Anda di halaman 1dari 11

Seminar Nasional AVoER XI 2019

Palembang, 23-24 Oktober 2019


Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

KESETARAAN GENDER PADA KELUARGA PERKOTAAN


DI KOTA PALEMBANG

S. Soraida1, Yunindyawati1, G. Isyanawulan1


1
Jurusan Sosiologi, Universitas Sriwijaya, Palembang
Corresponding author: Safira.adiutama@gmail.com

ABSTRAK: Kesetaraan gender di dalam keluarga sama halnya dengan kesetaraan gender di dalam masyarakat sebagai
asas pembangunan yang setara dan adil. Kesetaraan gender di dalam keluarga bukan saja mendorong perempuan untuk
memiliki pendidikan dan pekerjaan yang setara dengan laki-laki di sektor publik tapi bagaimana laki-laki berperan aktif
di dalam pekerjaan domestik terutama di dalam pengasuhan anak. Pengasuhan anak di dalam keluarga oleh laki-laki
dalam hal ini adalah sosok seorang ayah baik secara fisik maupun psikologis sangatlah penting, hal ini disebabkan
ketidakadaan figur ayah dalam keluarga yang sering dikenal dengan istilah fatherless. Pendekatan pada penelitian ini
menggunakan metode kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara, serta analisis
menggunakan analisis Mosser. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa bentuk kesetaraan
gender, latar belakang terbentuknya kesetaraan gender serta faktor yang menghambat kesetaraan gender pada keluarga
perkotaan di Kota Palembang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk kesetaraan gender pada keluarga
perkotaan di Kota Palembang yaitu adanya kesetaraan dalam urusan pekerjaan domestik dan di dalam menentukan
akses pendidikan dan kesehatan. Adapun yang melatarbelakangi kesetaraan gender yaitu tingkat pendidikan dan kondisi
ekonomi keluarga. Sedangkan faktor yang menghambat terwujudnya kesetaraan gender yaitu agama yang dianut, tradisi
dan budaya, serta kondisi sosial masyarakat setempat.

Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Keluarga, Perkotaan

ABSTRACT: Gender equality in the family is the same as gender equality in society as a principle of equal and
equitable development. Gender equality in the family not only encourages women to have education and work that is
equal to men in the public sector but how men play an active role in domestic work especially in childcare. Nurturing
children in the family by men in this case is the figure of a father both physically and psychologically very important,
this is due to the absence of a father figure in the family which is often known as fatherless. The approach in this study
uses qualitative methods, with data collection techniques through observation and interviews, and analysis using
Mosser analysis. This study aims to describe and analyze the forms of gender equality, the background of the formation
of gender equality and the factors that inhibit gender equality in urban families in the city of Palembang. The results of
this study indicate that the form of gender equality in urban families in the city of Palembang is the existence of equality
in domestic work matters and in determining access to education and health. As for the background of gender equality,
namely the level of education and family economic conditions. While the factors that hinder the realization of gender
equality are the religion that is embraced, tradition and culture, and the social conditions of the local community.

Keywords: Gender Equality, Family, Urban

PENDAHULUAN hasil dari konstruksi sosial budaya melalui proses


sosialisasi dari masa ke masa. Dengan demikian, gender
Gender yang diperkenalkan oleh ilmuan sosial adalah akan berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain, dari
gender yang menjelaskan perbedaan seorang perempuan satu waktu ke waktu yang akan datang.
dan laki-laki yang bersifat bentukan dari sebuah budaya Kesetaraan gender muncul karena ketidakadilan
yang terus diwariskan, disosialisasikan dan terus pembedaan perlakuan terhadap laki-laki dan perempuan,
dipelajari dari lahir hingga dewasa. Gender juga dapat seperti perempuan dianggap kaum yang lemah dengan
diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status dan hanya memiliki pekerjaan domestik, lain halnya dengan
tanggung jawab pada laki-laki dan perempuan sebagai laki-laki yang memiliki peran di sektor publik, sehingga

837
S. Soraida, et al.

kaum perempuan termarjinalkan. Kesetaraan atau deskriptif kualitatif dan validitas datanya berupa
keadilan gender juga meliputi penghapusan diskrimasi triangulasi sumber. Pengumpulan data dengan observasi
dan ketidakadilan structural, baik terhadap perempuan dan wawancara pada organisasi mahasiswa di
maupun laki-laki. Kesetaraan gender berarti tidak ada Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
lagi pembakuan peran berdasarkan jenis kelamin, beban Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada
ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasaan semua organisasi kampus terdapat dominasi, dimana
terhadap perempuan maupun laki-laki, dengan demikian laki-laki sebagai ketua atau pimpinan organisasi,
laki-laki dan perempuan memiliki akses, kesempatan sedangkan seorang perempuan hanya menjabat sebagai
berpartisipasi, kontrol atas pembangunan dan sekretaris, bendahara ataupun anggota. Fakta
memperoleh manfaat setara dan adil dari pembangun. menunjukkan belum ada kesetaraan dan juga keadilan
Kesetaraan gender di dalam keluarga sama halnya gender (KKG) maupun pengarus Utamaan gender
dengan kesetaraan gender di dalam masyarakat sebagai (PUG) di setiap organisasi mahasiswa, sehingga kaum
asas pembangunan yang setara dan adil. Kesetaraan perempuan masih berada pada strata kedua setelah laki-
gender di dalam keluarga bukan saja mendorong laki.
perempuan untuk memiliki pendidikan dan pekerjaan Kedua, penelitian oleh Widayani dan Hartati (2014)
yang setara dengan laki-laki di sektor public tapi dari Fakultas Psikologi Universitas Semarang dan
bagaimana laki-laki peran aktif di dalam pekerjaan Universitas Diponegoro. Penelitian berjudul
domestic terutama di dalam pengasuhan anak. “Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Pandangan
Pengasuhan anak di dalam keluarga oleh laki-laki dalam Perempuan Bali: Studi Fenomenologis terhadap
hal ini adalah sosok seorang ayah baik secara fisik Penulis Perempuan di Bali”, dari Jurnal Psikologi
maupun psikologis sangatlah penting, hal ini disebabkan Universitas Diponegoro Volume 13, Nomor 2. Tujuan
ketidakadaan figure ayah dalam keluarga yang sering penelitian untuk mendeskripsikan persepsi perempuan
dikenal dengan istilah fatherless. Bali terhadap konsep kesetaraan dan keadilan gender
Permasalahan fatherless telah menjadi permasalahan (KKG) dalam ruang lingkup budaya Bali. Penelitian
seluruh dunia, hal ini disebabkan karena dampak dari menggunakan metode kualitatif-fenomenologis. Subjek
fatherless bukan hanya berdampak pada keluarga saja penelitian sebanyak tiga orang yang diperoleh melalui
tapi ke kehidupan bermasyarakat seperti kasus bunuh hasil penelusuran literatur. Pengumpulan data dilakukan
diri pada remaja, anak jalanan, pemerkosaan serta putus dengan metode observasi dan wawancara mendalam.
sekolah yang makin meningkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KKG dimaknai
Permasalahan akan fatherless inilah yang membuat berbeda oleh tiap subjek. Subjek 1 menganggap budaya
penelitian ini menjadi urgensi untuk diteliti dengan patriarki Bali adalah setara dan adil secara gender,
rumusan masalah “bagaimana kesetaraan gender pada sedangkan Subjek 2 dan 3 menyatakan budaya patriarki
keluarga perkotaan di Kota Palembang”, adapun Bali tidaklah setara dan adil secara gender. Perbedaan
pertanyaan penelitian sebagai berikut : persepsi ini dipengaruhi oleh terselesaikan atau tidaknya
1. Bagaimana bentuk kesetaraan gender pada permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing subjek
keluarga perkotaan di Kota Palembang? akibat budaya patriarki Bali. Proses pembentukan
2. Apa yang melatarbelakangi kesetaraan gender persepsi terhadap KKG dipengaruhi oleh faktor
pada keluarga perkotaan di Kota Palembang ? eksternal (seperti: kebudayaan Bali, pendidikan, pola
3. Apa faktor yang menghambat kesetaraan asuh) dan faktor internal (seperti kebutuhan, sikap,
gender pada keluarga perkotaan di Kota konsep diri, penyesuaian diri, keyakinan, harapan di
Palembang ? masa depan, penilaian perempuan Bali, keluarga dan
anak, resistensi sebagai manifestasi dari permasalahan
yang dihadapi tiap subjek; serta dukungan sosial sebagai
PENELITIAN TERDAHULU faktor pendukung subjek dalam menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi).
Pertama, oleh Fibrianto (2016), dari Universitas Ketiga, penelitian oleh Ampera (2012) dosen
Sebelas Maret dengan judul “Kesetaraan Gender dalam Jurusan PKK FT Unimed dengan judul “Kajian
Lingkup Organisasi Mahasiswa Universitas Sebelas Kesetaraan Gender dalam Pendidikan Sekolah Dasar
Maret Surakarta Tahun 2016” dari Jurnal Analisa Mitra PPL PGSD”, dari jurnal Tabularasa Volume 9,
Sosiologi Volume 5, Nomor 1. Tujuan penelitian untuk Nomor 2. Tujuan penelitian untuk mengetahui
mengetahui wujud kesetaraan gender di lingkup pengetahuan yang dimiliki oleh siswa Sekolah Dasar
organisasi mahasiswa Universitas Sebelas Maret mengenai pemahaman gender, serta untuk
Surakarta tahun 2016. Metode yang digunakan yaitu mengungkapkan berbagai kondisi gender yang telah

