BAB I
PENDAHULUAN
baru yang sampai saat ini belum tercapai kesepakatan bersama dalam
mengartikannya. Para ahli baik ahli ilmu hukum dan ahli ilmu ekonomi,
governance.1
diuraikan dengan meninjau hakikat dari masing-masing kata yang terdapat dalam
atau perusahaan yang menjadi objek dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
pengelolaan perusahaan.2
prinsip utama yang melekat pada perusahaan, yaitu prinsip perusahaan sebagai
1
Wahyu Kurniawan, Corporate Governance Dalam Aspek Hukum Perusahaan, Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti, 2012, hlm. 1
2
AC, Fernando, Corporate Governance: Principles, Policies, and Practice, Delhi:
Darling Kindersley, 2006, hlm. 9.
2
badan hukum dan prinsip perusahaan sebagai entitas hukum mandiri.3 Kedua
dalam hukum perusahaan pada umumnya yang dikenal di hampir seluruh negara
hukum mandiri telah diatur dalam UUPT Tahun 2007. Perusahaan sebagai badan
hukum secara tegas diatur pada Pasal 1 angka 1 UUPT 2007 yang menyatakan:
eksplisit dalam UUPT Tahun 2007, tetapi dapat ditemukan karakternya pada Pasal
bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan
dan tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi saham yang
berbeda.
Hampir satu abad yang lalu, Arthur W. Marchen Jr. telah menyadari
tersebut.5 Oleh karena itu, Machen Jr. menjelaskan perbedaan antara perusahaan
3
Indra Bastian, Akutansi Sektor Publik, Jakarta: Erlangga, 2006, hlm. 239.
4
Handri Raharjo, Hukum Perusahaan, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2009, hlm 139.
5
Machen Jr., Arthur W., Corporate Personality, Harvard Law Review Vol. XXIV No. 4,
hlm. 258
3
sebagai badan hukum dan sebagai entitas hukum yang mandiri. Perusahaan
jawab dalam diri perusahaan serta berkaitan dengan sejarah berdirinya suatu
badan hukum yang dilatarbelakangi oleh dua teori besar, yaitu teori fiksi dan teori
entitas natural. Hal ini berbeda dengan prinsip perusahaan sebagai entitas hukum
mandiri. Prinsip hukum ini lebih mengarah pada pemisahan harta dan tanggung
jawab antara perusahaan dengan pendiri atau pemegang saham. Kegunaan prinsip
hukum ini adalah menentukan secara tegas bagaimana kedudukan harta kekayaan
suatu sistem yang menjadi penengah dalam segala permasalahan, yaitu Corporate
keuntungan, bagaimana investor yakin bahwa para pengurus perseroan tidak akan
Sistem tata kelola perusahaan yang tertib dan terbuka ini, yang biasa
6
Wahyu Kurniawan, Op. Cit, hlm. 2-3
7
Badriyah Rifai Amirudin, Artikel Pendidikan Network ; Peran Komisaris Independen
dalam Mewujudkan Good Corporate Governance di Tubuh Perusahaan
Publik,http://researchengines.com/badriyahamirudin, terakhir diakses pada tanggal 1 Januari 2014.
4
lanjut oleh berbagai institut manajemen dan lembaga keuangan dunia seperti The
World Bank dan Asian Development Bank serta berbagai kalangan akademis di
dunia pendidikan. Pada saat ini hampir sebagian besar buku bacaan wajib dalam
bidang manajemen umum dan strategic management salah satu babnya akan
membahas masalah ini dan mereka menyarankan agar GCG mulai dijalankan oleh
perusahaan yang digunakan untuk menetapkan dan mengawasi arah strategi dan
strategis secara efektif dan terkoordinasi. Dengan bekal dari pedoman tersebut
maka dapat dibangun kepercayaan antara pemilik perusahaan dan para pengurus
kepentingan para pemilik modal, maka pemilik perusahaan melalui Rapat Umum
Dewan Komisaris.
memperoleh nilai perusahaan (value of the firm) yang maksimal apabila fungsi
dan tugas masing-masing pelaku organisasi bisnis yang modern dapat dipisahkan
dengan membentuk:
5
1. Board of Directors, dengan syarat mereka bekerja full time dan tidak
komisaris di setiap negara berbeda, ada satu semangat yang sama untuk
keputusan dalam dewan. Dengan kata lain, mereka harus mendasarkan pada
beragam pengalaman dan latar belakang, dan bila perlu dengan rentang usia yang
memberikan kontribusi bagi terciptanya krisis ekonomi yang mulai terjadi sekitar
tahun 1997.
asing diharapkan menjadi salah satu altenatif untuk recovery ekonomi Indonesia.
8
Yusuf Faisal, Pedoman Praktis Dewan Komisaris, Komite Audit dan Sekretaris
Korporat Perusahaan Terbuka (Tbk.) & BUMN Plus Prinsip-Prinsip & Praktek Good Corporate
Governance, Jakarta: Institut Komisaris Perseroan Indonesia, 2002, hlm. 7
9
I Nyoman Tjager, Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada
BUMN, dalam Kebijakan Fiskal: Pemikiran, Konsep dan Implementasi, diedit oleh Heru
Subiyantoro dan Singgih Riphat, Jakarta: Kompas, 2004, hlm. 43
7
Indonesia diharapkan dapat menjadi salah satu jalan keluar dari krisis yang
perusahan konglomerasi yang sedang sakit bisa segera survive. Begitu pula
penyehatan, tetap bisa bertahan dan mempunyai daya saing yang tinggi dalam
dunia bisnis baik di kancah pergaulan global maupun domestik. Hal ini penting
masyarakat dalam lingkup yang luas. Terlebih jumlah perseroan terbatas yang
terdaftar di Indonesia saat ini sudah mencapai 23.941 perusahaan, dan setiap
harinya terus bertambah10. Sedangkan jumlah Badan Usaha Milik Negara yang
yang didasari pada pandangan bahwa GCG menjadi kebutuhan utama bagi PT
Terbuka untuk menjamin dan melindungi investor publik atas dana yang
adalah asumsi yang dapat diterima, apalagi dilihat dari kepentingan untuk
10
Badan Pusat Statistik, Jumlah Perusahaan Industri Besar-Sedang 2008-2013 Menurut
Subsektor, diakses pada 1 Januari 2015.
11
Dianalisis berdasarkan data BUMN dengan klasifikasi Persero tidak termasuk Perum.
Lihat www.bumn.go.id diakses pada 1 Januari 2015.
8
prinsip tata kelola yang baik meskipun UU No. 40 Tahun 2007 secara tersirat
mengatur perihal tata kelola perusahaan yang baik. Namun berdasarkan catatan
seperti Malaysia 71.69, Singapura 71.68, Thailand 75.39, Philipina 57.99 dan satu
tertinggi penerapan Good Corporate Governance pada Tahun 2014.12 Kondisi ini
Hal ini juga dikuatkan Etty Retno Wulandari, advisor senior Otoritas Jasa
kuat pemerintah dan masyarakat guna menanamkan nilai budaya perusahaan yang
12
Asian Development Bank, ASEAN corporate governance scorecard: Country reports
and assessments 2013–2014. Mandaluyong City, Philippines, Asian Development Bank, 2014,
hlm 3.
13
Penilaian dilakukan terhadap seluruh perseroan terbatas yang tercatat dan terdaftar pada
Kementerian Hukum dan HAM, namun hanya sebagain kecil saja yang benar-benar menerapkan
prinsip GCG, dan umumnya dilakukan oleh perseroan terbatas di bidang perbankan atau yang
sudah IPO dan Badan Usaha Milik Negara.
14
Seminar Transformasi Budaya Korporasi melalui Good Corporate Governance (GCG)
dalam rangka Dies Natalis Universitas Trisakti, yang digelar oleh Fakultas Ekonomi Trisakti pada
Kamis , 11 Desember 2014.
9
Governance terus menjadi sorotan belakangan ini. Banyak kasus tindak korupsi
lembaga publik.
prinsip GCG belum secara eksplisit diatur dalam UU PT, sementara untuk BUMN
lemah. Bagi BUMN, penerapan GCG adalah kewajiban dalam upaya mewujudkan
tata kelola perusahaan yang baik, maka atas dasar itulah Menteri BUMN
sinergi antara GCG dan GGG. Jika penerapan GGG baik tentu akan ada tekanan
pada penerapan GCG yang baik pula, dan sebaliknya jika GGG lemah, maka
penerapan GCG juga akan lemah. Intinya adalah penekanan pada penerapan
prinsip GGG di lingkungan birokrasi yang baik akan menimbulkan efek terhadap
perapan GCG yang baik pada perseroan terbatas. Data yang dirilis Transparency
10
Atas dasar itu penting untuk mengubah tata aturan yang selama ini
yang kuat agar dapat lebih optimal dalam menerapkan prinsip Good Corporate
Keadilan”.
B. Rumusan Masalah
15
Transparancy International, Corruption Perseption Indeks 2014, www.tranparency.org
diakses 5 Juli 2015.
11
keadilan?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
hukum progresif dan menjadi tambahan pustaka bagi siapa saja yang ingin
2. Manfaat Praktis
hukum progresif.
E. Kerangka Teori
pernah usang untuk terus dikaji oleh semua pelaku bisnis, akademisi,
dan Means pada tahun 1932 ketika mereka membuat sebuah buku yang
16
H. Kent Baker, Ronald Anderson, Corporate Governance, A synthesis of Theory,
Research and Practice, New Jersey: John Wiley and Sons Inc, 2010, hlm. 176.
17
Stilpon Nestor dan John K. Thompson, Corporate Governance Patterns in OECD
Economics: Is Convergence Under Way, Makalah disampaikan pada Seminar Corporate
Governance in Asia: A Comparative Perspective, t.t., hlm. 37
18
Kesho Prasad, Corporate Governance, New Delhi: PHI Learning Private Limited,
2011, hlm. 97.
14
“Suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
memerhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan
perundangan dan nilai-nilai etika”.
19
Komite Cadbury, The Business Roundtable, Statement on Corporate Governance,
Washington DC, 1997, hlm. 1
20
Iman Sjahputra Tunggal dan Amin Widjaja Tunggal, Membangun Good Corporate
Governance (GCG), Cet. I, Jakarta: Harvarindo, 2002, hlm. 2
21
Misahardi Wilamarta, Hak Pemegang Saham Minoritas dalam Rangka Good
Corporate Governance, Cet. 2, Jakarta: Program Pascasarjana FH UI, 2002, hlm. 37
15
normatif, yaitu segala ketentuan hukum baik yang berasal dari sistem hukum,
perusahaan.
banyak negara seperti di atas, ada pula inisiatif yang datang dari lembaga
jauh lebih penting dari sekadar kita bicara tentang corporate governance.
Lebih dalam lagi, beberapa analisis oleh para ahli menyebutkan kemajuan
kasus seputar insider trading jauh lebih berguna bagi pengembangan industri
perusahaan di suatu negara. Hal tersebut juga akan memengaruhi fungsi dan
media dan social control dan lain sebagainya. Kelemahan hal-hal tersebut di
ownership”.25
tersebut memiliki social cost baik pada tingkat perusahaan maupun pada
negara, beban cost yang dihadapi adalah tidak berkembangnya industri pasar
25
Ibid
18
dan economic cost yang kerap kali timbul akibat struktur kepemilikan
perusahaan.
(GCG) yang harus diikuti oleh seganap perseroan guna terwujudnya tata
asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran
yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan
kepentingan lainnya.
haknya.
kondisi perusahaan.
26
Bisman Nasution, Prinsip Keterbukaan Dalam Good Corporate Governance, Jurnal
Hukum Bisnis, Vol. 22 No. 6, 2003, hlm. 6
21
keuangan, yang sudah merupakan suatu hal yang biasa, melainkan juga
selama ini.
biasanya dikaitkan dengan 2 hal, yaitu siapa saja yang berhak mengakses
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar,
punishment system).
disepakati.
pada sistem internal checks and balances yang mencakup praktik audit
saham, komisaris dan direksi. Praktik audit yang sehat dan independen
27
Sofyan A. Djalil, http://www.nccg-indonesia.org diakses pada Taggal 5 Januari 2015.
24
berikut:
sebagai berikut:
ekonomi perusahaan;
perusahaan;
kepentingan.
keuangan dan kinerja perusahaan itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa
tinggi etika bisnis dan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan dalam jangka
panjang, pelaksanaan GCG perlu dilandasi oleh integritas yang tinggi. Oleh
karena itu diperlukan pedoman perilaku yang dapat menjadi acuan bagi organ
usahanya.
perusahaan.
tentang perilaku. Perilaku dapat dinilai baik atau tidak baik, khususnya dalam
bukan hanya dalam hubungannya dengan manusia, akan tetapi bisa juga
Dalam dunia bisnis terdapat lima bentuk mitos tentang etika bisnis,
29
Bambang Rudito dan Melia Farmiola, Etika Bisnis dan Tanggungjawab Sosial
Perusahaan di Indonesia, Bandung, Rekayasa Sains, 2007, hlm. 28.
