Skenario 2 Blok 9
Skenario 2 Blok 9
TEKNIK SAMPLING
Drg Toga adalah kepala Puskesmas Suburmakmur, dimana wilayah kerja puskesmas
tersebut meliputi 20 desa dengan luas luas kurang lebih 724,46 km2. Penduduk Kecamatan
Suburmakmur adalah penduduk yang sangat heterogen, baik dari sisi usia, pekerjaan dan
penghasilan dengan jumlah penduduk 15.200 jiwa. Kebiasaan merokok dan minum kopi pada
laki-laki merupakan kebiasaan yang sudah mendarah daging, bahkan sering ditemukan stain di
hampir seluruh gigi pada laki-laki remaja yang berkunjung ke poli gigi Puskesmas. Drg Toga
akan melakukan penelitian tentang kesehatan gigi dan mulut diwilayah kerjanya, beliau ingin
melihat hubungan kebiasaan merokok dan minum kopi terhadap keparahan penyakit periodontal.
Drg Toga akan melakukan sampling saat melakukan penelitian, dimana nantinya sampel yang
dihasilkan dapat digeneralisasikan ke populasi. Diskusikan teknik sampling yang paling cocok
pada kasus diatas!
1. Heterogen
heterogen /he·te·ro·gen/ /héterogén/ a terdiri atas berbagai unsur yg berbeda sifat atau
berlainan jenis; beraneka ragam;
keheterogenan /ke·he·te·ro·gen·an/ n perihal heterogen; sifat heterogen (keadaan berbagai
unsur yg berbeda sifat atau berlainan jenis); keanekaragaman
2. Stain
kb. 1 noda (on cloth, on o`s character). 2 zat warna (for slides). -kkt. 1 mengotorkan,
menodai (cloth, o`s hands). 2 menodai, mencemarkan (o`s reputation). -kki. menjadi kotor.
3. Sampling
Teknik sampling adalah teknik yang dilakukan untuk menentukan sampel. Jadi, sebuah
penelitian yang baik haruslah memperhatikan dan menggunakan sebuah teknik dalam
menetapkan sampel yang akan diambil sebagai subjek penelitian.
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili seluruh karakteristik dari populasi.
4. Generalisasi
Menurut KBBI, generalisasi adalah tentang membentuk ide-ide umum atau kesimpulan dari
suatu peristiwa, apa dan seterusnya; pembentukan sebuah ide lebih sederhana daripada
kebenaran (panjang dan seterusnya); tentang pembentukan gagasan yang lebih kabur;
Meratakan.
generalisasi/ge·ne·ra·li·sa·si/ /géneralisasi/ n 1 perihal membentuk gagasan atau simpulan
umum dari suatu kejadian, hal, dan sebagainya; 2 perihal membuat suatu gagasan lebih
sederhana daripada yang sebenarnya (panjang lebar dan sebagainya); 3 perihal membentuk
gagasan yang lebih kabur; 4 penyamarataan;
empiris tesis, hukum, atau hipotesis berdasarkan pengamatan terhadap kenyataan tertentu
dan spesifik;
-- metodologis prinsip atau hukum yang menjelaskan suatu keahlian dan teknik untuk
mempelajari dan mendekati inti suatu ilmu;
-- normatif generalisasi yang menyatakan penilaian;
-- substantif simpulan umum dalam bentuk sebab akibat yang tidak terikat oleh waktu dan
tempat;
-- teoretis tesis, hukum, atau hipotesis yang dicapai dengan asumsi dasar bahwa variabel
lainnya dianggap konstan;
-- terburu-buru simpulan mutlak yang ditarik terlalu tergesa-gesa;
menggeneralisasi/meng·ge·ne·ra·li·sa·si/ v membentuk generalisasi
5. Populasi
Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang berada pada wilayah tertentu dan
pada waktu yang tertentu pula. Populasi dapat mengacu pada beberapa hal berikut:
Beberapa bidang ilmu menggunakan istilah ini untuk pengertian yang agak berbeda:
Upaya yang dilakukan untuk mendapat kan sebuah sampel dari suatu populasi yang
bertujuan untuk mempercepat waktu, dan dan mempermudah dalam penelitian. Dalam
melakukan teknik sampling Harus melihat populasi, survei, dan mengambil melakukan teknik
sampling Harus melihat populasi, survei, dan mengambil elemen/sampel dan Objek penelitian
homogen. Teknik sampling boleh dilakukan bila elemen/sampel dan Objek penelitian homogen.