838
Kesetaraan Gender Pada Keluarga Perkotaan Di Kota Palembang

lama tersosialisasi begitu lama dalam sistem sosial berdasarkan konsensus yang telah mereka bicarakan
masyarakat. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan sebelumnya. Tetapi, meskipun terdapat partisipasi dari
deskriptif dengan metode survei. Lokasi penelitian laki-laki/suami, tetap saja porsi perempuan baik dalam
bertempat di Mebidang, responden merupakan siswa- kegiatan produksi maupun reproduksi tetaplah lebih
siswi SD yang aktif sekolah. Hasil analisa penelitian, besar. Sedangkan pada kegiatan sosial kemasyarakatan
disimpulkan bahwa responden (70,69%) tidak laki-laki dan perempuan mengambil porsi yang sama
mengetahui dengan baik gender sebenarnya. Hampir besar.
keseluruhan responden (52,81%) melekatkan gender
dan jenis kelamin memiliki pengertian yang sama.
Keempat, penelitian oleh Mahpur (2012), dosen METODE PENELITIAN
Psikologi UIN Malang dengan judul “Baseline Study
Kesetaraan Gender di UIN Malang”, dari jurnal Egalita Penelitian ini menggunakan desain penelitian
Volume 1, Nomor 2. Tujuan penelitian untuk kualitatif deskriptif. Keunggulan dari penelitian kualitatif
mengetahui proses penyelenggaraan pendidikan di UIN yaitu berupaya untuk mengungkapkan makna yang ada
Malang dalam memperlihatkan realitas pembangunan dibalik data yang tampak (Taufiq dalam Bungin, 2013:
yang berkeadilan gender, mengetahui apa visi dan misi 47). Strategi penelitian menggunakan fenomenologi.
UIN Malang serta acuan dasar hukum (statuta) yang Fenomenologi yaitu suatu penelitian yang melihat atau
dijadikan pijakan pembuatan kebijakan untuk menengamati terkait suatu fenomena yang ada pada
menyelenggarakan pendidikan di UIN Malang, kehidupan manusia. Unit analisis pada penelitian ini
mengetahui proses pendidikan di UIN Malang bergerak adalah kelompok yaitu keluarga perkotaan yang ada di
kearah semangat sosialisasi nilai dan gagasan yang Kota Palembang.
memperjuangkan kesetaraan relasi gender dan Penentuan informan pada penelitian ini dilakukan
mengetahui bagaimana tanggapan civitas akademika secara snowball yaitu teknik penentuan informan yang
UIN Malang, terutama pada jajaran pimpinan terhadap mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar.
usaha pengarusutamaan gender. Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status baru memberikan informasi tentang situasi dan kondisi lokasi
sebagai Universitas tujuan umum dari UIN Malang penelitian (Kaelan, 2012:89).
yang dirumuskan lebih rinci pada visi dan misi yang Adapun kriteria informan penelitian ini adalah
dibangun menunjukkan adanya netralitas gender sebagai berikut :
(gender blind). Perguruan tinggi Islam ini tidak 1. Keluarga perkotaan yang telah berkeluarga
menekankan pembangunan intelektual civitas minimal 10 tahun
akademikanya pada salah satu jenis kelamin tertentu. 2. Keluarga perkotaan yang telah memiliki anak
Hal ini dapat dilihat pada penjabaran visi dan misi UIN 3. Keluarga perkotaan yang telah menetap di Kota
Malang yang tidak disebutkan jenis kelamin tertentu Palembang minimal 5 tahun
akan tetapi pada seluruh mahasiswa secara umum. 4. Keluarga perkotaan yang memiliki latar
Dengan visi misi yang netral gender menjadi suatu belakang pendidikan, suku, agama dan ras yang
peluang bagi UIN Malang sebagai salah satu wadah berbeda di Kota Palembang
transfer ilmu bagi masyarakat untuk membantu Penelitian ini dilaksanakan lebih kurang selama dua
terlaksananya upaya sosialisasi pengarus utamaan bulan yaitu pada Juli – Agustus 2019 dalam bentuk
gender baik dalam lingkup internal kampus (seluruh penelitian lapangan pada beberapa lokasi di Kota
civitas akademika). Palembang, kususnya di Kampung Arab Al-Munawar
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Astuti tepatnya di lorong Al-Munawar No. 13 kelurahan 13 Ulu
(2010) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Kecamatan Seberang Ulu II kota Palembang. Teknik
Universitas Sebelas Maret yang berjudul “Relasi pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui
Gender pada Keluarga Perempuan Pedagang di Pasar wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi.
Klewer Kota Surakarta”. Tujuan penelitian untuk Teknik wawancara yang digunakan yaitu terstruktur
mengetahui profil aktivitas baik produksi, reproduksi dengan menggunkan pedoman wawancara yang telah
maupun sosial kemasyarakatan. Serta askses dan kontrol disusun secara sistematis agar memudahkan peneliti
terhadap sumber daya yang dimiliki dan faktor-faktor memperoleh data, dan wawancara dilakukan pada 26
yang berpengaruh pada keluarga perempuan pedagang. keluarga perkotaan di kota Palembang dengan jumlah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat informan 61 orang yang terdiri dari 31 informan laki-laki
partisipasi dalam kegiatan produksi maupun reproduksi, dan 30 informan perempuan. Adapun observasi
suami dan istri saling melakukan pembagian kerja dilakukan peneliti dengan mengamati langsung aktivitas

