.
7. Shen H, Han L, Fan H, Gong Q, Zhao J, Tan J, et al.
The effects of long-acting contraceptive implans on
bones of reproductive women. Chinese J Fam Plann.
1998,6:539– 42.
8. Han L, Fan H, Gong Q, Xie Z, Meng F, Hong Y, et al.
The effects of three types of long-acting subcutaneous
implans on menstrual blood loss. Chinese J Fam
Plann. 1998;6:250–3.
9. Xing Q, Guan Y, Yang D, Yang Z, Guan F, Li W, et
al. A multicenter comparative clinical study of two
types of Sino-implant. Chinese J Fam Plann.
2002;79:282–6.

95
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

9. Rekomendasi Penggunaan Pil Kriteria Seleksi untuk Tinjauan Sistematis


Kontrasepsi Darurat (PKD), termasuk Desain Randomized controlled trial, studi
dengan kondisi Obesitas dan metode Studi kohort, studi kasus-kontrol
baru Ulipristal Acetate Populasi Wanita pengguna PKD (KPK, LNG
atau UPA)
Pertanyaan 1: Di antara wanita dengan Intervensi Obesitas
karakteristik tertentu atau kondisi medis, adalah Komparator Non obesitas
mereka yang menggunakan levonorgestrel Luaran Efek yang merugikan atau
(LNG), ulipristal asetat (UPA) atau pil kehamilan
kontrasepsi darurat kombinasi (PKD kombinasi) Pencarian PubMed dan Cohcrane Library
meningkatkan risiko untuk efek samping sumber
dibandingkan dengan mereka yang tidak data
menggunakan bentuk kontrasepsi darurat ini. ?
(Bukti langsung)?
Rekomendasi
Kriteria Seleksi untuk Tinjauan Sistematis • Untuk ibu hamil, penggunaan pil kontrasepsi
Desain Studi Artikel penelitian utama dalam semua darurat (PKD) tidak berlaku. Meskipun metode
bahasa, termasuk studi ini tidak diindikasikan untuk wanita dengan
farmakokinetik kehamilan yang diketahui atau dicurigai, tidak
Populasi Wanita dengan karakteristik atau ada bahaya yang diketahui pada wanita itu,
kondisi medis menurut MEC jalannya kehamilannya, atau janin jika PKD
(kehamilan, menyusui, riwayat tidak sengaja digunakan.
kehamilan ektopik, riwayat komplikasi
• Wanita yang sedang menyusui dapat
kardiovaskular yang parah, angina
pectoris, migraine, penyait hati yang menggunakan KPK atau rejimen LNG untuk
parah, CYP34A inducers, PKD tanpa pembatasan (MEC Kategori 1).
penggunaan PKD berulang dan Wanita yang sedang menyusui umumnya dapat
pemerkosaan) menggunakan UPA (Kategori MEC 2).
Intervensi Penggunaan PKD hormonal (KPK, Menyusui tidak dianjurkan untuk satu minggu
LNG atau UPA) setelah mengambil UPA karena dikeluarkan
Komparator Selain penggunaan PKD hormonal dalam ASI. ASI harus diekspresikan dan
Luaran Efek yang merugikan (diluar efek dibuang selama waktu itu (1).
samping) • Wanita yang telah mengalami kehamilan
Pencarian PubMed dan Cohcrane Library
ektopik masa lalu dapat menggunakan KPK,
sumber data
LNG atau UPA untuk PKD tanpa pembatasan
(MEC Kategori 1).
Pertanyaan 2: Di antara wanita yang
• Wanita dengan riwayat penyakit kardiovaskular
menggunakan levonorgestrel (LNG), ulipristal
berat, termasuk penyakit jantung iskemik,
asetat (UPA) atau gabungan kontrasepsi oral
serangan serebrovaskular, atau kondisi
(KPK) rejimen untuk pil kontrasepsi darurat
tromboemboli lainnya, umumnya dapat
(PKD), adalah mereka dengan obesitas pada
menggunakan KPK, LNG atau UPA untuk PKD
peningkatan risiko untuk efek samping atau
(MEC Kategori 2).
kehamilan dibandingkan dengan mereka yang
• Wanita dengan migrain umumnya dapat
melakukan tidak mengalami kegemukan? (Bukti
menggunakan KPK, LNG atau UPA untuk PKD
langsung)
(MEC Kategori 2)
96
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I
• Wanita dengan penyakit hati berat, termasuk • Kelompok penyusun panduan (KPP)
penyakit kuning, umumnya dapat memutuskan untuk menghapus kondisi “angina
menggunakan KPK, LNG atau UPA untuk PKD pectoris” dari rekomendasi MEC untuk PKD.
(MEC Kategori 2). Kondisi ini tidak muncul di tempat lain di MEC
• Wanita yang menggunakan induser CYP3A4 dan tidak ada bukti yang menunjukkan
(misalnya rifampicin, fenitoin, fenobarbital, kekhawatiran keamanan untuk penggunaan
carbamazepine, efavirenz, fosphenytoine, PKD di antara wanita dengan angina pektoris.
nevirapine, oxcarbazepine, primidone, rifabutin, • KPP memutuskan untuk mengubah istilah
St John's wort / Hypericum perforatum) dapat “riwayat komplikasi kardiovaskular yang parah”
menggunakan KPK, LNG atau UPA untuk PKD menjadi “riwayat penyakit kardiovaskular yang
tanpa pembatasan (MEC Kategori 1) ). berat” agar lebih konsisten dengan terminologi
Penginduksi CYP3A4 yang kuat dapat yang digunakan di tempat lain dalam MEC.
mengurangi efektivitas PKD. • Menurut informasi pelabelan, rifampisin secara
• Tidak ada pembatasan penggunaan ECC nyata menurunkan kadar UPA hingga 90% atau
berulang untuk KPK, LNG atau UPA (MEC lebih, yang dapat menurunkan keampuhannya
Kategori 1). Penggunaan PKD yang berulang (1). Keprihatinan teoritis, oleh karena itu,
adalah indikasi bahwa wanita membutuhkan memperluas penggunaan induser CYP3A4
konseling lebih lanjut pada pilihan kontrasepsi lainnya serta LNG dan KPK, yang memiliki jalur
lainnya. PKD yang sering diulang penggunaan metabolik serupa dengan UPA.
dapat berbahaya untuk wanita dengan kondisi • Karena heterogenitas desain studi dan ukuran
diklasifikasikan sebagai Kategori 2, 3 atau 4 hasil, meta-analisis tidak dilakukan.
untuk penggunaan kontrasepsi hormonal • PKD tidak melindungi terhadap infeksi menular
kombinasi (KHK) atau kontrasepsi progestin seksual (IMS), termasuk HIV. Jika ada risiko
(KP). IMS / HIV, dianjurkan penggunaan kondom
• Tidak ada pembatasan untuk penggunaan yang benar dan konsisten. Ketika digunakan
KPK, LNG atau UPA untuk PKD dalam kasus dengan benar dan konsisten, kondom
perkosaan (MEC Kategori 1). menawarkan salah satu metode perlindungan
• Wanita yang mengalami obesitas dapat yang paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV.
menggunakan KPK, LNG atau UPA untuk PKD Kondom wanita efektif dan aman, tetapi tidak
tanpa pembatasan (MEC Kategori 1). PKD digunakan secara luas oleh program nasional
mungkin kurang efektif di antara wanita dengan sebagai kondom pria.
IMT ≥ 30 kg / m2 dibandingkan dengan wanita • Penggunaan kontrasepsi sukarela oleh wanita
dengan IMT <25 kg / m2. Meskipun demikian, sangat penting untuk menegakkan hak-hak
tidak ada masalah keamanan. reproduksi mereka. Semua wanita memiliki hak
atas informasi kontrasepsi, pendidikan, dan
Keterangan konseling yang komprehensif dan berdasarkan
• Ulipristal acetate (UPA) ditambahkan sebagai bukti untuk memastikan pilihan yang
metode baru untuk MEC. diinformasikan. Pilihan kontrasepsi wanita
• Durasi penggunaan PKD kurang dari durasi dibuat dalam konteks waktu tertentu, sosial dan
penggunaan reguler KPK atau KPP dan budaya; pilihannya kompleks, multifaktorial dan
dengan demikian diharapkan memiliki dampak dapat berubah. Pengambilan keputusan untuk
klinis yang lebih sedikit untuk wanita dengan metode kontrasepsi biasanya membutuhkan
riwayat komplikasi kardiovaskular yang berat, kebutuhan untuk membuat trade-off di antara
migrain atau penyakit hati berat (termasuk metode yang berbeda, dengan kelebihan dan
penyakit kuning). Tidak ada pembatasan untuk kekurangan metode kontrasepsi spesifik yang
penggunaan PKD dalam kasus pemerkosaan.
97
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

• bervariasi sesuai dengan keadaan, persepsi Kualitas bukti


dan interpretasi individu.
Wanita dengan karakteristik atau kondisi medis
Ringkasan bukti tertentu:
(intervensi versus komparator; hasil)
Empat studi langsung meneliti penggunaan PKD-
LNG di antara wanita hamil atau menyusui (2-5). Wanita menyusui
Tidak ada penelitian yang diidentifikasi yang Pengguna PKD-LNG dibanding Sangat
memeriksa penggunaan UPA atau PKD-KPK di bukan pengguna PKD-LNG; Rendah
antara wanita dengan kondisi medis atau luaran menyusui
karakteristik. Satu penelitian kohort dan satu uji Pengguna PKD-LNG dibanding Sangat
coba terkontrol secara acak menganalisis hasil di bukan pengguna PKD-LNG; Rendah
antara wanita yang menyusui (3-4), dan dua luaran pertumbuhan bayi sikapi
penelitian kohort menganalisis hasil di antara
wanita yang menyusui (2, 5). Hasil kehamilan yang Wanita yang sedang hamil
buruk jarang terjadi di antara wanita hamil yang Pengguna PKD-LNG dibanding Sangat
menggunakan PKD selama siklus konsepsi atau di bukan pengguna PKD-LNG; Rendah
awal kehamilan. Hasil menyusui tampaknya tidak luaran efek merugikan saat
berbeda antara wanita yang terpapar LNG dan kehamilan
yang tidak terpapar. Satu studi farmakokinetik
menunjukkan bahwa LNG lolos ke ASI tetapi Metodologi GRADE tidak digunakan untuk menilai
ditemukan dalam jumlah minimal (6). kualitas dari bukti studi yang tidak melaporkan
luaran klinis termasuk studi farmakokinetik
Sebuah studi farmakokinetik kecil menemukan
bahwa penggunaan efavirenz bersamaan Wanita pengguna PKD-LNG, PKD-UPA, atau
menurunkan tingkat LNG pada wanita yang PKD Kombinasi
menggunakan LNG-PKD (0,75 mg) sebesar 56% (intervensi dibanding pembanding, luaran)
dibandingkan dengan LNG-PKD saja (7). Obesitas dibanding non Sedang
obesitas, risiko kehamilan
Ada bukti terbatas dari satu penelitian yang
menunjukkan wanita gemuk dengan IMT ≥ 30 kg /
m2 mengalami peningkatan risiko kehamilan
setelah penggunaan LNG dibandingkan dengan
wanita dengan IMT <25 kg / m2 (8). Bukti dari dua
penelitian menunjukkan bahwa wanita obesitas
juga dapat mengalami peningkatan risiko
kehamilan setelah penggunaan UPA dibandingkan
dengan wanita yang tidak obesitas, meskipun
peningkatan ini tidak signifikan dalam salah satu
penelitian (8, 9).

98
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I
GRADE tabel 1 (Pertanyaan 1): Di antara wanita dengan karakteristik tertentu atau kondisi medis, adalah mereka yang menggunakan levonorgestrel (LNG), ulipristal asetat (UPA)
atau kontrasepsi pil kombinasi (KPK) untuk pil kontrasepsi darurat (PKD) pada peningkatan risiko efek samping dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan bentuk
kontrasepsi darurat ini? (Bukti langsung)

Tipe dan jumlah


Faktor
Luaran studi (jumlah Keterbatasan Inkonsistensi Ketidaktepatan Ketidaklangsungan Kualitas Estimasi Dampak
Lain
partisipan)

Menyusui selama menggunakan PKD-LNG dibanding ttidak menggunakan PKD-LNG

Luaran 1 studi kohort Keterbatasan yang Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak Sangat Tidak ada perbedaan
Menyusui (n=143); 1 RCT serius (kualitas kohort-1 inkonsistensi inpresisi yang Ketidaklangsungan ada Rendah volume ASI dalam 2
(n=1158) buruk, kualitas RCTT-1 serius penelitian; tidak ada
adil); beberapa luaran perbedaan durasi
berdasarkan laporan laktasi, kembalinya
pribadi yang subjektif menstruasi atau pola
menyusui dalam 1
penelitian

Pertumbuhan 1 studi kohort Keterbatasan yang Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak Sangat Tidak ada perbedaan
dan sikap bayi (n=143); 1 RCT sangat serius (kualitas inkonsistensi inpresisi yang Ketidaklangsungan ada Rendah pada pertumbuhan dan
(n=1158) kohort-1 buruk, kualitas serius sikap bayi
RCT-1 adil); hasil
luaran buruk

Penggunaan PKD-LNG selama kehamilan dibanding bukan pengguna PKD-LNG

Luaran 2 studi Keterbatasan yang Tidak ada Inpresisi yang Tidak ada Tidak Sangat Tidak ada perbedaan
Kehamilan kohort(n=780) sangat serius (1 adil,1 inkonsistensi serius Ketidaklangsungan ada Rendah risiko dari aborsi spontan
buruk) atau lahir mati,
kehamilan ektopik, atau
komplikasi kehamilan
lainnya

Luaran 2 studi Keterbatasan yang Tidak ada Inpresisi Tidak ada Tidak Sangat Tidak ada
neonatus kohort(n=780) sangat serius (1 inkonsistensi yang serius Ketidaklangsungan ada Rendah perbedaan angka
atau fetus adil, 1 buruk) defek kelahiran atau
pertumbuhan bayi

99
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

GRADE table 2 (Pertanyaan 2): Di antara wanita yang menggunakan levonorgestrel (LNG), ulipristal acetate (UPA) atau gabungan rejimen kontrasepsi oral
(KPK) untuk pil kontrasepsi darurat (PKDs), adalah mereka dengan obesitas pada peningkatan risiko untuk efek samping atau kehamilan dibandingkan dengan
mereka yang tidak mengalami obesitas? (Bukti langsung)

Tipe dan jumlah


Inkonsistens Ketidaktepat Ketidaklangsu
Luaran studi (jumlah Keterbatasan Faktor Lain Kualitas Estimasi Dampak
i an ngan
partisipan)

Obesitas (IMT ≥ 30 kg/m2) dibanding overweight (25-30 kg/m2) dibanding normal atau underweight (<25 kg/m2)

Kehamilan 3 kohor dari uji Keterbatasan yang Tidak ada Tidak ada Tidak ada Efek dosis Sedang Obesitas vs normal atau kurus (n =
klinis (n = 4690) serius (2 studi inkonsistens inpresisi Ketidaklangsu diobservasi 2701, 2 penelitian): ATAU 3,6 (95% CI
(dianalisis dengan analisa i yang serius yang serius ngan dalam 1 meta 2,0–6,5) untuk setiap PKD; ATAU 4,4
dalam 2 meta- sekunder dari analisis (tidak (95% CI 2,0-9,4) untuk PKD-LNG dan
analisis yang percobaan klinis dievaluasi oleh OR 2,6 (95% CI 0,89-7,0) untuk PKD-
disertakan dengan yang lainnya) UPAa
2 studi masing- keterbatasan
masing; 1 studi metodologi) Kegemukan vs normal atau kurus (n =
termasuk dalam 2.976, 2 penelitian): ATAU 1,5 (95% CI
kedua analisis) 0,75–
3.0) untuk setiap PKD; 2.1 (95% CI
0,86-4,9) untuk PKD-LNG dan 0,97
(95% CI 0,27–2,8)
untuk PKD-UPAa (n = 2173, 2
penelitian): ATAU 2,1 (95% CI 1,0-4,3)
untuk PKD-UPAb
IMT : Indeks Massa Tubuh; CI: confidence interval; OR: odss ratio

a. Perkiraan disesuaikan untuk kemungkinan konsepsi, hubungan lebih lanjut, usia, waktu dari hubungan seks tanpa kondom hingga perawatan, dan riwayat
kehamilan.
b. Perkiraan disesuaikan untuk tindakan lebih lanjut dari hubungan seksual yang tidak terlindungi, usia, ras, pernah hamil, merokok, dan jam sejak hubungan
seks tanpa kondom (hingga 120 jam) tidak signifikan secara statistik pada anal-yanng univariat.

100
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I
Referensi between the hormonal emergency
contraception, levonorgestrel (Plan B), and
1. ellaOne® ulipristal acetate. Abbreviated Efavirenz. Infect Dis Obstet Gynecol.
prescribing information (UK). London: HRA 2012;2012:1–4.
8. Glasier A, Cameron ST, Blithe D, Scherrer B,
Pharma UK & Ireland Ltd; 2013
Mathe H, Levy D, et al. Can we identify women
(http://www.ellaone.co.uk/hcp/abbreviated-
at risk of pregnancy despite using emergency
prescribing-information-uk, accessed 23 contraception? Data from randomized trials of
October 2014). ulipristal acetate and levonorgestrel.
2. De Santis M, Cavaliere AF, Straface G, Contraception. 2011;84(4):363–7.
Carducci B, Caruso 9. Moreau C, Trussell J. Results from pooled
A. Failure of the emergency contraceptive Phase III studies of ulipristal acetate for
levonorgestrel and the risk of adverse effects emergency contraception. Contraception.
in pregnancy and on fetal development: an 2012;86(6):673–80.
observational cohort study. Fertil Steril.
2005;84(2):296–9.
3. Polakow-Farkash S, Gilad O, Merlob P,
Stahl B, Yogev Y, Klinger G.
Levonorgestrel used for emergency
contraception during lactation-a
prospective observational cohort study on
maternal and infant safety.
J Matern Fetal Neonatal Med. 2013;26(3):219–
21.
4. Shaaban OM, Hassen SG, Nour SA, Kames
MA, Yones EM. Emergency contraceptive
pills as a backup for lactational amenorrhea
method (LAM) of contraception: a
randomized controlled trial. Contraception.
2013;87(3):363–9.
5. Zhang L, Chen J, Wang Y, Ren F, Yu W,
Cheng L. Pregnancy outcome after
levonorgestrel-only emergency contraception
failure: a prospective cohort study. Hum
Reprod. 2009;24(7):1605-11.
6. Gainer E, Massai R, Lillo S, Reyes V,
Forcelledo Ml, Caviedes R, et al.
Levonorgestrel pharmacokinetics in
plasma and milk of lactating women who
take 1.5 mg for emergency contraception.
Hum Reprod. 2007;22(6):1578–84.
7. Carten ML, Kiser JJ, Kwara A, Mawhinney S,
Cu-Uvin S. Pharmacokinetic interactions
101
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I
sementara banyak wanita pada peningkatan

10. Rekomendasi Penggunaan AKDR • risiko IMS umumnya dapat memiliki AKDR yang
pada Wanita dengan Risiko Tinggi dimasukkan, beberapa wanita meningkat risiko
Infeksi Menular Seksual (IMS) (kemungkinan individu yang sangat tinggi) dari
IMS seharusnya secara umum tidak memiliki
Pertanyaan 1: Pada wanita dengan risiko tinggi AKDR yang dimasukkan sampai pengujian dan
IMS, apakah pemasangan AKDR meningkatkan pengobatan yang tepat terjadi.
risiko penyakit radang panggul (PRP) yang • Wanita dengan peningkatan risiko IMS
lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak umumnya dapat terus menggunakan Cu-AKDR
melakukan pemasangan AKDR? atau AKDR-LNG (MEC Kategori 2).

Kriteria Seleksi untuk Tinjauan Sistematis Keterangan

Desain Randomized controlled trial, studi • Komite Kaji Ulang Panduan menyarankan agar
Studi kohort, studi kasus-kontrol rekomendasi ini direvisi untuk mengklarifikasi
Populasi Wanita dengan risiko tinggi IMS rekomendasi Kategori 2/3 dalam edisi keempat
Intervensi Pemasangan AKDR-Cu atau MEC. Namun, karena tidak ada bukti baru
AKDR-LNG yang diidentifikasi untuk memperbarui
Komparator Tidak memasangan AKDR-Cu rekomendasi ini, tidak ada bukti yang dapat
atau AKDR-LNG diambil melalui proses GRADE. Ini ditangani
Luaran PRP oleh Kelompok Penyusun Panduan, yang
Pencarian PubMed dan Cohcrane Library memutuskan bahwa tindakan terbaik adalah
sumber merevisi klarifikasi. Kelompok ini juga
data menyoroti rekomendasi universal untuk dual
perlindungan dengan kondom, terutama bagi
Rekomendasi wanita dengan peningkatan risiko IMS.
• AKDR tidak melindungi terhadap IMS,
• Banyak wanita dengan peningkatan risiko termasuk HIV. Jika ada risiko IMS / HIV,
infeksi menular seksual (IMS) umumnya dapat dianjurkan penggunaan kondom yang benar
menjalani inisiasi AKDR-Cu atau inisiasi AKDR- dan konsisten. Ketika digunakan dengan benar
LNG (MEC Kategori 2). Beberapa wanita dan konsisten, kondom menawarkan salah
dengan peningkatan risiko (kemungkinan satu metode perlindungan yang paling efektif
individu yang sangat tinggi) dari IMS umumnya terhadap IMS, termasuk HIV. Kondom wanita
seharusnya tidak memiliki AKDR dimasukkan efektif dan aman, tetapi tidak digunakan
sampai pengujian yang tepat dan pengobatan secara luas seperti kondom pria.
terjadi (MEC Kategori 3). Penyisipan AKDR • Penggunaan kontrasepsi sukarela oleh wanita
dapat lebih meningkatkan risiko PRP di sangat penting untuk menegakkan hak-hak
kalangan wanita dengan peningkatan risiko reproduksi mereka. Semua wanita memiliki
IMS, meskipun bukti yang terbatas hak untuk kontrasepsi komprehensif berbasis
menunjukkan bahwa risiko ini rendah. Algoritma bukti informasi, pendidikan, dan konseling
saat ini untuk menentukan peningkatan risiko untuk memastikan pilihan yang diinformasikan.
IMS memiliki nilai prediktif yang buruk. Risiko Pilihan kontrasepsi wanita dibuat dalam
IMS bervariasi berdasarkan perilaku individu konteks waktu tertentu, sosial dan budaya;
dan prevalensi IMS lokal. Oleh karena itu, pilihannya kompleks, multifaktorial dan dapat
102
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I
berubah. Pengambilan keputusan untuk
metode kontrasepsi biasanya membutuhkan
kebutuhan untuk membuat trade-off di antara
metode yang berbeda, dengan kelebihan dan
kekurangan kontrasepsi spesifik. metode
bervariasi sesuai dengan keadaan, persepsi,
dan interpretasi individu.

Ringkasan bukti

Menggunakan algoritma untuk mengklasifikasikan


status risiko IMS di antara pengguna AKDR, satu
studi melaporkan bahwa 11% wanita dengan risiko
tinggi IMS mengalami komplikasi terkait AKDR
dibandingkan dengan 5% dari mereka yang tidak
diklasifikasikan sebagai risiko tinggi (1). Dalam
studi kecil lainnya, insidensi PRR setelah
pemasangan AKDR rendah (2,2%) pada kelompok
wanita yang dianggap berisiko tinggi berdasarkan
tingkat latar belakang IMS yang tinggi pada
populasi umum (2).

Kualitas Bukti

Untuk IMS dan AKDR Tidak ada bukti baru

Referensi

1. Morrison CS, Sekadde-Kigondu C, Miller WC,


Weiner DH, Sinei SK. Use of sexually
transmitted disease risk assessment
algorithms for selection of intrauterine device
candidates. Contraception. 1999;59(2):97–
106.
2. Cropsey KL, Matthews C, Campbel S, Ivey S,
Adawadkar S. Long-term, reversible
contraception use among high-risk women
treated in a university-based gynecology clinic:
comparison between AKDR and depo-provera.
J Womens Health. 2010;19(2):349–53.

103
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I
hasil, meta-analisis tidak dilakukan.
• CVP tidak melindungi terhadap infeksi menular
seksual (IMS), termasuk HIV. Jika ada risiko
11. Rekomendasi Penggunaan Cincin IMS / HIV, dianjurkan penggunaan kondom
Vagina Progestin (CVP) yang benar dan konsisten. Ketika digunakan
dengan benar dan konsisten, kondom
menawarkan salah satu metode yang paling
Pertanyaan 1: Di antara wanita menyusui dan
efektif perlindungan terhadap IMS, termasuk
bayi mereka, apakah penggunaan cincin vagina
HIV. Kondom wanita efektif dan aman, tetapi
progestin (CVP) dibandingkan dengan
tidak digunakan secara luas seperti kondom
kontrasepsi progestogen (KP) mempengaruhi
pria.
kesehatan ibu, kinerja menyusui, pertumbuhan
• Penggunaan kontrasepsi sukarela oleh wanita
bayi atau kesehatan bayi? (Bukti langsung)
sangat penting untuk menegakkan hak-hak
reproduksi mereka. Semua wanita memiliki
Kriteria Seleksi untuk Tinjauan Sistematis
hak atas informasi kontrasepsi, pendidikan,
Desain Randomized controlled trial, studi
dan konseling yang komprehensif dan
Studi kohort, studi kasus-kontrol
berdasarkan bukti untuk memastikan pilihan
KPPulasi Wanita menyusui
yang diinformasikan. Pilihan kontrasepsi
Intervensi CVP
wanita dibuat dalam konteks waktu tertentu,
Komparator Penggunaan diluar KP ( yakni sosial dan budaya; pilihannya kompleks,
penggunaan tanpa metode multifaktorial dan dapat berubah. Pengambilan
kontrasepsi atau metode non- keputusan untuk metode kontrasepsi biasanya
hormonal seperti kondom atau membutuhkan kebutuhan untuk membuat
kontrasepsi penghalang, trade-off di antara metode yang berbeda,
sanggama terputus, AKDR-Cu, dengan kelebihan dan kekurangan metode
vasektomi/tubektomi, dll) kontrasepsi spesifik yang bervariasi sesuai
Luaran Efek samping ibu, kemampuan dengan keadaan, persepsi dan interpretasi
menyusui (yakni durasi laktasi, individu.
suplementasi), kesehatan bayi
(pertumbuhan, perkembangan, Ringkasan bukti
atau efek tambahan kesehatan), Tujuh penelitian kohort prospektif meneliti efek
kehamilan penggunaan CVP pada kesehatan ibu, kinerja
Pencarian PubMed dan Cohcrane Library menyusui, kesehatan bayi dan pertumbuhan bayi,
sumber dibandingkan dengan metode kontrasepsi
data hormonal dan non hormonal lainnya, selama tahun
pertama pascapersalinan atau lebih lama ( 1–7).
Rekomendasi
• Wanita yang menyusui dan ≥ 4 minggu Dari enam penelitian yang mengevaluasi berbagai
pascapersalinan, dapat menggunakan tanpa ukuran kinerja menyusui, tidak ada durasi laktasi
batasan cincin vagina yang mengandung (1, 4, 7), proporsi wanita yang sepenuhnya
progestin (CVP) (MEC Kategori 1). Seorang menyusui (2), jumlah episode menyusui (2, 5), atau
wanita yang menggunakan CVP harus secara waktu pemberian suplemen pengenalan makanan
aktif menyusui (misalnya setidaknya empat (6) berbeda secara signifikan di antara pengguna
episode menyusui per hari) untuk menjaga CVP dibandingkan dengan pengguna KP selama
kemanjuran metode ini. 12 bulan pengamatan.

Keterangan Tidak ada perbedaan yang signifikan secara


• Jika cincin vagina yang mengandung progestin statistik pada peningkatan berat badan bayi yang
(CVP) secara tidak sengaja digunakan selama diamati di antara pengguna CVP dibandingkan
kehamilan, tidak ada kerusakan yang diketahui dengan wanita yang menggunakan non-hormonal
pada wanita, perjalanan kehamilannya, atau atau KP (3, 4, 6) dan pola yang sama dari berat
janin. badan bayi yang diamati dalam penelitian lain yang
• Karena heterogenitas desain studi dan ukuran membandingkan CVP dan pengguna AKDR (5) .
104
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Satu penelitian melaporkan tidak ada perbedaan


yang signifikan dalam kesehatan bayi (5)

Kualitas bukti

Di antara wanita menyusui, penggunaan CVP


dibandingkan kontrasepsi non-CVP; berbagai hasil:

Kehamilan Rendah
Luaran menyusui Rendah
Berat bayi Rendah

105
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I
GRADE Tabel 1 (Pertanyaan 1): Di antara wanita menyusui dan bayi mereka, apakah penggu naan cincin vagina kontrasepsi yang mengandung
progesteron (CVP), dibandingkan dengan metode kontrasepsi progestogen (KP),mempengaruhi kesehatan ibu, kinerja menyusui , pertumbuhan bayi dan
kesehatan bayi? (Bukti langsung)

Tipe dan
jumlah studi Tidak Faktor
Luaran Keterbatasan Inkonsistensi Inpresisi Kualitas Estimasi Dampak
(jumlah Langsung Lain
partisipan)
CVP lawan AKDR, Norplant lawan KPP
Kehamilan 7 studi kohort Keterbatasan Inkonsistensi Inpresisi yang Bukan Tidak Tidak ada Rendah Beberapa kehamilan dan tingkat kehamilan serupa
(n=3397) yang serius (5 yang serius tidak serius Langsung pada wanita menyusui menggunakan CVP dibanding
adil, 2 buruk) AKDR (6 penelitian), Norplant (2 penelitian), atau KPP
(1 studi)
Konsumsi 4 studi kohort Keterbatasan Inkonsistensi Inpresisi yang Bukan Tidak Tidak ada Rendah Tidak ada perbedaan antara CVP dan AKDR (3
Suplemen (n=1129) yang serius (3 yang serius tidak serius Langsung penelitian), Norplant (2 studi), atau KPP (1 studi) dalam
adil, 1 buruk) proporsi menyusui sepenuhnya; 1 studi menemukan
cincin yang terkait dengan episode suplementasi lebih
sedikit dan hari daripada AKDR pada semua periode
follow-up (P <0,001)
Durasi 4 studi kohort Keterbatasan Inkonsistensi Inpresisi yang Bukan Tidak Tidak ada Rendah Tidak ada perbedaan antara CVP dan AKDR (4
menyusui (n=1117) yang serius (2 yang serius tidak serius Langsung penelitian), Norplant (2 studi), atau KPP (1 studi)
adil, 2 buruk)

Episode 2 studi kohort Keterbatasan Inkonsistensi Inpresisi yang Bukan Tidak Tidak ada Rendah Tidak ada perbedaan antara CVP dan AKDR (2
Menyusui (n=2083) yang sangat yang serius tidak serius Langsung penelitian)
serius (2 adil)
Kelanjutan 5 studi kohort Keterbatasan Inkonsistensi Inpresisi yang Bukan Tidak Tidak ada Rendah 4 penelitian menemukan CVP terkait dengan
penggunaan (n=2722) yang sangat yang serius tidak serius Langsung penghentian lebih rendah / penghentian lebih tinggi
serius (3 adil, 2 dibanding AKDR; 1 studi menemukan CVP terkait
buruk) dengan penghentian lebih tinggi / penghentian lebih
rendah
Episode 3 studi kohort Keterbatasan Inkonsistensi Inpresisi yang Bukan Tidak Tidak ada Rendah Tidak ada perbedaan yang jelas antara CVP dibanding
perdarahan (n=2279) yang sangat yang serius tidak serius Langsung AKDR (3 penelitian), Norplant (1 studi), atau KPP (1
serius (1 adil, 2 studi)
buruk)
Kenaikan berat 7 studi kohort Keterbatasan Inkonsistensi Inpresisi yang Bukan Tidak Tidak ada Rendah Tidak ada perbedaan antara cincin dibanding AKDR (7
badan bayi (n=3397) yang serius (5 yang serius tidak serius Langsung studi), Norplant (2 studi), atau KPP (1 studi)
adil, 2 buruk)

106
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Referensi

1. Diaz S, Reyes MV, Zepeda A, Gonzalez GB, Lopez


JM, Campino C, et al. Norplant® implans and
progesterone vaginal rings do not affect maternal
bone turnover and density during lactation and after
weaning. Hum Reprod. 1999;14:2499–505.
2. Massai R, Miranda P, Valdes P, Lavin P, Zepeda
A, Casado ME, et al. Preregistration study on the
safety and contraceptive efficacy of a
progesterone-releasing vaginal ring in Chilean
nursing women. Contraception. 1999;60:9–14.
3. Chen JH, Wu SC, Shao WQ, MH Zou, J Hu, J Cong,
et al. The comparative trial of TCu 380A IUD and
progesterone-releasing vaginal ring used by lactating
women. Contraception. 1998;57:371–9.
4. Diaz S, Zepeda A, Maturana X, Reyes MV, Miranda P,
Casado ME, et al. Fertility regulation in nursing women.
IX. Contraceptive performance, duration of lactation,
infant growth, and bleeding patterns during use of
progesterone vaginal rings, progestin-only pills,
Norplant® implans, and copper T380-A intrauterine
devices. Contraception. 1997;56:223–32.
5. Sivin I, Diaz S, Croxatto HB, Miranda P, Shaaban
M, Sayed EH, et al. Contraceptives for lactationg
women: A comparative trial of a progesterone-
releasing vaginal ring and the copper T380A IUD.
Contraception. 1997;55:225-32.
6. Shaaban MM. Contraception with progestogens
and progesterone during lactation. J Steriod
Biochem Mol Biol. 1991;40:705-10.
7. Diaz S, Jackanicz TM, Herreros C, Juez G, Peralta
O, Miranda P, et al. Fertility regulation in nursing
women: VIII. Progeseterone plasma levels and
contraceptive efficacy of a progesterone-releasing
vaginal ring. Contraception. 1985;32:603–22.

107
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

12. Rekomendasi Penggunaan Kriteria seleksi untuk tinjauan sistematis


Desain Studi Randomized controlled trial dan
Kontrasepsi Hormonal pada studi kohort
wanita risiko tinggi HIV, wanita Populasi Wanita usia reproduksi dengan
HIV
dengan HIV, wanita dengan HIV Intervensi Penggunaan kontrasepsi hormonal
dan dalam terapi antiretroviral (implan, pil, suntik, transdermal,
cincin atau AKDR-LNG)
(ARV) Komparator Penggunaan diluar kontrasepsi
hormonal (yakni penggunaan
tanpa metode kontrasepsi atau
Latar Belakang metode non-hormonal seperti
kondom atau kontrasepsi
Karena pentingnya kesehatan masyarakat penghalang, sanggama terputus,
AKDR-Cu, vasektomi/tubektomi,
tentang rekomendasi pada penggunaan
dll)
kontrasepsi hormonal untuk wanita yang Luaran Risiko perkembangan penyakit HIV
berisiko HIV dan wanita yang hidup dengan (dinilai dengan dengan viral load
HIV, rekomendasi berikut dikeluarkan HIV, jumlah CD4, perkembangan
menjelang edisi kelima MEC dalam dokumen ke AID, inisiasi ART, kematian,
atau kombinasi luaran dari
Metode kontrasepsi hormonal yang diberikan perkembangan AIDS, inisiasi ART
untuk wanita yang berisiko tinggi terhadap atau kematian)
HIV dan hidup dengan HIV: Pernyataan
panduan 2014, yang disetujui oleh WHO Pertanyaan 3: Apakah penggunaan berbagai
Guidelines Review Committee (GRC) pada 7 metode kontrasepsi hormonal meningkatkan
Juli 2014 (1). risiko penularan HIV dari wanita ke laki-laki?

Pertanyaan 1: Apakah penggunaan metode Kriteria seleksi untuk tinjauan sistematis


kontrasepsi hormonal tertentu secara
Desain Studi (a) Uji coba secara acak dan
langsung meningkatkan risiko penularan penelitian kohort (melaporkan bukti
HIV pada wanita? langsung, dengan insiden HIV
tingkat infeksi pada pasangan
Kriteria seleksi untuk tinjauan sistematis seksual laki-laki sebagai variabel
hasil);
(b) Uji coba terkontrol secara acak,
Desain Studi Randomized controlled trial, penelitian kohort, studi cross-
studi kohort, studi kasus-kontrol sectional (melaporkan bukti tidak
Populasi Wanita usia reproduksi dengan langsung, menilai ukuran proxy
risiko infeksi HIV untuk infektivitas pada wanita)
Intervensi Penggunaan kontrasepsi Populasi Wanita usia reproduksi dengan
hormonal (implan, pil, suntik, HIV
transdermal, cincin atau AKDR- Intervensi Penggunaan kontrasepsi hormonal
LNG) (implan, pil, suntik, transdermal,
cincin atau AKDR-LNG)
Komparator Penggunaan diluar kontrasepsi
Komparator Penggunaan diluar kontrasepsi
hormonal (yakni penggunaan hormonal (yakni penggunaan
tanpa metode kontrasepsi atau tanpa metode kontrasepsi atau
metode non-hormonal seperti metode non-hormonal seperti
kondom atau kontrasepsi kondom atau kontrasepsi
penghalang, sanggama penghalang, sanggama terputus,
terputus, AKDR-Cu, AKDR-Cu, vasektomi/tubektomi,
vasektomi/tubektomi, dll) dll)
Luaran Insiden, wanita dengan infeksi Luaran Risiko transmisi HIV ke pasangan
pria (pengukuran secara langsung
HIV yang dikonfirmasi lab
dengan serokonversi HIV diantara
pasangan pria dengan HIV negatif
atau pengukuran secara tidak
Pertanyaan 2: Apakah penggunaan berbagai langsung dengan cairan genital
kontrasepsi hormonal metode mempercepat HIV atau viral load plasma pada
perkembangan penyakit HIV pada wanita yang wanita sebagai proxy untuk infeksi)
tinggal dengan HIV?

108
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Pertanyaan 4: Apakah ada kemungkinan • secara aktif setiap bukti yang muncul. Pada
interaksi antara metoda kontrasepsi hormonal pertemuan tahun 2014, pada konsultasi teknis
dan obat antiretroviral (ARV)? 2012, disepakati bahwa
data epidemiologi tidak menjamin perubahan
pada MEC. Mengingat pentingnya masalah ini,
Kriteria seleksi untuk tinjauan sistematis wanita yang berisiko tinggi terinfeksi HIV harus
diberi tahu bahwa POI mungkin atau tidak
Desain Studi Studi klinis, studi dapat meningkatkan risiko penularan HIV.
observasional, serangkaian Wanita dan pasangan pada risiko tinggi dari
kasus, dan studi farmakokinetik penularan HIV mengingat POI juga harus
Populasi Wanita usia reproduksi diberitahu tentang dan memiliki akses ke
Intervensi Penggunaan kontrasepsi langkah-langkah pencegahan HIV, termasuk
hormonal dan terapi kondom laki-laki dan wanita.
antiretroviral (ART) • Wanita yang berisiko tinggi tertular HIV pada
Komparator Penggunaan kontrasepsi umumnya dapat menggunakan AKDR-LNG
hormonal dan tanpa ART; studi (AKDR-LNG) (MEC Kategori 2).
non-komparatif menilai
perubahan luaran dari waktu ke Keterangan
waktu • Sangat penting bahwa wanita dan pasangan
Luaran Hormon farmakokinetik yang berisiko terinfeksi HIV diberitahu tentang
kontrasepsi, efektivitas dan memiliki akses ke kondom pria dan
kontrasepsi (kehamilan, wanita, dan tindakan lain untuk mencegah dan
ovulasi, aktivitas ovarium, mengurangi risiko infeksi HIV dan infeksi
perdarahan terobosan), menular seksual (IMS), terlepas dari mana
farmakokinetik ARV, ARV bentuk kontrasepsi yang mereka pilih.
efektivitas (pengembangan • Kontrasepsi hormonal, termasuk KPK, CIC,
penyakit HIV, viral load, jumlah POPs, POI, implan progestogen, dan AKDR-
CD4), dan efek samping LNG tidak melindungi terhadap IMS / HIV.
baik dari kontrasepsi hormonal
atau obat ARV. Ringkasan bukti (Pertanyaan 1: Pengambilan
HIV)
12a. Rekomendasi di antara wanita yang
berisiko tinggi terinfeksi HIV: Dua puluh dua studi observasional prospektif telah
• Wanita yang berisiko tinggi tertular HIV dapat menilai risiko penularan HIV di antara wanita yang
menggunakan yang berikut ini metode menggunakan metode kontrasepsi hormonal
kontrasepsi hormonal tanpa pembatasan: pil dibanding risiko penularan HIV pada wanita yang
kontrasepsi oral kombinasi (KPKs), menggunakan metode kontrasepsi non-hormonal.
kontrasepsi suntik kombinasi (CIC), patch (yaitu kondom, Cu-IUD, penarikan) atau tanpa
kontrasepsi dan cincin, pil progestogen (POP), metode kontrasepsi (2-27).
injeksi progestogen saja (DMPA dan NET-EN),
dan implan levonorgestrel (LNG) dan Kontrasepsi hormonal kombinasi (KHK)
etonogestrel (ETG) (MEC Kategori 1).
• Wanita dengan risiko tinggi HIV yang Delapan studi menilai penggunaan KPK dan
menggunakan injeksi progestogen saja (POI) dianggap "informatif tetapi dengan batasan
harus diberitahu bahwa studi yang tersedia penting" (28). Tujuh dari penelitian ini tidak
tentang hubungan antara kontrasepsi POI dan menemukan hubungan yang signifikan secara
akuisisi HIV memiliki keterbatasan metodologis statistik antara penggunaan KPK dan penularan
yang penting. Menghalangi tafsiran. Beberapa HIV (3, 5-11), meskipun
penelitian menunjukkan bahwa wanita yang satu studi di kalangan pekerja seks di Kenya (12).
menggunakan kontrasepsi POI mungkin
berisiko tinggi terhadap penularan HIV; Kontrasepsi progestin (KP)
penelitian lain belum menemukan hubungan
ini. Dampak kesehatan masyarakat dari Lima penelitian menilai penggunaan suntikan NET-
asosiasi semacam itu akan tergantung pada EN dan dianggap "informatif tetapi dengan batasan
konteks lokal, termasuk tingkat penggunaan penting" (28). Empat dari mereka melaporkan tidak
kontrasepsi suntik, kematian ibu dan ada hubungan yang signifikan secara statistik
prevalensi HIV. Ini harus dipertimbangkan dengan akuisisi HIV (3, 8, 9, 13), sementara yang
ketika mengadaptasi panduan untuk konteks satu melakukan (11).
lokal. Kelompok ahli WHO terus memantau

109
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I
digunakan secara luas oleh program nasional

Sembilan penelitian menilai DMPA, atau, jika hasil sebagai kondom pria.
spesifik DMPA tidak tersedia, dinilai suntikan yang • Penggunaan penggunaan kontrasepsi secara
tidak ditentukan; studi ini dianggap "informatif sukarela oleh wanita yang hidup dengan HIV
tetapi dengan batasan penting" (28). Hasilnya yang ingin mencegah kehamilan sangat
dicampur: tiga dari studi penting untuk menegakkan hak reproduksi
menunjukkan peningkatan risiko yang signifikan (5, mereka dan terus menjadi strategi penting
11, 12), satu menunjukkan peningkatan yang untuk mengurangi penularan HIV secara
signifikan dalam risiko menggunakan satu model vertikal. Semua wanita memiliki hak atas
statistik tetapi hubungan ini tidak signifikan secara informasi kontrasepsi, pendidikan, dan
statistik menggunakan model statistik lain (6, 7), konseling yang komprehensif dan berdasarkan
dan lima tidak menunjukkan peningkatan yang bukti untuk memastikan pilihan yang
signifikan dalam risiko (3, 8-10, 13). diinformasikan. Pilihan kontrasepsi wanita
dibuat dalam konteks waktu tertentu, sosial dan
Dua penelitian dinilai implan, salah satunya budaya; pilihannya kompleks, multifaktorial dan
diklasifikasikan sebagai "tidak mungkin untuk dapat berubah. Pengambilan keputusan untuk
menginformasikan pertanyaan utama" (4, 28). Tak metode kontrasepsi biasanya membutuhkan
satu pun dari penelitian ini melaporkan kebutuhan untuk membuat trade-off di antara
peningkatan risiko yang signifikan secara statistik metode yang berbeda, dengan kelebihan dan
dari penularan HIV, tetapi interval kepercayaan kekurangan metode kontrasepsi spesifik yang
lebar (4, 21). bervariasi sesuai dengan keadaan, persepsi dan
interpretasi individu.
Kualitas bukti (Pertanyaan 1: Pengambilan HIV)
Ringkasan bukti (Pertanyaan 2: pengembangan
Untuk KSP (DMPA dan NET- Rendah penyakit; Pertanyaan 3: penularan dari wanita
EN) dan KPP ke pria)
Untuk implan Sangat rendah
Dua tinjauan sistematis yang menyelidiki
Pertanyaan 2 dan 3 menginformasikan
12b. Rekomendasi di antara wanita yang hidup rekomendasi kelayakan kontrasepsi untuk wanita
dengan penyakit klinis tanpa gejala atau ringan yang hidup dengan penyakit klinis tanpa gejala
(stadium 1 atau 2 WHO): atau ringan (stadium 1 atau 2 WHO).
• Wanita yang hidup dengan penyakit klinis
tanpa gejala atau ringan (stadium 1 atau 2 Kontrasepsi Hormonal Kombinasi (KHK)
WHO) dapat menggunakan metode
kontrasepsi hormonal berikut tanpa Dari delapan penelitian yang tersedia, tujuh tidak
pembatasan: gabungan pil kontrasepsi oral menyarankan hubungan antara penggunaan KPK
(KPKs), kontrasepsi suntik kombinasi (CIC), dan perkembangan HIV, yang diukur dengan
patch dan cincin kontrasepsi, pil progestogen jumlah CD4 <200, inisiasi ART, atau mortalitas
(POP), injeksi progestogen saja (DMPA dan (29-35). Satu uji coba terkontrol secara acak
NET-EN), dan implan levonorgestrel (LNG) menemukan peningkatan risiko hasil gabungan
dan etonogestrel (ETG) (Kategori MEC 1). dari penurunan jumlah CD4 atau kematian di
• Wanita yang hidup dengan penyakit klinis antara pengguna KPK bila dibandingkan dengan
tanpa gejala atau ringan (stadium 1 atau 2 pengguna AKDR (Cu-IUD) (36, 37).
WHO) umumnya dapat menggunakan AKDR-
LNG (MEC Kategori 2). Dua studi observasional prospektif secara
• Karena mungkin ada interaksi antara metode langsung menilai efek dari berbagai metode
kontrasepsi hormonal tertentu dengan obat kontrasepsi hormonal pada penularan HIV dari
antiretroviral tertentu (ARV), lihat rekomendasi wanita ke laki-laki dengan mengukur
tentang interaksi obat ART (lihat hal. 72). seroconversion.pada pasangan pria wanita yang
diketahui menggunakan kontrasepsi hormonal.
Keterangan Salah satu studi ini melaporkan perkiraan titik yang
• Kontrasepsi hormonal tidak melindungi tinggi, tetapi tidak signifikan secara statistik untuk
terhadap infeksi menular seksual (IMS), KPKs (5). Studi lain juga tidak menemukan
termasuk HIV. Penggunaan kondom secara hubungan yang signifikan secara statistik untuk
konsisten dan benar, pria atau wanita, sangat KPK (4).
penting untuk pencegahan penularan HIV ke
pasangan seksual yang tidak terinfeksi, dan Studi secara tidak langsung menilai efek dari
untuk perlindungan terhadap IMS lain. berbagai metode kontrasepsi hormonal pada
Femalecondom efektif dan aman, tetapi tidak penularan HIV wanita-ke-laki-laki dengan

110
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I
mengukur penularan virus genital sebagai proxy

untuk infektivitas memiliki hasil yang beragam. Catatan: Karena masih ada ketidakpastian yang
Mayoritas penelitian tidak langsung mengukur cukup mengenai cara terbaik untuk mengukur
apakah berbagai metode kontrasepsi hormonal penipisan HIV genital (sehubungan dengan
mempengaruhi viral load HIV plasma tidak metode pengumpulan, RNA dibanding DNA, dan
menemukan efek (38-53). pengukuran DNA dan RNA yang terkait sel
dibanding sel / bebas), penelitian yang
Kontrasepsi Pil Progestin (KPP) menyediakan bukti tidak langsung menilai ukuran
proksi dari transmisi tidak menjalani penilaian
Dari enam penelitian yang tersedia, lima tidak GRADE.
menyarankan hubungan antara penggunaan
kontrasepsi suntik progestogen saja (POI) dan 12c. Rekomendasi di antara wanita yang hidup
pengembangan HIV, yang diukur dengan jumlah dengan penyakit klinis HIV berat atau lanjut
CD4 <200, inisiasi ART, atau mortalitas (31-35). (stadium 3 atau 4 WHO)
Satu uji coba secara acak menemukan • Wanita yang hidup dengan penyakit klinis HIV
peningkatan risiko hasil gabungan dari penurunan berat atau lanjut (stadium 3 atau 4 WHO)
jumlah CD4 atau kematian di antara pengguna dapat menggunakan metode kontrasepsi
kontrasepsi oral (kontrasepsi oral) (KPKs dan hormonal berikut tanpa pembatasan:
POPs) bila dibandingkan dengan pengguna Cu- gabungan
IUD; studi ini, bagaimanapun, memiliki kerugian pil kontrasepsi oral (KPKs), kontrasepsi suntik
yang signifikan untuk menindaklanjuti dan beralih kombinasi (CIC), patch dan cincin kontrasepsi,
metode antar kelompok, membatasi pil khusus preogestogen (POP), injeksi
interpretasinya (36, 37). Satu penelitian tidak progestogen saja (DMPA dan NET-EN), dan
menemukan perbedaan dalam ART inisiasi atau implan levonorgestrel (LNG) dan etonogestrel
jumlah CD4 antara pengguna dan non-pengguna (ETG) (Kategori MEC 1).
AKDR-LNG (54). • Wanita yang hidup dengan penyakit klinis HIV
berat atau lanjut (stadium 3 atau 4 WHO)
Dua studi observasional prospektif secara umumnya tidak boleh memulai penggunaan
langsung menilai efek dari berbagai metode AKDR-LNG (MEC Kategori 3 untuk inisiasi)
kontrasepsi hormonal pada penularan HIV dari sampai penyakitnya membaik menjadi
wanita ke laki-laki dengan mengukur penyakit klinis tanpa gejala atau ringan
seroconversion.Pada pasangan pria wanita yang (stadium 1 atau 2 WHO). Namun, wanita yang
diketahui menggunakan kontrasepsi hormonal. sudah memiliki AKDR-LNG dimasukkan dan
Satu penelitian melaporkan hubungan yang yang mengembangkan penyakit klinis HIV
signifikan secara statistik antara kontrasepsi POI berat atau lanjut tidak perlu dilepas IUD
dan penularan HIV dari wanita ke laki-laki (5), mereka (MEC Kategori 2 untuk kelanjutan).
sementara penelitian lain tidak menemukan Pengguna AKDR-LNG dengan penyakit klinis
hubungan yang signifikan secara statistik antara HIV berat atau lanjut harus dipantau secara
penggunaan DMPA dan penularan HIV wanita-ke- ketat untuk infeksi panggul.
laki-laki (4). Temuan penelitian secara tidak • Karena mungkin ada interaksi antara metode
langsung menilai efek dari berbagai metode kontrasepsi hormonal tertentu dengan obat
kontrasepsi hormonal pada penularan HIV wanita- antiretroviral tertentu (ARV), lihat rekomendasi
ke-laki-laki dengan mengukur viral shedding tentang interaksi obat ART (lihat hal. 72).
genital sebagai proksi infektivitas telah dicampur.
Mayoritas penelitian tidak langsung mengukur Keterangan
apakah berbagai metode kontrasepsi hormonal
mempengaruhi viral load HIV plasma tidak • Kontrasepsi hormonal tidak melindungi
menemukan efek (38-53). terhadap infeksi menular seksual (IMS),
termasuk HIV. Penggunaan kondom secara
Kualitas bukti konsisten dan benar, pria atau wanita, sangat
penting untuk pencegahan penularan HIV ke
Perkembangan penyakit- Rendah pasangan seksual yang tidak terinfeksi, dan
KSP (DMPA dan NET-EN) untuk perlindungan terhadap IMS lain.
dan KP (KHK dan KPP) Kondom wanita efektif dan aman, tetapi tidak
Perkembangan penyakit – Sangat Rendah digunakan secara luas oleh program nasional
AKDR-LNG sebagai kondom pria.
Transmisi penyakit (bukti Sangat Rendah • Penggunaan penggunaan kontrasepsi secara
langsung) – KSP (DMPA sukarela oleh wanita yang hidup dengan HIV
dan NET-EN) dan KP (KHK yang ingin mencegah kehamilan sangat
dan KPP) penting untuk menegakkan hak reproduksi

111
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I
mereka dan terus menjadi strategi penting

• untuk mengurangi penularan HIV secara Studi secara tidak langsung menilai efek dari
vertikal. Semua wanita memiliki hak atas berbagai metode kontrasepsi hormonal pada
informasi kontrasepsi, pendidikan, dan penularan HIV wanita-ke-laki-laki dengan
konseling yang komprehensif dan berdasarkan mengukur penularan virus genital sebagai proxy
bukti untuk memastikan pilihan yang untuk infektivitas memiliki hasil yang beragam.
diinformasikan. Pilihan kontrasepsi wanita Mayoritas penelitian tidak langsung mengukur
dibuat dalam konteks waktu tertentu, sosial apakah berbagai metode kontrasepsi hormonal
dan budaya; pilihannya kompleks, mempengaruhi viral load HIV plasma tidak
multifaktorial dan dapat berubah. Pengambilan menemukan efek (38-53).
keputusan untuk metode kontrasepsi biasanya
membutuhkan kebutuhan untuk membuat Kontrasepsi progestogen saja (POC), termasuk
trade-off di antara metode yang berbeda, AKDR-LNG
dengan kelebihan dan kekurangan metode
kontrasepsi spesifik yang bervariasi sesuai Dari enam penelitian yang tersedia, lima tidak
dengan keadaan, persepsi dan interpretasi menyarankan hubungan antara penggunaan
individu. kontrasepsi suntik progestogen saja dan
perkembangan HIV, yang diukur dengan jumlah
Ringkasan bukti (Pertanyaan 2: pengembangan CD4 <200, inisiasi ART, atau mortalitas (31-35).
penyakit; Pertanyaan 3: penularan dari wanita Satu uji coba secara acak menemukan
ke pria) peningkatan risiko hasil gabungan dari penurunan
jumlah CD4 atau kematian di antara pengguna OC
Dua tinjauan sistematis yang menyelidiki (KPK dan POP) bila dibandingkan dengan
Pertanyaan 2 dan 3 menginformasikan pengguna Cu-IUD; studi ini, bagaimanapun,
rekomendasi kelayakan kontrasepsi untuk wanita memiliki kerugian yang signifikan untuk
yang hidup dengan penyakit klinis HIV berat atau menindaklanjuti dan beralih metode antar
lanjut (stadium 3 atau 4 WHO). kelompok, membatasi interpretasinya (36, 37).
Satu penelitian tidak menemukan perbedaan
Semua penelitian yang diidentifikasi tidak dalam inisiasi ART atau jumlah CD4 antara
menyertakan wanita dengan penyakit klinis HIV pengguna dan non-pengguna AKDR-LNG (54).
berat atau lanjut (stadium 3 atau 4 WHO) dari
pendaftaran, meskipun beberapa peserta Dua penelitian observasional prospektif secara
mengalami perkembangan ke penyakit berat atau langsung menilai efek dari berbagai metode
lanjut selama persidangan. kontrasepsi hormonal pada penularan HIV dari
wanita ke laki-laki dengan mengukur
Kontrasepsi hormonal kombinasi (KHK) seroconversion pada pasangan laki-laki wanita
dengan status penggunaan kontrasepsi hormonal
Dari delapan penelitian yang tersedia, tujuh yang diketahui. Salah satu penelitian ini
menunjukkan tidak ada hubungan antara melaporkan hubungan yang signifikan secara
penggunaan KPK dan perkembangan HIV, yang statistik antara kontrasepsi suntik dan penularan
diukur dengan jumlah CD4 <200 sel / mm3, inisiasi HIV dari wanita ke laki-laki (5), sementara
ART, atau mortalitas (29-35). Satu percobaan acak penelitian lain tidak menemukan hubungan yang
menemukan peningkatan risiko a signifikan secara statistik antara penggunaan
hasil gabungan dari penurunan jumlah CD4 atau DMPA dan penularan HIV dari wanita ke laki-laki
kematian di antara pengguna KPK bila (4).
dibandingkan dengan pengguna AKDR (Cu-IUD)
(36, 37). Temuan penelitian secara tidak langsung menilai
efek dari berbagai metode kontrasepsi hormonal
Dua penelitian observasional prospektif langsung pada penularan HIV wanita-ke-laki-laki dengan
menilai efek dari berbagai metode kontrasepsi mengukur viral shedding genital sebagai proksi
hormonal pada penularan HIV dari wanita ke laki- infektivitas telah dicampur. Mayoritas tidak
laki dengan mengukur seroconversion pada langsung studi mengukur apakah berbagai metode
pasangan laki-laki wanita yang diketahui kontrasepsi hormonal mempengaruhi viral load
menggunakan kontrasepsi hormonal. Salah satu HIV plasma tidak menemukan efek (38-53).
penelitian ini melaporkan peningkatan, tetapi tidak
signifikan secara statistik, perkiraan titik untuk
kontrasepsi oral (kontrasepsi oral) (5). Penelitian
lain juga tidak menemukan hubungan yang
signifikan secara statistik untuk kontrasepsi oral
(4).

112
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I
• Wanita yang menggunakan obat ARV

Kualitas bukti • umumnya dapat menggunakan AKDR-LNG


(MEC Kategori 2), asalkan bahwa penyakit
Perkembangan penyakit- Rendah klinis HIV mereka tidak menunjukkan gejala
KSP (DMPA dan NET-EN) atau ringan (stadium 1 atau 2 WHO). Wanita
dan KP (KHK dan KPP) yang hidup dengan penyakit klinis HIV berat
Perkembangan penyakit – Sangat Rendah atau lanjut (WHO tahap 3 atau 4) umumnya
AKDR-LNG tidak boleh memulai penggunaan AKDR-LNG
Transmisi penyakit (bukti Sangat Rendah (MEC Kategori 3 untuk inisiasi) sampai
langsung) – KSP (DMPA penyakit mereka telah membaik menjadi
dan NET-EN) dan KP asimptomatik atau penyakit klinis HIV ringan.
(KHK dan KPP) Namun, wanita yang sudah memiliki AKDR-
LNG dimasukkan dan yang mengembangkan
Catatan: Karena masih ada ketidakpastian yang penyakit klinis HIV berat atau lanjut tidak perlu
cukup mengenai cara terbaik untuk mengukur dilepas IUD mereka (MEC Kategori 2 untuk
penipisan HIV genital (sehubungan dengan kelanjutan). Pengguna AKDR-LNG dengan
metode pengumpulan, RNA dibanding DNA, dan penyakit klinis HIV berat atau lanjut harus
pengukuran DNA dan RNA yang terkait sel dipantau secara ketat untuk infeksi panggul.
dibanding sel / bebas), penelitian yang
menyediakan bukti tidak langsung menilai ukuran Keterangan
proksi dari transmisi tidak menjalani penilaian • Kontrasepsi hormonal tidak melindungi
GRADE. terhadap infeksi menular seksual (IMS),
termasuk HIV. Penggunaan kondom secara
12d. Rekomendasi di antara wanita yang hidup konsisten dan benar, pria atau wanita, sangat
dengan HIV menggunakan terapi antiretroviral penting untuk pencegahan penularan HIV ke
(ART) pasangan seksual yang tidak terinfeksi, dan
• Wanita yang menggunakan nukleosida / NRTI untuk perlindungan terhadap IMS lain.
dapat menggunakan semua metode Kondom wanita efektif dan aman, tetapi tidak
kontrasepsi hormonal tanpa pembatasan: pil digunakan secara luas oleh program nasional
kontrasepsi oral kombinasi (KPK), patch dan sebagai kondom pria.
cincin kontrasepsi, kontrasepsi suntik • Penggunaan penggunaan kontrasepsi secara
gabungan (CIC), pil progestogen (POPs) , sukarela oleh wanita yang hidup dengan HIV
injeksi progestogen saja (DMPA dan NET-EN), yang ingin mencegah kehamilan sangat
dan implan levonorgestrel (LNG) dan penting untuk menegakkan hak reproduksi
etonogestrel (ETG) (MEC Kategori 1). mereka dan terus menjadi strategi penting
• Wanita yang menggunakan ART yang untuk mengurangi penularan HIV secara
mengandung efavirenz atau nevirapine vertikal. Semua wanita memiliki hak atas
umumnya dapat menggunakan KPK, patch, informasi kontrasepsi, pendidikan, dan
cincin, CIC, POPs, NET-EN dan implan (MEC konseling yang komprehensif dan berdasarkan
Kategori 2). Namun, wanita yang bukti untuk memastikan pilihan yang
menggunakan efavirenz atau nevirapine dapat diinformasikan. Pilihan kontrasepsi wanita
menggunakan DMPA tanpa batasan (MEC dibuat dalam konteks waktu tertentu, sosial
Kategori 1). dan budaya; pilihannya kompleks,
• Wanita yang menggunakan NNRTI (nNRTIs), multifaktorial dan dapat berubah. Pengambilan
etravirine dan rilpivirine yang lebih baru, dapat keputusan untuk metode kontrasepsi biasanya
menggunakan semua metode kontrasepsi membutuhkan kebutuhan untuk membuat
hormonal tanpa pembatasan (MEC Kategori trade-off di antara metode yang berbeda,
1). dengan kelebihan dan kekurangan dari
• Wanita yang menggunakan protease inhibitor metode kontrasepsi spesifik yang bervariasi
(misalnya ritonavir dan ARV yang dikuatkan sesuai dengan masing-masing individu.
dengan ritonavir) pada umumnya dapat • Wanita yang hidup dengan HIV dan
menggunakan KPK, patch dan cincin menggunakan ARV harus mendiskusikan
kontrasepsi, CIC, POPs, NET-EN, dan implan dampak potensial dari ARV tertentu pada
LNG dan ETG (MEC Kategori 2), dan dapat efikasi kontrasepsi dengan penyedia layanan
menggunakan DMPA tanpa pembatasan kesehatan mereka.
(Kategori MEC 1).
• Wanita yang menggunakan integrase inhibitor Ringkasan bukti (Pertanyaan 4: Kontrasepsi
raltegravir dapat menggunakan semua metode hormonal - interaksi ART)
kontrasepsi hormonal tanpa pembatasan
(MEC Kategori 1). Nucleoside / nucleotide reverse transcriptase

113
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I
inhibitors (NRTIs)

NRTI tampaknya tidak memiliki risiko interaksi


yang signifikan dengan metode kontrasepsi
hormonal (55, 56).

Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors


(NNRTIs)

Tiga studi klinis, termasuk satu penelitian besar,


menemukan penggunaan ART yang mengandung
nevirapine tidak meningkatkan ovulasi atau tingkat
kehamilan pada wanita yang menggunakan KPK
(57-60). Untuk ART yang mengandung efavirenz,
penelitian farmakokinetik menunjukkan penurunan
signifikan yang konsisten dalam kadar hormon
kontrasepsi pada wanita yang menggunakan KPK,
dan sebuah penelitian klinis kecil menunjukkan
tingkat ovulasi yang lebih tinggi pada wanita yang
memakai ART dan KPK yang mengandung
efavirenz (57, 61, 62). Etravirine dan rilpivirine
tidak berinteraksi dengan KPKs (63, 64). Satu
tinjauan grafik retrospektif pada wanita yang
menggunakan ART yang mengandung efavirenz
menunjukkan peningkatan tingkat kegagalan
kontrasepsi untuk wanita yang menggunakan
implan LNG (65). Berdasarkan terutama pada data
farmakokinetik, efektivitas DMPA kemungkinan
tidak terpengaruh oleh NNRTI, dan sebaliknya (66,
67).

Protease inhibitor (PIs)

Data farmakokinetik menunjukkan penurunan


kadar progestin KPK dengan PI yang dikuatkan
ritonavir dan ritonavir. Pada wanita yang
menggunakan patch, pemberian bersama
menghasilkan tingkat progestin yang lebih tinggi
(68). Satu penelitian menemukan tingkat progestin
yang lebih tinggi dengan penggunaan PI
bersamaan pada pengguna POPs (69).
Berdasarkan terutama pada data farmakokinetik,
efektivitas DMPA kemungkinan tidak dipengaruhi
oleh PI, dan sebaliknya (66, 67).

Integrase inhibitor

Integrase inhibitor raltegravir tampaknya tidak


berinteraksi dengan KPK (55, 56, 70, 71).

Kualitas bukti
Kontrasepsi hormoal + ART Sangat
lawan kontrasepsi hormonal rendah
sendiri
ART yang mengandung Sangat
efavirenz dibandingkan ART rendah
lainnya pada wanita yang
menggunakan kontrasepsi
hormonal:
ART + kontrasepsi hormonal Rendah
lawan ART saja:

114
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

GRADE Tabel 1 (Pertanyaan 1): Apakah penggunaan metode kontrasepsi hormonal tertentu secara langsung meningkatkan risiko penularan HIV pada wanita?

Tipe dan
jumlah studi Tidak Kualitas
Luaran Keterbatasan Inkonsistensi Inpresisi Estimasi Dampak
(jumlah Langsung Keseluruhan
partisipan)
Penggunaan KSP lawan tanpa pengggunaan KSP
Pengambilan 9 studi kohort Keterbatasan Inkonsistensi Inpresisi Bukan Rendah Beberapa kehamilan dan tingkat kehamilan serupa
HIV (n=28219) yang serius yang serius yang tidak Tidak pada wanita menyusui menggunakan PVR vs IUD (6
serius Langsung penelitian), Norplant (2 penelitian), atau POP (1 studi)

Penggunaan KSP lawan tanpa pengggunaan KSP


Pengambilan 8 studi kohort Keterbatasan Inkonsistensi Inpresisi Bukan Rendah ke HR atau IRR berkisar 0,66-1,8 dalam 8 studi: 1 studi
HIV (n=27585) yang serius yang serius yang tidak Tidak Sedang peningkatan risiko (HR 1,5, 95% CI 1,0-2,1); 1
serius Langsung kecenderungan studi terhadap peningkatan risiko (HR
1.8, 95% CI 0.55–5.8); 1 tren studi terhadap
penurunan risiko (IRR 0,66, 95% CI 0,09-4,78); 5
penelitian tidak berpengaruh (HR range 0.86–0.99) b

Penggunaan Implan lawan tanpa penggunaan implan


Pengambilan 1 studi kohort Keterbatasan Tidak dapat Inpresisi Sangat Setiap 1,6 (0,5-5,7% dari 95%)
HIV (n=1272) yang serius ditentukan (1 yang Rendah
studi) serius
CI: confidence interval; DMPA: depot medroxyprogesterone acetate; HR: hazard ratio; IRR: incidence rate ratio; NET-EN: norethisterone enanthate.

Catatan: Untuk semua studi yang diringkas untuk pertanyaan ini, efek didasarkan pada perkiraan risiko yang disesuaikan; Hasil analisis model Cox digunakan ketika metode statistik
yang berbeda disajikan.

Terbatas untuk studi yang diklasifikasikan sebagai "dianggap informatif dengan batasan penting"; sementara semua penelitian ini memiliki keterbatasan atau risiko bias yang penting,
tidak ada penelitian yang memiliki ketiga kelemahan utama - yaitu: (i) tidak ada penyesuaian untuk ukuran penggunaan kondom; (ii) pengukuran yang tidak jelas dari paparan
kontrasepsi hormonal; (iii) interval antar survei (waktu antara kunjungan studi) <6 bulan - dan karena itu diberi peringkat kualitas keseluruhan "rendah" daripada "sangat rendah".
Penjelasan tentang penilaian kualitas untuk setiap studi yang termasuk dalam tabel ini dijelaskan dalam tinjauan sistematis oleh Polis et al., 2014 (28).
b Satu studi (McCoy et al., 2013) estimasi bertingkat untuk KPK (HR 0,78, 95% CI 0,53-1,12) dan POP (HR 0,91, 95% CI 0,49-1,50) (3).

115
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Tipe dan
jumlah studi Tidak
Luaran Keterbatasan Inkonsistensi Inpresisi Kualitas Estimasi Dampak
(jumlah Langsung
partisipan)
Penggunaan kontrasepsi pil lawan tanpa pengggunaan kontrasepsi pil
Mortalitas 6 studi kohort Keterbatasan Inkonsistensi Inpresisi Bukan Rendah Rentang SDM 0,28-1,1 dalam 4 penelitian (tidak
(n=6864) yang serius (1 yang serius yang tidak Tidak ke ada perkiraan menunjukkan perbedaan yang
baik, 3 adil, 2 serius Langsung Sedang signifikan secara statistik) a; 2 <200 sel / mm3
buruk) melaporkan tidak ada kejadian

Perkembangan 5 studi kohort Keterbatasan Inkonsistensi Inpresisi Bukan Rendah HR rentang 0,84-1,3 dalam 4 studi (tidak ada
menjadi AIDS atau (n=6078) yang serius (1 yang serius yang tidak Tidak perkiraan menunjukkan efek yang signifikan
memulai ART baik, 2 adil, 2 serius Langsung secara statistik) a; 1 penelitian melaporkan HR
buruk) 0,61 (95% CI 0,25-1,45) untuk memulai ART dan
HR 0,96 (95% CI 0,52-1,79) untuk
pengembangan ke jumlah CD4 <200 sel / mm3

Mortalitas, 4 studi kohort Keterbatasan Inkonsistensi Inpresisi Bukan Rendah HR berkisar 0,65-1,0 dalam 4 studi (tidak ada
perkembangan (n=6059) yang serius (2 yang serius yang tidak Tidak perkiraan menunjukkan efek yang signifikan
menjadi AIDS atau baik, 2 buruk) serius Langsung secara statistik) a
memulai ART
Penggunaan AKDR-Levonorgestrel lawan tanpa kontrasepsi hormonal
Menggunakan ART 1 studi (n=40) Keterbatasan Tidak dapat Inpresisi Bukan Sangat 43% vs 45%, P = 0,91
yang sangat ditentukan (1 yang Tidak Rendah
serius (1 buruk) studi) sangat Langsung
serius

ART: antiretroviral therapy; CI: confidence interval; DMPA: depot medroxyprogesterone acetate; HR: hazard ratio; KP: kontrasepsi pil; RCT: randomized controlled trial.
a
Includes data from Heffron et al. (2013) on risk with DMPA and OC separately (29).

116
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

GRADE Tabel 3 (Pertanyaan 3): Apakah penggunaan berbagai metode kontrasepsi hormonal meningkatkan risiko penularan HIV dari wanita ke laki-laki?

Tipe dan jumlah


Tidak
Luaran studi (jumlah Keterbatasan Inkonsistensi Inpresisi Kualitas Estimasi Dampak
Langsung
partisipan)

Penggunaan kontrasepsi hormonal suntik lawan tanpa pengggunaan kontrasepsi hormonal suntik
Transmisi 2 studi kohort Keterbatasan Inkonsistensi Inpresisi Bukan Sangat HR 2.0 (95% CI 1,1–3,6) dan 0,57 (95% CI 0,19–
HIV (n=2635) yang serius (2 yang serius yang Tidak Rendah 1.70) c
adil) sangat Langsung
serius

Penggunaan kontrasepsi hormonal pil lawan tanpa pengggunaan kontrasepsi hormonal pil
Transmisi 2 studi kohort Keterbatasan Tidak ada Inpresisi Bukan Sangat HR 2.1 (95% CI 0,75-5,8) dan 2,5 (95% CI 0,49-13) c
HIV (n=2635) yang serius (2 inkonsistensi yang Tidak Rendah
adil)b yang serius sangat Langsung
serius

CI: confidence interval; HR: hazard ratio.


a Combined estimate from Heffron et al. (2012) for injectable or oral hormonal contraceptive use vs non-use: HR 2.0 (95% CI 1.1–3.4); absolute increase about 1 transmission/100

person-years (5). b Lutalo et al. (2013) rated fair-quality (4), Heffron et al. (2012) not rated but limitations noted in assessment of condom use and potential for residual confounding

(5).c HR 1.40 (95% CI 0.30–6.49) for injectable and 2.11 (95% CI 0.18–2.5) when adjusted for viral load.

117
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

GRADE Tabel 4 (Pertanyaan 4): Apakah ada kemungkinan interaksi antara metode kontrasepsi hormonal dan obat-obatan ARV?

Tipe dan
jumlah studi Tidak
Luaran Keterbatasan Inkonsistensi Inpresisi Faktor Lain Kualitas Estimasi Dampak
(jumlah Langsung
partisipan)

Penggunaan kontrasepsi hormonal pil lawan tanpa pengggunaan kontrasepsi hormonal + antiretroviral therapy (ART) lawan penggunaan kontrasepsi hormonal saja

Kehamilan 1 non- Keterbatasan Inkonsistensi Inpresisi Bukan Tidak Variabilitas dalam Sangat dalam tingkat kehamilan dengan ART + KPK vs ART
randomized yang serius yang serius yang Langsung kontrasepsi Rendah tanpa ART; 1 penelitian kohort menemukan tingkat
trial (n=336); (kualitas non- serius hormonal kehamilan yang lebih rendah sebelum memulai ART
1 studi randomized trial- vs setelah inisiasi pada wanita pada berbagai
kohort 1 baik, kualitas kontrasepsi hormonal, tetapi perkiraan yang tidak
(n=4531) studi kohort-1 tepat (IRR 3,11 [95% CI 1,55-6,21] vs 5,38 [95% CI
buruk) 2,89-10,00] untuk KPK dan 1,10 [95% CI 0,63-1,94]
vs 1,97 [95% CI 1,28-3,01] untuk suntikan)
Efavirenz (EFV) lawan ART tipe lain pada pengguna kontrasepsi hormonal
Kehamilan 2 studi Keterbatasan Tidak jelas Inpresisi Bukan Tidak Denominator Sangat EFV vs 0% dengan nevirapine (NVP) atau loopinavir
kohort yang serius (2 yang Langsung tidak disediakan Rendah (LPV) / ritonavir (RTV) pada wanita yang
(n=1197) adil) serius dalam 1 studi menggunakan implan LNG; 1 penelitian melaporkan
1 kegagalan dengan EFV vs 7 dengan NVP pada
wanita yang menggunakan berbagai kontrasepsi
hormonal, tetapi denominator tidak jelas
ART + kontrasepsi hormonal lawan ART saja

Efektivitas 3 studi Keterbatasan Tidak ada Inpresisi Bukan Tidak Variabilitas dalam Rendah Tidak ada efek kontrasepsi hormonal pada ukuran
ART kohort yang serius (2 inkonsistensi yang Langsung kontrasepsi kegagalan pengobatan ART dalam 3 penelitian (1
(n=679) adil,1 buruk) yang serius serius hormonal, studi DMPA, 1 studi KPK, dan 1 studi dari keduanya)
rejimen ART, dan
ukuran ART
efektivitas

CI: confidence interval; KPK: combined oral contraceptive; DMPA: depot medroxyprogesterone acetate; IRR: incidence rate ratio.

