pisang yang luas dan banyak buahnya. Ia senang bukan kepalang. Ia ceritakan temuannya itu kepada hewan-hewan lainnya. “Tapi ingat ya, kebun itu milik Pak Tani. Jika kalian ke sana, pasti akan dibunuhnya.” kata Kera. Si Kancil juga mendengar kabar tentang kebun pisang yang luas itu. Setelah bersusah payah, ia akhirnya menemukan kebun pisang milik Pak Tani. Kancil menyusup ke dalam, namun ia tak bisa mengambil pisang di atas pohon. Ketika Kancil sedang berpikir keras, tiba-tiba ia dilempar kulit pisang. Ia bermaksud untuk lari karena takut yang melemparnya adalah Pak Tani. Ternyata yang melemparnya adalah si Kera nakal. “Sialan, ternyata kau Kera. Dasar Kera bodoh dan usil! “Hehehe! Biar bodoh begini aku bisa memanjat dan menikmati pisang matang sepuas hatiku!” kata Kera sambil memakan pisangnya. “Dasar kera bodoh! Lemparanmu tadi sebenarnya tidak mengenai tubuhku. Sebab kau gunakan kulitnya saja. Coba kau lempari aku dengan pisangnya, pasti kena! Tapi apa kau bisa, kera?” Kera merasa tersinggung dengan ejekan si Kancil. Ia pun melempar kancil dengan pisang yang matang. “Nih, kena kau!” Kancil berkelit. Pisang tidak mengenai tubuhnya. “Dasar Kera bodoh! Lemparanmu meleset. Coba lagi!” Cukup banyak pisang matang yang dilempar kera. Ada tiga puluh buah, kini yang tersisa tinggal dua pisang matang yang ada di pohon. “Hehehe… Ayo masih mau mencoba melempar lagi?” ejek Kancil. Kera nekat melempar lagi namun lemparannya tetap meleset! Kini Kera mulai sadar bahwa Kancil memang sengaja memperdayainya. Karena tinggal satu buah, dan Kera masih lapar, ia tidak jadi melempar Kancil lagi. Ia makan buah pisang yang tinggal satu tersebut. Sementara si Kancil segera mengumpulkan pisang-pisang yang berceceran, dan memakannya sepuas hati. “Hahaha… Dasar Kera bodoh! Makanya jangan mudah terpedaya dan terpancing emosi, bisa rugi sendiri’kan!”
Sumber cerita diadaptasi dari: Kumpulan Dongeng Si Kancil oleh MB Rahimsyah AR