839
S. Soraida, et al.

dan kegiatan dalam kehidupan keluarga yang menjadi Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak
objek penelitian ini, serta dokumentasi juga digunakan Abdullah Al-Kaff tentang perbandingan akses
peneliti dalam mengumpulkan data yang berupa surat- pendidikan bagi anak laki-laki dan perempuan. Berikut
surat, catatan harian, foto, dan juga dari buku, koran, dan kutipan wawancaranya:
majalah. “Sama aja. Tapi untuk anak laki-laki
Penelitian ini menguraikan jawaban informan dengan pendidikan agama itu diutamakan. Di
menggunakan analisis gender yang digunakan oleh rumah itu, anak diwajibkan harus bisa
baca tulis al-qur’an. Kalo di kampung ini,
Calorine Moser (1993). Kerangka analisis Moser yaitu
pendidikan agama nomor satu. Sebabnya
didasarkan pada pendekatan Pembangunan dan Gender tiap malam kalo kamu datang ada
(Gender and Development/ GAD) yang dibangun pada madrasah untuk ngaji dan ngafal qur’an.
penedekatan perempuan dalam pembangunan. Di madrasah itu, setiap habis maghrib
Teknik analisis data yaitu dari Creswell (2013: 276) sampai jam delapan. Disini kan orang
yang mengajak peneliti untuk melihat analisis data fokuskan anak untuk bisa baca tulis
kualitatif sebagai suatu proses penerapan langkah- qur’an. Kalo sekolah malem itu untuk laki
laki. Kalo perempuan siangnya.”
langkah dari yang spesifik hingga yang umum dengan
(Wawancara 17 Agustus 2019).
berbagai level analisis yang berbeda. Lebih lanjut, Berdasarkan petikan wawancara tersebut, diketahui
Cresswell (2013, 276-284) menjelaskan langkah-langkah informan Abdullah Al-Kaff dalam menentukan
analisis data sebagai berikut ini : pendidikan anaknya, tidak membeda-bedakan antara
1. Mengolah dan mempersiapkan data untuk anak laki-laki atau perempuan. Namun, tetap
dianalisis. mewajibkan setiap anaknya untuk menempuh
2. Membaca keseluruhan data. pendidikan berbasis agama Islam yang dapat ditempuh
3. Menganalisis lebih detail dengan meng-coding melalui pendidikan formal seperti madrasah sementara
data. pendidikan berbasis Islam yang bersifat non formal
4. Terapkan proses coding untuk mendeskripsikan dapat diperoleh melalui pengajian yang terletak didalam
setting, orang-orang, kategori-kategori, dan tema- wilayah Kampung Arab Al-Munawwar.
tema yang akan dianalisis. Bentuk kesetaraan gender di bidang pendidikan
5. Menunjukkan deskripsi dan tema-tema yang akan dalam keluarga suku Arab di Kampung Al-Munawwar
disajikan kembali dalam narasi atau laporan dapat dilihat dari tidak adanya pembatasan akses
kualitatif. Pendekatan yang paling populer adalah pendidikan yang diterapkan pada anak laki-laki maupun
menerapkan pendekatan naratif dalam perempuan. Setiap anak diberikan kesempatan yang
menyampaikan hasil analisis. sama untuk memilih pendidikan yang dikehendaki
6. Langkah terakhir yaitu interprestasi data dengan syarat tidak mengenyampingkan pendidikan
(memaknai data). berbasis Islam (mengaji).
Bentuk kesetaraan gender lain dalam mengakses
pendidikan pada keluarga Arab di Kampung Al-
HASIL DAN PEMBAHASAN Munawar diantaranya berupa adanya dorongan dari
orang tua kepada anaknya untuk menempuh pendidikan
1. Bentuk Kesetaraan Gender pada Keluarga di Kota setinggi-tingginya.
Palembang Pada dasarnya, bentuk kesetaraan gender dalam
bidang pendidikan pada masyarakat yang bertempat
1. Akses Pendidikan tinggal di Kampung Arab Al-Munawar, memiliki pola-
Dalam kehidupan keluarga, keputusan terkait
pola yang tidak jauh berbeda. Orangtua di Kampung
pendidikan anak biasanya masih ditentukan oleh
Arab Al-Munawar tidak memberi perlakuan berbeda
orangtua. Berbekal pengetahuan dan pengalaman hidup
pada anak laki-laki maupun anak perempuan dalam
yang lebih banyak, setiap orangtua merasa memiliki
mengakses pendidikan sebagaimana yang anak-anak
kuasa untuk menentukan model pendidikan yang tepat
inginkan. Selain itu, orangtua juga melibatkan anak-anak
untuk anak-anaknya. Bagi orangtua yang memiliki latar
dalam proses pengambilan keputusan terkait pendidikan
belakang agama yang kuat, pendidikan berbasis agama
tanpa melihat status gender. Meskipun demikian,
menjadi pilihan utama. Sementara bagi orangtua dengan
orangtua tetap mengarahkan anak-anaknya untuk
latar belakang pendidikan umum, maka pendidikan pada
menomorsatukan pendidikan berbasis agama
sekolah dan perguruan tinggi umum adalah alternatif
dibandingkan pendidikan umum. Hal ini sudah menjadi
paling baik dipilih untuk anak-anaknya dalam menuntut
kultur dari masyarakat yang tinggal di Kampung Arab
ilmu pengetahuan.

