Buku Nursalam PDF
Buku Nursalam PDF
ILMU KEPERAWATAN
Pendekatan Praktis
Edisi 4
Nursalam
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
Edisi 4
Nursalam
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, baik secara
elektronik maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan menggunakan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin
tertulis dari Penerbit.
Pengetahuan medis senantiasa berubah. Oleh karena itu, standar tindakan pencegahan serta perubahan dalam perawatan dan
terapi wajib diikuti seiring dengan penelitian dan pengalaman klinis baru yang memperluas pengetahuan. Pembaca disarankan untuk
memeriksa informasi terbaru yang disediakan oleh produsen masing-masing obat (yang akan diberikan) untuk memverifikasi dosis,
metode, dan interval pemberian yang direkomendasikan serta kontraindikasinya. Merupakan tanggung jawab dari praktisi dengan
memperhatikan pengalaman dan pengetahuan pasien untuk menentukan dosis dan perawatan terbaik bagi masing-masing pasien.
Penerbit maupun penulis tidak bertanggung jawab atas kecelakaan dan/atau kerugian yang dialami seseorang atau sesuatu yang
diakibatkan oleh penerbitan buku ini.
Nursalam
ISBN 978-602-7670-27-3
tentang penulis
Edisi 3
Nursalam
Kata Pengantar
Peran sebagai peneliti yang dilakukan kalangan perawat masih sering terlupakan dan
terabaikan, meski telah menjadi hal yang takterpisahkan dalam melakukan kegiatan
sehari-hari. Hal ini terjadi karena perawat masih belum mempunyai kemampuan yang
memadai dalam penelitian, khususnya pemahaman tentang lingkup masalah penelitian
ilmu keperawatan dan penerapan metodologi penelitian keperawatan yang sesuai.
Buku Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi 4 ini
merupakan upaya penulis untuk mendorong para teman-teman sejawat untuk bersama-
sama belajar tentang metodologi penelitian ilmu keperawatan dan menyosialisasikan
kepada profesi kesehatan lain maupun pemerhati tentang keperawatan khususnya tentang
kaidah ilmu: ontologi dan epistemologi ilmu keperawatan. Sekiranya akan terdapat suatu
pengakuan profesional bahwa “Nursing is as a science in which separated with medical
science”.
Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung
saya untuk dapat menyelesaikan penulisan buku ini. Ucapan terima kasih saya sampaikan
kepada Seluruh Pengelola dan Staf PSIK FK UNAIR, Rekan-rekan Perawat (PPNI) di
Jawa Timur, Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan & Kebidanan. Taklupa saya
sampaikan terima terima kasih kepada keluarga saya tercinta: istri dan anak-anak yang
telah memberikan inspirasi kepada saya untuk menulis buku ini.
Saya menyadari buku ini masih jauh dari sempurna. Sebagai manusia yang memiliki
keterbatasan, saya sebagai penulis mohon masukan dan saran yang bersifat membangun.
Saya juga mohon maaf mungkin ada beberapa pernyataan yang saya tulis dari para pakar
yang tidak sesuai, untuk itu saya mohon maaf dan rasa terima kasih serta hormat kepada
semua pihak.
Nursalam
vi Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN 388
PEDOMAN PENULISAN 388
PEDOMAN PENULISAN USULAN PENELITIAN (PROPOSAL) 390
PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI DAN TESIS 397
PENULISAN DAPUS 412
Lampiran L-1
Indeks I-1
xii Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
Bagian 1
Tren Penelitian
Keperawatan
Bab 1
Kajian Ilmiah: Berpikir
Logis dan Metode Ilmiah
PENDAHULUAN
Kajian ilmiah tentang ilmu keperawatan merupakan suatu keharusan bagi para perawat
Indonesia saat ini. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa belum terdapat kejelasan
tentang ilmu yang secara empiris dapat diterima secara ilmiah oleh masyarakat
nonkeperawatan. Realitasnya, suatu ilmu dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: proses,
produk, dan paradigma etis. Proses merupakan suatu kegiatan untuk memahami alam
semesta dan isinya didasarkan pada tuntutan metode keilmuan (rasionalitas dan objektif).
Produk adalah segala proses keilmuan yang harus menjadi milik umum dan selalu
terbuka untuk dikaji oleh orang lain. Paradigma etis artinya ilmu harus mengandung
nilai-nilai moral dan etika yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral yang ada di
masyarakat.
Pada bab ini, penulis hanya akan memfokuskan bahasan pada kajian ilmiah ilmu
keperawatan dengan penekanan dalam pembahasan berpikir logis dan ilmiah. Berpikir
logis adalah berpikir lurus dan teratur terhadap sesuatu hal yang diyakini dari suatu objek
atau fenomena. Objek atau fenomena tersebut berupa suatu pokok permasalahan yang
dikaji untuk membedakan antara benar dan salah. Berpikir ilmiah adalah cara berpikir
dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah, yaitu melalui metode ilmiah yang merupakan
alat/sarana penjelasan dalam mempelajari prosedur tertentu untuk mendapatkan ilmu.
Metode ilmiah mempelajari cara identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan, hipotesis,
metode, hasil, dan kesimpulan yang berdasarkan atas kaidah ilmiah.
BERPIKIR LOGIS
Berpikir logis merupakan proses berpikir yang didasari oleh konsistensi terhadap
keyakinan-keyakinan yang didukung oleh argumen yang valid. Pengertian lain dari
berpikir logis adalah berpikir lurus, tepat, dan teratur sebagai objek formal logika. Suatu
pemikiran disebut lurus, tepat, dan teratur apabila pemikiran itu sesuai dengan hukum,
aturan, dan kaidah yang sudah ditetapkan dalam logika. Mematuhi hukum, aturan,
4 Bagian 1: Tren Penelitian Keperawatan
dan kaidah logika berguna untuk menghindari pelbagai kesalahan dan penyimpangan
(bias) dalam mencari kebenaran ilmiah. Pada hakikatnya, pikiran manusia terdiri atas
tiga unsur, yaitu:
Dalam logika ilmiah, tiga unsur pikiran manusia tersebut harus dinyatakan dalam
kata (kalimat tulisan).
Tiga pokok kegiatan akal budi manusia, yaitu:
ILMU
Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah.
Makna ilmu menunjukkan sekurang-kurangnya tiga hal (Gambar 1.1):
Proses
ILMU
Produk Metode
1. Paradigma
2. Teori
3. Konsep dan asumsi
4. Variabel dan parameter
1. Logico-emperical-verifikatif
2. Generalized understanding
3. Theoritical construction
4. Menjawab pertanyaan mengapa (why) dan bagaimana (how)
PENGGOLONGAN ILMU
Pendapat mengenai pengelompokan ilmu sangat banyak, bergantung pada kriteria
penggolongannya. Secara umum, ilmu hampir selalu dikelompokkan menjadi dua kategori,
yaitu: (a) ilmu nomotetik dan (b) ilmu idiografik (Putra, 2010).
SYARAT ILMU
Terdapat beberapa persyaratan bahwa suatu pengetahuan dianggap sebagai ilmu:
TEORI ADAPTASI
Konsep: Stres Konsep: Manusia Proposisi
HIPOTESIS
FAKTA EMPIRIS:
Gambar 1.2 Science building blocks pada ilmu keperawatan (teori adaptasi)
Bab 1 • Kajian Ilmiah: Berpikir Logis dan Metode Penelitian 7
Keterangan:
• Teori adaptasi terdiri atas komponen-komponen ilmu, yaitu terbentuk dari beberapa konsep:
1). Konsep stres akibat masuk rumah sakit (stres hospitalisasi)
2). Konsep koping (regulator dan kognator)
3). Konsep manusia
4). Konsep keperawatan
5). Konsep sakit
6). Konsep lingkungan
• Adanya sekelompok pengetahuan yang dirangkai dengan penambahan pernyataan lain sehingga
terbentuk suatu informasi tentang hubungan antarpengetahuan. Minimal pada penelitian ini akan
menghasilkan suatu proposisi-proposisi.
Logika Respons
1. Stimulus
(a) Masalah:
Fakta/empiris yang dapat diamati dan diukur berdasarkan hasil suatu pengamatan
yang cermat dan teliti.
(b) Perumusan masalah penelitian:
Masalah yang sudah ditemukan kemudian dirumuskan dalam suatu masalah
penelitian, perumusan masalah. Di dalam penelitian dituliskan sebagai pertanyaan
penelitian.
2. Logika
(a) Kajian teoretis/konseptual
Misalnya dalam ilmu keperawatan, sakit pada manusia disebabkan oleh
ketidakmampuan manusia untuk beradaptasi yang melibatkan unsur fisik, psikis,
dan sosial yang merupakan perwujudan terimplikasi adanya integrasi satu dengan
yang lain. Objek utama dalam ilmu keperawatan, yaitu:
(1) Manusia (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan),
(2) Konsep lingkungan,
(3) Konsep sehat, dan
(4) Keperawatan.
8 Bagian 1: Tren Penelitian Keperawatan
(4). Keperawatan
Keperawatan adalah model pelayanan profesional dalam memenuhi kebutuhan
dasar yang diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang mengalami
gangguan fisik, psikis, sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Bentuk pemenuhan kebutuan dasar dapat berupa meningkatkan kemampuan yang
ada pada individu, mencegah, memperbaiki, dan melakukan rehabilitasi dari suatu
keadaan yang dipersepsikan sakit oleh individu.
Perlakuan Kontrol
Penerapan
Variabel Independen
Teori Adaptasi
3. Respons
Respons dalam kajian ilmiah dapat digolongkan sebagai berikut.
(a). Penyusunan instrumen penelitian (validitas dan reliabilitas).
(b). Melakukan sampling (randomisasi) dan estimasi ukuran sampel.
(c). Analisis data dan pengujian hipotesis (regresi).
(d). Mengambil kesimpulan dan memberikan saran.
Bab 1 • Kajian Ilmiah: Berpikir Logis dan Metode Penelitian 11
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. 2011. Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Alligood, MR, & Tomey, AM, 2006, Nursing theorists and their work, 7th ed. Missouri:
Mosby.
Babbie, E. 1999. The Basics of Social Research. Belmont: Wadsworth Pub. Co.
Nursalam. 2002. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung
Seto.
Nursalam & Kurniawati, ND. 2007. Asuhan Keperawatan Pasien Terinfeksi HIV/AIDS.
Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing
Practice. 9th ed. Philadelphia: JB. Lippincott.
Polit, D.E. dan B.P. Hungler. 1993. Essential of Nursing Research. Methods, Appraisal, and
Utilization. 3rd ed. Philadelphia: J.B. Lippincott Co.
Putera, S.T. 2010. Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan
Unair.
Sastroasmoro, S. dan S. Ismail. 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Soeparto, O., S.T. Putra, dan Haryanto. 2000. Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya: GRAMIK
dan RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
12 Bagian 1: Tren Penelitian Keperawatan
Bab 2
Kajian Ilmu
Keperawatan
biomolekuler yang mendasarinya; aspek psikis; dan aspek sosial. Ketiga aspek tersebut
merupakan fokus kajian objek ilmu keperawatan, yang mempunyai empat komponen, yaitu
manusia sebagai makhluk yang unik; keperawatan; konsep sehat-sakit; dan lingkungan
yang memengaruhi keadaan manusia.
Banyak pengertian yang membahas tentang ilmu keperawatan, sebagaimana
Nursalam (2008) menjabarkan tentang ilmu keperawatan adalah “…. suatu ilmu yang
mencakup ilmu-ilmu dasar, perilaku, biomedik, sosial, dan ilmu keperawatan sendiri
(dasar, anak, maternitas, medikal bedah, jiwa, dan komunitas). Aplikasi ilmu keperawatan
yang menggunakan pendekatan dan metode penyelesaian masalah secara ilmiah ditujukan
untuk mempertahankan, menopang, memelihara, dan meningkatkan integritas seluruh
kebutuhan dasar manusia”. Pengertian tersebut membawa dampak terhadap isi kurikulum
program pendidikan tinggi keperawatan. Institusi pendidikan tinggi keperawatan sejauh
ini belum mampu mengenalkan ilmu keperawatan secara jelas kepada peserta didik.
Sehingga peserta didik mendapatkan orientasi ilmu dasar yang hampir sama dengan
yang diajarkan pada program pendidikan kesehatan lain (kedokteran umum, dokter gigi,
dan kesehatan masyarakat). Hal ini mengakibatkan ketidakjelasan peran perawat dalam
memberikan asuhan kesehatan kepada klien. Pertanyaan yang muncul adalah apakah isi
kurikulum ilmu-ilmu dasar yang diajarkan kepada mahasiswa keperawatan sama dengan
yang diajarkan kepada mahasiswa kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan masyarakat?
Hal ini perlu dipertanyakan mengingat: 1) belum jelasnya perbedaan ilmu keperawatan
dan kedokteran dan 2) dosen sering mengajarkan materi yang sama dengan mahasiswa
kedokteran kepada mahasiswa keperawatan. Dengan perkataan lain, tidak adanya fokus/
penekanan kompetensi wajib yang dimiliki lulusan keperawatan (Nursalam, 2008b).
Tujuan ilmu keperawatan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu: (1) Sebagai
dasar dalam praktik keperawatan; 2) Komitmen dalam praktik keperawatan terhadap
pengembangan ilmu keperawatan; 3) Sebagai dasar penyelesaian masalah keperawatan
yang kompleks agar kebutuhan dasar klien terpenuhi; dan 4) Dapat diterimanya intervensi
keperawatan secara ilmiah dan rasional oleh profesi kesehatan lain dan masyarakat. Tujuan
yang terakhir disebutkan akan dapat diterima oleh masyarakat jika perawat mampu
menjelaskan objek ilmu keperawatan (Chitty, 1997).
Berdasarkan tujuan ilmu keperawatan tersebut, Chitty (1997) menerjemahkan ilmu
keperawatan sebagai suatu ilmu yang aplikasinya dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah sesuai dengan kaidah dan nilai-nilai keperawatan. Chitty (1997) menekankan
nilai-nilai ilmu keperawatan pada tiga unsur utama, yaitu: holistik, humanistik, dan
care dengan menekankan pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang sehat
maupun sakit. Pemenuhan kebutuhan manusia merupakan objek ilmu keperawatan yang
meliputi membantu meningkatkan, mencegah, dan mengembalikan fungsi kesehatan yang
terganggu akibat sakit yang diderita.
Peran utama profesional perawat adalah memberikan asuhan keperawatan
kepada manusia (sebagai objek utama kajian filsafat ilmu keperawatan: ontologis) yang
meliputi:
Gambar 2.1 Diagram model adaptasi dari Roy (dikutip oleh Nursalam, 2007).
MANUSIA
Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan adalah individu, keluarga,
kelompok, komunitas, atau sosial. Masing-masing diperlakukan oleh perawat sebagai sistem
adaptasi yang holistik dan terbuka. Sistem terbuka tersebut berdampak terhadap perubahan
yang konstan terhadap informasi, kejadian, dan energi antarsistem dan lingkungan.
Interaksi yang konstan antara individu dan lingkungan dicirikan oleh perubahan internal
dan eksternal. Dengan perubahan tersebut, individu harus mempertahankan integritas
dirinya yaitu beradaptasi secara kontinu.
Bab 2 • Kajian Ilmu Keperawatan 17
a. Input
Sistem adaptasi mempunyai input yang berasal dari internal individu. Roy
mengidentifikasi input sebagai suatu stimulus. Stimulus merupakan suatu unit
informasi, kejadian, atau energi yang berasal dari lingkungan. Sejalan dengan
adanya stimulus, tingkat adaptasi individu direspons sebagai suatu input dalam
sistem adaptasi. Tingkat adaptasi tersebut bergantung dari stimulus yang didapat
berdasarkan kemampuan individu. Tingkat respons antara individu sangat unik
dan bervariasi bergantung pada pengalaman yang didapatkan sebelumnya, status
kesehatan individu, dan stresor yang diberikan.
b. Proses
1. Roy menggunakan istilah mekanisme koping untuk menjelaskan proses kontrol dari
individu sebagai suatu sistem adaptasi. Beberapa mekanisme koping dipengaruhi oleh
faktor kemampuan genetik, misalnya sel-sel darah putih saat melawan bakteri yang
masuk dalam tubuh. Mekanisme lainnya adalah dengan cara dipelajari, misalnya
penggunaan antiseptik untuk mengobati luka. Roy menekankan ilmu keperawatan
yang unik untuk mengontrol mekanisme koping. Mekanisme tersebut dinamakan
regulator dan kognator.
2. Subsistem regulator mempunyai sistem komponen input, proses internal, dan output.
Stimulus input berasal dari dalam atau luar individu. Perantara sistem regulator
berupa kimiawi, saraf, atau endokrin. Reflekss otonomi sebagai respons neural berasal
dari batang otak dan korda spinalis, diartikan sebagai suatu perilaku output dari
sistem regulasi. Organ target (endoterin) dan jaringan di bawah kontrol endokrin
juga memproduksi perilaku output regulator, yaitu terjadinya peningkatan Andreno
Cortico Tyroid Hormone (ACTH) kemudian diikuti peningkatan kadar kortisol darah.
Banyak proses fisiologis yang dapat diartikan sebagai perilaku subsistem regulator.
Misalnya, regulator tentang respirasi. Pada sistem respirasi akan terjadi peningkatan
oksigen, yang menginisiasi metabolisme agar dapat merangsang kemoreseptor pada
medula untuk meningkatkan laju pernapasan. Stimulasi yang kuat pada pusat tersebut
akan meningkatkan ventilasi lebih dari 6–7 kali.
3. Contoh proses regulator tersebut terjadi ketika stimulus eksternal divisualisasikan
dan ditransfer melalui saraf mata menuju pusat saraf otak dan bagian bawah pusat
saraf otonomi. Saraf simpatetik dari bagian ini mempunyai dampak yang bervariasi
pada viseral, termasuk peningkatan tekanan darah dan denyut jantung.
4. Stimulus terhadap subsistem kognator juga berasal dari faktor internal dan eksternal.
Perilaku output subsistem regulator dapat menjadi umpan balik terhadap stimulus
subsistem kognator. Proses kontrol kognator berhubungan dengan fungsi otak yang
tinggi terhadap persepsi atau proses informasi, pengambilan keputusan, dan emosi.
Persepsi proses informasi juga berhubungan dengan seleksi perhatian, kode, dan
ingatan. Belajar berhubungan dengan proses imitasi dan penguatan (reinforcement).
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan merupakan proses internal yang
berhubungan dengan keputusan dan khususnya emosi untuk mencari kesembuhan,
dukungan yang efektif, dan kebersamaan.
5. Dalam mempertahankan integritas seseorang, kognator dan regulator bekerja secara
bersamaan. Sebagai suatu sistem adaptasi, tingkat adaptasi seseorang dipengaruhi
18 Bagian 1: Tren Penelitian Keperawatan
c. Efektor
Sistem adaptasi proses internal yang terjadi pada individu didefinisikan Roy
sebagai sistem efektor. Empat efektor atau model adaptasi tersebut meliputi (1)
fisiologis; (2) konsep diri; (3) fungsi peran; dan (4) ketergantungan (interdepeden).
Mekanisme regulator dan kognator bekerja pada model adaptasi. Perilaku yang
berhubungan dengan mode adaptasi merupakan manifestasi dari tingkat adaptasi
individu dan mengakibatkan digunakannya mekanisme koping. Saat mengobservasi
perilaku seseorang dan menghubungkannya dengan model adaptasi, perawat dapat
mengidentifikasi adaptif atau ketidakefektifan respons sehat dan sakit.
1. Fisiologis
Efektor secara fisiologis dapat dilihat dari beberapa hal berikut:
Tabel 2.1 Masalah gangguan adaptasi (George, 1990: 247 dikutip dari Roy, S.C)
MASALAH
FISIOLOGIS KONSEP DIRI FUNGSI PERAN INTERDEPENDEN
1. Oksigenasi: Pandangan terhadap fisik: • Transisi peran Kecemasan
• Hipoksia • Penurunan konsep • Peran berbeda berpisah
• Syok seksual • Konflik peran merasa
• Overload • Agresi • Kegagalan peran ditinggalkan/isolasi
• Kehilangan
2. Nutrisi: Pandangan terhadap
• Malnutrisi personal:
• Mual • Cemas
• Muntah • Tidak berdaya
• Merasa bersalah
• Harga diri rendah
3. Eliminasi
• Konstipasi
• Diare
• Kembung
• Inkontinen
• Retensi urine
4. Aktivitas dan istirahat
• Aktivitas fisik yang tidak
adekuat
• Risiko kesalahan akitivitas
• Istirahat yang tidak adekuat
• Insomnia
• Gangguan tidur
• Kelebihan istirahat
5. Integritas kulit
• Gatal-gatal
• Kekeringan
• Dekubitus
4. Ketergantungan (Interdependen)
Interdependen mengidentifikasi pola nilai-nilai manusia, kehangatan, cinta,
dan memiliki. Proses tersebut terjadi melalui hubungan interpersonal terhadap
individu maupun kelompok.
d. Output
Perilaku seseorang berhubungan dengan metode adaptasi. Koping yang tidak
efektif berdampak terhadap respons sakit (maladaptif). Jika klien masuk pada zona
maladaptif maka klien mempunyai masalah keperawatan (adaptasi).
20 Bagian 1: Tren Penelitian Keperawatan
KEPERAWATAN
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan kebutuhan dasar
yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang mengalami gangguan
fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bentuk
pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa meningkatkan kemampuan yang ada pada
individu, mencegah, memperbaiki, dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang
dipersepsikan sakit oleh individu (Alligood & Tomey, 2006).
Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan respons
adaptasi yang berhubungan dengan empat model respons adaptasi. Perubahan internal,
eksternal, dan stimulus input bergantung dari kondisi koping individu. Kondisi koping
menggambarkan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi ditentukan oleh stimulus
fokal, kontekstual, dan residual. Stimulus fokal adalah suatu respons yang diberikan secara
langsung terhadap input yang masuk. Penggunaan fokal pada umumnya bergantung pada
tingkat perubahan yang berdampak terhadap seseorang. Stimulus kontekstual adalah
semua stimulus lain yang merangsang seseorang baik internal maupun eksternal serta
memengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan secara subjektif disampaikan
oleh individu. Stimulus residual adalah karakteristik/riwayat seseorang dan timbul secara
relevan sesuai dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.
Kasus: Klien Tn. Sigit mengalami nyeri dada. Stimulus yang secara langsung pada
klien dinamakan fokal, yaitu kekurangan oksigen pada otot jantungnya. Stimulus
kontekstual meliputi: suhu 40o C, sensasi nyeri, penurunan berat badan, kadar gula
darah, dan derajat kerusakan arteri. Stimulus residual meliputi riwayat merokok dan
stres yang dialaminya.
Tindakan keperawatan yang diberikan adalah meningkatkan respons adaptasi pada situasi
sehat dan sakit. Tindakan tersebut dilaksanakan oleh perawat dalam memanipulasi stimulus
fokal, kontekstual, atau residual pada individu. Dengan memanipulasi semua stimulus
tersebut, diharapkan individu akan berada pada zona adaptasi. Jika memungkinkan,
stimulus fokal yang dapat mewakili semua stimulus harus dirangsang dengan baik.
Misalnya klien dengan nyeri dada, stimulus fokalnya adalah ketidakseimbangan antara
kebutuhan oksigen tubuh dan persediaan oksigen yang dapat disediakan oleh jantung.
Untuk mengubah stimulus fokal, perawat perlu memanipulasi stimulus kebutuhan
agar respons adaptif dapat terpenuhi. Jika stimulus fokal tidak dapat diubah, perawat
harus meningkatkan respons adaptif dengan memanipulasi stimulus kontekstual dan
residual.
Perawat perlu mengantisipasi bahwa klien mempunyai risiko adanya ketidakefektifan
respons pada situasi tertentu. Oleh karena itu perawat harus mempersiapkan individu
untuk mengantisipasi perubahan melalui penguatan mekanisme kognator, regulator,
atau koping yang lainnya. Tindakan keperawatan yang diberikan pada teori ini meliputi
mempertahankan respons yang adaptif dengan mendukung upaya klien secara kreatif
menggunakan mekanisme koping yang sesuai.
Bab 2 • Kajian Ilmu Keperawatan 21
KONSEP SEHAT—SAKIT
Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu kontinum dari meninggal sampai dengan tingkatan
tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam
upaya menjadikan dirinya terintegrasi secara keseluruhan, yaitu fisik, mental, dan sosial.
Integritas adaptasi individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk memenuhi
tujuan mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi.
Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradaptasi terhadap
rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi sehat dan sakit sangat
relatif dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping)
bergantung pada latar belakang individu tersebut dalam mengartikan dan mempersepsikan
sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, budaya, dan lain-lain.
KONSEP LINGKUNGAN
Stimulus dari individu dan stimulus sekitarnya merupakan unsur penting dalam
lingkungan. Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari
internal dan eksternal, yang memengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dan
perilaku seseorang dan kelompok. Lingkungan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi,
ataupun psikologis yang diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman.
Sedangkan lingkungan internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu
(berupa pengalaman, kemampuan emosional, kepribadian) dan proses stresor biologis
(sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu. Manifestasi yang tampak
akan tercermin dari perilaku individu sebagai suatu respons. Pemahaman klien yang baik
tentang lingkungan akan membantu perawat meningkatkan adaptasi klien tersebut dalam
merubah dan mengurangi risiko akibat dari lingkungan sekitarnya.
Pengkajian
Intervensi
Diagnosis
Perencanaan
Pelaksanaan
Evaluasi
Gambar 2.2 Diagram hubungan antara tahap proses keperawatan (Nursalam, 2001).
22 Bagian 1: Tren Penelitian Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data tentang perilaku klien sebagai suatu sistem
adaptif yang berhubungan dengan masing-masing model adaptasi: fisiologis, konsep diri,
fungsi peran, dan ketergantungan. Oleh karena itu, pengkajian pertama diartikan sebagai
pengkajian perilaku, yaitu pengkajian klien terhadap masing-masing model adaptasi secara
sistematik dan holistik. Pelaksanaan pengkajian dan pencatatan pada empat model adaptif
tersebut akan memberikan gambaran keadaan klien kepada tim kesehatan lainnya.
Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola perubahan perilaku klien
tentang ketidakefektifan respons atau respons adaptif yang memerlukan dukungan
perawat. Jika ditemukan ketidakefektifan respons (maladaptif), perawat melaksanakan
pengkajian tahap kedua. Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data tentang stimulus
fokal, kontekstual, dan residual yang berdampak terhadap klien. Proses ini bertujuan
untuk mengklarifikasi penyebab dari masalah dan mengidentifikasi faktor kontekstual
dan residual yang sesuai. Menurut Martinez, faktor yang memengaruhi respons adaptif
meliputi genetik; jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alkohol, merokok,
konsep diri, fungsi peran, ketergantungan, dan pola interaksi sosial; mekanisme koping
dan gaya; stres fisik dan emosi; budaya; serta lingkungan fisik.
(1) Menggunakan tipologi diagnosis yang dikembangkan oleh Roy dan berhubungan
dengan 4 model adaptasi (tabel masalah gangguan adaptasi). Dalam mengaplikasikan
metode diagnosis ini, diagnosis pada kasus Tn. Sigit adalah “hipoksia”.
Bab 2 • Kajian Ilmu Keperawatan 23
Tabel 2.3 Kriteria standar intervensi keperawatan menurut teori adaptasi (Nursalam, 2002)
(2) Menggunakan pernyataan dari perilaku yang tampak dan berpengaruh terhadap
stimulusnya. Dengan menggunakan metode diagnosis ini maka diagnosisnya adalah
“nyeri dada disebabkan oleh kekurangan oksigen pada otot jantung berhubungan
dengan cuaca lingkungan yang panas.”
24 Bagian 1: Tren Penelitian Keperawatan
Tabel 2.3
Kriteria standar intervensi keperawatan menurut teori adaptasi (Nursalam, 2002), (lanjutan).
1. Meyakinkan klien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang berguna bagi kelu-
arga dan masyarakat
2. Mendukung upaya kegiatan atau kreativitas klien
3. Melibatkan klien dalam setiap kegiatan terutama dalam pengobatan pada dirinya
4. Melibatkan klien dalam setiap mengambil keputusan menyangkut diri klien
5. Bersifat terbuka dan komunikatif kepada klien
6. Mengizinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien
7. Perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap klien yang positif dalam
perawatan
8. Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan menerima jika ada sikap klien yang
negatif
(3) Berhubungan dengan stimulus yang sama. Misalnya jika seorang petani mengalami
nyeri dada saat ia bekerja di luar pada cuaca yang panas. Pada kasus ini, diagnosis yang
sesuai adalah “Kegagalan peran berhubungan dengan keterbatasan fisik (miokardial)
untuk bekerja saat cuaca yang panas”.
c. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah atau
memanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga ditujukan
kepada kemampuan klien dalam menggunakan koping secara luas, supaya stimulus secara
keseluruhan dapat terjadi pada klien.
Tujuan intervensi keperawatan adalah mencapai kondisi yang optimal dengan
menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan jangka panjang harus dapat menggambarkan
Bab 2 • Kajian Ilmu Keperawatan 25
penyelesaian masalah adaptif dan ketersediaan energi untuk memenuhi kebutuhan tersebut
(mempertahankan, pertumbuhan, dan reproduksi). Tujuan jangka pendek mengidentifikasi
harapan perilaku klien setelah manipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual.
Pengembangan kriteria standar intervensi keperawatan menurut adaptasi akan
digunakan oleh peneliti sebagai instrumen untuk mengukur kinerja perawat dalam
menerapkan teori adaptasi pada asuhan keperawatan anak.
d. Evaluasi
Penilaian terakhir proses keperawatan didasarkan pada tujuan keperawatan yang ditetapkan.
Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku
dari kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu.
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. 2011. Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Alligood, MR, & Tomey, AM, 2006, Nursing Theorists and Their Work, 7th ed. St. Louis,
Missouri: Mosby.
Chitty, K.K. 1997. Professional Nursing. Concepts & Challenges. 2nd ed. Philadelphia: W.B.
Saunders Company.
Nursalam & Kurniawati, ND. 2007. Asuhan Keperawatan Pasien Terinfeksi HIV / AIDS.
Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.
Jakarta: Salemba Medika.
. 2008a. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktis. Edisi 2.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika
. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing
Practice. 9th ed. Philadelphia: JB. Lippincott.
Putera, S.T. 2010. Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan
Unair.
Soeparmo HA. (1984) Struktur Keilmuan dan Teori Ilmu Pengetahuan Alam. Surabaya:
Airlangga University Press.
26 Bagian 1: Tren Penelitian Keperawatan
Bagian 2
MASALAH PENELITIAN DAN
KERANGKA KONSEP
MASALAH
Masalah penelitian merupakan langkah awal yang harus dipikirkan dan disusun
berdasarkan suatu fakta empiris di lapangan. Pada tahap awal pelaksanaan penelitian,
kegiatan yang perlu dilakukan adalah memahami konsep masalah berdasarkan kajian
kepustakaan yang dapat dipercaya. Kegiatan tersebut meliputi berpikir, membaca teori,
dan review dengan teman sejawat dan pembimbing. Selama tahap ini, seorang peneliti
perlu memahami pelaksanaan deductive reasoning dan memilih topik yang diminati dari
hasil riset yang telah dilaksanakan orang lain.
TOPIK JUDUL
Fakta
Kesenjangan berdasar pada
MASALAH konsep masalah (K. I)
Harapan
TUJUAN
PENELITIAN
MANFAAT
Gambar 3.1 Bagan alur pikir ilmiah sekonsep (Soeparto, Putra, Haryanto, 2000)
30 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
Masalah penelitian adalah suatu kondisi yang memerlukan pemecahan atau alternatif
pemecahan. Baik buruknya suatu penelitian sangat ditentukan oleh masalah penelitian
(research problem) (Polit & Hungler, 1999). Masalah penelitian biasanya didapat dari topik
yang secara luas berhubungan dengan keperawatan. Mengingat dalam topik sudah terdapat
suatu masalah, maka dalam melakukan identifikasi masalah hendaknya tidak keluar dari
area masalah yang telah dicantumkan dalam topik. Masalah penelitian diupayakan yang
orisinil, mempunyai kontribusi terhadap perkembangan ilmu, urgensi dan baru.
MASALAH DAN
RUMUSAN MASALAH
Pengembangan Kerangka
Konseptual
(Teori/Ilmu Keperawatan:
ROY; OREM; KING; dll)
Gambar 3.2 Penentuan masalah riset keperawatan (Nursalam, 2002 & Nursalam, 2008)
Keterangan:
Alur perumusan masalah penelitian keperawatan tersebut berdasar pada masalah-masalah
keperawatan yang berasal dari diagnosis keperawatan, yang terdiri atas rumus PES. P (problem)
adalah respons/masalah yang dirasakan oleh klien, baik fisik, psikis, maupun sosio-spiritual.
Dalam menentukan P, merujuklah pada masalah keperawatan yang dikemukakan oleh North
American Nurses Diagnosis (NANDA), sebagai acuan penentuan masalah keperawatan di
dunia. E (Etiology) adalah penyebab dari masalah, dapat berupa patofisiologi suatu penyakit,
situasi lingkungan atau tempat tinggal. S (Sign & Symptoms) adalah tanda dan gejala yang
biasanya memberikan kontribusi terhadap timbulnya masalah. Keterangan tersebut dapat
dianalogikan, bahwa PES dapat dipergunakan sebagai suatu variabel penelitian, yaitu P
sebagai variabel dependen; E sebagai variabel independen; dan S dapat berperan sebagai
variabel independen, dependen, moderator, atau variabel lainnya.
Bab 3 • Masalah, Rumusan Masalah, dan Tujuan Penelitian 31
Contoh lingkup riset keperawatan terlampir (diambil dari hasil riset peneliti dan
mahasiswa)
Praktik keperawatan
Praktik keperawatan harus berdasarkan pada ilmu yang diperoleh dari suatu hasil
penelitian, karena praktik tersebut sangat penting untuk mengetahui sumber permasalahan
(Polit & Back, 2012). Permasalahan atau topik riset dapat diperoleh dari observasi klinik
(perilaku klien dan keluarga dalam situasi krisis dan bagaimana perawat mengatasi masalah
tersebut; review status klien; proses keperawatan; dan prosedur atau tindakan perawatan
yang mungkin menimbulkan masalah atau pertanyaan dalam pelaksanaannya). Misalnya,
prosedur apakah yang bisa diberikan dalam perawatan mulut pada klien kanker mulut atau
klien dengan pemasangan endotrakeal? Tindakan efektif apakah yang dilakukan untuk
mengobati luka? Tindakan keperawatan apakah yang berhubungan dengan komunikasi
klien dengan stroke? Apakah dampak kunjungan rumah dan pelaksanaannya setelah klien
pulang dari rumah sakit?
Beberapa mahasiswa perawat dan perawat mengumpulkan suatu jurnal atau data
mengenai permasalahan yang berhubungan dengan pengalaman praktiknya (Burns &
Grove, 1999). Mereka mencatat pengalaman, ide, dan observasinya dalam melaksanakan
asuhan keperawatan. Analisis dalam hal tersebut sering kali membantu penyusunan suatu
pola dalam mengidentifikasi peran perawat. Mengapa pemberian asuhan keperawatan
pada emosional dan spiritual klien lebih sedikit dibandingkan dengan perawatan fisik?
Apakah anggota keluarga perlu dilibatkan atau tidak dalam pemberian asuhan keperawatan
kepada klien?
Contoh:
a. Bagaimana peran orang tua dalam perawatan tali pusat pada bayi baru lahir?
(deskriptif)
b. Adakah hubungan antara variabel x dan variabel y? (crossectional: asosiasi/
korelasi)
c. Adakah pengaruh pemberian terapi bermain pada anak prasekolah selama
masuk rumah sakit terhadap penerimaan selama tindakan invasif? (pengaruh–
experiment)
2 Seleksi kasus:
G. E, natal, dll
3
Masalah keperawatan
Brainstorming
Faktor apakah yang menyebabkan keterlambatan tersebut?
4 Rumusan masalah
Apakah ada pengaruh pendampingan suami terhadap
percepatan pembukaan KALA I persalinan?
5 Tujuan
Menjelaskan pengaruh pendampingan suami terhadap percepatan
perubahan KALA I persalinan
6 Judul
Pengaruh pendampingan suami terhadap percepatan pembukaan KALA I
1) Waktu
Suatu penelitian sering kali memerlukan waktu yang lebih lama dari yang telah
ditentukan, sehingga menjadi kendala bagi semua peneliti terutama peneliti pemula untuk
memperkirakan waktu yang diperlukan. Pertimbangan perkiraan penentuan waktu dapat
ditentukan oleh berbagai faktor:
Seorang peneliti sering memperkirakan waktu yang diperlukan tiap selesainya tahap
proses penelitian.
2) Dana
Perumusan masalah dan tujuan yang dipilih sangat dipengaruhi oleh alokasi dana yang
tersedia. Potensial sumber dana harus dipertimbangkan pada saat penyusunan masalah
atau tujuan. Untuk memperkirakan dana yang diperlukan, beberapa pertanyaan berikut
ini perlu dipertimbangkan:
3) Keahlian peneliti
Permasalahan/topik dan tujuan penelitian harus diseleksi berdasarkan kemampuan peneliti.
Hal ini biasanya menuntut seorang peneliti untuk memahami suatu proses penelitian baru
kemudian melakukan penelitian berdasarkan pengalamannya. Memilih permasalahan
yang sulit dan kompleks akan mengakibatkan frustrasi bagi peneliti pemula.
4) Ketersediaan Responsden
Dalam menentukan suatu tujuan penelitian, yang perlu dipertimbangkan adalah tipe dan
jumlah responsden yang diperlukan. Sampel biasanya sulit jika penelitian meliputi populasi
yang unik dan jarang. Misalnya quadriplegic yang hidup sendirian. Semakin spesifik suatu
populasi, semakin sulit mendapatkannya. Dana dan waktu yang tersedia akan berakibat
terhadap responsden yang dipilih. Dengan keterbatasan waktu dan dana, seorang peneliti
perlu menentukan responsden yang tersedia yang tidak memerlukan biaya (upah).
7) Pertimbangan etika
Tujuan suatu penelitian harus etis, dalam arti hak responsden dan yang lainnya dilindungi.
Jika suatu tujuan penelitian akan berakibat jelek terhadap hak reponden, maka penelitian
tersebut harus dievaluasi ulang dan mungkin harus dihindari.
• Masalah/kajian masalah
Dari hasil studi yang dilakukan peneliti pada 15 orang mahasiswa reguler Program Profesi
Ners Fakultas Keperawatan pada tanggal 2 – 9 Maret 2013 dapat diketahui bahwa pada
dimensi kelelahan emosional, 26,7% mahasiswa mengalami kelelahan emosional ditingkat
rendah, 40% menengah dan 33,3% pada rentang berat. Dimensi yang kedua depersonalisasi,
86,7% mahasiswa mengalami depersonalisasi di tingkat rendah dan sekitar 13,3% di tingkat
menengah. Kemudian dimensi penurunan prestasi diri, 33,3% mengalami penurunan
prestasi diri di tingkat rendah, 46,7% menengah dan 20% mengalami penurunan prestasi
diri tingkat berat. Hal ini didukung dengan data penelitian sebelumnya oleh Irawati
38 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
(2012) yang menyebutkan bahwa mahasiswa regular angkatan genap 2011/2012 program
profesi Ners Fakultas Keperawatan dari jumlah 63 orang responsden penelitian terdapat
61,9% mahasiswa mengalami kelelahan emosional di level sedang. 60,3% mengalami
depersonalisasi tingkat menengah dan 71,4% mengalami penurunan prestasi level
rendah.
Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan antara sumber stres (stresor) personal terhadap burnout
syndrome yang dialami oleh mahasiswa regular program Profesi Ners?
2. Apakah ada hubungan antara sumber stres (stresor) lingkungan terhadap burnout
syndrome yang dialami oleh mahasiswa regular program Profesi Ners?
3. Apakah ada hubungan antara relational meaning terhadap burnout syndrome yang
dialami oleh mahasiswa regular program Profesi Ners?
4. Apakah ada hubungan antara coping strategy terhadap burnout syndrome yang dialami
oleh mahasiswa reguler Program Profesi Ners?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Menganalisis hubungan antara sumber stres (stresor): personal dan lingkungan, relational
meaning dan coping strategy terhadap kejadian burnout syndrome pada mahasiswa reguler
Program Profesi Ners berdasarkan Transactional Theory Lazarus & Folkman dan konsep
Maslach Burnout Inventory.
Tujuan Khusus
Lampiran
Oleh: S-N-S
NIM. 131111161 (B14)
F-1
a. Empat puluh lima (45 %) lansia (< 65 th) mengalami kemunduran ADL seiring
pertambahan usia.
b. Kemunduran ADL dan ketergantungan lansia pada orang lain menjadi pemicu adanya
gangguan psikologis dan faktor pencetus terjadinya depresi pada lansia (Hawari,
2007).
c. Dengan kondisi yang sehat para lansia dapat melakukan aktivitas apa saja tanpa
meminta bantuan orang lain, atau sesedikit mungkin tergantung kepada orang lain.
(Suhartini, 2004).
d. Dengan menjaga kesehatan fisik, mental, spiritual, ekonomi dan sosial, seseorang
dapat memilih masa tua yang lebih membahagiakan, terhindar dari masalah
kesehatan. (Astuti, 2007).
e. Apabila ketergantungan tidak segera diatasi, maka akan menimbulkan beberapa
akibat seperti gangguan sistem tubuh, timbulnya penyakit, menurunnya Activity
of Daily Living (ADL). Penurunan Activity of Daily Living (ADL) disebabkan oleh
persendian yang kaku, pergerakan yang terbatas, waktu bereaksi yang lambat,
keseimbangan tubuh yang jelek, gangguan peredaran darah, keadaan yang tidak
stabil bila berjalan, gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran (Setiabudi
dan Hardywinoto, 1999).
f. Permasalahan yang berkaitan dengan lansia antara lain, pengaruh proses menua dapat
menimbulkan masalah secara fisik karena semakin lanjut usia seseorang, maka akan
mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik. Selain kemunduran
kemampuan fisik juga mengakibatkan penurunan pada peranan – peranan sosialnya
(Nugroho, 2000).
F-2
a. Olahraga usia lanjut perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban
kerja ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik,
tidak kompetitif atau bertanding. (Bandiyah, 2009)
b. Senam lansia adalah senam dengan gerakan ringan, dilakukan secara
berkesinambungan, dan lazimnya disarankan untuk usia 40 tahun ke atas. (Ismawati,
2010)
Bab 3 • Masalah, Rumusan Masalah, dan Tujuan Penelitian 43
c. Prinsip olahraga usia lanjut sama dengan prinsip olahraga pada umumnya, yang
membedakan adalah berkaitan dengan reaksi tubuh yang relative lebih lamban,
oleh karena itu, maka jangka waktu dan beban latihan harus disesuaikan (kusmana,
2002)
d. Faktor yang murni milik lanjut usia yang berperan besar terhadap terjadinya jatuh
adalah muskuloskeletal. Senam lansia ditujukan untuk penguatan, daya tahan, dan
kelenturan tulang dan sendi, sehingga sistem muskuloskeletal yang menurun dapat
diperbaiki. Selain itu senam lansia bermanfaat untuk memelihara kebugaran jantung
dan paru (Reuben, 1996).
Spider Web
? KEBERSIHAN?
?
DE PE ?
? GE NY
NE AKI P RE
SI
RA T DE
TI
F
Tema Utama
LANSIA
AL
SI
SO
? ?
? ? ?
?
?
44 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
Keaslian Penulisan
Penelitian tentang Senam lansia dan Activity Daily Living / Aktivitas Kehidupan Sehari-
hari telah beberapa kali dilakukan, sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
Sementara itu penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah tentang pengaruh
Senam Lansia (lama waktu pelaksanaan, intensitas dan frekuensi) terhadap peningkatan
kemandirian ADL lansia. Variabel penelitian adalah lama waktu pelaksanaan senam lansia,
Intensitas senam lansia, frekuensi senam lansia dan ADL lansia. Jenis penelitian yang akan
dilakukan yaitu kuantitatif pra eksperiment.
1. Masalah
Pengaruh senam lansia terhadap kemandirian ADL lansia belum dapat dijelaskan
2. Rumusan Masalah:
a. apakah ada pengaruh durasi pelaksanaan senam lansia terhadap kemandirian
ADL lansia?
b. apakah ada pengaruh intensitas senam lansia terhadap kemandirian ADL
lansia?
c. apakah ada pengaruh frekuensi senam lansia terhadap kemandirian ADL
lansia?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum: Menjelaskan pengaruh senam lansia terhadap kemandirian ADL
lansia
Tujuan Khusus:
a. Mengukur kemandirian ADL lansia terhadap durasi senam lansia
b. Mengukur kemandirian ADL lansia terhadap intensitas senam lansia
c. Mengukur kemandirian ADL lansia terhadap frekuensi senam lansia
4. Manfaat
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat menjelaskan pengaruh senam lansia terhadap peningkatan
kemandirian ADL pada lansia.
Manfaat Praktis
Senam lansia diharapkan dapat dilakukan sebagai usaha promotif, preventif dan
rehabilitatif bagi lansia dalam menghadapi kemunduran ADL seiring bertambahnya
usia.
46 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
5. Judul
Pengaruh senam lansia terhadap peningkatan kemandirian Activity Daily Living
(ADL) lansia atau peningkatan kemandirian lansia dalam adl dengan senam.
6. Kerangka Konseptual
Proses Penuaan
Penurunan
Kemampuan
Fisik Lansia
Interaksi sosial
Afiliasi kelompok
usia
Frekuensi Durasi Senam Intensitas
Senam Lansia Lansia Senam Lansia
Proprioseptif
Persepsi visual
Kemandirian ADL ↑
Bab 3 • Masalah, Rumusan Masalah, dan Tujuan Penelitian 47
Daftar Pustaka
Burns & Grove. (1999). The Practice of Nursing Research. Philadelphia: W.B. Saunders Co.
Nursalam. (2002). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
. 2008a. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktis. Edisi 2.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika
. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Polit, D.F. & Hungler, BP. (1999). Nursing Research. Principle and Method. Philadelphia: J.B.
Lippincott.
Polit DF & Back, CT. (2012). Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing
Practice. 9th Ed. Philadelphia: JB. Lippincott.
Soeparto P, Putra ST, Haryanto. (2000). Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya: GRAMIK &
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Sastroasmoro, S. dan S. Ismail. (1995). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
Binarupa Aksara.
48 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian 49
Bab 4
Kerangka Konsep dan
Hipotesis Penelitian
Langkah Penyusunan
a. Seleksi dan definisikan konsep yang dimaksudkan
b. Identifikasikan teori yang digunakan sebagai dasar penelitian
1) Peneliti ingin meneliti perilaku klien dalam perawatan, maka dapat dipilih teori
Lawrance Green, yang meliputi: predisposing, enabling, dan reinforcing.
2) Pemenuhan kebutuhan pada perawatan diri: makan, minum, berpakaian, eliminasi,
mandi, maka ditetapkan teori yang dipilih adalah dari Orem tentang self care
deficit.
c. Gambarkan hubungan antarvariabel dengan garis berarah
• Arah (Direction). Dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah.
Contoh:
Kerangka Konsep
Pengaruh Penerapan Teori Adaptasi terhadap Peningkatan Kinerja Perawat pada Klien
Anak dengan Asma Bronkial (Nursalam, 2003)
Peneliti perlu menjelaskan tentang pengaruh penerapan teori adaptasi dalam
meningkatkan kinerja perawat anak dan meningkatkan sistem imunitas anak dengan
asma bronkial serta keterkaitan beberapa variabel.
• Kadar ADH dalam tubuh yang kurang • Kondisi fisik yang terganggun
• Kelainan anatomi: ukuran kandung kemih yang kecil • Alergi
Enuresis (+)
Pembelajaran
Bladder-retention
training
Persepsi (+)
Koping (+)
ATP
ADP Otot polos kandung
kemih meregang →
Kapasitas fungsional
Energi kandung kemih Energi
: Tidak diukur
hipotesis artinya menyimpulkan suatu ilmu melalui suatu pengujian dan pernyataan secara
ilmiah atau hubungan yang telah dilaksanakan penelitian sebelumnya.
Untuk mengetahui signifikansi (p) dari suatu hasil statistik (Hypothesis test), maka
kita dapat menentukan tingkat signifikansi: (p) 0,05 (1 kemungkinan untuk 20); 0,01 (1
untuk 100); dan 0,001 (1 untuk 1000). Adapun yang sering digunakan adalah signifikansi
level 0,05. Dengan menentukan signifikansi ini maka kita dapat mentukan apakah hipotesis
akan diterima atau ditolak (jika p < 0,05) (Voelker & Orton, Adam 2011).
Syarat Hipotesis
a. Relevance: Hipotesis harus relevan dengan fakta yang akan diteliti.
b. Testability: Memungkinkan untuk dilakukannya observasi dan bisa diukur.
c. Compatibility: Hipotesis baru harus konsisten dengan hipotesis di lapangan yang
sama dan telah teruji kebenarannya, sehingga setiap hipotesis akan membentuk
suatu sistem.
d. Predictive: Artinya hipotesis yang baik mengandung daya ramal tentang apa yang
akan terjadi atau apa yang akan ditemukan.
e. Simplicity: Harus dinyatakan secara sederhana, mudah dipahami, dan mudah
dicapai.
Tujuan Hipotesis
a. Untuk menghubungkan antara teori dan kenyataan, dalam hal ini hipotesis
menggabungkan dua domain.
b. Sebagai suatu alat yang ampuh untuk pengembangan ilmu selama hipotesis bisa
menghasilkan suatu penemuan (discovery).
c. Sebagai suatu petunjuk dalam mengidentifikasi dengan menginterpretasi suatu
hasil.