29
berada pada pasar bebas, mitos ini didasari pada pemikiran logika
dan sama sekali tidak terkait dengan masalah agama atau bahkan
berhubungan. Mitos ini adalah salah satu dari mitos yang paling
populer, dan ini dipegang sebagai dasar bahwa tidak ada cara yang
yang baik.
opposition) dimana sisi kiri adalah buruk dan sisi kanan adalah
dan buruk.
Terkait dengan mitos yang mana yang akan diyakini, tidak lepas dari
pribadi manusia masing- masing. Setiap pribadi manusia tentu memiliki hati
nurani. Hati nurani dimaksudkan sebagai peghayatan tentang baik atau buruk
Lebih lanjut dijelaskan oleh Bertens, hati nurani berkaitan erat dengan
manusia untuk mengenal dirinya sendiri dan karena itu berefleksi tentang
dirinya. Oleh karena itu untuk menentukan bagaimana posisi etika dalam
30
Robert K. Bartens, Etika, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2007, hlm. 25.
31
bisnis, tidak lepas dari kepribadian masing-masing orang, karena hati nurani
pada akhirnya terjadinya kasus-kasus yang berawal dari tingkah laku yang
orang lain.
Rachman, Kondisi komunitas yang baik akan menciptakan daya saing bagi
kondisi komunitas yang baik, yang baik dan harus dilakukan atau mana
kesejahteraan, membeli produk lokal dan membayar pajak. Lebih lanjut dikat
32
M Nurdizal Rachman, Panduan Lengkap Perencanaan CSR, Jakarta, Penerbit
Swadaya, 2011, hlm. 87.
33
dominan. Hal ini disebabkan karena kondisi kemajemukan yang ada. Suku
dengan sistem hubungan sosial yang berbeda, pada akhirnya juga akan
berikut:33
Profit
Stakeholders
modal lingkungan, modal intelektual, modal sosial dan modal finansial, yang
berikut:
kepentingan.
perilaku.
sebagai berikut;
b. Benturan Kepentingan
perusahaan kepada partai politik atau seorang atau lebih calon anggota
utang dan modal secara benar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
e. Kerahasiaan Informasi
implementasi GCG.
tata kelola perusahaan yang baik, namun masih terdapat beberapa masalah dalam
hukum yang dibangun Friedman, prinsip pengelolaan perusahaan yang baik harus
terikat dalam bentuk sistem hukum, yang terbagi antara struktur hukum, substansi
hukum dan budaya hukum, sehingga penerapan CGC tidak hanya sebatas syarat
atau ketentuan umum yang hanya menjadi pedoman tanpa ada penanaman nilai
secara legal formal dalam ketentuan mengenai tata kelola perusahaan yang baik
Prinsip GCG akan dibangun dalam bentuk ketentuan legal formal guna
memberi kekuatan yuridis yang mampu mengikat setiap perseroan terbatas yang
terdiri dari organ-organ perseroan baik itu dewan direksi, dewan komisaris dan
prinsip yang berbasis keadilan dan hukum progresif sesuai dengan sistem hukum
organ penegak hukum, dalam hal ini sikap penegak hukum terkait penekanan
prinsip GCG harus diperkuat melalui kontrol yang dibangun oleh organ perseroan
mencapai tujuan yang maksimal dan kontrol yang kuat dari penegak hukum.
40
negara sebagai fasilitator, hal ini terkait izin mendirikan perusahaan yang harus
pengadaan barang dan jasa oleh lembaga negara dan daerah yang memberikan
kualifikasi pihak ketiga wajib berbentuk badan hukum. Ketentuan ini bertujuan
untuk memberikan jaminan secara hukum bagi pihak yang menggunakan uang
negara dalam hal pegadaan barang dan jasa. Sehingga tujuan perusahaan untuk
negara. Penegakan hukum dalam kasus tersebut masih dalam tahap represif yaitu
jika terjadi pelanggaran yang dilakukan perusahaan baru ada penindakan yang
perusahaan yang tidak memiliki kontribusi tersebut dapat ditemukan pada kasus
kasus PT Imagi Media Jakarta dalam kasus korupsi pengadaan Videotron senilai
Rp. 23,4 Miliar. Semula dengan adanya perusahaan didirikan bertujuan untuk
bentuk peraturan agar mengikat setiap organ perseroan dan ada unsur sanksi,
sehingga prinsip GCG memiliki daya paksa bagi organ perseroan untuk ikut dan
menjalankan prinsip tersebut. Jika GCG tidak memiliki kekuatan memaksa, maka
GCG hanya menjadi petunjuk yang tidak memiliki kekuatan hukum memaksa
organ perseroan untuk tunduk. Konteks negara sebagai fasilitator adalah dengan
harus mampu menjadi pedoman dalam menjamin tiap pihak yang terlibat dalam
perusahaan agar dapat memberikan dasar dari setiap kebijakan yang diambil.
tersebut sudah dijalankan oleh organ perseroan dan menjadi budaya dalam setiap
yang baik. Tata kelola perusahaan yang baik harus bermula dari kebiasaan baik
dalam menjalankan tugas, kebiasaan baik tersebut merupakan budaya yang telah
dalam penerapan GCG menjadi manivestasi dari kuatnya penegakan hukum dan
perusahaan itu sendiri. Dengan demikian jika kondisi perusahaan telah baik, maka
G. Metode Penelitian
42
1. Paradigma Penelitian
satu sistem, yang menentukan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh
sumber lain, yang diakui berlakunya oleh otoritas tertinggi dalam masyarakat
hukum, baik hukum sebagai suatu ilmu atau aturan-aturan yang sifatnya
yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu
timbul di dalam gejala bersangkutan. Metode adalah proses, prinsip, dan tata
kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi yang dilakukan
2. Jenis Penelitian
masyarakat.35
3. Sifat Penelitian
34
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, hlm. 42
35
Joko Purwono, Metode Penelitian Hukum, Surakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI, UNS, 1993, hlm. 17-18
44
Sedangkan bersifat analitis artinya dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
diolah dan dianalisis dengan tujuan untuk memperjelas data tersebut secara
secara logis.
4. Pendekatan Penelitian
berikut:
a. Data Primer
b. Data Sekunder
1945.
Terbatas.
materi penelitian.
36
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normaif, Suatu Pengantar
Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 13
46
dan Ensiklopedia.
1) Lokasi Penelitian
seluruh Indonesia.
2) Narasumber
b. Studi Kepustakaan
47
7. Analisa Data
secara tepat untuk memecahkan suatu masalah hukum yang telah diteliti.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis yang
dibahas.
kaidah hukum serta fakta hukum yang akan dikaitkan dengan permasalahan
ini. Hal ini apabila dirasakan kesimpulan kurang maka perlu ada verifikasi
proses pengumpulan data. Dalam bentuk ini, peneliti tetap bergerak di antara
48
8. Validitas Data
perseroan terbatas.
9. Orisinalitas Penelitian
perseroan terbatas yang pernah ada yang berkaitan dengan disertasi seperti
pengelolaan
perseroan terbatas
terhadap direksi dan
komisaris
3 Penerapan Asas Denri 1. Pener 4. Pengaturan
Transparansi Kasworo apan asas transparansi pelaksanaan prinsip
Pelayanan (Universitas dalam pelaksanaan good corporate
Perizinan dalam Gadjah Mada pelayanan perizinan governance dalam
Rangka Yogyakarta) oleh Pemerintah pengelolaan perseroan
Mewujudkan Daerah Kabupaten terbatas terhadap
Good Bantul direksi dan komisaris
Governance39 2. Pener 5. Problematika dalam
apan asas transparansi pelaksanaan prinsip
dalam pelaksanaan good corporate
pelayanan perizinan governance terhadap
oleh Pemerintah direksi dan komisaris
Daerah Kabupaten saat ini
Bantul telah sesuai 6. Rekonstruksi ideal
dengan prinsip-prinsip prinsip good corporate
good governance governance dalam
pengelolaan perseroan
terbatas terhadap
direksi dan komisaris
Penelitian ini sendiri lebih berfokus untuk menemukan applied teori baru
yang belum ada dengan tujuan untuk merekonstruksi hukum formal dalam rangka
perseroan terbatas.
39
Denri Kasworo, “Penerapan Asas Transparansi Pelayanan Perizinan Dalam Rangka
Mewujudkan Good Governance”, Tesis, Magister Hukum Konsentrasi Hukum Kenegaraan
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2009
51
BAB II
KAJIAN TEORI
mengenai keadilan dan masyarakat yang adil. Teori-teori ini menyangkut hak dan
itu dapat disebut: teori keadilan Aristoteles dalam bukunya nicomachean ethics.41
dalam buku nicomachean ethics, buku itu sepenuhnya ditujukan bagi keadilan,
yang, berdasarkan filsafat umum Aristoteles, mesti dianggap sebagai inti dari
filsafat hukumnya, “karena hukum hanya bisa ditetapkan dalam kaitannya dengan
keadilan”.42
40
Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Cet VIII, Yogyakarta:
Kanisius, 1995, hlm. 196
41
Roger Crisp, Aristotle: Nichomachean Ethics, UK: Cambridge University Press, 2000,
hlm. 45.
42
Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Bandung: Nuansa dan
Nusamedia, 2004, hlm. 24
52
Kesamaan numerik mempersamakan setiap manusia sebagai satu unit. Inilah yang
proporsional memberi tiap orang apa yang menjadi haknya sesuai dengan
dan keadilan korektif. Yang pertama berlaku dalam hukum publik, yang kedua
dalam hukum perdata dan pidana. Kedailan distributif dan korektif sama-sama
rentan terhadap problema kesamaan atau kesetaraan dan hanya bisa dipahami
dalam kerangkanya. Dalam wilayah keadilan distributif, hal yang penting ialah
bahwa imbalan yang sama-rata diberikan atas pencapaian yang sama rata. Pada
yang kedua, yang menjadi persoalan ialah bahwa ketidaksetaraan yang disebabkan
apa yang ada dibenak Aristoteles ialah distribusi kekayaan dan barang berharga
lain berdasarkan nilai yang berlaku dikalangan warga. Distribusi yang adil boleh
53
jadi merupakan distribusi yang sesuai degan nilai kebaikannya, yakni nilainya
bagi masyarakat.43
salah. Jika suatu pelanggaran dilanggar atau kesalahan dilakukan, maka keadilan
dirugikan; jika suatu kejahatan telah dilakukan, maka hukuman yang sepantasnya
Dari uraian ini nampak bahwa keadilan korektif merupakan wilayah peradilan
dilakukan pembedaan antara vonis yang mendasarkan keadilan pada sifat kasus
dan yang didasarkan pada watak manusia yang umum dan lazim, dengan vonis
pembedaan Aristoteles, dua penilaian yang terakhir itu dapat menjadi sumber
merupakan hukum alam jika bisa didapatkan dari fitrah umum manusia.45
43
Ibid, hlm. 25
44
Ibid
45
Ibid, hlm. 26-27
54
bisa juga dikatakan keselarasan antara porsi dan penempatan sesuati pada
tempatnya. Dari keadilan akan menciptakan keadaan yang seimbang, tidak berat
sebelah atau tidak memihak. Keadilan akan terus diupayakan untuk tercapai,
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara yang tercantum dalam sila 5 dalam Pancasila, yaitu Keadilan Sosial
Dunia bisnis di Indonesia, lebih banyak dimiliki oleh pihak swasta, dengan
bentuk badan hukum seperti PT, CV, NV, atau perseorangan. Bentuk badan
aktivitas menjual barang atau jasa untuk mendapatkan keuntungan atau laba.
yang melibatkan adanya uang untuk dipertukarkan dengan benda lain dengan nilai
yang sudah ditentukan. Keuntungan yang diperoleh dari pertukaran tersebut akan
dan konsumen. Konsumen berada dalam posisi yang lemah baik dalam dimensi
55
kesepakatan harga, kualitas produk yang tidak dipahami oleh konsumen, maupun
terkait dengan proses penjualan melalui tenaga penjualan yang seringkali berakhir
dengan perasaan merasa tertipu oleh bujuk rayu tenaga penjual. Konflik dengan
demo oleh para pekerja yang sering disertai tindakan kekerasan, hal ini
kebijakan yang dibuat oleh pimpinan perusahaan. Konflik intern perusahaan yang
diskriminasi pekerja perempuan, semakin marak dewasa ini. Kasus konflik sosial
dampak sosial yang sangat dirasakan; pencemaran sungai oleh perkebunan sawit
di wilayah Buol, seperti yang terjadi pada anak sungai Buol, sepanjang 3 km dan
tersebut,selain juga mematikan ikan serta belut yang menyebabkan bau amis yang
telah diungkapkan dalam uraian diatas, bahwa industri juga berkontribusi terhadap
lingkungan dengan disertai kedewasaan dan kearifan serta tanggung jawab sosial,
jawab sosial (Corporate Social Responsibility atau disingkat CSR), saat ini belum
berkelanjutan hingga saat ini. Pro dan kontra terhadap CSR tidak terelakkan. Bagi
para pengusaha, CSR akan membebani keuangan perusahaan, karena saat ini
tersebut semakin parah, jika dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
bahwa: 166 atau 44,27 % perusahaan menyatakan tidak melakukan kegiatan CSR,
47
Ibid
57
komunitas (4 perusahaan).
sehingga dapat tercipta dampak positip bagi lingkungan dan komunitas. Dalam
saham, komunitas dan lingkungan, dalam segala aspek. Secara umum CSR
48
M Nurdizal Rachman, Op., Cit, hlm. 11.
