Anda di halaman 1dari 137

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI PT. FABINDO SEJAHTERA
KAMPUNG WARU RT 09/04 DESA PASIR JAYA,
KECAMATAN CIKUPA, TANGERANG
PERIODE 18 FEBRUARI – 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

ELPHINA ROLANDA, S. Farm


1206313002

ANGKATAN LXXVI

PROGRAM PROFESI APOTEKER


FAKULTASFARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JUNI 2013

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI PT. FABINDO SEJAHTERA
KAMPUNG WARU RT 09/04 DESA PASIR JAYA,
KECAMATAN CIKUPA, TANGERANG
PERIODE 18 FEBRUARI – 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar apoteker

ELPHINA ROLANDA, S. Farm


1206313002

ANGKATAN LXXVI

PROGRAM PROFESI APOTEKER


FAKULTASFARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JUNI 2013

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, karena hanya


atasberkat dan izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA)di PT. Fabindo Sejahtera yang dilaksanakan pada
rentang periode 18 Februari sampai dengan 28 Maret 2013. Penulisan Laporan
ini merupakan bentuk pertanggung jawaban atas pelaksanaan kegiatanPraktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan di PT. Fabindo Sejahteradan
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Profesi
Apoteker diFakultas Farmasi Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan ini, sangatlah
sulit bagi penulis untuk dapat menyelesaikannya. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu A.Gracia Lityo,M.Sc.selaku Direktur Research and Development yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA
di PT. Fabindo Sejahtera.
2. Bapak Goldefridus Dongo, SIA selaku Manajer Human Resourse
Development PT. Fabindo Sejahtera selaku pembimbing di PT.Fabindo
Sejahtera atas bimbingannya..
3. Ibu Prof. Yahdiana Harahap, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
4. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia.
5. Ibu Pharm. DR. Joshita Djajadisastra, M.S., Ph.D. sebagai pembimbing
PKPA di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah berkenan
menyediakan waktu dan perhatiannya untuk memberikan bimbingan serta
arahan bagi penyusunan laporan PKPA.
6. Bapak dan Ibu staf pengajar Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia atas ilmu pengetahuan, bimbingan, dan arahan yang
telah diberikan selama menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
iv

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


7. Seluruh staf dan pegawai Divisi R&D Ibu Yuli, Ibu Diwi, Ibu Tatu, Ibu
Nunung, Pak Agus, Kak Imela, Mas Ilman, Fita, Yanti, Kiki, Ipung, Gisel,
Rere, Mas Fadil, MbakTuha, Ibu Herni, Novi, The Fitri, Teh Dewi, Ratna,
Mang Ipin, Mas Sam, Mbak Aam dan tak lupa pula Bu Saroh atas bantuan
dan dukungan semangat selama penyusunan laporan ini.
8. Orang tua dan keluarga besar yang telah memberikan semangat, doa, dan
bantuan serta dukungan baik secara moral dan material.
9. Sahabat-sahabat terbaik, rekan selokasi PKPA baik di dalam maupun di
luar kampus, serta teman-teman seperjuangan Apoteker angkatan LXXVI
yang telah mewarnai masa-masa menempuh pendidikan Program Profesi
Apoteker.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang juga
banyak berkontribusi dalam seluruh kegiatan PKPA ini.

Penulis berharap Tuhan YME berkenan membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah banyak memberi perannya dalam penelitian ini. Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan laporan PKPA ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan. Penulis berharap semoga pengetahuan, dan pengalaman yang diperoleh
selama menjalani PKPA ini dapat memberikan manfaat sebagai wawasan bagi
rekan-rekan sejawat dan pihak yang membutuhkan.
Depok, Juli 2013
Penulis

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini :
Nama : Elphina Rolanda, S.Farm.
NPM : 1206313002
Program Studi : Apoteker
Fakultas : Farmasi
Jenis Karya : Karya akhir

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Laporan Pratek Kerja Profesi Apoteker di PT. Fabindo Sejahtera


Kampung Waru RT 09/04 Desa pasir Jaya, Kecamatan Cikupa,
Tangerang Periode 18 Februari – 28 Maret 2013

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmediakan/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : 23 Agustus 2013
Yang menyatakan

(Elphina Rolanda)

vi

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN DEPAN ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................ vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN UMUM ............................................................................ 3


