Anda di halaman 1dari 21

PROMOSI KESEHATAN

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT


CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS)

Kelompok 2

Ketua : Kurniadi Tri Nur Cahyo (21024)


Anggota : 1. Ferliana Marizki (21020)
2. Padma Lidratari D.R (21037)
3. Putri Rizkia (21040)
4. Windi Kurniati (21056)
5. Risadyla Hairani (20951)
6. Ervina Oktari Putri (21019)

Dosen Pembimbing : Sukarjo, S.Sos., M.Kes

JENJANG PENDIDIKAN DIPLOMA III


AKADEMI KESEHATAN LINGKUNGAN
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN
TAHUN AJARAN 2017-2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT CUCI TANGAN PAKAI
SABUN”.
Kami menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan yang ada dalam makalah
ini. Oleh karenanya kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca guna menyempurnakan isi makalah kami. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan berguna sebagai pedoman Anda semua.

Palembang, 13 September 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL.................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................4
1.3 Tujuan............................................................................................................................4

BAB II. PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Promosi Kesehatan.......................................................................................5
2.2 Pengertian PHBS............................................................................................................7
2.3 Definisi CTPS................................................................................................................8
2.4 Tujuan CTPS..................................................................................................................9
2.5 Indikasi CTPS................................................................................................................9
2.6 Manfaat CTPS..............................................................................................................10
2.7 Macam-Macam Cuci Tangan dan Cara Cuci Tangan..................................................11
2.8 Kasus Penyakit Akibat Tidak CTPS............................................................................17
2.9 Penyakit yang Timbul Akibat Tidak CTPS.................................................................17
2.10 Penanganan dan Pencegahan.....................................................................................18

BAB III. PENUTUP


3.1 Kesimpulan..................................................................................................................19
3.2 Saran.............................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah PHBS saat ini tidak terdengar asing lagi di masyarakat. Jika dilihat dari
kepanjangannya yakni Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, tentu kita langsung
mengetahuinya. Singkat kata, PHBS merupakan perilaku seseorang menyangkut
kebersihan yang dapat mempengaruhi kesehatannya. Mencegah sakit adalah lebih
mudah dan murah dari pada mengobati seseorang apabila jatuh sakit. Salah satu cara
untuk mencegah hal tersebut adalah dengan bergaya hidup sehat. Gaya hidup sehat
adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup
yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan..
Banyak penyakit yang dapat dihindari dengan PHBS mulai dari diare, DBD, dan
penyakit lainnya. Agar tercapainya keberhasilan intervensi perawatan komunitas, perlu
adanya pembahasan khusus mengenai PHBS kesehatan lingkungan terutama dari segi
cuci tangan pakai sabun.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan promosi kesehatan?


2. Apa yang dimaksud dengan PHBS?
3. Apa yang dimaksud dengan CTPS?
4. Apa saja dampak akibat tidak CTPS?
5. Bagaimana penanganannya?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan promosi kesehatan.


2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan PHBS.
3. Mengetahui pengertian CTPS.
4. Mengetahui dampak akibat tidak CTPS.
5. Mengetahui bagaimana cara penanganannya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan


yang mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari sisi seni, yakni
praktisi atau aplikasi pendidikan kesehatan adalah merupakan penunjang bagi program-
program kesehatan lain. Ini artinya bahwa setiap program kesehatan yang telah ada
misalnya pemberantasan penyakit menular/tidak menular, program perbaikan gizi,
perbaikan sanitasi lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak, program pelayanan
kesehatan dan lain sebagainya sangat perlu ditunjang serta didukung oleh adanya
promosi kesehatan.

Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian


dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di
dalamnya terdapat usaha untuk dapat memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku
masyarakat. Dalam hal ini organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu
bentuk definisi mengenai promosi kesehatan : “Health promotion is the process of
enabling people to increase control over, and improve, their health. To reach a state of
complete physical, mental, and social, well-being, an individual or group must be able
to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the
environment“ (Ottawa Charter,1986).
Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan tersebut diatas bahwa Promosi Kesehatan
adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang
sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta
mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya).
Selanjutnya, Australian Health Foundation merumuskan batasan lain pada
promosi kesehatan sebagai berikut : “Health promotion is programs are design to bring
about “change”within people, organization, communities, and their environment ”.
Artinya bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang

5
untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun
dalam organisasi dan lingkungannya.

