1. Penelitian pasar
Suatu pasar adalah sejumlah orang yang bermaksud mengambil kepeutusan untuk membeli
sesuatu. Untuk mengambil keputusan dalam membeli sesuatu,pemebeli harus mampu dan
bermaksud untuk membeli.
Penelitian pasar adalah suatu investasi yang tangguh karena penelitian ini melakukan 3 hal
pokok
- Dengan penelitian ini kita dapat memperkirakan jumlah pembeli dan rata-rata jumlah
pengeluaran perbelanjaannya.
- Kita dapat menentukan jenis pelanggan sedemikian rupa sehingga bentuk produk wisata
dapat disesuaikan dengan selera pembeli
- Akibatnya,kegiatan ini dapat mengembalikan modal yang ditanam dalam
prasarana,produk,dan biaya-biaya pemasaran. Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam
kegiatan ini dapat dipergunakan dengan lebih berhasil guna karena pendekatan yang
dilakukan disana adalah pendekatan “senjata” dan bukan pendekatan “peluru” .
BAB III
PEMBAHASAAN,PENUTUP SERTA SARAN DAN KRITIK
a. Pembahasaan
a.1 Faktor-Faktor Pendorong kegiatan Kepariwisataan
Dewasa ini maupun pada masa yang akan datang, kebutuhan untuk
berwisata akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk
dunia, serta perkembangan penduduk dunia yang semakin
membutuhkan refressing akibat dari semakin tingginya kesibukan kerja. Menurut
Fandeli (1995:50-51) faktor yang mendorong manusia berwisata adalah: 1)
keinginan untuk melepaskan diri tekanan hidup sehari-hari di kota, keinginan untuk
mengubah suasana dan memanfaatkan waktu senggang; 2) kemajuan
pembangunan dalam bidang komunikasi dan transportasi; 3) keinginan untuk
melihat dan memperoleh pengalaman-pengalaman baru mengenai masyarakat dan
tempat lain; 4) meningkatnya pendapatan yang dapat memungkinan seseorang
dapat dengan bebas melakukan perjalanan yang jauh dari tempat tinggalnya.
Faktor-faktor pendorong pengembangan pariwisata di Indonesia menurut
Spilane (1987:57), adalah : 1) berkurangnya peranan minyak bumi sebagai sumber
devisa negara jika dibanding dengan waktu lalu; 2) merosotnya nilai eksport pada
sektro nonmigas; 3) adanya kecenderungan peningkatan pariwisata secara
konsisten; 4) besarnya potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia bagi
pengembangan pariwisata.
Situasi dan kondisi sosioekonomi Indonesia saat ini, yang memperlihatkan
bahwa semakin berkurangnya lahan pertanian dan lapangan pekerjaan lainnya
serta semakin rusaknya lingkungan akibat kegiatan manufaktur dan kegiatan-
kegiatan ekonomi lainnya yang mengeksploitasi sumberdaya alam, maka pariwisata
perlu dikembangkan sebagai salah satu sumber produksi andalan. Sektor pariwisata
selain dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, juga tidak merusak lingkungan
bahkan sebaliknya merangsang pelestarian lingkungan hidup. Hal ini dapat
dimengerti karena pengembangan pariwisata tidak dapat dipisahkan dari lingkungan
hidup sebagai salah satu sasaran atau obyek wisata.
Dari laporan dan analisis World Tourism Organization (WTO) diperoleh
bahwa sumbangan pariwisata amat berarti bagi penciptaan lapangan kerja.
Disebutkan bahwa dari setiap sembilan kesempatan kerja yang tersedia secara
global saat ini, satu diantaranya berasal dari sektor pariwisata. Diduga pula bahwa
daya serap tenaga kerja pada sektor pariwisata lebih besar di negara-negara
berkembang (Suara Pembaruan, 28 Pebruari 1998). Selain itu, pariwisata dapat
membuka pasar baru bagi produksi pertanian dan hasil kerajinan rumah tangga
yang masih tradisonal maupun usaha-usaha jasa seperti tukang pijit, penginapan,
transportasi dan guide yang dengan sendirinya membuka peluang kerja baru bagi
para pencari kerja yang terus meningkat setiap tahun, serta meningkatkan output
negara.