Teknik sampling boleh dilakukan bila populasi bersifat populasi bersifat homogen atau memiliki
katau memiliki karakteristik yang arakteristik yang sama atau sama atau setidak-tidaknyasetidak-
tidaknyahampir sama. Bila keadaan populasi bersifat heterogen, sampel yang dihasilkannya
hampir sama. Bila keadaan populasi bersifat heterogen, sampel yang dihasilkannya dapat bersifat
tidak representatif atau tidak dapat menggambarkan karakteristikdapat bersifat tidak representatif
atau tidak dapat menggambarkan karakteristik populasi. populasi. Teknik Teknik sampling
sampling dibagi dibagi menjadi menjadi 2, 2, yaitu yaitu probability probability sampling
sampling dan dan non non probability sampling. probability sampling
pengambilan secara acak, bersifat bersifat homogen.. Dengan mendifinisi mendifinisi kan
sampel, sampel, menentukan, memeberi nomer urut, membuat tabel acak.dinyatakan simple
(sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.Harus tersedia daftar sampling. Bisa dengan
undian (populasi sedikit < 100)
- Sistematik sampling
Pada sampling ini yang dipilih secara acaknya hanya nomor sampel urutan pertama, kemudian
nomer urutan selanjutnya ditentukan selanjutnya ditentukan secara sistematik dengan meloncat
sebesar kelipatan angka N/n. Atau Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil
saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima
- Stratified sampling
dibagi setiap strata-strata, semua ciri-ciri heterogen terwakili. Terdiri dari Proportionate
Stratified Random Sampling dan Disproportionate Stratified Random Sampling
- Cluster sampling
digunakan jika populasi heterogen,dan terdiri dari kelompok-kelompok tertentu atau wilayah
tertentu. Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan
diteliti sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, al penduduk dari suatu negara, propinsi
atau kabupaten.
- Multistage
Pada populasi yang sangat kompleks terdiri atas unit populasi yang terdiri dari beberapa rata dan
berada dalam clusters atau area yang heterogen.
- Probabilitas proposal
- Kuota
Menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang
diinginkan peneliti. Secara kuantitatif
- Kebetulan/ Convinience
secara kebetulan. Sampling pada subjek yang ditemui atau mudah ditemui.
- Purposive = sampel sesuai tujuan (kriteria kualitatif tertentu) peneliti, mudah dilakukan, mudah
mendapatkan sampel. Dibagi menjadi 2 : judgemental & kuota : judgemental & kuota
Memudahkan penelitian
Menghemat biaya dan waktu karena tidak perlu meneliti semua orang
Menghemat biaya dan waktu karena tidak perlu meneliti semua orang
Hasil dapat dipertanggung jawabkanHasil dapat dipertanggung jawabkan
Dapat menghasilkan gambaran yang representatif dari populasiDapat menghasilkan
gambaran yang representatif dari populasi
Mampu memberikan informasi akuratMampu memberikan informasi akurat
Variabel yang diteliti lebih banyak dan mendalamVariabel yang diteliti lebih banyak dan
mandala
- Tujuan pengambilan sampel adalah : (1) mengurangi jumlah objek/orang yang diteliti,
jumlah tenaga yang terlibat, waktu yang diperlukan, dengan biaya yang harus
dikeluarkan; (2) membuat simpulan ringkasan dari fenomena yang sangat banyak
jumlahnya; dan (3) menonjolkan sifat-sifat umum dari populasi, ciri-ciri khas individual
diabaikan. (Soegeng dalam Tahir, 2011:37)
- Tujuan pengambilan sampel menurut Sugiarto dalam Martono ( 2010:75 )
1. Apabila kita tidak mungkin mengamati seluruh anggota populasi yang ada, hal
tersebut dapat terjadi jika anggota populasi sangat banyak.
- Tujuan sampel adalah menggunakan sebagian dari individu-individu yang ingin diselidiki
untuk memperoleh informasi tentang populasi (Darmadi 2011:46).
- Tujuan pengambilan sampel adalah untuk memperoleh data yang akurat dan ada
kaitannya dengan populasi yang menjadi sasaran penelitian, mampu memberikan
informasi yang terkait dengan populasi yang ingin diteliti, dan informasi yang diperoleh
akan menjadi bahan baku dalam mengambil keputusan.
- Tujuan pengambilan sampel adalah untuk memperoleh suatu informasi mengenai
populasi yang ingin diteliti, oleh karena itu penarikan sampel sangat dibutuhkan untuk
penelitian.