Dengan demikian bahwa promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan


menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk
perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan
Ottoson,1998). Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan masyarakat agar
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut
dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat; Artinya proses pemberdayaan
tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat, bahkan semua
komponen masyarakat. Proses pemberdayaan tersebut juga dilakukan dengan
menggunakan pendekatan sosial budaya setempat. Proses pembelajaran tersebut juga
dibarengi dengan upaya mempengaruhi lingkungan, baik lingkungan fisik termasuk
kebijakan dan peraturan perundangan.

Visi dari Promosi Kesehatan yaitu meningkatnya kemampuan masyarakat untuk


memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya
sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.

Misi dari Promosi Kesehatan yaitu :


1.      Advokat
Melakukan kegiatan advokasi terhadap para pengambil keputusan di berbagai program
dan sektor yang terkait dengan kesehatan.
2.      Menjembatani
Menjadi jembatan dan menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang
terkait dengan kesehatan.
3.      Meningkatkan
Memberikan kemampuan atau keterampilan kepada masyarakat agar mereka mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri secara mandiri.
Aspek Penting dalam Kesehatan
a)      Lingkungan
b)      Perilaku 
c)      Kesehatan 

6
2.2 Pengertian PHBS

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu strategi yang
dicanangkan oleh Departemen Kesehatan untuk mencapai tujuan Pembangunan
Millenium 2015 melalui rumusan visi dan misi Indonesia Sehat dan juga merupakan
salah satu strategi untuk mengurangi beban negara dan masyarakat terhadap
pembiayaan kesehatan sebagaimana yang dicita-citakan oleh seluruh masyarakat
Indonesia dalam menyongsong Milenium Development Goals (MDGs).
"Health is not everything, but without health everything is nothing". Kesehatan
memang bukan segalanya, tetapi tanpa kesehatan segalanya menjadi tidak berarti. Setiap
individu mempunyai hak untuk hidup sehat, kondisi yang sehat hanya dapat dicapai
dengan kemauan dan keinginan yang tinggi untuk sehat serta merubah prilaku tidak
sehat menjadi prilaku hidup sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan
prilaku yang dipraktekkan oleh setiap individu dengan kesadaran sendiri untuk
meningkatkan kesehatannya dan berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan yang
sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat harus diterapkan dalam setiap sisi kehidupan
manusia kapan saja dan dimana saja. PHBS di rumah tangga/keluarga, institusi
kesehatan, tempat-tempat umum, sekolah maupun di tempat kerja karena perilaku
merupakan sikap dan tindakan yang akan membentuk kebiasaan sehingga melekat
dalam diri seseorang.
Perilaku merupakan respon individu terhadap stimulasi baik yang berasal dari
luar maupun dari dalam dirinya. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) merupakan
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Sehat
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang

hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU Kesehatan RI No. 23 tahun 1992).
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber
daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon
seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Simons-Morton et al.,1995).

7
Perubahan-perubahan perilaku kesehatan dalam diri seseorang dapat diketahui
melalui persepsi. Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera.
Dalam aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme atau
mahluk hidup yang bersangkutan. (Notoatmodjo, 2005). Dasar orang berperilaku
dipengaruhi oleh :
a. Nilai
b. Sikap
c. Pendidikan/Pengetahuan