58
dapat mengancam kehidupan manusia. Oleh karena itu tanggung jawab sosial
perusahaan menjadi kewajiban. Seperti tertulis dalam Pasal 15 huruf b dan Pasal
dapat dikenai sanksi mulai dari peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha,
kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
tidak hanya berdampak pada kuntungan secara materi, melainkan terkait dengan
dilakukan dengan berbagai macam kegiatan, antara lain kegiatan yang dapat
memperoleh manfaat dengan hasil pertanian kopi, sebagai bahan baku yang
59
diperlukan dalam aktivitas bisnis yang dilakukan. Contoh lain seperti yang
penanaman kedelai hitam dan budidaya ikan air tawar. Hasil pertanian dan
budidaya tersebut digunakan sebagai bahan baku Royco dan bahan baku kecap
merek Bango.49 Bentuk kegiatan yang lain dapat berupa pemberian beasiswa
stakeholder.
sosial dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Terlebih bagi pengusaha, dalam
pemanfaatan sumber daya yang ada. Konsep CSR akan mendorong pengusaha
yaitu ekonomis, legal, etis, dan bebas atau filantropis. Pada tingkat ketiga adalah
pesaing dan sebagainya). Selain itu tanggung jawab etis juga termasuk sebagai
penghormatan atas lingkungan fisik yang telah menjadi dampak atas kegiatan
perusahaan dalam konteks tanggung jawab sosial dapat dikategorikan dalam tiga
bentuk.51
2. Strategi Defensif
kegiatan bersifat tulus dan pada umumnya kegiatan tanggung jawab sosial
50
Joko Prastowo, Miftachul Huda, Op Cit, hlm. 50.
51
Bambang Rudito, Op Cit, hlm. 56.
61
dalam konteks ini sama akhirnya dapat menciptakan loyalitas pelanggan kepada
balik tersebut, diperlukan rasa tanggung jawab yang besar dengan tidak
Konsep keadilan yang dapat diterima secara umum adalah yang menyangkut
dengan orang atau pihak lain. Sesuai dengan konsep keadilan menurut Aristoteles,
Keadilan Komutatif, yaitu keadilan untuk mengatur hubungan yang adil antara
orang yang satu dan yan lain atau antara warganegara yang satu dengan warga
warga yang satu dengan warga yang lain. Prinsip keadilan komutatif menurut
Adam Smith adalah tidak merugikan dan melukai orang lain baik sebagai
miliknya atau reputasinya. Lebih lanjut dijelaskan, Pertama, keadilan tidak hanya
62
pelanggaran hak dan kepentingan pihak lain. Kedua, pemerintah dan rakyat sama-
sama mempunyai hak sesuai dengan status sosialnya yang tidak boleh dilanggar
oleh kedua belah pihak. Pemerintah wajib menahan diri untuk tidak melanggar
hak rakyat dan rakyat sendiri wajib menaati pemerintah selama pemerintah
berlaku adil, maka hanya dengan inilah dapat diharapkan akan tercipta dan
keadilan tukar. Dengan kata lain, keadilan komutatif menyangkut pertukaran yang
adil antara pihak-pihak yang terlibat. Prinsip keadilan komutatif menuntut agar
memberi ganti rugi yang seimbang, memberi imbalan atau gaji yang pantas, dan
pidana telah dilakukan, namun perusahaan tetap saja dapat mencari jalan guna
pembakaran lahan guna membuka areal perkebunan baru. Padahal peraturan dan
sanksi telah dilakukan, namun banyak perusahaan masih dapat lepas dari jerat
63
sanksi. Hal ini terjadi karena konsep keadilan dalam penindakan pelanggaran
B. Middle Theory
sosial. Tubuh manusia, sebuah mesin pinball, dan gereja Katolik Roma
yang bersifat bawaan dan dikelilingi oleh sistem-sistem sosial lainnya yang
dengan kata lain bukan sebuah struktur atau mesin, melainkan perilaku dan
perilaku yang saling berelasi dengan perilaku lainnya. Sistem memiliki batas-
batas, artinya seorang pengamat yang teliti bisa melihat dari mana awal dan
52
Lawrence M. Friedman, The Legal System: A Social Science Perpective, Russel Sage
Foundation, New York, diterjemahkan oleh M. Khozim, 2009, Sistem Hukum: Perspektif Ilmu
Sosial, Bandung: Nusa Media, 1975, hlm. 6
64
mendefinisikan sebagiannya.
Bisakah kita mengatakan, dengan kata lain, darimana awal dan akhirnya?
Istilah legal berarti terkait dengan hukum, karena itu, untuk mendefinisikan
mengenainya.
Untuk menjelaskan latar belakang dan efek dari setiap bagiannya diperlukan
peranan dari banyak elemen sistem tersebut. Yang pertama, hal itu
pengadilan, yakni sikap mengenai apakah akan dipandang benar atau salah,
berguna atau sia-sia bila kita pergi ke pengadilan. Sebagian orang juga
didukung oleh peraturan hukum sekuder yang diterima sebagai mengikat oleh
53
Ibid, hlm. 14
54
Ibid
66
Berangkat dari teori sistem hukum di atas, maka pada dasarnya sistem
Friedman. Friedman membagi sistem hukum dalam tiga hal. 58 Pertama, Legal
55
HLA Hart, The Concept of Law, London: The English Language Book Society and
Oxford University Press, 1972, hlm. 49-60
56
Lawrence M. Friedman, Op. Cit., 1975, hlm. 14
57
Ibid, hlm. 17-18
58
Lawrence Friedman, The Legal System A Social Perspective, Newyork: Russel Sage
Foundation, 1975, hlm. 14.
67
peraturan yang dipakai oleh para pakar pelaku hukum pada waktu melakukan
sebagai sistem substansial yang menentukan bisa atau tidaknya hukum itu
dilaksanakan. Substansi juga berarti produk yang dihasilkan oleh orang yang
hanya aturan yang ada dalam kitab undang-undang (law books). Sebagai
negara yang masih menganut sistem Civil Law Sistem atau sistem Eropa
menganut Common Law Sistem atau Anglo Sexon) dikatakan hukum adalah
Indonesia.
Friedman hal ini disebut sebagai sistem Struktural yang menentukan bisa atau
ditegakkan. Hukum tidak dapat berjalan atau tegak bila tidak ada aparat
masyarakat yang biasanya takut dan tidak berkenan untuk berurusan dengan
budaya hukum yang baik dan dapat merubah pola pikir masyarakat mengenai
Kemudian yang kedua substansi, yaitu keseluruhan aturan hukum, norma dan
norma hukum dan asas hukum, baik yang tertulis maupun tidak tertulis,
termasuk putusan pengadilan yang telah inkrach. Ketiga adalah Kultur, yaitu
tertentu tentang apa hukum itu, tentang apa yang seyogyanya dilakukan
59
Acmad Ali, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan. Jakarta: Kencana Persada,
2009, hlm 203
70
kesadaran hukum menjadi dua macam yakni kesadaran hukum positif, identik
“ketidaktaatan‟.61
bahwa, “the term ‘legal consciousness’ is used scientists to refer to the ways
in which people make sense of law and legal institutions, that is, the
action.”62
merupakan suatu proses psikhis yang terdapat dalam diri manusia, yang
mungkin timbul dan mungkin tidak timbul. Akan tetapi, tentang asas
kesadaran hukum, ada pada setiap manusia, oleh karena setiap manusia
adalah dasar sahnya hukum positif (hukum tertulis) karena tidak ada
hidup pada manusia mengenai apa yang hukum, atau apa yang
63
Susuilo Suharto, Kekuasaan Presiden Republik Indonesia dalam berlakunya UUD
1945, Jakarta, Graha Ilmu, 2006, hlm. 29.
64
Laica Marzuki, Siri': Bagian Kesadaran Hukum Rakyat Bugis-Makassar : Sebuah
Telaah Filsafat Hukum, Makasar, Hasanudin University Press, 1995, hlm. 82.
72
hukum dan bukan hukum, seperti kita membedakan antara benar dan
merupakan satu isu penting yang senantiasa muncul berulang di dalam ilmu
obey (suatu kewajiban untuk menaati), maka referensi yang umum dalam
hal itu biasanya adalah karena adanya a moral obligation (kewajiban moral),
dimana a legal obligation to obey the law (suatu kewajiban hukum untuk
(kewajiban utama), yang dapat mengatasi jika ada satu alasan moral
hukum. Ketiga, diantara para komentator yang memercayai bahwa ada suatu
65
Soerjono Soekanto, 2009, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Jakarta, PT
RajaGrafindo Persada, , 2009, hlm. 167,
73
Weber says that the motive obedience may be of many defferent kinds.
They are predominantly utilitarian, ethical or subjectively
conventional, i.e., consisting of the fear of disapproval by
theenvironment. Tracing the habit of obeying, Weber finds that it is a
primary psychological fact though it is not possible to know the
experiences of the first homo sapiens. He say: it not due the
assumed binding force of some rule or norm that the conduct of
primitive man manifests certain factual regularities, especially in his
relation to his fellows. On the contrary, those organically
conditioned regularities which we have to accept as psychological
reality, are primary. It is from them that the concept of ‘natural
norm’ arises.66
kenyataan psikologis yang utama. Ini adalah dari mereka bahwa konsep
C. Applied Theory
dianggap memiliki arti yang sama yaitu cara menerapkan otoritas dalam
administrasi dan ilmu politik hampir 120 tahun, sejak Woodrow Wilson,
pengertian yang hendak dikaji saat ini dan yang diterjemahkan kedalam
(LAN), dan ada juga yang mengartikan secara sempit sebagai pemerintahan
society wield power and authority, and influence and enact policies and
67
Sofyan Efendi, Membangun Good Governance Tugas Kita Bersama, Bahan Kuliah,
www. sofian.staff.ugm.ac.id/artikel/membangun-good-governance.pdf diakses pada 6 Juli 2015
76
dan pasar atau dunia usaha. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan
interaksi yang setara dan sinerjik. Interaksi dan kemitraan seperti itu
transparansi, partisipasi, serta tata aturan yang jelas dan pasti, Good
pasar bebas ke segala penjuru dunia. Sejak itu good governance diartikan
reformasi yang digulirkan oleh para mahasiswa dari berbagai kampus telah
praktek KKN (clean governance). Namun, hingga saat ini salah satu
Tidak perlu disanggah lagi bahwa Indonesia Masa Depan yang kita
diharapkan secara sadar dan sukarela, akan berubah dan menjelma menjadi
dekade harus berubah menjadi hubungan yang lebih adil dan terbuka.
hindarkan dalam hidup setiap warganegara memiliki banyak arti bagi mereka,
sisi lain pemerintah adalah tantangan dan kendala bagi warganegara terutama
juga lebih banyak upaya dan kekuatan untuk menjamin bahwa peraturan-
untuk membentuk hokum yang adil dan melakukan penegakkan hokum demi
dan harapan tersebut, maka di perlukan suatu system pemerintahan yang baik
Menurut bahasa Good Governance berasal dari dua kata yang diambil
dari bahasa inggris yaitu Good yang berarti baik, dan governance yang
antara mereka.69
(government), dunia usaha (swasta), dan masyarakat. Ketiga domain itu harus
saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Ketiga lembaga ini harus
menjaga kesinergian dalam rangka mencapai tujuan, karena ketiga domain ini
dipisahkan.
baiknya antar elemen yang ada. Dengan demikian cakupan tata Pemerintahan
padi. Jika hanya rumput yang ditanam, maka padi tidak akan tumbuh. Tapi
kalau padi yang ditanam maka rumput dengan sendirinya akan juga turut
69
Hatifah E.J Sumarto, Inovasi, Partisipasi dan Good Governance, Jakarta, Yayasan
Obor Indonesia, hlm 2.
81
baik, maka tata pemerintahan (Governance) yang baik tidak tumbuh. Tapi
good government ini, karena masyarakat adalah indikasi yang paling nyata
untuk mengetahui apakah suatu negara itu sejahtera atau tidak. Masyarakat
umum.
pembentuk governance saling terkait antara yang satu dengan yang lainnya.
Apabila ada salah satu yang tidak melaksanakan perannya dengan baik maka
korupsi, kolusi dan nepotisme ( KKN ) telah melahirkan sebuah fase sejarah
suatu konsep yang banyak di populerkan pada era 1990-an, good governance
Namun suatu hal yang mendasar, good governance hanya akan di jumpai
pemerintahan yang baru atau suatu kondisi yang berubah dari penguasaan
yang tertata atau metode baru dengan mana masyarakat di perintah. Levefre
partisipasi sukarela.
dana international, seperti Word Bank, UNDP dan IMF karena berpandangan
sebagai tindakan atau tingkah laku yang di didasarkan kepada nilai-nilai yang
terbatas kepada negara dan birokrasi pemerintahan saja, tetapi juga pada
sebagai berikut:
3) Pemberian penghargaan
kehidupan
5) Kesehatan
prosedur pelaksanaan.
masyarakat luas.
