KELOMPOK 2
2017
CHAPTER 3A
RESOURCES
Academic writing
Penulisan berbasis penelitian yang dimaksudkan untuk sekelompok pembaca yang mencari
fakta, informasi objektif mengenai topik tertentu.
2. Print sources: Majalah, surat kabar, buku, pamflet, ensiklopedi, kamus, dan lain-
lain. Ensiklopedi memberikan informasi tentang berbagai topik. Berdasarkan topik
kamu bisa pilih ensiklopedia umum seperti Encyclopedia Britannica atau
ensiklopedia khusus seperti Encyclopedia of Psychology atau Encyclopedia of
Science.
Credibility: kita harus melihat apakah informasi tersebut diberikan oleh sumber
terpercaya dan kredensial penulis.
Accuracy: memilih informasi yang up to date, faktual, rinci, tepat dan komprehensif.
Reasonableness: mencari informasi yang adil, seimbang, objektif dan beralasan
tanpa konflik minat atau kesalahan.
Support: sumber yang terdaftar didukung dengan benar oleh informasi kontak,
klaim terbukti dan dokumentasi. Selalu pilih sumber yang memberikan bukti
meyakinkan untuk klaim tersebut dibuat, sumber yang bisa Anda temukan
setidaknya dua sumber pendukung lainnya.
Using the library
By getting to know the library you intend to use the most, you will:
1. Preview the reading: Melihat sekilas berbagai bagian dari buku. Dalam hal
ini kita tidak membaca keseluruhan teks atau artikel secara mendetail, tapi
sebenarnya kita membaca isi buku ini untuk mendapatkan gambaran umum
tentang buku atau artikelnya.
2. Use dictionary definitions and contextual definitions: penggunaan kamus
yang bagus akan membantu meningkatkan pemahaman buku.
3. Annotate the text
Annotating the text can be done by:
Menggarisbawahi bagian penting
Mengajukan pertanyaan
Menambahkan definisi
Membuat catatan di margin
Mengekspresikan kesepakatan atau ketidaksepakatan dengan
penulis.
4. Summarize: Tulis ringkasan dari apa yang telah Anda baca. Ringkasan yang
bagus menunjukkan pemahaman teks yang lebih baik.
5. Use critical thinking to evaluate: Setelah membaca gunakan kemampuan
berpikir kritis Anda untuk mengevaluasi apa yang telah kamu baca. Cobalah
membaca di antara baris untuk memahami apa yang dikatakan secara tidak
langsung
BAB 5
PENGEMBANGAN PARAGRAF
A. Pengertian Paragraf
Paragraf merupakan istilah lain dari alinea. Kadang-kadang paragraf hanya
terdapat satu kalimat, tetapi jumlah kalimat tidak menjadi ukuran dalam penyebutan
paragraf. Istilah paragraf hanya ada pada ragam bahasa tulis.
Paragraf adalah sebagai suatu bentuk pengungkapan gagasan yang terjalin dalam
rangkaian beberapa kalimat (Mustakim,1994:112). Menurut Kuntarto (2008:153),
paragraf merupakan bagian karangan yang terdiri atas beberapa kalimat yang
berkaitan utuh dan padu serta membentuk satu kesatuan pikiran. Dalam KBBI,
paragraf didefinisikan sebagai bagian bab dalam suatu karangan (biasanya
mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis bantu).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah
rangkaian dari beberapa kalimat dan harus memiliki kesatuan gagasan yang
diungkapkannya sehingga pembaca mudah memahami maksud dari tulisan atau
informasi yang ada. Ini menandakan dalam sebuah paragraf hanya ada satu ide pokok
dan beberapa ide penjelas. Bila ide pokok dituangkan dalam bentuk tulisa, menjadi
kalimat topic. Demikian pula dengan ide-ide penjelas apabila dituangkan dalam bentuk
tulisan akan menjadi kalimat-kalimat penjelas atau pengembang.
