Anda di halaman 1dari 22

Yayu Puji Astuti (1102010295)

1 | I n f e k s i S a l u r a n K e m i h ( I S K )

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Vesica Urinaria dan Uretra
Makroskopis
VU

Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan tempat untuk menampung urine
yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh
melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama
dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi, bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah,
limfatik dan saraf.
Syntopi vesica urinaria
Vertex Lig. umbilical medial
Infero-lateral Os. Pubis, M.obturator internus, M.levator ani
Superior Kolon sigmoid, ileum (laki-laki), fundus-korpus uteri, excav. vesicouterina (perempuan)
Infero-posterior Laki-laki: gl.vesiculosa, ampula vas deferens,rektum
Perempuan: korpus-cervis uteri, vagina
Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas tiga bagian yaitu apex,
fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan (superior dan inferolateral dextra dan sinistra)
serta empat tepi (anterior, posterior, dan lateral dextra dan sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri dari otot
m.detrusor (otot spiral, longitudinal, sirkular). Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan
collum vesicae. Trigonum vesicae merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari orifisium
kedua ureter dan collum vesicae, bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak memiliki rugae walaupun dalam
keadaan kosong.
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada perempuan, a.vesicalis inferior
digantikan oleh a.vaginalis.
Yayu Puji Astuti (1102010295)

2 | I n f e k s i S a l u r a n K e m i h ( I S K )

Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis. Persarafan
simpatis melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus imus, dan n.splanchnicus lumbalis L1-L2. Adapun
persarafan parasimpatis melalui n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai sensorik dan motorik.
Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju lingkungan luar. Terdapat
beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga
berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita
panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos
terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat
volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan
bersifat volunter).
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars membranosa dan pars spongiosa.
Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek superior kelenjar
prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae internal yang berlanjut dengan
kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.
Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar prostat. Bagian ini
dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.
Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit. Bagian ini
menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos
dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter (somatis).
Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari pars
membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus spongiosum di
bagian luarnya.

Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding uretra pada pria. Setelah
melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada orifisiumnya di antara klitoris dan vagina
Yayu Puji Astuti (1102010295)

3 | I n f e k s i S a l u r a n K e m i h ( I S K )

(vagina opening). Terdapat m. spchinter urethrae yang bersifat volunter di bawah kendali somatis,
namun tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki fungsi reproduktif.

Mikroskopis
VU
Disusun oleh 3 lapisan ,yaitu: Lapisan mukosa,lapisan muskular dan Lapisan adventisia/serosa.
Lapisan sel yang menyusun epitel yang terenggang dapat ditemukan sel payung dengan dindiing
apikalnya berwarna asidofil.
Dibawah epitel terdapat lamina propia.
Tunika muskularis : tersusun oleh lapisan-lapisan otot polos yang berjalan ke berbagai arah.
Tunika adventasia : berupa jaringan ikat,sebagia vesika urinaria ditutupi oleh loritoneum(serosa).
Uretra
Anatomi Mikroskopis Urethra Pada Laki-Laki

Pars Prostatica :
Paling dekat ke vesica urinaria
Ductus ejaculatorius bermuara dekat verumontanum,tonjolan ke dalam lumen.
Dilapisi epitel transitional
Pars Membranosa :
Dilapisi epitel bertingkat torak
Dibungkus oleh sphinter urethra externa(voluntary)
Pars bulbosa/Spongiosa :
Terletak dalam corpus spongiosum penis
Dilapisi epitel bertingkat torak di beberapa tempat terdapat epitel berlapis gepeng

Yayu Puji Astuti (1102010295)

4 | I n f e k s i S a l u r a n K e m i h ( I S K )

Pars Pendulosa :
Ujung distal lumen urethra melebar : fossa navicularis
Kelenjar littre,kelenjar mukosa yang terdapat di sepanjang urethra,terutama pars pendulosa
Anatomi Mikroskopis Urethra Pada Perempuan:
Dilapisi epitel berlapis gepeng ,di beberapa tempat terdapat epitel bertingkat torak.
Dipertengahan urethra terdapat sphinter externa (muskular bercorak).
2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Berkemih
Mekanisme proses Miksi ( Mikturisi ) Miksi ( proses berkemih ) ialah proses di mana kandung kencing akan
mengosongkan dirinya waktu sudah penuh dgn urine. Mikturisi ialah proses pengeluaran urine sebagai gerak
refleks yang dapat dikendalikan (dirangsang/dihambat) oleh sistim persarafan dimana gerakannya dilakukan
oleh kontraksi otot perut yg menambah tekanan intra abdominalis, dan organ organ lain yang menekan
kandung kencing sehigga membantu mengosongkan urine ( Virgiawan, 2008 ).
Reflex mikturisi adalah reflex medulla spinalis yang bersifat otonom, yg dikendalikan oleh suatu pusat di otak
dan korteks cerebri. Reflex mikturisi merupakan penyebab dasar berkemih, tetapi biasanya pusat yang lebih
tinggi yang akan melakukan kendali akhir untuk proses mikturisi sebagai berikut :
1. Pusat yang lebih tinggi menjaga agar reflex mikturisi tetap terhambat sebagian, kecuali bila mikturisi
diinginkan
2. Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah mikturisi, bahkan jika terjadi reflex mikturisi, dengan cara
sfingter kandung kemih eksterna terus-menerus melakukan kontraksi tonik hingga saat yang tepat
datang dengan sendirinya
3. Jika waktu berkemih tiba, pusat kortikal dapat memfasilitasi pusat mikturisi sacral untuk membantu
memulai reflex mikturisi dan pada saat yang sama menghambat sfingter eksterna sehingga
pengeluaran urin dapat terjadi.
MEKANISME BERKEMIH
Dalam keadaan normal kandung kemih dan uretra berhubungan secara simultan dalam penyimpanan dan
pengeluaran urin.Selam penyimpanan, leher kandung kemih dan uretra proksimal menutup, dan tekanan intra
uretra berkisar antara 20-50 cmH2O.Sementara itu otot detrusor berelaksasisehingga tekanan kandung kemih
tetap rendah.
Mekanisme berkemih terdiri dari 2 fase, yaitu fase pengisian dan fase pengosongan kandung kemih
1. Fase pengisian (filling phase)
Untuk mempertahankan kontinensia urin, tekanan intra uretra selamanya harus melebihi tekanan intra vesikal
kecuali pada saat miksi.Selama masa pengisian, ternyata hanya terjadi sedikit peningkatan tekanan intra
vesika, hal ini disebabkan oleh kelenturan dinding vesikal dan mekanisme neural yang diaktifkan pada saat
pengisian vesika urinaria.Mekanisme neural ini termasuk refelk simpatis spinal yang mengatifkan reseptor
pada vesika urinaria dan menghambat aktifitas parasimpatis. Selama masa pengisian vesika urinaria tidak ada
aktivitas kontraktil involunter pada detrusor.
Tekanan normal intra vesika maksimal adalah 50 cm H2O sedangkan tekanan intrauretra dalam keadaan
istirahat antar 50-100 cm H2O.
Selama pengisian vesika urinaria,tekanan uretra perlahan meningkat. Peningkatan pada saat pengisian vesika
urinaria cenderung kerah peningkatan aktifitas otot lurik spinchter.Refelek simpatis juga meningkatkan
Yayu Puji Astuti (1102010295)

