Anda di halaman 1dari 42

MODUL PEMBELAJARAN

KONSEP DASAR KEPERAWATAN I

TIM PENYUSUN
YUSIANA VIDHIASTUTIK, S.Kep., Ns
SYLVIE PUSPITA, S. Kep., Ns., M.Kep
RISTA DIAN A, S. ST., M.H

1
MODUL PEMBELAJARAN
KONSEP DASAR KEPERAWATAN I

Tim Penyusun:
YUSIANA VIDHIASTUTIK, S.Kep., Ns
SYLVIE PUSPITA, S. Kep., Ns., M.Kep
RISTA DIAN A, S. ST., M.H

Penerbit: SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG

2
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
karunia-Nya Modul Pembelajaran Konsep Dasar Keperawatan I ini dapat kami
susun. Modul pembelajaran ini disusun untuk memberikan gambaran dan
panduan kepada mahasiswa sehingga mahasiswa diharapkan dapat belajar
secara mandiri dan mengerti akan tujuan pembelajaran. Modul ini diharapkan
dapat menjadi acuan belajar bagi mahasiswa untuk pencapaian kompetensi
Konsep Dasar Keperawatan I.
Modul ini tentunya masih banyak memiliki kekurangan, oleh sebab
itu saran dan masukan yang positif sangat kami harapkan demi perbaikan modul
ini. Mudah-mudahan modul ini bisa memberikan manfaat bagi yang
membacanya.

Jombang, Agustus 2019

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul ................................................................................................ i


Kata pengantar ............................................................................................... ii
Daftar isi ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
Deskripsi modul ............................................................................................. 1
Capaian Pembelajaran Luaran........................................................................ 1
Rancangan Program Pembelajaran ................................................................ 2
BAB II MATERI PERKULIAHAN .............................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 38

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Modul
Modul ini di susun sebagai panduan dalam materi Konsep Dasar Keperawatan I
yang membahas tentang konsep caring sepanjang daur kehidupan manusia,
konsep pertumbuhan dan perkembangan manusia, standar profesional dalam
praktik keperawatan termasuk etika keperawatan dan aspek legal dalam praktik
keperawatan dan pendokumentasian asuhan keperawatan.
B. Tujuan Modul
Setelah menggunakan modul ini mahasiswa diharapkan mampu :
a. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu
bersifat verbal
b. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera baik peserta belajar
maupun instruktur atau dosen.
c. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan
motivasi dan gairah belajar, mengembangkan kemampuan dalam
berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya yang
memungkinkan mahasiswa.
d. Memungkinkan mahasiswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri
hasil belajarnya
C. Informasi Mata Kuliah
Materi : Konsep Dasar Keperawatan I
Pertemuan : 15 kali pertemuan
Sasaran : Mahasiswa Keperawatan semester I
Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah ini membahas tentang berbagai konsep caring sepanjang daur
kehidupan manusia, konsep pertumbuhan dan perkembangan manusia, standar
profesional dalam praktik keperawatan termasuk etika keperawatan dan aspek
legal dalam praktik keperawatan dan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Standart Kompetensi

1
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran KDK I mahasiswa mampu :
a. Menerapkan keperawatan sebagai profesi
b. Menerapkan perkembangan ilmu keperawatan
c. Menerapkan konsep ‘caring’ dalam kehidupan sehari-hari
d. Menerapkan standar profesional dalam pelayanan keperawatan yang
merupakan bagian integral dalam sistem pelayanan kesehatan
e. Menerapkan prinsip-prinsip legal etis pada pengambilan keputusan dalam
konteks keperawatan
f. Menerapkan faktor-faktor yang menyebabkan stres dan adaptasi tubuh.
g. Menerapkan dinamika kelompok
D. Rancangan Pembelajaran
Minggu Kemampuan akhir Bahan kajian Strategi
yang diharapkan pembelajaran
I Mahasiswa mampu 1. Pengertian dan kriteria profesi Discovery
Mengaplikasikan 2. Hakekat keperawatan Learning
keperawatan sebagai 3. Perkembangan keperawatan
profesi sebagai profesi
4. Peran dan fungsi perawat
II Menerapkan 1. Pengertian ilmu Discoveri
pengembangan ilmu 2. Karakteristik ilmu Learning
keperawatan 3. Unsur-unsur yang membentuk
struktur pikiran manusia
4. Sejaran perkembangan ilmu
5. Keperawatan sebagai ilmu
6. Perkembangan ilmu
keperawatan
III-IV Mahasiswa mampu 1. Pengertian Caring Discoveri
Mengaplikasikan 2. Teori keperawatan tentang Learning
konsep caring dalam Caring (teori swanson, 10
praktik keperawatan. carative watson)
3. Aplikasi Caring dalam
kehidupan sehari-hari dan
praktik keperawatan
4. Caring dalam spiritual
5. Tantangan caring
6. Perbedaan caring dan
curing
V-VI 1. Discoveri
Learning

2
VII-X Mahasiswa mampu 1. Pengertian etika dan nilai Discoveri
Menganalisis prinsip- 2. Prinsip moral dan etika Learning
prinsip legal etis pada 3. Ethic of care
Pengambilan keputusan 4. Dilema etik dalam keperawatan
dalam konteks - Pengertian
keperawatan - Langkah-langkah
Penyelesaian dilema etik
dalam keperawatan
5. Kode etik keperawatan
6. Isue etik dalam praktik
keperawatan
7. Prinsip-prinsip legal dalam
praktik
8. Aspek hukum dalam
keperawatan
9. Pelindungan hukum dalam
praktik keperawatan
10. Nursing advocacy
11. Pengambilan keputusan legal
etis

E. Langkah-langkah pembelajaran Small Group discussion (SGD):


1. Identifikasi dan mencari kata-kata sulit dari kasus (mahasiswa
mendaftar/menuliskan kata-kata sulit atau pertanyaan tanpa diskusi)
2. Definisikan masalah yang akan didiskusikan (mahasiswa mungkin memiliki
pandangan/pendapat yang beragam dari kasus, mahasiswa menuliskan
daftar masalah yang disetujui kelompok)
3. Sesi ‘brainstorming’ untuk mendiskusikan masalah. (mahasiswa
memberikan penjelasan berdasar pada pengetahuan dasar, dan
menuliskan jawaban atas permasalahan yang ditemukan)
4. Penyusunan penjelasan menjadi solusi yang bersifat tentative/belum pasti
(mahasiswa menuliskan dan mengorganisasikan penjelasan)
5. Menyusun tujuan pembelajaran (tutor mengarahkan tujuan pembelajaran
yang terfokus, dapat dicapai, komprehensif dan sesuai)
6. Belajar mandiri (mahasiswa menggabungkan informasi dari berbagai
macam sumber yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Buku teks,
jurnal, artikel, internet, dll)

3
7. ‘Group sharing’ (mahasiswa mengidentifikasi semua referensi yang
dimiliki dan berbagi hasil dengan anggota kelompok lainnya, tutor
mengevaluasi proses pembelajaran baik perorangan maupun kelompok)

F. Peran Dan Tugas Mahasiswa


Dalam proses pembelajaran ini masing-masing mahasiswa mempunyai
peran sebagai:
1. Ketua, bertugas:
a. Memimpin kelompok dalam proses diskusi
b. Mempertahankan dinamika kelompok
c. Memotivasi partisipasi anggota kelompok
d. Memastikan agar laporan selesai dan menjadi catatan yang akurat
e. Sekretaris, bertugas:
f. Berpartisipasi dalam diskusi
g. Mencatat sumber-sumber belajar pada kelompok
h. Mencatat hasil diskusi kelompok
i. Anggota, bertugas:
j. Mengikuti dan berpartisipasi proses diskusi
k. Mendengar aktif dan menghormati anggota lain yang mengutarakan
pendapat
l. Menanyakan pertanyaan terbuka
m. Mencari semua tujuan pembelajaran
n. Berbagi informasi dengan anggota kelompok yang lain
G. Laporan tugas
1. Laporan diketik dengan Ms. Word (ukuran kertas A4 margin Left: 3;
Right: Top: 2.5; Bottom 2, 5).
2. Susunan penulisan:
 Halaman depan/cover: Judul, logo umm, nama kelas dan kelompok,
daftar nama dan NIM anggota kelompok, nama program studi,
fakultas dan universitas).