2.1 Kosmetik ..................................................................................... 3
2.2 Industri Kosmetik........................................................................ 9
2.3 Cara Pembuatan Kosmetik Yang Baik (CPKB) ......................... 10
2.4 Harmonisasi ASEAN di Bidang Kosmetik ................................. 25
2.5 Peran Badan POM RI.................................................................. 25

BAB 3 TINJAUAN UMUM PT. FABINDO SEJAHTERA ......................... 27


3.1 Sejarah dan Lokasi PT.Fabindo Sejahtera ................................. 27
3.2 Visi dan Misi PT Fabindo Sejahtera .......................................... 28
3.3 Struktur Organisasi PT Fabindo Sejahtera ................................. 29
3.4 Sistem Pengelolaan Produksi PT Fabindo Sejahtera ................. 29
3.5 Research and Development PT Fabindo Sejahtera .................... 39
3.6 Sistem Pengawasan Mutu PT Fabindo Sejahtera....................... 42
3.7 Sistem Pemastian Mutu PT Fabindo Sejahtera .......................... 44
3.8 Sistem Pengelolaan Limbah PT Fabindo Sejahtera ................... 44
3.9 Sistem Pengelolaan Limbah PT Fabindo Sejahtera ................... 45
3.10 Proses Toll Manufacturing di PT Fabindo Sejahtera ................. 48

BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................... 51


4.1 Manajemen Mutu ....................................................................... 52
4.2 Personalia ................................................................................... 53
4.3 Bangunan dan Fasilitas .............................................................. 54
4.4 Peralatan ..................................................................................... 56
vii

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


4.5 Sanitasi dan Higiene .................................................................. 56
4.6 Produksi ..................................................................................... 57
4.7 Pengawasan Mutu ...................................................................... 58
4.8 Dokumentasi .............................................................................. 60
4.9 Audit Internal ............................................................................. 60
4.10 Penyimpanan (Pengelolaan Gudang) ......................................... 61
4.11 Kontrak Produksi dan Pengujian ............................................... 62
4.12 Penanganan Keluhan dan Penarikan Produk ............................. 63

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 64


6.1 Kesimpulan ................................................................................. 64
6.2 Saran ........................................................................................... 64

DAFTAR ACUAN .............................................................................................. 65


LAMPIRAN ......................................................................................................... 66

viii

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1. Jenis Sediaan Kosmetik....................................................................... 4

ix

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT Fabindo Sejahtera .................................. 66
Lampiran 2. Denah Ruang Produksi PT Fabindo Sejahtera ............................ 67
Lampiran 3. Proses Water TreatmentuntukKeperluanProduksi ...................... 68
Lampiran 4. SistemDistribusi Air untukProduksi ............................................ 69
Lampiran 5. Proses ProduksiLulur, Krimdan Lotion ....................................... 70
Lampiran 6. Proses ProduksiKosmetikLiquid (Toner / Cleanser) ................... 71
Lampiran 7. Proses produksi Talcum Powder ................................................. 72
Lampiran 8. Proses produksi Compact Powder ............................................... 73
Lampiran 9. Proses produksi Hoitong.............................................................. 74
Lampiran 10. Proses Produksi Lipstik ............................................................... 75
Lampiran 11. Proses ProduksiCairanuntukPemakaianLuardanObatTradisional
(Parfum, MinyakTelondanKayuPutih) ........................................ 76
Lampiran 12. Proses produksi Puff Bedak ......................................................... 77
Lampiran 13. Proses produksi kalengdangodetkemasan primer ........................ 78
Lampiran 14. Proses ProduksiHandsoap ........................................................... 79
Lampiran 15. AlurNaracaPenggunaan Air......................................................... 80
Lampiran 16. Proses Water Treatment .............................................................. 81