Sumber Hipotesis
Hipotesis didapatkan dari suatu fenomena atau masalah yang nyata, analisis teori, dan
mengulas literatur.
a. Pengalaman praktik
Diagnosis keperawatan bisa menjadi suatu dasar pengembangan hipotesis. Misal,
hubungan teoretis yang diidentifikasi Orem tahun 1985 dalam Polit & Back (2012),
tentang teori perawatan diri dan kurangnya kebersihan dalam melakukan perawatan
luka sehubungan dengan adanya nyeri pada sendi dan keterbatasan pergerakan/
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian 53
mobilitas. Pertama, kita dapat menguji tentang efektivitas dari tindakan dalam
mengurangi nyeri sendi dan meningkatkan mobilitas dan dampak perawatan
individual. Contoh penulisan hipotesis meliputi: Klien artritis yang menggunakan
pengobatan relaksasi akan mengalami penurunan rasa nyeri dan membutuhkan
waktu yang relatif lebih sedikit dalam pengobatannya dibandingkan dengan klien
yang tidak mendapatkan terapi relaksasi.
b. Teori
Hubungan yang digunakan dalam suatu teori dapat menjadi dasar penyusunan
hipotesis. Jika seorang peneliti tertarik melakukan pengujian terhadap suatu
pernyataan dalam teori, akan membawa pengaruh yang besar terhadap perkembangan
praktik perawatan.
c. Kajian literatur
Pada kajian literatur, peneliti menganalisis dan mensintesis hasil dari berbagai
penelitian. Hubungan yang diidentifikasi dari sintesis dalam suatu penemuan sangat
berguna untuk penyusunan hipotesis. Nursalam tahun 2007, meneliti pengaruh
pendakatan Asuhan keperawatan terhadap respons pasien terinfeksi HIV and AIDS,
hipotesis yang digunakan berdasarkan konsep teori Psikoneuroimunologi dan
Adaptasi.
Tipe Hipotesis
Perbedaan tipe hubungan dan jumlah variabel diidentifikasi dalam hipotesis. Penelitian
mungkin mempunyai satu, tiga, atau lebih hipotesis, bergantung pada kompleksnya suatu
penelitian.
a. Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang digunakan untuk pengukuran statistik dan
interpretasi hasil statistik. Hipotesis nol dapat sederhana atau kompleks dan bersifat
sebab atau akibat. Misal pengaruh teori adaptasi terhadap perbaikan kinerja perawat
anak. Maka dalam Ho; tidak adanya pengaruh penerapan teori adaptasi dalam asuhan
keperawatan terhadap perbaikan kinerja perawat anak.
b. Hipotesis alternatif (Ha/H1) adalah hoptesis penelitian. Hipotesis ini menyatakan
adanya suatu hubungan, pengaruh, dan perbedaan antara dua atau lebih variabel.
Hubungan, perbedaan, dan pengaruh tersebut dapat sederhana atau kompleks, dan
bersifat sebab-akibat. Misalnya, ada pengaruh antara senam nifas dan proses involusi
pada ibu pascasalin. Ada perbedaan tingkat kecemasan antara klien laki-laki dan
perempuan pada infark miokard akut (IMA).
54 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
Konsep Self-care
Teori keperawatan self-care dikemukakan oleh Dorothea E. Orem pada tahun 1971 dan
dikenal dengan teori self-care deficit nursing theory (SCDNT) (DeLaune & Ladner, 2002).
Teori SCDNT sebagi grand teori mempunyai komponen teori yaitu teori self-care, teori
self-care deficit, dan teori nursing system (Alligood & Tomey, 2006). Orem (1985) dalam
Richardson (1992) menyebutkan bahwa:
“Self-care is the production of actions directed to self or to the environment in order to regulate
one’s functioning in the interest of one’s life, integrated functioning and well-being”
Dari pernyataan di atas, self-care diartikan sebagai wujud perilaku seseorang dalam
menjaga kehidupan, kesehatan, perkembangan dan kehidupan disekitarnya (Baker
& Denyes, 2008). Self-care merupakan perilaku yang dipelajari dan merupakan suatu
tindakan sebagai respons atas suatu kebutuhan (DeLaune & Ladner, 2002). Pada konsep
self-care, Orem menitikberatkan bahwa seseorang harus dapat bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan self-care untuk dirinya sendiri dan terlibat dalam pengambilan keputusan
untuk kesehatannya (Alligood & Tomey, 2006). Kebutuhan seseorang untuk terlibat
dalam perawatan dirinya dan mendapatkan perawatan disebut sebagai therapeutic self-care
demand (DeLaune & Ladner, 2002). Self-care berkembang seiring dengan perkembangan
kehidupan individu, bergantung pada kebiasaan seseorang, kepercayaan yang dimiliki,
dan budaya, termasuk biopsikososial-spiritual (Becker, Gates, & Newsom, 2004; Larsen
& Lubkin, 2009).
Self-care dalam konteks pasien dengan penyakit kronis merupakan hal yang kompleks,
dan sangat dibutuhkan untuk keberhasilan manajemen serta kontrol dari penyakit kronis
tersebut (Larsen & Lubkin, 2009). Self-care dapat digunakan sebagai tehnik pemeecahan
masalah dalam kaitannya dengan kemampuan koping dan kondisi stresful karena penyakit
kanker. Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa self-care meningkatkan kualitas
hidup dengan menurunkan nyeri, kecemasan, dan keletihan; meningkatkan kepuasan
pasien, serta menurunkan penggunaan tempat pelayanan kesehatan dengan menurunkan
jumlah kunjungan ke dokter, kunjungan rumah, penggunaan obat, dan lama rawat inap
di rumah sakit.
Selfcare
R R
Selfcare R Selfcare
agency < demand
Selfcare
deficit
Conditining factors
R R
Nursing
agency
Dispositions Significant
affecting goals sought orientative capabilities
and dispotions
Selected Selected
basic capabilities I basic capabilities II
Level
1.2 Sets of capabilities adn dispositions
foundational for action
Self Cares
Faktor dasar/
predisposisi
Self Cares Self Cares
(predisposing factor)
Agency meningkat Demand
- Pengetahuan
- Sikap
- Keyakinan Self care
- Pendidikan Defisit
- Pekerjaan
Nursing
agency
Faktor pemungkin
(enabling factor) Supportive
Educative system:
Sarana prasarana/ 1. Guidance
fasilitas pelayanan kes 2. Teaching
- Jarak dengan
pelayanan
Faktor pendorong/penguat
(rainforcing factor) Meningkatkan kemandirian ibu post
partum dalam perawatan diri
Dukungan keluarga a. Memenuhi nutrisi,
b. Ambulasi,
-Kelompok, tenaga kes
c. Eliminasi (Miksi & Defeksi),
d. Perawatan payudara,
e. Perawatan perinium, dan
f. Kebersihan diri
Gambar 4.4 Kerangka konsep penelitian meningkatkan kemandirian ibu nifas dengan
menggunakan pendekatan teori self care model Orem (Mardiatun, 2012).
Berdasarkan teori keperawatan Self Care yang dikemukakan oleh Dorothea Orem,
manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan dalam merawat dirinya sendiri yang di
sebut Self Care Agency. Self Care Agency dapat berubah setiap waktu yang di pengaruhi oleh
faktor predisposisi (predisposing factor) yang terdiri atas pengetahuan, sikap, keyakinan
pendidikan dan pekerjaan. Yang kedua yaitu faktor pemungkin (Enabling factor) yang
terdiri atas sarana prasarana dan jarak dengan pelayanan kesehatan. Yang ketiga yaitu;
faktor pendorong (Reinforcing factor) yang berupa peran dukungan keluarga dan adanya
aturan-aturan. Ketika terjadi defisit perawatan diri, peran perawat sebagai Nursing
Agency membantu untuk memaksimalkan kemampuan pelaksanaan perawatan diri ibu
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian 59
post partum melalui tindakan asuhan keperawatan mandiri perawat berupa bantuan
Supportif –Educative System dengan memberikan Guidance (Booklet) and Teaching, untuk
meningkatkan kemampuan atau kemandirian pelaksanaan perawatan diri ibu (Self Care
Agency) terhadap kebutuhan perawatan diri ibu (Self Care Demand), seperti kemampuan
memenuhi nutisi dan cairan, ambulasi, kebersihan diri, perawatan perinium, perawatan
payudara, miksi, dan defekasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, J. A. ( 2001). Understanding Homeless Adults by Testing the Theory of Self-
Care. Nursing Science Quarterly, 14(1), 59-67
Alligood, M.R. and Tomey, A. M. (2006). Nursing Theorists and Their Work. 6th ed. Missouri
: Mosby
Baker. L. K., & Denyes, M. J. (2008). Predictors of Self-Care in Adolescents with Cystic
Fibrosis: A Test of Orem’s Theories of Self-Care and Self-Care Deficit. Journal of
Pediatric Nursing, 23(1), 37–48.
Becker G., Gates, R. J., & Newsom E. (2004). Self-Care among Chronically Ill African
Americans: Culture, Health Disparities, and Health Insurance Status. American
Journal of Public Health, 94(12), 2066-2073.
Campbell, J. C., & Soeken, K. (1999). Forced Sex and Intimate Partner Violence: Effects
on Women’s Health. Violence Against Women, 5(9), 1017–1035
DeLaune, S. C., & Ladner, P. K. (2002). Fundamentals of nursing: Standards and practice.
2nd Ed. New York: Thomson Delmar Learning
Denyes, M.J. (1980). Development of An Instrument to Measure Self-Care Agency in
Adolescents. Doctoral Dissertation, Wayne State University
Larsen, P. D., & Lubkin, I. M. (2009). Chronic Illness: Impact and Intervention. 7th Ed.
Sudbury: Jones and Bartlett Publishers
Meleis, A.I. (2011). Theoretical Nursing: Development and Progress. 5th Ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins
Parker, M. E. (2001). Nursing Theories and Nursing Practice. Philadelphia: Davis
Company
Sousa V. D., Zauszniewski J. A., Zeller R. A., & Neese J. B. (2008). Factor Analysis of The
Appraisal of Self Care Agency Scale in American Adults with Diabetes Mellitus. The
Diabetes Educators, 34, 98-108.
Taylor, s., & Renpenning, k. (2011). Self Care Science, Nursing Theory and Evidence Based
Practice. New York: Springer Publishing Company, LLC.
Waltz, C. F., Strickland, O. L., and Lenz, E. R. (2010). Measurement in Nursing and Health
Research, 4th ed. New York: Springer Publishing Company
60 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
Perawat dalam posisinya, membantu: apa yang mereka ketahui, apa yang mereka
pikirkan, bagaimana mereka merasakan dan bagaimana mereka melakukan kegiatan
untuk memelihara kesehatannya.
FEEDBACK
PERSEPTION
NURSE JUDGEMENT
ACTION
REACTION INTERACTION TRANSACTION
PERSEPTION
PATIENT JUDGEMENT
ACTION
FEEDBACK
1. Interaksi, King mendefinisikan interaksi sebagai suatu proses dari persepsi dan
komunikasi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, individu
dengan lingkungan yang dimanifestasikan sebagai perilaku verbal dan non verbal
dalam mencapai tujuan.
2. Persepsi diartikan sebagai gambaran seseorang tentang realita, persepsi berhubungan
dengan pengalaman yang lalu, konsep diri, sosial ekonomi, genetika dan latarbelakang
pendidikan.
62 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
1. Persepsi
Persepsi adalah gambaran seseorang tentang objek, orang dan kejadian- kejadian.
Persepsi berbeda dari satu orang dan orang lain dan hal ini tergantung dengan
pengalaman masa lalu, latar belakang, pengetauhan dan status emosi. Karakteristik
persepsi adalah universal atau dialami oleh semua, selekltif untuk semua orang,
subjektif atau personal.
2. Diri
Diri adalah bagian dalam diri seseorang yang berisi benda-benda dan orang lain.
Diri adalah individu atau bila seseorang berkata “AKU”. Karakteristik diri adalah
individu yang dinamis, system terbuka dan orientasi pada tujuan.
3. Pertumbuhan dan perkembangan
Tumbuh kembang meliputi perubahan sel, molekul dan perilaku manusia. Perubah ini
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian 63
biasnya terjadi dengan cara yang tertib, dan dapat diprediksiakan walaupun individu
itu berfariasi, dan sumbangan fungsi genetic, pengalam yang berarti dan memuaskan.
Tumbuh kembang dapat didefinisikan sebagai proses diseluruh kehidupan seseorang
di mana dia bergerak dari potensial untuk mencapai aktualisasi diri.
4. Citra tubuh
King mendefinisikan citra diri yaitu bagaimana orang merasakan tubuhnya dan
reaksi-reaksi lain untuk penampilanya.
5. Ruang
Ruang adalah universal sebab semua orang punya konsep ruang, personal atau
subjektif, individual, situasional, dan tergantung dengan hubunganya dengan situasi,
jarak dan waktu, transaksional, atau berdasarkan pada persepsi individu terhadap
situasi. Definisi secara operasioanal, ruang meliputi ruang yang ada untuk semua
arah, didefinisikan sebagai area fisik yang disebut territory dan perilaku oran yang
menempatinya.
6. Waktu
King mendefisikan waktu sebagai lama antra satu kejadian dengan kejadian yang
lain merupakan pengalaman unik setiap orang dan hubungan antara satu kejadian
dengan kejadian yang lain
Sistem Interpersonal
King mengemukakan sistem interpersonal terbentuk oleh interkasi antra manusia. Interaksi
antar dua orang disebut DYAD, tiga orang disebut TRIAD, dan empat orang disebut
GROUP. Konsep yang relefan dengan sistem interpersonal adalah interkasi, komunikasi,
transaksi, peran dan stres.
1. Interaksi
Interaksi didefinisakan sebagai tingkah laku yang dapat diobservasi oleh dua orang
atau lebih di dalam hubungan timbal balik.
2. Komunikasi
King mendefinisikan komunikasi sebagai proses diman informasi yang diberikan
dari satu orang keorang lain baik langsung maupun tidak langsung, misalnya
melalui telpon, televisi atau tulisan kata. ciri-ciri komunikasi adalah verbal,non
verbal, situasional, perceptual, transaksional, tidak dapat diubah, bergerak
maju dalam waktu, personal, dan dinamis. Komunikasi dapat dilakukan secara
lisan maupun tertulis dalam menyampaikan ide- ide satu orang keorang lain.
Aspek perilaku nonverbal yang sangat penting adalah sentuhan. Aspek lain dari
perilaku adalah jarak, postur, ekspresi wajah, penampilan fisik dan gerakan tubuh.
3. Transaksi
Ciri-ciri transaksi adalah unik, karena setiap individu mempunyai realitas personal
berdasarkan persepsi mereka. Dimensi temporal-spatial, mereka mempunyai
pengalaman atau rangkaian-rangkaian kejadian dalam waktu.
4. Peran
Peran melibatkan sesuatu yang timbal balik di mana seseorang pada suatu saat
sebagai pemberi dan disat yang lain sebagai penerima ada 3 elemen utama peran
64 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
yaitu, peran berisi set perilaku yang di harapkan pada orang yang menduduki posisi
di sistem sosial, set prosedur atau aturan yang ditentukan oleh hak dan kewajiban
yang berhubungan dengan prosedur atau organisasi, dan hubungan antara 2 orang
atau lebih berinteraksi untuk tujuan pada situasi khusus.
5. Stres
Definisi stres menurut King adalah suatu keadaan yang dinamis di manapun manusia
berinteraksi dengan lingkungannya untuk memelihara keseimbangan pertumbuhan,
perkembangan dan perbuatan yang melibatkan pertukaran energi dan informsi antara
seseorang dengan lingkungannya untuk mengatur stresor. Stres adalah suatu yang
dinamis sehubungan dengan sistem terbuka yang terus-menerus terjadi pertukaran
dengan lingkunagn, intensitasnya berfariasi, ada diemnsi yang temporal-spatial yang
dipengaruhi oleh pengalaman lalu, individual, personal, dan subjektif.
7. Sistem sosial
King mendefinisikan sistem sosial sebagai sistem pembatas peran organisasi
sosisal, perilaku, dan praktik yang dikembangkan untuk memelihara nilai-nilai dan
mekanisme pengaturan antara praktk-praktik dan aturan (George, 1995). Konsep
yang relevan dengan sistem sosial adalah organisasi, otoritas, kekuasaan, status dan
pengambilan keputusan.
1) Organisasi
Organisasi bercirikan struktur posisi yang berurutan dan aktivitas yang
berhubungan dengan pengaturan formal dan informal seseorang dan kelompok
untuk mencapai tujuan personal atau organisasi.
2) Otoritas
King mendefinisikan otoritas atau wewenang, bahwa wewenang itu aktif, proses
transaksi yang timbal balik di mana latar belakang, persepsi, nilai-nilai dari
pemegang memengaruhi definisi, validasi dan penerimaan posisi di dalam
organisasi berhubungan dengan wewenang.
3) Kekuasaan
Kekuasaan adalah universal, situasional, atau bukan sumbangan personal, esensial
dalam organisasi, dibatasi oleh sumber-sumber dalam suatu situasi, dinamis dan
orientasi pada tujuan.
4) Pembuatan keputusan
Pembuatan atau pengambilan keputusan bercirikan untuk mengatur setiap
kehidupan dan pekerjaan, orang, universal, individual, personal, subjektif,
situasional, proses yang terus menerus, dan berorientasi pada tujuan.
5) Status
Status bercirikan situasional, posisi ketergantungan, dapat diubah. King
mendefinisikan status sebagai posisi seseorang di dalam kelompok atau
kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain di dalam organisasi dan
mengenali bahwa status berhubungan dengan hak-hak istimewa, tugas-tugas,
dan kewajiban.
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian 65
Daftar Pustaka
Alligood, M.R. & Tomey, A. M. (2006). Nursing Theorists and Their Work. 6th ed. Missouri:
Mosby
George, J. B. 1995. Nursing Theories: A Base for Professional Nursing Practice. Connecticut:
Appleton and Lange.
King, I.M. 2006. Part One: Imogene M. King’s Theory of Goal Attainment. Dalam M.E.
Parker, Nursing theories and nursing practice (2nd ed., Hlm. 235-243). Philadelphia:
F.A. Davis.
keluarga dengan subsistem dari masyarakat (Friedman dkk, 2003; Allender dan Spradley
2005). Proes keperawatan keluarga dengan fokus pada keluarga sebagai klien (family-
centered nursing) , meliputi: pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi.
a. Pengkajian
Adalah suatu tahapan di mana seorang perawat mendapatkan informasi secara
terus-menerus, terhadap anggota keluarga yang dibinanya.
b. Diagnosis keperawatan
Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian, selanjutnya dianalisis,
sehingga dapat dirumuskan diagnosis keperawatannya. Rumusan diagnosis
keperawatan keluarga ada tiga jenis, yaitu diagnosis aktual, risiko dan potensial.
Etiologi dalam diagnosis keperawatan keluarga didasarkan pada pelaksanaan
lima tugas kesehatan (Friedman dkk, 2003).
c. Perencanaan
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri atas, penetapan tujuan yang mencakup
tujuan umum dan tujuan khusus, dilengkapi dengan kriteria dan standar serta
rencana tindakan. Penetapan tujuan dan rencana tindakan dilakukan bersama
dengan keluarga, karena diyakini bahwa keluarga bertanggung jawab dalam
mengatur kehidupannya, dan perawat mambantu menyediakan informasi yang
relevan untuk memudahkan keluarga mengambi keputusan (Carey, dikutip dalam
Friedman dkk, 2003).
d. Implementasi
Implementasi keperawatan dinyatakan untuk, mengatasi malasah kesehatan
dalam keluarga dan ditujukan pada, lima tugas kesehatan keluarga dalam
rangka menstimulasi kesadara atau penerimaan keluarga mengenai malasalah
kesehatannya. Disamping itu menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara
perawatan yang tepat, memberi kemampuan dan kepercayaan diri pada keluarga,
dalam merawat anggota keluarga yang sakit, serta membantu keluarga menemukan
bagaimana cara membuat lingkungan menjadi sehat, dan memotivasi keluarga
untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yag tersedia (Bailon & Magalaya, dikutip
dalam Freman 1981; Friedman dkk, 2003).
e. Evaluasi
Evaluasi pada asuhan keperawatan keluarga dilakukan untuk menilai tingkat
kognitif, afektif dan psikomotor keluarga (Friedman dkk, 2003). Evaluasi perlu
pada setiap tindakan, untuk mengetahui apakah suatu tindakan keperawatan
tidak diperlukan lagi, menambah ketepat-gunaan dari tindakan yang dilakukan
dan perlunya tndakan keperawtan lain untuk menyelesaikan masalah. Proses
evaluasi yang digunakan peneliti untuk menilai tingkat kemandirian keluarga,
berdasarkan kriteria keluarga mandiri dari Depkes RI (2006). Kriteria ini akan
dibahas lebih mandalam pada konsep kemandirian keluarga merawat anggota
keluarga yang menderita pascastroke.
68 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
Identifikasi masalah-masalah
keluarga dan individu
Diagnosis keperawatan
Rencana keperawatan
Sususan tujuan, identifikasi sumber
daya, definisikan pendekatn alternatif,
pilih intervensi keperawatan, susun
prioritas
Evaluasi keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian terhadap anggota keluarga sebagai care giver, maka
perawat akan menetukan ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan fungsi kesehatan
keluarga, dari hal tersebut perawat sebagai nursing agency akan melakukan perencanaan
dan berespons pada keluarga berupa: (1) mempertahankan hubungan interpersonal (2)
berespons pada pertanyaan kelarga dan (3) koordiasi dan integrasi keperawatan dengan
kegiatan sehari-hari.
Tahap selanjutnya perawat melakukan implementasi dengan cara edukasi suportif.
Pada tahap ini peran perawat adalah sebagai pendidik/trainer, dalam meningkatkan
kemampuan keluarga sebagai self care agency/care giver. Dengan demikian baik pasien,
keluarga (care giver) maupun perawat komunitas akan bersama-sama menyelesaikan
masalah kesehatan melalui pendekatan proses keperawatan. Pada fase ini keluarga (care
giver) belajar melakukan tindakan merawat anggota keluarga yang pascastroke yang
diaplikasikan kedalamkegitan sehari-hari.
Fase selanjutnya adalah melakukan evaluasi terhadap kemampuan keluarga,
berdasarkan 5 (lima) tugas kesehatan keluarga yaitu: (1) mengenal masalah keehatan
setiap anggota keluarganya (2) mampu memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi
keluarganya (3) merawat anggota keluarganya yang mengalami masalah kesehatan,(4)
mempertahankan suasana rumah yang sehat atau memodifikasi lingkungan untuk
menjamin kesehatan keluarga (5) memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnay
(Bailon dan Maglaya dalam Freeman,1981). Namun pada tahap evaluasi ini digunakan
dengan mengintegrasikan indikator keluarga mandiri yang dikeluarkan d oleh Depkes
tahun 2006, hal ini disebabkan oleh karena indikator tersebut tahap-tahapnya hampir
sama dengan 5(lima) tugas kesehatan keluarga namun ditambah dengan menerima petugas
kesehatan, karena keluarga akan meningkat kemandiriannya dalam mengenal masalah
kesehatan anggota keluarga lainnya jika terlebih dahulu menerima petugas kesehatan.
Integrasi dari kedua model ini merupakan suatu program yang memberdayakan
anggota keluarga melalui pendidikan kesehatan dan pelatihan yang diberikan oleh
perawat komuntas kepada anggota keluarga yag bertanggung jawab dalam merawat
anggota keluarganya yang pascastroke. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa keyakinan
untuk melakukan perawatan rutin timbul karena merasakan manfaat dari tindakan
tersebut, sehingga keluarga (care giver) dengan anggota keluarga yang pascastroke dapat
melaksanakan perawatan diri secara teratur.
Fokus utama model integrasi self care dan family centered nursing adalah care giver
dapat merawat anggota keluarganya yang pascastroke, melakukan latihan untuk mobilisasi
dan memotivasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Model ini merupakan cara terbaik
dalam upaya memandirikan keluarga merawat anggota keluarga pascastroke di rumah.
Integrasi model self care dan family-centered nursing dalam meningkatkan kemandirian
keluarga merawat keluarga yang pascastroke dapat dijelaskan sebagai berikut:
70 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
Trainer
Keluarga
Pasien
Evaluasi
1. Kemampuan keluarga untuk merawat dan memotivasi
untuk ADL
2. Kemampuan keluarga untuk melakukan mobilisasi
Gambar 4.7 Integrasi model self care dan family-centered nursing (diadaptasi dari
Orem 2001; Tomey dan Alligood 2002, 2006; Friedman dkk, 2003).
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian 71
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M.R. dan Tomey, A. M. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 6th Ed. Missouri:
Mosby
Allender, J. A., & Spradley, B. W. 2005. Community Health Nursing: Concept and Practice.
6th Ed. Philadelphia: Lippincott
Freeman, R., & Heirinch, J. 1981. Community Nursing Practice. Philadelphia: W.B.
Saunders.
Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. 2003. Family Nursing: Research, Theory
and Practice (5th ed.). New Jersey: Prentice Hall.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Kegiatan Perawat Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas. Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Medik.
Hitchcock, J. E., Schubert, P. E., & Thomas, S. A. 1999. Community Health Nursing: Caring
in Action. Albany: Delmar.
Stanhope, M. & Lancaster, J. 2000. Community and Public Health Nursing, 5th Ed. St. Louis:
Mosby.
pelayanan professional, medis dan keperawatan. Informasi pada level ini menunjukkan
karakteristik tiap sistem termasuk kekhususan masing-masing, kesamaan dan perbedaan
pelayanan berdasarkan budaya profesi yang bervariasi dan pelayanan universal. Level
empat, ada pengambilan keputusan keperawatan dan tindakan-tindakan, melibatkan kultur
penyediaan atau mempertahankan pelayanan, kultur pelayanan akomodasi/ negosiasi &
kultur pelayanan dipola kembali atau restrukturisasi.
Empat konsep utama dari teori Leininger adalah kemanusiaan, kesehatan, masyarakat/
lingkungan dan keperawatan. Manusia dipercaya memberikan pelayanan kepada sesama
manusia dan mampu memperhatikan kebutuhan, kesejahteraan dan ketahanan kepada
orang lain. Pelayanan kemanusiaan bersifat universal, terhadap semua kultur, bertahan
dalam kultur yang bervariasi, mampu memberikan pelayanan bersifat universal dalam
berbagai cara, terhadap kultur yang berbeda, kebutuhan dan kondisi. Fokusnya pada
individu, kelompok kepada institusi kesehatan untuk mengembangkan kebijakan dan
praktik keperawatan universal. Sehat atau status sejahtera menurut kultur tertentu,
nilai dan praktik yang mereflekssikan kemampuan individu-individu atau kelompok
untuk menampilkan peran sehari-hari dalam cara yang memuaskan kultur. Sehat dalam
pengertian lintas budaya, didefinisikan oleh kultur masing-masing sesuai cara, reflekssi,
nilai dan praktik khusus.
Sehat dikatakan bersifat universal dan beragam. Masyarakat/lingkungan,
menyangkut pandangan dunia, struktur sosial dan konteks lingkungan. Lingkungan
sebagai total kejadian, situasi atau pengalaman, dengan berfokus pada kelompok khusus
dan pola tindakan, berpikir, dan keputusan sebagai hasil dari pembelajaran, sharing dan
pemindahan nilai, keyakinan, norma dan praktik hidup sehari-hari. Keperawatan, adalah
suatu fenomena yang perlu dijelaskan. Leininger mengasumpsikan keperawatan sebagai
profesi yang turut menentukan keharmonisan kultur dalam pelayanan kesehatan kepada
masyarakat yang berbeda budaya.
Ada tiga tipe tindakan keperawatan yang diangkat Leininger yaitu berdasarkan
budaya dengan demikian akan harmonis dengan kebutuhan dan nilai-nilai klien.
Mempertahankan budaya lokal, memperhatikan cara-cara atau negosiasi budaya lokal,
dan melakukan restruktur atau membuat pola baru sesuai budaya lokal. Melalui tiga
tindakan ini akan menurunkan stres kultur dan potensial konflik antar klien dan petugas
kesehatan (Goerge, Yulia B, 1990).
Transkultural nursing dalam model sunrise, dikenalkan oleh Leininger tahun 1978
(Alligood & Tomey, 2006). Leininger seorang perawat pendidik dan senang mempelajari
keperawatan dengan antropologi. Teorinya sangat cocok dipakai di keperawatan komunitas.
Perawat penting menyadari pengetahuan lintas budaya dan kebutuhannya. Budaya bukan
hanya pedoman hidup bagi seseorang tetapi untuk menghubungkan seseorang dengan
orang lain, sehinggsa dapat mengetahui kebutuhan atau keinginan orang tersebut. Latar
belakang budaya seseorang perlu dipelajari untuk mengetahui keyakinan nilai dan perilaku
dalam bertransaksi satu sama lain.
Dalam keperawatan seseorang dengan gangguan jiwa dan masalah emosional sering
menjadi kompleks permasalahannya karena perbedaan budaya. Jika budaya perawat
dan pasien berbeda, dapat memperberat sakit/masalah kesehatan jiwa seseorang. Sering
ditemukan perilaku tertentu pada suatu budaya dianggap harus dihukum atau sakit,
sementara dalam budaya lain orang bisa bertoleransi terhadap perilaku tersebut. Maka
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian 73
untuk menangani masalah kesehatan jiwa, perawat penting mengenal budaya pasien dan
keluarga (Mery Ann, 1998).
Asumsi dasar dari teori Leininger, pertama, perawatan kepada manusia merupakan
fenomena universal, tetapi ekspresi, proses dan polanya bervariasi pada setiap kultur.
Kedua, tindakan keperawatan dan proses penting untuk kelahiran manusia, perkembangan,
CULTURE CARE
Worldview
Cultural Values,
Kinship Beliefs & Political &
& Social Lifeways Legal Factors
Factors
Environtment Context,
Language & Ethnohistory
Care Expressions
Technological
Pattern & Practices
Factors Educational
Factors
Holistic Heath/Illnes/Death
URE 1. Leininger’s Sunrise Model to Depict Dimentions of the theory of cylture Diversity and Universalty
Gambar 4.8 Model sunrise (Leininger dalam Alligood & Tomey (2006)
74 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
pertumbuhan dan survival, dan untuk kematian yang damai. Ketiga, Caring adalah esensi
dan dimensi unik dari intelektual dan praktis profesi keperawatan. Keempat, caring meliputi
dimensi biofisikal, cultural, psikologi, sosial dan lingkungan. Maka perlu memberikan
perawatan holistik kepada masyarakat. Kelima, tindakan keperawatan bersifat lintas
budaya oleh karena itu perawat perlu mampu mengidentifikasi dan membina hubungan
perawat-klien interkultur dan data sistem. Keenam, perilaku dalam perawatan, tujuan dan
fungsi yang bervariasi dengan struktur budaya dan nilai khusus dari orang dengan beda
kultur. Ketujuh, praktik mandiri atau praktik lain bervariasi pada budaya yang berbeda dan
sistem pelayanan yang berbeda. Kedelapan, mengidentifikasi universal dan non universal
tradisi dan perilaku professional, keyakinan dan praktik penting untuk pengembangan
pengetahuan keperawatan. Kesembilan, perawatan syarat berbagai kultur, dan butuh
pengetahuan dasar tentang budaya dan ketrampilan yang ampuh. Kesepuluh, tidak bisa
ada pengobatan tanpa keperawatan, tetapi juga tidak ada keperawatan tanpa pengobatan
(Marriner Ann, 1998).
Penerapan kerangka konsep berbasis Transcultural nursing (Sabina, 2013).
Penjelasan kerangka konsep teoritis. Teori utama dalam penelitian ini dikembangkan
dari sunrise model dari Leninger, (2004). Model ini mengambarkan dimensi-dimensi dari
teori Culture Care, dengan karakteristik keaneka ragaman dan kesemestaan/keseluruhan.
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian 75
Dimensi struktur sosial budaya dalam suatu masyarakat, saling memengaruhi sehingga
terbentuk pola dan praktik hidup di masyarakat. Pelayanan kesehatan yang ada melayani
kebutuhan masyarakat akan dikembangkan sesuai masalah kesehatan yang ada dalam
masyarakat. Oleh karena itu, selain mengukur model sunrise dari Leninger yang ada
dalam masyarakat, akan diukur pula pelayanan kesehatan yang ada dalam masyarakat
tersebut.
Pelayanan kesehatan yang diukur sehubungan dengan teori ini adalah public health
model dari Caplan. Model ini menyebutkan tentang tiga tingkat pencegahan dalam
pelayanan kesehatan di masyarakat, khusus untuk masalah kesehatan jiwa. Caplan
berasumpsi bahwa masalah kesehatan jiwa di masyarakat dapat dicegah terjadinya.
Pencegahan yang disebutkan dalam model ini meliputi pencegahan primer, sekunder dan
tersier. Ketiga tingkat pencegahan ini mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Pencegahan
primer bertujuan mengintervensi potensial masalah kesehatan melalui promosi kesehatan
dan perlindungan khusus. Pencegahan sekunder bertujuan mengintervensi masalah
kesehatan aktual melalui diagnosis dini dan terapi tepat waktu. Pencegahan tersier
bertujuan mengintervensi keterbatasan dan ketidakmampuan akibat penyakit kronis
dan rehabilitasi, melalui rehabilitasi keterbatasan dan mencegah komplikasi. Terhadap
peminum alkohol ‘moke’ akan diukur pencegahan primer.
Pelayanan pencegahan ini intervensinya ditujukan pada individu, keluarga, kelompok,
sekolah dan komunitas. Khusus untuk pelayanan pencegahan tingkat primer, intervensinya
dapat dilakukan oleh profesi keperawatan, yang jumlah tenaganya paling banyak pada unit
pelayanan kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M.R. dan Tomey, A. M. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 6th ed. Missouri:
Mosby.
Marriner Ann. 1998. Nursing Theorist and Their Work. Fourth Ed. St Louis Missouri:
Mosby.
Sabina. 2013. Pengembangan model Perilaku Minum Moke pada Masyarakat Sikka, NTT.
Disertasi. Prodi Doktor. FKM. Unair. Tidak dipublikasikan.
PERCEIVED
BENEFITS OF
ACTION
PERCEIVED
BARRIERS TO
ACTION IMMEDIATE COMPETING
PIOR DEMAND
RELATED (low control)
BEHAVIOR AND PREFERENCES
PERCEIVED SELF- (high control)
EFFECACY
PERSONAL ACTIVITY-RELATED
FACTORS AFFECT
Biological COMMITMENT HEALTH
Psychological TO A PROMOTING
Socio-cultural PLAN OF ACTION BEHAVIOR
INTERPERSONAL
INFLUENCE
(Family, Peers,
Provider); Norms,
Support, Models
SITUATION
INFLUENCE
Options, Demand
Character
Aesthethics
Gambar 4.10 Model promosi kesehatan yang telah direvisi (Pender, N. 2006. Health
promotion in nursing practice. 5th ed. New Jersey: Prentice Hall).
Penjelasan tentang variable dari HPM dapat diuraikan di bawah ini (Alligood & Tomey,
2006).
c. Self efficacy
Menurut Bandura: kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan
melaksanakan tindakan utama menyangkut bukan hanya skill yang dimiliki
seseorang tetapi keputusan yang diambil seseorang dari skill yang dia miliki.
Keputusan efficacy seseorang diketahui dari hasil yang diharapkan yaitu
kemampuan seseorang menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu di mana hasil
yang diharapkan adalah suatu keputusan dengan konsekuensi keuntungan biaya
misalnya: perilaku yang dihasilkan. Skill dan kompetensi memotivasi individu
untuk melakukan tindakan secara unggul. Perasaan manjur dan ahli dalam
perbuatan seseorang akan mendorong seseorang untuk melaksanakan perilaku
yang diinginkan lebih sering dari pada rasa tidak layak/tidak trampil. Pengetahuan
seseorang tentang efficacy diri didasarkan pada 4 tipe info:
1) Feed back eksternal yang diberi orang lain. Pencapaian hasil dari perilaku dan
evaluasi yang sesuai dengan standar diri (self efficacy).
2) Pengalaman orang lain dan evaluasi diri dan feed back dari mereka.
3) Ajakan orang lain.
4) Status psikologis: kecemasan, ketakutan, ketenangan dari orang yang menilai
kompetensi mereka.
Self efficacy dipengaruhi oleh aktivitas yang berhubungan dengan:
Pengaruh positif, persepsi efficacy lebih besar. Kenyataannya hubungan ini
berlawanan dengan persepsi efficacy terbesar, bertambahnya pengaruh positif.
Efficacy diri memengaruhi rintangan bertindak, efficacy tinggi- persepsi barier
yang rendah. Efficacy diri memotivasi perilaku promosi kesehatan secara langsung
oleh harapan efficacy dan tidak langsung pleh hambatan dan ditentukan level
komitmen dan rencana kegiatan.
d. Sikap yang Berhubungan dengan Aktivitas
1) Emosi yang timbul pada kegiatan itu
2) Tindakan diri
3) Lingkungan di mana kegiatan itu berlangsung
Pengaruh terhadap perilaku menunjukkan suatu reaksi emosional langsung dapat
positif atau negatif, lucu, menyenangkan, menjijikkan, tidak menyenangkan.
Perilaku yang memberi pengaruh positif sering diulangi. Sedangkan perilaku yang
berpengaruh negatif dibatasi atau dikurangi. Berdasarkan teori kognitif sosial
ada hubungan antara efficacy diri dan pengaruh aktivitas. Mc avley dan Courney
menemukan bahwa respons afek positif selama latihan signifikan menjadi prediksi
dari efficacy pascalatihan. Respons emosional dan status fisiologis selama perilaku
sebagai sumber dari informasi efficacy. Sikap pengaruh aktivitas diajukan sebagai
memengaruhi perilaku kesehatan secara langsung atau tidak langsung melalui
efficacy diri dan komitmen pada rencana kegiatan.
e. Pengaruh interpersonal
Pengaruh interpersonal adalah kognisi tentang perilaku, kepercayaan atau sikap
orang lain. Sumber utama interpersonal adalah keluarga (familiy at sibling peer)
kelompok dan pemberi pengaruh pelayanan kesehatan. Pengaruh interpersonal
terdiri atas norma (harapan orang lain), dukungan sosial (instrumental dan
dorongan emosional) dan model (belajar dari pengalaman orang lain.
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian 79
5. Hasil perilaku
Perilaku promosi kesehatan adalah tindakan akhir atau hasil tindakan. Perilaku ini
akhirnya secara langsung ditujukan pada pencapaian hasil kesehatan positif untuk
klien. Perilaku promosi kesehatan terutama sekali terintegrasi dalam gaya hidup sehat
yang menyerap pada semua aspek kehidupan seharusnya mengakibatkan peningkatan
kesehatan, peningkatan kemampuan fungsional dan kualitas hidup yang lebih baik
pada semua tingkat perkembangan.
Daftar Pustaka
Alligood, M.R. & Tomey, A. M. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 6th ed. Missouri:
Mosby
Marriner Ann. 1998. Nursing Theorist and Their Work. Fourth Ed. St Louis Missouri:
Mosby-Year Book.
Pender. N.J., Carolyn., Mary Aan. 2010. Health Promotion in Nursing Practice. Fourth Ed.
Micingan: Prentice Hall.
Predisposing
HEALTH factors
PROMOTION
Gambar 4.11 Precede proceed model (Green LW. & Kreuter MW, 1991)
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian 81
Selanjutnya dalam program promosi kesehatan dikenal adanya model pengkajian dan
penindaklanjutan (Precede Proceed model) yang diadaptasi dari konsep Lawrence Green.
Model ini mengkaji masalah perilaku manusia dan faktor-faktor yang memengaruhinya,
serta cara menindaklanjutinya dengan berusaha mengubah, memelihara atau meningkatkan
perilaku tersebut kearah yang lebih positif. Proses pengkajian atau pada tahap precede dan
proses penindaklanjutan pada tahap proceed. Dengan demikian suatu program untuk
memperbaiki perilaku kesehtan adalah penerapankeempat proses pada umumnya ke
dalam model pengkajian dan penindaklanjutan.
1. Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di bidang pembangunan
sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat sesejahteraan. Diharapkan semakin
sejahtera maka kualitas hidup semakin tinggi. kualitas hidup ini salah satunya
dipengaruhi oleh derajat kesehatan. Semakin tinggi derajat kesehatan seseorang
maka kualitas hidup juga semakin tinggi.
2. Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan,
dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan masalah kesehatan yang sedang
dihadapi. Pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan seseorang adalah
faktor perilaku dan faktor lingkungan.
3. Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis dan sosial budaya yanglangsung/tidak
memengaruhi derajat kesehatan.
4. Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena adanva aksi
dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya. Faktorperilaku akan
terjadi apabila ada rangsangan, sedangkan gaga hidup merupakanpola kebiasaan
seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan karena jenis pekerjaannya
mengikuti trend yang berlaku dalam kelompok sebayanya, ataupunhanya untuk
meniru dari tokoh idolanya
Dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku
tertentu. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor:
Health
Gambar 4.12 Faktor yang memengaruhi perilaku kesehatan (Green lw dan Kreuter Mw, 1991)
82 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
Ketiga faktor penyebab tersebut di atas dipengaruhi oleh faktor penyuluhan dan
faktor kebijakan, peraturan serta organisasi. Semua faktor faktor tersebut merupakan
ruang lingkup promosi kesehatan.
Faktor lingkungan adalah segala faktor baik fisik, biologis maupun sosial budaya yang
langsung atau tidak langsung dapat memengaruhi derajat kesehatan. Dapat disimpulkan
bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan,
sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan.
Di samping itu, ketersediaan fasilitas,sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap
kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
mengukur kepuasan pasien dan manfaat fisiologis. Suatu konsep total kesehatan manusia
menggabungkan keduanya yakni factor fisik dan mental.
Kualitas instumen kehidupan sepeti usaha pengaturan untuk meningkatkan pada
pengukuran klinis sederhana yang sulit untuk mencerminkan kualitas kehidupan, akibat
yang merugikan dari perawatan kesehatan yang didapatkan, gaya hidup pasien tertentu yang
mungkin perlu penyesuaian dan pembatasan terkait dengan kondisi kesehatan yang ada.
Kualitas hidup terkait kesehatan yang terdahulu, memiliki konsep untuk mengetahui
situasi individu secara aktual yang dihubungkan dengan harapan individu tersebut
mengenai kesehatannya. Pemakaian konsep yang terdahulu, memiliki variasi hasil jawaban
yang tinggi, dan bersifat reaktif terhadap pengaruh eksternal terhadap lama menderita
penyakit dan dukungan sekitar (Beaudoin & Edgar, 2003).
Kualitas hidup dengan konsep yang saat ini digunakan secara umum, merupakan
analisis dari hasil kuesioner yang dilakukan pada pasien, yang bersifat multidimensi dan
mencakup keadaan secara fisik, sosial, emosional, kognitif, hubungan dengan peran atau
pekerjaan yang dijalani, dan aspek spiritual yang dikaitkan dengan variasi gejala penyakit,
terapi yang didapatkan beserta dengan dampak serta kondisi medis, dan dampak secaa
financial (John et al, 2004).
a. Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi perluasan focus pada pengukuran
kesehatan, di luar indikator kesehatan tradisional seperti mortalitas dan morbiditas
serta utuk memasukkan ukuran dampak penyakit dan gangguan pada aktivitas dan
perilaku sehari-hari. Hal ini memberikan ukuran dampak penyakit , tidak menilai
kualitas hidup semata, yang telah tepat digambarkan sebagai “pengukuran yang
hilang dalam kesehatan”.
b. Sebagian besar upaya dari status kesehatan ini telah dikembangkan di Amerika
Utara dan Inggris, dan penjabaran langkah-langkah tersebut yang digunakan dalam
situasilain banyak menyita waktu, dan tidak sesuai karena sejumlah alasan.
c. Model kedokteran yang semakin mekanistik yang hanya peduli dengan pemberantasan
penyakit dan gejalanya, memperkuat perlunya pengenalan unsure humanistic
ke perawatan kesehatan. Dengan memperbaiki assessment kualitas hidup dalam
perawatan kesehatan, perhatian difokuskan pada aspek kesehatan, dan intervensi
yang dihasilkan akan meningkatkan perhatian pada aspek kesejahteraan pasien.
a. Pengertian
Quality of Life yang selanjutnya disebut QoL didefinisikan sebagai berikut.
Nilai kualitas hidup penderita TB dapat dinilai berdasarkan domain dan aspek dari
WHOQOL, dengan memperhatikan sign and symthom dari penyakit TBC sehingga bias
didapat gambaran kualitas hidup dari penderita TBC.
DAFTAR PUSTAKA
Beaudoin, L. E., Edgar, L.(2003). Their Importance to Nurses’ Quality of Work Life. Nursing
Economics, May-June, pp. 106 -113.
Brooks, B. A., Anderson, B.,(2007). Assesing The Nursing Quality of Work Life. Nursing
Administration Quarterly, pp. 152-157.
Green LW. & Kreuter MW. 1991. Health Promotion Planning. An educational and
Environmental Approach. 2nd. Ed. Mountain View: Mayfield Publishing Co.
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian 87
1) behavioral beliefs, yaitu keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku (beliefs
strength) dan evaluasi atas hasil tersebut (outcome evaluation),
2) normative beliefs, yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain (normative
beliefs) dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (motivation to comply),
dan
3) control beliefs, yaitu keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang mendukung atau
menghambat perilaku yang akan ditampilkan (control beliefs) dan persepsinya tentang
seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan menghambat perilakunya tersebut
(perceived power). Hambatan yang mungkin timbul pada saat perilaku ditampilkan
dapat berasal dari dalam diri sendiri maupun dari lingkungan.
88 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
Behavior
beliefs
Attitude toward
behavior
Evaluation of
behavioral outcome
Normative
beliefs
Subjective Behavioral
Norm intention Behavioral
Motivation to
comply
Control
beliefs
Perceived Behavioral
control
Perceived
Gambar 4.13 Bagan theory of planned behavior (National Cancer Institute, 2005)
Information Perceived
Experience Control Beliefs Behavioral
Knowledge Control
Media exposure
Gambar 4.14 Peran background factor pada teori planned behavior (Ajzen, 2005)
Bagan di atas dapat menjelaskan empat hal yang berkaitan dengan perilaku
manusia, yaitu:
1) Hubungan yang langsung antara tingkah laku dan intensi. Hal ini dapat berarti bahwa
intensi merupakan faktor terdekat yang dapat memprediksi munculnya tingkah laku
yang akan ditampilkan individu.
2) Intensi dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu sikap individu terhadap tingkah laku yang
dimaksud (attitude toward behavior), norma subjektif (subjective norm), dan persepsi
terhadap kontrol yang dimiliki (perceived behavioral control).
3) Masing-masing faktor yang memengaruhi intensi di atas (sikap, norma subjektif
dan PBC) dipengaruhi oleh anteseden lainnya, yaitu beliefs. Sikap dipengaruhi oleh
behavioral beliefs, norma subjektif dipengaruhi oleh normative beliefs, dan PBC
dipengaruhi oleh beliefs tentang kontrol yang dimiliki yang disebut control beliefs.
Baik sikap, norma subjektif dan PBC merupakan fungsi perkalian dari masing-masing
beliefs dengan faktor lainnya yang mendukung.
4) PBC merupakan ciri khas teori ini dibandingkan dengan TRA.
Pada bagan di atas dapat dilihat bahwa ada 2 cara yang menghubungkan tingkah laku
dengan PBC. Cara pertama diwakili oleh garis penuh yang menghubungkan PBC
dengan tingkah laku secara tidak langsung melalui perantara intensi. Cara kedua
adalah hubungan secara langsung antara PBC dengan tingkah laku yang digambarkan
dengan garis putus-putus, tanpa melalui intensi (Ajzen, 2005).
1. Faktor personal
Faktor personal adalah sikap umum seseorang terhadap sesuatu, sifat kepribadian
(personality traits), nilai hidup (values), emosi, dan kecerdasan yang dimilikinya.
2. Faktor sosial
Faktor sosial antara lain adalah usia, jenis kelamin (gender), etnis, pendidikan,
penghasilan, dan agama.
1) Usia
Secara fisiologi pertumbuhan dan perkembangan seseorang dapat digambarkan
dengan pertambahan usia. Pertambahan usia diharapkan terjadi pertambahan
kemampuan motorik sesuai dengan tumbuh kembangnya. Akan tetapi
pertumbuhan dan perkembangan seseorang pada titik tertentu akan mengalami
kemunduran akibat faktor degeneratif. Umur adalah rentang kehidupan yang
diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai
40 tahun, dewasa madya adalah 41 sampai 60 tahu, dewasa lanjut > 60 tahun.
Umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Usia
yang lebih tua umumnya lebih bertanggung jawab dan lebih teliti dibanding usia
yang lebih muda. Hal ini terjadi kemungkinan karena yang lebih muda kurang
berpengalaman.
90 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
Intensi
Ajzen (1988, 1991) mengungkapkan bahwa intensi merupakan indikasi seberapa kuat
keyakinan seseorang akan mencoba suatu perilaku, dan seberapa besar usaha yang akan
digunakan untuk melakukan sebuah perilaku. Hartono (2007) mendefinisikan intensi (niat)
sebagai keinginan untuk melakukan perilaku. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa,
seseorang berperilaku karena faktor keinginan, kesengajaan atau karena memang sudah
direncanakan. Niat berperilaku (behavioral intention) masih merupakan suatu keinginan
atau rencana. Dalam hal ini, niat belum merupakan perilaku, sedangkan perilaku (behavior)
adalah tindakan nyata yang dilakukan.