4
 Isi:
A. Kasus
B. Kata-kata sulit dari kasus.
C. Definisikan masalah
D. Daftar pertanyaan  jawaban dari hasil reference
E. Daftar pustaka
F. Membuat 10 soal multiple choice dan jawabanya dari laporan yang
telah dikerjakan.
3. Tugas dikumpulkan paling lambat 4 hari setelah diskusi.
H. Evaluasi
1. Penilaian Formatif
Penilaian ini terdiri dari:
a. Nilai pelaksanaan diskusi tutorial
Pada diskusi tutorial mahasiswa akan dinilai berdasarkan kehadiran,
aktifitas dan kreativitas, sikap dan interaksi serta relevansi.
b. Nilai laporan
Laporan hasil diskusi
c. Nilai UTS/UAS
Ujian tengah/akhir semester
2. Penilaian Sumatif
Prosentase penilaian adalah sebagai berikut:
a. Diskusi (keaktifan dan kecakapan) 20 %
b. Laporan 20 %
c. UTS dan UAS 60 %
Total 100 %

5
BAB II
MATERI PERKULIAHAN

MATERI PERTEMUAN PERTAMA


KEPERAWATAN SEBAGAI PROFESI

Profesi Keperawatan
Definisi Profesi
Profesi adalah “jabatan seseorang walau profesi tersebut tidak bersifat
komersial”. Menurut “Chinn Yacobs” 1983. Profesi adalah suatu pekerjaan yang
memerlukan pengetahuan khusus dalam beberapa bidang ilmu, melaksanakan
peran yang bermutu di masyarakat. Melaksanakan cara-cara dan peraturan yang
telah disepakati oleh anggota profesi.
Profesi merupakan suatu hal yang berkaitan dengan bidang tertentu atau
jenis pekerjaan (occupation) yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan
keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetapi belum tentu dikatakan
memiliki profesi yang sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari
pendidikan kejuruan, juga belum cukup untuk menyatakan suatu pekerjaan dapat
disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek
pelaksaan, dan penguasaan teknik intelektual yang merupakan hubungan antara
teori dan penerapan dalam praktek.
Secara tradisional ada 4 profesi yang sudah dikenal yaitu kedokteran,
hukum, pendidikan, dan kependetaan.
Ciri-ciri Profesi
- Abraham Flexner (1915) Aktivitas yang bersifat intelektual, b.
Berdasarkan ilmu dan pengetahuan, c. Digunakan untuk tujuan praktek
pelayanan, d. Dapat dipelajari, e. Terorganisir secara internal, dan f.
Altruistic (mementingkan orang lain)
- Kriteria umum profesi, menurut, “Schein &Kommers“ (1972) a. Pelayanan
berdasarkan “Body of Knowledge”. b. Kemampuan memberikan
pelayanan khas pada orang lain. c. Pendidikan Standar dan berdasarkan

6
pendidikan tinggi d. Adanya pengawasan/kontrol terhadap praktiknya
dengan menggunakan standar praktik. e. Tanggung jawab dan tanggung
gugat anggota untuk tindakan
- Kreteria Umum Profesi, menurut “Grewaood“ Setiap Profesi Harus
Memiliki a. Teori yang sistematis b. Otoritas kewenangan c. Sangsi
kewenangan d. Kode etik (pedoman moral profesi) e. Kultural (tata nilai)
Definisi Profesi Keperawatan
Keperawatan sebagai suatu profesi adalah unik karena keperawatan
ditujukan ke berbagai respon individu dan keluarga terhadap masalah kesehatan
yang dihadapi. Profesi keperawatan merupakan profesi yang kompleks dan
beragam. Perawat berpraktik di berbagai tempat yang menuntut aspek ketrampilan
dan keahlian serta disiplin yang tinggi.
Keahlian dalam keperawatan merupakan hasil dari pengetahuan dan
pengalaman klinik yang dijalanninya. Keahlian diperlukan untuk
menginterpretasikan situasi klinik dan membuat keputusan yang kompleks dalam
rangka memberikan asuhan keperawatan yang profesional dan berkualitas. Profesi
kekperawatan berkembang karena adanya tuntutan masyarakat serta perubahan
kebutuhan kesehatan dan berbagi.
Keperawatan sebagai Profesi
Profesi keperawatan telah memenuhi sebagai suatu profesi, salah satunya
cirinya bahwa profesi keperawatan telah menyelenggarakan program pendidikan
keprofesian bertujuan menghasilakan “perawat” yang bertanggung jawab,
mempunyai kemampuan dan kewenangan melaksanakan pelayanan keperawatan
dalam segala aspek dengan selalu berpedoman pada “Kode Etik Keperawatan“
dalam memberikan setiap layanan keperawatan kepada pasien. Keperawatan suatu
bentuk pelayanan profesional yang sepenuhnya terintegrasi ke dalam pelayanan
kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprenhensif
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga
dan komunitas baik sakit maupun sehat mencakup seluruh aspek kehidupan.
1. Mempunyai Body Of Knowledge Tubuh pengetahuan yang dimiliki
keperawatan adalah ilmu keperawatan (nursing science) yang mencakup

7
ilmu-ilmu dasar (alam, sosial, perilaku), ilmu biomedik, ilmu kesehatan
masyarakat, ilmu keperawatan dasar, ilmu keperawatan klinis dan ilmu
keperawatan komunitas.
2. Pendidikan Berbasis Keahlian pada Jenjang Pendidikan Tinggi Di
Indonesia berbagai jenjang pendidikan telah dikembangkan dengan
mempunyai standar kompetensi yang berbeda-beda mulai D III
Keperawatan sampai dengan S3 akan dikembangkan.
3. Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat Melalui Praktik dalam Bidang
Profesi Keperawatan dikembangkan sebagai bagian integral dari Sistem
Kesehatan Nasional. Oleh karena itu sistem pemberian askep
dikembangkan sebagai bagian integral dari sistem pemberian pelayanan
kesehatan kepada masyarakat yang terdapat di setiap tatanan pelayanan
kesehatan. Pelayanan/askep yang dikembangkan bersifat
humanistik/menyeluruh didasarkan pada kebutuhan klien, berpedoman
pada standar asuhan keperawatan dan etika keperawatan.
4. Memiliki Perhimpunan/Organisasi Profesi Keperawatan harus memiliki
organisasi profesi, organisasi profesi ini sangat menentukan keberhasilan
dalam upaya pengembangan citra keperawatan sebagai profesi serta
mampu berperan aktif dalam upaya membangun keperawatan profesional
dan berada di garda depan dalam inovasi keperawatan di Indonesia. Saat
ini di indonesia memilki organisasi profesi keperawatan dengan nama
PPNI, dengan aggaran dasar dan anggaran rumah tangga, sedangkan
organisasi keperawatan di dunia dengan nama International Council Of
Nurse (ICN).
5. Pemberlakuan Kode Etik Keperawatan Dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan, perawat profesional selalu menunjukkan sikap dan tingkah
laku profesional keperawatan sesuai kode etik keperawatan.
6. Otonomi Keperawatan memiliki kemandirian, wewenang, dan tanggung
jawab untuk mengatur kehidupan profesi, mencakup otonomi dalam
memberikan askep dan menetapkan standar asuhan keperawatan melalui
proses keperawatan, penyelenggaraan pendidikan, riset keperawatan dan