2.3 Definisi CTPS

Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan
dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya oleh manusia dengan
tujuan untuk menjadi bersih sebagaimana bagian dari ritual keagamaan, dan memutus
mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu
upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan sering kali menjadi agen
yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang
lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan
permukaan-permukaan lain seperti handuk, gelas). Perilaku mencuci tangan berbeda
dengan perilaku cuci tangan yang merujuk pada kata kiasan. Mencuci tangan baru
dikenal pada akhir abad ke 19 dengan tujuan menjadi sehat saat perilaku dan pelayanan
jasa sanitasi menjadi penyebab penurunan tajam angka kematian dari penyakit menular
yang terdapat pada negara-negara kaya (maju). Perilaku ini diperkenalkan bersamaan
dengan ini isolasi dan pemberlakuan teknik membuang kotoran yang aman dan
penyediaan air bersih dalam jumlah yang mencukupi.
Ada beberapa definisi cuci tangan menurut para ahli diantaranya sebagai berikut:
a)    Menurut Tim Depkes (1987) mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari segala
kotoran, dimulai dari ujung jari sampai siku dan lengan dengan cara tertentu sesuai
dengan kebutuhan. Sementara menurut Perry & Potter (2005), mencuci tangan
merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan
infeksi. Infeksi yang diakibatkan dari pemberian pelayanan kesehatan atau terjadi pada
fasilitas pelayanan kesehatan. Infeksi ini berhubungan dengan prosedur diagnostik atau
terapeutik dan sering termasuk memanjangnya waktu tinggal di rumah sakit.

8
b)       Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanik dari kulit kedua
belah tangan dengan memakai sabun dan air (Tietjen, dkk, 2004). Sedangkan menurut
Purohito (1995) mencuci tangan merupakan syarat utama yang harus dipenuhi sebelum
melakukan tindakan keperawatan misalnya: memasang infus, mengambil spesimen.
c)      Mencuci tangan adalah membasahi tangan dengan air mengalir untuk menghindari
penyakit, agar kuman yang menempel pada tangan benar-benar hilang. Mencuci tangan
juga mengurangi pemindahan mikroba ke pasien dan menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang berada pada kuku, tangan dan lengan. Cuci tangan harus
dilakukan dengan baik dan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan
walaupun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain. Hal ini dilakukan untuk
menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga
penyebaran penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi. Cuci tangan
tidak dapat digantikan oleh pemakaian sarung tangan, (Schaffer, dkk., 2000).

2.4 Tujuan CTPS

Mencuci tangan merupakan satu teknik yang paling mendasar untuk menghindari
masuknya kuman kedalam tubuh. Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukannya cuci
tangan adalah sebagai berikut :
1) Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan;
2) Mencegah infeksi silang (cross infection);
3) Menjaga kondisi steril;
4) Melindungi diri dan pasien dari infeksi;
5) Memberikan perasaan segar dan bersih;
6) Menghindari masuknya kuman kedalam tubuh.

2.5 Indikasi CTPS

Menurut Depkes RI (1993), indikasi untuk mencuci tangan adalah sebagai


berikut:
1) Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, memegang binatang,
berkebun, dll).
(2) Setelah buang air besar maupun kecil.
(3) Setelah menceboki bayi atau anak.

9
(4) Sebelum makan dan menyuapi anak.
(5) Sebelum memegang makanan.
(6) Sebelum menyusui bayi.
(7) Sebelum dan sesudah merawat setiap jenis luka.
(8) Setelah melakukan kegiatan bersih-bersih.
(9) Setelah bermain.
(10) Sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
(11) Sebelum dan sesudah belajar.
(12) Sebelum dan sesudah bangun tidur.
(13) Sesudah melakukan kegiatan yang lain.  

2.6 Manfaat CTPS

Manfaat yang diperoleh apabila kita mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
yaitu:
a. Dengan penggunaan sabun yang lebih serta air bersih yang cukup akan menurunkan
insiden diare pada anak dan bayi usia enam sampai delapan belas bulan.
b. Mencuci tangan dengan air bersih dan sebelum menyiapkan makanan efektif
menurunkan insiden diare.
c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
Dari hasil studi oleh Khan (1982) tentang manfaat mencuci tangan dengan sabun
sesudah buang air besar, sebelum makan dan menyiapkan makanan membuktikan
bahwa perilaku tersebut merupakan cara yang efektif untuk menurunkan insidens
penyakit.
(1) Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan.
(2) Mencegah penularan penyakit seperti Diare, Kolera Disentri, Typhus, kecacingan,
penyakit kulit, Infeksi Saluran Pemapasan Akut (ISPA), flu burung atau Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS).
(3) Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
Menurut Puruhito (1995), cuci tangan akan memberikan keuntungan sebagai
berikut:
1) Dapat mengurangi infeksi nosokomial;

10
2) Jumlah kuman yang terbasmi lebih banyak sehingga tangan lebih bersih
dibandingkan dengan tidak mencuci tangan;
3) Dari segi praktis, ternyata lebih murah dari pada tidak mencuci tangan sehingga tidak
dapat menyebabkan infeksi nosokomial.