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 yang termasuk ke dalam sediaan farmasi adalah
obat, bahan obat, obat tradisional dan termasuk pula kosmetika. Kosmetika adalah
bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh
manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi
dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah
penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara
tubuh pada kondisi baik (Badan POM RI, 2003). Kosmetik kemudian menjadi
komoditas perdagangan yang memiliki menfaat cukup penting bagi masyarakat.
Karena alasan itulah industri kosmetik di Indonesia saling berkompetisi dari segi
ekonomi hingga pengembangan teknologi untuk memenuhi permintaan
masyarakat dan persyaratan pemerintah demi menghasilkan produk kosmetik
yang berkualitas, aman, dan bermanfaat.
Untuk memastikan bahwa kosmetik yang beredar di Indonesia memenuhi
persyaratan mutu, kemanan dan kemanfaatan serta target daya saing di tingkat
internasional maka pemerintah membentuk peraturan mengenai Cara Pembuatan
Kosmetik Yang Baik (CPKB). CPKB adalah pedoman pembuatan kosmetik bagi
industri di Indonesia yang meliputi seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu
produk yang harus dipenuhi oleh industri kosmetik selaku produsen untuk
menjamin produk kosmetik dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang
ditetapkan, dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Penerapan CPKB juga
merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk menerapkan sistem jaminan mutu dan
keamanan yang diakui dunia internasional yang kemudian merupakan modal bagi
industri kosmetik dalam negeri untuk bersaing dengan produk sejenis dari negara lain
baik di pasar dalam negeri maupun internasional.

1 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


2

Sumber daya manusia menjadi faktor penting dalam pembentukkan dan


penerapan sistem pemastian mutu. Oleh karena itu industri kosmetik bertanggung
jawab untuk melibatkan personil yang memenuhi kualifikasi dalam jumlah yang
memadai. Apoteker adalah salah satu SDM yang diharapkan memenuhi
kualifikasi dalam mengelola kegiatan produksi dan pengawasan mutu pada suatu
industri kosmetik.
Melalui teori yang dibekali sebelumnya, calon Apoteker diharapkan
memiliki pemahaman dasar mengenai penerapan ilmu kefarmasian di dunia kerja
nyata. Untuk mewujudkan hal tersebut maka diadakanlah Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) yang merupakan kerjasama Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia dengan pihak industri PT Fabindo Sejahtera agar dapat menjadi sarana
pembelajaran di industri kefarmasian bagi para mahasiswa calon Apoteker.

1.2. Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker di industri kosmetik bertujuan untuk
mengetahui penerapan ketentuan CPKB di industri kosmetik, khususnya pada PT
Fabindo Sejahtera, mengetahui tugas dan tanggung jawab apoteker di industri
kosmetik, selain itu menjadi program yang mampu memberikan bekal
pengalaman kerja di bidang industri kosmetik bagi mahasiswa calon apoteker.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kosmetik
Kosmetika yang diedarkan di wilayah Indonesia harus memenuhi kriteria
sebagai berikut :
a. keamanan yang dinilai dari bahan kosmetika yang digunakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kosmetika yang
dihasilkan tidak mengganggu atau membahayakan kesehatan manusia,
baik digunakan secara normal maupun pada kondisi penggunaan yang
telah diperkirakan;
b. kemanfaatan yang dinilai dari kesesuaian dengan tujuan penggunaan dan
klaim yang dicantumkan;
c. mutu yang dinilai dari pemenuhan persyaratan sesuai CPKB dan bahan
kosmetika yang digunakan sesuai dengan Kodeks Kosmetika Indonesia,
standar lain yang diakui, dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. penandaan yang berisi informasi lengkap, obyektif, dan tidak menyesatkan
e. telah didaftarkan melalui proses notifikasi dan memperoleh nomor izin
edarnya.
Penggolongan kosmetik menurut Peraturan Kapala Badan POM RI Nomor
HK.03.1.23.12.10.11983 tahun 2010 tentang Kriteria dan Tatacara Pengajuan
Notifikasi Kosmetika, yang diapdopsi dari ACD (ASEAN Cosmetic Directives),
sesuai kegunaan dan lokalisasi pemakaian pada tubuh, kosmetika digolongkan
menjadi 20 tipe preparat kosmetik antara lain:

3 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


4

Tabel 2. 1. Jenis sediaan kosmetik (Badan POM RI, 2010)

No. Tipe Produk Kategori Sub Kategori


1 Krim, emulsi, cair, Sediaan Bayi - Baby oil
cairan kental, gel,
minyak untuk kulit - Baby lotion
(wajah, tangan,
kaki, dan lain-lain) - Baby cream