8
praktik keperawatan dalam bentuk legislasi keperawatan (KepMenKes No.
1239 Tahun 2001).
7. Motivasi Bersifat Altruistik Masyarakat profesional keperawatan
Indonesia bertanggung jawab membina dan mendudukkan peran dan
fungsi keperawatan sebagai pelayanan profesional dalam pembangunan
kesehatan serta tetap berpegang pada sifat dan hakikat keperawatan
sebagai profesi serta selalu berorientasi kepada kepentingan masyarakat
Organisasi Profesi Keperawatan
Pengertian Organisasi profesi adalah organisasi praktisi yang menilai/
mempertimbangkan seseorang memiliki kompetensi profesional dan ikatan
bersama untuk menyelenggarakan fungsi sosial yang mana tidak dapat
dilaksanakan secara terpisah sebagai individu.
Marqius Bessi L. & Huston J.C. (2000) memaparkan organisasi profesi
memiliki dua perhatian utama, yaitu:
- Kebutuhan hukum untuk melindungi masyarakat dari perawat yang tidak
dipersiapkan dengan baik.
- Kurangnya standar dalam keperawatan. Organisasi profesi menyediakan
kendaraan untuk perawat dalam menghadapi tantangan yang ada saat ini
dan akan datang serta bekerja ke arah positif terhadap perubahan-
perubahan profesi sesuai dengan perubahan sosial.
Ciri-ciri organisasi profesi adalah:
- Hanya ada satu organisasi untuk setiap profesi.
- Ikatan utama para anggota adalah kebanggaan dan kehormatan.
- Tujuan utama adalah menjaga martabat dan kehormatan profesi.
- Kedudukan dan hubungan antar anggota bersifat persaudaraan.
- Memiliki sifat kepemimpinan kolektif.
- Mekanisme pengambilan keputusan atas dasar kesepakatan.
Peran organisasi profesi adalah:
- Sebagai pembina, pengembang, dan pengawas terhadap mutu pendidikan
keperawatan.

9
- Sebagai pembina, pengembang, dan pengawas terhadap pelayanan
keperawatan.
- Sebagai pembina serta pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan.
- Sebagai pembina, pengembang, dan pengawas kehidupan profesi.
Fungsi organisasi profesi adalah:
- Bidang pendidikan keperawatan: Menetapkan standar pendidikan
keperawatan. Mengembangkan pendidikan keperawatan berjenjang lanjut.
- Bidang pelayanan keperawatan 1. Menetapkan standar profesi
keperawatan. 2. Memberikan ijin praktik. 3. Memberikan regsitrasi tenaga
keperawatan. 4. Menyusun dan memberlakukan kode etik keperawatan
- Bidang IPTEK 1. Merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi riset
keperawatan. 2. Merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi
perkembangan IPTEK dalam keperawatan.
- Bidang kehidupan profesi 1. Membina, mengawasi organisasi profesi. 2.
Membina kerjasama dengan pemerintah, masyarakat, profesi lain, dan
antar anggota. 3. Membina kerjasama dengan organisasi profei sejenis
dengan negara lain. 4. Membina, mengupayakan, dan mengawasi
kesejahteraan anggota.
Manfaat organisasi profesi adalah : Menurut Breckon (1989) manfaat organisasi
profesi mencakup 4 hal, yaitu:
- Mengembangkan dan memajukan profesi.
- Menertibkan dan memperluas ruang gerak profesi.
- Menghimpun dan menyatukan pendapat warga profesi.
- Memberikan kesempatan pada semua anggota untuk berkarya dan
berperan aktif dalam mengembangkan dan memajukan profesi.
Organisasi Profesi Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
Di Indonesia organisasi keperawatan tingkat nasional yang digunakan
sebagai wadah perawat untuk menyalurkan aspirasi, bernama Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI).
Sejarah PPNI:

10
PPNI didirikan pada tanggal 17 Maret 1974 dan merupakan gabungan dari
berbagai organisasi keperawatan di masa itu, seperti IPI (Ikatan Perawat
Indonesia), PPI (Persatuan Perawat Indonesia), IGPI (Ikatan Guru Perawat
Indonesia), IPWI (Ikatan Perawat Wanita Indonesia). Setiap orang yang telah
menyelesaikan pendidikan keperawatan yang sah dapat mendaftarkan diri sebagai
anggota PPNI, dan semua siswa/mahasiswa keperawatan yang sedang belajar
dapat disebut sebagai calon anggota.
Tujuan dan Fungsi PPNI
Tujuan PPNI adalah sebagai berikut:
- Membina dan mengembangkan organisasi profesi keperawatan antara lain:
persatuan dan kesatuan, kerjasama dengan pihak lain, dan pembinaan
manajemen organisasi.
- Membina, mengembangkan, dan mengawasi mutu pendidikan
keperawatan dan pelayanan keperawatan di Indonesia.
- Membina dan mengembangkan IPTEK keperawatan di Indonesia.
- Membina dan mengupayakan kesejahteraan anggota.
Fungsi PPNI adalah sebagai berikut:
- Sebagai wadah tenaga keperawatan yang memiliki kesatuan kehendak
sesuai dengan posisi jabatan, profesi, dan lingkungan untuk mencapai
tujuan organisasi.
- Mengembangkan dan mengamalkan pelayanan kesehatan yang
berorientasi pada program-program pembangunan manusia secara holistik
tanpa membedakan golongan, suku, keturunan, agama/kepercayaan
terhadap Tuhan YME.
- Menampung, memadukan, menyalurkan, dan memperjuangkan aspirasi
tenaga keperawatan serta mengembangkan keprofesian dan kesejahteraan
tenaga keperawatan
Struktur Organisasi PPNI
Jenjang organisasi di dalam PPNI adalah sebagai berikut:
- Dewan Pimpinan Pusat (DPP)
- Dewan Pimpinan Daerah Tingkat I (DPD I)

11
- Dewan Pimpinan Daerah Tingkat II (DPD II)
- Komisariat PPNI (penguruh pada institusi dengan jumlah anggota 25
orang)
Struktur organisasi tingkat pusat adalah sebagai berikut:
- Ketua umum sebagai puncak tertinggi kepemimpinan. Di bawahnya ada
beberapa ketua bidang seperti:
a. Pembinaan organisasi
b. Pembinaan pendidikan dan latihan
c. Pembinaan pelayanan
d. Pembinaan IPTEK
e. Pembinaan kesejahteraan
f. Sekretaris jenderal sebagai wakil ketua untuk urusan kesekretariatan
dan administrasi. Sekretaris berjumlah 5 orang sesuai dengan beberapa
departemen di bawah ini.
g. Departemen organisasi, keanggotaan, dan kaderisasi
h. Departemen pendidikan
i. Departemen pelatihan
j. Departemen pelayanan di rumah sakit
k. Departemen pelayanan di puskesmas
l. Departemen penelitian
m. Departemen hubungan luar negeri
n. Departemen kesejahteraan anggota
o. Departemen pembinaan yayasan
Keanggotaan PPNI
Lama kepengurusan adalah 5 tahun dan dipilih dalam Musyawarah
Nasional atau Musyawarah Daerah yang juga diselenggarakan untuk:
- Menyempurnakan AD/ART
- Perumusan program kerja
- Pemilihan pengurus
Keanggotaan PPNI ada 2, yaitu:

12
- Anggota biasa 1. WNI, tidak terlibat organisasi terlarang. 2. Lulus bidan
pendidikan keperawatan formal dan disahkan oleh pemerintah. 3. Sanggup
aktif mengikuti kegiatan yang ditentukan organisasi. 4. Pernyataan diri
untuk menjadi anggota.
- Anggota kehormatan Syaratnya sama dengan anggota biasa, yaitu pada
butir a, c, d dan bukan berasal dari pendidikan perawatan tetapi telah
berjasa terhadap organisasi PPNI yang ditetapkan oleh DPP (Dewan
Pimpinan Pusat).
Kewajiban anggota PPNI:
- Menjunjung tinggi, mentaati dan mengamalkan AD dan ART organisasi.
- Membayar uang pangkal dan uang iuran kecuali anggota penghormatan.
- Mentaati dan menjalankan segala keputusan.
- Menghadiri rapat yang diadakan organisasi.
- Menyampaikan usul untuk mencapai tujuan yang digariskan dalam
program kerja.
- Memelihara kerukunan dalam organisasi secara konsekuen.
- Setiap anggota baru yang diterima menjadi anggota membayar uang
pangkal dan uang iuran.
Hak anggota PPNI:
- Semua anggota berhak mendapat pembelaan dan perlindungan dari
organisasi dalam hal yang benar dan adil dalam rangka tujuan organisasi.
- Semua anggota berhak mendapat kesempatan dalam menambah dan
mengembangkan ilmu serta kecakapannya yang diadakan oleh organisasi.
- Semua anggota berhak menghadiri rapat, memberi usul baik lisan maupun
tulisan.
- Semua anggota kecuali anggota kehormatan yang memiliki hak untuk
memilih dan dipilih sebagai pengurus atau perwakilan organisasi.

