Anda di halaman 1dari 7

Pemeriksaan Refleks Fisiologis

Pemeriksaan refleks fisiologis


 Lengkung Refleks

Refleks adalah suatu respons involunter terhadap sebuah stimulus. Secara


sederhana lengkung refleks terdiri dari organ reseptor, neuron aferen, neuron efektor
dan organ efektor. Sebagai contoh ialah refleks patella. Pada otot terdapat serabut
intrafusal sebagai organ reseptor yang dapat menerima sensor berupa regangan otot,
lalu neuron aferen akan berjalan menuju medula spinalis melalui ganglion posterior
medulla spinalis. Akson neuron aferen tersebut akan langsung bersinaps dengan
lower motor neuron untuk meneruskan impuls dan mengkontraksikan otot melalui
serabut ekstrafusal agar tidak terjadi overstretching otot (gambar 1). Namun begitu
lengkung refleks tidak hanya menerima respon peregangan saja, sebagai contoh
respon sensorik kulit (gambar 2), aponeurosis, tulang, fasia, dll. Gerakan reflektorik
dapat dilakukan oleh semua otot seran lintang (Martini, 2006;Snell, 2002).

Refleks yang muncul pada orang normal disebut sebagai refleks fisiologis. Kerusakan
pada sistem syaraf dapat menimbulkan refleks yang seharusnya tidak terjadi atau
refleks patologis. Keadaan inilah yang dapat dimanfaatkan praktisi agar dapat
mengetahui ada atau tidaknya kelainan sistem syaraf dari refleks.

Pemeriksaan reflek fisiologis merupakan satu kesatuan dengan pemeriksaan


neurologi lainnya, dan terutama dilakukan pada kasus-kasus mudah lelah, sulit
berjalan, kelemahan/kelumpuhan, kesemutan, nyeri otot anggota gerak, gangguan
trofi otot anggota gerak, nyeri punggung/pinggang gangguan fungsi otonom.

Interpretasi pemeriksaan refleks fisiologis tidak hanya menentukan ada/tidaknya tapi


juga tingkatannya. Adapun kriteria penilaian hasil pemeriksaan refleks fisiologis
adalah sebagai berikut:

Tendon Reflex Grading Scale


Grade   Description
0              Absent
+/1+      Hypoactive
++/2+    ”Normal”
+++/3+ Hyperactive without clonus
++++/4+              Hyperactive with clonus

Suatu refleks dikatakan meningkat bila daerah perangsangan meluas dan respon
gerak reflektorik meningkat dari keadaan normal. Rangsangan yang diberikan harus
cepat dan langsung, kerasnya rangsangan tidak boleh melebihi batas sehingga justru
melukai pasien. Sifat reaksi setelah perangsangan tergantung tounus otot sehingga
otot yang diperiksa sebaiknya dalam keadaan sedikit kontraksi, dan bila hendak
dibandingkan dengan sisi kontralateralnya maka posisi keduanya harus simetris.

Secara umum. Ada 3 unsur yang berperan dalam refleks yaitu jaras aferen, bussur
sentral dan jaras eferen.

Perubahan ketiga komponen tersebut akan mengakibatkan perubahan dalam kualitas


maupun kuantitas dari refleks. Integritas dari arcus reflek akan terganggu jika terdapat
malfungsi dari organ reseptor, nercus sensorik, ganglion radiks postreior, gray matter
medula spinal, radik anterior, motor end plate, atau organ efektor. Pengetahuan
tentang reflek dapat digunakan untuk menentukan jenis kerusakan yang terjadi pada
sistem persyarafan. Ada beberapa pembagian tentang reflek:

1.      Brainstem reflek
Pittsburgh Brain Stem Score

Cara ini dapat digunakan unuk menilai reflex brainstem pada pasien koma.

No          Rrainstem Reflex             Positive                Negative
1              Reflex bulu mata (kedua sisi)      2              1
2              Reflex kornea (kedua sisi)            2              1
3              Doll’s eyes movement (kedua sisi)           2              1
4              Reaksi pupil terhadap cahaya (kanan)     2              1
5              Reaksi pupil terhadap cahaya (kiri)           2              1
6              Reflex muntah atau batuk           2              1
Interpretasi :

Nilai minimum ( 6 )

Nilai Maximum ( 12; semakin tinggi semakin baik)

2.      Superficial reflek/skin reflek

1. Reflex dinding perut:

a. Stimulus : Goresan dinding perut daerah, epigatrik, supraumbilical, infra

umbilical dari lateral ke medial.

b. Respon : kontraksi dinding perut

c. Aferent : n. intercostals T 5-7 epigastrik , n,intercostals T 7-9 supra umbilical,

n.intercostals T 9-11 umbilical, n.intercostals T 11-L1 infra umbilical,

n.iliohypogastricus, n.ilioinguinalis, d. Eferent : idem


2. Reflex Cremaster

a. Stimulus : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawah

b. Respon : elevasi testis ipsilateral

c. Afferent : n.ilioinguinalis (L 1-2)

d. Efferent : n. genitofemoralis

C. Cara Kerja

Reflek Fisiologis

1. Penentuan lokasi pengetukan yaitu tendon periosteum dan kulit

2. Anggota gerak yang akan dites harus dalam keadaan santai.

3. Dibandingkan dengan sisi lainnya dalam posisi yang simetris

Refleks Fisiologis Ekstremitas Atas

1. Refleks Bisep

a. Pasien duduk di lantai

b. Lengan rileks, posisi antara fleksi dan ekstensi dan sedikit pronasi, lengan
diletakkan

di atas lengan pemeriksa

Stimulus : ketokan pada jari pemeriksa pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan
setengah ditekuk pada sendi siku. Respon : fleksi lengan pada sendi siku

Afferent : n.musculucutaneus (C 5-6); Efferent : idem

2. Refleks Trisep

a. Pasien duduk dengan rileks

b. Lengan pasien diletakkan di atas lengan pemeriksa


c. Pukullah tendo trisep melalui fosa olekrani

Stimulus : ketukan pada tendon otot triceps brachii, posisi lengan fleksi pada sendi
siku dan sedikit pronasi .Respon : ekstensi lengan bawah disendi siku .