Creams, emulsions, Sediaan - Penyegar kaki


lotions, gels and Kebersihan
oils for skin (hands, Badan
face, feet, etc.) Sediaan - Penyegar kulit
Perawatan Kuli - Nutritive cream
- Krim malam (Night cream)
- Cold cream
- Krim siang (Day cream)
- Pelembab (Moisturizer)
- Krim untuk pijat (Massage
- cream)
- Minyak untuk pijat (Massage
oil)
- Gel untuk pijat (Massage gel)
- Anti jerawat
- Perawatan kulit, badan, tangan
- Sediaan perawatan kulit
lainnya
- Pelembab untuk sekitar mata
(Eye
- moisturizer)
- Krim untuk sekitar mata (Eye
cream)
2 Masker wajah (kecuali Sediaan - Masker
produk Perawatan Kulit
peeling/pengelupasan - Peeling
kulit secara
kimiawi) - Masker mata

Face masks (with the


exception of chemical
peeling products)
3 Alas bedak (cairan Sediaan Rias - Dasar Make up (Make up
kental, pasta, Wajah Base)
Serbuk
- Vanishing cream
Tinted bases (liquids,
pastes, powders) - Alas bedak (Foundation)

Sediaan Rias - Alas bedak untuk mata (Eye


Mata

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


5

- foundation)

4 Bedak untuk rias Sediaan - Bedak Badan


wajah, bedak badan, Kebersihan
bedak antiseptik dan Badan - Bedak badan antiseptik
lain lain
Sediaan bayi - Bedak bayi
Make-up powders,
after-bath powder, Sediaan Rias - Bedak wajah (Face powder)
hygienic powders, etc. Wajah
- Bedak cair (Liquid powder)

Sediaan - Bedak dingin


perawatan kulit
5 Sabun mandi, sabun Sediaan bayi - Sabun mandi bayi, padat
mandi antiseptik,
dan lain-lain Sediaan mandi - Sabun mandi, padat

Toilet soap, deodorant - Sabun mandi antiseptik, padat


soaps, etc
6 Sediaan wangi- Sediaan bayi - Baby cologne
wangian
Sediaan wangi- - Eau de toilette
Perfumes, tiolet waters wangian
and eau de Cologne - Eau de parfum

- Eau de cologne

- Pewangi badan

- Parfum

- Sediaan wangi-wangian
lainnya

7 Sediaan mandi (garam - Sabun mandi cair


mandi, busa
mandi, minyak, gel dan - Sabun mandi antiseptik (cair)
lain-lain)
- Busa mandi
Bath or shower
preparations (salts, - Minyak mandi (Bath oil)
foams, oils. gels, etc.)
- Garam mandi (Bath salt)

- Serbuk untuk mandi (Bath


powder)

- Sediaan untuk mandi lainnya

Sediaan bayi - Sabun mandi bayi, cair

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


6

Sediaan - Lulur
Perawatan Kulit
- Mangir

8 Sediaan Depilatori Sediaan rambut - Depilatori

Depilatories
9 Deodoran dan Sediaan - Deodoran
antiperspiran Kebersihan
Badan - Antiperspiran
Deodorant and anti-
perspirant - Deodoran-antiperspiran

10 Sediaan rambut Sediaan Pewarna - Pewarna rambut


Rambut
Hair care products - Pemudar warna rambut (Hair

- Lightener)

- Aktivator

- Tata rias rambut fantasi

Sediaan rambut - Pengeriting rambut


(Permanent wave)

- Neutralizer

- Pelurus rambut (Hair


straightener)

- Hair styling

- Sampo

- Sampo ketombe

- Pembersih rambut dan tubuh

- (Hair and body wash)

- Pomade (Hair dressing)

- Kondisioner (Hair
conditioner)

- Hair creambath

- Tonik rambut (Hair tonic)

Sediaan bayi - Sampo bayi

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


7

11 Sediaan cukur (krim, Sediaan cukur - Sediaan pra cukur


busa, cair, cairan
kental, dan lain-lain) - Sediaan cukur

Shaving product - Sediaan pasca cukur


(creams, foams,
lotions, etc.)
12 Sediaan rias mata, rias Sediaan rias mata - Pensil alis
wajah, sediaan
pembersih rias wajah - Aplikasi bayangan mata
dan mata
- Eye liner
Products for making-
up and removing - Mascara
make-up from the face
and the eyes - Sediaan rias mata lainnya

- Pembersih rias mata (Eye


make-up remover)

Sediaan rias - Bedak padat (compact powder)


wajah
- Pemerah pipi (Blush on)

