KANKER PAYUDARA
KEMENTERIAN
KESEHATAN
i
DAFTAR KONTRIBUTOR
iii
Bayu Brahma, dr.SpB(K)Onk
I. Wayan Sudarsa, dr. SpB(K)Onk
Emir T. Pasaribu, dr, SpB(K)Onk
R. Maman Abdurahman, dr. SpB(K)Onk
Desak GA. Suprabawati,dr. SpB(K)Onk
Drajat Suardi Dr.SpB (K)Onk
Fransisca Badudu Dr., Sp B(K)Onk
Made Putra Sedana Dr.SpPD (K)HOM
Mohammad Bahtiar Budianto Dr, Sp B(K)Onk
Suyatno Fariz Dr, SpB(K)Onk
Kunta Setiaji Dr, SpB(K)Onk
Daan Khambri, Dr, SpB (K)Onk
Daniel Sampepayung, Prof, Dr,Sp B(K)Onk
Kamal Basri Siregar Dr.Sp B(K)Onk
Fiastuti Witjaksono, Dr. dr., MSc, MS, SpGK(K)
Nurul Ratna Mutu Manikam, dr, MGizi, SpGK
Lily Indriani Octovia, MT, dr., MGizi, SpGK
Maya Surjajadja, dr., MGizi, SpGK
Siti Annisa Nuhonni, dr, Sp.KFR(K)
Indriani, dr, Sp.KFR(K)
Kumara Bakti Hera Pratiwi, dr, Sp.KFR(K)
iv
KATA PENGANTAR PENYANGKALAN
viii
DAFTAR ISI Tatalaksana Menurut Stadium 27
Dukungan Nutrisi 29
PENGERTIAN DAN EPIDEMIOLOGI 1 Rehabilitasi Medik 36
FAKTOR RISIKO DAN PENCEGAHAN 1 FOLLOW UP 41
DIAGNOSIS 4 PROGNOSIS 43
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik 4 ALGORITMA TATALAKSANA KANKER PAYUDARA 44
Pemeriksaan Laboratorium 7 Stadium I, IIA, IIB, IIIA 44
Pemeriksaan Pencitraan 7 Stadium IIIB, IIIC 45
Pemeriksaan Patologi Anatomi 8 Radioterapi Kanker Payudara 46
STADIUM 11
TATALAKSANA 13
Pembedahan 14
Terapi Sistemik 18
Terapi Hormonal 19
Terapi Target 20
Radioterapi 20
ix
PENGERTIAN DAN EPIDEMIOLOGI riwayat keluarga dan genetik (Pembawa mutasi gen BRCA1,
BRCA2, ATM atau TP53 (p53)), riwayat penyakit payudara
Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan sebelumnya (DCIS pada payudara yang sama, LCIS, densitas
payudara yang dapat berasal dari epitel duktus maupun tinggi pada mamografi), riwayat menstruasi dini (< 12 tahun) atau
lobulusnya.Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker menarche lambat (>55 tahun), riwayat reproduksi (tidak memiliki
terbanyak di Indonesia. Berdasarkan Pathological Based anak dan tidak menyusui), hormonal, obesitas, konsumsi alkohol,
Registration di Indonesia, KPD menempati urutan pertama riwayat radiasi dinding dada, faktor lingkungan.
dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%. (Data Kanker di
Indonesia Tahun 2010, menurut data Histopatologik ; Badan Prevensi Dan Deteksi Dini
Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Pencegahan (primer) adalah usaha agar tidak terkena kanker
Indonesia (IAPI) dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI)). payudara . Pencegahan pri mer berupa mengurangi atau
Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia adalah meniadakan faktor-faktor risiko yang diduga sangat erat
12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika adalah sekitar kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara.