840
Kesetaraan Gender Pada Keluarga Perkotaan Di Kota Palembang

Al-Munawar yang masih memegang teguh prinsip- gizi kepada setiap anggota keluarga, masyarakat yang
prinsip ajaran Islam dalam menjalani kehidupan. tinggal di Kampung Arab Al-Munawar juga tidak
Bentuk kesetaraan gender didalam keluarga dengan membeda-bedakan atas nama gender. Saat makan, tidak
latarbelakang pendidikan tinggi tersebut dapat diketahui ada yang didahulukan atau mendapat porsi makan yang
dari sisi orangtua yang sudah memiliki kesadaran bahwa lebih banyak dibandingkan yang lainnya. Setiap orang
peranan mereka dalam hal ini sebatas mendukung dari makan pada waktu dan tempat yang sama. Hal yang
segi materi maupun moral terhadap keputusan anak membedakan adalah ketika masyarakat Kampung Arab
perempuannya tanpa melakukan intervensi terlalu Al-Munawar sedang mengadakan acara makan bersama
banyak. Berikut ini merupakan petikan wawancara dari dimana tempat makan antara laki-laki dan perempuan
informan Tri Novtiar Aminudin: tidak boleh bercampur. Keterangan mengenai bentuk
“Kalo soal tempat kuliah itu kehendak kesetaraan gender dalam hal pencukupan gizi bagi
sendiri, kan yang menjalankannya nanti anggota keluarga dapat diketahui dari kutipan
saya. Tapi orang tua juga mendukung wawancara bersama informan Rogayah Al-Habsyi
dengan pilihan saya.” (wawancara, 19 Juli
sebagai berikut:
2019).
Bentuk kesetaraan gender dalam keluarga tersebut, “Kalau makan rame-rame, makan nasi
kebuli. Kalau pas ada acara haul, itu
ditandai adanya keterbukaan akses anak dalam
sebulan sebelum bulan puasa rame disini,
menempuh pendidikan sesuai dengan yang ada empat sampai enam pasangan yang
dikehendakinya. Sebagai anak perempuan, melanjutkan menikah. Bareng kalau makan, hanya di
pendidikan hingga ke perguruan tinggi tentu bukan pisah tempat saja. Laki dengan laki kan
merupakan priorotas utama. Namun, latar belakang dan yang ceweknya dengan cewek jugo,
keluarga yang berasal dari kalangan berpendidikan tinggi idak digabung.” (wawancara, 17 Agustus
2019).
memberikan kontribusi bagi setiap anggota keluarga
Berdasarkan wawancara tersebut, diketahui bahwa
untuk menjadi individu yang berpikiran terbuka. Hal ini
kesetaraan terjadi pada saat acara pernikahan maupun
dibuktikkan dari sikap orangtua yang mengikutsertakan
acara besar lainnya, dimana saat makan seorang
anak perempuan untuk berdiskusi bersama membahas
perempuan dihormatai sebagaimana seorang laki-laki
tentang pilihan-pilihan yang mungkin akan ditempuh
juga dihormati, kedudukan mereka sejajar, yang
oleh anaknya untuk melanjutkan sekolah.
membedakan hanyalah tempat makan laki-laki dengan
perempuan dipisah. Sedangkan untuk waktu makan dan
2. Akses Kesehatan
menunya disamakan.
Terkadang penerapan konsep kesetaraan gender
dalam bidang kesehatan harus terbentur oleh beberapa
3. Akses Ekonomi
faktor, seperti adat istiadat, hukum, ekonomi, sosial, dan
Adapun dalam mengelola sumber daya ekonomi,
agama. Kesetaraan gender dalam bidang kesehatan dapat
bentuk kesetaraan gender dapat dilihat dari adanya
diwujudkan apabila ada kesadaran dari pihak-pihak yang
konsensus bersama antara laki-laki dan perempuan untuk
terlibat untuk saling bekerjasama dan memahami satu
melakukan pengelolaan berupa pembelian dan
sama lain.
pengeluaran dalam rangka mencukupi kebutuhan rumah
Pada dasarnya, dalam hal penanganan setiap anggota
tangga. Didalam keluarga, tidak diperkenankan ada
keluarga yang membutuhkan pelayanan kesehatan tidak
pengendalian atau pelimpahan penuh pada salah satu
terdapat lagi perlakuan berbeda antara anak laki-laki dan
pihak untuk mengelola sumber daya ekonomi seperti
anak perempuan. Ketika terdapat anggota keluarga yang
halnya keuangan.
sakit, maka anggota keluarga lainnya berkewajiban
Masyarakat suku Arab yang berdomisili di Kampung
untuk segera memberikan layanan kesehatan. Perbedaan
Arab Al-Munawar memiliki pandangan yang beragam
perlakuan tergantung pada ringan atau beratnya jenis
terkait apakah setiap orang dapat beraktifitas atau
penyakit. Apabila penyakit dinilai masih ringan maka
bekerja di ruang publik atau sebaliknya. Akan tetapi,
cukup hanya dengan memberikan obat-obatan yang bisa
salah satu masyarakat Kampung Arab Al-Munawar,
didapatkan di apotik-apotik terdekat. Sementara apabila
yakni informan Abdullah Al-Kaff menyatakan bahwa
jenis penyakit sudah tergolong berat, maka anggota
dirinya tidak melarang sama sekali bagi laki-laki maupun
keluarga merasa wajib untuk membawa orang yang sakit
perempuan untuk bekerja di sektor publik. Menurutnya,
tersebut ke klinik, puskesmas, atau rumah sakit terdekat.
orang-orang yang bekerja diluar publik atau domestik
Pada umumnya tidak ada perlakuan berbeda dalam
tergantung pada tingkat pendidikannya. Akan sangat
memberikan akses pelayanan kesehatan bagi laki-laki
sulit membatasi wilayah kerja pada orang-orang dengan
maupun perempuan. Adapun dalam masalah pencukupan
tingkat pendidikan tinggi dan memiliki masa depan yang