5 | I n f e k s i S a l u r a n K e m i h ( I S K )

stimulasi reseptor a pada otot polos uretra dan meningkatkan kontraksi uretra pada saat pengisian vesika
urinaria.

2. Fase miksi (Voiding phase)
Selama fase miksi terjadi penurunan tekanan uretra yang mendahului kontraksi otot detrusor. Terjadi
peningkatan intravesika selama peningkatan sensasi distensi untuk miksi.Pusat miksi terletak pada batang
otak.Reflek simpatis dihambat, aktifitas efferent somatic pada oto lurik spinchter dihambat dan aktifitas
parasimpatis pada otot detrusor ditingkatkan.Semua ini menghasilkan kontraksi yang terkoordinasi dari otot
detrusor bersamaan dengan penurunan resistensi yang melibatkan otot lurik dan polos uretra.Terjadi
penurunan leher vesika urinaria dan terjadi aliran urin. Ketika miksi secara volunter, dasar panggul
berkontraksi untuk meninggikan leher vesika urinaria kearah simfisis pubis,leher vesika tertutup dan tekanan
detrusor menurun.

Pengeluaran urin secara volunter biasanya dimulai dengan cara sebagai berikut : Mula-mula, orang tersebut
secara volunter mengkontraksikan otot perutnya, yang akan meningkatkan tekanan di dalam kandung kemih
dan memunkinkan urin tambahan memasuki leher kandung kemih dan uretra posterior dalam keadaan di
bawah tekanan, sehingga meregangkan dindingnya. Hal ini memicu reseptor regang, yang mencetuskan reflex
mikturisi dan secara bersamaan menghambat sfingter uretra eksterna. Biasanya, seluruh urin akan
dikeluarkan, dan menyisakan tidak lebih dari 5-10 milimeter urin di dalam kandung kemih.

Atau dapat dijelaskan melalui skema berikut :

Pertambahan vol urine tek intra vesicalis keregangan dinding vesicalis (m.detrusor) sinyal-sinyal
miksi ke pusat saraf lebih tinggi (pusat kencing) untuk diteruskan kembali ke saraf saraf spinal timbul
refleks spinal melalui n. Pelvicus timbul perasaan tegang pada vesica urinaria shg akibatnya menimbulkan
permulaan perasaan ingin berkemih ( Virgiawan, 2008 ).

3. Memahami dan menjelaskan Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Definisi

Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal, ureter, buli-buli, ataupun uretra. Infeksi
saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin
(Sukandar, E., 2004).

Bakteriuria bermakna (significant bacteriuria): bakteriuria bermakna menunjukkan pertumbuhan
mikroorganisme murni lebih dari 105 colony forming unit (cfu/ml) pada biakan urin. Bakteriuria bermakna
mungkin tanpa disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria asimtomatik (convert bacteriuria).
Sebaliknya bakteriuria bermakna disertai persentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria bermakna
asimtomatik. Pada beberapa keadaan pasien dengan persentasi klinis tanpa bekteriuria bermakna. Piuria
bermakna (significant pyuria), bila ditemukan netrofil >10 per lapangan pandang. (Sukandar, E., 2004)

Etiologi
Meskipun begitu,faktor-faktor yang berpengaruh pada ISK akut yang terjadi pada wanita tidak dapat
ditemukan. Mikroorganisme yang paling sering ditemukan adalah jenis bakteri aerob. Selain bakteri aerob,
ISK dapat disebabkan oleh virus dan jamur.Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya gangguan
keseimbangan antar mikroorganisme penyebab infeksi sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai
Yayu Puji Astuti (1102010295)

6 | I n f e k s i S a l u r a n K e m i h ( I S K )

host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh karena pertahanan tubuh dari host yang menurun atau
karena virulensi agent meningkat.
Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain adalah :
1. pertahanan lokal dari host
2. peranan dari sistem kekebalan tubuh yang terdiri atas kekebalan humoral maupun imunitas seluler.
Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya gangguan keseimbangan antara mikroorganisme penyebab
infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai host. Gangguan keseimbangan ini
disebabkan oleh pertahanan tubuh dari host yang menurun atau karena virulensi agent yang meningkat.
1. Faktor host
Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain :
a. Pertahanan lokal dari host;
b. Peranan sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari imunitas selular dan humoral.
Tabel 1. Pertahanan lokal terhadap infeksi.
No Pertahanan lokal tubuh terhadap infeksi
1. Mekanisme pengosongan urin yang teratur dari buli-buli dan gerakan peristaltik ureter (wash
out mechanism)
2. Derajat keasaman (pH) urin
3. Osmolaritas urin yang cukup tinggi
4. Panjang uretra pada pria
Pertahanan lokal sistem saluran kemih yang paling baik adalah mekanisme wash out urin, yaitu aliran
urin yang mampu membersihkan kuman-kuman yang ada di dalam urin. Gangguan dari sistem ini akan
mengakibatkan kuman mudah sekali untuk bereplikasi dan menempel pada urotelium. Mekanisme
wash out dapat berjalan dengan baik dengan aliran urin yang adekuat adalah jika:
a. Jumlah urin cukup;
b. Tidak ada hambatan didalam saluran kemih.
Oleh karena itu, kebiasaan jarang minum dan gagal ginjal menghasilkan urin yang tidak adekuat,
sehingga memudahkan terjadinya infeksi saluran kemih.
Keadaan lain yang dapat mempengaruhi aliran urin dan menghalangi mekanisme wash out adalah
adanya:
Stagnansi atau stasis urin (miksi yang tidak teratur atau sering menahan kencing, obstruksi
saluran kemih, adanya kantong-kantong pada saluran kemih yang tidak dapat mengalir dengan
baik misalnya pada divertikula, dan adanya dilatasi atau refluks sistem urinaria.
Yayu Puji Astuti (1102010295)