Intensi merupakan faktor motivasional yang memiliki pengaruh pada perilaku, sehingga
orang dapat mengharapkan orang lain berbuat sesuatu berdasarkan intensinya (Ajzen
1988, 1991). Pada umumnya, intensi memiliki korelasi yang tinggi dengan perilaku, oleh
karena itu dapat digunakan untuk meramalkan perilaku. Menurut Fishbein dan Ajzen
92 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
(1975), intensi diukur dengan sebuah prosedur yang menempatkan subjek di dimensi
probabilitas subjektif yang melibatkan suatu hubungan antara dirinya dengan tindakan.
Menurut Theory of Planned Behavior, intensi memiliki 3 determinan, yaitu: sikap, norma
subjektif, dan kendala-perilaku-yang-dipersepsikan (Ajzen, 1988). Untuk melihat besar/
bobot pengaruh masing-masing determinan digunakan perhitungan analisis multiple
regresi, dengan persamaan sebagai berikut:
Keakuratan intensi dalam memprediksi tingkah laku tentu bukan tanpa syarat,
karena ternyata ditemukan pada beberapa studi bahwa intensi tidak selalu menghasilkan
tingkah laku yang dimaksud. Pernyataan ini juga diperkuat oleh pernyataan Ajzen (2005).
Menurutnya, walaupun banyak ahli yang sudah membuktikan hubungan yang kuat antara
intensi dan tingkah laku, namun pada beberapa kali hasil studi ditemukan pula hubungan
yang lemah antara keduanya. Ada beberapa faktor yang memengaruhi kemampuan intensi
dalam memprediksi tingkah laku yaitu:
dalam tingkah laku. Rincian mencakup kapan, di mana dan bagaimana tingkah laku
akan dilakukan.
4. Base rate
Base rate adalah tingkat kemungkinan sebuah tingkah laku akan dilakukan oleh orang.
Tingkah laku dengan base rate yang tinggi adalah tingkah laku yang dilakukan oleh
hampir semua orang, nisalnya mandi, makan. Sedangkan tingkah laku dengan base
rate rendah adalah tingkah laku yang hampir tidak dilakukan oleh kebanyakan orang,
misal bunuh diri. Intensi dapat memprediksi perilaku aktualnya dengan baik jika
perilaku tersebut memiliki tingkat base rate yang sedang, misal pendokumentasian
asuhan keperawatan.
Sikap
Menurut Ajzen (2005) sikap merupakan besarnya perasaan positif atau negatif terhadap
suatu objek (favorable) atau negatif (unfavorable) terhadap suatu objek, orang, institusi,
atau kegiatan. Eagly dan Chaiken (1993) dalam Aiken (2002) mendefinisikan sikap sebagai
kecenderungan psikologis yang diekspresikan dengan mengevaluasi suatu entitas dalam
derajat suka dan tidak suka. Sikap dipandang sebagai sesuatu yang afektif atau evaluatif.
Konsep sentral yang menentukan sikap adalah belief. Menurut Fishbein dan Ajzen
(1975), belief merepresentasikan pengetahuan yang dimiliki seseorang terhadap suatu
objek, di mana belief menghubungkan suatu objek dengan beberapa atribut. Kekuatan
hubungan ini diukur dengan prosedur yang menempatkan seseorang dalam dimensi
probabilitas subjektif yang melibatkan objek dengan atribut terkait.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975), sikap seseorang terhadap suatu objek sikap
dapat diestimasikan dengan menjumlahkan hasil kali antara evaluasi terhadap atribut
yang diasosiasikan pada objek sikap (belief evaluation) dengan probabilitas subjektifnya
bahwa suatu objek memiliki atau tidak memiliki atribut tersebut (behavioral belief). Atau
dengan kata lain, dalam theory of planned behavior sikap yang dimiliki seseorang terhadap
suatu tingkah laku dilandasi oleh belief seseorang terhadap konsekuensi (outcome) yang
akan dihasilkan jika tingkah laku tersebut dilakukan (outcome evaluation) dan kekuatan
terhadap belief tersebut (belief strength). Belief adalah pernyataan subjektif seseorang yang
menyangkut aspek-aspek yang dapat dibedakan tentang dunianya, yang sesuai dengan
pemahaman tentang diri dan lingkungannnya (Ajzen, 2005).
Dikaitkan dengan sikap, belief mempunyai tingkatan atau kekuatan yang berbeda-
beda, yang disebut dengan belief strength. Kekuatan ini berbeda-beda pada setiap orang
dan kuat lemahnya belief ditentukan berdasarkan persepsi seseorang terhadap tingkat
keseringan suatu objek memiliki atribut tertentu (Fishbein & Ajzen, 1975). Sebagai salah
94 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
satu komponen dalam rumusan intensi, sikap terdiri atas belief dan evaluasi belief (Fishbein
& Ajzen, 1975 dalam Ismail & Zain, 2008), seperti rumus berikut ini:
AB = Σ b i e i
Keterangan:
AB = Sikap terhadap perilaku tertentu (
b = Belief terhadap perilaku tersebut yang mengarah pada konsekuensi i
e = Evaluasi seseorang terhadap outcome i (outcome evaluation)
berdasarkan rumus di atas, sikap terhadap perilaku tertentu (AB) didapatkan dari
penjumlahan hasil kali antara kekuatan belief terhadap outcome yang dihasilkan (bi) dengan
evaluasi terhadap outcome (ei). Dengan kata lain, seseorang yang percaya bahwa sebuah
tingkah laku dapat menghasilkan sebuah outcome yang positif, maka ia akan memiliki
sikap yang positif. Begitu juga sebaliknya, jika seseorang memiliki keyakinan bahwa dengan
melakukan suatu tingkah laku akan menghasilkan outcome yang negatif, maka seseorang
tersebut juga akan memiliki sikap yang negative terhadap perilaku tersebut.
Pengukuran sikap tidak bisa didapatkan melalui pengamatan langsung, melainkan
harus melalui pengukuran respons. Pengukuran sikap ini didapatkan dari interaksi antara
belief content- outcome evaluation dan belief strength. Belief seseorang mengenai suatu objek
atau tindakan dapat dimunculkan dalam format respons bebas dengan cara meminta subjek
untuk menuliskan karakteristik, kualitas dan atribut dari objek atau konsekuensi tingkah
laku tertentu. Fishbein & Ajzen menyebutnya dengan proses elisitasi. Elisitasi digunakan
untuk menentukan belief utama (salient belief) yang akan digunakan dalam penyusunan
alat ukur atau instrument.
Norma Subjektif
Norma subjektif merupakan kepercayaan seseorang mengenai persetujuan orang lain
terhadap suatu tindakan (Ajzen, 1988), atau persepsi individu tentang apakah orang lain
akan mendukung atau tidak terwujudnya tindakan tersebut. Norma subjektif adalah
pihak-pihak yang dianggap berperan dalam perilaku seseorang dan memiliki harapan
pada orang tersebut, dan sejauhmana keinginan untuk memenuhi harapan tersebut. Jadi,
dengan kata lain bahwa norma subjektif adalah produk dari persepsi individu tentang
belief yang dimiliki orang lain. Orang lain tersebut disebut referent, dan dapat merupakan
orangtua, sahabat, atau orang yang dianggap ahli atau penting. Terdapat dua faktor yang
memengaruhi norma subjektif: normative belief, yaitu keyakinan individu bahwa referent
berpikir ia harus atau harus tidak melakukan suatu perilaku dan motivation to comply,
yaitu motivasi individu untuk memenuhi norma dari referent tersebut.
Rumusan norma subjektif pada intensi perilaku tertentu, dirumuskan sebagai berikut
(Fishbein & Ajzen, 1975):
SN = Σ b i m i
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian 95
Keterangan:
SN = Norma Subjektif
bi = Normative belief
mi = Motivasi untuk mengikuti anjuran (motivation to comply)
PBC = Σ c i p i
Keterangan:
PBC = Perceived Behavioral Control
ci = Contol Belief
pi = power belief
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I. 1988. From Intentions to Actions, Attitudes, Personality and Behavior. London:
Open University Press, England.
Ajzen, I. 1991. The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human
Decision Processes. Academic Press, University of Massachusetts.
Ajzen, I. 2002. Constructing a TPB Questionnaire: Conceptual and Methodological
Considerations. September (Direvisi pada Januari 2006).
Ajzen, I. 2005. Attitude, Personality, and Behavior. Buckingham: Open University Press,
Milton Keynes.
Ajzen, I. 2006. Constructing a TPB Questionnaire: Conceptual and Methodological
Considerations. Revisi.
Fishbein, M & Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An Introduction to
Theory & Research. Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company.
Fishbein, M & Ajzen, I. 2010 Predicting and Changing Behavior: The reasoned action
approach. New York: Psychology Press.
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian 97
Organizational Characteristics
Respresentation of health
threat
Identity
Cause
Consequenses
Time line
Cure/control
Stage 1: Interpresentation
Symptom Stage 2: Coping Stage 3: Appraisal
Social messages Approach coping Was my coping strategy
→ deviation from norm Avoidance coping effective?
Emotional response to
health threat
Fear
Anxienty
Depression
seseorang memotivasi dan memandu tindakan mereka secara proaktif sesuai dengan
harapan yang mereka miliki. Setelah seseorang mencapai tujuan atau harapan yang
mereka inginkan maka orang dengan self-efficacy tinggi akan meningkatkan tujuan yang
lebih besar. Self-efficacy dalam konteks self-care agency merupakan komponen dasar atau
foundational capability and dispositions.
Model self-regulation sebenarnya mengacu pada proses pemecahan masalah.
Pemecahan masalah kesehatan pada dasarnya tidak berbeda dengan pemecahan masalah
yang lain. Dalam model self-regulation terdapat proses intepretasi masalah, koping, dan
appraisal atau penilaian keberhasilan koping (Ogden, 2007).
Situmulus atau ancaman kesehatan akan dipersepsikan oleh seseorang dalam tahap
interpretasi, ancaman ini kemudian akan menimbulkan respons emosional antara lain
ketakutan, cemas dan depresi. Tahapan selanjutnya dalam proses self-regulation adalah
koping yaitu saat seseorang berusaha menghadapi masalah sesuai dengan kemampuannya,
sedangkan tahapan yang terakhir adalah appraisal yaitu saat seseorang menilai apakah
koping yang ia lakukan berhasil (Ogden, 2007). Dalam tahap interpretasi terdapat prroses
representasi dari ancaman. Proses representasi ini terdiri atas lima domain penting yaitu
identity, cause, timeline, consequences, dan controllability. Domain identity melibatkan
nilai atau kepercayaan seseorang akan ancaman kesehatan atau perjalanan penyakit yang
akan dihadapi. Domain cause adalah faktor individu atau lingkungan yang menyebabkan
seseorang mengalami ancaman kesehatan, sedangkan domain timeline adalah waktu saat
ancaman itu datang atau lama penyakit itu akan berlangsung. Domain keempat adalah
consequences mengacu pada beberapa hal yang akan terjadi karena penyakit yang dialami,
dan domain controllability adalah beberapa hal yang dapat menjadi solusi atau penanganan
penyakit yang diderita (Alligood & Tomey, 2006). Serangkaian representasi kognitif dari
suatu stimulus masalah akan memberikan arti dari masalah tersebut, dan menyebabkan
seseorang mengembangkan serta mempertimbangkan strategi koping yang sesuai untuk
masalah tersebut (Ogden, 2007).
Daftar Pustaka
Alligood, M.R. & Tomey, A. M. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 6th Ed. Missouri:
Mosby.
Ave S S & Nursalam. 2012. “Peningkatan Self Care Agency Pasien dengan Stroke Iskemik
setelah Penerapan Self Care Regulation Model”. Jurnal ners. Vol. 7. No. 1, hlm. 13-24
Ogden, J. 2007. Health Psychology 4th Ed. England: Open University.
Sakit. Tiga level intervensi pencegahan psikiatri meliputi, pencegahan primer, pencegahan
sekunder dan pencegahan tersier.
Pencegahan primer, bertujuan 1) mengurangi kasus baru melalui mengidentifikasi
kelompok risiko tinggi, situasi stres, kejadian stres dalam kehidupan yang berpotensi
sakit jiwa; 2) pendidikan kepada komunitas dengan memanfaatkan strategi koping untuk
mengatasi stres atau cara mengatasi masalah, memecahkan masalah; 3) menguatkan
kemampuan individu dengan menurunkan stres, tekanan, cemas, yang bisa menyebabkan
sakit jiwa. Komponen dalam pencegahan primer adalah promosi kesehatan dan
perlindungan khusus.
Karakteristik pencegahan primer untuk promosi kesehatan, membangun adaptasi,
gunakan sumber-sumber koping untuk menjaga kesehatan mental seseorang. Perhatikan
total populasi, khususnya fokus pada melayani kelompok risiko tinggi. Alat utama untuk
pencegahan primer adalah pendidikan dan perubahan sosial. Pemanfaatan agen-agen di
masyarakat yang menjaga kesejahteraan masyarakat, seperti penyembuh tradisional, tenaga
sukarela, dll. membekali diri dengan sumber-sumber dari diri dan lingkungan terutama
strategi koping. Efektifkan hubungan interpersonal, tingkatkan tugas-tugas yang sesuai
kelompok umur, kembangkan kemampuan kontrol dalam kelompok. Peroleh kepuasan
dengan diri sendiri dan keberadaannya, pendidikan kesehatan, motivasi untuk melakukan
aktivitas untuk mengurangi stres, bekali diri dengan dukungan psikososial. Tingkatkan
pola hidup sehat, pertahankan standar hidup yang tinggi dan implementasi kebijakan
Kementerian Kesehatan dalam hal pencegahan.
Komponen perlindungan khusus dalam pencegahan primer dengan cara
mengembangkan kompetensi sosial, ajarkan tehnik pencegahan dan kontrol masalah sosial,
hindari kejadian dari kondisi sosial yang patologi, tingkatkan kontrol diri dan kemampuan
pengambilan keputusan sosial. Memberdayakan sistem asuhan yang ada, kembangkan
interaksi dan pola prilaku; kembangkan partisipasi sebagai warga, tingkatkan kontrol
dan buat keputusan-keputusan kritis dalam hidup. mengefektifkan strategi koping untuk
menangani situasi stres. Hindari stres dengan cara kenali stres kalau ada dan hilangkan
atau modifikasi. Tangani kelompok berisiko untuk menghindari atau atasi stres dengan
strategi koping. Melakukan manajemen stres, dan beri dukungan sosial dan emosional
untuk menolong orang dalam situasi stres.
Komponen dalam pencegahan sekunder adalah diagnosis dini dan penemuan kasus
serta program skrining. Pencegahan untuk diagnosis dini dan penemuan kasus berupa
memberi pendidikan kepada masyarakat tentang manifestasi dini sakit jiwa. Memberi
motivasi kepada pemimpin masyarakat, LSM dan swasta lainnya di masyarakat untuk
terlibat aktiv dalam mengidentifikasi orang yang sakit jiwa. mengadakan lokakarya,
pelatihan atau program kampanye kepada kelompok-kelompok tentang pentingnya
identifikasi dini kasus jiwa untuk skrining dan pengobatan sejak periode awal sakit.
Program skrining massal sakit jiwa menggunakan kuisioner dalam bahasa lokal untuk
mengidentifikasi sakit jiwa.
Pencegahan tersier, meliputi rehabilitasi ketidakmampuan, keterbatasan dan
mencegah komplikasi. Komponen dalam pencegahan tertier adalah mengurangi prevalensi
gejala sisa atau ketidakmampuan. Mengurangi lama rawat inap di RS-Jiwa, mencegah
keretakan keluarga. Membuat klien berguna bagi diri sendiri secara fisik, mental, sosial,
kerja, ekonomi. Mendidik keluarga dan masyarakat agar mengobati klien secara individual.
100 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
Meningkatkan motivasi klien untuk kontrol dan mendapatkan terapi (termasuk terapi
kerja). Rujuk klien ke agent kesehatan jiwa professional. Pasien dibekali untuk mampu
merawat diri sehari-hari dan merencanakan aktivitas harian. Sosialisasi pasien sakit jiwa
kronik di masyarakat. Gunakan sumber yang ada dalam keluarga dan masyarakat (Neeraja
2009).
Primary Prevention
(By intervening potential health problem melalui promosi kesehatan
& perlindungan khusus)
Secondary prevention
( by interventing aktual health
PREVENTIVE
problem: diagnosis dini & pengobatan
MEASURES
tepat waktu)
Tertiary Prevention
( by interventing limit disability by chronic illness and rehabilitation:
rehabilitasi keterbatasan dan ketidakmampuan & mencegah
komplikasi)
1. Organizational characteristics
a. Reward system
Pemberian penghargaan merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan apa
yang diinginkan rumah sakit dalam jangka panjang untuk mengembangkan
dan menerapkan kebijakan, praktik dan proses pemberian penghargaan yang
mendukung pencapaian tujuan dan memenuhi kebutuhan (Brown, 2001).
Penghargaan diartikan sebagai suatu stimulus terhadap perbaikan kinerja perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan
b. Goal setting dan MBO
Visi adalah pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk
dan pelayanan yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok
masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang diperoleh serta aspirasi dan cita-cita
masa depan. Tenaga keperawatan sebagai perpanjangan tangan dari rumah sakit
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian 101
Environment
Organizational Characteristics
1. Reward system
2. Goal setting and MBO
3. Selection
4. Training and
development
5. Leadership
6. Organization structure
Individual (nurse)
Characteristics
1. Knowledge,
2. Skills, Organizational
3. Ability, Work behavior Job Performance effectiveness
4. Motivation
Caring & ASKEP Nurse & patient
5. Attitudes MAKP
Satisfaction
6. Value & Norm
Work Characteristics
1. Objective performance
2. Feedback
3. Correction
4. Job design
5. Work schedule
dalam menerjemahkan visi dan misi. Untuk itu perlu memahami dan menerapkan
visi dan misi organisasi dalam memberikan pelayanan keperawatan.
c. Selection
Seleksi tenaga harus didasarkan pada prinsip the right man, on the right place and
on the right time.
d. Training dan development
Pelatihan (training) adalah proses pendidikan jangka pendek dengan menggunakan
prosedur yang sistematis dan terorganisir dalam pembelajaran kepada tenaga
keperawatan.
e. Leadership
Pengertian kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni memengaruhi orang lain
agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut
untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan
kelompok.
f. Organization structure dan culture
Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan
antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi
dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan
wewenang siapa melapor kepada siapa.
102 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
2. Nurse characteristics
a. Knowledge
Pengetahuan dapat diartikan sebagai actionable information atau information
yang dapat ditindaklanjuti atau informasi yang dapat digunakan sebagai dasar
untuk bertindak, untuk mengambil keputusan dan untuk menempuh arah atau
strategi tertentu.
b. Skills
Kopelmen (2006) mendefinisikan skill sebagai kapasitas yang dibutuhkan
dalam melaksanakan beberapa tugas. Hard skills merupakan penguasaan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan
bidang ilmunya.
c. Ability
Kemampuan seorang untuk melakukan sesuatu, ada banyak aspek yang dapat
dinilai dari variabel kemampuan, diantaranya kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor (Perry and Potter,2003). Perawat perlu terus mengembangkan diri
melalui uji kompetensi, pndidikan formal dan non formal.
d. Motivation
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang
individu untuk mencapai tujuannya (Muhith & Nursalam, 2013). Tiga elemen
utama dalam motivasi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Perawat perlu
dipupuk motivasi yang tinggi sebagai bentuk pengabdian dan altruisme pada
kebutuhan pasien untuk kesembuhan.
e. Attitudes
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Komponen sikap, struktur sikap terdiri atas 3 komponen
yang saling menunjang yaitum kognitif, afektif, dam konatif.
f. Value & Norm
Nilai sebagai suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan di samping
sistem sosial dan karya. Nilai berperan sebagai pedoman menentukan kehidupan
setiap manusia. Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk
budaya, moral, religi, dan sosial. Perawat perlu memperhatikan aspek nilai dan
norma dalam melayani pasien.
3. Work characteristics
a. Objective performance
Tujuan dari manajemen kinerja adalah (Armstrong & Baron, 2005; Wibisono,
2006); mengatur kinerja, mengetahui seberapa efektif dan efisien suatu kinerja
organisasi, membantu penentukan keputusan organisasi yang berkaitan dengan
kinerja organisasi, kinerja tiap bagian dalam organisasi, dan kinerja individual,
meningkatkan kemampuan organisasi dan mendorong karyawan agar bekerja
sesuai prosedur, dengan semangat, dan produktif sehingga hasil kerja optimal.
b. Feedback
Umpan balik adalah hal yang penting dalam perbaikan kinerja perawat. Hal
ini karena membetulkan (memperbaiki) kesalahan: salah satu tugas pemimpin
(Nursalam, 2013).
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian 103
c. Job design
Desain pekerjaan (job design) adalah fungsi penetapan kegiatan kerja seorang
atau sekelompok karyawan secara organisasional. Tujuannya untuk mengatur
penugasan kerja supaya dapat memenuhi kebutuhan organisasi.
d. Work schedule
Dalam proses berjalan suatu organisasi dapat eksis dibidangnya, perlu pengaturan
waktu yang efektif sehingga memeperoleh hasil sesuai tujuan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Kopelman R.E., 1986. Managing productivity in organizations, Mc Graw-Hill Book
Company, New York.
Muhith A & Nursalam. 2012. “Mutu Asuhan Keperawatan Berdasarkan Analisis kinerja
Perawat dan Kepuasan Perawat dan Pasien.” Jurnal Ners. Vol 7. No. 1. Hlm. 49-58.
Nursalam. 2012. Development Model of Quality in Nursing Care. International Nursing
Conference. Mei. FKP Unair. Surabaya. Mei 2012.
Kepuasan Perawat
Kinerja bentuknya dapat berupa kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan bagaimana
perawat dalam memberikan jasa pengobatan terutama keperawatan pada waktu
penyembuhan yang relatif cepat, kemudahan dalam memenuhi kebutuhan pasien
dan kenyamanan yang diberikan dengan memperhatikan kebersihan, keramahan dan
kelengkapan peralatan rumah sakit.
104 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
Perceived
Disconfirmation
Comparison
Standard
Theory of Servqual
Tinjauan mengenai konsep kualitas layanan sangat ditentukan oleh berapa besar
kesenjangan (gap) antara persepsi pelanggan atas kenyataan pelayanan yang diterima,
dibandingkan dengan harapan pelanggan atas pelayanan yang harus diterima. Kelima
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian 105
kesenjangan (gap) tersebut disajikan dalam skema grand theory Parasuraman, Zeithaml
dan Berry (1985) dan diuraikan berikut ini:
Expected
service
GAP 5
Perceived
service
CUSTOMER
MARKETER
Service Delivery
External
GAP 4 communications
GAP 3 to customers
Translation of perceptions
into service quality
specifications
GAP 2
Management perceptions
of customers expectations
Gambar 4.18 The integrated gaps model of service quality (Parasuraman, Zeithaml, Berry, 1985)
Grand teori yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam
Muninjaya (2011), penyampaian jasa oleh pihak penyedia jasa bisa terancam gagal kalau
berbagai kesenjangan dibiarkan berkembang tanpa ada intervensi untuk mencegahnya,
atau tidak ada upaya khusus untuk mengurangi dampak buruknya. Penjelasan mengenai
kelima kesenjangan tersebut yaitu:
seperti perawat, bidan dan dokter umum di sebuah rumah sakit belum mendapat
pelatihan khusus tentang teknik penyampaian jasa pelayanan tersebut. Akibatnya,
jasa pelayanan kesehatan yang ditawarkan kepada pasien tidak sesuai dengan standar
yang sudah ditetapkan oleh komite medik rumah sakit tersebut.
4. Kesenjangan antara penyampaian jasa dan harapan pihak eksternal
Harapan pengguna jasa sangat dipengaruhi oleh cara staff dan manajemen rumah
sakit berkomunikasi dengan masyarakat calon pengguna jasanya. Cara seperti ini
akan memunculkan kesenjangan. Harapan pengguna jasa pelayanan kesehatan
yang sudah mulai terbentuk melalui pemasaran tidak dapat terpenuhi karena
pelayanan teknis medis dan kelengkapan mutu pelayanan berbeda dengan ekspektasi
mereka.
5. Kesenjangan antara jasa yang diterima pengguna dan yang diharapkan
Kesenjangan ini terjadi jika konsumen mengukur kinerja institusi pelayanan
kesehatan dengan cara yang berbeda, termasuk persepsi pengguna yang berbeda
terhadap kualitas jasa pelayanan kesehatan yang diharapkan.
Menurut Parasuraman (2001:162) bahwa konsep kualitas layanan yang
diharapkan dan dirasakan ditentukan oleh kualitas layanan. Kualitas layanan tersebut
terdiri atas daya tanggap, jaminan, bukti fisik, empati dan kehandalan. Selain itu,
pelayanan yang diharapkan sangat dipengaruhi oleh berbagai persepsi komunikasi
dari mulut ke mulut, kebutuhan pribadi, pengalaman masa lalu dan komunikasi
eksternal, persepsi inilah yang memengaruhi pelayanan yang diharapkan (Ep =
Expectation) dan pelayanan yang dirasakan (Pp = Perception) yang membentuk
adanya konsep kualitas layanan. Lebih jelasnya dapat ditunjukkan pada gambar di
bawah ini:
Pelayanan yang
Dimensi Kualitas Kualitas layanan
Diharapkan
Pelayanan yang Dirasakan
(Ep)
studi tersebut disebutkan bahwa secara rata-rata, satu pelanggan tidak puas
akan mengakibatkan sembilan calon pelanggan lain yang akan menyebabkan
ketidakpuasan. Sedangkan pelanggan yang puas hanya akan mengabarkan kepada
lima calon pelanggan lain.
2) Kebutuhan pribadi (personal need), yaitu harapan pelanggan bervariasi bergantung
pada karakteristik dan keadaan individu yang memengaruhi kebutuhan
pribadinya.
3) Pengalaman masa lalu (past experience), yaitu pengalaman pelanggan merasakan
suatu pelayanan jasa tertentu di masa lalu yang memengaruhi tingkat harapannya
untuk memperoleh pelayanan jasa yang sama di masa kini dan yang akan
datang.
4) Komunikasi eksternal (company’s external communication) yaitu komunikasi
eksternal yang digunakan oleh organisasi jasa sebagai pemberi pelayanan melalui
berbagai bentuk upaya promosi juga memegang peranan dalam pembentukan
harapan pelanggan.
Berdasarkan pengertian di atas terdapat tiga tingkat konsep kualitas layanan yaitu:
1) Bermutu (quality surprise), bila kenyataan pelayanan yang diterima melebihi
pelayanan yang diharapkan pelanggan.
2) Memuaskan (satisfactory quality), bila kenyataan pelayanan yang diterima sama
dengan pelayanan yang diharapkan pelanggan.
3) Tidak bermutu (unacceptable quality), bila ternyata kenyataan pelayanan yang
diterima lebih rendah dari yang diharapkan pelanggan.
Inti dari konsep kualitas layanan adalah menunjukkan segala bentuk aktualisasi
kegiatan pelayanan yang memuaskan orang-orang yang menerima pelayanan sesuai
dengan daya tanggap (responsiveness), menumbuhkan adanya jaminan (assurance),
menunjukkan bukti fisik (tangible) yang dapat dilihatnya, menurut empati (empathy)
dari orang-orang yang memberikan pelayanan sesuai dengan kehandalannya (reliability)
menjalankan tugas pelayanan yang diberikan secara konsekuen untuk memuaskan yang
menerima pelayanan.
Berdasarkan inti dari konsep kualitas layanan “RATER” kebanyakan organisasi
kerja yang menjadikan konsep ini sebagai acuan dalam menerapkan aktualisasi layanan
dalam organisasi kerjanya, dalam memecahkan berbagai bentuk kesenjangan (gap) atas
berbagai pelayanan yang diberikan oleh pegawai dalam memenuhi tuntutan pelayanan
masyarakat. Aktualisasi konsep “RATER” juga diterapkan dalam penerapan kualitas
layanan pegawai baik pegawai pemerintah maupun non pemerintah dalam meningkatkan
prestasi kerjanya.
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian 109
Inti dari bentuk pelayanan yang meyakinkan pada dasarnya bertumpu kepada
kepuasan pelayanan yang ditunjukkan oleh setiap pegawai, komitmen organisasi yang
menunjukkan pemberian pelayanan yang baik, dan perilaku dari pegawai dalam
memberikan pelayanan, sehingga dampak yang ditimbulkan dari segala aktivitas
pelayanan tersebut diyakini oleh orang-orang yang menerima pelayanan, akan
dilayani dengan baik sesuai dengan bentuk-bentuk pelayanan yang dapat diyakini
sesuai dengan kepastian pelayanan.
Melihat kenyataan kebanyakan organisasi modern dewasa ini diperhadapkan
oleh adanya berbagai bentuk penjaminan yang dapat meyakinkan atas berbagai
bentuk pelayanan yang dapat diberikan oleh suatu organisasi sesuai dengan
prestasi kerja yang ditunjukkannya. Suatu organisasi sangat membutuhkan adanya
kepercayaan memberikan pelayanan kepada orang-orang yang dilayaninya. Untuk
memperoleh suatu pelayanan yang meyakinkan, maka setiap pegawai berupaya
untuk menunjukkan kualitas layanan yang meyakinkan sesuai dengan bentuk-bentuk
pelayanan yang memuaskan yang diberikan, bentuk-bentuk pelayanan yang sesuai
dengan komitmen organisasi yang ditunjukkan dan memberikan kepastian pelayanan
sesuai dengan perilaku yang ditunjukkan. Margaretha (2003:215) suatu organisasi
kerja sangat memerlukan adanya kepercayaan yang diyakini sesuai dengan kenyataan
bahwa organisasi tersebut mampu memberikan kualitas layanan yang dapat dijamin
sesuai dengan:
1) Mampu memberikan kepuasan dalam pelayanan yaitu setiap pegawai akan
memberikan pelayanan yang cepat, tepat, mudah, lancar dan berkualitas, dan
hal tersebut menjadi bentuk konkret yang memuaskan orang yang mendapat
pelayanan.
2) Mampu menunjukkan komitmen kerja yang tinggi sesuai dengan bentuk-bentuk
integritas kerja, etos kerja dan budaya kerja yang sesuai dengan aplikasi dari visi,
misi suatu organisasi dalam memberikan pelayanan.
3) Mampu memberikan kepastian atas pelayanan sesuai dengan perilaku yang
ditunjukkan, agar orang yang mendapat pelayanan yakin sesuai dengan perilaku
yang dilihatnya.
Uraian ini menjadi suatu penilaian bagi suatu organisasi dalam menunjukkan
kualitas layanan asuransi (meyakinkan) kepada setiap orang yang diberi pelayanan
sesuai dengan bentuk-bentuk kepuasan pelayanan yang dapat diberikan, memberikan
pelayanan yang sesuai dengan komitmen kerja yang ditunjukkan dengan perilaku
yang menarik, meyakinkan dan dapat dipercaya, sehingga segala bentuk kualitas
layanan yang ditunjukkan dapat dipercaya dan menjadi aktualisasi pencerminan
prestasi kerja yang dapat dicapai atas pelayanan kerja.
3. Bukti Fisik (Tangible)
Pengertian bukti fisik dalam kualitas layanan adalah bentuk aktualisasi nyata secara
fisik dapat terlihat atau digunakan oleh pegawai sesuai dengan penggunaan dan
pemanfaatannya yang dapat dirasakan membantu pelayanan yang diterima oleh
orang yang menginginkan pelayanan, sehingga puas atas pelayanan yang dirasakan,
yang sekaligus menunjukkan prestasi kerja atas pemberian pelayanan yang diberikan
(Parasuraman, 2001:32).
112 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
3) Mampu menunjukan rasa simpatik atas pelayanan yang diberikan, sehingga yang
dilayani merasa memiliki wibawa atas pelayanan yang dilakukan.
4) Mampu menunjukkan pengertian yang mendalam atas berbagai hal yang
diungkapkan, sehingga yang dilayani menjadi lega dalam menghadapi bentuk-
bentuk pelayanan yang dirasakan.
5) Mampu menunjukkan keterlibatannya dalam memberikan pelayanan atas berbagai
hal yang dilakukan, sehingga yang dilayani menjadi tertolong menghadapi
berbagai bentuk kesulitan pelayanan.
Bentuk-bentuk pelayanan ini menjadi suatu yang banyak dikembangkan oleh
para pengembang organisasi, khususnya bagi pengembang pelayanan modern,
yang bertujuan memberikan kualitas layanan yang sesuai dengan dimensi empati
atas berbagai bentuk-bentuk permasalahan pelayanan yang dihadapi oleh yang
membutuhkan pelayanan, sehingga dengan dimensi empati ini, seorang pegawai
menunjukkan kualitas layanan sesuai dengan prestasi kerja yang ditunjukkan.
5. Keandalan (Reliability)
Setiap pelayanan memerlukan bentuk pelayanan yang handal, artinya dalam
memberikan pelayanan, setiap pegawai diharapkan memiliki kemampuan dalam
pengetahuan, keahlian, kemandirian, penguasaan dan profesionalisme kerja yang
tinggi, sehingga aktivitas kerja yang dikerjakan menghasilkan bentuk pelayanan
yang memuaskan, tanpa ada keluhan dan kesan yang berlebihan atas pelayanan yang
diterima oleh masyarakat (Parasuraman, 2001:48).
Tuntutan kehandalan pegawai dalam memberikan pelayanan yang cepat,
tepat, mudah dan lancar menjadi syarat penilaian bagi orang yang dilayani dalam
memperlihatkan aktualisasi kerja pegawai dalam memahami lingkup dan uraian
kerja yang menjadi perhatian dan fokus dari setiap pegawai dalam memberikan
pelayanannya.
Inti pelayanan kehandalan adalah setiap pegawai memiliki kemampuan
yang handal, mengetahui mengenai seluk belum prosedur kerja, mekanisme kerja,
memperbaiki berbagai kekurangan atau penyimpangan yang tidak sesuai dengan
prosedur kerja dan mampu menunjukkan, mengarahkan dan memberikan arahan
yang benar kepada setiap bentuk pelayanan yang belum dimengerti oleh masyarakat,
sehingga memberi dampak positif atas pelayanan tersebut yaitu pegawai memahami,
menguasai, handal, mandiri dan profesional atas uraian kerja yang ditekuninya
(Parasuraman, 2001:101).
Kaitan dimensi pelayanan reliability (kehandalan) merupakan suatu yang sangat
penting dalam dinamika kerja suatu organisasi. Kehandalan merupakan bentuk ciri
khas atau karakteristik dari pegawai yang memiliki prestasi kerja tinggi. Kehandalan
dalam pemberian pelayanan dapat terlihat dari kehandalan memberikan pelayanan
sesuai dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki, kehandalan dalam terampil
menguasai bidang kerja yang diterapkan, kehandalan dalam penguasaan bidang kerja
sesuai pengalaman kerja yang ditunjukkan dan kehandalan menggunakan teknologi
kerja.
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian 115
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong & Baron. 2005. Productivity in Organization. London: Philadelphia.
As’ad, M. 2003. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty. hlm 45−64.
Azwar, S. 2000. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
hlm 287−321.
Brown, D. 2001. Reward Strategies: Dari Intent to Impact. http://www.amazon.co.uk/
Reward-Strategies-Intent-Duncan-Brown/dp/0852929056
Gibson, J.L., J.M. Ivancevich, J.H. Donnelly, Jr. 2003. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses,
Jakarta: Bina Rupa Aksara. Hlm 119−275.
Gordon. 2004. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Hlm
119−275 .
Kopelman, R.E, 1986. Managing Productivity in Organizations. New York: McGraw-Hill.
116 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
McCaffery, J., Heerey, M & Bose, K. P. 2003. Refining Performance Improvement Tools and
Methods: lessons and Challenges, www.ispi.org.
Muhith, A. 2012. “Pengembangan model mutu asuhan keperawatan berdasarkan analisis
kinerja perawat dan kepuasan perawat serta pasien di RS Kabupaten Gresik.” Disertasi
tidak dipublikasikan. Program Pasca-Sarjana. Universitas Airlangga.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hlm 36−54.
Nursalam. 2011. Managemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keerawatan Profesional.
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Parasuraman A, Zeithamal V, Berry L. 1985. “A conceptual model of service quality and
its impact for future research.” Journal of Marketing (Musim Gugur). Hlm. 41−50.
Perry dan Potter. 2003. Pocket And Giude Basic Skill and Procedure. 3rd edition. Missouri:
Mosby.
Ruky, A.S. 2006. Sistem Manajemen Kinerja. Perfomence Management System Panduan
Praktis Untuk Merancang dan Meraih Kinerja Prima. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Sudarsono. 2006. Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Woodruff dan Gardial. 2002. Practical-people Oriented Prespective. Canada: McGraw Hill.
Hlm. 36−45.
Definisi Kinerja
Kinerja dalam organisasi diartikan sebagai keberhasilan menyelesaikan tugas atau
memenuhi target yang ditetapkan. Definisi kinerja (Irawan, 2003), adalah keluaran yang
dihasilkan oleh fungsi atau indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu
tertentu. Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya.
Kinerja bila dikaitkan dengan kata benda adalah terjemahan dari kata performance,
maka pengertian performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab individu atau kelompok dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan
secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral dan etika
(Irawan, 2003).
Kinerja mengandung 2 komponen penting yaitu : (1) kompetensi berarti individu
atau organisasi memiliki kemampuan untuk mengidentifikasikan tingkat kinerjanya,
(2) produktifitas yaitu kompetensi tersebut dapat diterjemahkan kedalam tindakan atau
kegiatan yang tepat untuk mencapai hasil kinerja (outcome). Penentuan kinerja sangat
diperlukan agar suatu lembaga atau individu dapat mengetahui apakah mereka telah
berhasil dalam mencapai tujuan.
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian 117
Dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah
prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai selama
periode waktu tertentu dalam menjalankan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya.
Prestasi atau kinerja individu memberikan kontribusi pada prestasi kelompok dan
kinerja kelompok memberikan kontribusi pada kinerja organiasi. Kinerja individu adalah
dasar dari kinerja organisasi (Gibson, James L., Ivancevich, John M., dan Donelly JR, James
H., 1997). Kinerja yang tidak efektif dari tiap tingkatan merupakan tanda bagi manajemen
untuk segera melakukan perbaikan.
Psikologi:
1. Persepsi
2. Siap
3. Kepribadian
4. Belajar
5. motivasi
Variabel Individu
1. Kemampuan dan ketrampilan
a. Mental
b. Fisik Perilaku Individu
2. Latar belakang (Apa yang dikerjakan)
a. Keluarga Kinerja
b. Tingkat sosial (Hasil yang
c. Pengalaman diharapkan)
3. Demografis
a. Umur
b. Etnis
c. Jenis Kelamin Variabel Organisasi
1. Sumber daya
2. Kepemimpinan
3. Imbalan
4. Struktur
5. Desain pekerjaan
Gambar 4.20 Diagram skematis teori perilaku dan kinerja (Gibson, James
L.,Ivancevich, John M., dan Donelly JR, James H., 1997)
Kelompok variabel individu terdiri atas variabel kemampuan dan keterampilan, latar
belakang pribadi dan demografis. Menurut (Gibson, James L., Ivancevich, John M., dan
Donelly JR, James H., 1997) dalam Ilyas (2002) variabel kemampuan dan keterampilan
merupakan faktor utama yang memengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu.
Kelompok variabel psikologis terdiri atas variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar,
dan motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman
kerja sebelumnya, dan variabel demografis. Kelompok variabel organisasi menurut (Gibson,
James L., Ivancevich, John M., dan Donelly JR, James H., 1997) terdiri atas variabel sumber
daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan.
118 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
Indikator Kinerja
Ada beberapa pengertian tentang indikator yang disampaikan oleh para pakar yaitu : (1)
indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau kondisi, (2) indikator
adalah variabel yang mengindikasikan atau menunjukkan satu kecenderungan situasi,
yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan, (3) indikator adalah variabel untuk
mengukur suatu perubahan baik langsung maupun tidak langsung.
Karakteristik suatu indikator antara lain : (1) sahih (valid): artinya indikator dapat
dipakai untuk mengukur aspek yang akan dinilai, (2) dapat dipercaya (reliable): mampu
menunjukkan hasil yang sama pada saat yang berulang kali, untuk waktu sekarang maupun
yang akan datang, (3) peka (sensitive): cukup peka untuk mengukur sehingga jumlahnya
tidak perlu banyak, (4) spesifik (specific) memberikan gambaran prubahan ukuran yang
jelas dan tidak tumpang tindih, (5) relevan: sesuai dengan aspek kegiatan yang akan diukur
dan kritikal.
Untuk mengukur tingkat hasil suatu kegiatan digunakan indikator sebagai alat atau
petunjuk untuk mengukur prestasi suatu pelaksanaan kegiatan. Monitoring dilakukan
terhadap indikator kunci guna dapat mengetahui penyimpangan atau prestasi yang
dicapai. Dengan demikian setiap individu akan dapat menilai tingkat prestasinya sendiri
(self assessment).
Team Work
Pengertian Team Work
Kelompok kerja adalah kelompok atau dua atau lebih yang berinteraksi dalam berbagi
informasi dan saling bergantung untuk mencapai tujuan. Kinerja kelompok hanya merupakan
jumlah kinerja sumbangan individual dari tiap kelompok (Wahjono, TSI , 2010).
Team work dapat didefinisikan sebagai kumpulan individu yang bekerjasama untuk
mencapai suatu tujuan. Kumpulan individu tersebut memiliki aturan dan mekanisme
kerja yang jelas serta saling tergantung antara satu dengan yang lain. Tim kerja (team
work) menghasilkan sinergi yang positif melalui usaha yang terkoordinasi (Robbins,
2002). Team work merupakan sarana yang sangat baik dalam menggabungkan berbagai
talenta dan dapat memberikan solusi inovatif suatu pendekatan yang lebih baik, selain
itu kompetensi anggota tim yang beraneka ragam juga merupakan nilai tambah yang
membuat team work lebih menguntungkan bahkan jika dibandingkan dengan seorang
individu yang sangat ahli. Sebuah team work, ada dua hal yang perlu diingat yaitu (1)
adanya tugas (task), dan masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, (2)
proses yang terjadi di dalam team work.
1. Tahap pembentukan (forming stage), adalah tahapan di mana para anggota setuju
untuk bergabung dalam suatu tim. Karena kelompok baru dibentuk maka setiap orang
membawa nilai, pendapat, dan cara kerja sendiri. Konflik sangat jarang terjadi, setiap
orang masih sungkan, malu, bahkan ada anggota yang merasa gugup. Kelompok
cenderung belum dapat memilih pemimpin.
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian 119
1. Peran
Setiap anggota tim mempunyai peran yang berkaitan yang terdiri atas perilaku
yang diharapkan (role expectation) dari peran tersebut. Perilaku yang diharapkan
ini umumnya disepakati oleh seluruh angggota tim. Ketika peran yang dimainkan
oleh anggota tim menyimpang dari peran yang diharapkan, maka akan timbul reaksi
negatif dalam kinerja atau kepuasan anggota atau bahkan memutuskan meninggalkan
tim/kelompok
2. Norma
Norma adalah sebuah standar perilaku yang dapat diterima dalam sebuah tim yang
dianut oleh semua anggota tim. Norma mempunyai karakteristik penting bagi anggota
tim, apa yang boleh dilakukan dan apa yang dilarang.
3. Status
Status adalah sebuah posisi atau pangkat yang didefinisikan secara sosial yang
diberikan kepada tim atau kelompok oleh orang lain. Status adalah faktor penting
dalam memahami perilaku karena ini merupakan sebuah motivator signifikan yang
memiliki konsekuensi perilaku yang besar ketika individu menerimanya. Interaksi
antar anggota tim dipengaruhi oleh status, ketika terjadi ketidaksetaraan akan
menimbulkan ketidakseimbangan yang dapat menghasilkan berbagai jenis perilaku
korektif.
120 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
4. Ukuran tim
Ukuran tim atau kelompok yang lebih kecil cenderung lebih cepat dalam
menyelesaikan tugas dan anggota tim berkinerja lebih baik dibanding kelompok
yang besar. Bila kelompok terlalu besar akan terjadi suatu kemalasan sosial (social
loafing) yaitu kecenderungan para individu untuk melakukan usaha yang kurang
optimal ketika bekerja secara kolektif dibanding ketika bekerja individual.
5. Kekohesifan
Suatu tingkat di mana anggota tim atau kelompok saling tertarik satu sama lain
dan termotivasi untuk tinggal di dalam kelompok tersebut, memiliki kedekatan
atau kesamaan dalam sikap, perilaku dan prestasi yang hampir sama. Kedekatan
ini disebut juga kekompakan. Kelompok atau tim yang sangat kohesif terdiri atas
individu yang mempunyai motivasi untuk bersama, maka dapat diharapkan kinerja
kelompok efektif. Tim atau kelompok sangat kohesif dengan tujuan yang sejalan
dengan organisasi maka tim akan berperilaku yang positif dan mempunyai kinerja
yang efektif.
Efektivitas
Efektivitas individu akan menentukan efektivitas kelompok, dan efektivitas kelompok
menentukan efektivitas organisasi (Gibson, James L., Ivancevich, John M., dan Donelly
JR, James H., 1997). Efektivitas individu dipengaruhi oleh kemampuan, keterampilan,
pengetahuan, sikap, motivasi dan stres. Efektivitas kelompok disebabkan oleh keterpaduan,
kepemimpinan, struktur, status, peran dan norma yang berlaku. Sedangkan efektivitas
organisasi dipengaruhi oleh lingkungan, teknologi, pilihan startegi, struktur, proses dan kultur
organisasi. Hubungan ketiga efektivitas tersebut digambarkan dalam Gambar 2.5 berikut.
Gambar 4.21 Sebab efektivitas (Gibson, James L., Ivancevich, John
M., dan Donelly JR, James H., , 1997)
Dalam suatu team work yang terdiri atas berbagai macam individu dari latar belakang
yang berbeda, dengan keahlian yang berbeda maka diperlukan suatu kerja sama yang
baik dan kompak (solid) agar tujuan organisasi dapat tercapai. Suatu kelompok dikatakan
sebagai team work dan menghasilkan suatu hasil yang optimal (kinerja tim yang efektif)
sangat dipengaruhi oleh peran individu.
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian 121
Agar kinerja tim efektif, sebuah tim membutuhkan tiga jenis ketrampilan yang
berbeda. Tim memerlukan individu dengan keahlian teknis, individu dengan ketrampilan
memecahkan masalah dan membuat keputusan, serta individu yang trampil dalam
mendengarkan, memberikan umpan balik, menyelesaikan konflik dan mempunyai
ketrampilan interpersonal lain yang baik.
Tim yang paling efektif bukan tim yang sangat kecil (di bawah 4 atau 5), bukan
pula tim yang sangat besar (lebih dari 12 orang). Tim yang sangat kecil mungkin tidak
mempunyai keragaman pandangan, dan tim yang lebih dari 12 orang akan kesulitan untuk
berbuat banyak.
Tim yang terbentuk dari individu fleksibel memiliki anggota yang dapat melengkapi
tugas satu sama lain. Ini jelas merupakan nilai tambah bagi suatu tim, karena fleksibilitas
sangat memperbaiki kemampuan adaptis tim dan membuat tim tidak tergantung hanya
pada satu anggota saja.
Empat faktor yang menyebabkan suatu team work dapat bekerja dengan efektif
meliputi.
1. Goal setting: suatu kelompok kerja akan dapat secara efektif menghasilkan suatu
tujuan apabila memiliki goal setting atau tujuan tim yang sama;
2. Komitmen: seberapa besar setiap komponen kelompok memiliki komitmen;
3. Effective role: setiap anggota kelompok harus memiliki peran tersendiri dan dituntut
untuk sinergis dalam melakukan usaha;
4. Leadership: komponen penting suatu kelompok akan menjadi efektif banyak
dipengaruhi oleh kepemimpinan.
Menurut Kazemak dalam Stott, K dan Walker, A, 1995 dalam (Rochmah, TN, 2006)
menyebutkan kriteria tim yang efektif adalah sebagai berikut.
1. Mempunyai tujuan organisasi yang dapat dimengerti dan disetujui oleh semua
anggota tim.
2. Konflik yang ada harus bersifat membangun.
3. Setiap anggota diharapkan terlibat secara aktif dalam proses kepemimpinan.
4. Kemampuan individu dihargai.
5. Komunikasi bersifat terbuka dan semua anggota tim dapat ikut berpartisipasi secara
aktif.
6. Semua anggota tim mendukung kebijakan dan prosedur organisasi.
7. Masalah yang ada diselesaikan secara baik berdasarkan proses pengambilan keputusan
yang tepat.
8. Adanya dukungan terhadap semua kreatifitas yang sifatnya membangun.
9. Melakukan proses evaluasi secara berkala untuk mengetahui kinerja individu anggota
tim dan kinerja tim secara keseluruhan; setiap anggota tim mengerti akan peranan,
tanggung jawab dan batasan wewenang yang diberikan oleh organisasi. Penilaian
semangat kerja melalui kinerja.
122 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
Semangat Kerja
Menurut, “semangat kerja (morale) adalah perasaan seorang individu terhadap pekerjaan
dan organisasinya”. Mengukur semangat kerja berarti mengukur sikap atau perilaku yang
cenderung kualitatif berupa indikasi. Misalnya, indikasi turunnya semangat kerja dapat
dilihat dari tolak ukur yang ditampilkan sebagai berikut.
Semangat kerja merupakan daya dorong bagi seseorang untuk berkinerja, sehingga
dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan turunan langsung dari semangat kerja.
Hal ini dikarenakan naik-turunnya kinerja tidak terlepas dari naikturunnya semangat
kerja. Dengan demikian penilaian semangat kerja dapat juga dilakukan melalui penilaian
kinerja.
