Anda di halaman 1dari 30

ILMU UKUR TANAH

TUGAS 6 KARYA TULIS 2


PENGENALAN DAN PEDOMAN PENGGUNAAN ALAT UKUR
TANAH

NUROH NURJANAH
1934290006

TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I
JAKARTA 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat
menyusun Karya Tulis yang berjudul : “PENGENALAN DAN PEDOMAN PENGGUNAAN
ALAT UKUR TANAH” Karya tulis ini saya susun atas dasar pemenuhan tugas mata kuliah Ilmu
Ukur Tanah. Saya menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari kata sempurna. Saya mohon maaf
apabila dalam karya tulis ini terdapat kesalahan karena kurangnya pengetahuan saya. Oleh
karenanya, kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan dari pembaca. Akhir kata,
saya mengucapkan terima kasih dan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 4 November 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
DAFTAR GAMBAR 4
DAFTAR TABEL 5
BAB I PENDAHULUAN 6
1.1 Latar Belakang 6
1.2 Maksud dan Tujuan 7
1.3 Ruang Lingkup 7
BAB II Pengenalan Dan Pedoman Penggunaan Alat Ukur Tanah 8
2.1 Waterpass 8
2.2 Theodolite 10
2.3 Total Station 14
2.4 Praktikum Pengukuran 16
2.4.1 Pengenalan Alat Ukur Wilayah 16
2.4.2 Pengukuran Jarak Horizontal 18
2.4.3 Pengukuran Sudut Horizontal 24
BAB III PENUTUP 29
3.1 Kesimpulan 29
3.2 Saran 29
DAFTAR PUSTAKA

3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Waterpass Sumber: Hidayat, 2012 8
Gambar 2. Bagian-bagian waterpass dan fungsinya 12
Tabel 3. Bagian-bagian total station dan fungsinya 10
Gambar 4. Theodolite dan Bagian-bagiannya 12
Gambar 5. Total Station Sumber: Arifin 2015 14
Gambar 6. total Station dan Bagian-bagiannya 15
Gambar 7. Sketsa Metode Langkah (Pacing) 20
Gambar 8. Sketsa Metode Horizontal Taping 20
Gambar 9. Sketsa Metode Stadia 22
Gambar 10. Sketsa Metode Taping Bertingkat 23
Gambar 11. Sketsa Metode Taping Terpotong 23
Gambar 12. Sketsa Stadia pada Lahan Miring 24
Gambar 13 Sketsa Metode Sinus 25
Gambar 14. Sketsa Metode Kompas 26
Gambar 15. Metode Reinterasi 27
Gambar 16. Sketsa Metode Repetisi 28

4
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Bagian-bagian waterpass dan fungsinya 9
Tabel 2. Bagian-bagian theodolite dan fungsinya 12
Tabel 3. Bagian-bagian total station dan fungsinya 15
Tabel 4. Contoh Tabel Data Pengukuran Metode Langkah 20
Tabel 5. Contoh Tabel Data Pengukuran Metode Taping 21
Tabel 6 Contoh Tabel Data Pengukuran Metode Stadia 22
Tabel 7 Contoh Tabel Data Pengukuran Metode Sinus 25
Tabel 8. Contoh Tabel Data Pengukuran Metode Kompas 26
Tabel 9. Contoh Tabel Data Pengukuran Metode Reiterasi 27
Tabel 10. Contoh Tabel Data Pengukuran Metode Repetisi 28

5
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bentuk permukaan bumi sangat tidak teratur. Ketidakteraturan ini memerlukan
determinasi untuk merepresentasikan ukuran dan bentuknya. Penggambaran bentuk dan
ukuran permukaan bumi pada sebuah peta dapat memudahkan dalam mengamati keadaan
suatu wilayah.
Dalam pembuatan peta yang dikenal dengan istilah pemetaan dapat dicapai dengan
melakukan pengukuran-pengukuran di atas permukaan bumi yang
mempunyai bentuk tidak beraturan. Pengukuran-pengukuran dibagi dalam
pengukuran yang mendatar untuk mendapat hubungan titik-titik yang diukur
di atas permukaan bumi (pengukuran kerangka dasar horizontal) dan pengukuran-
pengukuran tegak guna mendapat hubungan tegak antara titik-titik yang diukur
(Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal) serta pengukuran titik-titik detail.
Pengukuran detail memberikan data topografi di atas peta sehingga diperoleh
bayangan atau informasi dari relief bumi. Kelengkungan dan ketelitian data topografi
tersebut sangat tergantung dari kerapatan titik detail yang akan diukur. Untuk mengukur
titik detail yang lengkap dan efisien, maka harus dipahami maksud dan kegunaan peta
yang akan dibuat. Sebelum suatu daerah dilakukan pengukuran detail harus sudah ada
titik ikat. Biasanya hal-hal yang perlu diukur secara detail adalah segala benda atau
bangunan yang terdapat di areal yang dipetakan akan menambah kelengkapan data peta.
Dalam melakukan pengukuran terhadap suatu wilayah ada beberapa hal
yang harus diperhatikan yaitu metode pengukuran dan alat yang digunakan dalam
melakukan pengukuran. Alat-alat yang biasa digunakan pada pengukuruan suatu wilayah
adalah waterpass, theodolite, total station, GPS, tripod, dan bak ukur.
Berdasarkan pemaparan di atas maka perlu dilakukan praktikum pengenalan alat yang
digunakan dalam mengambil data untuk mengetahui penggunaan alat-alat tersebut
serta metode yang harus dilakukan pada saat pengambilan data.