5) Indenpendensi peradilan
umum.
luas.
87
seperti ini akan memperoleh legitimasi yang kuat dari public dan akan
semua masyarakat.
penentu dan titik orientasi hukum. Hal ini mengingat di samping kepastian
dan keadilan hukum juga berfungsi untuk kesejahteraan hidup manusia atau
hukum itu sendiri. Hukum tidak ada untuk diri dan keperluannya sendiri,
dalam (to very meaning) dari undang-undang atau hukum. Penegakan hukum
70
Sabian Usman, Dasar-Dasar Sosiologi Hukum, Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2009, hlm.1
71
Satjipto Rahardjo, Biarkan Hukum Mengalir Catatan Kritis Tentang Pergulatan
Manusia dan Hukum, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2007, hlm. ix
89
disertai keberanian untuk mencari jalan lain daripada yang biasa dilakukan.72
dalam ruang dan waktu yang tepat. Para pelaku hukum progresif dapat
the law). Peraturan buruk tidak harus menjadi penghalang bagi para pelaku
keadilan, karena mereka dapat melakukan interprestasi secara baru setiap kali
terhadap suatu peraturan, pada titik inilah menurut Satjipto Rahardjo hukum
hukum pada sifat yang dogmatik melainkan juga aspek perilaku sosial pada
72
Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Yogyakarta : Genta
Publishing, 2009, hlm. xiii
90
hukum selalu berada dalam proses untuk terus menjadi. Hukum adalah
“hukum yang selalu dalam proses menjadi (law as a process, law in the
making).73
hal ini akan mempengaruhi pada cara berhukum kita, yang tidak akan
maupun pada kultur hukumnya. Pada saat kita menerima hukum sebagai
sebuah skema yang final, maka hukum tidak lagi tampil sebagai solusi
73
Faisal, Menerobos Positivisme Hukum, Yogyakarta: Rangkang Education, 2010, hlm.
72
91
kehidupan yang adil, sejahtera dan bahagia, bagi manusia. Oleh karena
problem-problem kemanusiaan.
sistem hukum positif yang logis dan rasional. Sedangkan aspek perilaku
terbangun itu. Karena asumsi yang dibangun di sini, bahwa hukum bisa
atas faktor peraturan, berarti melakukan pergeseran pola pikir, sikap dan
kemanusiaan.75
d. Ajaran Pembebasan
“pembebasan” yaitu membebaskan diri dari tipe, cara berpikir, asas dan
harus tetap didasarkan pada logika kepatutan sosial dan logika keadilan
mewujudkannya.
Jadi, ada suatu bentuk hukum (rechtsfiguur) yaitu badan hukum yang
76
R. Ali Rido, Badan Hukum dan kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan,
Koperasi, Yayasan dan Wakaf, Alumni, Bandung, 2004, hlm. 53.
94
Pengertian menurut para sarjana yang dikutip dari Chidir Ali, antara lain:77
itu.
pribadi.
tujuan tertentu.
77
Chidir Ali, Badan Hukum, Alumni, Bandung, 1987, hlm. 21-22.
95
dapat digugat.
orang yang sebenarnya mempunyai hak dan kewajiban. Golongan ini terbagi-
78
Joni Emirzon, Hukum Bisnis Indonesia, Palembang: Prenhalindo Jakarta, 2000, hlm.
20.
96
Teori ini berasal dari Rudolf von Jhering yang diteruskan oleh
b. Teori Organ
oleh L.G. Polano. Teori ini juga disebut Theori van de Organische
suatu hal yang abtsrak, tetapi benar-benar ada. Badan hukum itu
hukum itu suatu organisme yang riil, yang hidup dan bekerja sebagai
manusia biasa.
a. Fictie Theory
97
penting bukan siapakah badan hukum itu, tetapi kekayaan itu diurus
dengan tujuan tertentu. Oleh karena itu, menurut teori ini tidak peduli
kekayaan itu.
tidak bisa diraba tetapi bukan khayal dan merupakan suatu yurische
unsur:
anggotanya.
pada suatu waktu yang pendek saja, tetapi untuk jangka waktu
yang panjang..
salah satu ciri dari badan hukum adalah adanya kekayaan yang terpisah.
80
Nindyo Pramono, “Kekayaan Negara Yang Dipisahkan Menurut UU No. 19 Tahun
2003 tentang BUMN”, dalam Sri Rejeki Hartono, et.al, ed Permasalahan Seputar Hukum Bisnis:
Persembahan kepada Sang Maha Guru, Tanpa Penerbit, Jogjakarta, 2006, hlm 142.
100
yaitu:
dan Yayasan.
yaitu:
2) Yayasan (stichting).
menurut sarjana yang lain seperti yang ditulis oleh Chidir Ali, yaitu :81
terbagi atas:
81
Chidir Ali, Op.,Cit, hlm. 23.
101
4) Yayasan.
menjadi:83
dan tidak;
dibedakan yaitu:
82
Handri Rahardjo, Hukum Perusahaan, Pustaka Yusticia, Yogyakarta, hlm 2009, hlm
19.
83
Purnadi Purbacaraka dan Agus Brotosusilo, Sendi-Sendi Hukum Perdata,, CV
Rajawali, Jakarta, hlm. 51.
102
kelihatan dimana bagian dari badan hukum asing, yaitu apakah berada
dalam wilayah badan hukum publik atau privat. Agar lebih jelas lagi, maka
perundang-undangan di Indonesia.
yaitu pada pasal 1 angka 8 yaitu Modal asing adalah modal yang
pihak asing.
tersebut diatur.
105
BAB III
kian populer. Tak hanya populer, istilah tersebut juga ditempatkan di posisi
terhormat. Pertama, GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk
persaingan bisnis global. Kedua, krisis ekonomi di kawasan Asia dan Amerika
negara tersebut. Jadi menang atau kalah, menang atau terpuruk, pulih atau tetap
masing.85
84
Mas Ahmad Daniri, Good Corporate Governance : Konsep dan Penerapannya di
Indonesia. Ray Indonesia, Jakarta, 2005, hlm. 55.
85
Djokosantoso Moeljono, Good Corporate Culture sebagai inti dari Good Corporate
Governance, Elex-Gramedia, Jakarta, 2005, hlm 2.
106
dikelola secara benar. Dalam bahasa khusus, korporat kita belum menjalankan
governansi (Moeljono). Survey dari Booz-Allen di Asia Timur pada tahun 1998
rendah dengan skor 2,88 jauh di bawah Singapura (8,93), Malaysia (7,72) dan
Konsultan manajemen McKinsey & Co, melalui penelitian pada tahun yang
Dikemukakan bahwa sekitar 90% nilai pasar perusahaan publik ditentukan oleh
growth expectation dan sisanya 10% baru ditentukan oleh current earning stream.
Sebagai pembanding, nilai dari perusahaan publik yang sehat di negara maju
ditentukan dengan komposisi 30% dari growth expectation dan 70% dari current
kemungkinan dilakukan atau diatur oleh pihak yang sangat diuntungkan oleh
kondisi tersebut.87
86
Ibid, hlm 24.
87
Loc.,Cit
107
puncak yang berlangsung tanpa terdeteksi dalam waktu yang cukup lama karena
integritasdan kejujuran terhadap pihak lain. Inilah yang tersirat dalam hubungan
maupun stakeholder.
bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham.
88
Richard Chinn, Corporate Governance Handbook, Gee Publishing Ltd. London, 2000,
hlm 43.
89
John. C Shaw,, Corporate Governance and Risk: A System Approach, John Wiley &
Sons, Inc, New Jersey, 2003, hlm 23.
108
added) untuk semua stakeholder.90 Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep
dengan benar dan tepat pada waktunya dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk
laporan keuangan dan juga dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja
perusahaan.91
relatif berkembang sejak tahun 1990-an. Konsep good corporate governance baru
dikenal di Inggris pada tahun 1992. Negara-negara maju yang tergabung dalam
Secara umum terdapat lima prinsip dasar dari good corporate governance
yaitu:
90
Robert A.G, Monk, dan Minow, N, Corporate Governance 3rdEdition, Blackwell
Publishing, 2003, hlm 43.
91
Fred. R Kaen, A Blueprint for Corporate Governance: Stregy, Accountability, and the
Preservation of Shareholder Value, AMACOM, USA. 2003, hlm 72.
109
GCG dapat berjalan lancar dan mendapatkan dukungan dari seluruh unsur di
dalam perusahaan.
1. Tahap Persiapan
saat ini.
Langkah ini perlu guna memastikan titik awal level penerapan GCG
dengan bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Manual ini
c. Pedoman perilaku
g. Roadmap implementasi
2. Tahap Implementasi
utama yakni:
perlu dilakukan dengan suatu tim khusus yang dibentuk untuk itu,
112
implementasi GCG.
3. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara teratur dari
implementasi dan scoring atas praktik GCG yang ada. Terdapat banyak
perusahaan konsultan yang dapat memberikan jasa audit yang demikian, dan
113
dalam bentuk assessment, audit atau scoring juga dapat dilakukan secara
negara yang disurvei, Indonesia berada pada rangking 46. 92 Fakta ini
budaya organisasi.
permasalahan dan mencari cara agar budaya perusahaan dapat berjalan dengan
92
Klaus Schwab, The Global Competitive Report 2014-2015. Geneva, the World
Economic Forum, 2014, hlm. 15.
114
Krisis ekonomi yang menghantam Asia telah berlalu. Krisis ini ternyata
Korea Selatan, Thailand, dan Indonesia. Ketiga Negara yang diawal tahun 1990-
an dipandang sebagai “the Asian tiger”, harus mengakui bahwa pondasi ekonomi
Negara-negara yang amat terpukul oleh krisis tersebut. Korea Selatan yang pernah
perusahaan blue-chip, kini telah pulih. Perkembangan yang sama juga terlihat
93
Aburizal Bakrie, Good Corporate Governance: Sudut Pandang Pengusaha, YPMMI &
Sinergi Communication, Jakarta, 2002, hlm 74.
115
memadainya pengawasan oleh para kreditor. Dan jika Indonesia tidak segera
prinsip-prinsip dan praktek good corporate governance oleh kumunitas bisnis dan
sektor swasta. Terkait dengan kerangka regulasi, Bapepam bersama dengan self-
regulated organization (SRO) yang didukung oleh Bank Dunia dan ADB telah
menghasilkan beberap proyek GCG seperti JSX Pilot project, ACORN, ASEM,
dan ROSC. Seiring dengan proyek-proyek ini, kementerian BUMN juga telah
Dalam kaitan dengan peran dan fungsi tersebut, Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) dapat memastikan bahwa berbagai peraturan dan ketentuan yang ada, terus
undangan yang terkait dengan korporasi dan program reformasi hukum, pada
niaga yang dimulai tahun 1997 dan pembentukan badan arbitrasi pasar modal
tahun 2001.
CG Watch 2014 reveals that overall Asia Pacific performance ratings of the
surveyed corporates have slipped yet again. Ex-Australia, ratings on the two
top markets, Singapore and Hong Kong, have slipped due to internal
conflicts of interest, weak leadership and opposition to reform from various
quarters. Japan has leapt to third position, with more concrete efforts to
improve governance. Malaysia, Taiwan and India have also moved up, but
Indonesia and the Philippines remain at bottom.96
Negara, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lainseperti kerangka
96
CLSA, Corporate Governance Watch 2014 Dark Shades of Grey: Corporate
Governance and Sustainability in Asia, www.clsa.com diakses 23 Mei 2015.
117
hukum, maupun hal-hal yang tidak tertulis namun memiliki pengaruh yang luar
lembaga dunia, seperti Booz-Allen & Hamilton, McKinsey dan Bank Dunia
Secara umum, GCG sendiri berarti suatu proses dan struktur yang digunakan
tujuan utama mempertinggi nilai saham dalam jangka panjang dengan tetap
responsibility.97
tingkat kinerja yang lebih tinggi berdasar pada kapabilitas dan budaya
artikulatif dan konsisten pada tiga tingkat: agenda perubahan secara keseluruhan,
tingkat perubahan itu sejalan dengan Pedoman Umum GCG Indonesia yang
2007. Pada level agenda perubahan, GCG membutuhkan komitmen dari seluruh
jajaran perusahaan dan skenario yang jelas tentang kemana arah yang dituju
yang dapat ditarik dari survei tersebut adalah bahwa semakin rendah tingkat
budaya GCG pada suatu negara maka premium yang akan diberikan akan semakin
ternyata peringkat penerapan GCG Indonesia berada pada peringkat terendah dan
jauh lebih buruk dibanding Jepang, Taiwan, Korea, Thailand dan Malaysia. Hal
menunjukkan tingkat kesadaran yang tinggi dari Bank Indonesia akan kian
98
Edi Wibowo, Implementasi GCG di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan
Vol 10, No. 2 Tahun 2010, hlm. 135.