92/100.000 wanita dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu Pencegahan primer atau supaya tidak terjadinya kanker secara
27/100.000 atau 18 % dari kematian yang dijumpai pada wanita. sederhana adalah mengetahui faktor -faktor risiko kanker
Penyakit ini juga dapat diderita pada laki - laki dengan frekuensi payudara, seperti yang telah disebutkan di atas, dan berusaha
sekitar 1 %.Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada menghindarinya.
pada stadium yang lanjut, dimana upaya pengobatan sulit Prevensi primer agar tidak terjadi kanker payudara saat ini
dilakukan. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang upaya memang masih sulit; yang bisa dilakukan adalah dengan
pencegahan, diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun paliatif meniadakan atau memperhatikan beberapa faktor risiko yang
serta upaya rehabilitasi yang baik, agar pelayanan pada penderita erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara
dapat dilakukan secara optimal. seperti berikut : (level -3 )
FAKTOR RISIKO DAN PENCEGAHAN Pencegahan sekunder adalah melakukan skrining kanker
payudara.Skrining kanker payudara adalah pemeriksaan atau
Faktor Risiko usaha untuk menemukan abnormalitas yang mengarah pada
Faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker kanker payudara pada seseorang atau kelompok orang yang
payudara antara lain jenis kelamin wanita, usia > 50 tahun, tidak me mp u n y a i k e l u h a n . T u ju a n d a r i
1
s k r i n i n g a d al a h u n t u k menurunkan angka morbiditas
Pencegahan primer pada kanker payudara masih sulit
akibat kanker payudara dan angka kematian.Pencegahan
sekunder merupakan primadona dalam penanganan kanker diwujudkan oleh karena beberapa faktor risiko mempunyai
secara keseluruhan. OR/HR yang tidak terlalu tinggi dan masih bertentangan
Skrining untuk kanker payudara adalah mendapatkan orang atau hasilnya
kelompok orang yang terdeteksi mempunyai
kelainan/abnormalitas yang mungkin kanker payudara dan Skrining kanker payudara berupa:
selanjutnya memerlukan diagnosa konfirmasi. Skrining ditujukan
untuk mendapatkan kanker payudara dini sehingga hasil 1. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
pengobatan menjadi efektif; dengan d e mi k i a n a k a n me n u r 2. Pemeriksaan payudara klinis (SADANIS)
u n k a n k e mu n g k i n a n ke k a mb u h a n , menurunkan 3. Pemeriksaan payudara klinis oleh petugas yang terlatih
mortalitas dan memperbaiki kualitas hidup(level -3). 4. Mammografi skrining (lihat halaman 7)*
5. Prevensi dan skrining bertujuan menemukan
Beberapa tindakan untuk skrining adalah : kemungkinan adanya kanker payudara dalam stadium
1. Periksa Payudara Sendiri (SADARI) dini dan diharapkan akan menurunkan mortalitas.
2. Periksa Payudara Klinis (SADANIS) (Rekomendasi C)
3. Mammografi skrining
DIAGNOSIS
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Keluhan Utama
1. Benjolan di payudara
2. Kecepatan tumbuh dengan/tanpa rasa sakit
3. Nipple discharge, retraksi puting susu, dan krusta
4. Kelainan kulit, dimpling, peau d’orange, ulserasi,
2
venektasi
5. Benjolan ketiak dan edema lengan
Keluhan Tambahan
1. Nyeri tulang (vertebra, femur)
2. Sesak dan lain sebagainya
3
Status lokalis :
- Payudara kanan atau kiri atau bilateral
- Massa tumor :
o Lokasi
o Ukuran
o Konsistensi
o Bentuk dan batas tumor
o Terfiksasi atau tidak ke kulit, m.pectoral atau
dinding dada
o Perubahan kulit
Kemerahan, dimpling, edema/nodul satelit
Peau de orange, ulserasi
o Perubahan puting susu/nipple
Tertarik
Erosi
Krusta
Discharge
- Status kelenjar getah bening
o Kgb aksila: Jumlah, ukuran, konsistensi,
Gambar.2. Teknik Melakukan Palpasi Parenkim Payudara untuk
terfiksir terhadap sesama atau jaringan sekitar
Identifikasi Tumor Primer dan Palpasi Aksila, Infraklavikula, dan o Kgb infraklavikula: idem
Supraklavikula untuk Identifikasi Pembesaran Getah Bening o Kgb supraklavikula: idem
Regional. - Pemeriksaan pada daerah metastasis
o Lokasi : tulang, hati, paru, otak
Kemudian dilakukan pencatatan hasil pemeriksaan fisik berupa : o Bentuk
o Keluhan
Status generalis (Karnofsky Performance Score)
4
Pemeriksaan Laboratorium 1. Densitas yang meninggi pada tumor
2. Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya
Dianjurkan:
proses infiltrasi ke jaringan sekitarnya atau batas yang
Pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan kimia darah
tidak jelas (komet sign).