Sehubungan perekonomian negara, sektor pariwisata terbukti telah
memberikan kontribusi yang cukup pada perolehan devisa. Hal ini dapat dilihat dari
perolehan devisa negara pada tahun 1995, pariwisata menempati urutan ketiga
setelah migas dan tekstil, dengan devisa sebesar 5.228,4 juta dollar AS.
Sebelumnya tahun 1994 berada pada posisi keempat setelah migas, tekstil dan kayu
olahan, dengan devisa sebesar 4.785,1 juta dollar AS (Kedaulatan Rakyat, 21
Agustus 1998). Ditambahkan pula bahwa terhadap GDP Indonesia, sektor
pariwisata juga memainkan peranan yang penting. Hasil studi World Travel and
Tourism Council (WTTC) menyimpulkan bahwa pertumbuhan kontribusi pariwisata
terhadap GDP rata-rata sebesar 8% dan merupakan yang tercepat di dunia.
a.2 Sumber daya Pariwisata serta objek daerah tujuan wisata
Potensi pengembangan pariwisata sangat terkait dengan lingkungan hidup
dan sumberdaya. Menurut Fandeli (1995:48-49), sumberdaya pariwisata adalah
unsur fisik lingkungan yang statik seperti: hutan, air, lahan, margasatwa, tempat-
tempat untuk bermain, berenang dan lain-lain. Karena itu pariwisata sangat terkait
dengan keadaan lingkungan dan sumberdaya. Ditambahkan pula bahwa Indonesia
yang memiliki keragaman sumberdaya yang tersebar pada ribuan pulau, dengan
lautannya yang luas memiliki potensi yang baik untuk kegiatan pariwisata.
Data dari BPS (1999) menunjukan bahwa luas lautan Indonesia 7,9 juta km²
atau 81% dari luas keseluruhan, dan luas daratannya 1,9 juta km². Daratan memiliki
ratusan gunung dan sungai, hutannya seluas 99,5 juta ha yang terdiri dari 29,7 juta
ha hutan lindung dan 29,6 juta ha hutan produksi, serta ratusan bahkan
ribuan jenis flora dan faunanya. Unsur-unsur ini merupakan potensi yang dapat
dikembangkan bagi kegiatan pariwisata.
Dari berbagai sumber informasi dan surat kabar, diberitakan bahwa Indonesia
memiliki banyak potensi di daerah-daerah yang belum dikembangkan atau dijadikan
daerah tujuan wisata (DTW). Sekitar 212 obyek wisata, berupa peninggalan
bersejarah, gunung, air tejun, danau, hutan, dan lain-lain yang ada di Sumatera
Selatan yang belum dikelola (Suara Pembaruan, 11-12-1999:12). Daerah Lampung
yang kaya dengan peninggalan-peninggalan bersejarah, gunung-gunung, pantai-
pantai dan berbagai keindahan alam yang terukir pada beberapa lokasi, belum
dijadikan obyek wisata secara optimal (Suara Pembaruan, 22-12-1999:10). NTT
yang kaya akan obyek wisata laut juga belum dikembangkan (Suara Pembaruan, 27
Juli 1999:10), dan masih banyak obyek wisata lainnya yang belum dimanfaatkan
sebagai DTW guna mendatangkan keuntungan secara sosial ekonomi.
Sumberdaya alam hayati, seperti Taman Nasional Tanjung Puting (Kaltim),
Taman Nasional Ujung Kulon (Jabar), Taman Nasional Komodo (NTT) dan berbagai
sumberdaya alam hayati lainnya, merupakan potensi bagi sasaran kunjungan
pariwisata (Suara Pembaharuan, 17 Sept. 1999:8).
