Anda di halaman 1dari 5

ASUHAN KEBIDANAN RETENSIO PLASENTA

I.KONSEP DASAR MEDIS

A. DEFENISI

Retensio plasenta adalah tertahanya atau belum lahirnya plasenta hingga


atau lebih 30 menit setelah bayi lahir. hamper sebagian besar gangguan plasenta
disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus (Miami S.ST. intranatal care)

Retensio plasenta adalah tertahan atau belum lahirnya plasenta hingga


melebihi 30 menit setelah bayi lahir (Sarwanto.2002)

KLASIFIKASI

Retensio plasenta terdiri dari beberapa jenis, antara lain :

1. Plasenta adhesive adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion


plasenta sehingga menyebakan kegagalan mekanisme separasi fisiologis

2. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga


mencapai sebagian lapisan myometrium

3.Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga


mencapai atau melewati lapisan miometrium

4.Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang


menembus jaringan myometrium hingga mencapai lapisan serta dinding
uterus. (Miami,S.ST Intranatal care)

B. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya retensio plasenta :

a.Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih
dalam menurut tingkat perekatan nya:

 bila plasenta belum lepas sama sekali, tidak akan terjadi perdarahan tetapi
sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan, ini
merupakan indikasi untuk segera melpaskanya.
 plasenta mungkin pila tidak lepas karena kandung kemih atau rectum
penuh oleh karena itu harus dikosongkan kedua nya.
 melalui periksa dalam/ tarikan pada tali pusat dapat diketahui apakah
plasenta sudah lepas atau belum. Dan bila lebih dari 30 menit maka dapat
dilakukan manual plasenta

b. plasenta sudah terlepas dari dinding Rahim namun belum keluar karena atonia
uteri atau adanya kontraksi pada bagian bawah rahim.
(akibat salah penanganan kala 3)

C. PATOFISIOLOGI

Segera setelah anak lahir uterus berhenti berkontraksi terjadi retraksi


pembuluh – pembuluh darah yang berjalan di celah – celah serabut otot – otot
rahim polos rahim terjepit oleh serabut otot rahim itu sendiri bila serabut belum
terlepas, plasenta pun belum terlepas seluruhnya dan bekuan darah dalam rongga
banyak hilang (TMA Chalif 1998:166)
D. PATHWAY

RETENSIO PLASENTA

PENANGANAN UMUM
 INFUS TRANSFUSI DARAH
 PERTIMBANGAN UNTUK REFERAL

PERDARAHAN BANYAK PERDARAHAN SEDIKIT


300 – 400 CC 1. ANEMIA DAN SYOK
2. PERLEKATAN PLASENTA

PLASENTA MANUAL
1. INDIKASI
PERDARHAN 400 CC PASCAOPERASI
VAGINAL PASCAOPERASI PASCANARKOSE
.
2. TEKNIK
TELUSURI TALI PUSAT DENGAN ULNER
TANGAN MASSASE INTRAUTERIN
UTEROTONIKA IM-IV

BERHASIL BAIK PLASENTA


OBSERVASI KEADAAN PLASENTA REST MELEKAT
UMUM PERDARAHAN 1.KURATASE TUMPUL AKRETA
2. UTERO VAGINAL INKRETA
OBAT PROFILAKTIK
3. MASSASE PERKRETA
ADHESIVA

VITAMIN
FE PREPARAT
PERDARAHAN TERUS
ANTIBIOTIKA HISTEREKTOMI
TAMPON BASAH
UTEROTONIKA KEADAAN UMUM
ATONIA UTERI
UMUR PENDERITA
PARITA PENDETA
ILIGASI ART
HIPOGASTRIKA
E, Maninfestasi Klinik

a.    Waktu hamil


1)       Kebanyakan pasien memiliki kehamilan yang normal
2)       Insiden perdarahan antepartum meningkat, tetapi keadaan ini biasanya
menyertai plasenta previa
3)        Terjadi persalinan prematur, tetapi kalau hanya ditimbulkan oleh
perdarahan
4)       Kadang terjadi ruptur uterib.     
b.    Persalinan kala I dan II
Hampir pada semua kasus proses ini berjalan normal
c.    Persalinan kala III
1)      Retresio plasenta menjadi ciri utama
2)      Perdarahan post partum, jumlahnya perdarahan tergantung pada
derajat perlekatan plasenta, seringkali perdarahan ditimbulkan oleh Dokter
kebidanan ketika ia mencoba untuk mengeluarkan plasenta secara manual
3)      Komplikasi yang seriun tetapi sering dijumpai yaitu invertio uteri,
keadaan ini dapat tejadi spontan, tapi biasanya diakibatkan oleh usaha-usaha
untuk mengeluarkan plasenta
4)      Ruptura uteri, biasanya terjadi saat berusaha mengeluarkan plasenta

F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi meliputi:
1.      Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan.
2.      Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan
penurunan perfusi organ.
3.      Sepsis
4.      Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untuk
memiliki anak selanjutnya
G. Pemeriksaan Diagnostik
1.      Hitung darah lengkap
Untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hct),
melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan
yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat.
2.      Menentukan adanya gangguan koagulasi :
Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung Protrombin Time
(PT) dan Activated Partial Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting
untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain

H.  Penatalaksanaan
a.         Retensio plasenta dengan sparasi parsial
1.      Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan
yang akan diambil. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan.
Bila ekspulsi tidak terjadi, coba traksi terkontrol tali pusat.
2.      Beri drips oksitosin dalam infuse NS/RL. Bila perlu kombinasikan
dengan misoprostol per rectal. (sebaiknya tidak menggunakan ergometrin
karena kontraksi tonik yang timbul dapat menyebabkan plasenta
terperangkap dalam kavum uteri)
3.      Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan manual
plasenta secara hati-hati dan halus untuk menghindari terjadinya perforasi
dan perdarahan. Lakukan trasnfusi darah apabila di perlukan.
4.      Beri antibiotika profilaksis (ampisilin IV/ oral + metronidazol
supositoria/ oral)
5.      Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi syok
neurogenik.

Anda mungkin juga menyukai