sesuai dengan perkiraan metastasis
3. Gambaran translusen disekitar tumor
Tumor marker : apabila hasil tinggi, perlu diulang untuk 4. Gambaran stelata.
follow up
5. Adanya mikrokalsifikasi sesuai kriteria Egan
Pemeriksaan Pencitraan 6. Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis.
Tanda sekunder :
Mamografi Payudara
1. Retraksi kulit atau penebalan kuli
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan
2. Bertambahnya vaskularisasi
payudara yang dikompresi.Mamogram adalah gambar hasil
3. Perubahan posisi putting
mamografi.Untuk memperoleh interpretasi hasil pencitraan yang
4. Kelenjar getah bening aksila (+)
baik, dibutuhkan dua posisi mamogram dengan proyeksi berbeda
5. Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak
45 derajat (kraniokaudal dan mediolateralobligue). Mamografi
teratur
dapat bertujuan skrining kanker payudara, diagnosis kanker
6. Kepadatan jaringan sub areolar yang berbentuk utas.
payudara, dan follow up / kontrol dalam pengobatan. Mammografi
dikerjakan pada wanita usia diatas 35 tahun, namun karena
USG Payudara
payudara orang Indonesia lebih padat maka hasil terbaik
Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa
mamografi sebaiknya dikerjakan pada usia >40 tahun.
kistik.
Pemeriksaan Mamografi sebaiknya dikerjakan pada hari ke 7-10
Gambaran USG pada benjolan yang harus dicurigai ganas di
dihitung dari hari pertama masa menstruasi; pada masa ini akan
antaranya:
mengurangi rasa tidak nyaman pada wanita pada waktu di
Permukaan tidak rata
kompresi dan akan memberi hasil yang optimal. Untuk
Taller than wider
standarisasi penilaian dan pelaporan hasil mamografidigunakan
BIRADS yang dikembangkan oleh American College of Radiology. Tepi hiperekoik
Tanda primer berupa: Echo interna heterogen
Vaskularisasi meningkat, tidak beraturan dan masuk ke
dalam tumor membentuk sudut 90 derajat.
5
Penggunaan USG untuk tambahan mamografi meningkatkan dilakukan diseksi kelenjar aksila.Teknologi ideal adalah
akurasinya sampai 7,4 %. Namun USG tidak dianjurkan untuk menggunakan teknik kombinasi blue dye dan radiocolloid.
digunakan sebagai modalitas skrining oleh karena didasarkan Perbandingan rerata identifikasi kelenjar sentinel antara blue dye
penelitian ternyata USG gagal menunjukan efikasinya. dan teknik kombinasi adalah 83% vs 92%. Namun biopsi kelenjar
sentinel dapat dimodifikasi menggunakan teknik blue dye saja
MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT-SCAN
dengan isosulfan blue ataupun methylene blue. Methylene blue
Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada sebagai teknik tunggal dapat mengindentifikasi 90% kelenjar
mamografi, namun secara umum tidak digunakan sebagai sentinel. Studi awal yang dilakukan RS Dharmais memperoleh
pemeriksaan skrining karena biaya mahal dan memerlukan waktu identifikasi sebesar 95%. Jika pada akhir studi ini diperoleh angka
pemeriksaan yang lama. Akan tetapi MRI dapat dipertimbangkan identifikasi sekitar 90% maka methylene blue sebagai teknik
pada wanita muda dengan payudara yang padat atau pada tunggal untuk identifikasi kelenjar sentinel dapat menjadi alternatif
payudara dengan implant, dipertimbangkan pasien dengan risiko untuk rumah sakit di Indonesia yang tidak memiliki fasilitas
tinggi untuk menderita kanker payudara. (level 3) radiocoloid. ( level 3 )
Diagnosa Sentinel Node
Pemeriksaan Patologi Anatomi
Biopsi kelenjar sentinel ( Sentinel lymph node biopsy ) adalah
mengangkat kelenjar getah bening aksila sentinel sewaktu Pemeriksaan patologi pada kanker payudara meliputi
operasi. ( Kelenjar getah bening sentinel adalah kelenjar getah pemeriksaan sitologi, morfologi (histopatologi), pemeriksaan
bening yang pertama kali menerima aliran limfatik dari tumor, immunohistokimia, in situ hibridisasi dan gene array (hanya
menandakan mulainya terjadi penyebaran dari tumor primer). dilakukan pada penelitian dan kasus khusus).