Selain itu, Indonesia dengan keragaman suku, agama dan ras (SARA) yang
memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, berupa tari-tarian dan upacara-upacara
adat juga merupakan hal yang sangat potensial bagi pengembangan
pariwisata. Memang diakui bahwa dengan keragaman SARA tersebut juga
mengandung potensi konflik yang seringkali dapat menimbulkan kerusuhan sosial.
Karena itu dalam rangka pengembangan pariwisata, selain terdapat sejumlah
potensi yang dapat diandalkan, juga terdapat sejumlah hal yang dapat menjadi
kendala.
Adapun kendala-kendala yang akan dihadapi dalam pengembangan
pariwisata, antara lain adalah: pertama, sering timbulnya konflik dan kerusuhan
sosial serta situasi dan konsisi politik yang masih memanas, berakibat pada kurang
terjaminnya keamanan bagi para wisatawan. Menurut Menteri Pariwisata, Seni dan
Budaya, Marzuki Usman bahwa akibat berbagai kerusuhan yang sering terjadi
selama tahun 1998, terjadi penurunan jumlah wisatawan asing yang datang ke
Indonesia sekitar 16,35% dibanding tahun 1997, yaitu pada tahun 1997 wisatawan
asing yang datang sejumlah 5,1 juta orang, pada tahun 1998 hanya 4,3 juta
orang (Kompas, 28 April 1999:3). Disebutkan pula bahwa banyak biro perjalanan
yang membatalkan perjalanan wisatanya ke Indoesia karena alasan keamanan.
Melihat akan adanya penurunan tersebut, dapat dibayangkan berapa besar kerugian
yang dialami, apalagi bila dikaitkan dengan biaya-biaya promosi yang telah
dikeluarkan.
Kedua, rendahnya mutu pelayanan dari para penyelenggara pariwisata,
persaingan yang tidak sehat di antara para penyelenggara pariwisata serta
kurangnya pemahaman terhadap pentingnya pelindungan konsumen yang sangat
ditekankan di Eropa, Amerika dan Australia, merupakan kendala yang sangat
menghambat pariwisata di Indonesia (Suara Pembaruan, 17 Sept. 1999:8)
Ketiga, rendanya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengembangan
pariwisata merupakan kendala. Sebab banyak rencana pengembangan yang gagal
karena kurang mendapat dukungan dari masyarakat akibat rendahnya kesadaran
tersebut. Hal ini dapat dilihat pada contoh kasus pengembangan pariwisata di
Sungai Barito, Banjarmasin dengan Program Pasar Apung (PPA). Dalam
pelaksanaan PPA masyarakat diberi dana untuk pengecetan sampan-sampan
miliknya, tetapi dana tersebut tidak digunakan untuk mengecet sampannya tetapi
untuk hal yang lain (Kompas, 23 Januari 1999).
Keempat, kurangnya modal dan rendahya sumberdaya manusia, terutama
tenaga yang terampil dan profesional dalam hal manajerial di bidang pariwisata
merupakan kendala yang seringkali muncul terutama pada negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia (Suara Pembaruan, 5 Peb. 1999:10). Sumberdaya
manusia merupakan komponen utama dan penentu, terutama dalam menjalan
pekerjaan pada jajaran frontlinters, yakni mereka yang bertugas memberikan
pelayanan langsung kapada para wisatwan (Suara Karya, 25 Pebruari 1998:8).
Kelima, sistem transportasi yang belum memadai seringkali menjadi kendala
dalam pariwisata yang perlu ditinjau kembali, untuk meningkatkan pelayannya dari
segi kualitas maupun kuantitasnya (Suara Pembaruan, 17 Sept. 1999:8).
Keenam, pengelolaan pariwisata yang bersifat top-down merupakan salah
satu kendala yang banyak menghambat pariwisata, terutama pada masa Orde Baru
yang terlalu otoriter dan sentralistis (Kompas, 23 Januari 1999:2). Selama ini,
banyak DTW yang tidak dikembangkan karena berbagai keterbatasan dari
pemerintah pusat, sementara itu pihak swasta dan pemerintah daerah harus
menunggu petunjuk dari pemerintah pusat.