- Tata rias “panggung”

- Tata rias “pengantin”

- Make-up kit

- Sediaan rias wajah lainnya

Sediaan - Pembersih kulit muka


perawatan kulit
- Penyegar kulit muka

- Astringent

13 Sediaan perawatan dan Sediaan Rias - Lip color


rias bibir Wajah
- Lip liner
Products intended for
application to the - Lip gloss
lips
- Lip shine

- Lip care

14 Sediaan perawatan gigi Sediaan Hygiene - Pasta gigi (Dentrifices)


dan mulut Mulut
- Mouth washes
Products for care of
the teeth and the
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


8

mouth - Penyegar mulut (Mouth


freshener)

- Sediaan hygiene mulut lainnya

15 Sediaan untuk Sediaan Kuku - Base coat


perawatan dan rias
kuku - Top coat

Products for nail care - Nail dryer


and make-up
- Nail extender/Nail elongator

- Nail strengthener

- Nail hardener

- Pewarna kuku (Nail color)

- Pembersih pewarna kuku (Nail


polish remover)

- Cuticle remover/softener

- Sediaan kuku lainnya

16 Sediaan untuk organ Sediaan - Feminine hygiene


kewanitaan Kebersihan
bagian luar Badan

Products for external


intimate hygiene
17 Sediaan mandi surya Sediaan tabir - Sediaan tabir surya
dan tabir surya surya
Sediaan mandi - Sediaan mandi surya
Sunbathing products surya
18 Sediaan untuk Sediaan - Sediaan untuk menggelapkan
menggelapkan kulit menggelapkan
tanpa berjemur kulit kulit tanpa berjemur

Products for tanning


without sun.
19 Sediaan pencerah kulit Sediaan - Krim pencerah kulit sekitar
Perawatan Kulit mata [Eye cream (whitening)]
Skin whitening
products - Pencerah kulit (Skin lightener

20 Sediaan anti-wrinkle Sediaan - Wrinkle smoothing remover


perawatan kulit
Anti-wrinkle products - Anti aging cream

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


9

- Krim antiwrinkle kulit sekitar


mata [Eye cream (antiwrinkle)]

Berdasarkan cara pengadaannya kosmetik digolongankan menjadi beberapa


jenis:
a. Kosmetika Dalam Negeri adalah kosmetika yang dibuat dan dikemas oleh
industri kosmetika di dalam negeri atau dibuat di luar negeri namun
dikemas dalam kemasan primer oleh industri kosmetika di dalam negeri.
b. Kosmetika Impor adalah kosmetika yang dibuat oleh industri kosmetika
di luar negeri, sekurang-kurangnya dalam kemasan primer.
c. Kosmetika Kontrak adalah kosmetika yang pembuatannya dilimpahkan
kepada industri kosmetika lain berdasarkan kontrak
d. Kosmetika Lisensi adalah kosmetika yang dibuat di wilayah Indonesia
atas dasar penunjukan atau persetujuan tertulis dari industri kosmetika di
negara asal.

2.2. Industri Kosmetik (Permenkes RI, 2010)


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1175/MENKES/
PER/VIII/2010 tentang Izin Produksi Kosmetik, pembuatan kosmetik hanya dapat
dilakukan oleh industri kosmetik. Pengertian dari industri kosmetik adalah
industri yang memproduksi kosmetika yang telah memiliki izin usaha atau tanda
daftar industri sesuai ketentuan perundang-undangan.
Izin produksi yang diberikan pada industri kosmetik dibedakan atas 2
(dua) yaitu golongan A yang merupakan izin produksi untuk industri
kosmetika yang dapat membuat semua bentuk dan jenis sediaan kosmetika dan
golongan B yaitu izin produksi untuk industri kosmetika yang dapat
membuat bentuk dan jenis sediaan kosmetika tertentu dengan menggunakan
teknologi sederhana.
Izin produksi industri kosmetika Golongan A diberikan dengan persyaratan:
a) memiliki apoteker sebagai penanggung jawab;
b) memiliki fasilitas produksi sesuai dengan produk yang akan dibuat;
c) memiliki fasilitas laboratorium;
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


10

d) wajib menerapkan CPKB.