6
1.2 Maksud Dan Tujuan
Tujuan diadakannya praktikum pengenalan alat adalah untuk mengetahui alat-alat yang
digunakan dalam mengambil data, untuk mengetahui fungsi masing- masing alat,
serta hal-hal yang harus dilakukan dalam pengambilan data.
Maksud Kegunaan dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui metode
pengambilan data pada saat di lapangan sehingga dapat mengaplikasikannya dalam
pembuatan kontur lahan.
1.3 Ruang Lingkup
Berdasarkan kegiatan pekerjaan, peralatan untuk pengukuran wilayah Dapat
dikelompokkan menjadi 2 cara pengukuran di lapangan dan alatukur / pengolah data di
kantor.
Alat pengukuran di lapangan, berdasarkan fungsinya dapat dikelompokkan menjadi 3
yaitu: alat ukur jarak, sudut dan alat bantu. Alatukur jarak termasuk: pita ukur (tape),
mistar ukur, rantai (chain), benang silang (cross hair) untuk pengukuran secara optik,
odometer dan lain-lain. Alat pengukur sudut termasuk: pita ukur (untuk sudut-sudut
istimewa /berdasarkan persamaan phytagoras), prisma (untuk sudut 900 dan 1800),
kompas, level (level otomatis, level miring, level wye) dan theodolite. Mejalapangan
(plane table) adalah alat ukur untuk pemetaan hasil gambar petanya dapat diperoleh di
lapangan.
Alat bantu pengukuran merupakan peralatan yang tidak kalahpentingnya dibandingkan
dengan alat ukur itu sendiri, antara lain: kaki tiga(tripod) sebagai alat penyangga (tempat
penyimpanan) level / theodolite, mistarukur (target rod) sebagai alat sasaran / target
bidikan, unting-unting (plumbob) sebagai alat untuk mendapatkan arah vertikal atau titik
proyeksi padabidang horisontal / miring, patok sebagai alat penanda hasil ukuran
(titikukur).
Alat untuk pekerjaan kantor termasuk: komputer, pinter / plotter,kalkulator dan peralatan
gambar. Penggunaan alat-alat yang telah berlaludi atas harus tak terkalahkan dengan tujuan
dan metode pengukuran.Pengoperasian alat-alat tersebut secara umum juga harus
mengikuti petunjukmerugikan dari pabrik pembuatnya.

7
BAB II
PENGENALAN DAN PEDOMAN PENGGUNAAN ALAT UKUR TANAH

2.1 Waterpass
Waterpass adalah alat yang digunakan untuk mengukur beda tinggi antara dua
titik atau lebih dengan menggunakan metode sifat datar untuk menentukan
ketinggian titik-titik kerangka dasar pemetaan pada pekerjaan rekayasa.
Tinggi objek di atas permukaan bumi diperhitungkan dari suatu bidang referensi,
yaitu bidang yang ketinggiannya dianggap nol atau dikenal bidang geoid (Hidayat,
2012).

Menurut Hidayat (2012), bidang geoid yaitu bidang yang berimpit dengan permukaan air
laut rata-rata atau disebut juga nivo. Bidang-bidang ini selalu tegak lurus dengan arah
gaya berat dimana saja dipermukaan bumi. Alat ini memiliki beberapa bagian yang
masing-masing menjalankan fungsinya, bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut:
 Cermin nivo: untuk memantulkan bayangan nivo.
 Nivo: untuk mengetahui kedataran alat.
 Visir bidikan: untuk mengarahkan arah bidikan teropong.
 Sekrup fokus benang: untuk memfokuskan benang bidikan.
 Lensa bidik: untuk melihat bidikan.
 Sekrup penggerak horizontal: untuk menggerakan secara halus arah bidikan
horizontal teropong

8
 Sekrup leveling: untuk me-level-kan (mendatarkan) alat.
 Plat dasar: untuk landasan alat ke tripod.
 Body teropong: badan teropong.
 Sekrup fokus obyek: untuk memfokuskan obyek bidikan.
 Rumah lensa depan: untuk tempat lensa depan.
 Skala gerakan sudut horizontal: untuk mengetahui besar gerakan sudut
horizontal.
 No seri alat: nomor seri untuk identifikasi alat.
 Bagian dan Fungsi Waterpass

Gambar 2. Bagian-bagian waterpass dan fungsinya

Tabel 1. Bagian-bagian waterpass dan fungsinya:

No Nama Fungsi

1 Teropong Untuk membidik objek


2 Sekrup penyeimbang Menyeimbangkan alat
3 Pemutar halus Memperhalus objek yang dilihat
4 Nivo kotak Menentukan kedataran alat
5 Pemutar fokus Untuk memperjalas objek yang dibidik
Sumber: Data primer, 2015.
Cara menggunakan waterpas ini sebaiknya menggunakan tripod atau kaki tiga sebagai
penyangga dan posisikan pada titik koordinat yang sudah ditentukan. Pastikan tripod dalam
posisi stabil dan kuat serta plat tempat dudukan waterpas tidak dalam keadaan miring.
Letakan waterpas di atas plat tersebut, usahakan waterpas untuk tidak bergerak atau dalam

9
keadaan stabil. Atur sumbu I vertikal dan sumbu II horisontal dengan menggunakan sekrup
penyeimbang nivo. Tepatkan gelembung nivo berada di tengah lingkaran.