7 | I n f e k s i S a l u r a n K e m i h ( I S K )

Didapatkannya benda asing di dalam saluran kemih yang dipakai sebagai tempat
persembunyian kuman.
2. Faktor agent (mikroorganisme)
Bakteri dilengkapi dengan pili atau fimbriae yang terdapat di permukaannya. Pili berfungsi untuk
menempel pada urotelium melalui reseptor yang ada dipermukaan urotelium. Ditinjau dari jenis pilinya
terdapat 2 jenis bakteri yang mempunyai virulensi berbeda, yaitu :
a. Tipe pili 1, banyak menimbulkan infeksi pada sistitis.
b. Tipe pili P, yang sering menimbulkan infeksi berat pielonefritis akut.
Selain itu beberapa bakteri mempunyai sifat dapat membentuk antigen, menghasilkan toksin (hemolisin),
dan menghasilkan enzim urease yang dapat merubah suasana urin menjadi basa.


Gambar 2. Faktor predisposisi terjadinya ISK
Bermacam-macam mikroorganisme dapat menyebabkan ISK. Penyebab terbanyak adalah Gram-negatif
termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus yang kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram-
negatif Escherichia coli menduduki tempat teratas.

Sedangkan jenis gram-positif lebih jarang sebagai
penyebab ISK sedangkan enterococcus dan staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan
batu saluran kemih
Yayu Puji Astuti (1102010295)

8 | I n f e k s i S a l u r a n K e m i h ( I S K )


Gambar 3. Beberapa jenis mikroorganisme penyebab ISK
Kuman Escherichia coli yang menyebabkan ISK mudah berkembang biak di dalam urine, disisi lain urine
bersifat bakterisidal terhadap hampir sebagian besar kuman dan spesies Escherichia coli. Sebenarnya
pertahanan sistem saluran kemih yang paling baik adalah mekanisme wash-out urine, yaitu aliran urine
yang mampu membersihkan kuman-kuman yang ada di dalam urine bila jumlah cukup. Oleh karena itu
kebiasaan jarang minum menghasilkan urine yang tidak adekuat sehingga memudahkan untuk terjadinya
infeksi saluran kemih. ISK juga banyak terjadi melalui kateterisasi yang terjadi di rumah sakit. Berikut data
dari infeksi nosokomial terbanyak yang terjadi di rumah sakit
Klasifikasi
Infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu:
a. Infeksi saluran kemih atas
1. Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
2. Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau
infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih serta refluks vesikoureter dengan atau tanpa
bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis
kronik yang spesifik.
b. Infeksi saluran kemih bawah
1. Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna.
2. Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril).



Yayu Puji Astuti (1102010295)

9 | I n f e k s i S a l u r a n K e m i h ( I S K )

Patofisiologi
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang mengatur keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit
dalam tubuh, dan sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dengan mengeksresikan air yang
dikeluarkan dalam bentuk urine apabila berlebih.Diteruskan dengan ureter yang menyalurkan urine ke
kandung kemih. Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urine bebas dari mikroorganisme atau
steril.
Masuknya mikroorganisme kedalam saluran kemih dapat melalui :
Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat (ascending)
Hematogen
Limfogen
Eksogen sebagai akibat pemakaian berupa kateter
Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending, tetapi dari kedua cara ini ascendinglah
yang paling sering terjadi.Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora
normal usus. Dan hidup secara komensal di dalam introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan di
sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra prostate vas deferens testis
(pada pria) buli-buli ureter, dan sampai ke ginjal (Gambar 1)

Gambar 1. Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih, (1) Kolonisasi kuman di sekitar
uretra, (2) masuknya kuman melalui uretra ke buli-buli, (3) penempelan kuman pada dinding buli-buli, (4)
masuknya kuman melalui ureter ke ginjal
Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui 4 tahapan, yaitu:
a. Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina;
b. masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli;
c. multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih;
d. naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada anak usia infant, anak dengan daya tahan tubuh yang rendah
karena menderita sesuatu penyakit kronis, atau pada anak yang mendapatkan pengobatan imunosupresif.
Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya fokus infeksi di tempat lain, misalnya infeksi S.
aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit, endotel,
atau tempat lain. M. Tuberculosis, Salmonella sp., pseudomonas sp., Candida albicans, dan Proteus sp
termasuk jenis bakteri/ jamur yang dapat menyebar secara hematogen. Walaupun jarang terjadi,
penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan infeksi ginjal yang berat, misal infeksi Staphylococcus
dapat menimbulkan abses pada ginjal .
Yayu Puji Astuti (1102010295)

10 | I n f e k s i S a l u r a n K e m i h ( I S K )

Patogenesis

Pathogenesis bakteriuria asimtomatik dengan presentasi klinis ISK tergantung dari patogenitas dan status
pasien sendiri (host).

Yayu Puji Astuti (1102010295)

11 | I n f e k s i S a l u r a n K e m i h ( I S K )

berhubungan degan pathogenicity island (PAIS) dan hanya 5% terikat pada gen
plasmio. (Sukandar, E., 2004)

Virulensi bakteri ditandai dengan kemampuan untuk mengalami perubahan
bergantung pada dari respon faktor luar. Konsep variasi fase MO ini menunjukan
ini menunjukkan peranan beberapa penentu virulensi bervariasi di antara
individu dan lokasi saluran kemih. Oleh karena itu, ketahanan hidup bakteri
berbeda dalam kandung kemih dan ginjal. (Sukandar, E., 2004)