Catatan: Tabel termasuk bukti dari studi perbandingan yang melaporkan hasil klinis.
118
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

Referensi

1. Hormonal contraceptive methods for women infections. AIDS. 2012;26(3):375–80.


at high risk for HIV and living with HIV: 2014 12. Baeten JM, Benki S, Chohan V, Lavreys L,
guidance statement. Geneva: World Health McClelland RS, Mandaliya K, et al. Hormonal
Organization; 2014. contraceptive use, herpes simplex virus
2. Heffron R, Rees H, Mugo N, Baeten JM. Use of infection, and risk of HIV-1 acquisition among
hormonal contraceptives and risk of HIV-1 Kenyan women. AIDS. 2007;21(13):1771–7.
transmission – authors’ reply. Lancet Infect Dis. 13. Kleinschmidt I, Rees H, Delany S, Smith D, Dinat
2012;12(7):510–1. N, Nkala B, et al. Injectable progestin
3. McCoy SI, Zheng W, Montgomery ET, contraceptive use and risk of HIV infection in a
Blanchard K, van der Straten A, de Bruyn G, et South African family planning cohort.
al. Oral and injectable contraception use and Contraception. 2007;75(6):461–7.
risk of HIV acquisition among women in sub- 14. Bulterys M, Chao A, Habimana P, Dushimimana
Saharan Africa. AIDS. 2013;27(6):1001–9. A, Nawrocki P, Saah A. Incident HIV-1 infection
4. Lutalo T, Musoke R, Kong X, Makumbi F, in a cohort of young women in Butare,
Serwadda D, Nalugoda F, et al. Effects of Rwanda. AIDS. 1994;8(11):1585–91.
hormonal contraceptive use on HIV acquisition 15. Feldblum PJ, Lie CC, Weaver MA, Van Damme
and transmission among HIVdiscordant L, Halpern V, Adeiga A, et al. Baseline factors
couples. AIDS. 2013;27 Suppl 1:S27–34. associated with incident HIV and STI in four
5. Heffron R, Donnell D, Rees H, Celum C, Mugo microbicide trials. Sex Transm Dis.
N, Were E, et al. Use of hormonal 2010;37(10):594–601.
contraceptives and risk of HIV-1 transmission: 16. Kapiga SH, Lyamuya EF, Lwihula GK, Hunter DJ.
a prospective cohort study. Lancet Infect Dis. The incidence of HIV infection among women
2012;12(1):19–26. using family planning methods in Dar es
6. Morrison CS, Chen PL, Kwok C, Richardson BA, Salaam, Tanzania. AIDS. 1998;12(1):75–84.
Chipato T, Mugerwa R, et al. Hormonal 17. Kilmarx PH, Limpakarnjanarat K, Mastro TD,
contraception and HIV acquisition: reanalysis Saisorn S, Kaewkungwal J, Korattana S, et al.
using marginal structural modeling. AIDS. HIV-1 seroconversion in a prospective study of
2010;24(11):1778–81. female sex workers in northern Thailand:
7. Morrison CS, Richardson BA, Mmiro F, Chipato continued high incidence among brothel-based
T, Celentano DD, Luoto J, et al. Hormonal women. AIDS. 1998;12(14):1889–98.
contraception and the risk of HIV acquisition. 18. Kiddugavu M, Makumbi F, Wawer MJ,
AIDS. 2007;21(1):85–95. Serwadda D, Sewankambo NK, Wabwire-
8. Morrison CS, Skoler-Karpoff S, Kwok C, Chen Mangen F, et al. Hormonal contraceptive use
PL, van de Wijgert J, Gehret-Plagianos M, et al. and HIV-1 infection in a populationbased
Hormonal contraception and the risk of HIV cohort in Rakai, Uganda. AIDS. 2003;17(2):233–
acquisition among women in South Africa. 40.
AIDS. 2012;26(4):497–504. 19. Kumwenda NI, Kumwenda J, Kafulafula G,
9. Myer L, Denny L, Wright TC, Kuhn L. Makanani B, Taulo F, Nkhoma C, et al. HIV-1
Prospective study of hormonal contraception incidence among women of reproductive age
and women’s risk of HIV infection in South in Malawi. Int J STD AIDS. 2008;19(5):339–41.
Africa. Int J Epidemiol. 2007;36(1):166–74. 20. Laga M, Manoka A, Kivuvu M, Malele B, Tuliza
10. Reid SE, Dai JY, Wang J, Sichalwe BN, M, Nzila N, et al. Non-ulcerative sexually
Akpomiemie G, Cowan FM, et al. Pregnancy, transmitted diseases as risk factors for HIV-1
contraceptive use, and HIV acquisition in HPTN transmission in women: results from a cohort
039: relevance for HIV prevention trials among study. AIDS. 1993;7(1):95–102.
African women. J Acquir Immune Defic Syndr. 21. Lavreys L, Baeten JM, Martin HL, Jr.,
2010;53(5):606–13. Overbaugh J, Mandaliya K, Ndinya-Achola J, et
11. Wand H, Ramjee G. The effects of injectable al. Hormonal contraception and risk of HIV-1
hormonal contraceptives on HIV acquisition: results of a 10-year prospective
seroconversion and on sexually transmitted study. AIDS. 2004;18(4):695–7.
119
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

22. Martin HL, Jr., Nyange PM, Richardson BA, progression: a multicountry cohort
Lavreys L, Mandaliya K, Jackson DJ, et al. analysis of the MTCT-Plus Initiative. AIDS.
Hormonal contraception, sexually transmitted
diseases, and risk of heterosexual transmission 2009;23 Suppl 1:S69–77.
of human immunodeficiency virus type 1. J 37. Stringer EM, Kaseba C, Levy J, Sinkala
Infect Dis. 1998;178(4):1053–9. M, Goldenberg RL, Chi BH, et al. A
23. Plummer FA, Simonsen JN, Cameron DW,
Ndinya-Achola JO, Kreiss JK, Gakinya MN, et al. randomized trial of the intrauterine
Cofactors in malefemale sexual transmission of contraceptive device vs hormonal
human immunodeficiency virus type 1. J Infect contraception in women who are
Dis. 1991;163(2):233–9.
24. Saracco A, Musicco M, Nicolosi A, Angarano G, infected with the human
Arici C, Gavazzeni G, et al. Man-to-woman immunodeficiency virus. Am J Obstet
sexual transmission of HIV: longitudinal study Gynecol. 2007;197(2):144.e1–8.
of 343 steady partners of infected men. J
38. Stringer EM, Levy J, Sinkala M, Chi
Acquir Immune Defic Syndr. 1993;6(5):497–
502. BH, Matongo I, Chintu N, et al. HIV
25. Sinei SK, Fortney JA, Kigondu CS, Feldblum PJ, disease progression by hormonal
Kuyoh M, Allen MY, et al. Contraceptive use
contraceptive method: secondary
and HIV infection in Kenyan family planning
clinic attenders. Int J STD AIDS. 1996;7(1):65– analysis of a randomized trial. AIDS.
70. 2009;23(11):1377–82.
26. Kilmarx PH, Limpakarnjanarat K, 39. Cejtin HE, Jacobson L, Springer G, Watts
Kaewkungwal J, Srismith R, Saisorn S, DH, Levine A, Greenblatt R, et al. Effect of
Uthaivoravit W, et al. Disease progression hormonal contraceptive use on plasma
and survival with human immunodeficiency HIV-1-RNA levels among HIV-infected
virus type 1 subtype E infection among women. AIDS. 2003;17(11):1702–4.
female sex workers in Thailand. J Infect 40. Richardson BA, Otieno PA, Mbori-Ngacha
Dis. 2000;181(5):1598–606. D, Overbaugh J, Farquhar C, John-
27. Morrison CS, Chen PL, Nankya I, Rinaldi Stewart GC. Hormonal contraception and
HIV-1 disease progression among
A, Van Der Pol B, Ma YR, et al. Hormonal
postpartum Kenyan women. AIDS.
contraceptive use and HIV disease
2007;21(6):749–53.
progression among women in Uganda and
41. Clark RA, Theall KP, Amedee AM,
Zimbabwe. J Acquir Immune Defic Syndr.
Dumestre J, Wenthold L, Kissinger PJ.
2011;57(2):157–64.
Lack of association between genital tract
28. Polis CB, Wawer MJ, Kiwanuka N, HIV-1 RNA shedding and hormonal
Laeyendecker O, Kagaayi J, Lutalo T, et al. contraceptive use in a cohort of
Effect of hormonal contraceptive use on Louisiana women. Sex Transm Dis.
HIV progression in female HIV 2007;34(11):870–2.
seroconverters in Rakai, Uganda. AIDS. 42. Clemetson DB, Moss GB, Willerford
2010;24(12):1937–44. DM, Hensel M, Emonyi W, Holmes
29. Stringer EM, Giganti M, Carter RJ, El-Sadr KK, et al. Detection of HIV DNA in
cervical and vaginal secretions.
W, Abrams EJ, Stringer JS. Hormonal
Prevalence and correlates among
contraception and HIV disease
women in Nairobi, Kenya. JAMA.
120
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

1993;269(22):2860–4. 1997;350(9082):922–7.
43. Graham SM, Masese L, Gitau R, Jalalian- 50. Polis CB, Gray RH, Bwanika JB, Kigozi G,
Lechak Z, Richardson BA, Peshu N, et al. Kiwanuka N, Nalugoda F, et al. Effect of
Antiretroviral adherence and development hormonal contraceptive use before HIV
of drug resistance are the strongest seroconversion on viral load setpoint among
predictors of genital HIV-1 shedding women in Rakai, Uganda. J Acquir Immune
among women initiating treatment. J Infect Defic Syndr. 2011;56(2):125–30.
Dis. 2010;202(10):1538–42. 51. Roccio M, Gardella B, Maserati R, Zara F,

44. Kovacs A, Wasserman SS, Burns D, Iacobone D, Spinillo A. Low-dose combined


Wright DJ, Cohn J, Landay A, et al. oral contraceptive and cervicovaginal shedding
Determinants of HIV-1 shedding in the of human immunodeficiency virus.
genital tract of women. Lancet.
Contraception. 2011;83(6):564–70.
2001;358(9293):1593– 601.
52. Sagar M, Lavreys L, Baeten JM, Richardson BA,
45. Kreiss J, Willerford DM, Hensel M,
Emonyi W, Plummer F, Ndinya-Achola J, Mandaliya K, Ndinya-Achola JO, et al.
et al. Association between cervical Identification of modifiable factors that affect
inflammation and cervical shedding of the genetic diversity of the transmitted HIV-1
human immunodeficiency virus DNA. J population. AIDS. 2004;18(4):615–9.
Infect Dis. 1994;170(6):1597–601.
53. Seck K, Samb N, Tempesta S, Mulanga-Kabeya
46. Kumwenda JJ, Makanani B, Taulo F,
C, Henzel D, Sow PS, et al. Prevalence and risk
Nkhoma C, Kafulafula G, Li Q, et al.
Natural history and risk factors associated factors of cervicovaginal HIV shedding among
with early and established HIV type 1 HIV-1 and HIV-2 infected women in Dakar,
infection among reproductive-age women Senegal. Sex Transm Infect. 2001;77(3):190–3.
in Malawi. Clin Infect Dis. 54. Tanton C, Weiss HA, Le Goff J, Changalucha J,
2008;46(12):1913–20.
Rusizoka M, Baisley K, et al. Correlates of HIV-1
47. Lavreys L, Baeten JM, Kreiss JK,
genital shedding in Tanzanian women. PloS
Richardson BA, Chohan BH, Hassan W, et
One. 2011;6(3):e17480.
al. Injectable contraceptive use and genital
55. Heikinheimo O, Lehtovirta P, Aho I, Ristola M,
ulcer disease during the early phase of
Paavonen J. The levonorgestrel-releasing
HIV-1 infection increase plasma virus load
in women. J Infect Dis. 2004;189(2):303– intrauterine system in human
11. immunodeficiency virus-infected women: a 5-
year follow-up study. Am J Obstet Gynecol.
48. Morrison CS, Demers K, Kwok C, Bulime
S, Rinaldi A, Munjoma M, et al. Plasma 2011;204(2):126.e1–4.
and cervical viral loads among Ugandan 56. Aweeka FT, Rosenkranz SL, Segal Y, Coombs
and Zimbabwean women during acute and RW, Bardeguez A, Thevanayagam L, et al. The
early HIV-1 infection. AIDS. impact of sex and contraceptive therapy on
2010;24(4):573–82. the plasma and intracellular pharmacokinetics
49. Mostad SB, Overbaugh J, DeVange DM, Welch of zidovudine. AIDS. 2006;20(14):1833–41.
MJ, Chohan B, Mandaliya K, et al. Hormonal 57. Kearney BP, Mathias A. Lack of effect of
contraception, vitamin A deficiency, and other tenofovir disoproxil fumarate on
risk factors for shedding of HIV-1 infected cells pharmacokinetics of hormonal contraceptives.
from the cervix and vagina. Lancet. Pharmacotherapy. 2009;29(8):924–9.
121
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

58. Landolt NK, Phanuphak N, Ubolyam S, of rilpivirine on the pharmacokinetics of


Pinyakorn S, Kriengsinyot R, Ahluwalia J, et al. ethinylestradiol and norethindrone in healthy
Efavirenz, in contrast to nevirapine, is volunteers. Int J Clin Pharmacol Ther.
associated with unfavorable progesterone and 2014;52(2):118–28.
antiretroviral levels when coadministered with 65. Scholler-Gyure M, Kakuda TN, Woodfall B,
combined oral contraceptives. J Acquir Aharchi F, Peeters M, Vandermeulen K, et al.
Immune Defic Syndr. 2013;62(5):534–9. Effect of steadystate etravirine on the
59. Mildvan D, Yarrish R, Marshak A, Hutman HW, pharmacokinetics and pharmacodynamics of
McDonough M, Lamson M, et al. ethinylestradiol and norethindrone.
Pharmacokinetic interaction between Contraception. 2009;80(1):44–52.
nevirapine and ethinyl 66. Perry SH, Swamy P, Preidis GA, Mwanyumba A,
estradiol/norethindrone when administered Motsa N, Sarero HN. Implementing the Jadelle
concurrently to HIV-infected women. J Acquir implan for women living with HIV in a
Immune Defic Syndr. 2002;29(5):471–7. resource-limited setting in subSaharan Africa:
60. Nanda K, Delany-Moretlwe S, Dube K, Lendvay concerns for drug interactions leading to
A, Kwok C, Molife L, et al. Nevirapine-based unintended pregnancies. AIDS.
antiretroviral therapy does not reduce oral 2014;28(5):791–3.
contraceptive effectiveness. AIDS. 2013;27 67. Cohn SE, Park JG, Watts DH, Stek A, Hitti J, Clax
Suppl 1:S17–25. PA, et al. Depo-medroxyprogesterone in
61. Stuart GS, Moses A, Corbett A, Phiri G, women on antiretroviral therapy: effective
Kumwenda W, Mkandawire N, et al. Combined contraception and lack of clinically significant
oral contraceptives and antiretroviral PK/PD in interactions. Clin Pharmacol Ther.
Malawian women: pharmacokinetics and 2007;81(2):222–7.
pharmacodynamics of a combined oral 68. Nanda K, Amaral E, Hays M, Viscola MA, Mehta
contraceptive and a generic combined N, Bahamondes L. Pharmacokinetic
formulation antiretroviral in Malawi. J Acquir interactions between depot
Immune Defic Syndr. 2011;58(2):e40–3. medroxyprogesterone acetate and
62. Carten ML, Kiser JJ, Kwara A, Mawhinney S, combination antiretroviral therapy. Fertil
Cu-Uvin S. Pharmacokinetic interactions Steril. 2008;90(4):965–71.
between the hormonal emergency 69. Vogler MA, Patterson K, Kamemoto L, Park JG,
contraception, levonorgestrel (Plan B), and Watts H, Aweeka F, et al. Contraceptive
Efavirenz. Infect Dis Obstet Gynecol. efficacy of oral and transdermal hormones
2012;2012:137192. when co-administered with protease inhibitors
63. Sevinsky H, Eley T, Persson A, Garner D, Yones in HIV-1-infected women: pharmacokinetic
C, Nettles R, et al. The effect of efavirenz on results of ACTG trial A5188. J Acquir Immune
the pharmacokinetics of an oral contraceptive Defic Syndr. 2010;55(4):473–82.
containing ethinyl estradiol and norgestimate 70. Atrio J, Stanczyk FZ, Neely M, Cherala G,
in healthy HIV-negative women. Antivir Ther. Kovacs A, Mishell DR, Jr. Effect of protease
2011;16(2):149–56. inhibitors on steady-state pharmacokinetics of
64. Crauwels HM, van Heeswijk RP, Buelens A, oral norethindrone contraception in HIV-
Stevens M, Hoetelmans RM. Lack of an effect infected women. J Acquir Immune Defic Syndr.
122
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

2014;65(1):72–7.
71. Anderson MS, Hanley WD, Moreau AR, Jin B,
Bieberdorf FA, Kost JT, et al. Effect of
raltegravir on estradiol and norgestimate
plasma pharmacokinetics following oral
contraceptive administration in healthy
women. Br J Clin Pharmacol. 2011;71(4):616–
20.
72. Song I, Mark S, Borland J, Chen S, Wajima T,
Peppercorn A, et al. Dolutegravir has no effect
on the pharmacokinetics of methadone or oral
contraceptives with norgestimate and ethinyl
estradiol. Atlanta (GA): 20th Conference on
Retroviruses and Opportunistic Infections; 3–6
March 2013 (http://www.hiv-
druginteractions.org/
data/NewsItem/103_CROI_2013.pdf, accessed
on 18 July 2014).

123
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian I

124
Bagian II
Penggunaan Rekomendasi

125
126
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

Berdasarkan Millennium Development Goals (MDGs)


2.1 Latar belakang yang disepakati pada tahun 2001, menargetkan 5b
yakni akses universal untuk kesehatan reproduksi
pada 2015. Layanan kesehatan reproduksi dan
Kriteria kelayakan medis pada penggunaan seksual, termasuk layanan dan informasi
kontrasepsi memberikan panduan mengenai pasien perencanaan keluarga, bukan saja sebagai intervensi
mana yang dapat menggunakan metode kontrasepsi inti bagi peningkatan kesehatan laki-laki, wanita, dan
secara aman. Tujuan panduan ini adalah untuk anak tetapi juga sebagai hak asasi manusia.
meningkatkan akses serta kualitas pelayanan Perjanjian hak asasi manusia internasional dan
keluarga berencana dengan menyediakan pembuat regional, undang-undang konstitusional dan hukum
kebijakan, pengambil keputusan, dan komunitas memberikan jaminan khususnya yang berkaitan
ilmiah rekomendasi yang dapat digunakan bagi dengan akses terhadap informasi dan pelayanan
pengembangan atau perubahan panduan nasional kontrasepsi. Hal ini termasuk jaminan bahwa negara
pada kriteria kelayakan medis bagi penggunaan harus memastikan akses yang tepat dan terjangkau
metode kontrasepsi. Metode kontrasepsi pada bagi informasi dan layanan berkualitas dari kesehatan
panduan ini mencakup seluruh kontrasepsi hormonal, seksual dan reproduksi, termasuk kontrasepsi, dan
alat kontrasepsi dalam rahim, kontrasepsi memastikan hak pengambilan keputusan, menghargai
penghalang, metode sadar masa subur, sanggama martabat, otonomi, privasi, dan kerahasiaan, dan
terputus, metode amenorea laktasi, vasektomi, kebutuhan individual lainnya dalam rangka hubungan
tubektomi dan kontrasepsi darurat. Rekomendasi antara klien dan penyelenggara kesehatan.3
berbasis bukti tidak menunjukkan metode terbaik yang Penyediaan alat kontrasepsi juga termasuk hak asasi
harus digunakan dalam kondisi medis tertentu. manusia secara holistik, termasuk memperhitungkan
Sebaliknya, rekomendasi berikut dapat kondisi ekonomi pasien, kebutuhan pelayanan
memungkinkan untuk menjadi pertimbangan seksual dan kesehatan reproduksi, dan
beberapa metode yang dapat digunakan secara aman mempertimbangan kriteria kelayakan media yang
bagi pasien dengan kondisi kesehatan khusus, tepat saat membantu pasien memilih dan
misalnya hipertensi, atau karakteristik terkait, misal menggunakan metode perencanaan keluarga yang
usia pasien aman.
Bukti yang ada menunjukkan bahwa rasa hormat,
2.1.1. Pelayanan reproduksi dan kesehatan perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia
seksual merupakan hak asasi manusia berkontribusi terhadap luaran kesehatan yang baik.
Penyediaan informasi dan pelayanan terhadap
Program dari the International Conference on kontrasepsi harus mempertimbangkan privasi,
Population and Development (ICPD) menyatakan kerahasiaan dan pengambilan keputusan oleh pasien
kesehatan reproduksi sebagai “keadaan sehat secara serta beragamnya pemilihan metode kontrasepsi yang
fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata- aman meningkatkan kepuasan dan kelanjutan
mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang penggunaan kontrasepsi.4,5,6,7
berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses
reproduksi”1. ICPD juga menyatakan bahwa tujuan
dari kesehatan seksual adalah peningkatan kehidupan
dan hubungan personal, dan bukan hanya konseling
dan perawatan masalah reproduksi dan penyakit
menular seksual. Pengakuan pentingnya kesepakatan
yang dibuat ICPD dan konferensi internasional lainnya
dan Deklarasi Beijing menyatakan hak reproduksi
berdasarkan:

Hak reproduksi mencakup hak asasi manusia yang


telah diakui dalam undang undang internasional dan
konsensus terkait lainnya. Hak tersebut bergantung
pengakuan hak dasar bagi pasangan dan individu
untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung
jawab mengenai penetapan jumlah, jarak, dan waktu
anak mereka dan untuk mendapatkan informasi dan
aplikasinya, serta hak mencapai standar yang tinggi
dalam kesehatan seksual dan reproduksi.2

127
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

Pelayanan sesuai dengan hak pasien dan hak Faktor yang perlu juga dipertimbangan saat memilih
reproduksi adalah hal yang mendasar bagi kualitas metode kontrasepsi tertentu adalah karakteristik,
pelayanan. Pengembangan norma internasional penyakit tertentu yang mendasari, efek samping
bagi Kriteria Kelayakan Medis dan rekomendasi bagi produk, biaya, ketersediaan, dan preferensi dari
penggunaan kontrasepsi merupakan suatu aspek pasien.
yang dapat meningkatkan kualitas layanan Buku ini tidak merekomendasikan produk atau merk
kesehatan reproduksi. Banyak program tertentu setelah memilih metode kontrasepsi. Buku
perencanaan keluarga telah mencakup skrining, tata ini memberikan panduan klien dengan kondisi
laksana, dan tindak lanjut yang mencerminkan medis, fisiologis atau karakteristik personal yang
standar tinggi dari pelayanan masyarakat dan layak untuk menggunakan metode kontrasepsi
praktik klinik, namun hal tersebut sebaiknya tidak tertentu. Keputusan penggunaan kontrasepsi
dianggap sebagai persyaratan kelayakan untuk tertentu juga harus mempertimbangkan faktor klinis
penggunaan metode kontrasepsi tertentu. Prosedur dan preferensi klien.
yang dimaksud misalnya skrining dan
penatalaksanaan kanker serviks, anemia, dan Masalah kualitas pelayanan dan akses akan
infeksi menular seksual, serta promosi menyusui mempengaruhi penggunaan dan pemilihan
dan berhenti merokok. Prosedur tersebut harus kontrasepsi.
didorong jika mempunyai sumber daya manusia dan
finansial yang memadai. Namun, prosedur tersebut Berikut adalah kriteria layanan relevan yang dapat
bukanlah syarat untuk penerimaan dan penggunaan diberikan secara universal untuk menginisiasi
metode perencanaan keluarga karena prosedur penggunaan seluruh metode kontrasepsi:
tersebut tidak banyak berpengaruh dalam
penentuan kelayakan penggunaan atau kelanjutan • Berikan informasi yang adekuat kepada klien
penggunaan kontrasepsi terterntu. untuk membantu mereka menentukan motode
kontrasepsi. Informasi meliputi:
2.1.2 Pemilihan Kontrasepsi o Keefektivan metode kontrasepsi;
o Cara penggunaan yang tepat;
Buku ini membahas kriteria kelayakan penggunaan o Bagaimana kontrasepsi bekerja;
kontrasepsi yang juga mempertimbangkan masalah o Efek samping yang sering terjadi;
sosial, perilaku dan kriteria non medis lainnya, o Risiko dan keuntungan metode;
terutama aspek pasien. Untuk memberikan pilihan o Tanda dan gejala yang mengharuskan
kontrasepsi kepada klien haruslah menghormati dan kontrol ke klinik;
memenuhi hak asasi manusia sehingga klien dapat o Informasi tentang kesuburan pulih
menentukan pilihan kontrasepsi bagi dirinya. setelah penggunaan kontrasepsi
Pemilihan kontrasepsi diambil atau dibatasi oleh dihentikan;
faktor sosial baik secara langsung maupun tidak o Informasi tentang perlindungan infeksi
langsung, ekonomi dan budaya. Dari sudut pandang menular seksual.
klien, pilihan yang diambil berdasarkan waktu dan
sosiokultural tertentu. Pemilihan ini bersifat Informasi diberikan menggunakan bahasa dan
kompleks, multifaktorial dan dapat berubah. urutan yang mudah dipahami bagi klien.
Pengambilan keputusan terhadap metode • Pada kontrasepsi yang memerlukan
kontrasepsi tertentu didasari oleh kelebihan dan pembedahan, insersi, pemasangan dan
kekurangan berbagai metode dan ini bervariasi pelepasan yang memerlukan tenaga kesehatan
berdasarkan konteks, persepsi dan interpretasi terlatih (misalnya vasektomi, tubektomi, implan,
individu. AKDR, diafragma dan tudung serviks), tenaga
kesehatan tepat dan terlatih dengan peralatan
yang adekuat dan fasilitas terjangkau harus ada.
Selain itu diikuti pula dengan prosedur
pencegahan infeksi yang tepat.
• Peralatan dan persediaan yang memadai dan
sesuai harus dipelihara dan ketersediaan
dipertahankan (misalnya komoditas kontrasepsi
dan persediaan untuk prosedur pencegahan
infeksi).
• Penyedia layanan harus dilengkapi dengan
panduan, kartu klien atau alat skrining lainnya.

128
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

(misalnya kondom dan pil) mempunyai keefektivan


2.1.3 Efektivitas Metode Kontrasepsi yang bervariasi. Pria maupun wanita cenderung
menjadi pengguna yang efektif dan lebih mengerti
Pemilihan kontrasepsi bergantung pada efektivitas dengan suatu metode kontrasepsi tertentu.
metode kontrasepsi dalam mencegah kehamilan Bagaimanapun aspek program mempunyai efek
yang tidak terencana. Hal tersebut selain mendalam bagaimana kontrasepsi dapat menjadi
bergantung pada proteksi dari kontrasepsi itu sendiri sangat efektif sebagai metode yang digunakan.
juga bergantung pada seberapa konsisten dan
ketepatan penggunaan kontrasepsi. Tabel 2.1 2.1.4 Kondisi yang mempengaruhi wanita
menggambarkan perbandingan persentase wanita mengalami peningkatan risiko kehamilan yang
dengan kehamilan yang tidak direncanakan selama tidak terencana
tahun pertama penggunaan kontrasepsi (dengan
penggunaan yang konsisten dan efisien) dan Wanita dengan kondisi risiko kesehatan tertentu
penggunaan yang diluar prosedur dengan asumsi yang ingin menunda kehamilan sebaiknya diberikan
sesekali tidak menggunakan atau menggunakan informasi bahwa metode kontrasepsi tertentu
dengan tidak tepat. Penggunaan secara konsisten mempunya angka kegagalan yang relatif besar,
dan benar sangat bervariasi bergantung pada penggunaan kontrasepsi penghalang, atau metode
karakteristik klien misalnya usia, pendapatan, berbasis perilaku tidaklah tepat bagi mereka. Kondisi
keinginan untuk mencegah dan menunda kehamilan spesifik tersebut tercantum pada gambar 2.1.
serta faktor budaya. Metode kontrasepsi yang
bergantung pada konsisten dan penggunaan yang
tepat

Gambar 2.1 Kondisi yang meningkatkan risiko penyakit tertentu pada wanita akibat
adanya kehamilan yang tidak terencana
• Kanker payudara
• Penyakit kelainan katup jantung berat
• Diabetes: bergantung insulin, dengan • Hepatoma dan kanker hepatoselulaer
nefropati/retinopati/ atau penyakit • Schistosomiasis dengan fibrosis hati
atau penyakit katup jantung lainnya, • Sirosis hepatis berat (dokompensasi)
atau selama >20 tahun
 • Penyakit sikel sel
• Kanker endometrium atau ovarium • Infeksi menular seksual b
• Epilepsi • Stroke
• Hipertensi (sistolik >160 mmHg atau • Penyakit lupus eritematosus (SLE)
a • Mutasi trombogenik
diastolik >100 mmHg)
• Tuberkulosis
• HIV (stadium 1-4))b
• Penyakit iskemik jantung
• Penyakit keganasan trofoblastik
a. Buku ini menggunakan mmHg untuk pengukuran tekanan darah. Bila ingin mengkonversi dalam kPa dikali dengan 0,1333
b. Perlindungan ganda sangat dianjurkan untuk pencegahan HIV/AIDS dan infeksi menular seksual jika ada risiko penularan
penyakit tersebut. Pencegahan dapat dilakukan dengan menggunakan kondom disertai dengan metode kontrasepsi lain
atau penggunaan kondom saja secara konsisten dan tepat.

129
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

Tabel 2.1 Persentase wanita yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan selama satu tahun pertama
penggunaan kontrasepsi secara wajar dan juga secara sempurna, serta persentase pengguna kontrasepsi
hingga satu tahun di Amerika Serikat.

% wanita yang
% wanita yang mengalami
menggunakan
kehamilan yang tidak diinginkan
kontrasepsi
pada penggunaan satu tahun
selama satu
pertama
tahun
Penggunaan Penggunaan
Metode
secara wajar1 yang tepat2
Tidak ada metode kontrasepsi4 85 –85
Spermisida5 28 18
42
Metode sadar masa subur 24 –
47
Metode kalender®6 – –5
Metode dua hari®6 – –4
Metode ovulasi6 – –3
Metode suhu basal tubuh – –0.4
Sanggama terputus 22 4
46
Spons – –
36
Wanita multipara 24 –20
Wanita nulipara 12 –9
Kondom7
Wanita 21 5 41
Pria 18 2 43
Diafragma8 12 6 57
Pil kombinasi dan pil progestin 9 0.3 67
Evra patch 9 0.3 67
NuvaRing® 9 0.3 67
Depo-Provera 6 0.2 56
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Paragard® (copper T) 0.8 0.6 78
Mirena® (LNG) 0.2 0.2 80
Implanon® 0.05 0.05 84
Tubektomi 0.5 0.5 100
Vasektomi 0.15 0.10 100
Kontrasepsi darurat : berupa pil atau pemasangan AKDR-Cu setelah berhubungan seksual tanpa pengaman
untuk menurunkan peluang kehamilan.9
Metode amenorea laktasi: MAL sangat efektif, bersifat sebagai metode kontrasepsi sementara.10
Sumber: Trussell J. Contraceptive efficacy. In: Hatcher RA, Trussell J, Nelson AL, Cates W, Kowal D, Policar M, editors. Contraceptive
technology: twentieth revised edition. New York (NY): Ardent Media; 2011.

130
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

Catatan:
1. Diantara pasangan yang baru menggunakan metode kontrasepsi (tidak harus pertama kalinya), persentase kehamilan yang tidak
diharapkan pada satu tahun pertama penggunaan jika mereka tidak berhenti menggunakan kontrasepsi. Perkiraan peluang kehamilan
pada tahun pertama penggunaan secara wajar spermisida dan diafragma diambil dari National Survey of Family Growth pada tahun 1995
yang dikoreksi karena adanya kasus keguguran yang tidak dilaporkan. Perkiraan metode sadar masa subur, sanggama terputus, kondom
pria, pil dan Depo Provera diambil dari National Survey of Family Growth pada tahun 1995-2002 yang telah dibenahi atas kasus keguguran
yang tidak terlaporkan. Lihat teks untuk perkiraan derivasi metode lainnya. (Trussel 2011)
2. Diantara pasangan yang awal menggunakan kontrasepsi (tidak harus pertama kalinya) dan yang menggunakan secara tepat, persentase
kehamilan yang tidak diharapkan pada satu tahun pertama penggunaan jika mereka tidak berhenti menggunakan kontrasepsi. Lihat teks
untuk perkiraan derivasi metode lainnya. (Trussel 2011)
3. Diantara pasangan yang mencoba menghindari kehamilan, persentase yang terus menggunakan kontrasepsi selama satu tahun.
4. Persentase kehamilan pada kolom 2 dan 3 berdasarkan data dari populasi yang tidak menggunakan kontrasepsi dan wanita yang berhenti
menggunakan kontraspsi karena mengharapkan kehamilan. Dari populasi tersebut sekitar 89% menjadi hamil pada satu tahun pertama.
Perkiraan ini menurun sedikit (sampai 85%) untuk mewakili presentase wanita hamil pada tahun pertama pemakaian kontrasepsi
reversibel pada mereka yang sengaja menghentikan kontrasepsi.
5. Busa, krim, gel, supositoria vagina dan film vagina.
6. Metode ovulasi dan metode dua hari ovulasi didasarkan pada evaluasi lendir serviks. Metode standar hari dengan menghindari hubungan
seksual pada hari ke-8-19 siklus menstruasi. Metode suhu tubuh basal merupakan metode cek ganda digabungkan dengan evaluasi lendir
serviks untuk menentukan masa subur dan evaluasi untuk hari terakhir masa subur.
7. Tanpa spermisida.
8. Dengan krim spermisida atau jeli.
9. Plan B One-Step®, ella® and Next Choice One Dose® merupakan produk untuk kontrasepsi darurat di Amerika Serikat. Plan B One-Step
diminum 72 jam setelah berhubungan seksual tanpa pelindung. Suatu penelitian menunjukkan semua produk di atas efektif digunakan
hingga 120 jam setelah berhubungan seksual. Next Choice One Dose diminum 72 jam setelah berhubungan seksual tanpa pelindung. The
United States Food and Drug Administration mengatakan terdapat 19 merk kontrasepsi oral yang aman dan efektif digunakan sebagai
kontrasepsi darurat. Ogestrel® (one dose is two white pills), Nordette® (one dose is four light-orange pills), Cryselle®, Levora®, Low-
Ogestrel®, Lo/Ovral®, or Quasence® (one dose is four white pills), Jolessa®, Portia®, Seasonale® or Trivora® (one dose is four pink pills),
Seasonique® (one dose is four light-blue-green pills), Enpresse® (one dose is four orange pills), Lessina® (one dose is five pink pills),
Aviane® or LoSeasonique® (one dose is five orange pills), Lutera® or Sronyx® (one dose is five white pills), and Lybrel® (one dose is six
yellow pills). 

10. Untuk menjaga efektivitas menghindari kehamilan diperlukan kontrasepsi yang lain saat siklus menstruasi sudah kembali, frekuensi dan
durasi menyusui berkurang, penggunaan botol susu, atau bayi sudah berusia 6 bulan.

131
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

2.1.5 Kesuburan pulih dan kesehatan reproduksi nasional dalam


penyusunan pedoman layanan kontrasepsi. Hal ini
Diantara metode kontrasepsi hanya vasektomi, tidak dimaksudkan sebagai pedoman aktual
tubektomi yang dianggap ireversibel atau permanen. melainkan sebagai referensi.
Seluruh metode kontrasepsi yang reversibel
mempunyai kesuburan pulih yang segera kecuali Pedoman pada buku ini dimaksudkan untuk
depot medroxyprogesterone acetate (DMPA) dan menginterpretasi pada suatu negara dan program
norethisterone enanthate (NET-EN). Penundaan yang mencerminkan keberagaman situasi layanan
kembalinya kehamilan pada kontrasepsi tersebut kontrasepsi. Meskipun tidak mungkin klasifikasi
sekitar 6 sampai 10 bulan sejak penyuntikkan kategori dalam dokumen ini akan berubah selama
terakhir tanpa memperhitungkan lamanya proses, sangat mungkin penerapan kategori ini di
penggunaan kontrasepsi tersebut. Vasektomi dan tingkat negara akan bervariasi. Secara khusus,
tubektomi merupakan metode permanen yang tingkat pengetahuan dan pengalaman klinis dari
dalam jangka panjang tidak ada kemungkinan berbagai jenis penyedia layanan dan sumber daya
menjadi hamil sehingga pasangan harus menjalani yang tersedia di titik pemberi layanan harus
konseling yang sesuai. Tidak ada metode lain yang dipertimbangkan.
menyebabkan infertilitas permanen.
Rekomendasi diberikan dalam tabel sesuai dengan
2.1.6 Infeksi Menular Seksual (IMS) dan metode kontrasepsi dan disertai dengan panduan
Kontrasepsi: Perlindungan Ganda pada kondisi spesifik. Setiap kondisi didefinisikan
sebagai kondisi kesehatan/patologis yang sudah
Aplikasi dari norma internasional untuk penyedia diketahui sebelumnya (misalnya diabetes,
layanan kontrasepsi diwujudkan dengan hipertensi) atau karakteristik individu yang relevan
menjamin tersedianya kualitas layanan yang secara medis (misalnya usia, riwayat kehamilan).
mencakup faktor sosial, budaya dan perilaku
setiap klien yang harus juga dipertimbangkan. Diharapkan pelayanan kesehatan nasional dan
Dalam hal ini, masalah IMS, termasuk HIV, patut institusi akan menentukan cara yang paling sesuai
mendapat pertimbangan khusus karena sama untuk skrining kondisi sesuai dengan kepentingan
pentingnya mencegah kehamilan dan mencegah kesehatan masyarakat mereka. Riwayat penyakit
penularan infeksi di antara klien usia reproduksi klien merupakan pendekatan yang paling tepat.
yang aktif secara seksual. Bila ada risiko penularan Seorang penyedia layanan perencanaan keluarga
HIV dan IMS lainnya, 8 penyedia layanan kesehatan memerlukan konsultasi dengan ahli dalam kondisi
perlu memberikan informasi tentang praktik seksual medis tertentu.
yang aman untuk mencegah penularan dan
merekomendasikan perlindungan ganda kepada Inisiasi dan Kelanjutan Pemakaian Kontrasepsi
semua orang dengan risiko signifikan, baik melalui
penggunaan kondom secara bersamaan dengan Kriteria kelayakan medis untuk inisiasi dan
metode kontrasepsi lain atau melalui penggunaan kelanjutan bagi seluruh metode kontrasepsi
kondom saja secara konsisten dan benar untuk digunakan dalam evaluasi kelayakan. Penilaian
pencegahan kehamilan dan IMS, termasuk HIV. kriteria kelanjutan sangat relevan secara klinis pada
Wanita dan pria yang mencari informasi kontrasepsi wanita dengan kodisi kesehatan yang berubah
harus selalu diingatkan akan pentingnya selama menggunakan kontresepsi. Ketika terdapat
penggunaan kondom untuk mencegah penularan perubahan inisiasi dan kelanjutan pada kriteria
IMS/HIV dan harus didorong serta difasilitasi kelayakan medis maka perubahan ini dicatat pada
terhadap kebutuhan klien. Bila digunakan dengan tabel kolom yang ditandai dengan I: inisiasi, C:
benar dan konsisten, kondom merupakan salah satu kelanjutan. Bila I dan C tidak dilambangan maka
metode perlindungan yang paling efektif terhadap ketegori tersebut sama pada inisiasi maupun
IMS, termasuk HIV. Kondom wanita juga efektif dan kelanjutkan penggunaan kontrasepsi.
aman, namun tidak digunakan secara luas seperti
kondom pria. Tabel 2.2 merupakan kerangka sederhana untuk
setiap kontrasepsi yang akan dibahas pada bab 2.7.
Kolom pertama adalah kondisi klien masing-masing
2.2 Cara Menggunakan Pedoman Ini pada baris yang berbeda. Beberapa kondisi dibagi
Pedoman ini dibuat untuk digunakan bagi pembuat untuk membedakan derajat variasi dari suatu kondisi
kebijakan, pengatur program perencaan keluarga tertentu. Kolom kedua dibagi menjadi inisiasi (I) dan
dan komunitas ilmiah. Pedoman ini bertujuan kelanjutan (C) dalam salah satu atau empat kategori
memberikan panduan bagi program perencanaan kriteria kelayakan medis seperti yang akan dibahas
keluarga pada bab 2.3. Kolom ketiga menjelaskan krarifikasi
yang penting atau adanya bukti terkait dari
klasifikasi.

132
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

penggunaan kontrasepsi tidak selalu


2.3 Penggunaan Kategori Pada direkomendasikan kecuali bila tidak adanya metode
Praktik Klinis kontrasepsi lain yang tersedia dan dapat diterima
oleh pasien. Pemantauan pada kondisi ini sangat
diperlukan.
Kategori 1 dan 4 sesuai yang tercantum. Kategori
atau kondisi 2 diindikasikan sebagai metode yang Pada keterbatasan sumber daya untuk melakukan
biasa digunakan tetapi diperlukan tindak lanjut penilaian klinis, seperti layanan masyarakat massal,
pemakaian kontrasepsi. Metode kontrasepsi pada 4 kerangka kategori dapat disederhanakan menjadi
kondisi atau kategori 3 memerlukan penilaian klinis 2 kategori. Klasifikasi kategori 1 atau 2
yang cermat dan akses layanan klinis. Pada mengindikasikan wanita dapat menggunakan
beberapa wanita, kondisi medis yang berat, metode kontrasepsi tertentu dan klasifikasi kategori
ketersediaan, kepraktisan dan ketersediaan dari 3 dan 4 mengindikasikan wanita tidak layak secara
metode alternatif harus diperhitungkan. Pada medis pada penggunaan metode kontrasepsi
kategori 3 tertentu. (lihat pada tabel 2.3)

Tabel 2.1 Kategori Kriteria Kelayakan Medis pada Penggunaan Kontrasepsi

Kategori 1 Kondisi tidak ada batasan untuk penggunaan metode kontrasepsi


Kondisi dimana kelebihan penggunaan kontrasepsi lebih besar daripada teori yang
Kategori 2
ada ataupun risiko yang telah terbukti
Kondisi dimana risiko secara teori dan risiko yang telah terbukti lebih besar
Kategori 3
dibandingkan keuntungan penggunaan metode kontrasepsi
Kondisi dengan risiko kesehatan yang tidak dapat diterima pada suatu penggunaan
Kategori 4
metode kontrasepsi

Tabel 2.2 Tabel Metode Kontrasepsi

Tipe Kontrasepsi
Kategori
Kondisi Klarifikasi/bukti
I = Inisiasi C = kelanjutan
Kondisi dikelompokkan menjadi kategori 1, 2, 3, 4
Kategori yang berbeda digunakan sebagai metode
Klarifikasi/bukti berdasarkan
Kondisi penentuan kesuburan serta vasektomi dan
klasifikasi
tubektomi; akan dijelaskan pada topik yang
relevan.

Tabel 2.3 Interpretasi dan Aplikasi Pada Praktik Klinis

Sumber yang terbatas untuk


Kategori Sumber yang memadai untuk penilaian klinis
penilaian klinis
1 Gunakan metode pada situasi apapun
Ya (gunakan metode)
2 Gunakan metode ini secara umum
Penggunaan metode yang biasanya tidak
3 direkomendasikan kecuali tidak ada motede lain yang Tidak (Jangan menggunakan
tersedia atau diterima metode)
4 Metode tidak digunakan

133
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

2.4 Implikasi program


2.5 Klien dengan kebutuhan khusus
Isu-isu berikut ini perlu dipertimbangkan ketika
mengaplikasikan kriteria kelayakan medis pada
2.5.1 Orang-orang dengan disabilitas
dokumen ini terhadap program-program yang akan
dilakukan:
Menurut United Nations Convention on the Rights of
• Pilihan pasien
Persons with Disabilities (CRPD), orang-orang
• Elemen dari kualitas pelayanan dengan disabilitas harus memiliki akses dengan
• Prosedur skrining yang penting untuk basis yang setara dengan orang-orang lainnya,
memberikan metode kontrasepsi terhadap seluruh bentuk pelayanan kesehatan
• Pelatihan dan kemampuan dari penyedia seksual dan reproduktif (Artikel 25) sebagai bagian
kesehatan dari hak umum untuk menikah, membangun
• Rujukan dan tindak lanjut dari penggunaan keluarga dan memelihara fertilitas (Artikel 23).
kontrasepsi yang semestinya Tenaga kesehatan seringkali gagal untuk
menawarkan pelayanan kesehatan seksual dan
Praktik pemberian pelayanan yang penting untuk reproduktif terhadap orang-orang dengan disabilitas,
penggunaan beberapa metode kontrasepsi berdasarkan kesalahpahaman yang umum bahwa
sebaiknya dibedakan dari praktik-praktik yang mereka tidak aktif secara seksual. Ketentuan dari
kemungkinan sesuai untuk pelayanan kesehatan pelayanan kontrasepsi terhadap orang-orang
yang baik namun tidak berkaitan dengan dengan disabilitas membutuhkan keputusan terkait
penggunaan metode kontrasepsi. Promosi dari kontrasepsi yang sesuai, menanggapi preferensi
praktik pelayanan kesehatan yang baik yang tidak dari individu, alamiah dari disabilitas dan pokok-
berkaitan dengan kontrasepsi yang aman sebaiknya pokok dari berbagai metode kontrasepsi.
dipertimbangkan bukan sebagai praasyrat atau
sebagai masalah terhadap ketentuan dari metode Sebagai contoh, kontrasepsi penghalang akan sulit
kontrasepsi, namun sebagai komplementer dari untuk digunakan pada orang-orang dengan
penggunaan kontrasepsi yang aman. deksteritas manual yang terbatas; pil kontrasepsi
kombinasi kemungkinan bukan metode kontrasepsi
Sebagai tahap selanjutnya, rekomendasi untuk yang sesuai untuk wanita dengan kerusakan
kriteria kelayakan medis perlu dipertimbangkan sirkulasi atau ekstremitas yang immobile, bahkan
terkait dengan konteks negara, sehingga dapat pada keadaan tidak adanya mutasi trombogenik,
diaplikasi pada penyedia kesehatan pada seluruh karena anggapan terdapat peningkatan risiko TVD;
tingkat sistem pemberian pelaynan. Diharapkan dan metode-metode lainnya akan lebih disukai untuk
bahwa lingkungan dari pemberian pelayanan individu dengan disabilitas intelektual atau mental
kesehatan dan layanan nasional dan institusional yang memiliki kesulitan untuk minum obat per
akan menentukan upaya yang paling sesuai untuk harinya. Untuk wanita yang memiliki kesulitan
skrining untuk kondisi terkait kepentingan masalah terhadap kebersihan menstruasi, dampak dari
kesehatan publik. Riwayat klien seringkali menjadi metode kontrasepsi pada siklus menstruasi
pendekatan yang paling sesuai. Penyedia keluarga sebaiknya dipertimbangkan.
berencana kemungkinan ingin berkonsultasi
terhadap ahli pada kondisi yang mendasari pada Pada seluruh kasus, keputusan medis harus
klien. Negara-negara akan menentukan sejauh dilakukan berdasarkan pilihan pasien, tergantung
mana dan bagaimana mungkin untuk memperluas dari edukasi kesehatan seksual dan reproduktif.
pelayanan mereka pada sistem kesehatan dengan Ketika alamiah dari disabilitas membuat semakin
tingkat yang lebih perifer. Hal ini kemungkinan menantang untuk memahami keinginan dan
melibatkan staf dan fasilitas yang feasible dan dapat preferensi dari indivdu, kontrasepsi sebaiknya hanya
dijangkau, atau dapat membutuhkan sedikit diberikan dalam perlakuan yang konsisten dengan
penmabahan perlatan dan suplai dan pemindahan dengan Artikel 12 dari CRPD. Secara spesifik, pada
ruang. Juga mungkin untuk menunjukkan beberapa kasus dimana proses dari pengambilan
kesalahanpahaman yang seringkali terjadi pada keputusan yang didukung sebaiknya diinstitusikan
penyadia dan pengguna mengenai risiko dan efek dimana individu dipercaya oleh individu dengan
samping dari beberapa metode dan untuk melihat disabilitas, personal ombudsman dan dukungan dari
secara erat terhadap kebutuhan dan perspektif dari orang lain yang ikut serta dalam pengambilan
wanita dan pria dalam konteks dari pilihan pasien. keputusan. Berkenaan dengan tindakan tubektomi
pada individu dengan disabilitas sebagai
Adaptasi tidak selalu merupakan hal yang mudah
dan paling baik dilakukan oleh pihak yang mengerti
mengenai kondisi kesehatan, sikap dan budaya.
Perbaikan-perbaikan ini harus dibuat dalam konteks
pilihan pasien dan keamanan medis.

134
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

Isu sosial dan perilaku sebaiknya menjadi


metode kontrasepsi di intitusi, penting untuk pertimbangan penting dalam pemilihan metode
dipastikan bahwa pengambilan keputusan terkait kontrasepsi oleh remaja. Sebagai contoh, pada
tubektomi harus dibuat dalam keadaan sadar penuh beberapa keadaan, remaja berada dalam
dan dengan persetujuan dari individu tersebut peningkatan risiko untuk IMS, termasuk HIV.
dengan maupun tanpa tujuan. Meskipun remaja-remaja dapat memilih untuk
menggunakan salah satu metode kontrasepsi yang
2.5.2 Remaja tersedia pada komunitasnya, pada beberapa kasus,
menggunakan metode yang tidak membutuhkan
Remaja-remaja pada berbagai negara kekurangan regimen harian akan lebih nyaman. Remaja, baik
akses yang adekuat terhadap infromasi dan menikah ataupun belum menikah, telah ditemukan
pelayanan kontrasepsi yang dibutuhkan untuk kurang toleran terhadap efek samping dan maka itu
memproteksi kesehatan seksual dan reproduktif memiliki tingkat penghentian yang tinggi. Pemilihan
mereka. Terdapat kebutuhan yang mendesak untuk metode juga dapat berpengaruh terhadap faktor-
mengimplentasi program-program sehingga faktor seperti pola sporadis dari hubungan seksual
keduanya mencapai kebutuhan kontrasepsi dari dan kebutuhan untuk menutupi aktivitas seksual dan
remaja dan mengurangi hambatan ke pelayanan penggunaan kontrasepsi. Sebagai contohnya,
keluarga berencana. Secara umum, remaja layak remaja yang aktif secara seksual yang belum
untuk menggunakan seluruh metode yang sama dari menikah memiliki kebutuhan yang sangat berbeda
kontrasepsi layaknya orang dewasa dan harus dari remaja-remaja yang sudah menikah dan ingin
memiliki akses ke berbagai pilihan kontrasepsi. Usia menunda, menjarangkan, atau membatasi
saja tidak mendirikan alasan medis untuk menolak kehamilan. Meningkatkan jumlah pilihan metode
metode apapun untuk remaja. Meskipun terdapat yang ditawarkan dapat menghasilkan meningkatnya
beberapa perhatian mengenai penggunaan kepuasan dan peningkatan prevalensi dari
beberapa metode kontrasepsi oleh remaja (contoh: penggunaan kontrasepsi.
penggunaan suntik progesterone saja untuk mereka
yang berusia dibawah 18 tahun), perhatian-
perhatian ini harus diseimbangkan dengan manfaat 2.6 Ringkasan perubahan dalam buku Kriteria
dari mencegah kehamilan yang tidak direncanakan. Kelayakan Medis Edisi Kelima
Jelas bahwa banyak kriteria kelayakan yang
diaplikasikan pada klien yang tua juga berlaku pada Tabel-tabel berikut ini menekankan perubahan
orang-orang dengan usia yang lebih muda. dalam edisi kelima dari Buku Kriteria Kelayakan
Meskipun demikian, beberapa kondisi (contoh: Medis, dibandingkan dengan edisi keempat (lihat
kelainan kardiovaskular) yang dapat membatasi Tabel 2.4-2.6). Perubahan-perubahan ini meliputi:
penggunaan beberapa metode pada wanita yang perubahan terhadap kategori Buku Kriteria
tua secara umum tidak berpengaruh terhadap Kelayakan Medis antara edisi-edisi yang lebih awal
orang-orang muda, karena kondisi-kondisi ini jarang dan edisi kelima; rekomendasi untuk kondisi-kondisi
terjadi pada kelompok usia ini. baru yang diisukan pada edisi ke-lima; perubahan
terhadap pelabelan beberapa kondisi (agar
Faktor politik dan kultur dapat berpengaruh pada konsisten dengan praktik klinis saat ini); dan
kemampuan remaja untuk mengakses informasi dan perincian untuk metode-metode kontrasepsi baru
pelayanan kontrasepsi. Sebagai contoh, dimana yang terdapat pada edisi kelima ini.
pelayanan kontrasepsi tersedia, remaja (terutama
yang belum menikah) kemungkinan tidak dapat
mendapatkan pelayanan kontrasepsi karena hkuum
dan kebijakan yang bersifat restriktif. Meskipun
remaja dapat mendapatkan pelayanan kontrasepsi,
mereka mungkin tidak akan mengaksesnya karena
ketakutan akan kerahasiaan mereka akan tidak
dihargai, atau tenaga kesehatan akan bersifat
menghakimi. Seluruh remaja, terlepas dari status
pernikahannya, memiliki hak terhadap privasi dan
kerahasiaan mereka dalam konteks kesehatan
tanpa membutuhkan otorisasi orangtua dan wali dari
hukum, kebijakan dan praktis.

135
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

Tabel 2.4 Rangkuman perubahan dari edisi ke-empat ke edisi kelima dari Buku Kriteria Kelayakan Medis
(perubahan ditunjukkan dengan kata-kata bercetak tebal)

Kondisi KPK/P KSK PP DMPA LNG/ AKDR- AKDR-


/CVKK NET-EN ETG Cu LNG
implan
Menyusui
a) < 6 minggu pascapersalinan 4 4 2a 3a 2a
b) ≥ 6 minggu ke < 6 bulan 3 3 1 1 1
(terutama menyusui)
c) ≥ 6 bulan pascapersalinan 2 2 1 1 1
Pascapersalinan
(wanita yang tidak menyusui)
a) < 21 hari 1 1 1
(i) tanpa risiko lainnya untuk 3 3
tromboemboli vena
(ii) dengan risiko lainnya untuk 4a 4a
tromboemboli vena 1 1 1
a) ≥ 21 hari 42 hari
(i) tanpa risiko lainnya untuk 2a 2a
tromboemboli vena
(ii) dengan risiko lainnya untuk 3a 3a
tromboemboli vena
b) ≥ 42 hari 1 1 1 1 1
Pascapersalinan
(wanita menyusui atau tidak
menyusui, termasuk setelah
seksio sesarea) 1 bukan
a) < 48 jam termasuk insersi BF= 1;
setelah kelahiran plasenta BF=2
b) ≥ 48 jam sampai < 4 minggu 3 3
c) ≥ 4 minggu 1 1
d) sepsis puerperium 4 4
Kelainan vena superfisial
a) Vena varikosa 1 1 1 1 1 1 1
b) Trombosis vena superfisial 2a 2a 1 1 1 1 1
Dislipidemia, tanpa faktor risiko 2a 2a 2a 2a 2a 1a 2a
kardiovaskular lainnya
IMS I C I C
a) Servisitis purulen yang saat 1 1 1 1 1 4 2a 4 2a
ini dialami atau infeksi
klamidia atau gonorrhea
b) IMS lainnya (terkecuali HIV 1 1 1 1 1 2 2 2 2
dan hepatitis)
c) Vaginitis (termasuk 1 1 1 1 1 2 2 2 2
Trichomonas vaginalis dan
vaginosis bakterial) 1 1 1 1 1 2/3a 2 2/3a 2
d) Peningkatan risiko IMS

136
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

Kondisi KPK/ KSK P DMPA LNG/ AKDR-Cu AKDR-


P/ P NET-EN ETG LNG
CVKK implan
HIV/AIDS I C I C
Risiko tinggi HIV 1 1 1 1a 1 2 2 2 2
Penyakit klinis HIV 1a 1a 1a 1a 1a 2 2 2 2
asimtomatik atau ringan
(stadium 1 atau 2 WHO)
Penyakit klinis HIV hebat atau 1a 1a 1a 1a 1a 3 2a 3 2a
lanjut (stadium 3 atau 4 WHO)

Terapi antiretrovirus
a) Nucleoside reverse I C I C
transcriptase inhibitors (NRTIs)
Abacavir (ABC) 1 1 1 1 1 2/3a 2a 2/3a 2a
Tenofovir (TDF) 1 1 1 1 1 2/3a 2a 2/3a 2a
Zidovudine (AZT) 1 1 1 1 1 2/3a 2a 2/3a 2a
Lamivudine (3TC) 1 1 1 1 1 2/3a 2a 2/3a 2a
Didanosine (DDI) 1 1 1 1 1 2/3a 2a 2/3a 2a
Emtricitabine (FTC) 1 1 1 1 1 2/3a 2a 2/3a 2a
Stavudine (D4T)

b) Non-nucleoside reverse
transcriptase inhibitor (NNRTI)

Efavirenz (EFV) 2a 2a 2a 1 =DMPA; 2a 2/3a 2a 2/3a 2a


2 =NET-
ENa
Etravirine (ETR) 1 1 1 1 1 2/3a 2a 2/3a 2a
Nevirapin (NVP) 2a 2a 2a 1 =DMPA; 2a 2/3a 2a 2/3a 2
2 = NET-
ENa
Ripivirine (RPV) 1 1 1 1 1 2/3a 2a 2/3a 2a

c) Inhibitor protease (PI)

Ritonavir-boosted atazanavir 2a 2a 2a 1 =DMPA; 2a 2/3a 2a 2/3a 2a


(ARV/r) 2 = NET-
ENa

Ritonavir-boosted lopinavir 2a 2a 2a 1 =DMPA; 2a 2/3a 2a 2/3a 2a


(LPV/r) 2 = NET-
ENa

Ritonavir-boosted darunavir 2a 2a 2a 1 =DMPA; 2a 2/3a 2a 2/3a 2a


(DRV/r) 2 = NET-
ENa 2a 2/3a 2a 2/3a 2a

Ritonavir (RTV) 2a 2a 2a 1 = DMPA; 2a 2/3a 2a 2/3a 2a


2 = NET- 2/3a
ENa

d) Inhibitor integrase 1 1 1 1 1 2a 2/3a 2a


Raltegravir (RAL
IMT: indeks massa tubuh; KPK: kontrasepsi pil kombinasi; KSK: kontrasepsi suntik kombinasi; CVKK: cincin vagina kontrasepsi
kombinasi; AKDR-Cu: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim - Cu; DMPA: suntik depomedroxyprogesterone acetate (intramuskuler dan
subkutan); ETG: etonogestrel; LNG: levonorgestrel; AKDR-LNG: levonorgestrel-releasing intrauterine device; NET-EN:
kontrasepsi suntik norethisterone enanthate;
P: transdermal kombinasi; PP: pil progestin; IMS: infeksi menular seksual.
a Mohon lihat tabel yang relevan untuk setiap metode kotrasepsi untuk setiap metode kontrasepsi pada bagian 2.7 untuk

klarifikasi terhadap klasifikasi ini.

137
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

Tabel 2.5 Pil Kontrasepsi Darurat (perubahan ditunjukkan dengan kata-kata bercetak tebal)

Kondisi KPK LNG UPA


a a
Kehamilan NA NA NAa
Menyusui 1 1 2a
Riwayat kehamilan ektopik sebleumnya 1 1 1
Obesitas 1a 1a 1a
Riwayat penyakit kardiovaskular yang hebat (penyakit jantung 2 2 2
iskemik, serangan serebrovaskular, atau kondisi tromboemboli
lainnya)
Migrain 2 2 2
Penyakit hepar yang hebat (termasuk ikterus) 2 2 2
Induser CYP3A4 (contoh:. rifampisin, fenitoin, fenobartbital, 1a 1a 1a
karbamazepin, evafirenz, forfenitoin, nevirapin,
okskarbazepin, primidon, rifabutin, St John’s wort/Hypericum
perforatum)
Penggunaan PIL KONTRASEPSI DARURAT berulang 1a 1a 1a
Pemerkosaan 1 1 1
KPK: kontrasepsi pil kombinasi; CYP3A4; enzim sitokrom P450 3A4; LNG: levonorgestrel; UPA: ulipristal asetat.
a
Mohon lihat tabel yang relevan untuk setiap metode kontrasepsi untuk setiap metode kontrasepsi pada bagian 2.7 untuk klarifikasi
terhadap klasifikasi ini.

Tabel 2.6 Cincin Vagina Progestin (perubahan ditunjukkan dengan kata-kata bercetak tebal)

Kondisi Kategori

Kehamilan NA
Menyusui dan ≥ 4 minggu pascapersalinan 1

138
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

2.7 Tabel Rekomendasi Setiap Metode


Kontrasepsi Meskipun demikian, KSK merupakan metode
kontrasepsi yang relatif baru dan hanya terdapat
2.7.1 Kontrasepsi hormonal kombinasi (KHK) sedikit data epidemiologis terkait efek jangka
panjangnya. Selain itu, juga terdapat perhatian
KONTRASEPSI PIL KOMBINASI (KPK) bahwa efek dari paparan hormonal terkait
penggunaan KPK dan pil yang mengandung
Rekomendasi untuk pedoman ini merujuk pada KPK progestin saja (PP) dapat diturunkan segera dengan
dosis rendah yang mengandung ≤ 35 mcg etinil menghentikan pengguunannya, hal ini bukan
estradiol yang dikombinasikan dengan progestogen. merupakan kasus dari suntik, dimana efek berlanjut
untuk beberapa saat setelah suntik terakhir.
Trombosis vena jarang ditemukan pada wanita usia
reproduktif. Seluruh KPK berkaitan dengan Menunggu bukti lebih lanjut, Guideline Development
peningkatan risiko tromboemboli vena dibandingkan Group (KPP) menyimpulkan bahwa bukti yang
dengan yang bukan pengguna KPK. Sejumlah studi tersedia untuk KPK berlaku pada banyak namun
menemukan perbedaan pada risiko tromboemboli tidak semua instansi. Maka dari itu, KPP
vena terkait KPK yang mengandung berbagai jenis menugaskan kategori untuk KSK diantara kategori
progestogen (1-19). Bukti-bukti saat ini menunukkan KPK dan Pil Progestin. Meskipun, untuk patologi
bahwa KPK yang mengandung levonorgestrel, yang berat (contoh: penyakit jantung iskemik),
noretisteron dan norgestimate berkaitan dengan klasifikasi kondisi sama dengan KPK. Kategori yang
risiko paling rendah (20). Meskipun demikian, ditugaskan, maka dari itu, dianggap sebagai yang
perbedaan absolutnya sangat kecil. terbaik, yang akan di evaluasi ulang sebagai data
baru yang tersedia.
Data yang terbatas tidak menunjukkan bahwa risiko
absolut yang kecil untuk kejadian arteri yang KONTRASEPSI TRANSDERMAL KOMBINASI (P)
berkaitan dengan penggunaan KPK bervariasi DAN CINCIN VAGINA KONTRASEPSI
tergantung dari jenis progestogen (5, 6, 20–34). KOMBINASI (CVKK)
Rekomendasi pada pedoman ini sama untuk seluruh Kontrasepsi transdermal kombinasi (P) dan cincin
formula KPK, terlepas dari kandungan vagina kontrasepsi kombinasi (CVKK)
progestogennya. merupakan metode kontrasepsi yang secara relatif
masih baru. Terdapat informasi yang terbatas
KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI (KSK) mengenai keamanan metode-metode ini pada
wanita dengan kondisi medis spesifik. Selain itu,
Dua formula KSK, dipertimbangkan dibawah ini: data epidemiologi dari data efek penggunaan jangka
1. Cyclofem = medroxyprogesterone acetate 25 panjang P dan CVKK tidak tersedia untuk ditinjau
mg ditambah estradiol cypionate 5 mg 
 KPP. Kebanyakan dari studi-studi yang tersedia
2. Mesigyna = norethisterone enanthate 50 mg mendapatkan dukungan dari perusahan untuk
ditambah estradiol valerate 5 mg 
 metode-metode ini.
KSK mengandung estrogen yang terdapat secara Menurut bukti-bukti yang ada, P memberikan profil
alamiah, estradiol ditambah progestogen. Estradiol keamanan dan farmakokinetika yang baik untuk
bersifat kurang poten, memiliki durasi efek yang KPK dengan formula hormon yang serupa (43-60).
lebih pendek dan lebih cepat di metabolisir daripada Laporan dari ketidaknyamanan payudara sementara
estrogen sintetik yang digunakan pada formula yang bersifat jangka pendek dan reaksi pada kulit
kontrasepsi lainnya seperti KPK, kontrasepsi lebih banyak pada pengguna P; meskipun demikian,
hormonal kombinasi transdermal dan cincin vagina kurang dari 25% pengguna mengalami kejadian-
kontrasepsi kombinasi (CVKK). Perbedaan- kejadian ini (45, 49, 50, 56–58, 61). Bukti yang
perbedaan ini berarti bahwa jenis dan besarnya efek terbatas menunjukkan bahwa efektivitas P dapat
samping terkait estrogen yang berkaitan dengan menurun pada wanita dengan berat badan 90 kg
KSK kemungkinan berbeda dari mereka yang atau lebih (58, 60).
merupakan pengguna KPK/P/CVKK. Pada faktanya,
studi jangka pendek KSK menemukan efek yang Menurut bukti-bukti yang ada, CVKK memberikan
sedikit pada tekanan darah, hemostasis dan profil keamanan dan farmakokinetika yang baik dan
koagulasi, metabolisme lipid dan fungsi hepar memiliki efek serupa pada fungsi ovarium terhadap
dibandingkan dengan KPK (40-42). Sebagaimana KPK dengan formula hormon yang serupa pada
KSK diberikan melalui suntik, metabolisme first-pass wanita yang sehat (61-75). Bukti-bukti dari
oleh hepar dihindari, sehingga meminimalkan efek penggunaan pada wanita obesitas (IMT ≥ 30 kg/m2)
estradiol pada hepar. menemukan bahwa peningkatan berat badan pada
wanita pada kategori ini tidak berbeda pada
pengguna CVKK dan KPK (76). Bukti-bukti terbatas
dari penggunaan pada wanita pascakeguguran

139
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

medis dan operatif menemukan bahwa tidak Menunda bukti selanjutnya, KPP menyimpulkan
terdapat kejadian yang tidak diinginkan yang serius bahwa bukti yang tersedia untuk KPK berlaku untuk
dan infeksi yang terkait pada penggunaan metode- kontrasepsi kombinasi P dan CVKK dan maka dari
metode ini pada tiga siklus tindak lanjut itu P dan CVKK harus memiliki kategori yang sama
pascakeguguran (77) dan bukti-bukti yang terbatas dengan KPK. Maka dari itu, kategori yang ditetapkan
pada wanita dengan lesi intraepitel skuamosa harus dianggap sebagai pertimbangan pendahuluan
tingkat rendah menemukan bahwa penggunaan yang paling tesedia, yang akan di evaluasi ulang,
cincin vagina tidak memperburuk kondisi mereka sebagaimana data-data baru akan muncul.
(64).

140
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

KONTRASEPSI HORMONAL KOMBINASI (KHK)


KHK tidak memproteksi terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat risko
IMS/HIV, penggunaan kondom yang benar dan konsisten disarankan. Ketika digunakan dengan benar dan
konsisten, kondom memberikan salah satu metode paling efektif dari proteksi terhadap IMS, termasuk HIV.
Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan sebanyak kondom pria oleh program-program
nasional.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI
I = inisiasi, C = kelanjutan
KPK P CVKK KSK
† rekomendasi yang KPK = kontrasepsi pil kombinasi
ditinjau untuk Buku P = kontrasepsi transdermal
Kriteria Kelayakan Medis kombinasi
edisi kelima, rincian CVKK = cincin vagina kontrasepsi
selanjutnya setelah tabel kombinasi
ini KSK = kontrasepsi suntik
* komen tambahan kombinasi
setelah tabel ini

KARAKTERISTIK PRIBADI DAN RIWAYAT REPRODUKSI

KEHAMILAN NA NA NA NA NA = tidak dapat diterapkan

Klarifikasi: Penggunaan KPK, P,


CVKK, atau KSK tidak dibutuhkan.
Tidak terdapat bahaya yang diketahui
terhadap wanita, perjalanan
kehamilannya dan janin, apabila KPK,
P, CVKK, atau KSK digunakan tanpa
sengaja pada saat kehamilan.
USIA†* Bukti Ilmiah: Bukti mengenai
a) Menars sampai < 40 1 1 1 1 penggunaan KHK dengan fraktur masih
tahun inkonsisten (78-79), meskipun 3 studi
b) ≥ 40 tahun 2 2 2 2 terbaru menunjukkan tidak adanya efek
terhadap risiko fraktur (90-92).
Penggunaan KHK dapat menurunkan
densitas mineral tulang (DMT) pada
remaja, terutama pada mereka yang
memilih formula KPK yang
mengandung estradiol dengan dosis
sangat rendah (< 30 μg) (91, 93-105).
Penggunaan KHK memiliki sedikit
sampai tidak ada efek terhadap DMT
pada wanita pramenopause (90, 93-
102, 106-109) dan dapat
mempertahankan massa tulang pada
wanita perimenopause (103, 104, 110-
117). Massa tulang merupakan
penanda pengganti untuk risiko fraktur
yang mungkin tidak sahih untuk wanita
perimenopause dan maka dari itu,
kemungkinan tidak memprediksi risiko
fraktur (perimenopause) saat ini dan di
masa mendatang (118-120).
PARITAS
a) Nulipara 1 1 1 1
b) Para 1 1 1 1

141
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

KONTRASEPSI HORMONAL KOMBINASI (KHK)


KHK tidak memproteksi terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat risko
IMS/HIV, penggunaan kondom yang benar dan konsisten disarankan. Ketika digunakan dengan benar dan
konsisten, kondom memberikan salah satu metode paling efektif dari proteksi terhadap IMS, termasuk HIV.
Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan sebanyak kondom pria oleh program-program
nasional.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI
I = inisiasi, C = kelanjutan
KPK P CVKK KSK
† rekomendasi yang KPK = kontrasepsi pil kombinasi
ditinjau untuk Buku P = kontrasepsi transdermal
Kriteria Kelayakan Medis kombinasi
edisi kelima, rincian CVKK = cincin vagina kontrasepsi
selanjutnya setelah tabel kombinasi
ini KSK = kontrasepsi suntik
* komen tambahan kombinasi
setelah tabel ini

MENYUSUI† Bukti: studi-studi klinis menunjukkan


hasil yang berlawanan terkait efek
a) < 6 minggu 4 4 4 4 melanjutkan menyusui atau
pascapersalinan eksklusivitas menyusui pada
b) ≥ 6 minggu sampai < 3 3 3 3 permepuan yang terpapar terhadap
6 bulan KPK pada saat menyusui. Tidak
pascaperaslinan terdapat efek konsisten pada
(terutama menyusui) pertumbuhan atau penyakit bayi yang
c) ≥ 6 bulan telah dilaporkan (121-126). Luaran
pascapersalinan 2 2 2 2 kesehatan yang merugikan terhadap
kontrasepsi kombinasi melalui air susu
ibu telah ditemukan; meskipun
demikian, studi-studi memiliki desain
studi yang tidak adekuat untuk
menentukan apakah terdapat risiko
serius atau sedikit dari efek jangka
panjang.
PASCAPERSALINAN (PADA WANITA YANG TIDAK MENYUSUI) †

Meskipun risiko tromboemboli vena baik pada wanita yang menyusui dan tidak menyusui sama saja,
penggunaan KHK secara umum tidak direkomendasikan sebelum 6 bulan pascapersalinan pada wanita
yang menyusui.
a) < 21 hari Klarifikasi: Untuk wanita sampai
(i) tanpa faktor risiko 3 3 3 3 dengan 6 minggu pascapersalinan
lainnya untuk dengan faktor-faktor risiko lainnya untuk
tromboemboli vena tromboemboli vena, seperti immobilitas,
(ii) dengan faktor 4 4 4 4 transfusi pada saat persalinan, IMT >
risiko lainnya untuk 30 kg/m2, perdarahan pascapersalinan,
tromboemboli vena segerea setelah seksio sesarea, pre-
b) ≥ 21 sampai 42 hari eklampsia atau merokok, penggunaan
(i) tanpa faktor risiko 2 2 2 2 KHK dapat meningkatkan risiko
lainnya untuk tromboemboli vena.
tromboemboli vena
Bukti Ilmiah: Satu studi memeriksa
(ii) dengan faktor risiko 3 3 3 3 penggunaan KHK pada saat periode
lainnya untuk pascapersalinan dan menemukan
tromboemboli vena bahwa tingkat tromboemboli vena lebih
tinggi pada pengguna KHK
dibandingkan dengan yang bukan
pengguna pada seluruh poin waktu
pascapersalinan. Tingkat berbeda
secara signifikan hanya setelah 13
minggu pascapersalinan, namun jumlah
yang dibutuhkan untuk membahayakan

142
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

paling rendah adalah 6 minggu


pascapersalinan pertama (132). Risiko
tromboemboli vena meningkat pada
saat kehamilan dan periode
pascapersalinan; risiko ini paling jelas
pada tiga minggu pertama setelah
persalinan, kemudian menurun
1 1 1 1 mendekati tingkat baseline pada 42 hari
c) ≥ 42 hari
pascapersalinan (127-131).

PASCAKEGUGURAN Klarifikasi: KPK, P, CVKK, atau KSK


dapat diberikan segera setelah
a) Trimester pertama 1 1 1 1 keguguran
b) Trimester kedua
c) Pascakeguguran 1 1 1 1 Bukti Ilmiah: Wanita yang
septik segera 1 1 1 1 mengonsumsi KPK seegera setelah
keguguran medis atau operatif trimester
pertama tidak mengalami efek samping
lebih atau perdarahan per vaginam atau
perubahan yang signifikan secara klinis
pada parameter koagulasi dibandingkan
dengan wanita yang menggunakan
plasebo, AKDR, atau kontrasepsi non-
hormonal, atau insiasi KPK yang
ditunda (134-141). Bukti terbatas pada
wanita yang menggunakan CVKK
segera setelah keguguran medis atau
operatif mengindikasikan tidak ada
kejadian yang tidak diinginkan yang
serius dan tidak terdapat infeksi terkait
penggunaan CVKK pada tiga siklus
tindak lanjut pascakeguguran (77).
KEHAMILAN EKTOPIK 1 1 1 1
SEBELUMNYA*
RIWAYAT 1 1 1 1
PEMBEDAHAN
PANGGUL
MEROKOK Bukti Ilmiah: pengguna KPK yang juga
a) Usia < 35 tahun 2 2 2 2 perokok berada dalam peningkatan
b) Usia ≥ 35 tahun risiko penyakit kardiovaskular, terutama
i. < 15 rokok/hari 3 3 3 2 infark miokard (IM), dibandingkan
ii. ≥ 15 rokok/hari 4 4 4 3 dengan mereka yang tidak merokok.
Studi-studi juga menunjukkan
peningkatan risiko IM dengan
peningkatan jumlah rokok per harinya
(30, 31, 142-151).

143
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

KONTRASEPSI HORMONAL KOMBINASI (KHK)

KHK tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat risiko
IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang tepat dan
konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV. Penggunaan kondom
wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI ILMIAH
I = inisiasi,
K = kelanjutan
KOK P KCV KIK
† rekomendasi berdasarkan MEC KOK = kontrasepsi oral
edisi kelima, keterangan lebih lanjut kombinasi
terdapat setelah tabel P = kontrasepsi transdermal
* keterangan tambahan setelah kombinasi
table berikut KCV = kontrasepsi kombinasi
cincin vagina
KIK = kontrasepsi injeksi
kombinasi
OBESITAS Bukti ilmiah: Wanita dengan obesitas yang
menggunakan KHK lebih cenderung mengalami
a) BMI >30 kg/m2 VTE daripada yang tidak menggunakan KHK.
2 2 2 2
Risiko absolut VTE pada wanita sehat usia
b) Usia haid < 18 tahun dan
reproduksi terbukti kecil. Bukti terbatas
BMI >30 kg/m2 2 2 2 2 menunjukkan bahwa wanita obesitas yang
menggunakan KHK tidak memiliki risiko Infark
Miokard Akut atau stroke yang lebih tinggi daripada
orang tanpa obesitas (146, 147, 151-156). Bukti
terbatas tidak menunjukkan bahwa wanita dengan
obesitas akan lebih mungkin mengalami
penambahan berat badan setelah 3 siklus
menggunakan CVR atau KHK dibandingkan wanita
dengan berat badan berlebih atau berat badan
normal. Keuntungan ringan yang sama selama 3
bulan dicatat di kelompokKHK dan kelompok CVR
di semua kategori BMI (76). Secara keseluruhan,
bukti menunjukkan bahwa efektivitas kontrasepsi
cukup baik di antara pengguna KHK yang obesitas
(157-172), namun, di antara wanita dengan BMI
sangat tinggi dengan menggunakan KPK, bukti
menunjukkan tidak konsisten (161, 167, 171).
Dalam 1 studi, efektivitas patch dikatakan menurun
di antara wanita yang beratnya> 90 kg (172).

PENGUKURAN TEKANAN DARAH


TIDAK TERSEDIA NA NA NA NA NA = tidak dapat diterapkan

Klarifikasi: Diperlukan pengukuran tekanan


darah sebelum memulai penggunaan KOK, KIK,
P atau KCV. Namun, dalam beberapa keadaan,
pengukuran tekanan darah tidak dapat
diterapkan. Pada situasi tersebut, risiko
morbiditas dan mortalitas terkait kehamilan
cukup tinggi, dan KOK, KIK, P atau KCV
mungkin menjadi metode yang tersedia secara
luas. Dalam kondisi tersebut, larangan
penggunaan KOK, KIK, P atau KCV hanya
karena tekanan darahnya tidak dapat diukur
tidak dibenarkan.

144
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

KONTRASEPSI HORMONAL KOMBINASI (KHK)


KHK tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat
risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang
tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV.
Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional
seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI ILMIAH
I = inisiasi, C = Kelanjutan
KPK P CVKK KSK
† rekomendasi berdasarkan Buku KPK = kontrasepsi pil
Kriteria Kelayakan Medis edisi kelima, kombinasi
keterangan lebih lanjut terdapat setelah P = kontrasepsi transdermal
tabel kombinasi
* keterangan tambahan setelah tabel CVKK = cincin vagina
berikut kontrasepsi kombinasi
KSK = kontrasepsi suntik
kombinasi

PENYAKIT KARDIOVASKULAR
FAKTOR RISIKO MULTIPLE UNTUK 3/4 3/4 3/4 3/4 Klarifikasi: Bila seorang wanita
PENYAKIT KARDIOVASKULAR memiliki beberapa faktor risiko utama
ARTERI yang secara bermakna meningkatkan
(misalnya usia yang lebih tua, merokok, risiko penyakit kardiovaskular, maka
diabetes, hipertensi dan dislipidemia) penggunaan KPK, KSK, P atau CVKK
dapat meningkatkan risikonya. Namun,
penambahan kategori sederhana untuk
beberapa faktor risiko tidak meningkat;
Misalnya, kombinasi dari 2 faktor risiko
yang diberikan.
Kategori 2 mungkin tidak memerlukan
kategori yang lebih tinggi
HIPERTENSI

Klasifikasi hipertensi untuk semua kategori berdasarkan pada dugaan tidak adanya faktor risiko penyakit
kardiovaskular. Jika pasien memiliki beberapa faktor risiko, risiko kejadian kardiovaskular meningkat secara
bermakna. Diagnosis hipertensi pada seorang wanita tidak cukup hanya dari sekali pemeriksaan tekanan darah.
a) Riwayat hipertensi, dimana tekanan 3 3 3 3 Klarifikasi: Evaluasi penyebab dan
darah TIDAK DAPAT dievaluasi klasifikasi hipertensi dianjurkan untuk
(termasuk hipertensi pada segera dilakukan
kehamilan)
Bukti Ilmiah: Wanita yang tidak
melakukan pemeriksaan tekanan
darah sebelum memulai penggunaan
KPK meningkatkan risiko kejadian IM
akut dan stroke (26, 32, 33, 173, 174)

3 3 3 3 Klarifikasi: Wanita yang mendapatkan


b) hipertensi yang terkontrol secara
terapi secara adekuat akan
adekuat, dimana tekanan darah
menurunkan risiko kejadian IM akut
dapat dievaluasi
dan stroke dibandingkan dengan
c) Peningkatan tekanan darah
wanita yang tidak diobati. Meskipun
(pemeriksaan dilakukan dengan
tidak ada data, KPK, P, CVKK, atau
tepat)
pengguna KSK yang memiliki
i. Sistolik 140-159 atau diastolik 3 3 3 3
hipertensi yang cukup terkontrol dan
90-99 mm Hg
terpantau harus mengurangi risiko MI
ii. Sistolik > 160 or diastolik > 100 4 4 4 4
dan stroke akut dibandingkan dengan
mm Hg
pengguna penggunaan KPK, KSK, P
atau CVKK yang tidak diobati.
d) Penyakit vaskular 4 4 4 4
Bukti ilmiah: Di antara wanita dengan
hipertensi, pengguna KPK berisiko

145
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

tinggi mengalami stroke,IM akut dan


penyakit arteri perifer dibandingkan
dengan pengguna non-pengguna (14,
26, 31, 33, 142, 144, 150, 151, 173-
185). Penghentian KPK pada wanita
dengan hipertensi dapat meningkatkan
kontrol tekanan darah (186).

146
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

KONTRASEPSI HORMONAL KOMBINASI (KHK)

KHK tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat risiko
IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang tepat dan
konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV. Penggunaan
kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional seperti halnya
kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI ILMIAH
I = inisiasi, C = Kelanjutan
KPK P CVKK KSK
† rekomendasi berdasarkan KPK = kontrasepsi pil kombinasi
Buku Kriteria Kelayakan Medis P = kontrasepsi transdermal
edisi kelima, keterangan lebih kombinasi
lanjut terdapat setelah tabel CVKK = cincin vagina kontrasepsi
* keterangan tambahan setelah kombinasi
tabel berikut KSK = kontrasepsi suntik kombinasi
RIWAYAT HIPERTENSI PADA 2 2 2 2 Bukti ilmiah: Wanita yang menggunakan
KEHAMILAN (Tekanan darah KPK yang memiliki riwayat hipertensi pada
saat ini normal) kehamilan memiliki peningkatan risiko IM
dan tromboemboli vena, dibandingkan
dengan pengguna KPK yang tidak memiliki
riwayat hipertensi selama kehamilan. Risiko
absolut IM akut dan tromboemboli vena
pada populasi ini tetap kecil (32, 33, 151,
174, 176, 187-192)
THROMBOSIS VENA DALAM
(TVD)/ EMBOLI PARU (EP)*

a) Riwayat TVD/ EP 4 4 4 4
b) TVD/EP akut 4 4 4 4
c) TVD/EP dengan terapi 4 4 4 4
antikoagulan
d) Riwayat keluarga 2 2 2 2
e) Bedah mayor
i) dengan imobilisasi lama 4 4 4 4
ii) tanpa imobilisasi lama 2 2 2 2
f) Bedah minor tanpa
imobilisasi 1 1 1 1

MUTASI TROMBOGENIK YANG 4 4 4 4 Klarifikasi: Skrining rutin tidak tepat karena


DIKETAHUI kejadian sangat jarang dan tingginya biaya
(faktor Leiden V; mutasi skrining.
protrombin; protein S, protein C
dan defisiensi antitrombin) Bukti ilmiah: Di antara wanita dengan
mutasi trombogenik, pengguna KPK memiliki
risiko trombosis 2 sampai 20 kali lipat lebih
tinggi daripada non-pengguna (3, 155, 193-
214)

147
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

KONTRASEPSI HORMONAL KOMBINASI (KHK)

KHK tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat
risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang
tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV.
Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional
seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI ILMIAH
I = inisiasi, C = Kelanjutan
KPK P CVKK KSK
† rekomendasi berdasarkan KPK = kontrasepsi pil kombinasi
Buku Kriteria Kelayakan Medis P = kontrasepsi transdermal
edisi kelima, keterangan lebih kombinasi
lanjut terdapat setelah tabel CVKK = cincin vagina
* keterangan tambahan setelah kontrasepsi kombinasi
tabel berikut KSK = kontrasepsi suntik
kombinasi
PENYAKIT VENA
SUPERFISIAL †

a) Varises 1 1 1 1 Bukti ilmiah: Satu studi menunjukkan


bahwa di antara wanita dengan varises,
tingkat tromboemboli vena dan trombosis
vena superfisial lebih tinggi pada
pengguna kontrasepsi oral dibandingkan
dengan non-pengguna; Namun, secara
statistik tidak bermakna dan jumlah
kejadiannya kecil (215).

b) Trombosis vena superfisial 2 2 2 2 Klarifikasi: TVS berhubungan dengan


peningkatan risiko tromboemboli vena

Bukti Ilmiah: Satu studi menunjukkan


pada wanita dengan TVS, risiko
tromboemboli vena lebih tinggi pada
pengguna kontrasepsi oral dibandingkan
dengan non-pengguna (216).

