PENDAHULUAN
1
BAB II
A. Definisi
Menurut ICS : adalah keluarnya urin yang tidak dapat
dikontrol/dikendalikan, ketika tekanan intravesica melebihi tekanan
maksimum penutupan urethra, tanpa adanya aktivitas detrusor. 1-5
B. Prevalensi 6-8
40-60% dari seluruh inkontinensia urin
Bila inkontinensia stres muncul pada kehamilan, hilang setelah
partus,kemungkinan muncul inkontinensia stres pada 5 tahun ke
depan 18%
Bila inkontinensia stres muncul pada kehamilan, hilang setelah
masa nifas,kemungkinan muncul inkontinensia stres pada 5
tahun ke depan 42%
Bila inkontinensia stres muncul pada kehamilan, menetap
sampai 3 bulan post partum, kemungkinan muncul inkontinensia
stres pada 5 tahun ke depan 92%
2
a. Resting urethral closure pressure
- Sfingter urethra interna (kelanjutan otot detrussor vesica urinaria,
otot sirkuler)
- Sfingter urethra eksterna (rhabdosfingter)
b. Pressure transmission (intraabdominal pressure to proximal urethra)
Komponen mekanisme sfingter urethra:
b. Submukosa urethra:
3
urethra polos
trigonum Litoudi)
simpatis)
d. Tunica serosa/adventitia:
pervaginam
4
50-60% menggantung urethra dan vagina
pubourethralis
- 80-100% bebas
5
Bila urethra turun posisinya dikarenakan diafragma pelvis yang
lemah/lembek (biasanya akibat partus) tekanan transmisi vesica urinaria
menjadi besar
C. Faktor Resiko 2
ISD: radiasi, tumor, trauma, vulvektomi
Hipermobilitas urethra & bladder neck: faktor-faktor yang
menyebabkan disfungsi dasar panggul
hamil, partus, paritas (hamil 30% akan inkontinensia
stres)
Umur
Ras
Obesitas
Bayi besar
Estrogen perimenopause
Kelainan bawaan kolagen elongatio/prolaps pada
gadis
Keadaan yg menaikkan tekanan intraabdomen
(batuk, angkat berat dll)
D. Diagnosis 1, 2, 9
1. Anamnesis
Mengeluh keluar urin saat aktivitas fisik/peningkatan tekanan
intraabdomen
6
a. Gejala urologi
b. Riwayat penyakit, seperti diabetes, batuk kronis, asma dll
c. Riwayat ginekologis, seperti paritas, riwayat operasi ginekologis dll
d. Gejala neurologis
e. Riwayat obat-obatan yang diminum
a. Tes batuk positif bila keluar urin saat pasien diminta batuk
b. Boney test jari telunjuk dan jari tengah pemeriksa diletakkan
periurethra melalui dinding vagina anterior. Boney test positif bila
tanpa penekanan keluar urin pada peningkatan tekanan
intraabdomen, tetapi bila jari ditekan ke arah urethra tidak keluar
urin pada peningkatan tekanan intraabdomen.
c. Q-tip test/spoon test dengan cotton bud yang dimasukkan ke
lumen urethra, pasien diminta batuk, dinilai perubahan sudut yang
terjadi. Normal bila sudut 20-30derajat, meskipun hasil ini tidak
valid oleh karena banyak penyimpangan. Abnormal (hipermobilitas)
bila sudut >30derajat.
d. Pesarium test tanpa pesarium maka urin akan keluar saat
peningkatan tekanan intraabdomen. Dengan pesarium, maka urin
tidak keluar lagi saat peningkatan tekanan intraabdomen.