Sistem penilaian kinerja dalam suatu organisasi mencakup beberapa elemen.
Elemen pokok sistem penilaian kinerja mencakup kriteria yang ada hubungannya dengan
pelaksanaan kerja, ukuran-ukuran kriteria, dan pemberian umpan balik kepada pekerja
dan manajer personalia. Meskipun manajer personalia merancang sistem penilaian kinerja,
tetapi yang melakukan penilaian kinerja pada umumnya adalah atasan langsung pekerja
yang bersangkutan.
Di dalam sistem penilaian, di samping faktor penilai, ukuran-ukuran penilaian ikut
menentukan objektivitas penilaian. Ukuran-ukuran tersebut tentunya yang diandalkan,
sehingga secara keseluruhan dapat membentuk suatu sistem penilaian yang seobjektif
mungkin. Untuk mencapai objektivitas penilaian tersebut, sistem penilaian harus
mempunyai hubungan dengan pekerjaan (job-related), praktis dan mempunyai standar
pelaksanaan kerja menggunakan ukuran-ukuran kinerja yang dapat diandalkan.
Secara ringkas eleman-eleman pokok sistem penilaian kinerja dapat digambarkan
seperti dalam Gambar 4.21 berikut ini.
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian 123
Ukuran-ukuran
Prestasi Kerja
Catatan-catatan Catatan-catatan
tentang pekerja tentang pekerja
1. Identifikasi dimensi kerja yang mencakup semua unsur yang akan dievaluasi dalam
pekerjaan masing-masing pekerja dalam suatu organisasi.
2. Penetapan standar kerja, penilaian prestasi kerja (performance appraisal) adalah suatu
proses melalui di mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja
pekerjanya..
a. Quality, merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan kegiatan yang
mendekati kesempurnaan atau mendekati tujuan yang diharapkan.
b. Quantity, merupakan jumlah yang dihasilkan, misalnya jumlah rupiah, jumlah unit,
jumlah siklus kegiatan yang diselesaikan
c. Timeliness, merupakan lamanya kegiatan diselesaikan pada waktu yang dikehendaki,
dengan memperhatikan jumlah output lain serta waktu yang tersedia untuk kegiatan
yang lain.
d. Cost effectiveness, besarnya penggunaan sumber daya organisasi guna mencapai hasil
yang maksimal atau pengurangan kerugian dari setiap unit penggunaan sumber
daya.
e. Need for supervision, kemampuan seseorang pekerja untuk melaksanakan suatu
fungsi pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seorang supervisor untuk mencegah
tindakan yang kurang diinginkan.
f. Interpersonal impact, kemampuan seseorang pegawai untuk memelihara harga diri,
nama baik dan kemampuan bekerjasama diantara rekan kerja dan bawahan.
iklim yang sehat, maka dari itu organisasi akan mempunyai sistem penilaian yang berusaha
mengenali, mempertajam, mengembangkan dan memanfaatkan potensi serta kemampuan
karyawannya.
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, James L., John M., Ivancevich dan james H., Donnely, 1996. Organisasi dan
manajemen, Erlangga, Jakarta.
Handoko, 2001. Manajemen personalia dan sumber daya manusia, BPFE., Press,
Jogjakarta.
Herzberg F., 1977. One more time: how do you Motivate employee? The manajement proces,
Edisi 2, New York; Macmillan.
Irawan H., 2003. Indonesian customer satisfaction, PT. Gramedia, Jakarta.
Robbins S.P., 2002. Organizational behavior, 10th ed. Oct 16., Prentice Hall Internationa
Inc, San Diago State University.
Siagia, S.P., 2002. Manajemen sumber daya manusia, Bumi Aksara ,Jakarta.
Mereka yang memiliki motif yang besar untuk bersahabat sangat menginginkan
hubungan yang harmonis dengan orang lain dan sangat ingin merasa diterima oleh
orang lain. Mereka akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan sistem norma
dan nilai dari lingkungan mereka berada. Mereka akan memilih pekerjaan yang
memberikan hasil positif yang signifikan dalam hubungan antar pribadi. Mereka
akan sangat senang menjadi bagian dari suatu kelompok dan sangat mengutamakan
interaksi sosial. Ibu yang memiliki kebutuhan afilasi tinggi akan selalu berusaha
mematuhi norma dan nilai yang ada di lingkungannya untuk mengimunisasikan
anaknya secara lengkap. Karena ingin membangun interaksi yang baik dengan
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian 127
masyarakat sekitar dan berusaha mencegah konflik akibat tidak mengikuti norma
yang ada atau program yang ada di masyarakat.
3. Need for Power (Kebutuhan untuk berkuasa)
Kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan reflekssi dari dorongan untuk
mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh terhadap orang lain. Dalam interaksi
sosial seseorang akan mempunyai kebutuhan untuk berkuasa (power). Orang yang
mempunyai power need tinggi akan mengadakan kontrol, mengendalikan atau
memerintah orang lain, dan ini merupakan salah satu indikasi atau salah satu
menefestasi dari power need tersebut.
Ciri orang yang memiliki kebutuhan berkuasa yang tinggi (Siagian, 2002):
• Menyukai pekerjaan di mana mereka menjadi pemimpin
• Sangat aktif dalam menentukan arah kegiatan dari sebuah organisasi di manapun
dia berada
• Mengumpulkan barang-barang atau menjadi anggota suatu perkumpulan yang
dapat mencerminkan prestise
• Sangat peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dari kelompok atau
organisasi.
Seseorang dengan motif kekuasaaan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu:
1. Personal power: mereka yang mempunyai personal power motive yang tinggi
cenderung untuk memerintah secara langsung, dan bahkan cenderung memaksakan
kehendaknya.
2. Institutional power: mereka yang mempunyai institutional power motive yang tinggi,
atau sering disebut social power motive, cenderung untuk mengorganisasikan usaha
dari rekan-rekannya untuk mencapai tujuan bersama.
Ibu yang memiliki kebutuhan berkuasa yang tinggi akan berusaha melengkapi status
imunisasi anaknya, karena orang tua memiliki pengaruh dan kontrol terhadap anaknya.
Jika orang tua saja melakukan imunisasi secara lengkap maka anak juga harus mendapatkan
imunisasi secara lengkap.
FAKTOR PERSONAL:
1. Kepribadian
2. Harapan
3. Demografi
BURNOUT SYNDROME
1. Beban kerja
2. Penghargaan
3. Kontrol
4. Kepemilikan
5. Keadilan
6. Nilai
Diukur
Tidak Diukur
dokter dalam sistem pelayanan kesehatan, kurangnya kejelasan peran, serta kurangnya
dukungan dari lingkungan kerja. Faktor lain yang sangat terkait dengan pengembangan
burnout syndrome adalah jenis kepribadian yang mencerminkan kapasitas individu untuk
tetap bertahan pada pekerjaannya (Felton, 1998; Poncet, 2008; Bakker, 2000).
Burnout syndrome telah dinyatakan menjadi bahaya profesi yang sangat erat
hubungannya dengan individu dan institusi tempat bekerja (Fraudenberg, 1974).
Burnout syndrome didefinisikan sebagai jumlah energi psikologis dan fisik, bertambah
atau berkurangnya kelelahan bergantung pada beberapa faktor stres pribadi dan juga
stres organisasi (Maslach, 2003). Dari dua kalimat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
burnout syndrome merupakan sebuah hal yang negatif dari interaksi antara orang lain
dan lingkungan kerjanya.
Kelelahan emosional dinanggap sebagai elemen inti dari kelelahan yang mengakibatkan
depersonalisasi terhadap pekerjaan dan juga pada rekan kerja.Depersonalisasi yang dialami
oleh seseorang, dapat memengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan pada pasien, sehingga
bisa menurunkan prestasi diri (Leiter, Harvie &Frizzel, 1998; Leiter & Maslach, 2004).
Etiologi
Penyebab terjadinya kelelahan dapat diklasifikasikan menjadi faktor personal dan atau
faktor lingkungan. Faktor personal diantaranya kepribadian, harapan, demografi, control
fokus dan tingkat efisiensi. Faktor lingkungan yang berperan diantaranya adalah beban
kerja, penghargaan, control, kepemilikan, keadilan dan nilai (Cavus, 2010).
Terlepas dari beberapa faktor tersebut diatas, ada beberapa faktor yang dianggap
mempunyai hubungan yang signifikan yaitu status perkawinan, lamanya pekerjaan,
dukungan sosial, struktur keluarga, tanggung jawab, kejelasan stabilitas emosional dan
kelelahan.
Dimensi
Sudah dijelaskan diatas, bahwa burnout syndrome tidak hanya terkait dengan faktor tunggal,
melainkan muncul sebagai hasil dari interaksi antara beberapa faktor yang ada.Burnout
syndrome pada seseorang muncul sebagai akibat dari kelelahan emosional yang meningkat,
depersonalisasi dan penurunan prestasi diri (Pouncet, 2007).
1. Kelelahan emosional
Kelelahan emosional merupakan sisi yang mengekspresikan kelelahan fisik dan
emosional yang dialami sebagai dasar dan dimulainya burnout syndrome.Kelelahan
emosional, sebagian besar berhubungan dengan stres pekerjaan (Akcamete, Kaner
& Sucuoglu, 2001; Yildmm, 1996). Hasil dari kelelahan emosional yang dialami oleh
seseorang, orang tersebut tidak responsif terhadap orang-orang yang mereka layani,
dan juga merasa bahwa pekerjaannya sebagai penyiksaan karena ia berpikir bahwa
dirinya sendiri tidak mampu menanggung hari-hari berikutnya dan selalu merasa
tegang(Leiter & Maslach, 1988; Ergin, 1995; Maslach, Schaufeli & Leiter, 2001; Cimen
& Ergin, 2001).
130 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
2. Depersonalisasi
Depersonalisasi merupakan sikap yang menunjukan perilaku kers/kasar, perilaku negatif
dan acuh tak acuh terhadap orang lain. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa beberapa
orang menunjukan perilaku seperti kehilangan tujuan bekerja dan kehilangan antusiasme
sebagai akibat dari semakin menjauh dari dirinya sendiri dan pekerjaannya, menjadi acuh
tak acuh terhadap orang yang dilayani, menunjukan reaksi negative dan bermusuhan.
3. Rendahnya prestasi diri
Rendahnya prestasi diri menjadi dimensi evlusi diri dari burnout syndrome, timbul
fakta bahwa orang mulai melihat dirinya sebagai seseorang yang tidak berhasil. Dengan
kata lain, seseorang cenderung mengevaluasi dirinya sendiri sebagai hal yang negative
(Maslach, 2003).Orang yang mengalami kecenderungan ini berpikir bahwa mereka tidak
membuat kemajuan dalam pekerjaan mereka, sebaliknya mereka berpikir bahwa mereka
jatuh kebelakang, pekerjaan mereka tidak berhasil dan tidak memberikan kontribusi
pada perubahan lingkungan mereka (Leiter & Maslach, 1998; Singh et al., 1994).
Burnout syndrome adalah situasi yang sangat sulit dihindari.Namun, tingkat keparahan
burnout syndrome dapat dikurangi dengan aplikasi pribadi maupun perubahan aplikasi pada
organisasi tempat melaksanakan tugas. Pada tingkat organisasi dilakukan dengan pernyataan
tugas yang jelas, partisipasi pemula untuk program orientasi dan on the job training, perencanaan
personal yang efisien dalam hubungannya dengan departemen, pertemuan tim regular dengan
saran dan kritik, akses ke dukungan sosial dan lingkungan partisipatif dapat membantu dalam
mencegah burnout syndrome(Kacmaz 2005; Schulz, Greenley & Brown, 1995; Lundy & Muda,
1994, Poulin & Wlter, 1993). Pada tingkat pribadi dengan cara mendorong karyawan untuk
mengambil tujuan yang lebih realistis, sehingga membantu mereka untuk menurunkan
ekspektasi diri agar dapat membantu dalam menurunkan burnout syndrome.
Burnout syndrome adalah respons terhadap adanya stresor (misalnya beban kerja)
yang ditempatkan pada karyawan. Hal ini dibedakan menjadi bentuk lain dari stres karena
merupakan satu set respons ke tingkat tinggi tuntutan pekerjaan yang kronis, meliputi kewajiban
pribadi dan tanggung jawab yang sangatn penting. Karena karakteristik dari profesi kesehatan
seperti kecenderungan untuk focus pada masalah, kurangnya umpan balik yang positif,
tingkat stres emosional dan kemungkinan merasakan perubahan sikap terhadap beberapa
orang tempat bekerja, profesi kesehatan memiliki risiko lebih tinggi untk mengalami burnout
syndrome (Maslach & Jackson, 1982). Tiga dimensi Maslach yang didefinisikan dari burnout
syndrome sering digunakan untuk tujuan penelitian.
1. Kelelahan emosional : ditandai dengan kelelahan dan perasaan bahwa sumber daya
emosional telah habis digunakan.
2. Depersonalisasi : ditandai bahwa intervensi kepada klien yang dirasa hanya sebagai objek
saja, bukan sebagai orang yang harus benar-benar diperhatikan. Adanya sinisme terhadap
rekan kerja, klien bahkan dengan organisasi tempat bekerja.
3. Penurunan prestasi diri :ditandai dengan kecenderungan untuk mengevaluasi diri sendiri
secara negatif. Mencakup pengalaman penurunan kompetensi kerja dan prestasi dalam
pekerjaan/interaksi dengan orang/kurangnya kemajuan.
tingkat individu, burnout syndrome dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan fisik
dan mental negatif (Maslach & Jackson, 1982).Konsekuensi emosional termasuk konflik
dan kerusakan perkawinan hubungan keluarga dan sosial (Jackson et al., 1986).Pada tingkat
organisasi, dapat menyebabkan penurunan komitmen organisasi (Leiter dan Maslach 1988)
dan kepuasan kerja (Burke et al, 1984). Pada perawat dapat terjadi tingginya angka turn over
dan ketidakhadiran (Courage dan Williams, 1987; Stechmiller, 1990), kecenderungan untuk
menarik diri dari pasien dan beristirahat panjang termasuk kinerja secara keseluruhan yang
menurun dalam kualitas dan kuantitas kinerja. Dengan demikian, organisasi dapat mengalami
pemborosan sumber daya dan penurunan produktivitas. Pada tingkat pelayanan, penelitian
menunjukan bahwa burnout syndrome dapat mengarah ke penurunan kualitas perawatan
atau pelayanan dari pasien (Maslach dan Jackson, 1981).Pelayanan pelanggan yang buruk
dapat menyebabkan pelangan tidak puas dan mengakibatkan turunnya kemampuan untuk
mempertahankan pelanggan.
MBI (Maslach Burnout Inventory) merupakan instrument yang terdiri atas 22 item yang
digunakan untuk mengukur frekuensi dari tiga aspek burnout syndrome, kelelahan emosional,
depersonalisasi dan yang terakhir adalah penurunan prestasi diri.Burnout syndrome tercermin
pada skor yang lebih tinggi pada kelelahan emosional dan subscale depersonalisasi dan skor
rendah pada prestasi subscale pribadi.
Dari perumusan kepribadian di atas disimpulkan bahwa kepribadian berubah, berkembang
terus sesuai dengan cara penyesuaian terhadap lingkungan sehingga dapat dikatakan bahwa
kepribadian merupakan suatu hasil dari fungsi keturunan dan lingkungan. Setiap perubahan
yang terjadi pada lingkungan juga akan diikuti dengan berubahnya kepribadian.
Dalam usaha mengerti seseorang, mengerti kepribadiannya perlu kita mengikuti
lingkungan manakah yang berperan pada proses perkembangan dan masa hidupnya.
Kalinya dipakai oleh Achille Guillard dalam karangannya berjudul “Elements de Statistique
Humaine on Demographic Compares” pada tahun 1885.
DAFTAR PUSTAKA
Burke, RL & Leiter, MP. 1998. Contemporary Organizational Realities and Professional
Efficacy: Downsizing, Reorganization and Transition. Dalam T. Cox, P. Dewe, dan
M. Leiter (ed). Coping and Health in Organizations. Washington, DC: Taylor and
Francis.
Cavus. 2010. “The Impacts of Structural and Psychological Empowerment on Burnout”. A Research
on Staff Nurses in Turkish State Hospitals. Canadian Social Science. Hlm. 63−72.
Freudenberger , J. 1974. Staff Burnout, Journal of Social Issues. Hlm. 159−165.
Maslach, C, Jackson, S & Leiter, M. 2003. Maslach Burnout Inventory Manual. California: CPP.
Maslach, C. 1982. Understanding Burnout: Definition Issues in Analysing a Complex
Phenomenon. Dalam W. S. Pain Job Stres Burnout. Beverly Hills: Sage Publication.
Maslach, C. 2001, “Job Burnout”. Annual Review of Psychology, diakses 14 November 2003,
findarticles.com.
Maslach, C. 2004. Different Perspectives on Job Burnout. Contemporary Psychology. APA
Review of Books. Hlm. 168−170.
132 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
Keterangan
: Diukur
: Tidak diukur
Gambar 4.24 Kerangka konseptual motivasi ibu dalam melengkapi status imunisasi dasar pada
anak berbasis integrasi model Lawrance Green dan McClelleand (Eka Irawati, 2012)
Menurut Teori Lawrence Green, ada 3 faktor yang memengaruhi perilaku kesehatan
seseorang. Perilaku seorang ibu dalam memberikan imunisasi pada anaknya berdasarkan
pendekatan Teori Lawrence green dipengaruhi oleh 3 faktor, antara lain: faktor predisposisi
(predisposing factors) yaitu: sikap, keyakinan, pengetahuan, kepercayaan, nilai dan
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian 133
norma. Sedangkan faktor pendukung (enabling factors) yaitu: adanya sarana kesehatan,
terjangkaunya sarana kesehatan, peraturan kesehatan, dan keterampilan terkait kesehatan.
Faktor pendorong (reinforcing factors) yaitu: keluarga, guru, sebaya, petugas kesehatan,
tokoh masyarakat, dan pengambil keputusan. Dan faktor predisposisi merupakan faktor
yang paling berpengaruh terhadap motivasi ibu melengkapi status imunisasi dasar pada
anak. Banyak ibu yang tidak bersedia untuk mengimunisasikan anaknya dengan alasan
yang sangat sederhana yaitu ibu-ibu sibuk dengan urusan rumah tangga dan ketakutan ibu
akan efek samping dari pemberian imunisasi yang disertai pengetahuan ibu yang rendah
tentang imunisasi (Ayubi, D, 2009). Imunisasi yang diberikan pada anak mencakup 5
imunisasi dasar yang harus diberikan, yaitu: imunisasi BCG, DPT, campak, polio, dan
hepatitis. Tujuan dari imunisasi dasar adalah tercapainya kekebalan penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I) pada masyarakat (Depkes RI, 2005). Berdasarkan
pendekatan integrasi model Lawrance Green dan McClelleand diperoleh suatu kesimpulan
mengenai motivasi ibu dalam melengkapi status imunisasi dasar pada anak. Ini dapat
dilihat dari angka cakupan imunisasi dasar. Jika angka cakupan imunisasi dasar pada anak
tinggi berarti motivasi ibu baik. Tapi jika angka cakupan imunisasi dasar pada anak rendah
berarti motivasi ibu buruk dalam melengkapi status imunisasi dasar pada anak.
Hipotesis:
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M.R. & Tomey, A. M. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 6th ed. Missouri:
Mosby
Ayubi, D., (2009). Kontribusi Pengetahuan Ibu Terhadap Status Imunisasi Anak di Tujuh
Provinsi di Indonesia. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia. Tidak dipublikasikan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Profil Kesehatan Indonesia 2005. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Eka Irawati. 2012. Burnout syndrome pada mahasiswa profesi berdasarkan analisis faktor
person dan faktor lingkungan dari teori maslach. Skripisi. FKp. Unair
Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika
Siagia, S.P. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
134 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
PROSES OUTCOME
Antecedents Primary Appraisal Secondary Appraisal R Coping Effort Relational Coping Effort
(Stresors) e Meaning
“Am I okay?” “What, if anything, can l Coping Effort Revisited Adaptation
a
From person, “Am I in trouble be done about the t • Problem • Emotional well-being
environment, or being stresor?” i focused coping • unctional Status
and an benefited, now or o • Emotion • Health behaviors
in the future, and n
interaction of a focused coping
both in what way?” l (Anger, inhibited, anger,
righteous, anger, pouting,
M hostility, envy, jealousy,
e
a anxiety-fright, guilt shame,
n relief, hope, sadness-
i depression, gratitude,
n compassion, happiness-joy,
g
pride and love)
Resources
Gambar 4.25 Stres, appraisal and coping strategy in transactional
theory (Lazarus & Folkman, 1984)
Setiap individu pasti akan mengalami stimulus atau peristiwa dalam hidupnya. Setiap
stimulus atau peristiwa terkadang menimbulkan stres bagi individu. Stimulus ini kemudian
disebut sebagai Antecedents of stresor. Lazarus & Folkman (1984) mengklasifikasikan
stresor ke dalam dua domain yakni Personal Stresor (komitmen dan kepercayaan) dan
Environmental Stresor (setiap aspek di luar personal yang dapat menjadi ancaman bagi
kondisi personal seseorang). Dalam penilaian awal (primary appraisal), individu akan
menentukan makna dari peristiwa yang dialaminya. Primary appraisal merupakan proses
penentuan makna dari suatu peristiwa yang dialami oleh individu, apakah peristiwa
tersebut dipersepsikan positif, netral ataukah negatif oleh individu. Peristiwa yang dinilai
negatif kemudian dicari kemungkinan adanya persepsi harm, threat atau challenge.
Harm adalah penilaian mengenai bahaya yang didapat dari peristiwa yang terjadi. Threat
adalah penilaian mengenai kemungkinan buruk atau ancaman yang didapat dari peritiwa
yang terjadi, dan Challenge adalah tantangan akan kesanggupan untuk mengatasi dan
mendapatkan keuntungan dari peristiwa yang terjadi pentingnya primary appraisal
digambarkan dalam sebuah studi klasik mengenai stres oleh Lazarus. Primary appraisal
memiliki tiga komponen yakni:
1) Goal relevance: yakni penilaian yang mengacu kepada tujuan yang dimiliki seseorang,
yakni bagaimana hubungan peristiwa yang terjadi dengan tujuan personalnya
2) Goal congruence or incongruence: yakni penilaian yang mengacu pada apakah
hubungan antara peristiwa di lingkungan dan individu tersebut konsisten dengan
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian 135
keinginan individu atau tidak, apakah hal tersebut menghalangi atau memfasilitasi
tujuan personalnya. Jika hal tersebut menghalanginya maka disebut goal incongruence.
Apabila hal tersebut memfasilitasinya disebut goal congruence.
3) Type of ego involvement: yakni penilaian yang mengacu kepada berbagai macam
aspek dari identitas ego atau komitmn seseorang
Jika individu merasa adanya ancaman dari suatu peristiwa tersebut tetapi situasi
tersebut tidak dirasa merugikan, maka akan berlanjut ke penilaian kedua (secondary
appraisal) yang merupakan penilaian kemampuan individu dalam melakukan koping.
Individu yang merasakan adanya ancaman dalam penilaian kedua, tergantung bagaimana
individu tersebut melakukan koping. Secondary appraisal memiliki tiga komponen:
1) Blame and credit : yakni penilaian siapa yang bertanggung jawab atas situasi yang
menekan yang terjadi astas diri individu
2) Coping potential : yakni penilaian mengenai bagaimana individu dapat mengatasi
situasi menekan atau mengaktualisasi komitmen pribadinya
3) Future expectancy: penilaian mengenai apakah untuk alasan tertentu individu
mungkin berubah secara psikologis untuk menjadi lebih baik ataukah lebih buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Lazarus, RS. 1996. Psychological Stres and the Coping Process. New York: McGraw Hill.
Lazarus, RS Folkman, S. 1984. Stres, Appraisal and Coping. New York: Springer.
Lazarus & Taylor. 1991. Emotion and Adaptation. London: Oxford University Press.
Lazarus, R. S., & Folkman, S. 1987. ‘Transactional theory and research on emotions and
coping.” European Journal of Personality.Vol.1. Hlm.141−170.
Lazarus, RS & Folkman S. 1988. Ways of Coping Questionnaire. Consulting Psychologist, Inc.
136 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
Microsystem
Microsystem
Microsystem
Mother-Father Relationship
Mother
Stres
Role conflict/strain Health
lo
Social competence
ho
Sc
ay g
D
ca So nin
re cia nc tio
l su
ppo i ly f u
rt Fam
Transm cies
itted cultural consisten
Pencapaian Peran Ibu: Mercer’s Original Model
Maternal Role Attainment yang dikemukakan oleh Mercer merupakan sekumpulan siklus
mikrosistem, mesosistem dan makrosistem. Model ini dikembangkan oleh Mercer sejalan
pengertian yang dikemukakan Bronfenbrenner’s, yaitu:
Bab 4 • Kerangka Konsep dan Hipotesis Penelitian 137
Maternal Role Attainment adalah proses yang mengikuti empat tahap penguasaan peran,
yaitu sebagai berikut.
Society at large
Community
Father or
intimate
Mother Infant
Dalam model ini dijelaskan variabel lingkungan keluarga dan teman meliputi
dukungan sosial, nilai dari keluarga, budaya, fungsi keluarga dan stresor. Lingkungan
komunitas meliputi perawatan sehari-hari, tempat kerja, sekolah, rumah sakit, fasilitas
rekreasi dan pusat kebudayaan. Lingkungan yang lebih besar dipengaruhi oleh hukum
yang berhubungan dengan perempuan dan anak-anak, termasuk ilmu tentang bayi baru
lahir, kesehatan reproduksi, budaya terapan dan program perawatan kesehatan nasional.
Perawat berperan besar membantu bayi lahir menjalani masa transisi dengan aman dan
membantu ibu dan orang terdekat untuk menjalani masa transisi menjadi orang tua
(Boback,1995)
Daftar Pustaka
Alligood, MR, & Tomey, AM. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 7th Ed. Missouri:
Mosby. Hlm. 605−619.
Informed
Philosophical understanding
attitudes of the clinical Intended
towards persons condition (in Therapeutic actions outcome
(ingeneral) and general) and the Message
the designated situation and client conveyed
client (in specific (in specific) to client
daftar PUSTAKA
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
LoBiondo-Wood, G., dan Haber, J. (2002). Nursing Research: Methods, Critical Appraisal,
and Utilization. 5th ed. St. Louis: Mosby
Polit DF & Back, CT. (2012). Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for
Nursing Practice. 9th Ed. Philadelphia: JB. Lippincott.
Voelker, D. H., & Orton, P. Z., & Adams, S. (2011). Cliff Quick Statistics Quick Review 2nd
ed. New York: Wiley Publications, Inc.
140 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konsep
Bab 5 • Lingkup Masalah Penelitian Ilmu Keperawatan 141
Bab 5
Lingkup Masalah Penelitian
Ilmu Keperawatan
Pada bagian ini, penulis hanya ingin berfokus pada identifikasi masalah penelitian ilmu
keperawatan. Masalah-masalah tersebut dapat digunakan sebagai stimulus bagi para
peneliti ilmu keperawatan saat menerjemahkan fakta empiris yang ada di lapangan.
Penjabaran lingkup masalah penelitian ilmu keperawatan akan dibagi menjadi
6 lingkup masalah penelitian, meliputi: (1) Ilmu Keperawatan Dasar dan Manajemen
Keperawatan, (2) Ilmu Keperawatan Anak, (3) Ilmu Keperawatan Maternitas, (4) Ilmu
Keperawatan Medikal-Bedah dan Gawat Darurat, (5) Ilmu Keperawatan Kesehatan Jiwa,
serta (6) Ilmu Keperawatan Komunitas, Keluarga, dan Gerontik.
3. Masalah deteksi dini tumbuh kembang (DDST) oleh petugas maupun orang tua
Mengkaji dan menilai tahap perkembangan pada bayi/anak menggunakan format
DDST
5. Masalah pengelolaan bermain sesuai tahap tumbuh kembang anak dan jenis penyakit
pada anak yang dirawat di RS (peran petugas kesehatan/perawat dan orang tua)
dalam mempercepat proses penyembuhan anak
• Menentukan jenis permainan sesuai tahap tumbuh kembang anak dan jenis
penyakit
• Menyusun dan membuat rencana permainan
• Melaksanakan rencana permainan di setiap ruang perawatan anak
• Mengevaluasi tindakan bermain yang telah dilakukan pada bayi/anak
144 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konseptual
• Melakukan pengkajian
• Menentukan diagnosis keperawatan
• Membuat rencana tindakan
• Mengevaluasi tindakan
• Mampu mengkaji/mengidentifikasi tumbuh kembang bayi/anak
• Mampu menilai pertumbuhan bayi dan balita berdasarkan pedoman
antropometri
• Mampu menerapkan konsep bermain pada klien
a. Pemberian insulin
b. Mengambil darah untuk pemeriksaan gula darah acak/post prandial
2. Lingkup masalah penelitian ibu intrapartum (kala I–IV) dan asuhan keperawatan
bayi baru lahir (pengkajian–evaluasi):
• Pemenuhan kebutuhan psikososial ibu inpartum
• Peran perawat dalam memonitor kemajuan persalinan (partograf)
• Peran perawat dalam menolong persalinan normal minimal tiga orang
• Peran perawat pada perawatan bayi setelah lahir (menghisap lendir, perawatan
tali pusat, menentukan apgar score, memandikan bayi, menimbang berat badan
(BB) mengukur panjang badan (PB), lingkar kepala, serta lingkar dada bayi)
4) Tindakan pengurangan nyeri apakah yang paling efektif pada nyeri sendi
5) Apakah ada perbedaan kebutuhan psikososial pada klien HIV pada berbagai
stadium
6) Keefektifan intervensi nonfarmakologi dalam mengurangi mual dan muntah
pada klien kanker
c. Sistem kardiovaskular
1) Keefektifan persiapan kulit terhadap penempatan elektroda untuk memperkecil
artefak
2) Pengaruh prosedur keperawatan tertentu terhadap disritmia
3) Keakuratan teknik pengukuran tekanan darah di berbagai letak
4) Apakah ada perbedaan manifestasi penyakit koroner antara pria dan wanita
5) Bagaimana faktor risiko penyakit arteri koroner pada klien dengan penyakit
vaskular
6) Cara yang terbaik apakah yang dapat membantu merubah kebiasaan gaya hidup
klien untuk mencegah atau mengurangi risiko penyakit kardiovaskular
7) Apakah metode terapi oksigen nasal atau masker lebih efektif untuk
mempertahankan keadekuatan nilai PaO2
8) Mengapa perdarahan lebih banyak terjadi pada wanita setelah terapi
trombolitik
9) Apakah terapi relaksasi lebih efektif daripada imajinasi terbimbing dalam
pengendalian mual pada klien kemoterapi
10) Apakah pendidikan meningkatkan ketaatan pada sejumlah klien dengan penyakit
jantung
d. Sistem persarafan
1) Alat pengkajian neurologi apa yang paling sesuai untuk mengkaji neurologi secara
cepat
2) Intervensi keperawatan apakah yang paling baik untuk mencegah gelisah dan
agitasi pada klien dengan penyakit Alzheimer
3) Efek frekuensi pengisapan pada klien trauma kepala terhadap peningkatan TIK
4) Alat pengkajian apakah yang paling baik untuk deteksi dini penurunan
kesadaran
5) Kombinasi intervensi apa yang terbaik pada klien dengan nyeri akut setelah
pembedahan
Bab 5 • Lingkup Masalah Penelitian Ilmu Keperawatan 149
e. Sistem perkemihan
1) Apakah modifikasi pendidikan dan diet menghambat serangan gagal ginjal
2) Perbedaan stresor psikologi dan stresor fisiologi pada klien hemodialisis dan
dialisis peritoneal
3) Metode koping apakah yang paling efektif atau yang lazim digunakan pada klien
gagal ginjal/hemodialisis
f. Sistem pencernaan
1) Metode apakah yang efektif untuk mengurangi nyeri stomatitis
2) Adakah peran pengelolaan stres dan pengobatan stomatitis
3) Hubungan antara ketaatan diet, minum antasida, dan perubahan gaya hidup
terhadap serangan tukak peptik
4) Peran perawat dalam membantu penyesuaian klien terhadap ostomi (misalnya
hubungan sosial, seksual)
5) Pengaruh intervensi keperawatan klien hepatitis yang mengalami isolasi sosial
6) Intervensi keperawatan apa yang paling baik untuk mengurangi gatal yang disertai
ikterus
7) Intervensi keperawatan apa yang paling baik untuk mencegah diare pada klien
yang memperoleh tube feeding
g. Sistem endokrin
1) Keefektifan biaya pada pemberian terapi antitiroid dan pengobatan tetap iodin
(I131)
2) Kondisi yang paling tepat untuk penyimpanan insulin
3) Apakah penggunaan ulang spuit insulin mengontaminasi insulin dan apa efek
metabolismenya
i. Sistem muskuloskeletal
Intervensi keperawatan apa yang paling sesuai pada klien dengan frustrasi dan depresi
akibat imobilisasi dan hospitalisasi yang berkepanjangan
150 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konseptual
j. Lanjut usia
1) Teknik pengkajian spesifik apakah yang mereflekssikan status hidrasi pada klien
lanjut usia
2) Apakah pendekatan video pada penyuluhan penghitungan asupan natrium efektif
pada populasi lanjut usia
b. Penelantaran Diri
• Masalah tingkat kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi pada klien yang
mengalami masalah penelantaran diri
• Masalah pemenuhan kebutuhan dasar klien dengan penelantaran diri
c. Bunuh Diri
• Masalah pelaksanaan pengkajian tingkat risiko bunuh diri pada klien
• Masalah identifikasi kategori perilaku bunuh diri: ancaman bunuh diri, upaya
bunuh diri, dan bunuh diri
• Masalah intervensi keperawatan pada klien dengan masalah risiko bunuh
diri
d. Lingkup masalah penelitian pada terapi keluarga
• Masalah pendidikan kesehatan pada keluarga berdasarkan kasus kelolaan
(individu)
152 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konseptual
Komunitas
a. Pengkajian tentang pelayanan kesehatan kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhan
kesehatannya melalui upaya pokok puskesmas yang ada di Indonesia.
b. Pengkajian tentang pelayanan kesehatan di dalam dan luar gedung puskesmas.
c. Identifikasi masalah kesehatan prioritas di wilayah kerja puskesmas.
d. Menyusun rencana strategi untuk menghentikan kendala terhadap pencapaian
program kesehatan di puskesmas.
e. Pendekatan peran serta masyarakat secara aktif.
Bab 5 • Lingkup Masalah Penelitian Ilmu Keperawatan 153
Keluarga
a. Komunikasi terapeutik setiap berhubungan dengan keluarga.
b. Identifikasi keluarga yang perlu mendapat asuhan keperawatan.
c. Identifikasi kemampuan, kelemahan, kesempatan, dan bahaya yang dimiliki oleh
keluarga binaannya.
d. Penerapan proses keperawatan (pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi).
e. Menyusun media dan strategi pendidikan kesehatan yang tepat bagi keluarga
binaannya sesuai dengan masalah kesehatan.
f. Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga binaannya sesuai dengan
masalah kesehatan.
g. Mendayagunakan kemampuan keluarga sebagai upaya promotif dan preventif.
h. Melakukan evaluasi terhadap hasil asuhan keperawatan keluarga yang telah
dilakukan.
Gerontik
a. Identifikasi masalah-masalah kesehatan lansia di keluarga, komunitas, dan institusi
layanan (depresi, ketergantungan, gangguan fisik, demensia, dll).
b. Pengembangan model asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosis, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi) kepada lansia sebagai individu yang tinggal dalam
keluarga; panti/institusi pelayanan kesehatan.
c. Pemanfaatan sumber-sumber yang ada di masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatan lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, MR, & Tomey, AM. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 7th Ed. St. Louis,
Missouri: Mosby.
Barkway P. 2009. Psychology for Health Professionals. London: Churchill Livingstone
Elsevier.
Muir Cochrane E., Barkway P, Nizette D. 2010. Mosby’s Pocket Book of Mental Health.
Sydney: Mosby.
Nursalam. 2000. Pendekatan Paktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
154 Bagian 2: Masalah Penelitian dan Kerangka Konseptual
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing
Practice. 9th Ed. Philadelphia: JB. Lippincott.
Wong, D.L. 1995. Nursing Care of Infant and Children. 8th ed. St. Louis: Mosby
Company.
Bagian 3
METODOLOGI
PENELITIAN
PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas tentang rancangan penelitian yang sering digunakan pada
penelitian ilmu keperawatan. Pembahasan akan difokuskan pada rancangan deskriptif
dan eksperimen. Rancangan penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengkaji suatu
fenomena berdasarkan fakta empiris di lapangan. Sedangkan rancangan eksperimen lebih
ditekankan pada pembuktian dan pengembangan model penerapan ilmu keperawatan
di lapangan melalui suatu intervensi keperawatan dan observasi dari intervensi yang
diberikan.
Rancangan atau rancangan penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam
penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat
memengaruhi akurasi suatu hasil. Istilah rancangan penelitian digunakan dalam
dua hal; pertama, rancangan penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam
mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data; dan
kedua, rancangan penelitian digunakan untuk mendefinisikan struktur penelitian yang
akan dilaksanakan.
Rancangan juga dapat digunakan peneliti sebagai petunjuk dalam perencanaan dan
pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu pertanyaan
penelitian. Oleh karena itu, kemampuan dalam menyeleksi dan mengimplementasikan
rancangan penelitian sangat penting untuk meningkatkan kualitas penelitian dan hasilnya
akan dapat dimanfaatkan.
Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang
dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan.
Rancangan sangat erat dengan kerangka konsep sebagai petunjuk perencanaan pelaksanaan
suatu penelitian. Sebagai “blueprint”, rancangan adalah suatu pola atau petunjuk secara
umum yang dapat diaplikasikan pada beberapa penelitian. Dengan adanya permasalahan
penelitian yang jelas, kerangka konsep, dan definisi variabel yang jelas, suatu rancangan
dapat digunakan sebagai gambaran tentang perencanaan penelitian secara rinci dalam hal
pengumpulan dan analisis data.
158 Bagian 3: Metodologi Penelitian
Tidak Ya
Tidak
Tidak Ya (hanya 2 saja Ya
Desain Desain
deskriptif studi deskriptif studi Quesi- True-
kasus dan kasus dan Experimental Experimental
survei survei
Pra-experimental
Desain cross-sectional
- One-shot case study
Komparatif
- One group pre-post test design
(cohort & case kontrol)
- Static group comparasion
(1) Apakah akan ada suatu intervensi keperawatan yang perlu dilakukan kepada
responsden?
(2) Perbandingan tipe apakah yang akan digunakan?
(3) Prosedur apakah yang akan digunakan untuk mengontrol variabel?
(4) Kapan dan berapa kali data akan dikumpulkan dari responsden?
(5) Dalam situasi yang bagaimanakah penelitian akan dilaksanakan, di klinik, di rumah
atau di tempat yang lainnya?
(6) Berapakah jumlah responsden untuk setiap kelompok?
(7) Apakah setiap kelompok akan diseleksi secara random?
(8) Apakah data dikumpulkan secara cross-sectional dan cross-time?
160 Bagian 3: Metodologi Penelitian
secara apa adanya tanpa manipulasi dan peneliti tidak mencoba menganalisis bagaimana
dan mengapa fenomena tersebut bisa terjadi, oleh karena itu penelitian jenis ini tidak
memerlukan adanya suatu hipotesis. Hasil penelitian deskriptif sering digunakan atau
dilanjutkan dengan melakukan penelitian analitik.
Hubungan antarvariabel diidentifikasi untuk menggambarkan secara keseluruhan
suatu peristiwa yang sedang diteliti, tetapi pengujian mengenai tipe dan tingkat hubungan
bukan merupakan tujuan utama dari suatu penelitian deskriptif. Cara menghindari
bias dalam suatu penulisan dilakukan dengan: (1) menghubungkan antara konsep dan
operasional definisi variabel, (2) seleksi sampel dan besarnya sampel, (3) instrumen
yang valid dan reliabel, dan (4) prosedur pengambilan data dengan adanya suatu kontrol
lingkungan.
Rancangan ini digunakan untuk menguji suatu karakteristik dari sampel (Polit &
Back (2012):
Pengukuran
Variabel Deskripsi
1 variabel
Uji Interpretasi
Hubungan makna/arti
Variabel Deskripsi
2 variabel
1) Kohort
Menurut Sastroasmoro & Ismail (1995) istilah kohort berasal dari Romawi kuno yang
berarti sekelompok tentara yang maju berbaris ke medan perang. Jenis penelitian
ini merupakan penelitian epidemiologik noneksperimental yang mengkaji antara
variabel independen (faktor risiko) dan variabel dependen (efek/kejadian penyakit).
Pendekatan yang digunakan pada rancangan penelitian kohort adalah pendekatan
waktu secara longitudinal atau time period approach. Sehingga jenis penelitian ini
disebut juga penelitian prospektif. Menurut Sastroasmoro & Ismail (1995) peneliti
mengobservasi variabel independen terlebih dahulu (faktor risiko), kemudian subjek
diikuti sampai waktu tertentu untuk melihat terjadinya pengaruh pada variabel
dependen (efek atau penyakit yang diteliti).
Pada Gambar 7.2, pembagian antara variabel risiko dan nonrisiko terbagi secara
alamiah tanpa adanya suatu intervensi dari peneliti. Kemudian peneliti mengikuti
secara prospektif terhadap efek yang ditimbulkan. Misalnya, peneliti ingin menilai
bayi yang secara alamiah diberi susu buatan dan ASI. Peneliti mengikuti sampai batas
waktu tertentu (misalnya 1 tahun), kemudian mengobservasi kejadian asma bronkial
pada kedua kelompok tersebut. Ternyata ditemukan bahwa angka kejadian asma
bronkial pada kelompok subjek yang diberi susu buatan lebih tinggi dibandingkan
pada bayi berusia kurang dari 1 tahun yang mendapatkan ASI.
164 Bagian 3: Metodologi Penelitian
Gambar 6.2 Rancangan penelitian Kohort (prospektif) (Sastroasmoro & Ismail, 1995)
Peneliti mengobservasi
Menilai Faktor Risiko RETROSPEKTIF
pada waktu ini
ASMA
Sebagai kontrol pada jenis penelitian kasus kontrol, dipilih kelompok subjek yang
berasal dari populasi yang karakteristiknya sama dengan kasus dan hanya berbeda dalam
hal terdapatnya penyakit atau kelainan (asma bronkial).
Bab 6 • Rancangan Penelitian 165
c. Rancangan Solomon
DAFTAR PUSTAKA
Burns & Grove. 1999. The Practice of Nursing Research. Philadelphia: W.B. Saunders Co.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing
Practice. 9th Ed. Philadelphia: JB. Lippincott.
Sastroasmoro S. & Ismail S. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Bab 7 • Populasi, Sampel, Sampling, dan Besar Sampel 169
Bab 7
Populasi, Sampel, Sampling,
dan Besar Sampel
Pada bab ini akan diuraikan tentang penentuan populasi, sampel, dan sampling (cara
pengambilan sampel), serta penentuan jumlah sampel. Setiap penelitian harus memiliki
subjek, bisa berupa manusia, hewan, barang-barang, dan atau tumbuhan. Pada penelitian
keperawatan, subjek penelitian hampir selalu menggunakan subjek manusia.
POPULASI
Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan. Contoh: Semua klien yang telah menjalani operasi jantung
di rumah sakit.
Pembagian Populasi
Pembagian populasi menurut Sastroasmoro & Ismail (1995) meliputi: populasi target dan
populasi terjangkau.
a. Populasi target
Populasi target adalah populasi yang memenuhi kriteria sampling dan menjadi sasaran
akhir penelitian. Populasi menurut Polit dan Hungler (1999) target bersifat umum
dan biasanya pada penelitian klinis dibatasi oleh karakteristik demografis (meliputi
jenis kelamin atau usia). Misalnya, kita mempunyai kelompok populasi target pada
klien diabetes melitus di Surabaya.
b. Populasi terjangkau (Accessible Population)
Populasi terjangkau adalah populasi yang memenuhi kriteria penelitian dan biasanya
dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya. Misalnya, semua klien diabetes
melitus yang menjadi anggota Askes di Surabaya. Peneliti biasanya menjadikan sampel
pada populasi target tersebut dan diharapkan dapat dipergunakan untuk mewakili
kelompok populasi klien diabetes melitus yang ada di Surabaya.
170 Bagian 3: Metodologi Penelitian
Gambar 7.1 Hubungan antara populasi, sampel, sampling, dan besar sampel
(Sastroasmoro & Ismail: 1995, dimodifikasi oleh Nursalam 2008)
Kriteria Populasi
Dalam mendefinisikan populasi, peneliti harus berfokus pada kriteria yang telah ditetapkan.
Dasar pertimbangan penentuan kriteria populasi, meliputi:
a. Biaya. Jika kita ingin meneliti pada populasi suku Madura, maka peneliti harus belajar
budaya dan bahasa Dayak agar dapat terjadi interaksi dengan baik. Keadaan tersebut
memerlukan waktu yang lama sehingga juga memerlukan biaya tambahan.
b. Praktik. Kesulitan dalam melibatkan populasi sebagai subjek karena berasal dari
daerah yang sulit dijangkau (misalnya, masyarakat Dayak yang tinggal terpencil di
pegunungan).
c. Kemampuan orang untuk berpartisipasi dalam penelitian. Kondisi kesehatan
seseorang yang menjadi subjek harus dijadikan bahan pertimbangan dalam
penentuan populasi. Misalnya orang dengan gangguan mental, tidak sadar, dan
kondisi mental yang tidak stabil perlu dikeluarkan sebagai kriteria populasi.
d. Pertimbangan rancangan penelitian. Pada penelitian dengan menggunakan
rancangan eksperimen, maka diperlukan populasi yang mempunyai kriteria
homogenitas dalam upaya untuk mengendalikan variabel random, perancu, dan
variabel lainnya yang akan mengganggu dalam penelitian.
Sampel
a. Syarat-syarat sampel
Pada dasarnya ada dua syarat yang harus dipenuhi saat menetapkan sampel, yaitu
representatif (mewakili) dan (2) sampel harus cukup banyak.
1) Representatif
Sampel yang representatif adalah sampel yang dapat mewakili populasi yang ada.
Untuk memperoleh hasil/kesimpulan penelitian yang menggambarkan keadaan
populasi penelitian, maka sampel yang diambil harus mewakili populasi yang ada.
Untuk itu dalam “sampling” harus direncanakan dan jangan asal saat mengambil
sampel. Misalnya, kita ingin meneliti hubungan antara pengetahuan klien dan
ketaatan diet pada klien diabetes. Dasar pendidikan klien ada yang tidak sekolah,
tidak lulus SD, Lulus SD, SMP, SMU, akademi, perguruan tinggi, dan lain-lain. Semua
tingkat pendidikan tersebut harus terdapat dalam sampel. Istilahnya terwakili dalam
sampel penelitian kalau semua tingkat pendidikan klien yang ada dalam populasi
telah terwakili.
N.z2 p.q.
n =
d2 (N-1) + z2 . p.q
48 (1,96)2 .05 . 0.5
=
(0,05) (48 – 1) + (1,96)2 . 0,5 . 0,5
= 42,7
= 43 responsden
Za2 .p.q
n=
d2
Keterangan:
n = perkiraan besar sampel
N = perkiraan besar populasi
z = nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96)
p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%
q = 1 – p (100% – p)
d = Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05)
atau
N
n=
1 + N (d)2
Penentuan dengan rumus tersebut di atas tidak mutlak, khususnya jika tujuan
penelitian tidak untuk generalisasi.
1) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu popolusi target
yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman saat
menentukan kriteria inklusi. Misalnya, kita akan meneliti tentang pengaruh mobilisasi
pada klien pascaoperasi terhadap percepatan peristaltik usus, maka yang menjadi
bahan pertimbangan dalam kriteria inklusi adalah jenis anestesi yang digunakan dan
umur klien, karena kedua faktor tersebut sangat memengaruhi hasil dari intervensi
yang dilakukan.
2) Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria
inklusi dari studi karena pelbagai sebab, antara lain:
Bab 7 • Populasi, Sampel, Sampling, dan Besar Sampel 173
Penetapan kriteria sampel (inklusi dan eksklusi) diperlukan dalam upaya untuk
mengendalikan variabel penelitian yang tidak diteliti, tetapi ternyata berpengaruh
terhadap variabel dependen.
Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi.
Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar
memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian
(Sastroasmoro & Ismail, 1995 & Nursalam, 2008). Cara pengambilan sampel dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu: probability sampling dan nonprobability sampling.
a. Probability sampling
Prinsip utama probability sampling adalah bahwa setiap subjek dalam populasi mempunyai
kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel. Setiap bagian populasi
mungkin berbeda satu dengan lainnya tetapi menyediakan populasi parameter, mempunyai
kesempatan menjadi sampel yang representatif. Dengan menggunakan sampling random,
peneliti tidak bisa memutuskan bahwa X lebih baik dari pada Y untuk penelitian. Demikian
juga, peneliti tidak bisa mengikutsertakan orang yang telah dipilih sebagai subjek karena
mereka tidak setuju atau tidak senang dengan subjek atau sulit untuk dilibatkan.
subjek dengan tingkat pendidikan: tidak sekolah dan SD tidak tamat; dasar (SD dan
SMP); SLTA; dan perguruan tinggi. Pada jenis sampling ini harus diyakinkan bahwa
semua variabel yang diidentifikasi akan mewakili populasi.
3) Cluster sampling
Cluster berarti pengelompokan sampel berdasarkan wilayah atau lokasi populasi.