RIWAYAT PENYAKIT 4 4 4 4
JANTUNG ISKEMIK
STROKE 4 4 4 4
(riwayat kejadian
kardiovaskular)

148
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

KONTRASEPSI HORMONAL KOMBINASI (KHK)

KHK tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat
risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang
tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV.
Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional
seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI ILMIAH
I = inisiasi, C = Kelanjutan
KPK P CVKK KSK
† rekomendasi berdasarkan KPK = kontrasepsi pil kombinasi
Buku Kriteria Kelayakan Medis P = kontrasepsi transdermal
edisi kelima, keterangan lebih kombinasi
lanjut terdapat setelah tabel CVKK = cincin vagina
* keterangan tambahan setelah kontrasepsi kombinasi
tabel berikut KSK = kontrasepsi suntik
kombinasi
DiSLIPIDEMIA YANG TELAH Klarifikasi: Skrining rutin tidak dianjurkan
DIKETAHUI TANPA FAKTOR 2 2 2 2 karena tingkat kejadian yang jarang dan
RISIKO KARDIOVASKULAR tingginya biaya skrining. Peningkatan
kadar kolesterol total, low-density
lipoprotein (LDL) dan trigliserida, serta
penurunan tingkat high-density lipoprotein
(HDL), dikenal sebagai faktor risiko
penyakit kardiovaskular. Wanita dengan
kelainan lipid genetik yang berat berisiko
lebih tinggi terkena penyakit
kardiovaskular dan mungkin memerlukan
pertimbangan klinis lebih lanjut.

Bukti ilmiah: Bukti terbatas penggunaan


KHK di antara wanita dengan dislipidaemia
dan risiko kardiovaskular menunjukkan
hasil yang tidak konsisten. Satu studi
melaporkan peningkatan risiko IM di
antara pengguna KPK dengan
hiperkolesterolemia (217); 1 penelitian
melaporkan peningkatan risiko
tromboemboli vena dan stroke pada
pengguna KPK dengan dislipidaemia
dibandingkan dengan pengguna KPK
tanpa dislipidaemia (22); dan 1 penelitian
menunjukkan tidak ada perburukan
kelainan lipid pada pengguna KHK dengan
dislipidaemia dibandingkan dengan
pengguna KHK tanpa dislipidaemia (218).
Tidak dilaporkan adanya peningkatan
risiko pankreatitis.
PENYAKIT KATUP JANTUNG*

a) Tanpa komplikasi 2 2 2 2

b) Komplikasi (hipertensi
pulmonal, risiko fibrilasi atrial, 4 4 4 4
riwayat endokarditis bakteri
subakut)

149
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

KONTRASEPSI HORMONAL KOMBINASI (KHK)

KHK tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat risiko
IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang tepat dan
konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV. Penggunaan
kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional seperti halnya
kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI ILMIAH
I = inisiasi, C = Kelanjutan
KPK P CVKK KSK
† rekomendasi berdasarkan KPK = kontrasepsi pil kombinasi
Buku Kriteria Kelayakan Medis P = kontrasepsi transdermal
edisi kelima, keterangan lebih kombinasi
lanjut terdapat setelah tabel CVKK = cincin vagina kontrasepsi
* keterangan tambahan setelah kombinasi
tabel berikut KSK = kontrasepsi suntik
kombinasi
PENYAKIT JANTUNG REMATIK
LUPUS ERIMATOSUS SISTEMIK (SLE)

Pasien dengan SLE mengalami peningkatan risiko penyakit jantung iskemik, stroke dan tromboemboli vena (TEV).
Dalam kriteria kelayakan medis, kategori yang dimasukkan pada keadaan tersebut harus sama untuk wanita dengan
SLE dengan kondisi ini. Untuk semua kategori SLE, klasifikasi didasarkan pada dugaan bahwa tidak ada faktor risiko
penyakit kardiovaskular lainnya; Klasifikasi ini harus dikaitkan dengan adanya faktor risiko tersebut. Bukti ilmiah
menunjukkan bahwa banyak wanita dengan SLE dapat dianggap kandidat yang baik untuk kebanyakan metode
kontrasepsi, termasuk kontrasepsi hormonal (219-236).

Bukti ilmiah: Antibodi antifosfolipid dikaitkan


a) Positif (atau tidak diketahui) 4 4 4 4 dengan risiko yang lebih tinggi untuk
antibodi antifosfolipid trombosis arteri dan vena (237-239)
b) Trombositopenia berat 2 2 2 2
c) Terapi imunosupresi 2 2 2 2

d) Bukan salah satu di atas 2 2 2 2

KONDISI NEUROLOGI

NYERI KEPALA* I C I C I C I C Klarifikasi: Klasifikasi tergantung pada


diagnosis yang akurat untuk menentukan
a) Bukan migrain (ringan atau 1 2 1 2 1 2 1 2 sakit kepala merupakan keluhan migraine
berat) atau bukan. Sakit kepala dengan onset baru
atau adanya perubahan sakit kepala harus
b) Migrain dievaluasi. Klasifikasi digunakan pada wanita
i) Tanpa aura tanpa faktor risiko stroke lainnya. Risiko
2 3 2 3 2 3 2 3
Usia < 35 tahun stroke meningkat seiring bertambahnya usia,
Usia > 35 tahun 3 4 3 4 3 4 3 4 hipertensi dan merokok.

ii) Dengan aura, pada semua Bukti ilmiah: Di antara wanita dengan
4 4 4 4 4 4 4 4 migrain, keluhan yang disertai dengan aura
usia
memiliki risiko stroke lebih tinggi
dibandingkan dengan tanpa aura (240-242).
Wanita dengan riwayat migrain yang
menggunakan KPK memiliki peningkatan
kejadian stroke iskemik sekitar 2-4 kali
dibandingkan dengan bukan pengguna
dengan riwayat migran (142, 154, 181, 182,
240-246)

150
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

EPILEPSI 1 1 1 1 Klarifikasi: Jika seorang wanita memakai


antikonvulsan, lihat bagian terakhir dari tabel
ini, tentang interaksi obat. Antikonvulsan
tertentu menurunkan efektivitas KPK. Sejauh
mana penggunaan P, KVR, atau KSK serupa
dengan penggunaan KPK dalam hal ini
masih belum jelas

151
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

KONTRASEPSI HORMONAL KOMBINASI (KHK)

KHK tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat risiko
IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang tepat dan
konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV. Penggunaan kondom
wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI ILMIAH
I = inisiasi, K = kelanjutan
KPK P CVKK KSK
† rekomendasi berdasarkan Buku KPK = kontrasepsi pil kombinasi
Kriteria Kelayakan Medis edisi P = kontrasepsi transdermal
kelima, keterangan lebih lanjut kombinasi
terdapat setelah tabel CVKK = cincin vagina kontrasepsi
* keterangan tambahan setelah kombinasi
table berikut KSK= kontrasepsi suntik kombinasi
PENYAKIT DEPRESI
PENYAKIT DEPRESI 1 1 1 1 Klarifikasi: Klasifikasi ini didasarkan pada data bagi
wanita dengan gangguan depresi. Tidak ada data
tentang gangguan bipolar atau depresi postpartum.
Ada potensi interaksi obat antara obat antidepresan
tertentu dengan kontrasepsi hormonal.

Bukti ilmiah: Penggunaan KOK tidak meningkatkan


gejala depresi pada wanita dengan depresi
dibandingkan dengan baseline atau bukan pengguna
dengan depresi (247-256)
PENYAKIT ORGAN REPRODUKSI

PERDARAHAN PER VAGINAM* .


a) Bercak 1 1 1 1

b) Perdarahan dengan jumlah 1 1 1 1 Klarifikasi: Perdarahan sangat berat harus


banyak dan durasi lama (baik dicaritahu kondisi serius yang mendasari.
irregular maupun regular)
Bukti Ilmiah: Kajian Cochrane Collaboration
mengidentifikasi 1 studi uji coba terkontrol
secara acak (RCT) yang mengevaluasi
keefektifan penggunaan KOK dibandingkan
dengan naproxen dan danazol dalam
mengobati menorrhagia. Penggunaan KOK
tidak berhubungan dengan kejadian atau
kondisi perburukan (257).
PERDARAHAN PERVAGINAM
IDIOPATIK*
a) Sebelum evaluasi 2 2 2 2 Bukti ilmiah: Jika kehamilan atau kondisi
patologis yang mendasari (seperti keganasan
panggul) dicurigai, harus dievaluasi dan
kategori disesuaikan setelah evaluasi.
.

152
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

KONTRASEPSI HORMONAL KOMBINASI (KHK)

KHK tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat risiko
IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang tepat dan
konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV. Penggunaan
kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional seperti halnya
kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI ILMIAH
I = inisiasi, K = kelanjutan
KPK P KCV KIK
† rekomendasi berdasarkan Buku KPK = kontrasepsi pil kombinasi
Kriteria Kelayakan Medis edisi P = kontrasepsi transdermal
kelima, keterangan lebih lanjut kombinasi
terdapat setelah tabel CVKK = cincin vagina kontrasepsi
* keterangan tambahan setelah kombinasi
table berikut KSK= kontrasepsi suntik kombinasi
ENDOMETRIOSIS 1 1 1 1 Bukti Ilmiah: Tinjauan Cochrane mengidentifikasi
1 uji coba terkontrol secara acak yang
mengevaluasi keefektifan penggunaan KOK
dibandingkan dengan analog gonadotropin-
releasing hormone (GnRH) dalam mengobati
gejala endometriosis. Penggunaan KOK tidak
berhubungan dengan kondisi atau kejadian
perburukan pada wanita dengan endometriosis
(258).
TUMOR JINAK OVARIUM 1 1 1 1
(TERMASUK KISTA)
DISMENOREA BERAT 1 1 1 1 Bukti Ilmiah: Tidak ada peningkatan risiko efek
samping penggunaan KOK pada wanita dengan
dismenorea dibandingkan dengan wanita yang
tidak menggunakan KOK. Beberapa pengguna
KOK mengalami penurunan nyeri dan pendarahan
(259, 260).

PENYAKIT TROFOBLASTIK Bukti ilmiah: Setelah evakuasi kehamilan mola,


bukti menunjukkan penggunaan KOK tidak
GESTATIONAL
meningkatkan risiko penyakit trofoblas pasca-mola,
a) Level B-hCG menurun atau 1 1 1 1 dan beberapa pengguna KOK mengalami regresi
tidak terdeteksi yang lebih cepat pada human chorionic
gonadotropin (hCG), dibandingkan dengan bukan
b) Peningkatan B-hCG secara 1 1 1 1 pengguna (261-268). Bukti terbatas menunjukkan
persisten bahwa penggunaan KOK selama pengobatan
kemoterapi tidak secara signifikan mempengaruhi
regresi atau pengobatan penyakit trofoblas pasca-
mola dibandingkan dengan wanita yang
menggunakan metode kontrasepsi non-hormonal
atau depot medroksiprogesteron asetat (DMPA)
selama pengobatan kemoterapi (269).

EKTROPION SERVIKS* 1 1 1 1

NEOPLASMA INTRAEPITELIAL 2 2 2 2 Bukti Ilmiah: Di antara wanita dengan infeksi


human papillomavirus (HPV) yang berulang,
SERVIKS (NIS)
penggunaan KOK jangka panjang (> 5 tahun) dapat
meningkatkan risiko karsinoma in situ dan
karsinoma invasif (64, 270). Bukti terbatas pada
wanita dengan lesi intraepitel skuamosa kelas
rendah menunjukkan penggunaan cincin vagina
tidak memperburuk kondisi (64)

153
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

KONTRASEPSI HORMONAL KOMBINASI (KHK)

KHK tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat
risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang
tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV.
Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional
seperti halnya kondom pria..
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI ILMIAH
I = inisiasi,
C = Kelanjutan
KPK P CVKK KPK
† rekomendasi berdasarkan KPK = kontrasepsi pil kombinasi
Buku Kriteria Kelayakan Medis P = kontrasepsi transdermal
edisi kelima, keterangan lebih kombinasi
lanjut terdapat setelah tabel CVKK = cincin vagina kontrasepsi
* keterangan tambahan setelah kombinasi
tabel berikut KSK = kontrasepsi suntik
kombinasi
KANKER SERVIKS* 2 2 2 2
(MENUNGGU TERAPI)

PENYAKIT PAYUDARA*
a) Undiagnosed mass 2 2 2 2 Klarifikasi : Evaluasi sebaiknya dilakukan
sedini mungkin.
b) Tumor payudara 1 1 1 1
c) Riwayat kanker pada 1 1 1 1 Bukti ilmiah : wanita dengan gen
keluarga kerentanan kanker payudara (seperti
BRCA1 dan BRCA2) memiliki risiko
terkena kanker payudara lebih tinggi
daripada wanita tanpa gen tersebut. Risiko
terkena kanker payudara juga lebih tinggi
di antara wanita dengan riwayat keluarga
kanker payudara daripada di antara
mereka yang tidak memiliki riwayat
keluarga. Bukti saat ini menunjukkan
bahwa peningkatan risiko kanker payudara
di antara wanita dengan riwayat keluarga
kanker payudara atau gen kerentanan
kanker payudara tidak berhubungan
dengan penggunaan kontrasepsi pil
kombinasi (175, 271-293)

d) Kanker payudara
i. Saat ini 4 4 4 4
ii. Riwayat dan tidak ada ada 3 3 3 3
kejadian rekurensi dalam 5
tahun terakhir
KANKER ENDOMETRIUM* 1 1 1 1

KANKER OVARIUM* 1 1 1 1

MIOMA UTERI*
a) Tanpa distorsi kavum uterus 1 1 1 1

b) dengan distorsi kavum 1 1 1 1


uterus

154
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

KONTRASEPSI HORMONAL KOMBINASI (KHK)

KHK tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat
risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang
tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV.
Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional
seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI ILMIAH
I = inisiasi, C = Kelanjutan
KPK P CVKK KSK
† rekomendasi berdasarkan KPK = kontrasepsi pil kombinasi
Buku Kriteria Kelayakan Medis P = kontrasepsi transdermal
edisi kelima, keterangan lebih kombinasi
lanjut terdapat setelah tabel CVKK = cincin vagina kontrasepsi
* keterangan tambahan setelah kombinasi
tabel berikut KSK = kontrasepsi suntik
kombinasi
PENYAKIT RADANG
PANGGUL (PRP)*
a) Riwayat PRP (diasumsikan
tanpa faktor risiko IMS)
i. dengan kehamilan 1 1 1 1
berikutnya
ii. tanpa kehamilan 1 1 1 1
berikutnya
b) PRP – sekarang 1 1 1 1
IMS

a) Servisitis purulen atau infeksi 1 1 1 1


klamidia atau gonore
b) IMS lain (kecuali HIV dan 1 1 1 1
hepatitis)
c) Vaginitis (termasuk 1 1 1 1
Trichomonas vaginalis dan
vaginosis bakterialis)
d) Peningkatan risiko IMS 1 1 1 1 Bukti ilmiah: Bukti menunjukkan
kemungkinan peningkatan risiko servisitis
akibat klamidia diantara para pengguna
KPK dengan risiko tinggi IMS. Untuk IMS
lain, tidak terdapat hubungan antara
penggunaan KPK dengan kejadian IMS
dan terbatasnya bukti yang dapat
memberikan kesimpulan apapun (289-
369).
HIV/AIDS†

Risiko tinggi HIV 1 1 1 1 Bukti ilmiah: Delapan studi menilai


penggunaan KPK dan dianggap sebagai
“informatif tetapi dengan keterbatasan
yang penting” (370). Tujuh dari delapan
studi tersebut menunjukkan tidak adanya
hubungan statistik yang berarti antara
penggunaan KPK dan kejadian HIV (371-
378), meskipun terdapat 1 studi diantara
pekerja seksual di Kenya yang
menunjukkan adanya hubungan tersebut
(379).

155
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

KONTRASEPSI HORMONAL KOMBINASI (KHK)


KONTRASEPSI HORMONAL KOMBINASI (KHK)
KHK tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat
risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang
tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV.
Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional
seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI ILMIAH
I = inisiasi, C = Kelanjutan
KPK P CVKK KSK
† rekomendasi berdasarkan KPK = kontrasepsi pil kombinasi
Buku Kriteria Kelayakan Medis P = kontrasepsi transdermal
edisi kelima, keterangan lebih kombinasi
lanjut terdapat setelah tabel CVKK = cincin vagina kontrasepsi
* keterangan tambahan setelah kombinasi
tabel berikut KSK = kontrasepsi suntik
kombinasi
HIV klinis asimtomatik atau 1 1 1 1 Klarifikasi untuk HIV asimtomatik atau
ringan (WHO stadium 1 atau 2) ringan (WHO stadium 1 atau 2) dan HIV
berat atau lanjut (WHO stadium 3 atau 4):
HIV klinis berat atau lanjut 1 1 1 1 Karena adanya kemungkinan interaksi
(WHO stadium 3 atau 4) obat antara kontrasepsi hormonal dan
terapi ARV, lihat ke bagian akhir dari tabel
ini, pada bagian interaksi obat.

Bukti ilmiah untuk HIV asimtomatik atau


ringan (WHO stadium 1 atau 2) dan HIV
berat atau lanjut (WHO stadium 3 atau 4):
Dari 8 studi yang ada, 7 diantaranya
menunjukkan tidak adanya hubungan
antara penggunaan KPK and progresivitas
HIV, seperti yang diukur dari nilai CD4<
200 sel/mm3, inisiasi terapi antiretrovirus
(ARV), atau mortalitas (380–386).
Satu uji acak terkendali mendapatkan
adanya peningkatan risiko luaran yang
berbeda dari turunnya nilai CD4 atau
kematian pada pengguna KPK ketika
dibandingkan dengan pengguna AKDR-Cu
(387, 388). Dua studi observasi prospektif
secara langsung menilai efek metode
kontrasepsi hormonal berbeda pada
penularan HIV dari wanita-pria dengan
menilai serokonversi pada partner pria dari
wanita yang diketahui menggunakan
kontrasepsi oral. Satu dari penelitian
tersebut melaporkan peningkatan
pengaruh dari KPK yang tidak berarti
secara statistik (378). Studi lain juga tidak
menemukan hubungan KPK yang berarti
(389).
Studi menilai secara tidak langsung efek
beberapa metode kontrasepsi hormonal
pada penularan HIV dari wanita-pria
dengan menilai paparan virus genital
sebagai penyebab infeksi mendapatkan
hasil yang beragam. Sebagian besar studi
tidak langsung menilai tidak adanya
pengaruh bermacam-macam metode
kontrasepsi hormonal terhadap muatan
virus HIV (381, 390–404).
156
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

KONTRASEPSI HORMONAL KOMBINASI (KHK)

KHK tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat
risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang
tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV.
Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional
seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI ILMIAH
I = inisiasi, C = Kelanjutan
KPK P CVKK KSK
† rekomendasi berdasarkan KPK = kontrasepsi hormonal
Buku Kriteria Kelayakan Medis kombinasi
edisi kelima, keterangan lebih P = kontrasepsi transdermal
lanjut terdapat setelah tabel kombinasi
* keterangan tambahan setelah CVKK = cincin vagina kontrasepsi
tabel berikut kombinasi
KSK = kontrasepsi suntik
kombinasi
INFEKSI LAIN
SCHISTOSOMIASIS
a) Non-komplikasi 1 1 1 1 Bukti ilmiah: Diantara wanita dengan
schistosomiasis non-komplikasi,
penggunaan KPK tidak memiliki efek
samping terhadap fungsi hati (405–411).
b) Fibrosis hati (bila berat, lihat 1 1 1 1
sirosis)
TUBERKULOSIS
a) Non-panggul 1 1 1 1 Klarifikasi: Pada wanita yang
b) Panggul 1 1 1 1 menggunakan rifampisin, lihat keterangan
lebih lanjut setelah tabel, bagian interaksi
obat. Rifampisin dapat menurunkan
efektivitas KPK. Sejauh mana penggunaan
P atau CVKK serupa dengan penggunaan
KPK dalam hal ini masih belum jelas.
MALARIA 1 1 1 1
KONDISI ENDOKRIN

DIABETES
Bukti ilmiah: Perkembangan diabetes
yang tidak tergantung insulin pada wanita
dengan riwayat diabetes gestasional tidak
a) Riwayat penyakit gestational 1 1 1 1 meningkat dengan penggunaan KPK
(412–419). Begitu juga dengan kadar
lipid(420–422).
Bukti ilmiah: Diantara wanita dengan
diabetes yang tergantung atau tidak
tergantung insulin, penggunaan KPK
b) Penyakit non-vaskular memiliki efek yang terbatas pada
i) tidak tergantung insulin 2 2 2 2 kebutuhan insulin harian dan tidak
berpengaruh pada kontrol diabetes jangka
ii) tergantung insulin 2 2 2 2 panjang (contoh: HbA1C level) atau
progresivitas retinopati. Perubahan profil
lipid dan penanda hemostatik terbatas,
serta sebagian besar perubahan masih
dalam batas normal (419, 422–430).

Klarifikasi: Kategori harus dinilai


c) Nefropati/retinopati/ 3/4 3/4 3/4 3/4
berdasarkan tingkat keparahan kondisi.
neuropati

157
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

Klarifikasi: Kategori harus dinilai


berdasarkan tingkat keparahan kondisi

d) Penyakit vaskular lain atau 3/4 3/4 3/4 3/4


durasi diabetes > 20 tahun

158
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

KONTRASEPSI HORMONAL KOMBINASI (KHK)

KHK tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat
risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang
tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV.
Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional
seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI ILMIAH
I = inisiasi, C = Kelanjutan
KPK P CVKK KSK
† rekomendasi berdasarkan KPK = kontrasepsi hormonal
Buku Kriteria Kelayakan kombinasi
Medis edisi kelima, P = kontrasepsi transdermal
keterangan lebih lanjut kombinasi
terdapat setelah tabel CVKK = cincin vagina kontrasepsi
* keterangan tambahan kombinasi
setelah tabel berikut KSK = kontrasepsi suntik kombinasi
KELAINAN TIROID
a) Goiter simpel 1 1 1 1
b) Hipertiroid 1 1 1 1
c) Hipotiroid 1 1 1 1
KONDISI GASTROINTESTINAL
PENYAKIT KANTUNG
EMPEDU*
a). Simtomatik
2 2 2 2
i) diterapi dengan
kolesistektomi
ii) diterapi dengan obat 3 3 3 2
iii) saat ini 3 3 3 2
b) Asimtomatik 2 2 2 2
RIWAYAT KOLESTASIS*
a) Berhubungan dengan 2 2 2 2
kehamilan
b) Berhubungan dengan 3 3 3 2
KPK yang lalu
HEPATITIS VIRUS I C I C I C I C
a) Akut atau kambuh 3/4 2 3/4 2 3/4 2 3 2 Klarifikasi: Kategori harus dinilai
berdasarkan tingkat keparahan kondisi.
b) Pembawa 1 1 1 1 1 1 1 1 Bukti ilmiah: Data menunjukkan bahwa
c) Kronis 1 1 1 1 1 1 1 1 pada wanita dengan hepatitis kronis,
pengunaan KPK tidak meningkatkan
tingkat keparahan fibrosis sirosis, maupun
meningkatkan risiko karsinoma
hepatoseluler (431, 432). Pada wanita
pembawa, penggunaan KPK tidak memicu
gagal hati atau disfungsi yang berat (408,
433, 434). Bukti terbatas pada
penggunaan KPK selama hepatitis yang
aktif (435, 436).
SIROSIS
a) Ringan (terkompensasi) 1 1 1 1
b) Berat (tidak 4 4 4 3
terkompensasi)
159
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

KONTRASEPSI HORMONAL KOMBINASI (KHK)

KHK tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat
risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang
tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV.
Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional
seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI ILMIAH
I = inisiasi, C = Kelanjutan
KPK P CVKK KSK
† rekomendasi berdasarkan KPK = kontrasepsi hormonal
Buku Kriteria Kelayakan Medis kombinasi
edisi kelima, keterangan lebih P = kontrasepsi transdermal
lanjut terdapat setelah tabel kombinasi
* keterangan tambahan setelah CVKK = cincin vagina kontrasepsi
tabel berikut kombinasi
KSK = kontrasepsi suntik
kombinasi
TUMOR HATI*
a) Jinak
i) fokus hiperplasia noduler 2 2 2 2 Bukti ilmiah: Terdapat bukti yang terbatas
dan langsung bahwa penggunaan
kontrasepsi tidak mempengaruhi
progresivitas maupun berkurangnya lesi
pada hati diantara wanita dengan fokus
hiperplasia noduler (437–439).
ii) adenoma hepatoseluler 4 4 4 3
b) Ganas (hepatoma) 4 4 4 3/4
ANEMIA

TALASEMIA* 1 1 1 1
PENYAKIT SICKLE CELL 2 2 2 2
ANEMIA DEFISIENSI BESI* 1 1 1 1
INTERAKSI OBAT

TERAPI ANTIRETROVIRUS
(ARV) †
a) Nucleoside reverse Bukti ilmiah: NRTI tidak menunjukkan
transcriptase inhibitors (NRTI) adanya risiko interaksi yang berarti dengan
metode kontrasepsi hormonal (440, 441).

Abacavir (ABC) 1 1 1 1
Tenofovir (TDF) 1 1 1 1
Zidovudine (AZT) 1 1 1 1
Lamivudine (3TC) 1 1 1 1
Didanosine (DDI) 1 1 1 1
Emtricitabine (FTC) 1 1 1 1
Stavudine (D4T) 1 1 1 1

160
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

KONTRASEPSI HORMONAL KOMBINASI (KHK)

KHK tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat
risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang
tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV.
Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional
seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI ILMIAH
I = inisiasi, C = Kelanjutan

KPK P CVKK KSK


† rekomendasi berdasarkan KPK = kontrasepsi hormonal
Buku Kriteria Kelayakan Medis kombinasi
edisi kelima, keterangan lebih P = kontrasepsi transdermal
lanjut terdapat setelah tabel kombinasi
* keterangan tambahan setelah CVKK = cincin vagina kontrasepsi
tabel berikut kombinasi
KSK = kontrasepsi suntik
kombinasi
b) Non-nucleoside reverse Klarifikasi: Obat antiretrovirus memiliki
transcriptase inhibitor (NNRTI) potensi baik menurunkan maupun
meningkatkan kadar hormon steroid pada
Efavirenz (EFV) 2 2 2 2 wanita yang menggunakan kontrasepsi
Etravirin (ETR) 1 1 1 1 hormonal. Data farmakokinetik
menunjukkan potensi interaksi obat antara
Nevirapin (NVP) 2 2 2 2 beberapa obat antiretrovirus (terutama
beberapa NNRTI dan ritonavir-boosted PI)
Rilpivirin (RPV) 1 1 1 1
serta beberapa kontrasepsi hormonal.
Interaksi ini dapat menurunkan efektivitas
dari kontrasepsi hormonal.

Bukti ilmiah: Tiga studi klinis, termasuk


satu studi besar, menemukan penggunaan
ARV yang mengandung nevirapin tidak
meningkatkan ovulasi atau angka
kehamilan pada wanita yang
menggunakan KPK (442–445).
Untuk ART yang mengandung efavirenz,
sebuah studi farmakokinetik menunjukkan
penurunan signifikan yang konsisten dari
kadar kontrasepsi hormonal pada wanita
yang menggunakan KPK dan sebuah studi
klinis kecil menunjukkan tingkat ovulasi
yang tinggi pada wanita yang
mengonsumsi ART yang mengandung
efavirenz dan KPK (445–447). Etravirin
dan rilpivirin tidak berinteraksi dengan KPK
(448, 449).
c) Protease inhibitor (PI) Bukti ilmiah: Data farmakokinetik
menunjukkan penurunan kadar progestin
Ritonavir-boosted atazanavir 2 2 2 2
KPK dengan ritonavir dan ritonavir-
(ATV/r)
boosted PI. Penggunaan pada wanita
Ritonavir-boosted lopinavir 2 2 2 2 yang menggunakan plester kontrasepsi
(LPV/r) menunjukkan kadar progestin yang lebih
Ritonavir-boosted darunavir 2 2 2 2 tinggi (452).
(DRV/r)
Ritonavir (RTV) 2 2 2 2
d) Integrase inhibitor Bukti ilmiah: Raltegravir (integrase
Raltegravir (RAL) 1 1 1 1 inhibitor) tidak menunjukkan interaksi
dengan KPK (440, 441, 454,455).

161
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

KONTRASEPSI HORMONAL KOMBINASI (KHK)

KHK tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat risiko
IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang tepat dan
konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV. Penggunaan
kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional seperti halnya
kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI ILMIAH
I = inisiasi, C = Kelanjutan
KPK P CVKK KSK
† rekomendasi berdasarkan KPK = kontrasepsi hormonal
Buku Kriteria Kelayakan Medis kombinasi
edisi kelima, keterangan lebih P = kontrasepsi transdermal
lanjut terdapat setelah tabel kombinasi
* keterangan tambahan setelah CVKK = cincin vagina kontrasepsi
tabel berikut kombinasi
KSK = kontrasepsi suntik
kombinasi
TERAPI ANTIKEJANG
a) Antikejang tertentu (fenitoin, 3 3 3 2 Klarifikasi: Meskipun interaksi antikejang
karbamazepin, barbiturat, tertentu dengan KPK, P, atau CVKK tidak
primidon, topiramat, berbahaya untuk wanita, tetapi memilki
okskarbazepin kecenderungan menurunkan efektivitas
KPK, P, atau CVKK. Penggunaan
kontrasepsi lain sebaiknya disarankan untuk
wanita yang menggunakan obat-obat ini
dalam jangka waktu panjang. Saat
pemilihan KPK, gunakan preparat yang
mengandung etinil estradiol (EE) minimal 30
µg.

Bukti ilmiah: Penggunaan antikejang


tertentu dapat menurunkan efektivitas KPK
(456–459).

b) Lamotrigin 3 3 3 3 Klarifikasi: Rekomendasi penggunaan


lamotrigin tidak berlaku apabila lamotrigine
sudah digunakan bersamaan dengan obat
lain yang dengan kuat menghambat (seperti
sodium valproate) atau menginduksi (seperti
karbamazepin) metabolismenya, karena
pada kasus ini, efek yang cukup dari
kontrasepsi kombinasi tidak tampak jelas.

Bukti ilmiah: Studi farmakokinetik


menunjukkan kadar lamotrigine yang
menurun secara berarti selama penggunaan
KPK dan meningkat secara berarti selama
interval bebas-pil (460–464). Beberapa
wanita yang menggunakan KPK dan
lamotrigine mengalami peningkatan aktivitas
kejang dalam 1 percobaan (464).
TERAPI ANTIMIKROBA
a) Antibiotik spectrum luas 1 1 1 1 Bukti ilmiah: Kebanyakan antibiotic
spectrum luas tidak mempengaruhi
efektivitas kontrasepsi dari KPK (465–501),
P (502), or CVKK (503).

162
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

b) Antifungal 1 1 1 1 Bukti ilmiah: Studi terhadap agen


antifungal menunjukkan tidak adanya
interaksi farmakokinetik yang berarti secara
klinis dengan KPK (504–513) or CVKK
(514).
c) Antiparasit 1 1 1 1 Bukti ilmiah: Studi terhadap agen
antiparasit menunjukkan tidak adanya
interaksi farmakokinetik yang berarti secara
klinis dengan KPK (411, 515–519).

163
Kriteria Kelayakan Medis Untuk Penggunaan Kontrasepsi – Bagian II

KONTRASEPSI HORMONAL KOMBINASI (KHK)

KHK tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat
risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang
tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV.
Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional
seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI ILMIAH
I = inisiasi, C = Kelanjutan
KPK P CVKK KSK
† rekomendasi berdasarkan KPK = kontrasepsi hormonal
Buku Kriteria Kelayakan Medis kombinasi
edisi kelima, keterangan lebih P = kontrasepsi transdermal
lanjut terdapat setelah tabel kombinasi
* keterangan tambahan setelah CVKK = cincin vagina kontrasepsi
tabel berikut kombinasi
KSK = kontrasepsi suntik
kombinasi
d) Terapi rifampisin atau 3 3 3 2 Klarifikasi: Meskipun interaksi rifampisin
rifabutin atau rifabutin dengan KPK, P, CVKK, atau
KSK tidak berbahaya untuk wanita, tetapi
cenderung menurunkan efektivitas dari
KPK, P, CVKK, atau KSK. Penggunaan
kontrasepsi lain sebaiknya disarankan
untuk wanita yang menggunakan obat-
obat ini dalam waktu panjang. Saat
pemilihan KPK, gunakan preparat yang
mengandung EE minimal 30 µg.

Bukti ilmiah: Bukti menunjukkan


kesesuaian bahwa rifampisin menurunkan
efektivitas dari KPK (520–535). Data
mengenai rifabutin terbatas, tetapi efek
terhadap metabolisme KPK lebih sedikit
dibandingkan dengan rifampisin dan studi-
studi kecil tidak menampilkan bukti
mengenai ovulasi (363, 522, 535).

164
REKOMENDASI DITINJAU DARI EDISI KELIMA POLA PERDARAHAN PERVAGINAM

Rekomendasi ini ditinjau berdasarkan persyaratan dari Pola perdarahan menstruasi yang tidak teratur
WHO mengenai pengembangan pedoman, sebagai merupakan hal yang biasa terjadi pada wanita
bagian dari persiapan Kriteria Kelayakan Medis untuk sehat.
Penggunaan Kontrasepsi, edisi kelima. Pertanyaan dari
The Population, Intervention, Comparator, Outcome PERDARAHAN VAGINA YANG TIDAK JELAS
(PICO) yang dikembangkan oleh Guideline
Development Group (KPP) dan pencarian data untuk Tidak ada kondisi yang memperburuk
mendapatkan bukti, yang mengarahkan persiapan perdarahan pervaginam dalam jangka waktu
tinjauan sistematis, digambarkan lebih rinci pada Bagian pendek dikarenakan penggunaan KHK.
I dokumen ini. Selain itu, profil bukti GRADE, penilaian
umum GRADE atas kualitas bukti, rangkuman bukti EKTROPION SERVIKS
yang mendukung rekomendasi dan tambahan komentar
lain dari KPP mengenai berbagai rekomendasi, tersedia Ektropion serviks bukan merupakan faktor risiko
di Bagian I. kanker serviks dan tidak ada larangan dalam
penggunaan KHK.
KOMENTAR TAMBAHAN
KANKER SERVIKS (MENUNGGU
USIA PENGOBATAN)

Usia ≥ 40 tahun: Risiko penyakit kardiovaskular Terdapat beberapa kecemasan bahwa KHK
meningkat seiring usia dan dapat pula meningkat dapat mempengaruhi prognosis dari penyakit
dengan penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi yang sudah ada. Selama menunggu pengobatan,
(KHK). Apabila tidak terdapat kondisi klinis yang wanita dapat menggunakan KHK. Secara umum,
merugikan, KHK dapat digunakan hingga menopause. pengobatan terhadap kondisi ini menjadikan
wanita steril.
RIWAYAT KEHAMILAN EKTOPIK
KELAINAN PADA PAYUDARA
Risiko terjadinya kehamilan ektopik meningkat pada
wanita yang memiliki riwayat ini sebelumnya. KHK Kanker payudara: Kanker payudara merupakan
memberikan perlindungan terhadap kehamilan secara tumor yang sensitif terhadap hormon dan
umum, termasuk kehamilan ektopik. prognosis pada wanita yang memiliki kanker
payudara akan lebih buruk dengan penggunaan
TROMBOSIS VENA DALAM/EMBOLI PARU KHK.

Riwayat keluarga dengan trombosis vena dalam/emboli


paru (keluarga inti). Beberapa kondisi yang KANKER ENDOMETRIUM
meningkatkan risiko trombosis vena dalam/emboli paru
dapat diturunkan. Penggunaan KPK menurunkan risiko
perkembangan kanker endometrium.
PENYAKIT KATUP JANTUNG Menunggu pengobatan: Wanita dapat
menggunakan KPK, KSK, P atau CVKK. Secara
Diantara wanita dengan penyakit katup jantung, umum, pengobatan terhadap kondisi ini
penggunaan KHK dapat meningkatkan risiko thrombosis menjadikan wanita steril.
arteri lebih lanjut; wanita dengan penyakit katup jantung
yang kompleks memiliki risiko yang lebih besar. KANKER OVARIUM

NYERI KEPALA Penggunaan KPK menurunkan risiko


perkembangan kanker ovarium.
Aura merupakan gejala neurologis fokal yang spesifik. Menunggu pengobatan: Wanita dapat
Untuk informasi lebih lanjut dan kriteria diagnosis menggunakan KPK, KSK, P atau CVKK. Secara
lainnya, lihat: Headache Classification Subcommittee of umum, pengobatan terhadap kondisi ini
the International Headache Society. The International menjadikan wanita steril.
Classification of Headache Disorders, 2nd edition.
Cephalalgia. 2004;24(Suppl 1):1–150.12 MIOMA UTERI

KPK tidak menyebabkan pertumbuhan mioma


pada uterus begitu pula dengan KSK, P serta
CVKK.

165
PENYAKIT RADANG PANGGUL (PRP)

KPK mungkin menurukan risiko PRP diantara wanita


dengan IMS, tetapi tidak melindungi terhadap HIV atau
IMS pada saluran genital bawah. Apakah KSK, P,
maupun CVKK menurunkan risiko PRP diantara wanita
dengan IMS tidak diketahui tetapi tidak melindungi
terhadap HIV atau IMS pada saluran genital bawah.

PENYAKIT KANTUNG EMPEDU

KPK, KSK, P maupun CVKK dapat menyebabkan


peningkatan kecil dari risiko penyakit kantung empedu.
Terdapat kecemasan bahwa KPK, KSK, P, maupun
CVKK dapat memperburuk penyakit kantung pempedu
yang sudah ada.
Lain halnya dengan KPK, KSK telah menunjukkan
pengaruh minimal terhadap fungsi hepar pada wanita
sehat dan tidak memiliki efek lintas pertama di hati.

RIWAYAT KOLESTASIS

Berhubungan dengan kehamilan: Riwayat kolestasis


yang berhubungan dengan kehamilan dapat
memprediksi peningkatan risiko berkembangnya
kolestasis yang berhubungan dengan KPK.
Riwayat yang berhubungan dengan KPK: Riwayat
kolestasis yang berhubungan dengan KPK memprediksi
peningkatan risiko dengan penggunaan KPK yang lebih
lanjut.

TUMOR HEPAR

Tidak ada bukti mengenai penggunaan kontrasepsi


hormonal pada wanita dengan adenoma hepatoseluler.
Penggunaan KPK pada wanita sehat berhubungan
dengan berkembangnya pertumbuhan adenoma
hepatoseluler.

TALASEMIA

Terdapat bukti dari berbagai negara dengan angka


kejadian talasemia yang cukup sering bahwa
penggunaan KPK tidak memperparah kondisi ini.

ANEMIA DEFISIENSI BESI

Penggunaan KHK dapat mengurangi darah menstruasi.