99
Mohamad Fajri dan Sofyan,Djalil, 2006, ”Penilaian GCG Perbankan”, Harian
Suara Karya, Kamis 16 Maret 2006.
119
di Indonesia belum memenuhi ketentuan GCG atau tata kelola yang baik. Dari
hasil evaluasi BI, sekitar 69,3% bank di Indonesia belum comply terhadap
Indonesia. Evaluasi dilakukan terhadap 101 bank pada periode September 2007.
baik. Kendala ini dapat dibagi tiga, yaitu kendala internal, kendala eksternal,
panutan atau teladan yang diberikan oleh pimpinan, belum adanya budaya
100
Djatmiko, H.E, ”Ada Kemajuan, Banyak Keprihatinan”, SWA,XX, 4, 2004.
120
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan lain-lain. Namun penegakannya
bagi perusahaan, namun demikian, jika kendala internal bisa dipecahkan maka
kendala eksternal akan lebih mudah diatasi. Kendala yang ketiga adalah kendala
yang terkonsentrasi terjadi pada saat suatu perusahaan dimiliki secara dominan
oleh seseorang atau sekelompok orang saja (40,00% atau lebih). Kepemilikan
yang menyebar terjadi pada saat suatu perusahaan dimiliki oleh pemegang saham
yang banyak dengan jumlah saham yang kecil-kecil (satu pemegang saham
dengan baik karena, pemegang saham yang terkonsentrasi pada seseorang atau
hak dan tanggung jawab secara adil di antara berbagai partisipan dalam
pemangku kepentingan lainnya), dan dampak negatif ini juga akan hilang jika
Salah satu peran penting guna mewujudkan prinsip GCG agar dapat
maka pada awal tahun 2004 dikeluarkan Pedoman GCG Perbankan Indonesia
101
Aries Susanti, Hubungan Antara Fungsi Elemen Organisasi dengan Terwujudnya
Prinsip Good corporate governance. Institut Teknologi Bandung, 2008, hlm . 42.
102
Stephan Spehl,Thomas Gruetzner, Corporate Internal Investigations: A Systematic
Overview of 13 Jurisdictions, Hart Publishing, Muchen, 2013, hlm. 230.
123
Indonesia.
Sejak Pedoman GCG dikeluarkan pada tahun 1999, dan itu selama
adalah adanya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997-1999 yang di
Krisis tersebut antara lain terjadi karena banyak perusahaan yang belum
bisnis. Oleh karena itu, etika bisnis dan pedoman perilaku menjadi hal
masyarakat.
negara.103
memberikan perubahan dan antisipasi dari krisis 1997 agar tidak lagi
103
Adji Suratman, Konsep, proses, dan implementasi rencana kerja dan anggaran
perusahaan: studi kasus PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (PERSERO), Intama Artha
Indonusa, Jakarta, 2000, hlm 82.
125
Oleh karena itu, saat ini dan di masa yang akan datang, sangat penting
mencapai kinerja perusahaan yang lebih baik. Selain hal itu, Surat Edaran ini
Menteri BUMN Nomor 106 Tahun 2000, dalam keputusan ini memuat
tentang Komite Audit yang berisi himbauan perlunya Komite Audit dimiliki
himbauan perlunya Komite Audit dimiliki oleh setiap Emiten dan Surat
104
I Nyoman Tjager, Corporate governance: tantangan dan kesempatan bagi komunitas
bisnis Indonesia, Prenhallindo, Jakarta, 2003, hlm 128.
105
Jurnal hukum bisnis, Volume 24,Masalah 1-3 Tahun 2005, hlm. 38.
126
bertugas:
Komisaris/Dewan Pengawas.
106
Johny Sudarmono, Be G2C Good Governed Company, Elex Media Komputindo,
Jakarta, 2004, hlm 2.
127
nilai perusahaan melalui checks and balances. Komite Audit terdiri dari tiga
directors (direktur), lebih dari dua pertiga di antaranya harus berasal dari
a. Beritikad baik;
komunikasi antara Komite Audit dengan berbagai pihak, dengan kata lain
perusahaan.107
berlaku lagi.108
dimiliki oleh pemerintah atau swasta. Dalam hal ini perseroan yang bergerak
pelaksanaan prinsip GCG pada Bank Umum, sehingga saat ini semua Bank
Hal yang berbeda dari peraturan ini adalah tertulisnya salah satu
ketentuan prinsip GCG dalam peraturan ini, yaitu transparansi, dimana dalam
proses pengadaan barang dan jasa di lingkungan BUMN, pihak yang kalah
dilakukan.
109
Aris Ananta, Mulyana Soekarni, Sjamsul Arifin (ed), The Indonesian Economy
Entering a New Era, ISEAS Publishing, Singapura, 2011, hlm. 354.
131
lingkungan.
wewenang, tugas dan tanggung jawab, prosedur dan tata cara rapat, serta
proses pengambilan keputusan dari organ minimal yang harus ada dalam
Dewan Komisaris. Disamping itu juga diatur mengenai persyaratan dan tata
Komisaris.
yang berlaku dalam koridor hukum. Uraian tugas, wewenang, hak, dan
dengan organ Direksi dan Komisarisini, dapat dijumpai adanya dua sistem
dengan adanya itikad baik dari perusahaan karena belum adanya kewajiban
peraturan yang relevan dengan tata kelola perusahaan. Selain itu, korporasi
Hingga saat ini, Pedoman Umum GCG dari KNKG belum secara
demikian, tidak semua aspek tata kelola perusahaan yang baik dapat
industri, dan ukuran perusahaan. Oleh karena itu, pendekatan penerapan tata
BAB IV
Hal ini tidak dapat dipungkiri dari kenyataan yang ada, dimana manusia selalu
berinteraksi antara yang satu dan yang lainnya.111 Di samping sebagai makhluk
sosial manusia juga merupakan makhluk tuhan yang dianugerahi nafsu atau
kehendak yang mendorong manusia untuk bertindak. Nafsu inilah yang dapat
menjadi sebuah bencana apabila tidak dikendalikan. Oleh karena itu ada benarnya
apa yang dikatakan oleh Hobbes “hommo homini lupus bellum contra omnes”
yang artinya bahwa manusia ibarat serigala yang ganas dan saling memangsa satu
kacau dan tak beraturan itu, maka dibutuhkan suatu instrumen yang disebut
hukum. Dengan hukum ini manusia dipaksa untuk menghormati hak-hak orang
aman dan tertib (rust end orde), selain itu hukum juga diharapkan dapat
111
Ahmad Suhaimi, Pemikiran Politik Barat, Jakarta, Gramedia, 2001, hlm 44.
112
Ernst Bloch, Terj. Dennis J Schmidt, Natural Law adn Human Dignity, Third Edition,
USA, MIT Press, 1996, hlm 47.
136
engeneering (alat rekayasa sosial).113 Oleh karena itu suatu keniscayaan kiranya di
sangat terkait dengan tujuan didirikannya negara, dan penegasan prinsip Negara
hukum; kedua, terkait dengan konfigurasi politik hukum, yang sangat memiliki
pengaruh dalam penciptaan dan kegunaan hukum; ketiga, masalah aktor atau
rekayasa sosial. Penegakan hukum yang berjalan secara efektif akan membawa
perubahan sosial sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pembuat hukum. Upaya
yang ada, baik manusia, maupun badan hukum (rechtpersoon) agar tujuan dari
penegakkannya.
113
Sally Falk Moore, Law As Process: An Antropolical Approach (1978), Oxford, LIT
Verlag Munster-Hamburg and James Currey Publisher, 2000, hlm, 54.
114
Thomas Weatherall, Jus Cogens: International Law and Social Contract, Cambridge,
University Printing House, 2015, hlm. 25.
137
merupakan fenomena yang ada di permukaan saja, melainkan telah merasuki sum-
alat politik maupun alat kekuasaan. Karena sebagai panglima, hukum harus
perkara tanpa terpengaruh oleh tendensi atau kepentingan apapun yang melekat
di dalamnya.115
mencari sampul pangkal atau ujung dari suatu lingkaran, sehingga membuat
dalam dunia peradilan, mafia peradilan sering kali menjadi faktor utama dalam
bahwa :
…Mereka heran ketika melihat bahwa hukum tidak selalu dapat dilihat
sebagai penjamin kepastian hukum, penegak hak-hak masyarakat, atau
penjamin keadilan. Banyak sekali peraturan hukum yang tumpul, tidak
115
Yadyn, Problematika Penegakan Hukum di Indonesia Menuju Hukum yang Responsif
Berlandaskan Nilai-Nilai Pancasila, Makasar, Ringkasan Tesis Pascasarjana Program Studi Ilmu
Hukum, hlm, 5.
138
dekadensi moral subjek hukum, konsep atau metode berpikir “Money Oriented”
reform) dan pembaruan budaya hukum (legal ethic and legal science/
immateriil dalam hukum yaitu pembaruan budaya hukum, etika/ moral hukum,
constituendum).117
116
Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Jakarta, LP3ES, 2001, hlm. 1
117
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana
dalam Penanggulangan Kejahatan, Jakarta, Kencana Pranada Media Grup, 2010, hlm, 6.
139
progresif.
membengkak dan menambah pekerjaan baru bagi aparat penegak hukum itu
sendiri.
supremasi hukum sebagai pintu utama sebuah bangsa dalam melahirkan suatu
dan stabilitas suatu bangsa. Namun hukum yang ada saat ini hanya
dipahami sebagai suatu aturan yang bersifat kaku, dan menekankan pada
aspek the legal system, tanpa melihat kaitan antara hukum dengan
yang secara garis besar dasar hukum dalam masyarakat, yaitu hukum
sebagai fasilitator terhadap kebutuhan dan aspirasi sosial yang hidup dan
masyarakat.118
nasional, namun tidak hanya ekonomi, hukum juga memiliki peran yang lebih
nasional. Salah satu pihak yang menjadi subjek dalam bidang ekonomi adalah
nasional.
pembangunan nasional, terlebih lagi harus menjadi pilar keadilan dalam setiap
kegitan usaha yang dilakukan. Permasalahan ini menjadi serius dalam hal
Indonesia, dan masih banyak perusahaan belum menerapkan prinsip ini secara
prinsip ini, selalu menjadi dasar perusahaan untuk tidak menerapkan Good
terdapat pada BUMN dan Perusahaan yang bergerak dalam bidang perbankan
jelas dalam melakukan kegiatan usahanya, apakah memiliki orientasi yang baik
atau tidak.
sebagai subjek hukum yang bebas dalam bertindak dalam mencari keuntungan,
banyak perusahaan yang sudah mulai memiliki itikad tidak baik dalam arah tujuan
mencari keuntungan pribadi dalam hal syarat pengadaan barang dan jasa di
menciptakan ketertiban, keamanan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Untuk
pemahaman yang baik dan menyeluruh kepada aparat penegak hukum dalam
dedikasi yang baik. Karena sepanjang sapu kotor belum dibersihkan, maka setiap
the dirty broom is not cleaned, any talk of justice will be empty.119
masih rendah. Untuk kejaksaan, misalnya, hanya 29,5 persen responden yang
menyatakan puas. Hanya KPK yang diapresiasi tinggi dengan level kepuasan
terhadap kinerja mencapai 72,2 persen. Akibatnya, sebagian besar responden (67
119
Ahmad Ali, Keterpurukan Hukum Di Indonesia, Penyebab Dan Solusinya,
Ghalia Indonesia, 2001, hlm. 74.
144
tidak terlalu bagus, juga tidak terlalu buruk. Itu tercermin dari Rule of Law Index
2014 yang disusun The World Justice Project, lembaga swadaya masyarakat
peringkat 46 dari 99 negara dengan perolehan skor 52. 120 Itu artinya masyarakat
kurang percaya terhadap sistem hukum dan aparat penegak hukum di Indonesia.
dibutuhkan Common Sense yang baik oleh aparatur penegak hukum. Common
penegak hukum dalam penanganan suatu perkara agar ke depan tidak terjadi lagi
sebagai sesuatu yang serius adalah suatu seni yang kasuistis dan suatu
membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana
120
M Fajar Marta, Mendamba Penagak Hukum Yang Dicinta Rakyat, Harian Kompas 7
Februari 2015, hlm 3.