Manifestasi Klinik
1. Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :
o Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
o Spasme pada area kandung kemih dan suprapubis
o Hematuria
o Nyeri punggung dapat terjadi
2. Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :
o Demam
o Menggigil
o Nyeri panggul dan pinggang
o Nyeri ketika berkemih
o Malaise
o Pusing
o Mual dan muntah
Berdasarkan bagian saluran kemih yang terinfeksi, tanda dan gejala sebagai berikut:
Sistitis : piuria urgensi, frekuensi miksi meningkat perubahan warna dan bau urine, nyeri suprapublik,
demam biasanya tidak ada.
Uretritis : mungkin mirip dengan sistitis kecuali adanya discharge urethra
Prostatitis: serupa dengan sistitis kecuali gejala obstruksi orifisium uretra (cont: hesitansi, aliran
lemah).
Pielonefritis : demam, menggigil, nyeri punggung atau bokong, mual, muntah, diare.
Abses ginjal (intrarenal atau perinefrik); serupa dengan pielonefritis kecuali demam menetap
meskipun diobati dengan antibiotik.
Diagnosis
Anamnesis
ISK bawah frekuensi, disuria terminal, polakisuria, nyeri suprapubik. ISK atas: nyeri pinggang, demam,
menggigil, mual dan muntah, hematuria. Pemeriksaan fisik: febris, nyeri tekan suprapubik, nyeri ketok sudut
kostovertebra. Laboratorium: lekositosis, lekosituria, kultur urin (+): bakteriuria > 10
5
/ml urin.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang menegakkan diagnosis infeksi saluran
kemih, antara lain :

Yayu Puji Astuti (1102010295)

12 | I n f e k s i S a l u r a n K e m i h ( I S K )

a. Urinalisis
Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin melalui urin porsi tengah, pungsi
suprapubik, dan kateter uretra. Secara umum, untuk anak laki-laki dan perempuan yang sudah bisa
berkemih sendiri, maka cara pengumpulan spesimen yang dapat dipilih adalah dengan cara urin porsi
tengah.Urin yang dipergunakan adalah urin porsi tengah (midstream). Untuk bayi dan anak kecil,
spesimen didapat dengan memasang kantong steril pada genitalia eksterna. Cara terbaik dalam
pengumpulan spesimen adalah dengan cara pungsi suprapubik, walaupun tingkat kesulitannya paling
tinggi dibanding cara yang lain karena harus dibantu dengan alat USG untuk memvisualisasikan adanya
urine dalam vesica urinaria.
Pada urinalisis, yang dinilai adalah sebagai berikut:
a. Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan penanda bagi berbagai penyakit
glomeruler maupun non-gromeruler, seperti batu saluran kemih dan infeksi saluran kemih.
b. Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh Stamm, bila ditemukan paling sedikit
8000 leukosit per ml urin yang tidak disentrifus atau setara dengan 2-5 leukosit per lapangan pandang
besar pada urin yang di sentrifus. Infeksi saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak
> 10 per mikroliter urin atau > 10.000 per ml urin .
Piuria yang steril dapat ditemukan pada keadaan :
1. infeksi tuberkulosis;
2. urin terkontaminasi dengan antiseptik;
3. urin terkontaminasi dengan leukosit vagina;
4. nefritis intersisial kronik (nefropati analgetik);
5. nefrolitiasis;
6. tumor uroepitelial
c. Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal, antara lain:
1. silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau vaskulitis ginjal;
2. silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk pielonefritis;
3. silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada gromerulonefritis akut;
4. silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila ditemukan bersamaan dengan
proteinuria nefrotik.
d. Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal.

Yayu Puji Astuti (1102010295)

13 | I n f e k s i S a l u r a n K e m i h ( I S K )

e. Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan infeksi saluran kemih, lebih
sering hanya disebabkan oleh kontaminasi.
Bakteriologis
a. Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau pewarnaan
gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.
b. Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila
ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna, yaitu:
Tabel 2. Kriteria untuk diagnosis bakteriuria bermakna
Pengambilan spesimen Jumlah koloni bakteri per ml urin
Aspirasi supra pubik > 100 cfu/ml dari 1 atau lebih organisme patogen
Kateter > 20.000 cfu/ml dari 1 organisme patogen
Urine bag atau urin porsi tengah > 100.000 cfu/ml
Dalam penelitian Zorc et al. menyatakan bahwa ISK pada anak-anak sudah dapat ditegakkan bila ditemukan
bakteri lebih besar dari 10.000 cfu per ml urin yang diambil melalui kateter. Namun, Hoberman et al.
menyatakan bahwa ditemukannya jumlah koloni bakteri antara 10.000 hingga 49.000 cfu per ml urin masih
diragukan, karena kemungkinan terjadi kontaminasi dari luar, sehingga masih diperlukan biakan ulang,
terutama bila anak belum diobati atau tidak menunjukkan adanya gejala ISK.
Tes Kimiawi
Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria, diantaranya yang paling sering
dipakai adalah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali enterococci
mereduksi nitrat
4
.
Tes Plat Celup (Dip-Slide)
Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempengan plastik bertangkai dimana pada
kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihan padat khusus. Lempengan tersebut dicelupkan ke dalam urin
pasien atau dengan digenangi urin. Setelah itu lempengan dimasukkan kembali kedalam tabung plastik
tempat penyimpanan semula, lalu diletakkan pada suhu 37
o
C selama satu malam. Penentuan jumlah
kuman/mL dilakukan dengan membandingkan pola pertumbuhan kuman yang terjadi dengan serangkaian
gambar yang memperlihatkan pola kepadatan koloni antara 1000 hingga 10.000.000 cfu per mL urin yang
diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup adekuat. Kekurangannya adalah jenis kuman dan
kepekaannya tidak dapat diketahui .
Radiologis dan pemeriksaan penunjang lainnya
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis yang
merupakan faktor predisposisi ISK. Pemeriksaan ini dapat berupa foto polos abdomen, pielografi intravena,
demikian pula dengan pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan CT Scan.

Yayu Puji Astuti (1102010295)

14 | I n f e k s i S a l u r a n K e m i h ( I S K )

Diagnosis Banding

Yang penting adalah membedakan antara pielonefritis dan sistitis. Ingat akan pielonefritis apabila
didapatkan infeksi dengan hipertensi, disertai gejala-gejala umum, adanya faktor predisposisi, fungsi
konsentrasi ginjal menurun, respons terhadap antibiotik kurang baik.

Penatalaksanaan
Obat Tepat Indikasi untuk Infeksi Saluran Kemih
Pada ISK yang tidak memberikan gejala klinis tidak perlu pemberian terapi, namun bila sudah terjadi
keluhan harus segera dapat diberikan antibiotika.

Antibiotika yang diberikan berdasarkan atas kultur
kuman dan test kepekaan antibiotika.
Tujuan pengobatan ISK:
Mencegah dan menghilangkan gejala,
Mencegah dan mengobati bakteriemia,
Mencegah dan mengurangi risiko kerusakan jaringan ginjal yang mungkin timbul dengan
pemberian obat-obatan yang sensitif, murah, aman dengan efek samping yang minimal.
Banyak obat-obat antimikroba sistemik diekskresikan dalam konsentrasi tinggi ke dalam urin. Karena itu
dosis yang jauh dibawah dosis yang diperlukan untuk mendapatkan efek sistemik dapat menjadi dosis
terapi bagi infeksi saluran kemih
Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan adanya bakteri di dalam urin. Indikasi yang paling penting
dalam pengobatan dan pemilihan antibiotik yang tepat adalah mengetahui jenis bakteri apa yang
menyebabkan ISK.