166
Referensi 12. Jick SS, Hernandez RK. Risk of non-fatal venous
thromboembolism in women using oral
1. Effect of different progestagens in low oestrogen oral contraceptives containing drospirenone compared
contraceptives on venous thromboembolic disease. with women using oral contraceptives containing
World Health Organization Collaborative Study of levonorgestrel: case- control study using United
Cardiovascular Disease and Steroid Hormone States claims data. BMJ. 2011;342:d2151.
Contraception. Lancet. 1995;346(8990):1582–8. 13. Jick SS, Kaye JA, Russmann S, Jick H. Risk of
2. Bergendal A, Persson I, Odeberg J, Sundstrom A, nonfatal venous thromboembolism in women using a
Holmstrom M, Schulman S, et al. Association of contraceptive transdermal patch and oral contraceptives
venous thromboembolism with hormonal containing norgestimate and 35 microg of ethinyl
contraception estradiol. Contraception. 2006;73(3):223–8.
and thrombophilic genotypes. Obstet Gynecol. 14. Lidegaard O, Edstrom B, Kreiner S. Oral
2014;124(3):600–9. contraceptives and venous thromboembolism: a five-
3. Bloemenkamp KW, Rosendaal FR, Helmerhorst FM, year national case- control study. Contraception.
Buller HR, Vandenbroucke JP. Enhancement by 2002;65(3):187–96.
factor V Leiden mutation of risk of deep-vein 15. Parkin L, Sharples K, Hernandez RK, Jick SS. Risk
thrombosis associated of venous thromboembolism in users of oral
with oral contraceptives containing a third-generation contraceptives containing drospirenone or
progestagen. Lancet. 1995;346(8990):1593–6. levonorgestrel: nested case- control study based on
4. Dinger J, Assmann A, Mohner S, Minh TD. Risk of UK General Practice Research Database. BMJ.
venous thromboembolism and the use of dienogest- 2011;342:d2139.
and 16. Todd J, Lawrenson R, Farmer RD, Williams TJ,
drospirenone-containing oral contraceptives: results Leydon GM. Venous thromboembolic disease and
from a German case-control study. J Fam Plann combined oral contraceptives: a re-analysis of the
Reprod Health Care. 2010;36(3):123–9. MediPlus database. Hum Reprod. 1999;14(6):1500–
5. Dinger J, Bardenheuer K, Heinemann K. 5.
Cardiovascular and general safety of a 24-day 17. van Hylckama V, Helmerhorst FM, Vandenbroucke
regimen of drospirenone- containing combined oral JP, Doggen CJ, Rosendaal FR. The venous
contraceptives: final results from the international thrombotic risk of oral contraceptives, effects of
active surveillance study of women taking oral oestrogen dose and progestogen type: results of the
contraceptives. Contraception. 2014. 89: 253–63 MEGA case-control study. BMJ. 2009;339:b2921.
6. Dinger JC, Heinemann LA, Kuhl-Habich D. The 18. Vasilakis-Scaramozza C, Jick H. Risk of venous
safety of a drospirenone-containing oral thromboembolism with cyproterone or levonorgestrel
contraceptive: final results from the European Active contraceptives. Lancet. 2001;358(9291):1427–9.
Surveillance Study on oral contraceptives based on 19. Ziller M, Ziller V, Haas G, Rex J, Kostev K. Risk of
142,475 women-years of observation. venous thrombosis in users of hormonal
Contraception. 2007;75(5):344–54. contraceptives in German gynaecological practices:
7. Farmer RD, Lawrenson RA, Thompson CR, a patient database analysis. Arch Gynecol Obstet.
Kennedy JG, Hambleton IR. Population-based study 2014;289(2):413–9.
of risk of venous thromboembolism associated with 20. Lidegaard O, Nielsen LH, Skovlund CW, Skjeldestad
various oral contraceptives. Lancet. FE, Lokkegaard E. Risk of venous thromboembolism
1997;349(9045):83–8. from use of oral contraceptives containing different
8. Farmer RD, Lawrenson RA, Todd JC, Williams TJ, progestogens and oestrogen doses: Danish cohort
MacRae KD, Tyrer F, et al. A comparison of the risks study, 2001–9. BMJ. 2011;343:d6423.
of venous thromboembolic disease in association 21. Dunn N, Thorogood M, Faragher B, de Caestecker
with different combined oral contraceptives. Br J Clin L, MacDonald TM, McCollum C, et al. Oral
Pharmacol. 2000;49(6):580–90. contraceptives and myocardial infarction: results of
9. Herings RM, Urquhart J, Leufkens HG. Venous the MICA case- control study. BMJ.
thromboembolism among new users of different oral 1999;318(7198):1579–83.
contraceptives. Lancet. 1999;354(9173):127–8. 22. Gronich N, Lavi I, Rennert G. Higher risk of venous
10. Jick H, Jick SS, Gurewich V, Myers MW, Vasilakis C. thrombosis associated with drospirenone-containing
Risk of idiopathic cardiovascular death and nonfatal oral contraceptives: a population-based cohort study.
venous thromboembolism in women using oral CMAJ. 2011;183(18):E1319–25.
contraceptives with differing progestagen 23. Heinemann LA, Lewis MA, Thorogood M, Spitzer
components. Lancet. 1995;346(8990):1589–93. WO, Guggenmoos-Holzmann I, Bruppacher R.
11. Jick H, Kaye JA, Vasilakis-Scaramozza C, Jick SS. Case-control study of oral contraceptives and risk of
Risk of venous thromboembolism among users of thromboembolic stroke: results from International
third generation oral contraceptives compared with Study on Oral Contraceptives and Health of Young
users of oral contraceptives with levonorgestrel Women. BMJ. 1997;315(7121):1502–4.
before and after 1995: cohort and case-control 24. Kemmeren JM, Algra A, Grobbee DE. Third
analysis. BMJ. 2000;321(7270):1190–5. generation oral contraceptives and risk of venous
167
thrombosis: meta- analysis. BMJ. Virutamasen P, Tang-Keow P, Konsayreepong R, et
2001;323(7305):131. al. A multicentered pharmacokinetic,
25. Lewis MA. The Transnational Study on Oral pharmacodynamic study of once-a-month injectable
Contraceptives and the Health of Young Women. contraceptives. I. Different doses of HRP112 and of
Methods, results, new analyses and the healthy user Depoprovera. Contraception. 1987;36:441–57.
effect. Hum Reprod Update. 1999;5(6):707–20. 39. World Health Organization Task Force on Long-
26. Lewis MA, Heinemann LA, Spitzer WO, MacRae KD, Acting Systemic Agents for Fertility Regulation. A
Bruppacher R. The use of oral contraceptives and multicentered phase III comparative study of two
the occurrence of acute myocardial infarction in hormonal contraceptive preparations given once-a-
young women. Results from the Transnational Study month by intramuscular injection: I. Contraceptive
on Oral Contraceptives and the Health of Young efficacy and side effects. Contraception.
Women. Contraception. 1997;56:129–40. 1988;37:455–66.
27. Lidegaard O. The influence of thrombotic risk factors 40. Haiba NA, el-Habashy MA, Said SA, Darwish EA,
when oral contraceptives are prescribed. A control- Abdel- Sayed WS, Nayel SE. Clinical evaluation of
only study. Acta Obstet Gynecol Scand. two monthly injectable contraceptives and their
1997;76(3):252–60. effects on some metabolic parameters.
28. Lidegaard O, Kreiner S. Cerebral thrombosis and Contraception. 1989;39:619–32.
oral contraceptives. A case-control study. 41. Kesseru EV, Aydinlik S, Etchepareborda JJ,
Contraception. 1998;57(5):303–14. Kaufmann
29. Lidegaard O, Lokkegaard E, Jensen A, Skovlund J. A multicentered, two-year, phase III clinical trial of
CW, Keiding N. Thrombotic stroke and myocardial norethisterone enanthate 50 mg plus estradiol
infarction with hormonal contraception. N Engl J Med. valerate 5 mg as a monthly injectable contraceptive.
2012;366(24):2257–66. Contraception. 1991;44:589–98.
30. Rosenberg L, Palmer JR, Rao RS, Shapiro S. Low- 42. Meng Y-X, Jiang HY, Chen AJ, Lu FY, Yang H,
dose oral contraceptive use and the risk of Zhang MY, et al. Hemostatic changes in women
myocardial infarction. Arch Intern Med. using a montly injectable contraceptive for one year.
2001;161:1065–70. Contraception. 1990;37:1–20.
31. Tanis BC, van den Bosch MA, Kemmeren JM, Cats 43. Abrams LS, Skee D, Natarajan J, Wong FA,
VM, Helmerhorst FM, Algra A, et al. Oral Lasseter KC. Multiple-dose pharmacokinetics of a
contraceptives and the risk of myocardial infarction. contraceptive patch in healthy women participants.
N Engl J Med. 2001;345:1787–93. Contraception. 2001;64:287–94.
32. World Health Organization. Ischaemic stroke and 44. Audet M-C, Moreau M, Koltun WD, Waldbaum AS,
combined oral contraceptives: results of an Shangold GA, Fisher AC, et al. Evaluation of
international, multicentre, case-control study. WHO contraceptive efficacy and cycle control of a
Collaborative Study on Cardiovascular Disease and transdermal contraceptive patch vs. an oral
Steroid Hromone Contraception. Lancet. contraceptive: a randomized trial. JAMA.
1996;348:498–505. 2001;285:2347–54.
33. World Health Organization. Acute myocardial 45. Boonyarangkul A, Taneepanichskul S. Comparison
infarction and combined oral contraceptives: results of cycle control and side effects between
of an international multicentre case-control study. transdermal contraceptive patch and an oral
WHO Collaborative Study on Cardiovascular contraceptive in women older than 35 years. J Med
Disease and Steroid Hormone Contraception. Lancet. Assoc Thai. 2007;90(9):1715–9.
1997;349:1202–9. 46. Burkman RT. The transdermal contraceptive patch:
34. Yang L, Kuper H, Sandin S, Margolis KL, Chen Z, a new approach to hormonal contraception. Int J
Adami HO, et al. Reproductive history, oral Fertil. 2002;47(2):69–76.
contraceptive use, and the risk of ischemic and 47. Cole JA, Norman H, Doherty M, Walker AM. Venous
hemorrhagic stoke in a cohort study of middle-aged thromboembolism, myocardial infarction, and stroke
Swedish women. Stroke. 2009;40(4):1050–8. among transdermal contraceptive system users.
35. Aedo AR, Landgren BM, Johannisson E, Diczfalusy Obstet Gynecol. 2007;109(2):339–46.
E. Pharmacokinetics and pharmacodynamic 48. Devineni D, Skee D, Vaccaro N, Masserella J,
investigations with monthly injectable contraceptive Janssens L, LaGuardia KD, et al. Pharmacokinetics
preparations. Contraception. 1985;31:453–69. and pharmacodynamics of a transdermal
36. Fotherby K, Benagiano G, Toppozada HK, Abdel- contraceptive patch and an oral contraceptive. J Clin
Rahman A, Navaroli F AB, Ramos-Cordero R, et al. Pharmacol. 2007;47:497–509.
A preliminary pharmacological trial of the montly 49. Dittrich R, Parker L, Rosen JB, Shangold GA,
injectable contraceptive Cycloprovera. Creasy GW, Fisher AC. Transdermal contraception:
Contraception. 1982;25:261–72. evaluation of three transdermal
37. Garza-Flores J. Pharmacokinetics of once-a-month norelgestromin/ethinyl estradiol doses in
injecatable contraceptives. Contraception. a randomized, multicenter, dose-response study. Am J
1994;49:347– 59. Obstet Gynecol. 2002;186:15–20.
38. Garza-Flores J, Rodriguez V, Perez-Palacios G, 50. Helmerhorst FM, Cronje HS, Hedon B, Shangold
168
GA, Fisher AC, Creasy GW. Comparison of efficacy, acceptability and tolerability of the combined
cycle control, compliance and safety in users of a contraceptive ring, NuvaRing, compared with an oral
contraceptive patch vs. an oral contraceptive. Int J contraceptive containing 30 microg of ethinyl
Gynaecol Obstet. 2000;70(suppl 1):78. estradiol and 3 mg of drospirene. Contraception.
51. Jick S, Kaye J, Li L, Jick H. Further results on the 2006;74:451–7.
risk of nonfatal venous thromboembolism in users of 63. Bjarnadottir RI, Tuppurainen M, Killick SR.
the contraceptive transdermal patch compared to Comparison of cycle control with a combined
users of oral contraceptives containing norgestimate contraceptive vaginal
and 35 ug of ethinyl estradiol. Contraception. ring and oral levonorgestrel/ethinyl estradiol. Am J
2007;76:4–7. Obstet Gynecol. 2002;186:389–95.
52. Jick SS, Jick H. Cerebral venous sinus thrombosis in 64. Dieben TO, Roumen FJ, Apter D. Efficacy, cycle
users of four hormonal contraceptives: control, and user acceptibility of a novel combined
levonorgestrel- containing oral contraceptives, contraceptive vaginal ring. Obstet Gynecol.
norgestimate- containing oral contraceptives, 2002;100:585–93.
desogestrel-containing oral contraceptives and the 65. Duijkers I, Killick SR, Bigrigg A, Dieben TO. A
contraceptive patch. Contraception. 2006;74:290–2. comparative study on the effects of a contraceptive
53. Jick SS, Jick H. The contraceptive patch in relation vaginal ring NuvaRing and an oral contraceptive on
to ischemic stroke and acute myocardial infarction. carbohydrate metabolism and adrenal and thyroid
Pharmacotherapy. 2007;27(2):218–20. function. Eur J Contracept Reprod Health Care.
54. Jick SS, Kaye J, Russmaann S, Jick H. Risk of 2004;9:131–40.
nonfatal venous thromboembolism in women using a 66. Duijkers I, Klipping C, Verhoeven CH, Dieben TO.
contraceptive transdermal patch and oral Ovarian function with the contraceptive vaginal ring
contraceptives containing norgestimate and 35 or an oral contraceptive: a randomized study. Hum
microg of ethinyl estradiol. Contraception. Reprod. 2004;19:2668–73.
2006;73:223–8. 67. Elkind-Hirsch KE, Darensbourg C, Ogden B, Ogden
55. Pierson RA, Archer DF, Moreau M, Shangold GA, LF, Hindelang P. Contraceptive vaginal ring use for
Fisher AC, Creasy GW. Ortho Evra versus oral women has less adverse metabolic effets than an
contraceptives: follicular development and ovulation oral contraceptive. Contraception. 2007;76:348–56.
in normal cycles and after an intentional dosing 68. Magnusdottir EM, Bjarnadottir RI, Onundarson PT,
error. Fertil Steril. 2003;80(1):34–42. Gudmundsdóttir BR, Geirsson RT, Magnusdóttir SD,
56. Radowicki S, Skorzeqska K, Szlendak K. Safety et al. The contraceptive vaginal ring (NuvaRing) and
evaluation of a transdermal contraceptive system hemostasis: a comparative study. Contraception.
with an oral contraceptive. Ginekol Pol. 2004;69:461–7.
2005;76:884–9 (in Polish). 69. Massai R, Makarainen L, Kuukankorpi A, Klipping C,
57. Smallwood GH, Meador ML, Lenihan JP, Shangold Duijkers I, Dieben T. The combined contraceptive
GA, Fisher AC, Creasy GW. Efficacy and safety of a vaginal ring (NuvaRing) and bone mineral density in
transdermal contraceptive system. Obstet Gynecol. healthy premenopausal women. Hum Reprod.
2001;98:799–805. 2005;20:2764–8.
58. Urdl W, Apter D, Alperstein A, Koll P, Schonian S, 70. Milsom I, Lete I, Bjertnaes A, Rokstad K, Lindh I,
Bringer J, et al. Contraceptive efficacy, compliance Gruber CJ, et al. Effects on cycle control and
and beyond: factors related to satisfaction with once- bodyweight of the combined contraceptive ring,
weekly transdermal compared with oral NuvaRing, versus an oral contraceptive containing
contraception. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. 30 microg ethinyl estradiol and 3 mg drospirenone.
2005;121:202–10. Hum Reprod. 2006;21:2304–11.
59. White T, Ozel B, Jain JK, Stanczyk FZ. Effects of 71. Oddsson K, Leifels-Fischer B, de Melo NR, Wiel-
transdermal and oral contraceptives on estrogen- Masson D, Benedetto C, Verhoeven CH, et al.
sensitive hepatic proteins. Contraception. Efficacy and safety of a contraceptive vaginal ring
2006;74:293– 6. (NuvaRing) compared with a combined oral
60. Zieman M, Guillebaud JG, E W, Shangold GA, contraceptive: a 1-year randomized trial.
Fisher AC, Creasy GW. Contraceptive efficacy and Contraception. 2005;71:176–82.
cycle control with the Ortho Evra/Evra transdermal 72. Sabatini R, Cagiano R. Comparison profiles of cycle
system: the analysis of pooled data. Fertil Steril. control, side effects and sexual satisfaction of three
2002; 77:s13–s8. hormonal contraceptives. Contraception.
61. van den Heuvel MW, van Bragt AJM, Alnabawy 2006;74:220–3.
AKM, Kaptein MCJ. Comparison of ethylestradiol 73. Timmer CJ, Mulders TM. Pharmacokinetics of
pharmacokinetics in three hormonal contraceptive etonogestrel and ethinylestradiol released from a
formulations: the vaginal ring, the transdermal patch combined contraceptive vaginal ring. Clin
and an oral contraceptive. Contraception. Pharmacokinet. 2000;39:233–42.
2005;72:168–74. 74. Tuppurainen M, Klimscheffskij R, Venhola M, Dieben
62. Ahrendt HJ, Nisand I, Bastianelli C, Gómez MA, TO. The combined contraceptive vaginal ring
Gemzell- Danielsson K, Urdl W, et al. Efficacy, (NuvaRing) and lipid metabolism: a comparative
169
study. Contraception. 2004;69:389–94. 91. Berenson AB, Rahman M, Breitkopf CR, Bi LX.
75. Veres S, Miller L, Burington B. A comparison Effects of depot medroxyprogesterone acetate and
between the vaginal ring and oral contraceptives. 20-microgram oral contraceptives on bone mineral
Obstet Gynecol. 2004;104:555–63. density. Obstet Gynecol. 2008;112(4):788–99.
76. O’Connell KJ, Osborne LM, Westoff C. Measured 92. Cromer BA, Bonny AE, Stager M, Lazebnik R, Rome
and reported weight change for women using a E, Ziegler J, et al. Bone mineral density in
vaginal contraceptive ring vs. a low-dose oral adolescent females using injectable or oral
contraceptive. Contraception. 2005;72:323–7. contraceptives: a 24-month prospective study. Fertil
77. Fine PM, Tryggestad J, Meyers NJ, Sangi- Steril. 2008;90(6):2060–7.
Haghpeykar H. Safety and acceptability with the use 93. Burr DB, Yoshikawa T, Teegarden D, Lyle R,
of a contraceptive vaginal ring after surgical or McCabe G, Mccabe LD, et al. Exercise and oral
medical abortion. Contraception. 2007;75:367–71. contraceptive use suppress the normal age-related
78. Vestergaard P, Rejnmark L, Mosekilde L. Fracture increase in bone mass and strength of the femoral
risk in very young women using combined oral neck in women 18–31 years of age. Bone.
contraceptives. Contraception. 2008;78(5):358–64. 2000;27(6):855–63.
79. Vestergaard P, Rejnmark L, Mosekilde L. Oral 94. Cobb KL, Kelsey JL, Sidney S, Ettinger B, Lewis CE.
contraceptive use and risk of fractures. Oral contraceptives and bone mineral density in
Contraception. 2006;73(6):571–6. white and black women in CARDIA. Coronary Risk
80. Vessey M, Mant J, Painter R. Oral contraception and Development in Young Adults. Osteoporos Int.
other factors in relation to hospital referral for 2002;13(11):893–900.
fracture. Findings in a large cohort study. 95. Elgan C, Dykes AK, Samsioe G. Bone mineral
Contraception. 1998;57(4):231–5. density changes in young women: a two year study.
81. Michaelsson K, Baron JA, Farahmand BY, Persson Gynecol Endocrinol. 2004;19(4):169–77.
I, Ljunghall S. Oral-contraceptive use and risk of hip 96. Elgan C, Samsioe G, Dykes AK. Influence of
fracture: a case-control study. Lancet. smoking and oral contraceptives on bone mineral
1999;353(9163):1481–4. density and bone remodeling in young women: a 2-
82. Memon S, Iversen L, Hannaford PC. Is the oral year study. Contraception. 2003;67(6):439–47.
contraceptive pill associated with fracture in later 97. Endrikat J, Mih E, Dusterberg B, Land K, Gerlinger
life? New evidence from the Royal College of C, Schmidt W, et al. A 3–year double-blind,
General Practitioners Oral Contraception Study. randomized, controlled study on the influence of two
Contraception. 2011;84(1):40–7. oral contraceptives containing either 20 microg or 30
83. Meier C, Brauchli YB, Jick SS, Kraenzlin ME, Meier microg ethinylestradiol in combination with
CR. Use of depot medroxyprogesterone acetate and levonorgestrel on bone mineral density.
fracture risk. J Clin Endocrinol Metab. Contraception. 2004;69(3):179–87.
2010;95(11):4909–16. 98. Mazess RB, Barden HS. Bone density in
84. La Vecchia C, Tavani A, Gallus S. Oral premenopausal women: effects of age, dietary
contraceptives and risk of hip fractures. Lancet. intake, physical activity, smoking, and birth-control
1999;354(9175):335–6. pills. Am J Clin Nutr. 1991;53(1):132–42.
85. Cooper C, Hannaford P, Croft P, Kay CR. Oral 99. Nappi C, Di Spiezio SA, Acunzo G, Bifulco G,
contraceptive pill use and fractures in women: a Tommaselli GA, Guida M, et al. Effects of a low-dose
prospective study. Bone. 1993;14(1):41–5. and ultra-low- dose combined oral contraceptive use
86. Barad D, Kooperberg C, Wactawski-Wende J, Liu J, on bone turnover and bone mineral density in young
Hendrix SL, Watts NB. Prior oral contraception and fertile women: a prospective controlled randomized
postmenopausal fracture: a Women’s Health study. Contraception. 2003;67(5):355–9.
Initiative observational cohort study. Fertil Steril. 100. Paoletti AM, Orru M, Lello S, Floris S, Ranuzzi F,
2005;84(2):374– 83. Etzi R, et al. Short-term variations in bone
87. Michaelsson K, Baron JA, Farahmand BY, Ljunghall remodeling markers of an oral contraception
S. Influence of parity and lactation on hip fracture formulation containing 3 mg
risk. Am J Epidemiol. 2001;153(12):1166–72. of drospirenone plus 30 microg of ethinyl estradiol:
88. O’Neill TW, Marsden D, Adams JE, Silman AJ. Risk observational study in young postadolescent women.
factors, falls, and fracture of the distal forearm in Contraception. 2004;70(4):293–8.
Manchester, UK. J Epidemiol Community Health. 101. Recker RR, Davies KM, Hinders SM, Heaney RP,
1996;50(3). 288–92. Stegman MR, Kimmel DB. Bone gain in young adult
89. Mallmin H, Ljunghall S, Persson I, Bergstrom R. Risk women. JAMA. 1992;268(17):2403–8.
factors for fractures of the distal forearm: a 102. Reed SD, Scholes D, LaCroix AZ, Ichikawa LE,
population-based case-control study. Osteoporosis Barlow WE, Ott SM. Longitudinal changes in bone
Int. 1994;4(6):298–304. density in relation to oral contraceptive use.
90. Berenson AB, Radecki CM, Grady JJ, Rickert VI, Contraception. 2003;68(3):177–82.
Thomas A. A prospective, controlled study of the 103. Gambacciani M, Cappagli B, Ciaponi M, Benussi
effects of hormonal contraception on bone mineral C, Genazzani AR. Hormone replacement therapy in
density. Obstet Gynecol. 2001;98(4):576–82. perimenopause: effect of a low dose oral
170
contraceptive preparation on bone quantitative 115. Taechakraichana N, Jaisamrarn U,
ultrasound characteristics. Menopause. Panyakhamlerd K, Chaikittisilpa S, Limpaphayom K.
1999;6(1):43–8. Difference in bone acquisition among hormonally
104. Gambacciani M, Cappagli B, Lazzarini V, Ciaponi treated postmenopausal women with normal and low
M, Fruzzetti F, Genazzani AR. Longitudinal bone mass. J Med Assoc Thai. 2001;84 Suppl
evaluation of perimenopausal bone loss: Effects of 2:S586–S92.
different low dose oral contraceptive preparations on 116. Taechakraichana N, Limpaphayom K, Ninlagarn
bone mineral density. Maturitas. 2006;54(2):176–80. T, Panyakhamlerd K, Chaikittisilpa S, Dusitsin N. A
105. Gambacciani M, Ciaponi M, Cappagli B, Benussi randomized trial of oral contraceptive and hormone
C, Genazzani AR. Longitudinal evaluation of replacement therapy on bone mineral density and
perimenopausal femoral bone loss: effects of a low- coronary heart disease risk factors in
dose oral contraceptive preparation on bone mineral postmenopausal women. Obstet Gynecol.
density and metabolism. Osteoporos Int. 2000;95(1):87–94.
2000;11(6):544–8. 117. Volpe A, Amram A, Cagnacci A, Battaglia C.
106. Sordal T, Grob P, Verhoeven C. Effects on bone Biochemical aspects of hormonal contraception:
mineral density of a monophasic combined oral effects on bone metabolism. Eur J Contracept
contraceptive containing nomegestrol Reprod Health Care. 1997;2(2):123–6.
acetate/17beta-estradiol in comparison to 118. Cohen A, Shane E. Treatment of premenopausal
levonorgestrel/ethinylestradiol. Acta Obstet Gynecol women with low bone mineral density. Curr
Scand. 2012;91(11):1279–85. Osteoporos Rep. 2008;6(1):39–46.
107. Nappi C, Di Spiezio SA, Greco E, Tommaselli 119. Grimes D, Schulz K. Surrogate end points in
GA, Giordano E, Guida M. Effects of an oral clinical research: hazardous to your health. Obstet
contraceptive containing drospirenone on bone Gynecol. 2005;105:1114–8.
turnover and bone mineral density. Obstet Gynecol. 120. Schonau E. The peak bone mass concept: is it
2005;105(1):53–60. still relevant? Pediatric Nephrol. 2004;19:825–31.
108. Gargano V, Massaro M, Morra I, Formisano C, Di 121. Bahamondes L, Bahamondes MV, Modesto W,
CC, Nappi C. Effects of two low-dose combined oral Tilley IB, Magalhaes A, Pinto e Silva JL, et al. Effect
contraceptives containing drospirenone on bone of hormonal contraceptives during breastfeeding on
turnover and bone mineral density in young fertile infant’s milk ingestion and growth. Fertil Steril.
women: a prospective controlled randomized study. 2013;100(2):445–50.
Contraception. 2008;78(1):10–5. 122. Espey E, Ogburn T, Leeman L, Singh R, Ostrom
109. Berenson AB, Breitkopf CR, Grady JJ. Effects of K, Schrader R. Effect of progestin compared with
hormonal contraception on bone mineral density combined oral contraceptive pills on lactation: a
after 24 months of use. Obstet Gynecol. randomized controlled trial. Obstet Gynecol.
2004;103:899–906. 2012;119(1):5–13.
110. Gambacciani M, Ciaponi M, Cappagli B, Benussi 123. Kamal I, Hefnawi F, Ghoneim M, Abdallah M,
C, Genazzani AR. Longitudinal evaluation of Abdel Razek S. Clinical, biochemical, and
perimenopausal femoral bone loss: effects of a low- experimental studies on lactation. V. Clinical effects
dose oral contraceptive preparation on bone mineral of steroids on the initiation of lactation. Am J Obstet
density and metabolism. Osteoporos Int. Gynecol. 1970;108(4):655–8.
2000;11(6):544–8. 124. Kamal I, Hefnawi F, Ghoneim M, Talaat M,
111. Gambacciani M, Spinetti A, Cappagli B, Younis N, Tagui A, et al. Clinical, biochemical, and
Taponeco F, Maffei S, Piaggesi L, et al. Hormone experimental studies on lactation. II. Clinical effects
replacement therapy in perimenopausal women with of gestagens on lactation. Am J Obstet Gynecol.
a low dose oral contraceptive preparation: effects on 1969;105(3):324–34.
bone mineral density and metabolism. Maturitas. 125. Kapp N, Curtis KM. Combined oral contraceptive
1994;19(2):125–31. use among breastfeeding women: a systematic
112. Gambacciani M, Spinetti A, Taponeco F, review. Contraception. 2010;82(1):10–6.
Cappagli B, Piaggesi L, Fioretti P. Longitudinal 126. Koetsawang S, Bhiraleus P, Chiemprajert T.
evaluation of perimenopausal vertebral bone loss: Effects of oral contraceptives on lactation. Fertil
effects of a low-dose oral contraceptive preparation Steril. 1972;23(1):24–8.
on bone mineral density and metabolism. Obstet 127. Jackson E, Curtis KM, Gaffield ME. Risk of
Gynecol. 1994;83(3):392–6. venous thromboembolism during the postpartum
113. Hansen M, Overgaard K, Riis B, Christiansen C. period: a systematic review. Obstet Gynecol.
Potential risk factors for development of 2011;117(3):691– 703.
postmenopausal osteoporosis – examined over a 128. Kamel H, Navi BB, Sriram N, Hovsepian DA,
12-year period. Osteoporos Int. 1991;1(2):95–102. Devereux RB, Elkind MS. Risk of a thrombotic event
114. Shargil AA. Hormone replacement therapy in after the 6-week postpartum period. N Engl J Med.
perimenopausal women with a triphasic 2014;370(14):1307– 15.
contraceptive compound: a three-year prospective 129. Sultan AA, Tata LJ, West J, Fiaschi L, Fleming
study. Int J Fertil. 1985;30(1): 18–20. KM, Nelson-Piercy C, et al. Risk factors for first
171
venous thromboembolism around pregnancy: a contraceptives use and the risk of myocardial
population- based cohort study from the United infarction: a meta- analysis. Contraception.
Kingdom. Blood. 2013;121(19):3953–61. 2003;68(1):11–7.
130. Sultan AA, West J, Tata LJ, Fleming KM, Nelson- 145. Lawson DH, Davidson JF, Jick H. Oral
Piercy C, Grainge MJ. Risk of first venous contraceptive use and venous thromboembolism:
thromboembolism in and around pregnancy: a absence of an effect of smoking. Br Med J.
population-based cohort study. Br J Haematol. 1977;2:729–30.
2012;156(3):366–73. 146. Lidegaard O, Edstrom B, Kreiner S. Oral
131. Tepper NK, Boulet SL, Whiteman MK, Monsour contraceptives and venous thromboembolism. A
M, Marchbanks PA, Hooper WC, et al. Postpartum case-control study. Contraception. 1998;57:291–
venous thromboembolism: incidence and risk 301.
factors. Obstet Gynecol. 2014;123(5):987–96. 147. Nightingale AL, Lawrenson RA, Simpson EL,
132. Petersen JF, Bergholt T, Nielsen AK, Paidas MJ, Williams TJ, MacRae KD, Farmer RD. The effects of
Lokkegaard EC. Combined hormonal contraception age, body mass index, smoking and general health
and risk of venous thromboembolism within the first on the risk of venous thromboembolism in users of
year following pregnancy. Danish nationwide combined oral contraceptives. Eur J Contracept
historical cohort 1995–2009. Thromb Haemost. Reprod Health Care. 2000;5:265–74.
2014;112(1):73–8. 148. Petitti D, Wingerd J, Pellegrin F, Ramcharan S.
133. Jackson E, Glasier A. Return of ovulation and Risk of vascular disease in women. Smoking, oral
menses in postpartum nonlactating women: a contraceptives, noncontraceptive estrogens, and
systematic review. Obstet Gynecol. other factors. JAMA. 1979;242:1150–4.
2011;117(3):657–62. 149. Straneva P, Hinderliter A, Wells E, Lenahan H,
134. Lahteenmaki P. Influence of oral contraceptives Girdler S. Smoking, oral contraceptives, and
on immediate postabortal pituitary-ovarian function. cardiovascular reactivity to stress. Obstet Gynecol.
Acta Obstet Gynecol Scand. 1978;76:1–38. 2000;95:78–83.
135. Lahteenmaki P, Rasi V, Luukkainen T, Myllyä G. 150. Van den bosch MA, Kemmeren JM, Tanis BC,
Coagulation factors in women using oral Mali WP, Helmerhorst FM, Rosendaal FR, et al. The
contraceptives or intrauterine contraceptive devices RATIO study: oral contraceptives and the risk of
immediately after abortion. Am J Obstet Gynecol. peripheral arterial disease in young women. J
1981;141:175–9. Thromb Haemost. 2003;1:439–44.
136. Martin CW, Brown AH, Baird DT. A pilot study of 151. World Health Organization. Venous
the effect of methotrexate or combined oral thromboembolic disease and combined oral
contraceptive on bleeding patterns after induction of contraceptives: results of international multicentre
abortion with mifepristone and a prostaglandin case-control study. Lancet. 1995;346:1575–82.
pessary. Contraception. 1998;58:99–103. 152. Abdollahi M, Cushman M, Rosendaal FR.
137. Niswonger JW, London GD, Anderson GV, Wolfe Obesity: risk of venous thrombosis and the
L. Oral contraceptives during immediate postabortal interaction with coagulation factor levels and oral
period. Obstet Gynecol. 1968;32(3):325–7. contraceptive use. Thromb Haemost.
138. Peterson WF. Contraceptive therapy following 2003;89(3):493–8.
therapeutic abortion. Obstet Gynecol. 153. Pomp ER, le CS, Rosendaal FR, Doggen CJ.
1974;44(6):853–7. Risk of venous thrombosis: obesity and its joint
139. Tang OS, Xu J, Cheng L, Lee SW, Ho PC. The effect with oral contraceptive use and prothrombotic
effect of contraceptive pills on the measured blood mutations. Br J Haematol. 2007;139(2):289–96.
loss in medical termination of pregnancy by 154. Schwartz SM, Petitti DB, Siscovick DS,
mifepristone and misoprostol: a randomized placebo Longstreth WT, Jr., Sidney S, Raghunathan TE, et
controlled trial. Hum Reprod. 2002;17(1):99–102. al. Stroke and use of low-dose oral contraceptives in
140. Tang OS, Gao PP, Cheng L, Lee SW, Ho PC. A young women: a pooled analysis of two US studies.
randomized double-blind placebo-controlled study to Stroke. 1998;29(11):2277– 84.
assess the effect of oral contraceptive pills on the 155. Sidney S, Petitti DB, Soff GA, Cundiff DL, Tolan
outcome of medical abortion with mifepristone and KK, Quesenberry CP, Jr. Venous thromboembolic
misoprostol. Hum Reprod. 1999;14(3):722–5. disease in users of low-estrogen combined estrogen-
141. Gaffield ME, Kapp N, Ravi A. Use of combined progestin oral contraceptives. Contraception.
oral contraceptives post abortion. Contraception. 2004;70(1):3–10.
2009;80(4):355–62. 156. Sidney S, Siscovick DS, Petitti DB, Schwartz SM,
142. Gillum LA, Mamidipudi SK, Johnston SC. Quesenberry CP, Psaty BM, et al. Myocardial
Ischaemic stroke risk with oral contraceptives: a infarction and use of low-dose oral contraceptives: a
meta-analysis. JAMA. 2000;284:72–8. pooled analysis of 2 US studies. Circulation.
143. Jick SS, Walker AM, Stergachis A, Jick H. Oral 1998;98(11):1058– 63.
contraceptives and breast cancer. Br J Cancer.
1989;59:618–21. 157. Brunner Huber LR, Hogue CJ, Stein AD, Drews
144. Khader YS, Rice J, John L, Abueita O. Oral C, Zieman
172
M. Body mass index and risk for oral contraceptive weight: findings in a large cohort study. J Fam Plann
failure: a case-cohort study in South Carolina. Ann Reprod Health Care. 2001;27(2):90–1.
Epidemiol. 2006;16(8):637–43. 171. Westhoff CL, Hait HI, Reape KZ. Body weight
158. Brunner Huber LR, Toth JL. Obesity and oral does not impact pregnancy rates during use of a
contraceptive failure: findings from the 2002 National low- dose extended-regimen 91-day oral
Survey of Family Growth. Am J Epidemiol. contraceptive. Contraception. 2012;85(3):235–9.
2007;166(11):1306–11. 172. Zieman M, Guillebaud J, Weisberg E, Shangold
159. Brunner LR, Hogue CJ. The role of body weight GA, Fisher AC, Creasy GW. Contraceptive efficacy
in oral contraceptive failure: results from the 1995 and cycle control with the Ortho Evra/Evra
national survey of family growth. Ann Epidemiol. transdermal system: the analysis of pooled data.
2005;15(7):492–9. Fertil Steril. 2002;77(2 Suppl 2):S13–8.
160. Burkman RT, Fisher AC, Wan GJ, Barnowski CE, 173. Heinemann LA, Lewis MA, Spitzer WO,
LaGuardia KD. Association between efficacy and Thorogood M, Guggenmoos-Holzmann I,
body weight or body mass index for two low-dose Bruppacher R.
oral contraceptives. Contraception. 2009;79(6):424– Thromboembolic stroke in young women. A European
7. case-control study on oral contraceptives.
161. Dinger J, Minh TD, Buttmann N, Bardenheuer K. Contraception. 1998;57:29–37.
Effectiveness of oral contraceptive pills in a large 174. World Health Organization. Haemorrhagic stroke,
U.S. cohort comparing progestogen and regimen. overall stroke risk, and combined oral
Obstet Gynecol. 2011;117(1):33–40. contraceptives: results of an international,
162. Dinger JC, Cronin M, Mohner S, Schellschmidt I, multicentre, case-control study. WHO Collaborative
Minh TD, Study of Cardiovascular Disease and
Westhoff C. Oral contraceptive effectiveness according Steroid Hormone Contraception. Lancet. 1996;348:505–
to body mass index, weight, age, and other factors. 10.
Am J Obstet Gynecol. 2009;201(3):263 e1–9. 175. Collaborative Group for the Study of Stroke in
163. Holt VL, Cushing-Haugen KL, Daling JR. Body Young Women. Oral contraceptives and stroke in
weight and risk of oral contraceptive failure. Obstet young women: associated risk factors. JAMA.
Gynecol. 2002;99(5 Pt 1):820–7. 1975;231:718–22.
164. Holt VL, Scholes D, Wicklund KG, Cushing- 176. Croft P, Hannaford P. Risk factors for acute
Haugen KL, Daling JR. Body mass index, weight, myocardial infarction in women: evidence from the
and Royal College of General Practitioners’ Oral
oral contraceptive failure risk. Obstet Gynecol. Contraception Study. BMJ. 1989;298:165–8.
2005;105(1):46–52. 177. D’Avanzo B, La Vecchia C, Negri E, Parazzini F,
165. Jick SS, Hagberg KW, Kaye JA, Jick H. The risk Franceschi
of unintended pregnancies in users of the S. Oral contraceptive use and risk of myocardial
contraceptive patch compared to users of oral infarction: an Italian case-control study. J Epidemiol
contraceptives in the UK General Practice Research Community Health. 1994;48:324–8.
Database. Contraception. 2009;80(2):142–51. 178. Dunn NR, Faragher B, Thorogood M, de
166. Kaunitz AM, Portman D, Westhoff CL, Archer DF, Caestecker L, MacDonald TM, McCollum C, et al.
Mishell DR, Jr., Rubin A, et al. Low-dose Risk of myocardial infarction in young female
levonorgestrel and ethinyl estradiol patch and pill: a smokers. Heart (British Cardiac Society).
randomized controlled trial. Obstet Gynecol. 1999;82:581–3.
2014;23(2 Pt 1):295–303. 179. Hannaford P, Croft P, Kay CR. Oral contraception
167. McNicholas C, Zhao Q, Secura G, Allsworth JE, and stroke: evidence from the Royal College of
Madden T, Peipert JF. Contraceptive failures in General Practitioners’ Oral Contraception Study.
overweight and obese combined hormonal Stroke. 1994;25:935–42.
contraceptive users. Obstet Gynecol. 180. Kemmeren JM, Tanis BC, van den Bosch MA,
2013;121(3):585–92. Bollen EL, Helmerhorst FM, van der Graaf Y, et al.
168. Schramm GA, Schrah G. The efficacy and safety Risk of Arterial Thrombosis in Relation to Oral
of an oral contraceptive containing chlormadinone Contraceptives (RATIO) study: oral contraceptives
acetate: results of a pooled analysis of and the risk of ischemic stroke. Stroke.
noninterventional 2002;33:1202–8.
trials in adult and adolescent women. Contraception. 181. Lidegaard O. Oral contraception and risk of a
2011;84(4):390–401. cerebral thromboembolic attack: results of a case-
169. Urdl W, Apter D, Alperstein A, Koll P, Schonian control study. BMJ. 1993;306(6883):956–63.
S, Bringer J, et al. Contraceptive efficacy, 182. Lidegaard O. Oral contraceptives, pregnancy and
compliance and beyond: factors related to the risk of cerebral thromboembolism: the influence
satisfaction with once-weekly transdermal compared of diabetes, hypertension, migraine and previous
with oral contraception. Eur J Obstet Gynecol thrombotic disease. Br J Obstet Gynaecol.
Reprod Biol. 2005;121(2):202–10. 1995;102(2):153–9.
170. Vessey M. Oral contraceptive failures and body 183. Lubianca JN, Faccin CS, Fuchs FD. Oral
173
contraceptives: a risk factor for uncontrolled blood thrombosis during early use of oral contraceptives in
pressure among hypertensive women. women with inherited clotting defects [comment].
Contraception. 2003;67:19–24. Arch Intern Med. 2000;160:49–52.
184. Narkiewicz K, Graniero GR, D’Este D, Mattarei 197. de Bruijn SF, Stam J, Koopman MM,
M, Vandenbroucke JP. Case-control study of risk of
Zonzin P, Palatini P. Ambulatory blood pressure in mild cerebral sinu thrombosis in oral contraceptive users
hypertensive women taking oral contraceptives: a and in [correction of who are] carriers of heriditary
case- control study. Am J Hypertens. 1995;8:249– prothrombotic conditions. The Cerebral Venous
53. Sinus Thrombosis Study Group. BMJ.
185. Siritho S, Thrift AG, McNeil JJ, You RX, Davis 1998;316:589–92.
SM, Donnan GA, et al. Risk of ischemic stroke 198. Emmerich J, Rosendaal FR, Cattaneo M,
among users of the oral contraceptive pill: The Margaglione M, De Stefano V, Cumming T, et al.
Melbourne Risk Factor Study (MERFS) Group. Combined effect of factor V Leiden and prothrombin
Stroke. 2003;34:1575–80. 20210A on the risk of venous thromboembolism –
186. Lubianca JN, Moreira LB, Gus M, Fuchs FD. pooled analysis of 8 case-control studies including
Stopping oral contraceptives: an effective blood 2310 cases and 3204 controls. Study Group for
pressure-lowering intervention in women with Pooled-Analysis in Venous Thromboembolism.
hypertension. J Hum Hypertens. 2005;19:451–5. Thromb Haemost. 2001;86:809–16.
187. Aberg H, Karlsson L, Melander S. Studies on 199. Gadelha T, Andre C, Juca AA, Nucci M.
toxaemia of pregnancy with special reference to Prothrombin 20210A and oral contraceptive use as
blood pressure. ll. Results after 6–11 years’ follow- risk factors for cerebral venous thrombosis.
up. Upsala J Med Sci. 1978;83:97–102. Cerebrovasc Dis. 2005;19:49–52.
188. Carmichael SM, Taylor MM, Ayers CR. Oral 200. Legnani C, Palareti G, Guazzaloca G, Cosmi B,
contraceptives, hypertension, and toxemia. Obstet Lunghi B, Bernardi F, et al. Venous
Gynecol. 1970;35:371–6. thromboembolism in young women: role of
189. Meinel H, Ihle R, Laschinski M. [Effect of throbophilic mutations and oral contraceptive use.
hormonal contraceptives on blood pressure following Eur Heart J. 2002;23:984–90.
pregnancy- induced hypertension] Zentralblatt fur 201. Martinelli I, Battaglia C, Burgo I, Di Domenico S,
Gynakologie. 1987;109:527–31 (in German). Mannucci PM. Oral contraceptive use, thrombophilia
190. Pritchard JA, Pritchard SA. Blood pressure and their interaction in young women with ischemic
response to estrogen-porgestin oral contraceptive stroke. Haematologica. 2006;91:844–7.
after 202. Martinelli I, Battaglioli T, Bucciarelli P,
pregnancy-induced hypertension. Am J Obstet Gynecol. Passamonti SM, Mannucci PM. Risk factors and
1977;129:733–9. recurrence rate of primary deep vein thrombosis of
191. Sibai BM, Taslimi MM, el-Nazer A, Amon E, the upper extremities. Circulation. 2004;110:566–70.
Mabie BC, Ryan GM. Maternal-perinatal outcome 203. Martinelli I, Sacchi E, Landi G, Taioli E, Duca F,
associated with the syndrome of hemolysis, elevated Mannucci PM. High risk of cerebral-vein thrombosis
liver enzymes, and low platelets in severe in carriers of a prothrombin-gene mutation and in
preeclampsia-eclampsia. Obstet Gynecol. users of oral contraceptives. [comment]. N Engl J Med.
1986;155:501–9. 1998;338:1793–7.
192. Sibai BM, Ramadan MK, Chari RS, Friedman SA. 204. Martinelli I, Taioli E, Bucciarelli P, Akhavan S,
Pregnancies complicated by HELLP syndrome Mannucci PM. Interaction between the G20210A
(hemolysis, elevated liver enzymes, and low mutation of
platelets): subsequent pregnancy outcome and long- the prothrombin gene and oral contraceptive use in deep
term prognosis. Am J Obstet Gynecol. vein thrombosis. Arterioscler Thromb Vasc Biol.
1995;172:125–9. 1999;19:700–3.
193. Anderson BS, Olsen J, Nielsen GL, Steffensen 205. Middeldorp S, Meinardi JR, Koopman MM, van
FH, Sørensen HT, Baech J, et al. Third generation Pampus EC, Hamulyák K, van Der Meer J, et al. A
oral contraceptives and heritable thrombophilia as prospective study of asymptomatic carriers of the
risk factors of non-fatal venous thromboembolism. factor V Leiden mutation to determine the incidence
Thromb Haemost. 1998;79:28–31. of venous thromboembolism. [comment]. Ann Intern
194. Aznar J, Mira Y, Vaya A, Corella D, Ferrando F, Med. 2001;135:322–7.
Villa P, et al. Factor V Leiden and prothrombin 206. Pabinger I, Schneider B. Thrombotic risk of
G20210A mutations in young adults with cryptogenic women with hereditary antithrombin lll-, protein C-
ischemic stroke. Thromb Haemost. 2004;91:1031–4. and protein S-deficiency taking oral contraceptive
195. Bennet L, Odeberg H. Resistance to activated medication. The GTH Study Group on Natural
protein C, highly prevalent amongst users of oral Inhibitors. Thromb Haemost. 1994;71:548–52.
contraceptives with venous thromboembolism. J 207. Pezzini A, Grassi M, Iacoviello L, Del Zotto E,
Intern Med. 1998;244:27–32. Archetti S, Giossi A, et al. Inherited thrombophilia
196. Bloemenkamp KW, Rosendaal FR, Helmerhorst and stratification of ischaemic stroke risk among
FM, Vandenbroucke JP. Higher risk of venous users of oral contraceptives. J Neurol Neurosurg
174
Psychiatry. 2007;78:271–6. cohort of patients with systemic lupus
208. Santamaria A, Mateo J, Oliver A, Menéndez B, erythematosus. J Rheumatol. 2002;29:2531–6.
Souto JC, Borrell M, et al. Risk of thrombosis 220. Schaedel ZE, Dolan G, Powell MC. The use of
associated with oral contraceptives of women from the levonorgestrel-releasing intrauterine system in
97 families with inherited thrombophilia: high risk of the management of menorrhagia in women with
thrombosis in carriers hemostatic disorders. Am J Obstet Gynecol.
of the G20210A mutation of the prothrombin gene. 2005;193:1361–3.
Haematologica. 2001;86:965–71. 221. Sarabi ZS, Chang E, Bobba R, Ibanez D,
209. Slooter AJ, Rosendaal FR, Tanis BC, Kemmeren Gladman D, Urowitz M, et al. Incidence rates of
JM, van der Graaf Y, Algra A. Prothrombotic arterial and
conditions, oral contraceptives, and the risk of venous thrombosis after diagnosis of systemic lupus
ischemic stroke. Journal of Thromb Haemost. erythematosus. Arthritis Rheum. 2005;53:609–12.
2005;3:1213–7. 222. Sanchez-Guerrero J, Uribe AG, Jimenez-Santana
210. Spannagl M, Heinemann LA, Schramm W. Are L, Mestanza-Peralta M, Lara-Reyes P, Seuc AH, et
factor V Leiden carriers who use oral contraceptives al. A trial of contraceptive methods in women with
at extreme risk of venous thromboembolism? Eur J systemic lupus erythematosus. N Engl J Med.
Contracept Reprod Health Care. 2000;5:105–12. 2005;353:2539–49.
211. van Boven HH, Vandenbroucke JP, Briët E, 223. Petri M, Kim MY, Kalunian KC, Grossman J,
Rosendaal FR. Gene-gene and gene-environment Hahn BH, Sammaritano LR, et al. Combined oral
interactions determine risk of thrombosis in families contraceptives in women with systemic lupus
with inherited antithrombin deficiency. Blood. erythematosus. N Engl J Med. 2005;353:2550–8.
1999;94:2590–4. 224. Petri M. Lupus in Baltimore: evidence-based
212. van Vlijmen EF, Brouwer JL, Veeger NJ, Eskes ‘clinical perarls’ from the Hopkins Lupus Cohort.
TK, de Graeff PA, van der Meer J. Oral Lupus. 2005;14:970–3.
contraceptives and the absolute risk of venous 225. Mintz G, Gutierrez G, Delezé M, Rodríguez E.
thromboembolism in women with single or multiple Contraception with progestogens in systemic lupus
thrombophilic defects: results from erythematosus. Contraception. 1984;30:29–38.
a retrospective family cohort study. Arch Intern Med. 226. McDonald J, Stewart J, Urowitz MB, Gladman
2007;167:282–9. DD. Peripheral vascular disease in patients with
213. Vandenbroucke JP, Koster T, Briet E, Reitsma systemic lupus erythematosus. Ann Rheum Dis.
PH, Bertina RM, Rosendaal FR. Increased risk of 1992;51:56–60.
venous thrombosis in oral-contraceptive users who 227. McAlindon T, Giannotta L, Taub N, D’Cruz D,
are carriers of factor V Leiden mutation. [comment]. Hughes G. Environmental factors predicting
Lancet. 1994;344:1453–7. nephristis in systemic lupus erythematosus. Ann
214. Vaya AM. Prothrombin G20210A mutation and Rheum Dis. 1993;52:720–4.
oral contraceptive use increase upper-extremity 228. Manzi S, Meilahn EN, Rairie JE, Conte CG,
deep vein thrombotic risk. Thromb Haemost. Medsger TA Jr, Jansen-McWilliams L, et al. Age-
2003;89:452–7. specific incidence rates of myocardial infarction and
215. Oral contraceptives, venous thrombosis, and angina in women with systemic lupus
varicose veins. Royal College of General erythematosus: comparison with the Framingham
Practitioners’ Study. Am J Epidemiol. 1997;145:408–15.
Oral Contraception Study. J R Coll Gen Pract. 229. Jungers P, Dougados M, Pelissier C, Kuttenn F,
1978;28(192):393–9. Tron F, Lesavre P, et al. Influence of oral
216. Roach RE, Lijfering WM, van Hylckama Vlieg A, contraceptive therapy on the activity of systemic
Helmerhorst FM, Rosendaal FR, Cannegieter SC. lupus erythematosus. Arthritis Rheum. 1982;25:618–
The risk of venous thrombosis in individuals with a 23.
history of superficial vein thrombosis and acquired 230. Julkunen HA, Kaaja R, Friman C. Contraceptive
venous thrombotic risk factors. Blood. practice in women with systemic lupus
2013;122(26):4264–9. erythematosus. Br J Rheumatol. 1993;32:227–30.
217. Tanis BC, van den Bosch MA, Kemmeren JM, 231. Julkunen HA. Oral contraceptives in systemic
Cats VM, Helmerhorst FM, Algra A, et al. Oral lupus erythematosus: side-effects and influence on
contraceptives and the risk of myocardial infarction. the activity of SLE. Scand J Rheumatol.
N Engl J Med. 2001;345(25):1787–93. 1991;20:427–33.
218. Runnebaum B, Grunwald K, Rabe T. The efficacy 232. Esdaile JM, Abrahamowicz M, Grodzicky T, Li Y,
and tolerability of norgestimate/ethinyl estradiol (250 Panaritis C, du Berger R, et al. Traditional
micrograms of norgestimate/35 micrograms of Framingham risk factors fail to fully account for
ethinyl estradiol): results of an open, multicenter accelerated atherosclerosis
study of 59,701 women. Am J Obstet Gynecol. in systemic lupus erythematosus. Arthritis Rheum.
1992;166(6 Pt 2):1963–8. 2001;44:2331–7.
219. Somers E, Magder LS, Petri M. Antiphospholipid 233. Chopra N, Koren S, Greer WL, Fortin PR, Rauch
antibodies and incidence of venous thrombosis in a J, Fortin I, et al. Factor V Leiden, prothrombin gene
175
mutation, and thrombosis risk in patients with 2004;35(7):1574–8.
antiphospholipid antibodies. J Rheumatol. 247. Cromer BA, Smith RD, Blair JM, Dwyer J, Brown
2002;29:1683–8. RT. A prospective study of adolescents who choose
234. Bernatsky S, Ramsey-Goldman R, Gordon C, among levonorgestrel implan (Norplant),
Joseph L, Boivin JF, Rajan R, et al. Factors medroxyprogesterone acetate (Depo-Provera), or
associated with the combined oral contraceptive pill as
abnormal Pap results in systemic lupus erythematosus. contraception. Pediatrics. 1994;94(5):687–94.
Rheumatology (Oxford). 2004;43:1386–9. 248. Deijen JB, Duyn KJ, Jansen WA, Klitsie JW. Use
235. Bernatsky S, Clarke A, Ramsey-Goldman R, of a monophasic, low-dose oral contraceptive in
Joseph L, Boivin JF, Rajan R, et al. Hormonal relation to mental functioning. Contraception.
exposures and breast cancer in a sample of women 1992;46(4):359–67.
with systemic lupus erythematosus. Rheumatology 249. Duke JM, Sibbritt DW, Young AF. Is there an
(Oxford). 2004;43:1178– 81. association between the use of oral contraception
236. Petri M. Musculoskeletal complications of and depressive symptoms in young Australian
systemic lupus erythematosus in the Hopkins Lupus women? Contraception. 2007;75(1):27–31.
Cohort: an update. Arthritis Care Res. 1995;8:137– 250. Gupta N, O’Brien R, Jacobsen LJ, Davis A,
45. Zuckerman A, Supran S, et al. Mood changes in
237. Choojitarom K, Verasertniyom O, adolescents using depo-medroxyprogesterone
Totemchokchyakarn K, Nantiruj K, Sumethkul V, acetate for contraception: a prospective study. Am J
Janwityanujit S. Lupus nephritis and Raynaud’s Obstet Gynecol. 2001;14(2):71–6.
phenomenon are significant risk factors for vascular 251. Herzberg BN, Draper KC, Johnson AL, Nicol GC.
thrombosis in SLE patients with . 2008;27(3):345– Oral contraceptives, depression, and libido. Br Med
51. J. 1971;3(773):495–500.
238. Urowitz MB, Bookman AA, Koehler BE, Gordon 252. Koke SC, Brown EB, Miner CM. Safety and
DA, Smythe HA, Ogryzlo MA. The bimodal mortality efficacy of fluoxetine in patients who receive oral
pattern of systemic lupus erythematosusAm J Med. contraceptive therapy. Am J Obstet Gynecol.
1976;60:221–5. 2002;187:551–5.
239. Wahl DG, Guillemin F, de Maistre E, Perret C, 253. O’Connell K, Davis AR, Kerns J. Oral
Lecompte T, Thibaut G. Risk for venous thrombosis contraceptives: side effects and depression in
related to antiphospholipid antibodies in systemic adolescent girls. Contraception. 2007;75(4):299–
lupus erythematosus – a meta-analysis. Lupus. 304.
1997;6:467– 73. 254. Westoff C, Truman C, Kalmuss D, Cushman L,
240. Carolei A, Marini C, De Matteis G. History of Davidson A, Rulin M, et al. Depressive symptoms
migraine and risk of cerebral ischaemia in young and Depo-Provera. Contraception. 1998;57(4):237–
adults. The Italian National Research Council Study 40.
Group on Stroke in the Young. Lancet. 255. Westoff C, Truman C, Kalmuss D, Cushman L,
1996;347(9014):1503–6. Rulin M, Heartwell S, et al. Depressive symptoms
241. Chang CL, Donaghy M, Poulter N. Migraine and and Norplant contraceptive implans. Contraception.
stroke in young women: case-control study. The 1998;57(4):241– 5.
World Health Organisation Collaborative Study of 256. Young EA, Kornstein SG, Harvey AT, Wisniewski
Cardiovascular Disease and Steroid Hormone SR, Barkin J, Fava M, et al. Influences of hormone-
Contraception. BMJ. 1999;318(7175):13–8. based contraception on depressive symptoms in
242. Tzourio C, Tehindrazanarivelo A, Iglesias S, premenopausal women with major depression.
Alperovitch A, Chedru F, nglejan-Chatillon J, et al. Psychoneuroendocrinology. 32(7):843–53.
Case-control study of migraine and risk of ischaemic 257. Iyer V, Farquhar C, Jepson R. Oral contraceptive
stroke in young women. BMJ. 1995;310(6983):830– pills for heavy menstrual bleeding. Cochrane
3. Database Syst Rev. 2000;(2):CD000154.
243. Oral contraceptives and stroke in young women. 258. Davis L, Kennedy SS, Moore J, Prentice A.
Associated risk factors. JAMA. 1975;231(7):718–22. Modern combined oral contraceptives for pain
244. Etminan M, Takkouche B, Isorna FC, Samii A. associated with endometriosis. Cochrane Database
Risk of ischaemic stroke in people with migraine: Syst Rev. 2007;(3):CD001019.
systematic review and meta-analysis of 259. Hendrix SL, Alexander NJ. Primary dysmenorrhea
observational studies. BMJ. 2005;330(7482):63. treatment with a desogetrel-containing low-dose oral
245. Lidegaard O. Oral contraceptives, pregnancy, contraceptive. Contraception. 2002;66:393–9.
and the risk of cerebral thromboembolism: the 260. Proctor ML, Roberts H, Farquhar CM. Combined
influence of diabetes, hypertension, migraine and oral contraceptive pill (OCP) as treatment for primary
previous thrombotic disease. (Letter). Br J Obstet dysmenorrhoea. Cochrane Database Syst Rev.
Gynaecol. 1996;103:94. 2001;CD002120.
246. Nightingale AL, Farmer RD. Ischemic stroke in 261. Adewole IF, Oladokun A, Fawole AO, Olawuyi JF,
young women: a nested case-control study using the Adeleye JA. Fertility regulatory methods and
UK General Practice Research Database. Stroke. development of complications after evacuation of
176
complete hydatidiform mole. J Obstet Gynecol. HEBON, and the IBCCS Collaborating Group. J Clin
2000;20:68–9. Oncol. 2007;25(25):3831–6.
262. Berkowitz RS, Goldstein DP, Marean AR, Bernstein 274. Claus EB, Stowe M, Carter D. Oral contraceptives
M. Oral contraceptives and post-molar trophoblastic and the risk of ductal breast carcinoma in situ.
disease. Obstet Gynecol. 1981;58:474–7. Breast Cancer Research and Treatment.
263. Curry SL, Schlaerth JB, Kohorn EI, Boyce JB, Gore 2003;81:129–36.
H, Twiggs LB, et al. Hormonal contraception and 275. Grabrick DM, Hartmann LC, Cerhan JR, Vierkant
trophoblastic sequelae after hydatidiform mole (a PA, Therneau TM, Vachon CM, et al. Risk of breast
Gynecologic Oncology Group Study). Am J Obstet cancer with oral contraceptive use in women with a
Gynecol. 1989;160:805–9. family history of breast cancer [comment]. JAMA.
264. Deicas RE, Miller DS, Rademaker AW, Lurain JR. 2000;284:1791–8.
The role of contraception in the development of 276. Gronwald J, Byrski T, Huzarski T, Cybulski C, Sun
postmolar trophoblastic tumour. Obstet Gynecol. P, Tulman A, et al. Influence of selected lifestyle
1991;78:221–6. factors on breast and ovarian cancer risk in BRCA1
265. Goldberg GL, Cloete K, Bloch B, Wiswedel K, mutation carriers from Poland. Breast Cancer Res
Altaras MM. Medroxyprogesterone acetate in non- Treat. 2006;95:105–9.
metastatic gestational trophoblastic disease. Br J 277. Haile RW, Thomas DC, McGuire V, Felberg A,
Obstet Gynaecol. 1987;94:22–5. John EM, Milne RL, et al. BRCA1 and BRCA2
266. Ho Yuen B, Burch P. Relationship of oral mutation carriers, oral contraceptive use, and breast
contraceptives and the intrauterine contraceptive cancer before age 50. Cancer Epidemiol Biomarkers
devices to the regression of concentration of the Prev. 2006;15(10):1863– 70.
beta subunit of human chorionic gonadotropin and 278. Harris NV, Weiss NS, Francis AM, Polissar L.
invasive complications after molar pregnancy. Am J Breast cancer in relation to patterns of oral
Obstet Gynecol. 1983;145:214–7. contraceptive use. Am J Epidemiol. 1982;116:643–
267. Morrow P, Nakamura R, Schlaerth J, Gaddis O, 51.
Eddy G. The influence of oral contraceptives on the 279. Hennekens CH, Speizer FE, Lipnick RJ, Rosner
postmolar human chorionic gonadotropin regression BA,
curve. Am J Obstet Gynecol. 1985;151:906–14. Bain C, Belanger C, et al. A case-control study of oral
268. Gaffield ME, Kapp N, Curtis KM. Combined oral contraceptive use and breast cancer. J Natl Cancer
contraceptive and intrauterine device use among Inst. 1984;72(1):39–42.
women with gestational trophoblastic disease. 280. Jernstrom H, Loman N, Johannsson OT, Borg A,
Contraception. 2009;80(4):363–71. Olsson H. Impact of teenage oral contraceptive use
269. Eddy GL, Schlaerth JB, Natlick RH, Gaddis O, in a population- based series of early-onset breast
Nakamura RM, Morrow CP. Postmolar trophoblastic cancer cases who have undergone BRCA mutation
disease in women using hormonal contraception with testing. Eur J Cancer. 2005;41:2312–20.
and without estrogen. Obstet Gynecol. 1983;62:736– 281. Marchbanks PA, McDonald JA, Wilson HG,
40. 282. Milne RL, Knight JA, John EM, Dite GS, Folger SG, Mandel MG, Daling JR, et al. Oral
Balbuena R, Ziogas A, et al. Oral contraceptive use contraceptives and the risk of breast cancer. N Engl
and risk of early- onset breast cancer in carriers and J Med. 2002;346:2025–32. in BRCA1 and BRCA2
noncarriers of BRCA1 and BRCA2 mutations. mutation carriers. J Natl Cancer Inst.
Cancer Epidemiol Biomarkers 2002;94(23):1773–9.
270. Smith JS. Cervical cancer and use of hormonal 284. Rosenberg L, Palmer JR, Rao RS, Zauber AG,
conraceptives: a systematic review. Lancet. Stom BL, Warshauer ME, et al. Case-control study
283. Prev. 2005;14(2):350–6. of oral contraceptive use and risk of breast cancer.
Narod S, Dube MP, Klijn J, Lubinski J, Lynch HT, Am J Epidemiol. 1996;143:25–37.
Ghadirian 285. Silvera SAN, Miller AB, Rohan TE. Oral
2003;361:1159–67. P, et al. Oral contraceptive use and risk of breast cancer among
contraceptives and the risk of breast cancer women with a family history of breast cancer: a
prospective cohort study. Cancer Causes Control.
271. Black MM, Barclay THC, Polednak A, Kwon CS, 2005;16:1059–63.
Leis HP, Pilnik S. Family history, oral contraceptive 286. Ursin G, Henderson BE, Haile RW, Pike MC,
useage, and breast cancer. Cancer. 1983;51:2147– Zhou N, Diep A, et al. Does oral contraceptive use
51. increase the risk of breast cancer in women with
272. Brinton LA, Hoover R, Szklo M, Fraumeni JF. Oral BRCA1/BRCA2 mutations more than in other
contraceptives and breast cancer. Int J Epidemiol. women? Cancer Res. 1997;57:3678– 81.
1982;11(4):316–22. 287. Ursin G, Ross RK, Sullivan-Halley J, Hanisch R,
273. Brohet RM, Goldgar DE, Easton DF, Antoniou A, Henderson B, Bernstein L. Use of oral
Andrieu N, Chang-Claude J, et al. Oral contraceptives and risk of breast cancer in young
contraceptives and breast cancer risk in the women. Breast Cancer Res Treat. 1998;50:175–84.
International BRCA1/2 Carrier Cohort Study: a report 288. Gaffield ME, Culwell KR, Ravi A. Oral
from EMBRACE, GENEPSO, GEO- contraceptives and family history of breast cancer.
177
Contraception. 2009;80(4):372–80. 1997;8(1):25–31.
289. The Italian MEGIC Group. Determinants of 303. Cottingham J, Hunter D. Chlamydia trachomatis
cervical Chlamydia trachomatis infection in Italy. and oral contraceptive use: a quantitative review.
Genitourin Med. 1993;69(2):123–5. Genitourin Med. 1992;68(4):209–16.
290. Ackers JP, Lumsden WH, Catterall RD, Coyle R. 304. Chacko M, Lovchik J. Chlamydia trachomatis
Antitrichomonal antibody in the vaginal secretions of infection in sexually active adolescents: prevalence
women infected with T. vaginalis. Br J Ven Dis. and risk factors. Pediatrics. 1984;73(6):836–40.
1975;51(5):319–23. 305. Ceruti M, Canestrelli M, Condemi V, Piantelli G,
291. Acosta-Cazares B, Ruiz-Maya L, Escobedo de la De Paolis P, Amone F, et al. Methods of
Pena J. Prevalence and risk factors for Chlamydia contraception and rates of genital infections. Clin
trachomatis infection in low-income rural and Exp Obstet Gynecol. 1994;21(2):119–23.
suburban populations of Mexico. Sex Transm Dis. 306. Burns DC, Darougar S, Thin RN, Lothian L, Nicol
1996;23(4):283–8. CS. Isolation of Chlamydia from women attending a
292. Addiss DG, Vaughn ML, Holzhueter MA, Bakken clinic for sexually transmitted disease. Br J Ven Dis.
LL, Davis JP. Selective screening for Chlamydia 1975;51(5):314–8.
trachomatis infection in nonurban family planning 307. Bro F, Juul S. Predictors of Chlamydia
clinics in Wisconsin. Fam Plann Perspect. trachomatis infection in women in general practice.
1987;19(6):252–6. Fam Pract. 1990;7(2):138–43.
293. Arya OP, Mallinson H, Goddard AD. 308. Bramley M, Kinghorn G. Do oral contraceptives
Epidemiological and clinical correlates of chlamydial inhibit Trichomonas vaginalis? Sex Transm Dis.
infection of the cervix. Br J Ven Dis. 1981;57(2):118– 1979;6(4):261–3.
24. 309. Bontis J, Vavilis D, Panidis D, Theodoridis T,
294. Green J, de Gonzalez A, Smith JS, Franceschi S, Konstantinidis T, Sidiropoulou A. Detection of
Appleby P, Plummer M, et al. Human papillomavirus Chlamydia trachomatis in asymptomatic women:
infection and use of oral contraceptives. Br J Cancer. relationship to history, contraception, and cervicitis.
2003;88(11):1713–20. Adv Contracept. 1994;10(4):309–15.
295. Gertig DM, Kapiga SH, Shao JF, Hunter DJ. Risk 310. Blum M, Pery J, Kitai E. The link between
factors for sexually transmitted diseases among contraceptive methods and Chlamydia trachomatis
women attending family planning clinics in Dar-es- infection. Adv Contracept. 1988;4(3):233–9.
Salaam, Tanzania. Genitourin Med. 1997;73(1):39– 311. Bhattacharyya MN, Jephcott AE. Diagnosis of
43. gonorrhea in women – Influence of the contraceptive
296. Fraser JJ, Jr., Rettig PJ, Kaplan DW. Prevalence pill. J Am Ven Dis Assoc. 1976;2(3):21–4.
of cervical Chlamydia trachomatis and Neisseria 312. Berger GS, Keith L, Moss W. Prevalence of
gonorrhoeae in female adolescents. Pediatrics. gonorrhoea among women using various methods of
1983;71(3):333–6. contraception. Br J Ven Dis. 1975;51(5):307–9.
297. Fouts AC, Kraus SJ. Trichomonas vaginalis: 313. Barnes RC, Katz BP, Rolfs RT, Batteiger B,
reevaluation of its clinical presentation and Caine V, Jones RB. Quantitative culture of
laboratory diagnosis. J Infect Dis. 1980;141(2):137– endocervical Chlamydia trachomatis. J Clin
43. Microbiol. 1990;28(4):774–80.
298. Fish AN, Fairweather DV, Oriel JD, Ridgway GL. 314. Barbone F, Austin H, Louv WC, Alexander WJ. A
Chlamydia trachomatis infection in a gynaecology follow- up study of methods of contraception, sexual
clinic population: identification of high-risk groups activity, and rates of trichomoniasis, candidiasis, and
and the value of bacterial vaginosis. Am J Obstet Gynecol.
contact tracing. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. 1990;163(2):510–4.
1989;31(1):67–74. 315. Baeten JM, Nyange PM, Richardson BA, Lavreys
299. Evans DL, Demetriou E, Shalaby H, Waner JL. L, Chohan B, Martin HL, Jr., et al. Hormonal
Detection of Chlamydia trachomatis in adolescent contraception and risk of sexually transmitted
females disease acquisition: results from a prospective study.
using direct immunofluorescence. Clin Pediatr. Am J Obstet Gynecol. 2001;185(2):380–5.
1988;27(5):223–8. 316. Avonts D, Sercu M, Heyerick P, Vandermeeren I,
300. Evans BA, Kell PD, Bond RA, MacRae KD, Meheus A, Piot P. Incidence of uncomplicated
Slomka MJ, Brown DW. Predictors of seropositivity genital infections in women using oral contraception
to herpes simplex virus type 2 in women. Int J STD or an intrauterine device: a prospective study. Sex
AIDS. 2003;14(1):30–6. Transm Dis. 1990;17(1):23–9.
301. Edwards D, Phillips D, Stancombe S. Chlamydia 317. Austin H, Louv WC, Alexander WJ. A case-
trachomatis infection at a family planning clinic. N Z control study of spermicides and gonorrhea. JAMA.
Med J. 1985;98(778):333–5. 1984;251(21):2822–4.
302. Crowley T, Horner P, Hughes A, Berry J, Paul I, 318. Masse R, Laperriere H, Rousseau H, Lefebvre J,
Caul O. Hormonal factors and the laboratory Remis RS. Chlamydia trachomatis cervical infection:
detection of Chlamydia trachomatis in women: prevalence and determinants among women
implications for screening? Int J STD AIDS. presenting for routine gynecologic examination.
178
CMAJ. 1991;145(8):953–61. 333. Hiltunen-Back E, Haikala O, Kautiainen H,
319. Magder LS, Klontz KC, Bush LH, Barnes RC. Paavonen J, Reunala T. A nationwide sentinel clinic
Effect of patient characteristics on performance of an survey of
enzyme immunoassay for detecting cervical Chlamydia trachomatis infection in Finland. Sex Transm
Chlamydia trachomatis infection. J Clin Microbiol. Dis. 2001;28(5):252–8.
1990;28(4):781–4. 334. Hilton AL, Richmond SJ, Milne JD, Hindley F,
320. Magder LS, Harrison HR, Ehret JM, Anderson Clarke SK. Chlamydia A in the female genital tract.
TS, Judson FN. Factors related to genital Chlamydia Br J Ven Dis. 1974;50(1):1–10.
trachomatis and its diagnosis by culture in a sexually 335. Hewitt AB. Oral contraception among special
transmitted disease clinic. Am J Epidemiol. clinic patients. With particular reference to the
1988;128(2):298–308. diagnosis of gonorrhoea. Br J Ven Dis.
321. Macaulay ME, Riordan T, James JM, Leventhall 1970;46(2):106–7.
PA, Morris EM, Neal BR, et al. A prospective study
of genital infections in a family-planning clinic. 2.
Chlamydia infection – the identification of a high-risk 336. Herrmann B, Espinoza F, Villegas RR, Smith GD,
group. Epidemiol Infect. 1990;104(1):55–61. Ramos A, Egger M. Genital chlamydial infection
322. Lycke E, Lowhagen GB, Hallhagen G, among women in Nicaragua: validity of direct
Johannisson G, Ramstedt K. The risk of fluorescent antibody testing, prevalence, risk factors
transmission of genital Chlamydia trachomatis and clinical manifestations. Genitourin Med.
infection is less than that of 1996;72(1):20–6.
genital Neisseria gonorrhoeae infection. Sex Transm 337. Hart G. Factors associated with genital
Dis. 1980;7(1):6–10. chlamydial and gonococcal infection in females.
323. Lowe TL, Kraus SJ. Quantitation of Neisseria Genitourin Med. 1992;68(4):217–20.
gonorrhoeae from women with gonorrhea. J Infect 338. Harrison HR, Costin M, Meder JB, Bownds LM,
Dis. 1976;133(6):621–6. Sim DA, Lewis M, et al. Cervical Chlamydia
324. Louv WC, Austin H, Perlman J, Alexander WJ. trachomatis infection in university women:
Oral contraceptive use and the risk of chlamydial relationship to history, contraception, ectopy, and
and gonococcal infections. Am J Obstet Gynecol. cervicitis. Am J Obstet Gynecol. 1985;153(3):244–
1989;160(2):396–402. 51.
325. Lefevre JC, Averous S, Bauriaud R, Blanc C, 339. Hanna NF, Taylor-Robinson D, Kalodiki-
Bertrand MA, Lareng MB. Lower genital tract Karamanoli M, Harris JR, McFadyen IR. The relation
infections in women: comparison of clinical and between vaginal pH and the microbiological status in
epidemiologic findings with microbiology. Sex vaginitis. Br J Obstet Gynaecol. 1985;92(12):1267–
Transm Dis. 1988;15(2):110–3. 71.
326. Lavreys L, Chohan B, Ashley R, Richardson BA, 340. Handsfield HH, Jasman LL, Roberts PL, Hanson
Corey L, Mandaliya K, et al. Human herpesvirus 8: VW, Kothenbeutel RL, Stamm WE. Criteria for
seroprevalence and correlates in prostitutes in selective screening for Chlamydia trachomatis
Mombasa, Kenya. J Infect Dis. 2003;187(3):359–63. infection in women attending family planning clinics.
327. Kinghorn GR, Waugh MA. Oral contraceptive use JAMA. 1986;255(13):1730–4.
and prevalence of infection with Chlamydia 341. Han Y, Morse DL, Lawrence CE, Murphy D, Hipp
trachomatis in women. Br J Ven Dis. S. Risk profile for Chlamydia infection in women from
1981;57(3):187–90. public health clinics in New York State. J Community
328. Keith L, Berer GS, Moss W. Cervical gonorrhea Health. 1993;18(1):1–9.
in women using different methods of contraception. J 342. Griffiths M, Hindley D. Gonococcal pelvic
Am Ven Dis Assoc. 1976;3(1):17–9. inflammatory disease, oral contraceptives, and
329. Johannisson G, Karamustafa A, Brorson J. cervical mucus. Genitourin Med. 1985;61(1):67.
Influence of copper salts on gonococci. Br J Ven Dis. 343. Ruijs GJ, Kauer FM, van Gijssel PM, Schirm J,
1976;52(3):176– 7. Schroder FP. Direct immunofluorescence for
330. Jick H, Hannan MT, Stergachis A, Heidrich F, Chlamydia trachomatis on urogenital smears for
Perera DR, Rothman KJ. Vaginal spermicides and epidemiological purposes. Eur J Obstet Gynecol
gonorrhea. JAMA. 1982;248(13):1619–21. Reprod Biol. 1988;27(4):289–97.
331. Jaffe LR, Siqueira LM, Diamond SB, Diaz A, 344. Ripa KT, Svensson L, Mardh PA, Westrom L.
Spielsinger NA. Chlamydia trachomatis detection in Chlamydia trachomatis cervicitis in gynecologic
adolescents: outpatients. Obstet Gynecol. 1978;52(6):698–702.
a comparison of direct specimen and tissue culture 345. Reed BD, Huck W, Zazove P. Differentiation of
methods. J Adol Health Care. 1986;7(6):401–4. Gardnerella vaginalis, Candida albicans, and
332. Jacobson DL, Peralta L, Farmer M, Graham NM, Trichomonas vaginalis infections of the vagina. J
Gaydos C, Zenilman J. Relationship of hormonal Fam Pract. 1989;28(6):673– 80.
contraception and cervical ectopy as measured by 346. Rahm VA, Odlind V, Pettersson R. Chlamydia
computerized planimetry to chlamydial infection in trachomatis in sexually active teenage girls. Factors
adolescents. Sex Transm Dis. 2000;27(6):313–9. related to genital chlamydial infection: a prospective
179
study. Genitourin Med. 1991;67(4):317–21. prevalence surveys. Cancer Epidemiol Biomarkers
347. Pereira LH, Embil JA, Haase DA, Manley KM. Prev. 2006;15(11):2148–53.
Cytomegalovirus infection among women attending 362. Tait IA, Rees E, Hobson D, Byng RE, Tweedie
a sexually transmitted disease clinic: association MC. Chlamydial infection of the cervix in contacts of
with clinical symptoms and other sexually men with nongonococcal urethritis. Br J Ven Dis.
transmitted diseases. Am J Epidemiol. 1980;56(1):37– 45.
1990;131(4):683–92. 363. Svensson L, Westrom L, Mardh PA. Chlamydia
348. Park BJ, Stergachis A, Scholes D, Heidrich FE, trachomatis in women attending a gynaecological
Holmes KK, Stamm WE. Contraceptive methods and outpatient clinic with lower genital tract infection. Br J
the risk of Chlamydia trachomatis infection in young Ven Dis. 1981;57(4):259–62.
women. Am J Epidemiol. 1995;142(7):771–8. 364. Staerfelt F, Gundersen TJ, Halsos AM, Barlinn C,
349. Paavonen J, Vesterinen E. Chlamydia Johansen AG, Norregaard KM, et al. A survey of
trachomatis in cervicitis and urethritis in women. genital infections
Scand J Infect Dis Suppl. 1982;32:45–54. in patients attending a clinic for sexually transmitted
350. Oriel JD, Powis PA, Reeve P, Miller A, Nicol CS. diseases. Scand J Infect Dis Suppl. 1983;40:53–7.
Chlamydial infections of the cervix. Br J Ven Dis. 365. Smith JS, Herrero R, Munoz N, Eluf-Neto J,
1974;50(1):11–6. Ngelangel C, Bosch FX, et al. Prevalence and risk
351. Oriel JD, Johnson AL, Barlow D, Thomas BJ, factors for herpes simplex virus type 2 infection
Nayyar K, Reeve P. Infection of the uterine cervix among middle-age women in Brazil and the
with Chlamydia trachomatis. J Infect Dis. Philippines. Sex Transm Dis.
1978;137(4):443–51. 2001;28(4):187–94.
352. Oh MK, Feinstein RA, Soileau EJ, Cloud GA, 366. Shafer MA, Beck A, Blain B, Dole P, Irwin CE, Jr.,
Pass RF. Chlamydia trachomatis cervical infection Sweet R, et al. Chlamydia trachomatis: important
and oral contraceptive use among adolescent girls. J relationships to race, contraception, lower genital
Adol Health Care. 1989;10(5):376–81. tract infection, and Papanicolaou smear. J Pediatr.
353. Nayyar KC, O’Neill JJ, Hambling MH, Waugh MA. 1984;104(1):141–6.
Isolation of Chlamydia trachomatis from women 367. Sessa R, Latino MA, Magliano EM, Nicosia R,
attending a Pustorino R, Santino I, et al. Epidemiology of
clinic for sexually transmitted diseases. Br J Ven Dis. urogenital infections caused by Chlamydia
1976;52(6):396–8. trachomatis and outline of characteristic features of
354. Morrison CS, Bright P, Wong EL, Kwok C, patients at risk. J Med Microbiol. 1994;41(3):168–72.
Yacobson I, Gaydos CA, et al. Hormonal 368. Sellors JW, Karwalajtys TL, Kaczorowski J,
contraceptive use, cervical ectopy, and the Mahony JB, Lytwyn A, Chong S, et al. Incidence,
acquisition of cervical infections. Sex Transm Dis. clearance and
2004;31(9):561–7. predictors of human papillomavirus infection in women.
355. McCormack WM, Reynolds GH. Effect of CMAJ. 2003;168(4):421–5.
menstrual cycle and method of contraception on 369. Schachter J, Stoner E, Moncada J. Screening for
recovery of Neisseria gonorrhoeae. JAMA. chlamydial infections in women attending family
1982;247(9):1292–4. planning clinics. West J Med. 1983;138(3):375–9.
356. Woolfitt JM, Watt L. Chlamydial infection of the 370. Polis CB, Phillips SJ, Curtis KM, Westreich DJ,
urogenital tract in promiscuous and non- Steyn PS, Raymond E, et al. Hormonal
promiscuous women. Br J Ven Dis. 1977;53(2):93–5. contraceptive methods and risk of HIV acquisition in
357. Wolinska WH, Melamed MR. Herpes genitalis in women: a systematic review of epidemiological
women attending Planned Parenthood of New York evidence. Contraception. 2014;90(4):360–90.
City. Acta Cytol. 1970;14(5):239–42. 371. Wand H, Ramjee G. The effects of injectable
358. Winter L, Goldy AS, Baer C. Prevalence and hormonal contraceptives on HIV seroconversion and
epidemiologic correlates of Chlamydia trachomatis in on sexually transmitted infections. AIDS.
rural and urban populations. Sex Transm Dis. 2012;26(3):375–80.
1990;17(1):30–6. 372. Reid SE, Dai JY, Wang J, Sichalwe BN,
359. Winer RL, Lee SK, Hughes JP, Adam DE, Kiviat Akpomiemie G, Cowan FM, et al. Pregnancy,
NB, Koutsky LA. Genital human papillomavirus contraceptive use, and HIV acquisition in HPTN 039:
infection: incidence and risk factors in a cohort of relevance for HIV prevention trials among African
female university students. Am J Epidemiol. women. J Acquir Immune Defic Syndr.
2003;157(3):218–26. 2010;53(5):606–13.
360. Willmott FE, Mair HJ. Genital herpesvirus 373. Myer L, Denny L, Wright TC, Kuhn L. Prospective
infection in women attending a venereal diseases study of hormonal contraception and women’s risk of
clinic. Br J Vener Dis. 1978;54(5):341–3. HIV infection in South Africa. Int J Epidemiol.
361. Vaccarella S, Herrero R, Dai M, Snijders PJ, 2007;36(1):166–74.
Meijer CJ, Thomas JO, et al. Reproductive factors, 374. Morrison CS, Skoler-Karpoff S, Kwok C, Chen
oral contraceptive use, and human papillomavirus PL, van de Wijgert J, Gehret-Plagianos M, et al.
infection: pooled analysis of the IARC HPV Hormonal contraception and the risk of HIV
180
acquisition among women in South Africa. AIDS. hormonal contraceptive method: secondary analysis
2012;26(4):497–504. of a randomized trial. AIDS. 2009;23(11):1377–82.
375. Morrison CS, Richardson BA, Mmiro F, Chipato 388. Stringer EM, Kaseba C, Levy J, Sinkala M,
T, Celentano DD, Luoto J, et al. Hormonal Goldenberg RL, Chi BH, et al. A randomized trial of
contraception and the risk of HIV acquisition. AIDS. the intrauterine contraceptive device vs hormonal
2007;21(1):85–95. contraception in women who are infected with the
376. Morrison CS, Chen PL, Kwok C, Richardson BA, human immunodeficiency virus. Am J Obstet Gynecol.
Chipato T, Mugerwa R, et al. Hormonal 2007;197(2):144–8.
contraception and 389. Lutalo T, Musoke R, Kong X, Makumbi F,
HIV acquisition: reanalysis using marginal structural Serwadda D, Nalugoda F, et al. Effects of hormonal
modeling. AIDS. 2010;24(11):1778–81. contraceptive use on HIV acquisition and
377. McCoy SI, Zheng W, Montgomery ET, Blanchard transmission among HIV- discordant couples. AIDS.
K, van der Straten A, de Bruyn G, et al. Oral and 2013;27 Suppl 1:S27–34.
injectable contraception use and risk of HIV 390. Richardson BA, Otieno PA, Mbori-Ngacha D,
acquisition among women in sub-Saharan Africa. Overbaugh J, Farquhar C, John-Stewart GC.
AIDS. 2013;27(6):1001–9. Hormonal contraception and HIV-1 disease
378. Heffron R, Donnell D, Rees H, Celum C, Mugo N, progression among postpartum Kenyan women.
Were E, et al. Use of hormonal contraceptives and AIDS. 2007;21(6):749–53.
risk of HIV-1 transmission: a prospective cohort 391. Kreiss J, Willerford DM, Hensel M, Emonyi W,
study. Lancet Infect Dis. 2012;12(1):19–26. Plummer F, Ndinya-Achola J, et al. Association
379. Baeten JM, Benki S, Chohan V, Lavreys L, between
McClelland RS, Mandaliya K, et al. Hormonal cervical inflammation and cervical shedding of human
contraceptive use, herpes simplex virus infection, immunodeficiency virus DNA. J Infect Dis.
and risk of HIV-1 acquisition among Kenyan women. 1994;170(6):1597–601.
AIDS. 2007;21(13):1771–7. 392. Graham SM, Masese L, Gitau R, Jalalian-Lechak
380. Stringer EM, Giganti M, Carter RJ, El-Sadr W, Z, Richardson BA, Peshu N, et al. Antiretroviral
Abrams EJ, Stringer JS. Hormonal contraception adherence and development of drug resistance are
and HIV disease progression: a multicountry cohort the strongest predictors of genital HIV-1 shedding
analysis of the MTCT- Plus Initiative. AIDS. 2009;23 among women initiating treatment. J Infect Dis.
Suppl 1:S69–77. 2010;202(10):1538–42.
381. Polis CB, Wawer MJ, Kiwanuka N, Laeyendecker 393. Clemetson DB, Moss GB, Willerford DM, Hensel
O, Kagaayi J, Lutalo T, et al. Effect of hormonal M, Emonyi W, Holmes KK, et al. Detection of HIV
contraceptive use on HIV progression in female HIV DNA in cervical and vaginal secretions. Prevalence
seroconverters in Rakai, Uganda. AIDS. and correlates among women in Nairobi, Kenya.
2010;24(12):1937–44. JAMA. 1993;269(22):2860–4.
382. Morrison CS, Chen PL, Nankya I, Rinaldi A, Van 394. Clark RA, Theall KP, Amedee AM, Dumestre J,
Der Pol B, Ma YR, et al. Hormonal contraceptive use Wenthold L, Kissinger PJ. Lack of association
and HIV disease progression among women in between genital tract HIV-1 RNA shedding and
Uganda and Zimbabwe. J Acquir Immune Defic hormonal contraceptive use in a cohort of Louisiana
Syndr. 2011;57(2):157–64. women. Sex Transm Dis. 2007;34(11):870–2.
383. Kilmarx PH, Limpakarnjanarat K, Kaewkungwal J, 395. Cejtin HE, Jacobson L, Springer G, Watts DH,
Srismith R, Saisorn S, Uthaivoravit W, et al. Disease Levine A, Greenblatt R, et al. Effect of hormonal
progression and survival with human contraceptive use on plasma HIV-1-RNA levels
immunodeficiency virus type 1 subtype E infection among HIV-infected women. AIDS.
among female sex workers in Thailand. J Infect Dis. 2003;17(11):1702–4.
2000;181(5):1598–606. 396. Kovacs A, Wasserman SS, Burns D, Wright DJ,
384. Heffron R, Mugo N, Ngure K, Celum C, Donnell Cohn J, Landay A, et al. Determinants of HIV-1
D, Were E, et al. Hormonal contraceptive use and shedding in the genital tract of women. Lancet.
risk of HIV-1 disease progression. AIDS. 2001;358:1593–601.
2013;27(2):261–7. 397. Kumwenda JJ, Makanani B, Taulo F, Nkhoma C,
385. Allen S, Stephenson R, Weiss H, Karita E, Priddy Kafulafula G, Li Q, et al. Natural history and risk
F, Fuller L, et al. Pregnancy, hormonal contraceptive factors associated with early and established HIV
use, and HIV- related death in Rwanda. J Womens type 1 infection among reproductive-age women in
Health (Larchmt). 2007;16(7):1017–27. Malawi. Clin Infect Dis. 2008;46(12):1913–20.
386. Survival and progression of HIV disease in 398. Lavreys L, Baeten JM, Kreiss JK, Richardson BA,
women attending GUM/HIV clinics in Britain and Chohan BH, Hassan W, et al. Injectable
Ireland. Study Group for the MRC Collaborative contraceptive use and genital ulcer disease during
Study of HIV Infection in Women. Sex Transm Infect. the early phase of HIV-1 infection increase plasma
1999;75(4):247–52. virus load in women. J Infect Dis. 2004;189(2):303–
387. Stringer EM, Levy J, Sinkala M, Chi BH, Matongo 11.
I, Chintu N, et al. HIV disease progression by 399. Morrison CS, Demers K, Kwok C, Bulime S,
181
Rinaldi A, Munjoma M, et al. Plasma and cervical subclinical diabetic women during pregnancy and
viral loads among Ugandan and Zimbabwean during post- partum oral contraceptive steroid
women during acute and early HIV-1 infection. AIDS. treatment. J Clin Endocrinol Metab. 1969;29(6):807–
2010;24(4):573–82. 18.
400. Mostad SB, Overbaugh J, DeVange DM, Welch 413. Kjos SL, Peters RK, Xiang A, Thomas D,
MJ, Chohan B, Mandaliya K, et al. Hormonal Schaefer U, Buchanan TA. Contraception and the
contraception, vitamin A deficiency, and other risk risk of type 2 diabetes mellitus in Latina women with
factors for shedding of HIV-1 infected cells from the prior gestational diabetes mellitus. JAMA.
cervix and vagina. Lancet. 1997;350:922–7. 1998;280(6):533–8.
401. Roccio M, Gardella B, Maserati R, Zara F, 414. Kung AW, Ma JT, Wong VC, Li DF, Ng MM,
Iacobone D, Spinillo A. Low-dose combined oral Wang CC, et al. Glucose and lipid metabolism with
contraceptive and cervicovaginal shedding of human triphasic oral contraceptives in women with history of
immunodeficiency virus. Contraception. gestational diabetes. Contraception.
2011;83(6):564–70. 1987;35(3):257–69.
402. Sagar M, Lavreys L, Baeten JM, Richardson BA, 415. Radberg T, Gustafson A, Skryten A, Karlsson K.
Mandaliya K, Ndinya-Achola JO, et al. Identification Metabolic studies in gestational diabetic women during
of modifiable factors that affect the genetic diversity contraceptive treatment: effects on glucose tolerance
of the transmitted HIV-1 population. AIDS. and fatty acid composition of serum lipids. Gynecol
2004;18(4):615–9. Obstet Invest. 1982;13(1):17–29.
403. Seck K, Samb N, Tempesta S, Mulanga-Kabeya 416. Skouby SO, Andersen O, Saurbrey N, Kuhl C.
C, Henzel D, Sow PS, et al. Prevalence and risk Oral contraception and insulin sensitivity: in vivo
factors of cervicovaginal HIV shedding among HIV-1 assessment in normal women and women with
and HIV-2 infected women in Dakar, Senegal. Sex previous gestational diabetes. J Clin Endocrinol
Transm Infect. 2001;77(3):190–3. Metab. 1987;64(3):519–23.
404. Tanton C, Weiss HA, Le Goff J, Changalucha J, 417. Skouby SO, Molsted-Pedersen L, Kuhl C. Low
Rusizoka M, Baisley K, et al. Correlates of HIV-1 dosage oral contraception in women with previous
genital shedding in Tanzanian women. PLoS One. gestational diabetes. Obstet Gynecol.
2011;6(3):e17480. 1982;59(3):325–8.
405. Tagy AH, Saker ME, Moussa AA, Kolgah A. The 418. Xiang AH, Kawakubo M, Kjos SL, Buchanan TA.
effect of low-dose combined oral contraceptive pills Long- acting injectable progestin contraception and
versus risk of type 2 diabetes in Latino women with prior
injectable contraceptive (Depot Provera) on liver gestational diabetes mellitus. Diabetes Care.
function tests of women with compensated bilharzial 2006;29(3):613–7.
liver fibrosis. Contraception. 2001;64:173–6. 419. Skouby SO, Andersen O, Kuhl C. Oral
406. Sy FS, Osteria TS, Opiniano V, Gler S. Effect of contraceptives and insulin receptor binding in normal
oral contraceptive on liver function tests of women women and those with previous gestational diabetes.
with schistosomiasis in the Philippines. Am J Obstet Gynecol. 1986;155(4):802–7.
Contraception. 1986;34:283–94. 420. Kjos SL, Shoupe D, Douyan S, Friedman RL,
407. Shaaban MM, Ghaneimah SA, Mohamed MA, Bernstein GS, Mestman JH, et al. Effect of low-dose
Abdel-Chani S, Mostafa SA. Effective of oral oral contraceptives on carbohydrate and lipid
contraception on serum bile acid. Int J Gynaecol metabolism in women with recent gestational
Obstet. 1984;22:111–5. diabetes: results of a controlled, randomized,
408. Shaaban MM, Hammad WA, Falthalla MF, prospective study. Am J Obstet Gynecol. 1990;163(6
Ghaneimah SA, El-Sharkawy MM, Salim TH, et al. Pt 1):1822–7.
Effects of oral contraception on liver function tests 421. Radberg T, Gustafson A, Skryten A, Karlsson K.
and serum proteins in women with active Metabolic studies in women with previous
schistosomiasis. Contraception. 1982;26:75–82. gestational diabetes during contraceptive treatment:
409. Gad-el-Mawla N, el-Roubi O, Sabet S, Abdallah effects on serum lipids and high density lipoproteins.
A. Plasma lipids and lipoproteins in bilharzial Acta Endocrinol (Copenh). 1982;101(1):134–9.
females during oral contraceptive therapy. J Egypt 422. Skouby SO, Kuhl C, Molsted-Pedersen L,
Med Assoc. 1972;55:137– 47. Petersen K, Christensen MS. Triphasic oral
410. Gad-el-Mawla N, Abdallah A. Liver function in contraception: metabolic effects in normal women
bilharzial females receiving contraceptive pills. Acta and those with previous gestational diabetes. Am J
Hepato- Splenol. 1969;16:308–10. Obstet Gynecol. 1985;153(5):495–500.
411. el Raghy I, Back DJ, Osman F, Orme ML, 423. Beck P, Arnett DM, Alsever RN, Eaton RP. Effect
Fathalla M. Contraceptive steroid concentrations in of contraceptive steroids on arginine-stimulated
women with early active schistosomiasis: lack of glucagon and insulin secretion in women. ll.
effect of antischistosomal drugs. Contraception. Carbohydrate and lipid phsiology in insulin-
1986;33:373–7. dependent diabetics. Metabolism. 1976;25(1):23–31.
412. Beck P, Wells SA. Comparison of the 424. Diab KM, Zaki MM. Contraception in diabetic
mechanisms underlying carbohydrate intolerance in women: comparative metabolic study of norplant,
182
depot medroxyprogesterone acetate, low dose oral Gastroenterology. 2000;118(3):560–4.
contraceptive pill and CuT380A. J Obstet Gynecol Res. 438. Kapp N, Curtis KM. Hormonal contraceptive use
2000;26(1):17–26. among women with liver tumors: a systematic
425. Garg SK, Chase P, Marshall G, Hoops SL, review. Contraception. 2009;80(4):387–90.
Holmes DL, Jackson WE. Oral contraceptives and 439. D’halluin V, Vilgrain V, Pelletier G, Rocher L,
renal and retinal complications in young women with Belghiti J, Erlinger S, et al. [Natural history of focal
insulin-dependent diabetes mellitus. JAMA. nodular hyperplasia. A retrospective study of 44
1994;271(14):1099–102. cases].
426. Grigoryan OR, Grodnitskaya EE, Andreeva EN, Gastroenterol Clin Biol. 2001;25(11):1008–10 (in
Shestakova MV, Melnichenko GA, Dedov II. French).
Contraception in perimenopausal women with 440. Aweeka FT, Rosenkranz SL, Segal Y, Coombs
diabetes mellitus. Gynecol Endocrinol. RW, Bardeguez A, Thevanayagam L, et al. The
2006;22(4):198–206. impact of sex and contraceptive therapy on the
427. Margolis KL, Adami H-O, Luo J, Ye W, plasma and intracellular pharmacokinetics of
Weiderpass E. A prospective study of oral zidovudine. AIDS. 2006;20(14):1833–41.
contraceptive use and risk of myocardial infarction 441. Kearney BP, Mathias A. Lack of effect of
among Swedish women. Fertil Steril. tenofovir disoproxil fumarate on pharmacokinetics of
2007;88(2):310–6. hormonal contraceptives. Pharmacotherapy.
428. Petersen KR, Skouby SO, Jespersen J. Balance 2009;29(8):924–9.
of coagulation activity with fibrinolysis during use of 442. Stuart GS, Moses A, Corbett A, Phiri G,
oral contraceptives in women with insulin-dependent Kumwenda W, Mkandawire N, et al. Combined oral
diabetes millitus. Int J Fertil. 1995;40(Suppl 2):105–11. contraceptives and antiretroviral PK/PD in Malawian
429. Radberg T, Gustafson A, Skryten A, Karlsson K. women:
Oral contraception in diabetic women. A cross-over pharmacokinetics and pharmacodynamics of a
study on seum and high density lipoprotein (HDL) combined oral contraceptive and a generic combined
lipids and diabetes control during progestogen and formulation antiretroviral in Malawi. J Acquir Immune
combined estrogen/progestogen contraception. Defic Syndr.
Horm Metab Res. 1982;14:61–5. 2011;58(2):e40–3.
430. Petersen KR, Skouby SO, Sidelmann J, 443. Nanda K, Delany-Moretlwe S, Dube K, Lendvay
Jespersen A, Kwok C, Molife L, et al. Nevirapine-based
J. Assessment of endothelial function during oral antiretroviral therapy does not reduce oral
contraception on women with insulin-dependent contraceptive effectiveness. AIDS. 2013;27 Suppl
diabetes mellitus. Metabolism. 1994;43(11):1379– 1:S17–25.
83. 444. Mildvan D, Yarrish R, Marshak A, Hutman HW,
431. Di Martino V, Lebray P, Myers RP, Pannier E, McDonough M, Lamson M, et al. Pharmacokinetic
Paradis V, Charlotte F, et al. Progression of liver interaction between nevirapine and ethinyl
fibrosis in women infected with hepatitis C: long-term estradiol/norethindrone when administered
benefit of estrogen exposure. Hepatology. concurrently to HIV-infected women. J Acquir
2004;40(6):1426–33. Immune Defic Syndr. 2002;29(5):471–7.
432. Libbrecht L, Craninx M, Nevens F, Desmet V, 445. Landolt NK, Phanuphak N, Ubolyam S, Pinyakorn
Roskams T. Predictive value of liver cell dysplasia S, Kriengsinyot R, Ahluwalia J, et al. Efavirenz, in
for development of hepatocellular carcinoma in contrast to nevirapine, is associated with unfavorable
patients with non-cirrhotic and cirrhotic chronic viral progesterone and antiretroviral levels when
hepatitis. Histopathology. 2001;39(1):66–73. coadministered with combined oral contraceptives. J
433. Eisalo A, Konttinen A, Hietala O. Oral Acquir Immune Defic Syndr. 2013;62(5):534–9.
contraceptives after liver disease. Br Med J. 446. Sevinsky H, Eley T, Persson A, Garner D, Yones
1971;3(5774):561–2. C, Nettles R, et al. The effect of efavirenz on the
434. Wang P, Lai Z, Tang J, Xu W, Mi X, Ma F. Safety pharmacokinetics of an oral contraceptive containing
of hormonal steroid contraceptive use for hepatitis B ethinyl estradiol and norgestimate in healthy HIV-
virus carrier women. Pharmacoepidemiol Drug Saf. negative women. Antivir Ther. 2011;16(2):149–56.
2000;9(3):245–6. 447. Carten ML, Kiser JJ, Kwara A, Mawhinney S, Cu-
435. Schweitzer IL, Weiner JM, McPeak CM, Thursby Uvin S. Pharmacokinetic interactions between the
MW. Oral contraceptives in acute viral hepatitis. hormonal emergency contraception, levonorgestrel
JAMA. 1975;233(9):979–80. (Plan B), and Efavirenz. Infect Dis Obstet Gynecol.
436. Kapp N, Tilley IB, Curtis KM. The effects of 2012;2012:137192.
hormonal contraceptive use among women with viral 448. Scholler-Gyure M, Kakuda TN, Woodfall B,
hepatitis or cirrhosis of the liver: a systematic review. Aharchi F, Peeters M, Vandermeulen K, et al. Effect
Contraception. 2009;80(4):381–6. of steady- state etravirine on the pharmacokinetics
437. Mathieu D, Kobeiter H, Maison P, Rahmouni A, and pharmacodynamics of ethinylestradiol and
Cherqui D, Zafrani ES, et al. Oral contraceptive use norethindrone. Contraception. 2009;80(1):44–52.
and focal nodular hyperplasia of the liver. 449. Crauwels HM, van Heeswijk RP, Buelens A,
183
Stevens M, Hoetelmans RM. Lack of an effect of 460. Sabers A, Ohman I, Christensen J, Tomson T.
rilpivirine on the pharmacokinetics of ethinylestradiol Oral contraceptives reduce lamotrigine plasma
and norethindrone in healthy volunteers. Int J Clin levels. Neurology. 2003;61:570–1.
Pharmacol Ther. 2014;52(2):118–28. 461. Sabers A, Buchholt JM, Uldall P, Hansen EL.
450. Sekar VJ, Lefebvre E, Guzman SS, Felicione E, Lamotrigine plasma levels reduced by oral
De Pauw M, Vangeneugden T, et al. contraceptives. Epilepsy Research. 2001;47:151–4.
Pharmacokinetic interaction between ethinyl 462. Reimers A, Helde G, Brodtkorb E. Ethinyl
estradiol, norethindrone and darunavir with low-dose estradiol, not progestogens, reduces lamotrigine
ritonavir in healthy women. Antivir Ther. serum concentrations. Epilepsia. 2005;46(9):1414–7.
2008;13(4):563–9. 463. Contin M, Albani F, Ambrosetto G, Avoni P,
451. Kasserra C, Li J, March B, O’Mara E. Effect of Bisulli F, Riva R, et al. Variation in lamotrigine
vicriviroc with or without ritonavir on oral plasma concentrations with hormonal contraceptive
contraceptive pharmacokinetics: a randomized, monthly cycles in partiens with epilepsy. Epilepsia.
open-label, parallel- group, fixed-sequence 2006;47(9):1573–5.
crossover trial in healthy women. Clin Ther. 464. Christensen J, Petrenaite V, Atterman J, Sidenius
2011;33(10):1503–14. P, Ohman I, Tomson T, et al. Oral contraceptives
452. Vogler MA, Patterson K, Kamemoto L, Park JG, induce lamotrigine metabolism: evidence from a
Watts H, Aweeka F, et al. Contraceptive efficacy of double-blind, placebo-controlled trial. Epilepsia.
oral 2007;48(3):484–9.
and transdermal hormones when co-administered with 465. Bainton R. Interaction between antibiotic therapy
protease inhibitors in HIV-1-infected women: and contraceptive medication. Oral Surg Oral Med
pharmacokinetic results of ACTG trial A5188. J Oral Pathol. 1986;61:453–5.
Acquir Immune Defic Syndr. 2010;55(4):473–82. 466. Bacon JF, Shenfield GM. Pregnancy attributable
453. Atrio J, Stanczyk FZ, Neely M, Cherala G, to interaction between tetracycline and oral
Kovacs A, Mishell DR, Jr. Effect of protease contraceptives. Br Med J. 1980;280:293.
inhibitors on 467. Back DJ, Tjia J, Martin C, Millar E, Mant T,
steady-state pharmacokinetics of oral norethindrone Morrison P, et al. The lack of interaction between
contraception in HIV-infected women. J Acquir temafloxacin and combined oral contraceptive
Immune Defic Syndr. 2014;65(1):72–7. steroids. Contraception. 1991;43:317–23.
454. Song I, Mark S, Borland J, Chen S, Wajima T, 468. Back DJ, Grimmer SF, Orme ML, Proudlove C,
Peppercorn A, et al. Dolutegravir has no effect on Mann RD, Breckenridge AM. Evaluation of the
the pharmacokinetics of methadone or oral Committee on Safety of Medicines yellow card
contraceptives reports on oral contraceptive- drug interactions with
with norgestimate and ethinyl estradiol. Atlanta (GA): anticonvulsants and antibiotics. Br J Clin Pharmacol.
20th Conference on Retroviruses and Opportunistic 1988;25:527–32.
Infections; 3–6 March 2013. 469. Back DJ, Breckenridge AM, MacIver M, Orme
455. Anderson MS, Hanley WD, Moreau AR, Jin B, ML, Rowe PH, Staiger C, et al. The effects of
Bieberdorf FA, Kost JT, et al. Effect of raltegravir on ampicillin on oral contraceptive steroids in women.
estradiol and norgestimate plasma pharmacokinetics Br J Clin Pharmacol. 1982;14:43–8.
following oral contraceptive administration in healthy 470. Bollen M. Use of antibiotics when taking the oral
women. Br J Clin Pharmacol. 2011;71(4):616–20. contraceptive pill. [comment]. Aust Fam Physician.
456. Rosenfeld WE, Doose DR, Walker SA, Nayak 1995;24:928–9.
RK. Effect of topiramate on the pharmacokinetics of 471. Kakouris H, Kovacs GT. Pill failure and nonuse of
an oral contraceptive containing norethindrone and secondary precautions. Br J Fam Plann.
ethinyl estradiol in patients with epilepsy. Epilepsia. 1992;18:41–4.
1997;38:317–23. 472. Joshi JV, Joshi UM, Sankholi GM, Krishna U,
457. Fattore C, Cipolla G, Gatti G, Limido GL, Sturm Mandlekar A, Chowdhury V, et al. A study of
Y, Bernasconi C, et al. Induction of ethinylestradiol interaction of low-dose combination oral
and levonorgestrel metabolism by oxcarbazepine in contraceptive with ampicillin and metronidazole.
healthy women. Epilepsia. 1999;40:783–7. Contraception. 1980;22:643–52.
458. Doose DR, Wang S, Padmanabhan M, Schwabe 473. Hughes BR, Cunliffe WJ. Interactions between
S, Jacobs D, Bialer M. Effects of topiramate or the oral contraceptive pill and antibiotics. [comment].
carbamazepine on the pharmacokinetics of an oral Br J Dermatol. 1990;122:717–8.
contraceptive containing norethindrone and ethinyl 474. Hetenyi G. Possible interactions between
estradiol in healthy obese and nonobese female antibiotics and oral contraceptives. Therapia
subjects. Epilepsia. 2003;44:540–9. Hungarica (English edition). 1989;37:86–9.
459. Back DJ, Bates M, Bowden A, Breckenridge AM, 475. Hempel E, Zorn C, Graf K. [Effect of
Hall MJ, Jones H, et al. The interaction of chemotherapy agents and antibiotics on hormonal
Phenobarbital and other anticonvulsants with oral contraception]. Zeitschrift fur Arztliche Forbildung
contraceptive steroid therapy. Contraception. (Jena). 1978;72:924–6 (in German).
1980;22:495–503. 476. Hempel E, Bohm W, Carol W, Klinger G.
184
[Enzyme induction by drugs and hormonal contraceptive. Antimicrob Agents Chemother.
contraception]. Zentralblatt fur Gynakologie. 1998;42:3266–8.
1973;95:1451–7 (in German). 494. Pillans PI, Sparrow MJ. Pregnancy associated
477. Helms SE, Bredle DL, Zajic J, Jarjoura D, Brodell with a combined oral contraceptive and itraconazole.
RT, Krishnarao I. Oral contraceptive failure rates and [comment]. N Z Med J. 1993;106:436.
oral antibiotics. J Am Acad Dermatol. 1997;36:705– 495. Neely JL, Abate M, Swinker M, D’Angio R. The
10. effect of doxycycline on serum levels of ethinyl
478. Grimmer SF, Allen WL, Back DJ, Breckenridge estradiol, noretindrone, and endogenous
AM, Orme ML, Tjia J. The effect of cotrimoxazole on progesterone. Obstet Gynecol. 1991;77:416–20.
oral contraceptive steroids in women. Contraception. 496. Murphy AA, Zacur HA, Charache P, Burkman RT.
1983;28:53–9. The effect of tetracycline on levels of oral
479. Friedman CI, Huneke AL, Kim MH, Powell J. The contraceptives. Am J Obstet Gynecol. 1991;164:28–
effect of ampicillin on oral contraceptive 33.
effectiveness. Obstet Gynecol. 1980;55:33–7. 497. Maggiolo F, Puricelli G, Dottorini M, Caprioloi S,
480. Donley TG, Smith RF, Roy B. Reduced oral Bianchi W, Suter F. The effects of ciprofloxacin on
contraceptive effectiveness with concurrent antibiotic oral contraceptive steroid treatments. Drugs Exp Clin
use: a protocol for prescribing antibiotics to women Res. 1991;17:451–4.
of childbearing age. Compendium. 1990;11:392–6. 498. London BM, Lookingbill DP. Frequency of
481. DeSano EA Jr, Hurley SC. Possible interactions pregnancy in acne patients taking oral antibiotics
of antihistamines and antibiotics with oral and oral contraceptives. Arch Dermatol.
contraceptive effectiveness. Fertil Steril. 1994;130:392–3.
1982;37:853–4. 499. Lequeux A. [Pregnancy under oral contraceptives
482. de Groot AC, Eshuis H, Stricker BH. [Inefficiency after treatment with tetracycline]. Louvain Medical.
of oral contraception during use of minocycline]. 1980;99:413–4 (in French).
Nederlands Tijedschrift voor Geneeskunde. 500. Kovacs GT, Riddoch G, Duncombe P, Welberry
1990;134:1227–9 (in Dutch). L, Chick P, Weisberg E, et al. Inadvertent
483. Csemiczky G, Alvendal C, Landgren BM. Risk for pregnancies in oral contraceptive users. Med J Aust.
ovulation in women taking a low-dose oral 1989;150:549–51.
contraceptive (Microgynon) when receiving 501. Kakouris H, Kovacs GT. How common are
antibacterial treatment with a fluoroquinoline predisposing factors to pill failure among pill users?
(ofloxacin). Adv Contracept. 1996;12:101–9. Br J Fam Plann. 1994;20:33–5.
484. Cote J. Interaction of griseofulvin and oral 502. Abrams LS, Skee D, Natarajan J, Wong FA.
contraceptives. [comment]. J Am Acad Dermatol. Pharmocokinetic overview of Ortho Evra/Evra. Fertil
1990;22:124–5. Steril. 2002;77(supplement 2):s3–s12.
485. Bromham DR. Knowledge and use of secondary 503. Dogterom P, van den Heuvel MW, Thomsen T.
contraception among patients requesting termination Absence of pharmacokinetic interactions of the
of pregnancy. BMJ. 1993;306:556–7. combined contraceptive vaginal ring NuvaRing with
486. Young LK, Farquhar C, McCowan LM, Roberts oral amoxicillin or doxycycline in two randomized
HE, Taylor J. The contraceptive practices of women trials. Clin Pharmacokinet. 2005;44:429–38.
seeking termination of pregnancy in an Auckland 504. van Puijenbroek EP, Feenstra J, Meyboom RH.
clinic. N Z Med J. 1994;107:189–92. [Pill cycle disturbance in simultaneous use of
487. Wermeling DP, Chandler MH, Sides GD, Collins itraconazole and oral contraceptives]. Ned Tijdschr
D, Muse KN. Dirithromycin increases ethinyl Geneeskd. 1998;142:146–9 (in Dutch).
estradiol clearance without allowing ovulation. 505. Sinofsky FE, Pasquale SA. The effect of
Obstet Gynecol. 1995;86:78– 84. fluconazole on circulating ethinyl estradiol levels in
488. van Dijke CP, Weber JC. Interaction between oral women taking oral contraceptives. Am J Obstet
contraceptives and griseofulvin. Br Med J (Clin Res Gynecol. 1998;178:300–4.
Ed). 1984;288:1125–6. 506. Rieth H, Sauerbrey N. [Interaction studies with
489. Sparrow MJ. Pill method failures in women fluconazole, a new tirazole antifungal drug]. Wiener
seeking abortion – fourteen years experience. N Z Medizinische Wochenschrift. 1989;139:370–4 (in
Med J. 1998;111:386–8. German).
490. Sparrow MJ. Pregnancies in reliable pill takers. N 507. Meyboom RH, van Puijenbroek EP, Vinks MH,
Z Med J. 1989;102:575–7. Lastdrager CJ. Disturbance of sanggama terputus
491. Sparrow MJ. Pill method failures. N Z Med J. bledding during
1987;100:102–5. 515. Wanwimolruk S, Kaewvichit S, Tanthayaphinant
492. Silber TJ. Apparent oral contraceptive failure O, Suwannarach C, Oranratnachai A. Lack of effect
associated with antibiotic administration. J Adol of oral contraceptive use on the pharmacokinetics of
Health Care. 1983;4:287–9. quinine. Br J Clin Pharmacol. 1991;31:179–81.
493. Scholten PC, Droppert RM, Zwinkels MG, 516. McGready R, Stepniewska K, Seaton E, Cho T,
Moesker HL, Nauta JJ, Hoepelman IM. No Cho D, Ginsberg A, et al. Pregnancy and use of oral
interaction between ciprofloxacin and an oral contaceptives reduces the biotransformation of
185
proguanil to cycloguanil. Eur J Clin Pharmacol. rifampicin on norethisterone pharmacokinetics. Eur J
2003;59:553–7. Clin Pharmacol. 1979;15:193–7.
517. Karbwang J, Looareesuwan S, Back DJ, 525. Joshi JV, Joshi UM, Sankholi GM, Gupta K, Rao
Migasana S, Bunnag D. Effect of oral contraceptive AP, Hazari K, et al. A study of interaction of a low-
steroids on the clinical course of malaria infection dose combination oral contraceptive with anti-
and on the pharmacokinetics of mefloquine in Thai tubercular drugs. Contraception. 1980;21:617–29.
women. Bull World Health Organ. 1988;66:763–7. 526. Hirsch A, Tillement JP, Chretien J. Effets
518. Croft AM, Herxheimer A. Adverse effects of the contrariants de la rifampicine sur les contraceptifs
antimalaria drug, mefloquine: due to primary liver oraux: a propos de trois grossesses non desiree
damage with secondary thyroid involvement? BMC chez trois malades. Revue française des maladies
Public Health. 2002;2:6. respiratoires. 1975;2:174–82 (in French).
519. Back DJ, Breckenridge AM, Grimmer SF, Orme 527. Hirsch A. [Letter: Sleeping pills]. La Nouvelle
ML, Purba HS. Pharmacokinetics of oral presse médicale. 1973;2:2957 (in French).
contraceptive steroids following the administration of 528. Kropp R. [Rifampicin and oral contraceptives
the antimalarial drugs primaquine and chloroquine. (author’s transl)]. Praxis der Pneumologie vereinigt
Contraception. 1984;30:289–95. mit Der Tuberkulosearzt. 1974;28:270–2 (in
509. Lunell NO, Pschera H, Zador G, Carlstrom K. German).
Evaluation of the possible interaction of the 529. Szoka PR, Edgren RA. Drug interactions with oral
antifungal triazole SCH 39304 with oral contraceptives: compilation and analysis of an
contraceptives in normal health women. Gynecol adverse experience report database. Fertil Steril.
Obstet Invest. 1991;32:91–7. 1988;49:s31–s8.
510. Kovacs I, Somos P, Hamori M. Examination of 530. Skolnick JL, Stoler BS, Katz DB, Anderson WH.
the potential interaction between ketoconazole Rifampicin, oral contraceptives, and pregnancy.
(Nizoral) and oral contraceptives with special regard JAMA. 1976;236:1382.
to products of low hormone content (Rigevidon, 531. Reimers D, Jezek A. [the simultaneous use of
anteovin). Therapia Hungarica (English edition). rifampicin and other antitubercular agents with oral
1986;34:167–70. contraceptives]. Praxis der Pneumologie vereinigt mit
511. Hilbert J, Messig M, Kuye O. Evaluation of Der Tuberkulosearzt. 1971;25:255–62 (in German).
interaction between fluconazole and an oral 532. Piguet B, Muglioni JF, Chaline G. [Letter: Oral
contraceptive in healthy women. Obstet Gynecol. contraception and rifampicin]. La Nouvelle presse
2001;98:218–23. médicale. 1975;4:115–6 (in French).
512. Devenport MH, Crook D, Wynn V, Lees LJ. 533. Nocke-Finke L, Breuer H, Reimers D. [Effects of
Metabolic effects of low-dose fluconazole in healthy rifampicin on the menstrual cycle and on oestrogen
female users and non-users of oral contraceptives. excretion in patients taking oral contraceptives].
Br J Clin Pharmacol. 1989;27:851–9. Deutsche medizinische Wochenschrift.
513. van Puijenbroek EP, Egberts ACG, Meyboom 1973;98:1521–3 (in German).
RHB, Leufkens HGM. Signalling possible drug-drug 534. Meyer B, Muller F, Wessels P, Maree J. A model
interactions in a spontaneous reporting system: to detect interactions between roxithromycin and oral
delay of sanggama terputus bleeding during contraceptives. Clin Pharmacol Ther. 1990;47:671–
concomitant use of oral contraceptives and 4.
itraconazole. Br J Clin Pharmacol. 1999;47:689–93. 535. LeBel M, Masson E, Guilbert E, Colborn D,
514. Verhoeven CH, van den Heuvel MW, Mulders Paquet F, Allard S, et al. Effects of rifabutin and
TM, Dieben TO. The contraceptive vaginal ring, rifampicin on the pharmacokinetics of ethinylestradiol
NuvaRing, and antimycotic co-medication. and norethindrone. J Clin Pharmacol. 1998;38:1042–
Contraception. 2004;69:129– 32. treatment with 50.
pharmacokinetics and metabolism of
ethinyloestradiol in man. Acta Endocrinol (Copenh).
1977;85:189–97.
522. Barditch-Crovo P, Trapnell CB, Ette E, Zacur HA,
Coresh J, Rocco LE, et al. The effects of rifampicin
and rifabutin on the pharmacokinetics and
pharmacodynamics of a combination oral
contraceptive. Clin Pharmacol Ther. 1999;65:428–
38.
523. Back DJ, Breckenridge AM, Crawford FE, Hall
JM, MacIver M, Orme ML, et al. The effect of
rifampicin on the pharmacokinetics of
ethynylestradiol in women. Contraception.
1980;21:135–43.
524. Back DJ, Breckenridge AM, Crawford FE,
MacIver M, Orme ML, Park BK, et al. The effect of
186
IMPLAN PROGESTERON
2.7.2 Kontrasepsi progestin
Implan Progesteron adalah sebuah jenis kontrasepsi
PIL PROGESTERON (PP) jangka panjang dan reversibel. Berbagai jenis implan
yang dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
PP hanya mengandung progesteron dan tidak ada
estrogen. 1. Levonorgestrel (LNG): Implan yang mengadung LNG
adalah Norplant®, Jadelle® and Sino-implant (II)®.
INJEKSI PROGESTERON
a. Norplant® adalah implan 6 batang, tiap batang
Injeksi ini mengandung depot medroxyprogesterone mengandung 36 mg LNG (tidak diproduksi lagi)
acetate (DMPA) dan norethisterone enanthate (NET-
EN). b. Jadelle® adalah implan 2 batang, tiap batang
Ada tiga formulasi yang dipertimbangkan disini: mengandung 75 mg LNG

1. DMPA-IM = 150 mg DMPA diberikan secara c. Sino-implant (II) ® adalah implan 2 batang, tiap
intramuskular batang mengandung 75 mg LNG

2. DMPA-SC = 104 mg DMPA diberikan secara 2. Etonogestrel (ETG): Implan yang mengandung ETG
subkutan adalah Implanon® dan Nexplanon®. Keduanya terdiri
dari batang tunggal yang mengandung 68 mg ETG.
3. NET-EN = 200 mg NET-EN diberikan secara
intramuskular Tidak ada penelitian yang diidentifikasi memberikan bukti
langsung terhadap penggunaan Sino-implant (II) di
Bukti yang sudah terbukti pada kondisi seperti usia, antara wanita dengan kondisi medis di Buku Kriteria
obesitas, endometriosis dan HIV di antara pengguna Kelayakan Medis dan termasuk kelompok pembanding.
DMPA-SC tampak konsisten terhadap rekomendasi Bukti dari 3 penelitian terhadap wanita sehat
yang ada untuk DMPA-IM (1-12). Selanjutnya, DMPA- menunjukkan bahwa Sino-implant (II) memiliki profil
SC dan DMPA-IM tampak setara secara terapeutik, kemanan dan farmakokinetik yang sama dengan implan
dengan profil keamanan yang serupa bila digunakan LNG lainnya, tanpa perbedaan yang signifikan pada efek
oleh wanita sehat (3, 5, 11). Selama menunggu bukti samping yang serius, seperti kehamilan ektopik atau
lebih lanjut. Guideline Development Group (KPP) penghentian karena masalah medis (13-15). Oleh karena
menyimpulkan bahwa bukti yang tersedia untuk DMPA- itu, data keamanan dari penelitian implan LNG di antara
IM berlaku untuk DMPA-SC dan oleh karena itu, DMPA- wanita dengan kondisi medis digunakan karena
SC harus memiliki kategori yang sama seperti DMPA-IM; kemiripannya dengan Sino-implant (II) dan implan LNG
rekomendasi yang ditetapkan harus dipertimbangkan lainnya dalam formulasi hormon, profil kualitas dan
sebagai penilaian terbaik di awal, yang akan dievaluasi tingkat pelepasan harian. KPP memberikan rekomendasi
ulang saat data baru tersedia. yang sama untuk Sino-implant (II) serperti untuk implan
LNG lainnya.