Peran, Fungsi, Wewenang, Tugas, Tanggung jawab Perawat


Peran Perawat
Peran perawat menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan tahun 1989

13
1. Pemberi asuhan keperawatan, dengan memperhatikan keadaan kebutuhan
dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan dari yang sederhana sampai
dengan kompleks.
2. Advokat pasien /klien, dengan menginterprestasikan berbagai informasi
dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien,
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien.
3. Pendidik /Edukator, perawat bertugas memberikan pendidikan kesehatan
kepada klien dalam hal ini individu, keluarga, serta masyarakat sebagai
upaya menciptakan perilaku individu/masyarakat yang kondusif bagi
kesehatan. Untuk dapat melaksanakan peran sebagai pendidik (edukator),
ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki seorang perawat sebagai
syarat utama, yaitu berupa wawasan ilmu pengetahuan yang luas,
kemampuan berkomunikasi, pemahaman psikologi, dan kemampuan
menjadi model/contoh dalam perilaku profesional.
4. Koordinator, dengan cara mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien.
5. Kolaborator, peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain
berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan
termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan
selanjutnya.
6. Konsultan, perawat sebagaitempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan
yang diberikan.
7. Peran perawat sebagai pengelola (manager). Perawat mempunyai peran
dan tanggung jawab dalam mengelola layanan keperawatan di semua

14
tatanan layanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya)
maupun tatanan pendidikan yang berada dalam tanggung jawabnya sesuai
dengan konsep manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan dapat
diartikan sebagai proses pelaksanaan layanan keperawatan melalui upaya
staf keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan
rasa aman kepada pasien/keluarga/masyarakat (Gillies, 1985).
8. Peneliti dan pengembangan ilmu keperawatan, sebagai sebuah profesi dan
cabang ilmu pengetahuan, keperawatan harus terus melakukan upaya
untuk mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, setiap perawat harus
mampu melakukan riset keperawatan. Ada beberapa hal yang harus
dijadikan prinsip oleh perawat dalam melaksanakan peran dan fungsinya
dengan baik dan benar. Prinsip tersebut harus menjiwai setiap perawat
ketika memberi layanan keperawatan kepada klien.
Peran Perawat Menurut Hasil “Lokakarya Nasional Keperawatan, 1983
1. Pelaksana Pelayanan Keperawatan, perawat memberikan asuhan
keperawatan baik langsung maupun tidak langsung dengan metode proses
keperawatan.
2. Pendidik dalam Keperawatan, perawat mendidik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat serta tenaga kesehatan yang berada di bawah
tanggung jawabnya.
3. Pengelola pelayanan Keperawatan, perawat mengelola pelayanan maupun
pendidikan keperawatan sesuai dengan manajemen keperawatan dalam
kerangka paradigma keperawatan.
4. Peneliti dan Pengembang pelayanan Keperawatan, perawat melakukan
identifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip dan metode penelitian,
serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau
pelayanan dan pendidikan keperawatan.
Fungsi Perawat
Fungsi perawat adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan perannya. Fungsi tersebut dapat berubah disesuaikan dengan keadaan

15
yang ada, perawat dalam menjalankan perannya memiliki beberapa fungsi,
seperti:
1. Fungsi Independen Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada
orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan
secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam
rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan
fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan
dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan
aktifitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan,
pemenuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan
aktualisasi diri.
2. Fungsi Dependen Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan
kegiatan atas pesan atau instruksidari perawat lain. Sehingga sebagian
tindakan pelimpahan tugas yang di berikan. Hal ini biasanya dilakukan
oleh perawat spesialis kepada perawat umum atau dari perawat primer ke
perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang
bersifat saling ketergantungan di antara tim satu dengan yang lainnya.
Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja
sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan
keperawatan pada penderita yang mempunyapenyakit kompleks. Keadaan
ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter
ataupun yang lainnya
Wewenang Perawat
Kewenangan perawat adalah hak dan otonomi untuk melaksanakan asuhan
keperawatan berdasarkan kemampuan, tingkat pendidikan, dan posisi yang
dimiliki. Lingkup kewenangan perawat dalam praktek keperawatan profesional
adalah pada kondisi sehat dan sakit, sepanjang daur kehidupan (dari konsepsi
sampai meninggal dunia), mencakup:
- Asuhan keperawatan pada klien anak dari usia 28 hari sampai usia 18
tahun.

16
- Asuhan keperawatan maternitas, yaitu asuhan keperawatan klien wanita
pada masa subur dan neonatus (bayi baru lahir sampai 28 hari) dalam
keadaan sehat.
- Asuhan keperawatan medikal bedah, yaitu asuhan pada klien usia di atas
18 tahun sampai 60 tahun dengan gangguan fungsi tubuh baik oleh karena
trauma atau kelainan fungsi tubuh.
- Asuhan keperawatan jiwa, yaitu asuhan keperawatan klien pada semua
usia, yang mengalami berbagai masalah kesehatan jiwa.
- Asuhan keperawatan keluarga, yaitu asuhan keperawatan pada klien
keluarga unit terkecil dalam masyarakat sebagai akibat pola penyesuaian
keluarga yang tidak sehat, sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan
keluarga.
- Asuhan keperawatan komunitas, yaitu asuhan keperawatan kepada klien
masyarakat pada kelompok di wilayah tertentu pada semua usia sebagai
akibat tidak terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat.
- Asuhan keperawatan gerontik, yaitu asuhan keperawatan pada klien yang
berusia 60 tahun ke atas yang mengalami proses penuaan dan
permasalahannya.
Kewenangan perawat terkait lingkup di atas mencakup:
- Melaksanakan pengkajian keperawatan terhadap status bio-psikososio-
kultural dan spiritual klien.
- Menurunkan diagnosis keperawatan terkait dengan fenomena dan garapan
utama yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan dasar klien.
- Menyusun rencana tindakan keperawatan.
- Melaksanakan tindakan keperawatan.
- Melaksanakan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.
- Mendokumentasikan hasil keperawatan yang dilaksanakan.
- Melakukan kegiatan konseling kesehatan kepada sistem klien
- Melaksanakan tindakan medis sebagai pendelegasian berdasarkan
kemampuannya.

17
- Melakukan tindakan diluar kewenangan dalam kondisi darurat yang
mengancam nyawa sesuai ketentuan yang berlaku (Standing Order) di
sarana kesehatan.
- Dalam kondisi tertentu, dimana tidak ada tenaga yang kompeten, perawat
berwenang melaksanakan tindakan kesehatan diluar kewenangannya.
Tugas Perawat
Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan
keperawatan ini dapat dilaksanakan sesuai tahapan dalam proses keperawatan.
Tugas perawat ini disepakati dalam Lokakarya tahun 1983 yang berdasarkan tugas
dan tanggungjawab perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah
sebagai berikut:
- Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien (sincere intereset).
- Bila perawat terpaksa menunda pelayanan, maka perawat bersedia
memberikan penjelasan dengan ramah kepada kliennya (explanantion
about the delay).
- Menunjukan kepada klien sikap menghargai (respect) yang ditunjukkan
dengan perilaku perawat. Misalnya mengucapkan salam, tersenyum,
membungkuk, dan bersalaman.
- Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien (subjects the
patiens desires) bukan pada kepentingan atau keinginan perawat.
- Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud menghina
(derogatory).
- Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam sudut
pandang klien (see the patient point of view).
Tugas perawat dalam menjalankan peran nya sebagai pemberi asuhan
keperawatan ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam proses
keperawatan. Tugas perawat ini disepakati dalam lokakarya tahun 1983 yang
berdasarkan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah:
- Mengumpulkan data.
- Menganalisis dan mengintrepetasi data.
- Mengembangkan rencana tindakan keperawatan.