841
S. Soraida, et al.

baik, seperti halnya dokter. Berikut ini adalah hasil rumah tangga. Akses yang diberikan dalam beraktifitas
petikan wawancara bersama informan Abdullah Al-Kaff di ruang publik dan kesadaran gender yang mulai
sebagai berikut: muncul merupakan bentuk-bentuk dari kesetaraan
“Itu boleh-boleh bae. Tergantung sumber gender yang dapat dilihat dari keluarga informan
daya manusianya. Kalo orang yang dari Sarmidi.
sekolahan, dari universitas, mungkin dia Bentuk kesetaraan gender didalam keluarga tersebut
gak mau di rumah. Apa dia dokter, apa dia
yaitu adanya kebebasan untuk dapat bekerja pada sektor
apa kan. Pasti dia meneruskan karier. Ada
juga guru poltek dekat sini, Bu Aisyah, publik. Bahkan bagi beberapa informan, pekerjaan di
yang masih keluarga saya yang ngajar di sektor publik lebih menjadi prioritas utama dibandingkan
poltek.” (Wawancara 17 Agustus 2019) pekerjaan domestik. Selain itu, juga ada yang suami
Dalam hal ini, informan Abdullah Al-Kaff merasa tidak memberi syarat apapun kepada istri agar diberikan
tidak ada rasa keberatan pada dirinya apabila perempuan izin bekerja di sektor publik.
didalam keluarganya hendak bekerja di sektor publik.
Namun informan Abdullah Al-Kaff mensyaratkan bahwa 2. Latar Belakang Terwujudnya Kesetaraan Gender
semua itu harus sesuai dengan kapasitas sumber daya pada Keluarga di Kota Palembang
manusia yang dimiliki. Informan Abdullah Al-Kaff
memberikan contoh bahwa ketika seseorang telah 1. Latar Belakang Pendidikan
menempuh pendidikan kedokteran, tentu ia akan Kondisi sosio-kultural masyarakat yang berbeda satu
menolak apabila hanya mengurus kebutuhan rumah dengan yang lain menghasilkan persepsi yang berbeda
tangga dan menanggalkan cita-citanya untuk berprofesi pula mengenai konsep gender. Semakin baik konsep
sebagai seorang dokter. Selain itu, bentuk kesetaraan gender yang dipahami oleh masyarakat maka akan
gender dalam bidang ekonomi dibuktikkan dari adanya semakin terbuka jalan untuk mewujudkan keadilan dan
keleluasaan yang diberikan didalam keluarga Al-Kaff kesetaraan gender. Adapun tinggi atau rendahnya
untuk bekerja di sektor publik. Akan tetapi, sektor publik kualitas gender dalam suatu masyarakat dipengaruhi oleh
yang dapat diakses oleh kaum perempuan di Kampung beberapa faktor, seperti agama, pendidikan, ekonomi,
Arab Al-Munawar masih terbatas pada sektor-sektor sosial, budaya dan lain sebagainya.
tertentu, seperti menjadi seorang guru, dosen, atau Masyarakat suku Arab di Kampung Arab Al-
penceramah di kajian-kajian kemuslimahan. Munawar, 13 Ulu, Kota Palembang percaya bahwa
Kesetaraan gender dalam keluarga pada masyarakat pendidikan sangat penting untuk diberikan oleh setiap
di Kota Palembang lainnya juga dapat ditemui pada anak tanpa adanya perbedaan akses yang didasarkan atas
keluarga informan Sarmidi yang berprofesi sebagai faktor gender. Menjalani kehidupan dengan tetap
karyawan swasta. Penghasilan sebagai karyawan swasta berpegang teguh pada nilai-nilai ajaran agama Islam
yang belum dapat mencukupi kebutuhan keluarga secara tidak membuat setiap orangtua menghalangi anak-
penuh membuat istrinya turut bekerja sebagai buruh anaknya menempuh pendidikan setinggi-tingginya.
jamur. Informan Sarmidi menyatakan bahwa dirinya Justru para orangtua di Kampung Arab menghendaki
tidak melarang istrinya untuk bekerja dengan syarat anak-anaknya kelak dapat tumbuh dan berkembang
pekerjaan-pekerjaan domestik tidak terbengkalai. sebagai seorang yang berpendidikan dan
Informan Sarmidi menuturkan alasannya mengizinkan berpengetahuan, terutama dalam bidang keagamaan.
istri untuk turut bekerja di sektor publik sebagai berikut: Selanjutnya, tingkat pendidikan orangtua juga turut
“Boleh asal tidak terlalu capek. Itu kan menjadi faktor yang melatarbelakangi terwujudnya
kehendak beliau, tidak dikekang juga. Asal kesetaraan gender didalam keluarga. Seorang
masih bisa ngurusin rumah gak masalah.” berpendidikan biasanya memiliki cara pandang yang
(wawancara, 19 Juli 2019).
lebih luas disebabkan oleh pengetahuan dan pengalaman
Bentuk kesetaraan gender dalam keluarga informan
yang dimilikinya. Maka dalam menentukan pendidikan
Sarmidi dapat diketahui dari mulai adanya kesadaran
anak-anaknya, orangtua yang berpendidikan tidak lagi
gender dari pihak kepala keluarga yang menganggap
berpikiran apakah anak perempuan juga sama
bahwa perempuan yang bekerja di ruang publik
pentingnya untuk menempuh sekolah yang tinggi
merupakan hak daripada perempuan itu sendiri.
sebagaimana anak laki-laki.
Informan Sarmidi sama sekali tidak mengekang atau
Informan Netti Agustini, S.Pd merupakan contoh dari
membatasi apa yang hendak dilakukan anggota
orangtua yang memiliki latar belakang pendidikan
keluarganya asalkan kewajiban-kewajiban yang telah
tinggi. Dalam bidang pendidikan, informan Netti
disepakati sebelumnya tidak dilalaikan, seperti halnya
Agustini, S.Pd menyatakan bahwa dua dari tiga anaknya
istri yang tidak lupa terhadap kewajibannya mengurus
saat ini sedang mengenyam pendidikan di Sekolah

