FALSAFAH KEPERAWATAN
TIM PENYUSUN
SYLVIE PUSPITA, S.Kep., Ns., M.Kep
RONI SETIAWAN, S.Kep., Ns
Tim Penyusun:
SYLVIE PUSPITA, S.Kep., Ns., M.Kep
RONI SETIAWAN, S.Kep., Ns
Alhamdulillah, puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
berkat dan karunia dan hidayahNya. Akhirnya Penulis mampu menyelesaikan penyusunan
modul Falsafah dan Teori Keperawatan dengan metode pembelajaran Kurikulum
disepadankan dengan KKNI 2015. Modul ini disusun sebagai salah satu media pembelajaran
bagi mahasiswa dalam mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan yang menjelaskan kepada
mahasiswa tentang metode pembelajaran, penilain selama pembelajaran dan materi
pembelajaran. Dengan adanya modul ini diharapkan mahasiswa dapat belajar secara mandiri
dan mengerti akan tujuan pembelajaran.
Penyusunan modul ini belum sempurna, penulis dengan kerendahan hati penulis
mengharapkan kritikan dan saran yang dapat menyempurnakan modul pembelajaran ini.
Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan memberikan perkembangan positif
dalam pendidikan keperawatan.
Tim Penyusun
SAMPUL ................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................iii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................iii
URAIAN MODUL................................................................ Error! Bookmark not defined.
1.1. Deskripsi Modul .......................................................................................................... 1
1.2. Tujuan Modul .............................................................................................................. 1
1.3. Informasi Mata Kuliah ................................................................................................. 1
1.6. Rancangan Pembelajaran ............................................................................................. 2
1.7. Langkah-langkah pembelajaran Small Group discussion (SGD): ............................... 3
1.8. Peran Dan Tugas Mahasiswa ....................................................................................... 4
1.9. Laporan Tugas ............................................................................................................. 4
1.10. Evaluasi ........................................................................................................................ 5
1.10.1. Penilaian Formatif ................................................................................................ 5
1.10.2. Penilaian Sumatif.................................................................................................. 5
MATERI PERKULIAHAN .................................................................................................... 6
2.1. Definisi Falsafah ...................................................................................................... 6
2.2. Definisi Ilmu ............................................................................................................ 8
2.3. Definisi Filsafat Ilmu ............................................................................................... 9
2.4. Objek Kajian Filsafat Ilmu ..................................................................................... 11
2.5. Tujuan Belajar Filsafat Ilmu .................................................................................. 15
2.6. Fungsi dan Arah filsafat Ilmu................................................................................. 16
2.7. Hubungan antara Filsafat dan Ilmu ........................................................................ 16
2.8. Epistimologi, Ontologi, Aksiologi, Pengetahuan Filsafat ...................................... 18
2.9. Hakikat Pengetahuan Filsafat ................................................................................. 23
2.10. Terjadinya Pengetahuan ......................................................................................... 24
2.11. Cara Memperoleh Pengetahuan Filsafat ................................................................ 27
2.12. Ukuran Kebenaran Filsafat..................................................................................... 27
2.13. Cara Filsafat Menyelesaikan Masalah.................................................................... 28
2.14. Manfaat Menggunakan Ilmu Falsafat .................................................................... 28
2.15. Kesimpulan............................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 33
Modul ini sebagai panduan mahasiswa dalam materi Falsafah, paradigma dan
konseptual model dan teori keperawatan, serta prinsip-prinsip pendekatan holistik
dalam konteks keperawatan.
1.10. Evaluasi
MATERI PERKULIAHAN
Dengan demikian sesuatu yang bersifat pengetahuan biasa dapat menjadi suatu
pengetahuan ilmiah bila telah disusun secara sistematis serta mempunyai metode
berfikir yang jelas, karena pada dasarnya ilmu yang berkembang dewasa ini
merupakan akumulasi dari pengalaman/pengetahuan manusia yang terus difikirkan,
disistimatisasikan, serta diorganisir sehingga terbentuk menjadi suatu disiplin yang
mempunyai kekhasan dalam objeknya
Dari penjelasan tentang definisi dari filsafat dan definisi dari Ilmu maka para
ahli telah banyak mengemukakan definisi/pengertian filsafat ilmu dengan sudut
pandangnya masing-masing, dan setiap sudut pandang tersebut amat penting guna
pemahaman yang komprehensif tentang makna filsafat ilmu, berikut ini akan
dikemukakan beberapa definisi filsafat ilmu.