Fuad, dkk. (2009:117-130) mengatakan bahwa syarat paragraf yang baik harus
memiliki unsur pertama, kepaduan bentuk gramatikal (Cohesion in Form) seperti
penggunaan kata transisi, penggunaan pronominal, repetisi, sinonimi, dan
elipsasi. Unsur kedua yaitu kepaduan makna (Coherence in Meaning) seperti
kekokohan kalimat penjelas, kelogisan urutan peristiwa, waktu, ruang, dan
proses. Dalman (2010:48) menjelaskan bahwa persyaratan paragraf mencakup:
Dari beberapa pendapat tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa syarat paragraf
yang baik adalah dalam sebuah paragraf hendaknya memenuhi syarat kesatuan
(kohesi) dan kepaduan (koheren).
C. Pengembangan Paragraf
Pola pengembangan paragraf mencakup dua persoalan utama, yaitu: (1)
kemampuan merinci gagasan utama paragraf ke dalam gagasan-gagasan penjelas,
(2) kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan penjelas ke dalam gagasan
penjelas. Berikut dijelaskan beberapa cara/teknik/metode dalam pengembangan
paragraf menurut beberapa tokoh.
1. Cara Pertentangan
Pengembangan paragraf dengan cara pertentangan ini biasanya menggunakan
ungkapan-ungkapan seperti berbeda dengan, bertentangan dengan, sedangkan,
akan tetapi, lain halnya dengan, dan bertolak belakang dari. Berikut contoh
paragraf yang dikembangkan dengan pertentangan (Kuntarto, 2008:158).
2. Cara Perbandingan
Pengenmbangan paragraf dengan cara perbandingan biasanya menggunakan
ungkapan seperti serupa dengan, seperti halnya, demikian juga, sama dengan,
sementara itu, dan sejalan dengan (Kuntarto, 2008:159).
3. Cara Analogi
Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang dijelaskan dengan objek
lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan (Kuntarto, 2008:160). Sedangkan
menurut Mustakim (1994:124) analogi adalah suatu bentuk perbandingan
dengan cara menyamakan dua hal yang berbeda.
Pengembangan secara analogi bertujuan untuk memperjelas gagasan yang akan
diungkapkan, dan biasanya menggunakan kata-kata, yaitu ibaratnya, seperti, dan
bagaikan. Cara analogi biasanya digunakan untuk memperjelas gagasan yang
belum begitu di kenal oleh masyarakat melalui gagasan atau pebandingan
dengan sesuatu yang sudah dikenal.
4. Cara Contoh
Dalam sebuah paragraf contoh dan ilustrasi selalu ditampilkan. Contoh-contoh
terurai, lebih-lebih yang memerlukan penjelasan rinci tentu harus disusun
berbentuk alinea (Finoza, 2009:209).
Menurut Mustakim (1994:125) pengembangan paragraf dengan contoh
merupakan suatu jenis pengembangan paragraf yang dilakukan dengan cara
memberi beberapa contoh sebagai penjelas gagasan yang dikemukakan.
Sedangkan menurut Kuntarto (2008:160) dalam mengembangkan paragraf
dengan contoh diungkapkan dengan kata seperti, misalnya, contohnya, dan lain-
lain.
6. Cara Definisi
Menurut Finoza (2009: 207), yang dimaksud dengan definisi adalah usaha
penulis untuk menerangkan pengertian/konsep istilah tertentu, sedangkan
Mustakim (1994: 124) mengatakan pengembangan paragraf dengan definisi
adalah suatu model pengembangan paragraf yang dilakukan dengan cara
memberikan definisi atau pengertian terhadap masalah yang sedang dibahas.
Berbeda dengan Tarigan (2008:70) definisi adalah sejenis penyingkapan yang
merupakan dasar bagi semua tulisan yang bertujuan untuk menjelaskan.
Dari beberapa pendapat diatas, disimpulkan bahwa definisi salah satu cara
pengembangan paragraf untuk menerangkan masalah apa yang dibahas. Dan
perlu diingat dalam membuat definisi tidak boleh mengulang kata atau istilah
yang akan di definisikan.
7. Cara Klasifikasi
Menurut Finoza (2009:211) bila akan mengelompokan benda-benda atau
nonbenda yang memiliki persamaan sifat, bentuk, ukuran, dan lain-lain maka
cara yang tepat adalah menggunakan metode klasifikasi. Menurut Kuntarto
(2008:161), cara klasifikasi adalah pengembangan paragraf melalui
pengelompokkan berdasar ciri tertentu. Sedangkan menurut Mustakim
(1994:123), pengembangan klasifikasi adalah pengembangan paragraf dengan
cara mengklasifikasikan atau mengelompokkan masalah yang dikemukakan.