Adapun prosedur kerja pada praktikum adalah sebagai berikut:


 Menyiapkan waterpass yang akan digunakan.
 Memperhatikan penjelasan dari asisten mengenai fungsi waterpass, fungsi
dari bagian-bagian waterpass, dan cara penggunaannya.
 Menyalakan waterpass dengan menekan tombol power.
 Mengkalibrasi waterpass dengan cara memutar sekrup penyeimbang hingga
cairan yang ada dalam nivo berada ditengah atau seimbang.

2.2 Theodolite
Theodolite merupakan alat ukur tanah yang universal. Selain digunakan untuk
mengukur sudut harizontal dan sudut vertikal, theodolite juga dapat digunakan untuk
mengukur jarak secara optis. Theodolite merupakan generasi kedua setelah waterpass
(Muhamadi, 2014).

Gambar 3. Theodolite Sumber: Muhamadi, 2014

Menurut Muhamadi (2014), dengan adanya teropong pada theodolite, maka theodolite
dapat dibidikkan ke segala arah. Dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolite digunakan
untuk menentukan sudut siku-siku dan mengukur ketinggian bangunan. Selain itu, alat ini

10
juga dapat digunakan untuk pengukuran polygon pemetaan situasi, maupun pengamatan
matahari. Theodolite juga dapat berubah fungsi menjadi seperti pesawat penyipat datar
bila sudut vertikalnya dibuat 90°. Bagian-bagian theodolite adalah sebagai berikut:
 Kompas: untuk menentukan letak dan kedudukan pesawat terhadap arah utara
00.
 Visir: untuk membidik objek secara kasar.
 Lensa okuler dan sekrup okuler: untuk memperjelas benang diafragma.
 Sekrup mikrometer: untuk menyetel pembacaan sudut menit dan sekon.
 Cermin: untuk memantulkan cahaya agar pembacaan dan mikrometer lebih jelas.
 Pengunci vertikal: untuk mengunci teropong pada arah vertikal.
 Sekrup penggerak halus vertikal: untuk menggerakkan pesawat ke arah vertikal
secara halus.
 Lensa objektif dan sekrup objektif: untuk membidik objek dan sekrup untuk
memperjelas bayangan objek.
 Sekrup 1: untuk mengunci pesawat secara horizontal.
 Sekrup penggerak halus horizontal: untuk menggerakkan pesawat ke arah
horizontal secara horizontal.
 Sekrup kaki tiga: untuk menyetel nivo kotak dan nivo tabung agar gelembung
udara masuk ke dalam pusat lingkaran nivo sehingga pesawat siap untuk
digunakan.
 Lensa pembacaan dan sekrup: untuk pembacaa sudut baik horizontal
maupun vertikal.
 Nivo kotak dan nivo tabung: untuk menyeimbangkan kedudukan pesawat.
 Sekrup 2: untuk mengunci pesawat ke arah horizontal pada saat pembacaan.
 Center point: untuk menyetel kedudukan pesawat agar tepat pada ujung.
 Statif: untuk landasan pesawat yang dilengkapi dengan sekrup pengunci agar
statif dan pesawat dapat menyatu dengan baik.
 Bagian dan Fungsi Theodolite

11
Gambar 4. Theodolite dan Bagian-bagiannya

Tabel 2. Bagian-bagian theodolite dan fungsinya


No Nama Fungsi
1 Gagang Untuk memegang alat
2 Teropong Untuk membidik objek
3 Pemutar fokus Memperjelas penglihatan objek yang dibidik
4 Pengunci vertikal Mengunci gerak alat secara vertikal
5 Pemutar halus vertikal Memperhalus objek yang dilihat
6 Display Menampilkan hasil bidikan
7 Nivo kotak Menentukan kedataran suatu alat
8 Nivo tabung Menentukan kedataran suatu alat
Pemutar halus
9 Memperhalus objek yang dilihat
horizontal
10 Pengunci horizontal Mengunci gerak alat secara horizontal
11 Sekrup penyeimbang Menyeimbangkan nivo
12 Tombol power Menyalakan dan mematikan alat
Sumber: Data primer, 2015.