Afferent : n.radialis (C6-7-8); Efferent : idem

3. Reflesk Brakhioradialis

a. Posisi Pasien sama dengan pemeriksaan refleks bisep

b. Pukullah tendo brakhioradialis pada radius distal dengan palu refleks

c. Respon: muncul terakan menyentak pada lengan

4. Refleks Periosteum radialis

a. Lengan bawah sedikit di fleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit dipronasikan

b. Ketuk periosteum ujung distal os. Radialis

c. Respon: fleksi lengan bawah dan supinasi lengan

5. Refleks Periosteum ulnaris

a. Lengan bawah sedikit di fleksikan pada siku, sikap tangan antara supinasi dan

pronasi

b.Ketukan pada periosteum os. Ulnaris

c. Respon: pronasi tangan

Refleks Fisiologis Ekstremitas Bawah

1. Refleks Patela

a. Pasien duduk santai dengan tungkai menjuntai


b. Raba daerah kanan-kiri tendo untuk menentukan daerah yang tepat

c. Tangan pemeriksa memegang paha pasien

d. Ketuk tendo patela dengan palu refleks menggunakan tangan yang lain

e. Respon: pemeriksa akan merasakan kontraksi otot kuadrisep, ekstensi tungkai


bawah

Stimulus : ketukan pada tendon patella

Respon : ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m.quadriceps femoris

Afferent : n.femoralis (L 2-3-4)

Efferent :idem

2. Refleks Kremaster

a. Ujung tumpul palu refleks digoreskan pada paha bagian medial

b. Respon: elevasi testis ipsilateral

3. Reflesk Plantar

a. Telapak kaki pasien digores dengan ujung tumpul palu refleks

b. Respon: plantar fleksi kaki dan fleksi semua jari kaki

4. Refleks Gluteal

a. Bokong pasien digores dengan ujung tumpul palu refleks

b. Respon: kontraksi otot gluteus ipsilateral

5. Refleks Anal Eksterna

a. Kulit perianal digores dengan ujung tumpul palu refleks

Respon: kontraksi otot sfingter ani eksterna

Reflek Patologis
hoffmann tromer
Tangan pasein ditumpu oleh tangan pemeriksa. Kemudian ujung jari tangan
pemeriksa yang lain disentilkan ke ujung jari tengah tangan penderita. Reflek positif
jika terjadi fleksi jari yang lain dan adduksi ibu jari

 rasping
Gores palmar penderita dengan telunjuk jari pemeriksa diantara ibujari dan telunjuk
penderita. Maka timbul genggaman dari jari penderita, menjepit jari pemeriksa. Jika
reflek ini ada maka penderita dapat membebaskan jari pemeriksa. Normal masih
terdapat pada anak kecil. Jika positif pada dewasa maka kemungkinan terdapat lesi di
area premotorik cortex

Reflek palmomental
Garukan pada telapak tangan pasien menyebabkan kontraksi muskulus mentali
ipsilateral. Reflek patologis ini timbul akibat kerusakan lesi UMN di atas inti saraf VII
kontralateral

Reflek snouting
Ketukan hammer pada tendo insertio m. Orbicularis oris maka akan menimbulkan
reflek menyusu. Menggaruk bibir dengan tongue spatel akan timbul reflek menyusu.
Normal pada bayi, jika positif pada dewasa akan menandakan lesi UMN bilateral

Mayer reflek
Fleksikan jari manis di sendi metacarpophalangeal, secara halus normal akan timbul
adduksi dan aposisi dari ibu jari. Absennya respon ini menandakan lesi di tractus
pyramidalis

 Reflek babinski
Lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui sisi lateral.
Orang normal akan memberikan resopn fleksi jari-jari dan penarikan tungkai. Pada
lesi UMN maka akan timbul respon jempol kaki akan dorsofleksi, sedangkan jari-jari
lain akan menyebar atau membuka. Normal pada bayi masih ada.

Reflek oppenheim
Lakukan goresan pada sepanjang tepi depan tulang tibia dari atas ke bawah, dengan
kedua jari telunjuk dan tengah. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski

 Reflek gordon
Lakukan goresan/memencet otot gastrocnemius, jika positif maka akan timbul reflek
seperti babinski

 Reflek schaefer
Lakukan pemencetan pada tendo achiles. Jika positif maka akan timbul refflek seperti
babinski

 Reflek caddock
Lakukan goresan sepanjang tepi lateral punggung kaki di luar telapak kaki, dari tumit
ke depan. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski.

 Reflek rossolimo
Pukulkan hammer reflek pada dorsal kaki pada tulang cuboid. Reflek akan terjadi
fleksi jari-jari kaki.

 Reflek mendel-bacctrerew
Pukulan telapak kaki bagian depan akan memberikan respon fleksi jari-jari kaki.

Anda mungkin juga menyukai