Anda di halaman 1dari 6

Stress Inkontinensia Urin

I. Definisi :

Stress inkontinensia urin adalah keluarnya urin yang tidak dapat dikendalikan saat
terdapat kondisi tekanan intra-abdomen yang meningkat tanpa adanya kontraksi otot detrusor.
Kondisi yang dimaksud misalnya saat batuk, bersin, tertawa, atau olahraga.

Stress inkontinensia urin adalah tipe inkontinensia urin yang paling umum ditemui. Saat
tekanan intra-abdomen meningkat, maka akan meningkatkan pula tekanan intravesika. Saat
tekanan intravesika meningkat melebihi kemampuan maksimum mekanisme tahanan penutupan
uretra maka urin akan keluar tanpa bisa ditahan.

II. Patogenesis :

Stress inkontinensia urin terjadi melalui 2 mekanisme yaitu saat hipermobilisasi uretra akibat
kerusakan jaringan penyokongnya (faktor ekstrinsik) atau defisiensi sfingter uretra intrinsik
(faktor intrinsik).

1. Hipermobilisasi uretra (90-95%)


Penyokong uretra terdiri dari ligament pubouretralis, dinding vagina anterior, otot
levator ani, arkus tendineus fascia pelvis. Struktur ini membentuk mekanisme sfingter
ekstrinsik.

Gambar 1. Struktur penyokong uretra (1)


Gambar 2. Struktur penyokong uretra (2)

(Sumber : L. Seshadri. Disorder of Pelvic Floor and Urogynecology . In : 1 st ed. New


York: Wolters Kluwer Inc: 2005, pp.336)

Serat medial puborektalis, disebut pubouretralis, membentuk seperti ketapel


mengelilingi uretra. Otot levator ani berasal dari fasia arkus tendeneus pelvis. Dinding
vagina anterior dan ligament pubouretralis juga berperan penting dalam menyokong
uretra.

Ketika tekanan intraabdomen meningkat, otot levator ani dan jaringan ikat vagina
kontraksi dan menyebabkan tekanan ke arah bawah. Tekanan akan disebarluaskan ke
seluruh organ intra-abdomen dan vesika urinaria dengan tekanan sama besar (disebut :
tekanan transmisi). Tekanan pada VU sama dengan tekanan pada uretra. Saat struktur
penyokong uretra atau diafgrama pelvis lemah, tekanan kearah bawah tidak dapat
ditahan, posisi uretra akan terdorong kebawah, dan terdapat “funneling uretra”.
Kemampuan penutupan uretra melawan tekanan yang meningkat menghilang dan terjadi
pengeluaran urin.
Gambar 3. Hipermobilisasi uretra.

(Sumber : L. Seshadri. Disorder of Pelvic Floor and Urogynecology . In : 1 st ed. New


York: Wolters Kluwer Inc: 2005, pp.337)

Penyebab hipermobilisasi uretra :

- Persalinan
- Usia
- Menopause
- Tekanan intra-abdomen kronik ( batuk kronis, konstipasi, obesitas)
- Denervasi pelvik

2. Defisiensi sfingter intrinsik (5-10%)


Integritas uretra dipertahankan oleh sfingter intrinsik yang terdiri dari mukosa
lumen uretra (terdiri dari epitel yang tebal), sub mukosa uretra (terdiri dari pleksus
vaskuler), dan lapisan otot yang terdiri dari otot polos dan otot lurik (rhabdosfingter),
jaringan elastin. Mekanisme sfingter intrinsik inilah yang menyebabkan lumen uretra
selalu tertutup pada keadaan normal. Keadaan ini disebut “resting urethral closure
pressure”. Ketika terdapat kerusakan pada uretra akibat tindakan bedah sebelumnya atau
trauma pada persalinan, menyebabkan kerusakan saraf dan pembentukan jaringan parut,
mengakibatkan uretra menjadi kaku. Mekanisme pertahanan penutupan uretra menjadi
tidak efektif saat terdapat peningkatan tekanan intra-abdomen sehingga urin keluar.

Penyebab defisiensi sfingter intrinsik :


- Operasi berulang sebelumnya (skene, divertikel, polip)
- Trauma
- Radiasi
- Neurogenic disorder termasuk DM
- Atropic changes lack of estogen, sehingga mukosa tidak tumbuh

III. Faktor Resiko

- ISD
- Hipermobilitas uretra
- Bayi besar
- Estrogen
- Kelainan bawaan (kelainan kolagen)
- Kondisi yang meningkatkan tekanan intraabdomen (batu, bersin, dll)

IV. Manajemen

1. Konservatif
Indikasi :
- Inkontinensia urin yang ringan
- Menunda operasi
- Kombinasi dengan instabilitas detrusor
- Kontraindikasi operasi

 Modifikasi gaya hidup


o Penurunan berat badan
 Kegel exercise
Tujuan : melatih otot levator ani, bukan semua otot dasar panggul. Dilakukan
minimal 3 bulan.
 Vaginal cone
Terbuat dari kayu dengan beban yang bervariasi, selama 3 bulan
 Perineometri
Dengan menggunakan rangsangan listrik agar otot hipertrofi
 Medikamentosa :
o Estrogen
o Alfa adrenergic agents

2. Operatif

 Kolporafi anterior :
o Kelly plication  parauretra dijahit (dilipatkan)
o Kelly Kennedy  Kelly plication+ kolporafi anterior
 Suburethral bulging agent

Sumber : http://urogynsavannah.com/womens-health/stress-incontinence/

 Retropubic suspension :
o MMK (Marshall Marchetti Krantz)  jaringan parauretra dijahitkan
pada perios pubis
o Burch colposuspension  jaringan parauretra dijahit ke ligamentum
cooper atau lig. iliopektin (ligamentum yang berjalan dari simfisis
pubis ke spina ischiadika)
 Sling Procedure menggantung uretra ke arah anterior suprasimfisis pubis.

Sumber : http://urogynsavannah.com/womens-health/stress-incontinence/

Anda mungkin juga menyukai