KLP 12 Askep K3 Terminal
KLP 12 Askep K3 Terminal
Dosen Pembimbing :
Dwi Agustanti, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom
Disusun oleh :
Kelompok 12
Tingkat III Reguler 3
Terminal “Kuring” yang terletak di Bandar Lampung, sudah ada sejak 30 tahun yang
lalu. Kondisi terminal tampak ramai oleh banyaknya kendaraan bus, taxi maupun ojek.
Terdapat bererapa warung makan dan jajanan di sekitarnya. Hasil wawancara dengan
pimpinan DLLAJR, mengatakan bahwa setiap harinya tidak kurang dari 80 – 100 orang
penumpang yang berlalu lalang di terminal, dan terjadi peningkatan sampai 200% bila hari
libur dan lebaran. Jumlah pekerja yang ada di sekitar terminal juga cukup banyak, ada 20
pedagang asongan, 10 pemilik warung makan dan jajanan, 15 supir bus, 8 ojek, dan 5 taxi
bandara.
Lingkungan terminal terlihat kotor, panas dan banyak debu. Hasil observasi pada
pekerja di terminal, hampir semua pekerja laki laki merokok. Pekerja di saat istirahat
dengan berkumpul di warung sambil minum kopi. Sehari hari pekerja berada di terminal
sekitar 10 – 12 jam. Waktu istirahat para pekerja fleksibel, misalnya untuk supir bus yang
sedang mengemudi biasanya istirahat maksimal 15 menit setelah mengemudi selama 2 jam
berturut-turut, sedangkan untuk pekerja yang tidak mengemudi biasanya istirahat mulai
pukul 12.00 wib hingga 30 atau 1 jam kemudian.
Hasil pemeriksaan TD missal ada pekerja, didapat 10 orang pekerja mempunyai TD
diatas 140/90 mmHg, 4 orang mempunyai kadar asam urat >8 gr/dl dan 2 orang
mempunyai GDS >200 gd/dl. Setelah diberikan quisioner, didapatkan 17% pekerja memiliki
riwayat hipertensi dan 8% pekerja memiliki riwayat nyeri otot. Pekerja mengatakan sering
makan tidak teratur dan sangat suka mengkonsumsi semur jengkol yang dijual di salah
warung yang ada di terminal. Keluhan yang dirasakan pekerja adalah kelelahan, sakit
kepala dan sakit persendian terutama sendi lutut dan tumit. Beberapa pekerja kuli terlihat
mengangkat beban >50 kg. Tampak bahu pekerja kuli tidak simetris. Pimpinan
mengatakan belum pernah ada kegiatan penyuluhan terhadap pekerja yang ada di terminal.
Bila ada pekerja yang sakit, mereka langsung berobat sendiri ke pelayanan kesehatan di
tempat tinggal pekerja.
Tidak ada jaminan kesehatan dan tidak ada kompensasi apapun pada pekerja bila ada
cedera atau luka akibat kecelakaan atau bahaya kriminal di terminal, seperti dipukul
penumpang, dll. Pekerja mengatakan mereka menginginkan informasi kesehatan terkait
masalah kesehatan yang mereka alami. Selama ini pekerja mengatakan selalu menerima
saja apapun kebijakan yang ada di terminal karena mereka sudah merasa bersyukur bisa
bekerja untuk mencari nafkah untuk keluarga. Izin kerja di terminal misalnya supir bus,
supir angkutan umum, taxi, dan pengemudi lainnya, syaratnya adalah mempunyai SIM,
KTP, dan umurnya mencukupi. Khusus untuk supir bus, diizinkan bekerja apabila lulus uji
kelayakan dalam mengemudi bus.
Status sosial ekonomi pekerja sebagian tergolong standar UMR, dan mereka
mengatakan kadang penghasilan mereka tidak cukup untuk keperluan keluarga bila ada
yang mendesak seperti istri yang mau melahirkan atau anak sekolah mau bayar SPP.
Secara umum pekerja tinggal di rumah sendiri meski dianggap pekerja kurang layak, 15%
masih ngontrak sekitar lingkungan terminal.