Jenis sampling ini dapat dipergunakan dalam dua situasi. Pertama jika simple
random sampling tidak memungkinkan karena alasan jarak dan biaya; kedua peneliti
tidak mengetahui alamat dari populasi secara pasti dan tidak memungkinkan
menyusun sampling frame. Misalnya, peneliti ingin meneliti anak yang mengalami
stres hospitalisasi. Maka peneliti mengambil sampel pada klien anak berdasarkan
tempat klien dirawat (di rumah sakit A, B, C) yang mempunyai karakteristik yang
berbeda.
4) Systematic sampling
Pengambilan sampel secara sistematik dapat dilaksanakan jika tersedia daftar subjek
yang dibutuhkan. Jika jumlah populasi adalah N= 1200 dan sampel yang dipilih=
50, maka setiap kelipatan 24 orang akan menjadi sampel (1200:50 = 24). Maka
sampel yang dipilih didasarkan pada nomor kelipatan 24, yaitu sampel no. 24, 48,
dan seterusnya.
b. Nonprobability sampling
1) Purposive sampling
Purposive sampling disebut juga judgement sampling. Adalah suatu teknik penetapan
sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut
dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Misal, kita ingin
meneliti peran keluarga dalam perawatan klien skizofrenia di rumah, maka peneliti
memilih subjek pada keluarga klien yang mempunyai anak dengan skizofrenia.
2) Consecutive sampling
Pemilihan sampel dengan consecutive (berurutan) adalah pemilihan sampel dengan
menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian
sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan terpenuhi
(Sastroasmoro & Ismail, 1995: 49). Jenis sampling ini merupakan jenis non-probability
sampling yang terbaik dan cara yang agak mudah. Untuk dapat menyerupai probability
sampling, dapat diupayakan dengan menambahkan jangka waktu pemilihan klien.
Misalnya, terjadinya wabah demam berdarah selama kurun waktu tertentu di mana
waktu tersebut menunjukkan terjadinya puncak insiden demam berdarah. Jenis
sampling ini sering dipergunakan pada penelitian epidemiologi di komunitas.
3) Convinience sampling
Pemilihan sampel convinience adalah cara penetapan sampel dengan mencari subjek
atas dasar hal-hal yang menyenangkan atau mengenakkan peneliti. Sampling ini
dipilih apabila kurangnya pendekatan dan tidak memungkinkan untuk mengontrol
bias. Subjek dijadikan sampel karena kebetulan dijumpai di tempat dan waktu
Bab 7 • Populasi, Sampel, Sampling, dan Besar Sampel 175
secara bersamaan pada pengumpulan data. Dengan cara ini, sampel diambil tanpa
sistematika tertentu, sehingga tidak dapat dianggap mewakili populasi sumber,
apalagi populasi target. Misalnya, pada waktu peneliti praktik di ruangan kebetulan
menjumpai klien yang diperlukan (sesuai masalah penelitian), maka peneliti langsung
menetapkan subjek tersebut untuk diambil datanya. Kemudian peneliti cuti dan tidak
melanjutkan. Setelah beberapa lama, peneliti melanjutkan lagi pemilihan subjek,
demikian seterusnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Polit. DE & Hungler, BP. 1999. Nursing Research. Principles and Methods. 6 th Ed.
Philadelphia: JB Lippincott.
Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing
Practice. 9th Ed. Philadelphia: JB. Lippincott.
Sastroasmoro S. & Ismail S. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
Binarupa Aksara.
176 Bagian 3: Metodologi Penelitian
Bab 8 • Variabel dan Definisi Operasional 177
Bab 8
Variabel Penelitian dan
Definisi Operasional
VARIABEL
Definisi
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu
(benda, manusia, dan lain-lain) (Soeparto, Putra, & Haryanto, 2000). Ciri yang dimiliki
oleh anggota suatu kelompok (orang, benda, situasi) berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok tersebut (Rafii, 1985). Dalam riset, variabel dikarakteristikkan sebagai derajat,
jumlah, dan perbedaan. Variabel juga merupakan konsep dari berbagai level abstrak
yang didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu
penelitian. Konsep yang dituju dalam suatu penelitian bersifat konkret dan secara langsung
bisa diukur, misalnya denyut jantung, hemoglobin, dan pernapasan tiap menit. Sesuatu
yang konkret tersebut bisa diartikan sebagai suatu variabel dalam penelitian.
Jenis Variabel
Jenis variabel diklasifikasikan menjadi bermacam-macam tipe untuk menjelaskan
penggunaannya dalam penelitian. Beberapa variabel dimanipulasi, yang lainnya sebagai
kontrol. Beberapa variabel diidentifikasi tetapi tidak diukur dan yang lainnya diukur
dengan pengukuran sebagian. Macam-macam tipe variabel meliputi: (1) independen; (2)
dependen; (3) moderator (intervening); (4) perancu (confounding); (5) kendali/kontrol;
dan (6) (Nursalam, 2008).
Konsep = A B
C
Uji statistik yang dipilih adalah ANOVA (analysis of variance)
6) Variabel random
Variabel yang tanpa diduga ternyata berperan di dalam mekanisme yang sedang
kita pelajari. Atau dengan kata lain variabel yang dengan sengaja kita abaikan
keberadaannya, meskipun kita ketahui variabel tersebut ikut berperan dalam
mekanisme tersebut.
180 Bagian 3: Metodologi Penelitian
Konsep
X1
X2
X3 Y
X4
X5
X6 (tidak diukur)
X6 dalam hal ini berperan sebagai variabel acak
DEFINISI OPERASIONAL
1) Isi sering disebut juga komprehensi; semua unsur dan ciri yang termuat dalam
pengertian atau realitas;
2) Luas juga disebut sebagai ekstensi, semua realitas yang dapat dinyatakan oleh
pengertian tertentu (contoh kuda: hewan). Luas dapat dibagi menjadi tiga unsur,
yaitu:
b. Definisi
Definisi berasal dari kata definition (latin). Ada dua macam definisi, yaitu definisi nominal
dan definisi riil. Definisi nominal menerangkan arti kata; hakiki; ciri; maksud; dan
kegunaan; serta asal muasal (sebab). Definisi riil menerangkan objek yang dibatasinya,
terdiri atas dua unsur: unsur yang menyamakan dengan hal yang lain dan unsur yang
membedakan dengan hal lain.
Bab 8 • Variabel dan Definisi Operasional 181
1. Definisi harus dapat dibolak-balikkan dengan hal yang didefinisikan (luas keduanya
harus sama)
2. Definisi tidak boleh negatif. Misal, kepuasan adalah tidak senang
3. Apa yang didefinisikan tidak boleh masuk dalam definisi. Misalnya, kepuasan adalah
rasa puas yang dirasakan seseorang terhadap ………
4. Definisi tidak boleh dinyatakan dalam bahasa yang kabur (ambigious). Misalnya,
kepuasan adalah rasa batin yang bersifat individual ………………..
Tabel 8-1 Langkah-langkah penyusunan definisi (Jika definisi suatu istilah sangat kompleks)
Variabel yang telah didefinisikan perlu dijelaskan secara operasional, sebab setiap
istilah (variabel) dapat diartikan secara berbeda-beda oleh orang yang berlainan. Penelitian
adalah proses komunikasi dan komunikasi memerlukan akurasi bahasa agar tidak
menimbulkan perbedaan pengertian antarorang dan agar orang lain dapat mengulangi
penelitian tersebut. Jadi definisi operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi,
komunikasi, dan replikasi. Contoh operasional dalam penulisan definisi operasional pada
skripsi dan tesis dapat dibaca pada bagian pedoman penulisan skripsi.
Ada berbagai cara untuk mendefinisikan suatu variabel. Ada kalanya definisi
tersebut sekadar sinonim atau konseptual. Sinonim dari suatu variabel biasanya dapat
ditemukan di kamus, sedangkan definisi yang konseptual merupakan deskripsi mengenai
apa dan mengapa, biasanya dapat ditemukan di buku teks. Definisi operasional adalah
definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut.
Karakteristik yang dapat diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi
operasional. Dapat diamati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi
atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian
dapat diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam, 2002). Sebaliknya definisi konseptual
menggambarkan sesuatu berdasarkan kriteria konseptual atau hipotetik dan bukan pada
ciri-ciri yang dapat diamati.
Contoh definisi operasional lengkap sebagaimana contoh pada pedoman skripsi
dan tesis (terlampir).
182 Bagian 3: Metodologi Penelitian
Daftar PUSTAKA
Babbie, E. 1999. The Basics of Social Research. Belmont: Wadsworth Pub. Co.
Nursalam. 2002. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung
Seto.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing
Practice. 9th Ed. Philadelphia: JB. Lippincott.
Rafii’. 1993. Metode Statistik analisis untuk Penarikan Kesimpulan. Jakarta: Penerbit Bina
Cipta Anggota IKAPI.
Sastroasmoro S. & Ismail S. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Soeparto O, Putra ST, Haryanto. 2000. Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya: GRAMIK &
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Wilson, HS. 1993. Introducing Research in Nursing. 2nd ed. Redword, California: Addison-
Wesley Nursing.
Bab 9 • Penyusunan Instrumen dan Pengumpulan Data 183
Bab 9
Penyusunan Instrumen
dan Pengumpulan Data
Pada bab ini akan dibahas tentang dua pokok bahasan. Pokok bahasan pertama membahas
tentang penyusunan instrumen pada penelitian ilmu keperawatan, yang meliputi
pengkajian teori keperawatan sebagai kerangka penyusunan instrumen, penggunaan, dan
pengembangannya. Contoh-contoh operasional tentang instrumen pada penelitian ilmu
keperawatan dapat dilihat pada bagian contoh-contoh instrumen. Pokok bahasan kedua
membahas tentang prosedur pengumpulan data, yang meliputi dasar-dasar karakteristik
pengumpulan data: struktur, pengukuran, objektivitas, dan tidak melanggar etika.
PENYUSUNAN INSTRUMEN
Pada bagian ini penulis menekankan pada prinsip-prinsip penyusunan instrumen dan
jenis-jenis instrumen yang sering dipergunakan pada penelitian ilmu keperawatan. Dua
karakteristik alat ukur yang harus diperhatikan peneliti adalah validitas dan reliabilitas.
Validitas (kesahihan) menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas
(keandalan) adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh
orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda.
b. Reliabilitas (keandalan)
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan
hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Alat dan cara
mengukur atau mengamati sama-sama memegang peranan yang penting dalam waktu
yang bersamaan. Perlu diperhatikan bahwa reliabel belum tentu akurat. Dalam suatu
penelitian nonsosial, reliabilitas suatu pengukuran ataupun pengamatan lebih mudah
dikendalikan daripada penelitian keperawatan, terutama dalam aspek psikososial.
Biasanya, dalam penelitian nonsosial sudah ada standar internasional untuk pengukuran
atau pengamatan. Misalnya perlu alat yang andal untuk mengukur temperatur, tekanan
darah, dan lain-lain.
Sedangkan dalam penelitian keperawatan (psikosial), walaupun sudah ada beberapa
pertanyaan (kuesioner) yang sudah distandardisasi secara nasional maupun internasional,
Bab 9 • Penyusunan Instrumen dan Pengumpulan Data 185
(1) Dalam menanyakan suatu fakta/kenyataan hidup pada sasaran penelitian harus
memerhatikan relevansi pertanyaan bagi responsden, artinya menanyakan sesuatu
yang dikenal responsden. Misalnya jika akan menanyakan adanya mastitis pada masa
kala nifas pada ibu-ibu. Sangat mungkin subjek mastitis itu dikenal dengan istilah
yang lain. Kalau si penanya bertanya pernahkah ibu menderita mastitis, pasti semua
ibu menjawab tidak pernah. Akan tetapi kalau penanya menanyakan pernahkah lecet
pada puting susu, semua ibu akan menjawab pernah.
(2) Pertanyaan yang diajukan harus cukup jelas berdasarkan kemampuan responsden. Ini
penting mengingat tingkat intelektualitas responsden dan penanya belum tentu sama.
Untuk itu pewawancara perlu dilatih dan disamakan interprestasi pertanyaan antara
peneliti dan petugas pengumpul data, sehingga petugas dapat menjelaskan secara
rinci maksud dan tujuan pengukuran atau pengamatan pada sasaran penelitian.
(3) Perlu adanya suatu penekanan atau pengulangan. Kadang-kadang peneliti/petugas
dapat menanyakan satu pertanyaan dengan lebih dari satu kali dalam waktu yang
berbeda. Jawaban responsden harusnya sama walau ditanyakan pada waktu yang
berbeda. Perlu sekali peneliti mengukur fakta/kenyataan hidup berkali-kali pada
waktu yang berbeda (misal mengukur tekanan darah penderita dapat dilakukan tiga
hari berturut-turut tiap pagi atau diukur waktu pagi, siang, dan malam). Selain itu,
dapat juga orang yang mengukur yang berbeda sehingga tekanan darah penderita
itu diukur oleh sejumlah orang.
(4) Standardisasi. Peneliti memakai ukuran atau pengamatan yang sudah distandardisasi
keandalannya. Ini mudah dalam penelitian nonkeperawatan dan nonsosial, tetapi
kurang tepat untuk penelitian keperawatan mengingat masalah keperawatan
yang terjadi pada klien lebih banyak ditemukan pada masalah-maslah klien yang
berhubungan dengan psiko-sosial-spiritual, selain juga ada faktor fisiologis.
Jenis-jenis Instrumen
Jenis instrumen penelitian yang dapat dipergunakan pada ilmu keperawatan dapat
diklasifikasikan menjadi 5 bagian, yang meliputi pengukuran (1) biofisiologis; (2) observasi;
(3) wawancara, (4) kuesioner, dan (5) skala (Nursalam, 2008).
Pada penyusunan instrumen penelitian tahap awal perlu dituliskan data-data tentang
karakteristik responsden: umur, pekerjaan, sosial ekonomi, jenis kelamin, dan data
demografi lainnya. Meskipun data tersebut tidak dianalisis, tetapi akan sangat membantu
peneliti jika sewaktu-waktu dibutuhkan daripada harus kembali mencari responsden
lagi.
186 Bagian 3: Metodologi Penelitian
a. Pengukuran Biofisiologis
Pengukuran biofisiologis adalah pengukuran yang dipergunakan pada tindakan
keperawatan yang berorientasi pada dimensi fisiologi. Contoh, pengukuran aktivitas dasar
klien, perawatan kebersihan mulut, perawatan dekubitus, infeksi kontrol sehubungan
dengan pemasangan kateter, dan perawatan trakeostomi. Meskipun pengukuran tersebut
sangat sederhana, untuk mendapatkan hasil yang valid membutuhkan waktu dan biaya
yang tinggi. Instrumen pengumpulan data pada fisiologis dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu:
1) Tidak terstruktur
Pada pengukuran observasi ini peneliti secara spontan mengobservasi dan mencatat
apa yang dilihat dengan sedikit perencanaan. Metode observasi ini meliputi penjelasan
informasi yang lebih banyak dipergunakan untuk menganalisis data secara kualitatif
daripada kuantitatif. Peneliti (observer) menggunakan pedoman sesuai pertanyaan
penelitian tetapi peneliti tidak hanya mengobservasi pada hal-hal yang ada pada
pedoman.
Pada penelitian keperawatan biasanya peneliti ikut terlibat sebagai peserta
dalam suatu kelompok yang diobservasi. Pada jenis penelitian partisipasi observasi,
peneliti ikut terlibat secara penuh dan berhubungan dengan subjek khususnya
terhadap kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masalah penelitian. Contoh
jenis pengukuran ini dapat dilihat pada Focus Group Discussion (FGD).
2) Terstruktur
Pengukuran observasi secara terstruktur berbeda dari jenis observasi yang tidak
terstruktur yaitu peneliti secara cermat mendefinisikan apa yang akan diobservasi
melalui suatu perencanaan yang matang. Peneliti tidak hanya mengobservasi fakta-
fakta yang ada pada subjek, tetapi lebih didasarkan pada perencanaan penelitian
yang sudah disusun sesuai pengelompokannya, pencatatan, dan pemberian kode
terhadap hal-hal yang sudah ditetapkan.
Bab 9 • Penyusunan Instrumen dan Pengumpulan Data 187
Tabel 9.1 Kategori analisis tanda pada activity daily of living (ADL)
Kebersihan
• Mencuci tangan atau anggota ekstremitas lain
• Menggosok gigi
• Mencuci kuku
• Menyisir rambut
• Mencukur jambang/kumis
Berpakaian/berdandan
• Mengancingkan atau melepas sabuk
• Menaikkan atau menurunkan celana
• Mengikat atau melepas tali sepatu
• Memasang dan melepas kacamata
• Memasang atau melepas cincin
c. Wawancara
1) Tidak terstruktur
Jenis pengukuran ini dipergunakan pada penelitian deskriptif dan kualitatif.
Pertanyaan yang diajukan mencakup permasalahan secara luas yang menyangkut
kepribadian, perasaan, dan emosi seseorang. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menggali emosi dan pendapat dari subjek terhadap suatu masalah penelitian.
Terdapat beberapa jenis pengukuran pada jenis wawancara ini:
(a) Wawancara secara langung tanpa adanya suatu topik khusus yang dibicarakan.
Tujuan dari wawancara adalah untuk menggali persepsi subjek secara umum tanpa
adanya intervensi jawaban dari peneliti. Misalnya penelitian Robertson (1992)
188 Bagian 3: Metodologi Penelitian
tentang pendapat 23 ras Afrika yang tinggal di Amerika “Apa arti ketidakpatuhan
klien terhadap program pengobatan pada klien dengan penyakit kronis” (Polit
dan Back, 2012).
(b) Focus interview. Jenis ini dipergunakan oleh peneliti kepada subjek yang
menggunakan pertanyaan secara luas. Jenis pertanyaan biasanya berhubungan
dengan suatu dorongan agar subjek bersedia berbicara secara terbuka, tidak hanya
pertanyaan ya dan tidak. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Flaskerud &
Calvillo (1991) dalam Polit dan Back (2012) tentang pendapat 59 wanita Latin
dengan sosial ekonomi rendah tentang “Apa kepercayaaan wanita Latin tentang
penyebab dan pengobatan penderita yang mengidap AIDS”.
(c) Focus Group Discussion (FGD) adalah suatu teknik penelitian kualitatif yang
bertujuan untuk mendapatkan informasi (perasaan, pikiran) berdasarkan
pengamatan subjektif dari sekelompok sasaran terhadap suatu situasi/produk
tertentu. Sasaran diskusi biasanya homogen dengan jumlah kelompok berkisar
6-12 orang, diskusi berakhir 1-2 jam dipimpin oleh moderator. Moderator
berusaha menjalin hubungan yang akrab dengan responsden sehingga responsden
dapat mengemukakan secara jujur/terbuka terhadap hal-hal yang menyangkut
kepribadian, perasaan, dan emosi yang sesungguhnya. Jenis pengukuran
ini juga digunakan pada penelitian di perusahaan/instansi. Jumlah subjek
biasanya cenderung sedikit (pimpinan atau orang yang dianggap dapat mewakili
kelompoknya) (Nursalam, 2008).
(d) Riwayat hidup. Jenis penelitian ini merupakan penjabaran tentang pengalaman
hidup seseorang.
(e) Catatan kehidupan (diaries)
Penelitian ini digunakan untuk menanyakan kepada subjek tentang kehidupan
yang terjadi selama ini berdasarkan catatan kehidupannya.
(2) Terstruktur
Pengukuran wawancara terstruktur meliputi strategi yang memungkinkan adanya
suatu kontrol dari pembicaraan sesuai dengan isi yang diinginkan peneliti. Daftar
pertanyaan biasanya sudah disusun sebelum wawancara dan ditanyakan secara urut.
Untuk jenis wawancara terstruktur yang lebih ketat, peneliti hanya diperkenankan
bertanya apa adanya sesuai dengan pertanyaan yang telah disusun. Jika responsden
tidak jelas, peneliti hanya boleh mengulang pertanyaan yang sama.
Tahapan penyusunan wawancara terstruktur meliputi a) menyusun pertanyaan,
b) pilot testing, c) latihan, d) persiapan, e) pengulangan (probing), dan f) recording.
d. Kuesioner
Pada jenis pengukuran ini peneliti mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk
menjawab pertanyaan secara tertulis. Pertanyaan yang diajukan dapat juga dibedakan
menjadi pertanyaan terstruktur, peneliti hanya menjawab sesuai dengan pedoman yang
sudah ditetapkan dan tidak terstruktur, yaitu subjek menjawab secara bebas tentang
sejumlah pertanyaan yang diajukan secara terbuka oleh peneliti. Pertanyaan dapat diajukan
Bab 9 • Penyusunan Instrumen dan Pengumpulan Data 189
secara langsung kepada subjek atau disampaikan secara lisan oleh peneliti dari pertanyaan
yang sudah tertulis. Hal ini dilakukan khususnya kepada subjek yang buta huruf, lanjut
usia, dan subjek dengan kesulitan membaca yang lain.
3) Rating question
Misal: Pada skala 1 sampai dengan 10, di mana 0 menandakan sangat tidak puas dan
10 sangat memuaskan, bagaimanakah kepuasan tanggapan Anda terhadap pelayanan
keperawatan di rumah sakit selama dirawat disini?
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4) Cafetaria questions
Misal: Setiap orang memiliki perbedaan dalam hal penggunaan terapi estrogen-
replacement pada menopause. Pernyataan di bawah ini manakah yang mewakili
pendapat Anda?
( ) Estrogen-Replacement (E-R) sangat berbahaya dan harus dilarang
( ) E-R mempunyai efek samping sehingga memerlukan pengawasan yang ketat
dalam pemakaiannya
( ) Saya tidak mempunyai pendapat tentang penggunaan E-R
e. Skala Pengukuran
Skala psikososial merupakan jenis instrumen self-report yang digunakan oleh peneliti
perawat yang dikombinasikan dengan jenis pengukuran wawancara dan kuesioner. Skala
merupakan bagian dari desain penilaian penomoran terhadap pendapat subjek mengenai
hal-hal yang dirasakan ataupun keadaan fisiologis subjek.
Jenis pengukuran ini sering dipergunakan kepada subjek tentang kecemasan, konsep
diri, koping, depresi, harapan, distres menstruasi, nyeri, kepuasan, dukungan sosial,
dan stres (contoh-contoh instrumen dapat dilihat pada bagian pembahasan tentang
instrumen).
(1) Visual Analog Scale (VAS) dan Pengukuran Nyeri Lainnya (Nursalam, 2011)
Jenis pengukuran ini dipergunakan untuk mengukur pengalaman subjektif, misalnya
nyeri, mual dan sesak. Jenis ini dapat diukur dengan menggunakan suatu garis
dimulai dari garis paling awal (paling ringan) sampai garis paling akhir (paling berat).
Pengunaan VAS pada nyeri biasanya digambarkan seperti di bawah ini dengan nilai
mulai dari 0 sampai 100:
100
Garis ukur
sampai 100
Tidak nyeri
( ) Tidak tahu
( ) Setuju
( ) Sangat Setuju
Contoh:
Riset Keperawatan
Penting !_7_!___!___!___!____!____!_1_! Tidak penting
Menyenangkan !_7_!___!___!___!____!____!_1_! Membosankan
Mudah !_7_!___!___!___!____!____!_1_! Sulit
Murah !_7_!___!___!___!____!____!_1_! Mahal
PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan
karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian. Langkah-langkah dalam
pengumpulan data bergantung pada rancangan penelitian dan teknik instrumen
yang digunakan (Burns dan Grove, 1999). Selama proses pengumpulan data, peneliti
memfokuskan pada penyediaan subjek, melatih tenaga pengumpul data (jika diperlukan),
memerhatikan prinsip-prinsip validitas dan reliabilitas, serta menyelesaikan masalah-
masalah yang terjadi agar data dapat terkumpul sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
a. Memilih subjek
Subjek dapat dipilih selama proses pengumpulan data. Penentuan pemilihan subjek
bergantung pada rancangan penelitian yang digunakan peneliti. Penetapan subjek biasanya
direncanakan secara cermat karena analisis data dan interpretasi hasil bergantung pada
akurasi jumlah subjek yang dipilih. Peneliti harus mempertimbangkan faktor-faktor
yang terjadi selama proses pengumpulan data untuk menghindari terjadinya suatu bias
penelitian. Faktor-faktor penghambat dalam pemilihan subjek antara lain (1) semakin
meningkatnya perawat yang melakukan riset, sehingga jumlah subjek juga terbatas, (2)
melibatkan klien atau perawat sebagai subjek berarti juga menjadi masalah bagi perawatan
dan institusi, dan (3) klien dilindungi secara hukum dari berbagai kegiatan penelitian
yang mungkin dapat merugikan klien.
192 Bagian 3: Metodologi Penelitian
e. Memecahkan masalah
Masalah dapat dipersepsikan sebagai suatu frustrasi atau sebagai suatu tantangan. Tugas
yang terpenting dalam pengumpulan data adalah menyelesaikan masalah-masalah yang
terjadi. Jalan yang bisa ditempuh untuk dapat menyelesaikan masalah pada pengumpulan
data adalah perlu adanya orang lain untuk memberikan masukan dan berdiskusi untuk
mencari jalan keluar yang terbaik, agar tujuan penelitian dapat dicapai.
a. Prinsip manfaat
1) Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada subjek,
khususnya jika menggunakan tindakan khusus.
2) Bebas dari eksploitasi
Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan yang tidak
menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian
atau informasi yang telah diberikan, tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang
dapat merugikan subjek dalam bentuk apa pun.
3) Risiko (benefits ratio)
Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang akan
berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.
Bab 9 • Penyusunan Instrumen dan Pengumpulan Data 195
Daftar PUSTAKA
Burns N & Grove, S.K. 1999. Understanding Nursing Research. 2nd ed. Philadelphia: W.B.
Saunders.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing
Practice. 9thed. Philadelphia: JB. Lippincott.
Sastroasmoro, S. & Ismail, S. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Nursalam & Siti Pariani. 2000. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta:
Sagung Seto.
196 Bagian 3: Metodologi Penelitian
Bab 10 • Analisis Data Penelitian Kuantitatif 197
Bab 10
Analisis Data Penelitian
Kuantitatif
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan tahapan dan berbagai macam uji statistik yang sesuai pada
analisis data. Analisis data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan
pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang mengungkap
fenomena. Data mentah yang didapat, tidak dapat menggambarkan informasi yang
diinginkan untuk menjawab masalah penelitian.
Statistik merupakan alat yang sering dipergunakan pada penelitian kuantitatif.
Menurut Windu Purnomo (2002), salah satu fungsi statistik adalah menyederhanakan data
penelitian yang berjumlah sangat besar menjadi informasi yang sederhana dan mudah
dipahami oleh pembaca. Di samping itu, uji statistik dapat membuktikan hubungan,
perbedaan, atau pengaruh hasil yang diperoleh pada variabel-variabel yang diteliti.
Karena statistik akan digunakan sebagai ilmu bantu untuk menelaah berbagai
cabang ilmu pengetahuan, termasuk ilmu keperawatan, maka perlu diperhatikan beberapa
kaidahnya. Kaidah yang harus diingat bahwa statistik merupakan sekumpulan metode
untuk membuat keputusan yang bijaksana pada keadaan yang tidak menentu atau
ketidakpastian. Untuk membuat keputusan, statistik memberikan metode bagaimana
memperoleh dan menganalisis data dalam proses mengambil suatu kesimpulan
berdasarkan data tersebut.
Tujuan mengolah data dengan statistik adalah untuk membantu menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian dari kegiatan praktis maupun keilmuan. Dalam hal
ini, statistika berguna saat menetapkan bentuk dan banyaknya data yang diperlukan. Di
samping itu, juga terlibat dalam pengumpulan, tabulasi, dan penafsiran data.
b. Bersifat objektif. Statistika sebagai alat penilai kenyataan yang berbicara apa
adanya.
c. Bersifat universal. Statistika dapat digunakan hampir dalam semua bidang
penelitian.
2. 8.
Studi pustaka S Laporan ilmiah
T
A
T
3. I 7.
Formulasi hipotesis S Generalisasi & kesimpulan
T
I
K
4. 6.
Model pengujian hipotesis Manajemen & analisis data
5.
Pengumpulan data
ANALISIS DATA
Analisis statistik digunakan pada data kuantitatif atau data yang dikuantifikasi. Sedangkan
data tekstular mungkin hanya dianalisis, misalnya berdasarkan isi yang disebut dengan
content analysis, yaitu analisis data yang didasarkan pada kualitas isi berdasarkan kode/
kata kunci yang telah ditetapkan oleh peneliti. Penelitian yang metode analisisnya seperti
tersebut dimasukkan dalam kategori metode kualitatif. Pada penelitian bidang ilmu
keperawatan, metode tersebut sering dipergunakan khususnya saat menggali pendapat
masyarakat atau klien tentang sesuatu hal yang berhubungan dengan penyakitnya (Windu
Purnomo, 2002).
Pada proses kuantifikasi, data maupun variabel dapat diklasifikasikan dalam empat
jenis skala pengukuran.
b. Ordinal. Data yang disusun atas dasar jenjang dalam atribut tertentu. Menurut Rafii’,
1993; Polit & Back 2012; Burns & Grove 1999) data ordinal merupakan himpunan
yang beranggotakan pangkat, jabatan, tingkatan, atau order. Pada pengukuran ini,
peneliti tidak hanya mengategorikan pada persamaan, tapi bisa menyatakan lebih
besar dari atau lebih kecil dari. Misalnya dalam pengetahuan klien tentang diet pada
kasus diabetes melitus 0= jelek; 1= cukup; 2= baik; 3= sangat baik. Skor yang sering
digunakan untuk mempermudah dalam mengategorikan jenjang/peringkat dalam
penelitian biasanya dituliskan dalam persentase. Misalnya, Pengetahuan: baik = 76-
100%; cukup = 56-75; dan kurang < 56.
c. Interval. Data dihasilkan dari pengukuran yang bersifat kontinu dan dalam
pengukuran itu diasumsikan terdapat pengukuran yang sama. Pada data interval
dapat memberikan nilai interval antara ukuran kelas. Dalam pengukuran ini
tiap anggota dalam kelas mempunyai persamaan nilai interval, demikian juga
terkandung nilai lebih besar atau lebih kecil dari. Misal, pengukuran suhu badan
dapat membentuk variabel interval jika tiga buah objek A, B, dan C berturut-turut
memberikan variabel suhu dengan skala interval 36o C - 37o C; 37,1o C - 38o C; 38,1o
C – 39o C dan seterusnya.
d. Rasio. Skala rasio hampir sama dangan skala interval, yang membedakannya adalah
bahwa skala pengukuran rasio mempunyai nilai nol mutlak sedangkan interval tidak.
Pada pengukuran ini nilai 0 mutlak dipergunakan dan menandakan adanya atau
tidak adanya variabel yang sedang diukur. Angka-angka ini dipergunakan untuk
menyatakan jarak dari asal murninya. Misal: berat badan, umur, kadar glukosa darah
puasa, kadar oksigen, dan sebagainya.
1). Jumlah mutlak kejadian. Misal jumlah penderita AIDS pada tahun 2002 di Jawa
Timur adalah 4000 orang.
2). Proporsi. Disebut proporsi apabila pembilang merupakan bagian dari penyebut.
Misal proporsi perawat yang menggunakan sarung tangan di Instalasi Rawat
Darurat adalah 20%, berarti 20 orang dari 100 perawat menggunakan sarung
tangan saat memberikan asuhan keperawatan pada klien gawat darurat.
Bab 10 • Analisis Data Penelitian Kuantitatif 201
3). Rasio. Rasio adalah perbandingan dari dua bilangan. Misalnya rasio pendidikan
perawat di Rumah Sakit X adalah 1,3, berarti perbandingan banyaknya pendidikan
Ners dibandingkan Akper adalah 13: 10.
4). Angka (rate). Rate dipakai untuk menyatakan banyaknya kejadian pada suatu
populasi dalam jangka waktu tertentu. Misal angka kejadian demam berdarah di
Indonesia 0,25% menggambarkan bahwa perkembangan penyakit demam berdarah
di Indonesia munculnya 25 kasus baru per 10.000 orang dalam setahun.
2). Dari uji statistik akan diperoleh 2 kemungkinan hasil uji, yaitu:
(a) Signifikan/bermakna. Adanya hubungan, perbedaan atau pengaruh antara
sampel yang diteliti, pada taraf signifikansi tertentu. Misalnya 1% (0,01); 5%
(0,05).
(b) Tidak signifikan/tidak bermakna. Artinya tidak ada hubungan, perbedaan,
atau pengaruh sampel yang diteliti.
1). Kesimpulan penelitian harus dibatasi pada jawaban tujuan penelitian. Penemuan-
penemuan yang diperoleh secara kebetulan selama penelitian tidak dapat
dijadikan kesimpulan, tetapi dapat dijadikan bahan bahasan dan bisa menjadi
hipotesis untuk penelitian berikutnya.
2). Adanya korelasi antarvariabel tidak dengan sendirinya menunjukkan adanya
hubungan kausal. Adanya hubungan kausal harus mempunyai landasan teori
yang kuat.
3). Hasil suatu penelitian terutama berlaku untuk populasi yang diwakili oleh sampel
yang bersangkutan.
b. Beberapa penyebab tidak terbuktinya hipotesis penelitian (Ho diterima) atau bias
suatu hasil, yaitu:
1). Sampel tidak representatif. Bisa terjadi bila pemilihan sampel dengan
nonprobabilitas, distribusi yang tidak normal, dan ukuran sampel yang terlalu
kecil.
2). Instrumen tidak valid dan reliabel. Sehingga data yang dikumpulkan tidak
mencerminkan hal yang sebenarnya (palsu).
3). Tidak dikendalikannya variabel luaran/variabel random. Variabel luaran
(extraneous & confounding variable) tidak memperhitungkan adanya variabel
tersebut padahal memberikan pengaruh yang besar terhadap sampel yang
diteliti.
4). Desain penelitian yang tidak tepat. Desain penelitian merupakan hal yang
penting dalam menentukan jenis uji statistik yang digunakan dalam penelitian.
5). Metode analisis statistik yang tidak sesuai. Ketidaktepatan dalam metode analisis
statistik maupun perhitungan yang salah akan memberikan kesimpulan yang
salah.
6). Landasan teori/tinjauan pustaka sudah tidak sesuai.
Lampiran
Dikutip dari Afifi A.A. & Clark V. (1990) diadopsi oleh Windu Purnomo (2002).
Daftar PUSTAKA
Burns & Grove. 1999. The Practice of Nursing Research. Philadelphia: W.B. Saunders Co.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing
Practice. 9thed. Philadelphia: JB. Lippincott.
Rafii’. 1993. Metode Statistik analisis untuk Penarikan Kesimpulan. Jakarta: Penerbit Bina
Cipta Anggota IKAPI.
Windu Purnomo. 2002. Pengolahan dan Analisis Data pada Riset Kuantitatif. Makalah
Seminar Disampaikan pada Pelatihan Metodologi Riset Keperawatan. PPNI Jawa
Timur, Surabaya, 25−28 Maret 2002.
206 Bagian 3: Metodologi Penelitian
Bab 11 • Penulisan Hasil Penelitian 207
Bab 11
Penulisan Hasil Penelitian
PENDAHULUAN
Pada bab ini hanya akan dibahas penulisan laporan skripsi atau tesis dari hasil penelitian
jenis kuantitatif. Penulisan ditekankan pada konsistensi tulisan dan konsistensi penulisan
metodologi. Konsistensi tulisan meliputi penggunaan istilah, penomoran, penggunaan
huruf/angka, dan lain-lain. Konsistensi penulisan metodologi meliputi kerangka
konseptual, desain, populasi dan sampel, variabel dan definisi operasional, pengumpulan
dan analisis data, penyajian hasil dan pembahasan, serta kesimpulan dan saran.
Penulisan hasil penelitian merupakan suatu cara mengkomunikasikan atau
menyosialisasi hasil temuan ilmiah kepada orang lain seperti perawat, tenaga kesehatan
lain, dan pengguna layanan kesehatan (Burns & Grove, 1999). Desiminasi hasil penelitian
menyediakan banyak keuntungan bagi peneliti, profesi keperawatan, dan pengguna layanan
kesehatan. Dengan menyajikan dan menerbitkan hasil penelitian, peneliti akan mampu
meningkatkan disiplin ilmu tertentu, pengakuan individu, meningkatkan eksistensi profesi
keperawatan, dan pengakuan profesionalisasi keperawatan.
Kedalaman informasi yang disajikan bergantung pada jenis penelitian (skripsi,
tesis, atau desertasi), keinginan pembaca, dan mekanisme desiminasi dari laporan hasil
penelitian.
Bagian Pendahuluan
Tujuan dari pendahuluan adalah membawa pembaca untuk mengenal masalah penelitian;
pentingnya masalah yang didukung oleh data-data dari jurnal dan daftar pustaka yang
sesuai; kronologis/penyebab terjadinya masalah; dan konsep solusi yang ditawarkan
oleh peneliti. Tahapan pada pendahuluan termasuk gambaran singkat tentang tinjauan
pustaka, kerangka konseptual, pernyataan masalah, serta hipotesis dan beberapa asumsi
yang mendasari penelitian serta pembahasan yang rasional dalam pengkajian masalah
penelitian.
Peneliti harus menjelaskan secara jelas dan ringkas dengan menggunakan bahasa yang
benar dan baik pada latar belakang permasalahan, agar pembaca dapat mengerti dengan
mudah bahwa masalah penelitian tersebut adalah hal yang penting dan perlu dilakukan
penelitian. Secara ideal, justifikasi masalah penelitian keperawatan harus mengandung
dua hal utama, yaitu praktik dan teoretis. Tetapi pada kenyataannya, banyak penelitian
yang hanya menekankan pada kepentingan praktik atau teoretis saja.
Pernyataan masalah dalam pendahuluan harus disertai ringkasan hasil penelitian
yang sesuai supaya penelitian yang dilakukan sesuai dengan kontekstual yang berkembang
saat ini. Memperbanyak sumber dari tinjauan pustaka akan membantu peneliti memperjelas
dasar-dasar teoretis dan praktik masalah penelitian.
Dalam pendahuluan juga harus membahas tentang variabel dan definisi operasional
secara ringkas. Meskipun penjelasan secara lengkap terdapat pada bagian metodologi,
tetapi penjelasan singkat pada tahap pendahuluan tentang konsep/definisi penting akan
membantu pembaca untuk mengenal istilah-istilah sejak awal, apa yang akan dilakukan
dalam penelitian tersebut.
Kesimpulannya adalah pendahuluan harus memuat penjelasan apa yang sudah
dilaksanakan dan apa yang sudah ditemukan sebelumnya. Pendahuluan juga harus
menjawab pertanyaan: Apa yang telah diketahui oleh peneliti? Apa yang ingin diketahui
oleh peneliti? Dan signifikansi apa yang berdampak terhadap teori dan praktik dalam
penelitian tersebut (Polit dan Back, 2012).
Bagian Metodologi
Penulisan pada bagian metodologi difokuskan pada bagaimana penelitian dilaksanakan
agar tujuan/masalah penelitian dapat dijawab. Ada beberapa hal penting yang harus
dituliskan pada bagian metodologi penelitian, yaitu (1) rancangan penelitian, (2) subjek
penelitian, (3) definisi operasional variabel penelitian, dan (4) instrumen dan metode/
prosedur pengumpulan data, dan (5) analisis data.
bagaimana mengelompokkan subjek, dan prosedur perlakuan apa yang digunakan. Pada
bagian ini juga perlu dituliskan tentang kerangka operasional (pentahapan) penelitian
dilaksanakan, sehingga mempermudah pembaca memahami langkah-langkah yang diikuti
tentang pelaksanaan penelitian.
1. Rancangan penelitian Desain pra-eksperimental jenis post test only (one shot case study) digunakan
pada penelitian tentang pengaruh TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) terhadap
peningkatan sosialisasi pada klien menarik diri.
2. Subjek penelitian Subjek diseleksi dengan menggunakan random: stratified random sampling
pada kelompok subjek ibu hamil dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD/
lulus SD dengan pendidikan SMP atau di atasnya.
3. Variabel dan definisi Perawatan diri pada klien pascaserangan stroke adalah kemampuan klien
operasional (DO) dalam memenuhi kebutuhan makan/minum, mandi, berpakaian, dan eliminasi
(urine/alvi). Contoh lain, respons imun adalah reaksi yang terjadi pada tingkat
sel/gen pada individu melalui tahap alarm, adaptasi, dan exaustion.
4. Instrumen dan metode Instrumen yang digunakan adalah tingkat kecemasan responsden, menurut
pengumpulan data HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale).
Setelah mendapatkan informed consent, data dikumpulkan melalui observasi
tingkat kecemasan klien yang akan dilakukan Sectio Cesaria (SC) sebelum
diberikan penyuluhan (kelompok perlakuan dan kontrol) kemudian penyuluhan
dilakukan selama 2 kali pada kelompok perlakuan, setelah itu diukur kembali
tingkat kecemasan pada kelompok perlakuan dan kontrol sebelum klien
dilakukan SC.
5. Analisa Data Rata-rata dan standar deviasi dihitung pada dukungan sosial yang diberikan
keluarga pada klien dengan penyakit terminal (skala 76 – 100 – dukungan yang
baik), kemudian untuk mengetahui pengaruh dukungan terhadap penurunan
stres hospitalisasi menggunakan uji regresi linier dengan nilai signifikansi 0,05.
2) Penulisan pembahasan
Penulisan pembahasan merupakan unsur yang penting pada bagian ini. Isi dari penulisan
pembahasan didasarkan pada tujuan penelitian, format penulisannya bisa dituliskan
Bab 11 • Penulisan Hasil Penelitian 211
sesuai yang ada di tujuan khusus atau bisa langsung dituliskan dalam beberapa paragraf
(Anderson & Poole, 1993). Isi tersebut meliputi penulisan (1) interpretasi hasil penelitian
(fakta); (2) mencantumkan literatur/tinjauan pustaka yang mendukung (Teori), dan (3)
opini/justifikasi ilustrasi dari peneliti tentang rekomendasi implikasi hasil temuannya
baik dalam hal akademik maupun praktik. Pada penelitian kuantitatif, interpretasi hasil
meliputi penjelasan hasil temuan statistik yang dihubungkan dengan makna konsep dan
praktik. Peneliti juga harus membuat suatu justifikasi tentang hasil temuannya, mengapa
hasil yang ditemukan mendukung atau bertentangan dengan hasil kajian/konsep yang
ada. Pada bagian ini juga perlu dituliskan tentang keterbatasan penelitian, khususnya
ketidaksesuaian dengan konsep atau temuan yang sudah ada.
daftar PUSTAKA
Anderson, J & Poole, M. 1993. Thesis and Assignment Writing. 2nd ed. Brisbane: John
Willey & Sons.
Burns & Grove. 1999. The Practice of Nursing Research. Philadelphia: W.B. Saunders Co.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Polit DF & Back, CT. 2012. Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing
Practice. 9thed. Philadelphia: JB. Lippincott.
Polit DF & Hngle, BP. 1999. Nursing Research. Principles and Methods. 6th ed. Philadelphia:
JB Lippincott.
212 Bagian 3: Metodologi Penelitian
Bagian 4
Contoh Penyusunan
Instrumen Penelitian
25. Instrumen Respons Pengendalian Halusinasi Dengar TAK Stimulasi Persepsi Modifikasi, Observasi
Sesi 1-2-3 TAK dan Observasi TAK Stimulasi Persepsi Modifikasi Halusinasi Dengar (Iskandar,
2006).
26. Mutu Pelayanan (Variabel–Kopelman) (Muhith, 2012)
a. Kuesioner Budaya Organisasi (Skor OCAI)
b. Kuesioner Kepemimpinan (Hersey and Blanchard)
c. Kuesioner Karakteristik Pekerjaan: Komitmen, Mental Model, Motivasi, Sikap
d. Kuesioner Mutu Asuhan Keperawatan: Standar Asuhan Keperawatan, Standar Kinerja
Profesional Perawat, Kepuasan Kerja Perawat
e. Kuesioner Kepuasan Pasien
27. Iklim Organisasi
28. Contoh Penghitungan Beban Kerja (Time and Motion Study) di Ruang Rawat Inap
29. Kepuasan Pasien dalam Caring
30. Kuesioner Terkait Burn Out pada Mahasiswa atau Karyawan
31. Ingatan atau Memori pada Lansia Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
32. Kuesioner Quality of Work Life
33. Instrumen Denyes Self-Care Agency (DSCAI-90)
34. Kuesioner Tingkat Kemandirian Pasien dalam Memenuhi Kebutuhan Perawatan Diri
Postpartum
35. The World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)-BREF
36. Instrumen TPB-AJZEN (2006) (Dikembangkan oleh Erna Dwi Wahyuni, 2012)
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Norma Subjektif
d. Intensi
36a. Lembar Observasi: Pendokumentasian Keperawatan
37. Thermometer Distres
38. Pengembangan Instrumen Survqual
39. Risiko Jatuh
40. Instrumen Nyeri
41. Instrumen Prosedur Pencegahan Infeksi
42. Kuesioner Kepribadian
43. Kuesioner Komitmen
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 215
Contoh 1
Contoh 1
Contoh 2
SKOR
No Hal-hal yang dinilai
0 1 2 3 4
PENGKAJIAN
1 Melaksanakan pengkajian pada klien saat klien masuk rumah sakit
2 Melengkapi format catatan pengkajian klien (buku status klien) dengan tepat
3 Menilai kondisi klien secara terus-menerus
4 Menilai kebutuhan akan klien/keluarga
5 Membuat prioritas masalah
PERENCANAAN
1 Membuat rencana perawatan berdasarkan kebutuhan klien
2 Bekerja sama dengan anggota tim kesehatan yang lain dalam merencanakan
perawatan
3 Membuat penjadwalan dalam melaksanakan rencana perawatan
IMPLEMENTASI
1 Memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh/holistik pada klien yang
menjadi tanggung jawabnya
2 Menghormati martabat dan rahasia klien
3 Mampu berfungsi secara cepat dan tepat dalam situasi kegawatan
4 Melaksanakan program pendidikan kepada klien dan keluarga
5 Bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain dalam memberikan asuhan
keperawatan
218 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 2
SKOR
No Hal-hal yang dinilai
0 1 2 3 4
EVALUASI
1 Mengevaluasi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai kebutuhan klien
2 Mengevaluasi praktik keperawatan dengan dibandingkan standar keperawatan
3 Evaluasi dilakukan secara terus-menerus
KETERAMPILAN KOMUNIKASI
1 Berkomunikasi dengan baik dengan rekan sekerja dan anggota tim perawatan
kesehatan lainnya
2 Mencatat pesanan secara akurat
3 Menanggapi dengan tepat terhadap permintaan dan pertanyaan klien/keluarga
Contoh 3
1. Identitas Responden
ama
N :
Jenis Kelamin :
Status Perkawinan :
Agama :
2. Riwayat Pekerjaan
Sudah berapa lama Anda bekerja di Unit Gawat Darurat (UGD)?
…………………………………….
Ya/Tidak*)
Jika ya, berapa kali dan berapa lama, sebutkan!
• ………………………………………………………………….…………
• ………………………………………………………………….…………
• ………………………………………………………………….…………
• ………………………………………………………………….…………
• ………………………………………………………………….…………
• ………………………………………………………………….…………
Contoh 3
LEMBAR KUESIONER
NO PERNYATAAN 1 2 3 4 SKOR
1 Melakukan observasi klien secara ketat selama jam kerja
2 Banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan demi
keselamatan klien
3 Beragamnya jenis pekerjaan yang harus dilakukan demi
keselamatan klien
4 Kontak langsung perawat dengan klien di ruang ICU secara
terus-menerus selama jam kerja
5 Kurangnya tenaga perawat ICU dibanding dengan klien kritis
6 Pengetahuan dan keterampilan yang saya miliki tidak
mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan di ICU
7 Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang
berkualitas
8 Tuntutan keluarga untuk keselamatan klien
9 Setiap saat dihadapkan pada keputusan yang tepat
10 Tanggung jawab dalam melaksanakan perawatan klien ICU
11 Setiap saat menghadapi klien dengan karakteristik tidak
berdaya, koma, dan kondisi terminal
12 Tugas pemberian obat-obat yang diberikan secara intensif
13 Tindakan penyelamatan klien
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 221
Contoh 3
Kode: 4 = menyenangkan
3 = kurang menyenangkan
2 = tidak menyenangkan
1 = sangat tidak menyenangkan
Contoh 3
C. Stres Kerja Perawat UGD
Petunjuk: Berilah tanda silang (×) pada kolom angka yang ada di sebelah kanan pada masing-
masing butir pernyataan dengan pilihan sesuai dengan yang Anda alami.