Oleh karena itu pendekatan yang dilkukan adalah menenkankan kepentingan pada manfaat-
manfaat sosial yang cultural bagi masyarakat lokal bersama-sama termasuk di dalam
pertimbangan ekonomi dan lingkingan. Seperti yang diungkapkan Haywood (1988) masalah
dalam menerapkan konsep ini adalah seringkali “kemitraan” (partnership) dalam kenyataan
diturunkan derajatnya menjadi “penghargaan” (takenism). Kemudian page (1995) menambakan
lagi satu pendekatan dalam pembangunan ini, yaitu :
a) Attractions
Dalam konteks pengembangan agrowisata, atraksi yang dimaksud adalah, hamparan
kebun/lahan pertanian, keindahan alam, keindahan taman, budaya petani tersebut serta segala
sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas pertanian tersebut.
b) Facilities
Fasilitas yang diperlukan mungkin penambahan sarana umum, telekomunikasi, hotel dan
restoran pada sentra-sentra pasar.
c) Infrastructure
Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk Sistem pengairan, Jaringan komunikasi, fasilitas
kesehatan, terminal pengangkutan, sumber listrik dan energi, system pembuangan
kotoran/pembungan air, jalan raya dan system keamanan.
d) Transportation
Transportasi umum, Bis-Terminal, system keamanan penumpang, system Informasi perjalanan,
tenaga Kerja, kepastian tariff, peta kota/objek wisata.
e) Hospitality
Keramah-tamahan masyarakat akan menjadi cerminan keberhasilan sebuah system pariwisata
yang baik.
Segala hal dan keadaan yang nyata, yang dapat di raba maupun tidak, di garap, di atur, dan
di sediakan sedemikian rupa, sehingga dapat bermanfaat. Di manfaatkan atau di wujudkan
sebagai kemampuan faktor dan unsur yang di perlukan atau menentukan bagi usaha dalam
pengembangan pariwisata baik itu berupa suasana, keadaan, benda maupun jasa di sebut,
sebagai potensi wisata (tour pontency) (Darmadjati 1995). Dari kamus besar bahasa Indonesia,
menerangkan definisi potensi adalah kemampuan yang mempunyai nilai untuk di kembangkan.
Sedangkan yang dimaksud potensi wisata adalah suatu asset yang di miliki oleh suatu daerah
tujuan wisata yang di manfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan tidak mengesampingkan
aspek sosial budaya. Berikut dua bentuk potensi wisata yaitu:
a. Site Atraction. Suatu tempat yang di jadikan obyek wisata seperti tempat-tempat tertentu
yang menarik.
b. Event Atraction yaitu suatu kejadian yang menarik untuk di jadikan momen kepariwisataan
seperti pameran, pesta kesenian, upacara keagamaan, konfrensi dan lain-lain.
Dalam dunia pariwisata, segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan
dilihat disebut atraksi” atau lazim pula di katakana obyek wisata. Atraksi-atraksi ini antara lain
panorama keindahan alam yang menakjubkan seperti gunung, lembah, ngarai, air terjun, danau,
pantai, matahari terbit, dan matahari terbenam, cuaca, udara dan lain-lain. Di samping itu
juga berupa budaya hasil ciptaan manusia seperti monumen, candi, bangunan klasik,peningalan
purba kala, musium budaya, arsitektur kuno, seni tari, musik, agama,adat-istiadat, upacara,
pekan raya, peringatan perayaan hari jadi, pertandingan, atau kegiatan-kegiatan budaya, sosial
dan keolahragaan lainnya yang bersifat khusus, menonjol dan meriah, (Pendit,2002.20).
b. P E N U T U P
Berdasarkan uraian tentang potensi, kelemahan, peluang, tantangan dan
strategi yang perlu diperhatikan dalam pengembangan pariwisata, maka dapat
dikatakan bahwa pariwisata merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang dapat
menunjang pertumbuhan ekonomi. Wilayah daratan dan lautan yang luas dengan
berbagai keragaman dan keunikannya merupakan potensi yang dapat diandalkan
bagi kemajuan pariwisata.