Alat ukur optik ini dibuat untuk menentukan tinggi dari tanah pengukuran sudut yang
berupa sudut tegak (sudut vertikal) dan sudut mendatar (sudut horisontal). Ada 3 macam
theodolit:
 Theodolit Reterasi: terdapat plat lingkaran skala (horizontal) yang menjadi satu

12
dengan plat lingkaran nonius dan tabung sumbu pada kiap. Theodolit ini memiliki
sekrup pengunci plat nonius.
 Theodolit Repetisi: plat lingkaran skala horizontal dapat berputar sendiri dengan
tabung poros sebagai sumbu putar. Terdapat sekrup pengunci lingkaran horizontal
dan juga skrup nonius.
 Theodolit Elektro Optis: sistem penoprasian sama dengan theodolit optis hanya saja
mikroskop pada pembacaan skala lingkaran menggunakan sistem sensor sebagai
elektro optis model (alat penerima gelombang elektromagnetis).
Fungsi dari theodolit yaitu untuk pengukuran polygon, pemetaan situasi dan juga
pengamatan matahari. Tidak hanya itu, theodolit juga bisa berfungsi seperti PPD jika sudut
vertikalnya diubah menjadi 900. Teropong yang ada di theodolit, membuatnya dapat
membidik ke segala arah. Pada konstruksi bangunan, theodolit dapat berfungsi untuk
menentukan sudut siku –siku pada pondasi dan juga mengukur ketinggian bangunan
bertingkat.
Untuk menggunakan theodolit pastikan posisikan tripod atau penyangga panjang pada
tempat yang datar dan atur ketinggiannya sekitar tinggi dada. Kencangkan sekrup pengunci
pada kaki penyangga panjang. Usahakan plat tribar (untuk meletakan theodolit) dalam
keadaan datar. Letakan theodolit kemudian kencangkan sekrup pengunci. Atur nivo sampai
sumbu I berada pada posisi vertikal dan atur juga nivo pada tabung agar sumbu II berada
pada posisi mendatar, atur theodolit pada hingga berada pada posisi tengah titik ikat (BM).

Adapun prosedur kerja pada praktikum adalah sebagai berikut:


 Menyiapkan theodolite yang akan digunakan.
 Memperhatikan penjelasan dari asisten mengenai fungsi theodolite, fungsi
dari bagian-bagian theodolite, dan cara penggunaannya.
 Menyalakan theodolite dengan menekan tombol power.
 Mengkalibrasi theodolite dengan cara memutar sekrup penyeimbang hingga
cairan dalam nivo berada ditengah atau seimbang.

13
2.3 Total Station
Total station adalah peralatan elektronik ukur sudut dan jarak yang menyatu dalam 1
unit alat. Data dapat disimpan dalam media perekam. Media ini ada yang berupa on-
board/internal, eksternal (select field book) atau berupa card. Salah catat tidak ada.
Mampu melakukan beberapa hitungan (misalnya: jarak datar, beda tinggi, dan lain-lain)
di dalam alat. Juga mampu menjalankan program-program survey (Darmawan, 2015).

Gambar 5. Total Station


Sumber: Arifin 2015

Data secara elektronis dapat dikirim ke komputer dan diolah menjadi peta dengan program
mapping software. Total station merupakan theodolite terintegrasi dengan komponen
pengukur jarak elektronik electronic distance meter untuk membaca jarak dan
kemiringan dari instrumen ke titik tertentu. Total station banyak digunakan dalam
pemetaan lahan, seperti pemetaan topografi untuk konstruksi jalan dan bangunan.
Total station juga digunakan di situs arkeologi untuk mengukur kedalaman penggalian,
dan oleh kepolisian untuk melakukan investigasi tempat kejadian perkara. Total station
banyak digunakan dalam pemetaan kawasan pertambangan. Teknologi ini dapat
digunakan di dalam tambang tertutup untuk mengukur kedalaman dan jarak tambang
dari permukaan dan mulut tambang, juga kedalaman penggalian pada tambang
terbuka. Total station yang digunakan dalam bidang konstruksi umumnya untuk
melakukan pengukuran lokasi pembangunan sebelum dilakukan perataan tanah dan
peletakan pondasi, juga mengukur tingkat kemiringan dan kerataan lantai yang
dikehendaki serta posisi bangunan tertentu terhadap bangunan lainnya. Selain itu,

14
pemasangan perpipaan dan kabel juga membutuhkan teknologi ini; terutama perpipaan
untuk meningkatkan efisiensi pemompaan fluida (Arifin, 2015).
 Bagian dan Fungsi Total Station

Gambar 6. total Station dan Bagian-bagiannya

Tabel 3. Bagian-bagian total station dan fungsinya


No Nama Fungsi
1 Gagang Sebagai pegangan alat
2 Display Menampilkan hasil bidikan
3 Sekrup penyeimbang Menyeimbangkan alat
4 Nivo kotak Menentukan kedataran sumbu vertikal
5 Teropong Membidik suatu objek
6 Pengunci horizontal Mengunci gerak alat secara horizontal
7 Pemutar halus Memperhalus objek yang dilihat
horizontal
8 Pengunci vertikal Mengunci gerak alat secara vertikal
9 Sekrup penyeimbang Mengatur keseimbangan alat
10 Dudukan Penyangga alat
11 Nivo tabung Menentukan kedataran alat
Sumber: Data primer, 2015.

Merupakan alat ukur elektronik yang berasal dari pengembangan theodolit. Namun alat ini
dilengkapi oleh pengukuran jarak dan sudut secara elektronik dengan bantuan dari reflektor

15
sebagai target dan pengganti rambu ukur. Untuk mempermudah penggunaan, total station
perlu dihubungankan dengan komputer. Fungsi total station yaitu dapat digunakan untuk
menghitung jarak, arah, titik koordinat dan juga beda tinggi secara elektronis.
Untuk menggunakan total station pastikan posisi tripod sudah stabil dan kuat untuk
menopang total station dan terletak di titik koordinat yang telah ditentukan. Atur nivo di
kedua sumbu agar tepat pada posisi di tengah lingkaran dan sejajar dengan posisi kita saat
berdiri. Jika sudah sesuai dan semua berada pada posisi yang tepat (gelembung nivo berada
di tengah), total station siap digunakan.