Biopsi kelenjar getah bening sentinel dilakukan menggunakan
blue dye, radiocolloid, maupun kombinasi keduanya. Bahan Cara Pengambilan Jaringan:
radioaktif dan atau blue dye disuntikkan disekitar tumor; Bahan
Biopsi Jarum Halus, Biopsi Apus dan Analisa Cairan
tersebut mengalir mengikuti aliran getah bening menuju ke
kelenjar getah bening ( senitinel ). Ahli bedah akan mengangkat Biopsi jarum halus, biopsi apus dan analisa cairan akan
kelenjar getah bening tersebut dan memintah ahli patologi untuk menghasilkan penilaian sitologi. Biopsi jarum halus atau yang
melakukan pemeriksaan histopatologi. Bila tidak ditemukan sel lebih dikenal dengan FNAB dapat dikerjakan secara rawat jalan
kanker pada kelenjar getah bening tersebut maka tidak perlu ( ambulatory). Pemeriksaan sitologi merupakan bagian dari triple
6
diagnostic untuk tumor payudara yang teraba atau pada tumor Pemeriksaan Immunohistokimia
yang tidak teraba dengan bantuan penuntun pencitraan. Yang
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan
bisa diperoleh dari pemeriksaan sitologi adalah bantuan
menggunakan antibodi sebagai probe untuk mendeteksi antigen
penentuan jinak/ganas; dan mungkin dapat juga sebagai bahan
dalam potongan jaringan (tissue sections) ataupun bentuk
pemeriksaan ER dan PgR, tetapi tidak untuk pemeriksaan
preparasi sel lainnya. IHK merupakan standar dalam menentukan
HER2Neu.
subtipe kanker payudara.Pemeriksaan IHK pada karsinoma
payudara berperan dalam membantu menentukan prediksi
respons terapi sistemik dan prognosis.
Tru-cut Biopsi atau Core Biopsy
Pemeriksaan imunohistokimia yang standar dikerjakan untuk
Tru-cut biopsi dan core biopsyakan menghasilkan penilaian kanker payudara adalah:
histopatologi. Tru-cut biopsi atau core biopsy dikerjakan dengan 1. Reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen (ER) dan
memakai alat khusus dan jarum khusus no G12-16. Secara reseptor progesteron (PR)
prinsip spesimen dari core biopsysama sahihnya dengan 2. HER2
pemeriksaan biopsi insisi. 3. Ki-67
Pemeriksaan ER dan PR dilakukan pada material dari blok
parafin (spesimen core biopsy dan eksisi), dan dapat juga dari
Biopsi Terbuka dan Spesimen Operasi hapusan sitologi atau cell block. Pemeriksaan harus dilakukan
Biopsi terbuka dan spesimen operasi akan menghasilkan pada spesimen yang difiksasi dengan Neutral Buffer Formalin
penilaian histopatologi. Biopsi terbuka dengan menggunakan (NBF) 10%.Hasil dinyatakan positif apabila > 1% inti sel terwarnai
irisan pisau bedah dan mengambil sebagian atau seluruh tumor, (baik dengan intensitas lemah, sedang, ataupun kuat).