2.7 Macam-Macam Cuci Tangan dan Cara Cuci Tangan

Bagi setiap orang, mencuci tangan adalah satu tindakan yang takkan lepas kapan
pun karena merupakan proteksi diri terhadap lingkungan luar. Macam-macam cara
mencuci tangan adalah sebagai berikut:
a. Mencuci tangan dengan air
Contohnya seperti wadah pencuci tangan dan jeruk nipis yang disediakan di
rumah makan. Ritual mencuci tangan di dunia di praktikan sebagai bagian dari budaya
maupun praktik keagamaan. Dalam agama Hindu, terdapat ritual mencuci tangan
Bahá'í, dalam agama Yahudi dinamakan tevilah dan netilat yadayim. Praktek yang mirip
adalah ritual lavabo untuk agama Kristen, wudhu untuk agama Islam, dan Misogi di kuil
Shinto. Di beberapa rumah makan di Indonesia seperti rumah makan padang, rumah
makan sunda, atau warung-warung makan lainnya dimana mengonsumsi makanan
dirasakan lebih umum dengan menggunakan tangan langsung (tanpa alat makan seperti
sendok dan garpu), penjual kadang-kadang menyediakan wadah berupa mangkuk kecil
berisi air (sering juga disebut dengan kobokan) untuk mencuci tangan disertai dengan
irisan jeruk nipis untuk menghilangkan bau sesudah makan. Praktek mencuci tangan
yang dianjurkan pada umumnya adalah dilakukan dibawah air yang mengalir, karena air
dalam keadaan diam dan digunakan untuk mencuci tangan yang kotor bisa menjadi
tempat kuman karena berkumpulnya kotoran yang mungkin mengandung kuman
penyakit di satu tempat dan menempel lagi saat tangan diangkat dari wadah mencuci
tangan tersebut.
b. Mencuci tangan dengan air panas
Walaupun ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa mencuci tangan
dengan air panas lebih efektif untuk membersihkan tangan, namun pendapat ini tidak
disertai dengan pembuktian ilmiah. Temperatur dimana manusia dapat menahan panas
air tidak efektif untuk membunuh kuman. Beberapa pendapat lain menyatakan bahwa
air panas dapat membersihkan kotoran, minyak, ataupun zat-zat kimia, namun pendapat

11
populer ini sebenarnya tidak terbukti, air panas tidak membunuh mikroorganisme.
Temperatur yang nyaman untuk mencuci tangan adalah sekitar 45 derajat celsius dan
temperatur ini tidak cukup panas untuk membunuh mikroorganisme apapun. Namun
temperatur yang jauh lebih panas (umumnya sekitar 100 derajat celsius) memang dapat
membunuh kuman. Tidak efektifnya temperatur air untuk membunuh kuman juga
dinyatakan dalam prosedur standar mencuci tangan untuk operasi medis dimana air kran
dibiarkan mengalir deras hingga 2 galon per menit dan kederasan air inilah yang
membersihkan kuman, sementara tinggi rendahnya temperaturnya tidak signifikan.
c. Mencuci tangan dengan sabun
Mencuci tangan dengan sabun adalah praktik mencuci tangan yang paling umum
dilakukan setelah mencuci tangan dengan air saja. Walaupun perilaku mencuci tangan
dengan sabun diperkenalkan pada abad 19 dengan tujuan untuk memutus mata rantai
kuman, namun pada praktiknya perilaku ini dilakukan karena banyak hal di antaranya,
meningkatkan status sosial, tangan dirasakan menjadi wangi, dan sebagai ungkapan rasa
sayang pada anak. Pada fasilitas-fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, mencuci tangan
bertujuan untuk melepaskan atau membunuh patogen mikroorganisme (kuman) dalam
mencegah perpindahan mereka pada pasien. Penggunaan air saja dalam mencuci tangan
tidak efektif untuk membersihkan kulit karena air terbukti tidak dapat melepaskan
lemak, minyak, dan protein dimana zat-zat ini merupakan bagian dari kotoran organik.
Karena itu para staf medis, khususnya dokter bedah, sebelum melakukan operasi
diharuskan mensterilkan tangannya dengan menggunakan antiseptik kimia dalam
sabunnya (sabun khusus atau sabun anti mikroba) atau deterjen. Untuk profesi-profesi
ini pembersihan mikro organisme tidak hanya diharapkan "hilang" namun mereka harus
bisa memastikan bahwa mikro organisme yang tidak bisa "bersih" dari tangan, mati,
dengan zat kimia antiseptik yang terkandung dalam sabun. Aksi pembunuhan mikroba
ini penting sebelum melakukan operasi dimana mungkin terdapat organisme-organisme
yang kebal terhadap antibiotic.
d. Mencuci tangan dengan cairan
Pada akhir tahun 1990-an dan awal abad ke-21, diperkenalkan cairan alkohol
untuk mencuci tangan (juga dikenal sebagai cairan pencuci tangan, antiseptik, atau
sanitasi tangan) dan menjadi populer. Banyak dari cairan ini berasal dari kandungan
alkohol atau etanol yang dicampurkan bersama dengan kandungan pengental seperti