Contoh 3
(Lanjutan)
Contoh 4
A. Imbalan Finansial
1. Gaji (honor bulanan) yang Anda terima dari rumah sakit
a. Kurang dari Rp. 500.000
b. Rp. 500.000–750.000
c. Lebih dari Rp. 750.000
7. Tunjangan lain-lain (tahunan) yang Anda terima dari RS (selain tunjangan diatas)
a. Kurang dari Rp. 500.000
b. Rp. 500.000–750.000
c. Lebih dari Rp. 750.000
Contoh 4
C. Motivasi Kerja
1. Bila Anda dinyatakan berprestasi dan perlu mendapatkan imbalan, maka imbalan yang paling
Anda inginkan adalah....
a. Uang
b. Pengakuan atau kepercayaan dari teman dan atasan
c. Piagam
d. Kenaikan jabatan
2. Bila pada saat Anda hendak berangkat tugas turun hujan dan kendaraan mogok, maka tindakan
Anda...
a. Tidak jadi berangkat
b. Menelpon teman untuk menggantikan
c. Berangkat setelah hujan reda dan kendaraan selesai diperbaiki
d. Tetap berangkat dengan kendaraan apapun
3. Apabila saat Anda beristirahat di rumah, kemudian Anda diminta masuk tugas untuk
menggantikan teman yang berhalangan, maka tindakan Anda....
a. Tidak mau, karena itu bukan tugas saya
b. Mau datang, bila ada imbalan
c. Datang sebentar saja terus pulang
d. Berangkat tugas dan pulang sesuai jam dinas
226 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 4
4. Apabila pada saat Anda bertugas, ada klien baru datang (bukan klien Anda) maka tindakan
Anda....
a. Diamkan saja menunggu teman datang dan perintah dokter
b. Menerima klien saja dan melanjutkan pekerjaan lainnya
c. Membuat sebagian catatan keperawatan
d. Menerima klien, kemudian melakukan anamnesis dan observasi
5. Apabila jam tugas Anda sudah berakhir, tetapi pekerjaan Anda belum selesai apa yang Anda
lakukan?
a. Pulang
b. Meneruskan pekerjaan tersebut esok hari
c. Menitipkan kepada pengganti jaga
d. Menyelesaikan tugas sampai tuntas
6. Apabila sudah lama Anda menunggu daftar pengganti jaga, namun belum juga datang, maka
tindakan Anda....
a. Pulang saja, karena waktu tugas jaga sudah selesai
b. Menitipkan pesan kepada petugas jaga atau perawat di ruangan lainnya
c. Menunggu pengganti jaga datang, tetapi tidak mengobservasi keadaan klien
d. Menunggu sampai pengganti jaga datang, tetap mengobservasi, dan melakukan tindakan
keperawatan yang diperlukan kepada klien
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 227
Contoh 5
Keterangan :
STP = sangat tidak puas P = puas
TP = tidak puas SP = sangat puas
CP = cukup puas
228 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 6
Contoh 6
Contoh 6
Skor
No Hal-hal yang dinilai
0 1 2 3 4
PENGKAJIAN
1 Melaksanakan pengkajian pada klien saat klien masuk rumah sakit
2 Melengkapi format catatan pengkajian klien (buku status klien) dengan tepat
3 Menilai kondisi klien secara terus-menerus
4 Menilai kebutuhan akan klien/keluarga
5 Membuat prioritas masalah
PERENCANAAN
6 Membuat rencana perawatan berdasarkan kebutuhan klien
7 Bekerja sama dengan anggota tim kesehatan yang lain dalam merencanakan
perawatan
8 Membuat penjadwalan dalam melaksanakan rencana perawatan
IMPLEMENTASI
9 Memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh/holistik pada klien yang
menjadi tanggung jawabnya
10 Menghormati martabat dan rahasia klien
11 Mampu berfungsi secara cepat dan tepat dalam situasi kegawatan
12 Melaksanakan program pendidikan kepada klien dan keluarga
13 Bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain dalam memberikan asuhan
keperawatan
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 231
Contoh 6
Skor
No Hal-hal yang dinilai
0 1 2 3 4
EVALUASI
14 Mengevaluasi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai kebutuhan klien
15 Mengevaluasi praktik keperawatan dengan dibandingkan standar keperawatan
16 Evaluasi dilakukan secara terus-menerus
KETerampilAN KOMUNIKASI
17 Berkomunikasi dengan baik dengan rekan sekerja dan anggota tim perawatan
kesehatan lainnya
18 Mencatat pesanan secara akurat
19 Menanggapi dengan tepat terhadap permintaan dan pertanyaan klien/keluarga
Contoh 7
c Cara/metode mengajar
d Persiapan mengajar
Berilah tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai pendapat Anda
Ya Tidak
a Sebelum memulai pelajaran guru menjelaskan tujuan pembelajaran
Contoh 7
e Menghargai siswa
h Bersikap adil
i Ada feedback dari guru untuk setiap tugas yang diberikan pada siswa
3. Kualitas personel
b Cara berkomunikasi/berbicara
c Semangat/gairah mengajar
d Penampilan/kerapian/kebersihan
f Keluwesan/fleksibilitas
234 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 7
g Rasa humor
h Kejujuran
Keterangan :
BS = Baik Sekali
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 235
Contoh 8
Petunjuk : Pilihlah satu pernyataan dalam masing-masing kelompok yang paling melukiskan
perasaan Anda pada pekan lalu, termasuk hari ini. Berilah tanda silang pada kotak yang terdapat
disamping pertanyaan yang Anda pilih.
Contoh 8
8. 0. Saya tidak merasa bahwa saya lebih buruk daripada orang lain
1. Saya selalu mencela diri saya sendiri karena kelemahan/kekeliruan saya.
2. Saya menyalahkan diri saya sendiri sepanjang waktu atas kesalahan-kesalahan
saya.
3. Saya menyalahkan diri saya sendiri atas semua hal buruk yang terjadi.
9.
0. Saya tidak mempunyai pikiran untuk bunuh diri.
1. Saya mempunyai pikiran untuk bunuh diri, tetapi saya tidak akan
melaksanakannya.
2. Saya ingin bunuh diri.
3. Saya bunuh diri kalau ada kesempatan.
13.
0. Saya mengambil keputusan-keputusan sama baiknya dengan sebelumnya.
1. Saya lebih banyak menunda keputusan daripada biasanya.
2. Saya mempunyai kesulitan yang lebih besar dalam mengambil keputusan daripada
sebelumnya.
3. Saya sama sekali tidak dapat mengambil keputusan apapun.
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 237
Contoh 8
14.
0. Saya tidak merasa bahwa saya kelihatan lebih jelek daripada biasanya.
1. Saya merasa cemas jangan-jangan saya tua dan tidak menarik.
2. Saya merasa ada perubahan-perubahan tetap pada penmapilan saya yang membuat
saya kelihatan tidak menarik.
3. Saya yakin bahwa saya kelihatan jelek.
19.
0. Saya tidak merencanakan kesehatan saya melebihi biasanya.
1. Saya cemas akan masalah kesehatan fisik saya.
2. Saya sangat cemas akan masalah kesehatan fisik saya dan sulit memikirkan hal-hal
lain.
3. Saya begitu cemas akan kesehatan fisik saya sehingga saya tidak dapat berpikir
mengenai hal-hal lain.
20.
0. Saya tidak merasa ada perubahan dalam minat saya terhadap seks pada akhir-
akhir ini.
1. Saya kurang berminat terhadap seks kalau dibandingkan dengan sebelumnya.
2. Sekarang saya sangat kurang berminat terhadap seks.
3. Saya sama sekali kehilangan minat terhadap seks.
238 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 9
KUESIONER RESPONS PSIKOLOGIS–SOSIAL–SPIRITUAL (NURSALAM, 2005)
1. RESPONS PSIKOLOGIS
Tidak
Selalu Sering Kadang pernah
No Respons 4 3 2 1 kode
Menyangkal/denial (-)
1 Saya tidak percaya kalau saya menderita HIV
2 Saya berpikir hasil pemeriksaan dokter itu salah
3 Saya harus memeriksakan sakit saya ke dokter atau
orang pintar
4 Saya berusaha untuk merahasiakan sakit saya
kepada orang lain
5 Saya malu bila orang lain mengetahui sakit saya
Marah/anger (-)
1 Saya menyalahkan orang lain mengapa harus saya
yang menderita HIV
2 Saya menyalahkan Tuhan mengapa harus saya yang
menderita HIV
3 Saya marah bila orang lain mengetahui sakit saya
4 Saya menyalahkan tim medis karena kurang cepat
pengobatannya
5 Saya marah dan tersinggung jika ada orang lain yang
membicarakan sakit saya
Tawar-menawar/bargaining (-)
1 Saya berpikir seandainya bukan saya yang
menderita, tentu tidak akan jadi begini
2 Saya berpikir seandainya saya sembuh, saya akan
selalu menjaga kesehatan saya
3 Seandainya sakit saya tidak kambuh lagi, saya akan
berbuat baik dan beramal
4 Seandainya saya hidup teratur dan rajin kontrol maka
saya tidak akan sakit
5 Seandainya saya mengikuti nasihat dokter dan
keluarga saya tidak akan jatuh sakit
Depresi/depression (-)
1 Saya merasa sangat terpukul ketika diberitahu
penyakit saya
2 Saat ini saya merasa tidak berdaya
3 Saya merasa sedih dan menangis jika memikirkan
penyakit saya
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 239
Contoh 9
Tidak
Selalu Sering Kadang pernah
No Respons 4 3 2 1 kode
4 Saya merasa gagal dalam hidup karena tidak bisa
mencapai kebahagiaan
5 Saya kadang berpikir untuk bunuh diri dan mati
dengan tenang daripada mengalami HIV
Menerima/acceptance (-)
1 Saya saat ini berpikir akan menyerahkan sepenuhnya
kepada dokter/perawat tentang perawatan penyakit
saya
2 Saya telah menyediakan semua keperluan untuk
kesembuhan penyakit saya, tapi mana hasilnya
3 Saya tidak akan meminta penjelasan lagi kepada
dokter dan perawat tentang penyakit saya dan
kemungkinan kesembuhannya
4 Saya sudah pasrah dan tidak akan berusaha
semaksimal mungkin untuk kesembuhan
5 Saya berpikir bahwa penyakit yang saya derita adalah
musibah yang tiada akhirnya.
2. RESPONS SOSIAL
Contoh 9
E: Emosi = No. 1−4 (16) C: Cemas = No. 5−8 (14) S: Sosial (Interaksi sosial) = No. 9−3 (20)
DUKUNGAN INFORMASI/PENGETAHUAN
1 Keluarga selalu memberitahu tentang hasil pemeriksaan
dan pengobatan dari dokter yang merawat kepada saya
2 Keluarga selalu mengingatkan saya untuk kontrol, minum
obat, latihan, dan makan
3 Keluarga selalu mengingatkan saya tentang perilaku-
perilaku yang memperburuk penyakit saya
4 Keluarga selalu menjelaskan kepada saya setiap saya
bertanya hal-hal yang tidak jelas tentang penyakit saya
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 241
Contoh 9
3. RESPONS SPIRITUAL (10 × 3) = 30
Tidak
Selalu Sering Kadang pernah
No Pertanyaan 3 2 1 0 Kode
1 Saya percaya tanpa bantuan Tuhan saya tidak
mungkin sembuh
2 Selama dirawat di rumah sakit saya menggunakan
waktu lebih banyak untuk mendekatkan diri pada
Tuhan
3 Saya yakin dengan usaha keras, sakit yang saya
alami bisa disembuhkan
4 Dengan berdoa saya mendapat semangat untuk
tabah menanggung sakit
5 Kalau saya banyak berdoa saya merasa tenang
dan damai
6 Saya tetap sabar menghadapi cobaan berupa sakit
ini
7 Saya merasa hidup lebih berarti kalau saya tabah
dalam menghadapi cobaan
8 Saya merasa sakit yang saya alami merupakan
peringatan dari Tuhan
9 Sakit yang saya alami merupakan cara dari Tuhan
agar bisa menerima dan memahami diri dan orang
lain
10 Saya percaya bahwa di balik penderitaan ini pasti
ada hikmahnya
Contoh 9
PEDOMAN WAWANCARA/INTERVIU
DAN OBSERVASI PADA PASIEN HIV
Contoh 10
KLASIFIKASI TINGKAT KETERGANTUNGAN KLIEN
(BERDASARKAN TEORI OREM: DEFISIT PERAWATAN DIRI)
II PARTIAL CARE
1 Klien memerlukan bantuan perawat sebagian
1. Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik-turun tempat tidur
2. Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/berjalan
3. Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
4. Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap)
5. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
6. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
7. Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur/kamar mandi)
2 Pascaoperasi minor (24 jam)
3 Melewati fase akut dari pascaoperasi mayor
4 Fase awal dari penyembuhan
5 Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
244 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 10
Contoh 11
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN
TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA
Jawablah dengan memberi tanda (√) pada pilihan yang Anda anggap tepat!
1. Apakah keluarga pernah memberikan aktivitas seperti senam atau kegiatan lain
sesuai kemampuan fisik lansia untuk mempertahankan kebugaran tubuhnya?
Tidak Ya
2. Apakah keluarga menganggap lansia memerlukan tempat tinggal tertentu, seperti
kamar/ruangan khusus untuk lansia?
Tidak Ya
246 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 11
3. Apakah keluarga tahu aktivitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh lansia,
seperti memberi kesempatan kepada lansia untuk beraktivitas sesuai dengan hobi
lansia?
Tidak Ya
4. Apakah keluarga tahu makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan oleh
lansia?
Tidak Ya
5. Apakah keluarga memandang perlu untuk meminta pendapat kepada lansia
terhadap suatu permasalahan?
Tidak Ya
1. Apakah lansia sering mengubah posisi miring kiri-kanan untuk mencegah luka
tekan?
Tidak Ya
2. Apakah keluarga pernah melakukan latihan berkemih pada lansia bila lansia
sering mengompol?
Tidak Ya
3. Apakah keluarga pernah melatih otot-otot lengan dan kaki bila lansia tidak mampu
bergerak sendiri?
Tidak Ya
4. Apakah keluarga selalu/pernah membantu lansia dalam merawat diri seperti
mandi, berpakaian, kebersihan diri?
Tidak Ya
5. Adakah orang lain yang menemani/merawat lansia selain keluarga?
Tidak Ya
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 247
Contoh 11
D. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian lansia
Tidak Ya
3. Dalam berkomunikasi apakah keluarga berbicara pelan-pelan dengan suara agak
keras tetapi tetap sopan?
Tidak Ya
4. Apakah keluarga mampu meluangkan waktunya untuk bercakap-cakap bila lansia
sedang sendiri/diam saja?
Tidak Ya
5. Apakah keluarga mampu menciptakan lingkungan yang aman bagi lansia? (kamar
dan tempat tidur bersih, cukup luas, penerangan cukup, tidak licin, serta terhindar
dari perabotan/benda tajam)?
Tidak Ya
Contoh 11
4. Apakah keluarga tahu jadwal berobat/kontrol lansia di klinik/rumah sakit?
Tidak Ya
5. Apakah keluarga tahu obat-obat yang diminum lansia saat ini?
Tidak Ya
Penilaian:
Masing-masing pertanyaan pada masing-masing item mempunyai skor 1 untuk jawaban
ya dan skor 0 untuk jawaban tidak.
• Skor maksimal = 25
• Skor < 10 = dukungan keluarga kurang
• Skor 11−15 = dukungan keluarga sedang
• Skor 16−25 = dukungan keluarga baik
Pilihlah jawaban yang paling tepat, yang sesuai dengan perasaan Anda dalam satu minggu
terakhir!
Tidak Ya
3. Apakah Anda merasa kehidupan Anda kosong?
Tidak Ya
4. Apakah Anda sering merasa bosan?
Tidak Ya
5. Apakah Anda mempunyai semangat yang baik setiap saat?
Tidak Ya
6. Apakah Anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada Anda?
Tidak Ya
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 249
Contoh 11
7. Apakah Anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup Anda?
Tidak Ya
8. Apakah Anda sering merasa tak berdaya?
Tidak Ya
9. Apakah Anda lebih senang tinggal di rumah daripada keluar dan mengerjakan sesuatu
hal yang baru?
Tidak Ya
10. Apakah Anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat Anda
dibandingkan kebanyakan orang?
Tidak Ya
11. Apakah Anda pikir bahwa hidup Anda sekarang ini menyenangkan?
Tidak Ya
12. Apakah Anda tidak merasa berharga seperti perasaan Anda saat ini?
Tidak Ya
13. Apakah Anda merasa penuh semangat?
Tidak Ya
14. Apakah Anda merasa keadaan Anda tidak ada harapan?
Tidak Ya
15. Apakah Anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari Anda?
Tidak Ya
Penilaian:
Jawaban yang mengindikasikan depresi adalah pilihan jawaban yang dicetak tebal dan
miring. Berikan nilai 1 untuk masing-masing jawaban yang dicetak tebal dan miring.
Contoh 12
Kebutuhan PsikoSOsial Keluarga—CCFNI (Critical Care Family Need
Inventory) OLEH MOTTER & LESKE, 1996
DUKUNGAN MENTAL
1. Mendapatkan jawaban yang tepat dari petugas
2. Merasa ada personel ruang ICU yang memerhatikan saya
3. Berkonsultasi tentang kondisi anak setiap hari dengan
dokter/perawat yang merawat
4. Ada pelayanan rohaniwan di ruang ICU
RASA NYAMAN
1. Mengetahui bahwa anak saya masih bisa mendengarkan
dan mengenali suara saya
2. Ada pemberitahuan ke rumah bila ada perubahan kondisi
secara mendadak pada anak saya
3. Mempunyai kenyamanan dengan peralatan yang ada di
ruang tunggu
4. Mempunyai waktu khusus/istimewa saat menjenguk anak
5. Ada jam kunjung yang tepat waktu
Contoh 12
Contoh 13
PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP SOSIALISASI
SELAMA DIRAWAT DI RUMAH SAKIT
1. Memberitahukan kepada anak dan orang tua bahwa akan diadakan bermain dokter-
dokteran
2. Menyiapkan dan membawa alat-alat ke dekat tempat tidur klien
3. Menganjurkan anak untuk berkenalan dengan teman bermain lainnya
4. Membagi peran (dokter, perawat, klien)
5. Membuka pembungkus permainan
6. Memperkenalkan alat permainan dokter-dokteran
7. Memperkenalkan fungsi dari masing-masing alat permainan
8. Memperagakan cara menggunakan masing-masing alat
9. Memberi kesempatan anak untuk memegang alat-alat
10. Memberi kesempatan anak untuk memperagakan
11. Mempersilakan orang tua untuk mendampingi dan membantu anak
memperagakan
12. Mengakhiri permainan dan menjelaskan kontrak bermain berikutnya
OBSERVASI SOSIALISASI
Contoh 14
PERUBAHAN PEMENUHAN KEBUTUHAN Eliminasi URINE SEBELUM DAN
SESUDAH LATIHAN KEGEL
Berilah tanda silang (×) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan jawaban Anda.
No Responden:
A . Data Demografi
1. Jenis kelamin :
1)
Laki–laki
2) Perempuan
2. Pendidikan :
2) SD
3) SMP
4) SMA
3. Umur :
4) 75 tahun
254 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 14
4. Status perkawinan :
2) Janda/Duda
3) Kawin
2) Pensiunan
3) Petani
4) Nelayan
5) Wiraswasta
6) Lain-lain
7. Agama/kepercayaan :
1) Islam
2) Kristen
3) Hindu
4) Budha
5) Lain-lain
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 255
Contoh 14
8. M
inuman yang diminum dalam minggu ini :
1) Teh
2) Kopi
3) Susu
1) Chlorothiazide
2) Furozemide
1) DM
2) Jantung
3) BPH
Contoh 14
B. Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine
No Daftar Pernyataan Ya Tidak Kode
1. Apakah ada perasaan sulit menahan kencing saat membuang air kecil?
6. Apakah Anda membuang air kecil pada malam hari lebih dari 4 kali?
7. Apakah Anda membuang air kecil setiap jam atau kurang dari 1 jam?
10. Apakah Anda merasa nyeri saat atau setelah membuang air kecil?
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 257
Contoh 15
TINGKAT KECEMASAN—HARS (HAMILTON ANXIETY RATING SCALE)
A. Penilaian :
0: Tidak ada (tidak ada gejala sama sekali)
1: Ringan (satu gejala dari pilihan yang ada)
2: Sedang (separuh dari gejala yang ada)
3: Berat (lebih dari separuh dari gejala yang ada)
4: Sangat berat (semua gejala ada)
III. B
erilah tanda (√) jika terdapat gejala yang terjadi selama menderita kanker serviks
(dimulai dari diagnosis kanker serviks)
1) Perasaan cemas
Firasat buruk
Takut akan pikiran sendiri
Mudah tersinggung
2) Ketegangan
Merasa tegang
Lesu
Mudah terkejut
Tidak dapat istirahat dengan nyenyak
Mudah menangis
Gemetar
Gelisah
258 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 15
3) Ketakutan
Pada gelap
Ditinggal sendiri
Pada orang asing
Pada binatang besar
Pada keramaian lalu lintas
Pada kerumunan banyak orang
4) Gangguan tidur
Sukar memulai tidur
Terbangun malam hari
Tidak pulas
Mimpi buruk
Mimpi yang menakutkan
5) Gangguan kecerdasan
Daya ingat buruk
Sulit berkonsentrasi
Sering bingung
6) Perasaan Depresi
Kehilangan minat
Sedih
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 259
Contoh 15
Bangun dini hari
Berkurangnya kesukaan pada hobi
Perasaan berubah-ubah sepanjang hari
Nyeri otot
Kaku
Kedutan otot
Gigi gemeretak
Suara tak stabil
8) Gejala sensorik
Telinga berdengung
Penglihatan kabur
Muka merah dan pucat
Merasa lemah
Perasaan ditusuk-tusuk
9) Gejala kardiovaskular
Denyut nadi cepat
Berdebar-debar
Nyeri dada
Denyut nadi mengeras
260 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 15
Rasa lemah seperti mau pingsan
Detak jantung hilang sekejap
Rasa tertekan di dada
Perasaan tercekik
Merasa napas pendek/sesak
Sering menarik napas panjang
Sulit menelan
Mual muntah
Berat badan menurun
Konstipasi/sulit buang air besar
Perut melilit
Gangguan pencernaan
Nyeri lambung sebelum/sesudah makan
Rasa panas di perut
Perut terasa penuh/kembung
Sering kencing
Tidak dapat menahan kencing
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 261
Contoh 15
Amenor/menstruasi yang tidak teratur
Frigiditas
Mulut kering
Muka kering
Mudah berkeringat
Pusing/sakit kepala
Bulu roma berdiri
Gelisah
Tidak terang
Mengerutkan dahi muka tegang
Tonus/ketegangan otot meningkat
Napas pendek dan cepat
Muka merah
Kecemasan sedang
Kecemasan berat
262 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 15a
Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) adalah penilaian kecemasan pada pasien dewasa yang dirancang oleh
William WK Zung, dikembangkan berdasar gejala kecemasan dalam DSM-II (Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders). Terdapat 20 pertanyaan, di mana setiap pertanyaan dinilai 1–4 (1: tidak pernah, 2: kadang-kadang, 3: sebagian
waktu, 4: hampir setiap waktu. Terdapat lima belas pertanyaan ke arah peningkatkan kecemasan dan lima pertanyaan ke
arah penurunan kecemasan. (Zung Self-Rating Anxiety Scale [SAS/SRAS] dalam Ian Mcdowell [2006].)
Lingkarilah untuk setiap item yang paling menggambarkan seberapa sering Anda merasa atau berperilaku seperti
beberapa pernyataan di bawah ini.
Hampir
Tidak Kadang- Sebagian
No Pernyataan setiap
pernah kadang waktu
waktu
1 Saya merasa lebih gugup dan cemas dari biasanya. 1 2 3 4
2 Saya merasa takut tanpa alasan sama sekali. 1 2 3 4
3 Saya mudah marah atau merasa panik. 1 2 3 4
4 Saya merasa seperti jatuh terpisah dan akan hancur 1 2 3 4
berkeping-keping.
5 Saya merasa bahwa semuanya baik-baik saja dan tidak 4 3 2 1
ada hal buruk akan terjadi.
6 Lengan dan kaki saya gemetar. 1 2 3 4
7 Saya terganggu oleh nyeri kepala leher dan nyeri 1 2 3 4
punggung.
8 Saya merasa lemah dan mudah lelah. 1 2 3 4
9 Saya merasa tenang dan dapat duduk diam dengan 4 3 2 1
mudah.
10 Saya merasakan jantung saya berdebar-debar. 1 2 3 4
11 Saya merasa pusing tujuh keliling. 1 2 3 4
12 Saya telah pingsan atau merasa seperti itu. 1 2 3 4
13 Saya dapat bernapas dengan mudah. 4 3 2 1
14 Saya merasa jari-jari tangan dan kaki mati rasa dan 1 2 3 4
kesemutan.
15 Saya terganggu oleh nyeri lambung atau gangguan 1 2 3 4
pencernaan.
16 Saya sering buang air kecil. 1 2 3 4
17 Tangan saya biasanya kering dan hangat. 4 3 2 1
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 263
Hampir
Tidak Kadang- Sebagian
No Pernyataan setiap
pernah kadang waktu
waktu
18 Wajah Saya terasa panas dan merah merona. 1 2 3 4
19 Saya mudah tertidur dan dapat istirahat malam dengan 4 3 2 1
baik.
20 Saya mimpi buruk. 1 2 3 4
264 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 16
Dimensi Tingkat Kepuasan Klien terhadap
Pelayanan Keperawatan
SP P TP STP
Dimensi Reliability (Keandalan)
1. Anda percaya bahwa perawat yang merawat Anda
mampu menangani kasus Anda dengan tepat.
2. Secara keseluruhan pelayanan perawatan klien di rumah
sakit ini baik.
3. Perawat memberitahu dengan jelas, suatu hal yang harus
dipatuhi oleh klien tentang anjuran dalam perawatan.
4. Perawat mampu menangani masalah perawatan klien
dengan tepat dan profesional.
5. Perawat memberitahu dengan jelas sesuatu hal yang
dilarang demi perawatan klien.
6. Perawatan sudah diupayakan agar klien merasa puas
selama dirawat.
SP P TP STP
Contoh 16
Contoh 17
Nama:
SKOR : --------------------------------------------------------------------------
15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
tidak autis ringan sedang berat
KETERANGAN (Terlampir)
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 267
Contoh 17
I. HUBUNGAN DENGAN ORANG LAIN
• Tak ada kesulitan atau abnormalitas dalam berhubungan dengan orang lain.
Perilaku anak sesuai dengan umur, sikap malu, ngambek, ribut ketika ditegur
bisa tampak tetapi tidak sampai berlebih.
• Hubungan abnormal ringan: anak menghindari kontak mata, berontak bila
dipaksa, malu berlebihan, tidak responsif terhadap orang dewasa sebagaimana
mestinya atau lengket dengan orang tua melebihi anak sebayanya.
• Hubungan abnormal sedang: anak kadang-kadang tampak mengasingkan diri
(seperti tak peduli orang dewasa). Kadang-kadang perlu dipaksa untuk mau
memerhatikan. Kontak terkadang dimulai oleh anak.
• Hubungan abnormal berat: Anak terus-menerus menyendiri, tidak peduli sama
sekali terhadap apa yang dilakukan orang dewasa. Tidak pernah menunjukkan
respons atau memulai kontak dengan dewasa. Hanya dengan usaha yang terus-
menerus yang akan memberi hasil, agar anak mau menunjukan perhatiannya.
II. IMITASI
• Anak dapat menirukan suara, kata-kata dan gerakan yang sesuai dengan
umurnya.
• Imitasi abnormal ringan: Anak menirukan perilaku sederhana seperti bertepuk
atau satu bunyi suara pada sebagian besar waktunya, kadang-kadang meniru
sesuatu.
• Imitasi abnormal sedang: Anak meniru hanya pada sebagian waktu dan butuh
usaha yang hebat dan terus-menerus, sering meniru sesuatu.
• Imitasi abnormal berat: Jarang/tidak pernah meniru suara, kata-kata atau gerakan
walau dibantu.
Contoh 17
IV. PENGGUNAAN BADAN
• Penggunaan badan sesuai umur
Anak bergerak dengan kemampuan dan koordinasi sesuai dengan anak normal
seusianya.
• Penggunaan badan abnormal ringan
Beberapa kekhasan kecil tertentu tampak, gerakan-gerakan berulang, koordinasi
yang jelek, atau kadang-kadang tampak gerakan-gerakan yang tidak biasanya.
• Penggunaan badan abnormal sedang
Perilaku-perilaku yang jelas aneh dan tidak biasa untuk anak seusianya. Termasuk
gerakan-gerakan jari yang aneh, posisi jari atau badan tertentu, melihat terus-
menerus atau menusuk-nusuk (picking) badan, agresi terhadap diri sendiri,
menggulung-gulung, berputar-putar, jinjit-jinjit, meliuk-liuk.
• Penggunaan badan abnormal berat
Gerakan-gerakan atau kondisi yang lebih berat dan lebih sering dari di atas.
Tingkah laku ini tetap dipertahankan walaupun sudah dicoba menghentikannya
atau menyertakan anak pada kegiatan lain.
V. PENGGUNAAN OBJEK
• Menggunakan dan menunjukkan ketertarikan yang sesuai terhadap mainan dan
benda-benda lain.
Anak menunjukkan rasa tertarik yang normal terhadap mainan dan objek-objek
lain yang sesuai dengan tingkat keterampilannya dan menggunakan mainan sesuai
fungsinya.
• Ketidaksesuaian ringan dalam menunjukkan ketertarikan dan menggunakan
mainan atau objek lain.
Anak dapat menunjukkan ketertarikan yang kurang tepat (tidak normal) terhadap
mainan dan bermain dengan cara yang kekanak-kanakan (misal dibanting atau
dimasukkan mulut)
• Ketidaksesuaian sedang
Anak kurang menunjukkan ketertarikan terhadap mainan atau objek lain,
atau preokupasi dengan menggunakannya dengan cara yang aneh, mungkin
perhatiannya terfokus pada bagian-bagian tertentu dari mainan atau terpesona
dengan pantulan cahaya dari benda atau menggerakkan secara berulang-ulang
sebagian dari benda atau bermain dengan satu benda melulu.
• Ketidaksesuaian berat
Anak menunjukkan perilaku di atas dengan intensitas dan frekuensi lebih
mencolok. Anak sukar dialihkan apabila sudah terlibat dalam aktivitas
tersebut.
Contoh 17
• Abnormal ringan dalam adaptasi terhadap badan.
Ketika seorang dewasa mencoba mengubah tugas maka anak mungkin
melanjutkan aktivitas yang sama atau memakai materi yang sama.
• Abnormal sedang
Anak secara aktif menolak perubahan-perubahan rutin, berusaha meneruskan
aktivitasnya semula dan sulit dialihkan. Ia akan marah dan tak bahagia bila
kegiatan rutinnya diubah.
• Abnormal berat
Reaksi terhadap perubahan hebat; marah berlebihan dan tantrum.
Contoh 17
• Respons mendengar abnormal berat
Anak bereaksi terhadap suara mulai derajat ringan sampai derajat yang berat,
tanpa peduli tipe suara.
Contoh 17
arti, tetapi beberapa ekolalia dan pembalikan kata ganti bisa terlihat. Kadang-
kadang ada kata-kata tertentu atau “aneh”.
• Abnormal sedang:
Anak mungkin tidak bisa bicara. Bila bicara mungkin dalam bentuk campuran
antara kata-kata yang ada artinya, ekolalia, atau logat khusus atau kata ganti orang
yang terbalik. Kekhususan dalam bicaranya yang berarti punya arti termasuk
pertanyaan yang diulang-ulang atau preokupasi dengan topik tertentu.
• Abnormal berat
Tidak menunjukkan bicara yang punya arti. Anak mungkin hanya menjerit, aneh,
suara-suara seperti binatang, atau terus-menerus mengucapkan kata-kata atau
kalimat secara aneh.
Contoh 17
• Fungsi intelektual abnormal ringan
Anak tidak secerdas anak seusianya, keterampilan, tampak agak terhambat pada
semua area.
• Fungsi intelektual abnormal sedang
Secara umum anak tidak secerdas anak seusianya, tetapi anak bisa menunjukkan
fungsi yang mendekati normal pada beberapa area intelektual.
• Fungsi intelektual abnormal berat
Secara umum anak tidak secerdas anak seusianya, tetapi dalam satu/beberapa
kali bahkan lebih baik dari anak normal seusianya.
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 273
Contoh 18
LEMBAR WAWANCARA TERSTRUKTUR
KEMAMPUAN BLADDER-RETENTION TRAINING PADA ANAK
Petunjuk Pengisian:
Nilai
No. Kemampuan bladder-retention training
Ya Tidak Kode
1 Apakah anak meminum 500 ml air putih?
Contoh 18
LEMBAR OBSERVASI FREKUENSI ENURESIS (MENGOMPOL) PADA ANAK
Petunjuk pengisian:
Minggu I
Minggu II
Minggu III
Minggu IV
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 275
Contoh 18
SKALA TINGKAT STRES ANAK
1. Ketika kamu mengalami situasi yang sulit seperti kematian, perceraian, perpisahan
orang tua apakah kamu sering merasa:
2. Akhir-akhir ini, apabila kamu mendapatkan perhatian dari orang tua yang kurang,
apakah kamu sering merasa:
3. Apabila kamu mendapatkan adik baru, kamu merasa perhatian dari orang tua kamu
berkurang, apakah hal itu menyebabkan kamu sering merasa:
4. Ketika kamu dituntut untuk masuk sekolah pagi, apakah kamu sering merasa:
5. Ketika kamu mengalami situasi yang sulit seperti disiplin orang tua yang ketat, apakah
kamu sering merasa:
6. Ketika kamu mendapatkan tugas-tugas dari sekolah (PR), apakah kamu sering
merasa:
7. Ketika mendapatkan tuntutan berprestasi di sekolah (memperoleh nilai yang tinggi)
dari orang tua, apakah kamu sering merasa:
8. Ketika melakukan penyesuaian dengan suasana baru di sekolah (guru, teman sebaya),
apakah kamu sering merasa:
Contoh 18
LEMBAR WAWANCARA TERSTRUKTUR GANGGUAN TIDUR ANAK
Petunjuk Pengisian:
Contoh 18
Daftar Pustaka
Butler, RJ. (1994). Nocturnal Enuresis: The Child’s Experience. Oxford: Butterworth-Heinemann
Ltd, hlm: 132–135.
Goliszek, A. (2005). Manajemen Stres. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, hlm: 12–15.
Harjaningrum, AT. (2005). Sudah Besar Masih Ngompol, Bolehkah Dibiarkan? http://www.
tonangardyanto.com/content/view//22/37/(akses tanggal 27 September 2006 jam 14.30)
Iswinarti. (1996). Tingkat Stres dan Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah yang Memperoleh Pengayaan.
Thesis. Tidak diterbitkan. Yogya: Program Pasca Sarjana UGM, hlm: 16, 30.
Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skipsi,
Tesis, dan Instrumen Penelitian. Jakarta: Salemba Medika, hlm: 16–21.
Potter, PA. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Ed/4, Vol.1.
Jakarta: EGC, hlm: 476, 482.
Walidah P. (2007). Pengaruh Bladder Retention Training Terhadap Perubahan Kemampuan dan
Enuresis Pada Anak Usia Sekolah (7-10 Tahun). Skripsi: Tidak Dipublikasikan.
278 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 19
INSTRUMEN STRES KERJA
Kode 4 : Selalu
3 : Sering
2 : Kadang-kadang
1 : Tidak pernah
No. PERNYATAAN 1 2 3 4
Stres Biologis
1. Saya merasa jantung berdebar saat bekerja
2. Merasa sakit perut/nyeri ulu hati saat bekerja
3. Merasa otot kaku saat/setelah bekerja (kaku leher)
4. Merasa frekuensi pernapasan meningkat
5. Merasa denyut nadi meningkat
6. Makan secara berlebihan
7. Kehilangan nafsu makan
8. Perut terasa mulas, tegang, dan kembung
9. Tangan terasa capek
10. Betis terasa pegal
11. Persendian terasa ngilu
12. Nyeri punggung
13. Nyeri pinggang
Stres Psikologis
14. Merasa tertekan karena pekerjaan
15. Menyalahkan diri sendiri
16. Merasa tidak cocok dengan pekerjaan
17. Merasa kehilangan konsentrasi atau konsentrasi menurun
18. Mudah lupa
19. Merasa tidak cukup waktu untuk menyelesaikan pekerjaan
20. Menghindar dari masalah
21. Berganti-ganti rencana
22. Berpikir hal-hal kecil terlalu detail
23. Merasa tidak tertarik terhadap minat yang disukai
24. Merasa lambat terhadap situasi yang membahayakan
25. Kecewa terhadap hasil pekerjaan
26. Merasa jenuh dalam bekerja
27. Bingung dalam menghadapi pekerjaan
28. Penurunan produktivitas kerja
29. Merasa tidak puas terhadap pekerjaan
30. Meninggalkan kerja
Stres Sosial
31. Ketegangan dalam berinteraksi dengan teman sejawat
32. Ketegangan dalam berinteraksi dengan tim kesehatan lain
33. Mudah tersinggung
34. Mudah marah tanpa sebab yang berarti
35. Merasa tidak suka dengan pekerjaan
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 279
Contoh 19
Daftar Pustaka
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Rahmatul, F. (2007). Hubungan Sif Kerja dengan Stres Kerja dan Circardian Rhythm Perawat di
Ruang Intermediet Bedah Flamboyan RSU Dr. Soetomo Surabaya. PSIK FK Unair. Skripsi:
Tidak dipublikasikan.
280 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 20
Instrumen Depression Anxiety Stres Scale (DASS 42)
Keterangan
0 : Tidak ada atau tidak pernah.
1 : Sesuai dengan yang dialami sampai tingkat tertentu, atau kadang-kadang
2 : Sering.
3 : Sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat.
Contoh 20
Daftar Pustaka
Lovibond. (1995). Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42). http://www.swin.edu.au. Tanggal
11 Maret 2007. Pukul 22.05 WIB.
Arina, N. (2007). Hubungan Stres dengan Fase Penyembuhan Luka pada Klien Pasca Seksio Sesarea
di RB I RSU Dr. Soetomo Surabaya. PSIK FK Unair. Skripsi Tidak Dipublikasikan.
282 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 21
INSTRUMEN MOTIVASI MAHASISWA
MENGIKUTI PERKULIAHAN
2. Cara menyampaikan bahasa tubuh dan cara dosen membawa diri di hadapan
mahasiswa menarik, sehingga saya bersemangat mengikuti perkuliahan
3. Saya menyampaikan pendapat, ide atau bertanya jika dalam penyampaian materi
kuliah saya mengalami kesulitan memahami
4. Saya meluangkan waktu khusus untuk belajar untuk mempersiapkan diri mengikuti
perkuliahan
5. Saya merasa mampu untuk mengikuti perkuliahan dan mencapai nilai yang saya
inginkan
6. Saya mempelajari kembali materi yang saya dapatkan saat proses perkuliahan di
kelas
7. Saya berusaha untuk mendapatkan tambahan informasi dari referensi atau buku
yang melengkapi pengetahuan yang saya dapatkan dalam perkuliahan
9. Saya yakin bahwa tugas yang diberikan dosen akan dapat saya kerjakan dengan
baik
10. Saya mengerjakan tugas yang diberikan dosen baik tugas individu maupun tugas
kelompok dengan penuh tanggung jawab baik terhadap diri saya sendiri maupun
kepada kelompok
11. Saya merasa puas dengan tugas-tugas yang diberikan, karena saya dapat
menyelesaikannya dengan baik
12. Saya dapat mengumpulkan tugas tepat waktu, tidak memerlukan tambahan waktu
dan tidak terlambat
13. Saya akan mendapatkan umpan balik dari tugas-tugas yang saya kerjakan, karena
itu saya bersemangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan
Skor: ……
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 283
Contoh 21
HAMBATAN DAN HARAPAN MAHASISWA DALAM
MENCAPAI PRESTASI BELAJAR
Daftar Pustaka
Saridewi, N. (2006). Hubungan penerapan Metode Pembelajaran Klinik dan Motivasi dengan
pencapaian kompetensi manajemen keperawatan program profesi ners pada mahasiswa program
A angkatan 1 PSIK FK Unair. Tidak dipublikasikan. Skripsi S-1 Keperawatan, PSIK FK Unair
Surabaya.
Setho, H. (2007). Hubungan Persepsi Mahasiswa Tentang Penampilan Dosen Dengan Motivasi Dan
Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Ners Jalur A Tahap Akademik. Tidak dipublikasikan. Skripsi
S-1 Keperawatan, PSIK FK Unair Surabaya.
Toeti S. dan Winataputra. (1997). Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran: Bahan Ajar Pekerti
untuk Dosen Muda. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, hlm: 39-50.
284 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 22
KUESIONER
PENGETAHUAN IBU TENTANG MANAJEMEN LAKTASI
2. Pemberian ASI bisa ditambah dengan bubur pisang dan susu kaleng
sebelum usia 6 bulan
7. Salah satu tujuan dari manajemen laktasi yang benar adalah untuk
mencegah agar payudara tidak lecet dan tidak sakit saat menyusui
9. Posisi menyusui yang benar adalah dagu bayi menempel pada payudara
ibu
10. Cara menyusui yang benar adalah bayi hanya mengisap bagian puting
payudara saja
11. Lama dan seringnya ibu menyusui bayinya adalah tanpa dijadwal atau
sesuai keinginan bayi
12 Cara melepaskan isapan bayi setelah bayi selesai menyusu adalah dengan
cara memasukkan jari kelingking ibu ke sudut
15. Salah satu manfaat memeras ASI adalah untuk menghilangkan bendungan
payudara
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 285
Contoh 22
KUESIONER SIKAP IBU DALAM MANAJEMAN LAKTASI
No Penyataan SS S TS STS
8. Saat menyusui perut bayi menempel pada badan ibu, telinga, dan lengan
bayi terletak pada satu garis lurus
9. Saat bayi menyusu, mulut bayi sampai ke bagian hitam di sekitar puting
(areola payudara)
10. Jika bayi menangis, ibu langsung menyusui tanpa menunggu jadwal
11. Setiap kali menyusui, ibu hanya memberikan satu payudara saja (tidak
bergantian)
12. Ibu menyusui selama 10–15 menit setiap kali menyusui/sampai payudara
kosong
15. Bila ASI terlalu penuh, maka sebaiknya diperas dulu dengan tangan,
kemudian disusukan pada bayi
286 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 22
LEMBAR OBSERVASI DAN WAWANCARA TINDAKAN
IBU DALAM MANAJEMEN LAKTASI
Tidak
No Tindakan Dilakukan dilakukan
3. ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola
4. Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk menggunakan kursi yang rendah
dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi
5. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku
ibu dan bokong bayi terletak pada lengan (kepala tidak boleh menengadah
dan bokong bayi disangga dengan telapak tangan).
6. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di depan.
7. Perut bayi menempel pada perut ibu, kepala bayi menghadap payudara.
9. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di
bawah
10. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara menyentuh pipi
dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi
11. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi
11. Sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi saat menyusui
12. Setelah bayi mulai mengisap, payudara tidak disangga/tidak dipegang lagi.
13. Menyusui satu payudara sampai kosong, kemudian diganti dengan payudara
yang lain
14. Selesai bayi menyusui, isapan bayi dilepaskan dengan memasukkan jari
kelingking ibu ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke
bawah.
15. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
puting susu dan areola sekitarnya, biarkan kering dengan sendirinya
16. Bayi disendawakan dengan cara bayi digendong tegak dengan bersandar
pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan atau bayi di
tengkurapkan di pangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-
lahan.
17. Mengonsumsi makanan sebanyak 2.500–2.700 kalori dalam satu hari (dari
diet recall 24 jam, lampiran 8)
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 287
Contoh 22
RECALL DIET 24 JAM IBU PASCASALIN
Tanggal:
1. Pagi
Jam
2. Siang
Jam
3. Malam
Jam
No Responden:
Jumlah kalori :
288 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 22
LEMBAR OBSERVASI DAN WAWANCARA PRODUKSI DAN PENGELUARAN ASI
12. Bayi buang air kencing sekitar 8 kali sehari dan warna air kencing kuning pucat
seperti jerami.
13. Berat badan bayi naik antara 140–200 gram dalam 1 minggu
Daftar Pustaka
Heny, F., (2007). Hubungan Perilaku Ibu Pascasalin dalam Manajemen Laktasi dengan Produksi dan
Pengeluaran ASI di Praktik Bidan Desa Ny. Hamilatul RU Desa Karangsambigalih Kecamatan
Sugio Lamongan. PSIK FK Unair. Skripsi tidak dipublikasikan.
Bobak, et all., (2005), Bahan bacaan manajemen laktasi oleh Perinasia (2004), mengenal ASI eksklusif
oleh Utami Roesli (2000), ASI petunjuk untuk tenaga kesehatan oleh Suetjiningsih (1997),
dan modul manajemen laktasi, Depkes (1995)
LEMBAR OBSERVASI
PENGARUH TEKNIK PERNAPASAN SIKLUS AKTIF TERHADAP PENINGKATAN ALIRAN EKSPIRASI MAKSIMUM
PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU
Nama Responden :
Usia :
Kelompok (diisi peneliti) :
Sebelum Sesudah
2 Laju Pernapasan
3 Keluhan Sesak
Keterangan :
1. Laju pernapasan : 12–20 kali/menit
2. PEFR : berdasar nilai penum mobile (tergantung umur, jenis kelamin, tinggi badan)
3. Keluhan sesak : 1. Ringan, 2. Sedang, 3.Berat
289
Contoh 23
290 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 24
LEMBAR KUESIONER Gaya Koping, Tes Orientasi Kehidupan,
dan Dukungan Sosial
Tanggal Penelitian :
No Kode Responden :
Petunjuk:
Berilah tanda (√) jika terdapat gejala yang dirasakan saat ini
1. Apabila Anda mendapat kabar atau menemui suami Anda terkena musibah (misalnya
kecelakaan), bagaimana reaksi pertama Anda menghadapi hal tersebut?
2. Kenapa Anda bereaksi demikian?
Petunjuk:
Perhatikan apakah tiap pertanyaan menggambarkan perasaan Anda atau tidak.
Silang (×) jawaban yang paling tepat menurut Anda!
Skoring:
1. Setuju = 4
2. Netral = 3
3. Tidak setuju = 2
2. Apabila saya berpikir bahwa hal yang jelek dapat terjadi pada diri saya, maka biasanya
hal tersebut akan terjadi.
a. Setuju
b. Netral
c. Tidak setuju
3. Saya selalu melihat/mengambil sisi baik (hikmah) dari sesuatu yang terjadi pada diri
saya.
a. Setuju
b. Netral
c. Tidak Setuju
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 291
Contoh 24
5. Saya tidak pernah berharap sesuatu berjalan sesuai dengan keinginan saya.
a. Setuju
b. Netral
c. Tidak Setuju
7. Saya termasuk orang yang percaya bahwa “ dalam setiap mendung pasti ada secercah
cahaya”
a. Setuju
b. Netral
c. Tidak Setuju
8. Saya jarang mengharapkan bahwa hal-hal baik akan terjadi pada diri saya.
a. Setuju
b. Netral
c. Tidak Setuju
Skor:
1−16 = pesimis
di antara = rentang rata-rata
> 26 = optimis
292 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 24
A. Dukungan Emosional
1. Jika Anda punya suatu masalah, apakah Anda memiliki kebiasaan untuk bercerita/
berbagi dengan orang lain?
2. Apa alasan Anda melakukan hal tersebut?
3. Kepada siapa saja biasanya Anda mengungkapkan perasaan Anda?
B. Dukungan Informasi
1. Apabila ada sesuatu yang Anda tidak mengerti, apakah Anda memiliki kebiasaan
untuk berusaha mencari tahu tentang informasi yang Anda butuhkan tersebut?
2. Apa alasan Anda melakukan hal tersebut?
3. Apa yang Anda lakukan untuk memperoleh informasi tersebut?
daftar pustaka
Atiek, N. (2007). Analisis Faktor Koping, Orientasi Kehidupan, dan Dukungan Sosial yang
Berhubungan dengan Kecemasan pada Suami/Istri Klien Stroke. Skripsi tidak dipublikasikan.
PSIK FK Unair.
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 293
Contoh 25
OBSERVASI RESPONS PENGENDALIAN HALUSINASI DENGAR TAK STIMULASI
PERSEPSI MODIFIKASI
1. Afektif
1. Klien tidak ketakutan
2. Klien tidak sedih & cemas
3. Klien tidak marah-marah
4. Klien mampu membina kepercayaan dengan orang lain
5. Klien mampu membina hubungan secara baik
6. Klien tidak merasa kesepian
7. Respons verbal klien baik
2. Kognitif
1. Klien bisa membedakan antara realita dan nonrealita
2. Klien mampu berkonsentrasi
3. Klien mampu menceritakan tentang pengalaman
halusinasi yang dialami
4. Klien mampu berespons terhadap petunjuk yang
kompleks
5. Klien mampu berespons terhadap lebih dari satu orang
6. Klien mampu memulai pembicaraan dengan orang lain
3. Psikomotor
1. Klien tidak mondar-mandir
2. Klien tidak berbicara sendiri
3. Klien tidak tersenyum & tertawa sendiri
4. Klien tidak agresif destruktif
5. Klien tidak menyendiri
6. Klien mampu memulai untuk berhubungan dengan
orang lain
7. Klien mampu melakukan kegiatan sehari hari
Catatan:
Cara mengisi dengan membubuhkan angka:
Contoh 25
Observasi Sesi 1 TAK
Stimulasi Persepsi: Halusinasi
Kemampuan Mengenal Halusinasi
6. Memperagakan percakapan
Catatan:
Cara mengisi evaluasi TAK dengan membubuhkan angka:
1 : Bila klien “Tidak”
2 : Bila Klien “Ya”
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 295
Contoh 25
Catatan:
Cara mengisi evaluasi TAK dengan membubuhkan angka:
1 : Bila klien “Tidak”
2 : Bila Klien “Ya”
296 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 25
LEMBAR OBSERVASI
TAK STIMULASI PERSEPSI MODIFIKASI HALUSINASI DENGAR
Nama Klien : Umur :
No. RM : Jenis Kelamin :
Ruang :
Catatan:
Cara mengisi evaluasi TAK dengan membubuhkan angka:
1 : Bila klien “Tidak”
2 : Bila Klien “Ya”
DAftar Pustaka
Iskandar., 2006. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Modifikasi terhadap
Pengendalian Halusinasi Dengar pada Klien Skizofrenia di RSJ Menur Surabaya. Skripsi: Tidak
Dipublikasikan.