Biasanya yang paling sering menyebabkan ISK adalah bakteri gram negatif Escherichia
coli. Selain itu diperlukan pemeriksaan penunjang pada ISK untuk mengetahui adanya batu atau kelainan
anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK sehingga mampu menganalisa penggunaan obat serta
memilih obat yang tepat.
Bermacam cara pengobatan yang dilakukan pada pasien ISK, antara lain :
pengobatan dosis tunggal
pengobatan jangka pendek (10-14 hari)
pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)
pengobatan profilaksis dosis rendah
pengobatan supresif
Berikut obat yang tepat untuk ISK :
Sulfonamide :
Sulfonamide dapat menghambat baik bakteri gram positif dan gram negatif. Secara struktur analog dengan
asam p-amino benzoat (PABA).

Biasanya diberikan per oral, dapat dikombinasi dengan Trimethoprim,
metabolisme terjadi di hati dan di ekskresi di ginjal. Sulfonamide digunakan untuk pengobatan infeksi
saluran kemih dan bisa terjadi resisten karena hasil mutasi yang menyebabkan produksi PABA berlebihan.
Yayu Puji Astuti (1102010295)

15 | I n f e k s i S a l u r a n K e m i h ( I S K )

Efek samping yang ditimbulkan hipersensitivitas (demam, rash, fotosensitivitas), gangguan pencernaan
(nausea, vomiting, diare), Hematotoxicity (granulositopenia, (thrombositopenia, aplastik anemia) dan lain-
lain. Mempunyai 3 jenis berdasarkan waktu paruhnya :
o Short acting
o Intermediate acting
o Long acting
Trimethoprim :
Mencegah sintesis THFA, dan pada tahap selanjutnya dengan menghambat enzim dihydrofolate reductase
yang mencegah pembentukan tetrahydro dalam bentuk aktif dari folic acid. Diberikan per oral atau
intravena, di diabsorpsi dengan baik dari usus dan ekskresi dalam urine, aktif melawan bakteri gram negatif
kecuali Pseudomonas spp. Biasanya untuk pengobatan utama infeksi saluran kemih. Trimethoprim dapat
diberikan tunggal (100 mg setiap 12 jam) pada infeksi saluran kemih akut
Efek samping : megaloblastik anemia, leukopenia, granulocytopenia.
Trimethoprim + Sulfamethoxazole (TMP-SMX):
Jika kedua obat ini dikombinasikan, maka akan menghambat sintesis folat, mencegah resistensi, dan
bekerja secara sinergis. Sangat bagus untuk mengobati infeksi pada saluran kemih, pernafasan, telinga dan
infeksi sinus yang disebabkan oleh Haemophilus influenza dan Moraxella catarrhalis. Karena Trimethoprim
lebih bersifat larut dalam lipid daripada Sulfamethoxazole, maka Trimethoprim memiliki volume distribusi
yang lebih besar dibandingkan dengan Sulfamethoxazole. Dua tablet ukuran biasa (Trimethoprim 80 mg +
Sulfamethoxazole 400 mg) yang diberikan setiap 12 jam dapat efektif pada infeksi berulang pada saluran
kemih bagian atas atau bawah. Dua tablet per hari mungkin cukup untuk menekan dalam waktu lama
infeksi saluran kemih yang kronik, dan separuh tablet biasa diberikan 3 kali seminggu untuk berbulan-bulan
sebagai pencegahan infeksi saluran kemih yang berulang-ulang pada beberapa wanita.
Efek samping : pada pasien AIDS yang diberi TMP-SMX dapat menyebabkan demam, kemerahan,
leukopenia dan diare.
Fluoroquinolones :
Mekanisme kerjanya adalah memblok sintesis DNA bakteri dengan menghambat topoisomerase II (DNA
gyrase) topoisomerase IV. Penghambatan DNA gyrase mencegah relaksasi supercoiled DNA yang
diperlukan dalam transkripsi dan replikasi normal. Fluoroquinolon menghambat bakteri batang gram
negatif termasuk enterobacteriaceae, Pseudomonas, Neisseria. Setelah pemberian per oral, Fluoroquinolon
diabsorpsi dengan baik dan didistribusikan secara luas dalam cairan tubuh dan jaringan, walaupun dalam
kadar yang berbeda-beda. Fluoroquinolon terutama diekskresikan di ginjal dengan sekresi tubulus dan
dengan filtrasi glomerulus. Pada insufisiensi ginjal, dapat terjadi akumulasi obat.
Efek samping yang paling menonjol adalah mual, muntah dan diare. Fluoroquinolon dapat merusak
kartilago yang sedang tumbuh dan sebaiknya tidak diberikan pada pasien di bawah umur 18 tahun.


Yayu Puji Astuti (1102010295)

16 | I n f e k s i S a l u r a n K e m i h ( I S K )

Norfloxacin :
Merupakan generasi pertama dari fluoroquinolones dari nalidixic acid, sangat baik untuk infeksi
saluran kemih.
Ciprofloxacin :
Merupakan generasi kedua dari fluoroquinolones, mempunyai efek yang bagus dalam melawan
bakteri gram negatif dan juga melawan gonococcus, mykobacteria, termasuk Mycoplasma
pneumoniae.
Levofloxacin
Merupakan generasi ketiga dari fluoroquinolones. Hampir sama baiknya dengan generasi kedua
tetapi lebih baik untuk bakteri gram positif.
Nitrofurantoin :
Bersifat bakteriostatik dan bakterisid untuk banyak bakteri gram positif dan gram negatif. Nitrofurantoin
diabsorpsi dengan baik setelah ditelan tetapi dengan cepat di metabolisasi dan diekskresikan dengan cepat
sehingga tidak memungkinkan kerja antibakteri sistemik.Obat ini diekskresikan di dalam ginjal. Dosis harian
rata-rata untuk infeksi saluran kemih pada orang dewasa adalah 50 sampai 100 mg, 4 kali sehari dalam 7
hari setelah makan.
Efek samping : anoreksia, mual, muntah merupakan efek samping utama. Neuropati dan anemia hemolitik
terjadi pada individu dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase.
Obat tepat digunakan untuk pasien ISK dengan kelainan fungsi ginjal
Ginjal merupakan organ yang sangat berperan dalam eliminasi berbagai obat sehingga gangguan yang
terjadi pada fungsi ginjal akan menyebabkan gangguan eliminasi dan mempermudah terjadinya akumulasi
dan intoksikasi obat.
Faktor penting dalam pemberian obat dengan kelainan fungsi ginjal adalah menentukan dosis obat agar
dosis terapeutik dicapai dan menghindari terjadinya efek toksik. Pada gagal ginjal, farmakokinetik dan
farmakodinamik obat akan terganggu sehingga diperlukan penyesuaian dosis obat yang efektif dan aman
bagi tubuh. Bagi pasien gagal ginjal yang menjalani dialisis, beberapa obat dapat mudah terdialisis,
sehingga diperlukan dosis obat yang lebih tinggi untuk mencapai dosis terapeutik.