12
karbomer, gliserin, dan menjadikannya serupa jelly, cairan, atau busa untuk
memudahkan penggunaan dan menghindari perasaan kering karena penggunaan
alkohol. Cairan ini mulai populer digunakan karena penggunaannya yang mudah dan
praktis karena tidak membutuhkan air dan sabun.
Penggunaan cairan sanitasi tangan berbentuk jel dan berbahan dasar alkohol
dalam sebuah penelitian di Amerika pada 292 keluarga di Boston menunjukkan bahwa
cairan ini mengurangi kasus diare di rumah hingga 59 persen. Dr. Thomas J. Sandora,
seorang dokter di Divisi Penyakit Menular pada RS Anak-Anak Boston (Division of
Infectious Diseases at Children's Hospital Boston) dan juga penulis untuk buku
"Tangan Sehat, Keluarga Sehat" ("Healthy Hands, Healthy Families") mengemukakan
bahwa penelitian ini adalah penelitian pertama yang menunjukkan bahwa penggunaan
cairan sanitasi tangan menunjukkan bahwa perilaku ini mengurangi penyebaran kuman
di rumah. Keluarga yang direkrut untuk penelitian ini adalah keluarga yang menitipkan
anak-anaknya di tempat penitipan anak dan menunjukkan aktivitas mencuci tangan
dengan sabun dengan frekuensi yang sama saat direkrut untuk penelitian. Lalu separuh
dari keluarga itu diberikan cairan sanitasi tangan dan selebaran yang memberitahu
tentang pentingnya kebersihan tangan. Sementara separuhnya lagi, befungsi sebagai
kontrol dan menerima selebaran tentang nutrisi dan diminta untuk tidak menggunakan
cairan pencuci tangan. Hasilnya keluarga yang menggunakan cairan sanitasi tangan
mengindikasikan 59 persen angka diare yang lebih rendah dibandingkan kelompok yang
berfungsi sebagai kontrol. Penelitian lain oleh Harvard Medical School dan RS Anak-
Anak Boston (Division of Infectious Diseases at Children's Hospital Boston) yang
dipublikasikan pada bulan April 2005 menunjukkan efek perlindungan pada penderita
ISPA dalam keluarga yang menggunakan cairan sanitasi tangan atas inisyatif mereka
sendiri. Cairan sanitasi ini menjadi alternatif yang nyaman bagi para orang tua yang
tidak sempat berulangkali ke wastafel untuk mencuci tangan mereka saat harus merawat
anak mereka yang sakit. Walaupun mencuci tangan dengan sabun dan air efektif untuk
mengurangi penyebaran sebagian besar infeksi namun untuk melakukannya dibutuhkan
wastafel, dan sebagai tambahan rotavirus (virus yang paling sering ditemukan dalam
kasus diare di tempat penitipan anak di Amerika), tidak dapat dibersihkan secara efektif
dengan sabun dan air, namun dapat dimatikan dengan alkohol. Sesuai perkembangan
zaman, dikembangkan juga cairan pembersih tangan non-alkohol. Namun apabila