187
KONTRASEPSI PROGESTIN
Kontrasepsi progestin tidak melindungi penularan infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Jika ada risiko
IMS/HIV, penggunaan kondom secara benar dan konsisten direkomendasikan. Ketika digunakan secara benar dan
konsisten, kondom menawarkan salah satu metode yang paling efektif dalam perlindungan terhadap IMS, termasuk
HIV. Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan secara luas oleh program nasional seperti halnya
kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI
I = Indikasi, C = kelanjutan
PP DMPA/NET- LNG/ETG
EN
† Rekomendasi- PP = pil progestin
rekomendasi diulas untuk LNG/ETG = levonorgetrel dan etonogestrel (implan)
Buku Kriteria Kelayakan DMPA = depot medroxyprogesterone acetate (suntik)
Medis edisi kelima, NET-EN = norethisterone enanthate (suntik)
rincian lebih lanjut
setelah tabel berikut
*Komentar tambahan
setelah tabel berikut
KARAKTERISTIK PRIBADI DAN RIWAYAT REPRODUKSI
KEHAMILAN NA NA NA NA = tidak dapat diterapkan

Klarifikasi: Penggunaan kontrasepsi


progestin tidak diperlukan. Terdapat
bahaya yang tidak dikeTahui pada wanita,
perjalanan kehamilannya, atau janin jika
kontrasepsi progestin secara tidak
sengaja digunakan selama kehamilan.
Bagaimanapun, hubungan antara
penggunaan DMPA selama kehamilan
dan efeknya pada janin masih belum
jelas.
USIA Bukti Ilmiah: Banyak penelitian
a) Menars <18 tahun 1 2 1 menemukan bahwa wanita kehilangan
b) 18 sampai 45 tahun 1 1 1 kepadatan mineral tulang (bone mineral
c) >45 tahun 1 1 1 density/BMD) selama penggunaan DMPA,
tetapi BMD kembali setelah penghentian.
Bukti terbatas menunjukkan hubungan
yang lemah dengan fraktur, meskipun 1
penelitian besar menyarankan bahwa
wanita yang memilih DMPA kemungkinan
berada pada risiko yang tinggi terhadap
fraktur bahkan sebelum memulai metode
ini (16). Masih belum jelas bahwa wanita
dewasa dengan penggunaan DMPA
jangka panjang dapat memperoleh
kembali BMD ke kadar awal sebelum
memasuki menopause dan pada remaja
dapat mencapai puncak massa tulang
setelah penghentian DMPA. Hubungan
antara perubahan-perubahan ini pada
BMD selama masa-masa reproduksi dan
risiko fraktur masa depan tidak diketahui.
Penelitian secara umum tidak
menemukan efek kontrasepsi progestin
dibandingan DMPA pada BMD (5, 12, 16-
60).
PARITAS
a) Nullipara 1 1 1
b) Para 1 1 1

188
Kontrasepsi Progestin
Kontrasepsi progestin tidak melindungi penularan infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Jika ada risiko
IMS/HIV, penggunaan kondom secara benar dan konsisten direkomendasikan. Ketika digunakan secara benar
dan konsisten, kondom menawarkan salah satu metode yang paling efektif dalam perlindungan terhadap IMS,
termasuk HIV. Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan secara luas oleh program nasional
seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI
I = Indikasi, C = kelanjutan
PP DMPA/NET- LNG/ETG
EN
† Rekomendasi- PP = pil progestin
rekomendasi diulas untuk LNG/ETG = levonorgetrel dan etonogestrel (implan)
Buku Kriteria Kelayakan DMPA = depot medroxyprogesterone acetate (suntik)
Medis edisi kelima, NET-EN = norethisterone enanthate (suntik)
rincian lebih lanjut
setelah tabel berikut
*Komentar tambahan
setelah tabel berikut
KARAKTERISTIK PRIBADI DAN RIWAYAT REPRODUKSI
MENYUSUI? Klarifikasi: Ada kekhawatiran secara
teoritis mengenani paparan potensial dari
a) <6 minggu 2 3 2 DMPA/NET-EN terhadap neonatus
pascakeguguran selama 6 minggu pertama
b) ≥6 minggu sampai <6 1 1 1 pascakeguguran. Pada banyak keadaan,
bulan pascakeguguran meskipun demikian, risiko morbiditas dan
(terutama menyusui) mortalitas terkait kehamilan tinggi dan
c) ≥6 bulan 1 1 1 akses terhadap pelayanan terbatas.
pascakeguguran Dalam keadaan tersebut, DMPA/NET
mungkin di antara beberapa metode
secara luas tersedia dan mudah diakses
oleh wanita menyusui segera setelah
melahirkan.

Bukti Ilmiah: Bukti langsung


membuktikan tidak ada efek berbahaya
kontrasepsi progestin pada kinerja
menyusui (61-109) dan secara umum
membuktikan tidak ada efek berbahaya
terhadap pertumbuhan, kesehatan, atau
perkembangan bayi (74, 76, 89, 99);
meskipun demikian, penelitian ini
dirancang secara tidak memadai untuk
menentukan apakah risiko efek jangka
panjang ada. Data hewan menyarankan
sebuah efek progesteron dalam
perkembangan otak; apakah efek yang
sama terjadi mengikuti paparan
progesteron pada manusia belum jelas
(110-112).
PASCAKEGUGURAN
(WANITA YANG TIDAK
MENYUSUI)
a) <21 hari 1 1 1
b) ≥ 21 hari 1 1 1

189
PASCAKEGUGURAN Klarifikasi: kontrasepsi progestin dapat
a) Trimester pertama 1 1 1 dimulai segera pascakeguguran.
b) Trimester kedua 1 1 1
c) Segera 1 1 1 Bukti Ilmiah: Bukti terbatas mengusulkan
pascakeguguran septik bahwa tidak ada efek samping yang
merugikan ketika sebuah implan LNG
atau NET-EN dimulai setelah abortus di
trimester pertama (113-116).
KEHAMILAN EKTOPIK 2 1 1
TERAKHIR*
RIWAYAT 1 1 1
PEMBEDAHAN
PANGGUL
MEROKOK
a) Usia <35 tahun 1 1 1
b) Usia ≥35 tahun
i) <15 batang/hari 1 1 1
ii) ≥15 batang/hari 1 1 1

190
KONTRASEPSI PROGESTIN
Kontrasepsi progestin tidak melindungi penularan infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Jika ada risiko
IMS/HIV, penggunaan kondom secara benar dan konsisten direkomendasikan. Ketika digunakan secara benar dan
konsisten, kondom menawarkan salah satu metode yang paling efektif dalam perlindungan terhadap IMS, termasuk
HIV. Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan secara luas oleh program nasional seperti halnya
kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI
I = Indikasi, C = kelanjutan
PP DMPA/NET- LNG/ETG
EN
† Rekomendasi- PP = pil progestin
rekomendasi diulas untuk LNG/ETG = levonorgetrel dan etonogestrel (implan)
Buku Kriteria Kelayakan DMPA = depot medroxyprogesterone acetate (suntik)
Medis NET-EN = norethisterone enanthate (suntik)
edisi kelima, rincian lebih
lanjut setelah tabel berikut
*Komentar tambahan
setelah tabel berikut
OBESITAS Klarifikasi: Ada bukti perbedaan
a) ≥ 30 kg/m2 IMT 1 1 1 peningkatan berat badan di antara remaja
b) Menars <18 tahun dan 1 2 1 berat badan normal dan obesitas yang
≥30 kg/m2 IMT menggunakan DMPA, namun tidak di antara
yang menggunakan NET-EN. Namun, NET-
EN adalah kategori 2 karena bukti
menunjukkan efek potensial dari NET-EN
pada BMD di kalangan remaja (lihat baris:
Usia).

Bukti ilmiah: Diantara wanita dewasa,


umumnya tidak ada hubungan antara berat
bada awal dan kenaikan berat badan di
antara pengguna DMPA dibandingkan
dengan bukan pengguna. Bukti bermacam-
macam untuk pengguna DMPA remaja,
dengan beberapa penelitian mengamati
kenaikan berat badan yang lebih besar di
antara pengguna obesitas dibandingkan
dengan berat badan normal, namun
penelitian lain menunjukkan tidak ada
hubungan. Perbedaan metodologi di seluruh
penelitian dapat menjelaskan perbedaan
temuan. Data tentang metode kontrasepsi
progestin lainnya dan hasil buruknya lainnya
terbatas (10, 117-133).
PENGUKURAN NA NA NA NA = (tidak dapat diterapkan)
TEKANAN DARAH
TIDAK TERSEDIA Klarifikasi: Diperlukan pengukuran tekanan
darah sebelum dimulainya penggunaan
kontrasepsi progestin. Namun, pada
beberapa keadaan pengukuran tekanan
darah tidak tersedia. Dalam banyak
keadaan, risiko morbiditas dan mortalitas
terkait kehamilan tinggi dan kontrasepsi
progestin termasuk di antara beberapa
metode yang tersedia secara luas. Dalam
situasi tersebut, wanita tidak boleh menolak
menggunakan kontrasepsi progestin karena
tekanan darahnya tidak bisa diukur.

191
PENYAKIT KARDIOVASKULAR
BERBAGAI FAKTOR 2 3 2 Klarifikasi: Bila ada berbagai faktor risiko
RISIKO PADA mayor, risiko penyakit kardiovaskular
PENYAKIT dapat meningkat secara substansial.
KARDIOVASKULAR Beberapa kontrasepsi progestin dapat
ARTERIAL(seperti usia meningkatkan risiko thrombosis,
tua, merokok, diabetes, walaupun peningkatan ini secara
hipertensi dan diketahui substansial kurang dari kombinasi
dislipidemia) kontrasepsi oral (KPK). Efek DMPA dan
NET-EN mungkin bertahan beberapa saat
setelah penghentian.

192
KONTRASEPSI PROGESTIN
Kontrasepsi progestin tidak melindungi penularan infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Jika ada risiko
IMS/HIV, penggunaan kondom secara benar dan konsisten direkomendasikan. Ketika digunakan secara benar dan
konsisten, kondom menawarkan salah satu metode yang paling efektif dalam perlindungan terhadap IMS, termasuk
HIV. Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan secara luas oleh program nasional seperti halnya
kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI
I = Indikasi, C = kelanjutan

PP DMPA/ LNG/ETG
NET-EN
† Rekomendasi- PP = pil progestin
rekomendasi diulas untuk LNG/ETG = levonorgetrel dan etonogestrel (implan)
Buku Kriteria Kelayakan DMPA = depot medroxyprogesterone acetate (suntik)
Medis edisi kelima, rincian NET-EN = norethisterone enanthate (suntik)
lebih lanjut setelah tabel
berikut
*Komentar tambahan
setelah tabel berikut
HIPERTENSI

Untuk semua kategori hipertensi, klasifikasi berdasarkan anggapan tidak adanya faktor risiko penyakit kardiovaskular
yang lain. Ketika ada berbagai faktor risiko, risiko penyakit kardiovaskular dapat meningkat secara substansial.
Pembacaan nilai tekanan darah secara tunggal tidak cukup untuk mengelompokkan wanita sebagai hipertensi.
a) Riwayat hipertensi, 2 2 2 Klarifikasi: Diharapkan pengukuran tekanan
dimana tekanan darah darah dilakukan sebelum memulai
TIDAK dapat dievaluasi menggunakan kontrasepsi progestin.
(termasuk hipertensi Namun, pada beberapa keadaan,
dalam kehamilan) pengukuran tekanan darah tidak tersedia. Di
banyak keadaan, risiko morbiditas dan
mortalitas terkait kehamilan tinggi dan
kontrasepsi progestin termasuk di antara
beberapa metode yang tersedia secara luas.
Dalam keadaan tersebuat, seorang wanita
sebaiknya tidak menolak menggunakan
kontrasepsi progestin hanya karena tekanan
darahnya tidak bisa diukur.

b) Hipertensi terkontrol 1 2 1 Klarifikasi: Wanita yang diobati secara


secara adekuat, dimana adekuat untuk hipertensi mengurangi risiko
tekanan darah DAPAT terjadinya infark miokard akut (acute
dievaluasi myocardial infarction/MI) dan stroke jika
dibandingkan dengan wanita yang tidak
diobati. Walaupun tidak ada data, pengguna
kontrasepsi progestin yang terkontrol secara
adekuat dan hipertensi yang diawasi
seharusnya mengurangi risiko MI akut dan
stroke dibandingkan dengan pengguna
kontrasepsi progestin hipertensi yang tidak
diobati.

c) Peningkatan nilai Bukti Ilmiah: Bukti terbatas menyarankan


tekanan darah di antara wanita dengan hipertensi, bagi
(pengukuran dilakukan yang menggunakan PP atau suntik
dengan baik) progesteron (POI) memiliki sedikit
peningkatan risiko kejadian kardiovaskular
i. Sistolik 140-159 atau
1 2 1 dibandingkan dengan wanita yang tidak
diastolik 90-99 mmHg
menggunakan metode ini.
ii. Sistolik ≥160 atau 2 3 2
diastolik ≥100 mmHg

193
d) Penyakit vaskular 2 3 2

RIWAYAT TEKANAN 1 1 1
DARAH TINGGI
SELAMA KEHAMILAN
(dimana tekanan darah
terakhir terukur dan
normal)

194
KONTRASEPSI PROGESTIN
Kontrasepsi progestin tidak melindungi penularan infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Jika ada risiko
IMS/HIV, penggunaan kondom secara benar dan konsisten direkomendasikan. Ketika digunakan secara benar
dan konsisten, kondom menawarkan salah satu metode yang paling efektif dalam perlindungan terhadap IMS,
termasuk HIV. Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan secara luas oleh program nasional
seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI
I = Indikasi, C = kelanjutan
PP DMPA/NET- LNG/ETG
EN
† Rekomendasi-rekomendasi PP = pil progestin
diulas untuk Buku Kriteria LNG/ETG = levonorgetrel dan etonogestrel (implan)
Kelayakan Medis edisi DMPA = depot medroxyprogesterone acetate (suntik)
kelima, rincian lebih lanjut NET-EN = norethisterone enanthate (suntik)
setelah tabel berikut
*Komentar tambahan setelah
tabel berikut
TROMBOSIS VENA DALAM Bukti: Tidak ada bukti langsung pada
(TVD)/EMBOLI PARU (EP)* penggunaan kontrasepsi progestin di
a) Riwayat TVD/EP 2 2 2 anatara wanita TVD/EP dengan terapi
antikoagulan. Meskipun bukti pada
b) TVD/EP akut 3 3 3 risiko trombosis vena dengan
penggunaan kontrasepsi progestin
tidak konsisten pada wanita sehat,
setiap peningkatan risiko kecil secara
substansial kurang dari pada
pengguna KPK. (134-136).

c) TVD/EP dengan terapi 2 2 2 Bukti: Tidak ada bukti langsung pada


antikoagulan penggunaan kontrasepsi progestin di
antara wanita dengan TVD/EP
dengan terapi antikoagulan. Meskipun
bukti pada risiko trombosis vena
dengan penggunaan kontrasepsi
progestin tidak konsisten pada wanita
sehat, setiap peningkatan risiko kecil
secara substansial kurang dari pada
pengguna KPK (134-136). Bukti
terbatas mengindikasikan suntik
DMPA intramuskular pada wanita
dengan terapi koagulan menahun
tidak mengemukakan risiko penting
hematoma di tempat suntik atau
peningkatan risiko perdarahan vagina
berat atau ireguler (137, 138).
d) Riwayat keluarga 1 1 1
(keturunan tingkat pertama)

e) Bedah mayor tanpa


imobilisasi
i) dengan imobilisasi lama 2 2 2
ii) tanpa imobilisasi lama 1 1 1

f) Bedah minor tanpa 1 1 1


imobilisasi

195
MUTASI TROMBOGENIK 2 2 2 Klarifikasi: Skrining rutin tidak tepat
DIKETAHUI (seperti faktor V karena kelangkaan kondisi dan biaya
Leiden; mutasi protrombin; skrining tinggi.
protein S, protein C dan
defisiensi antitrombin)

196
KONTRASEPSI PROGESTIN
Kontrasepsi progestin tidak melindungi penularan infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Jika ada risiko
IMS/HIV, penggunaan kondom secara benar dan konsisten direkomendasikan. Ketika digunakan secara benar dan
konsisten, kondom menawarkan salah satu metode yang paling efektif dalam perlindungan terhadap IMS, termasuk
HIV. Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan secara luas oleh program nasional seperti halnya
kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI
I = Indikasi, C = kelanjutan
PP DMPA/NET- LNG/ETG
EN
† Rekomendasi-rekomendasi PP = pil progestin
diulas untuk Buku Kriteria LNG/ETG = levonorgetrel dan etonogestrel (implan)
Kelayakan Medis edisi kelima, DMPA = depot medroxyprogesterone acetate (suntik)
rincian lebih lanjut setelah tabel NET-EN = norethisterone enanthate (suntik)
berikut
*Komentar tambahan setelah
tabel berikut
KELAINAN VENA
SUPERFISIAL 1 1 1
a) Varises vena 1 1 1
b) Trombosis vena superfisial
RIWAYAT PENYAKIT I C I C
JANTUNG ISKEMIK DAN SAAT
INI* 2 3 3 2 3
STROKE* (RIWAYAT I C I C
KECELAKAAN
SEREBROVASKULAR) 2 3 3 2 3
DISLIPIDEMIA DIKETAHUI Klarifikasi: Skrining rutin tidak tepat
TANPA FAKTOR RISIKO 2 2 2 karena kelangkaan kondisi dan
KARDIOVASKULAR LAINNYA biaya skrining tinggi
YANG DIKETAHUI

PENYAKIT KATUP JANTUNG

a) Tidak komplikasi 1 1 1
b) Kompikasi (hipertensi 1 1 1
pulmoner, risiko atrial fibrilasi,
riwayat endocarditis bakterial
subakut
PENYAKIT REMATIK
LUPUS ERIMATOSUS SISTEMIK (SLE)
Orang dengan SLE meningkatkan risiko penyakit iskemik jantung, stroke dan tromboemboli vena. Penetapan
kategori pada kondisi tersebut dalam Medical egibility criteria for contraceptive use harus sama untuk wanita dengan
SLE, klasifikasi didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada faktor risiko penyakit kardiovaskular lainnya; klasifikasi ini
harus dimodifikasi dengan adanya faktor risiko tersebut. Bukti yang ada menunjukkan bahwa banyak wanita dengan
SLE dapat dianggap kandidat yang baik untuk metode kontrasepsi kebanyakan, termasuk kontrasepsi hormonal.
(139-156).
I C
a) Positif (atau tidak diketahui) 3 3 3 3 Bukti Ilmiah: Antibodi antifosfolipid
antibodi antifosfolipid berhubungan dengan tingginya
b) Trombositopenia berat 2 3 2 2 risiko trombosis arteri dan vena (17-
c) Pengobatan imunosupresif 2 2 2 2 159).
d) Bukan salah satu di atas 2 2 2 2

197
KONTRASEPSI PROGESTIN
Kontrasepsi progestin tidak melindungi penularan infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Jika ada risiko
IMS/HIV, penggunaan kondom secara benar dan konsisten direkomendasikan. Ketika digunakan secara benar dan
konsisten, kondom menawarkan salah satu metode yang paling efektif dalam perlindungan terhadap IMS, termasuk
HIV. Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan secara luas oleh program nasional seperti halnya
kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI
I = Indikasi, C = kelanjutan
PP DMPA/ LNG/ETG
NET-EN
† Rekomendasi- PP = pil progestin
rekomendasi diulas LNG/ETG = levonorgetrel dan etonogestrel (implan)
untuk Buku Kriteria DMPA = depot medroxyprogesterone acetate (suntik)
Kelayakan Medis edisi NET-EN = norethisterone enanthate (suntik)
kelima, rincian lebih
lanjut setelah tabel
berikut
*Komentar tambahan
setelah tabel berikut
KONDISI NEUROLOGIS
NYERI KEPALA I C I C I C
a) Non-migrain (ringan 1 1 1 1 1 1 Klarifikasi: Klasifikasi bergantung pada
atau berat) keakuratan diagnosis nyeri kepala berat baik
b) Migrain migrain dan yang bukan Nyeri kepala baru
i) Tanpa aura apapun atau adanya perubahan pada nyeri
Usia <35 tahun 1 2 2 2 2 2 kepala harus dievaluasi. Klasifikasi
Usia ≥35 tahun 1 2 2 2 2 2 diperuntukkan bagi wanita tanpa faktor risiko
ii) Dengan aura, usia 2 3 2 3 2 3 apapun lainnya untuk stroke. Risiko stroke
berapapun meningkat seiring usia, hipertensi dan
merokok.
EPILEPSI 1 1 1 Klarifikasi: Jika wanita memakai
antikonvulsan, lihat bagian terakhir dari tabel
ini, tentang interaksi obat. Antikonvulsan
tertentu menurunkan efektivitas kontrasepsi
progestin.
GANGGUAN DEPRESI
GANGGUAN DEPRESI 1 1 1 Klarifikasi: Klasifikasi ini didasarkan pada
data wanita dengan gangguan depresi
tertentu. Tidak ada data tentang gangguan
bipolar atau depresi pascakeguguran
tersedia. Ada potensi interaksi obat antara
obat depresan tertentu dan kontrasepsi
hormonal.

Bukti Ilmiah: Penggunaan kontrasepsi


progestin tidak meningkatkan gejala depresi
pada wanita depresi dibandingkan dengan
yang bukan.
KELAINAN DAN INFEKSI TRAKTUS REPRODUKSI
POLA PERDARAHAN
VAGINA
a) Pola ireguler tanpa 2 2 2
perdarahan berat
b) Perdarahan hebat 2 2 2 Klarifikasi: Perdarahan yang luar biasa berat
atau memanjang harus meningkatkan kecurigaan akan kondisi
(termasuk pola reguler mendasar yang serius.
dan ireguler)

198
KONTRASEPSI PROGESTIN
Kontrasepsi progestin tidak melindungi penularan infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Jika ada risiko
IMS/HIV, penggunaan kondom secara benar dan konsisten direkomendasikan. Ketika digunakan secara benar dan
konsisten, kondom menawarkan salah satu metode yang paling efektif dalam perlindungan terhadap IMS, termasuk
HIV. Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan secara luas oleh program nasional seperti halnya
kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI
I = Indikasi, C = kelanjutan
PP DMPA/NET- LNG/ETG
EN
† Rekomendasi- PP = pil progestin
rekomendasi diulas LNG/ETG = levonorgetrel dan etonogestrel (implan)
untuk Buku Kriteria DMPA = depot medroxyprogesterone acetate (suntik)
Kelayakan Medis edisi NET-EN = norethisterone enanthate (suntik)
kelima, rincian lebih
lanjut setelah tabel
berikut
*Komentar tambahan
setelah tabel berikut
PERDARAHAN VAGINA Klarifikasi: Jika kehamilan atau kondisi
YANG TIDAK DAPAT patologis mendasari (seperti keganasan
DIJELASKAN* panggul) dicurigai, maka harus dievaluasi
(curiga kondisi serius) dan kategori disesuaikan setelah
dievaluasi.
Sebelum evaluasi 2 2 2
ENDOMETRIOSIS 1 1 1
TUMOR OVARIUM 1 1 1
JINAK (termasuk kista)
DISMENOREA BERAT 1 1 1
PENYAKIT
TROFOBLASTIK
GESTASIONAL

a) Penurunan atau kadar 1 1 1


ß-hCG tidak terdeteksi
b) Kadar ß-hCG yang 1 1 1
menikat terus-menerus
atau penyakit keganasan
EKTROPION SERVIKS 1 1 1
NEOPLASIA 1 2 2 Bukti Ilmiah: Di antara wanita dengan
INTRAEPITEL SERVIKS infeksi human papillomavirus (HPV)
(NIS) menetap/ persisten, penggunaan DMPA
jangka panjang (≥5 tahun) dapat
meningkatkan risiko karsinoma in situ dan
karsinoma invasif (164).
KANKER SERVIKS* 1 2 2
(menunggu pengobatan)

PENYAKIT PAYUDARA*
a) Massa tidak 2 2 2 Klarifikasi: Evaluasi harus dilakukan
terdiagnosa sedini mungkin.
b) Penyakit payudara 1 1 1
jinak
c) Riwayat kanker dalam 1 1 1
keluarga
d) Kanker payudara
i) Saat ini 4 4 4
ii) Masa lalu dan tidak 3 3 3

199
ada bukti penyakit saat
ini selama 5 tahun
KANKER
ENDOMENTRIUM* 1 1 1
KANKER OVARIUM* 1 1 1

200
KONTRASEPSI PROGESTIN
Kontrasepsi progestin tidak melindungi penularan infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Jika ada risiko
IMS/HIV, penggunaan kondom secara benar dan konsisten direkomendasikan. Ketika digunakan secara benar dan
konsisten, kondom menawarkan salah satu metode yang paling efektif dalam perlindungan terhadap IMS, termasuk
HIV. Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan secara luas oleh program nasional seperti halnya
kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI
I = Indikasi, C = kelanjutan
PP DMPA/NET- LNG/ETG
EN
† Rekomendasi- PP = pil progestin
rekomendasi diulas LNG/ETG = levonorgetrel dan etonogestrel (implan)
untuk Buku Kriteria DMPA = depot medroxyprogesterone acetate (suntik)
Kelayakan Medis edisi NET-EN = norethisterone enanthate (suntik)
kelima, rincian lebih
lanjut setelah tabel
berikut
*Komentar tambahan
setelah tabel berikut
MIOMA UTERI*
a) Tanpa adanya torsi 1 1 1
pada kavum uterus
b) Dengan adanya torsi 1 1 1
pada kavum uterus

PENYAKIT INFLAMASI
PANGGUL
a) Riwayat penyakit
radang panggul
sebelumnya (dengan
asumsi tidak ada
faktor risiko IMS)
i. Dengan adanya 1 1 1
rencana kehamilan
ii. Tanpa adanya 1 1 1
rencana kehamilan
b) Terdapat penyakit 1 1 1
radang panggul
INFEKSI MENULAR
SEKSUAL (IMS)
a) Adanya servisitis
dengan secret 1 1 1
purulent atau infeksi
klamidia atau gonore
b) IMS lainnya (tidak 1 1 1
termasuk HIV dan
hepatitis)
c) Vaginitis (termasuk 1 1 1
Trichomonas
vaginalis dan
vaginosis bakterial)
d) Risiko yang 1 1 1 Bukti Ilmiah: Bukti yang ada
meningkat untuk menyebutkan bahwa terdapat peningkatan
terjadi IMS risiko infeksi servisitis klamidia diantara
pemakai DMPA dengan risiko tinggi
terkena IMS.
Untuk IMS lainnya, belum ada bukti yang
menunjukkan tidak adanya hubungan
antara pemakaian DMPA dan

201
meningkatnya risiko kejadian IMS atau
kurangnya data untuk pengambilan
kesimpulan.
Tidak ada bukti pada kontrasepsi
progestins lainnya.
(165-172).

202
KONTRASEPSI PROGESTIN
Kontrasepsi progestin tidak melindungi penularan infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Jika ada risiko
IMS/HIV, penggunaan kondom secara benar dan konsisten direkomendasikan. Ketika digunakan secara benar
dan konsisten, kondom menawarkan salah satu metode yang paling efektif dalam perlindungan terhadap IMS,
termasuk HIV. Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan secara luas oleh program nasional
seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI
I = Indikasi, C = kelanjutan
PP DMPA/ LNG/ETG
NET-EN
† Rekomendasi- PP = pil progestin
rekomendasi diulas LNG/ETG = levonorgetrel dan etonogestrel (implan)
untuk Buku Kriteria DMPA = depot medroxyprogesterone acetate (suntik)
Kelayakan Medis edisi NET-EN = norethisterone enanthate (suntik)
kelima, rincian lebih
lanjut setelah tabel
berikut
*Komentar tambahan
setelah tabel berikut
RISIKO TINGGI HIV 1 1 1 Lihat dibawah untuk
klarifikasi/bukti.
Klarifikasi untuk risiko tinggi HIV:
Bagi wanita dengan risiko tinggi terkena HIV yang memakai kontrasepsi progestin secara IV (POI) sebaiknya
diberitahu bahwa studi yang menunjukkan hubungan penggunaan POI dan terjangkitnya HIV masih memiliki
keterbatasan secara metodologi sehingga membatasi interpretasi. Beberapa studi menunjukkan bahwa wanita
dengan penggunaan POI akan memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena HIV; namun studi lain ada yang
mengatakan tidak adanya hubungan. Hubungan ini tergantung kembali pada keadaan sekitar, seperti tingkat
penggunaan kontrasepsi secara IV, mortalitas ibu dan prevalensi HIV. Hal ini harus juga diperhatikan dalam
membuat panduan untuk lokal. Grup ahli WHO terus menerus memantau adanya bukti yang muncul. Pada
pertemuan di tahun 2014, seperti pada pertemuan di tahun 2012, disetujui bahwa data epidemiologi tidak
menjadi landasan perubahan Buku Kriteria Kelayakan Medis. Berdasarkan hal tersebut, wanita dengan risiko
tinggi terkena HIV sebaiknya diedukasi bahwa POI dapat atau tidak dapat meningkatkan risiko terkna HIV.
Wanita dan pasangan dengan risiko tinggi HIV yang merencanakan pemakaian POI harus diedukasi dan harus
memiliki alat pencegahan penularan HIV, seperti kondom pria dan wanita.

Bukti Ilmiah untuk risiko tinggi HIV:


Lima studi yang melakukan penilaian penggunaan NET-EN secara IV dan dinilai bahwa “informatif tapi dengan
keterbatasan yang penting” (73) empat dari lima studi menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna secara statistik dengan penularan HIV (174-177), hanya satu yang berbeda (178).
Sembilan studi yang menilai DMPA, atau, apabila hasil yang menunjukkan DMPA secara spesifik tidak dapat
diakses, akses suntik non spesifik; studi ini dimasukkan dalam kategori “informatif tapi dengan keterbatasan
yang penting”. (173). Hasilnya beragam: tiga studi menunjukkan peningkatan risiko secara signifikan (178-180),
satu menunjukkan peningkatan risiko menggunakan satu model statistik tapi tidak menunjukkan hasil yang
signifikan ketika menggunakan model statistik yang lain. (181,182) dan lima tidak menunjukkan adanya
peningkatan risiko yang signifikan. (174-177,183).
Dua studi menilai implan, salah satunya masuk dalam kategori “tidak menjawab pertanyaan utama” (173,184).
Tidak ada yang menunjukkan adanya peningkatan risiko penularan HIV, namun interval kepercayaannya luas.
(184,185)

203
KONTRASEPSI PROGESTIN
Kontrasepsi progestin tidak melindungi penularan infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Jika ada risiko
IMS/HIV, penggunaan kondom secara benar dan konsisten direkomendasikan. Ketika digunakan secara benar
dan konsisten, kondom menawarkan salah satu metode yang paling efektif dalam perlindungan terhadap IMS,
termasuk HIV. Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan secara luas oleh program nasional
seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI
I = Indikasi, C = kelanjutan
PP DMPA/ LNG/ETG
NET-EN
† Rekomendasi- PP = pil progestin
rekomendasi diulas LNG/ETG = levonorgetrel dan etonogestrel (implan)
untuk Buku Kriteria DMPA = depot medroxyprogesterone acetate (suntik)
Kelayakan Medis edisi NET-EN = norethisterone enanthate (suntik)
kelima, rincian lebih
lanjut setelah tabel
berikut
*Komentar tambahan
setelah tabel berikut
Klarifikasi untuk HIV asimptomatik atau
HIV ASIMPTOMATIK dengan gejala ringan (WHO stadium 1
ATAU GEJALA KLINIS atau 2) dan HIV dengan gejala berat
1 1 1
RINGAN (WHO STAGE atau lanjut (WHO stadium 3 atau 4):
1 ATAU 2) Dikarenakan banyaknya interaksi obat
antara kontrasepsi hormonal dan terapi
HIV GEJALA KLINIS 1 1 1 ARV, lihat pada bagian terakhir pada tabel
BERAT ATAU LANJUT ini, pada bagian interaksi obat.
(WHO STAGE 3 ATAU
4) Bukti Ilmiah untuk HIV asimptomatik
atau gejala ringan (WHO stadium 1 atau
2) dan gejala berat atau lanjut (WHO
stadium 3 atau 4): dari 6 studi yang ada,
lima menunjukkan idak ada hubungan
antara penggunaan POI dan progresivitas
dari HIV, berdasarkan nilai CD4 < 200
sel/mm3, pemakaian terapi antiretroviral
(ART), atau mortalitas (186-190). Satu
penelitian randomisasi memperlihatkan
peningkatan risiko pada penurunan jumlah
CD4 atau kematian pada pemakai
kontrasepsi oral (KPK dan PP) ketika
dibandingkan dengan pemakai AKDR
bahan perunggu (AKDR-Cu); namun studi
ini, terdapat loss to follow up yang
signifikan dan pergantian metode antar
kelompok, sehingga membatasi
interpretasi data (188,191). Satu studi
menunjukkan tidak ada perbedaan pada
pemakaian ART atau angka CD4 antara
pengguna dan bukan pengguna AKDR-
LNG (192). Dua studi prospektif
observasional menilai secara langsung
efek dari berbagai metode kontrasepsi
hormonal pada transmisi HIV dari wanita
ke pria dengan menilai serokonversi pada
pria yang bersama dengan wanita positif
HIV dan diketahui memakai kontrasepsi
hormonal. Satu studi melaporkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara

204
pengguna POI dan transmisi HIV dari
wanita ke pria (180), studi lain tidak
menemukan hubungan yang bermakna
antar penggunaan DMPA dan transmisi
HIV dari wanita ke pria (184). Hasil studi
ini secara tidak langsung menilai bahwa
efek dari pemakaian berbagai metode
kontrasepsi hormonal pada transmisi HIV
dari wanita ke pria dengan melihat
produksi virus genital sebagai sumber
infeksi bercampur. Sebagian besar dari
studi indirek yang menilai apakah berbagai
metode kontrasepsi hormonal
mempengaruhi HIV viral load di plasma,
menunjukkan tidak ada efek yang
mempengaruhi (189,193-207).

205
KONTRASEPSI PROGESTIN
Kontrasepsi progestin tidak melindungi penularan infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Jika ada risiko
IMS/HIV, penggunaan kondom secara benar dan konsisten direkomendasikan. Ketika digunakan secara benar dan
konsisten, kondom menawarkan salah satu metode yang paling efektif dalam perlindungan terhadap IMS, termasuk
HIV. Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan secara luas oleh program nasional seperti halnya
kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI
I = Indikasi, C = kelanjutan
PP DMPA/NET- LNG/ETG
EN
† Rekomendasi- PP = pil progestin
rekomendasi diulas LNG/ETG = levonorgetrel dan etonogestrel (implan)
untuk Buku Kriteria DMPA = depot medroxyprogesterone acetate (suntik)
Kelayakan Medis edisi NET-EN = norethisterone enanthate (suntik)
kelima, rincian lebih
lanjut setelah tabel
berikut
*Komentar tambahan
setelah tabel berikut
INFEKSI LAIN
SKISTOSOMIASIS
a) Tanpa komplikasi 1 1 1 Bukti Ilmiah: Diantara wanita dengan
skistosomiasis tanpa komplikasi, bukti
terbatas menunjukkan penggunaan DMPA
tidak mempengaruhi fungsi hati. (208)

b) Adanya fibrosis hepar 1 1 1


(jika berat, lihat
sirosis)
TUBERKULOSIS
a) Non – panggul 1 1 1 Klasifikasi: Pada wanita yang meminum
b) Panggul 1 1 1 rifampicin, beralih ke bagian terakhir dari
tabel ini, pada bagian interaksi obat.
Rifampicin dapat mengurangi efektivitas dari
beberapa kontrasepsi progestins.
MALARIA 1 1 1

KELAINAN ENDOKRIN
DIABETES*
a) Riwayat penyakit 1 1 1 Bukti Ilmiah: pemakaian kontrasepsi
gestasional progestin tidak memiliki efek samping
terhadap serum lipid pada wanita dengan
riwayat Diabetes gestasional pada 2 studi
kecil (209,210). Hanya terdapat bukti yang
terbatas dan inkonsisten mengenai
perkembangan menjadi diabetes yang tidak
bergantung pada Insulin diantara pengguna
kontrasepsi progestin dengan riwayat
b) Penyakit non – Diabetes gestasional. (211-214).
vaskular
I. Tidak ketergantungan 2 2 2 Bukti Ilmiah: Diantara wanita dengan
insulin diabetes baik yang tergantung dan tidak
II. Ketergantungan 2 2 2 tergantung insulin, bukti yang terbatas pada
insulin pemakaian metode kontrasepsi progestine
(PP, DMPA IV, LNG implan) menyarankan
2 2 2 bahwa metode ini memiliki efek minimal pada
c) Nefropati/ retinopati/ kontrol jangka pendek dan jangka panjang
neuropati dari Diabetes (contoh: HbA1c), penanda
206
2 2 2 hemostatis atau Profil lipid. (215-218)
d) Penyakit vaskular
lainnya atau diabetes
> 20 tahun

207
KONTRASEPSI PROGESTIN
Kontrasepsi progestin tidak melindungi penularan infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Jika ada risiko
IMS/HIV, penggunaan kondom secara benar dan konsisten direkomendasikan. Ketika digunakan secara benar
dan konsisten, kondom menawarkan salah satu metode yang paling efektif dalam perlindungan terhadap IMS,
termasuk HIV. Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan secara luas oleh program nasional
seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI
I = Indikasi, C = kelanjutan
PP DMPA/ LNG/ETG
NET-
EN
† Rekomendasi- PP = pil progestin
rekomendasi diulas LNG/ETG = levonorgetrel dan etonogestrel (implan)
untuk Buku Kriteria DMPA = depot medroxyprogesterone acetate (suntik)
Kelayakan Medis edisi NET-EN = norethisterone enanthate (suntik)
kelima, rincian lebih
lanjut setelah tabel
berikut
*Komentar tambahan
setelah tabel berikut
KELAINAN TIROID
a) Goiter simple 1 1 1
b) Hipertiroid 1 1 1
c) Hipotiroid 1 1 1

KELAINAN GASTROINTESTINAL
PENYAKIT KANTUNG
EMPEDU
a) Simtomatik
i. Diobati dengan 2 2 2
kolesistektomi
ii. Diobati dengan medikasi 2 2 2
oral
iii. Sedang terkena 2 2 2

b) Asimtomatik 2 2 2
RIWAYAT
KOLESTASIS*
a) Berhubungan dengan 1 1 1
kehamilan
b) Berhubungan dengan 2 2 2
penggunaan KPK
sebelumnya
HEPATITIS VIRAL
a) Akut atau flare 1 1 1
b) Karier 1 1 1
c) Kronis 1 1 1
SIROSIS
a) Ringan
(terkompensasi) 1 1 1
b) Berat (tidak
terkompensasi) 3 3 3

208
TUMOR HEPAR*
a) Jinak
i. Hiperplasia fokal 2 2 2 Bukti Ilmiah: Hanya terdapat bukti terbatas
nodular bahwa pemakaian kontrasepsi hormonal tidak
mempengaruhi baik pertumbuhan maupun
ii. Adenoma 3 3 regresi dari lesi hepar pada wanita dengan
hepatoseluler hyperplasia fokal nodular. (219-221)

b) Keganasan 3 3 3
(hepatoma)

209
KONTRASEPSI PROGESTIN
Kontrasepsi progestin tidak melindungi penularan infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Jika ada risiko
IMS/HIV, penggunaan kondom secara benar dan konsisten direkomendasikan. Ketika digunakan secara benar dan
konsisten, kondom menawarkan salah satu metode yang paling efektif dalam perlindungan terhadap IMS, termasuk
HIV. Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan secara luas oleh program nasional seperti halnya
kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI
I = Indikasi, C = kelanjutan
PP DMPA/NET- LNG/ETG
EN
† Rekomendasi- PP = pil progestin
rekomendasi diulas LNG/ETG = levonorgetrel dan etonogestrel (implan)
untuk Buku Kriteria DMPA = depot medroxyprogesterone acetate (suntik)
Kelayakan Medis edisi NET-EN = norethisterone enanthate (suntik)
kelima, rincian lebih
lanjut setelah tabel
berikut
*Komentar tambahan
setelah tabel berikut
ANEMIA
THALASEMIA 1 1 1

PENYAKIT SEL BULAN 1 1 1 Bukti Ilmiah: pada wanita dengan penyakit


SABIT (SICKLE CELL sel bulan sabit, kontrasepsi progestine tidak
ANEMIA) menimbulkan efek samping pada penilaian
hematologi dan pada beberapa studi,
didapatkan bermanfaat bagi gejala klinis
(222-229)
ANEMIA DEFISIENSI 1 1 1
BESI

INTERAKSI OBAT
TERAPI
ANTIRETROVIRAL
(ARV) Bukti Ilmiah: NRTIs tidak menimbulkan risiko
a) Nucleoside interaksi yang signifikan dengan metode
reverse transcriptase kontrasepsi hormonal (230,231)
inhibitors (NRTIs) 1 1 1
Abacavir (ABC) 1 1 1
Tenofovir (TDF) 1 1 1
Zidovudine (AZT) 1 1 1
Lamivudine (3TC) 1 1 1
Didanosine (DDI) 1 1 1
Emtricitabine (FTC) 1 1 1
Stavudin (D4T)

b) Non-nucleoside Klarifikasi: obat antiretroviral memiliki


reverse transcriptase potensial baik dalam meningkatkan maupun
inhibitors (NNRTIs) menurunkan kadar hormon steroid pada
Efavirens (EFV) 2 DMPA = 1 2 wanita yang menggunakan kontrasepsi
NET-EN = 2 hormonal. data farmakokinetik
memperkirakan bahwa potensi interaksi obat
Etravirine (ETR) 1 1 1 antara beberapa obat antiretroviral (terutama
beberapa NNRTIs dan PI-yang diikuti
Nevirapine (NVP) 2 DMPA = 1 2 ritonavir) dan beberapa kontrasepsi
NET-EN = 2 hormonal. Interaksi tersebut dapat
menurunkan efektivitas dari kontrasepsi
Rilpivirine (RPV) 1 1 1 hormonal.
210
Bukti: salah satu bagan retrospektif terhadap
wanita yang menggunakan ARV yang
mengandung efavirenz, didapatkan
peningkatan rasio kegagalan kontrasepsi
bagi wanita pengguna implan LNG (232).
Berdasarkan data farmakokinetik, efektivitas
DMPA kemungkinan tidak terpengaruh oleh
NNRTIs dan sebaliknya (233,234)

211
KONTRASEPSI PROGESTIN
Kontrasepsi progestin tidak melindungi penularan infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Jika ada risiko
IMS/HIV, penggunaan kondom secara benar dan konsisten direkomendasikan. Ketika digunakan secara benar dan
konsisten, kondom menawarkan salah satu metode yang paling efektif dalam perlindungan terhadap IMS, termasuk
HIV. Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan secara luas oleh program nasional seperti halnya
kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI
I = Indikasi, C = kelanjutan
PP DMPA/NET- LNG/ETG
EN
† Rekomendasi- PP = pil progestin
rekomendasi diulas LNG/ETG = levonorgetrel dan etonogestrel (implan)
untuk Buku Kriteria DMPA = depot medroxyprogesterone acetate (suntik)
Kelayakan Medis edisi NET-EN = norethisterone enanthate (suntik)
kelima, rincian lebih
lanjut setelah tabel
berikut
*Komentar tambahan
setelah tabel berikut

c) Protease Inhibitor Klarifikasi: obat antiretroviral memiliki


(PIs) potensial baik dalam meningkatkan maupun
menurunkan kadar hormon steroid pada
Ataazanavir-yang 2 DMPA = 1 2 wanita yang menggunakan kontrasepsi
dikuatkan ritonavir NET-EN = 2 hormonal. data farmakokinetik
(ATV/r) memperkirakan potensi interaksi obat antara
beberapa obat antiretroviral (terutama
beberapa NNRTI dan PI-yang diikuti ritonavir)
Darunavir-yang 2 DMPA = 1 2 dan beberapa kontrasepsi hormonal. interaksi
dikuatkan ritonavir NET-EN = 2 tersebut dapat menurunkan efektivitas dari
(DRV/r) kontrasepsi hormonal.

Darunavir-yang 2 DMPA = 1 2
dikuatkan ritonavir NET-EN = 2
(DRV/r)

Ritonavir (RTV) 2 DMPA = 1 2 Bukti Ilmiah: Satu studi menemukan bahwa


NET-EN = 2 tingkat progresteron yang lebih tinggi dengan
penggunaan PI yang bersamaan pada
pengguna kontrasepsi pil progesterone (238).
Berdasarkan data farmakokinetik, efektivitas
dari DMPA tidak terpengaruhi oleh PI dan
sebaliknya (233,234)

d) Integrase inhibitors Bukti Ilmiah: Integrase inhibitor raltegravir


Raltegravir (RAL) 1 1 1 tidak tampak berinteraksi dengan KPK yang
mengandung norgestimate (239,240).
TERAPI
ANTIKONVULSAN 3 DMPA = 1 2 Klarifikasi: Walaupun interaksi antikonvulsan
a) Antikonvulsan tertentu NET-EN=2 tertentu dengan PP, NET-EN dan LNG/ETG
(fenitoin, implan tidak berbahaya, namun tampaknya
carbamazepine, dapat menurunkan efektivitas dari PP, NET-
barbiturate, EN dan LNG/ETG implan. Masih tidak jelas
primidone, topiramate, apakah menaikkan dosis dari progesterone
oxcarbazepine) mempunyai efek samping atau tidak.
Penggunaan kontrasepsi lainnya sebaiknya
diedukasikan kepada wanita dengan
pemakaian obat ini dalam waktu lama.
Penggunaan DMPA termasuk dalam kategori
1 dikarenakan efektivitas tidak menurun pada
212
penggunaan antikonvulsan.

Bukti Ilmiah: Penggunaan antikonvulsan


tertentu dapat menurunkan efektivitas
kontrasepsi progestins (241-243)

b) Lamotrigine 1 1 1 Bukti Ilmiah: tidak ada interaksi obat yang


dilaporkan pada wanita dengan epilepsy yang
memakai lamotrigine dan kontrasepsi
progestins bersamaan (244).

213
KONTRASEPSI PROGESTIN
Kontrasepsi progestin tidak melindungi penularan infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Jika ada risiko
IMS/HIV, penggunaan kondom secara benar dan konsisten direkomendasikan. Ketika digunakan secara benar dan
konsisten, kondom menawarkan salah satu metode yang paling efektif dalam perlindungan terhadap IMS, termasuk
HIV. Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan secara luas oleh program nasional seperti halnya
kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI
I = Indikasi, C = kelanjutan
PP DMPA/NET- LNG/ETG
EN
† Rekomendasi- PP = pil progestin
rekomendasi diulas LNG/ETG = levonorgetrel dan etonogestrel (implan)
untuk Buku Kriteria DMPA = depot medroxyprogesterone acetate (suntik)
Kelayakan Medis edisi NET-EN = norethisterone enanthate (suntik)
kelima, rincian lebih
lanjut setelah tabel
berikut
*Komentar tambahan
setelah tabel berikut
TERAPI ANTIMIKROBA
a) Antibiotik spektrum 1 1 1
luas
b) Anti jamur 1 1 1
c) Anti parasit 1 1 1
d) Terapi rifampicin atau 3 DMPA = 1 2 Klarifikasi: Walaupun interaksi rifampicin
rifabutin NET-EN = 2 atau rifabutin dengan PP, NET-EN dan
LNG/ETG implan tidak berbahaya, namun
tampaknya dapat menurunkan efektivitas dari
PP, NET-EN dan LNG/ETG implan. Masih
tidak jelas apakah menaikkan dosis dari
progesterone mempunyai efek samping atau
tidak. Penggunaan kontrasepsi lainnya
sebaiknya diedukasikan kepada wanita
dengan pemakaian obat ini dalam waktu
lama. Penggunaan DMPA termasuk dalam
kategori 1 dikarenakan efektivitas tidak
menurun pada penggunaan rifampicin atau
rifabutin.

214
REKOMENDASI UNTUK EDISI KELIMA STROKE

Rekomendasi ini telah melewati review berdasarkan Terdapat pertimbangan terhadap efek hipo-estrogen dan
kebijakan WHO dalam pembuatan pedoman dan turunnya kadar HDL, terutama pada pengguna DMPA
merupakan bagian dari persiapan pembuatan Kriteria dan NET-EN. Namun, efek ini tidak begitu terlalu
Kelayakan Medis dalam Penggunaan Kontrasepsi, edisi diperhatikan pada PP atau LNG/ETG implan. Efek dari
kelima. Kuesioner Populasi, intervesi, komparasi dan DMPA dan NET-EN dapat bertahan beberapa waktu
keluaran (PICO) buatan the Guideline Development setelah pemberhentian pemakaian.
Group (KPP) dan pencarian database dilakukan untuk
mencari bukti, yang mengarah pada pembuatan review SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUS (SLE)
sistematik, pembuatan kesimpulan yang menyanggah
rekomendasi dan poin-poin tambahan dari KPP yang Trombositopenia berat meningkatkan risiko perdarahan.
berhubungan dengan rekomendasi, terdapat pada Bab I. Penggunaan kontrasepsi progestin dapat memiliki efek
Sebagai tambahan, profil bukti GRADE, seluruh pengobatan pada wanita menoragi dengan
penilaian GRADE terhadap kualitas dari bukti dan data trombositopenia berat. Namun, melihat bahwa terjadi
tambahan dari KPP mengenai rekomendasi, terdapat peningkatan jumlah keluarnya darah menstruasi pada
pada Bagian I. penggunaan pertama DMPA dan efek yang belum
menghilang setelah 11 sampai 13 minggu setelah
DATA TAMBAHAN penggunaan, penggunaan metode ini pada wanita
dengan trombositopenia berat dilakukan dengan
KEHAMILAN EKTOPIK SEBELUMNYA pengawasan.

PP mempunyai angka risiko yang lebih tinggi terjadinya NYERI KEPALA


kehamilan ektopik dibandingkan kontrasepsi progestin
lainnya, tapi masih lebih rendah dibandingkan tidak Aura merupakan gejala neurologis fokal spesifik. Untuk
menggunakan. Pil 75 μg desogestrel menghambat informasi tambahan dan kriteria diagnostic lainnya, lihat:
ovulasi pada sebagian besar siklus, yang Subkomite Klasifikasi Nyeri Kepala Himpunan Nyeri
mengindikasikan risiko rendah terjadinya kehamilan Kepala Internasional. Klasifikasi Internasional Kelainan
ektopik. Nyeri Kepala, edisi kedua. Cephalgia. 2004;24(Suppl
1):1-150.13 Terdapt pertimbangan bahwa nyeri kepala
HIPERTENSI berat dapat bertambah pada pemakaian NET-EN, DMPA
dan implan. Efek dari NET-EN dan DMPA dapat
Penyakit vaskular: terdapat pertimbangan mengenai efek bertahan beberapa waktu setelah pemberhentian
hipo-estrogen dan penurunan high density lipoprotein pemakaian.
(HDL), terkhususnya pada pengguna DMPA dan NET-
EN. Namun, efek ini tidak begitu terlalu diperhatikan SIKLUS PERDARAHAN VAGINA
pada PP atau LNG/ETG implan. Efek dari DMPA dan
NET-EN dapat bertahan beberapa waktu setelah Siklus menstruasi ireguler merupakan hal umum diantara
pemberhentian pemakaian. wanita sehat. Penggunaan kontrasepsi progestin
mengakibatkan siklus perdarahan yang ireguler.
TROMBOSIS VENA DALAM/EMBOLI PULMO Penggunaan implan mengakibatkan siklus perdarahan
yang ireguler, terkhususnya pada 3-6 bulan pertama,
Wanita dengan terapi antikoagulasi yang mempunyai namun dapat betahan lebih lama. Kemungkinan
riwayat kista ovarium perdarahan mendapat keuntungan pengguna ETG terjadi amenore lebih besar disbanding
dari pemakaian DMPA. pengguna LNG.

PENYAKIT JANTUNG ISKEMIK PERDARAHAN VAGINA YANG TIDAK DAPAT


DIJELASKAN
Terdapat pertimbangan terhadap efek hipo-estrogen dan
turunnya kadar HDL, terutama pada pengguna DMPA kontrasepsi progestin dapat menyebabkan siklus
dan NET-EN. Namun, efek ini tidak begitu terlalu perdarahan ireguler, yang dapat menutupi gejala dari
diperhatikan pada PP atau LNG/ETG implan. Efek dari penyakit asal. Efek DMPA dan NET-EN dapat masih
DMPA dan NET-EN dapat bertahan beberapa waktu bertahan setelah pemberhentian penggunaan.
setelah pemberhentian pemakaian.

215
KANKER SERVIKS (MENUNGGU PENGOBATAN) TUMOR HEPAR

Ada beberapa pertimbangan bahwa penggunaan Belum ada bukti yang memperlihatkan hubungan antara
kontrasepsi progestin dapat mempengaruhi prognosis penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kejadian
dari penyakit ini. Sewaktu menunggu pengobatan, adenoma hepatoselular.
penggunaan kontrasepsi progestin diberbolehkan. Melihat bahwa penggunaan KPK pada wanita sehat
Secara umum, terapi kanker membuat seorang wanita berhubungan dengan timbulnya dan pertumbuhan
steril. adenoma hepatoselular, masih belum diketahui apakah
kontrasepsi hormonal lainnya mempunya efek yang
PENYAKIT PAYUDARA mirip.

Kanker mammae: Kanker mammae merupakan kanker ANEMIA DEFISIENSI BESI


yang sensitif terhadap hormon dan prognosis dari
penyakit ini semakin memburuk dengan penggunaan Perubahan siklus menstruasi karena penggunaan
kontrasepsi progestin kontrasepsi progestin mempunyai pengaruh kecil
terhadap kadar hemoglobin.
KANKER ENDOMETRIUM

Sewaktu menunggu pengobatan, penggunaan


kontrasepsi progestin diperbolehkan. Secara umum,
terapi kanker membuat seorang wanita steril.

KANKER OVARIUM

Sewaktu menunggu pengobatan, penggunaan


kontrasepsi progestin diperbolehkan. Secara umum,
terapi kanker membuat seorang wanita steril.

MIOMA UTERI

kontrasepsi progestin tidak menyebabkan pertumbuhan


dari mioma uterus

PENYAKIT RADANG PANGGUL (PRP)

Masih belum diketahui apakah kontrasepsi progestin,


seperti KPK, mengurangi risiko terjadinya radang
panggul pada wanita dengan IMS, tapi penggunaan
kontrasepsi hormonal tidak melindungi dari HIV atau IMS
traktus genital bawah.

DIABETES

Nefropati/retinopati/neuropati, kelainan vaskular lainnya,


atau riwayat diabetes > 20 tahun: terdapat
kecendurangan dari efek hipo-estrogen dan penurunan
kadar HDL, terutama diantara pengguna DMPA dan
NET-EN. Efek dari DMPA dan NET-EN dapat bertahan
beberapa waktu setelah penghentian penggunaan.
Beberapa kontrasepsi progestin diketahui dapat
meningkatkan risiko thrombosis, walaupun peningkatan
ini lebih rendah disbanding KPK.

RIWAYAT KOLESTASIS

Secara teori, riwayat penyakit kolestasis berhubungan


dengan KPK dapat memperkirakan timbulnya kolestatis
akibat penggunaan kontrasepsi progestin. Namun,
belum ada dokumentasinya.

216
References
12. Segall-Gutierrez P,Agarwal R, Ge M, Lopez C, Hernandez
G, Stanczyk FZ. A pilot study examining short-term
1. Arias RD, Jain JK, Brucker C, Ross D, Ray A. Changes
in bleeding patterns with depot medroxyprogesterone changes in bone mineral density among class 3 obese
acetate subcutaneous injection 104 mg. Contraception. users of depot-medroxyprogesterone acetate. Eur J
2006;74(3):234–8. Contracept Reprod Health Care. 2013;18(3):199–205.

2. Crosignani PG, Luciano A, Ray A, Bergqvist A. 13. Fan H, Han L, Jiang J, Wu M, Chen B, Meng F,et al.
Subcutaneous depot medroxyprogesterone A Multicenter Comparative Clinical Study of Sino-
acetate versus leuprolide acetate in the treatment Levonorgestrel-Releasing Implans – No. I and No. II with
of endometriosis-associated pain. Hum Reprod. Norplant. J Reprod Contracept. 2004;15(2):101–7.
2006;21(1):248–56. 14. Fang K, Guan Y, Fan H, Gao E, Yang D, Xue L, et al. A
3. Goldstein J, Cushman M, Badger GJ, Johnson JV. Effect multicentre study of CLa implan and Sino-implant:
of depomedroxyprogesterone acetate on coagulation expanded application (two-year follow-up). Reprod
parameter: a pilot study. Fertil Steril. 2007;87(6):1267– Contracept. 1997;8(2):101–10.
70. 15. Qi L, Liu J, Yu L, Ye L, Sun L, Liu K. Multicenter clinical
4. Jain J, Jakimiuk AJ, Bode FR, Ross D, Kaunitz AM. study of two Sino-subdermal implans. Chinese J Fam
Contraceptive efficacy and safety of DMPA-SC. Plann. 2002;5(79).
Contraception. 2004;70(4):269–75. 16. Lanza LL, McQuay LJ, Rothman KJ, Bone HG, Kaunitz AM,
5. Kaunitz AM, Darney PD, Ross D, Wolter KD, Speroff L. Harel Z, et al. Use of depot medroxyprogesterone acetate
Subcutaneous DMPA vs. intramuscular DMPA: a 2-year contraception and incidence of bone fracture. Obstet
randomized study of contraceptive efficacy and bone Gynecol. 2013;121(3):593–600.
mineral density. Contraception. 2009;80(1):7–17. 17. Bahamondes L, Monteiro-Dantas C, Espejo-Arce X, Dos
6. Polis CB, Nakigozi GF, Nakawooya H, Mondo G, Makumbi Santos Fernandes AM, Lui-Filho JF, Perrotti M, et al. A
F, Gray RH, et al. Preference for Sayana(R) Press versus prospective study of the forearm bone density of users of
intramuscular Depo-Provera among HIV-positive etonorgestrel- and levonorgestrel-releasing contraceptive
women in Rakai, Uganda: a randomized crossover trial. implans. Hum Reprod. 2006;21(2):466–70.
Contraception. 2013;89(5) 385–95. 18. Bahamondes MV, Monteiro I, Castro S, Espejo-Arce X,
7. Schlaff WD, Carson SA, Luciano A, Ross D, Bergqvist A. Bahamondes L. Prospective study of the forearm bone
Subcutaneous injection of depot medroxyprogesterone mineral density of long-term users of the levonorgestrel-
acetate compared with leuprolide acetate in the releasing intrauterine system. Hum Reprod.
treatment of endometriosis-associated pain. Fertil Steril. 2010;25(5):1158–64.
2006;85(2):314–25. 19. Banks E, Berrington A, Casabonne D. Overview of
8. Segall-Gutierrez P,Du J, Niu C, Ge M, Tilley I, Mizraji K, the relationship between use of progestogen-only
et al. Effect of subcutaneous depo-medroxyprogesterone contraceptives and bone mineral density. BJOG.
acetate (DMPA-SC) on serum androgen markers in 2001;108(12):1214–21.
normal-weight, obese, and extremely obese women. 20. Beerthuizen R, van Beek A, Massai R, Makarainen L, Hout
Contraception. 2012;86(6):739–45. J, Bennink HC. Bone mineral density during long-term
9. Segall-Gutierrez P,Taylor D, Liu X, Stanzcyk F, use of the progestagen contraceptive implan Implanon
Azen S, Mishell DR, Jr. Follicular development and compared to a non-hormonal method of contraception.
ovulation in extremely obese women receiving Hum Reprod. 2000;15(1):118–22.
depo-medroxyprogesterone acetate subcutaneously. 21. Beksinska ME, Kleinschmidt I, Smit JA, Farley TM. Bone
Contraception. 2010;81(6):487–95. mineral density in adolescents using norethisterone
10. Segall-Gutierrez P, Xiang AH, Watanabe RM, enanthate, depot-medroxyprogesterone acetate or
Trigo E, Stanczyk FZ, Liu X, et al. Deterioration in combined oral contraceptives for contraception.
cardiometabolic risk markers in obese women during Contraception. 2007;75(6):438–43.
depot medroxyprogesterone acetate use. Contraception. 22. Beksinska ME, Kleinschmidt I, Smit JA, Farley TM. Bone
2012;85(1):36–41. mineral density in a cohort of adolescents during use of
11. Westhoff C, Jain JK, Milsom I, Ray A. Changes in norethisterone enanthate, depot-medroxyprogesterone
weight with depot medroxyprogesterone acetate acetate or combined oral contraceptives and
subcutaneous injection 104 mg/0.65 mL. Contraception. after discontinuation of norethisterone enanthate.
2007;75(4):261–7. Contraception. 2009;79(5):345–9.
23. Berenson AB, Breitkopf CR, Grady JJ. Effects of hormonal
contraception on bone mineral density after 24 months of
use. Obstet Gynecol. 2004;103:899–906.

217
24. Berenson AB, Rahman M, Breitkopf CR, Bi LX. Effects of 505.
depot medroxyprogesterone acetate and 20-microgram 37. Gai L, Zhang J, Zhang H, Gai P, Zhou L, Liu Y. The effect
oral contraceptives on bone mineral density. Obstet of depot medroxyprogesterone acetate (DMPA) on
Gynecol. 2008;112(4):788–99. bone mineral density (BMD) and evaluating changes in
25. Busen NH, Britt RB, Rianon N. Bone mineral density BMD after discontinuation of DMPA in Chinese
in a cohort of adolescent women using depot women of reproductive age. Contraception.
medroxyprogesterone acetate for one to two years. J 2011;83(3):218–22.
Adolesc Health. 2003;32(4):257–9. 38. Harel Z, Johnson CC, Gold MA, Cromer B,
26. Caird LE, Reid-Thomas V, Hannan WJ. Oral progestogen- Peterson E, Burkman R, et al. Recovery of
only contraception may protect against loss of bone bone mineral density in adolescents following
mass in breast-feeding women. Clin Endocrinol (Oxf). the use of depot
1994;41:739–45. medroxyprogesterone acetate contraceptive injections.
Contraception. 2010;81(4):281–91.
27. Clark MK, Sowers M, Levy B, Nichols S. Bone mineral
density loss and recovery during 48 months in first-time 39. Kaunitz AM, Miller PD, Rice VM. Bone mineral
users of depot medroxyprogesterone acetate. Fertil Steril. density in women aged 25–35 years receiving depot
2006;86(5):1466–74. medroxyprogesterone acetate: recovery following
discontinuation. Contraception. 2006;74:90–9.
28. Cromer BA, Lazebnik R, Rome E. Double-
blinded randomized controlled trial of estrogen 40. Kaunitz AM, Arias R, McClung M. Bone density recovery
supplementation in adolescent girls who receive depot after depot medroxyprogesterone acetate injectable
medroxyprogesterone acetate for contraception. Am J contraception use. Contraception. 2008;77(2):67–76.
Obstet Gynecol. 2005;192:42–7. 41. Lappe JM, Stegman MR, Recker RR. The impact of
29. Cromer BA, Blair JM, Mahan JD, Zibners L, Naumovski Z. lifestyle factors on stress fractures in female Army
A prospective comparison of bone density in adolescent recruits. Osteoporos Int. 2001;12:35–42.
girls receiving depot medroxyprogesterone acetate 42. Lara-Torre E, Edwards CP, Perlman S. Bone
(Depo-Provera), levonorgestrel (Norplant), or oral mineral density in adolescent females using depot
contraceptives. J Pediatr. 1996;129(5):671–6. medroxyprogesterone acetate. J Pediatr Adolesc Gynecol.
30. Cromer BA, Bonny AE, Stager M, Lazebnik R, Rome 2004;17:17–21.
E, Ziegler J, et al. Bone mineral density in adolescent 43. Lopez LM, Chen M, Mullins S, Curtis KM, Helmerhorst FM.
females using injectable or oral contraceptives: Steroidal contraceptives and bone fractures in women:
a 24-month prospective study. Fertil Steril. evidence from observational studies. Cochrane Database
2008;90(6):2060–7. Syst Rev. 2012;8:CD009849.
31. Cromer BA, Stager M, Bonny A, Lazebnik R, Rome E, 44. Lopez LM, Grimes DA, Schulz KF, Curtis KM.
Ziegler J, et al. Depot medroxyprogesterone acetate, oral Steroidal contraceptives: effect on bone fractures in
contraceptives and bone mineral density in a cohort of women. Cochrane Database Syst Rev.
adolescent girls. J Adolesc Health. 2004;35(6):434–41. 2011;(7):CD006033.
32. Cundy T, Cornish J, Evans MC. Recovery of bone density 45. Meier C, Brauchli YB, Jick SS, Kraenzlin ME, Meier CR.
in women who stop using medroxyprogesterone acetate. Use of depot medroxyprogesterone acetate and fracture
BMJ Case Rep. 1994;308:247–8. risk. J Clin Endocrinol Metab. 2010;95(11):4909–16.
33. Cundy T, Ames R, Horne A, Clearwater J, Roberts H, 46. Merki-Feld GS, Neff M, Keller PJ. A 2-year prospective
Gamble G, et al. A randomized controlled trial of estrogen study on the effects of depot medroxyprogesterone
replacement therapy in long-term users of depot acetate on bone mass-response to estrogen and
medroxyprogesterone acetate. J Clin Endocrinol Metab. calcium therapy in individual users. Contraception.
2003;88(1):78–81. 2003;67(2):79–86.
34. Cundy T, Cornish J, Roberts H, Reid IR. Menopausal bone 47. Monteiro-Dantas C, Espejo-Arce X, Lui-Filho JF,
loss in long-term users of depot medroxyprogesterone Fernandes AM, Monteiro I, Bahamondes L. A three-year
acetate contraception. Am J Obstet Gynecol. longitudinal evaluation of the forearm bone density of
2002;186(5):978–83. users of etonogestrel- and levonorgestrel-
releasing contraceptive implans. Reprod Health.
35. Di X, Li Y, Zhang C, Jiang J, Gu S. Effects of
2007;4:11.
levonorgestrel-releasing subdermal contraceptive
implans on bone density and bone metabolism. 48. Naessen T, Olsson SE, Gudmundson J. Differential
Contraception. 1999;60(3):161–6. effects on bone density of progestogen-only methods for
36. Diaz S, Reyes MV, Zepeda A. Norplant((R)) implans contraception in premenopausal women. Contraception.
and progesterone vaginal rings do not affect 1995;52:35–9.
maternal bone turnover and density during lactation
and after weaning. Hum Reprod. 1999;14:2499–
218
60. Zhang MH, Zhang W, Zhang AD, Yang Y, Gai L. Effect of
49. Pitts SA, Feldman HA, Dorale A, Gordon CM. Bone mineral depot medroxyprogesterone acetate on bone mineral
density, fracture, and vitamin D in adolescents and young density in adolescent women. Chin Med J (Engl).
women using depot medroxyprogesterone acetate. J 2013;126(21):4043–7.
Pediatr Adolesc Gynecol. 2012;25(1):23–6.
61. Progestogen-only contraceptives during lactation: I.
50. Sanches L, Marchi NM, Castro S, Juliato CT, Infant growth. World Health Organization Task force
Villarroel M, Bahamondes L. Forearm bone mineral for Epidemiological Research on Reproductive Health;
density in postmenopausal former users of depot Special Programme of Research, Development and
medroxyprogesterone acetate. Contraception. Research Training in Human Reproduction. Contraception.
2008;78(5):365–9. 1994;50(1):35–53.
51. Scholes D, LaCroix AZ, Ichikawa LE, Barlow WE, Ott 62. Abdel-Aleem H, Abol-Oyoun el SM, Shaaban MM,
SM. Injectable hormone contraception and bone el-Saeed M, Shoukry M, Makhlouf A, et al. The use
density: results from a prospective study. Epidemiology. of nomegestrol acetate subdermal contraceptive
2002;13(5):581–7. implan, uniplant, during lactation. Contraception.
52. Scholes D, LaCroix AZ, Ichikawa LE, Barlow WE, 1996;54(5):281–6.
Ott SM. Change in bone mineral density among 63. Abdulla KA, Elwan SI, Salem HS, Shaaban MM. Effect
adolescent women using and discontinuing depot of early postpartum use of the contraceptive implans,
medroxyprogesterone acetate contraception. Arch Pediatr NORPLANT, on the serum levels of immunoglobulins of
Adolesc Med. 2005;159(2):139–44. the mothers and their breastfed infants. Contraception.
53. Tang OS, Tang G, Yip PS, Li B. Further evaluation on 1985;32(3):261–6.
long-term depot-medroxyprogesterone acetate use 64. Affandi B, Karmadibrata S, Prihartono J, Lubis F, Samil
and bone mineral density: a longitudinal cohort study. RS. Effect of Norplant on mothers and infants in the
Contraception. 2000;62(4):161–4. postpartum period. Adv Contracept. 1986;2(4):371–80.
54. Vestergaard P, Rejnmark L, Mosekilde L. The effects of 65. Bahamondes L, Bahamondes MV, Modesto W, Tilley IB,
depot medroxyprogesterone acetate and intrauterine Magalhaes A, Pinto e Silva JL, et al. Effect of hormonal
device use on fracture risk in Danish women. contraceptives during breastfeeding on infant’s milk
Contraception. 2008;78(6):459–64. ingestion and growth. Fertil Steril. 2013;100(2):445–50.
55. Viola AS, Castro S, Marchi NM, Bahamondes MV, Viola 66. Baheiraei A, Ardsetani N, Ghazizadeh S. Effects of
CF, Bahamondes L. Long-term assessment of forearm progestogen-only contraceptives on breast-feeding and
bone mineral density in postmenopausal former users infant growth. Int J Gynaecol Obstet. 2001;74(2):203–5.
of depot medroxyprogesterone acetate. Contraception.
2011;84(2):122–7. 67. Bjarnadottir RI, Gottfredsdottir H, Sigurdardottir K,
Geirsson RT, Dieben TO. Comparative study of the effects
56. Walsh JS, Eastell R, Peel NF. Depot medroxyprogesterone of a progestogen-only pill containing desogestrel and
acetate use after peak bone mass is associated with an intrauterine contraceptive device in lactating women.
increased bone turnover but no decrease in bone mineral BJOG. 2001;108(11):1174–80.
density. Fertil Steril. 2010;93(3):697–701.
68. Brito MB, Ferriani RA, Quintana SM, Yazlle ME, Silva de
57. Wetmore CM, Ichikawa L, LaCroix AZ, Ott SM, Scholes S· MF,Vieira CS. Safety of the etonogestrel-releasing
D. Association between caffeine intake and bone mass implan during the immediate postpartum period: a pilot
among young women: potential effect modification by study. Contraception. 2009;80(6):519–26.
depot medroxyprogesterone acetate use. Osteoporos Int.
2008;19(4):519–27. 69. Brownell EA, Fernandez ID, Fisher SG, Howard CR,
Ternullo SR, Lawrence RA, et al. The effect of immediate
58. Wong AY, Tang LC, Chin RK. Levonorgestrel- postpartum depot medroxyprogesterone on early
releasing intrauterine system (Mirena) and Depot breastfeeding cessation. Contraception. 2013;87(6):836–
medroxyprogesterone acetate (Depoprovera) as long- 43.
term maintenance therapy for patients with moderate
and severe endometriosis: a randomised controlled trial. 70. Chen BA, Reeves MF, Creinin MD, Schwarz EB.
Aust N Z J Obstet Gynaecol. 2010;50(3):273–9. Postplacental or delayed levonorgestrel intrauterine
device insertion and breast-feeding duration.
59. Yang KY, Kim YS, Ji YI, Jung MH. Changes in bone Contraception. 2011;84(5):499–504.
mineral density of users of the levonorgestrel-
releasing intrauterine system. J Nippon Med Sch. 71. Costa ML, Cecatti JG, Krupa FG, Rehder PM, Sousa
2012;79(3):190–4. MH, Costa-Paiva L. Progestin-only contraception
prevents bone loss in postpartum breastfeeding women.
Contraception. 2012;85(4):374–80.