Izin produksi industri kosmetika Golongan B diberikan dengan persyaratan:
a) memiliki sekurang-kurangnya tenaga teknis kefarmasian sebagai
penanggung jawab;
b) memiliki fasilitas produksi dengan teknologi sederhana sesuai
produk yang akan dibuat;
c) mampu menerapkan higiene sanitasi dan dokumentasi sesuai CPKB.

2.3. Cara Pembuatan Kosmetik Yang Baik (Badan POM RI, 2003)
Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) merupakan pedoman yang
mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu yang bertujuan untuk
menjamin bahwa produk kosmetik dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu
yang telah ditentukan sesuai dengan penggunaannya. CPKB merupakan pedoman
yang bertujuan untuk memastikan agar sifat dan mutu produk kosmetik yang
dihasilkan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Selain itu, CPKB merupakan
bagian dari sistem pemastian mutu yang mengatur dan memastikan kosmetik
yang diproduksi mutunya dikendalikan secara konsisten sehingga produk yang
dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan sesuai tujuan
penggunaan poduk.
Mutu produk kosmetik tergantung pada bahan awal, bahan pengemas,
proses produksi dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai, dan
personel yang terlibat. Pemastian mutu suatu kosmetik tidak hanya mengandalkan
pada pelaksanaan pengujian tertentu saja, namun juga terletak pada proses
produksi kosmetik yang dikendalikan dan dipantau secara cermat.
Ruang lingkup CPKB 2003 meliputi: sistem manajemen mutu, personalia,
bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, proses produksi, sistem
pengawasan mutu, dokumentasi, audit internal, penyimpanan, kontrak produksi
dan pengujian, serta penanganan keluhan dan penarikan produk.
2.3.1. Sistem Manajemen Mutu
Sistem mutu harus dibangun, dimantapkan dan diterapkan sehingga
kebijakan yang ditetapkan dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Hendaknya
dijabarkan struktur organisasi, tugas dan fungsi, tanggungjawab, prosedur-
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


11

prosedur, instruksi-instruksi, proses dan sumber daya untuk menerapkan


manajemen mutu.
Sistem mutu harus dibentuk dan disesuaikan dengan kegiatan perusahaan,
sifat dasar produk-produknya, dan hendaknya diperhatikan elemen-elemen
penting yang ditetapkan dalam pedoman ini. Pelaksanaan sistem mutu harus
menjamin bahwa apabila diperlukan, dilakukan pengambilan contoh bahan awal,
produk antara dan produk jadi, serta dilakukan pengujian terhadapnya untuk
menentukan diluluskan atau ditolak, yang didasarkan atas hasil uji dan kenyataan-
kenyataan yang dijumpai yang berkaitan dengan mutu.
2.3.2. Personalia
Personalia harus mempunyai pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dan
kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan tersedia dalam jumlah
yang cukup. Mereka harus dalam keadaan sehat dan mampu menangani tugas
yang dibebankan kepadanya.
2.3.2.1 Organisasi, Kualifikasi dan Tanggung jawab
Dalam struktur organisasi perusahaan, bagian produksi dan pengawasan
mutu hendaklah dipimpin oleh orang yang berbeda dan tidak ada keterkaitan
tanggungjawab satu sama lain. Kepala bagian produksi harus memperoleh
pelatihan yang memadai dan berpengalaman dalam pembuatan kosmetik. Ia harus
mempunyai kewenangan dan tanggungjawab dalam manajemen produksi yang
meliputi semua pelaksanaan kegiatan, peralatan, personalia produksi, area
produksi dan pencatatan.
Kepala bagian pengawasan mutu harus memperoleh pelatihan yang
memadai dan berpengalaman dalam bidang pengawasan mutu. Ia harus diberi
kewenangan penuh dan tanggungjawab dalam semua tugas pengawasan mutu
meliputi penyusunan, verifikasi dan penerapan semua prosedur pengawasan mutu.
Ia mempunyai kewenangan menetapkan persetujuan atas bahan awal, produk
antara, produk ruahan dan produk jadi yang telah memenuhi spesifikasi, atau
menolaknya apabila tidak memenuhi spesifikasi, atau yang dibuat tidak sesuai
prosedur dan kondisi yang telah ditetapkan.
Hendaknya dijabarkan kewenangan dan tanggungjawab personil-personil
lain yang ditunjuk untuk menjalankan Pedoman CPKB dengan baik. Serta tersedia
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