13
tangan benar-benar dalam keadaan kotor, baik oleh tanah, darah, ataupun lainnya, maka
penggunaan air dan sabun untuk mencuci tangan lebih disarankan karena cairan pencuci
tangan baik yang berbahan dasar alkohol maupun non-alkohol walaupun efektif
membunuh kuman cairan ini tidak membersihkan tangan ataupun membersihkan
material organik lainnya.
Dalam perdebatan yang mana perilaku yang lebih efektif di antara menggunakan
cairan pembersih tangan atau mencuci tangan dengan sabun. Wallace Kelly, Infection
Control R.N. (Paramedik untuk Pengendalian Infeksi) berpendapat bahwa keduanya
efektif dalam membersihkan bakteria-bakteria tertentu. Namun, cairan pembersih
tangan berbahan dasar alkohol tidak efektif dalam membunuh bakteria yang lain seperti
E.Coli dan Salmonela. Karena alkohol tidak menghancurkan spora-spora namun dengan
mencuci tangan dengan sabun, spora-spora tersebut terbasuh dari tangan. Menurutnya,
metode terbaik adalah menentukan saat keadaan tidak memungkinkan untuk mengakses
air dan sabun, maka cairan pencuci tangan jauh lebih baik daripada tidak menggunakan
apapun.
Di Amerika Serikat, cairan pencuci tangan dilarang oleh Departemen Pemadam
Kebakaran dari sekolah-sekolah karena kekhawatiran bahwa cairan tersebut dapat
merangsang api menjadi besar, namun Rumah Sakit Tallahasee Memorial Hospital
diperbolehkan untuk menaruh cairan pencuci tangan dalam jumlah tertentu. Cairan
pencuci tangan yang disarankan adalah yang mengandung paling sedikit 60 persen
alkohol dan bahan pelembab. Cairan pembunuh kuman yang berbahan dasar alkohol
tidak efektif untuk mematikan materi organik, dan virus-virus tertentu seperti norovirus,
spora-spora bakteria tertentu, dan protozoa tertentu. Untuk membersihkan mikro
organisme - mikro organisme tersebut tetap disarankan menggunakan sabun dan air.
e. Mencuci tangan dengan tisu basah
Tisu basah diperkenalkan pada awalnya untuk membersihkan tidak hanya tangan,
tetapi juga kotoran bayi, permukaan meja, dan di AS dianjurkan untuk peralatan rumah
tangga laiinya. Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC) (Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular) di Amerika Serikat, sebayak 76 juta
dari 300 juta orang yang tinggal di AS sakit setiap tahunnya karena penyakit yang
dibawa bersamaan dengan masuknya makanan. Sebanyak 300.000 masuk rumah sakit

14
dan dan setiap tahun 5.000 orang meninggal dunia karena penyakit dibawa bersamaan
dengan masuknya makanan.
Tisu basah menjadi alternatif membersihkan tangan setelah mencuci tangan
dengan sabun karena lebih praktis dan tidak memerlukan air. Beberapa tisu basah telah
mengembangkan kandungan wewangian beralkohol, atau anti bakteri, ataupun minyak
almond untuk menjaga kulit tangan agar tidak terasa kering. Namun menurut dr.
Handrawan tisu basah tidak baik untuk mencuci tangan karena hanya mengembalikan
kuman bolak-balik di tangan.
Dalam beberapa kasus khusus, sebuah perusahaan di AS mengeluarkan tisu basah
yang berlabel Rediwipes yang menyatakan dapat membunuh 99.9 persen bakteri yang
terdapat dirumah termasuk bakteri Salmonella dan E. Coli. Tisu ini dianjurkan untuk
digunakan dalam membersihkan tangan dan peralatan dapur lainnya sebelum masak
agar mencegah kontaminasi bakteri silang antara tangan, bahan masakan, dan peralatan
dapur sehingga tidak menyebar.
Teknik mencuci tangan bersih adalah membersihkan tangan dengan sabun dan air
bersih yang mengalir atau yang disiramkan, biasanya digunakan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan yang tidak mempunyai resiko penularan penyakit. Peralatan yang
dibutuhkan untuk mencuci tangan bersih adalah wastafel dilengkapi dengan peralatan
cuci tangan misalnya kran air bertangkai panjang untuk mengalirkan air bersih, alat
pengering seperti tisu, lap tangan (hand towel), sarung tangan (gloves), sabun cair atau
cairan pembersih tangan yang berfungsi sebagai antiseptik, lotion tangan, serta di bawah
wastafel terdapat alas kaki dari bahan handuk.
Prosedur kerja cara mencuci tangan bersih adalah sebagai berikut:
a) Melepaskan semua benda yang melekat pada tangan, seperti cincin atau jam tangan;
b) Mengatur posisi berdiri terhadap kran air agar memperoleh posisi yang nyaman;
c) Membuka kran air dengan mengatur temperatur airnya;
d) Menuangkan sabun cair ke telapak tangan;
e) Melakukan gerakan tangan, dimulai dari meratakan sabun dengan kedua telapak
tangan, kemudian kedua punggung telapak tangan saling menumpuk, bergantian, untuk
membersihkan sela-sela jari dan kedua buku-buku jari tangan;
f) Membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapak tangan;