18
- Menggunakan dan menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu
perilaku, sosial budaya, ilmu biomedik dalam melaksanakan asuhan
keperawatan dalam rangka memenuhi KDM.
- Menentukan kriteria yang dapat diukur dalam menilai rencana
keperawatan.
- Menilai tingkat pencapaian tujuan.
- Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang diperlukan.
- Mengevaluasi data permasalahan keperawatan.
- Mencatat data dalam proses keperawatan
- Menggunakan catatan klien untuk memonitor kualitas asuhan
keperawatan.
- Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian dalam bidang keperawatan.
- Membuat usulan rencana penelitian keperawatan.
- Menerapkan hasil penelitian dalam praktek keperawatan.
- Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan.
- Membuat rencana penyuluhan kesehatan.
- Melaksanakan penyuluhan kesehatan.
- Mengevaluasi penyuluhan kesehatan.
- Berperan serta dalam pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
- Menciptakan komunikasi yang efektif baik dengan tim keperawatan
maupun tim kesehatan lain.
Tanggung jawab Perawat
Jenis Tanggung jawab Perawat Tanggung jawab (responsibility) perawat
dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Responsibility to God (tanggung jawab utama terhadap Tuhannya)
b. Responsibility to Client and Society (tanggung jawab terhadap klien dan
masyarakat).
c. Responsibility to Colleague and Supervisor (tanggung jawab terhadap
rekan sejawat dan atasan).

19
MATERI PERTEMUAN KETIGA -EMPAT
KONSEP CARING

Definisi
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdediksi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada
orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Dalam keperawatan, caring
merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan.
Rubenfeld (1999), mendefinisikan caring: memberikan asuhan , dukungan
emosional pada klien, keluarga dan kerabatnya secara verbal maupun non verbal.
Jean Watson (1985), caring merupakan komitmen moral untuk melindungi,
mempertahankan dan meningkatkan martabat manusia.
Teori Caring Dalam Keperawatan
Perawat merupakan salah satu profesi yang mulia. Betapa tidak, merawat
pasien yang sedang sakit adalah pekerjaan yang tidak mudah. Tak semua orang
bisa memiliki kesabaran dalam melayani orang yang tengah menderita penyakit.
Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan
kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan
kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual,
teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih
sayang/cinta (Johnson, 1989).
Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara
seseorang berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang
lain. Caring dalam keperawatan dipelajari dari berbagai macam filosofi dan
perspektif etik .
Human care merupakan hal yang mendasar dalam teori caring. Menurut
Pasquali dan Arnold (1989) serta Watson (1979), human care terdiri dari upaya
untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga atau mengabdikan rasa
kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan,
dan keberadaannya serta membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan
dan pengendalian diri.

20
Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Care,
mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan
antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien
sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk
sembuh .
Lebih lanjut Mayerhoff memandang caring sebagai suatu proses yang
berorientasi pada tujuan membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan
diri. Mayerhoff juga memperkenalkan sifat-sifat caring seperti sabar, jujur, rendah
hati. Sedangkan Sobel mendefinisikan caring sebagai suatu rasa peduli, hormat
dan menghargai orang lain. Artinya memberi perhatian dan mempelajari
kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berpikir, bertindak dan
berperasaan. Caring sebagai suatu moral imperative (bentuk moral) sehingga
perawat harus terdiri dari orang-orang yang bermoral baik dan memiliki
kepedulian terhadap kesehatan pasien, yang mempertahankan martabat dan
menghargai pasien sebagai seorang manusia, bukan malah melakukan tindakan
amoral pada saat melakukan tugas pendampingan perawatan. Caring juga sebagai
suatu affect yang digambarkan sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih atau
empati terhadap pasien yang mendorong perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan bagi pasien. Dengan demikian perasaan tersebut harus ada dalam diri
setiap perawat supaya mereka bisa merawat pasien.
Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan
pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan
filosofikal. Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang
memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai
tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi
sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999)
Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Caring
menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis,
spiritual, dan sosial. Bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan
klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan. Dalam
memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah

21
lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan
bersikap caring sebagai media pemberi asuhan (Curruth, Steele, Moffet,
Rehmeyer, Cooper, & Burroughs, 1999). Para perawat dapat diminta untuk
merawat, namun tidak dapat diperintah untuk memberikan asuhan dengan
menggunakan spirit caring.
Spirit caring seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal
dari hati perawat yang terdalam. Spirit caring bukan hanya memperlihatkan apa
yang dikerjakan perawat yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan
siapa dia. Oleh karenanya, setiap perawat dapat memperlihatkan cara yang
berbeda ketika memberikan asuhan kepada klien.
Konsep Caring Menurut Para Ahli
Beberapa ahli merumuskan konsep caring dalam beberapa teori. Menurut
Watson, ada tujuh asumsi yang mendasari konsep caring. Ketujuh asumsi tersebut
adalah;
1. caring hanya akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktekkan secara
interpersonal,
2. caring terdiri dari faktor karatif yang berasal dari kepuasan dalam membantu
memenuhi kebutuhan manusia atau klien,
3. caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga,
4. caring merupakan respon yang diterima oleh seseorang tidak hanya saat itu
saja namun juga mempengaruhi akan seperti apakah seseorang tersebut
nantinya,
5. lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung
perkembangan seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam memilih
tindakan yang terbaik untuk dirinya sendiri,
6. caring lebih kompleks daripada curing, praktik caring memadukan antara
pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia yang
berguna dalam peningkatan derajat kesehatan dan membantu klien yang sakit,
7. caring merupakan inti dari keperawatan (Julia,1995).

22
Watson juga menekankan dalam sikap caring ini harus tercermin sepuluh
faktor karatif yang berasal dari perpaduan nilai-nilai humanistik dengan ilmu
pengetahuan dasar. Faktor karatif membantu perawat untuk menghargai manusia
dari dimensi pekerjaan perawat, kehidupan, dan dari pengalaman nyata
berinteraksi dengan orang lain sehingga tercapai kepuasan dalam melayani dan
membantu klien. Sepuluh faktor karatif tersebut adalah;
1. Forming a humanistic – altruistic
Perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada
klien. Selain itu, perawat juga memperlihatkan kemampuan diri dengan
memberikan pendidikan kesehatan pada klien,
2. Instilling faith & hope
Memberikan kepercayaan-harapan dengan cara memfasilitasi dan
meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Di samping itu, perawat
meningkatkan perilaku klien dalam mencari pertolongan kesehatan,
3. Cultivating sensitivity to one’s self
Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan klien, sehingga ia
sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap wajar pada orang
lain.
4. Developing a helping – trust relation
Perawat memberikan informasi dengan jujur, dan memperlihatkan sikap
empati yaitu turut merasakan apa yang dialami klien. Sehingga karakter yang
diperlukan dalam faktor ini antara lain adalah kongruen, empati, dan
kehangatan.
5. Expressing & feeling
Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien.
Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan
perasaan klien.
6. Using creative problem-solving caring process
Penggunaan sistematis metoda penyelesaian masalah untuk pengambilan
keputusan. Perawat menggunakan metoda proses keperawatan sebagai pola
pikir dan pendekatan asuhan kepada klien.