e. Pad test (tes pembalut)
- ukur berat pad sebelum mulai tes, pasien diminta berkemih
7
- 60menit cuci tangan, pad ditimbang lagi
albus)
8
-ragu-ragu diagnosis
-direncanakan operasi
-evaluasi setelah operasi
-keluhan dan gejala tidak membaik dengan pemberian
obat
E. Penatalaksanaan 1,2,9,14,15
2. Konservatif
Indikasi: - inkontinensia stres ringan
- menunda operasi
Macamnya:
a. Kegel exercise minimal 3 bulan
Tujuan: melatih otot levator ani (sehingga sudut vagina menjadi
45 derajat di distal dan 120 derajat di proksimal), bukan semua
otot dasar panggul
Keberhasilan kegel exercise tergantung:
Pasien tahu otot mana yang dikontraksikan
Tahu bagaimana cara mengkontraksikannya
Menyediakan waktu khusus untuk melakukannya
b. Vaginal cone
- diameter 20-24mm terbuat dari kayu
- diberi tali dengan beban 10-60gram
- tiap minggu diameter diturunkan, beban dinaikkan
- lamanya 3 bulan
c. Positive feedback/perineometri
d. Faradism/electro stimulation
9
e. Interferensial therapy
g. Obat-obatan:
estrogen
i. Tampon vagina
j. Kateter sementara
k. Hodge pessary
l. Diafragma kontrasepsi
sedang 40-80%
3. Operatif
a. Kolporafi anterior:
-Kelly plication paraurethra dijahit
-Kelly Kennedy Kelly plication+kolporafi anterior
-koloid
-silikon
c. Retropubic suspension:
10
- MMK (Marshall Marchetti Krantz) buka cavum
Retzii, pisahkan vesica urinaria dari simfisis pubis
secara tumpul sampai mendapatkan urethra. Jaringan
paraurethra dijahitkan ke perios pubis (tulang) dengan
prolene. Keberhasilan 70-80%.
- Burch colposuspension jaringan
paravaginal/paraurethra dijahit ke ligamen Cooper
(80% berhasil baik). Lig Cooper merupakan penebalan
perios yang berjalan antara pubis dan spina ischiadika.
d. Sling procedure
- fasia lata
- prolene
e. Artificial sphincter
f. Transvaginal needle bladder neck suspension
Pemilihan cara operasi tergantung:
-keinginan pasien
-kompetensi operator
BAB III
11
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
12
1. Wall LL. Urinary stress incontinence. In: Rock JA, Thompson JD. Te Linde
operative gynecology. 8th ed. Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers,
1997: 1087-134
2. Junizaf. Stres inkontinensia. Dalam: Junizaf, Josoprawiro MJ, Santoso BI.
Buku ajar uroginekologi. Jakarta: Subbagian uroginekologi-rekonstruksi
FK-UI, 2002: 90-95
3. Bradley CS, Whitmore KE. Non surgical treatment for female urinary
incontinence. In: Ransom SB, Dombrowski MP. Contemporary Therapy in
obstetrics and gynecology. Toronto: WB Saunders, 2002: 428-434
4. Berek JS, Hillard PJA, Adashi EY. Novak,s Gynecology. 13 th ed.
Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers, 2002: 654-81
5. Wiknjosastro H. Beberapa aspek urologi pada wanita. Dalam:
Wiknjosastroh, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu kandungan. Ed. 3.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1997: 448-67
6. Manca A, Sculpher MJ, Ward K. Acost-utility analysis of tension-free
vaginal tape versus colposuspension for prymary urodynamic stress
incontinence. BJOG, 2003;110:255-62
7. Meyer S, Hohlfield P, Achtari C, Degrandi P. Pelvic floor education after
vaginal delivery. AmJOG, 2001;97:673-7
8. Kelleher CJ, Candozo LD, Salvatore S. A new questionarre to asses the
quality of life of urinary incontinence woman. BJOG 1997;104:1374-9
9. Green TH. Urinary stress incontinence: Pathofisiology, diagnosis and
classification. In: Buchsbaum HJ, Schmidt JD. Gynecology and obstetric
urology. Toronto: WB Saunders, 1978: 162-188
10. Balgobin B. Urinary stress incontinence. In: Friedman EA, Borten M,
Chapin DS. In: Gynecologycal decision making. 2nd ed. Philadelphia: BC
Decker Inc, 1988: 88-9
11. Kessel KV, Reed S, Newton K. The second of labor and structure. AmJOG
2001;184:1571-5
12. Griffith DJ, Harvey MA. A new external urethral in female urinary
incontence. AmJOG 1998;286-90
13. Hill S. Genuine stress incontinence. In: Cardozo L. Urogynecology. 1 st ed.
New York: Churchill Livingstone, 1997; 229-78
14. Youngblood JP. Paravaginal defect repair for stress urinary incontinence:
the A Cullen Richardson procedure. In: Sanz LE. Gynecologic surgery. 2 nd
ed. Massachusetts: Blackwell science, 1995: 141-6
15. Druker BH. Anterior colphorraphy. In: Buchsbaum HJ, Schmidt JD.
Gynecology and obstetric urology. Toronto: WB Saunders, 1978: 188-99
13
14