Adapun prosedur kerja pada praktikum adalah sebagai berikut:


 Menyiapkan total station yang akan digunakan.
 Memperlihatkan penjelasan dari asisten mengenai fungsi total station, fungsi
dari bagian-bagian total station, dan cara penggunaannya.
 Menyalakan total station dengan menekan tombol power.
 Mengkalibrasi total station dengan memutar sekrup penyeimbang hingga
cairan dalam nivo berada ditengan atau seimbang.
2.4 Praktikum Pengukuran
2.4.1 Pengenalan Alat Ukur Wilayah
a) Tujuan
Praktikan dapat mengenal berbagai macam alat ukur wilayah, serta dapat
memahami fungsi dan cara penggunaannya.
b) Peralatan
• Pita ukur • Plane table
• Kompas • Planimeter
• Abney level • Theodolite
• Tilting level • Target rod
• Auto level • Patok
c) Teori Singkat
Berdasarkan kegiatan pekerjaan, peralatan untuk pengukuran wilayah dapat
dikelompokkan menjadi 2 yaitu alat pengukuran di lapangan dan alat
ukur/pengolah data di kantor.

16
Alat pengukuran di lapangan, berdasarkan fungsinya dapat dikelompokkan
menjadi 3 yaitu: alat ukur jarak, sudut dan alat bantu. Alat ukur jarak meliputi:
pita ukur (tape), mistar ukur, rantai (chain), benang silang (cross hair) untuk
pengukuran secara optik, odometer dan lain-lain. Alat pengukur sudut meliputi:
pita ukur (untuk sudut-sudut istimewa / berdasarkan persamaan phytagoras),
prisma (untuk sudut 900 dan 1800), kompas, level (auto level, tilting level, wye
level) dan theodolite. Meja lapangan (plane table) adalah alat ukur untuk
pemetaan yang hasil gambar petanya dapat langsung diperoleh di lapangan.
Alat bantu pengukuran merupakan peralatan yang tidak kalah pentingnya
dibandingkan dengan alat ukur itu sendiri, antara lain: kaki tiga (tripod)
sebagai alat penyangga (tempat kedudukan) level/theodolite, mistar ukur
(target rod) sebagai alat sasaran/target bidikan, unting-unting (plum bob)
sebagai alat untuk mendapatkan arah vertikal atau titik proyeksi pada bidang
horisontal/miring, patok sebagai alat penanda hasil ukuran (titik ukur).
Alat untuk pekerjaan kantor meliputi: komputer, pinter/plotter, kalkulator dan
peralatan gambar. Penggunaan alat-alat yang telah disebutkan di atas harus
disesuaikan dengan tujuan dan metode pengukuran. Pengoperasian alat-alat
tersebut secara umum juga harus mengikuti petunjuk pengoperasian dari pabrik
pembuatnya.
d) Prosedur
 Masing-masing kelompok menujuke tempat peralatan yang
telah disiapkan. Peralatan yang diamati berbeda-beda untuk tiap-tiap
kelompok.
 Dengarkan dan catat penjelasan dari asisten mengenai alat yang
meliputi: nama, merk, tipe, bagian-bagiannya, fungsi/kegunaan dan cara
penggunaannya.
 Buat gambar sketsa dari setiap alat yang diamati lengkap dengan
keterangan gambarnya.
 Lakukan pengoperasian sederhana (demonstrasi pengukuran) dengan
didampingi asisten.

17
 Bila waktu pengamatan suatu alat yang disediakan selesai, lakukan
rotasi (pergiliran) pengamatan terhadap alat-alat yang lain.
 Bila pengamatan seluruh alat telah selesai, lakukan pengecekan
kelengkapan peralatan dan simpan kembali ke tempat semula dalam
keadaan baik dan bersih.
2.4.2 Pengukuran Jarak Horizontal
a. Tujuan
Praktikan dapat mempelajari dan mampu melakukan pengukuran jarak
horisontal antara dua titik/obyek dengan menggunakan metode langkah, pita
ukur dan stadia.
b. Peralatan
• Pita ukur • Target rod
• Abney level • Pin ring
• Auto level • Unting-unting
• Jalon (line rod)• Patok
c. Teori Singkat
Pengukuran jarak horisontal merupakan salah satu komponen yang penting
dalam pengukuran wilayah. Jarak horisontal adalah jarak antara dua titik yang
diukur tanpa memperhatikan perbedaan elevasi, dengan demikian jarak
horisontal merupakan jarak antara arah unting-unting. Jarak horisontal
dapatditentukan dengan menggunakan metode langkah, pita ukur,
pedometer, odometer, rantai, stadia dan EDM (Electronic Distance Measuring).
Pengukuran dengan metode langkah (pacing) menggunakan langkah normal
orang dewasa yang telah dilakukan standarisasi/rata-rata pada lahan
datar. Misalnya 50 m = 70 langkah, maka 1 langkah = 50/70 m = 0.71 m.
Pengukuran dengan metode pita ukur (taping), mencakup 2 metode yaitu
horizontal taping dan slope taping, dengan kriteria sebagai berikut:
 Horizontal Taping diterapkan bila permukaan lahan yang diukur datar
(slope 0 % – 3 %)
 Slope Taping diterapkan bila kemiringan (slope) permukaan lahan lebih
dari 3 %. Slope Taping dibedakan menjadi 2, yaitu:

18
 Taping bertingkat, untuk slope 3 % – 10 %
 Taping terpotong, untuk slope > 10 %.
Stadia merupakan teropong yang dilengkapi dengan “stadia hair” (benang
diafragma) dan dipasang pada statif kaki tiga (tripod). Metode stadia disebut
juga Takimetri. Alat ukur dengan posisi stadia horisontal disebut level
(penyipat datar). Macam-macam alat penyipat datar adalah dumpy level, wye
level, tilting level dan automatic level. Alat ukur yang memiliki posisi stadia
secara horisontal dan vertikal adalah theodolite. Persamaan jarak dengan posisi
stadia horisontal adalah:
D  CS  K BA
BT

BB
Dimana: D = jarak horisontal (m)
C = faktor pengali, biasanya = 1 D

S = selisih antara benang atas (BA) dan benang bawah (BB) (cm)
K = faktor penambah, biasanya = 0
d. Prosedur
d.1. Pengukuran Jarak Horisontal pada Lahan Datar
a. Metode Langkah (Pacing)
 Lakukan standarisasi langkah. Pada lahan datar, tentukan
jarak tertentu (misal 30 m) menggunakan pita ukur. Lakukan
standarisasi langkah 2 kali ulangan dan hitung rata-ratanya.
 Tentukan dua titik yang akan diukur (A dan B) > 60 m pada
lahan datar, masing-masing beri tanda dengan patok.
 Lakukan pengukuran jarak dengan menghitung jumlah
langkah dari A ke B (pengukuran pergi). Ulangi dari B ke A
(pengukuran pulang). (lihat sketsa metode, Gambar 2.1).
 Hitung rata-rata jarak AB.
 Hitung error untuk ketelitian pengukurannya.

19
Gambar 7. Sketsa Metode Langkah (Pacing)

Tabel 4. Contoh Tabel Data Pengukuran Metode Langkah


Hasil
No Kegiatan Jumlah Jarak/langkah Jarak (m)
langkah (m)
1 Standarisasi Langkah (L = 30.00 m)
a. Pengukuran I …. …. --
b. Pengukuran II …. …. --
Rerata -- …. --
2 Pengukuran Jarak AB
a. Pengukuran pergi …. …. ….
b. Pengukuran pulang …. …. ….
3 Rerata, S = (AB+BA)/2 -- -- ….
4 Selisih pergi-pulang, S = AB - BA ….
5 Error, E = (S/S) x 100 % = …. %

b. Metode Pita Ukur (Horizontal Taping)


 Lakukan pengukuran jarak dari titik A ke B (yang
digunakan pada metode langkah). Pengukuran I dan II
dengan tape terbentang 30 m, kemudian baru diukur sisa
jarak ke titik B (pengukuran pergi).
 Ulangi pengukuran dari titik B ke A (pengukuran pulang).
(lihat sketsa metode, Gambar 2.2).
 Hitung rata-rata jarak AB.
 Hitung error untuk ketelitian pengukuran. Allowable Error
(AE) < 0.3 %.

Gambar 8. Sketsa Metode Horizontal Taping

20
Tabel 5. Contoh Tabel Data Pengukuran Metode Taping

No Kegiatan Segmen (m) Jarak Total (m)

1 Pengukuran pergi
a. Pengukuran AC …. --
b. Pengukuran CD …. --
c. Pengukuran DB …. --
Jarak AB = AC + CD + DB -- ….
2 Pengukuran pulang
a. Pengukuran BE …. --
b. Pengukuran EF …. --
c. Pengukuran FA …. --
Jarak BA = BE + EF + FA -- ….
3 Rerata, S = (AB+BA)/2 -- ….
4 Selisih pergi-pulang, S = AB - BA ….
5 Error, E = (S/S) x 100 % = …. %

c. Metode Stadia
 Jarak titik A dan B (yang telah dibuat pada metode Pacing)
dibagi menjadi 4 bagian/segmen, dengan memasang 3 patok
bantu. Patok- patok harus berada pada satu garis lurus.
Pelurusan dilakukan dengan bantuan jalon.
 Lakukan pengukuran pergi dimulai dengan mendirikan (set
up) alat auto level di titik C. Bidik belakang (back sight,
BS) ke titik A lalu bidik muka (fore sight, FS) ke titik D,
baca & catat benang atas (BA), benang tengah (BT) dan
benang bawah (BB). (Lihat sketsa metode, Gambar 2.3)
(Catatan: selisih BA dan BT = selisih BT dan BB. Bila tidak
diperoleh angka yang sama, perbedaan maksimum 1 mm.
BA, BT dan BB selalu dicatat pada setiap bidikan)
 Pindahkan alat ke E, bidik BS ke titik D lalu bidik FS ke
titik B.
 Hitung jarak AB. Pengukuran pergi selesai.
 Lakukan pengukuran pulang (B ke A) dengan
prosedur seperti pengukuran pergi (poin 2 dan 3).