“Syarat-syarat terpenting dalam pengambilan sampel adalah: (1) sampel harus mewakili
populasi (representatif) mencerminkan sifat-sifat atau ciri-ciri populasi semaksimal mungkin; (2)
sampel harus dapat menentukan presisi, tingkat ketepatan, kesalahan baku (standar eror) yang
ditentukan oleh perbedaan hasil yang diperoleh dari sampel dengan hasil yang diperoleh dari
populasi, dengan syarat kedua metode dilaksanakan sama; (3) pengambilan sampel harus
sederhana, mudah dilaksanakan; (4) pengambilan sampel harus dapat memberi banyak
keterangan dengan biaya minimal. (Soegeng dalam Tahir, 2011:38)
Syarat terpenting yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel ada dua macam yaitu :
Salah satu syarat yang memang harus terpenuhi diantaranya ialah sampel harusnya diambil
dari bagian populasi. (Sukardi, 2003:54)
Syarat pengambilan sampel adalah menetapkan ciri-ciri populasi yang menjadi sasaran dan
diwakili oleh sampel didalam penyelidikan suatu penelitian yang ingin diteliti.
1. Memudahkan peneliti untuk meneliti jumlah sampel yang lebih sedikit dibandingkan
dengan menggunakan populasi, dan apabila populasinya terlalu besar dikhawatirkan akan
terlewat.
2. Penelitian juga dapat dilaksanakan lebih hemat dari segi waktu, biaya dan tenaga.
4. Peneliti lebih efektif , jika penelitian bersifat destruktif yang menggunakan spesemen
akan hemat dan dapat dijangkau tanpa merusak semua bahan yang ada serta dapat digunakan
untuk menjaring populasi yang jumlahnya banyak. (Martono 2011 : 74-75)
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dandianggap
mewakili seluruh populasi.
Menurut Sugiyono (2001) adalah: Teknik sampling adalah merupakan teknik
pengambilan sampel.
Menurut Margono (2004) adalah: Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel
yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data
sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh
sampel yang representatif.
Daftar Pustaka : Margono, 2004, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta :Rineka Cipta.
Cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang
benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian.
Ada dua jenis teknik penarikan sampel, yaitu teknik penarikan sampel probabilita dan
teknik penarikan sampel nonprobabilita. Teknik penarikan sampel probability adalah
suatu teknik penarikan sampel yang mendasarkan diri bahwa setiap anggota populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Dengan kesempatan yang
sama ini, hasil dari suatu penelitian dapat digunakan untuk memprediksi populasi.
Sementara itu, teknik penarikan sampel nonprobabilita adalah suatu teknik penarikan
sampel yang mendasarkan pada setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang
sama. Anggota yang satu memiliki kesempatan lebih besar dibandingkan dengan anggota
yang lain sehingga hasil dari suatu penelitian yang menggunakan teknik ini tidak dapat
digunakan untuk memprediksi populasi.
Sebelum mendefinisikan mengenai teknik sampling, kita harus mengetahui apa itu
sampel. Menurut Sugiyono (2016:81) mendefinisikan sampel adalah sebagai berikut:
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Pengukuran sampel merupakan suatu langkah untuk menentukan besarnya sampel yang
diambil dalam melaksanakan penelitian suatu objek. Untuk menentukan besarnya sampel
bisa dilakukan dengan statistik atau berdasarkan estimasi penelitian. Pengambilan sampel
ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat
berfungsi atau dapat menggambarkan keadaaan populasi yang sebenarnya, dengan istilah
lain harus representatif (mewakili).”
Daftar Pustaka : Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
PT Alfabet
Margono (2010) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan teknik sampling adalah cara
untuk menentukan sampelyang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan
dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran
populasi agar diperoleh sampel yang representatif. Untuk menentukan sampel yang akan
digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan.
Daftar Pustaka : Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
A. Probability Sampling
1. Sampel Random Sederhana (Simple Random Sampling).
Proses pengambilan sampel dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama pada setiap
anggota populasi untuk menjadi anggota sampel. Jadi disini proses memilih sejumlah sampel n
dari populasi N yang dilakukan secara random. Ada 2 cara yang dikenal yaitu:
Bila jumlah populasi sedikit, bisa dilakukan dengan cara mengundi "Cointoss".
Tetapi bila populasinya besar, perlu digunakan label "Random Numbers" yang prosedurnya
adalah sebagai berikut:
Misalnya populasi berjumlah 300 (N=300).