baik dengan bius lokal atau bius umum. Pemeriksaan status HER2 (c-erbB-2, HER2/neu) saat ini telah
Pemeriksaan histopatologi merupakan baku emas untuk direkomendasikan untuk karsinoma payudara invasif (DCIS tidak
penentuan jinak/ ganas suatu jaringan; dan bisa dilanjutkan untuk dievaluasi untuk HER2). Pemeriksaan HER2 harus dilakukan
pemeriksaan imunohistokimia. pada blok paraffin dari jaringan yang difiksasi dengan NBF 10%
dan tidak dapat dilakukan dari hapusan sitologi. Hasil dinyatakan
HER2 positif pada HER2 +3, sedangkanHER2 +2 memerlukan
pemeriksaan lanjutan berupa hibridisasi in situ.
7
Saat ini kanker payudara sudah tidak bisa dipandang sebagai
gambaran morfologi patologi anatomi saja. Subtipe kanker
payudara seharusnya dibagi menurut gambaran profil genetik,
tetapi dalam praktik sehari-hari dipakai pendekatan pemeriksaan
imunohistokimia seperti pada tabel di bawah ini:
8
REKOMENDASI : Tis (DCIS) = ductal carcinoma in situ
Tis (LCIS) = lobular carcinoma in situ
1. Diagnosa pada kanker meliputi : diagnosa utama- Tis (Paget’s) = Paget’s disease pada puting payudara tanpa
diagnosa sekunder-diagnosa komplikasi dan diagnosa tumor
patologi.( Rekomendasi C ) T1 Tumor 2 cm atau kurang pada dimensi terbesar
T1mic Mikroinvasi 0.1 cm atau kurang pada dimensi
2. Diagnosa utama diawali dengan diagnosa klinis dan
terbesar
diteruskan dengan diagnosa pencitraan.( Rekomendasi T1 a Tumor lebih dari 0.1 cm tetapi tidak lebih dari 0.5
C) cm pada dimensi terbesar
T1b Tumor lebih dari 0.5 cm tetapi tidak lebih dari 1
3. Mamografi bertujuan untuk skrining, diagnosa komfirmatif
cm pada dimensi terbesar
dan diagnosa pada waktu kontrol. ( Rekomendasi C ) T1c Tumor lebih dari 1 cm tetapi tidak lebih dari 2 cm
4. Diagnosa sentinel node hanya dikerjakan pada fasilitas pada dimensi terbesar
kesehatan yang mempunyai sarana dan ahlinya. T2 Tumor lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm
padadimensi terbesar
T3 Tumor berukuran lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar
9
N3 Metastatis pada KGB infraklavikula ipsilateral dengan
Kelenjar Getah Bening (KGB) regional (N) atau tanpa keterlibatan KGB aksila, atau pada KGB
Nx KGB regional tak dapat dinilai (mis.: sudah diangkat) mamaria interna yang terdekteksi secara klinis* dan jika
N0 Tak ada metastasis KGB regional terdapat metastasis KGB aksila secara klinis; atau
N1 Metastasis pada KGB aksila ipsilateral level I dan II yang metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral dengan
masih dapat digerakkan atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamaria interna
pN1mi Mikrometastasis >0,2 mm < 2 mm N3a Metastasis pada KGB infraklavikula ipsilateral
pN1a 1-3 KGB aksila pN3a > 10 KGB aksila atau infraklavikula
pN1b KGB mamaria interna dengan metastasis mikro N3b Metastasis pada KGB mamaria interna ipsilateral
melalui sentinel node biopsy tetapi tidak terlihat dan KGB aksila
secara klinis pN3b KGB mamaria interna, terlihat secara klinis,
dengan KGB aksila atau >3 KGB aksila dan
pN1c T1-3 KGB aksila dan KGB mamaria interna mamaria interna dengan metastasis mikro
denganmetastasis mikro melalui sentinel node melalui sentinel node biopsy namun tidak terlihat
biopsy tetapi tidakterlihat secara klinis secara klinis
N2 Metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir atau N3c Metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral
matted, atau KGB mamaria interna yang terdekteksi pN3c KGB supraklavikula
secara klinis* jika tidak terdapat metastasis KGB aksila *Terdeteksi secara klinis maksudnya terdeteksi pada
secara klinis. pemeriksaan imaging (tidak termasuk lymphoscintigraphy)
N2a Metastatis pada KGB aksila ipsilateral yang atau pada pemeriksaan fisis atau terlihat jelas pada
terfiksir satu sama lain (matted) atau terfiksir pemeriksaan patologis
pada struktur lain
pN2a 4-9 KGB aksila Metastasis Jauh (M)
N2b Metastasis hanya pada KGB mamaria interna Mx Metastasis jauh tak dapat dinilai
yang terdekteksi secara klinis* dan jika tidak M0 Tak ada metastasis jauh
terdapat metastasis KGB aksila secara klinis. M1 Terdapat Metastasis jauh
pN2b KGB mamaria interna, terlihat secara klinis tanpa Pengelompokan Stadium
KGB aksila Stadium T N M
10
Stadium 0 Tis N0 M0 1. Penetapan stadium harus dikerjakan sebelum
Stadium IA T1 N0 M0 dilakukan pengobatan.