21
 Hitung jarak BA.
 Hitung rata-rata jarak AB.
 Hitung error untuk ketelitian pengukuran. AE < 0.3 %.

Gambar 9. Sketsa Metode Stadia

Tabel 6 Contoh Tabel Data Pengukuran Metode Stadia


BS FS
Titik Jarak (m)
BA BT BB BA BT BB
1. Pengukuran Pergi
A …. …. …. -- -- -- ….
D …. …. …. …. …. …. ….
B -- -- -- …. …. …. ….
AB = AD + DB ….
2. Pengukuran Pulang
B …. …. …. -- -- -- ….
G …. …. …. …. …. …. ….
A -- -- -- …. …. …. ….
BA = BG + GA ….
Rerata, S = (AB+BA)/2 ….
Selisih pergi-pulang, S = AB - BA ….
Error, E = (S/S) x 100 % = …. %

d.2. Pengukuran Jarak Horisontal pada Lahan Miring


I. Metode Taping Bertingkat (Slope 3 – 10 %)
 Tentukan dua titik yang akan diukur (A dan B) pada lahan
miring (slope 3 – 10 %) dengan jarak > 60 m, masing-
masing beri tanda dengan patok.
 Lakukan pengukuran pergi. Pengukuran I dan II dengan
tape terbentang horisontal 30 m (leveling tape dibantu
dengan abney level), kemudian baru diukur sisa jarak ke
titik B (lihat sketsa metode, Gambar 2.4).

22
 Lakukan pengukuran pulang, dengan prosedur seperti poin
2.
 Hitung rata-rata jarak AB
 Hitung error pengukurannya. AE < 0.3 %.

Gambar 10. Sketsa Metode Taping Bertingkat

II. Metode Taping Terpotong (Slope > 10 %)


 Tentukan dua titik yang akan diukur (A dan B) pada lahan
miring (slope> 10 %), masing-masing beri tanda dengan
patok.
 Lakukan pengukuran pergi. Pengukuran dilakukan tiga kali
dengan jarak I, II dan III disesuaikan dengan kondisi
lapangan. Misalnya lahan yang slopenya besar, mungkin
dapat membentangkan tape sepanjang 10 m (lihat sketsa
metode, Gambar 2.5).
 Lakukan pengukuran pulang, dengan prosedur seperti poin
2.
 Hitung rata-rata jarak AB
 Hitung error pengukurannya. AE < 0.3 %.

Gambar 11. Sketsa Metode Taping Terpotong

23
III. Metode Stadia pada Lahan Miring
 Jarak titik A dan B (yang telah dibuat pada metode Taping
Terpotong) diukur menggunakan metode stadia dengan
prosedur seperti pengukuran pada lahan datar. Pembagian
jumlah segmen tergantung kondisi lapangan, bisa kurang
atau lebih dari 4 bagian/segmen.
 Pengukuran dilakukan pergi-pulang.
 Hitung rata-rata jarak AB.
 Hitung error pengukurannya. AE < 0.3 %.

Gambar 12. Sketsa Stadia pada Lahan Miring

2.4.3 Pengukuran Sudut Horizontal


a. Tujuan
Praktikan dapat mempelajari dan memahami sudut horisontal dan beberapa
metode pengukurannya, serta mampu dan trampil melakukan pengukuran
sudut horisontal.
b. Peralatan
• Theodolite • Abney level
• Target Rod • Unting-unting
• Kompas • Patok
• Pita Ukur
c. Teori Singkat
Sudut horisontal (sudut arah) adalah sudut yang terbentuk pada bidang
horisontal. Sudut arah tidak menentukan arah Utara-Selatan atau Timur-
Barat, tetapi hanya menentukan posisi suatu obyek terhadap obyek lainnya.

24
Oleh karena itu dalam pengukuran untuk pemetaan dengan sistem sudut arah
ini harus dimulai dari dua titik yang telah diketahui azimutnya untuk
mengetahui posisi dari garis-garis atau titik yang diukur.
d. Prosedur
a. Metode Sinus
 Tentukan titik-titik A, O dan B sehingga AOB membentuk suatu
sudut lancip.
 Ukur jarak R pada OA dan OB, beri tanda A’ dan B’.
 Ukur jarak A’B’ dan tentukan titik tengah C (lihat sketsa
metode, Gambar 3.1).
 Sudut AOB () dihitung dengan rumus:

Gambar 13 Sketsa Metode Sinus

Tabel 7 Contoh Tabel Data Pengukuran Metode Sinus


No Uraian Nilai
1 Panjang OA’ = OB’ ….. m
2 Panjang A’C = CB’ ….. m
3 sin ½  = B’C/OB’ …..
4 Sudut AOB () …. 

b. Metode Tangen
 Langkah-langkahnya sama dengan Metode Sinus.
 Ukur jarak OC.
 Sudut AOB () dihitung dengan rumus:

25
c. Metode Kompas
 Gunakan sudut AOB sebelumnya.
 Di titik sudut (O), arahkan jarum kompas ke utara kemudian
bidikkan ke titik A searah jarum jam, baca skala sudut (β).
 Teruskan bidik ke titik B searah jarum jam, baca skala sudut ().
 Sudut antara A dan B terhadap titik O (tempat pembidikan) atau
sudut AOB () adalah  =  - β

Gambar 14. Sketsa Metode Kompas

Tabel 8. Contoh Tabel Data Pengukuran Metode Kompas


No Uraian Nilai
1 Sudut UOA (β) …..
2 Sudut UOB () …..
3 Sudut AOB ( =  - β) …..

d. Metode Reitasi
 Gunakan sudut AOB sebelumnya.
 Set up theodolit di titik O.
 Buat skala sudut horisontal pada 0º, posisi teropong pada
keadaan biasa.