145
penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subjek yang luas dan dapat pula
diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh subjek dalam arti yang
terbatas atau sempit. Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu
melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang
sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti
dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari segi
subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur
Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut objeknya,
yaitu dari segi hukumnya.121 Dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup makna
yang luas dan sempit. Dalam arti luas, penegakan hukum itu mencakup pula nilai-
nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat. Tetapi, dalam arti sempit,
penegakan hukum itu hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan
luas dan dapat pula digunakan istilah ‘penegakan peraturan’dalam arti sempit.
nilai keadilan yang dikandungnya ini bahkan juga timbul dalam bahasa Inggris
sendiri dengan dikembangkannya istilah ‘the rule of law’versus ‘the rule of just
law’atau dalam istilah ‘the rule of law and not of man’versus istilah ‘the rule by
law’ yang berarti ‘the rule of man by law’. Dalam istilah ‘the rule of law’
terkandung makna pemerintahan oleh hukum, tetapi bukan dalam artinya yang
dalamnya. Karena itu, digunakan istilah ‘the rule of just law ’. Dalam istilah
‘the rule of law and not of man’ dimaksudkan untuk menegaskan bahwa pada
hukum, bukan oleh orang. Istilah sebaliknya adalah ‘the rule by law’yang
penegakan hukum itu kurang lebih merupakan upaya yang dilakukan untuk
menjadikan hukum, baik dalam arti formil yang sempit maupun dalam arti
materiel yang luas, sebagai pedoman perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik
oleh para subjek hukum yang bersangkutan maupun oleh aparatur penegakan
hukum yang resmi diberi tugas dan kewenangan oleh undang-undang untuk
bermasyarakat dan bernegara. Dari pengertian yang luas itu, pembahasan kita
147
tentang penegakan hukum dapat kita tentukan sendiri batas-batasnya. Apakah kita
akan membahas keseluruhan aspek dan dimensi penegakan hukum itu, baik
dari segi subjeknya maupun objeknya atau kita batasi hanya membahas hal-
dalam arti sempit, sedangkan penegakan hukum dalam arti luas, dalam arti
juga terkadang dibedakan antara konsepsi ‘court of law’ dalam arti pengadilan
hukum dan ‘court of justice’ atau pengadilan keadilan. Bahkan, dengan semangat
yang sama pula, Mahkamah Agung di Amerika Serikat disebut dengan istilah
harus ditegakkan itu pada intinya bukanlah norma aturan itu sendiri,
doktrin yang membedakan antara tugas hakim dalam proses pembuktian dalam
perkara pidana dan perdata. Dalam perkara perdata dikatakan bahwa hakim cukup
pidana. Namun demikian, hakikat tugas hakim itu sendiri memang seharusnya
penegakan keadilan itu sendiri, sehingga istilah penegakan hukum dan penegakan
keadilan merupakan dua sisi dari mata uang yang sama. Setiap norma hukum
hukum yang bersifat dasar, tentulah berisi rumusan hak-hak dan kewajiban-
penegak hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit,
aparatur penegak hukum yang terlibat dalam proses tegaknya hukum itu,
dimulai dari saksi, polisi, penasehat hukum, jaksa, hakim, dan petugas sipir
pihak yang bersangkutan dengan tugas atau perannya yaitu terkait dengan
kerja kelembagaannya; (ii) budaya kerja yang terkait dengan aparatnya, termasuk
hukum yang dijadikan standar kerja, baik hukum materielnya maupun hukum
negara kita selama ini, sebenarnya juga memerlukan analisis yang lebih
menyeluruh lagi.
Hukum tidak mungkin akan tegak, jika hukum itu sendiri tidak atau belum
sebagian besar merupakan warisan masa lalu yang tidak sesuai lagi dengan
tuntutan zaman. Artinya, persoalan yang kita hadapibukan saja berkenaan dengan
hukum baru.
Karena itu, ada empat fungsi penting yang memerlukan perhatian yang
seksama, yang yaitu (i) pembuatan hukum (‘the legislation of law’ atau ‘law and
150
(the administration of law) yang efektif dan efisien yang dijalankan oleh
pengertian pelaksanaan hukum (rules executing) dan tata administrasi hukum itu
ataupun penetapan dan putusan (vonis) hakim di seluruh jajaran dan lapisan
dapat taat pada aturan yang tidak diketahuinya? Meskipun ada teori ‘fiktie’
yang diakui sebagai doktrin hukum yang bersifat universal, hukum juga
(social reform), dan karena itu ketidaktahuan masyarakat akan hukum tidak
151
Governance hanya sebatas pada perusahaan yang dapat langsung diatur oleh
bergerak di bidang lain, sulit untuk diatur karena keberadaan pemerintah hanya
pelaksanaannya.
Governance. Keempat, penegakan hukum oleh regulator masih lemah dan kurang
juga beberapa penilaian positif, pertama, laporan kuartalan dari perusahaan publik
dinilai baik. Kedua, perlindungan yang memadai bagi pemegang saham minoritas.
Ketiga, kebijakan anti korupsi sudah menunjukkan hasil yang nyata. Keempat,
Perbankan.
yang tidak sekuat dahulu pada awal pembentukannya. Disamping itu, dalam
dirasakan belum maksimal baik karena hambatan yuridis maupun non yuridis.
Dalam pelaksanaan Good Governance ada tiga pihak yang bertanggung jawab,
kebijakan yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan dan
122
Yunus Husein, Penguatan Good Governance, Harian Sindo, 24 Desember 2007, hlm
6.
153
pelaksanaan hukum positif banyak ditentukan oleh sikap, pandangan serta nilai
yang dihayatinya.123 Oleh karena itu budaya hukum bagi masyarakat modern
dengan cara yang mudah dan menurut keinginan pribadi. Kultur hukum atau
bensinnya motor keadilan. Dengan demikian tanpa didukung oleh budaya hukum
bentuk tingkah laku dan pemikiran yang saling terlepas akan tetapi budaya
bekerjanya hukum, termasuk didalamnya rasa hormat atau tidak hormat kepada
123
Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, Bandung, Angkasa, 1980, hlm. 85.
154
suatu sengketa. Termasuk pula kedalam budaya hukum adalah sikap-sikap dan
terdapat dalam hukum itu sendiri yang memandu bagaimana hukum itu
hukum, memiliki peran yang sangat penting bagi berhasil atau tidak bekerjanya
kaidah). Kajian seperti itu merupakan realitas sosial tidaklah sesuai atau sepadan
masyarakat minimal memiliki tiga perspektif dari fungsinya (fungsi Hukum). 127
124
Lawrence M Friedman, Op.,Cit, hlm. 27-30
125
Lawrence M.Friedman & Stewart Macaulay, Law And Behavioral Science, New York,
The Bobbs Memill Company Inc, 1977, hlm 1028-1031.
126
Ibid, hlm 858.
127
Ronny Hanitijo Soemitro, Studi Hukum Dalam Masyarakat, Bandung, Alumni, 1985,
hlm. 10.
155
Pertama, perspektif kontrol sosial dari hukumyang merupakan salah satu dari
kemasyarakatan. Dalam perspektif ini, fungsi utama dari suatu sistem hukum
reguralitas sosial dalam suatu system sosial. Oleh sebab itu Bergersecara tepat
mengemukakan tidak ada masyarakat yang hidup langgeng tanpa kontrol sosial
dari hukum sebagai sarananya. Agar hukum dapat mengemban fungsi kontrol
tersebut, ada 4 prasyarat fungsional dari suatu system hukum, yaitu (1) masalah
dasar legitimasi yakni menyangkut idiologi yang menjadi dasar penataan aturan
hukum, (2) masalah dan kewajiban masyarakat yang menjadi sasaran regulasi
hukum beserta proses hukumnya, (3) masalah sanksi dan lembaga yang
banyak dipergunakan oleh para pejabat (the officials perspektif of the law)untuk
utama yang harus dipenuhi agar suatu aturan hukum tergolong engineer, yakni :
(1) penggambaran yang baik dari suatu situasi yang dihadapi, (2) analisa terhadap
128
Ibid, hlm. 98.
156
berlaku.129
view of the law). Hukum dalam perspektif ini meliputi banyak studi seperti
dengan fungsi hukum khususnya fungsi rekayasa sosial, maka dewasa ini yang
dikeluarkan oleh pembuat hukum guna menimbulkan akibat pada peranan yang
pejabat penerap sanksi merupakan landasan bagi setiap usaha untuk mewujudkan
129
Satjipto Rahardjo, Pemanfaatan Ilmu Sosial Bagi Pembangunan Ilmu Hukum,
Bandung, Alumni, 1977, hlm. 10.
130
Esmi Warassih Pujirahayu Peny, Satjipto Rahardjo, Hukum Dalam Perspektif Sosial,
Bandung, Alumni, 1981, hlm.124
157
sarana. Untuk tiap pejabat ini terdapat serangkaian tujuan-tujuan untuk kedudukan
mengandung tiga komponen yakni struktur, substansi, dan kultur. Budaya hukum
akan berfungsi sebagai jiwa yang akan menghidupkan mekanisme hukum secara
sikap dan perilaku masyarakat dalam mengelola apotik terpengaruh oleh nilai-
nilai yang kurang memperhatikan aspek hukum ekonomi dan bisnis. Hukum
engneering), sehingga diharapkan tidak lagi adanya persaingan tidak sehat dalam
131
Ronny Hanitijo Soemitro, Op.cit, hlm. 27.
158
hukum yang satu berinteraksi dengan nilai-nilai sosial budaya lainnya. Terdapat
dalam masyarakat, oleh karena itu hilangnya supremasi hukum bukan sekedar
disebabkan oleh kepastian hukum yang tidak didukung oleh doktrin preseden
reformasi hukum dan keadilan bukan semata-mata masalah sistem hukum, tetapi
terkat dengan keseluruhan system politik dan system sosial (termasuk system
memperbaharui substansi hukum melainkan juga legal structure reform dan legal
ilmu/pendidikan hukum. Dalam situasi krisis saat ini yang terpenting justru
pembaharuan hukum aspek immaterial dari hukum (budaya hukum, etika hukum
nilai budaya hukum dalam pengelolaannya guna mencapai tujuan hukum yaitu
serangkaian nilai-nilai dan strategi, gaya kepemimpinan, visi & misi serta norma-
norma kepercayaan dan pengertian yang dianut oleh organ perusahaan dan
dianggap sebagai kebenaran yang menjadi sebuah pedoman bagi setiap elemen
dibutuhkan strategi yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu andalan daya
sebagai suatu sistem nilai dan kepercayaan bersama yang berinteraksi dengan
mendukung startegi perusahaan, dan bila budaya perusahaan dapat menjawab atau
perusahaan. Deal & Kennedy dalam bukunya Corporate Culture: The Roles and
Lingkungan usaha merupakan unsur yang menentukan terhadap apa yang harus
teknologi, kebijakan pemerintah, dan lain-lain. Maka dari itu, perusahaan harus
135
Anwar Prabu Mangkunegara. Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung, Remaja.
Rosdakarya, 2005, hlm. 113.
161
berfikir dan bertindak bagi semua warga dalam mencapai tujuan atau misi
perusahaan. Nilai-nilai inti yang dianut bersama oleh organ perusahaan antara
lain prinsip-prinsip yang dapat berfungsi sebagai jati diri bagi organ yang berada
budaya perusahaan menjadi lebih efektif dan memberikan jaminan kepada para
pihak untuk tetap dalam koridor nilai yang telah ditetapkan bersama. 136
mengaitkan hal ini dengan prinsip Good Corporate Governance sebagai pedoman
75.39, Philipina 57.99 dan satu tingkat di atas Vietnam 33.87. Berdasarkan
tetangga. Hal ini juga dikuatkan Etty Retno Wulan dari, advisor Senior OJK,
perlu dukungan kuat pemerintah dan masyarakat guna menanamkan bilai budaya
dengan benar oleh para pelaku Good Corpoarate Governance baik korporasi,
Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang artinya kebiasaan.139 Identik
dengan moral yang berasal dari bahasa latin “mos”, dalam bentuk jamakna
‘mores’ yang berarti adat atau cara hidup.140 Etika dan moral memeiliki arti yang
digunakan untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika mengkaji sistem
139
Eksiklopedi Nasional Indonesia, Jilid V, Jakarta, Cipta Adi Pustaka, 1989, hlm. 205.
140
Achmad Charis Zubair, Kuliah Etika, Jakarta, Rajawali Press, 1990, hlm. 13.
141
Ibid
163
conceps, good -bad, ought, right, wrong, etc. And of the general principles which
Dari pengertian etika tersebut, dapat dilihat bahwa setiap manusia harus
mendasarkan diri pada etika agar dalam menjalani kehidupan sehari-hari sesuai
usahanya agar tetap mendapatkan kepercayaan dari berbagai pihak yang terlibat di
bahwa pedoman perilaku dipatuhi dan dijalankan dengan baik pada jajaran
masing-masing.
etika perilaku bisnis dan individu yang dituangkan dalam pedoman kode etik
perusahaan.
142
Saul Axelrod, Effect Punishment on Human Behaviour, Waltham, Massachusetts,
Academic Press, 2013, hlm. 318.