Tarigan (2008:69) mengatakan bahwa klasifikasi merupakan prosedur
penyaringan yang memudahkan penulis berusaha mengatasi suatu pokok
pembicaraan yang luas dengan jalan membagi-baginya menjadi beberapa
bagian.
Dapat disimpulkan, bahwa pengembangan paragraf dengan klasifikasi adalah
pengembangan paragraf yang mengelompokkan masalah berdasar persamaan
masalah yang dibahas.
8. Cara Fakta
Pengembangan paragraf dengan fakta merupakan satu jenis pengembangan
paragraf yang dilakukan dengan cara menyertakan sejumlah fakta atau bukti-
bukti untuk memperkuat pendapat yang dikemukakan (Mustakim, 1994:126).
Pengembangan paragraf dengan cara ini hampir sama dengan ragam wacana
argumentasi, yang tidak hanya menyajikan pendapat, tetapi dilengkapi fakta-
fakta agar pembaca yakin terhadap apa yang disampaikan oleh penulis.
9. Cara Proses
Menurut Finoza (2009: 208), sebuah alinea atau paragraf dikatakan memakai
metode atau dengan cara proses apabila isi paragraf tersebut menguraikan suatu
proses. Proses disini merupakan urutan dari tindakan atau perbuatan untuk
menghasilkan sesuatu. Dalam pengembangan paragraf ini hendaknya tahap-
tahap kejadian berlangsung dalam waktu berbeda, penulis harus menyusun
bagaimana kronologis kejadian terjadi.
Pengembangan paragraf menurut Adelstein & Pival (dalam Tarigan, 2008: 97-
98), stuktur paragraf-paragraf JPU (Judul, Pembahasan, dan Uraian) sebagai
berikut.
Judul/Pokok : Pokok permasalahan umum, baik bagi paragraf maupun
tulisan / paper, dapat dinyatakan dalam suatu: kalimat judul dalam bentuk
generalisasi, pernyataan pendapat atau kesimpulan.
Pembahasan : Butir khas utama paragraf. Mungkin tercakup dalam kalimat
judul atau dinyatakan kembali dalam satu generalisasi, pernyataan pendapat,
atau kesimpulan.
Uraian : Bahan/sarana penunjang untuk mendemonstrasikan
kebenaran, kepercayaan atau validitas, antara lain: contoh-contoh lelcon,
statistic, penalaran, dan kutipan-kutipan.
D. Jenis-jenis Paragraf
Menurut Mustakim (1994: 120-122), paragraf pada dasarnya dapat dibedakan
menjadi bermacam-macam jenis. Jika dilihat dari fungsinya paragraf dibedakan
menjadi tiga yaitu:
1. Paragraf Pengantar
Berfungsi untuk mengantarkan pembaca pada pokok-pokok persoalan yang akan
dikemukakan.
2. Paragraf Pengembang
Paragraf diantara paragraf pengantar dan penutup yang berfungsi untuk
mengembangkan pokok persoalan yang ditentukan.
3. Paragraf Penutup
Paragraf yang berfungsi mengakhiri karangan atau penutup karangan oleh
karena itu terletak di akhir karangan.
Paragraph dapat pula dibedakan berdasarkan struktur informasinya yaitu:
a. Paragraph Deduktif
Paragraph deduktif adalah paragraph yang kalimat topiknya terletak diawal
paragraph.
b. Paragraph Induktif
Paragraph induktif adalah paragraph yang kalimat topiknya terletak di akhir
paragraf.
c. Paragraf Deduktif-Induktif
Paragraf deduktif-induktif disebut juga dengan paragraf campuran yaitu
kalimat topiknya diletakkan di awal dan akhir dari paragraf itu. Tetapi kalimat
topiknya hanya satu yaitu terletak diawal paragraf dan yang terletak di akhir
paragraf hanya berfungsi sebagai penegasnya saja
d. Paragraf Deskriptif
Paragraf deskriptif adalah paragraf yang tidak memiliki kalimat topik dan
kalimat pengembang. Semua kalimat yang terdapat dalam paragraf
merupakan kalimat topik.