Gagal ginjal akan
menurunkan absorpsi dan menganggu kerja obat yang diberikan secara oral oleh karena waktu
pengosongan lambung yang memanjang, perubahan PH lambung, berkurangnya absorpsi usus dan
gangguan metabolisme di hati.

Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan berbagai upaya antara lain dengan
mengganti cara pemberian, memberikan obat yang merangsang motilitas lambung dan menghindari
pemberian bersama dengan obat yang menggangu absorpsi dan motilitas.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian obat pada kelainan fungsi ginjal adalah :
penyesuaian dosis obat agar tidak terjadi akumulasi dan intoksikasi obat
pemakaian obat yang bersifat nefrotoksik seperti aminoglikosida, Amphotericine B, Siklosporin.
Yayu Puji Astuti (1102010295)

17 | I n f e k s i S a l u r a n K e m i h ( I S K )

Bentuk dan dosis obat yang tepat untuk diberikan kepada pasien ISK dengan kelainan fungsi ginjal
Pada pasien ISK yang terinfeksi bakteri gram negatif Escherichia coli dengan kelainan fungsi ginjal adalah
dengan mencari antibiotik yang tidak dimetabolisme di ginjal. Beberapa jurnal dan text book dikatakan
penggunaan Trimethoprim + Sulfamethoxazole (TMP-SMX) mempunyai resiko yang paling kecil dalam hal
gangguan fungsi ginjal. Hanya saja penggunaanya memerlukan dosis yang lebih kecil dan waktu yang lebih
lama.
Pada ekskresi obat perlu diperhatikan fungsi ginjal, yang diikuti dengan penurunan Laju Filtrasi Glomerulus
(LFG), terutama obat yang diberi dengan jangka panjang harus selalu memperhitungkan fungsi ginjal
pasien. Secara praktis dapat diukur dengan creatine clearance test.

LFG sangat berguna untuk menilai
fungsi ginjal karena kreatinin merupakan zat yang secara prima difiltrasi dengan jumlah yang cuma sedikit
akan tetap bervariasi terhadap bahan yang disekresi.
Trimethoprim + Sulfamethoxazole (TMP-SMX) :
Dosis yang diberikan pada pasien ISK dengan kelainan fungsi ginjal haruslah lebih rendah. Pada pasien
dengan creatine clearance 15 hingga 30 ml/menit, dosis yang diberikan adalah setengah dari dosis
Trimethoprim 80 mg + Sulfamethoxazole 400 mg yang diberikan tiap 12 jam. Cara pemberiannya dapat
dilakukan secara oral maupun intravena.
Penghitungan creatine clearance: TKK = (140 umur) x berat badan
72 x kreatinin serum

Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain batu saluran kemih, obstruksi
saluran kemih, sepsis, infeksi kuman yang multisistem, dan gangguan fungsi ginjal.
Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi jangka panjang adalah terjadinya
renal scar yang berhubungan erat dengan terjadinya hipertensi dan gagal ginjal kronik. ISK pada
kehamilan dengan BAS (Basiluria Asimtomatik) yang tidak diobati: pielonefritis, bayi prematur,
anemia, Pregnancy-induced hypertension
ISK pada kehamilan: retardasi mental, pertumbuhan bayi lambat, Cerebral palsy, fetal death.
Sistitis emfisematosa : sering terjadi pada pasien DM.
Pielonefritis emfisematosa syok septik dan nefropati akut vasomotor.
Abses perinefrik
Prognosis

Prognosis infeksi saluran kemih adalah baik bila dapat diatasi faktor pencetus dan penyebab terjadinya
infeksi tersebut.

Pencegahan
1. Beberapa hal paling penting untuk mencegah infeksi saluran kencing, infeksi kandung kemih, dan
infeksi ginjal adalah menjaga kebersihan diri , bila setelah buang air besar atau air kecil bersihkan
dengan cara membersihkan dari depan ke belakang, dan mencuci kulit di sekitar dan antara rektum
Yayu Puji Astuti (1102010295)

18 | I n f e k s i S a l u r a n K e m i h ( I S K )

dan vagina setiap hari. Mencuci sebelum dan sesudah berhubungan seksual juga dapat menurunkan
resiko seorang wanita dari ISK.
2. Minum banyak cairan (air) setiap hari akan membantu pengeluaran bakteri melalui sistem urine.
3. Mengosongkan kandung kemih segera setelah terjadi dorongan untuk buang air kecil juga bisa
membantu mengurangi risiko infeksi kandung kemih atau ISK.
4. Buang air kecil sebelum dan setelah melakukan hubungan seks dapat flush setiap bakteri yang
mungkin masuk ke uretra selama hubungan seksual.
5. Vitamin C membuat urin asam dan membantu mengurangi jumlah bakteri berbahaya dalam sistem
saluran kemih.
6. Hindari pemakaian celana dalam yang dapat membuat keadaan lembab dan berpotensi berkembang
biaknya bakteri. Hindari sandal jepit.
4. Memahami dan Menjelaskan Sistitis
Definisi
Sistitis akut adalah inflamasi akut pada mukosa buli - buli yang sering disebabkan olehinfeksi bakteri. Kuman
penyebab infeksi ini terutama adalah Escherichia colli,

Enterococci, Proteus, dan Stafilokokus aureus yang masuk ke buli - buli terutama melaluiuretra. Sistitis akut
sangat mudah terjadi jika pertahanan lokal tubuh menurun, yaitu padadiabetes melitus atau trauma lokal
minor pada saat sanggama (Tessy, 2003)