15
g) Membersihkan kuku dan daerah sekitarnya dengan ibu jari secara bergantian
kemudian membersihkan ibu jari dan lengan secara bergantian, kemudian
menggosokkan kedua pergelangan tangan secara bergantian;
h) Membersihkan (membilas) tangan dengan air yang mengalir sampai bersih sehingga
tidak ada cairan sabun dengan ujung tangan menghadap ke bawah;
i) Menutup kran air menggunakan siku, bukan dengan jari karena jari yang telah selesai
kita cuci pada prinsipnya bersih;
j) Pada saat meninggalkan tempat cuci tangan, tempat tersebut dalam keadaan rapi dan
bersih. Hal yang perlu diingat setelah melakukan cuci tangan yaitu mengeringkan
tangan dengan hand towel.
Standart Operating Prosedure (SOP) cuci tangan bersih adalah sebagai berikut:
a) Menyingsingkan lengan baju sampai siku
b) Melepaskan semua benda yang melekat pada tangan, seperti cincin atau jam tangan;
c) Mengatur posisi berdiri terhadap kran air agar memperoleh posisi yang nyaman;
d) Membuka kran air dengan mengatur temperatur airnya;
e) Menuangkan sabun cair ke telapak tangan;
f) Melakukan gerakan tangan, dimulai dari meratakan sabun dengan kedua telapak
tangan, kemudian kedua punggung telapak tangan saling menumpuk, bergantian, untuk
membersihkan sela-sela jari;
g) Membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapak tangan;
h) Membersihkan kuku dan daerah sekitarnya dengan ibu jari secara bergantian
kemudian membersihkan ibu jari dan lengan secara bergantian;
i) Membersihkan (membilas) tangan dengan air yang mengalir sampai bersih sehingga
tidak ada cairan sabun dengan ujung tangan menghadap ke bawah;
j) Menutup kran air menggunakan siku, bukan dengan jari karena jari yang telah selesai
kita cuci pada prinsipnya bersih;
k) Pada saat meninggalkan tempat cuci tangan, tempat tersebut dalam keadaan rapi dan
bersih. Hal yang perlu diingat setelah melakukan cuci tangan yaitu mengeringkan
tangan dengan hand towel.

16
2.8 Kasus Penyakit Akibat Tidak CTPS

Suatu pemukiman di RT 30 Kecamatan Kertapati Kelurahan Kertapati memiliki


50 orang kepala keluarga termasuk didalamnya terdapat 5 orang ibu hamil dan 20 orang
anak-anak. Dari jumlah tersebut terdapat 35 orang kepala keluarga yang anggota
keluarganya memiliki kebiasaan tidak mencuci tangan setelah melakukan aktivitas
sehari-hari. Beberapa dari mereka pernah terserang penyakit diare yang berjumlah
sebanyak 15 orang dan 6 orang anak-anak pernah terkena penyakit kecacingan.