219
72. Coutinho EM, Athayde C, Dantas C, Hirsch C, Barbosa 83. Halderman LD, Nelson AL. Impact of early postpartum
I. Use of a single implan of elcometrine (ST-1435), a administration of progestin-only hormonal contraceptives
nonorally active progestin, as a long acting contraceptive compared with nonhormonal contraceptives on short-
for postpartum nursing women. Contraception. term breast-feeding patterns. Am J Obstet Gynecol.
1999;59(2):115–22. 2002;186(6):1250–8.
73. Croxatto HB, DÌaz S, Peralta O, Juez G, Casado ME, 84. Hannon PR, Duggan AK, Serwint JR, Vogelhut JW, Witter
Salvatierra AM, et al. Fertility regulation in nursing F, DeAngelis C. The influence of medroxyprogesterone
women. II. Comparative performance of progesterone on the duration of breast-feeding in mothers in an urban
implans versus placebo and copper T.Am J Obstet community. Arch Pediatr Adolesc Med.
Gynecol. 1982;144(2):201–8. 1997;151(5):490–6.
74. Dahlberg K. Some effects of depo-medroxyprogesterone 85. Heikkila M, Luukkainen T. Duration of breast-feeding
acetate (DMPA): observations in the nursing infant and development of children after insertion of a
and in the long-term user. Int J Gynaecol Obstet. levonorgestrel-releasing intrauterine contraceptive
1982;20(1):43–8. device. Contraception. 1982;25(3):279–92.
75. Diaz S, Herreros C, Juez G, Casado ME, Salvatierra AM, 86. Jimenez J, Ochoa M, Soler MP, Portales P. Long-term
Miranda P,et al. Fertility regulation in nursing women: follow-up of children breast-fed by mothers
VII. Influence of NORPLANT levonorgestrel implans receiving depot-medroxyprogesterone acetate.
upon lactation and infant growth. Contraception. Contraception. 1984;30(6):523–33.
1985;32(1):53–74.
87. Kamal I, Hefnawi F, Ghoneim M, Abdallah M, Abdel Razek
76. DÌaz S, Peralta O, Juez G, Herreros C, Casado ME, S. Clinical, biochemical, and experimental studies on
Salvatierra AM, et al. Fertility regulation in nursing lactation. V.Clinical effects of steroids on the initiation of
women. VI. Contraceptive effectiveness of a subdermal lactation. Am J Obstet Gynecol. 1970;108(4):655–8.
progesterone implan. Contraception. 1984;30(4):311–
25. 88. Kamal I, Hefnawi F, Ghoneim M, Talaat M, Younis N, Tagui
A, et al. Clinical, biochemical, and experimental studies
77. Diaz S, Reyes MV, Zepeda A, Gonzalez GB, Lopez JM, on lactation. II. Clinical effects of gestagens on lactation.
Campino C, et al. Norplant((R)) implans and progesterone Am J Obstet Gynecol. 1969;105(3):324–34.
vaginal rings do not affect maternal bone turnover and
density during lactation and after weaning. Hum Reprod. 89. Karim M, Ammar R, el-Mahgoub S, el-Ganzoury B, Fikri
1999;14(10):2499–505. F, Abdou I. Injected progestogen and lactation. Br Med J.
1971;1(5742):200–3.
78. Diaz S, Zepeda A, Maturana X, Reyes MV, Miranda P,
Casado ME, et al. Fertility regulation in nursing women. 90. Massai MR, DÌaz S, Quinteros E, Reyes MV, Herreros
IX. Contraceptive performance, duration of lactation, C, Zepeda A, et al. Contraceptive efficacy and clinical
infant growth, and bleeding patterns during use of performance of Nestorone implans in postpartum
progesterone vaginal rings, progestin-only pills, Norplant women. Contraception. 2001;64(6):369–76.
implans, and Copper T 380-A intrauterine devices. 91. Matias SL. In: Phillips SJ, editor. 2014.
Contraception. 1997;56(4):223–32.
92. Matias SL, Nommsen-Rivers LA, Dewey KG. Determinants
79. Espey E, Ogburn T,Leeman L, Singh R, Ostrom K, of exclusive breastfeeding in a cohort of primiparous
Schrader R. Effect of progestin compared with combined periurban peruvian mothers. J Hum Lact. 2012;28(1):45–
oral contraceptive pills on lactation: a randomized 54.
controlled trial. Obstet Gynecol. 2012;119(1):5–13.
93. McCann MF, Moggia AV, Higgins JE, Potts M, Becker
80. Giner Velazquez J, Cortes Gallegos V, Sotelo Lopez A, C. The effects of a progestin-only oral contraceptive
Bondani G. [Effect of daily oral administration of 0.350 (levonorgestrel 0.03 mg) on breast-feeding.
mg of norethindrone on lactation and on the composition Contraception. 1989;40(6):635–48.
of milk]. Ginecol Obstet Mex. 1976;40(237):31–9.
94. McEwan JA, Joyce DN, Tothill AU, Hawkins DF. Early
81. Guiloff E, Ibarra-Polo A, ZaÒartu J, Toscanini C, Mischler experience in contraception with a new progestogen.
TW, GÛmez-Rogers C. Effect of contraception on Contraception. 1977;16(4):339–50.
lactation. Am J Obstet Gynecol. 1974;118(1):42–5.
95. Moggia AV, Harris GS, Dunson TR, Diaz R, Moggia MS,
82. Gurtcheff SE, Turok DK, Stoddard G, Murphy PA, Gibson Ferrer MA, et al. A comparative study of a progestin-
M, Jones KP. Lactogenesis after early postpartum use of only oral contraceptive versus non-hormonal methods
the contraceptive implan: a randomized controlled trial. in lactating women in Buenos Aires, Argentina.
Obstet Gynecol. 2011;117(5):1114–21. Contraception. 1991;44(1):31–43.

220
96. Pardthaisong T, Yenchit C, Gray R. The long-term 107. Zacharias S, Aguilera E, Assenzo JR, Zanartu J. Effects
growth and development of children exposed to Depo- of hormonal and nonhormonal contraceptives on
Provera during pregnancy or lactation. Contraception. lactation and incidence of pregnancy. Contraception.
1992;45:313–24. 1986;33(3):203–13.
97. Reinprayoon D, Taneepanichskul S, Bunyavejchevin S, 108. Zanartu J, Aguilera E, Munoz G, Peliowsky H. Effect of
Thaithumyanon P, Punnahitananda S, Tosukhowong P, a long-acting contraceptive progestogen on lactation.
et al. Effects of the etonogestrel-releasing contraceptive Obstet Gynecol. 1976;47(2):174–6.
implan (Implanon on parameters of breastfeeding
compared to those of an intrauterine device. 109. Zanartu J, Aguilera E, Munoz-Pinto G. Maintenance of
Contraception. 2000;62:239–46. lactation by means of continuous low-dose progestogen
given post-partum as a contraceptive. Contraception.
98. Schiappacasse V, Diaz S, Zepeda A, Alvarado R, Herreros 1976;13(3):313–8.
C. Health and growth of infants breastfed by Norplant
contraceptive implans users: a six-year follow-up study. 110. Quadros PS, Pfau JL, Wagner CK. Distribution of
Contraception. 2002;66(1):57–65. progesterone receptor immunoreactivity in the fetal and
neonatal rat forebrain. J Comp Neurol. 2007;504(1):42–
99. Seth U, Yadava HS, Agarwal N, Laumas KR, Hingorani 56.
V. Effect of a subdermal silastic implan containing
norethindrone acetate on human lactation. Contraception. 111. Wagner CK. The many faces of progesterone: a role in
1977;16(4):383–98. adult and developing male brain. Front Neuroendocrinol.
2006;27(3):340–59.
100. Shaaban MM. Contraception with progestogens and
progesterone during lactation. J Steroid Biochem Mol 112. Wagner CK. Progesterone receptors and neural
Biol. 1991;40(4–6):705–10. development: a gap between bench and bedside?
Endocrinology. 2008;149(6):2743–9.
101. Shaaban MM, Salem HT, Abdullah KA. Influence of
levonorgestrel contraceptive implans, NORPLANT, 113. Kurunmaki H. Contraception with levonorgestrel-
initiated early postpartum upon lactation and infant releasing subdermal capsules, Norplant, after pregnancy
growth. Contraception. 1985;32(6):623–35. termination. Contraception. 1983;27:473–82.
102. Shaamash AH, Sayed GH, Hussien MM, Shaaban MM. 114. Kurunmaki H, Toivonen J, Lähteenmäki PL, Luukkainen
A comparative study of the levonorgestrel-releasing T. Immediate postabortal contraception with Norplant:
intrauterine system Mirena versus the Copper T380A levonorgestrel, gonadotropin, estradiol, and progesterone
intrauterine device during lactation: breast-feeding levels over two postaboral months and return of fertility
performance, infant growth and infant development. after removal of Norplant capsules. Contraception.
Contraception. 2005;72:346–51. 1984;30:431–42.
103. Shikary ZK, Betrabet SS, Toddywala WS, Patel DM, 115. Lahteenmake P,Toivonen J, Lahteenmaki PL. Postabortal
Datey S, Saxena BN. Pharmacodynamic effects of contraception with norethisterone enanthate injections.
levonorgestrel (LNG) administered either orally or Contraception. 1983;27:553–62.
subdermally to early postpartum lactating mothers on 116. Ortayli N, Bulut A, Sahin T, Sivin I. Immediate postabortal
the urinary levels of follicle stimulating hormone (FSH), contraception with the levonorgestrel intrauterine
luteinizing hormone (LH) and testosterone (T) in their device, Norplant, and traditional methods. Contraception.
breast-fed male infants. Contraception. 1986;34(4):403– 2001;63:309–14.
12.
117. Beksinska ME, Smit JA, Kleinschmidt I, Milford C,
104. Taneepanichskul S, Reinprayoon D, Thaithumyanon Farley TM. Prospective study of weight change in new
P, Praisuwanna P, Tosukhowong P, Dieben T. Effects adolescent users of DMPA, NET-EN, KPKs, nonusers and
of the etonogestrel-releasing implan Implanon and discontinuers of hormonal contraception. Contraception.
a nonmedicated intrauterine device on the growth of 2010;81(1):30–4.
breast-fed infants. Contraception. 2006;73(4):368–71.
118. Bender NM, Segall-Gutierrez P, Najera SO, Stanczyk
105. Tankeyoon M, Dusitsin N, Chalapati S, Koetsawang FZ, Montoro M, Mishell DR, Jr. Effects of progestin-only
S, Saibiang S, Sas M, et al. Effects of hormonal long-acting contraception on metabolic markers in obese
contraceptives on milk volume and infant growth. WHO women. Contraception. 2013;88(3):418–25.
Special Programme of Research, Development and
Research Training in Human Reproduction Task force on 119. Berenson AB, Rahman M. Changes in weight, total fat,
oral contraceptives. Contraception. 1984;30(6):505–22. percent body fat, and central-to-peripheral fat ratio
associated with injectable and oral contraceptive use. Am
106. West CP.The acceptability of a progestagen-only J Obstet Gynecol. 2009;200(3):329–8.
contraceptive during breast-feeding. Contraception.
1983;27(6):563–9.

221
120. Bonny AE, Secic M, Cromer B. Early weight gain 133. Westhoff C, Jain JK, Milsom I, Ray A. Changes in
related to later weight gain in adolescents on depot weight with depot medroxyprogesterone acetate
medroxyprogesterone acetate. Obstet Gynecol. subcutaneous injection 104 mg/0.65 mL. Contraception.
2011;117(4):793–7. 2007;75(4):261–7.
121. Bonny AE, Ziegler J, Harvey R, Debanne SM, Secic 134. World Health Organization. Cardiovascular disease
M, Cromer BA. Weight gain in obese and nonobese and use of oral and injectable progestogen-only
adolescent girls initiating depot medroxyprogesterone, contraceptives and combined injectable contraceptives.
oral contraceptive pills, or no hormonal contraceptive Results of an international, multicenter, case-control
method. Arch Pediatr Adolesc Med. 2006;160(1):40–5. study. Contraception. 1998;57:315–24.
122. Clark MK, Dillon JS, Sowers M, Nichols S. Weight, fat 135. Heinemann LA, Assmann A, DoMinh T, Garbe E. Oral
mass, and central distribution of fat increase when progestogen-only contraceptives and cardiovascular
women use depot-medroxyprogesterone acetate for risk: results from the Transnational Study on Oral
contraception. Int J Obes (Lond). 2005;29(10):1252–8. Contraceptives and the health of Young Women. Eur J
Contracept Reprod Health Care. 1999;4:67–73.
123. Gerlach LS, Saldana SN, Wang Y, Nick TG, Spigarelli MG.
Retrospective review of the relationship between weight 136. Vasilakis C, Jick H, Mar Melero-Montes M. Risk of
change and demographic factors following initial depot idiopathic venous thromboembolism in users of
medroxyprogesterone acetate injection in adolescents. progestogens alone. Lancet. 1999;354:1610–1.
Clin Ther. 2011;33(2):182–7.
137. Sonmezer M, Atabekoglu C, Cengiz B, Dökmeci F,
124. Jain J, Jakimiuk AJ, Bode FR, Ross D, Kaunitz AM. Cengiz SD. Depot-medroxyprogesterone acetate in
Contraceptive efficacy and safety of DMPA-SC. anticoagulated patients with previous hemorrhagic
Contraception. 2004;70(4):269–75. corpus luteum. Eur J Contracept Reprod Health Care.
2005;10:9–14.
125. Kozlowski KJ, Rickert VI, Hendon A, Davis P.Adolescents
and Norplant: preliminary findings of side effects. J 138. Culwell KR, Curtis KM. Use of contraceptive methods by
Adolesc Health. 1995;16(5):373–8. women with current venous thrombosis on anticoagulant
therapy: a systematic review. Contraception.
126. Le YC, Rahman M, Berenson AB. Early weight
2009;80(4):337–45.
gain predicting later weight gain among depot
medroxyprogesterone acetate users. Obstet Gynecol. 139. Somers E, Magder LS, Petri M. Antiphospholipid
2009;114(2 Pt 1):279–84. antibodies and incidence of venous thrombosis in a
cohort of patients with systemic lupus erythematosus. J
127. Leiman G. Depo-medroxyprogesterone acetate as a
Rheumatol. 2002;29:2531–6.
contraceptive agent: its effect on weight and blood
pressure. Am J Obstet Gynecol. 1972;114(1):97–102. 140. Schaedel ZE, Dolan G, Powell MC. The use of the
levonorgestrel-releasing intrauterine system in the
128. Lopez LM, Grimes DA, Chen M, Otterness C, Westhoff
management of menorrhagia in women with hemostatic
C, Edelman A, et al. Hormonal contraceptives for
disorders. Am J Obstet Gynecol. 2005;193:1361–3.
contraception in overweight or obese women. Cochrane
Database Syst Rev. 2013;4:CD008452. 141. Sarabi ZS, Chang E, Bobba R, Ibanez D, Gladman
D, Urowitz M, et al. Incidence rates of arterial and
129. Mangan SA, Larsen PG, Hudson S. Overweight teens
venous thrombosis after diagnosis of systemic lupus
at increased risk for weight gain while using depot
erythematosus. Arthritis Rheum. 2005;53:609–12.
medroxyprogesterone acetate. J Pediatr Adolesc Gynecol.
2002;15(2):79–82. 142. Sanchez-Guerrero J, Uribe AG, Jimenez-Santana L,
Mestanza-Peralta M, Lara-Reyes P, Seuc AH, et al. A trial
130. Nyirati CM, Habash DL, Shaffer LE. Weight and body fat
of contraceptive methods in women with systemic lupus
changes in postpartum depot-medroxyprogesterone
erythematosus. N Engl J Med. 2005;353:2539–49.
acetate users. Contraception. 2013;88(1):169–76.
143. Petri M, Kim MY, Kalunian KC, et al. Combined
131. Pantoja M, Medeiros T, Baccarin MC, Morais SS,
oral contraceptives in women with systemic lupus
Bahamondes L, Fernandes AM. Variations in body mass
erythematosus. N Engl J Med. 2005;353:2550–8.
index of users of depot-medroxyprogesterone acetate as
a contraceptive. Contraception. 2010;81(2):107–11. 144. Petri M. Lupus in Baltimore: evidence-based ‘clinical
perarls’ from the Hopkins Lupus Cohort. Lupus.
132. Risser WL, Gefter LR, Barratt MS, Risser JM. Weight
2005;14:970–3.
change in adolescents who used hormonal contraception.
J Adolesc Health. 1999;24(6):433–6. 145. Petri M. Musculoskeletal complications of systemic lupus
erythematosus in the Hopkins Lupus Cohort: an update.
Arthritis Care Res. 1995;8:137–45.

222
146. Mintz G, Gutierrez G, Delezé M, Rodríguez E. 159. Culwell KR, Curtis KM, del Carmen Cravioto M. Safety of
Contraception with progestogens in systemic lupus contraceptive method use among women with systemic
erythematosus. Contraception. 1984;30:29–38. lupus erythematosus: a systematic review. Obstet
Gynecol. 2009;114(2 Pt 1):341–53.
147. McDonald J, Stewart J, Urowitz MB, Gladman DD.
Peripheral vascular disease in patients with systemic 160. Cromer BA, Blair JM, Mahan JD, Zibners L, Naumovski Z.
lupus erythematosus. Ann Rheum Dis. 1992;51:56–60. A prospective comparison of bone density in adolescent
girls receiving depot medroxyprogesterone acetate
148. McAlindon T, Giannotta L, Taub N, D’Cruz D, Hughes G.
(Depo-Provera), levonorgestrel (Norplant), or oral
Environmental factors predicting nephristis in systemic
contraceptives. J Pediatr. 1996;129(5):671–6.
lupus erythematosus. Ann Rheum Dis. 1993;52:720–4.
161. Gupta N, O’Brien R, Jacobsen LJ, Davis A, Zuckerman
149. Manzi S, Meilahn EN, Rairie JE, Conte CG, Medsger TA
A, Supran S, et al. Mood changes in adolescents using
Jr, Jansen-McWilliams L, et al. Age-specific incidence
depo-medroxyprogesterone acetate for contraception: a
rates of myocardial infarction and angina in women with
prospective study. Am J Obstet Gynecol. 2001;14(2):71–
systemic lupus erythematosus: comparison with the
6.
Framingham Study. Am J Epidemiol. 1997;145:408–15.
162. Westoff C, Truman C. Depressive symptoms and Depo-
150. Jungers P,Dougados M, Pelissier C, Kuttenn F,Tron F,
Provera. Contraception. 1998;57(4):237–40.
Lesavre P,et al. Influence of oral contraceptive therapy
on the activity of systemic lupus erythematosus. Arthritis 163. Westoff C, Truman C, Kalmuss D, Cushman L, Rulin M,
Rheum. 1982;25:618–23. Heartwell S, et al. Depressive symptoms and Norplant
contraceptive implans. Contraception. 1998;57(4):241–
151. Julkunen HA, Kaaja R, Friman C. Contraceptive practice
5.
in women with systemic lupus erythematosus. Br J
Rheumatol. 1993;32:227–30. 164. Smith JS. Cervical cancer and use of hormonal
conraceptives: a systematic review. Lancet.
152. Julkunen HA. Oral contraceptives in systemic lupus
2003;361:1159–67.
erythematosus: side-effects and influence on the activity
of SLE. Scand J Rheumatol. 1991;20:427–33. 165. Baeten JM, Nyange PM, Richardson BA, Lavreys L,
Chohan B, Martin HL, Jr., et al. Hormonal contraception
153. Esdaile JM, Abrahamowicz M, Grodzicky T, Li Y, Panaritis
and risk of sexually transmitted disease acquisition:
C, du Berger R, et al. Traditional Framingham risk factors
results from a prospective study. Am J Obstet Gynecol.
fail to fully account for accelerated atherosclerosis
2001;185(2):380–5.
in systemic lupus erythematosus. Arthritis Rheum.
2001;44:2331–7. 166. Giuliano AR, Papenfuss M, Abrahamsen M, Denman C,
de Zapien JG, Henze JL, et al. Human papillomavirus
154. Chopra N, Koren S, Greer WL, et al. Factor V Leiden,
infection at the United States-Mexico border: implications
prothrombin gene mutation, and thrombosis risk in
for cervical cancer prevention and control. Cancer
patients with antiphospholipid antibodies. J Rheumatol.
Epidemiol Biomarkers Prev. 2001;10(11):1129–36.
2002;29:1683–8.
167. Jacobson DL, Peralta L, Farmer M, Graham NM, Gaydos
155. Bernatsky S, Ramsey-Goldman R, Gordon C, et al. Factors
C, Zenilman J. Relationship of hormonal contraception
associated with abnormal Pap results in systemic lupus
and cervical ectopy as measured by computerized
erythematosus. Rheumatology (Oxford). 2004;43:1386–9.
planimetry to chlamydial infection in adolescents. Sex
156. Bernatsky S, Clarke A, Ramsey-Goldman R, Joseph L, Transm Dis. 2000;27(6):313–9.
Boivin JF, Rajan R, et al. Hormonal exposures and breast
168. Lavreys L, Chohan B, Ashley R, Richardson BA, Corey L,
cancer in a sample of women with systemic lupus
Mandaliya K, et al. Human herpesvirus 8: seroprevalence
erythematosus. Rheumatology (Oxford). 2004;43:1178–
and correlates in prostitutes in Mombasa, Kenya. J Infect
81.
Dis. 2003;187(3):359–63.
157. Choojitarom K, Verasertniyom O, Totemchokchyakarn
169. Morrison CS, Bright P, Wong EL, Kwok C, Yacobson I,
K, Nantiruj K, Sumethkul V, Janwityanujit S. Lupus
Gaydos CA, et al. Hormonal contraceptive use, cervical
nephritis and Raynaud’s phenomenon are significant
ectopy, and the acquisition of cervical infections. Sex
risk factors for vascular thrombosis in SLE patients with
Transm Dis. 2004;31(9):561–7.
positive antiphospholipid antibodies. Clin Rheumatol.
2008;27(3):345–51. 170. Moscicki AB, Hills N, Shiboski S, Powell K, Jay N,
Hanson E, et al. Risks for incident human papillomavirus
158. Wahl DG, Guillemin F, de Maistre E, Perret C, Lecompte
infection and low-grade squamous intraepithelial
T, Thibaut G. Risk for venous thrombosis related
lesion development in young females. JAMA.
to antiphospholipid antibodies in systemic lupus
2001;285(23):2995–3002.
erythematosus – a meta-analysis. Lupus. 1997;6:467–
73.

223
171. Nsofor BI, Bello CS, Ekwempu CC. Sexually transmitted 184. Lutalo T, Musoke R, Kong X, Makumbi F, Serwadda D,
disease among women attending a family planning clinic Nalugoda F,et al. Effects of hormonal contraceptive
in Zaria, Nigeria. Int J Gynaecol Obstet. use on HIV acquisition and transmission among HIV-
1989;28(4):365–7. discordant couples. AIDS. 2013;27 Suppl 1:S27–34.
172. Ruijs GJ, Kauer FM, van Gijssel PM, Schirm J, Schroder 185. Lavreys L, Baeten JM, Martin HL, Jr., Overbaugh
FP. Direct immunofluorescence for Chlamydia J, Mandaliya K, Ndinya-Achola J, et al. Hormonal
trachomatis on urogenital smears for epidemiological contraception and risk of HIV-1 acquisition: results of a
purposes. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. 10-year prospective study. AIDS. 2004;18(4):695–7.
1988;27(4):289–97.
186. Kilmarx PH, Limpakarnjanarat K, Kaewkungwal J,
173. Polis CB, Phillips SJ, Curtis KM, Westreich DJ, Steyn Srismith R, Saisorn S, Uthaivoravit W, et al. Disease
PS, Raymond E, et al. Hormonal contraceptive methods progression and survival with human immunodeficiency
and risk of HIV acquisition in women: a systematic virus type 1 subtype E infection among female sex
review of epidemiological evidence. Contraception. workers in Thailand. J Infect Dis. 2000;181(5):1598–606.
2014;90(4):360–90.
187. Allen S, Stephenson R, Weiss H, Karita E, Priddy F, Fuller
174. Kleinschmidt I, Rees H, Delany S, Smith D, Dinat N, Nkala L, et al. Pregnancy, hormonal contraceptive use, and HIV-
B, et al. Injectable progestin contraceptive use and risk related death in Rwanda. J Womens Health (Larchmt).
of HIV infection in a South African family planning cohort. 2007;16(7):1017–27.
Contraception. 2007;75(6):461–7.
188. Stringer EM, Kaseba C, Levy J, Sinkala M,
175. McCoy SI, Zheng W, Montgomery ET, Blanchard K, van Goldenberg RL, Chi BH, et al. A randomized trial of
der Straten A, de Bruyn G, et al. Oral and injectable the intrauterine contraceptive device vs hormonal
contraception use and risk of HIV acquisition among contraception in women who are infected with the
women in sub-Saharan Africa. AIDS. 2013;27(6):1001–9. human immunodeficiency virus. Am J Obstet Gynecol.
2007;197(2):144–8.
176. Morrison CS, Skoler-Karpoff S, Kwok C, Chen PL, van
de Wijgert J, Gehret-Plagianos M, et al. Hormonal 189. Polis CB, Wawer MJ, Kiwanuka N, Laeyendecker O,
contraception and the risk of HIV acquisition among Kagaayi J, Lutalo T, et al. Effect of hormonal contraceptive
women in South Africa. AIDS. 2012;26(4):497–504. use on HIV progression in female HIV seroconverters in
Rakai, Uganda. AIDS. 2010;24(12):1937–44.
177. Myer L, Denny L, Wright TC, Kuhn L. Prospective study of
hormonal contraception and women’s risk of HIV infection 190. Morrison CS, Chen PL, Nankya I, Rinaldi A, Van Der Pol B,
in South Africa. Int J Epidemiol. 2007;36(1):166–74. Ma YR, et al. Hormonal contraceptive use and HIV disease
progression among women in Uganda and Zimbabwe. J
178. Wand H, Ramjee G. The effects of injectable hormonal
Acquir Immune Defic Syndr. 2011;57(2):157–64.
contraceptives on HIV seroconversion and on sexually
transmitted infections. AIDS. 2012;26(3):375–80. 191. Stringer EM, Giganti M, Carter RJ, El-Sadr W, Abrams EJ,
Stringer JS. Hormonal contraception and HIV disease
179. Baeten JM, Benki S, Chohan V, Lavreys L, McClelland RS,
progression: a multicountry cohort analysis of the MTCT-
Mandaliya K, et al. Hormonal contraceptive use, herpes
Plus Initiative. AIDS. 2009;23 Suppl 1:S69–77.
simplex virus infection, and risk of HIV-1 acquisition
among Kenyan women. AIDS. 2007;21(13):1771–7. 192. Heikinheimo O, Lehtovirta P, Suni J, Paavonen J. The
levonorgestrel-releasing intrauterine system (LNG-IUS)
180. Heffron R, Donnell D, Rees H, Celum C, Mugo N, Were E,
in HIV-infected women – effects on bleeding patterns,
et al. Use of hormonal contraceptives and risk of HIV-1
ovarian function and genital shedding of HIV. Human
transmission: a prospective cohort study. Lancet Infect
Reproduction. 2006;21:2857–61.
Dis. 2012;12(1):19–26.
193. Clemetson DB, Moss GB, Willerford DM, Hensel M,
181. Morrison CS, Chen PL, Kwok C, Richardson BA, Chipato
Emonyi W, Holmes KK, et al. Detection of HIV DNA
T, Mugerwa R, et al. Hormonal contraception and
in cervical and vaginal secretions. Prevalence and
HIV acquisition: reanalysis using marginal structural
correlates among women in Nairobi, Kenya. JAMA.
modeling. AIDS. 2010;24(11):1778–81.
1993;269(22):2860–4.
182. Morrison CS, Richardson BA, Mmiro F, Chipato T,
194. Cejtin HE, Jacobson L, Springer G, Watts DH, Levine A,
Celentano DD, Luoto J, et al. Hormonal contraception and
Greenblatt R, et al. Effect of hormonal contraceptive use
the risk of HIV acquisition. AIDS. 2007;21(1):85–95.
on plasma HIV-1-RNA levels among HIV-infected women.
183. Reid SE, Dai JY, Wang J, Sichalwe BN, Akpomiemie G, AIDS. 2003;17(11):1702–4.
Cowan FM, et al. Pregnancy, contraceptive use, and HIV
acquisition in HPTN 039: relevance for HIV prevention
trials among African women. J Acquir Immune Defic
Syndr. 2010;53(5):606–13.

224
195. Clark RA, Theall KP, Amedee AM, Dumestre J, Wenthold 206. Seck K, Samb N, Tempesta S, Mulanga-Kabeya C,
L, Kissinger PJ. Lack of association between genital Henzel D, Sow PS, et al. Prevalence and risk factors of
tract HIV-1 RNA shedding and hormonal contraceptive cervicovaginal HIV shedding among HIV-1 and HIV-2
use in a cohort of Louisiana women. Sex Transm Dis. infected women in Dakar, Senegal. Sex Transm Infect.
2007;34(11):870–2. 2001;77(3):190–3.
196. Richardson BA, Otieno PA, Mbori-Ngacha D, Overbaugh 207. Tanton C, Weiss HA, Le Goff J, Changalucha J, Rusizoka
J, Farquhar C, John-Stewart GC. Hormonal contraception M, Baisley K, et al. Correlates of HIV-1 genital shedding in
and HIV-1 disease progression among postpartum Tanzanian women. PLoS One. 2011;6(3):e17480.
Kenyan women. AIDS. 2007;21(6):749–53.
208. Tagy AH, Saker ME, Moussa AA, Kolgah A. The effect
197. Graham SM, Masese L, Gitau R, Jalalian-Lechak Z, of low-dose combined oral contraceptive pills versus
Richardson BA, Peshu N, et al. Antiretroviral adherence injectable contraceptive (Depot Provera) on liver function
and development of drug resistance are the strongest tests of women with compensated bilharzial liver fibrosis.
predictors of genital HIV-1 shedding among women Contraception. 2001;64:173–6.
initiating treatment. J Infect Dis. 2010;202(10):1538–42.
209. Pyorala T, Vahapassi J, Huhtala M. The effect of
198. Kovacs A, Wasserman SS, Burns D, Wright DJ, Cohn J, lynestrenol and norethindrone on the carbohydrate and
Landay A, et al. Determinants of HIV-1 shedding in the lipid metabolism in subjects with gestational diabetes.
genital tract of women. Lancet. 2001;358:1593–601. Ann Chir Gynaecol. 1979;68(2):69–74.
199. Kreiss J, Willerford DM, Hensel M, Emonyi W, Plummer 210. Radberg T, Gustafson A, Skryten A, Karlsson K. Metabolic
F, Ndinya-Achola J, et al. Association between studies in women with previous gestational diabetes
cervical inflammation and cervical shedding of during contraceptive treatment: effects on serum lipids
human immunodeficiency virus DNA. J Infect Dis. and high density lipoproteins. Acta Endocrinol (Copenh).
1994;170(6):1597–601. 1982;101(1):134–9.
200. Kumwenda JJ, Makanani B, Taulo F, Nkhoma C, 211. Kjos SL, Peters RK, Xiang A, Thomas D, Schaefer U,
Kafulafula G, Li Q, et al. Natural history and risk factors Buchanan TA. Contraception and the risk of type 2
associated with early and established HIV type 1 infection diabetes mellitus in Latina women with prior gestational
among reproductive-age women in Malawi. Clin Infect diabetes mellitus. JAMA. 1998;280(6):533–8.
Dis. 2008;46(12):1913–20.
212. Nelson AL, Le MH, Musherraf Z, Vanberckelaer A.
201. Lavreys L, Baeten JM, Kreiss JK, Richardson BA, Chohan Intermediate-term glucose tolerance in women with
BH, Hassan W, et al. Injectable contraceptive use and a history of gestational diabetes: natural history
genital ulcer disease during the early phase of HIV-1 and potential associations with breastfeeding and
infection increase plasma virus load in women. J Infect contraception. Am J Obstet Gynecol. 2008;198:699.e1–.
Dis. 2004;189(2):303–11. e8.
202. Morrison CS, Demers K, Kwok C, Bulime S, Rinaldi A, 213. Xiang AH, Kawakubo M, Buchanan TA, Kjos SL. A
Munjoma M, et al. Plasma and cervical viral loads among longitudinal study of lipids and blood pressure in
Ugandan and Zimbabwean women during acute and relation to method of contraception in Latino women
early HIV-1 infection. AIDS. 2010;24(4):573–82. with prior gestational diabetes mellitus. Diabetes Care.
2007;30(8):1952–8.
203. Mostad SB, Overbaugh J, DeVange DM, Welch MJ,
Chohan B, Mandaliya K, et al. Hormonal contraception, 214. Xiang AH, Kawakubo M, Kjos SL, Buchanan TA. Long-
vitamin A deficiency, and other risk factors for shedding acting injectable progestin contraception and risk of
of HIV-1 infected cells from the cervix and vagina. type 2 diabetes in Latino women with prior gestational
Lancet. 1997;350:922–7. diabetes mellitus. Diabetes Care. 2006;29(3):613–7.
204. Roccio M, Gardella B, Maserati R, Zara F, Iacobone D, 215. Diab KM, Zaki MM. Contraception in diabetic
Spinillo A. Low-dose combined oral contraceptive and women: comparative metabolic study of norplant,
cervicovaginal shedding of human immunodeficiency depot medroxyprogesterone acetate, low dose oral
virus. Contraception. 2011;83(6):564–70. contraceptive pill and CuT380A. J Obstet Gynecol Res.
2000;26(1):17–26.
205. Sagar M, Lavreys L, Baeten JM, Richardson BA,
Mandaliya K, Ndinya-Achola JO, et al. Identification of 216. Lunt H, Brown LJ. Self-reported changes in capillary
modifiable factors that affect the genetic diversity of the glucose and insulin requirements during the menstrual
transmitted HIV-1 population. AIDS. 2004;18(4):615–9. cycle. Diabet Med. 1995;13:525–30.

225
217. Radberg T,Gustafson A, Skryten A, Karlsson K. Oral 231. Kearney BP, Mathias A. Lack of effect of tenofovir
contraception in diabetic women. A cross-over study disoproxil fumarate on pharmacokinetics of hormonal
on seum and high density lipoprotein (HDL) lipids and contraceptives. Pharmacotherapy. 2009;29(8):924–9.
diabetes control during progestogen and combined
232. Perry SH, Swamy P, Preidis GA, Mwanyumba A, Motsa N,
estrogen/progestogen contraception. Horm Metab Res.
Sarero HN. Implementing the Jadelle implan for women
1982;14:61–5.
living with HIV in a resource-limited setting: concerns
218. Skouby SO, Molsted-Petersen L, Kuhl C, Bennet P. Oral for drug interactions leading to unintended pregnancies.
contraceptives in diabetic womne: metabolic effects of AIDS. 2014;28(5):791–3.
four compounds with different estrogen/progestogen
233. Cohn SE, Park JG, Watts DH, Stek A, Hitti J, Clax
profiles. Fertil Steril. 1986;46:858–64.
PA, et al. Depo-medroxyprogesterone in women on
219. D’halluin V, Vilgrain V, Pelletier G, Rocher L, Belghiti antiretroviral therapy: effective contraception and lack
J, Erlinger S, et al. [Natural history of focal nodular of clinically significant interactions. Clin Pharmacol Ther.
hyperplasia. A retrospective study of 44 cases]. 2007;81(2):222–7.
Gastroenterol Clin Biol. 2001;25(11):1008–10.
234. Nanda K, Amaral E, Hays M, Viscola MA, Mehta N,
220. Mathieu D, Kobeiter H, Maison P, Rahmouni A, Cherqui Bahamondes L. Pharmacokinetic interactions between
D, Zafrani ES, et al. Oral contraceptive use and focal depot medroxyprogesterone acetate and combination
nodular hyperplasia of the liver. Gastroenterology. antiretroviral therapy. Fertil Steril. 2008;90(4):965–71.
2000;118(3):560–4.
235. Sekar VJ, Lefebvre E, Guzman SS, Felicione E, De Pauw
221. Kapp N, Curtis KM. Hormonal contraceptive use M, Vangeneugden T, et al. Pharmacokinetic interaction
among women with liver tumors: a systematic review. between ethinyl estradiol, norethindrone and darunavir
Contraception. 2009;80(4):387–90. with low-dose ritonavir in healthy women. Antivir Ther.
2008;13(4):563–9.
222. Adadevoh BK, Isaacs WA. The effect of megestrol acetate
on sickling. Am J Med Sci. 1973;265:367–70. 236. Kasserra C, Li J, March B, O’Mara E. Effect of vicriviroc
with or without ritonavir on oral contraceptive
223. Barbosa IC, Ladipo OA, Nascimento ML, Athayde C,
pharmacokinetics: a randomized, open-label, parallel-
Hirsch C, Lopes R, et al. Carbohydrate metabolism in
group, fixed-sequence crossover trial in healthy women.
sickle cell patients using subdermal implan containing
Clin Ther. 2011;33(10):1503–14.
nomegesterol acetate (Uniplant). Contraception.
2001;63:263–5. 237. Vogler MA, Patterson K, Kamemoto L, Park JG, Watts
H, Aweeka F, et al. Contraceptive efficacy of oral
224. de Abood M, de Castillo Z, Guerrero F,Espino M, Austin
and transdermal hormones when co-administered
KL. Effects of Depo-Provera or Microgynon on the painful
with protease inhibitors in HIV-1-infected women:
crises of sickle cell anemia patients. Contraception.
pharmacokinetic results of ACTG trial A5188. J Acquir
1997;56:313–6.
Immune Defic Syndr. 2010;55(4):473–82.
225. De Ceulaer K, Gruber C, Hayes R, Serjeant GR.
238. Atrio J, Stanczyk FZ, Neely M, Cherala G, Kovacs
Medroxyprogesterone acetate and homozygous sickle-
A, Mishell DR, Jr. Effect of protease inhibitors on
cell disease. Lancet. 1982;2:229–31.
steady-state pharmacokinetics of oral norethindrone
226. Howard RJ, Lillis C, Tuck SM. Contraceptives, counseling, contraception in HIV-infected women. J Acquir Immune
and pregnancy in women with sickle cell disease. BMJ. Defic Syndr. 2014;65(1):72–7.
1993;306:1735–7.
239. Anderson MS, Hanley WD, Moreau AR, Jin B, Bieberdorf
227. Ladipo OA, Falusi AG, Feldblum PJ, Osotimehin BO, FA, Kost JT, et al. Effect of raltegravir on estradiol and
Otolorin EO, Ojengbede OA. Norplant use by women with norgestimate plasma pharmacokinetics following oral
sickle cell disease. Int J Gynaecol Obstet. 1993;41:85–7. contraceptive administration in healthy women. Br J Clin
Pharmacol. 2011;71(4):616–20.
228. Nascimento ML, Ladipo OA, Coutinho E. Nomogestrol
acetate contraceptive implan use by women with sickle 240. Song I, Mark S, Borland J, Chen S, Wajima T,
cell disease. Clin Pharmacol Ther. 1998;64:433–8. Peppercorn A, et al. Dolutegravir has no effect on the
pharmacokinetics of methadone or oral contraceptives
229. Yoong WC, Tuck SM, Yardumian A. Red cell deformability
with norgestimate and ethinyl estradiol. Atlanta (GA): 20th
in oral contraceptive pill users with sickle cell anaemia.
Br J Haematol. 1999;104:868–70. Conference on Retroviruses and Opportunistic Infections;
3–6 March 2013.
230. Aweeka FT, Rosenkranz SL, Segal Y, Coombs RW,
Bardeguez A, Thevanayagam L, et al. The impact of 241. Odlind V, Olsson SE. Enhanced metabolism of
sex and contraceptive therapy on the plasma and levonorgestrel during phenytoin treatment in a woman
intracellular pharmacokinetics of zidovudine. AIDS. with Norplant implans. Contraception. 1986;33:257–61.
2006;20(14):1833–41.

226
242. Schindlbeck C, Janni W, Friese K. Failure of Implanon
contraception in a patient taking carbamazepine for
epilepsia. Arch Gynecol Obstet. 2006;273(4):255–6.
243. Shane-McWhorter L, Cerven JD, MacFarlane LL, Osborn
C. Enhanced metabolism of levonorgestrel during
phenobarbital treatment and resultant pregnancy.
Pharmacotherapy. 1998;18:1360–4.
244. Reimers A, Helde G, Brodtkorb E. Ethinyl estradiol, not
progestogens, reduces lamotrigine serum concentrations.
Epilepsia. 2005;46(9):1414–

227
2.7.3 Pil Kontrasepsi Darurat

PIL KONTRASEPSI DARURAT

Pil Kontrasepsi Darurat tidak melindungi infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV. Jika terdapat risiko IMS/HIV,
penggunaan kondom secara tepat dan konsisten sangat direkomendasikan. Penggunaan kondom secara tepat
merupakan suatu metode untuk melindungi dari IMS dan HIV. Kondom wanita mempunyai efektivitas yang sama
dengan dengan kondom pria namun kondom wanita belum banyak digunakan.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI DAN BUKTI
KPK LNG UPA†
† rekomendasi ditinjau
pada buku Kriteria
KPK = kontrasepsi pil
Kelayakan Medis edisi
kombinasi
kelima, penjelasan lebih
LNG = levonorgestrel
detail setelah tabel.
UPA = ulipristal acetate
* Penjelasan tambahan
setelah tabel
KEHAMILAN NA NA NA NA = tidak dapat diterapkan

Klarifikasi: Walaupun metode ini tidak diindikasikan


bagi wanita yang diketahui atau dicurigai hamil, tidak
ada bahaya pada wanita tersebut bagi kehamilan
dan janinnya jika Pil Kontrasepsi Darurat tidak
sengaja digunakan
MENYUSUI 1 1 2 Klarifikasi: Menyusui tidak direkomendasikan pada
1 minggu setelah mendapatkan UPA karena akan
dieksresikan ke air susu ibu (ASI). ASI harus
dikeluarkan dan dibuang selama waktu tersebut.
RIWAYAT KEHAMILAN 1 1 1
EKTOPIK
OBESITAS † 1 1 1 Klarifikasi: Pil Kontrasepsi Darurat kurang efektif
pada wanita dengan IMT ≥ 30 kg/m2 dibandingkan
dengan wanita dengan IMT <25 kg/m2. Walaupun
demikian tidak ada masalah keamanan serius yang
ditimbulkan.

Bukti ilmiah: Terdapat bukti dari 1 studi yang


menunjukkan pada IMT ≥ 30 kg/m2 mengalami
peningkatan risiko kehamilan setelah penggunaan
LNG dibanding dengan IMT <25 kg/m2. Dua studi
menunjukkan wanita dengan obesitas mengalami
peningkatan risiko kehamilan setelah penggunaan
UPA dibanding dengan wanita tidak obesitas,
walaupun peningkatan ini tidaklah signifikan dalam
studi tersebut (2,3).
RIWAYAT PENYAKIT 2 2 2
KARDIOVASKULAR YANG
BERAT*
(penyakit jantung iskemik,
serangan serebrovaskular,
atau kondisi tromboemboli
lainnya)
MIGRAIN* 2 2 2
PENYAKIT HEPAR YANG 2 2 2
BERAT* (TERMASUK
IKTERIK)

228
PIL KONTRASEPSI DARURAT
Pil Kontrasepsi Darurat tidak melindungi infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV. Jika terdapat risiko
IMS/HIV, penggunaan kondom secara tepat dan konsisten sangat direkomendasikan. Penggunaan kondom
secara tepat merupakan suatu metode untuk melindungi dari IMS dan HIV. Kondom wanita mempunyai
efektivitas yang sama dengan dengan kondom pria namun kondom wanita belum banyak digunakan.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI DAN BUKTI
KPK LNG UPA†
† rekomendasi ditinjau pada
KPK =
buku Kriteria Kelayakan Medis
kontrasepsi pil kombinasi
edisi kelima, penjelasan lebih
LNG =
detail setelah tabel.
Levonorgestrel
* Penjelasan tambahan setelah
UPA = ulipristal acetate
tabel
INDUSER CYP3A4 †
 1 1 1 Klarifikasi: Induser ICYP3A4 i yang
(e.g. rifampicin, phenytoin, kuat dapat menurunkan efektivitas Pil
phenobarbital, carbamazepine, Kontrasepsi Darurat.
efavirenz, fosphenytoin,
nevirapine, oxcarbazepine, Bukti Ilmiah: menurut informasi
primidone, rifabutin, St John’s pelabelan, rifampisin menurunkan
wort/hypericum perforatum) kadar UPA hingga 90% atau lebih
yang akan menurunkan efeltivitas Pil
Kontrasepsi Darurat. (1,4)
Penggunaan induser CYP3A4 yang
semakin luas begitu juga dengan
KPK dan LNG Pil Kontrasepsi
Darurat, memiliki jalur metabolik
yang sama dengan UPA. Studi
farmakokinetik menyatakan bahwa
penggunaan efavirens menurunkan
kadar LNG sebesar 56% pada wanita
yang menggunakan LNG pil
kontrasepsi darurat (0,75 mg)
dibanding dengan wanita yang
menggunakan LNG Pil Kontrasepsi
Darurat saja.
PENGULANGAN 1 1 1 Klarifikasi: Pengulangan Pil
PENGGUNAAN Pil Kontrasepsi Kontrasepsi Darurat merupakan
Darurat indikasi bahwa wanita memerlukan
konseling lebih lanjut untuk pemilihan
kontrasepsi. Pengulangan Pil
Kontrasepsi Darurat yang sering
dapat membayakan bagi kondisi
wanita dan diklasifikasikan pada
kategori 2, 3, atau 4 untuk
penggunaan kontrasepsi kombinasi
hormonal atau kontrasepsi progestin.
PEMERKOSAAN* 1 1 1

229
REKOMENDASI YANG DITINJAU PADA EDISI
KELIMA 1. ellaOne® ulipristal acetate. Abbreviated prescribing
information (UK). London: HRA Pharma UK &
Rekomendasi yang ditinjau berdasarkan persyaratan Ireland
Ltd; 2013
dari WHO untuk pengembangan pedoman, sebagai (http://www.ellaone.co.uk/hcp/abbreviated- prescribing-
bagian dari penyusunan buku Kriteria Kelayakan Medis information-uk, accessed 23 October 2014).
Untuk Penggunaan Kontrasepsi edisi kelima. Pernyataan 2. Glasier A, Cameron ST, Blithe D, Scherrer B, Mathe
dikembangkan terkait populasi, intervensi, perbandingan H, Levy D, et al. Can we identify women at risk of
(comparator), keluaran (outcome) (PICO) dengan pregnancy despite using emergency contraception? Data
Guideline Development Group (KPP) dan database from randomized trials of ulipristal acetate and
berdasarkan bukti yang menjadi pedoman dalam levonorgestrel. Contraception. 2011;84(4):363–7.
penyusunan ulasan yang sistematis, seperti yang telah 3. Moreau C, Trussell J. Results from pooled Phase III
diulas pada bab 1 buku ini. Profil bukti GRADE, penilaian studies of ulipristal acetate for emergency contraception.
kualitas bukti berdasarkan GRADE, ringkasan bukti yang Contraception. 2012;86(6):673–80.
mendukung rekomendasi dan pelengkap lainnya dari 4. Full prescribing information: ELLA (ulipristal acetate)
KPP terkait rekomendasi ada pada bab 1. tabelt. Charleston (SC): Afaxys, Inc.; updated June 2014
(http://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/
KETERANGAN TAMBAHAN label/2014/022474s004lbl.pdf, accessed 9 March 2015).
5. Carten ML, Kiser JJ, Kwara A, Mawhinney S, Cu-
Riwayat penyakit kardiovaskular yang berat, migrain, Uvin
S. Pharmacokinetic interactions between the
penyakit hepar yang berat (termasuk ikterik) hormonal emergency contraception, levonorgestrel (Plan
B), and Efavirenz. Infect Dis Obstet Gynecol.
Durasi penggunaan Pil Kontrasepsi Darurat lebih sedikit 2012;2012:137192.
dibanding dengan penggunaan KPK atau PP dan to retrieve the evidence, which guided the preparation of
diharapkan mempunyai efek samping yang lebih rendah systematic reviews, are described in greater detail in
bagi kesehatan wanita. Part I
of this document. Additionally, GRADE evidence
profiles, the overall GRADE assessment of the quality of
Pemerkosaan the evidence, summaries of the evidence supporting the
recommendation(s), and other supplementary remarks
Tidak ada pembatasan bagi penggunaan Pil Kontrasepsi from the KPP regarding the recommendations, are
Darurat pada kasus pemerkosaan. available in Part I.

Referensi

230
2.7.4 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)

AKDR tidak melindungi dari infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV. Adanya faktor risiko IMS/HIV
penggunaan kondom secara konsisten dan tepat sangat direkomendasikan. Penggunaan kondom yang
tepat dan konsisten merupakan metode efektif mencegah IMS dan HIV. Kondom wanita juga memiliki
efektivitas dan keamanan seperti kondom pria namun penggunaannya dalam program nasional belum
sebanyak kondom pria.
KATEGORI
KONDISI 
I = inisiasi, KLARIFIKASI DAN BUKTI
C = kelanjutan
AKDR-Cu AKDR-LNG
† rekomendasi diulas pada
buku Kriteria Kelayakan
Medis edisi kelima, AKDR-Cu = Alat Kontrasepsi Dalam Rahim - Cu
penjelasan lebih detail AKDR-LNG = Alat Kontrasepsi Dalam Rahim - Levonorgestrel (20 μg/24
setelah tabel berikut jam)
* keterangan tambahan
setelah tabel berikut
KARAKTERISTIK PERSONAL DAN RIWAYAT REPRODUKSI
KEHAMILAN 4 4 Klarifikasi: AKDR tidak diindikasikan
pada kehamilan dan sebaiknya tidak
digunakan pada kasus dengan risiko
tinggi infeksi rongga panggul dan abortus
septik.

USIA Bukti Ilmiah: Risiko kehamilan, infeksi


dan perforasi sangat rendah pada
pengguna AKDR tanpa terkait usia.
Perdarahan yang berat atau perdarahan
saat pelepasan AKDR diketahui tidak
terkait usia. Wanita muda pengguna
AKDR mempunyai peningkatan risiko
ekspulsi dibanding dengan wanita berusia
lanjut. (1-15)

a) Menars sampai < 20 2 2


tahun
b) > 20 tahun 1 1
PARITAS Bukti Ilmiah: risiko kehamilan, infeksi,
perforasi dan ekspulsi sangat rendah
pada pengguna AKDR, perbedaan paritas
tidak begitu menyebabkan perbedaan
yang berarti. Data yang ada tidak
menunjukkan perbedaan pulih kesuburan
pada pengguna AKDR nulipara (1,3,7-
10).

a) Nulipara 2 2
b) Para 1 1

231
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)

AKDR tidak melindungi dari infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV. Adanya faktor risiko IMS/HIV
penggunaan kondom secara konsisten dan tepat sangat direkomendasikan. Penggunaan kondom yang tepat
dan konsisten merupakan metode efektif mencegah IMS dan HIV. Kondom wanita juga memiliki efektivitas
dan keamanan seperti kondom pria namun penggunaannya dalam program nasional belum sebanyak
kondom pria.
KONDISI KATEGORI
 KLARIFIKASI DAN BUKTI
I = inisiasi,
C = kelanjutan
AKDR- AKDR-
Cu LNG
† rekomendasi diulas pada
buku kriteria kelayakan AKDR-Cu = alat kontrasepsi dalam rahim - Cu
medis edisi kelima, AKDR-LNG = alat kontrasepsi dalam rahim - levonogestrel (20 μg/24 jam)
penjelasan lebih detail
setelah tabel berikut
* keterangan tambahan
setelah tabel berikut

PASCAKEGUGURAN†

(menyusui atau tidak
menyusui, termasuk seksio
sesaria)

a) < 48 jam Bukti ilmiah : Insersi AKDR pasca persalinan


termasuk insersi segera dilakukan segera setelah plasenta lahir dikaitkan
setelah melahirkan dengan angka ekspulsi yang rendah dibanding
plasenta dengan penundaan insersi pasca persalinan.
Pemasangan post plasenta setelah seksio sesaria
menunjukkan angka ekspulsi yang lebih rendah
dibandingkan dengan insersi per vaginam pasca
plasenta. Komplikasi insersi meliputi perforasi dan
infeksi tidak meningkat pada pemasangan AKDR
pada periode pascapersalinan (16-29). Suatu studi
uji kontrol secara acak menyatakan insersi segera
AKDR-LNG dihubungkan dengan penurunan durasi
menyusui dibanding dengan penundaan insersi (30).
Dua studi uji kontrol secara acak lainnya
menyatakan inisiasi dini dan penundaan terhadap
progesteron tidak menunjukkan perbedaan luaran
dari menyusui (31, 32). Pada studi lainnya inisiasi
AKDR LNG pada 4 minggu pasca persalinan atau
setelahnya menunjukkan efek merugikan pada
luaran dari menyusui (33-35).

i) menyusui 1 2
ii) tidak menyusui 1 1

b) ≥ 48 jam sampai < 4 3 3


minggu
c) ≥ 4 minggu 1 1
d) sepsis pada masa nifas 4 4

232
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
AKDR tidak melindungi dari infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV. Adanya faktor risiko IMS/HIV
penggunaan kondom secara konsisten dan tepat sangat direkomendasikan. Penggunaan kondom yang tepat
dan konsisten merupakan metode efektif mencegah IMS dan HIV. Kondom wanita juga memiliki efektivitas
dan keamanan seperti kondom pria namun penggunaannya dalam program nasional belum sebanyak
kondom pria.
KATEGORI
KONDISI 
I = inisiasi, KLARIFIKASI DAN BUKTI ILMIAH
C=kelanjutan
AKD AKDR-
R-Cu LNG
† rekomendasi diulas pada
buku Kriteria Kelayakan Medis
edisi kelima, penjelasan lebih AKDR-Cu = Alat Kontrasepsi Dalam Rahim - Cu

detail setelah tabel berikut AKDR-LNG = Alat Kontrasepsi Dalam Rahim - Levonorgestrel (20 μg/24 jam)
* keterangan tambahan
setelah tabel berikut
PASCAKEGUGURAN*
a) Trimester pertama 1 1 Klarifikasi: Insersi AKDR dapat dilakukan segera
setelah trimester pertama, abortus spontan atau
induksi.

Bukti Ilmiah: Tidak ada perbedaan risiko komplikasi


pada insersi AKDR segera atau penundaan setelah
abortus. Ekspulsi cukup banyak terjadi pada insersi di
abortus trimester kedua dibanding trimester pertama.
Tidak ada perbedaan keamanan atau ekspulsi insersi
AKDR LNG pascakeguguran dibanding dengan Cu-
AKDR (36-48).
b) Trimester kedua 2 2
c) Segera pascakeguguran 4 4
septik
SETELAH KEHAMILAN
1 1
EKTOPIK*
RIWAYAT OPERASI
PANGGUL
(lihat pada bagian 1 1
pascapersalinan dan
seksio sesaria)
MEROKOK
a) Usia < 35 tahun
1 1
b) Usia ≥ 35 tahun
i) < 15 batang/ hari
1 1
ii) ≥ 15 batang /hari
1 1
OBESITAS
a) IMT ≥ 30 kg/m2 1 1
b) Menars sampai < 18 1 1
tahun dan IMT ≥ 30 kg/m2
TIDAK TERSEDIANYA NA NA NA = tidak dapat diterapkan
PENGUKURAN TEKANAN
DARAH Klarifikasi: Pengukuran tekanan darah merupakan tolak
ukur pencegahan penyakit. Namun hal ini tidak
berpengaruh pada keamanan dan efektivitas
penggunaan AKDR. Wanita tidak perlu menolak
penggunaan AKDR karena tekanan darah yang tidak
diperiksa

233
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)

AKDR tidak melindungi dari infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV. Adanya faktor risiko IMS/HIV
penggunaan kondom secara konsisten dan tepat sangat direkomendasikan. Penggunaan kondom yang
tepat dan konsisten merupakan metode efektif mencegah IMS dan HIV. Kondom wanita juga memiliki
efektivitas dan keamanan seperti kondom pria namun penggunaannya dalam program nasional belum
sebanyak kondom pria.
KATEGORI

KONDISI I = inisiasi, KLARIFIKASI DAN BUKTI
C =kelanjutan
AKDR-Cu AKDR-LNG
† rekomendasi diulas pada buku AKDR-Cu = Alat Kontrasepsi Dalam Rahim - Cu
Kriteria Kelayakan Medis edisi AKDR-LNG = Alat Kontrasepsi Dalam Rahim - Levonorgestrel (20
kelima, penjelasan lebih detail μg/24 jam)
setelah tabel berikut
* keterangan tambahan setelah
tabel berikut
PENYAKIT KARDIOVASKULER
FAKTOR RISIKO MULTIPEL DARI 1 2
PENYAKIT KARDIOVASKULER
(usia, merokok, diabetes, hipertensi
dan dislipidemia)
HIPERTENSI*
Semua kategori hipertensi, klasifikasi didasarkan pada asumsi tidak ada faktor risiko penyakit kardivaskular
lain. Ketika terdapat faktor risiko yang multiple, maka risiko penyakit kardiovaskular meningkat signifikan.
Pemeriksaan tekanan darah satu kali tidak cukup kuat untuk mengatakan seorang wanita mengalami
hipertensi.
a) Riwayat hipertensi, tekanan
1 2
darah TIDAK dapat dievaluasi
(termasuk hipertensi dalam
kehamilan)

b) Kontrol hipertensi yang baik dan 1 1


tekanan darah yang
DAPATdievaluasi

c) Peningkatan tekanan darah


(pengukuran yang tepat)
I. Sistolik 140–159 atau 1 1
diastolik 90–99 mm Hg
II. Sistolik ≥ 160 atau diastolik
1 2
≥ 100 mm Hg

d) Penyakit vaskular 1 2
RIWAYAT HIPERTENSI SAAT 1 1
KEHAMILAN (pemeriksaan
tekanan darah saat ini normal)

234
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)

AKDR tidak melindungi dari infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV. Adanya faktor risiko IMS/HIV
penggunaan kondom secara konsisten dan tepat sangat direkomendasikan. Penggunaan kondom yang tepat
dan konsisten merupakan metode efektif mencegah IMS dan HIV. Kondom wanita juga memiliki efektivitas dan
keamanan seperti kondom pria namun penggunaannya dalam program nasional belum sebanyak kondom
pria.
KATEGORI

KONDISI I = inisiasi, KLARIFIKASI DAN BUKTI
C=kelanjutan
AKDR- AKDR-
Cu LNG
† rekomendasi diulas pada Buku AKDR-Cu = Alat Kontrasepsi Dalam Rahim - Cu
Kriteria Kelayakan Medis edisi AKDR-LNG = Alat Kontrasepsi Dalam Rahim - Levonorgestrel (20 μg/24
kelima, penjelasan lebih detail jam)
setelah tabel berikut
* keterangan tambahan setelah
tabel berikut
TROMOBOSIS VENA
DALAM (TVD)
/ EMBOLI PARU/EP *

1 2
a) Riwayat TVD/EP
b) Akut TVD/EP 1 3 Bukti Ilmiah: Meskipun kejadian risiko
thrombosis vena karena penggunaan kontrasepsi
pil progesteron tidak konsisten, namun terdapat
sedikit peningkatan yang signifikan dibanding
dengan penggunaan kontrasepsi pil kombinasi
(49-51).

c) TVD/EP dan pemberian 1 2 Bukti Ilmiah: Meskipun kejadian risiko


terapi antikoagulan thrombosis vena karena penggunaan kontrasepsi
pil progesteron tidak konsisten, namun terdapat
sedikit peningkatan yang signifikan dibanding
dengan penggunaan kontrasepsi pil kombinasi
(49-51). Ada bukti yang terbatas mengenai insersi
AKDR-LNG pada wanita yang mendapat terapi
antikoagulan tidak menyebabkan risiko
perdarahan (52-54).
d) Riwayat keluarga 1 1
(hubungan keluarga
langsung)

e) Operasi mayor
I. Imobilisasi yang lama 1 2
II. Tanpa imobilisasi yang 1 1
lama

f) Operasi minor tanpa 1 1


imobilisasi
MUTASI TROMBOGENIK Klarifikasi: Skrining rutin tidak direkomendasikan
(Faktor V Leiden; mutasi 1 2 karena ini merupakan kasus yang jarang serta
protrombin; protein S; protein memerlukan skrining dengan biaya yang besar.
C; dan defisiensi antitrombin)

KELAINAN VENA
SUPERFISIALIS
a) Varises vena 1 1
b) Trombosis vena superfisialis 1 1

235
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
AKDR tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat
risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang
tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV.
Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional
seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI
I = Inisiasi,
C = kelanjutan
AKDR-
AKDR-Cu
LNG
† rekomendasi berdasarkan buku AKDR-Cu = AKDR mengandung tembaga
Kriteria Kelayakan Medis Edisi Kelima, AKDR-LNG = AKDR-Levonorgestrel (20 g/24 jam)
keterangan lebih lanjut terdapat
setelah tabel
* keterangan tambahan setelah tabel
berikut
RIWAYAT PENYAKIT JANTUNG 1 I C
ISKEMIK DAN SAAT INI* 2 3
STROKE*
(riwayat kecelakaan 1 2
serebrovaskular)
DIKETAHUI DISLIPIDEMIA Klarifikasi: Skrining rutin tidak tepat karena
TANPA FAKTOR RISIKO 1 2 kelangkaan kondisi dan biaya skrining yang
KARDIOVASKULAR LAINNYA tinggi.
PENYAKIT JANTUNG KATUP
a) Tanpa komplikasi 1 1
b) Dengan komplikasi (hipertensi 2 2 Klarifikasi: Antibiotik profilaksis untuk
pulmoner, risiko fibrilasi atrial, mencegah endokarditis disarankan untuk
riwayat endokarditis bakterial diberikan.
subakut)
PENYAKIT REMATIK

LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK / SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS (SLE)


Orang dengan SLE mengalami peningatan risiko penyakit jantung iskemik, stroke dan tromboemboli vena.
Penetapan kategori pada kondisi tersebut dalam Kriteria Kelayakan Medis Penggunaan Kontrasepsi harus sama
untuk wanita SLE dengan kondisi tersebut. Untuk semua kategori SLE, klasifikasi didasarkan pada asumsi bahwa
tidak ada faktor risiko penyakit kardiovaskular lainnya; klasifikasi ini harus dimodifikasi dengan adanya faktor risiko
tersebut. Bukti yang ada menunjukkan bahwa banyak wanita dengan SLE dapat dianggap kandidat yang baik untuk
metode kontrasepsi kebanyakan, termasuk kontrasepsi hormonal (54-71).
a) Antibodi antifosfolipid positif I C Bukti Ilmiah: Antibodi antifosfolipid
(atau tidak diketahui) 1 1 3 berhubungan dengan tingginya risiko
trombosis arteri dan vena (72,73).

b) Trombositopenia berat 3 2 2 Klarifikasi: Trombositopenia berat


meningkatkan risiko perdarahan. Kategori
dinilai sesuai beratnya trombositopenia dan
manifestasi klinisnya. Pada wanita dengan
trombositopenia yang memiliki risiko
perdarahan spontan, konsultasi dengan
spesialis dan pengobatan tertentu
sebelumya mungkin diperlukan.

Bukti Ilmiah: AKDR-LNG kemungkinan


menjadi pengobatan yang berguna bagi
menoragia pada wanita dengan
trombositopenia berat.

236
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
AKDR tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila
terdapat risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan
kondom yang tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS,
termasuk HIV. Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh
program nasional seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI
I = Indikasi,
C = Kelanjutan
AKDR-
AKDR-Cu LNG
† rekomendasi berdasarkan
Buku Kriteria Kelayakan Medis AKDR-Cu = AKDR mengandung tembaga
edisi kelima, keterangan lebih AKDR-LNG = AKDR-Levonorgestrel (20 g/24 jam)
lanjut terdapat setelah tabel
* keterangan tambahan setelah
tabel berikut
2 1 2
c) Pengobatan imunosupresif
d) Bukan salah satu di atas 1 1 2

KONDISI NEUROLOGIS

NYERI KEPALA* I C Klarifikasi: Nyeri kepala apapun yang baru


a) Non-migrain 1 1 1 atau perubahan tanda nyeri kepala harus
(ringan atau berat) dievaluasi.

b) Migrain
i) tanpa aura
usia < 35 tahun 1 2 2
usia > 35 tahun 1 2 2
ii) aura,usia berapapun 1 2 3
EPILEPSI 1 1

GANGGUAN DEPRESI
GANGGUAN DEPRESI 1 1 Klarifikasi: Klasifikasi berdasarkan data dari
wanita dengan gangguan depresi terpilih.
Tidak ada data pada gangguan bipolar atau
depresi pascapersalinan tersedia. Ada
kemungkinan interaksi obat antara obat-
obatan antidepresi tertentu dan kontrasespsi
hormonal.
KELAINAN DAN INFEKSI TRAKTUS REPRODUKSI
POLA PERDARAHAN I C
VAGINA
a) Pola ireguler tanpa 1 1 1
perdarahan hebat
b) Perdarahan hebat atau 2 1 2 Klarifikasi: Perdarahan hebat yang tidak
memanjang (termasuk pola biasa meningkatkan kecurigaan pada kondisi
reguler dan ireguler) mendasar yang serius.
Bukti Ilmiah: Bukti dari penelitian yang
menguji efek terapi dari AKDR-LNG pada
wanita dengan perdarahan hebat atau
memanjang dilaporkan tidak ada peningkatan
efek samping dan ditemukan bahwa AKDR-
LNG berguna dalam terapi menoragia.

237
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
AKDR tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat risiko
IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang tepat dan
konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV. Penggunaan kondom
wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI
I = Inisiasi,
C = kelanjutan
AKDR-
Cu AKDR-LNG
† rekomendasi berdasarkan Buku Kriteria AKDR-Cu = AKDR mengandung tembaga
Kelayakan Medis edisi kelima, keterangan AKDR-LNG = AKDR-Levonorgestrel (20 g/24 jam)
lebih lanjut terdapat setelah tabel
* keterangan tambahan setelah tabel
berikut
PERDARAHAN VAGINA YANG TIDAK Klarifikasi: Jika kehamilan atau kondisi
DAPAT DIJELASKAN patologis mendasari (seperti keganasan
(curiga pada kondisi yang serius) I C I C panggul) dicurigai, maka harus dievaluasi
dan kategori disesuaikan setelah dievaluasi.
Sebelum evaluasi 4 2 4 2 AKDR tidak perlu dilepas sebelum evaluasi.
ENDOMETRIOSIS 2 1 Bukti Ilmiah: Penggunaan AKDR-LNG
pada wanita dengan endometriosis
menurunkan dismenorea, nyeri panggul dan
dispareunia (82-86).
TUMOR OVARIUM JINAK 1 1
(termasuk kista)
DISMENOREA BERAT* 2 1
PENYAKIT TROFBLASTIK C Bukti Ilmiah: Bukti terbatas menyarankan
GESTASIONAL wanita yang menggunakan AKDR diikuti
a) Penurunan atau tidak terdeteksinya 3 3 pengosongan uterus akibat kehamilan mola
kadar -hCG tidak meningkatkan risiko berkembang
penyakit trofoblastik pasca mola jika
b) Peningkatan kadar -hCG terus 4 4 dibandingkan dengan wanita yang
menerus atau penyakit keganasan menggunakan metode kontrasepsi lainnya.
EKTROPION SERVIKS 1 1

NEOPLASIA INTRAEPITELIAL 1 2
SERVIKS (NIS)*

KANKER SERVIKS* I C I C
(menunggu terapi) 4 2 4 2
PENYAKIT PAYUDARA*
a) Massa tidak terdiagnosa 1 2
b) Penyakit payudara jinak 1 1
c) Riwayat kanker dalam keluarga 1 1
d) Kanker payudara
i) Saat ini 1 4
ii) Masa lalu dan tidak ada bukti 1 3
penyakit ini selama 5 tahun
KANKER ENDOMETRIUM* I C I C
4 2 4 2

238
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
AKDR tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat risiko
IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang tepat dan
konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV. Penggunaan kondom
wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI
I = Indikasi, C = kelanjutan
AKDR-Cu AKDR-LNG
† rekomendasi berdasarkan Buku Kriteria AKDR-Cu = AKDR mengandung tembaga
Kelayakan Medis edisi kelima, keterangan AKDR-LNG = AKDR-Levonorgestrel (20 g/24 jam)
lebih lanjut terdapat setelah tabel
* keterangan tambahan setelah tabel berikut
KANKER OVARIUM* I C I C
3 2 3 2
FIBROID UTERUS Bukti Ilmiah: Pada wanita dengan
a) Tanpa distorsi kavum uterus 1 1 mioma, tidak ada efek samping
b) Dengan distorsi kavum uterus 4 4 kesehatan dengan penggunaan AKDR-
LNG dan terdapat penurunan gejala
dan ukuran dari mioma pada beberapa
wanita (91-97).
KELAINAN ANATOMI*
a) Kavum uterus terdistorsi (kelainan 4 4
uterus apapun baik kongenital atau
didapat yaNg mendistorsi kavum uterus
dengan cara yang tidak sesuai dengan
pemasangan AKDR)
b) Kelainan lainnya (termasuk stenosis 2 2
serviks atau laserasi serviks) yaNg tidak
mendistorsi kavum uterus atau
mengganggu pemasangan AKDR)
PENYAKIT RADANG PANGGUL I C I C
(PRP)*
a) PRP yang lalu (anggap tidak ada
faktor risiko untuk IMS saat ini)
I. Dengan kehamilan berikutnya 1 1 1 1
II. Tanpa kehamilan berikutnya 2 2 2 2
b) PRP-sekarang 4 2 4 2 Klarifikasi untuk kelanjutan: Obati
PRP menggunakan antibiotik yang tepat.
Biasanya tidak diperlukan pencabutan
AKDR jika klien ingin melanjutkan
penggunaannya (lihat publikasi WHO
Rekomendasi praktik terpilih untuk
penggunaan kontrasepsi). Kelanjutan
penggunaan AKDR bergantung pada
pilihan infromasi wanita dan faktor risiko
IMS dan PRP baginya saat ini.

Bukti Ilmiah: Diantara para pengguna


AKDR yang dalam pengobatan PRP,
tidak tedapat perbedaan secara klinis
pada AKDR yang dilepas maupun tidak
(98-100).

239
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)

AKDR tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat
risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang tepat
dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV. Penggunaan
kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional seperti halnya
kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI
I = Indikasi, C = kelanjutan
AKDR-Cu AKDR-LNG
† rekomendasi berdasarkan Buku Kriteria AKDR-Cu = AKDR mengandung tembaga
Kelayakan Medis edisi kelima, keterangan AKDR-LNG = AKDR-Levonorgestrel (20 g/24 jam)
lebih lanjut terdapat setelah tabel
* keterangan tambahan setelah tabel
berikut
IMS† I C I C
a) Servisitis purulen atau infeksi 4 2 4 2 Klarifikasi untuk kelanjutan: Obati
klamidia atau gonore saat ini IMS menggunakan antibiotik yang
tepat. Biasanya tidak dibutuhkan
pencabutan AKDR jika klien ingin
melanjutkan penggunaannya.
Kelanjutan penggunaan AKDR
bergantung pada pilihan infromasi
wanita dan faktor risiko IMS dan PRP
baginya saat ini.

Bukti Ilmiah: Tidak ada bukti terkait


apakah pemasangan AKDR pada
wanita dengan IMD meningkatkan risiko
PRP dibandingkan dengan yang tidak
dipasang AKDR. Pada wanita yang
dipasang AKDR, risiko absolut PRP
selanjutnya rendah pada wanita dengan
IMS waktu pemasangan tetapi lebih
besar pada wanita tanpa IMS pada saat
pemasangan AKDR (101-108)

b) IMS lainnya (tidak termasuk HIV 2 2 2 2


dan hepatitis)
c) Vaginitis (termasuk Trichomonas 2 2 2 2
vaginalis dan vaginosisbakterial)

240
d) Peningkatan risiko IMS 2/3 2 2/3 2 Klarifikasi: Pemasangan AKDR dapat
lebih lanjut meningkatkan risiko PRP
pada wanita dengan peningkatan risiko
IMS, meskipun bukti terbatas
menunjukkan bahwa risiko ini rendah.
Algoritma terkini dalam menentukan
peningkatan risiko IMS memiliki nilai
prediktif yang buruk. Risiko IMS
bervariasi berdasarkan perilaku individu
dan prevalensi IMS lokal. Oleh karena
itu, sementara banyak wanita dengan
risiko IMS yang meningkat umumnya
terpasang AKDR, beberapa wanita
berisiko tinggi (kemungkinan individu
yang sangat tinggi) IMS umumnya
AKDR tidak terpasang hingga pengujian
dan terapi yang sesuai berlaku.

Bukti ilmiah: Dengan menggunakan


algoritma untuk mengklasifikasikan
status risiko IMS di antara pengguna
AKDR, 1 penelitian melaporkan bahwa
11% wanita dengan risiko tinggi IMS
mengalami komplikasi terkait AKDR
dibandingkan dengan 5% di antaranya
tidak tergolong risiko tinggi (104).
Dalam studi kecil lainnya, kejadian PRP
setelah pemasangan AKDR rendah
(2,2%) pada kelompok wanita yang
dianggap bersiko tinggi berdasarkan
tingkat IMS yang tinggi pada populasi
umum (109).

241
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
AKDR tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat risiko
IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang tepat dan
konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV. Penggunaan kondom
wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI
I = Inisiasi, C = Kelanjutan
AKDR-Cu AKDR-LNG
† rekomendasi berdasarkan Buku Kriteria AKDR-Cu = AKDR mengandung tembaga
Kelayakan Medis edisi kelima, keterangan AKDR-LNG = AKDR-Levonorgestrel (20 g/24 jam)
lebih lanjut terdapat setelah tabel
* keterangan tambahan setelah tabel
berikut

HIV/AIDS†
RISIKO TINGGI HIV I C I C Bukti Ilmiah: Di antara wanita yang berisiko
HIV, penggunaan AKDR-Cu tidak
2 2 2 2 meningkatkan risiko penularan HIV (110-120)
PENYAKIT KLINIS HIV 2 2 2 2 Bukti Ilmiah: Di antara pengguna AKDR,
ASIMTOMATIK ATAU RINGAN bukti terbatas menunjukkan tidak adanya
(WHO STADIUM 1 ATAU 2) peningkatakan risiko komplikasi secara
menyeluruh atau komplikasi infeksi ketika
membandingkan wanita yang hidup dengan
HIV dengan wanita yang tidak hidup dengan
HIV. Penggunaan AKDR tidak mempengaruhi
berkembangnya HIV jika dibandingkan
dengan penggunaan kontrasepsi hormonal
pada wanita yang hidup dengan HIV
selanjutnya, penggunaan AKDR di antara
wanita yang hidup dengan HIV tidak terkait
dengan peningkatan risiko transmisi seksual
dari pasangan wanita ke pria (121-128). Satu
penelitian menemukan tidak ada perbedaan
dalam memulai terapi antiretroviral (TAV)
atau jumlah CD4 antara pengguna AKDR-
LNG dengan yang bukan.
PENYAKIT KLINIS HIV BERAT ATAU 3 2 3 2 Klarifikasi untuk kelanjutan: Pengguna
LANJUT (WHO STADIUM 3 ATAU 4) AKDR dengan penyakit klinis HIV berat atau
lanjut harus diawasi secara ketat untuk
infeksi panggul.
Bukti ilmiah: Satu penelitian menemukan
tidak ada perbedaan dalam inisiasi TAR atau
jumlah CD4 antara pengguna AKDR-LNG
dengan yang bukan.
INFEKSI LAINNYA
SKISTOSOMIASIS

a) Tanpa komplikasi 1 1

b) Fibrosis hepar 1 1
(jika berat, lihat sirosis)
TUBERKULOSIS* I C I C
a) Non-panggul 1 1 1 1
b) Panggul 4 3 4 3
MALARIA 1 1

242
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
AKDR tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat
risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang
tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV.
Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional
seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI
I = Inisiasi, C = kelanjutan
AKDR-
AKDR-Cu LNG
† rekomendasi berdasarkan Buku AKDR-Cu = AKDR mengandung tembaga
Kriteria Kelayakan Medis edisi AKDR-LNG = AKDR-Levonorgestrel (20 g/24 jam)
kelima, keterangan lebih lanjut
terdapat setelah tabel
* keterangan tambahan setelah
tabel berikut
KONDISI ENDOKRIN
DIABETES
a) Riwayat penyakit gestasional 1 1
b) Penyakit non-vaskular
i) Tidak tergantung insulin 1 2 Bukti Ilmiah: Bukti terbatas dalam
penggunaan AKDR-LNG pada wanita
dengan diabetes tergantung insulin
atau tidak tergantung insulin
menyarankan bahwa metode ini
memiliki sedikit efek dalam kontrol
diabetes jangka pendek atau jangka
panjang (contoh kadar HbA1c),
penanda hemostatik atau profil lemak
(130, 131).
ii) Tergantung insulin 1 2
c) Nefropati/retinopati/neuropati 1 2
d) Penyakit vaskular lainnya atau 1 2
durasi diabetes > 20 tahun
KELAINAN TIROID
a) Struma sederhana 1 1
b) Hipertiroid 1 1
c) Hipotiroid 1 1
KONDISI GASTROINTESTINAL
PENYAKIT KANDUNG EMPEDU
a) Simtomatik
i) Diterapi dengan kolesistektomi 1 2
ii) Diterapi secara medis 1 2
iii) Saat ini 1 2
b) Asimtomatik 1 2
RIWAYAT KOLESTASIS
a) Terkait kehamilan 1 1
b) Terkait KPK yang lalu 1 2

243
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
AKDR tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat
risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang
tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV.
Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional
seperti halnya kondom pria.

KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI


I = Inisiasi, C = kelanjutan
AKDR-Cu AKDR-LNG
† rekomendasi berdasarkan Buku AKDR-Cu = AKDR mengandung tembaga
Kriteria Kelayakan Medis edisi kelima, AKDR-LNG = AKDR-Levonorgestrel (20 ug/24 jam)
keterangan lebih lanjut terdapat
setelah tabel
* keterangan tambahan setelah tabel
berikut
HEPATITIS VIRUS
a) Akut atau aktif kembali 1 1
b) Karier 1 1
c) Kronik 1 1
SIROSIS
a) Ringan (kompensasi) 1 1
b) Berat (dekompensasi) 1 3
TUMOR HATI*
a) Jinak
i) Hiperplasia nodular fokal 1 2
ii) Adenoma hepatoseluler 1 3
b) Keganasan (hepatoma) 1 3
ANEMIA
TALASEMIA* 2 1
PENYAKIT SEL SABIT* 2 1
ANEMIA DEFISIENSI BESI 2 1

INTERAKSI OBAT
TERAPI ANTIRETROVIRAL (ART) Klarifikasi:
Tidak ada interaksi yang diketahui
antara ART dan penggunaan AKDR.
a) Nucleoside reverse transcriptase I C I C Namun, penyakit klinis HIV berat
inhibitors (NRTIs) maupun lanjut (WHO stadium 3 atau
Abacavir (ABC) 2/3 2 2/3 2 4) sebagai suatu kondisi yang
Tenofovir (TDF) 2/3 2 2/3 2 diklasifikasikan sebagai kategori 3
untuk inisiasi dan kategori 2 untuk
Zidovudine (AZT) 2/3 2 2/3 2 kelanjutan. Penyakit klinis HIV tanpa
Lamivudine (3TC) 2/3 2 2/3 2 gejala atau ringan (WHO stadium 1
atau 2) diklasifikasikan sebagai
Didanosine (DDI) 2/3 2 2/3 2
kategori 2 untuk inisiasi dan
Emtricitabine (FTC) 2/3 2 2/3 2 kelanjutan.
Stavudine (D4T) 2/3 2 2/3 2

244
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
AKDR tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat
risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang
tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV.
Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional
seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI
I = Inisiasi,
C = kelanjutan
AKDR-Cu AKDR-LNG
† rekomendasi berdasarkan Buku Kriteria
Kelayakan Medis edisi kelima, keterangan AKDR-Cu = AKDR mengandung tembaga
lebih lanjut terdapat setelah tabel AKDR-LNG = AKDR-Levonorgestrel (20 g/24 jam)
* keterangan tambahan setelah tabel berikut
b) Non-nucleoside reverse transcriptase I C I C
inhibitors (NNRTIs)
Efavirenz (EFV) 2/3 2 2/3 2
Etravirine (ETR) 2/3 2 2/3 2
Nevirapine (NVP) 2/3 2 2/3 2
Rilpivirine (RPV) 2/3 2 2/3 2
c) Protease inhibitors (PIs)
Ritonavir-boosted atazanavir (ATV/r) 2/3 2 2/3 2
Ritonavir-boosted lopinavir (LPV/r) 2/3 2 2/3 2
Ritonavir-boosted darunavir (DRV/r) 2/3 2 2/3 2
Ritonavir (RTV) 2/3 2 2/3 2
d) Integrase inhibitors
Raltegravir (RAL) 2/3 2 2/3 2
TERAPI ANTIKONVULSAN
a) Antikonvulsan tertentu 1 1 Bukti Ilmiah: Bukti terbatas
(fenitoin, karbamazepine, barbiturat, menyarankan bahwa penggunaan
primidone, topiramat, oxkarbazepine) antikonvulsan tertentu tidak
mengganggu efektivitas kontrasepsi
AKDR-LNG (132).
b) Lamotrigine 1 1 Bukti Ilmiah: Tidak ada interaksi
obat yang dilaporkan pada wanita
epilepsi yang mengonsumsi
lamotriginine dan menggunakan
AKDR-LNG (133).
TERAPI ANTIMIKROBA
a) Antibiotik spektrum luas 1 1
b) Antijamur 1 1
c) Antiparasit 1 1
d) Terapi rifampicin atau rifabutin 1 1 Bukti ilmiah : Satu survei potong
lintang menemukan bahwa rifabutin
tidak berdampak pada keefektivan
AKDR-LNG (132

245
REKOMENDASI YANG DITINJAU UNTUK EDISI
KELIMA Nyeri Kepala

Rekomendasi ini ditinjau sesuai dengan persyaratan Aura merupakan gejala neurologis fokal yang spesifik.
WHO untuk pengembangan pedoman, sebagai bagian Untuk informasi lebih lanjut tentang kriteria diagnostik ini
dari penyusunan Buku Kriteria Kelayakan Medis dan lainnya, lihat: subkomite klasifikasi nyeri kepala dari
Penggunaan Kontrasepsi, edisi kelima. Pertanyaan the international headache society. The international
populasi, intervensi, komparator, hasil (PICO) yang classification of headache disorders, 2nd edition.
dikembangkan oleh Gudeline Development Group (KPP) Cephalalgia. 2004;24(Suppl 1):1–150.14
dan database yang dicari untuk mendapatkan kembali
bukti, yang membimbing penyusunan tinjauan sistematik, Dismenorea berat
dijelaskan secara lebih rinci pada Bagian I dalam
dokumen ini. Selain itu, profil bukti GRADE, penilaian Dismenorea mungkin lebih hebat dengan penggunaan
GRADE secara keseluruhan terhadap kualitas bukti, AKDR-Cu. Penggunaan AKDR-LNG dikaitkan dengan
ringkasan bukti yang mendukung rekomendasi dan berkurangnya dismenorea.
komentar tambahan lainnya dari KPP mengenai
rekomendasi tersebut, tersedia pada Bagian I. Neoplasia intraepithelial serviks (NIS)

KETERANGAN TAMBAHAN Ada beberapa kekhawatiran secara teoritis bahwa


AKDR-LNG dapat mempercepat perkembangan NIS.
Sepsis Puerperal
Kanker serviks (menunggu terapi)
Pemasangan AKDR secara substansial memperburuk
kondisi. Terdapat kekhawatiran mengenai peningkatan risiko
infeksi dan perdarahan saat pemasangan. AKDR
Pascakeguguran mungkin perlu dilepas pada saat terapi, namun hingga
sampai saat itu wanita tersebut berisiko hamil.
Pascakeguguran septik segera: pemasangan AKDR
secara substansial memperburuk kondisi. Penyakit payudara

Kehamilan Ektopik yang Lalu Kanker payudara: kanker payudara merupakan tumor
yang sensitive terhadap hormon. Kekhawatiran tentang
Risiko absolut kehamilan ektopik luar biasa rendah perkembangan penyakit ini lebih sedikit dengan AKDR-
dikarenakan tingginya efektivitas AKDR. Namun, ketika LNG daripada dengan kontrasepsi pil kombinasi (KPK)
wanita hamil selama penggunaan AKDR, kemungkinan atau kontrasepsi progestin (KP) dosis tinggi.
kehamilan ektopik relatif meningkat.
Kanker endometrium
Hipertensi
Terdapat kekhawatiran mengenai peningkatan risiko
Terdapat kekhawatiran secara teoritis mengenai efek infeksi, perforasi dan perdarahan saat pemasangan.
levonorgestrel (LNG) terhadap lemak. Tidak ada batasan AKDR mungkin perlu dilepas pada saat terapi, namun
untuk AKDR mengandung tembaga (AKDR-Cu) hingga sampai saat itu wanita tersebut berisiko hamil.