12

personil yang terlatih dalam jumlah yang memadai, untuk melaksanakan supervisi
langsung di setiap bagian produksi dan unit pemeriksaan mutu.
2.3.2.2 Pelatihan
Semua personil yang langsung terlibat dalam kegiatan pembuatan harus
dilatih dalam pelaksanaan pembuatan sesuai dengan prinsip-prinsip Cara
Pembuatan yang Baik. Perhatian khusus harus diberikan untuk melatih personil
yang bekerja dengan material berbahaya. Pelatihan CPKB harus dilakukan secara
berkelanjutan. Catatan hasil pelatihan harus dipelihara dan keefektifannya harus
dievaluasi secara periodik.
2.3.3. Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas harus dipilih pada lokasi yang sesuai, dirancang,
dibangun, dan dipelihara sesuai kaidah.
a. Upaya yang efektif harus dilakukan untuk mencegah kontaminasi dari
lingkungan sekitar dan hama.
b. Produk kosmetik dan Produk perbekalan kesehatan rumah tangga yang
mengandung bahan yang tidak berbahaya dapat menggunakan sarana
dan peralatan yang sama secara bergilir asalkan dilakukan usaha
pembersihan dan perawatan untuk menjamin agar tidak terjadi
kontaminasi silang dan risiko campur baur.
c. Garis pembatas, tirai plastik penyekat yang fleksibel berupa tali atau
pita dapat digunakan untuk mencegah terjadinya campur baur.
d. Hendaknya disediakan ruang ganti pakaian dan fasilitasnya. Toilet
harus terpisah dari area produksi guna mencegah terjadinya
kontaminasi.
e. Apabila memungkinkan hendaklah disediakan area tertentu, antara
lain:
 Penerimaan material;
 Pengambilan contoh material;
 Penyimpanan barang datang dan karantina;
 Gudang bahan awal.
 Penimbangan dan penyerahan;
 Pengolahan;
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


13

 Penyimpanan produk ruahan;


 Pengemasan;.
 Karantina sebelum produk dinyatakan lulus.
 Gudang produk jadi;
 Tempat bongkar muat;
 Laboratorium;
 Tempat pencucian peralatan.
f. Permukaan dinding dan langit-langit hendaknya halus dan rata serta
mudah dirawat dan dibersihkan. Lantai di area pengolahan harus
mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan dan disanitasi.
g. Saluran pembuangan air (drainase) harus mempunyai ukuran memadai
dan dilengkapi dengan bak kontrol serta dapat mengalir dengan baik.
Saluran terbuka harus dihindari, tetapi apabila diperlukan harus mudah
dibersihkan dan disanitasi.
h. Lubang untuk pemasukan dan pengeluaran udara dan pipa-pipa
salurannya hendaknya dipasang sedemikian rupa sehingga dapat
mencegah timbulnya pencemaran terhadap produk.
i. Bangunan hendaknya mendapat penerangan yang efektif dan
mempunyai ventilasi yang sesuai untuk kegiatan dalam bangunan.
j. Pipa, fitting lampu, lubang ventilasi dan perlengkapan lain di area
produksi harus dipasang sedemikian rupa untuk
k. Laboratorium hendaknya terpisah secara fisik dari area produksi.
l. Area gudang hendaknya mempunyai luas yang memadai dengan
penerangan yang sesuai, diatur dan diberi perlengkapan sedemikian
rupa sehingga memungkinkan penyimpanan bahan dan produk dalam
keadaan kering, bersih dan rapi.
i. Area gudang hendaknya harus memungkinkan pemisahan
antara kelompok material dan produk yang dikarantina. Area
khusus dan terpisah hendaklah tersedia untuk penyimpanan
bahan yang mudah terbakar dan bahan yang mudah meledak,
zat yang sangat beracun, bahan yang ditolak atau ditarik serta
produk kembalian.
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