842
Kesetaraan Gender Pada Keluarga Perkotaan Di Kota Palembang

Tinggi Akuntansi Negara (STAN) yang merupakan Berikut ini merupakan hasil penuturan informan
pilihan dari anakya sendiri. Selain itu, bentuk kesetaraan Baradba Shahab terkait alasannya memberikan izin
gender dalam potret keluarga Netti Agustini, S.Pd dapat kepada Zakiyah untuk bekerja di sektor publik sebagai
dilihat dari adanya pembagian tugas-tugas domestik seorang pedagang:
sekalipun anak-anak dari informan Netti Agustini, S.Pd “Itulah tadi, paling istri dagang pas ado
semuanya adalah laki-laki. Berikut ini hasil petikan acaro rame-rame disini (Kampung Arab).
wawancara bersama informan Netti Agustini, S.Pd: Kan tiap tahun tu galak ado haul di
dermaga sano. Rame itu yang datang.
“Lanjut kuliah semua. Kebetulan
Ratusan wong ado.”
ketiganya kuliah di STAN jadi kalo sudah
“Itulah tadi, paling istri dagang pas ada
lulus tidak payah cari kerja lagi. Tinggal
acara ramai-ramai disini (Kampung Arab).
yang bungsu yang masih sekolah”
Kan setiap tahun itu sering ada acara haul
(wawancara, 19 Juli 2019).
di dermaga sana. Ramai itu yang datang.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dilihat bahwa
Ratusan orang ada.” (Wawancara 17
latar belakang seseorang dengan pendidikan yang baik Agustus 2019).
memiliki kecenderungan untuk berpikiran lebih terbuka Berdasarkan hasil wawancara tersebut, diketahui
(open minded). Informan Sukahat sama sekali tidak bahwa adanya perempuan yang bekerja di ruang publik
membeda-bedakan perlakuan kepada setiap orang yang pada masyarakat Suku Arab tergantung pada momentum
menjadi bagian dari keluarganya. Informan Sukahat tertentu. Misalnya ketika Kampung sebagai kampung
memberi kebebasan kepada istri, anak-anak, bahkan wisata sedang mengadakan acara yang akan
pembantunya untuk melakukan semua yang menjadi mendatangkan banyak pengunjung. Maka kesempatan
keinginannya. Informan Sukahat hanya memberikan ini dimanfaatkan oleh setiap warga untuk menambah
syarat bahwa kebebasan yang diberikan tetap merupakan pendapatan keluarga, salah satunya dengan cara
kebebasan yang dilandasi oleh rasa tanggungjawab untuk berdagang. Perempuan dipilih dalam peran berdagang
selalu ingat kepada Tuhan, menjaga nama baik keluarga, dengan alasan kebanyakan laki-laki di Kampung Arab
dan tidak melanggar nilai dan norma. banyak yang bekerja atau berdagang diluar kawasan
kampung, seperti di wilayah Pasar 16 Ilir.
2. Latar Belakang Ekonomi Keluarga
Kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, dan papan 3. Faktor Penghambat Kesetaraan Gender pada
yang terpenuhi akan mengantarkan manusia menuju Keluarga di Kota Palembang
kebahagiaan. Namun kenyataannya masih terdapat
ketimpangan ekonomi dikarenakan keterbatasan akses 1. Faktor Agama yang dianut
dan sumber daya yang dimiliki. Salah satu faktor yang Agama sebagai suatu keyakinan yang telah ada dan
seringkali menjadi penghalang adalah keadaan bias hidup dalam suatu masyarakat untuk mengajarkan budi
gender pada masyarakat dimana perempuan masih pekerti, nilai keadilan, mengkokohkan keyakinan yang
ditempatkan pada posisi yang sub-ordinat. manusia untuk taat kepada sang pencipta. Namun
Setiap manusia dituntut untuk dapat mengembangkan penafsiran ajaran kitab suci tentang nilai dan budaya
kemampuan diri agar bisa beradaptasi dan menjawab yang diajarkan terkadang salah dalam mengamalkannya.
tantangan zaman, tak terkecuali bagi kaum perempuan. Berdasarkan hasil observasi dilapangan dan wawancara
Saat ini ada banyak kaum perempuan yang turut serta mendalam, ditemukan fakta bahwa nilai dan ajaran
berperan aktif demi menyokong kebutuhan ekonomi agama yang masih dipegang teguh oleh sebagaian
keluarga. Peran pempuan bukan hanya sekedar menjadi keluarga yang ada di Kota Palembang justru yang
konco wingking, tetapi berperan juga dalam menjadi penghambat terwujudnya kesetaraan gender
meningkatkan taraf hidup keluarga. dalam keluarga.
Suku Arab merupakan salah satu komunitas yang Ditemukan suatu kondisi dimana secara umum
masih belum menerima dan menerapkan konsep gender keluarga di kota Palembang masih memiliki konstruksi
didalam kehidupannya. Namun, kini perempuan suku pemikiran bahwa seorang laki-laki atau suami adalah
Arab mulai menunjukkan eksistensinya di muka publik seorang yang memiliki tugas dan pekerjaan di luar
meski masih bersifat terbatas. Salah satu contoh rumah atau pada sektor publik, sedangkan perempuan
perempuan suku Arab yang beraktivitas di ruang publik (istri) yaitu memiliki tugas dan pekerjaannya di dalam
adalah informan Zakiyah istri dari Baradba Shahab. rumah atau mengurusi pekerjaan domestik yaitu
Informan Zakiyah ialah seorang pedagang yang hanya mengurusi segala pekerjaan rumah tangga, mulai dari
akan berjualan apabila di Kampung Arab Al-Munawar mencuci, memasak dan menyapu rumah.
sedang diadakan suatu acara, seperti festival atau haul.

843
S. Soraida, et al.

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Perubahan tersebut dapat berupa perubahan perilaku
informan Ahmad Husin Al-Kaff tentang kedudukan seperti perubahan peran dalam pencari nafkah,
seorang laki-laki dalam sebuah keluarga. Berikut kutipan perubahan status perempuan salah satunya melalui jalur
wawancaranya: pendidikan, namun dalam segi perubahan nilai dan
“Ar’rijaalu qowwaamuuna’alan nisaaa norma, justru berjalan sangat lambat.
(surat An-Nisa ayat 34). Artinya: laki-laki Fenomena demikian ini juga terjadi pada kehidupan
(suami) itu adalah pemimpin/pelindung masyarakat suku Arab. Kehidupan suku Arab di
bagi perempuan. Ayat itu sudah jelas
kampung Al-Munawar secara sosial telah sedikit
dalam Al-Qur’an, apalagi orang arab
yang sebagai penyebar agama, tentu mengalami perubahan-perubahan, namun yang menjadi
orang laki-laki lah yang mengambil penghambat yaitu karena faktor budaya dan tradisi
keputusan, gak bisa lah orang perempuan masyarakat yang sulit untuk dirubah.
mengambil keputusan. Yang menyebarkan Adapun ketidaksetaraan gender paling menonjol
agama kok jadi begitu” (wawancara, 16 yang terjadi pada masyarakat suku Arab ini disebabkan
Agustus 2019). faktor tradisi, berupa ketidaksetaraan gender pada bidang
Mengacu pada kutipan wawancara tersebut, diketahui
pekawinan. Dimana ada tradisi yang telah berkembang
bahwa seorang suami dalam agama Islam memiliki
sejak lama pada masyarakat suku Arab di Kampung Al-
kedudukan yang lebih tinggi daripada seorang istri.
Munawar yaitu seorang perempuan suku Arab tidak
Kedudukan suami dalam keluarga Islam adalah sebagai
boleh menikah dengan suku di luar suku Arab. Artinya
seorang pemimpin dalam rumah tangganya dan sekaligus
seorang perempuan suku Arab di Kampung Al-Munawar
sebagai pelindung bagi perempuan. Jadi segala sesuatu
hanya dapat menikah dengan suku Arab saja. Sedangkan
dalam sebuah rumah tangga harus diketahui oleh seorang
seorang laki-laki suku Arab di Kampung Al-Munawar
suami, jadi secara kekuasaan, laki-laki menjadi penguasa
bebas menikah dengan perempuan suku mana saja.
dan segala keputusan yang berhak memutuskan hanyalah
Semua hal tersebut yaitu bersumber dari observasi
suami, sedangkan istri tidak memiliki hak untuk
dan wawancara. Salah satunnya yaitu dengan Informan
memutuskan suatu perkara tanpa seizin dan tanpa
Ahmad Husin Al-Kaff yang mengungkapkan tentang
sepengetahuan dari seorang suami.
alasan perempuan Arab tidak boleh menikah dengan
Bentuk ketidaksetaraan gender lainnya pada
suku lain. Adapun kutipan wawancaranya sebagai
Keluarga di Kota Palembang yaitu suami sebagai kepala
berikut:
rumah tangga dapat memerintahkan istri untuk tetap di
“Kalau saya boleh, Kalau Perempuan
rumah, mengurusi anak dan mengerjakan pekerjaan suku arab tidak boleh menikah dengan
domestik dan istrinya tidak diberikan izin oleh sebagaian suku lain, sangsinya merka terisolir, dan
suami untuk bekerja pada sektor publik. termasuk suatu aib bagai keluaraga kami.
Akhirnya, berdasarkan deskripsi tentang agama yang ada pelanggaran disini. Kesukuan
menjadi salah satu faktor penghambat kesetaraan gender (asobiyah) itu tetap ada di orang arab.
pada keluarga di kota Palembang. Maka untuk dapat Kalau Alasannya wanita tidak bisa
menikah dengan suku lain karena kami
merubah cara pandang masyarakat, khususnya pada merasa, kami masih ada tetesan darah
keluarga di Kota Palembang terhadap nilai-nilai agama dari rasulullah, kalau perempuan nikah
yang dianut dan menjadi keyakinan yang sangat sulit dengan suku lain maka putus sudah
untuk dilakukan. Terlebih lagi dalam beragama, jika nasabnya dari rasullullah. Kalau laki-laki
seorang dengan menggunakan alasan agama, seorang mengambil (nikah) dengan suku lain,
rela mati demi memperjuangkan agama yang telah maka perempuan itu beruntung bisa nikah
dengan kami, karena kami masih ada
diyakini benar dan karena sebagian besar masyarakat di
keturunan rasulullah di dia nanti. Di
Kota Palembang masih memegang teguh nilai-nilai keluarga saya sendiri ada yang melanggar
agama yang dianutnya. bukannya tidak ada, kalau mau kembali
lama itu lama bisa dianggap keluarga
2. Faktor Tradisi dan Budaya lagi, bahkan untuk nelpon saja malu,
Dalam kehidupan masyarakat selalu terjadi karena itu merupakan suatu aib”
perubahan dengan adanya perkembangan dan kemajian (wawancara, 16 Agustus 2019).
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan
di bidang teknologi maupun ilmu pengetahuan. Namun
Ahmad Husin Al-Kaff diketahui bahwa laki-laki suku
faktanya, dalam hal norma dan nilai justru norma dan
Arab boleh menikah dengan perempuan suku lain,
nilai berkembang sangat lambat, karena untuk mengubah
sedangkan perempuan suku Arab tidak boleh, karena
suatu budaya diperlukan waktu yang lama, karena telah
dianggap sebagai suatu pelanggaran adat. Jika dilanggar
mendarah daging pada setiap aktivitas kehidupan sosial.