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 297
Contoh 26
Nama : ………………………………………..……...……………….
Ruang Keperawatan : ………………………….……………………………………..
Rumah Sakit : ..................................................................................................
Pendidikan Terakhir : ...................................................................................................
Skor item (A,B,C,D) untuk tiap aspek yang dinilai adalah nilai rating item dibagi jumlah total rating × 100.
Total 100
298 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Total 100
Total 100
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 299
Total 100
1A 1B 1C 1D
2A 2B 2C 2D
3A 3B 3C 3D
4A 4B 4C 4D
5A 5B 5C 5D
6A 6B 6C 6D
KUESIONER KEPEMIMPINAN
Self-assessment questions: Baca pertanyaan pada kolom situasi dan kemudian pilih pernyataan alternatif pilihan
(hanya satu) yang sesuai dengan perasaan Anda, respons (hanya satu)
2. Kinerja kelompok yang bisa diamati meningkat. A. Lakukan interaksi yang bersahabat, tetapi
Anda telah yakin bahwa semua anggota tim berkesinambungan untuk memastikan bahwa semua
perawat sadar atas tanggung jawabnya dan anggota tim perawat sadar tentang tanggung jawabnya
standar kinerja yang diharapkan. dan harapan standar kinerjanya
B. Tidak mengambil tindakan yang definitif
C. Lakukan sesuatu yang Anda dapat membuat tim perawat
merasa penting dan terlibat
D. Penekanan pentingnya batas waktu pencapaian tujuan
dan tugas
3. Anggota tim perawat tidak sanggup A. Bekerja bersama sebagai tim kerja perawat di ruang
menyelesaikan masalah tim. Anda telah keperawatan saat ini
meninggalkan mereka sendiri. Kinerja kelompok B. Membiarkan tim kerja perawat bekerja sendiri
dan hubungan interpersonal telah baik. C. Bertindak secara cepat dan keras untuk melakukan
tindakan koreksi
D. Mendorong kelompok tetap bekerja dan mendorong
upaya mereka
4. Anda mempertimbangkan suatu perubahan A. Memperbolehkan keterlibatan tim perawat dalam
Askep. Tim perawat sudah memiliki catatan mengembangkan perubahan, tetapi tidak begitu
baik tentang penyelesaian pekerjaan. Tim Anda mengarahkan
perhatian akan kebutuhan perubahan. B. Mengumumkan perubahan dan mereka menerapkannya
dengan pengawasan yang ketat
C. Mengizinkan tim perawat untuk merumuskan
pengarahannya sendiri
D. Sertakan anjuran atau pujian untuk tim perawat, tetapi
Anda tetap mengawasi secara langsung perubahannya
5. Penampilan dari tim perawat Anda yang telah A. Mengizinkan tim perawat untuk merumuskan
diturunkan selama beberapa bulan yang lalu. pengarahannya sendiri
Anggota yang tidak peduli dengan hasil rapat. B. Sertakan anjuran atau pujian untuk tim perawat, tetapi
Pembagian kembali peran dan tanggung jawab lihat apakah sasaran hasil telah tercapai
telah membantu pada saat yang lalu. Mereka C. Pembagian kembali peran dan tanggung jawab dan
terus-menerus butuh diingatkan tentang tugas pengarahan dengan hati-hati.
mereka yang harus diselesaikan tepat waktu. D. Mengizinkan keterlibatan tim perawat di dalam
menentukan peraturan dan tanggung jawab tetapi tidak
begitu mengarahkan.
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 301
7. Anda mempertimbangkan suatu perubahan A. Gambarkan perubahan dan awasi dengan hati-hati
struktur baru dalam tim perawat Anda. Anggota B. Berpartisipasi di dalam tim perawat dalam
tim perawat telah membuat usulan tentang mengembangkan perubahan tetapi izinkan anggota
perubahan yang dibutuhkan. Tim perawat yang untuk mengatur pelaksanaannya
telah produktif dan telah ditunjukkan dengan C. Laksanakan perubahan sebagai suatu rekomendasi,
fleksibel. tetapi tetap awasi pelaksanaannya
D. Dukung diskusi kelompok tetapi jangan terlalu mengatur
8. Kinerja tim keperawatan dan hubungan A. Meninggalkan tim kerja sendiri
interpersonal adalah baik. Anda merasa tidak B. Mendiskusikan situasi dengan tim dan kemudian
begitu yakin tentang kekurangan Anda dalam mengajukan rencana perubahan yang perlu
mengarahkan tim. C. Menentukan kembali tujuan dan awasi dengan hati-hati
D. Memperbolehkan keterlibatan tim perawat dalam
penentuan tujuan, tetapi jangan memaksa
9. Anda telah ditunjuk untuk memimpin sebuah A. Biarkan tim perawat bekerja sendiri
kelompok belajar yang terlambat jauh membuat B. Sertakan anjuran atau pujian untuk tim perawat, tetapi
permohonan untuk merekomendasi perubahan. lihat apakah sasaran hasil telah tercapai
Kelompok yang tidak jelas tujuannya. Kehadiran C. Menentukan kembali tujuan dan awasi dengan hati-hati
pada sesinya jarang atau lemah. Pertemuan D. Memperbolehkan keterlibatan tim perawat dalam
mereka sudah berubah menjadi pergaulan sosial. penentuan tujuan, tetapi jangan memaksa
Dengan kemampuan yang mereka punya dan
bakat yang dibutuhkan untuk membantu.
10. Kelompok tim perawat biasanya mampu A. Memperbolehkan keterlibatan tim perawat dalam
bertanggung jawab, tidak berespons pada menetapkan kembali standar tetapi tidak mengambil
pembagian tanggung jawab pekerjaan yang kontrol
baru sebagai sebuah hasil dari anggota yang B. Menetapkan kembali standar dan awasi dengan hati-hati
meninggalkan pekerjaan. C. Hindari pertengkaran dengan tidak melakukan
penekanan, hindari situasi sendirian
D. Sertakan anjuran atau pujian untuk kelompok, tetapi lihat
apakah tanggung jawab terhadap pekerjaan baru telah
tercapai
11. Anda telah dipromosikan pada posisi pemimpin. A. Ambil langkah untuk mengarahkan kelompok bekerja
Pemimpin sebelumnya telah dilibatkan dalam dengan cara sebaik mungkin.
urusan kelompok. Kelompok yang telah B. Melibatkan kelompok untuk membuat diskusi dan
mencukupi merangkap tugas dan arahan. penguatan kontribusi yang baik
Hubungan interpersonal dalam kelompok adalah C. Diskusikan penampilan yang lalu dengan kelompok dan
baik. kemudian Anda menguji kebutuhan untuk praktik baru
D. Melanjutkan untuk meninggalkan kelompok sendirian
12. Informasi akhir menunjukan beberapa kesulitan A. Mencoba penyelesaian dengan tim perawat dan
internal diantara anggota tim. Tim memiliki memeriksa kebutuhan akan prosedur baru
catatan tentang penyelesaian pekerjaan. Anggota B. Memperbolehkan anggota tim bekerja sendiri
tim secara berhasil memelihara tujuan jangka C. Bertindak cepat dan kuat untuk mengoreksi
panjang. Tim telah bekerja harmonis untuk D. Berpartisipasi dalam diskusi masalah, sementara itu
saat lampau. Semua sangat bermutu dalam menyediakan dukungan untuk anggota tim.
menjalankan tugas.
302 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Penilaian pengkajian diri Anda: Lingkari jawaban yang telah Anda pilih pada lembar di bawah ini. Kolom yang
terbanyak terpilih akan menentukan gaya kepemimpinan Anda berdasarkan model Hersey dan Blanchard.
Pilihan Tindakan
1 A C B D
2 D A C B
3 C A D B
4 B D A C
5 C B D A
Situasi
6 B D A C
7 A C B D
8 C B D A
9 C B D A
10 B D A C
11 A C B D
12 C A D B
TOTAL
Karakteristik Responden
Nama : ……………………………………………………...…
Umur : …. ……………………………………………...tahun
2. Accountability (kemampuan/kompetensi)
3 Authority (kepatuhan/ketaatan)
2) Variasi Tugas
Bagaimana tentang variasi tugas Anda (pilih yang paling sesuai)
No Pernyataan Tanggapan
1. Mengerahkan segala upaya perawat untuk memajukan ruang 1 2 3 4 5
rawat inap
2. Sulit beradaptasi dengan ruang rawat inap baru 1 2 3 4 5
No Pernyataan Tanggapan
No Pernyataan Tanggapan
1. Anda senantiasa menyetujui segala kebijaksanan dan 1 2 3 4 5
kepemimpinan ruang rawat inap selama ini
3. Kepemimpinan ruang rawat inap menjadi inspirator Anda dalam 1 2 3 4 5
bekerja
No Pernyataan Tanggapan
2) Mental model
Petunjuk: Beri tanda centang (√) pada kolom tanggapan dengan memerhatikan bahwa
aktivitas yang dikerjakan di tempat kerja. Seorang perawat, apakah mengerjakan tugas
pokok keperawatan atau tugas pokok di luar tugas pokok keperawatan.
No Pernyataan Tanggapan
1 2 3 4 5
1 Melaksanakan aktivitas keperawatan holistik
Berapa % yang menjadi tugas mandiri perawat ..…..% dan berapa untuk tugas tambahan di luar
kewenangan atau tugas mandiri perawat (tambahan sebagai pelimpahan, tugas dokter) ….….%
306 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
3) Motivasi
Petunjuk Jawaban tanggapan terhadap pernyataan:
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Ragu-ragu
4. Setuju
5. Sangat setuju
Tanggapan
No Pernyataan
1 2 3 4 5
1 Saya merasa bangga dengan prestasi saya
Pimpinan memberikan pujian/sanjungan terhadap pekerjaan yang saya
2
lakukan
Saya bersedia bertanggung jawab terhadap pekerjaan (tugas pokok dan
3
di luar tugas pokok) yang telah dibebankan kepada saya
4 Saya merasa senang dan menikmati pekerjaan saya
Rumah sakit mengadakan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan
5
pengetahuan dan keterampilan saya
9 Hubungan kerja sesama tim perawat di ruang kerja saya adalah erat
4) Sikap
Petunjuk pengisian pada kolom tanggapan.
• STS = Sangat Tidak Setuju
• TS = Tidak Setuju
• RR = Ragu Ragu
• S = Setuju
• SS = Sangat Setuju
I Pengkajian
1 Mencatat identitas pasien
2 Riwayat penyakit saat sebelumnya
II Diagnosis
6 Diagnosis keperawatan sesuai dengan masalah yang telah
dirumuskan
7 Diagnosis keperawatan terdiri atas PE/PES
IV Tindakan
16 Tindakan yang dilaksanakan mengacu pada perencanaan
keperawatan
V Evaluasi
21 Bekerja sama dengan keluarga klien dalam memodifikasikan rencana
asuhan keperawatan
22 Evaluasi mengacu pada tujuan
23 Hasil evaluasi dicatat dan memodifikasi perencanaan
24 Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang baku dan benar
25 Setiap melakukan tindakan/kegiatan perawat membubuhkan paraf/
nama jelas, tanggal, dan jam dilakukan tindakan
4 KECEPATAN RESPONS
Saya dalam memberikan pelayanan selalu cepat dan tepat.
Kecepatan saya dalam memberikan pelayanan membutuhkan waktu
tunggu yang pendek.
5 COURTESY
Saya sopan terhadap pasien, keluarga pasien, tim sejawat perawat
dan tim kesehatan lain.
Saya menghargai pasien, keluarga pasien, tim sejawat perawat, dan
tim kesehatan lain.
6 SINCERETY
Saya jujur antara pikiran dan tindakan.
Saya bertanggung jawab atas tindakan dan menjaga kerahasian
pasien.
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 309
3) Kepuasan Perawat
Petunjuk Pengisian
Berilah tanda √ pada kolom pilihan, yang sesuai dengan apa yang dinyatakan dalam
pertanyaan/pernyataan hal
STP = Sangat Tidak Puas
TP = Tidak Puas
CP = Cukup Puas
P = Puas
SP = Sangat Puas
No PERNYATAAN STP TP CP P SP
Gaji
1 Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pekerjaan yang
Saudara lakukan saat ini
2 Sistem penggajian yang dilakukan institusi tempat Saudara
bekerja
3 Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pendidikan Saudara
4 Pemberian insentif tambahan atas suatu prestasi atau kerja
ekstra
Fasilitas
5 Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang mendukung
pekerjaan
6 Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar mandi, tempat
parkir, dan kantin
7 Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan dengan ventilasi
udara, kebersihan, dan kebisingan
8 Adanya jaminan atas kesehatan/keselamatan kerja
9 Perhatian institusi rumah sakit terhadap Saudara
Hubungan Kerja
10 Hubungan antarkaryawan dalam kelompok kerja
11 Kemampuan dalam bekerja sama antarkaryawan
12 Sikap teman-teman sekerja terhadap Saudara
Kesesuaian Kerja
13 Kesesuaian antara pekerjaan dan latar belakang pendidikan
Saudara
14 Kemampuan dalam menggunakan waktu bekerja dengan
penugasan yang diberikan
Pengawasan
Nama : ………………………………………………….……..
Umur : …. ……………………………………....……...tahun
Jenis kelamin :……………………………..…………..………………
Diagnosis medis :…………………………………………..……….…….
PETUNJUK PENGISIAN
VALUE JUDGMENT (PENILAIAN) KEPUASAN
1. Sangat tidak setuju (Sts) 1. Sangat tidak puas (Stp)
2. Tidak setuju (Ts) 2. Tidak puas (Tp)
3. Setuju (S) 3. Puas (P)
4. Sangat setuju (Ss) 4. Sangat puas (Sp)
S TS S SS S TP P SP
T T
S P
1. Caring
Perawat mudah dihubungi dan selalu memberikan perhatian
kepada klien, memerhatikan keluhan pasien (sebagai mahkluk
individu dan sosial keluarga dan masyarakat)
a. Perawat siap tanggap bila pasien membutuhkan dan
perawat mudah dihubungi perawat
S TS S SS S TP P SP
T T
S P
3 Kecepatan
keinginan untuk membantu dan menyediakan pelayanan yang
dibutuhkan dengan segera. Indikatornya adalah kecepatan
dilayani bila pasien membutuhkan, waktu tunggu yang pendek
untuk mendapatkan pelayanan.
a. Perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien
penuh perhatian sesuai dengan kebutuhan/harapan
pasien.
4 Empati
pemberian layanan secara individual dengan penuh perhatian
dan sesuai kebutuhan/harapan pasien. Petugas mau
mendengarkan keluhan, memerhatikan dan membantu
menyelesaikan; petugas acuh dan acuh tak acuh.
a. Perawat dalam memberikan pelayanan cepat dan tepat.
5 Courtesy
Perilaku perawat yang sopan dengan menghargai pasien,
tenaga kesehatan lain dan sesama perawat.
a. Perawat sopan terhadap pasien, keluarga pasien, tim
sejawat perawat dan tim kesehatan lain.
6 Sincerity
Kondisi kualitas perawat yang didasarkan pada kejujuran antara
pikiran dan tindakannya.
a. Perawat jujur antara pikiran dan tindakannya.
Contoh 27
IKLIM ORGANISASI
Petunjuk: berilah tanda centang (√) pada kolom yang tersedia di sebelah kanan pada masing-masing butir pernyataan
dengan pilihan sebagai berikut.
Kode: STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
KS = Kurang Setuju
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
IKLIM ORGANISASI
No PERNYATAAN STS TS KS S SS SKOR
1. STRUKTUR
Contoh 28
A. TINDAKAN PRODUKTIF
1. Tindakan Langsung
No Tindakan Keperawatan Langsung Waktu Frekuensi Rerata waktu
(Jam) tindakan (Jam)
B. TINDAKAN NONPRODUKTIF
Contoh 29
Nama : ……………………………………………………..
Umur : …. …………………………………...……...tahun
Jenis kelamin :……………………………..………………………
Diagnosis Medis :……………………………………………….…….
PETUNJUK PENGISIAN
VALUE JUDGMENT (PENILAIAN) KEPUASAN
1. Sangat tidak setuju (Sts) 1. Sangat tidak puas (Stp)
2. Tidak setuju (Ts) 2. Tidak puas (Tp)
3. Setuju (S) 3. Puas (P)
4. Sangat setuju (Ss) 4. Sangat puas (Sp)
2. Kolaborasi
Perawat memotivasi, bersama-sama menyelesaikan masalah
pasien
a. Perawat bekerja sama dengan pasien dan keluarganya
dalam menyelesaikan masalah
b. Perawat bekerja sama dengan tim sejawat perawat, dan
tim medis dalam menyelesaikan masalah pasien.
3 Kecepatan
keinginan untuk membantu dan menyediakan pelayanan
yang dibutuhkan dengan segera. Indikatornya adalah
kecepatan dilayani bila pasien membutuhkan, waktu tunggu
yang pendek untuk mendapatkan pelayanan.
a. Perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien
penuh perhatian sesuai dengan kebutuhan/harapan
pasien.
b. Perawat selalu mendengarkan keluhan pasien dan
perawat tidak acuh tak acuh.
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 317
5 Courtesy
Perilaku perawat yang sopan dengan menghargai pasien,
tenaga kesehatan lain dan sesama perawat.
Perawat selalu sopan terhadap pasien, keluarga pasien, tim
sejawat perawat dan tim kesehatan lain.
Perawat selalu menggargai pasien, keluarga pasien, tim
sejawat perawat dan tim kesehatan lain.
6 Sincerity
Kondisi kualitas perawat yang didasarkan pada kejujuran
antara pikiran dan tindakannya.
Contoh 29
Contoh 30
1. Data Demografi
Nama : ……………………………………………
Umur : …………thn
2. Kepribadian
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dari saya ini dengan “ya” bila sesuai dengan Saudara, atau “tidak” bila tidak sesuai
dengan Saudara (kosongi kolom kode)!
12 Apakah Anda pernah merasa gembira sekali tanpa alasan yang khusus?
13 Apakah Anda malu berbicara di depan orang banyak?
14 Bila di ruangan perawat ada banyak orang yang sedang berbicara, apakah Anda
tidak takut masuk sendirian ke ruangan tersebut?
15 Apakah Anda pernah mengerjakan sesuatu (keinginan sendiri) sampai Anda
merasa lelah/capek?
16 Apakah Anda terganggu bila orang-orang yang tidak dikenal memerhatikan
Anda waktu sedang jalan-jalan?
17 Apakah Anda senang mengikuti kegiatan hanya untuk bersama-sama orang lain
(berkumpul)?
18 Apakah Anda sering beranggapan bahwa jika ada orang yang iri hati pada ide
Anda, itu hanya karena mereka tidak menemukan ide tersebut lebih dahulu?
19 Bila ada kesibukan di ruangan, apakah Anda akan menghindar dan lebih baik
diam saja?
20 Kadang-kadang sukar bagi Anda untuk mempertahankan hak Anda, karena
Anda terlalu pendiam.
21 Apakah Anda protes bila keinginan Anda tidak terpenuhi?
22 Pada waktu ada pertemuan apakah Anda berani mengemukakan pendapat/
bertanya?
23 Apakah Anda senang membaca koran, majalah, atau nonton berita TV?
24 Apakah Anda teliti dalam berdandan?
25 Sebelum orang lain menyapa, Anda tidak akan menyapa orang itu?
26 Apakah Anda pandai melawak/bergurau?
27 Apakah perasaan Anda tidak mudah tersinggung?
28 Apakah Anda merasa kurang percaya diri?
29 Apakah Anda sering menyembunyikan rasa malu?
30 Apakah ada berkeinginan untuk lebih berani tampil dan percaya diri?
31 Apakah Anda yakin dengan diri Anda sendiri?
32 Apakah Anda cenderung tidak menyapa orang lain sebelum mereka menyapa
lebih dahulu?
33 Apakah Anda mudah bergaul dengan orang-orang di klinik seperti yang lain?
34 Apakah Anda merasa punya perasaan sensitif/peka dari pada orang lain?
35 Apakah Anda mudah merasa malu?
36 Bila di ruangan perawat ada beberapa orang yang sedang berbicara, apakah
Anda takut masuk sendirian?
37 Apakah Anda menghargai diri secara wajar?
38 Apakah Anda suka menyendiri?
39 Apakah Anda bersedia dijadikan ketua kegiatan di klinik?
40 Apakah Anda senang mengikuti kegiatan hanya untuk bersama orang lain
(berkumpul)?
41 Apakah Anda bersedia tinggal sekamar dengan teman baru Anda?
42 Jika dikendaraan umum, apakah Anda sering berbicara dengan penumpang
lain?
322 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
3. Harapan
Berilah tanda (√) pada jawaban yang Anda kehendaki (Kosongi kolom kode)
STD = sangat tidak diinginkan D = diinginkan
TD = tidak diinginkan SD = sangat diinginkan
BS = biasa saja
1. Beban kerja
Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan apa yang Anda pikirkan (kosongi kolom kode)
SM = sangat membebani TM = tidak membebani
M = membebani STM = sangat tidak membebani
2. Penghargaan
Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan pemikiran Anda (kosongi kolom kode)
No. Pernyataan 0 1 2 3 4 5 6
Kelelahan Emosional
1. Saya merasa, pengalaman profesi itu menguras emosi (saat
jam praktik & saat mengerjakan tugas)
2. Saya merasa saat berada di klinik/lapangan, saya
didayagunakan secara berlebihan di akhir jam praktik
(waktunya pulang masih disuruh-suruh oleh pembimbing klinik)
Depersonalisasi
4. Saya tidak peduli dengan apa yang dialami pasien dan hanya
menjalankan tugas saya seperlunya saja
No. Pernyataan 0 1 2 3 4 5 6
Pencapaian Prestasi Diri
1. Saya bisa dengan mudah memahami perasaan pasien
Contoh 31
NO PERTANYAAN JAWABAN
Keterangan:
Kesalahan 0–2 : kemampuan mengingat baik
Kesalahan 3–4 : gangguan mengingat ringan
Kesalahan 5–7 : gangguan mengingat sedang
Kesalahan 8–10 : gangguan mengingat berat
daftar pustaka
Pfeiffer. 1975. A short portable mental status questionnaire for the assessment of organic brain deficit
in elderly patients. Journal of American Geriatrics Society. Vol. 23, hlm. 433–41.
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 327
Contoh 32
A. Restrukturasi Kerja
NO. PERTANYAAN Jawaban
SS S TS STS
B. Sistem Imbalan
NO. PERTANYAAN Jawaban
SS S TS STS
SS S TS STS
D. Lingkungan Kerja
SS S TS STS
daftar pustaka
Kuesioner ini diadaptasi dari:
Cascio Wayne F. 1992. Managing Human Resource, Productivity, Quality of Work Life, Propits, ed.
Graduate School of Bussiness University of Colorado. Denver. Singapura: McGraw Hill.
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 329
Contoh 32
Petunjuk :
Berilah tanda centang (√) pada kolom yang tersedia di sebelah kanan pada masing-masing pernyataan,
sesuai dengan yang Anda rasakan, dengan kategori pilihan sebagai berikut.
STS = Sangat tidak setuju
TS = Tidak setuju
R = Ragu-ragu
S = Setuju
SS = Sangat setuju
No Pernyataan Tanggapan
a. Work Life-Home Life Dimensions STS TS R S SS
1. Saya mampu menyeimbangkan pekerjaan dengan kebutuhan keluarga
saya.
2. Saya mampu mengatur perawatan anak meskipun saya bekerja.
3. Saya memiliki energi yang tersisa setelah bekerja.
4. Saya merasa bahwa jadwal sif jaga membawa dampak sehingga
mempengaruhi hidup saya (UF).
5. Kebijakan organisasi saya untuk waktu cuti bersama keluarga sudah
memadai.
6. Saya mampu untuk mengatur penitipan merawat orang tua yang sudah
tua.
7. Saya mampu mengatur perawatan sehari-hari untuk anak saya ketika
sakit.
b. Work Design Dimensions STS TS R S SS
1. Saya menerima bantuan dan dukungan yang cukup dari perawat yang
memenuhi syarat.
2. Saya puas dengan pekerjaan saya.
3. Beban pekerjaan saya rasakan terlalu berat (UF: Unfavourable).
4. Saya memiliki otonomi untuk membuat keputusan perawatan pasien.
5. Saya melakukan banyak tugas nonkeperawatan (UF).
6. Saya mengalami banyak interupsi dalam tugas rutinitas pekerjaan saya
sehari-hari (UF).
7. Saya memiliki cukup waktu untuk melakukan pekerjaan saya dengan
baik.
8. Saya mampu memberikan kualitas perawatan pasien dengan baik.
9. Saya menerima bantuan dan dukungan dari perawat yang berkualitas.
330 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 33
Cara pengisian
Isilah kolom kosong dari setiap pertanyaan dengan angka antara 0 sampai dengan 100 yang menurut Anda sesuai
dengan keadaan Anda. 0 berarti “tidak ada”; 100 berarti “seluruhnya”.
0 50 100
______1. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa Anda memahami tubuh Anda dan bagaimana tubuh Anda
bekerja?
______2. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa Anda mengerti tentang pola makan sehubungan dengan
kesehatan Anda?
______3. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa Anda mengerti tentang olahraga sehubungan dengan
kesehatan Anda?
______4. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa Anda mengerti tentang kecukupan tidur dan istirahat sehubungan
dengan kesehatan Anda?
______5. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa Anda mengerti tentang merokok sehubungan dengan
kesehatan Anda?
______6. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa Anda mengerti tentang stres sehubungan dengan kesehatan
Anda?
______7. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa Anda mengerti tentang kekuatan diri Anda sendiri?
Pertanyaan di bawah ini sedikit berubah dibanding sebelumnya; isilah kolom kosong dari tiap pertanyaan dengan
angka 0 sampai dengan 100. 0 berarti “tidak sama sekali”; 100 berarti “seluruhnya”.
______ 8. Pada skala 0 sampai dengan 100, sesadar apa Anda tentang seksualitas Anda?
______ 9. Pada skala 0 sampai dengan 100, sesadar apa Anda tentang perasaan Anda?
______10. Pada skala 0 sampai dengan 100, semampu apa Anda menggambarkan berbagai perasaan yang sudah
Anda alami?
______11. Pada skala 0 sampai dengan 100, semampu apa Anda membicarakan tentang perasaan Anda?
______12. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa pengalaman Anda mengambil keputusan tentang
kesehatan Anda?
______13. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa Anda menilai kesehatan Anda?
______14. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa keluarga Anda menilai kesehatan mereka?
______15. Pada skala 0 sampai dengan 100, sebesar apa teman Anda menilai kesehatan mereka?
332 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Untuk pertanyaan selanjutnya, isilah kolom kosong dari tiap pertanyaan dengan persentase dari 0% sampai dengan
100%. 0% berarti “tidak ada”; 100% berarti “seluruhnya”.
0 50 100
______% 16. Berapa persen dari waktu Anda, bahwa Anda membuat keputusan yang tepat tentang kesehatan
Anda?
______% 17. Berapa persen dari waktu Anda, Anda berpikir jelas dan logis tentang kesehatan Anda?
______% 18. Berapa persen dari waktu Anda, Anda terlibat dengan apa yang terjadi dengan kesehatan Anda?
______% 19. Berapa persen dari waktu Anda, Anda berpikir tentang kesehatan Anda?
______% 20. Berapa persen dari waktu Anda, bahwa kurangnya informasi terkait dengan bagaimana Anda merawat
kesehatan Anda?
______% 21. Berapa persen dari waktu Anda, Anda merasa terlalu lelah untuk merawat kesehatan Anda sendiri?
______% 22. Berapa persen dari waktu Anda, Anda mempunyai firasat baik tentang kesehatan Anda?
______% 23. Berapa persen dari waktu Anda, Anda merasa bangga bahwa Anda telah melakukan suatu hal dengan
benar?
______% 24. Berapa persen dari waktu Anda, Anda merasa badan Anda baik?
______% 25. Berapa persen dari waktu Anda, Anda mempunyai kontrol terhadap kesehatan Anda?
______% 26. Berapa persen dari waktu Anda, Anda berpikir tentang bagaimana kesehatan Anda di masa yang akan
datang?
______% 27. Berapa persen dari waktu Anda, teman Anda mengatakan atau melakukan hal yang membuat Anda
bersemangat merawat kesehatan Anda?
______% 28. Berapa persen dari waktu Anda, keluarga Anda mengatakan atau melakukan hal yang membuat Anda
bersemangat merawat kesehatan Anda?
______% 29. Ketika Anda membutuhkan informasi, berapa persen dari waktu Anda disediakan untuk mencari
informasi tersebut?
______% 30. Berapa persen dari waktu Anda, Anda merasa tidak berdaya merawat kesehatan Anda?
______% 31. Berapa persen dari waktu Anda, sebaya Anda menekan Anda untuk melakukan hal yang tidak baik
bagi kesehatan Anda?
______% 32. Berapa persen dari waktu Anda, Anda merasa nyaman tentang diri Anda?
______% 33. Berapa persen dari waktu Anda, Anda merasa nyaman karena melakukan sesuatu dengan baik?
______% 34. Berapa persen dari waktu Anda, Anda membuat keputusan yang tepat tentang kesehatan Anda?
Petunjuk Skoring
Skala 3: Pengetahuan tentang kesehatan dan kemampuan mengambil keputusan (Health knowledge and
decision-making capability)
Contoh 34
KUESIONER TINGKAT KEMANDIRIAN PASIEN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN
PERAWATAN DIRI POSTPARTUM
Berilah tanda centang () pada salah satu kolom untuk setiap jawaban yang paling sesuai.
Nomor Responden :
Hari nifas ke :
No Perawatan diri ibu nifas
A Kebutuhan dalam memenuhi nutrisi ibu postpartum atau menyusui YA TIDAK
Penyediaan menu gizi seimbang yang terdiri
1. Memilih jenis makanan untuk ibu menyusui/nifas (bobot 2)
a. Memilih sayur yang berwana hijau tua dan buah yang segar
b. Mengurangi makanan yang manis-manis dan berlemak
2. Menyediakan menu gizi seimbang (bobot 6)
a. Makanan pokok
b. Lauk pauk (daging/ikan/ayam, kacang-kacangan/tahu/tempe )
c. Sayuran dan buah berwarna hijau (bayam, kangkung, pepaya,
pisang, jeruk, dan lain-lain)
d. Snacking padat kalori (bubur kacang hijau
e. Susu atau 2 butir telur.
f. Minum 3 liter/8−10 gelas perhari
3. Mengolah makanan (bobot 2)
a. Sayuran atau buah dicuci dulu baru di potong
b. Mengupayakan makanan selalu segar
4. Mengonsumsi kebutuhan nutrisi yang diperlukan (bobot 1)
a. Mampu makan dan minum sendiri
5. Kemampuan mengontrol makanan yang dilarang selama menyusui (bobot 3)
a. Tidak boleh merokok, minum-minuman keras, dan diet yang terlalu
ketat
b. Mengurangi minum kopi dan minuman bersoda
c. Mengurangi makanan atau minuman yang terlalu manis
SKOR
B Aktivitas (bergerak) YA TIDAK
1. Bergerak yang dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan miring kanan
atau kiri, duduk kemudian berjalan
2. Bangun dari tempat tidur 24−48 jam setelah melahirkan
SKOR
C Cara memenuhi kebutuhan kebersihan diri YA TIDAK
Pelaksanaan kebersihan diri yang terdiri atas:
1. Mandi 2 kali sehari
2. Mampu membersihkan mulut (gosok gigi sendiri)
3. Menyediakan air bersih untuk mandi
4. Mengganti pakaian dan alas tempat tidur.
5. Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genetalia
SKOR
Minum Obat
1.
2.
ANC
D Perawatan Perineum YA TIDAK
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 335
1. Cuci tangan sebelum masase. Lalu tuangkan minyak kedua belah telapak
tangan secukupnya. Pengurutan dimulai dengan ujung jari, caraya:
2. Sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan gerakan kecil dengan
dua atau tiga jari tangan kanan. Mulai dari pangkal payudara dan berakhir
dengan gerakan spiral pada daerah puting susu.
3. Selanjutnya buatlah gerakan memutar sambil menekan dari pangkal
payudara dan berakhir pada puting susu diseluruh bagian payudara.
Lakukan gerakan seperti ini pada payudara kanan
4. Gerakan selanjutnya letakkan kedua kelompok tangan di antara dua
payudara. Urutlah dari tengan ke atas sambil mengangkat kedua payudara
dan lepaskan keduanya berlahan. lalukan gerakan ini ± 30 kali
5. Lalu cobalah posisi tangan pararel. Sangga payudara dengan satu tangan,
sedangkan tangan lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari
arah pangkal payudara ke arah puting susu. lakukan gerakan ini sekitar
30 kali. Setelah itu, letakkan satu tangan disebelah atas dan satu lagi di
bawah payudara. Luncurkan kedua tangan secara bersamaan ke arah
puting susu dengan cara memutar tangan. Ulangi gerakan ini sampai
semua bagian payudara terkena urutan.
SKOR
Catatan
NILAI YANG DIPEROLEH Skor Terendah : 10
Skor pelaksanaan memenuhi nutrisi = Skor Tertinggi : 38
skor pelaksanaan mobilisasi =
skor pelaksanaan kebersihan diri = Akan dikategori menjadi:
skor pelaksanaan perawatan perineum = Mandiri : Skor: 30−38
skor pelaksanaan perawatan payudara = Memerlukan Bantuan : Skor: 20−29
skor pelaksanaan eliminasi BAK = Tergantung : Skor: 10−19
skor pelaksanaan eliminasi BAB = +
TOTAL
336 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 35
All rights reserved. Publications of the World Health Organization can be obtained from
Marketing and Dissemination, World Health Organization, 20 Avenue Appia, 1211 Geneva 27,
Switzerland (tel: +41 22 791 2476; fax: +41 22 791 4857; email: bookorders@who.int).
Requests for permission to reproduce or translate WHO publications—whether for sale or for
noncommercial distribution—should be addressed to Publications, at the above address (fax:
+41 22 791 4806; email: permissions@who.int).
The designations employed and the presentation of the material in this publication do not imply
the expression of any opinion whatsoever on the part of the World Health Organization
concerning the legal status of any country, territory, city or area or of its authorities, or
concerning the delimitation of its frontiers or boundaries. Dotted lines on maps represent
approximate border lines for which there may not yet be full agreement.
The mention of specific companies or of certain manufacturers’ products does not imply that
they are endorsed or recommended by the World Health Organization in preference to others of
a similar nature that are not mentioned. Errors and omissions excepted, the names of
proprietary products are distinguished by initial capital letters.
The World Health Organization does not warrant that the information contained in this
publication is complete and correct and shall not be liable for any damages incurred as a result
of its use.
Acknowledgements
Translation of this document was performed on behalf of the World Health Organization by Dr Ratna
Mardiati; Satya Joewana, Catholic University Atma Jaya, Jakarta; Dr Hartati Kurniadi; Isfandari,
Indonesia Ministry of Health and Riza Sarasvita, Fatmawati Drug Dependence Hospital, Jakarta.
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 337
WHOQOL-BREF
Pertanyaan berikut ini menyangkut perasaan anda terhadap kualitas hidup, kesehatan dan hal-
hal lain dalam hidup anda. Saya akan membacakan setiap pertanyaan kepada anda, bersamaan
dengan pilihan jawaban. Pilihlah jawaban yang menurut anda paling sesuai. Jika anda
tidak yakin tentang jawaban yang akan anda berikan terhadap pertanyaan yang diberikan,
pikiran pertama yang muncul pada benak anda seringkali merupakan jawaban yang terbaik.
Camkanlah dalam pikiran anda segala standar hidup, harapan, kesenangan dan perhatian anda.
Kami akan bertanya apa yang anda pikirkan tentang kehidupan anda pada empat minggu
terakhir.
Sangat
Sangat buruk Buruk Biasa-biasa saja Baik
baik
Sangat
Sangat tdk Tdk Memuas-
Biasa-biasa saja memuas-
memuaskan memuaskan kan
kan
Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah mengalami hal-hal berikut ini
dalam empat minggu terakhir.
Tdk sama Dlm jumlah Sangat Dlm jumlah
Sedikit
sekali sedang sering berlebihan
Biasa-biasa
Sangat buruk Buruk Baik Sangat baik
saja
15. Seberapa baik kemampuan anda
1 2 3 4 5
dalam bergaul?
Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami hal-hal
berikut dalam empat minggu terakhir.
Transformed scores*
Equations for computing domain scores Raw score
4-20 0-100
27. Domain 1 (6-Q3) + (6-Q4) + Q10 + Q15 + Q16 + Q17 + Q18
a. = b: c:
+ + + + + +
28. Domain 2 Q5 + Q6 + Q7 + Q11 + Q19 + (6-Q26)
a. = b: c:
+++ + +
29. Domain 3 Q20 + Q21 + Q22
a. = b: c:
+ +
30. Domain 4 Q8 + Q9 + Q12 + Q13 + Q14 + Q23 + Q24 + Q25
a. = b: c:
++ + + + + +
340 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 36
Petunjuk:
Berilah tanda centang (√) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan jawaban Saudara.
A. Data Demografi
1. Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
2. Pendidikan
Sekolah Perawat Kesehatan
D-3 Keperawatan/D-4 Keperawatan
S-1 Keperawatan
S-2 Keperawatan
3. Usia
21–30 tahun
31–40 tahun
41–50 tahun
>50 tahun
B. Pengetahuan
C. Sikap
D. Norma Subjektif
E. Intensi
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 341
Kuesioner Pengetahuan
Petunjuk: berilah tanda (×) pada pernyataan yang diangap benar pada kotak di depan
pernyataan. Jawaban boleh lebih dari satu.
Skor
1. Pengertian dokumentasi asuhan keperawatan adalah:
2. Dokumentasi merupakan hal yang penting dalam kaitannya pada pemberian asuhan
keperawatan karena:
Sebagai alat perekam terhadap masalah yang ada kaitannya dengan pasien
Orang terdekat
342 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Perawat lain
Kepustakaan
Baru
Relevan
Independen perawat
Interdependen perawat
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi
Kepala bangsal
14. Rumusan penulisan tujuan dalam intervensi keperawatan harus memenuhi syarat
Achievable, realistis
Total skor
344 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
KUESIONER SIKAP
BAGIAN 1
Berikut ini akan diberikan beberapa pernyataan. Anda diminta untuk memberikan
penilaian sesuai dengan apa yang Anda pikirkan/rasakan, dengan mengisi titik-titik dengan
pilihan jawaban yang disediakan. Pilihan jawabannya adalah sebagai berikut.
Cara menilainya adalah dengan memberikan tanda silang (×) pada kolom jawaban yang
ada di sebelah kanan pernyataan.
Misal:
No N Pernyataan SBu Bu B SB
1 Bagi saya, olahraga adalah kegiatan yang…….……… X
Jawaban di atas berarti: Menurut Anda, olahraga adalah kegiatan yang sangat baik.
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 345
Berikut ini adalah pernyataan yang harus Anda isi. Kerjakanlah dengan cermat dan teliti.
Mohon Bantuan untuk Mengerjakan dengan Cermat dan Teliti
Berikut ini akan diberikan beberapa pernyataan. Anda diminta untuk memberikan
penilaian sesuai dengan apa yang Anda pikirkan/rasakan. Pilihan jawabannya adalah
sebagai berikut.
Cara menilainya adalah dengan memberikan tanda silang (×) pada kolom jawaban yang
ada di sebelah kanan pernyataan.
Misal:
No Pernyataan STS TS S SS
1 Olahraga adalah kegiatan yang menyehatkan X
Jawaban di atas berarti: Anda sangat setuju bahwa olahraga adalah kegiatan yang
menyehatkan.
Berikut ini adalah pernyataan yang harus Anda isi. Kerjakanlah dengan cermat dan
teliti.
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 347
Berikut ini akan diberikan beberapa pernyataan. Anda diminta untuk memberikan
penilaian sesuai dengan apa yang Anda pikirkan/rasakan. Pilihan jawabannya adalah
sebagai berikut.
Cara menilainya adalah dengan memberikan tanda silang (×) pada kolom jawaban yang
ada di sebelah kanan pernyataan.
BAGIAN 1
Misal:
No Pernyataan STS TS S SS
1 Biasanya, saya akan mengikuti apa yang disarankan oleh X
orang tua saya
Jawaban di atas berarti: Anda setuju untuk mengikuti saran yang disampaikan oleh orang
tua Anda
Berikut ini adalah pernyataan yang harus Anda isi. Kerjakanlah dengan cermat dan
teliti.
No Pernyataan STS TS S SS
1 Biasanya, saya akan mengikuti apa yang disampaikan oleh komite
keperawatan
2 Biasanya, saya akan melakukan hal yang dianjurkan oleh kepala
bidang keperawatan
3 Biasanya, saya akan mengikuti apa yang disampaikan oleh kepala
Instalasi Rawat Inap
4 Biasanya, saya akan melakukan hal yang dianjurkan oleh kepala
ruangan
5 Biasanya, saya akan melakukan hal yang disarankan oleh rekan
sejawat saya
6 Biasanya, saya akan melakukan hal yang disarankan oleh tim
kesehatan lain (salah satunya dokter)
BAGIAN 2
Misal:
No Pernyataan STS TS S SS
Jawaban di atas berarti: Anda setuju bahwa orang tua Anda mendukung Anda untuk
bekerja sebagai seorang perawat.
Berikut ini adalah pernyataan yang harus Anda isi. Kerjakanlah dengan cermat dan
teliti.
No Pernyataan STS TS S SS
BAGIAN 1
Berikut ini terdapat dua bagian kuesioner (bagian 1 dan 2) yang masing-masing berisi
beberapa pernyataan. Anda diminta untuk memberikan penilaian sesuai dengan apa yang
Anda pikirkan/rasakan. Pilihan jawabannya adalah sebagai berikut.
Cara menilainya adalah dengan memberikan tanda silang (×) pada kolom jawaban yang
ada di sebelah kanan pernyataan.
BAGIAN 1
Misal:
No Pernyataan STS TS S SS
1 Malas dapat menjadi hambatan untuk berolahraga X
Jawaban di atas berarti: Anda setuju bahwa malas dapat menjadi faktor penghambat
untuk berolahraga.
Berikut ini adalah pernyataan yang harus Anda isi. Kerjakanlah dengan cermat dan
teliti.
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 351
No Pernyataan STS TS S SS
1 Peraturan RS merupakan faktor pendorong untuk melakukan
pendokumentasian asuhan keperawatan.
2 Kesadaran akan pentingnya bukti legal etik pelayanan kepada klien
menjadi faktor pndorong untuk melakukan pendokumentasian
asuhan keperawatan.
3 Motivasi untuk menjalankan kewajiban, tanggung jawab perawat
menjadi faktor pendukung untuk melakukan pendokumentasian
asuhan keperawatan.
4 Kondisi ruangan yang sibuk dengan Bed Occupation Rate (BOR)
yang tinggi dan rutinitas ruangan merupakan hambatan untuk
melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
5 Adanya supervisi dari atasan merupakan faktor pendorong untuk
melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
6 Kebutuhan akreditasi RS atau evaluasi mutu merupakan faktor
pendorong untuk melakukan pendokumentasian asuhan
keperawatan.
7 Kebutuhan akan ada media komunikasi tertulis antar perawat dan
dengan tim kesehatan lain menjadi pendorong untuk melakukan
pendokumentasian asuhan keperawatan.
8 Belum ada pedoman baku dan format tidak sesuai dengan standar
akreditasi menjadi hambatan untuk melakukan pendokumentasian
asuhan keperawatan.
9 Faktor pengetahuan perawat tentang pentingnya pendokumentasian
asuhan keperawatan merupakan faktor pendorong untuk melakukan
pendokumentasian asuhan keperawatan.
10 Faktor malas dan ribet merupakan faktor penghambat untuk saya
melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan
11 Tersedianya sarana dan prasarana (format, petunjuk teknis dan lain-
lain) menjadi faktor pendukung untuk melakukan pendokumentasian
asuhan keperawatan.
12 Kondisi pasien yang gawat menjadi faktor penghambat untuk
melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
13 Faktor beban kerja merupakan penghambat untuk melakukan
pendokumentasian asuhan keperawatan.
14 Faktor waktu merupakan penghambat untuk melakukan
pendokumentasian asuhan keperawatan.
15 Minimumnya reward merupakan penghambat untuk melakukan
pendokumentasian asuhan keperawatan.
BAGIAN 2
Berikut ini akan diberikan beberapa pernyataan. Anda diminta untuk memberikan
penilaian sesuai dengan apa yang Anda pikirkan/rasakan. Pilihan jawabannya adalah
sebagai berikut.
SK = Sangat Kecil
K = Kecil
B = Besar
SB = Sangat Besar
Cara menilainya adalah dengan memberikan tanda silang (×) pada kolom jawaban yang
ada di sebelah kanan pernyataan.
BAGIAN 1
Misal:
No Pernyataan SK K B SB
1 Bagi saya malas menjadi faktor penghambat yang ………. Untuk X
berolahraga
Jawaban di atas berarti: Bagi Anda, faktor malas menjadi penghambat yang besar untuk
berolahraga.
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 353
Berikut ini adalah pernyataan yang harus Anda isi. Kerjakanlah dengan cermat dan
teliti!
Mohon Bantuan untuk Mengerjakan dengan Cermat dan Teliti
Petunjuk Pengisian
Pertanyaan
2. Saya memiliki keinginan untuk melakukan pendokumentasian diagnosis keperawatan
sesuai dengan masalah keperawatan pasien yang mencerminkan problem dan etiologi
(PE)
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 355
5. Saya memiliki keinginan untuk mendokumentasikan evalusi yang telah saya lakukan
terhadap klien, dengan menggunakan pendekatan SOAP dan mengacu kepada tujuan
dan kriteria hasil.
1 2 3 4
6. Saya memiliki keinginan untuk melakukan dokumentasi asuhan keperawatan dengan
jelas, ringkas dan memiliki istilah baku dan benar, selalu mencantumkan paraf, nama,
tanggal dan jam tindakan dilakukan dan menyimpan berkas sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
1 2 3 4
356 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
E Evaluasi
1 Komponen yang dievaluasi mengenai status kesehatan klien
meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotor klien melakukan
tindakan, perubahan fungsi tubuh, tanda dan gejala
2 Evaluasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
3 Evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang diberikan
mengacu kepada tujuan dan kriteria hasil
4 Evaluasi terhadap pengetahuan klien tentang penyakitnya,
pengobatan dan risiko komplikasi setelah diberikan promosi
kesehatan
5 Evaluasi terhadap perubahan fungsi tubuh dan kesehatan
klien setelah dilakukan tindakan
F Dokumentasi Keperawatan
1 Pendokumentasian setiap tahap proses keperawatan ditulis
dengan jelas, ringkas, dapat dibaca, serta memakai istilah
yang baku dan benar dengan menggunakan tinta.
2 Setiap melakukan tindakan keperawatan, perawat
mencantumkan paraf, nama jelas, tanggal, dan jam dilakukan
tindakan
3 Dokumentasi proses keperawatan di ruangan ditulis
menggunakan format yang baku sesuai pedoman di RS
4 Prinsip dalam pendokumentasian asuhan keperawatan
adalah: tulis apa yang telah dilakukan dan jangan lakukan
apa yang tidak ditulis
5 Setiap melakukan pencatatan yang bersambung pada
halaman baru, tanda tangani dan tulis kembali waktu dan
tanggal serta identitas klien pada bagian halaman tersaebut
358
Thermometer Distres
Pertama, lingkarilah angka (0-10) yang paling tepat untuk Kedua, perhaatikan jika salah satu dari hal dibawah ini menjadi masalah bagi anda
Menggambarkan seberapa besar distres yang anda alami pada Salama minggu ini, termasuk hari ini. Pastikan memberikan tanda check (√)
minggu ini termasuk hari ini. Pada jawaban YA atau TIDAK pada setiap hal.
Lampiran
________________________________
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 37
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 359
Contoh 38
Rekomendasi dari orang lain, kebutuhan customer, dan pengalaman masa lalu dimodifikasi dari instrument of
SERVQUAL
Petunjuk Pengisian:
Beri tanda (√) pada kotak jawaban yang menurut Anda paling benar, tepat, dan sesuai (kami menjamin jawaban yang
diberikan akan sangat dirahasiakan dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja).