1. Tentukan nomor setiap unit populasi (dari 1 s/d 300 = 3 digit/kolom).
2. Tentukan besar sampel yang akan diambil. (Misalnya 75 atau 25 %)
3. Tentukan skema penggunaan label random numbers. (misalnya dimulai dari 3 kolom
pertama dan baris pertama) dengan menggunakan tabel random numbers, tentukan
unit mana yang terpilih, sebesar sampel yang dibutuhkan, yaitu dengan mengurutkan
angka-angka dalam 3 kolom pertama, dari atas ke bawah, setiap nomor ≤ 300,
merupakan nomor sampel yang diambil (100, 175, 243, 101), bila ada nomor ≥ 300,
tidak diambil sebagai sampel (N = 300). Jika pada lembar pertama jumlah sampel
belum mencukupi, lanjutkan kelembaran berikutnya, dan seterusnya. Jika ada nomor
yang serupa dijumpai, di ambil hanya satu, karena setiap orang hanya mempunyai 1
nomor identifikasi.
Keuntungan :
a. Prosedur estimasi mudah dan sederhana.
Kekurangan :
a. Membutuhkan daftar seluruh anggota populasi
b. Sampel mungkin tersebar pada daerah yang luas, sehingga membutuhkan biaya
transportasi yang besar.
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan
diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten.
Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan
sampelnya berdasarkan daerah populasi yng telah ditetapkan.
Misalnya di Indonesia terdapat 30 propinsi dan sampel akan menggunakan 15 propinsi,
maka pengambilan 15 propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat, karena
propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata (tidak sama) maka pengambilan sampelnya perlu
menggunakan stratified random sampling. Propinsi di Indonesia ada yang penduduknya padat,
ada yang kaya tambang ada yang tidak dll, karakteristik semacam ini perlu diperhatikan sehingga
pengambilan sampel menurut strata populasi itu dapat ditetapkan.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui 2 tahap, yaitu tahap pertama
menentukan sampel daerah dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah
dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.
Gambar. Teknik Cluster Random Sampling
5. Multistage Random Sampling
Non-probability Sampling
1. Purposive sampling
Purposive sampling adalah teknik pengambilan data dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2010). Pengertian Purposive sampling dari beberapa ahli adalah sebagai berikut.
Menurut Arikunto (2010) pengertiannya adalah teknik mengambil sampel dengan tidak
berdasarkan random, daerah atau strata, melainkan berdasarkan atas adanya pertimbangan yang
berfokus pada tujuan tertentu. Menurut Notoatmodjo (2010) pengertiannya adalah pengambilan
sampel yang berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat populasi ataupun
ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya. Menurut Sugiyono (2010) pengertiannya adalah
teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang
bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representatif. Pertimbangan tertentu ini,
misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau
mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau
situasi sosial yang diteliti.
Daftar Pustaka : Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Menurut Margono (2010: 128), pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling,
didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-
ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Degan kata lain unit sampel yang dihubungi
disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian.
Daftar Pustaka : Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Menurut Arikunto (2010): ”Sampel bertujuan atau purposive sampling dilakukan dengan
cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas
adanya tujuan tertentu”. Purposive sampling ini bertujuan untuk menentukan sampel secara
sengaja, dimana kelas yang dipilih memiliki kemampuan awal yang sama bukan berdasarkan
random,strata atau agama yang sama.
Daftar Pustaka : Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
2. Kuota Sampling
Menurut Sugiyono (2010) menyatakan bahwa sampling kuota adalah teknik untuk
menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang
diinginkan. Menurut Margono (2010: 127) dalam teknik ini jumlah populasi tidak
diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan
memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan
langsung pada unit sampling. Setelah kuota terpenuhi, pengumpulan data dihentikan. Teknik ini
hampir sama dengan teknik purposif.
Daftar Pustaka : Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Quota sampling dapat juga disebut sebagai judgment sampling dua tahap dimana :
Tahap I : Peneliti merumuskan kategori kontrol atau quota dari populasi yang akan diteliti
Tahap II : Penentuan bagaimana sampel akan diambil, dapat secara convinience atau judgment,
tergantung situasi dan kondisi penelitian serta kemampuan peneliti.