Trombosis Vena Dalam/Emboli Paru Kanker ovarium

AKDR-LNG dapat menjadi terapi yang berguna untuk AKDR mungkin perlu dilepas pada saat terapi, namun
menoragia pada wanita dengan terapi antikoagulan hingga sampai saat itu wanita tersebut berisiko hamil.
kronik.
Mioma Uteri
Riwayat penyakit jantung iskemik dan saat ini
Tanpa distorsi kavum uterus: Wanita dengan perdarahan
Terdapat kekhawatiran secara teoritis mengenai efek hebat atau berkepanjangan harus diberi kategori untuk
LNG terhadap lemak. Tidak ada batasan untuk AKDR- kondisi tersebut.
Cu. Dengan distorsi kavum uterus: Fibroid uterus yang sudah
ada sebelumnya yang mendistorsi kavum uterus
Stroke mungkin tidak sesuai dengan pemasangan dan
penempatan AKDR dengan tepat.
Terdapat kekhawatiran secara teoritis mengenai efek
LNG terhadap lemak. Tidak ada batasan untuk AKDR- Kelainan anatomi
Cu.
246
Kavum uterus terdistorsi: Dengan adanya kelainan
antomi yang mendistorsi rongga rahim, penempatan
AKDR yang tepat mungkin tidak dapat dilakukan.

Penyakit radang panggul (PRP)

AKDR tidak melindungi penularan IMS/HIV/PRP. Pada


wanita dengan risiko IMS yang rendah,pemasangan
AKDR sedikit berisiko terhadap PRP. Risiko IMS saat ini
dan keinginan untuk hamil di masa depan merupakan
pertimbangan yang relevan.

Tuberkulosis

Panggul: Pemasangan AKDR secara substansial


memperburuk kondisi.

Riwayat Kolestasis

Terdapat kekhawatiran bahwa riwayat kolestasis terkait


dengan kontrasepsi hormonal kombinasi (KHK) dapat
memprediksi kolestasis berikutnya dengan penggunaan
LNG. Apakah ada risiko penggunaan AKDR-LNG masih
belum jelas.

Tumor hati

Tidak ada bukti mengenai penggunaan kontrasepsi


hormonal pada wanita dengan adenoma hepatoseller.
Mengingat penggunaan KPK pada wanita sehat
dikaitkan dengan perkembangan dan pertumbuhan
adenoma hepatoseluler, tidak diketahui apakah
kontrasepsi hormonal lainnya memiliki efek yang sama.

Talassemia, penyakit sel sabit, anemia defisiensi


besi

Terdapat kekhawatiran mengenai peningkatan risiko


kehilangan darah dengan AKDR-Cu

247
Referensi
14. Suhonen S, Haukkamaa M, Jakobsson T, Rauramo
I. Clinical performance of a levonorgestrel-releasing
1. Albert A, Carrasco F, Duenas JL, Navarro J. Analisis de las
complicaciones menores surgidas durante el uso de DIU intrauterine system and oral contraceptives in young
con cobre [Analysis of minor complications in copper IUD nulliparous women: a comparative study. Contraception.
wearers]. Clin Invest Ginecol Obstet. 1983;10(1):16–22 2004;69(5):407–12.
(in Spanish). 15. Zhang J, Feldblum PJ, Chi IC, Farr MG. Risk factors
2. Allonen H, Luukkainen T, Nielsen NC, Nygren KG, for copper T IUD expulsion: an epidemiologic analysis.
Pyorala T. Two-year rates for Nova T and Copper T in a Contraception. 1992;46(5):427–33.
comparative study. Contraception. 1980;21(4):321–34. 16. Bonilla Rosales F,Aguilar Zamudio ME, Cazares Montero
3. Allonen H, Luukkainen T, Nielsen NC, Nygren KG, Pyorala Mde L, Hernandez Ortiz ME, Luna Ruiz MA. [Factors
S. Factors affecting the clinical performance of Nova T for expulsion of intrauterine device Tcu380A applied
and Copper T 200. Obstet Gynecol. 1984;64(4):524–9. immediately postpartum and after a delayed period]. Rev
Med Inst Mex Seguro Soc. 2005;43(1):5–10 (in Spanish).
4. Alton TM, Brock GN, Yang D, Wilking DA, Hertweck SP,
Loveless MB. Retrospective review of intrauterine device 17. Brenner PF. A clinical trial of the Delta-T intrauterine
in adolescent and young women. J Pediatr Adolesc device: immediate postpartum insertion. Contraception.
Gynecol. 2012;25(3):195–200. 1983;28(2):135–47.

5. Behringer T, Reeves MF, Rossiter B, Chen BA, Schwarz 18. Celen S, Moroy P, Sucak A, Aktulay A, Danisman N.
EB. Duration of use of a levonorgestrel IUS amongst Clinical outcomes of early postplacental insertion of
nulliparous and adolescent women. Contraception. intrauterine contraceptive devices. Contraception.
2011;84(5):e5–e10. 2004;69(4):279–82.

6. Berenson AB, Tan A, Hirth JM, Wilkinson GS. 19. Chi IC, Wilkens L, Rogers S. Expulsions in immediate
Complications and continuation of intrauterine device use postpartum insertions of Lippes Loop D and Copper
among commercially insured teenagers. Obstet Gynecol. T IUDs and their counterpart Delta devices – an
2013;121(5):951–8. epidemiological analysis. Contraception. 1985;32(2):119–
34.
7. Luukkainen T, Allonen H, Nielsen NC, Nygren KG, Pyorala
T. Five years’ experience of intrauterine contraception 20. Eroglu K, Akkuzu G, Vural G, Dilbaz B, Akin A, Taskin
with the Nova-T and the Copper-T-200. Am J Obstet L, et al. Comparison of efficacy and complications
Gynecol. 1983;147(8):885–92. of IUD insertion in immediate postplacental/early
postpartum period with interval period: 1 year follow-up.
8. Luukkainen T, Nielsen NC, Nygren KG, Pyorala T. Contraception. 2006;74(5):376–81.
Nulliparous women, IUD and pelvic infection. Ann Clin
Res. 1979;11(4):121–4. 21. Kapp N, Curtis KM. Intrauterine device insertion
during the postpartum period: a systematic review.
9. Luukkainen T, Nielsen NC, Nygren KG, Pyorala T, Allonen Contraception. 2009;80(4):327–36.
H. Combined and national experience of postmenstrual
IUD insertions of Nova-T and Copper-T in a randomized 22. Lara R, Sanchez RA, Aznar R. Aplicacion del dispositivo
study. Contraception. 1979;19(1):11–20. intrauterino a traves de la incision de la cesarea
[Application of intrauterine device through the incision of
10. Nygren KG, Nielsen NC, Pyorala T, Allonen H, the cesarean section]. Ginecol Obstet Mex. 1989;57:23–7
Luukkainen T. Intrauterine contraception with Nova-T (in Spanish).
and copper-T-200 during three years. Contraception.
1981;24(5):529–42. 23. Letti Muller AL, Lopes Ramos JG, Martins-Costa
SH, Palma Dias RS, Valerio EG, Hammes LS, et al.
11. Osser S, Gullberg B, Liedholm P,Sjoberg NO. Risk of Transvaginal ultrasonographic assessment of the
pelvic inflammatory disease among intrauterine-device expulsion rate of intrauterine devices inserted in
users irrespective of previous pregnancy. Lancet. the immediate postpartum period: a pilot study.
1980;1(8165):386–8. Contraception. 2005;72(3):192–5.
12. Rasheed SM, Abdelmonem AM. Complications among 24. Mishell DR, Jr., Roy S. Copper intrauterine contraceptive
adolescents using copper intrauterine contraceptive device event rates following insertion 4 to 8 weeks post
devices. Int J Gynaecol Obstet. 2011;115(3):269–72. partum. Am J Obstet Gynecol. 1982;143(1):29–35.
13. Skajaa K, Dorup I, Skajaa T. [Complications caused by 25. Morrison C, Waszak C, Katz K, Diabate F, Mate EM.
intrauterine contraceptive devices]. Ugeskr Laeger. Clinical outcomes of two early postpartum IUD insertion
1990;152(41):3002–6 (in Danish). programs in Africa. Contraception. 1996;53(1):17–21.

248
26. Thiery M, van Kets H, van der Pas H, van Os W, 39. The World Health Organization’s Special Programme of
Dombrowicz N. The ML Cu250; clinical experience in Research Development and Research Training in Human
Belgium and The Netherlands. Br J Obstet Gynaecol. Reproduction. Task Force on Intrauterine Devices for
1982;89(Suppl 4):51–3. Fertility Regulation. IUD insertion following termination of
pregnancy: a clinical trial of the TCu 220C, Lippes loop D,
27. Van Der Pas MT, Delbeke L, Van Dets H. Comparative
and copper 7. Stud Fam Plann. 1983;14:99–108.
performance of two copper-wired IUDs (ML Cu 250 and
T Cu 200: immediate postpartum and interval insertion. 40. The World Health Organization’s Special Programme of
Contracept Deliv Syst. 1980;1(1):27–35. Research Development and Research Training in Human
Reproduction. Task Force on Intrauterine Devices for
28. Welkovic S, Costa LO, Faundes A, de Alencar Ximenes R,
Fertility Regulation. IUD insertion following spontaneous
Costa CF. Post-partum bleeding and infection after post-
abortion: a clinical trial of the TCu 220C, Lippes loop D,
placental IUD insertion. Contraception. 2001;63(3):155–8.
and copper 7. Stud Fam Plann. 1983;14:109–14.
29. Zhou SW, Chi IC. Immediate postpartum IUD insertions in
41. Suvisaari J, Lahteenmaki P. Detailed analysis of
a Chinese hospital – a two year follow-up. Int J Gynaecol
menstrual bleeding patterns after postmensstrual and
Obstet. 1991;35(2):157–64.
postabortal insertion of a copper IUD or a levonorgestrel-
30. Chen BA, Reeves MF, Creinin MD, Schwarz EB. releasing intrauterine system. Contraception.
Postplacental or delayed levonorgestrel intrauterine 1996;54:201–8.
device insertion and breast-feeding duration.
42. Stanwood NL, Grimes DA, Schulz KF. Insertion of an
Contraception. 2011;84(5):499–504.
intrauterine contraceptive device after induced or
31. Brito MB, Ferriani RA, Quintana SM, Yazlle ME, Silva de spontaneous abortion: a review of the evidence. BJOG.
Sá MF, Vieira CS. Safety of the etonogestrel-releasing 2001;108:1168–73.
implan during the immediate postpartum period: a pilot
43. Pakarinen P, Toivonen J, Luukkainen T. Randomized
study. Contraception. 2009;80(6):519–26.
comparison of levonorgestrel- and copper-releasing
32. Gurtcheff SE, Turok DK, Stoddard G, Murphy PA, Gibson intrauterine systems immediately after abortion, with 5
M, Jones KP. Lactogenesis after early postpartum use of years’ follow-up. Contraception. 2003;68:31–4.
the contraceptive implan: a randomized controlled trial.
44. Moussa A. Evaluation of postabortion IUD insertion in
Obstet Gynecol. 2011;117(5):1114–21.
Egyptian women. Contraception. 2001;63:315–7.
33. Bahamondes L, Bahamondes MV, Modesto W, Tilley IB,
45. Gupta I, Devi PK. Studies on immediate post-abortion
Magalhaes A, Pinto e Silva JL, et al. Effect of hormonal
copper ‘T’ device. Indian J Med Res. 1975;63:736–9.
contraceptives during breastfeeding on infant’s milk
ingestion and growth. Fertil Steril. 2013;100(2):445–50. 46. Grimes D, Schulz K, Stanwood N. Immediate postabortal
insertion of intrauterine devices. [update of Cochrane
34. Costa ML, Cecatti JG, Krupa FG, Rehder PM, Sousa
Database Syst Rev. 2000;(2):CD001777]. Cochrane
MH, Costa-Paiva L. Progestin-only contraception
Database Syst Rev. 2002;CD001777.
prevents bone loss in postpartum breastfeeding women.
Contraception. 2012;85(4):374–80. 47. Gillett PG, Lee NH, Yuzpe AA, Cerskus I. A comparison of
the efficacy and acceptability of the Copper-7 intrauterine
35. Shaamash AH, Sayed GH, Hussien MM, Shaaban MM.
device following immediate or delayed insertion
A comparative study of the levonorgestrel-releasing
after first-trimester therapeutic abortion. Fertil Steril.
intrauterine system Mirena versus the Copper T380A
1980;34:121–4.
intrauterine device during lactation: breast-feeding
performance, infant growth and infant development. 48. El Tagy A, Sakr E, Sokal DC, Issa AH. Safety and
Contraception. 2005;72(5):346–51. acceptability of post-abortal IUD insertion and the
importance of counseling. Contraception. 2003;67:229–
36. Zhang PZ. Five years experience with the copper T 200 in
34.
Shanghai - 856 cases. Contraception. 1980;22:561–71.
49. Vasilakis C, Jick H, Mar Melero-Montes M. Risk of
37. Timonen H, Luukkainen T. Immediate postabortion
idiopathic venous thromboembolism in users of
insertion of the copper-T (TCu-200) with eighteen months
progestogens alone. Lancet. 1999;354:1610–1.
follow-up. Contraception. 1974;9:153–60.
50. Heinemann L, Assmann A, DoMinh T, Garbe E. Oral
38. The World Health Organization’s Special Programme
progestogen-only contraceptives and cardiovascular
of Research Development and Research Training in
risk: results from the Transnational Study on Oral
Human Reproduction. Task Force on Intrauterine Devices
Contraceptives and the health of Young Women. Eur J
for Fertility Regulation. The Alza T IPCS 52, a longer
Contracep Repr. 1999;4:67–73.
acting progesterone IUD: safety and efficacy compared
to the TCu220C and multiload 250 in two randomized
multicentre trials. Clin Reprod Fertil. 1983;2:113–28.

249
250
51. World Health Organization. Cardiovascular disease and use of oral and injectable progestogen-only
contraceptives and combined injectable contraceptives. Results of an international, multicenter, case-control study. Contraception.
1998;57:315–24.
52. Kingman CE, Kadir RA, Lee CA, Economides DL. The use of the levonorgestrel-releasing intrauterine system for treatment of
menorrhagia in women with inherited bleeding disorders. BJOG. 2004;111:1425–8.
53. Pisoni CN, Cuadrado MJ, Khamashta MA, Hunt BJ. Treatment of menorrhagia associated with oral anticoagulation: efficacy and
safety of the levonorgestrel releasing intrauterine device (Mirena coil). Lupus. 2006;15:877–80.
54. Schaedel ZE, Dolan G, Powell MC. The use of the levonorgestrel-releasing intrauterine system in the management of menorrhagia
in women with hemostatic disorders. Am J Obstet Gynecol. 2005;193:1361–3.
55. Somers E, Magder LS, Petri M. Antiphospholipid antibodies and incidence of venous thrombosis in a cohort of patients with
systemic lupus erythematosus. J Rheumatol. 2002;29:2531–6.
56. Sarabi ZS, Chang E, Bobba R, al e. Incidence rates of arterial and venous thrombosis after diagnosis of systemic lupus
erythematosus. Arthritis Rheum. 2005;53:609–12.
57. Sanchez-Guerrero J, Uribe AG, Jimenez-Santana L, Mestanza-Peralta M, Lara-Reyes P, Seuc AH, et al. A trial of contraceptive
methods in women with systemic lupus erythematosus. N Engl J Med. 2005;353:2539–49.
58. Petri M, Kim MY, Kalunian KC, et al. Combined oral contraceptives in women with systemic lupus erythematosus. N Engl J Med.
2005;353:2550–8.
59. Petri M. Lupus in Baltimore: evidence-based ‘clinical perarls’ from the Hopkins Lupus Cohort. Lupus. 2005;14:970–3.
60. Petri M. Musculoskeletal complications of systemic lupus erythematosus in the Hopkins Lupus Cohort: an update. Arthritis Care Res.
1995;8:137–45.
61. Mintz G, Gutierrez G, Delezé M, Rodríguez E. Contraception with progestogens in systemic lupus erythematosus. Contraception.
1984;30:29–38.
62. McDonald J, Stewart J, Urowitz MB, Gladman DD. Peripheral vascular disease in patients with systemic lupus erythematosus. Ann
Rheum Dis. 1992;51:56–60.
63. McAlindon T, Giannotta L, Taub N, D’Cruz D, Hughes G. Environmental factors predicting nephristis in systemic lupus erythematosus. Ann
Rheum Dis. 1993;52:720–4.

251
64. Manzi S, Meilahn EN, Rairie JE, Conte CG, Medsger TA Jr, Jansen-McWilliams L, et al. Age-specific incidence rates of myocardial
infarction and angina in women with systemic lupus erythematosus: comparison with the Framingham Study. Am J Epidemiol.
1997;145:408–15.
65. Jungers P,Dougados M, Pelissier C, et al. Influence of oral contraceptive therapy on the activity of systemic lupus erythematosus.
Arthritis Rheum. 1982;25:618–23.
66. Julkunen HA, Kaaja R, Friman C. Contraceptive practice in women with systemic lupus erythematosus. Br J Rheumatol.
1993;32:227–30.
67. Julkunen HA. Oral contraceptives in systemic lupus erythematosus: side-effects and influence on the activity of SLE. Scand J
Rheumatol. 1991;20:427–33.
68. Esdaile JM, Abrahamowicz M, Grodzicky T, Li Y, Panaritis C, du Berger R, et al. Traditional Framingham risk factors fail to fully account
for accelerated atherosclerosis
in systemic lupus erythematosus. Arthritis Rheum. 2001;44:2331–7.
69. Chopra N, Koren S, Greer WL, et al. Factor V Leiden, prothrombin gene mutation, and thrombosis risk in patients with
antiphospholipid antibodies. J Rheumatol. 2002;29:1683–8.
70. Bernatsky S, Ramsey-Goldman R, Gordon C, et al. Factors associated with abnormal Pap results in systemic lupus erythematosus.
Rheumatology (Oxford). 2004;43:1386–9.
71. Bernatsky S, Clarke A, Ramsey-Goldman R, Joseph L, Boivin JF, Rajan R, et al. Hormonal exposures and breast cancer in a sample
of women with systemic lupus erythematosus. Rheumatology (Oxford). 2004;43:1178– 81.
72. Wahl DG, Guillemin F, de Maistre E, Perret C, Lecompte T, Thibaut G. Risk for venous thrombosis related
to antiphospholipid antibodies in systemic lupus erythematosus – a meta-analysis. Lupus. 1997;6:467– 73.
73. Choojitarom K, Verasertniyom O, Totemchokchyakarn K, Nantiruj K, Sumethkul V, Janwityanujit S. Lupus nephritis and Raynaud’s
phenomenon are significant
risk factors for vascular thrombosis in SLE patients with positive antiphospholipid antibodies. Clin Rheumatol.
2008;27(3):345–51.
74. Barrington JW, Arunkalaivanan AS, bdel-Fattah M. Comparison between the levonorgestrel intrauterine system (LNG-IUS) and
thermal balloon ablation in the treatment of menorrhagia. Eur J Obstet Gynecol Repr Biol. 2003;108(1):72–4.
75. Gupta B, Mittal S, Misra R, Deka D, Dadhwal V. Levonorgestrel-releasing intrauterine system vs. transcervical endometrial
resection for dysfunctional uterine bleeding. Int J Gynaecol Obstet. 2006;95(3):261–6.

76. Hurskainen R, Teperi J, Rissanen P,Aalto AM, Grenman S, Kivela A, et al. Quality of life and cost-effectiveness of levonorgestrel-
releasing intrauterine system
versus hysterectomy for treatment of menorrhagia: a randomised trial. Lancet. 2001;357(9252):273–7.
77. Istre O, Trolle B. Treatment of menorrhagia with the levonorgestrel intrauterine system versus endometrial resection. Fertil Steril.
2001;76(2):304–9.
78. Koh SC, Singh K. The effect of levonorgestrel-releasing intrauterine system use on menstrual blood loss and the hemostatic,
fibrinolytic/inhibitor systems in women with menorrhagia. J Thromb Haemost. 2007;5(1):133–8.
79. Lethaby AE, Cooke I, Rees M. Progesterone/progestogen releasing intrauterine systems versus either placebo
or any other medication for heavy menstrual bleeding. Cochrane Database Syst Rev. 2000;(2):CD002126.
80. Magalhaes J, Aldrighi JM, de Lima GR. Uterine volume and menstrual patterns in users of the levonorgestrel- releasing intrauterine
system with idiopathic menorrhagia or menorrhagia due to leiomyomas. Contraception. 2007;75(3):193–8.
81. Stewart A, Cummins C, Gold L, Jordan R, Phillips W. The effectiveness of the levonorgestrel-releasing intrauterine system in menorrhagia: a
systematic review. Br J Obstet Gynaecol. 2001;108(1):74–86.
82. Fedele L, Bianchi S, Zanconato G, Portuese A, Raffaelli R. Use of a levonorgestrel-releasing intrauterine device in the treatment of
rectovaginal endometriosis. Fertil Steril. 2001;75(3):485–8.
83. Lockhat FBE. The effect of a levonorgestrel intrauterine system (LNG-IUS) on symptomatic endometriosis. Fertil Steril. 2002;77 Suppl
1:S24.
84. Petta CA, Ferriani RA, Abrao MS, Hassan D, Rosa E Silva JC, Podgaec S, et al. Randomized clinical trial of a levonorgestrel-releasing
intrauterine system and a depot GnRH analogue for the treatment of chronic
pelvic pain in women with endometriosis. Hum Reprod. 2005;20(7):1993–8.
85. Vercellini P,Aimi G, Panazza S, De Giorgi O, Pesole A, Crosignani PG. A levonorgestrel-releasing intrauterine system for the treatment
252
of dysmenorrhea associated with endometriosis: a pilot study. Fertil Steril. 1999;72(3):505–8.
86. Vercellini P, Frontino G, De GO, Aimi G, Zaina B, Crosignani PG. Comparison of a levonorgestrel-releasing intrauterine device
versus expectant management after conservative surgery for symptomatic endometriosis: a pilot study. Fertil Steril.
2003;80(2):305–9.
87. Gaffield ME, Kapp N, Curtis KM. Combined oral contraceptive and intrauterine device use among women with gestational
trophoblastic disease. Contraception. 2009;80(4):363–71.
88. Adewole IF, Oladokun A, Fawole AO, Olawuyi JF, Adeleye JA. Fertility regulatory methods and development of
complications after evacuation of complete hydatidiform mole. J Obstet Gynecol. 2000;20:68–9.
89. Deicas RE, Miller DS, Rademaker AW, Lurain JR. The role of contraception in the development of postmolar
trophoblastic tumour. Obstet Gynecol. 1991;78:221–6.
90. Ho Yuen B, Burch P.Relationship of oral contraceptives and the intrauterine contraceptive devices to the
regression of concentration of the beta subunit of human chorionic gonadotropin and invasive complications after molar
pregnancy. Am J Obstet Gynecol. 1983;145:214–7.
91. Fedele L, Bianchi S, Raffaelli R, Portuese A, Dorta M. Treatment of adenomyosis-associated menorrhagia with a
levonorgestrel-releasing intrauterine device. Fertil Steril. 1997;68:426–9.
92. Grigorieva V, Chen-Mok M, Tarasova M, Mikhailov A. Use of a levonorgestrel-releasing intrauterine system to treat
bledding related to uterine leiomyomas. Fertil Steril. 2003;79:1194–8.
93. Wildemeersch D, Schacht E. The effect on menstrual blood loss in women with uterine fibroids of a novel ‘frameless’
intrauterine levonorgestrel-releasing drug delivery system: a pilot study. Eur J Obstet Gynecol Repr Biol. 2002;102:74–
9.
94. Wildemeersch D, Schacht E, Wildemeersch P.Treatment of primary and secondary dysmenorrhea with a novel
‘frameless’ intrauterine levonorgestrel-releasing drug delivery system: a pilot study. Eur J Contracept Reprod Health
Care. 2001;6:192–8.
95. Wildemeersch D, Schacht E, Wildemeersch P. Contraception and treatment in the perimenopause with a
novel ‘frameless’ intrauterine levonorgestrel- releasing drug delivery system: an extended pilot study.
Contraception. 2002;66:93–9.
96. Wildemeersch D, Schacht E, Wildemeersch P. Performance and acceptability of intrauterine release of
levonorgestrel with a miniature delivery system for hormonal substitution therapy, contraception and treatment in
peri and postmenopausal women. Maturitas. 2003;44:237–45.
97. Mercoria F, De Simone R, Di Spiezio Sardo A, Cerrota G, Bifulco G, Vanacore F, et al. The effect of a levonorgestrel-
releasing intrauterine device in the treatment of myoma- related menorrhagia. Contraception. 2003;67:277–80.
98. Larsson B, Wennergren M. Investigation of a copper- intrauterine device (Cu-IUD) for possible effect on frequency
and healing of pelvic inflammatory disease. Contraception. 1977;15:143–9.
99. Soderberg G, Lindgren S. Influence of an intrauterine device on the course of an acute pelvic inflammatory disease.
Contraception. 1981;24:137–43.

100. Teisala K. Removal of an intrauterine device and the 112. Mann JM, Nzilambi N, Piot P,Bosenge N, Kalala M,
treatment of acute pelvic inflammatory disease. Ann Francis H, et al. HIV infection and associated risk
Med. 1989;21:63–5. factors in female prostitutes in Kinshasa, Zaire. AIDS.
1998;2:249–54.
101. Faundes A, Telles E, Cristofoletti ML, Faundes D, Castro
S, Hardy E. The risk of inadvertent intrauterine device 113. Kapiga SH, Lyamuya EF, Lwihula GK, Hunter DJ. The
insertion in women carriers of endocervical Chlamydia incidence of HIV infection among women using family
trachomatis. Contraception. 1998;58(2):105–9. planning methods in Dar es Salaam, Tanzania. AIDS.
1998;12(1):75–84.
102. Ferraz do Lago R, Simoes JA, Bahamondes L, Camargo
RP, Perrotti M, Monteiro I. Follow-up of users of 114. Kapiga SH, Shao JF, Lwihula GK, Hunter DJ. Risk factors
intrauterine device with and without bacterial vaginosis for HIV infection among women in Dar-es-Salaam,
and other cervicovaginal infections. Contraception. Tanzania. J Acquir Immune Defic Syndr. 1994;7(3):301–9.
2003;68(2):105–9.
115. Martin HL, Jr., Nyange PM, Richardson BA, Lavreys L,
103. Mohllajee AP, Curtis KM, Peterson HB. Does insertion Mandaliya K, Jackson DJ, et al. Hormonal contraception,
and use of an intrauterine device increase the risk sexually transmitted diseases, and risk of heterosexual
of pelvic inflammatory disease among women with transmission of human immunodeficiency virus type 1. J
sexually transmitted infection? A systematic review. Infect Dis. 1998;178(4):1053–9.

253
Contraception. 2006;73(2):145–53.
116. Mati JK, Hunter DJ, Maggwa BN, Tukei PM. Contraceptive
104. Morrison CS, Sekadde-Kigondu C, Miller WC, Weiner use and the risk of HIV infection in Nairobi, Kenya. Int J
DH, Sinei SK. Use of sexually transmitted disease risk Gynaecol Obstet. 1995;48(1):61–7.
assessment algorithms for selection of intrauterine
117. Nicolosi A, Correa Leite ML, Musicco M, Arici C,
device candidates. Contraception. 1999;59(2):97–106.
Gavazzeni G, Lazzarin A. The efficiency of male-to-female
105. Pap-Akeson M, Solheim F,Thorbert G, Akerlund M. and female-to-male sexual transmission of the human
Genital tract infections associated with the intrauterine immunodeficiency virus: a study of 730 stable couples.
contraceptive device can be reduced by inserting the Italian Study Group on HIV Heterosexual Transmission
threads into the uterine cavity. Br J Obstet Gynaecol. [comment]. Epidemiology. 1994;5(6):570–5.
1992;99(8):676–9.
118. Plourde PJ, Plummer FA, Pepin J, Agoki E, Moss G,
106. Sinei SK, Schulz KF, Lamptey PR, Grimes DA, Mati JK, Ombette J, et al. Human immunodeficiency virus type
Rosenthal SM, et al. Preventing IUCD-related pelvic 1 infection in women attending a sexually transmitted
infection: the efficacy of prophylactic doxycycline at diseases clinic in Kenya [comment]. J Infect Dis.
insertion. Br J Obstet Gynaecol. 1990;97(5):412–9. 1992;166(1):86–92.
107. Skjeldestad FE, Halvorsen LE, Kahn H, Nordbo SA, Saake 119. Sinei SK, Fortney JA, Kigondu CS, Feldblum PJ, Kuyoh
K. IUD users in Norway are at low risk for genital C. M, Allen MY, et al. Contraceptive use and HIV infection in
trachomatis infection. Contraception. 1996;54(4):209–12. Kenyan family planning clinic attenders. Int J STD AIDS.
1996;7(1):65–70.
108. Walsh TL, Bernstein GS, Grimes DA, Frezieres R,
Bernstein L, Coulson AH. Effect of prophylactic antibiotics 120. Spence MR, Robbins SM, Polansky M, Schable CA.
on morbidity associated with IUD insertion: results of Seroprevalence of human immunodeficiency virus type
a pilot randomized controlled trial. IUD Study Group. I (HIV-1) antibodies in a family-planning population. Sex
Contraception. 1994;50(4):319–27. Transm Dis. 1991;18(3):143–5.
109. Cropsey KL, Matthews C, Campbel S, Ivey S, Adawadkar 121. Mostad SB, Overbaugh J, DeVange DM, Welch MJ,
S. Long-term, reversible contraception use among high- Chohan B, Mandaliya K, et al. Hormonal contraception,
risk women treated in a university-based gynecology vitamin A deficiency, and other risk factors for shedding
clinic: comparison between IUD and depo-provera. J of HIV-1 infected cells from the cervix and vagina.
Womens Health (Larchmt). 2010;19(2):349–53. Lancet. 1997;350:922–7.
110. Carael M, Van de Perre PH, Lepage PH, Allen S, 122. Sinei SK, Morrison CS, Sekadde-Kigondu C, Allen M,
Nsengumuremyi F, Van Goethem C, et al. Human Kokonya D. Complications of use of intrauterine devices
immunodeficiency virus transmission among among HIV-1 infected women. Lancet. 1998;351:1238–
heterosexual couples in Central Africa. AIDS. 41.
1988;2(3):201–5.
123. Richardson BA, Morrison CS, Sekadde-Kigondu C,
111. European Study Group on Heterosexual Transmission Sinei SK, Overbaugh J, Panteleeff DD, et al. Effect of
of HIV. Comparison of female to male and male to intrauterine device use on cervical shedding of HIV-1
female transmission of HIV in 563 stable couples. BMJ. DNA. AIDS. 1999;13:2091–7
1992;304(6830):809–13.

254
124.Kovacs A, Wasserman SS, Burns D, Wright DJ,
Cohn J, Landay A, et al. Determinants of HIV-
1 shedding in the genital tract of women.
Lancet. 2001;358:1593–601.
125.Morrison CS, Sekadde-Kigondu C, Sinei SK,
Weiner DH, Kwok C, Kokonya D. Is the
intrauterine device appropriate contraception
for HIV-1 infected women? BJOG.
2001;108:784–90.
126.Heikinheimo O, Lehtovirta P, Suni J, Paavonen
J. The levonorgestrel-releasing intrauterine
system (LNG-IUS) in HIV-infected women –
effects on bleeding patterns, ovarian function
and genital shedding of HIV. Hum Reprod.
2006;21:2857–61.
127.Stringer EM, Kaseba C, Levy J, Sinkala M,
Goldenberg RL, Chi BH, et al. A randomized
trial of the intrauterine contraceptive device vs
hormonal contraception in women who are
infected with the
128.human immunodeficiency virus. Am J Obstet
Gynecol. 2007;197:144.e1–8.
129.Lehtovirta P, Paavonen J, Heikinheimo O.
Experience with the levonorgestrel-releasing
intrauterine system among HIV-infected
women. Contraception. 2007;75:37–9.
130.World Health Organization, Task Force for
Epidemiological Research on Reproductive
Health; Special Programme
131.of Research, Development, and Research
Training in Human Reproduction.
Progestogen-only contraceptives during
lactation: II. Infant development.
Contraception. 1994;50(1):55–68.
132.Rogovskaya S, Rivera R, Grimes DA, Chen P-
L, Pierre- Louis B, Prilepskaya V, et al. Effect
of a levonorgestrel intrauterine system on
women with type 1 diabetes: a randomized
trial. Obstet Gynecol. 2005;105:811–5.
133.Grigoryan OR, Grodnitskaya EE, Andreeva EN,
Shestakova MV, Melnichenko GA, Dedov II.
Contraception in perimenopausal women with
diabetes mellitus. Gynecol Endocrinol.
2006;22(4):198–206.
134.Bounds W, Guillebaud J. Observational series
on women using the contraceptive Mirena
concurrently with anti- epileptic and other
enzyme-inducing drugs. J Fam Plann Reprod
Health Care. 2002;28:78–80.
135.Reimers A, Helde G, Brodtkorb E. Ethinyl
estradiol, not progestogens, reduces
lamotrigine serum concentrations. Epilepsia.
2005;46(9):1414–7.

255
2.7.5 AKDR-Cu sebagai kontrasepsi darurat

Penggunaan AKDR-Cu untuk kontrasepsi darurat sangat efektif untuk mencegah kehamilan. Untuk tujuan ini, AKDR-Cu
dapat dimasukkan selama lima hari hubungan seks tanpa kondom. Namun, jika masa subur dapat diprediksi, AKDR dapat
dipasang di luar lima hari setelah hubungan seksual, jika perlu, selama pemasangan tidak dilakukan lebih dari lima hari
setelah ovulasi.

Kriteria kelayakan untuk penyisipan AKDR-Cu secara umum sama untuk pemasangan AKDR-Cu untuk kontrasepsi darurat
(lihat bagian 2.7.4 tentang AKDR, hal. 189-204).

AKDR-Cu SEBAGAI KONTRASEPSI DARURAT


AKDR sebagai KB Darurat tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV.
Apabila terdapat risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom
yang tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV.
Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional seperti
halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI ILMIAH
* keterangan tambahan setelah tabel
berikut
KEHAMILAN 4 Klarifikasi: AKDR tidak diindikasikan selama
kehamilan dan tidak boleh digunakan karena
dapat menyebabkan infeksi panggul yang
serius dan keguguran septik spontan
RAPE*

a) Risiko tinggi IMS 3

b) Risiko rendah IMS 1

KOMENTAR TAMBAHAN

Perkosaan

AKDR-Cu tidak melindungi terhadap IMS / HIV atau penyakit radang panggul (PRP). Di antara wanita dengan infeksi
klamidia atau gonore, potensi peningkatan risiko PRP dengan pemasangan AKDR harus dihindari.

256
2.7.6 Cincin vagina progesteron bagi ibu menyusui

Cincin vagina progesteron (CVP) merupakan salah satu metode kontrasepsi bagi ibu menyusui yang aktif, yaitu menyusui
setidaknya empat kali sehari. Alat ini terdiri dari cincin fleksibel yang melepaskan progesteron 10 mg / hari. Selama
penggunaan, konsentrasi plasma dapat mencapai rata-rata 20nmol / L, yang sama dengan yang terdeteksi pada fase luteal
rata-rata pada wanita subur normal. CVP dipakai secara kontinyu untuk periode tiga bulan (kira-kira 90 hari) dan dapat
dimulai pada enam minggu setelah persalinan. Penggunaan CVP selama menyusui memerlukan penggantian cincin bekas
dengan cincin baru pada interval tiga bulan (+ dua minggu). Mekanisme tindakan kontrasepsi CVP adalah menekan ovulasi
(1, 2)

CINCIN VAGINA PROGESTERON UNTUK WANITA MENYUSUI

Cincin vagina progesteron ( CVP) tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV.
Apabila terdapat risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom
yang tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV.
Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas oleh program nasional seperti
halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/BUKTI ILMIAH
† rekomendasi berdasarkan
Buku Kriteria Kelayakan Medis
edisi kelima, keterangan lebih
lanjut terdapat setelah tabel
KEHAMILAN NA NA = tidak dapat diterapkan

Klarifikasi: Penggunaan CVP tidak diperlukan. Tidak ada


bahaya yang diketahui pada wanita, selama kehamilannya,
atau janin jika CVP tidak sengaja digunakan selama kehamilan

MENYUSUI > 4 minggu 1 Klarifikasi: Wanita harus menyusui secara aktif (yaitu
Pascapersalinan† setidaknya 4 kali menyusui per hari) selama penggunaan CVP
untuk menjaga keefektivan.

Bukti ilmiah: Tidak ada perbedaan yang diamati antara


berbagai ukuran metode menyusui di antara pengguna CVP
dibandingkan dengan pengguna kontrasepsi non-hormonal atau
progesteron (progesteron sintetik) selama 12 bulan
pengamatan (3-8). Tidak ada perbedaan signifikan secara
statistik pada kenaikan berat badan bayi yang diamati di antara
pengguna CVP dibandingkan dengan wanita yang
menggunakan kontrasepsi non-hormon atau hanya progesteron
(5,7,9) dan pola serupa untuk penambahan berat badan bayi
yang diamati pada penelitian lain yang membandingkan CVP
dan pengguna AKDR (8). Satu studi melaporkan tidak ada
perbedaan yang signifikan dalam kesehatan bayi (8).

REKOMENDASI YANG DITINJAU PADA EDISI KELIMA

Rekomendasi ini ditinjau sesuai dengan persyaratan WHO untuk pengembangan pedoman, sebagai bagian dari
penyusunan Kriteria Kelayakan Medis untuk Penggunaan Kontrasepsi, edisi kelima. Pertanyaan populasi, intervensi,
komparator, hasil (PICO) yang dikembangkan oleh Guideline Development Group (KPP) dan database yang dicari untuk
mengambil bukti, yang membimbing penyusunan ulasan sistematis, dijelaskan lebih rinci pada Bagian I dari dokumen ini.
Selain itu, profil bukti GRADE, penilaian GRADE keseluruhan terhadap kualitas bukti, ringkasan bukti yang mendukung
rekomendasi dan ucapan pelengkap lainnya dari KPP mengenai rekomendasi tersebut, tersedia di Bagian I.

257
Referensi

1. Diaz S, Aravena R, Cardenas H, Casado ME, Miranda


P, Schiappacasse V, et al. Contraceptive efficacy of
lactational amenorrhea in urban Chilean women.
Contraception. 1991;43(4):335–52.
2. Nath A, Sitruk-Ware R. Progesterone vaginal ring for
contraceptive use during lactation. Contraception.
2010;82(5):428–34.
3. Diaz S, Jackanicz TM, Herreros C, Juez G, Peralta
O, Miranda P, et al. Fertility regulation in nursing women:
VIII.
Progesterone plasma levels and contraceptive efficacy of
a progesterone-releasing vaginal ring. Contraception.
1985;32(6):603–22.
4. Diaz S, Reyes MV, Zepeda A, Gonzalez GB, Lopez
JM, Campino C, et al. Norplant® implans and
progesterone vaginal rings do not affect maternal bone

CVR
turnover and density during lactation and after
weaning. Human reproduction (Oxford, England).
1999;14(10):2499–505.
5. Diaz S, Zepeda A, Maturana X, Reyes MV, Miranda
P, Casado ME, et al. Fertility regulation in nursing women.
IX. Contraceptive performance, duration of lactation,
infant growth, and bleeding patterns during use of
progesterone vaginal rings, progestin-only pills, Norplant
implans, and Copper T 380-A intrauterine devices.
Contraception. 1997;56(4):223–32.
6. Massai R, Miranda P, Valdes P, Lavin P, Zepeda
A, Casado ME, et al. Preregistration study on the safety
and contraceptive efficacy of a progesterone-releasing
vaginal ring in Chilean nursing women. Contraception.
1999;60(1):9–14.
7. Shaaban MM. Contraception with progestogens
and progesterone during lactation. J Steroid Biochem Mol
Biol. 1991;40(4–6):705–10.
8. Sivin I, Diaz S, Croxatto HB, Miranda P,Shaaban
M, Sayed EH, et al. Contraceptives for lactating women: a
comparative trial of a progesterone-releasing vaginal
ring and the copper T 380A IUD. Contraception.
1997;55(4):225–32.
9. Chen JH, Wu SC, Shao WQ, Zou MH, Hu J, Cong L,
et al. The comparative trial of TCu 380A IUD and
progesterone- releasing vaginal ring used by
lactating women. Contraception. 1998;57(6):371–9.

258
2.7.7 Kontrasepsi Penghalang

KONTRASEPSI PENGHALANG

Apabila terdapat risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten.
Penggunaan kondom yang tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif
terhadap IMS, termasuk HIV. Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan
secara luas seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/ BUKTI ILMIAH
* keterangan tambahan I = inisiasi, C = kategori
setelah tabel berikut
Kondom Spermisida Diaphragma
Kondom = Kondom lateks pria, kondom polyurethane pria, kondom wanita
Diafragma = diafragma (dengan spermisida), tudung serviks
Wanita dengan kondisi yang membuat kehamilan berisiko tidak dapat diterima harus diberi tahu bahwa
kontrasepsi penghalang untuk pencegahan kehamilan mungkin tidak sesuai bagi mereka yang tidak dapat
menggunakannya secara konsisten dan benar karena tingkat kegagalan yang relatif lebih tinggi.

KARAKTERISTIK PERSONAL DAN RIWAYAT RERODUKSI

KEHAMILAN NA NA NA NA = tidak dapat diterapkan

Klarifikasi : Tidak satu pun metode yang


relevan untuk kontrasepsi selama
kehamilan. Namun, bagi wanita yang
berisiko mengalami IMS / HIV selama
kehamilan, penggunaan kondom yang
benar dan konsisten dianjurkan
USIA
a) Menars sampai <40 tahun 1 1 1
b) > 40 tahun 1 1 1
PARITAS
a) Nullipara 1 1 1
b) Multipara 1 1 2 Klarifikasi: Ada risiko kegagalan tudung
serviks yang lebih tinggi pada wanita
multipara dibandingkan wanita nulipara.
POSTPARTUM
a) < 6 minggu postpartum 1 1 NA Klarifikasi: Diafragma dan tudung serviks
tidak dapat digunakan hingga terjadi
involusi uteri secara sempurna..
b) > 6 minggu postpartum 1 1 1
PASCA KEGUGURAN
a) Trimester pertama 1 1 1
b) Trimester kedua 1 1 1 Klarifikasi: Diafragma dan tidak dapat
digunakan sampai 6 minggu setelah
keguguran trimester kedua.
c) Pascakeguguran septik 1 1 1
PASCA KEHAMILAN EKTOPIK 1 1 1
RIWAYAT OPERASI PANGGUL 1 1 1

259
KONTRASEPSI PENGHALANG

Apabila terdapat risiko IMS, termasuk HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan
konsisten. Penggunaan kondom yang tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling
efektif terhadap IMS, termasuk HIV. Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak
digunakan secara luas seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/ BUKTI ILMIAH
* keterangan tambahan setelah I = inisiasi, C = kelanjutan
tabel berikut
Kondom Spermisida Diafragma
Kondom = Kondom lateks pria, kondom polyurethane pria, kondom wanita
Diafragma = diafragma (dengan spermisida), tudung serviks
Wanita dengan kondisi yang membuat kehamilan berisiko tidak dapat diterima harus diberi tahu bahwa
kontrasepsi penghalang untuk pencegahan kehamilan mungkin tidak sesuai bagi mereka yang tidak dapat
menggunakannya secara konsisten dan benar karena tingkat kegagalan yang relatif lebih tinggi.
MEROKOK
a) Usia < 35 tahun 1 1 1
b) Usia > 35 tahun
i) < 15 rokok / hari 1 1 1
ii) ≥ 15 rokok / hari 1 1 1
OBESITAS*
a) IMT > 30 kg/m2 1 1 1
b) Menars sampai < 18 tahun dan 1 1 1
IMT > 30 kg/m2
PENGUKURAN TEKANAN DARAH NA NA NA Klarifikasi: Meskipun pengukuran
TIDAK TERSEDIA tekanan darah diperlukan sebagai
untuk preventif kesehatan yang
baik, namun penggunaannya tidak
depelukan pada penggunaan
kontrasepsi penghalang yang aman
dan efektif. Wanita sebaiknya tidak
menunda penggunaan kontrasepsi
penghalang hanya karena tekanan
darahnya tidak bisa diukur.
PENYAKIT KARDIOVASKULAR
FAKTOR RISIKO MULTIPEL 1 1 1
UNTUK PENYAKIT
KARDIOVASKULAR ARTERI
(misalnya usia yang lebih tua,
merokok, diabetes, hipertensi dan
dislipidemia)

HIPERTENSI
a) Riwayat hipertensi, dimana 1 1 1
tekanan darah TIDAK DAPAT
dievaluasi (termasuk hipertensi
pada kehamilan)

260
b) Hipertensi yang terkontrol 1 1 1
secara adekuat, dimana
tekanan darah dapat
dievaluasi

261
METODE PENGHALANG

Apabila terdapat risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten.
Penggunaan kondom yang tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif
terhadap IMS, termasuk HIV. Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan
secara luas seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/ BUKTI ILMIAH
* keterangan tambahan setelah I = inisiasi, C = kelanjutan
tabel berikut
Kondom Spermisid Diafragma
a
Kondom = Kondom lateks pria, kondom polyurethane pria, kondom wanita
Diafragma = diafragma (dengan spermisida), tudung serviks
Wanita dengan kondisi yang membuat kehamilan berisiko tidak dapat diterima harus diberi tahu bahwa
kontrasepsi penghalang untuk pencegahan kehamilan mungkin tidak sesuai bagi mereka yang tidak dapat
menggunakannya secara konsisten dan benar karena tingkat kegagalan yang relatif lebih tinggi.
c) Peningkatan tekanan darah
(pemeriksaan dilakukan dengan
tepat)

i) sistolik 140–159 or 1 1 1
diastolik 90–99 mm Hg
ii) systolik ≥ 160 or diastolik 1 1 1
≥ 100 mm Hg
d) Vascular disease 1 1 1
RIWAYAT HIPERTENSI PADA 1 1 1
KEHAMILAN
(Tekanan darah saat ini normal)

TROMBOSIS VENA DALAM (TVD)/


EMBOLI PARU (EP)*

a) Riwayat TVD/EP 1 1 1
b) TVD/EP akut 1 1 1
c) TVD/ EP dengan terapi 1 1 1
antikoagulan
d) Riwayat keluarga 1 1 1
e) Bedah mayor
i) dengan imobilisasi lama 1 1 1

ii) tanpa imobilisasi lama 1 1 1

f) bedah minor tanpa 1 1 1


imobilisasi
MUTASI TROMBOGENIK YANG 1 1 1 Klarifikasi: Skrining rutin tidak tepat
DIKETAHUI untuk dilakukan karena kejadian
(faktor V Leiden; mutasi protrombin; sangat jarang dan tingginya biaya
protein S, protein C, and defisiensi skrining.
antithrombin)

262
METODE PENGHALANG

Apabila terdapat risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten.
Penggunaan kondom yang tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif
terhadap IMS, termasuk HIV. Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan
secara luas seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI / BUKTI ILMIAH
* keterangan tambahan setelah I = inisiasi, C = kelanjutan
tabel berikut
Kondo Spermisida Diafragma
m
Kondom = Kondom lateks pria, kondom polyurethane pria, kondom wanita
Diafragma = diafragma (dengan spermisida), tudung serviks
Wanita dengan kondisi yang membuat kehamilan berisiko tidak dapat diterima harus diberi tahu bahwa
kontrasepsi penghalang untuk pencegahan kehamilan mungkin tidak sesuai bagi mereka yang tidak dapat
menggunakannya secara konsisten dan benar karena tingkat kegagalan yang relatif lebih tinggi.

PENYAKIT VENA SUPERFISIAL

a) Varises 1 1 1
b) Trombosis vena superfisial 1 1 1

RIWAYAT PENYAKIT JANTUNG ISKEMIK 1 1 1

STROKE 1 1 1
(riwayat kejadian kardiovaskular)

DISPLIDEMIA YANG TELAH DIKETAHUI 1 1 1 Klarifikasi: Skrining rutin tidak tepat


TANPA FAKTOR RESIKO karena jarangnya kondisi dan
KARDIOVASKULAR tingginya biaya skrining.

PENYAKIT KATUP JANTUNG*


a) Tanpa komplikasi 1 1 1
b) Komplikasi (hipertensi pulmonal, 1 1 2
risiko fibrilasi atrial, riwayat
endocarditis bakteri subakut)

PENYAKIT JANTUNG REMATIK

SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS


(SLE)
a) Positif ( atau tidak diketahui) 1 1 1
antibodi antiphospholipid
b) Trombositopenia berat 1 1 1
c) Terapi imunosupresi 1 1 1

d) Bukan salah satu diatas 1 1 1

263
METODE PENGHALANG

Apabila terdapat risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten.
Penggunaan kondom yang tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif
terhadap IMS, termasuk HIV. Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan
secara luas seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/ BUKTI ILMIAH
* keterangan tambahan setelah tabel I = inisiasi, C = kelanjutan
berikut
Kondom Spermisida Diafragma
Kondom = Kondom lateks pria, kondom polyurethane pria, kondom wanita
Diafragma = diafragma (dengan spermisida), tudung serviks
Wanita dengan kondisi yang membuat kehamilan berisiko tidak dapat diterima harus diberi tahu bahwa
kontrasepsi penghalang untuk pencegahan kehamilan mungkin tidak sesuai bagi mereka yang tidak dapat
menggunakannya secara konsisten dan benar karena tingkat kegagalan yang relatif lebih tinggi.

KONDISI NEUROLOGIS

NYERI KEPALA
a) Bukan migrain (ringan atau berat) 1 1 1

b) Migrain
i) tanpa aura
usia < 35 tahun 1 1 1
usia > 35 tahun 1 1 1
ii) dengan aura, pada semua usia 1 1 1
EPILEPSI 1 1 1

GANGGUAN DEPRESI

GANGGUAN DEPRESI 1 1 1

PENYAKIT DAN INFEKSI PADA


ORGAN REPRODUKSI

PENDARAHAN VAGINA YANG


BELUM DIKETAHUI
PENYEBABNYA
(dugaan pada kasus berat)
Sebelum evaluasi 1 1 1 Klarifikasi: Jika diduga ada
kehamilan atau kondisi patologis
yang mendasari (seperti
keganasan panggul), maka harus
dievaluasi dan kategori
menyesuaikan evaluasinya.
ENDOMETRIOSIS 1 1 1
TUMOR JINAK OVARIUM 1 1 1
(termasuk kista)
DYSMENORRHEA BERAT 1 1 1

264
METODE PENGHALANG

Apabila terdapat risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten.
Penggunaan kondom yang tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif
terhadap IMS, termasuk HIV. Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan
secara luas seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/ BUKTI ILMIAH
* keterangan tambahan setelah tabel I = inisiasi, C = kelanjutan
berikut
Kondom Spermisida Diafragma
Kondom = Kondom lateks pria, kondom polyurethane pria, kondom wanita
Diafragma = diafragma (dengan spermisida), tudung serviks
Wanita dengan kondisi yang membuat kehamilan berisiko tidak dapat diterima harus diberi tahu bahwa
kontrasepsi penghalang untuk pencegahan kehamilan mungkin tidak sesuai bagi mereka yang tidak dapat
menggunakannya secara konsisten dan benar karena tingkat kegagalan yang relatif lebih tinggi.
PENYAKIT TROFOBLASTIK
GESTASIONAL
a) Penurunan atau tidak 1 1 1
terdeteksinya kadar β-hCG
b) Peningkatan kadar β-hCG secara 1 1 1
persisten atau penyakit keganasan
EKTROPION SERVIKS 1 1 1
NEOPLASIA INTRAEPITHELIAL SERVIKS 1 1 1 Klarifikasi: Tudung serviks tidak
(NIS) disarankan untuk digunakan . Tidak
ada larangan pada penggunaan
diafragma
KANKER SERVIKS* (MENUNGGU 1 2 1 Klarifikasi: Tudung serviks tidak
PENGOBATAN) disarankan untuk digunakan. Tidak
ada larangan pada penggunaan
diafragma
PENYAKIT PAYUDARA
a) Massa yang tidak terdiagnosis 1 1 1
b) Penyakit payudara jinak 1 1 1
c) Riwayat keluarga kanker 1 1 1
d) Kanker payudara
i) sekarang 1 1 1
ii) dahulu dan atau tidak ada 1 1 1
bukti dalam 5 tahun terakhir
KANKER ENDOMETRIUM 1 1 1
KANKER OVARIUM 1 1 1
MIOMA UTERI
a) tanpa adanya distorsi pada kavum 1 1 1
uterus
b) adanya distorsi pada kavum 1 1 1
uterus

265
METODE PENGHALANG

Apabila terdapat risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten.
Penggunaan kondom yang tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif
terhadap IMS, termasuk HIV. Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan
secara luas seperti halnya kondom pria
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/ BUKTI ILMIAH
* keterangan tambahan setelah tabel I = inisiasi, C = kelanjutan
berikut
Kondom Spermisida Diafragma
Kondom = Kondom lateks pria, kondom polyurethane pria, kondom wanita
Diafragma = diafragma (dengan spermisida), tudung serviks
Wanita dengan kondisi yang membuat kehamilan berisiko tidak dapat diterima harus diberi tahu bahwa
kontrasepsi penghalang untuk pencegahan kehamilan mungkin tidak sesuai bagi mereka yang tidak dapat
menggunakannya secara konsisten dan benar karena tingkat kegagalan yang relatif lebih tinggi.
ABNORMALITAS ANATOMI 1 1 NA NA = tidak dapat diterapkan

Klarifikasi : Diafragma tidak dapat


digunakan pada beberapa kasus
prolaps. Tudung serviks tidak
sesuai untuk pasien dengan
distorsi anatomis serviks yang
jelas.
PENYAKIT RADANG PANGGUL (PRP)
a) Riwayat PRP (diasumsikan tidak
ada faktor risiko IMS)
i) dengan kehamilan berikutnya 1 1 1
ii) tanpa kehamilan berikutnya 1 1 1
b) PRP – sekarang 1 1 1
IMS
a) Servisitis purulent atau infeksi 1 1 1
klamidia atau gonore

b) IMS lain (kecuali HIV dan hepatitis) 1 1 1

c) Vaginitis (termasuk 1 1 1
Trichomonas vaginalis and
vaginosis bakterialis)
d) Peningkatan risiko IMS 1 1 1

HIV/AIDS

RISIKO TINGGI HIV* 1 4 4 Bukti ilmiah : Penggunaan


spermatisida nonoxynol-9 yang
berulang dan dosis tinggi
berhubungan dengan peningkatan
risiko lesi genital, yang dapat
menigkatkan risiko HIV (1).
PENYAKIT KLINIS HIV ASIMTOMATIK 1 3 3
ATAU RINGAN (WHO STADIUM 1 ATAU
2)*
266
METODE PENGHALANG

Apabila terdapat risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten.
Penggunaan kondom yang tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif
terhadap IMS, termasuk HIV. Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan
secara luas seperti halnya kondom pria
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI / BUKTI ILMIAH
* keterangan tambahan setelah tabel I = inisiasi, C = kelanjutan
berikut
Kondom Spermisida Diafragma
Kondom = Kondom lateks pria, kondom polyurethane pria, kondom wanita
Diafragma = diafragma (dengan spermisida), tudung serviks
Wanita dengan kondisi yang membuat kehamilan berisiko tidak dapat diterima harus diberi tahu bahwa
kontrasepsi penghalang untuk pencegahan kehamilan mungkin tidak sesuai bagi mereka yang tidak dapat
menggunakannya secara konsisten dan benar karena tingkat kegagalan yang relatif lebih tinggi.
PENYAKIT KLINIS HIV BERAT ATAU 1 3 3
LANJUT ( WHO STADIUM 3 ATAU 4)*

INFEKSI LAINNYA

SCHISTOSOMIASIS
a) Sederhana 1 1 1
b) Fibrosis hepar 1 1 1
TUBERKULOSIS
a) Non-panggul 1 1 1
a) Panggul 1 1 1
MALARIA 1 1 1
RIWAYAT TOXIC SHOCK 1 1 3
SYNDROME*
INFEKSI SALURAN KEMIH* 1 1 2

KONDISI ENDOKRIN

DIABETES
a) Riwayat diabetes gestasionla 1 1 1
b) Penyakit Non-vaskular
i) tidak tergantung-insulin 1 1 1
ii) tergantung-insulin 1 1 1
c) Nefropati/retinopati/ neuropati 1 1 1
d) Penyakit vaskular lain atau 1 1 1
diabetes > 20 tahun
KELAINAN TIROID
a) Goiter simpel 1 1 1
b) Hipertiroid 1 1 1
c) Hipotiroid 1 1 1

267
METODE PENGHALANG

Apabila terdapat risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten.
Penggunaan kondom yang tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif
terhadap IMS, termasuk HIV. Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan
secara luas seperti halnya kondom pria
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI / BUKTI ILMIAH
* keterangan tambahan setalah tabel I = inisiasi, C = kelanjutan
berikut
Kondom Spermisida Diafragma
Kondom = kondom latex pria, kondom polyurethane pria, kondom wanita
Diafragma = diafragma (dengan spermisida), tudung serviks
Wanita dengan kondisi yang membuat kehamilan berisiko tidak dapat diterima harus diberi tahu bahwa
kontrasepsi penghalang untuk pencegahan kehamilan mungkin tidak sesuai bagi mereka yang tidak dapat
menggunakannya secara konsisten dan benar karena tingkat kegagalan yang relatif lebih tinggi.

KONDISI GASTROINTESTINAL

PENYAKIT KANDUNG EMPEDU


a) Simtomatik
i) diterapi dengan kolesistektomi 1 1 1
ii) terapi obat-obatan 1 1 1
iii) sekarang 1 1 1
b) Asimptomatik 1 1 1
RIWAYAT KOLESTASIS
a) Berhubungan dengan kehamilan 1 1 1
b) Berhubungan dengan riwayat 1 1 1
penggunaan KPK
HEPATITIS VIRUS
a) Akut atau kambuh 1 1 1
b) Pembawa 1 1 1
c) Kronis 1 1 1
SIROSIS
a) Ringan ( terkompensasi) 1 1 1
b) Berat ( tidak terkompensasi) 1 1 1
TUMOR HATI
a) Jinak
i) focal nodular hyperplasia 1 1 1
ii) hepatocellular adenoma 1 1 1
b) Ganas (hepatoma) 1 1 1

ANEMIA
THALASEMIA 1 1 1
PENYAKIT SICKLE SEL 1 1 1

268
ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI 1 1 1

METODE PENGHALANG

Apabila terdapat risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten.
Penggunaan kondom yang tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif
terhadap IMS, termasuk HIV. Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan
secara luas seperti halnya kondom pria
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI/ BUKTI ILMIAH
* keterangan tambahan setalah tabel I = inisiasi, C = kelanjutan
berikut
Kondom Spermisida Diafragma
Kondom = kondom latex pria, kondom polyurethane pria, kondom wanita
Diafragma = diafragma (dengan spermisida), tudung serviks
Wanita dengan kondisi yang membuat kehamilan berisiko tidak dapat diterima harus diberi tahu bahwa
kontrasepsi penghalang untuk pencegahan kehamilan mungkin tidak sesuai bagi mereka yang tidak dapat
menggunakannya secara konsisten dan benar karena tingkat kegagalan yang relatif lebih tinggi.

INTERAKSI OBAT

TERAPI ANTIRETROVIRUS (ARV)

a) Nucleoside reverse transcriptase Klarifikasi: Tidak ada interaksi obat


inhibitors (NRTIs) yang diketahui antara ARV dan
penggunaan kontrasepsi
penghalang. Namun pada penyakit
klinis HIV stadium WHO 1 sampai
4, spermatisida dan diafragma
Abacavir (ABC) 1 3 3 diklasifikasikan sebagai Kategori 3
(lihat kondisi-kondisi HIV di atas).
Tenofovir (TDF) 1 3 3
Zidovudine (AZT) 1 3 3
Lamivudine (3TC) 1 3 3
Didanosine (DDI) 1 3 3
Emtricitabine (FTC) 1 3 3
Stavudine (D4T) 1 3 3
b) Non-nucleoside reverse
transcriptase inhibitors (NNRTIs)
Efavirenz (EFV) 1 3 3
Etravirine (ETR) 1 3 3
Nevirapine (NVP) 1 3 3
Rilpivirine (RPV) 1 3 3
c) Protease inhibitors (PIs)
Ritonavir-boosted atazanavir (ATV/r) 1 3 3
Ritonavir-boosted lopinavir (LPV/r) 1 3 3
Ritonavir-boosted darunavir (DRV/r) 1 3 3
Ritonavir (RTV) 1 3 3

269
METODE PENGHALANG

Apabila terdapat risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten.
Penggunaan kondom yang tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif
terhadap IMS, termasuk HIV. Penggunaan kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan
secara luas seperti halnya kondom pria
KONDISI KATEGORI KLARIFIKASI / BUKTI ILMIAH
* keterangan tambahan setalah I = inisiasi, C = kelanjutan
tabel berikut
Kondom Spermisida Diafragma
Kondom = kondom latex pria, kondom polyurethane pria, kondom wanita
Diafragma = diafragma (dengan spermisida), tudung serviks
Wanita dengan kondisi yang membuat kehamilan berisiko tidak dapat diterima harus diberi tahu bahwa
kontrasepsi penghalang untuk pencegahan kehamilan mungkin tidak sesuai bagi mereka yang tidak dapat
menggunakannya secara konsisten dan benar karena tingkat kegagalan yang relatif lebih tinggi.
d) Integrase inhibitors
Raltegravir (RAL) 1 3 3
TERAPI ANTI KEJANG
a) Antikonvulsan tertentu 1 1 1
(fenitoin, karbamazepine,
barbiturat, primidon, topiramat,
okskarbazepin)
b) Lamotrigine 1 1 1
TERAPI ANTIMIKROBA
a) Antibiotik spectrum luas 1 1 1
b) Antijamur 1 1 1
c) Antiparasit 1 1 1
d) Terapi Rifampicin atau 1 1 1
rifabutin
ALERGI LATEKS 3 1 3 Klarifikasi : tidak dapat menggunakan kondom
atau diafragma.

ß-hCG: beta-human chorionic gonadotropin; BMI: body mass index; KPK: kontrasepsi pil kombinasi; PRP: penyakit radang panggul; IMS:
infeksi menular seksual

270
KOMENTAR TAMBAHAN Referensi

Obesitas 1. Wilkinson D, Ramjee G, Tholandi M, Rutherford G.


Nonoxynol-9 for preventing vaginal acquisition of HIV
Obesitas yang berat dapat mempersulit penggantian infection by women from men. Cochrane Database Syst
diafragma dan tudung serviks. Rev. 2002;4(CD003936).

Penyakit Katup Jantung

Risiko infeksi saluran kemih dengan penggunaan


diafragma dapat meningkat pada pasien dengan
endokarditis bakteri subakut.

Kanker Serviks (menunggu pengobatan)

Penggunaan nonoxynol-9 yang berulang dan dosis


tinggi dapat menyebabkan iritasi atau abrasi vagina
dan serviks.

Risiko Tinggi HIV

Penggunaan diafragma sebagai Kategori 4 dianjurkan


karena pertimbangan spermatisida, bukan diafragma.

Penyakit klinis HIV asimtomatik atau ringan (WHO


stadium 1 atau 2)

Penggunaan spermatisida dan / atau diafragma


(dengan sprematisida) dapat mempengaruhi mukosa
serviks, dimana dapat mengarah menjadi peningkatan
perkembangbiakan virus dan penularan HIV ke
pasangan seksual yang belum terinfeksi.

Penyakit klinis HIV berat atau lanjut (WHO stadium


3 atau 4)

Penggunaan spermatisida dan/atau diafragma (dengan


spermatisida) dapat mempengaruhi mukosa serviks,
dimana dapat mengarah menjadi peningkatan
perkembangbiakan virus dan penularan HIV ke
pasangan seksual yang belum terinfeksi.

Riwayat Sindrom Syok Toksik

Sindrom syok toksik dilaporkan berhubungan dengan


penggunaan diafragma.

Infeksi Saluran Kemih

Terdapat potensi peningkatan risiko infeksi saluran


kemih pada penggunaan diafragma dan spermatisida.

271
2.7.8. Metode sadar masa subur Metode berbasis-kalender

Keluarga berencana dengan metode sadar masa subur Metode berbasis-kalender termasuk Metode Ritme Kalender
melibatkan identifikasi dari masa subur pada siklus dan pantang berkala cara Standard Days Method (SDM),
yang menghindari hubungan seksual pada siklus hari ke 8-
menstruasi, baik dengan mengobservasi tanda-tanda
19.
kesuburan seperti lendir serviks dan suhu basal tubuh
(metode berbasis simtom) atau dengan Metode berbasis kalender dapat dikombinasikan dengan
memperhatikan siklus (metode berbasis-kalender). pantang berkala atau kontrasepsi penghalang selama masa
subur. Apabila menggunakan kontrasepsi penghalang, lihat
bagian 2.7.7 pada Kontrasepsi penghalang.
Metode berbasis simtom
Tidak ada kondisi medis yang dapat diperparah dengan
Metode berbasis simtom termasuk metode lendir
penggunaan metode sadar masa subur. Secara umum,
serviks (disebut juga metode ovulasi) dan Metode Dua-
metode-metode ini dapat dilakukan tanpa pertimbangan
Hari, dimana keduanya berdasarkan dari evaluasi
akan pengaruh terhadap kesehatan pada orang yang
lendir serviks dan metode perubahan-suhu, yang
memilihnya, karena itu, kategori rekomendasi 1-4 tidak
merupakan metode cek ganda berdasarkan evaluasi
digunakan untuk metode-metode ini. Namun, terdapat
lendir serviks untuk menentukan hari subur pertama
beberapa kondisi medis yang membuat penggunaan metode
dan evaluasi lendir serviks serta suhu untuk
ini lebih rumit.
menentukan hari subur terakhir.
Kondisi-kondisi ini menganjurkan bahwa (i) penggunaan
metode sadar masa subur sebaiknya ditunda hingga kondisi
telah diperbaiki atau diselesaikan, atau (ii) penggunaan
metode sadar masa subur akan memerlukan konseling
khusus untuk klien dan provider yang lebih terlatih untuk
memastikan penggunaan yang tepat. Perlunya perhatian
atau penundaan pada penggunaan metode sadar masa
subur ini dapat dilihat di tabel untuk masing-masing kondisi

METODE SADAR MASA SUBUR

Metode sadar masa subur tidak melindungi dari infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat
risiko IMS/HIV, direkomendasikan penggunaan kondom yang tepat dan konsisten. Penggunaan kondom yang
tepat dan konsisten merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif terhadap IMS, termasuk HIV.
Kondom wanita juga efektif dan aman, tetapi tidak digunakan secara luas seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORIa KLARIFIKASI / BUKTI ILMIAH
A (accept) = boleh, C (caution)
= perhatian, D (delay) = tunda
GEJ KAL
* komentar tambahan setalah tabel GEJ = metode berbasis simtom
KAL = metode berbasis-kalender
Wanita dengan kondisi kesehatan yang menjadikan kehamilan suatu risiko berbahaya disarankan bahwa
metode sadar masa subur untuk mencegah kehamilan tidak sesuai untuk mereka karena tingginya tingkat
kegagalan pemakaian.
KARAKTERISTIK PRIBADI DAN RIWAYAT REPRODUKSI

KEHAMILAN NA NA NA = tidak dapat diterapkan

Klarifikasi: Metode sadar masa subur tidak


sesuai selama kehamilan.
TINGKAT KEHIDUPAN Klarifikasi: Menstruasi yang ireguler
merupakan hal yang biasa terjadi pada post-
a) Pascamenars C C
menars dan perimenopause dan dapat
b) Perimenopause C C memperumit penggunaan metode sadar masa
subur.

272
Metode kontrasepsi temporer alternatif sebaiknya
METODE BERBASIS KESADARAN FERTILITAS ditawarkan
KOMENTAR
Metode berbasis kesadaran fertilitas tidak memproteksi terhadap TAMBAHAN
infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV.
Apabila terdapat risiko IMS/HIV, penggunaan kondom yang benar dan konsisten disarankan. Ketika digunakan
Menyusui
dengan benar dan konsisten, kondom memberikan salah satu metode paling efektif dari proteksi terhadap IMS,
termasuk HIV. Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan sebanyak kondom pria .
Metode berbasis kesadaran fertilitas pada saat menyusui
KONDISI KATEGORIakemungkinanKLARIFIKASI/
kurang efektif daripada
BUKTI pada saat tidak
ILMIAH
menyusui.
A (accept) = boleh, C (caution)
= perhatian, D (delay) = tunda
< 6 minggu pascapersalinan: Wanita yang menyusui
GEJ KAL
secara eksklusif dan amenorea memiliki kemungkinan
* komentar tambahan setalah tabel GEJ = metode berbasis simtom
yang kecil untuk memiliki fungsi ovarium yang memadai
KAL = metode berbasis-kalender
untuk memproduksi tanda fertilitas yang dapat terdeteksi
MENYUSUI* serta perubahan hormonal pada saat enam minggu
pascapersalinan pertama. Meskipun demikian,
a) < 6 minggu pascapersalinan D D
kemungkinan untuk dimulainya kembali fertilitas
meningkat seiring berjalannya waktu pascapersalinan
b) > 6 minggu C D
dan dengan substitusi air susu ibu oleh makanan
c) Setelah menstruasi mulai C lainnya.
C
PASCASALIN* Setelah menstruasi dimulai: Ketika wanita mengetahui
(pada wanita yang tidak menyusui) tanda-tanda fertilitas (terutama sekresi serviks), dia
a) < 4 minggu D dapat
D menggunakan metode berbasis simtom. Siklus
mentruasi pascapersalinan pertama pada wanita
b) > 4 minggu A menyusui
D bervariasi secara signifikan terkait durasinya.
Dibutuhkan beberapa siklus untuk kembali ke regularitas.
PASCAKEGUGURAN * C D
Ketika dia telah mengalami setidaknya tiga menstruasi
pascapersalinan dan siklusnya teratur kembali, dia dapat
INFEKSI DAN KELAINAN TRAKTUS REPRODUKSI
menggunakan Metode Ritme Kalendar. Ketika dia telah
PERDARAHAN PER VAGINAM D mengalami
D setidaknya empat menstruasi
IREGULER* pascapersalinan dan siklus terbarunya berdurasi 26-32
hari, dia dapat menggunakan Pantang berkala cara
KEPUTIHAN* D A
Standard Days Method (SDM). Sebelum saat ini, metode
penghalang dapat ditawarkan apabila sang wanita
LAINNYA
berencana untuk menggunakan metode berbasis
PENGGUNAAN OBAT-OBATAN C/D kesadaran
C/D fertilitas nantinya.
YANG MEMPENGARUHI
REGULARITAS SIKLUS, HORMON Pascapersalinan
DAN/ATAU TANDA-TANDA
< 4 minggu: Wanita yang tidak menyusui kemungkinan
FERTILITAS*
tidak memiliki fungsi ovarium yang memadai untuk
PENYAKIT YANG membutuhkan metode berbasis kesadaran fertilitas atau
MENINGKATKAN SUHU TUBUH* memiliki tanda fertilitas yang dapat terdeteksi sebelum
empat minggu pascapersalinan. Meskipun risiko
a) Penyakit kronik C A
kehamilannya rendah, suatu metode yang sesuai untuk
b) Penyakit akut D periode
A pascasalin harus ditawarkan.

a Penjelasan lebih lanjut mengenai katergi A, C dan D: ≥ 4 minggu: Wabita yang tidak menyusui memiliki
A (accept) = boleh: Tidak terdapat alasan medis untuk kemungkinan yang lebih tinggi untuk mengalami fungsi
menolak metode sadar masa subur pada kondisi ini. ovarium yang memadai untuk menghasilkan tanda-tanda
C (caution) = perhatian: Metode ini normalnya fertilitas yang dapat terdeteksi dan/atau perubahan
disediakan pada keadaan rutin, namun dengan hormon pada saat ini; kemungkinannya meningkat
persiapan dan peringatan ekstra. Untuk metode sadar secara cepat dengan waktu pascapersalinan. Seorang
masa subur, hal ini biasanya berarti bahwa konseling wanita dapat menggunakan metode berbasis kalender
special kemungkinan dibutuhkan untuk emastikan sesegera mungkin setelah ia mengalami menstruasi
penggunaan metode yang benar oleh wanita pada pascapersalinan dan siklusnya teratur kembali. Seorang
keadaan ini. wanita dapat menggunakan Pantang berkala cara
Standard Days Method (SDM) ketika ia setidaknya

D (delay) = tunda: Penggunaan metode ini harus
memiliki empat menstruasi pascapersalinan dan siklus
ditunda sampai kondisi ini dievalusi atau dibenarkan.
terbarunya berdurasi 26-32 hari. Metode paling sesuai
273
untuk periode pascapersalinan harus ditawarkan
sebelum waktu ini.

Pascakeguguran

Wanita pascakeguguran memiliki kemungkinan yang


lebih tinggi untuk memiliki fungsi ovarium yang lebih
memadai untuk menghasilkan tanda-tanda fertilitas yang
dapat terdeteksi dan/atau perubahan hormon;
kemungkinannya meningkat seiring dengan waktu
pascakeguguran. Seorang wanita dapat menggunakan
metode berbasis kalender setelah setidaknya ia
mengalami satu menstruasi pascakeguguran; apabila
kebanyakan siklusnya sebelum kehamilan ini berdurasi
26-32 hari, dia dapat menggunakan Pantang berkala
cara Standard Days Method (SDM). Metode yang sesuai
untuk periode pascakeguguran dapat ditawarkan
sebelum waktunya.

274
2.7.9 Metode amenorea laktasi (MAL)

Metode amenorea laktasi (MAL) tidak memproteksi terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV.
Apabila terdapat risiko IMS/HIV, penggunaan kondom yang benar dan konsisten disarankan. Ketika digunakan
dengan benar dan konsisten, kondom memberikan salah satu metode paling efektif dari proteksi terhadap IMS,
termasuk HIV. Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan sebanyak kondom pria .
Wanita dengan kondisi yang membuat kehamilan risiko yang didapat diterima sebaiknya disarankan bahwa MAL
kemungkinan tidak sesuai karena tingkat kegagalannya yang tinggi.

Konsensus Bellagio memberikan dasar ilmiah untuk Apabila bayi negatif HIV atau memiliki status HIV
mendefinisikan kondisi untuk menyusui dapat digunakan yang tidak diketahui:
secara aman dan efektif untuk tujuan jarak kelahiran dan
pedoman program dibentuk. Pedoman-pedoman ini Seorang ibu yang diketahui hidup dengan HIV sebaiknya
meliputi tiga kriteria ini, yang seluruhnya harus dipenuhi hanya memberikan susu formula bayi sebagai makanan
untuk memastikan proteksi adekuat dari kehamilan yang pengganti untuk bayi ketika kondisi spesifik berikut ini
tidak direncanakan. terpenuhi:
1. Air dan sanitasi yang terjamin kebersihannya
1. Amenorea pada tingkat rumah tangga dan komunitas dan
2. Menyusui eksklusif atau hampir eksklusif 2. Ibu atau pengasuh lainnya dapat memberikan
3. Pascapersalinan lebih dari enam bulan susu formula bayi yang memadai untuk
menyokong pertumbuhan dan perkembangan
Indikasi utama untuk menyusui adalah memberikan normal dari bayi
kebutuhan makanan yang ideal untuk bayi dan proteksi 3. Ibu atau pengasuh dapat mempersiapkan secara
terhadap penyakit. Tidak terdapat kondisi medis dimana bersih dan cukup sering sehingga aman dan
penggunaan MAL dibatasi dan tidak terdapat bukti yang membawa risiko yang rendah dari diare dan
terdokumentasi akan dampak negatifnya terhadap malnutrisi,
kesehatan ibu. Meskipun demikian, beberapa kondisi 4. Ibu atau pengasuh dapat memberikan susu
atau hambatan dapat mempengaruhi durasi amenorea, formula secara eksklusif pada enam bulan
sehingga MAL kurang berguna untuk tujuan keluarga pertama
berencana. Hal ini meliputi: 5. Keluarga mendukung pada praktik pemberian
susu formula ini
HIV 6. Ibu atau pengasuh dapat mengakses layanan
kesehatan yang memberikan pelayanan
Menyusui sebaiknya dipromosikan, diproteksi dan di kesehatan anak yang komprehensif.
dukung pada seluruh populasi, untuk seluruh wanita
yang negatif HIV atau memiliki status HIV yang tidak
diketahui. Meskipun demikian, wanita yang hidup dengan
HIV dapat mentransmisikan virus HIV ke anaknya
melalui menyusui. Namun, menyusui terutama menyusui
awal dan eksklusif, merupakan salah satu faktor yang
penting untuk meningkatkan kesintasan anak.
Ibu yang hidup dengan HIV sebaiknya mendapatkan
intervensi ARV yang sesuai dan menyusui bayinya
secara eksklusif untuk enam bulan pertama kehidupan,
mengenalkan makanan komplementer yang sesuai
setelahnya dan melanjutkan menyusui bayinya untuk 12
bulan pertama kehidupan. Menyusui sebaiknya hanya
dihentikan ketika dapat diberikan diet yang adekuat dan
aman tanpa air susu ibu. Ketika ibu memutuskan untuk
menghentikan menyusui, ibu harus berhenti secara
perlahan dalam satu bulan dan bayi sebaiknya diberikan
makanan pengganti yang aman dan adekuat agar
pertumbuhan dan perkembangan yang normal dapat
tercapai.