164
bagi seluruh organ perusahaan, pegawai perusahaan, entitas anak dan afiliasi serta
berinteraksi dengan semua pihak, dan harus dijadikan landasan dalam proses
dan benar, dalam batas-batas norma dan etika berusaha sesuai dengan Pedoman
Good Corporate Governance. Selain hal tersebut, Pedoman Kode Etik ini sebagai
Pedoman kode etik perusahaan harus disusun sesuai dengan etika dan
Langkah tersebut diikuti dengan sosialisasi dan pemberlakuan pedoman kode etik
prinsip berkesadaran etis (ethical sensibility), berpikir etis (ethical reasoning), dan
yang tinggi. Pada akhirnya, integritas tinggi yang menyertai penerapan tata kelola
yang baik akan menjamin perwujudan visi, misi, falsafah, nilai-nilai, dan budaya
perusahaan.
sanksi bagi pelanggaran yang terjadi. Kebijakan perilaku mengatur hal-hal yang
menjadi tanggung jawab perseroan, individu jajaran perseroan maupun pihak lain
perusahaan sebagai suatu entitas bisnis bersikap, beretika, dan bertindak dalam
BAB V
bahan yang ada dan disusun kembali sebagaimana adanya atau kejadian semula.143
pribadi yang telah terjadi, beserta makna materinya yang sekarang ada bagi
dilihat jauh kedepan dan bila perlu diusahakan terbentuknya tata peradaban yang
baru.145
nilai-nilai primer yang harus tetap ada dalam aktifitas membangun kembali
143
B.N. Marbun, Kamus Politik, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1996, hlm.469.
144
James P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta, Raja Grafindo Persada,
1997,hlm.421
145
Ali Mudhofir, Kamus Teori dan Aliran dalam Filsafat dan Teologi, Yogyakarta,
Gadjahmada University Press, hlm. 213.
167
sesuatu, apakah itu peristiwa, fenomena-fenomena sejarah masa lalu, hingga pada
kewajiban para rekonstruktor adalah melihat pada segala sisi, agar kemudian
sesuatu yang coba dibangun kembali sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan
gagasan untuk merekonstruksi teori sosial dengan jalan melakukan kritik terhadap
pemahaman yang diajukan oleh tiga tradisi tersebut, sekaligus menemukan cara
dalam rangka penerapan prinsip Good Corporate Governance . Hal itulah yang
146
Peter Beilharz ( ed ), Teori-Teori Sosial ; Observasi Kritis Terhadap Para Filosof
Terkemuka, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002, hlm.192-193.
168
Indonesia. Sebagai salah satu upaya perbaikan tata kelola perseroan terbatas,
Indonesia diharapkan menjadi motivasi bagi perseroan terbatas yang lain agar
mengikuti prinsip Good Corporate Governance sebagai suatu yang legal dan
mengikat secara hukum. Oleh sebab itu, perbaikan kerangka regulasi adalah
Governance yang berkepastian hukum, berkeadilan dan berjalan atas dasar tata
kelola perusahaan yang baik adalah pertanyaan pokok yang dibahas dalam
disertasi ini.
adanya kepastian dan keadilan dalam tata kelola perusahaan yang baik. Melalui
penjabaran pada sejumlah kriteria dan indikator, penelitian ini ini menemukan
169
tata kelola perusahaan yang baik. Pada tahap pertama, pengkajian ulang, paling
sebelum sampai pada hal itu diperlukan kaji ulang terhadap peraturan perundang-
undangan yang ada. Apa yang penting diperhatikan pemerintah untuk kaji ulang
berkepastian hukum, berkeadilan dan berjalan atas dasar tata kelola perusahaan
yang baik adalah pertanyaan pokok yang dikaji. Untuk kepentingan tersebut maka
prinsip.
meliputi kesesuaian materi muatan peraturan dengan jenis dan hierarkinya dan
1. Aturan yang kokoh adalah aturan yang rumusan normanya jelas, rinci
2. Aturan yang jelas adalah aturan yang rumusan normanya tegas, lugas,
bertentangan dengan norma yang lain dalam peraturan yang sama atau
norma lain dalam peraturan yang berbeda baik yang setara atau berbeda
hierarkinya.
peraturan. Artinya materi muatan peraturan tidak bertentangan dengan UUD 1945.
Kedua adalah kesesuaian materi muatan dengan prinsip-prinsip umum yang diatur
Negara, Tambahan Berita Negara atau surat kabar. Contoh pasal yang
memuat pendekatan ini, yaitu Pasal 44 ayat 2 yang berbunyi: “Direksi wajib
172
(satu) atau lebih surat kabar dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari
terbuka dengan memberikan secara akurat, tepat waktu dan tepat sasaran
stakeholders lainnya. Pasal yang memuat pendekatan ini, yaitu Pasal 50 ayat
khusus yang memuat keterangan mengenai saham anggota direksi dan dewan
hal ini dilakukan oleh direksi, sedangkan komando yang lainnya adalah
bidang keuangan, terhadap direksi. Pasal yang memuat unsur ini, yaitu Pasal
tersebut. Pasal yang memuat unsur ini, yaitu Pasal 97 ayat 4 yang berbunyi
“Dalam hal direksi terdiri atas 2 (dua) anggota direksi atau lebih, tanggung
komisaris terdiri dari 2 orang angora dewan komisaris atau lebih, tanggung
174
bagi setiap anggota dewan komisaris.” Selanjutnya Pasal 152 ayat 1 yang
diintervensi oleh pihak lain. Ketentuan ini tidak jelas dipaparkan baik tersirat
sebagai berikut:
dengan hal ini perlu mendapat perhatian implementasi dan enforcement dari Pasal
bahwa kegiatan perseroan harus sesuai dengan maksud dan tujuannya serta tidak
kesusilaan.
kertas berbentuk PT, namun hanya bertujuan sebagai perusahaan bayangan dalam
Dua hal ini adalah keharusan. Tujuannya adalah agar para calon korban banyak
yang tertipu sekalian untuk mengelabui para polisi juga mungkin. Mereka punya
nomor resmi laiknya perusahaan lain yang non abal-abal. Oleh sebab itu, jumlah
2011 tentang penerapan Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik
Negara. Pada ketentuan ini jelas. Pada Pasal 2 Yat 2 menjelaskan “Dalam rangka
penerapan GCG sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direksi menyusun GCG
Ketentuan ini tidak tertera dengan jelas pada UU Nomor 40 Tahun 2007,
yang menangani BUMS. Kemudian pada Pasal 3 juga jelas menyatakan jika
prinsip GCG itu ada lima prinsip, dan yang tersirat hanya ada emapt prinsip yang
lebih kongkret dan jelas bagi BUMS dalam menerapkan prinsip GCG, maka perlu
dalam bentuk peraturan pemerintah atau peraturan menteri yang juga membidangi
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas agar memuat norma yang lebih jelas
Capability yang belum termasuk pada prinsip Good Corporate Governance yang
ada saat ini. Hal ini beranjak dari pentingnya prinsip Capability pada organ
sebatas memiliki keterampilan (skill) saja namun lebih dari itu, yaitu lebih paham
tujuannya.147
your employees and your customers. It is your ability to perform better than
147
Toto Tasmara, Spiritual Centered Leadership, Jakarta, Gema Insani Press, 2006, hlm.
54.
148
Jay L. Chatzkel, Knowledge Capital : How Knowledge-Based Enterprises Really Get
Built, New York, Oxford University Press, 2006, hlm. 197.
178
task”.149
economic value from their collection of knowledge assets as well as their assets of
syarat Direksi ataupun Komisaris pada perseroan terbatas. Bunyi Pasal tersebut
sebagai berikut:
149
Vadim Kotelnikov, Resource-Based View (RBV) of Firms, www.1000ventures.com
diakses 6 Juli 2015.
150
Murray E. Jennex, Case Studies in Knowledge Management, Hershey, Idea Group
Publishing, 2005, hlm. 223.
179
menentukan siapa direksi yang dapat diangkat, hanya dengan persyaratan cakap
hukum, tanpa ada ketentuan rinci terkait kapabilitas yang dapat membawa
perusahaan kearah yang lebih baik. Hal ini yang menjadi penyebab banyaknya
yang memiliki perusahaan dan menggunakan Office Boy sebagai direksi guna
lebih ketat dan terlihat memiliki rekam jejak yang baik sebagai direksi atau
Dengan ketentuan ini, maka organ perseroan dapat terjaring dengan baik
mulai dari yang bersifat etik, filosofis, hukum, sampai pada keadilan sosial.
Banyak orang yang berpikir bahwa bertindak adil dan tidak adil tergantung pada
kekuatan dan kekuatan yang dimiliki, untuk menjadi adil cukup terlihat mudah,
182
namun tentu saja tidak begitu halnya penerapannya dalam kehidupan manusia.
Kata “keadilan” dalam bahasa Inggris adalah “justice” yang berasal dari bahasa
latin “iustitia”. Kata “justice” memiliki tiga macam makna yang berbeda yaitu;
(1) secara atributif berarti suatu kualitas yang adil atau fair (sinonimnya
justness), (2) sebagai tindakan berarti tindakan menjalankan hukum atau tindakan
yang menentukan hak dan ganjaran atau hukuman (sinonimnya judicature), dan
(3) orang, yaitu pejabat publik yang berhak menentukan persyaratan sebelum
itu sendiri pun berdimensi banyak, dalam berbagai bidang, misalnya ekonomi,
maupun hukum. Dewasa ini, berbicara mengenai keadilan merupakan hal yang
oleh sekelompok orang yang mampu membelinya atau orang yang memiliki
keadilan, yang terkait dengan substansi yang ada di dalamnya. Keadilan akan
151
Muhammad Ali Syafa’at, Pemikiran Keadilan Plato, Aristotles dan John Rawls
safaat.lecture.ub.ac.id/files/2011/12/keadilan.pdf diakses pada 6 Juli 2015.
152
Muchsan, Hukum Tata Pemerintahan, Yogyakarta, Penerbit Liberty, 1985, hlm.
42.
183
non sistematik, atau anti sistematik, bahkan hampir bersifat aphoristic, karena
yang labil, goyah atau cair (melee). Oleh karena itulah, keadilan (hukum)
karakter. Sikap dan karakter yang membuat orang melakukan perbuatan dan
berharap atas keadilan adalah keadilan, sedangkan sikap dan karakter yang
Secara umum dikatakan bahwa orang yang tidak adil adalah orang yang
tidak patuh terhadap hukum (unlawful, lawless) dan orang yang tidak fair
(unfair), maka orang yang adil adalah orang yang patuh terhadap hukum
tindakan pembuatan hukum oleh legislatif sesuai dengan aturan yang ada adalah
153
Anthon F. Susanto, “Keraguan dan Ketidakadilan Hukum (Sebuah Pembacaan
Dekonstruktif)”, Jurnal Keadilan Sosial, Edisi 1 tahun 2010, hlm. 23.
154
Erlyn Indarti, “Demokrasi dan Kekerasan: Sebuah Tinjauan Filsafat Hukum”,
Aequitas Juris, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Fakultas
Hukum Universitas Katolik Widya Mandira, Vol. 2 (1), 2008, hlm.33
184
dari nilai sosial memiliki makna yang amat luas, bahkan pada suatu titik bisa
bertentangan dengan hukum sebagai salah satu tata nilai sosial. Suatu kejahatan
yang dilakukan adalah suatu kesa-lahan. Namun apabila hal tersebut bukan
ketidakadilan.
wilayah yang ideal atau berada dalam wilayah cita, dikarenakan berbicara
masalah keadilan, berarti sudah dalam wilayah makna yang masuk dalam tataran
filosofis yang perlu perenungan secara mendalam sampai hakikat yang paling
dalam, bahkan Kelsen menekankan pada filsafat hukum Plato, bahwa keadilan
di luar dunia. Hal tersebut dapat diperoleh dengan kebijaksanaan. 156 Jelas
bahwa keadilan masuk ke dalam kajian ilmu-ilmu filsafat. Banyak filsafat yang
Keadilan merupakan salah satu contoh materi atau forma yang menjadi
objek filsafat. Dalam kajian filsafat, keadilan telah menjadi pokok pembicaraan
cakupan yang luas, mulai dari yang bersifat etik, filosofis, hukum, sampai
155
W. Friedmann, Teori dan Filsafat Hukum, Jakarta, PT. Rajawali Press, 1990, hlm. 118
156
Maryanto, Refleksi dan Relevansi Pemikiran Filsafat Hukum Bagi Pengembangan
Ilmu Hukum”, Jurnal Hukum, Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang, Vol.
13 (1) tahun 2003, hlm. 52-54
185
pada keadilan sosial. Banyak orang yang berpikir bahwa bertindak adil dan
tidak adil tergantung pada kekuatan dan kekuatan yang dimiliki, untuk
menjadi adil cukup terlihat mudah, namun tentu saja tidak begitu halnya
Keadilan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tujuan hukum itu
yang rasional dari segala sesuatu, disamping diartikan sebagai suatu sikap dan
pandangan, serta suatu proses kritis dan sistematis dari segala pengetahuan
yang ada di Indonesia diduga disebabkan oleh belum terciptanya keadilan seperti
terbatas.