Nilai
No. Atribut
1 2 3 4 5 6 7
1. Anda mendengar dari orang lain (teman, kerabat, tetangga, dan
lain-lain) bahwa puskesmas memiliki peralatan perawatan dan
pemeriksaan yang terkini (up to date)
2. Anda mendengar dari orang lain (teman, kerabat, tetangga, dan
lain-lain) bahwa fasilitas fisik di puskesmas lengkap dan menarik
perhatian
3. Banyak yang membicarakan pelayanan di puskesmas ramah dan
menyenangkan
4. Anda mendengar dari orang lain bahwa fasilitas yang tersedia sesuai
dengan jenis pelayanan yang diberikan
5. Banyak yang membicarakan keterampilan dan keahlian perawat di
puskesmas dalam menangani kondisi pasien
6. Banyak yang menceritakan kebaikan hati perawat di puskesmas yang
murah senyum dan selalu siap membantu pelanggan
360 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Nilai
No. Atribut
1 2 3 4 5 6 7
1. Anda membutuhkan pelayanan di puskesmas yang dapat dipercaya/
diandalkan
2. Anda ingin dilayani sesuai waktu yang dijanjikan
3. Pendokumentasian hasil pemeriksaan harus ditulis dengan akurat
4. Anda harus mengetahui semua prosedur tindakan pemeriksaan yang
akan dilakukan oleh perawat di puskesmas kepada Anda
5. Anda harus mendapatkan pelayanan yang cepat dan tanggap dari
puskesmas sesuai keinginan Anda
6. Anda tidak harus selalu mendapat bantuan dari perawat ketika
memerlukan pertolongan
7. Anda langsung menyalahkan perawat jika perawat terlalu sibuk dan
tidak segera membantu keperluan Anda
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 361
Nilai
No. Atribut
1 2 3 4 5 6 7
1. Anda dapat mempercayai sepenuhnya tindakan pemeriksaan dan
perawatan di puskesmas
2. Anda merasa sangat aman saat berinteraksi dengan perawat di
puskesmas
3. Perawat di puskesmas bersikap ramah dan sopan santun terhadap
Anda
4. Perawat di puskesmas tidak pernah terlihat marah dan cemberut saat
melakukan pelayanan karena ditunjang fasilitas yang memadai dari
puskesmas
5. Perawat di puskesmas memberikan perhatian khusus pada Anda
dengan berbicara dari hati ke hati
6. Perawat tidak bisa memberikan pilihan solusi atas masalah Anda
7. Perawat puskesmas tidak tahu dan tidak berusaha memahami apa
yang Anda butuhkan
8. Puskesmas ini adalah pilihan pertama Anda untuk mencari
pengobatan
9. Jam kerja puskesmas sangat pendek sehingga Anda tidak pernah
sempat berobat ke puskesmas setiap kali Anda sakit
362 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
cONTOH 39
RISIKO JATUH
A. Risiko Jatuh
Pasien Dewasa
A. Risiko Jatuh
Pasien ANAK
Keterangan:
Tingkat risik:
1. Skor >51 risiko tinggi, lakukan intervensi jatuh risiko tinggi
2. Skor 25–50 risiko rendah, lakukan intervensi jatuh standar
3. Skor 0–24 tidak berisiko, perawatan yang baik
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 365
C. Risiko Jatuh
Pasien Geriatri
KETERANGAN:
Tingkat Risiko dan Tindakan
1. Skor 7−11 : Risiko Rendah untuk Jatuh
2. Skor ≥12 : Risiko Tinggi untuk Jatuh
3. Skor minimal : 7
4. Skor maksimal : 23
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 367
Keterangan:
Tingkat risiko:
1. Risiko Rendah bila skor 1−3 : Lakukan intervensi risiko rendah
2. Risiko Tinggi bila skor > 4 : Lakukan intervensi risiko tinggi
368 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Contoh 40
INSTRUMEN NYERI
A. PENGKAJIAN NYERI PADA NEONATUS-NEONATAL (NIPS)
B. PENGKAJIAN NYERI PADA BAYI USIA 0−1 TAHUN FLACC PAIN SCALE
C. PENGKAJIAN NYERI PADA PASIEN DEWASA (VISUAL AID SCALE)
D. PENGKAJIAN NYERI PADA PASIEN TIDAK SADAR (BEHAVIOURAL PAIN SCALE/BPS)
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 369
A. Nyeri Pada
NEONATUS−NEONATAL (NIPS)
Keterangan:
Skala Nyeri Intervensi
1. 0−2 = Nyeri ringan tidak nyeri : Tidak ada
2. 3−4 = Nyeri sedang- Nyeri ringan : Intervensi tanpa obat, dievaluasi selama 30 menit
3. > 4 = Nyeri hebat : Intervensi tanpa obat, bila masih nyeri bisa diberikan
analgesik dan dievaluasi selama 30 menit
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 371
Keterangan:
0 = Relaks dan nyaman (relaxed and comfortable)
1−3 = Sedikit tidak nyaman (mild discomfort)
4−6 = Nyeri sedang (moderate pain)
7−10 = Sangat tidak nyaman/nyeri hebat (severe discomfort/pain)
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 373
C. Nyeri Pada
PASIEN DEWASA
No Skala Nyeri 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Skor Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
..... ..... ..... ..... ..... ..... ..... ..... ..... .....
1 Tidak Nyeri 0
2 Minor
Nyeri Sangat ringan 1
Nyeri Tidak nyaman 2
Nyeri Dapat ditoleransi 3
3 Sedang
Menyusahkan 4
Sangat menyusahkan 5
Nyeri hebat 6
4 Berat
Sangat hebat 7
Sangat menyiksa 8
Tak tertahankan 9
Tak dapat diungkapkan 10
TOTAL SKOR
D. Nyeri Pada
PASIEN TIDAK SADAR
Keterangan:
0 = Tidak nyeri (No pain)
1−3 = Nyeri ringan (Mild pain)
4−6 = Nyeri sedang (Moderate pain)
≥ 6 = Nyeri yang tidak terkendali (Uncontrolled
pain)
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 375
CONTOH 41
A. FLEBITIS
B. DEKUBITUS
C. PNEUMONIA
D. INFEKSI LUKA OPERASI (ILO)
E. INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK
376 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
A. FLEBITIS
Keterangan:
Skala Nyeri Intervensi
1. 0 = Tidak ada tanda flebitis 1. Observasi kanul
2. 1–2 = Tahap Awal flebitis 2. Resite kanul
3. 3–4 = Awal Tromboflebitis 3. Resite kanul dan pertimbangkan perawatan
4. 5 = Stadium lanjut Tromboflebitis 4. Memulai perawatan
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 377
b. dekubitus
NORTON SCALE
Interpretasi:
• Nilai maksimum 20
• Nilai minimum 5
• Pasien berisiko dekubitus jika nilai < 14
378 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
c. Pneumonia
d. ilo
(infeksi luka operasi)
e. isk
(infeksi saluran kemih)
Lembar 1
Untuk memastikan diagnosa ISK, harus ada minimal 1 dari 4 kriteria di bawah ini.
CONTOH 42
KUESIONER KEPRIBADIAN
BIG FIVE PERSONALITY
(John OP, Robins RW & Pervin, 2008; dlm buku: Handbook of Personality: Theory
and Research 3rd. New York: Guilford Press)
Petunjuk pengisian :
1. Jawablah pernyataan berikut dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang tersedia.
2. Di dalam pernyataan tidak ada salah dan benar. Pernyataan berikut merupakan persepsi Anda
tentang diri Anda dalam berbagai situasi. Jawaban menunjukkan kecenderungan kekuatan terhadap
pernyataan. Jawablah sesuai dengan pilihan berikut.
STS = Sangat Tidak Setuju S = Setuju
TS = Tidak Setuju SS = Sangat Setuju
R = Ragu-Ragu
Pilihan Jawaban
No. Pernyataan Skor
STS TS R S SS
Saya melihat diri saya sebagai seseorang yang:
1 Aktif berbicara
2 Seorang yang pendiam
3 Penuh energi
4 Cenderung diam
5 Menyebabkan banyak antusiasme
6 Kadang-kadang pemalu dan segan
7 Memiliki kepribadian yang tegas
8 Pergi keluar, suka bergaul
9 Mengalami depresi
10 Santai, manangani stress dengan baik
11 Dapat tegang
12 Memiliki emosi stabil, tidak mudah marah
13 Banyak kekwatiran
14 Tetap tenang dalam situasi tegang
15 Moody (suasana hati yang seringkali berubah-ubah)
16 Mudah gugup
17 Dengan asli muncul dengan ide-ide baru
18 Ingin tahu tentang banyak hal yang berbeda
19 Banyak akal, pemikir yang mendalam
20 Aktif dalam berimajinasi
384 Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian
Pilihan Jawaban
No. Pernyataan Skor
STS TS R S SS
21 Berdaya cipta
22 Menilai artistik, estetika pengalaman
23 Lebih menyukai pekerjaan yang rutin
24 Suka merenung, bermain dengan ide-ide
25 Memiliki sedikit ketertarikan pada seni
26 Ahli dalam seni, musik dan sastra
27 Sangat suka membantu dan tidak mementingkan diri sendiri
28 Cenderung mencari kesalahan orang lain
29 Memiliki sifat pemaaf
30 Memulai perselisihan dengan orang lain
31 Umumnya mempercayai
32 Dapat menjadi dingin dan menyendiri
33 Perhatian dan baik untuk hampir semua orang
34 Kadang-kadang kasar kepada orang lain
35 Suka bekerja sama dengan orang lain
36 Mengerjakan pekerjaan dengan menyeluruh
37 Dapat menjadi agak ceroboh
38 Dapat diandalkan
39 Cenderung malas
40 Melakukan hal-hal yang efisien
41 Mudah terganggu
42 Membuat rencana dan mematuhi/mengikuti rencana tersebut
43 Cenderung untuk tidak teratur
44 Tekun sampai tugas selesai
Bagian 4: Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian 385
CONTOH 43
KUESIONER KOMITMEN
Berilah tanda centang (√) pada kolom yang tersedia di sebelah kanan pada masing-masing pernyataan,
sesuai dengan yang Anda rasakan, dengan kategori pilihan sebagai berikut.
Pernyataan Tanggapan
Komitmen Normatif STS TS R S SS
1. Saya merasa tidak ada keharusan untuk tetap bekerja pada institusi (UF)
2. Saya merasa tidak dibenarkan jika saya keluar dari (INSTITUSI),
meskipun itu menguntungkan saya
3. Saya merasa bersalah jika saya keluar dari (INSTITUSI)
4. (INSTITUSI) pantas mendapatkan loyalitas saya
5. Saya tidak akan keluar dari (INSTITUSI) karena saya merasa berutang
pada seseorang di (INSTITUSI)
6. Saya berhutang banyak pada (INSTITUSI)
Bagian 5
PEDOMAN PENULISAN
USULAN PENELITIAN DAN
SKRIPSI
• Pendahuluan
• Pedoman Penulisan
• Pedoman Penulisan Usulan Penelitian (Proposal)
• Pedoman Penulisan Skripsi dan Tesis
• Penulisan Daftar Pustaka
• Lampiran-lampiran
390 Bagian 5: Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
Pendahuluan
Berdasarkan Undang-Undang No. 20/2003 Sistem Pendidikan Nasional dan PP No. 60/1999
– LN Tahun 1999 yang dijabarkan ke dalam Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indonesia
I (KIPNI I) No. 129/1999, Program Pendidikan Ners merupakan salah satu lembaga
Pendidikan Universitas yang menyelenggarakan program pendidikan akademik dan
profesional. Pada Program Akademik diarahkan untuk mendidik ilmuwan keperawatan
yang mampu meningkatkan perannya dalam keilmuan. Sehingga mereka yang menempuh
Program Pendidikan Ners dituntut untuk dapat meningkatkan keilmuan melalui jalur
penelitian dan pengembangannya.
Penelitian yang dilakukan untuk menyusun skripsi adalah kegiatan akademik ilmiah
yang menggunakan penalaran empiris atau non-empiris dan memenuhi syarat metodologi
disiplin ilmu keperawatan, dilaksanakan berdasarkan usulan penelitian yang telah disetujui
oleh pembimbing dan panitia penilai usulan penelitian.
Skripsi merupakan karya akademik hasil penelitian mendalam yang dilakukan
oleh mahasiswa Program Pendidikan Ners secara mandiri dan berisi sumbangan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, merupakan karya ilmiah
yang 1) Disusun menurut format skripsi yang ditetapkan; 2) Menunjukkan kesahihan
metodologi, ketajaman penalaran, dan kedalaman penguasaan teori; 3) Menunjukkan
keruntutan pemikiran, kecermatan, perumusan masalah, batasan penelitian, dan
kesimpulan.
Sebagai karya ilmiah, isi dan cara penulisan skripsi dapat bervariasi, namun demikian
tetap dipandang perlu adanya suatu pedoman umum.
Pedoman ini berlaku bagi Program Pendidikan Ners Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran. Dalam batas tertentu keterbatasan tetap diberikan
kepada program studi, terutama karena alasan kekhususan bidang ilmu pada program
studi yang bersangkutan, namun harus tetap taat pada asas penulisan karya ilmiah
penelitian.
TUJUAN
Buku pedoman penyusunan proposal dan skripsi ini digunakan sebagai pedoman:
PEDOMAN PENULISAN
1. Bahasa yang digunakan
1) Bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang baik dan benar
2) Bila diperlukan atau belum ada istilah yang tepat dalam bahasa Indonesia, boleh
menggunakan bahasa aslinya dengan memperhatikan tata cara penulisan bahasa
asing.
Bab 5 • Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi 391
4. Tabel dan gambar disajikan di kertas untuk materi, kecuali dalam keadaan tertentu
dapat menggunakan kertas dan ukuran yang berbeda.
5. Pengetikan naskah
1. Naskah diketik dengan mesin ketik standar IBM atau menggunakan komputer
dengan jenis huruf Times New Roman
2. Jarak 2 (dua) spasi, kecuali pada grafik dan tabel 1 (satu) spasi
3. Seluruh naskah mulai dari halaman sampul sampai dengan daftar pustaka
menggunakan huruf yang berukuran sama (12pt), kecuali kata asing dicetak
miring (Italic)
4. Awal paragraf dimulai pada ketukan ke-5 atau 6 dari tepi kiri ( atau TAB pada
Komputer)
5. Setiap bab diberi nomor urut sampai pada lampiran, sesuai dengan tata cara yang
dipilih
6. Jarak tepi
1. 3 cm atau 1 inci dari tepi atas
2. 3 cm atau 1 inci dari tepi bawah
3. 4 cm atau 1,5 inci dari tepi kiri
4. 3 cm atau 1 inci dari tepi kanan
7. Nomor halaman
1. Halaman untuk bagian awal diberi nomor dengan huruf Romawi kecil
(i,ii,iii,iv,v,dst), ditulis di bagian bawah tengah, empat spasi di bawah teks.
2. Halaman sampul depan tidak dihitung tetapi halaman sampul dalam dihitung
tetapi tidak diberi nomor.
3. Bab pendahuluan dan seterusnya diberi nomor dengan angka Arab (1,2,3,dst)
pada pojok kanan atas.
4. Pada halaman dengan judul bab, nomor halaman ditulis di bawah tengah (empat
spasi di bawah teks)
5. Pada halaman lain, nomor halaman ditulis di kanan atas (1,5 cm dari teks)
9. Kutipan
1) Kutipan atau cuplikan ditulis sesuai naskah aslinya, sedangkan kutipan yang
berbahasa asing harus disertai terjemahannya.
2) Kutipan ditulis dengan jarak tepi kiri dan tepi kanan yang berbeda dengan teks
yang lain.
3) Ditulis dengan jarak 1 spasi, diawali dengan tanda petik (“) dan juga diakhiri
dengan tanda petik (“).
BAGIAN AWAL
Bagian awal usulan penelitian terdiri atas:
BAGIAN INTI
Bagian inti usulan penelitian memuat hal sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Teoritis
1.4.2 Praktis
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB 4 METODE PENELITIAN
BAGIAN AKHIR
Bagian akhir terdiri atas:
1. Daftar Pustaka
2. Lampiran
1. Jadwal Kegiatan
2. Rincian Biaya
3. Penjelasan dan Informasi (Informed Consent)
4. Pernyataan Persetujuan
5. Instrumen
BAGIAN AWAL
Secara berurutan bagian awal terdiri atas 9 komponen seperti tersebut di bawah ini:
3. Halaman Persetujuan
Halaman ini memuat nama lengkap dan tanda tangan para pembimbing.
394 Bagian 5: Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
BAGIAN INTI
Penjelasan bagian inti sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Identifikasi masalah penelitian merupakan langkah awal seorang peneliti yang harus
dilaksanakan. Masalah kesehatan atau keperawatan terjadi apabila terdapat kesenjangan
antara apa yang seharusnya ada (teori) dengan kenyataan yang dijumpai di lapangan dan
memerlukan suatu pemecahan (Sastroasmoro & Ismael, 1995; Praktiknya, 1993; Abedo,
1974).
Contoh:
Sebagian besar klien yang akan dilakukan tindakan pembedahan mengalami stres. Salah
satu faktor yang berhubungan dengan stres pada klien yang menghadapi tindakan operasi
antara lain adalah pengetahuan dan sikap, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan
tanda-tanda vital yang dapat memperburuk keadaan. Namun sampai saat ini belum ada
penelitian yang mengkaji pengaruh penyuluhan terhadap penurunan stres dan perubahan
tanda vital tersebut.
Latar belakang berisi uraian tentang apa yang menjadi masalah penelitian, alasan
mengapa masalah itu penting dan perlu diteliti. Masalah tersebut harus didukung oleh
fakta empiris (pemikiran induktif) sehingga jelas memang ada masalah yang perlu diteliti.
Juga harus ditunjukkan letak masalah yang akan diteliti dalam konteks teori (pemikiran
deduktif) dengan permasalahan yang lebih luas, serta peranan penelitian tersebut dalam
Bab 5 • Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi 395
pemecahan permasalahan yang lebih luas. Dalam latar belakang ini ditulis secara berurutan
masalah penelitian, skala masalah, kronologi masalah, dan konsep solusi (MSKS):
1) Masalah penelitian berupa fenomena atau faktor yang ada dan teori atau referensi
yang mendukung.
2) Skala masalah berupa besarnya masalah dan pengaruh yang timbul terhadap
kesehatan; waktu terjadi pada saat ini (apakah semakin meningkat); tempat kejadian,
karakteristik masyarakat yang terkena.
3) Kronologis masalah berupa penyebab masalah dan dampak dari masalah serta kajian
hasil-hasil penelitian sebelumnya.
4) Solusi berupa konsep pemecahan yang sudah dan dan akan digunakan.
Contoh:
• Kejadian gangguan konsep diri pada klien pascamastektomi ……. secara umum
(Nasional) ……. di Surabaya (RSU Dr. Soetomo)
• Dampak dari gangguan konsep diri dan angka/insiden kejadian, waktu, tempat
• Kronologis (hasil penelitian sebelumnya) ……..
• Konsep solusi adalah ……
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah rumusan secara konkret masalah yang ada, dalam bentuk
pertanyaan penelitian yang dilandasi oleh pemikiran teoritis yang kebenarannya perlu
dibuktikan. Rumusan masalah merupakan masalah-masalah yang memerlukan suatu
penyelesaian segera. Rumusan masalah setidaknya harus mengandung unsur (Q: Question;
S: Specific; dan S: Separated).
Contoh:
Rumusan masalah secara umum dimulai dengan kalimat tanya What (apakah) atau How
(bagaimanakah).
1. Apakah ada pengaruh konseling pra bedah terhadap perubahan tanda-tanda vital
pada klien yang dilakukan pembedahan (ortopedi)?
Contoh:
Menjelaskan pengaruh penyuluhan terhadap penurunan stres dan tanda-tanda vital pada
klien yang dilakukan tindakan pembedahan (ortopedi).
1.4.2 Praktis
Adalah manfaat penelitian yang dapat diterapkan secara langsung.
Contoh:
Model PAKAR dapat digunakan sebagai teknik alternatif untuk respons adaptif yang efektif
dalam mengatasi stres pada klien HIV.
berbentuk bagan, model matematik, atau persamaan fungsional, yang dilengkapi dengan
uraian kualitatif.
Syarat kerangka konsep adalah 1) Harus didasarkan pada konsep atau teori yang ada,
2) Ada hubungan antara variabel, dan 3) Berupa gambar atau diagram.
Konseling
Proses Belajar
AIETA
Kognisi
Persepsi + Koping Individu +
Emosi
Stres berkurang
H. P. A Axis
Hipotalamus (CRF )
Katekolamin
Pituitari (ACTH )
Modulasi
Respons imun
Gambar 3.1: Kerangka Konseptual Pengaruh Konseling Pra Bedah terhadap
Penurunan Stres dan Perubahan Tanda-tanda bal.
398 Bagian 5: Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
langkah yang ditempuh oleh peneliti untuk menjamin reliabilitas dan validitas data
yang diperoleh.
4.8 Kerangka operasional
4.9 Cara analisis data
Bagian ini berisi uraian tentang cara yang digunakan dalam analisis data disertai
pembenaran atau alasan penggunaan cara analisis tersebut, termasuk penggunaan
uji statistik.
BAGIAN AKHIR
Bagian akhir usulan penelitian meliputi:
Catatan:
Nomor halaman bagian akhir merupakan kelanjutan nomor halaman bagian inti.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat
1.4.1 Teoritis
1.4.2 Praktis
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB 4 METODE PENELITIAN
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.2 Pembahasan
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
6.2 Saran
4.3 BAGIAN AKHIR
Bagian akhir terdiri atas:
1. Daftar Pustaka
2. Lampiran
2.1 Surat Izin Penelitian
2.2 Informed consent
2.3 Alat ukur / instrumen
2.4 SAP (satuan acara pembelajaran)
2.5 Raw data
2.6 Hasil analisis
BAGIAN AWAL
Secara berurutan bagian awal terdiri atas 12 komponen seperti di bawah ini:
4. Halaman Persetujuan
Halaman ini memuat nama lengkap dan tanda tangan para pembimbing atau
promotor dan kompromotor.
Contoh: Lihat lampiran 4.
7. Halaman Abstrak
Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dengan mengikuti kaidah IMRAD (Introduksi
masalah & tujuan, Metodologi, Hasil (Result), dan Diskusi (Discussion) dengan
disertai kata kunci (Keyword) di akhir halaman abstrak. Jumlah kata dalam abstrak
paling banyak 250 kata.
Contoh: Lihat lampiran 7
BAGIAN INTI
Penjelasan bagian inti sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Identifikasi masalah penelitian merupakan langkah awal seorang peneliti yang harus
dilaksanakan. Masalah kesehatan atau keperawatan terjadi apabila terdapat kesenjangan
antara apa yang seharusnya ada (teori) dengan kenyataan yang dijumpai di lapangan dan
memerlukan suatu pemecahan (Sastroasmoro & Ismael, 1995; Praktiknya, 1993; Abedo,
1974).
Contoh:
Sebagian besar klien yang akan dilakukan tindakan pembedahan mengalami stres. Salah
satu faktor yang berhubungan dengan stres pada klien yang menghadapi tindakan operasi
antara lain adalah pengetahuan dan sikap, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan
tanda-tanda vital yang dapat memperburuk keadaan. Namun sampai saat ini belum ada
penelitian yang mengkaji pengaruh penyuluhan terhadap penurunan stres dan perubahan
tanda vital tersebut.
Latar belakang berisi uraian tentang apa yang menjadi masalah penelitian, alasan mengapa
masalah itu penting dan perlu diteliti. Masalah tersebut harus didukung oleh fakta empiris
(pemikiran induktif) sehingga jelas, memang ada masalah yang perlu diteliti. Juga harus
ditunjukkan letak masalah yang akan diteliti dalam konteks teori (pemikiran deduktif)
dengan permasalahan yang lebih luas, serta peranan penelitian tersebut dalam pemecahan
permasalahan yang lebih luas. Dalam latar belakang ini ditulis secara berurutan masalah
penelitian, skala masalah, kronologi masalah dan konsep solusi (MSKS):
1) Masalah penelitian berupa fenomena atau faktor yang ada dan teori atau referensi
yang mendukung.
2) Skala masalah berupa besarnya masalah dan pengaruh yang timbul terhadap
kesehatan; waktu terjadi pada saat ini (apakah semakin meningkat); tempat kejadian,
karakteristik masyarakat yang terkena.
3) Kronologis masalah berupa penyebab masalah dan dampak dari masalah.
4) Solusi berupa konsep pemecahan yang sudah dan yang akan digunakan.
Contoh:
• Kejadian gangguan konsep diri pada klien pascamastektomi ……. secara umum
(Nasional) ……. di Surabaya (RSU Dr. Soetomo)
• Dampak dari gangguan konsep diri dan angka / insiden kejadian, waktu, tempat
• Kronologis (hasil penelitian sebelumnya) ……..
• Konsep solusi adalah ……
Bab 5 • Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi 403
Contoh:
Jika dibuat satu rumusan masalah:
1. Apakah ada pengaruh penyuluhan terhadap perubahan tanda-tanda vital pada klien
dilakukan pembedahan (ortopedi)?
1.3 Tujuan
Bagian ini mengemukakan tujuan yang ingin dicapai melalui proses penelitian. Tujuan
penelitian harus jelas dan tegas. Tujuan penelitian dapat dibagi menjadi: (1) Tujuan umum
dan (2) Tujuan khusus.
Contoh:
Menjelaskan pengaruh konseling prabedah terhadap penurunan stres dan tanda-tanda
vital pada klien yang dilakukan tindakan pembedahan (ortopedi).
Contoh:
Diketahuinya mekanisme peningkatan respons adaptasi (modulasi respons imun,
psikologis, dan sosial) setelah PAKAR NERSososial digunakan sebagai dasar dalam
penelitian ilmu keperawatan dengan pendekatan Model Adaptasi dari Roy.
1.4.2 Praktis
Adalah manfaat penelitian yang dapat diterapkan secara langsung.
Contoh:
Model PAKAR dapat digunakan sebagai teknik alternatif untuk respons adaptif yang efektif
dalam mengatasi stres pada klien HIV.
Konseling
Proses Belajar
AIETA
Kognisi
Persepsi + Koping Individu +
Emosi
Stres berkurang
H. P. A Axis
Hipotalamus (CRF )
Katekolamin
Pituitari (ACTH )
Modulasi
Respons imun
Gambar 3.2 Kerangka Konseptual Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap
Penurunan Stres dan Perubahan Tanda-tanda Vital.
406 Bagian 5: Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
Dari gambar 3.2 dapat dijelaskan mekanisme pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap
penurunan stres dan perubahan tanda-tanda vital. Pada klien yang mengalami persalinan
lama dan tindakan pembedahan akan mengalami stres yang dipengaruhi faktor internal
antara lain; umur, pendidikan, pekerjaan dan agama; disamping juga faktor eksternal antara
lain; sosial budaya, dukungan dan lingkungan. Adapun tingkat stres yaitu; ringan, sedang
dan berat. Untuk mengurangi stres pada klien yang akan dilakukan tindakan pembedahan
dan partus lama diperlukan koping yang positif. Koping yang positif menimbulkan
perubahan tanda-tanda vital (normal), apabila koping negatif dapat menimbulkan HPA
axis yang memengaruhi hipotalamus CRF, pituitari, saraf simpatis, medula adrenalis yang
menyebabkan terbentuknya katekolamin meningkat sehingga menyebabkan perubahan
tanda-tanda vital.
Contoh:
H1:
1. Ada pengaruh penyuluhan terhadap perubahan tanda-tanda vital dengan persalinan
lama yang akan dilakukan tindakan pembedahan.
2. Ada pengaruh penyuluhan terhadap penurunan stres.
Rancangan penelitian
Rancangan penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan penelitian atau
menguji kesahihaan hipotesis. Macam tipe rancangan penelitian yang sering digunakan
dalam keperawatan, misalnya: Deskriptif-Analitik: Studi kasus, Korelasi, Cross-sectional,
Komparasi; Experiment: Pre-post nonrandomised experiment, Quasy-experiment dan
True-experiment.
Oa P Oa1
P
Ob - Ob1
Contoh:
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional untuk menentukan hubungan antara
faktor demografi dan gangguan konsep diri pada klien ……………….
408 Bagian 5: Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
Populasi
S:
sampling
Sampel
S:
Pengumpulan Data
(Instumen)
Analisis
(Uji ….)
Hasil
N.z2 p.q
n =
d (N-1) + z2 . p.q
2
= 42,7 = 43 Responsden
Keterangan:
n = Perkiraan besar sampel
N = Perkiraan besar populasi
z = Nilai standar normal untuk a = 0,05 (1,96)
p = Perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%
q = 1 – p (100% – p)
d = Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05)
Bab 5 • Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi 409
N
N =
1 + N (d) 2
Atau
Keterangan:
n = Besar sampel
N = Besar populasi
d = Tingkat signifikansi (p)
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili
suatu populasi.
Contoh:
Populasi:
Penelitian ini adalah semua klien pascamastektomi yang dirawat di Ruang Bedah RSU
Dr. Soetomo Surabaya
Sampel:
Klien Pasca Mastektomi yang memenuhi kriteria inklusi …….. (misal: telah mendapatkan
informasi pembedahan, pasien yang telah berusia di atas 30 tahun; pendidikan terakhir
SLTA; belum pernah dirawat di Rumah sakit dengan kasus yang sama……………….).
Jumlah sampel: 50 klien
Sampling:
Stratified random sampling, simple random sampling, dll.
Identifikasi Variabel
Variabel adalah karakteristik yang dimiliki oleh subjek (orang, benda, situasi) yang
berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok tersebut. Semua variabel yang diteliti harus
diidentifikasi, mana yang termasuk variabel bebas (independent variable), variabel terikat
(dependent variable), dan variabel pengontrol, serta variabel perancu. Untuk itu rancang
bangun penelitian atau diagram kerangka konsep sangat membantu dalam identifikasi
variabel. Identifikasi variabel merupakan hal yang sangat penting yang menyangkut seluruh
bagian penelitian, terutama dalam manajemen dan analisa data.
Contoh:
Variabel bebas : Demografi, informasi praoperasi …………………………
Variabel tergantung : Gangguan konsep diri ……………………..
Definisi Operasional
Menjelaskan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara
operasional, sehingga mempermudah pembaca/penguji dalam mengartikan makna
penelitian.
410 Bagian 5: Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
Contoh:
Informasi praoperasi adalah semua informasi yang diberikan sebelum pembedahan, yang
meliputi: tujuan operasi, risiko, manfaat, obat yang digunakan, dll ………)
(Definisi operasional secara lengkap pada bagian definisi operasional)
Definisi
Variabel Oprasional Parameter Alat Ukur Skala Skor
Independen: Tingkat o Pengertian penyakit SAP
konseling pengetahuan o Tujuan operasi
klien yang o Manfaat
akan dilakukan o Persiapan
tindakan operasi o Prosedur
o Paska operasi
o Risiko/komplikasi
Dependen Respons emosi Manifestasi tubuh terhadap stres Kuesioner Ordinal Penilaian
Stres klien yang menurut Kozier: - < 3 tidak stres
akan dilakukan 4 - 10 stres ringan
tindakan operasi 1. Reaksi Fisiologis: 10 - 14 stres sedang
o Pupil melebar 14 - 18 stres berat
o Keringat meningkat
o Denyut nadi meningkat
o Kulit dingin
o Tekanan darah meningkat
o Frekwensi dan kedalaman
meningkat
o Pengeluaran urine menurun
o Mulut kering
o Peristaltik menurun
o Ketegangan otot
o Gula darah meningkat
2. Reaksi Psikologis:
o Menyangkal
o Menyalahkan
o Tergantung
o Kebencian
o Isolasi
o Supresi
o Menangis
o Tertawa
o Teriak
o Memukul dan menyepak
o Menggenggam dan meremas
o Mencerca
Dependen: Penilaian Peningkatan tanda-tanda vital: Observasi Rasio Penilaian peningkatan
Peningkatan peningkatan o Suhu tanda-tanda vital:
tanda-tanda tanda-tanda o Nadi Stres ringan:
vital vital terhadap o Tekanan Sistolik T: 130/85 -139/95mmHg
persepsi dan o Tekanan Diastolik N: 80 x/ menit
kesiapan RR: 20 - 24 x / menit
diri dalam S: 36,5 - 37,5oC
menghadapi Stres sedang:
operasi T: 140/90 -159/99
mmHg
N: 80 - 90 x/ menit
RR: 24 - 25 x/ menit
S: 36,5 - 37,5oC
Stres berat:
T: > 160/100 mmHg
N: > 100 x/ menit
RR: > 25 x/ menit
S: > 37,5oC
Bab 5 • Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi 411
Instrumen
Pada bagian ini disebutkan secara ringkas jenis instrumen pengumpulan data, misalnya:
kuesioner, wawancara, observasi, atau pengukuran fisiologis (in vivo & in vitro).
Contoh:
Pengumpulan data pada penelitian ini melalui observasi dan kuesioner pada responsden
yang diteliti. …… Instrumen yang digunakan adalah instrumen dari ……
Lokasi
Adalah lokasi penelitian dilaksanakan.
Contoh:
Lokasi penelitian adalah di Bagian Anak RSU Dr. Soetomo Surabaya ……………
Prosedur
Adalah penjelasan prosedur yang dilakukan dalam penelitian.
Contoh:
Responsden yang diintervensi untuk melakukan latihan atau exercise (kegle exercise),
sebelumnya di observasi mengenai ketegangan kandung kemih, diwawancarai tentang
frekuensi berkemih dalam 24 jam serta sensasi rangsangan untuk berkemih. Setelah siap
kemudian diberi intervensi latihan terutama latihan kandung kemih dan sfingter uretra
(kegle exercise) yang diberikan langsung oleh peneliti. Setelah latihan selama 4 minggu,
responsden kemudian diobservasi dan diwawancarai mengenai frekuensi berkemih, jumlah
urine dalam 24 jam dan, sensasi rangsangan untuk berkemih.
1. Tujuan penelitian
2. Skala data (ordinal, nominal, interval dan ratio)
3. Sampel (bebas/berpasangan)
4. Variabel (Independen dan Dependen)
412 Bagian 5: Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
Contoh:
Data yang telah disunting kemudian diolah yang meliputi: identifikasi masalah penelitian,
pengujian masalah penelitian, dengan uji “Wilcoxon Signed Rank Test“ untuk mengetahui
perbedaan variabel dependen sebelum dan setelah perlakuan dengan tingkat kemaknaan
á < 0,05. Selanjutnya dibandingkan, frekuensi berkemih, jumlah urine selama 24 jam, dan
sensasi atau rangsangan untuk berkemih sebelum dan sesudah dilakukan latihan atau
exercise. Tujuan dari analisis uji diatas adalah untuk mengetahui signifikasi pengaruh
latihan kegel terhadap pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, analisis ini menggunakan
versi terbaru SPSS 13 PS.
Keterbatasan
Keterbatasan mengenai penulisan karya tulis atau riset perlu disebutkan pada bagian ini
atau bagian pembahasan. Misalnya, keterbatasan dalam pengambilan sampel, jumlah
sampel yang diteliti, instrumen pengumpulan data, keterbatasan waktu atau peneliti dan
lainnya yang dipandang perlu.
Bagian ini memuat data penelitian yang relevan dengan tujuan dan hipotesisnya.
Penyajian data hasil penelitian dapat berupa tabel, grafik, gambar, bagan, foto atau bentuk
penyajian data yang lain. Tata cara penyajian tabel, grafik, gambar, bagan, foto harus sesuai
dengan ketentuan.
Isi dari hasil penelitian meliputi:
1. Pengantar
2. Gambaran umum lokasi penelitian
3. Penyajian karakteristik data umum
4. Penyajian hasil yang diukur.
Catatan:
1. Format untuk Bab 5 (Hasil Penelitian dan Pembahasan) dapat ditulis dengan
menggunakan model buku teks ilmiah.
2. Bagian ini memuat data penelitian. Jika digunakan analisis statistik hanya dimuat
tampilan akhir yang menunjukkan hasilnya, sedangkan perhitungan statistik dimuat
sebagai lampiran.
5.2 Pembahasan
Pada bagian ini peneliti perlu mengemukakan dan menganalisis makna penemuan
penelitian yang telah dinyatakan dalam hasil dan menghubungkannya dengan pertanyaan
penelitian atau hipotesis. Hal ini biasanya dilakukan dengan membandingkan penemuan
tersebut dengan penemuan sebelumnya, apakah ia memperkuat, berlawanan, atau yang
sama sekali baru. Tiap pernyataan harus jelas dan didukung oleh kepustakaan yang
memadai.
Bagian ini merupakan bagian terpenting pada skripsi. Bagian ini menunjukkan
tingkat penguasaan peneliti terhadap perkembangan ilmu, paradigma, konsep dan teori,
yang dipadukan dengan hasil penelitian. Pembahasan mencakup bagaimana dan mengapa
sekurang-kurangnya mencakup hal berikut:
1. Penalaran hasil penelitian baik secara teoritis, empiris maupun non empiris, sehingga
dapat menjawab dengan menjelaskan rumusan masalah yang diajukan.
2. Perpaduan temuan penelitian dengan hasil penelitian sebelumnya dan konsekuensi
serta pengembangannya di masa yang akan datang.
3. Perumusan teori yang dihasilkan dari penelitian (khususnya untuk disertasi).
4. Pemahaman terhadap keterbatasan penelitian yang dilakukan sehingga dapat
memberikan saran bagi penelitian selanjutnya.
5. Semua dibahas per bagian tidak perlu per variabel.
1. Fakta berdasarkan hasil penelitian: perlu dijabarkan mengapa dan bagaimana (tidak
mengulang–ulang angka yang sudah dianalisa pada bagian hasil)
2. Teori: hasil penelitian dikaitkan dengan teori yang relevan (apakah memperkuat atau
bertentangan)
3. Opini: merupakan pendapat/pandangan peneliti terhadap komparasi fakta dan teori
yang ada termasuk keterbatasan penelitian yang dilakukan.
414 Bagian 5: Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
6.2 Saran
Saran merupakan implikasi hasil penelitian terhadap pengembangan ilmu pengetahuan
dan penggunaan praktis. Sekurang-kurangnya memberi saran bagi penelitian selanjutnya,
sebagai hasil pemikiran penelitian atas keterbatasan penelitian yang dilakukan. Saran
diharapkan spesifik mengacu pada hasil penelitian dan operasional dalam pelaksanaannya
(kapan, siapa, dan dimana).
BAGIAN AKHIR
Bagian akhir Skripsi meliputi:
Catatan:
Nomor halaman bagian akhir merupakan kelanjutan nomor halaman bagian inti.
Sumber Rujukan
Sumber informasi atau rujukan dapat berupa makalah ilmiah dalam majalah ilmiah, buku
laporan atau dokumen resmi dari suatu institusi pemerintah, misalnya DEPKES R.I atau
BKKBN atau dari badan–badan internasional (WHO atau UNICEF). Urutan sumber
rujukan dalam penelitian meliputi:
1) Jurnal; 2) Buku (paling lama terbitan 10 tahun yang lalu); 3) Internet; 4) Hasil penelitian
(skripsi/tesis/disertasi); 5) Makalah yang sudah diseminarkan (regional/nasional – tidak
dipublikasikan).
Model penulisan Daftar Pustaka di NERS mengacu pada sistem nama dan tahun
(HARVARD).
Jumlah daftar pustaka minimal 25 (15 dari buku dan 10 dari jurnal atau internet).
Daftar pustaka disusun secara alfabetik berdasarkan nama penulis, dengan meletakkan
nama keluarga atau pengganti nama keluarga di depan. Penulisannya di dalam makalah
dengan mencantumkan tahun dalam tanda kurung di belakang nama (keluarga) penulis.
Apabila nama penulis lebih dari satu orang, maka di belakang tahun dibubuhkan tanda
koma dan yang terakhir dengan tanda (& / dan ) sebelum nama penulis berikutnya.
Contoh:
1. Jurnal: Nursalam, Armini N.K, Suarliah, I; Triharini M (2007). “Pengaruh senam
kebugaran terhadap peningkatan kebugaran pada wanita menopause”. Jurnal Ners.
vol. 1, No. 2 (Hlm.71–78)
2. Buku: Nursalam, (2007). Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS.
Jakarta: Salemba Medika. hlm.1–38.
3. Skripsi/Tesis/Disertasi: Nursalam. (1998). Development Nursing Research in
Indonesia. Unpublished Thesis for Honours Master of Nursing, University of
Wollongong, NSW, Australia
4. Internet: Ievut. (2002). Trends Nursing Practice. www//http: nurs.com.net.id. Tanggal
23 Mei 2007. Jam 16.00 WIB
5. Makalah: Nursalam, (2002). Peluang Riset Keperawatan di Masa Depan. Makalah
Seminar Nasional pada TELMIKI di UNIBRAW MALANG tidak dipublikasikan. 13
Februari 2002.
416 Bagian 5: Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi
LAMPIRAN
• Lampiran 1
• Lampiran 2
• Lampiran 3
• Lampiran 4
• Lampiran 5
• Lampiran 6
• Lampiran 7
• Lampiran 8
• Lampiran 9
• Lampiran 10
• Lampiran 11
• Lampiran 12
• Lampiran 13
L-2 Lampiran
Lampiran 1
Halaman sampul depan Proposal
PROPOSAL
PENELITIAN PRA-EXPERIMENTAL
Oleh:
Nama :
NIM.
Lampiran 2 a
Halaman sampul depan Skripsi
SKRIPSI
PENELITIAN PRA-EXPERIMENTAL
Oleh:
Nama :
NIM.
Lampiran 2 b
Halaman sampul dalam Skripsi
SKRIPSI
PENELITIAN PRA-EXPERIMENTAL
Oleh:
Nama :
NIM.
Lampiran 3
Surat Pernyataan
SURAT PERNYATAAN
Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah
dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan
di Perguruan Tinggi manapun
Surabaya,……………….
Yang Menyatakan
Nama
NIM
L-6 Lampiran
Lampiran 4
Lembar Pengesahan
PERSETUJUAN SKRIPSI
Lembar Pengesahan
Oleh
Pembimbing Ketua
Pembimbing
Mengetahui
Ketua Program Studi .......................
Lampiran 5
Telah diuji
Pada tanggal,
PANITIA PENGUJI
Ketua : ……………………
Anggota : 1. ……………………
2. ……………………
Mengetahui
Ketua Program Studi ....................
Lampiran 6
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbinganNya
kami dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH PENYULUHAN
TERHADAP PENURUNAN Respons STRES DAN TANDA-TANDA VITAL PADA
PASIEN YANG DILAKUKAN PEMBEDAHAN (ORTHOPEDI) DI RSU Dr. SOETOMO
SURABAYA”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
keperawatan (S.Kep) pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga.
Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dengan
hati yang tulus kepada:
1. ....... Nama Pejabat), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya
yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan.
2. Nama pejabat, selaku ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan yang telah memberikan
kesempatan dan dorongan kepada kami untuk menyelesaikan Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan.
3. Dan seterusnya.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Kami sadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, tetapi kami berharap skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.
Surabaya, ………………………..
Penulis,
Lampiran L-9
Lampiran 7
ABSTRACT
By.: Name
Ventilator or mechanical ventilation is a device that may partially or totally take over the
function of pulmonary gas exchange for survival. Clients who use ventilator have higher
risks of barotraumas, oxygen distribution disorder, oxygen intoxication, infections,
circulation disorder, etc. In dealing with ventilator users, a nurse should have attentive
attitude, responsibility, as well as adequate knowledge and skill.
This study was aimed to investigate factors correlating with nurses’ role in Integrated
Central Operating Theater Dr. Soetomo Hospital, Surabaya.
Design used in this study was cross sectional design. The population was all nurses
working in ICU, Integrated Central Operating Theater, Dr. Soetomo Hospital, Surabaya,
whom deal directly with the clients. Total sampel was 30 responsdents, taken according to
inclusion criteria. The independent variabels were knowledge attitude, and skill in providing
nursing intervention for ventilator-aided respiratory failure clients. The dependent variabel
was nurse’s role in nursing intervention for those clients. Data were collected using
structured questionnaire and responsdent observation. Data were then analyzed using
logistic regression test with level of significance of ≤ 0,05.
Results showed that nurse’s knowledge in providing nursing intervention to those
clients had no correlation with nurse’s role (p = 0,106), nurse’s attitude in providing nursing
intervention did have correlation with their role (p = 0,052), and their skill in providing
nursing intervention to the clients had no correlation with the nurses’s role (p = 0,898).
It can be concluded that nurse’s role in providing nursing intervention to ventilator-aided
respiratory failure clients has correlation with their attitude, but has no correlation with
their knowledge and skill. Further studies should involve larger responsdents and better
measurement tools to obtain more accurate results.
Lampiran 8
Halaman daftar isi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul dan Prasyarat Gelar i
Lembar Pernyataan ii
Lembar Persetujuan iii
Lembar Penetapan Panitia Penguji iv
Ucapan Terima Kasih v
Abstract vii
Daftar Isi viii
Daftar Gambar ix
Daftar Tabel x
Daftar Bagan xi
Daftar Lampiran xii
Daftar Lambang, Singkatan dan Istilah xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.2.1 Identifikasi Masalah 3
1.2.2 Pertanyaan Masalah 3
1.3 Tujuan 4
1.3.1 Tujuan Umum 4
1.3.2 Tujuan Khusus 4
1.4 Manfaat 4
1.4.1 Teoritis 5
1.4.2 Praktis 5
Daftar Pustaka 71
Lampiran 1 74
L-12 Lampiran
Lampiran 9
Halaman daftar tabel
DAFTAR TABEL
Catatan*:
Angka 5 menunjukkan bahwa tabel berada pada Bab 5
Angka 1 menunjukkan bahwa tabel tersebut merupakan tabel ke-1
Lampiran L-13
Lampiran 10
Halaman daftar gambar
DAFTAR GAMBAR
2 Gambar 4.1....................................................................................................................... 34
3 Gambar 4.2........................................................................................................................ 35
4 Gambar 5.1*...................................................................................................................... 48
5 Gambar 5.2........................................................................................................................ 48
6 Gambar 5.3........................................................................................................................ 49
7 Gambar 5.4........................................................................................................................ 49
Catatan*:
Angka 5 menunjukkan bahwa gambar berada pada Bab 5
Angka 1 menunjukkan bahwa gambar tersebut merupakan gambar ke-1
L-14 Lampiran
Lampiran 11
Halaman daftar lampiran
DAFTAR LAMPIRAN
Catatan:
Nomor halaman daftar pustaka dan lampiran merupakan kelanjutan dari nomor halaman
bagian inti
Lampiran L-15
Lampiran 12
HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN
HALAMAN PENGESAHAN
MOTO
KATA PENGANTAR
ABSTRAK (BAHASA INGGRIS: IMRAD – Introduksi, Metodologi, Result And
Discussion)
DAFTAR ISI, TABEL, GAMBAR, LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.6 Keterbatasan
1) Instrument
2) Sampling: populasi, sampel, besar sampel, dan sampling
3) Faktor F: feasibility (waktu, kemampuan peneliti, ketersediaan subjek, hambatan
etik dll)
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Izin PENELITIAN (Institusi tempat pengambilan data & Komisi Etik)
2. INFORMED CONSENT / ETHICAL CLEARANCE
3. INSTRUMEN
4. PENGOLAHAN DATA (RAW) DAN PRINT-OUT UJI STATISTIK
Lampiran L-17
Lampiran 13
Jumlah
Nilai rata-rata = = ....................
5
Surabaya,
…………………………………………...
Penguji,
____________________________________
NIP.
L-18 Lampiran
I. Penulisan Skripsi:
A. Penguasaan Penulisan:
1. Sistematika penulisan
2. Ketepatan penggunaan bahasa dan istilah
3. Kerapian penulisan
I PENULISAN
A. PENGUASAAN PENULISAN
1. Sistematika penulisan Sesuai tata urutan yang berlaku:
1. Bagian Pendahuluan: Halaman Judul,
Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Isi,
Abstrak (IMRAD)
2. Bagian Isi: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka,
Metodologi, Hasil dan Pembahasan, Simpulan
dan Saran
3. Daftar Pustaka dan lampiran-lampiran
2. Ketepatan penggunaan bahasa 1. Pungtuasi (Penggunaan tanda baca yang
& istilah tepat)
2. Diksi (Pemilihan kata yang tepat)
II PENYAJIAN SKRIPSI
A. Kemampuan penyajian 1. Kemampuan mengemukakan konsep dan teori
2. Kemampuan berbicara dengan jelas
3. Kemampuan menyajikan materi secara
sistematis
4. Kemampuan dalam menekankan beberapa hal
yang penting
5. Kemampuan teknik penyajian secara
keseluruhan
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, H. (1994). Manajemen Upaya Kesehatan Lansia di Puskesmas. Makalah AKPER Dr.
Otten. Bandung tidak dipublikasikan.
Burns, N. & Grove, S. K. (1991). The Practice of Nursing Research: Conduct, Critques and
Utilisation. 2nd ed. Philadelpia: W.B Saunders CO.
Bouchard, C. (1990). The Filed of The Phisical Activity Science. Champain: Human Konetics
Books.
Carpernito, L. J. (2000). Nursing Diagnosis; Application to Clinical Practice. Philadelphia:
Lippincott.
Chandra, B. (1995). Pengantar Statistik Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Darmojo dan Martono. (1999). Geriatri. Jakarta: Percetakan Yudistira.
Djojosugito. A.H.M. (2000). Wujud Nyata Pelayanan Individu dari Profesi Perawat.
Makalah disampaikan dalam Munas PPNI VI di Bandung tidak dipublikasikan.
Depkes RI. (1994). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Pusdiknakes.
Ekosusilo dan Bambang Triyanto. (1999). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Semarang:
Effhar.
Guyton, A. C. (1991). Textbook of Medical Physiologi. 8 th Edition. London:WB.
Sounders.
Kozier. (1995). Fundamental of Nursing; Concepts, Process, and Practice. California:
Redwood City.
Laksman, T. Dkk. (1997), Kamus Kedokteran. Jakarta: Penerbit Djambatan.
Lueckenotte. (1998) (Alih Bahasa Maryunani). Pengkajian Gerentologi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Marselly, R.E. (1987). Informasi Kesehatan dan Olahraga. Jakarta: Penerbit Pusat
Komunikasi Pemuda.
Nugroho, W. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nuryati, M. (1994). Proses Menua. Makalah AKPER Dr. Otten Bandung tidak
dipublikasikan.
Nurgiwiati, E. (1994). Perubahan-Perubahan NERSososial Pada Usia Lanjut. Makalah
AKPER Dr. Otten Bandung tidak dipublikasikan.
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Russhall, BS. & Pyke FS. (1990). Training For Support and Fitness. Melbourne: Mc Millan
Co.
Sastroasmoro dan Sofyan Ismael. (1995). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Soedoso. (1995). Cedera Olahraga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Srikandi, K. (1997). Pengantar Statistik. Surabaya: Citra Media.
Wolf and Weitzel. (1984). Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Gunung Agung.
Westcott, L. (1999). Kembali Bugar Setelah Lima Puluh. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Zainudin, M. (1998). Metodologi Penelitian. Surabaya: Impress.
__________ (2002). Pedoman Penulisan Tesis dan Desertasi Program Pasca Sarjana.
Surabaya: NERS
L-22 Lampiran
Indeks