23
7. Promoting interpersonal teaching – learning
Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, memberikan asuhan
mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan kesempatan untuk
pertumbuhan personal klien.
8. Providing a supportive, protective, or corrective mental-phisical sociocultural
& spiritual environment
Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang
mendukung. Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan
eksternal klien terhadap kesehatan dan kondisi penyakit klien.
9. Assisting with the gratification of human needs
Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif diri dan klien. Pemenuhan
kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat selanjutnya.
10. Allowing for existential-phenomenologic forces
Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomenologis agar
pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai. Kadang-kadang
seorang klien perlu dihadapkan pada pengalaman/pemikiran yang bersifat
profokatif. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan pemahaman lebih
mendalam tentang diri sendiri (Julia, 1995).
Dari kesepuluh faktor karatif tersebut, Watson merumuskan tiga faktor
karatif yang menjadi filosofi dasar dari konsep caring. Tiga faktor karatif tersebut
adalah: pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik, memberikan harapan
dan kepercayaan, serta menumbuhkan sensitifitas terhadap diri sendiri dan orang
lain (Julia, 1995).
Kesepuluh faktor karatif di atas perlu selalu dilakukan oleh perawat agar
semua aspek dalam diri klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan
profesional dan bermutu dapat diwujudkan. Selain itu, melalui penerapan faktor
karatif ini perawat juga dapat belajar untuk lebih memahami diri sebelum
memahami orang lain (Nurahmah, 2006).
Pembahasan di atas telah menunjukkan bahwa teori caring yang
dikemukakan oleh Watson menekankan akan kebutuhan klien secara jasmani dan
kebutuhan pendekatan spiritual bagi iman klien. Dengan demikian, perawat

24
dituntut untuk mengenal dirinya sendiri secara spiritual dan menerapkannya dalam
profesi keperawatan dalam memberikan perawatan dengan cinta dan caring. Jadi,
dari teori caring menurut Watson dapat disimpulkan bahwa adanya keseimbangan
antara aspek jasmani dan spiritual dalam asuhan keperawatan. (Sujana, 2008)
Lima C dari caring, Roach (1984) :
1. Compassion (Kasih sayang)
2. Competence (Kompetensi)
3. Conscience (Kesadaran)
4. Confidence (Kepercayaan)
5. Commitment (Komitmen)
Dalam mewujudkan asuhan keperawatan bermutu diperlukan beberapa
komponen yang harus dilaksanakan oleh tim keperwatan yaitu :
1. Terlihat sikap caring ketika harus memberikan asuhan keperawatan kepada
klien
2. Adanya hubungan perawat - klien yang terapeutik,
3. Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain,
4. Kemampun dalam memenuhi kebutuhan klien,
5. Kegiatan jaminan mutu (quality assurance).
Sikap Caring
Asuhan keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai
apabila perawat dapat memperlihatkan sikap caring kepada klien. Dalam
memberikan asuhan, perawat menggunakan;
1. Keahlian,
2. kata-kata yang lemah lembut,
3. Sentuhan,
4. Memberikan harapan,
5. Selalu berada disamping klien,
6. Bersikap “caring” sebagai media pemberi asuhan.
Spirit Caring
Para perawat dapat diminta untuk merawat, namun meraka tidak dapat
diperintah untuk memberikan asuhan dengan menggunakan spirit caring. Spirit

25
caring seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal dari hati
perawat yang terdalam. Spirit caring bukan hanya memperlihatkan apa yang
dikerjakan perawat yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan siapa
dia. Oleh karenanya, setiap perawat dapat memperlihatkan cara yang berada
ketika memberikan asuhan kepada klien.
Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan
asuhan fisik dan perhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien (Carruth et all, 1999). Sikap ini diberikan memalui kejujuran,
kepercayaan, dan niat baik. Prilaku caring menolong klien meningkatkan
perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial. Diyakini,
bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai
lingkungan merupakan esensi keperawatan.
Karakteristik “caring” (menurut Wolf dan Barnum, 1998);
1. Mendengar dengan perhatian,
2. Memberi rasa nyaman,
3. Berkata Jujur,
4. Memiliki kesabaran,
5. Bertanggung jawab,
6. Memberi informasi sehingga klien dapat mengambil keputusan,
7. Memberi sentuhan,
8. Memajukan sensitifitas,
9. Menunjukan rasa hormat pada klien,
10. Memanggil klien dengan namanya.
Komponen utama “caring” (menurut Mayer, 1971);
1. Pengetahuan,
2. Kesabaran,
3. Kejujuran,
4. Kepercayaan,
5. Kerendahan Hati,
6. Harapan,
7. Keberanian.

26
Leininger (1991) mengemukakan teori “culture care diversity and
universality”, beberapa konsep yang didefinisikan antara lain;
1. kultural berkenaan dengan pembelajaran dan berbagi sistem nilai,
kepercayaan, norma, dan gaya hidup antar kelompok yang dapat
mempengaruhi cara berpikir, mengambil keputusan, dan bertindak dalam
pola-pola tertentu,
2. keanekaragaman kultural dalam caring menunjukkan adanya variasi dan
perbedaan dalam arti, pola, nilai, cara hidup, atau simbol care antara
sekelompok orang yang berhubungan, mendukung, atau perbedaan dalam
mengekspresikan human care,
3. cultural care didefinisikan sebagai subjektivitas dan objektivitas dalam
pembelajaran dan pertukaran nilai, kepercayaan, dan pola hidup yang
mendukung dan memfasilitasi individu atau kelompok dalam upaya
mempertahankan kesehatan, meningkatkan kondisi sejahtera, mencegah
penyakit dan meminimalkan kesakitan,
4. dimensi struktur sosial dan budaya terdiri dari keyakinan/agama, aspek
sosial, politik, ekonomi, pendidikan, teknologi, budaya, sejarah dan
bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi perilaku manusia dalam
lingkungan yang berbeda,
5. care sebagai kata benda diartikan sebagai fenomena abstrak dan konkrit
yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan atau perilaku lain
yang berkaitan untuk orang lain dalam meningkatkan kondisi kehidupannya,
6. care sebagai kata kerja diartikan sebagai suatu tindakan dan kegiatan untuk
membimbing, mendukung, dan ada untuk orang lain guna meningkatkan
kondisi kehidupan atau dalam menghadapi kematian,
7. caring dalam profesionalisme perawat diartikan sebagai pendidikan kognitif
dan formal mengenai pengetahuan care serta keterampilan dan keahlian
untuk mendampingi, mendukung, membimbing, dan memfasilitasi individu
secara langsung dalam rangka meningkatkan kondisi kehidupannya,

27
mengatasi ketidakmampuan/kecacatan atau dalam bekerja dengan klien
(Julia, 1995, Madeline,1991).
Sebagai seorang perawat, kemampuan care, core, dan cure harus
dipadukan secara seimbang sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang
optimal untuk klien. Lydia Hall mengemukakan perpaduan tiga aspek tersebut
dalam teorinya. Care merupakan komponen penting yang berasal dari naluri
seorang ibu. Core merupakan dasar dari ilmu sosial yang terdiri dari kemampuan
terapeutik, dan kemampuan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain.
Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam
memberikan asuhan keperawatan secara total kepada klien, maka ketiga unsur ini
harus dipadukan (Julia, 1995).
Menurut Boykin dan Schoenhofer, pandangan seseorang terhadap caring
dipengaruhi oleh dua hal yaitu persepsi tentang caring dan konsep perawat
sebagai disiplin ilmu dan profesi. Kemampuan caring tumbuh di sepanjang hidup
individu, namun tidak semua perilaku manusia mencerminkan caring (Julia,
1995).
Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik dan
signifikan. Inti dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien adalah
hubungan perawat-klien yang bersifat profesional dengan penekanan pada bentuk
interaksi aktif antara perawat dan klien. Hubungan ini diharapkan dapat
memfasilitasi partisipasi klien dengan memotivasi keinginan klien untuk
bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatannya.
Care sebagai sebuah ide moral
Care adalah semangat, tindakan penting dari inti keperawatan, kekuatan
yang menyatakan, proses dinamik dan intisari struktural. Care adalah nilai, caring
adalah sebuah kebaikan. Mayerhoff (1971) memberikan informasi yang
berhubungan dengan nilai care. Dalam konteks kehidupan manusia, caring
sebagai salah satu cara mengatur nilai-nilainya yang lain dan aktivitas sekitarnya.
Bila pengaturan ini komprehensif, karena keterlibatan caring-nya terdapat
stabilitas dasar dalam kehidupannya. Dengan melayani caring, seseorang manusia
hidup dalam kehidupan sendiri yang berarti.