BAB 6
PERANCANGAN KARANGAN
Secara singkat dapat dikatakan kerngka karngan adalah suatu rencana kerja yang memuat
garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap (Keraf,2006 :132). Oleh sebab itu,
kerangka karangan dapat dijadikan sebagai panduan dalam menulis karangan.
Berikut ini akan kita bahas cara merencanakan karangan langkah demi langkah.
1. Pemilihan Topik
Kegiatan yang mula-mula dilakukan jika akan menulis suatu karangan ialah
menentukan topik. Hal ini berarti bahwa harus ditentukan apa yang harus dibahas
dalam tulisan. Akan tetapi dalam memiih topik perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu:
a. Topik itu ada manfaatnya dan layak dibahas.
b. Topik itu cukup menarik terutama bagi penulis hal ini perlu diperhatiakan.
c. Topik itu dikenal baik pada bagian pendahuluan telah dikemukan bahwa agar
dapat menulis dengan baik tetang suatu topic,kita harus mempunyai
pengetahuan yang memadai tentang topik itu.
d. Bahan yang diperlukan dapat diperoleh dan cukup memadai.
e. Topik itu tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit ( Akhaidah,1999:7).
2. Pembatasan Topik
Setelah kita berhasil memilih topik yang memenuhi persyaratan diatas, maka
langkah-langkah yang kedua yang harus dilakukan adalah membatasi topk tersebut
(Akhaidah,1988:10). Dalam hal ini,tentu saja dapat dipikirkan secara langsung suatu
topik yang cukup tebatas untuk dibahas,misalnya cara belajar mahasiswa universitas
terbuka, penghijauan untuk mengurangi polusi dikota -kota besar, pemakaian bahasa
Indonesia,dalam cerita pendek dan sebagiannya. Cara lain untuk menemukan topic
yang terbatas ialah dengan jalan membuat diagram pohon.
Kerangka kalimat :
2. Kerangka Topik
Kerangka topik terdiri atas kata,frasa,dan klausa yang ditandai dengan
kode yang sudah lazim untuk menyatakan hubungan antargagasan. Tanda
baca akhir atau titik tidak diperlukan karena kalimat lengkap tidak dipakai
karangan topik. Contoh kerangka topik dapat dilihat seperti dibawah ini !
Judul : Proses Mengarang
Kerangka Topik : Kegiatan Prapenulisan
1. Penentuan Topik karangan
2. Penentuan Tujuan Karangan
3. Penyesunan kerangka kararangan
Kegiatan Penulisan
1. Penulisan Draf Bagian Karangan
2. Penuulisan Draf karangan utuh
Kegiatan Pascapenulisan
1. Pemeriksaan Kesalahan Draf
Karangan:
1. Revisi Draf Karangan
2. Penyuntingan Draf Karangan
3. Penerbitan Karangan (Suparno dan Yunus,
2008)
Angka arab juga dapat digabung dengan huruf kecil atau lawer case jika karangan
yang besar seperti yang besar seperti skripsi,tesis,disertasi,dan buku. Dalam mengarang
hendaknya selalu diingat tema yang hendak digunakan. Sejak paragraf pertama hendaknya
tema terus dapat ditangkap oleh pembaca dan berkembang dalam paragraf – paragraf
selanjutnya sampai saatnya kita mengakhiri cerita atau uraian (Finoza,208: 123)
Metode ini sangat dianjurkan pada para penulis,terutama pada mereka yang
baru mulai menulis karena metode ini akan membantu setiap penulis untuk
menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu dilakukan.kerangka karangan
dapat membantu penulis dalam hal-hal sebagai berikut.
Suatu kerangka karangan yang baik tidak sekali dibuat penulis akan selalu
berusaha berusaha menyempurnakan bentuk yang pertama, sehingga bisa diperoleh
bentuk yang lebih baik,demikian seterusnya. Untuk itu dapat dikemukakan beberapa
langkah yanag perlu diikuti terutama bagi mereka yang baru mulai menulis. Langkah-
langkah ini tidak mutlak harus diikuti penulis-penulis yang sudah mahir. Namun,
seseorang yang baru menyusun sebuah kerangka ia memerlukan beberapa tuntunan
.tutunan tersebut adalah sebagai berikut.