2.9 Penyakit yang Timbul Akibat Tidak CTPS

Mencuci tangan merupakan kegiatan sehari – hari yang sangat sederhana dan
sepele, namun berperan penting dalam menjaga kebersihan dan kesehatan. Karena
tangan kita adalah bagian dari tubuh yang sangat sering menyebarkan infeksi karena
sering berinteraksi dengan permukaan yang tercemar. Walaupun kulit berfungsi untuk
melindungi tubuh kita dari infeksi, namun kuman dapat masuk ke tubuh melalui mata,
hidung, mulut, maupun luka yang terbuka. Cuci tangan mempunyai peran penting yaitu
untuk menjaga kesehatan dan terhindar dari kuman penyebab penyakit. Sebaiknya
ajarkan kebiasaan baik mencuci tangan kepada anak sejak dini karena salah satu
penyakit pembunuh anak nomor 1 di Indonesia adalah diare yang dapat dicegah dengan
mengajarkan anak untuk mencuci tangan.
Berikut beberapa penyakit akibat tidak cuci tangan yang dapat dicegah dengan
mencuci tangan dengan benar dan bersih :
1. Flu
2. Penyakit Kulit
3. Alergi
4. Diare
5. Cacingan
6. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
7. TBC
8. Penyakit yang mematikan seperti SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)
9. Flu Burung (H5N1) dan Flu Babi (H1N1)

17
2.10 Penanganan dan Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk meminimalisir penyakit yang akan


timbul akibat kurangnya prilaku untuk mencuci tangan adalah:
1. Mengadakan penyuluhan kesehatan tentang PHBS kepada masyarakat
2. Memberikan brosur atau stiker
3. Mengadakan lomba-lomba bertemakan PHBS

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran, sehingga keluarga beserta semua yang ada di dalamnya dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-
kegiatan kesehatan di masyarakat. PHBS upaya untuk memberikan pengalaman belajar
atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat,
dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi,
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan
(Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat
(Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi
masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya
oleh manusia dengan tujuan untuk menjadi bersih. Macam-macam mencuci tangan :
a. Mencuci tangan dengan air
b. Mencuci tangan dengan air panas
c. Mencuci tangan dengan sabun
d. Mencuci tangan dengan cairan
e. Mencuci tangan dengan tisu basah

3.2 Saran

Sebagai mahasiswa kesehatan lingkungan yang akan memberi kontribusi


langsung ke masayarakat baik sebagai mahasiswa kesehatan maupun sebagai staff
pemberi pelayananan nantinya,  sebaiknya lebih membekali diri dengan konsep-konsep
kesehatan lingkungan, khususnya upaya promosi kesehatan melalui Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat, agar nantinya kita sebagai mahasiswa mempunyai bekal konsep
komunitas yang kuat saat menghadapi masyarakat. Selain itu, mahasiswa maupun
pemberi pelayanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perlu diberi informasi

19
mengenai pentingnya menerapakan Perilaku Hidup bersih dan sehat secara
komperhensif dan berkesinambungan. Mencintai hidup sehat sebagai perilaku hidup kita
sehari hari adalah sebuah cara dasar untuk jauh dari penyakit yang menular serta
berbahaya. Sebaiknya agar tercapai hidup sehat, dari kita kecil kita sudah menanamkan
perilaku sehat seperti mencuci tangan, membuang sampah pada tempatnya agar
tercapainya lingkungan yang sehat.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://reziqurany.blogspot.co.id/2015/12/makalah-cuci-tangan.html Makalah Cuci


Tangan “Prosedur Mencuci Tangan Biasa yang Benar Sesuai SOP Untuk Mencegah
Infeksi Nosokomial Di Puskesmas Tenggarang Kabupaten Bondowoso” diakses : 06
September 2017

http://healthstorylove.blogspot.co.id/2013/08/materi-penyuluhan-cuci-tangan-
pakai.html Materi  Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun diakses : 06 September
2017

http://diaryforberti.blogspot.co.id/2014/12/makalah-mencuci-tangan.html Makalah
Mencuci Tangan diakses : 06 September 2017

https://chandrarandy.wordpress.com/2012/09/06/phbsperilaku-hidup-bersih-dan-sehat/
PHBS (Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat) diakses : 06 September 2017

21

Anda mungkin juga menyukai