28
Carper (1979) “caring” sebagai nilai profesional dan nilai pribadi adalah
pusat penting dalam memberikan standar normatif yang mengatur tindakan dan
sikap kita untuk care kepada siapa. Dalam suatu dunia ketika ada kesepakatan
yang besar tentang kesendirian, nyeri, penderitaan, kesakitan, dan tragedi ketika
itu pula kebutuhan care menjadi penting.
Kita harus secara serius bercermin pada apa yang kita inginkan dan apa
yang kita cari. Dan ini adalah dasar dari caring kita. Berdasarkan Greene (1990)
caring adalah dasar keberadaan etik. Ia menyatakan bahwa “Praktek yang
digambarkan dalam pelayanan manusia harus dimulai dari kesadaran terhadap
situasi, khususnya perasaan dan kepedulia. Harapannya adalah bahwa makin dan
makin banyak praktisi akan berespons terhadap pentingnya caring imperatif dan
berpikir apa artinya memilih diri mereka sendiri dalam kaitannya dengan
kebutuhannya.
Olsen (1993) “baik caring dan keadilan berbicara tentang rasa moral
kebaikan kita”. Mungkin saja tidak ada kebaikan yang tidak dapat mensintesis
kedua konsep tersebut, memahami dan menghormati orang lain adalah penting
dalam tugas ini. Ini mengikuti bahwa faktor yang lebih luas atau dasar seorang
menggunakan care terhadap orang lain, orang lain akan lebih care.
Membangun Pribadi Caring
Untuk membangun pribadi caring, perawat dituntut memiliki pengetahuan
tentang manusia, aspek tumbuh kembang, respon terhadap lingkungan yang terus
berubah, keterbatasan dan kekuatan serta kebutuhan-kebutuhan manusia. Bukan
berarti kalau pengetahuan perawat tentang caring meningkat akan menyokong
perubahan perilaku perawat.
Caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja
perawat dalam merawat pasien. Secara teoritik ada tiga kelokmpok variabel yang
mempengaruhi kinerja tenaga kesehatan diantaranya;
a) Variabel Individu
b) Variabel Psikologis
c) Variabel Organisasi.

29
Menurut Gibson (1987) yang termasuk variabel individu adalah
kemampuan dan ketrampilan, latar belakang dan demografi. Variable psikologi
merupakan persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Dan variabel
organisasi adalah kepemimpinan, sumber daya, imbalan struktur dan desain
pekerjaan. Dengan demikian membangun pribadi caring perawat harus
menggunakan tiga pendekatan. Pendekatan individu melalui peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan caring. Pendekatan organisasi dapat dilakukan
melalui perencanaan pengembangan, imbalan atau yang terkait dengan kepuasan
kerja perawat dan serta adanya effektive leadership dalam keperawatan. Peran
organisasi (rumah sakit) adalah menciptakan iklim kerja yang kondusif dalam
keperawatan melalui kepemmpinan yang efektif, perencanaan jenjang karir
perawat yang terstruktur, pengembangan system remunerasi yang seimbang dan
berbagai bentuk pencapaian kepuasan kerja perawat. Karena itu semua dapat
berdampak pada meningkatnya motivasi dan kinerja perawat dalam caring.
Akan tetapi tidak mudah merubah perilaku seseorang dalam waktu yang
singkat. Bukan pekerjaan yang mudah untuk merubah perilaku seseorang. Yang
terbaik adalah membentuk caring perawat sejak dini, yaitu sejak berada dalam
pendidikan. Artinya peran pendidikan dalam membangun caring perawat sangat
penting. Dalam penyusunan kurikulum pendidikan perawatan harus selalu
memasukkan unsur caring dalam setiap mata kuliah. Penekanan pada humansitik,
kepedulian dan kepercayaan, komitmen membantu orang lain dan berbagai unsur
caring yang lain harus ada dalam pendidikan perawatan. Andaikata pada saat
rekruitmen sudah ada system yang bisa menemukan bagaimana sikap caring calon
mahasiswa keperawatan itu akan membuat perbedaan yang mendasar antara
perawat sekarang dan yang akan datang dalam perilaku caring – nya.

30
MATERI PERTEMUAN KE DELAPAN –SEPULUH

Pengertian Kode Etik Keperawatan


Kode etik keperawatan merupakan asas tertulis yang harus dijadikan
pedoman bagi setiap perawat dalam proses berinteraksi dengan pasien agar
perilaku perawat tetap dalam koridor kebenaran. Fungsi kode etik keperawatan
bukan hanya sebagai syarat administrative semata, tapi juga sebagai landasan bagi
perawat dalam menjalankan profesinya. Kode etik keperawatan juga mengatur
hubungan profesional baik dengan klien , dokter maupun sesame perawat. Kode
etik keperawatan di Indonesia disusun oleh organisasi keperawatan Indonesia.
Kode etik keperawatan merupakan bagian dari etika kesehatan. Inti dari
hal tersebut, yaitu menerapkan nilai etika terhadap bidang pemeliharaan atau
pelayanan kesehatan masyarakat. Kozier berpendapat bahwa kode etik
keperawatan adalah:
 Kode etik menjadi alat untuk menyusun standar praktik profesional serta
memperbaiki dan memelihara standar tersebut.
 Kode etik adalah pedomen resmi untuk tindakan profesional. Artinya, diikuti
orang-orang dalam profesi dan harus diterima sebagai nila pribadi bagi
anggota profesional.
 Kode etik memberi kerangka pikir kepada anggota profesi untuk membuat
keputusan dalam situasi keperawatan.
 Etika akan menunjukan standar profesi untuk kegiatan keperawatan, standar
ini akan melindungi perawat dan pasien
Fungsi Etika Keperawatan
Fungsi etika keperawatan menurut Munas PPNI :
 Sebagai alat untuk mengukur perilaku moral dalam keperawatan
 Kerangka berpikir bagi para perawat untuk mengambil keputusan tanggung
jawab kepada masyarakat, anggota tim kesehatan, dan kepada profesi yang
lain.
Fungsi kode etik keperawatan menurut Nisya & Hartanti sebagai berikut :

31
a Menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan memahami dan
menerima kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan kepada perawat
oleh masyarakat.
b Menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku dan menjalin hubungan
keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktik etika.
c Kode etik perawat menetapkan hubungan profesional yang harus dipatuhi
yaitu hubungan perawat dengan pasien sebagai advocator (pelindung),
perawat dengan tenaga profesi lain sebagai teman sejawat dan dengan
masyarakat sebagi perwakilan dari asuhan keperawatan
d Kode etik keperawatan memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi.
Menurut pandangan Hypocrates, fungsi kode etik adalah :
 Menghindari ketegangan antar manusia
 Memperbaiki status kepribadian
 Menopang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan.
Beranjak dari pandangan Hypocrates tersebut, kode etik merupakan hal yang
penting dalam sistem pelayanan kesehatan serta dlam pelayanan praktik
keperawatan.
Maksud dan Tujuan Kode Etik :
Tujuan dari kode etik keperawatan pada dasarnya adalah upaya agar para
perawat dalam menjalankan tugas dan fungsinya dapat menghargai dan
menghormati martabat manusia. Secara umum tujuan etika keperawatan yaitu
menciptakan dan mempertahankan kepercayaan antara perawat dan lien, perawat
dan perawat juga antara perawat dan masyarakat.
Sedangkan tujuan etika keperawatan menurut “Nasional For Nursing
(NLN)” (pusat pendidikan tenaga keperawatan milik perhimpunan perawat
Amerika adalah sebagai berikut :
 Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar profesi
kesehatan lain dan mengerti akan pesan dan fungsi anggota tim kesehatan
tersebut.