26
 Bidik titik A, baca sudutnya dengan nonius I dan nonius II (bila
nonius II ada).
 Putar ke titik B, baca sudutnya dengan nonius I dan II.
 Buat teropong pada keadaan luar biasa, baca sudutnya dengan
nonius I dan II.
 Arahkan teropong ke A, baca sudutnya, pengukuran disebut 1
(satu) seri.
 Buat teropong pada keadaan biasa kembali.
 Lakukan kembali langkah 4, 5, 6 dan 7 berulang kali sampai n
seri.

Gambar 15. Metode Reinterasi

Tabel 9. Contoh Tabel Data Pengukuran Metode Reiterasi


Pembacaan Sudut
Rata-rata Pertama Sudut
Titik Teropong Nonius Terukur
I II = 00’0’’
 ’ ’’ ’ ’’  ’ ’’  ’ ’’  ’ ’’
A Bi
B Bi
B LBi
A LBi
Rata-rata
e. Metode Repetisi
 Gunakan sudut AOB sebelumnya.
 Set up theodolit di titik O.
 Buat skala sudut horisontal pada 0º, posisi teropong pada
keadaan biasa.
 Bidik titik A, baca sudutnya dengan nonius I dan nonius II (bila
nonius II ada).
 Putar ke titik B, baca sudutnya dengan nonius I dan II.

27
 Dengan melepas pengunci bawah dan mengencangkan pengunci
atas, putar teropong ke titik A.
 Dengan melepas pengunci atas dan mengencangkan pengunci
bawah, putar teropong ke titik B.
 Ulangi langkah 6 dan 7 sampai n kali.
 Lakukan untuk keadaan luar biasa dari pekerjaan 3 sampai 8.

Gambar 16. Sketsa Metode Repetisi

Tabel 10. Contoh Tabel Data Pengukuran Metode Repetisi


Pembacaan Sudut Sudut
Nonius Rata-rata Pertama Terukur
Titik
I II = 00’0’’
 ’ ’’ ’ ’’  ’ ’’  ’ ’’  ’ ’’
A (Bi)
1x B (Bi)
6x B (Bi)
A (LBi)
1x B (LBi)
B (LBi)
Rata-rata

28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
 Ilmu ukur Tanah adalah ilmu yang mempelajari tentang pemetaan bentuk muka
bumi pada suatu bidang datar.
 Alat yang digunakan dalam melalukan pengukuran suatu wilayah adalah
waterpass, theodolite, dan total station.
 Waterpass adalah alat yang digunakan untuk mengukur beda tinggi antara dua
titik atau lebih dengan menggunakan metode sifat datar.
 Theodolite merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur sudut
harisontal dan sudut vertikal, juga dapat digunakan untuk mengukur jarak
secara optis.
 Total station adalah peralatan elektronik ukur sudut dan jarak dimana hasil
pengukuran dapat disimpan dalam media perekam berupa card.
 Pengaplikasian ilmu ukur wilayah adalah pada penentuan konstuksi lahan
pertanian dan rancang sistem perairan.
3.2 Saran
Saran saya terhadap praktikum pengenalan alat adalah sebaiknya waktu praktikum
ditambah dan semua alat yang akan digunakan dijelaskan agar pada saat praktikum
dilapangan asisten tidak perlu lagi mengulang penjelasannya.

29
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2015. Teori Sipat Datar pdf. Diakses pada Sabtu, 14 Maret 2015. Darmawan,
Mikho Henri. 2015. Studi Keandalan Alat ETS Gowing TKS 202
Dalam Pengukuran Situasi pdf. Diakses pada Sabtu, 14 Maret 2015.

Hidayat, Nursyamsu. 2012. Sifat Datar Levelling Waterpassing. Civil Engineering Diploma
Program Vocational School Gajah Mada University: Yogyakarta.

Puraamijaya, Iskandar Muda. 2015. Teknik Survey Dan Pemetaan. Direktorat Pembinaan
Menengah Kejuruan: Jakarta.

Muhamadi, Mansur. 2014. Pendidikan Dan Pelatihan Teknis Pengukuran Dan Pemetaan Kota.
Fakultas Teknik Sipil Dan Perancangan Institut Teknologi Sepuluh Nopember: Surabaya.

Nujiten. 2012. Measuring And Projecting. Gouda: Pontianak.


Putro, Haryono. 2015. Ilmu Ukur Tanah pdf. Diakses pada Sabtu, 14 Maret 2015.

https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/alat-ukur-tanah

https://www.academia.edu/34871027/Modul_Praktikum_Ilmu_Ukur_Tanah

https://www.slideshare.net/chichauragano/laporan-praktikum-1-pengenalan-alat

30

Anda mungkin juga menyukai