Hubungan antar pekerja di terminal terjalin baik. Para pekerja di terminal
menggunakan komunikasi secara langsung tanpa media apapun, dengan bahasa Indonesia
sehari-hari, terkadang ada yang menggunakan bahasa daerah, seperti bahasa lampung,
jawa, dsb.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA PADA PEKERJA
DI TERMINAL KURING
TANGGAL 20 AGUSTUS 2020
A. Pengkajian
a. Tempat Kerja
1. Sejarah berdirinya terminal
Terminal “Kuring” terletak di Bandar Lampung, sudah ada sejak 30 tahun yang
lalu.
c. Populasi Pekerja
9. Karakteristik umum (jumlah pekerja, usia yang beresiko, umur, ras/suku,
agama)
Di sekitar terminal terdapat cukup banyak pekerja antara lain: 20 pedagang
asongan, 10 pemilik warung makan dan jajanan, 15 supir bus, 8 ojek, dan 5 taxi
bandara. Para pekerja di terminal tersebut memiliki kisaran umur 20 tahun 60
tahun. Suku para pekerja di terminal tersebut beragam, ada suku lampung, jawa,
sunda, batak, dsb. Agama yang dianut paa pekerja di terminal mayoritas agama
islam, beberapa ada juga yang kriten. Status sosial ekonomi pekerja sebagian
tergolong standar UMR.
10. Tipe penempatan pekerja : kondisi fisik, latar belakang pendidikan, kebutuhan
Para pekerja ditempatkan sesuai dengan latar belakang pendidikan, untuk supir
bus mayoritas tamat SMP sedangkan pegawai yang bekerja di dalam ruangan
seperti, yang mengelola administrasi dan keuangan tamat D3 atau S1.
d. Proses Pekerjaan
11. Peralatan kerja yang digunakan sehari-hari
Tidak terdapat peralatan khusus yang digunakan pekerja di terminal, kecuali
ojek yang menggunakan helm.
e. Program Kesehatan
14. Kebijakan Kesehatan di Tempat Kerja
Tidak ada kebijakan khusus untuk para pekerja
f. Stressor
19. Kaji stressor internal (bersumber dari individu pekerja sendiri)
Mereka mengatakan kadang penghasilan mereka tidak cukup untuk keperluan
keluarga bila ada yang mendesak seperti istri yang mau melahirkan atau anak
sekolah mau bayar SPP. Secara umum pekerja tinggal di rumah sendiri meski
dianggap pekerja kurang layak, 15% masih ngontrak sekitar lingkungan
terminal.
Data Primer
Hasil pemeriksaan, didapat 10 orang pekerja
mempunyai TD diatas 140/90 mmHg
C. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit pengetahuan pekerja tentang penatalaksanaan hipertensi berhubungan
dengan kurang terpaparnya informasi dan/atau tidak adanya kebijakan dari
pimpinan mengenai penyuluhan kesehatan.
2. Defisit pengetahuan pekerja tentang penatalaksanaan myalgia berhubungan
dengan kurang terpaparnya informasi dan/atau tidak adanya kebijakan dari
pimpinan mengenai penyuluhan kesehatan
PRIORITAS MASALAH ASUHAN KEPERAWATAN PEKERJA
Keterangan pembobotan :
1. Sangat rendah A= Besarnya masalah G = Sesuai dgn peran perawat
2. Rendah B= Risiko masyarakat yang akan terkena H = Keluangan waktu
3. Cukup C= Potensial untuk pendidikan kesehatan I = Sumber Dana
4. Tinggi D= Minat masyarakat untuk mengatasi J = Fasilitas kesehatan yang ada
5. Sangat tinggi E= Kemungkinan untuk diatasi K = Sumber Daya
F= Sesuai dengan program pemerintah L = Ketersediaan tempat
3. Perencanaan
Dx Strategi Rencana Evaluasi
TUM TUK Sumber Tempat
Kep Intervensi Kegiatan Kriteria Standar
1 Setelah setelah
diberikan diberikan askep
askep kelompok
kelompok selama 45 menit Penyuluhan
pekerja diharapkan: kesehatan
diharapkan Pengetahuan Penkes tentang Pengetahuan Minimal 50% Pekerja Ruang K
tidak terjadi pekerja hipertensi kelompok kelompok dan
peningkatan tentang pekerja pekerja dapat mahasiswa
kasus hipertensi meningkat menjawab soal
hipertensi pada meningkat tentang
pekerja Pengetahuan hipertensi
pekerja dengan benar
tentang
penatalaksaan
hipertensi
meningkat
2 Setelah setelah
diberikan diberikan askep
askep kelompok
Penyuluhan
kelompok selama 45 menit
kesehatan
pekerja diharapkan:
tentang mylgia
diharapkan Pengetahuan Penkes Pengetahuan Minimal 50% Pekerja Ruang K
tidak terjadi pekerja kelompok kelompok dan
peningkatan tentang mylgia pekerja pekerja dapat mahasiswa
kasus mylgia meningkat meningkat menjawab soal
pada pekerja Pengetahuan tentang mylgia
pekerja dengan benar
tentang
penatalaksaa
mylgia
meningkat
Media, materi, SAP siap dan dapat digunakan Sulitnya menentukan waktu