Kelebihan
1. Rendahnya biaya penelitian yang dikeluarkan.
2. Ada keleluasaan peneliti untuk menentukan elemen-elemen untuk setiap quotanya. Bahkan
pada kondisi tertentu, hasil penelitian dpat menyamai hasil penelitian yang dilakukan dengan
salah satu teknik sampling yang termasuk rumpun probability sampling (Sugiarto, 2003)
Daftar Pustaka : Sugiarto. (2003). Teknik Sampling. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kekurangan :
Ditinjau dari bias yang mungkin terjadi, terlihat bahwa dengan teknik sampling ini akan
diperoleh data yang sangat beragam. Kondisi ini secara langsung akan berakibat pada tingginya
tingkat kesulitan dalam merumuskan hasil penelitian. Penyebab bias yang lainnya adalah tidak
adanya suatu prosedur atau tata cara yang baku bagi pewawancara dan teknik wawancaranya.
Permasalahan bertambah lagi dengan kenyataan di lapangan bahwa pewawancara cenderung
mencari lokasi/tempat-tempat dimana sampel dapat ditemukan dan kadang pewawancara
memilih-milih responden untuk diwawancarai berdasarkan kriteria yang tidak dapat diterima
seperti penampilan (gaya berpakaian, sikap), jenis kelamin, ras dan lain sebagainya (Sugiarto,
2003).
Daftar Pustaka : Sugiarto. (2003). Teknik Sampling. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Contoh :
Misalkan akan diteliti kebiasaan membaca koran dari orang dewasa di Jakarta yang
diperkirakan berjumlah 4 juta orang. Aplikasi Quota sampling dilaksanakan dengan menentukan
kategori-kategori kontrol sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin: Pria dan Wanita
b. Usia : 18-30
31-45
46-60
> 60 tahun
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, mungkin Quota sampling bukan merupakan satu-
satunya pilihan, tetapi karena dengan Quota sampling kita dapat membuat pencerminan dari
populasinya maka Quota sampling dipilih. Kembali ke contoh di atas anggaplah akan diambil
10.000 sampel dan diketahui beberapa informasi dari populasinya (berkaitan dengan kategori
kontrol) sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin : Pria 60%
Wanita 40%
b. Usia : 18-30 40%
31-45 30%
46-60 23%
> 60 tahun 7%
Atas dasar informasi tersebut maka komposisi dari sampel (10.000 orang), harus mengandung 60
% pria, 40 % wanita, dan dari 10.000 sampel tersebut harus terdiri dari 40 % orang yang berusia
antara 18-30 tahun, 30 % berusia 31-45 tahun, 23 % berumur antara 46-60 tahun, 7 % berusia >
60 tahun. Inilah yang dimaksud dengan Quota sampling dimana kita berusaha membuat
pencerminan terhadap komposisi dari populasinya dengan harapan agar statistik yang diperoleh
sedapat mungkin mendekati nilai parameternya.
3. Accidental Sampling
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa
saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2001: 60).
Daftar Pustaka : Sugiyono. 2001. Statistika untuk Penelitain. Bandung: Alfabeta.
Menurut Margono (2004: 127) menyatakan bahwa dalam teknik ini pengambilan sampel
tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang
ditemui. Misalnya penelitian tentang pendapat umum mengenai pemilu dengan mempergunakan
setiap warga negara yang telah dewasa sebagai unit sampling. Peneliti mengumpulkan data
langsung dari setiap orang dewasa yang dijumpainya, sampai jumlah yang diharapkan terpenuhi.
Daftar Pustaka : Margono, 2004, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta :Rineka Cipta.
4. Snowball Sampling
Snowball sampling merupakan metode pengambilan sampel yang mula – mula dilakukan
dalam jumlah yang sedikit, kemudian sampel yang terpilih pertama diminta untuk memilih
sampel yang berikutnya sehingga jumlah sampel bertambah sampai kebutuhan terpenuhi. Teknik
sampling snowball sebagai salah satu teknik sampling yang dapat diandalkan untuk mendapatkan
data dari responden guna menjawab permasalahan penelitian lapangan yang khusus (Nina
Nurdiani, 2014).
Daftar Pustaka : Nurdiani, N. (2014). Teknik Sampling Snowball dalam Penelitian Lapangan.
Architecture Department, Faculty of Engineering.Jurnal ComTech Vol. 5 (2).1110-1118
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tujuan dan syarat dari teknik
sampling
Menurut Arikunto (2010): ”Sampel bertujuan atau purposive sampling dilakukan dengan cara
mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas
adanya tujuan tertentu”. Purposive sampling ini bertujuan untuk menentukan sampel secara
sengaja, dimana kelas yang dipilih memiliki kemampuan awal yang sama bukan berdasarkan
random,strata atau agama yang sama.