275
Apabila bayi diketahui positif HIV:

Ibu sebaiknya diberikan semangat untuk menyusui


secara eksklusif untuk enam bulan pertama untuk
kehidupan bayi dan melanjutkan menyusui sesuai
rekomendasi untuk umum, yaitu sampai dua tahun atau
lebih.
Wanita yang hidup dengan HIV sebaiknya mendapatkan
konseling . Mereka juga sebaiknya mendapatkan akses
untuk pelayanan dan dukungan selanjutnya, meliputi
keluarga berencana dan dukungan nutrisi.

Obat-obatan yang digunakan pada saat menyusui

Untuk memproteksi kesehatan bayi, menyusui tidak


direkomendasikan untuk wanita yang menggunakan
obat-obatan ini: antimetabolite, bromokriptin, beberapa
antikoagulasi, kortikosteroid (dosis tinggi), siklosporin,
ergotamin, litium, obat-obatan yang merubah mood, obat
radioaktif dan reserpin.

Kondisi yang mempengaruhi neonatus

Deformitas kongenital dari mulut, rahang atau palatum;


neonatus yang dengan berat lahir rendah atau prematur
dan membutuhan perawatan neonatus intensif; dan
beberapa kelainan metabolik dari bayi dapat membuat
menyusui sulit dilakukan.

276
2.7.10 Senggama Terputus

Senggama terputus tidak memproteksi terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila
terdapat risiko IMS/HIV, penggunaan kondom yang benar dan konsisten disarankan. Ketika digunakan
dengan benar dan konsisten, kondom memberikan salah satu metode paling efektif dari proteksi terhadap
IMS, termasuk HIV. Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan sebanyak kondom pria .

Wanita dengan kondisi yang membuat kehamilan risiko yang didapat diterima sebaiknya disarankan bahwa
MAL kemungkinan tidak sesuai karena tingkat kegagalannya yang tinggi.
.
Sanggama terputus yang juga diketahui sebagai Beberapa manfaat dari sanggama terputus adalah
penarikan, merupakan metode keluarga metode ini tidak mempengaruhi menyusui apabila
berencana tradisional dimana sang lelaki menarik digunakan dengan benar dan selalu tersedia
penis sepenuhnya dari vagina dan menjauhi dari untuk penggunaan primer dan sebagai metode
genitalia eksterna pasangan wanita, sebelum ia kontrasepsi tambahan. Selain itu, sanggama
ejakulasi. Sanggama terputus mencegah sperma terputus melibatkan tidak adanya penggunaan
dari memasuki vagina wanita, sehingga ekonomis atau penggunaan kimiawi. Tidak
mencegah kontak antara spermatozoa dan ovum. terdapar risiko kesehatan yang berkaitan secara
langsung dengan sanggama terputus.
Metode ini mungkin sesuai untuk pasangan yang:
• Termotivasi secara tinggi dan mampu Laki-laki dan wanita yang berada dalam risiko
menggunakan metode ini secara efektif tinggi infeksi IMS/HIV sebaiknya
• Dengan alasan keagamaan/kepercayaan atau menggunakan kondom pada setiap kali
filosofis untuk tidak menggunakan metode sanggama.
kontrasepsi lainnya;
• Membutuhkan kontrasepsi sesegera mungkin Sanggama terputus mempunyai angka kegagalan
dan telah melakukan hubungan seksual tanpa yang tinggi karena efektivitasnya tergantung dari
metode alternatif yang tersedia kemauan dan kemampuan pasangan untuk
• Membutuhkan metode sementara saat menarik penis sepenuhnya pada setiap
menunggu mulainya digunakan metode yang lain; sanggama.
• Jarang melakukan sanggama

277
2.7.11 Prosedur vasektomi, tubektomi Tidak terdapat kondisi medis yang secara absolut
membatasi eligibilitas seseorang untuk vasektomi,
Mengingat bahwa vasektomi, tubektomi adalah tubektomi, meskipun beberapa kondisi dan keadaan
prosedur pembedahan yang permanen, perawatan akan membutuhkan beberapa tindakan pencegahan,
spesial harus dilakukan untuk memastikan bahwa meliputi hal-hal yang direkomendasikan sebagai
setiap klien membuat pilihan metode kontrasepsi Kategori C (caution), D (delay) or S (special). Untuk
secara sukarela dan sadar penuh. Perhatian khusus beberapa kondisi dan keadaan ini, risiko teoritis atau
harus diberikan pada pasangan muda, wanita risiko yang terbukti dapat melebihi .
nullipara, lelaki yang belum menjadi ayah dan klien
dengan masalah kesehatan mental, termasuk Prosedur vasektomi, tubektomi sebaiknya hanya
kondisi depresi. Seluruh klien harus dikonsultasikan dilakukan oleh penyedia jasa yang terlatih dengan
dengan hati-hati terutama mengenai sifat permanen baik pada keadaan klinis yang sesuai menggunakan
dari metode ini. peralatan dan suplai yang sesuai. Pedoman
pemberian pelayanan yang sesuai, yang meliputi
Metode transervikal dari vasektomi, tubektomi wanita protokol infeksi-pencegahan, sebaiknya diikuti untuk
tidak dibahas pada rekomendasi-rekomendasi ini. memaksimalkan keamanan klien

TUBEKTOMI

Tubektomi tidak memproteksi terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat risiko
IMS/HIV, penggunaan kondom yang benar dan konsisten disarankan. Ketika digunakan dengan benar dan
konsisten, kondom memberikan salah satu metode paling efektif dari proteksi terhadap IMS, termasuk HIV.
Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan sebanyak kondom pria.
KONDISI KATEGORIa KLARIFIKASI/ BUKTI ILMIAH
* komentar tambahan setelah tabel ini A (accept) = boleh,
C (caution) = perhatian ,
D (delay) = tunda,
S (special) = spesial

KARAKTERISTIK DAN RIWAYAT REPRODUKSI

KEHAMILAN D
USIA MUDA C Klarifikasi: Wanita muda, seperti seluruh wanita
lainnya, sebaiknya diberikan konseling
mengenai sifat permanen dari tubektomi dan
ketersediaan metode alternatif lainnya, jangka
panjang dan metode yang sangat efektif.

Bukti ilmiah: Penelitian-penelitian menunjukkan


bahwa 20% wanita yang dilakukan tubektomi
pada usia muda menyesal di kemudian hari
akan keputusan ini dan usia muda merupakan
salah satu faktor utama penyebab penyesalan di
kemudian hari (termasuk informasi rujukan dan
angka keberhasilan operasi rekanalisasi yang
rendah) yang diinformasikan sebelum dilakukan
tubektomi (1-19).
PARITAS*
a) Nullipara A
b) Multipara A
MENYUSUI A

278
TUBEKTOMI

Tubektomi tidak memproteksi terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat risiko
IMS/HIV, penggunaan kondom yang benar dan konsisten disarankan. Ketika digunakan dengan benar dan
konsisten, kondom memberikan salah satu metode paling efektif dari proteksi terhadap IMS, termasuk HIV.
Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan sebanyak kondom pria.
KONDISI KATEGORIa KLARIFIKASI/ BUKTI ILMIAH
*komentar tambahan setelah tabel ini A (accept) = boleh,
C (caution) = perhatian ,
D (delay) = tunda,
S (special) = spesial
PASCAMELAHIRKAN*
a) < 7 hari A
7 sampai < 42 hari D
> 42 hari A
b) Preeklamsia / eklamsia
i) preeklamsia ringan A
ii) preeklamsia berat / eklamsia D

c) Ketuban Pecah Dini, 24 jam atau lebih D

d) sepsis pueperium, intrapartum atau D


demam puerperal
e) pendarahan antepartum berat atau D
pendarahan postpartum
f) Trauma berat pada saluran genital D
(robekan serviks atau vagina saat
proses persalinan)
g) Ruptur uterus atau perforasi S Klarifikasi : Jika operasi eksplorasi atau
laparoskopi dilakukan dan pasien dalam
kondisi stabil, sterilisasi tuba dapat dilakukan
secara bersamaan dengan penanganan
masalah. Tidak ditemuka adanya risiko
tambahan jika dilakukan prosedur bersamaan.
PASCA KEGUGURAN*
a) Tanpa komplikasi A
b) Pasca keguguran septik atau demam D
c) Perdarahan berat pascakeguguran D
d) Trauma berat pada saluran genital D
(robekan serviks atau vagina
pascakeguguran)
e) Perforasi uterus S Klarifikasi : Jika operasi eksplorasi atau
laparoskopi dilakukan dan pasien dalam
kondisi stabil, sterilisasi tuba dapat dilakukan
secara bersamaan dengan penanganan
masalah. Tidak ditemuka adanya risiko
f) Haematometra akut D
tambahan jika dilakukan prosedur bersamaan.
RIWAYAT KEHAMILAN EKTOPIK A
279
TUBEKTOMI

Tubektomi tidak memproteksi terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat risiko
IMS/HIV, penggunaan kondom yang benar dan konsisten disarankan. Ketika digunakan dengan benar dan
konsisten, kondom memberikan salah satu metode paling efektif dari proteksi terhadap IMS, termasuk HIV.
Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan sebanyak kondom pria.
KONDISI KATEGORIa KLARIFIKASI/ BUKTI ILMIAH
*komentar tambahan setelah tabel ini A (accept) = boleh,
C (caution) = perhatian ,
D (delay) = tunda,
S (special) = spesial
MEROKOK
a) Usia < 35 tahun A
b) Usia > 35 tahun
i) < 15 rokok/ hari A
ii) > 15 rokok/hari A
OBESITAS Klarifikasi: Prosedur tubektomi dapat lebih sulit .
2 Terdapat peningkatan risiko infeksi dan gangguan
a) IMT > 30 kg/m C
penyembuhan luka.
b) Menars sampai < 18 tahun and IMT C
> 30 kg/m2 Bukti ilmiah : Terdapat peningkatan risiko
komplikasi pada wanita dengan obesitas
yang menjalani tubektomi (20–23).

PENYAKIT KARDIOVASKULAR
FAKTOR RISIKO MULTIPEL UNTUK S
PENYAKIT KARDIOVASKULER
ARTERI*
(seperti usia tua, merokok, diabetes,
hipertensi dan dislipidemia)
HIPERTENSI
Untuk seluruh kategori hipertensi, klasifikasi berdasarkan asumsi bawah tidak ada faktor risiko lainnya untuk
penyakit kardiovaskular. Ketika terdapat faktor risiko multipel, risiko penyakit kardiovaskular dapat meningkat
secara drastis. Satu kali pengukuran tekanan darah tidak cukup untuk mengklasifikasi seorang wanita
mengalami hipertensi.
a) Hipertensi : terkontrol secara adekuat C
b) Peningkatan tekanan darah
(pengukuran dilakukan dengan benar) Klarifikasi: Peningkatan tekanan darah harus
i) sistolik 140–159 atau diastolik 90– C dikontrol sebelum pembedahan. Terdapat
99 mm Hg peningkatan risiko terkait anestesia dan
peningkatan aritmia jantung apabila mengalami
ii) sistolik ≥ 160 or diastolik S hipertensi yang tidak terkontrol. Pemantauan
≥ 100 mm Hg intraoperatif untuk tekanan darah dengan hati-
c) Penyakit vaskular S hati dibutuhkan pada situasi ini.

RIWAYAT TEKANAN DARAH TINGGI A


SELAMA KEHAMILAN
(tekanan darah saat ini dapat diukur dan
normal)

280
TUBEKTOMI

Tubektomi tidak memproteksi terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat risiko
IMS/HIV, penggunaan kondom yang benar dan konsisten disarankan. Ketika digunakan dengan benar dan
konsisten, kondom memberikan salah satu metode paling efektif dari proteksi terhadap IMS, termasuk HIV.
Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan sebanyak kondom pria.
KONDISI KATEGORIa KLARIFIKASI/ BUKTI ILMIAH
*komentar tambahan setelah tabel ini A (accept) = boleh,
C (caution) = perhatian
D (delay) = tunda,
S (special) = spesial
TROMBOSIS VENA DALAM (TVD)/ Klarifikasi: untuk mengurangi risiko TVD/EP, mobilisasi
EMBOLI PARU (EP) segera diperlukan

a) Riwayat TVD/EP A
b) TVD/EP akut D
c) TVD/EP dan stabil S
dengan terapi
antikoagulan
d) Riwayat keluarga (keluarga A
tingkat pertama)
e) Operasi mayor
i) dengan imobilisasi lama D
ii) tanpa imobilisasi lama A
f) Operasi minor A
tanpa imobilisasi
MUTASI FAKTOR A Klarifikasi :pengecekan rutin tidak tepat dikarenakan
TROMBOGENIK langkanya kondisi dan mahalnya biaya untuk
(contoh: faktor V leiden; pengecekan
mutase protrombin; protein S,
protein C dan defisiensi
antitrombin
KELAINAN VENA SUPERFISIAL
a) Vena varikosa A
b) Trombosis vena superfisial A
RIWAYAT DAN SEDANG
TERKENA PENYAKIT
JANTUNG ISKEMIK
a) Sedang terkena penyakit D
jantung iskemik
b) Riwayat penyakit jantung C
iskemik
STROKE C
(riwayat kecelakaan
serebrovaskular)
DISLIPIDEMIA TANPA A Klarifikasi: pengecekan rutin tidak tepat dikarenakan
ADANYA RISIKO langkanya kondisi dan mahalnya biaya untuk
KARDIOVASKULAR LAIN pengecekan
PENYAKIT KATUP JANTUNG
a) tanpa komplikasi C Klarifikasi: pasien memerlukan antibiotik profilaksis

281
b) komplikasi (hipertensi pulmo, S Klarifikasi: pasien memiliki risiko tinggi terjadi
risiko terjadinya atrial fibrilasi, komplikasi berhubungan dengan anestesi dan
riwayat dengan endocarditis operasi. Pada wanita yang memiliki atrial fibrilasi yang
bakteri subakut) tidak dapat ditangani atau terdapat endokarditis
bakterial subakut, prosedur ini harus ditunda.

282
TUBEKTOMI

Tubektomi tidak memproteksi terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat risiko
IMS/HIV, penggunaan kondom yang benar dan konsisten disarankan. Ketika digunakan dengan benar dan
konsisten, kondom memberikan salah satu metode paling efektif dari proteksi terhadap IMS, termasuk HIV.
Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan sebanyak kondom pria.
KONDISI KATEGORIa KLARIFIKASI/ BUKTI ILMIAH
*komentar tambahan setelah tabel ini A (accept) = boleh,
C (caution) = perhatian
D (delay) = tunda,
S (special) = spesial

PENYAKIT REMATIK

SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUS (SLE)


Terdapat peningkatan risiko penyakit jantung iskemik, stroke dan tromboemboli vena pada pasien SLE.
Kategori yang dipakai dalam rekomendasi ini sebaiknya betul-betul dipakai sesuai dengan kondisi wanita yang
terdiagnosa dengan SLE tersebut.

a) Positif (atau belum diketahui) S


antibodi antifosfolipid
b) Trombositopenia berat S
c) Dalam pengobatan imunosupresi S
d) Tidak termasuk di atas C

KONDISI NEUROLOGI

NYERI KEPALA
a) Non migrain (ringan atau berat) A
b) Migrain
i) tanpa aura
usia < 35 tahun A
usia > 35 tahun A
ii) dengan aura, tanpa melihat usia A
EPILEPSI C

GANGGUAN DEPRESI

GANGGUAN DEPRESI C

INFEKSI DAN KELAINAN SALURAN REPRODUKSI

KELAINAN PERDARAHAN VAGINA


a) siklus tidak teratur tanpa adanya A
perdarahan yang banyak
b)perdarahan berat atau A
memanjang (siklus teratur ataupun
tidak teratur)

283
PERDARAHAN VAGINA YANG TIDAK BISA
DIJELASKAN
(terdapat kecurigaan kondisi yang serius)
D Klarifikasi: keadaan ini harus dievaluasi
a) Sebelum evaluasi sebelum pemberian kontrasepsi

284
TUBEKTOMI

Tubektomi tidak memproteksi terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat risiko IMS/HIV,
penggunaan kondom yang benar dan konsisten disarankan. Ketika digunakan dengan benar dan konsisten, kondom
memberikan salah satu metode paling efektif dari proteksi terhadap IMS, termasuk HIV. Kondom wanita efektif dan aman,
namun tidak digunakan sebanyak kondom pria.

KONDISI KATEGORIa KLARIFIKASI/ BUKTI ILMIAH


*komentar tambahan setelah tabel ini A (accept) = boleh,
C (caution) = perhatian
D (delay) = tunda,
S (special) = spesial
ENDOMETRIOSIS S
TUMOR OVARIUM JINAK A
(termasuk kista)
DISMENORE BERAT A
PENYAKIT TROFOBLASTIK
GESTASIONAL

a) kadar -HCG yang menurun atau A


tidak terdeteksi

b) kadar -HCG yang terus D


meningkat atau keganasan
EKTROPION SERVIKS A
NEOPLASMA INTRAEPITEL SERVIKS A
(NIS)
KANKER SERVIKS (menunggu D
pengobatan)

KELAINAN PAYUDARA
a) massa belum terdiagnosa A
b) kelainan payudara jinak A
c) riwayat kanker pada keluarga A
d) Kanker payudara
i) sekarang C
ii) riwayat dan tidak ada gejala A
keganasan dalam 5 tahun
terakhir
KANKER ENDOMETRIUM* D
KANKER OVARIUM* D
MIOMA UTERUS*
a) tanpa adanya distorsi pada kavum C
uterus
b) Adanya distorsi kavum uterus C

285
TUBEKTOMI

Tubektomi tidak memproteksi terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat risiko IMS/HIV,
penggunaan kondom yang benar dan konsisten disarankan. Ketika digunakan dengan benar dan konsisten, kondom
memberikan salah satu metode paling efektif dari proteksi terhadap IMS, termasuk HIV. Kondom wanita efektif dan aman,
namun tidak digunakan sebanyak kondom pria.

KONDISI KATEGORIa KLARIFIKASI/ BUKTI ILMIAH


*komentar tambahan setelah tabel ini A (accept) = boleh,
C (caution) = perhatian
D (delay) = tunda,
S (special) = spesial
PENYAKIT RADANG PANGGUL (PRP)*

a) Riwayat PRP (asumsi tidak ada


Klarifikasi: pemeriksaan fisik panggul perlu
faktor risiko terjadi infeksi menular
dilakukan secara seksama untuk menapis
seksual)
infeksi berulang atau menetap dan untuk
i) dengan kehamilan A menentukan mobilitas uterus
ii) tanpa kehamilan C
b) sedang terkena penyakit radang D
panggul
INFEKSI MENULAR SEKSUAL
(IMS)* Klarifikasi: jika tidak ada gejala yang muncul
a) Servisitis purulent atau infeksi D setelah pengobatan, tubektomi dapat
klamidia atau gonore dilakukan.

b) IMS lainnya (kecuali HIV dan A


hepatitis)
c) Vaginitis (termasuk Trichomonas A
vaginalis dan vaginosis bakterial)
d) Peningkatan risiko terjadinya IMS A

HIV/AIDS

RISIKO TINGGI HIV A Klarifikasi: tidak diperlukan pemeriksaan


rutin. Prosedur pencegahan infeksi, perlu
diobservasi seksama dengan prosedur
operasi. Penggunaan kondom
direkomendasikan setelah tubektomi
HIV asimptomatik atau gejala klinis A Klarifikasi: tidak diperlukan pemeriksaan
ringan (WHO stadium I atau 2) rutin. Prosedur pencegahan infeksi, perlu
diobservasi seksama dengan prosedur
operasi. Penggunaan kondom
direkomendasikan setelah tubektomi
HIV dengan gejala berat atau lanjut S Klarifikasi: adanya penyakit yang
(WHO stadium 3 atau 4) berhubungan dengan AIDS membuat
prosedur harus ditunda

INFEKSI LAINNYA

SKISTOSOMIASIS
a) Tanpa komplikasi A Klarifikasi: fungsi hepar perlu dievaluasi.
b) Fibrosis hepar (jika berat,lihat sirosis) C

286
TUBEKTOMI

Tubektomi tidak memproteksi terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat risiko IMS/HIV,
penggunaan kondom yang benar dan konsisten disarankan. Ketika digunakan dengan benar dan konsisten, kondom
memberikan salah satu metode paling efektif dari proteksi terhadap IMS, termasuk HIV. Kondom wanita efektif dan aman,
namun tidak digunakan sebanyak kondom pria.

KONDISI KATEGORIa KLARIFIKASI/ BUKTI ILMIAH


*komentar tambahan setelah tabel ini A (accept) = boleh,
C (caution) = perhatian
D (delay) = tunda,
S (special) = spesial
TUBERKULOSIS
a) Non-panggul A
b) Panggul S
MALARIA A

KONDISI ENDOKRIN

DIABETES* Klarifikasi: jika gula darah tidak terkontrol,


rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi
direkomendasikan.

a) Riwayat penyakit gestasional A


b) Penyakit non-vaskular Klarifikasi: Terdapat penurunan waktu
penyembuhan dan peningkatan risiko infeksi.
i) tidak tergantung pada insulin C Penggunaan antibiotik profilkasis
ii) tergantung pada insulin direkomendasikan.
C
c) nefropati/retinopati/ neuropati S Bukti Ilmiah: wanita dengan diabetes memiliki
kemungkinan lebih besar terjadi komplikasi
setelah tubektomi (20).
d) penyakit vaskular lain atau S
diabetes > 20 tahun
KELAINAN TIROID*
a) Goiter sederhana A
b) Hipertiroid S
c) Hipotiroid C

KELAINAN GASTROINTESTINAL

PENYAKIT KANTUNG EMPEDU


a) Simptomatis
i) telah dilakukan kolesistektomi A
ii) sembuh dengan obat A
iii) sedang terkena D
b) Asimptomatis A
RIWAYAT KOLESTASIS
a) Berhubungan dengan kehamilan A

287
b) Berhubungan dengan pemakaian KPK A
sebelumnya
TUBEKTOMI

Tubektomi tidak memproteksi terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat risiko IMS/HIV,
penggunaan kondom yang benar dan konsisten disarankan. Ketika digunakan dengan benar dan konsisten, kondom
memberikan salah satu metode paling efektif dari proteksi terhadap IMS, termasuk HIV. Kondom wanita efektif dan aman,
namun tidak digunakan sebanyak kondom pria.

KONDISI KATEGORIa KLARIFIKASI/ BUKTI ILMIAH


*komentar tambahan setelah tabel ini A (accept) = boleh,
C (caution) = perhatian
D (delay) = tunda,
S (special) = spesial
HEPATITIS VIRUS* Klarifikasi: prosedur pencegahan infeksi,
termasuk dengan pencegahan umum harus
a) AKUT atau flare D dilakukan dan diobservasi secara hati-hati
pada saat prosedur operasi.
b) Karier A
c) Kronik A
SIROSIS Klarifikasi: fungsi hepar dan pembekuan dapat
menurun. Perlu dilakukan evaluasi fungsi
a) Ringan (terkompensasi) A hepar.
b) Berat (tidak terkompensasi) S
TUMOR HEPAR Klarifikasi: fungsi hepar dan pembekuan dapat
menurun. Perlu dilakukan evaluasi fungsi
a) Jinak hepar.
i) hiperplasia fokal nodular A
ii) adenoma hepatoselular C
b) Ganas (hepatoma) C

ANEMIA

TALASEMIA C
PENYAKIT SICKLE SEL* C
ANEMIA DEFISIENSI BESI Klarifikasi: penyebab penyakit harus
diidentifikasi. Kadar Hb sebelum operasi dan
a) Hb < 7 g/dl D
banyaknya darah yang hilang saat operasi
a) Hb > 7 sampai < 10 g/dl C merupakan faktor penting pada wanita dengan
anemia. Jika perfusi kurang, maka
penyembuhan luka akan lama.
KEADAAN LAIN YANG BERHUBUNGAN DENGAN TUBEKTOMI

INFEKSI LOKAL D Klarifikasi: terdapat peningkatan risiko


infeksi post operasi
KELAINAN KOAGULASI* S
PENYAKIT PERNAFASAN
a) Akut (bronkitis, pneumonia) D Klarifikasi: tindakan harus ditunda sampai
kondisi baik. Terdapat peningkatan risiko
yang berhubungan dengan anestesi dan
perioperatif lainnya.
b) Kronis
i) asma S

288
ii) bronkitis S
iii) emfisema S
iv) infeksi paru S

289
TUBEKTOMI

Tubektomi tidak memproteksi terhadap infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Apabila terdapat risiko
IMS/HIV, penggunaan kondom yang benar dan konsisten disarankan. Ketika digunakan dengan benar dan
konsisten, kondom memberikan salah satu metode paling efektif dari proteksi terhadap IMS, termasuk HIV.
Kondom wanita efektif dan aman, namun tidak digunakan sebanyak kondom pria.
KONDISI KATEGORIa KLARIFIKASI/ BUKTI ILMIAH
*komentar tambahan setelah tabel ini A (accept) = boleh,
C (caution) = perhatian
D (delay) = tunda,
S (special) = spesial
INFEKSI SISTEMIK ATAU D
GASTROENTERITIS*

UTERUS YANG TERFIKSASI KARENA S


OPERASI SEBELUMNYA ATAU
INFEKSI*
HERNIA ABDOMINALIS ATAU S Klarifikasi: operasi hernia dan tubektomi
UMBILIKALIS sedapat mungkin dilakukan bersamaan
apabila memungkinkan
HERNIA DIAFRAGMATIKA * C
PENYAKIT GINJAL * C
DEFISIENSI NUTRISI BERAT * C

OPERASI ABDOMEN ATAU PANGGUL C Bukti ilmiah: Wanita dengan riwayat operasi
SEBELUMNYA abdomen atau panggul memiliki risiko lebih
besar terjadinya komplikasi setelah
tubektomi (20, 22, 43-45)
TUBEKTOMI BERSAMAAN DENGAN
OPERASI ABDOMEN

a) Elektif C
b) Darurat (tanpa dilakukan D
konseling)
c) Kondisi terinfeksi D
TUBEKTOMI BERSAMAAN DENGAN A
SECTIO SAESARIA*

a Penjelasan lebih lanjut mengenai kategori A, C, D dan S:


A (accept) = boleh: Tidak ada alasan untuk menunda tubektomi.
C (caution) = perhatian: Tindakan atau prosedur dapat dilakukan dengan prosedur yang ada, namun dengan persiapan dan
pemantauan ekstra.
D (delay) = tunda: Tindakan atau prosedur harus ditunda sampai kondisi dievaluasi atau dapat tertangani. Pilihan
kontrasepsi lainnya dapat dipertimbangkan.
S (special) = spesial: Tindakan atau prosedur harus dilakukan oleh ahli bedah dan staf yang berpengalaman, peralatan
medis untuk anestesi umum dan peralatan medis penunjang lainnya. Untuk kondisi-kondisi ini, kapasitas dokter untuk
menentukan pilihan prosedur dan anestesi sangat diperlukan. Metode kontrasepsi lainnya harus dipertimbangkan apabila
rujukan diperlukan atau terdapat penundaan prosedur tindakan.

290
VASEKTOMI
Vasektomi tidak melindungi dari infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Jika terdapat risiko IMS/HIV,
penggunaan kondom yang benar dan rutin sangat direkomendasikan. Ketika digunakan dengan benar dan
rutin, kondom merupakan salah satu metode yang paling efektif dalam mencegah penularan IMS, termasuk
HIV. Kondom wanita sangat efektif dan aman, namun tidak dipergunakan secara luas seperti halnya kondom
pria.
KONDISI KATEGORIa KLARIFIKASI/ BUKTI ILMIAH
*komentar tambahan setelah tabel ini A (accept) = boleh,
C (caution) = perhatian
D (delay) = tunda,
S (special) = spesial

KARAKTERISTIK PERSONAL DAN RIWAYAT REPRODUKSI

USIA MUDA C Klarifikasi: Pria muda, seperti pria pada umunya,


harus diberikan konseling mengenai vasektomi
yang permanen dan adanya pilihan metode
alternatif lain, jangka panjang , metode yang
efektif.

Bukti ilmiah: Pria yang melakukan vasektomi


saat usia muda lebih mungkin untuk dilakukan
pengembalian fungsi kembali dibanding pria
vasektomi pada usia tua. (2)
GANGGUAN DEPRESI

GANGGUAN DEPRESI C

HIV/AIDS

RISIKO TINGGI HIV A Klarifikasi: tidak diperlukan pemeriksaan rutin.


Prosedur pencegahan infeksi harus dilakukan
dan diobservasi secara hati-hati pada saat
prosedur operasi. Penggunaan kondom
disarankan setelah vasektomi.

HIV ASIMPTOMATIS ATAU GEJALA A Klarifikasi: tidak diperlukan pemeriksaan rutin.


KLINIS RINGAN
(WHO STADIUM 1 Prosedur pencegahan infeksi harus dilakukan
ATAU 2) dan diobservasi secara hati-hati pada saat
prosedur operasi. Penggunaan kondom
disarankan setelah vasektomi.

HIV GEJALA KLINIS BERAT ATAU S Klarifikasi: Prosedur ditunda jika ditemuka
LANJUT (WHO STADIUM 3 ATAU 4)
HIV dengan gejala klinis berat atau lanjut .

KELAINAN ENDOKRIN

DIABETES* C Klarifikasi: apabila glukosa darah tidak


terkontrol, rujukan ke fasilitas yang lebih
tinggi disarankan.
ANEMIA

PENYAKIT SICKLE SEL* A

291
KONDISI LAINNYA YANG HANYA BERHUBUNGAN DENGAN VASEKTOMI

INFEKSI LOKAL*

a) Infeksi kulit skrotum D


b) IMS aktif D
c) Balanitis D
d) Epididimitis atau orchitis D

292
VASEKTOMI
Vasektomi tidak melindungi dari infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV. Jika terdapat risiko IMS/HIV,
penggunaan kondom yang benar dan rutin sangat direkomendasikan. Ketika digunakan dengan benar dan rutin,
kondom merupakan salah satu metode yang paling efektif dalam mencegah penularan IMS, termasuk HIV. Kondom
wanita sangat efektif dan aman, namun tidak dipergunakan secara luas seperti halnya kondom pria.
KONDISI KATEGORIa KLARIFIKASI/ BUKTI ILMIAH
*komentar tambahan setelah tabel ini A (accept) = boleh,
C (caution) = perhatian
D (delay) = tunda,
S (special) = spesial
KELAINAN KOAGULASI* S
TRAUMA SKROTUM SEBELUMNYA C
INFEKSI SISTEMIK ATAU D
GASTROENTERIRIS *
VARIKOKEL BESAR * C
HIDROKEL BESAR * C
FILIARIASIS; ELEPHANTIASIS * D
MASSA INTRASKROTUM * D
CRYPTOCHIDISM S
HERNIA INGUINALIS * S

a
Penjelasan lebih lanjut mengenai kategori A, C, D dan S:
A = accept = boleh: Tidak ada alasan untuk menunda vasektomi.
C = caution = Tindakan atau prosedur dapat dilakukan dengan prosedur yang ada, namun dengan persiapan dan
pemantauan ekstra.
D = delay = tunda: Tindakan atau prosedur harus ditunda sampai kondisi dievaluasi atau dapat
tertangani. Pilihan kontrasepsi lainnya dapat dipertimbangkan
S = special: Tindakan atau prosedur harus dilakukan oleh ahli bedah dan staf yang berpengalaman
peralatan medis untuk anestesi umum dan peralatan medis penunjang lainnya. Untuk kondisi –
kondisi ini, kapasitas dokter untuk menentukan pilihan prosedur dan anestesi sangat diperlukan.
Metode kontrasepsi lainnya harus dipertimbangkan apabila rujukan diperlukan atau terdapat
penundaan prosedur tindakan.

293
KETERANGAN TAMBAHAN UNTUK TUBEKTOMI PERTIMBANGAN LAIN

Paritas Faktor risiko multipel dari penyakit kardiovaskular


Wanita nulipara: seperti semua wanita, mereka mendapatkan
konseling tentang tubektomi dan adanya alternatif Adanya faktor risiko multipel secara bersamaan: Terdapat
kontrasepsi lainnya, jangka panjang dan metode yang sangat risiko tinggi terhadap komplikasi terkait anestesi dan
efektif. pembedahan.

Pascapersalinan Penyakit jantung vaskular yang sedang berlangsung

<7 hari pasca persalinan: tubektomi dapat dilakukan Terdapat risiko tinggi terhadap komplikasi terkait anestesi
dengan aman segera setelah persalinan. dan pembedahan.

7 hingga <42 hari: Terdapat peningkatan risiko komplikasi Kanker serviks (sedang menunggu penatalaksanaan), kanker
apabila uterus belum involusi sempurna. endometrium, kanker ovarium.

Pre-eklampsia/eklampsia: Terdapat peningkatan risiko Secara umum, tatalaksana membuat wanita steril.
terkait anestesi.
Mioma uteri
Ketuban pecah dalam waktu 24 jam: Terdapat
peningkatan risiko infeksi pasca operasi. Adanya kesulitan dalam mengidentifikasi atau mobilisasi dari
tuba falopii akibat adanya mioma (bergantung pada ukuran
Sepsis perperium, intrapartum atau demam masa nifas: dan lokasi mioma).
Terdapat peningkatan risiko infeksi pasca operasi.
Penyakit inflamasi panggul
Perdarahan antepartum atau pascakeguguran yang
hebat: Wanita dapat mengalami anemia atau Penyakit inflamasi panggul dapat meningkatkan risiko infeksi
ketidakmampuan toleransi akibat kehilangan darah. pascatubektomi dan perlengketan.

Trauma hebat jalan lahir (robekan serviks atau vagina IMS


saat persalinan): Terdapat kehilangan darah dan anemia
yang nyata. Terdapat peningkatan risiko infeksi pasca operasi.

Ruptur uterus atau perforasi: Terdapat kehilangan darah


atau robekan jaringan/organ abdomen yang nyata. Diabetes

Terdapat peningkatan risiko hipoglikemia atau ketoasidosis


Pascakeguguran ketika prosedur tubektomi dilakukan, khususnya jika kadar
gula darah tidak terkontrol.
Sepsis atau demam pascakeguguran: Terdapat
peningkatan risiko infeksi pasca operasi. Kelainan tiroid

Perdarahan hebat pascakeguguran: Wanita dapat Terdapat risiko lebih tinggi terhadap komplikasi terkait
mengalami anemia atau ketidakmampuan toleransi akibat anestesia dan pembedahan.
kehilangan darah.
Hepatitis virus
Trauma hebat jalan lahir (robekan serviks atau vagina
saat persalinan): Wanita dapat mengalami anemia atau Terdapat risiko tinggi terhadap komplikasi terkait anestesi
ketidakmampuan toleransi akibat kehilangan darah. dan pembedahan.
Prosedur dapat menyebabkan rasa nyeri.
Terdapat peningkatan risiko komplikasi pulmoner, kardio,
Perforasi uterus: Terdapat kehilangan darah yang nyata atau neurologi dan peningkatan risiko infeksi luka operasi.
atau kerusakan organ abdomen.
Kelainan koagulasi
Hematometra akut: Wanita dapat mengalami anemia dan
ketidakmampuan toleransi akibat kehilangan darah. Terdapat risiko lebih tinggi terhadap komplikasi hematologi
pada pembedahan.

Infeksi sistemik atau gastroenteritris

Terdapat peningkatan risiko infeksi pasca operasi, komplikasi


dari dehidrasi dan anestesia.

Uterus yang terfiksasi akibat tindakan operasi sebelumnya


atau infeksi

294
KETERANGAN TAMBAHAN PADA VASEKTOMI
Penurunan mobilitas dari uterus, tuba falopii dan usus dapat
menyebabkan kesulitan tindakan laparoskopi atau Diabetes
minilaparatomi dan peningkatan risiko komplikasi.
Seorang dengan diabetes mengalami risiko infeksi luka
Hernia diafragmatika operasi. Jika terdapat tanda infeksi maka diperlukan
antibiotik.
Saat laparoskopi seorang wanita dapat mengalami akut
kardiorespirasi yang diakibatkan pneumoperitoneum atau Infeksi lokal
posisi Trendelenburg.
Terdapat peningkatan risiko infeksi pasca operasi.
Penyakit ginjal
Kelainan koagulasi
Pembekuan darah dapat terganggu. Terdapat peningkatan
risiko infeksi dan syok hipovolemik. Kondisi kelainan ginjal Kelainan perdarahan menyebabkan risiko peningkatan pasca
dapat menyebabkan anemia, kelainan elektrolit dan operasi seperti hematom yang dapat meningkatkan risiko
abnormalitas dari matabolisme obat dan ekskresi. infeksi.

Defisiensi nutrisi yang berat Infeksi sistemik atau gastroenteritris

Terdapat risiko peningkatan infeksi luka operasi dan Terdapat peningkatan risiko infeksi pasca operasi, komplikasi
gangguan penyembuhan luka. dehidrasi

Tubektomi bersamaan dengan seksio sesaria Varikokel yang besar

Tidak terdapat risiko komplikasi pada pasien yang stabil. Vas deferens menjadi sulit dan bahkan tidak dapat
diidentifikasi. Prosedur tata laksana varikokel dapat dilakukan
terlebih dahulu sehingga risiko komplikasi vasektomi dapat
diturunkan.

Hidrokel yang besar

Vas menjadi sulit bahkan tidak dapat diidentifikasi. Prosedur


tata laksana hidrokel dapat dilakukan terlebih dahulu
sehingga risiko komplikasi vasektomi dapat diturunkan.

Filariasis; elefantiasis

Jika elefantiasis melibatkan skrotum maka hal ini tidak


memungkinkan testis dan korda spermatika teraba.

Massa intraskrotum

Pada kasus ini tangani penyebab penyakitnya.

Hernia inguinalis

Vasektomi dapat dilakukan bersamaan dengan reparasi


hernia.

Penyakit sickle sel

Terdapat peningkatan risiko komplikasi pulmoner, kardio,


atau neurologi dan risiko infeksi luka operasi.

295
References
1. Wilcox LS, Chu SY, Eaker ED, Zeger SL, Peterson HB. Risk factors for regret after tubal sterilization: 5 years of follow-up in
a prospective study. Fertil Steril. 1991;55:927–33.
2. Trussell J, Guilbert E, Hedley A. Sterilization failure, sterilization reversal, and pregnancy after sterilization reversal in
Quebec. Obstet Gynecol. 2003;101:677–84.
3. Thranov I, Kjersgaard AG, Rasmussen OV, Hertz J. Regret among 547 Danish sterilized women. Scand J Soc Med.
1988;16:41–8.
4. Schmidt JE, Hillis SD, Marchbanks PA, Jeng G, Peterson HB. Requesting information about and obtaining reversal
after tubal sterilization: findings from the U.S. Collaborative Review of Sterilization. Fertil Steril. 2000;74:892–8.
5. Ramsay IN, Russell SA. Who requests reversal of female sterilisation? A retrospective study from a Scottish unit. Scot Med
J. 1991;36:44–6.
6. Platz-Christensen JJ, Tronstad SE, Johansson O, Carlsson SA. Evaluation of regret after tubal sterilization. Int J Gynaecol
Obstet. 1992;38:223–6.
7. Marcil-Gratton N. Sterilization regret among women in metropolitan Montreal. Fam Plann Perspect. 1988;20:222–7.
8. Loaiza E. Sterilization regret in the Dominican Republic: looking for quality-of-care issues. Stud Fam Plann.
1995;26:39–48.
9. Leader A, Galan N, George R, Taylor PJ. A comparison of definable traits in women requesting reversal of
sterilization and women satisfied with sterilization. Am J Obstet Gynecol. 1983;145:198–202.
10. Kariminia A, Saunders DM, Chamberlain M. Risk factors for strong regret and subsequent IVF request after having tubal
ligation. Aust N Z J Obstet Gynaecol. 2002;42:526– 9.
11. Jamieson DJ, Kaufman SC, Costello C, Hillis SD, Marchbanks PA, Peterson HB, et al. A comparison of women’s regret after
vasectomy versus tubal sterilization. Obstet Gynecol. 2002;99:1073–9.
12. Hillis SD, Marchbanks PA, Tylor LR, Peterson HB. Poststerilization regret: findings from the United States Collaborative
Review of Sterilization. Obstet Gynecol. 1999;93:889–95.
13. Henshaw SK, Singh S. Sterilization regret among U.S. couples. Fam Plann Perspect. 1986;18:238–40.
14. Hardy E, Bahamondes L, Osis MJ, Costa RG, Faúndes
A. Risk factors for tubal sterilization regret, detectable before surgery. Contraception. 1996;54:159–62.
15. Grubb GS, Peterson HB, Layde PM, Rubin GL. Regret after decision to have a tubal sterilization. Fertil Steril. 1985;44:248–
53.
16. Clarkson SE, Gillett WR. Psychological aspects of female sterilisation – assessment of subsequent regret. N Z Med J.
1985;98:748–50.
17. Boring CC, Rochat RW, Becerra J. Sterilization regret among Puerto Rican women. Fertil Steril. 1988;44:973– 81.
18. Allyn DP, Leton DA, Westcott NA, Hale RW. Presterilization counseling and women’s regret about having been sterilized.
J Reprod Med. 1986;31:1027–32.
19. Abraham S, Jansen R, Fraser IS, Kwok CH. The characteristics, perceptions and personalities of women seeking a
reversal of their tubal sterilization. Med J Aust. 1986;145:4–7.
20. Jamieson DJ, Hillis SD, Duerr A, Marchbanks PA, Costello C, Peterson HB. Complications of interval laparoscopic tubal
sterilization: findings from the United States Collaborative Review of Sterilization. Obstet Gynecol. 2000;96:997–1002.
21. Chi I, Mumford SD, Laufe LE. Technical failures in tubal ring sterilization: incidence, perceived reasons, outcome, and risk
factors. Am J Obstet Gynecol. 1980;138:307–12.
22. Chi I, Kennedy KI. Early readmission following elective laparoscopic sterilization: a brief analysis of a rare event. Am J
Obstet Gynecol. 1984;148:322–7.
23. White MK, Ory HW, Goldenberg LA. A case-control study of uterine perforations documented at laparoscopy. Am J Obstet
Gynecol. 1977;129:623–5.
24. Urowitz MB, Bookman AA, Koehler BE, Gordon DA, Smythe HA, Ogryzlo MA. The bimodal mortality pattern of systemic
lupus erythematosus.
Am J Med. 1976;60:221–5.
296
25. Somers E, Magder LS, Petri M. Antiphospholipid antibodies and incidence of venous thrombosis in a cohort of patients
with systemic lupus erythematosus. Journal of Rheumatology. 2002;29:2531–6.
26. Schaedel ZE, Dolan G, Powell MC. The use of the levonorgestrel-releasing intrauterine system in the management of
menorrhagia in women with hemostatic disorders. American Journal of Obstetrics & Gynecology. 2005;193:1361–3.
27. Sarabi ZS, Chang E, Bobba R, al e. Incidence rates of arterial and venous thrombosis after diagnosis of
systemic lupus erythematosus. Arthritis and Rheumatism. 2005;53:609–12.
28. Sanchez-Guerrero J, Uribe AG, Jimenez-Santana L, Mestanza-Peralta M, Lara-Reyes P,Seuc AH, et al. A trial of
contraceptive methods in women with systemic
lupus erythematosus. New England Journal of Medicine. 2005;353:2539–49
29. Petri M, Kim MY, Kalunian KC, et al. Combined oral contraceptives in women with systemic lupus
erythematosus. New England Journal of Medicine. 2005;353:2550–8.
30. Petri M. Lupus in Baltimore: evidence-based ‘clinical perarls’ from the Hopkins Lupus Cohort. Lupus.
2005;14:970–3.
31. Petri M. Musculoskeletal complications of systemic lupus erythematosus in the Hopkins Lupus Cohort: an
update. Arthritis Care and Research. 1995;8:137–45.
32. Mintz G, Gutierrez G, Delezé M, Rodríguez E. Contraception with progestogens in systemic lupus
erythematosus. Contraception. 1984;30:29–38.
33. McDonald J, Stewart J, Urowitz MB, Gladman DD. Peripheral vascular disease in patients with systemic lupus
erythematosus. Annals of Rheumatic Diseases. 1992;51:56–60.
34. McAlindon T, Giannotta L, Taub N, D’Cruz D, Hughes G. Environmental factors predicting nephristis in
systemic lupus erythematosus. Annals of Rheumatic Diseases. 1993;52:720–4.
35. Manzi S, Meilahn EN, Rairie JE, Conte CG, Medsger TA Jr, Jansen-McWilliams L, et al. Age-specific
incidence rates of myocardial infarction and angina in women with systemic lupus erythematosus: comparison
with the Framingham Study. American Journal of Epidemiology. 1997;145:408–15.
36. Jungers P, Dougados M, Pelissier C, Kuttenn F, Tron F, Lesavre P, et al. Influence of oral contraceptive
therapy on the activity of systemic lupus erythematosus. Arthritis and Rheumatism. 1982;25:618–23.
37. Julkunen HA, Kaaja R, Friman C. Contraceptive practice in women with systemic lupus erythematosus. British
Journal of Rheumatology. 1993;32:227–30.
38. Julkunen HA. Oral contraceptives in systemic lupus erythematosus: side-effects and influence on the activity
of SLE. Scandinavian Journal of Rheumatology. 1991;20:427–33.
39. Esdaile JM, Abrahamowicz M, Grodzicky T, Li Y, Panaritis C, du Berger R, et al. Traditional Framingham risk
factors fail to fully account for accelerated atherosclerosis in systemic lupus erythematosus. Arthritis and
Rheumatism. 2001;44:2331–7.
40. Chopra N, Koren S, Greer WL, et al. Factor V Leiden, prothrombin gene mutation, and thrombosis risk in
patients with antiphospholipid antibodies. Journal of Rheumatology. 2002;29:1683–8.
41. Bernatsky S, Ramsey-Goldman R, Gordon C, et al. Factors associated with abnormal Pap results in systemic
lupus erythematosus. Rheumatology (Oxford). 2004;43:1386–9
42. Bernatsky S, Clarke A, Ramsey-Goldman R, Joseph L, Boivin JF, Rajan R, et al. Hormonal exposures and
breast cancer in a sample of women with systemic lupus erythematosus. Rheumatology (Oxford).
2004;43:1178– 81.24.
43. Baggish MS, Lee WK, Miro SJ, Dacko L, Cohen G. Complications of laparoscopic sterlization. Comparison of
2 methods. Obstet Gynecol. 1979;54:54–9.
44. Chi I, Feldblum PJ, Balogh SA. Previous abdominal surgery as a risk factor in interval laparoscopic
sterilization. Am J Obstet Gynecol. 1983(841):846.
Feldblum PJ, Champion CB, Chi IC, Lamptey P. Technical failures in female sterilization using the tubal ring: a
case-control analysis. Contraception. 1986;34:505–12

297
2.7.12 Tabel Ringkasan

TABEL RINGKASAN
KPK/P/CVKK KSK PP DMPA/NET-EN LNG/ETG/ AKDR-CU AKDR-LNG
IMPLAN
KEHAMILAN NAa NAa NAa NAa NAa NAa NAa
USIA Menars Menars Menars Menars Menars Menars Menars
sampai sampai sampai sampai sampai sampai sampai
< 40=1 < 40=1 < 18=1 < 18=2 < 18=1 < 20=2 < 20=2
> 40=2 > 40=2 18-45=1 18-45=1 18-45=1 > 20=1 > 20=1
> 45=1 > 45=2 > 45=1
PARITAS
a) NuIipara 1 1 1 1 1 2 2
b) Multipara 1 1 1 1 1 1 1
MENYUSUI
a) < 6 minggu pascapersalinan 4 4 2a 3a 2a
b) > 6 minggu sampai < 6 bulan ( terutama 3 3 1 1 1
menyusui)
c) ≥ 6 bulan postpartum 2 2 1 1 1
PASCAPERSALINAN
(wanita tidak menyusui)
a) < 21 hari 1 1 1
i) tanpa faktor risiko lain tromboemboli 3a 3a
vena(TEV)
ii) dengan faktor risiko lain TEV 4a 4a
b) ≥ 21 hari sampai 42 hari 1 1 1
i) tanpa faktor risiko lain TEV 2a 2a
ii) dengan faktor risiko lain TEV 3a 3a

c) > 42 hari 1 1 1 1 1

298
TABEL RINGKASAN
KPK/P/CVKK KSK PP DMPA/NET-EN LNG/ETG / AKDR-CU AKDR-LNG
IMPLAN
PASCAPERSALINAN
(wanita menyusui atau tidak
menyusui, termasuk setelah seksio
sesaria)
a) < 48 jam termasuk insersi 1 bukan BF=1; BF=2
segera setelah plasenta lahir
b) ≥ 48 jam sampai < 4 minggu 3 3
c) ≥ 4 minggu 1 1
d) Sepsis puerperal 4 4
PASCA KEGUGURAN
a) Trimester pertama 1a 1a 1a 1a 1a 1a 1a
b) Trimester kedua 1a 1a 1a 1a 1a 2a 2a
c) Segera pascakeguguran septik 1a 1a 1a 1a 1a 4 4

RIWAYAT KEHAMILAN EKTOPIK 1 1 2 1 1 1 1


RIWAYAT PEMBEDAHAN PANGGUL 1 1 1 1 1 1 1
(lihat pasca persalinan termasuk
section saesaria)
MEROKOK
a) Usia < 35 tahun 2 2 1 1 1 1 1
b) Usia ≥ 35 tahun
i) < 15 rokok/hari 3 2 1 1 1 1 1
ii) ≥ 15 rokok/hari 4 3 1 1 1 1 1

299
TABEL RINGKASAN
KPK/P/CVKK KSK PP DMPA/NET-EN LNG/ ETG / AKDR-CU AKDR-LNG
IMPLAN
OBESITAS
a) IMT ≥ 30 kg/m2 2 2 1 1 1 1 1
b) Menarse sampai < 18 tahun dan IMT ≥ 30 2 2 1 2a 1 1 1
kg/m2

PENGUKURAN TEKANAN DARAH TIDAK NAa NAa NAa NAa NAa NAa NAa
TERSEDIA
PENYAKIT KARDIOVASKULAR
FAKTOR RISIKO MULTIPEL UNTUK PENYAKIT 3/4a 3/4a 2a 3a 2a 1 2
KARDIOVASKULAR ARTERI
(misalnya usia yang lebih tua, merokok, diabetes,
hipertensi dan dislipidemia)
HIPERTENSI
a)Riwayat hipertensi, dimana tekanan darah 3a 3a 2a 2a 2a 1 2
TIDAK DAPAT dievaluasi (termasuk hipertensi
pada kehamilan)

b) Hipertensi yang terkontrol dengan baik, 3a 3a 1a 2a 1a 1 1


dimana tekanan darah dapat dievaluasi

c)Peningkatan tekanan darah (pemeriksaan


dilakukan dengan tepat)
i) sistolik140–159 atau diastolik 90–99 3 3 1 2 1 1 1
mm Hg
ii) sistolik ≥ 160 atau diastolik 4 4 2 3 2 1 2
≥ 100 mm Hg
d) Penyakit vaskular 4 4 2 3 2 1 2

300
TABEL RINGKASAN
KPK/P/CVKK KSK PP DMPA/NET-EN LNG/ ETG / AKDR-CU AKDR-LNG
IMPLAN
RIWAYAT HIPERTENSI PADA KEHAMILAN 2 2 1 1 1 1 1
(Tekanan darah saat ini normal)
THROMBOSIS VENA DALAM (TVD)/ EMBOLI
PARU (EP)*

a) Riwayat TVD/ EP 4 4 2 2 2 1 2
b) TVD/EP akut 4 4 3 3 3 1 3
c) TVD/EP dengan terapi antikoagulan 4 4 2 2 2 1 2

d) Riwayat keluarga 2 2 1 1 1 1 1

e) Operasi mayor
i) dengan imobilisasi lama 4 4 2 2 2 1 2

ii) tanpa imobilisasi lama 2 2 1 1 1 1 1

f) Bedah minor tanpa imobilisasi 1 1 1 1 1 1 1

MUTASI TROMBOGENIK YANG DIKETAHUI 4a 4a 2a 2a 2a 1a 2a


(faktor Leiden V; mutasi protrombin; protein S,
protein C dan defisiensi antitrombin)

301
TABEL RINGKASAN
KPK/P/CV KSK PP DMPA/NET-EN LNG/ ETG AKDR-CU AKDR-LNG
KK /IMPLAN
PENYAKIT VENA
SUPERFISIAL
a) Varises 1 1 1 1 1 1 1
b) Trombosis vena 2a 2a 1 1 1 1 1
superfisial
RIWAYAT PENYAKIT I C I C I C
JANTUNG ISKEMIK
4 4 2 3 3 2 3 1 2 3
STROKE I C I C
(riwayat kejadian
kardiovaskular) 4 4 2 3 3 2 3 1 2

DISPLIDEMIA YANG TELAH 2a 2a 2a 2a 2a 1a 2a


DIKETAHUI TANPA FAKTOR
RISIKO KARDIOVASKULAR

PENYAKIT KATUP JANTUNG


a) Tanpa komplikasi
2 2 1 1 1 1 1
b) Komplikasi (hipertensi
pulmonal, risiko fibrilasi atrial,
riwayat endokarditis bakteri 4 4 1 1 1 2a 2a
subakut)

302
TABEL RINGKASAN
KPK/P/CVKK KSK PP DMPA/NET-EN LNG/ ETG AKDR-CU AKDR-LNG
/IMPLAN
PENYAKIT REMATIK

SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUS


(SLE) I C I C
a) Positif (atau tidak diketahui) 4 4 3 3 3 3 1 1 3
antibodi antifosfolipid
b) Trombositopenia berat 2 2 2 3 2 2 3 2a 2a
a
c) Pengobatan imunosupresi 2 2 2 2 2 2 2 1 2
d) Selain di atas 2 2 2 2 2 2 1 1 2

KONDISI NEUROLOGIS

NYERI KEPALA I C I C I C I C I C I C
a) Non migrain ( ringan atau berat) 1a 2a 1a 2a 1a 1a 1a 1a 1a 1a 1a 1a 1a

b) Migrain
i) tanpa aura usia < 35
tahun
2a 3a 2a 3a 1a 2a 2a 2a 2a 2a 1a 2a 2a
usia ≥ 35 tahun 3a 4a 3a 4a 1a 2a 2a 2a 2a 2a 1a 2a 2a
ii) dengan aura (usia 4a 4a 4a 4a 2a 3a 2a 3a 2a 3a 1a 2a 3a
berapapun)
EPILEPSI 1a 1a 1a 1a 1a 1a 1a
Jika sedang dalam pengobatan, lihat INTERAKSI OBAT (bagian akhir tabel)

GANGGUAN DEPRESI

GANGGUAN DEPRESI 1a 1a 1a 1a 1a 1a 1a

303
TABEL RINGKASAN
KPK/P/CVKK KSK PP DMPA/NET-EN LNG/ ETG AKDR-CU AKDR-LNG
/ IMPLAN
KELAINAN DAN INFEKSI SALURAN REPRODUKSI
POLA PERDARAHAN PERVAGINAM I C
a) Pola ireguler tanpa perdarahan hebat 1 1 2 2 2 1 1 1
b) Perdarahan berat atau memanjang (termasuk
pola reguler atau ireguler) 1a 1a 2a 2a 2a 2a 1a 2a
PERDARAHAN PERVAGINAM YANG TIDAK I C I C
DAPAT DIJELASKAN (dicurigai sebagai kondisi
serius)
a) sebelum evaluasi 2a 2a 2a 3a 3a 4a 2a 4a 2a
ENDOMETRIOSIS 1 1 1 1 1 2 1
TUMOR OVARIUM JINAK (TERMASUK KISTA) 1 1 1 1 1 1 1
DISMENOREA BERAT 1 1 1 1 1 2 1
PENYAKIT GESTATIONAL TROFOBLASTIK

a) Kadar β-hCG menurun atau tidak terdeteksi


1 1 1 1 1 3 3

b) Kadar β-hCG meningkat persisten atau penyakit


keganasan 1 1 1 1 1 4 4

EKTROPION SERVIKS 1 1 1 1 1 1 1
NEOPLASIA INTRAEPITHELIAL SERVIKS (NIS) 2 2 1 2 2 1 2

304
TABEL
RINGKASAN
KPK/P/CVKK KSK PP DMPA/NET-EN LNG/ ETG AKDR-IUD AKDR-LNG
/ IMPLAN
KANKER SERVIKS (MENUNGGU I C I C
PENGOBATAN)
2 2 1 2 2 4 2 4 2
PENYAKIT PAYUDARA
a) Massa tidak terdiagnosis 2a 2a 2a 2a 2a 1 2
b) Penyakit payudara jinak 1 1 1 1 1 1 1
c) Riwayat keluarga kanker 1 1 1 1 1 1 1
d) Kanker payudara
i) sekarang 4 4 4 4 4 1 4
ii) sebelumnya dan tidak ada 3 3 3 3 3 1 3
bukti adanya kanker selama 5
tahun terakhir
KANKER ENDOMETRIUM I C I C
1 1 1 1 1 4 2 4 2
KANKER OVARIUM I C I C
1 1 1 1 1 3 2 3 2
MIOMA UTERUS
a) Tanpa distorsi kavum uterus 1 1 1 1 1 1 1

b) Terdapat distorsi kavum uterus 1 1 1 1 1 4 4

305
TABEL RINGKASAN
KPK/P/CVKK KSK PP DMPA/NET-EN LNG/ ETG AKDR-CU AKDR-LNG
/IMPLAN
ABNORMALITAS ANATOMI
a) Mendistorsi kavum uterus 4 4
b) Tidak mendistorsi kavum 2 2
uterus
PENYAKIT RADANG PANGGUL (PRP)
a) Riwayat PRP (dianggap tanpa
risiko infeksi menular seksual)
I C I C
i) dengan kehamilan berikutnya 1 1 1 1 1 1 1 1 1
ii) tanpa kehamilan berikutnya 1 1 1 1 1 2 2 2 2
b) PRP- sekarang 1 1 1 1 1 4 2a 4 2a
INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)
I C I C
a) Servisitis purulenta sekarang 1 1 1 1 1 4 2a 4 2a
atau infeksi klamidia atau gonore

b) IMS lain (kecuali HIV dan 1 1 1 1 1 2 2 2 2


hepatitis)
c) Vaginitis (termasuk 1 1 1 1 1 2 2 2 2
Trichomonas vaginalis dan
vaginosis bakterialis)
d) Peningkatan risiko IMS 1 1 1 1 1 2/3a 2 2/3a 2

306
TABEL RINGKASAN
KPK/P/CVKK KSK PP DMPA/NET-EN LNG/ ETG / AKDR-CU AKDR-LNG
IMPLAN
HIV/AIDS I C I C

RISIKO TINGGI HIV 1 1 1 1a 1 2 2 2 2


HIV ASIMTOMATIK ATAU PENYAKIT KLINIS 1a 1a 1a 1a 1a 2 2 2 2
(WHO STADIUM 1 ATAU 2)

PENYAKIT KLINIS HIV BERAT ATAU 1a 1a 1a 1a 1a 3 2a 3 2a


LANJUT
(WHO STADIUM 3 ATAU 4)

INFEKSI LAINNYA

SCHISTOSOMIASIS
a) Tanpa komplikasi 1 1 1 1 1 1 1
b) Fibrosis hepar 1 1 1 1 1 1 1
TUBERKULOSIS I C I C
a) Non-panggul 1a 1a 1a 1a 1a 1 1 1 1
b) Panggul 1a 1a 1a 1a 1a 4 3 4 3
MALARIA 1 1 1 1 1 1 1

307
TABEL RINGKASAN
KPK/P/CVKK KSK PP DMPA/NET-EN LNG/ ETG AKDR-CU AKDR--LNG
/ IMPLAN
KONDISI ENDOKRIN

DIABETES
a) Riwayat diabetes gestasional 1 1 1 1 1 1 1
b) Penyakit non vaskular
i) tidak bergantung insulin 2 2 2 2 2 1 2
ii) bergantung insulin 2 2 2 2 2 1 2
c) Nefropati/retinopati/ neuropati a a 2 3 2 1 2
3/4 3/4
d) Penyakit vaskular lainnya atau diabetes dengan durasi a a 2 3 2 1 2
3/4 3/4
> 20 tahun
KELAINAN TIROID

a) Goiter sederhana 1 1 1 1 1 1 1
b) Hipertiroid 1 1 1 1 1 1 1
c) Hipotiroid 1 1 1 1 1 1 1

KONDISI GASTROINTESTINAL

PENYAKIT KANTUNG EMPEDU


a) Simtomatik
i) ditatalaksana dengan kolesistektomi 2 2 2 2 2 1 2
ii) sedang dalam pengobatan 3 2 2 2 2 1 2
iii) saat ini 3 2 2 2 2 1 2
b) Asimptomatik 2 2 2 2 2 1 2

308
TABEL RINGKASAN
KPK/P/CVKK KSK PP DMPA/NET-EN LNG/ ETG / AKDR-CU AKDR-LNG
IMPLAN
RIWAYAT KOLESTASIS
a) Terkait kehamilan 2 2 1 1 1 1 1
b) terkait pasca KPK 3 2 2 2 2 1 2
HEPATITIS VIRUS I C I C
a) Akut atau flare a 2 3 2 1 1 1 1 1
3/4
b) Karier 1 1 1 1 1 1 1 1 1
c) Kronik 1 1 1 1 1 1 1 1 1
SIROSIS
a) Ringan (terkompensasi) 1 1 1 1 1 1 1
b) Berat (tidak terkompensasi) 4 3 3 3 3 1 3
TUMOR HEPAR
a) Jinak
i) Hiperplasia noduler fokal 2 2 2 2 2 1 2
ii) adenoma hepatoseluler 4 3 3 3 3 1 3
b) Ganas (hepatoma) 4 3/4 3 3 3 1 3
ANEMIA
Thalasemia 1 1 1 1 1 2 1
Penyakit Sikel Sel 2 2 1 1 1 2 1
Anemia defisiensi besi 1 1 1 1 1 2 1

309
TABEL RINGKASAN
KPK/P/CVKK KSK PP DMPA/NET-EN LNG/ ETG / AKDR-IUD AKDR-LNG
IMPLAN
INTERAKSI OBAT
TERAPI ANTIRETROVIRUS (ARV)
a) Nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTIs) I C I C
Abacavir (ABC) 1 1 1 1 1 2/3a 2a 2/3a 2a
Tenofovir (TDF) 1S 1 1 1 1 2/3a 2a 2/3a 2a
Zidovudine (AZT) 1 1 1 1 1 2/3a 2a 2/3a 2a
Lamivudine (3TC) 1 1 1 1 1 2/3a 2a 2/3a 2a
Didanosine (DDI) 1 1 1 1 1 2/3a 2a 2/3a 2a
Emtricitabine (FTC) 1 1 1 1 1 2/3a 2a 2/3a 2a
Stavudine (D4T) 1 1 1 1 1 2/3a 2a 2/3a 2a
b) Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors
(NNRTIs)
Efavirenz (EFV) 2a 2a 2a DMPA=1, NET-EN=2a 2a 2/3a 2a 2/3a 2a
Etravirine (ETR) 1 1 1 1 1 2/3a 2a 2/3a 2a
Nevirapine (NVP) 2a 2a 2a DMPA=1, NET-EN=2a 2a 2/3a 2a 2/3a 2a
Rilpirivine (RPV) 1 1 1 1 1 2/3a 2a 2/3a 2a
c) Protease inhibitors (PIs)
Ritonavir-boosted atazanavir (ATV/r) 2a 2a 2a DMPA=1, NET-EN=2a 2a 2/3a 2a 2/3a 2a
Ritonavir-boosted lopinavir (LPV/r) 2a 2a 2a DMPA=1, NET-EN=2a 2a 2/3a 2a 2/3a 2a
Ritonavir-boosted darunavir (DRV/r) 2a 2a 2a DMPA=1, NET-EN=2a 2a 2/3a 2a 2/3a 2a
Ritonavir (RTV) 2a 2a 2a DMPA=1, NET-EN=2a 2a 2/3a 2a 2/3a 2a
d) Integrase inhibitors
Raltegravir (RAL) 1 1 1 1 1 2/3a 2a 2/3a 2a

310
TABEL RINGKASAN
KPK/P/CVKK KSK PP DMPA/NET-EN LNG/ ETG AKDR-IUD AKDR-LNG
/ IMPLAN
TERAPI ANTIKONVULSAN
a) Beberapa antikonvulsan 3a 2 3a DMPA=1, NET-EN=2a 2a 1 1

(phenytoin, carbamazepine, barbiturates, primidone, topiramate,


oxcarbazepine)

b) Lamotrigine 3a 3 1 1 1 1 1
TERAPI ANTIMIKROBA
a) Antibiotik spectrum luas 1 1 1 1 1 1 1
b) Antijamur 1 1 1 1 1 1
c) Antiparasit 1 1 1 1 1 1 1
d) Terapi Rifampicin atau rifabutin 3a 2a 3a DMPA=1, NET-EN=2a 2a 1 1

a
Lihat table dalam teks untuk klarifikasi terhadap klasifikasi ini

311
dengan HRA Pharma pada penemuan metode
Lampiran baru kontrasepsi darurat (EC). Glasier
merupakan investigator utama dari suatu
penelitian randomized controlled trial yang besar
Tambahan 1: Deklarasi Keminatan yang mempengaruhi penggunaan UPA sebagai
EC di pasar. Glasier tidak diberikan dana sebagai
Dari 58 ahli yang tergabung, 14 mengemukakan pribadi; klinik tempat dia bekerja dan
ketertarikannya terhadap kontrasepsi. Sekretariat mengerjakan penelitian menerima dana ini. Sejak
WHO dan Grup Pengembangan Panduan mereview publikasinya di tahun 2010, Glasier terus aktif dan
seluruh deklarasi dan menenmukan bahwa dua dibayar secara rutin untuk konsultasi kepada
partisipan (Anna Glasier dan Regine Sitrukware) HRA Pharma dalam usahanya untuk
mempunyai konflik kepentingan yang mempengaruhi mendapatkan pengakuan terhadap penggunaan
dalam pembuatan rekomendasi yang berhubungan UPA dan dalam relasi antara keefektifian EC
dengan ulipristal asetat (AG) dan ring vagina pelepas berdasarkan berat badan dari pengguna. Dia juga
progesterone (RSW). dibayar sebagai salah satu anggota Dewan
Pertimbangan Perusahaan dan berpartisipasi
Eliana Amaral menerima US$ 100.000 dari WHO sebagai narasumber atau orang penting dalam
untuk memulai penelitian penggunaan pil kontrasepsi konferensi Internasional mewakili perusahaan
darurat yang mengandung levonogestrel digunakan (maksimal dua kali dalam setahun). Glasier
setelah coitus. memberikan saran ahli pada penggunaan UPA
dan mewakili HRA Pharma pada pertemuan ini.
Jean-Jacques Amy menerima €2.500 pada tahun Dalam hubungannya dengan perusahaan yang
2013 dari Merck Sharpe & Dohme (MSD) untuk memproduksi EC, termasuk UPA, Glasier tidak
mempresentasikan tulisan di symposium ilmiah dan ambil peran dalam diskusi EC dan berat badan
menerima tambahan dana €5.000 dari Himpunan pada pertemuan Maret 2014 dan tidak melibatkan
Kontrasepsi dan Kesehatan Reproduksi Eropa diri di ruang pertemuan pada saat diskusi
(European Society of Contraception and memasukkan UPA kedalam rekomendasi medis
Reproductive Health) untuk menjadi ketua editor pemakaian kontrasepsi (Buku Kriteria Kelayakan
untuk jurnal himpunan. Medis) dan panduan rekomendasi klinis
pemilihan penggunaan kontrasespi (SPR).
Sharon Cameron bekerja pada unit penelitian yang Glasier mempunyai studi independen dari Pfizer
menerima dana dari Pfizer Ltd (United Kingdom) Ltd (United Kingdom) untuk meneliti keberhasilan
untuk menilai keberhasilan penggunaan kontrasepsi dari farmasi memberikan kontrasepsi suntik
suntik secara mandiri dan memulai penelitian yang subkutan. Selain itu, Glasier mempunyai
hasilnya akan diberikan kepada Pengurus Regulasi penelitian independen lainnya diberikan oleh HRA
Obat dan Produk Kesehatan (Medicines and Pharma untuk mendanai penelitian selama tiga
Healthcare Products Regulatory Authority, MHRA, tahun untuk meneliti tentang kontrasepsi.
United Kingdom) untuk mendapatkan izin
penggunaan kontrasepsi suntik secara mandiri. HRA Andy Gray bekerja di CAPRISA, unit yang
Pharma (Perancis) memberikan dan untuk tim peneliti menerima pendanaan untuk pengobatan
Cameron untuk mengadakan penelitian tentang antiretroviral dari Pusat Management Produk
keefektivan dari ulipristal asetat (UPA). Cameron Penelitian Klinis NIH (termasuk produk dari
merupakan konsultan pada Dewan Pendapat Eropa Abbott, Boehringer Ingelheim, Bristol Myers
dari Exelgyn. Squibb, Gilead, GlaxSmithKline, MSD dan
Roche) dalam penggunaannya di percobaan
Alison Edelman merupakan co-investigator dari tim klinis yang diselenggarakan melalui Grup
peneliti yang dibiayai dari Institut Nasional Kesehatan Percobaan Klinis AIDS dan jaringan percobaan
Amerika Serikat (NIH), the Bill & Melinda Gates kilinis internasional maternal, pediatric, remaja
Foundation dan Himpunan Perencanaan Keluarga AIDS.
(USA). Tim peneliti Edelman bekerja dengan
menerima dana dari MSD dan Bayer Healthcare Phillip Hannaford bekerja di departemen
dalam penelitian untuk melihat kegunaan, keefektivan pendidikan dan sempat menerima dana dari
dan keamaanan dari pil kontrasepsi, kontrasepsi produsen kontrasepsi oral sebagai narasumber
transdermal dan AKDR hormonal. yang berkaitan dengan kontrasepsi, khususnya
kontrasepsi oral.
Anna Glasier merupakan konsultan ahli di HRA
Pharma (Perancis). Suaminya juga sesekali Fransesca Martinez menerima honor €600 dari
memberikan masukan kepada HRA Pharma (sekali Jansen (2013), Teva (2012), bayer (2012) dan
dalam dua tahun), sebagai salah satu anggota dewan S.M.B. (2012) sebagai narasumber mengenai
pertimbangan penelitian dan tidak sering kontrasepsi pada pertemuan ilmiah dimana
berpartisipasi sebagai pembicara atau orang penting perusahaannya terlibat.
yang mewakili perusahaan pada konferensi Olav Meirik menerima US$ 5.000 dari WHO pada
Internasional. Secara spesifik, Glasier bekerja tahun 2013 untuk melakukan survey yang menilai
312
pola penggunaan kontrasepsi pil kombinasi yang Rekomendasi PRAC dan Opini CHMP dapat
mengandung progesterone “generasi ketiga dan diakses oleh umum pada website EMA dan
keempat” dan bekerja sebagai asosiasi peneliti senior menyebabkan perubahan informasi pada produk
dengan Insituto Chileno de Medicina Reprodutiva KHK yang dimasukkan dalam referensi artikel 31
(ICMER). ini.

Chelsea Polis berkolaborasi pada percobaan yang


menyelidiki penggunaan kontrasepsi suntik subkutan;
pengumpulan data ini diakhiri pada tahun 2013.
Pfizer, Inc. mendonasikan unit suntiknya, yang belum
dijual di pasar, sebagai bantuan untuk memulai
penelitiannya, namun tidak mendapatkan pendanaan.

Regina Sitruk-Ware menerima €1.500 dua kali dalam


kurun waktu empat tahun dari Bayer untuk menjadi
narasumber dalam target masa depan penggunaan
kontrasepsi non-hormonal didalam saluran reproduksi
wanita dan €4.500 tahun 2014 oleh MSD untuk
memberikan saran kepada perusahaan pada
pembuatan progestin, nomegestrol asetat. Dari hasil
yang didapatkan dari penelitiannya dalam pembuatan
ring vagina pelepas hormon progesterone, Dr Sitruk-
Ware tidak berpartisipasi dalam kebijakan yang
memutuskan penggunaan metode ini dalam panduan
ataupun pembuatan rekomendasi penggunaan
metode kontrasepsi ini.

Lisa Soule bekerja di Administrasi Makanan dan Obat


United States (FDA), yang merupakan badan
kebijakan penggunaan kontrasepsi hormonal di USA.
Pada pertemuan, beliau mewakili FDA, yang
mengutamakan kesehatan masyarakat dan bukan
kepentingan komersial.

Carolyn Westhoff menerima pendanaan dari Agile


Therapeutics sebagai Dewan Pemberi Saran
(maksimal US$2.500 per seperempat tahun). Beliau
menerima dana sebagai anggota dari Dewan
Keamanan Data dan Monitoring di MSD dan Bayer
Healthcare untuk memonitor penelitian keamanan
kontrasepsi yang diselenggarakan perusahaan ini
(sekitar US$ 3.500 per tahun dan €2.700 per tahun,
berurutan). Unit peneliti Westhoff menerima dana
untuk memulai penelitian tentang AKDR (Bayer
Healthcare and Medicine 360), penelitian tentang
kegunaan dari metode kontrasepsi suntik yang
disuntikkan sendiri (Pfizer, Inc) dan penelitian tentang
keamanan dan efektivitas dari pil kontrasepsi oral
(MSD).

Julie Williams diperkerjakan oleh Agen Regulasi


Produk Obat dan Kesehatan Inggris (MHRA). Beliau
merupakaan penanggung jawab utama pada Agensi
Pengobatan Eropa (EMA) Artikel 31 tentang
kontrasepsi hormonal kombinasi (KHK), yang
mempertimbangkan risiko tromboemboli vena pada
berbagai produk dan bagaiman hal ini mempengaruhi
keuntungan dan kerugian dari tiap produk ini.
Penilaian dipertimbangkan oleh Komite Penilaian
Risiko Akibat Pemakaian Obat (PRAC) dan hasil
penilaian ini digunakan dalam rekomendasi PRAC
dan Opini Komite Penggunaan Produk Obat untuk
penggunaan ke manusia (CHMP). Keduanya,
313
intrauterine device increase the risk of pelvic
inflammatory disease among women with
Tambahan 2: Tinjauan Sistematik sexually transmitted infection? A systematic
review. Contraception 2006 Feb;73(2):145-
Review sistematik berikut merupakan penelitian 53.
epidemiologic, klinis dan bukti farmakologis yang 12. Carr Shannon L, Gaffield Mary E, Dragoman
dilakukan sebagai bagian dari pembuatan Kriteria Monica
V, Phillips Sharon J., Safety of the
Klinis Penggunaan Kontrasepsi, edisi kelima. Review the progesterone- releasing vaginal ring
yang dipublikasikan kedalam jurnal dapat diakses (CVP) among lactating women: a systematic
secara bebas; tambahan akan ditambahkan secara review, Contraception (2015), doi: 10.1016/j.
berkala seiring review yang dipublikasi. Akses untuk contraception.2015.04.001
review yang belum dipublikasi dapat diminta melalui 13. Polis Chelsea B, Phillips Sharon J, Curtis
alamat berikut: hrx-info@who.int Kathryn M, Westreich Daniel J, Steyn Petrus
1. Combined hormonal contraceptive and age S, Raymond Elizabeth, Hannaford Philip,
(bone health). Curtis Kathryn M, Jatlaoui Tara C. Turner Abigail Norris, Hormonal
Working document for WHO Technical contraceptive methods and risk of HIV
Consultation, unpublished. acquisition in women: a systematic review of
2. Tepper Naomi K, Phillips Sharon J, Kapp epidemiological evidence, Contraception
Nathalie, Gaffield Mary E, Curtis Kathryn M., (2014), doi: 10.10.1016/j.
Combined hormonal contraceptive use among contraception.2014.07.009
breastfeeding women: an updated systematic 14. 14. Phillips Sharon J, Curtis Kathryn M, Polis
review, Contraception (2015) Chelsea B.
Effect of hormonal
doi:10.1016/j.contraception.2015.05.006 contraceptive methods on HIV disease
3. Jackson Emily, Curtis Kathryn M, Gaffield Mary progression: a systematic review. AIDS
E., Risk of Venous Thromboembolism during the 2013, 27:787-794.
Pascakeguguran Period: A Systematic Review, 15. Polis Chelsea B, Phillips Sharon J, Curtis
Obstet Gynecol (2011), doi: 10.1097/ Kathryn M. Hormonal contraceptive use and
AOG.0b013e31820ce2db female-to-male HIV transmission: a
4. Tepper Naomi K, Marchbanks Polly A, Curtis systematic review of the epidemiologic
Kathryn
M., Superficial venous disease and evidence. AIDS 2013, 27:493-505.
combined hormonal contraceptives: a systematic 16. Nanda Kavita, Hormonal contraceptive use
review, Contraception (2015), in women treated with antiretroviral drugs
doi:10.10.1016/j.contraception.2015.03.010 (unpublished, update underway).
5. Dragoman Monica V, Curtis Kathryn M, Gaffield
Mary E., Combined hormonal contraceptive use
among women with known dyslipidaemias: a
systematic review of critical safety outcomes,
Contraception (submitted).
6. Phillips Sharon J, Tepper Naomi K, Kapp
Nathalie,
Nanda Kavita, Temmerman Marleen,
Curtis Kathryn M, Progestogen-only
contraceptive use among breastfeeding women:
A systematic review, Contraception (submitted).

7. Dragoman Monica V, Gaffield Mary E, Safety of


depot medroxyprogestogen acetate delivered
subcutaneously (DMPA – SC): A systematic
review, Contraception (submitted).
8. Phillips Sharon J, Steyn Petrus S, Zhang Wen,
Curtis Kathryn M. The safety of Sino-implant (II)
for women with medical conditions or other
characteristics: A systematic review
(unpublished, plan for submission).
9. Jatlaoui Tara C, Riley Halley, Curtis Kathryn M.,
Safety data for levonorgestrel, ulipristal acetate
and Yuzpe regimens for emergency
contraception (unpublished, plan for
submission).
10. Jatlaoui Tara C, Curtis Kathryn M, Safety and
Effectiveness Data for Emergency Contraceptive
Pills among Women with Obesity (unpublished).
11. Mollhajee Anshu P, Curtis Kathryn M, Peterson
Herbert B, Does insertion and use of an
314
ISBN 9786024164782

Anda mungkin juga menyukai