Stadium IB T0 N1mic M0 2. Penetapan stadium berdasarkan AJCC dan UICC.
T1 N1mic M0 3. Penetapan stadium berguna untuk
Stadium IIA T0 N1 M0 a. Penetapan diagnosa
T1 N1 M0 b. Penetapan strategi terapi
T2 N0 M0 c. Prakiraan prognosa
Stadium IIB T2 N1 M0 d. Penetapan tindak lanjut setelah terapi ( follow
T3 N0 M0 up )
Stadium IIIA T0 N2 M0 e. Pengumpulan data epidemiologis dalam
T1 N2 M0 registrasi kanker (standarisasi)
T2 N2 M0 f. Penilaian beban dan mutu layanan
T3 N1-N2 M0 suatu institusi kesehatan
Stadium IIIB T4 N1-N2 M0
(Rekomendasi C)
Stadium IIIC Semua T N3 M0
Stadium IV Semua T Semua N M1
TATALAKSANA
11
beberapa efek yang tak diinginkan (adverse effect), sehingga puting-areola, disertai diseksi kelenjar getah bening
sebelum memberikan terapi haruslah dipertimbangkan untung aksilaris level I sampai II secara en bloc. Indikasi:
ruginya dan harus dikomunikasikan dengan pasien dan keluarga. Kanker payudara stadium I, II, IIIA dan IIIB. Bila
Selain itu juga harus dipertimbangkan mengenai faktor usia, co- diperlukan pada stadium IIIb, dapat dilakukan
morbid, evidence-based, cost effective, dan kapan menghentikan setelah terapi neoajuvan untuk pengecilan tumor.
seri pengobatan sistemik termasuk end of life isssues. Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical
Mastectomy)
Pembedahan
Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk payudara, kompleks puting-areola, otot pektoralis
pengobatan kanker payudara. mayor dan minor, serta kelenjar getah bening
Terapi pembedahan dikenal sebagai berikut : aksilaris level I, II, III secara en bloc. Jenis tindakan
Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, ini merupakan tindakan operasi yang pertama kali
breast conserving surgery, diseksi aksila dan terapi dikenal oleh Halsted untuk kanker payudara, namun
terhadap rekurensi lokal/regional. dengan makin meningkatnya pengetahuan biologis
Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal : dan makin kecilnya tumor yang ditemukan maka
ovariektomi, adrenalektomi, dsb. makin berkembang operasi operasi yang lebih
Terapi terhadap tumor residif dan metastase. minimal
Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas Indikasi:
terapi lokal/regional, dapat dilakukan pada saat - Kanker payudara stadium IIIb yang masih
bersamaan (immediate) atau setelah beberapa waktu operable
(delay). - Tumor dengan infiltrasi ke muskulus
pectoralis major
Jenis pembedahan pada kanker payudara: Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Mastektomi Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada
Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM) institusi yang mampu ataupun ahli bedah yang
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor kompeten dalam hal rekonstruksi payudara tanpa
payudara dan seluruh payudara termasuk kompleks meninggalkan prinsip bedah onkologi. Rekonstruksi
dapat dilakukan dengan menggunakan jaringan
12