32
 Menggembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat moralitas
yaitu keputusan tentang baik dan buruk yang dipertanggung jawabkan kepada
Tuhan sesuai dengan kepercayaannya.
 Mengembangkan sikap personal atau pribadi dan sikap professional.
 Menggembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dasar
praktek keperawatan profesional.
 Memberikan kesempatan untuk menerapakan ilmu dan prinsip etika
keperawatan dalam praktek dan situasi yang nyata.
Adapun Tujuan etika keperawata menurut Biro Ethics Commission on Teaching
Amerika yaitu :
 Mengenal dan mendefinisikan unsur-unsur moral dalam praktek keperawatan
 Membentuk strategi atau cara-cara dan menganalisa masalah-masalah moral
yang terjadi dlaam praktek keperawatan.
 Menghubungkan prisip-prinsip moral atau pelajaran yang baik dapat
dipertanggung jawabkan kepada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan
kepada Tuhan sesuai denga kepercayaannya.
Kontens Kode Etik Keperawatan
Kode etik keperawatan Indonesia telah disusun oleh Dewan Pimpinan
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, melalui Munas PPNI di Jakarta pada
tanggal 29 November 1989. Kode etik tersebut terdiri atas limat bab dan 16 pasal,
dimana:
 Bab satu
Menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga dan
masyarakat yang terdiri atas 4 pasal. Tanggung jawab Perawat, terhadap
Masyarakat, keluarga dan penderita
1. Perawat dalam rangka pengabdianynya senantiasa berpedoman kepada
tanggung jawab yang pangkal tolaknya bersumber dari adanya kebutuhan
akan perawat untuk individu, keluarga dan masyarakat.
2. Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya di bidang keperawatan
senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nila

33
budaya, adat istiadat, dan kelangsungan hidup beragama dari orang
seorang, keluarga dan masyarakat.
3. Perawat dalam melaksanakan kewajibannya bagi orang seorang, keluarga
dan masyarakat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ihlas sesuai dengan
martabat dan tradisi luhur perawatan.
4. Perawat senantiasa menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan orang
seorang, keluarga dan masyarakat dalam mengambil prakarsa dan
mengadakan upaya kesejahteraan umum sebagai bagian dari tugas,
kewajiban bagi kepentingan masyrarakat.
 Bab dua
Menjelaskan tengtang tanggung jawab perawat terhadap tugasnya yang terdiri
atas lima pasal. Tanggung jawab perawat terhadap tugas
1. Perawat senantiasa merawat mutu pelayanan yang tinggi disertai kejujuran
profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan perawat
sesuai dengan kebutuhan orang seoaranng atau penderita, keluarga dan
masyarakat.
2. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
sehubungan yang dipercayakan kepaanya.
3. Perawat tidak akan mempergunakan pengetahuan dan keterampilan
perawatan untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma
kemanusiaan.
4. Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha
dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur jenis kelamin, aliran politik yang
dianut serta kedudukan sosial.
5. Perawat senantiasa mengupayakan perlindungan dan keselamatan
penderita dalam melaksanakan tugas keperawatan serta dengan matang
mempertimbangkan kemampuan menerima atau mengalihtugaskan
tanggung jawab yang ada hubungannnya dengan perawatan.
 Bab tiga

34
Menjelaskan tanggung jawab terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan
lainnya yang terdiri dari 2 pasal. Tanggung jawab perawat terhadap sesama
perawat dan profesi kesehatan lainnya
1. Perawat senantiasa memelihara hubungan yang baik antar sesama perawat
dan dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasian
suasana lingkungan kerja maupun dalm mencapai tujuan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh.
2. Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan keterampilan dan
pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan
pengalaman dari profesi lain bidang perawatan.
 Bab empat
Menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap profesi keperawatan
yang terdiri dari empat pasal. Tanggung jawab perawat terhadap profesi
keperawatan
1. Perawat selalu berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara
sendiri-sendiri dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi
perkembangan perawatan.
2. Perawat selalu menunjang tinggi nama baik profesi perawat dengan
menunjukan perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur.
3. Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan
dan pelayanan keperawatan serta menerapkan dlam kegiatan-kegiatan
pelayanan dan pendidikan perawatan.
4. Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi
profesi perawatan sebagai sarana pengabdian.
 Bab lima
Menjelaskan tanggung jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa, dan tanah
air yang terdiri dari dua pasal. Tanggung jawab perawat terhadap pemerintah,
bangsa dan tanah air

35
1. Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai
kebijaksanaan yang digariskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan
dan perawatan.
2. Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran
kepada pemerintah dalam menigkatkan pelayanan kesehatan dan
perawatan kepada masyarakat
Kode Etik International Council of Nurse (ICN)
1. Tanggung jawab utama perawat. Tanggung jawab utama perawat adalah
meningkatkan kesehatan,mencegah timbulnya penyakit,memelihara
kesehatan dan mengurangi penderitaan
2. Perawat ,individu dan anggota masyarakat. Tanggung jawab utama perawat
adalah melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
3. Perawat dan pelaksanaan praktik keperawatan. Perawat memegang peranan
penting dalam menentukan dan melaksanakan standar praktik keperawatan
untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan standar pendidikan
keperawatan
4. Perawat dan lingkungan masyarakat. Perawat dapat memprakarsai
pembaharuan,tangap,mempunyai inisiatif dan dapat berperan serta secara
aktif dalam menemukan masalah kesehatan dan masalah social yang terjadi
di masyarakat
5. Perawat dan sejawat. Perawat dapat menopang hubungan kerjasama dengan
teman sekerja ,baik tenaga keperawatan maupun tenaga profesi lain diluar
keperawatan.
6. Perawat dan profesi keperawatan. Perawat diharapkan ikut aktif dalam
mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan perawat secara
profesional.
Kode Etik Keperawatan Menurut American Nurses Association(ANA)
1. Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat
kemanusiaan dan keunikan klien yang tidak dibatasi oleh pertimbangan status
social atau ekonomi,atribut,politik atau corak masalah kesehatannya

36
2. Perawat melindungi hak klien akan privasi dengan memegang teguh
informasi yang bersifat rahasia
3. Perawat melindungi klien dan public bila kesehatan dan keselamatannya
terancam oleh praktik seseorang yang tidak berkompeten,tidak etis atau legal
4. Perawat memikul tanggungjawab atas pertimbangan dan tindakan perawatan
yang dijalankan masing-masing individu
5. Perawat memelihara kompetensi keperawatan
6. Perawat melaksanakan pertimbangan yang beralasan dan menggunakan
kompetensi dan kualifikasi individu sebagai kriteria dalam mengusahakan
konsultasi ,menerima tanggungjawab dan melimpahkan kegiatan keperawatan
kepada orang lain
7. Perawat turut serta beraktivitas dalam membantu pengembangan pengetahuan
profesi
8. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melaksanakan dan
meningkatkan standar keperawatan
9. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan
membina kondisi kerja yang mendukung pelayanan keperawatan yang
berkualitas
10. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profes iuntuk melindungi publik
terhadap informasi dan gambaran yang salah serta mempertahankan integritas
perawat
11. Perawat bekerjasama dengan anggota profesi kesehatan atau warga
masyarakat lainnya dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan
nasional untuk memenuhi kebutuhan kesehatan publik

37
DAFTAR PUSTAKA

Potter, P.A. & Perry,A.G. (2009). Fundamentals of Nursing. 7th Edition.


Singapore:Elsevier Pte.Ltd.

Rubenfeld, M.G. & Scheffer, B.K. (2010).Critical Thinking Tactics for nurses,
2nd Ed.Jones and Bartlett Publishers.

Rubenfeld, M.G. & Scheffer, B.K. (1999).Critical Thinking in Nursing: An


Alternative Approach, 2nd Ed. Philadelphia: Lippincott.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from
http://www.innappni.or.id
Amin, hardi. (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan diagnose medis
& Nanda Nic Nic, Noc. Jogjakarta: medi Action
Kozier, B., Erb, G.,Berwan, A.J., & Burke,K. (2008). Fundamentals of
Nursing:Concepts, Process, and Practice. New Jersey: Prentice Hall
Health.

Tomey, A.M. & Alligood, M.R. (2010). Nursing Theorists and Their Work.
Philadelphia: Mosby, Inc.

38

Anda mungkin juga menyukai