844
Kesetaraan Gender Pada Keluarga Perkotaan Di Kota Palembang

maka perempuan tersebut akan terisolir dan menjadi aib Al-Munawar pada saat wawancara dilakukan. Berikut
bagi keluarganya. Hal tersebut muncul karena sifat kutipan wawancaranya:
kesukuan (asobiyyah) atau etnosentrisme itu tetap ada “Perempuan disini kebanyakan
pada orang-orang suku Arab. menjadi ibu rumah tangga. 99%
Adapun alasannya yaitu karena orang-orang suku (persen) ibu rumah tangga. Jarang
Arab merasa bahwa mereka masih memiliki tetesan yang keluar dagang. Mungkin kalo
darah dari Rasulullah Muhammad, kalau perempuan orang lain bisa ya, kami (orang Arab)
Arab menikah dengan dengan suku lain maka akan tidak” (wawancara, 16 Agustus 2019).
terputus nasab dari Rasulullah. Sedangkan kalau laki- Berdasarkan hasil wawancara dari informan
laki suku Arab menikah dengan suku lain, maka Muhammad Abdul Kadir Al-Munawar diketahui bahwa
perempuan tersebut beruntung dapat menikah dengan kegiatan perempuan suku Arab sangat dibatasi.
laki-laki suku Arab, karena mereka masih ada keturunan Jangankan untuk bekerja pada sektor publik, berdagang
dari Rasulullah. dan keluar dari rumah saja sangat dibatasi, karena dalam
masyarakat suku Arab, jika seorang perempuan keluar
3. Kondisi Sosial Masyarakat Setempat rumah sudah sianggap tidak bagus oleh masyarakat yang
Lingkungan permukiman merupakan bagian dari lain, apalagi untuk berdagang dan bekerja. Kalupun
lingkungan binaan, dan lingkungan binaan merupakan keluar rumah, perempuan suku Arab di Kampung Al-
bagian dari lingkungan hidup. Oleh sebab itu, dapat Munawar hanya pada acara-acara tertentu, misalnya
dikatakan bahwa adanya suatu permukiman maka telah seperti acara keluarga, acara pernikahan ataupun acara
hadir juga suatu peradaban dan kebudayaan peringatan hari besar Islam.
(Kuswartojo, 2010).
Maka berdasakan hasil wawancara ditemukan fakta
bahwa dilingkungan tempat tinggal masyarakat suku KESIMPULAN
Arab di Kampung Arab Al-Munawar, lingkungan tempat
tinggal menjadi salah satu faktor penghambat terjadinya 1. Bentuk kesetaraan gender pada keluarga di kota
kesetaraan gender pada masyarakat suku Arab. Palembang terbagi menjadi 3 diantaranya yaitu:
Kondisi sosial masyarakat di Kampung Arab Al- 1) Kesetaraan gender dalam akses pendidikan
Munawar menjadi salah satu penghambat kesetaraan yaitu bagi orangtua yang memiliki latar
gender yaitu karena status Kampung Al-Munawar yang belakang agama yang kuat yaitu adanya
kini sebagai kampung wisata religi atau islami di kota pembatasan akses pendidikan yang diterapkan
Palembang membuat setiap warga Kampung Al- pada anak laki-laki maupun perempuan dan
Munawar menunjukkan untuk tetap menerapkan syariat adanya kesempatan yang sama bagi anak untuk
Islam secara kaffah (keseluruhan), mulai dari aktivitas memilih pendidikan yang dikehendaki dengan
sosial sampai pada aktivitas dalam rumah tangga yang syarat tidak mengenyampingkan pendidikan
condong pada nilai dan norma yang Islam ajarkan. Maka berbasis Islam (mengaji), sementara bagi
dari latar belakang kampung yang religius ini ajaran orangtua dengan latar belakang pendidikan
islam tetap diterapkan dalam kehidupan masyarakat di umum kesetaraan gender yaitu berupa adanya
Kampung Al-Munawar. keterbukaan akses anak dalam menempuh
pendidikan sesuai dengan yang dikehendakinya,
Salah satu nilai Islam yang telah diterapkan yaitu
sedangkan dalam keluarga dengan latar
seorang wanita suku Arab sangat dijaga kehormatanya,
belakang pendidikan tinggi yaitu adanya
sehingga seorang wanita Arab tidak diberikan izin untuk
kesadaran orangtua bahwa peranan orang tua
banyak berativitas dalam kegiatan yang bersifat umum
dalam pendidikan anak hanya sebatas
diluar rumah (sektor publik), karena wanita Arab sangat
mendukung dari segi materi maupun moral
dijaga kehormatanya. Hal ini terlihat jelas pada
terhadap keputusan anak tanpa melakukan
kehidupan masyarakat suku Arab ketika di siang hari.
intervensi terlalu banyak.
Dimana akan sangat jarang ditemui seorang perempuan
2) Kesetaraan gender dalam akses kesehatan yaitu
yang telah bersuami untuk keluar rumah ataupun
berupa tidak ada perlakuan berbeda dalam
berdagang. Kaum perempuan suku Arab di Kampung
memberikan akses pelayanan kesehatan,
Al-Munawar justru lebih banyak beraktivitas dalam
pencukupan gizi dan ketika makan bagi laki-
rumah.
laki maupun perempuan.
Hal tersebut sesuai dengan apa yang telah
3) Kesetaraan gender dalam akses ekonomi yaitu
diungkapkan oleh informan Muhammad Abdul Kadir
adanya keleluasaan perempuan dalam keluarga