Sementara itu White Beck lebih melihat filsafat ilmu sebagai kajian dan
evaluasi terhadap metode ilmiah untuk dapat difahami makna ilmu itu sendiri secara
keseluruhan, Masalah kajian atas metode ilmiah juga dikemukakan oleh Michael V.
Berry setelah mengungkapkan dua kajian lainnya yaitu logika teori ilmiah serta
hubungan antara teori dan eksperimen. Demikian juga halnya Benyamin yang
memasukan masalah metodologi dalam kajian filsafat ilmu disamping posisi ilmu itu
sendiri dalam konstelasi umum disiplin intelektual (keilmuan).
Menurut The Liang Gie, filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif
terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu
maupun hubungan ilmu dengan segala segi kehidupan manusia. Pengertian ini sangat
umum dan cakupannya luas, hal yang penting untuk difahami adalah bahwa filsafat
ilmu itu merupakan telaah kefilsafatan terhadap hal-hal yang berkaitan/menyangkut
ilmu, dan bukan kajian di dalam struktur ilmu itu sendiri. Terdapat beberapa istilah
dalam pustaka yang dipadankan dengan Filsafat ilmu seperti : Theory of science,
meta science, methodology, dan science of science, semua istilah tersebut nampaknya
menunjukan perbedaan dalam titik tekan pembahasan, namun semua itu pada dasarnya
tercakup dalam kajian filsafat ilmu.
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan tentang apa itu filsafat
ilmu. Filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu,
sehingga filsafat ilmu perlu menjawab beberapa persoalan seperti landasan ontologis,
epistimologis dan aksiologis. Filsafat ilmu adalah proses berpikir secara mendalam
dan sungguh-sungguh mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses pendidikan dan
bidang keilmuan tertentu. Filsafat ilmu merupakan perenungan yang mempelajari ilmu
secara lebih mendalam, mengenai sebab akibat dan sebagainya.
Pada dasarnya, setiap ilmu memiliki dua macam objek , yaitu objek material
dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan,
seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran. Filsafat sebagai proses
berpikir yang sistematis dan adil juga memiliki objek material dan objek formal.
Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang
tampak dan ada yang tidak tampak. Objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang
ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan
adapun, objek formal, dan rasional adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal
dan rasional tentang segala yang ada. Setelah berjalan beberapa lama kajian yang
terkait dengan hal yang empiris semakain bercabang dan berkembang, sehingga
menimbulkan spesialisasi dan menampakkan kegunaan yang peraktis.
2) Kebenaran
1) Konfirmasi
2) Logika Inferensi
Studi logika adalah studi tentang tipe-tipe tata pikir. Pada mulanya
logika dibangun oleh Aristoteles (384-322 SM) dengan mengetengahkan
tiga prinsip atau hukum pemikiran, yaitu : Principium Identitatis (Qanun
Dzatiyah), Principium Countradictionis (Qanun Ghairiyah), dan
Principium Exclutii Tertii (Qanun Imtina’). Logika ini sering juga disebut
2)) Scheffer menyatakan bahwa lingkup atau bidang kajian filsafat ilmu
adalah:
a) The role of science in society
b) The world pictured by science
c) The foundations of science
Objek kajian filsafat ilmu sebagaimana diungkapkan di atas di
dalamnya sebenarnya menunjukan masalah-masalah yang dikaji dalam
filsafat ilmu, masalah-masalah dalam filsafat ilmu pada dasarnya
menunjukan topik-topik kajian yang pastinya dapat masuk ke dalam
salah satu lingkup filsafat ilmu. Adapun masalah-masalah yang berada
dalam lingkup filsafat ilmu adalah (Ismaun) :
a) masalah-masalah metafisis tentang ilmu
MODUL STIKES HUSADA JOMBANG
14
b) masalah-masalah epistemologis tentang ilmu
c) masalah-masalah metodologis tentang ilmu
d) masalah-masalah logis tentang ilmu
e) masalah-masalah etis tentang ilmu
f) masalah-masalah tentang estetika
Tujuan yang akan dicapai dalam proses belajar filsafat ilmu bagi mahasiswa
dan dosen adalah :
2.5.1. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat
memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.
Fungsi atau manfaat dari mempelajari tentang filsafat ilmu adalah sebagai berikut :
1) Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari selruh kenyataan itu
hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai
sumber yang asal, baik yang asal beupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat
masing-masing bebas dan berdiri sendiri.
2) Dualisme
Pandangan ini mengatakan bahwa hakikat itu ada dua. Aliran ini disebut
dualism. Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat
sebagai asal sumbernya.