Berbagai peluang tercipta terutama turunnya nilai mata uang rupiah dan
kecenderungan para wisatawan asing untuk mencari DTW yang masih tradisional
dan alami, perlu dimanfaat sebaik-sebaiknya bagi pengembangan pariwisata.
Sementara itu berbagai kendala dan tantangan yang ada, terutama masalah
rendahnya SDM dan gangguan keamanan yang sering timbul, perlu disiasati
dengan berbagai strategi agar kendala dan tantangan tersebut tidak menghambat
pengembangan pariwisata.
Pengembangan pariwisata selain mendatangkan keuntungan secara
langsung bagi negara, juga diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi
sejumlah pencari kerja yang belum memiliki kerja, juga diharapkan dapat membuka
pasar baru bagi berbagai produk lokal yang dimiliki masyarakat.
C.SARAN DAN KRITIK
A. SARAN
Dengan semua isi dari pada makalah ini maka penulis tak lupa menyarankan
bahwa isi dari pada makalah ini sangat jauh dari penyempurnaan. oleh karena itu
penulis minta agar para saudara pembaca tidak tersingung pada makalah ini. Dan
penulis pun selalu menanti saran dari para saudara agar memperbaiki tulisan
makalah yang sempurna di masa yang akan datang
B. KRITIK
Dari penulisan makalah ini, maka sebagai seorang penulis yang tidak sempurna
selalu menanti kritik dan saran dari para saudara pembaca agar dapat memperbaiki
sistematik penulisan makalah yang baik di hari berikutnya
Lokasi Pantai Watu Bale Kebumen - Kira kira bagaiman jika Kali Biru Kulon Progo ada di
pinggir Pantai Gunung Kidul? mungkin gak ya? hehhe, ternyata itu mungkin saja bro.
Yups, rumah pohon ala ala Kalibiru, jembatan segitiga ala punthuk Mongkrong ternyata
bia dijumpai di tepi pantai dan tak melulu di tepian tebing atau gunung yang tinggi.
Adalah Pantai Watu Bale Kebumen yang secara cerdik dan kreatif menggabungkan
"wahana" wisata yang sedang hits di berbagai tempat menjadi satu di sebuah Pantai.
Tentu saja suasana dan nuansanya akan sangat berbeda, namun tak kalah indahnya
sob. Jadi, objek wisata Pantai Watu Bale ini merupakan objek wisata baru yang sedang
ngehits di Kebumen sana. Selain bisa menikmati suasana semilir angin laut dengan
suara deburan ombak yang menyapu karang, para wisatawan dapat mengambil foto
dengan spot spot yang memukau.
Kalau saya bilang, pengelola Pantai Watu Bale ini cukup cerdas menangkap peluang
dan tren yang menjangkiti para traveler atau wisatwan yang kini hoby berburu tempat
selfie.Dikarenakan saat ini sedang tren gardu pandang, atau jembatan melayang di
ujung bukit, alhasil diadopsilah wahana wahana tersebut di Lokasi Pantai Watu Bale.
Hasilnya, Amazing bro.. dengan topografi Pantai yang memiliki tebing, karang dan juga
pohon pohon, jadilah Pantai Watu Bale ini wisata alam yang komplit.
Untuk konsep rumah Pohon ini hampir mirip dengan Kalibiru di Kulon Progo, bedanya
adalah background yang didapat lautan bebas dengan karang di kiri kanan. Sedangkan
untuk yang bernyali bisa selfie di jembatan segitiga ala Punthuk Mongkrong yang
menjorok ke bibir laut, terasa banget deburan ombaknya. Nah yang autentik dari Lokasi
pantai Watu Bale ini adalah BukitTitanic yaitu wahana mirip Kapal yang diletakkan di
atas bukit. Bukan kapal sunguhan sebenarnya, hanya spot selfie yang dibentuk
menyerupai anjungan kapal yang menjorok ke jurang. Jika berfoto di spot ini terasa
seperti berada di kapal.