845
S. Soraida, et al.

untuk dapat bekerja di sektor publik. Akan suami sebagai kepala rumah tangga dapat
tetapi, sektor publik yang dapat diakses oleh memerintahkan istri untuk tetap di rumah,
kaum perempuan berlatar belakang agama mengurusi anak dan mengerjakan pekerjaan
masih kuat terbatas pada sektor tertentu, seperti domestik dan istrinya tidak diberikan izin oleh
menjadi seorang guru, dosen, atau penceramah sebagaian suami untuk bekerja pada sektor
di kajian-kajian kemuslimahan, sedangkan pada publik.
masyarkat umum lainnya kesetaraan dalam 2) Faktor tradisi dan budaya yaitu karena adanya
akses ekonomi yaitu mulai adanya kesadaran budaya patriarki yang sangat kuat dalam
gender dari pihak kepala keluarga yang mengaunggulkan kaum laki-laki. Selain itu
menganggap bahwa perempuan yang bekerja di adanya ketidaksetaraan gender pada bidang
ruang publik merupakan hak daripada pekawinan, karena adanya ketidakadilan
perempuan itu sendiri, tidak adanya batasan pernikahan bagi perempuan. Dimana seorang
yang hendak dilakukan anggota keluarganya perempuan tidak boleh menikah dengan laki-
asalkan kewajiban-kewajiban yang telah laki diluar sukunya, sedangkan seorang laki-laki
disepakati sebelumnya tidak dilalaikan. bebas untuk menikah dengan perempuan suku
2. Hal yang melatarbelakangi terwujudnya kesetaraan mana saja. Jika perempuan sampai menikah
gender pada keluarga di kota Palembang diantaranya dengan suku lain maka dianggap sebagai suatu
yaitu: pelanggaran adat. Jika dilanggar maka
1) Latar belakang pendidikan yaitu terwujudnya perempuan tersebut akan terisolir dan menjadi
kesetaraan gender di dalam keluarga karena aib bagi keluarganya, ini dilakukan dengan
seorang berpendidikan memiliki cara pandang dalih untuk menjaga nasab agar tidak putus dan
yang lebih luas disebabkan oleh pengetahuan tidak hilang.
dan pengalaman yang dimilikinya. Maka dalam 3) Faktor kondisi sosial masyarakat setempat yaitu
menentukan pendidikan anak-anaknya, orangtua adanya ketidaksetaraan gender karena status
yang berpendidikan berpikiran anak perempuan kampung sebagai kampung wisata religi atau
juga sama pentingnya untuk menempuh sekolah islami, sehingga membuat setiap warga
yang tinggi sebagaimana anak laki-laki. Latar kampung menunjukkan untuk tetap menerapkan
belakang seseorang dengan pendidikan yang syariat Islam secara kaffah (keseluruhan), mulai
baik memiliki kecenderungan berpikiran lebih dari aktivitas sosial sampai pada aktivitas dalam
terbuka (open minded). rumah. Selain itu, pada lingkungan sosialnya
2) Latar belakang ekonomi keluarga yaitu adanya kegiatan perempuan sangat dibatasi, jangankan
latar belakang keadaan ekonomi keluarga yang untuk bekerja pada sektor publik, berdagang
sulit justru menjadi sebab perempuan dapat dan keluar dari rumah saja sangat dibatasi,
bekerja di ruang publik, khususnya pada karena dalam masyarakat tersebut menilai jika
masyarakat Suku Arab yang membolehkan istri seorang perempuan keluar rumah itu tidak
bekeja berdagang pada momentum-momentum bagus oleh masyarakat yang lain.
tertentu. Misalnya ketika Kampung sedang
mengadakan acara yang mendatangkan banyak
pengunjung datang. maka kesempatan tersebut DAFTAR PUSTAKA
dimanfaatkan oleh setiap warga untuk
menambah pendapatan keluarga, salah satunya Ampera, Dina. 2012. Kajian Kesetaraan Gender dalan
dengan cara berdagang. Pendidikan Sekolah Dasar Mitra PPL PGSD. Jurnal
3. Faktor penghambat kesetaraan gender pada keluarga Tabularasa Volume 9, Nomor 2: 167-182.
di kota Palembang diantaranya: Astuti, Indah. 2010. Relasi Gender Pada Keluarga
1) Faktor agama yang dianut yaitu adanya nilai Perempuan Pedagang di Pasar klewer kota
Surakarta. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
dan ajaran agama, serta konstruksi pemikiran
https://core.ac.uk/display/12346956. Diakses 13
yang di bungun dalam beragama menganggap Oktober 2019.
bahwa seorang laki-laki atau suami memiliki Bungin, Burhan. 2013. Metodologi Penelitian Sosial dan
tugas dan pekerjaan di luar rumah atau pada Ekonomi Format-format Kuantitatif dan Kualitatif
sektor publik, sedangkan perempuan (istri) untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik, Komunikasi,
memiliki tugas dan pekerjaannya di dalam Manajemen, dan Pemasaran. Jakarta: Kencana.
rumah atau mengurusi pekerjaan domestik.
Bentuk ketidaksetaraan gender lainnya yaitu

846
Kesetaraan Gender Pada Keluarga Perkotaan Di Kota Palembang

Creswell, Jhon W. 2013. Research Design Pendekatan


Kualitatif, Kuantitatif, Mixed Edisi ke-3. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Fibrianto. 2016. Kesetaraan Gender Dalam Lingkup
Organisasi mahasiswa Universitas Sebelas maret
Surakarta Tahun 2016. Jurnal Analisa Sosiologi
Volume 5, Nomor 1: 14-35.
Kaelan. 2012. Metode Penelitian Kualitatif
Interdisipliner Bidang Sosial, Budaya, Filsafat, Seni,
Agama, dan Humaniora. Yogyakarta: Paradigma.
Kuswartojo. 2010. Mengusik Tata Penyelenggaraan
Lingkungan Hidup dan Permukiman. Bandung:
Kelompok Keahlian Perumahan dan Permukiman
Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan
Kebijakan ITB.
Mahpur. 2012 Baseline Study Kesetaraan Gender di UIN
Malang. Jurnal Egalita Volume 1, Nomor 2: 24-37.
Moser, Caroline. 1993. Gender Planning and
Development: Theory, Practice, and Training.
London: Routledge.
Widayani, Hartati. 2014. Kesetaraan dan Keadilan
Gender dalam Pandangan Perempuan Bali: Studi
Fenomenologis Terhadap Penulis Perempuan di
Bali. Jurnal Psikologi Undip Volume 13, Nomor
2:28-36.

847

Anda mungkin juga menyukai