3) Pluralisme
MODUL STIKES HUSADA JOMBANG
20
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan.
Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam
bentuk itu semuanya nyata.
4) Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa latin yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah
doktrin yang tidak mengakui validitas alternative yang positif.
5) Agnostisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat
benda. Baik hakikat materi maupun hakikat rohani. Timbulnya alirqan ini
dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara
konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal.
2.8.2. Epistimologi Pengetahuan Filsafat
Epistimologi filsafat membicarakan tiga hal, yaitu objek filsafat (yaitu
yang dipikirkan), cara memperoleh pengetahuan filsafat dan ukuran kebenaran
(pengetahuan) filsafat. Istilah Epistemologi di dalam bahasa inggris di kenal
dengan istilah “Theory of knowledge”. Epistemologi berasal dari asal kata
“episteme” dan ”logos”. Epistime berarti pengetahuan, dan logos berarti teori.
Dalam rumusan yang lebih rinci di sebutkan bahwa epistemologi merupakan
salah satu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalan dan radikal tentang
asal mula pengetahuan, structure, metode, dan validitas pengetahuan.
1) Gnosiologi
2) Logikal material
3) Criteriologi
Hatta mengatakan bahwa pengertian filsafat lebih baik tidak dibicarakan lebih
dulu, nanti bila orang telah banyak mempelajari filsafat orang itu akan mengerti
dengan sendirinya apa filsafat itu (Hatta, Alam Pikiran Yunani, 1966, I:3). Langeveld
juga berpendapat seperti itu. Katanya, setelah orang berfilsafat sendiri, barulah ia
maklum apa filsafat itu, makin dalam ia berfilsafat akan semakin mengerti ia apa
filsafat itu (Langeveld, Menuju ke Pemikiran Filsafat, 1961:9). Pendapat Hatta dan
Langeveld itu benar, tetapi apa salahnya mencoba menjelaskan pengertian filsafat
dalam bentuk suatu uraian. Dalam uraian itu diharapkan pembaca mengetahui apa
filsafat itu, sekalipun belum lengkap. Dan dari situ akan dapat ditangkap apa itu
pengetahuan filsafat. Poedjawijatna (Pembimbing ke Alam Filsafat, 1974:11)
mendefinisikan filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab
yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan akal pikiran belaka.
Hasbullah Bakry (Sistematik Filsafat, 1971:11) mengatakan bahwa filsafat sejenis
pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan,
alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang
bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap
manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika
(kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisika (hakikat keaslian). Oleh
karena itu, dengan berfilsafat, seseorang akan lebih menjadi manusia, karena terus
melakukan perenungan akan menganalisa hakikat jasmani dan hakikat rohani manusia
dalam kehidupan di dunia agar bertindak bijaksana. Dengan berfilsafat seseorang
dapat memaknai makna hakikat hidup manusia, baik dalam lingkup pribadi maupun
sosial. Kebiasaan menganalisis segala sesuatu dalam hidup seperti yang diajarkan
dalam metode berfilsafat, akan menjadikan seseorang cerdas, kritis, sistematis, dan
objektif dalam melihat dan memecahkan beragam problema kehidupan, sehingga
mampu meraih kualitas, keunggulan dan kebahagiaan hidup.
Apabila dijabarkan, berikut ini manfaat atau kegunaan dari filsafat secara umum:
Kegunaan filsafat secara khusus ( dalam lingkungan sosial budaya Indonesia menurut
Franz Magnis Suseno), meliputi:
2.15. Kesimpulan
Dari pembahasan tentang pengertian dan ruang lingkup filsafat ilmu, maka
dapat kita ambil kesimpilan bahwa filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala
sesuatu yang ada (realita) sedangkan obyek material ilmu (pengetahuan ilmiah) itu
bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang
masing-masing secara kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak
terkotak-kotak dalam disiplin tertentu. Filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena
mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan
mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik dan intensif. Filsafat sebagai
induk dari segala ilmu membangun kerangka berfikir dengan meletakkan tiga dasar
utama, yaitu ontologi, epistimologi dan axiologi. Maka Filsafat Ilmu merupakan
bagian dari epistimologi (filsafat ilmu pengetahuan yang secara spesifik mengkaji
hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah).
Rubenfeld, M.G. & Scheffer, B.K. (2010)Critical Thinking Tactics for nurses, 2nd
Ed.Jones and Bartlett Publishers.
Tomey, A.M. & Alligood, M.R. (2010). Nursing Theorists and Their Work. Philadelphia:
Mosby, Inc.