186
Terbatas, dilatar belakangi berbagai macam faktor, salah satunya faktor adalah
pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi saat ini, yang mengharuskan
hukum yang sesuai dengan perkembangan dan kondisi masyarakat saat ini,
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang ada khususnya dalam bidang
dalam kehidupan perekonomian pada umumnya dan dunia usaha pada khususnya.
penting dan dominan dalam perekonomian. Oleh karena itu, aturan mengenai
187
pihak, agar semua kegiatan usaha perseroan senantiasa dijalankan dalam koridor
pemilik serta kepentingan masyarakat luas dalam hal ini adalah stakeholder dan
shareholders. Sehingga dengan dua kepentingan yang saling tarik menarik ini,
belah pihak.
undangan. Penerapan Good Corporate Governance perlu didukung oleh tiga pilar
yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia
usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa
dunia usaha. Prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar
yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan, melaksanakan
(consistent law enforcement). Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG
dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan
Governance atau prinsip Tata Kelola Usaha yang Baik. Prinsip Tata Kelola Usaha
yang Baik diadopsi dari Undang-undang No. 1 Tahun 1995 maupun Undang-
undang No. 40 Tahun 2007. Permasalahan yang ada saat ini adalah bagaimana
pelaksanaan Good Corporate Governance mengenai tata kelola usaha yang sesuai
Tata kelola perusahaan adalah suatu subjek yang memiliki banyak aspek.
Salah satu topik utama dalam tata kelola perusahaan adalah menyangkut masalah
pemegang saham. Fokus utama lain adalah efisiensi ekonomi yang menyatakan
bahwa sistem tata kelola perusahaan harus ditujukan untuk mengoptimalisasi hasil
ekonomi, dengan penekanan kuat pada kesejahteraan para pemegang saham. Ada
pula sisi lain yang merupakan subjek dari tata kelola perusahaan, seperti sudut
lingkungan.
karena cakupan Good Corporate Governance yang lintas sektoral. Definisi Good
Corporate Governance menurut Bank Dunia adalah aturan, standar dan organisasi
pertumbuhan perusahaan.
Inti dari kebijakan tata kelola perusahaan adalah agar pihak-pihak yang
peran sesuai wewenang dan tanggung jawab. Pihak yang berperan meliputi
pemegang saham, dewan komisaris, komite, direksi, pimpinan unit dan karyawan.
BUMN, karena melalui konsep yang menyangkut struktur perseroan, yang terdiri
dari unsur-unsur RUPS, direksi dan komisaris dapat terjalin hubungan dan
190
harmonis, baik secara intern maupun ekstern dengan tujuan meningkatkan nilai
seperti komisaris, direksi, internal auditor dituntut untuk mengerti hak, kewajiban,
perlu mengamankan investasi dan aset perusahaan. Dalam hal ini Direksi harus
Meningkatkan legitimasi organisasi yang dikelola dengan terbuka, adil, dan dapat
191
penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik. Berdasarkan keyakinan yang kuat,
maka akan tumbuh semangat yang tinggi untuk menerapkannya sesuai standar
konsisten di seluruh lini dan unit organisasi, Perseroan menyusun berbagai acuan
sebagai pedoman bagi seluruh karyawan. Selain acuan yang disusun sendiri,
bahwa penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik hanya akan efektif dengan
diterapkan oleh jajaran manajemen dan kemudian diikuti oleh segenap karyawan.
pelaku bisnis.
terwujud tergantung pada penerapan dan kesadaran dari perseroan tersebut akan
Istilah yang paling dekat dengan sifat adil dalam konteks Good Corporate
dan jumlah yang seimbang (equlibrium) dengan syarat faktor-faktor lain dianggap
dan ahli geologi, lapisan luar kulit bumi selalu bergerak mencari titik
gempa bumi maupun letusan gunung berapi. Dengan adanya kedua peristiwa itu
akhirnya akan mencari titik keseimbangannya itu sendiri. Proses menuju titik
beberapa waktu lalu harga minyak mentah sempat menyentuh angka di atas $100
per barrel. Angka ini menurut pengamat pasar tidak wajar karena ongkos produksi
hanya sekitar $12 per barrel. Setelah melambung demikian tinggi tiba-tiba harga
itu turun drastis hingga $30 per barrel. Ketika harga itu tinggi melebihi angka
yang wajar, banyak ongkos sosial, ekonomi, dan politik yang harus dibayar oleh
politik. timbulnya berbagai persoalan tersebut adalah ongkos yang harus dibayar
Fairness atau kewajaran diartikan sebagai perlakuan yang adil dan setara di dalam
ini bisa berupa insider trading (transaksi yang melibatkan informasi orang dalam),
157
Mas Achmad Daniri, Op.,Cit, hlm. 12.
194
Dalam situasi seperti, adanya prinsip fairness sangat membantu perusahaan agar
bahwa tugas atau pekerjaan telah dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
diberikan.158
jaringan komunikasi yang baik, sumber pengawasan yang baik, serta membawa
158
Sondang P Siagian, Teori dan Praktik Kepemimpinan, Jakarta, Rineka Cipta, 2003,
hlm. 112.
195
pengikutnya kepada sasaran yang hendak dituju sesuai ketentuan, waktu dan
perencanaan.159
salah satu fungsi organik manajemen yang sangat penting dikatakan demikian
para pengikut dapat bekerja sama dengan baik kearah pencapaian sasaran dan
sebagai berikut:
159
Kartini Kartono, Psikologi sosial untuk manajemen perusahaan dan industri, Jakarta,
Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 81.
160
Ibid, hlm. 183.
161
SP Siagian, Op., Cit, hlm. 112.
196
tidak lain merupakan cara untuk melihat dan melakukan kontrol terhadap suatu
rencana kerja. Sebab setiap kegiatan pada dasarnya selalu mempunyai tujuan
tertentu. Oleh karena itu pengawasan mutlak diperlukan dalam usaha pencapaian
untuk:164
162
Kartini Kartono, Op., Cit, hlm. 153.
163
Nanang Fattah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah.
Bandung, Pustaka Bani Quraisy, 2004, hlm. 102.
164
M. Situmorang, dan Jusuf Juhir, Aspek Hukum Pengawasan Melekat dalam
Lingkungan Aparatur Pemerintahan, Cet.1. Jakarta, Rineka Cipta, 1994, hlm. 21.
197
direncanakan.
Dari kedua pendapat di atas dapat diatas dapat disimpulkan bahwa maksud
pengawasan adalah untuk mengetahui pelaksanaan kerja, hasil kerja, dan segala
sesuatunya apakah sesuai dengan yang direncanakan atau tidak, seta mengukur
tingkat kesalahan yang terjadi sehinga mampu diperbaiki ke arah yang lebih
mengemukakan:166
dihasilkan
organisasi.
dlam bekerja, mengetahui apakah sesuatu berjalan efisien atau tidak, dan mencari
168
Ateng Safrudin, Hubungan Kepala Daerah dan DPRD, Bandung, Torsito, 1982, hlm
33.
200
umum, dan hal ini memiliki kaitan dengan pengawasan yang harus dibangun
dengan baik.
Tahun 2007. Oleh sebab itu penting melakukan rekonstruksi sistem pengawasan
Corporate Governance diterapkan pada tiap kebijakan dan tata kelola perseroan
terbatas.
Struktur tersebut dibagi ke dalam dua jenis, yaitu one-tier system dan two-
Sistem one-tier digambarkan sebagai sebuah struktur dimana hanya ada pimpinan
tanpa adanya pemisahan tersendiri untuk fungsi pengawasan; jikapun ada, tidak
ada batasan yang jelas antara keduanya. Jelas sistem ini mempunyai kekurangan
karena tidak adanya sistem pengawasan. Namun jika dilihat dari sisi positifnya,
dalam sistem ini pemimpin organisasi dapat leluasa dalam memberikan arahan
dan perintah berdasarkan visi dan misi perusahaan. Hal yang perlu diperhatikan
adalah sisi positif ini bisa terjadi jika pemimpin mempunyai integritas dan
kemampuan kontrol yang tinggi. Sangat berbeda dengan one-tier, pada konsep
oleh seorang pemimpin. Perbedaan mendasar antara one-tier dan two-tier adalah
pada sistem one-tier tidak jelas siapa yang menjalankan fungsi pengawasan,
karena yang ada hanya fungsi pengambil kebijakan yang dijalankan oleh
dimana terdapat badan pengawas. Hal ini terlihat salah satunya di dalam UU No.
40 Tahun 2007, dimana telah ditegaskan bahwa komisaris dan direksi jelas
dipisahkan. Namun pelaksanaan dari konsep two-tier tersebut dirasa masih belum
antara badan pengawas dengan dewan direksi sendiri yang berlawanan dengan apa
yang disebutkan dalam UU No. 40 Tahun 2007. Selain itu pekerjaan dewan
202
waktu dan tidak akurat. Hal ini menyebabkan semuanya bersifat proforma yang
sangat menjanjikan performa organisasi yang bagus. Hal ini terkait dengan adanya
Apalagi jika hal tersebut di terapkan di Indonesia, konsep two-tier yang juga
kekurangan dan penyelewengan jika kita memakai konsep one-tier. Namun ada-
sangat bergantung kepada sumber daya manusia yang ada dalam organisasi itu.
Sistem manajemen yang baik yang meliputi sistem perekrutan yang ketat dan
tersebut akan menunjang performa perusahaan. Aspek lain yang dapat menjadikan
struktur two-tier berjalan dengan baik adalah kredibilitas dewan audit dimana
komite audit merupakan salah satu pilar penghubung antara dewan komisaris dan
dewan direksi karena masih banyak komisaris yang tidak mengetahui secara baik
tergantung di negara mana sistem ini diterapkan. Apabila melihat negara Amerika
dan Inggris yang memang cara berpikir, bertindak, menjalankan bisnis, serta
170
Gregory Fancesco Maassen, an International Comparison of Good Governance
Models, Amsterdam, Spencer Stuart, 2002, hlm. 18.
203
penegakan hukumnya sudah lebih maju dibandingkan Indonesia yang masih sarat
dengan KKN dan kelemahan hukum, memang cocok untuk memakai one-tier
system. Di Indonesia sendiri rasanya belum bisa dijalankan sistem seperti ini
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
adalah budaya tata kelola perusahaan yang baik belum terbangun pada
sudah jelas dan sanksinya juga jelas, maka perseroan terbatas terpaksa
B. Saran-Saran
Undang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Ali, A. 2009. Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan. Jakarta, Kencana
Persada.
Arief, B.N. 2010. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana
dalam Penanggulangan Kejahatan, Jakarta, Kencana Pranada
Media Grup, 2010.
Bebchunk, Lucian Arye, The Case For Increasing Shareholder Power, Harvard
Law Review, Working Draft, 2004.
Bloch, Ernst, Terj. Dennis J Schmidt, Natural Law adn Human Dignity, Third
Edition, USA, MIT Press, 1996.
Daeng, Hasanudin Rahmat, Manajemen Fit and Proper Test, Yogyakarta: Pustaka
Widyatama, 2004.
Deal, Terrence E. , Allan A. Kennedy, Corporate Culture: The Roles and Ritual
of Corporate, USA, Perseus Books, 2000.
Faisal, Yusuf, Pedoman Praktis Dewan Komisaris, Komite Audit dan Sekretaris
Korporat Perusahaan Terbuka (Tbk.) & BUMN Plus Prinsip-
Prinsip & Praktek Good Corporate Governance, Jakarta: Institut
Komisaris Perseroan Indonesia, 2002.
Friedman, Lawrence M. & Stewart Macaulay, Law And Behavioral Science, New
York, The Bobbs Memill Company Inc, 1977.
Friedmann, W., Teori dan Filsafat Hukum, Jakarta, PT. Rajawali Press, 1990.
Hart, HLA, The Concept of Law, London: The English Language Book Society
and Oxford University Press, 1972.
Huijbers, Theo, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Cet VIII, Yogyakarta:
Kanisius, 1995.
Khozim, M. Sistem Hukum: Perspektif Ilmu Sosial, Bandung: Nusa Media, 2009.
Mudhofir, Ali, Kamus Teori dan Aliran dalam Filsafat dan Teologi, Yogyakarta,
Gadjahmada University Press, 2005.
Safrudin, Ateng, Hubungan Kepala Daerah dan DPRD, Bandung, Torsito, 1982.
214
Schwab, Klaus, The Global Competitive Report 2014-2015. Geneva, the World
Economic Forum, 2014.
Shaw, John. C,, Corporate Governance and Risk: A System Approach, John Wiley
& Sons, Inc, New Jersey, 2003.
Situmorang, M., dan Jusuf Juhir, Aspek Hukum Pengawasan Melekat dalam
Lingkungan Aparatur Pemerintahan, Cet.1. Jakarta, Rineka Cipta,
1994.
Suratman, Adji, Konsep, Proses, dan Implementasi Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan: Studi Kasus PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari
(PERSERO), Intama Artha Indonusa, Jakarta, 2000.
Tasmara, Toto, Spiritual Centered Leadership, Jakarta, Gema Insani Press, 2006.
B. Jurnal
Arthur W. Machen Jr, Corporate Personality, Harvard Law Review Vol. XXIV
No. 4.
C. Artikel
Otoritas Jasa Keuangan, Tugas dan Fungsi, www.ojk.go.id diakses pada 6 Juli
2015.
Syafa’at, Muhammad Ali, Pemikiran Keadilan Plato, Aristotles dan John Rawls
safaat.lecture.ub.ac.id/files/2011/12/keadilan.pdf diakses pada 6
Juli 2015.
D. Perundang-undangan