Etiologi
Beberapa penyebab sistitis diantaranya adalah :
1. Aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih ( Refluks Uretrovesikal)
2. Adanya kontaminasi fekal pada meatus uretra
3. Pemakaian kateter atau sistoskop
4. Mikroorganisme : E.coli, Enterococci, Proteus, Staphylococcus aureus.
5. Bahan kimia : Detergent yang dicampurkan ke dalam air untuk rendam duduk, deodorant yang
disemprotkan pada vulva, obat-obatan (misalnya: siklofosfamid) yang dimasukkan intravesika untuk
terapi kanker buli-buli.
6. Infeksi ginjal
7. Prostat hipertrofi karena adanya urine sisa
8. Infeksi usus
9. Infeksi kronis dari traktus bagian atas
10. Adanya sisa urine
11. Stenosis dari traktus bagian bawah
Bakteri dari vagina bisa berpindah dari uretra ke kandung kemih. Wanita sering menderita infeksi kandung
kemih setelah melakukan hubungan seksual, kemungkinan karena uretra mengalami cedera pada saat
melakukan hubungan seksual. Kadang infeksi kandung kemih berulang pada wanita terjadi karena adanya
hubungan abnormal antara kandung kemih dan vagina (fistula vesikovaginal).

Infeksi kandung kemih jarang terjadi pada pria dan biasanya berawal sebagai infeksi uretra yang bergerak
menuju prostat lalu ke kandung kemih. Selain itu, infeksi kandung kemih bisa terjadi akibat pemasangan
kateter atau alat yang digunakan selama pembedahan. Penyebab tersering dari infeksi kandung kemih
berulang pada pria adalah infeksi prostat karena bakteri yang bersifat menetap. Antibiotik dengan segera
akan melenyapkan bakteri dari air kemih di dalam kandung kemih, tetapi antibiotik tidak dapat menembus
prostat dengan baik sehingga tidak dapat meredakan infeksi di dalam prostat. Karena itu, jika pemakaian
Yayu Puji Astuti (1102010295)

19 | I n f e k s i S a l u r a n K e m i h ( I S K )

antibiotik dihentikan, maka bakteri yang berada di dalam prostat akan cenderung kembali menginfeksi
kandung kemih.

Hubungan abnormal antara kandung kemih dan usus (fistula vesikoenterik) kadang menyebabkan bakteri
pembentuk gas masuk dan tumbuh di dalam kandung kemih. Infeksi ini bisa menyebabkan timbulnya
gelembung-gelembung udara di dalam air kemih (pneumaturia).

Klasifikasi
Sistitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
a. Sistitis primer, merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit
lain seperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.
b. Sistitis sekunder, merupakan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya
uretritis dan prostatitis.

Patofisiologi dan Patogenesis

Merupakan asending infection dari saluran perkemihan. Pada wanita biasanya berupa sistitis akut karena
jarak uretra ke vagina pendek (anatomi), kelainan periuretral, rektum (kontaminasi) feces, efek mekanik
coitus, serta infeksi kambuhan organisme gram negatif dari saluran vagina, defek terhadap mukosa uretra,
vagina dan genital eksternal memungkinkan organisme masuk ke vesika perkemihan. Infeksi terjadi
mendadak akibat flora (E.Coli) pada tubuh pasien. Pada laki-laki abnormal, sumbatan menyebabkan striktur
dan hiperplasi prostatik (penyebab yang paling sering terjadi).

Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui (Tessy, 2003) :a.Penyebaran endogen yaitu kontak
langsung daro tempat terdekat.b.Hematogen.c.Limfogen.d.Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa
kateter atau sistoskopi.Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces yang
naik dariperineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa. Agar infeksi
dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada danmengkolonisasi epitelium traktus
urinarius untuk menghindari pembilasan melaluiberkemih, mekanisme pertahan penjamu dan cetusan
inflamasi.Inflamasi, abrasi mukosa uretral, pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap,gangguan
status metabolisme (diabetes, kehamilan, gout) dan imunosupresimeningkatkan resiko infeksi saluran
kemih dengan cara mengganggu mekanismenormal

Manifestasi Klinik
Pasien mengalami urgensi, sering berkemih, rasa panas dan nyeri pada saat berkemih, nokturia, dan nyeri atau
spasme pada area kandung kemih dan supra pubis. Piuria (adanya sel darah putih dalam urine), hematuria
(adanya sel darah merah pada pemeriksaan urine). Pasien mengalami demam, mual, muntah, badan lemah,
kondisi umum menurun. Jika ada demam dan nyeri pinggang, perlu dipikirkan adanya penjalaran infeksi ke
saluran kemih bagian atas. Infeksi kandung kemih biasanya menyebabkan desakan untuk berkemih dan rasa
terbakar atau nyeri selama berkemih.
Nyeri biasanya dirasakan diatas tulang kemaluan dan sering juga dirasakan di punggung sebelah bawah. Gejala
lainnya adalah nokturia (sering berkemih di malam hari). Air kemih tampak berawan dan mengandung darah.
Kadang infeksi kandung kemih tidak menimbulkan gejala dan diketahui pada saat pemeriksaan air kemih
(urinalisis untuk alasan lain). Sistitis tanpa gejala terutama sering terjadi pada usia lanjut, yang bisa menderita
inkontinensia urin sebagai akibatnya.
Yayu Puji Astuti (1102010295)

20 | I n f e k s i S a l u r a n K e m i h ( I S K )

Inkontenensia urine adalah eliminasi urine dari kandung kemih yang tidak terkendali atau terjadi di luar
keinginan.
Inkontinensia Urine dapat dibagi menjadi empat jenis :
1. Urge incontinence
Terjadi bila pasien merasakan dorongan atau keinginan untuk berkemih tetapi tidak mammpu menahannya
cukup lama sebelum mencapai toilet. Keadaan ini dapat terjadi pada pasien disfungsi neurology yang
mengganggu penghambatan kontraksi kandung kemih.
2. Overflow incontinence
Ditandai oleh eliminasi urine yang sering dan kadang-kadang terjadi hamper terus menerus dari kandung
kemih. Kandung kemih tidak dapat mengosongkan isinya secara normal dan mengalami distensi yang
berlebihan. Dapat disebabkan oleh kelainan neurology ( lesi medulla spinalis) atau oleh factor-faktor yang
menyumbat saluran urine. Meskipun eliminasi terjadi dengan sering, kandung kemih tidak pernah kosong.
3. Incontinensia fungsional
Merupakan inkontinensia dengan fungsi saluran kemih bagian bawah yang utuh tapi ada factor lain, seperti
gangguan kognitif berat yang membuat pasien sulit untuk mengidentifikasi perlunya berkemih (pasien
demensia alzeimer) atau gangguan fisik yang menyebabkan pasien sulit atau tidak mungkin menjangkau toilet
untuk berkemih
4. Bentuk-bentuk inkontinensia urine campuran
Mencakup cirri-ciri inkontinensia seperti yang baru disebutkan, dapat pula terjadi. Selain itu, inkontinensia
urine dapat terjadi akibat interaksi banyak factor.
Diagnosis
Jika sistitis sering kambuh, perlu dipikirkan adanya kelainan pada kandung kemih (misalnya:
keganasan, batu di saluran kemih/urolithiasis) sehingga diperlukan pemeriksaan pencitraan (PIV, USG)
atau sistoskopi.
Urinalisis
a. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat
lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
b. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan
oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
Bakteriologis
a. Mikroskopis
b. Biakan bakteri
c. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
d. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau
dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.