Daftar Pustaka : Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Non-probability Sampling
4. Purposive sampling
Berdasarkan buku prosedur penelitian oleh arikunto (2010:183) menjelaskan bahwa
syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu, yaitu:
d. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, , sifat-sifat atau karakteristik
tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi
e. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjekyang paling
banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi
f. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi
pendahuluan
Daftar Pustaka : Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Tujuan umum
Tujuan dari teknik sampling antara lain, menghemat tenaga, waktu yang dibutuhkan tidak
banyak sehingga lebih cepat, variabel yang diteliti dapat leih banyak dan mendalam, sehingga
ketepatan serta kedalaman informasi akan lebih baik, dan hasil dari penelitian dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah.(Zainuddin.2011)
Syarat Umum
(1) sampel harus mewakili populasi (representatif) mencerminkan sifat-sifat atau ciri-ciri
populasi semaksimal mungkin;
(2) sampel harus dapat menentukan presisi, tingkat ketepatan, kesalahan baku (standar eror)
yang ditentukan oleh perbedaan hasil yang diperoleh dari sampel dengan hasil yang diperoleh
dari populasi, dengan syarat kedua metode dilaksanakan sama;
(4) pengambilan sampel harus dapat memberi banyak keterangan dengan biaya minimal.
(Zainuddin.2011)
Daftar Pustaka : Zainuddin Ali, 2011. Metode Penelitian Hukum (Jakarta : Sinar Grafika), hlm.
31
Daftar Pustaka :
Syarat terpenting yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel ada dua macam yaitu :
Salah satu syarat yang memang harus terpenuhi diantaranya ialah sampel harusnya diambil
dari bagian populasi. (Sukardi, 2003:54)
Daftar Pustaka :
Syarat pengambilan sampel adalah menetapkan ciri-ciri populasi yang menjadi sasaran dan
diwakili oleh sampel didalam penyelidikan suatu penelitian yang ingin diteliti.
5. Memudahkan peneliti untuk meneliti jumlah sampel yang lebih sedikit dibandingkan
dengan menggunakan populasi, dan apabila populasinya terlalu besar dikhawatirkan akan
terlewat.
6. Penelitian juga dapat dilaksanakan lebih hemat dari segi waktu, biaya dan tenaga.
8. Peneliti lebih efektif , jika penelitian bersifat destruktif yang menggunakan spesemen
akan hemat dan dapat dijangkau tanpa merusak semua bahan yang ada serta dapat digunakan
untuk menjaring populasi yang jumlahnya banyak. (Martono 2011 : 74-75)
Daftar Pustaka : Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Raya
Grafindo Persada.
Probability Sampling
6. Sampel Random Sistematik (Systematic Random Sampling)
Berikut prosedur pengambilan sampel random sistemik:
Non-probability Sampling
5. Purposive sampling
Langkah dalam menerapkan teknik ini adalah sebagai berikut:
5. Tentukan apakah tujuan penelitian mewajibkan adanya kriteria tertentu pada sampel agar
tidak terjadi bias
6. Tentukan kriteria-kriteria
7. Tentukan populasi berdasarkan studi pendahuluan yang teliti.
8. Tentukan jumlah minimal sampel yang akan dijadikan subjek penelitian serta memenuhi
kriteria.
Daftar Pustaka : Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis teknik sampling yang sesuai
dengan skenario tersebut!
Accidental sampling karena Sampel diambil atas dasar seadanya saja, tanpa direncanakan lebih
dahulu. Jumlah sampel yang dikehenadaki tidak berdasarkan pertimbangan yang dapat
dipertanggung jawabaan, asal memenuhi keperluan saja. Sampling ini juga adalah teknik
penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel. (Cochran, 2005). Selain itu karena
tidak semua orang pada daerah tersebut mendapat peluang yanga sama, hanya mengambil
sampel orang-orang yang berada di alun-alun saja
Daftar Pustaka : Cochran, WG. Teknik Penarikan Sampel . Alih Bahasa : Rudiansyah, ed
ketiga, 2005, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Teknik cluster sampling digunakan untuk menentukan sampel jika objek yang akan diteliti
cakupannya sangat luas. (Tarjo, 2019) wilayah yang besar ini dapat memenuhi untuk melakukan
adanya cluster sampling. Cluster sampling sesuai dengan skenario dapat dilakukan yaitu dengan
kecamatan yang didalamnya ada 20 desa setelah itu 20 desa diambil beberapa kelompok-
kelompok orang kemudian dapat di data mengenai periodontitis dan banyaknya mereka
meminum kopi dan rokok.