Yayu Puji Astuti (1102010295)

21 | I n f e k s i S a l u r a n K e m i h ( I S K )

Metode tes
1. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes
esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat
bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
2. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS): Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal,
klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk
menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses,
hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur
urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
Diagnosis Banding
Uretritis (inflamasi pada uretra)
Pielonefritis (inflamasi pada ginjal)

Penatalaksanaan

Pada usia lanjut, infeksi tanpa gejala biasanya tidak memerlukan pengobatan.

Untuk sistitis ringan, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah minum banyak cairan. Aksi pembilasan ini
akan membuang banyak bakteri dari tubuh, bakteri yang tersisa akan dilenyapkan oleh pertahanan alami
tubuh.

Pemberian antibiotik per-oral (tablet, kapsul, sirup) selama 3 hari atau dosis tunggal biasanya efektif, selama
belum timbul komplikasi. Jika infeksinya kebal, biasanya antibiotik diberikan selama 7-10 hari.

Untuk meringankan kejang otot bisa diberikan atropin. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan fenazopiridin.
Gejalanya seringkali bisa dikurangi dengan membuat suasana air kemih menjadi basa, yaitu dengan meminum
baking soda yang dilarutkan dalam air.

Pembedahan dilakukan untuk mengatasi penyumbatan pada aliran kemih (uropati obstruktif) atau untuk
memperbaiki kelainan struktur yang menyebabkan infeksi lebih mudah terjadi. Biasanya sebelum pembedahan
diberikan antibiotik untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi ke seluruh tubuh.

Penanganan sistitis yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari
traktus urinarius dengan efek minimal terhadap flora fekal dan vagina.
Penatalaksanaan medis sebagai berikut :
Penggunaan medikasi yang umum mencakup : sulfisoxazole (gantrisin), trimethaoprim/sulfamethaoxazole (
TMP/SMZ, Bactrim, septra) dan nitrofurantoin.
Kadang-kadang medikasi seperti ampisilin atau amoksisilin juga digunakan.
Terkadang diperlukan antikolinergik (misalnya: propanthelin bromide) untuk mencegah hiperiritabilitas
buli-buli dan fenazopiridin hidroklorida sebagai antiseptik pada saluran kemih.
Banyak minum untuk melarutkan bakteri
Kumbah kandung kemih dengan larutan antiseptik ringan
Yayu Puji Astuti (1102010295)

22 | I n f e k s i S a l u r a n K e m i h ( I S K )



Komplikasi

Infeksi kronis atau berulang saluran kemih

Prognosis
Dengan pemakaian antibiotik yang tepat, prognosis sistitis baik namun seringmenyebabkan rekurensi. Pada
kasus sistitis dengan komplikasi dibutuhkan pengulanganurinalisis dan kultur urin untuk memastikan hilangnya
infeksi (Tessy, 2003).

Pencegahan

Sebagai tindakan pencegahan pada penderita yang telah mengalami sistitis lebih dari 2 kali, antibiotik bisa
terus diberikan dalam dosis rendah. Antibiotik bisa diberikan setiap hari, 3 kali/minggu atau segera setelah
melakukan hubungan seksual.

5. Memahami dan menjelaskan Tata Cara Berkemih dalam Syariat Islam
Tidak Cebok Setelah Buang Air Kecil
Islam datang dengan membawa peraturan yang semuanya demi kemaslahatan umat manusia. Diantaranya
soal menghilangkan najis, Islam mensyariatkan agar umatnya melakukan istinja dan istijmar , lalu
menerangkan cara melakukannya sehingga tercapai kebersihan yang dimaksud. Sebagian orang menganggap
enteng masalah menghilangkan najis. Akibatnya badan dan bajunya masih kotor. Dengan begitu, shalatnya
menjadi tidak sah. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengabarkan bahwa perbuatan tersebut salah satu
sebab dari azab kubur.
Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu berkata : Suatu kali Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melewati salah
satu kebun di Madinah. Tiba-tiba beliau mendengar suara dua orang yang sedang di siksa di alam kuburnya.
Lalu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :Artinya : Keduanya diazab, tetapi tidak karena masalah
besar lalu bersabda - benar salah satunya tidak meletakkan sesuatu untuk melindungi diri dari percikan
kencingnya dan yang satu lagi suka mengadu domba.
Bahkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengabarkan :
Kebanyakan azab kubur disebabkan oleh buang air kecil. Termasuk tidak cebok setelah buang air kecil
adalah orang yang menyudahi hajatnya dengan tergesa-gesa sebelum kencingnya habis, atau sengaja kencing
dengan posisi tertentu atau di suatu tempat yang menjadikan percikan air kencing itu mengenainya, atau
sengaja meninggalkan istinja dan istijmar tidak teliti dalam melakukannya.
Saat ini, banyak umat Islam yang menyerupai orang-orang kafir dalam masalah kencing. Beberapa kamar kecil
hanya dilengkapi dengan bejana air kencing permanen yang menempel di tembok dalam ruangan terbuka.
Setiap yang kencing, dengan tanpa malu berdiri dengan disaksikan orang yang lalu lalang keluar kamar mandi.
Selesai kencing ia mengangkat pakaiannya dan mengenakannya dalam keadaan najis.
Orang tersebut telah melakukan dua perkara yang diharamkan, pertama ia tidak menjaga auratnya dari
penglihatan manusia dan kedua, ia tidak cebok dan membersihkan diri dari kencingnya.

Anda mungkin juga menyukai