14

ii. Apabila diperlukan hendaknya disediakan gudang khusus


dimana suhu dan kelembabannya dapat dikendalikan serta
terjamin keamanannya.
iii. Penyimpanan bahan pengemas / barang cetakan hendaklah
ditata sedemikian rupa sehingga masing-masing tabet yang
berbeda, demikian pula bahan cetakan lain tersimpan terpisah
untuk mencegah terjadinya campur baur.
2.3.4. Peralatan
Peralatan harus didisain dan ditempatkan sesuai dengan produk yang dibuat.
2.3.4.1. Rancang Bangun
Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan yang diolah tidak
boleh bereaksi atau menyerap bahan. Peralatan tidak boleh menimbulkan akibat
yang merugikan terhadap produk misalnya melalui tetesan oli, kebocoran katub
atau melalui modifikasi atau adaptasi yang tidak salah/tidak tepat. Peralatan
harus mudah dibersihkan. Peralatan yang digunakan untuk mengolah bahan yang
mudah terbakar harus kedap terhadap ledakan.
2.3.4.2. Pemasangan dan Penempatan
Peralatan/mesin harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan kemacetan aliran proses produksi dan harus diberi penandaan yang
jelas untuk menjamin tidak terjadi campur baur antar produk. Saluran air, uap,
udara bertekanan atau hampa udara, harus dipasang sedemikian rupa sehingga
mudah dicapai selama kegiatan berlangsung. Saluran ini hendaknya diberi label
atau tanda yang jelas sehingga mudah dikenali. Sistem-sistem penunjang seperti
sistem pemanasan, ventilasi, pengatur suhu udara, air (air minum, air murni, air
suling), uap, udara bertekanan dan gas harus berfungsi dengan baik sesuai dengan
tujuannya dan dapat diidentifikasi.
2.3.4.3 Pemeliharaan
Peralatan untuk menimbang mengukur, menguji dan mencatat harus
dipelihara dan dikalibrasi secara berkala. Semua catatan pemeliharaan dan
kalibrasi harus disimpan. Petunjuk cara pembersihan peralatan hendaknya ditulis
secara rinci dan jelas diletakkan pada tempat yang mudah dilihat dengan jelas.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


15

2.3.5. Sanitasi dan Higiene


Sanitasi dan higiene hendaknya dilaksanakan untuk mencegah terjadinya
kontaminasi terhadap produk yang diolah. Pelaksanaan sanitasi dan hygiene
hendaknya mencakup personalia, bangunan, mesin-mesin dan peralatan serta
bahan awal.
2.3.5.1 Personalia
Personalia harus dalam keadaan sehat untuk melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya. Hendaknya dilakukan pemeriksaan kesehatan secara
teratur untuk semua personil bagian produksi yang terkait dengan proses
pembuatan. Semua personil harus melaksanakan higiene perorangan. Setiap
personil yang pada suatu ketika mengidap penyakit atau menderita luka terbuka
atau yang dapat merugikan kualitas tidak diperkenankan menangani bahan baku,
bahan pengemas, bahan dalam proses dan produk jadi. Setiap personil
diperintahkan untuk melaporkan setiap keadaan (sarana, peralatan atau personil)
yang menurut penilaian mereka dapat merugikan produk, kepada penyelia.
Hindari bersentuhan langsung dengan bahan atau produk yang diproses untuk
mencegah terjadinya kontaminasi.
Personil harus mengenakan pakaian kerja, tutup kepala serta menggunakan
alat pelindung sesuai dengan tugasnya. Merokok, makan-minum, mengunyah atau
menyimpan makanan, minuman, rokok atau barang lain yang mungkin dapat
mengkontaminasi, hanya boleh di daerah tertentu dan dilarang di area produksi,
laboratorium, gudang atau area lain yang mungkin dapat merugikan mutu produk.
Semua personil yang diizinkan masuk ke area produksi harus melaksanakan
higiene perorangan termasuk mengenakan pakaian kerja yang memadai.
2.3.5.2. Bangunan
Hendaklah tersedia wastafel dan toilet dengan ventilasi yang baik yang
terpisah dari area produksi. Hendaklah tersedia locker di lokasi yang tepat untuk
tempat ganti pakaian dan menyimpan pakaian serta barang-barang lain milik
karyawan. Sampah di ruang produksi secara teratur ditampung di tempat sampah
untuk selanjutnya dikumpulkan di tempat penampungan sampah di luar area
produksi. Bahan sanitasi, rodentisida, insektisida dan fumigasi tidak boleh
mengkontaminasi peralatan, bahan baku / pengemas, bahan yang masih dalam
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


16

proses dan produk jadi.


2.3.5.3 Peralatan dan Perlengkapan
Peralatan / perlengkapan harus dijaga dalam keadaan bersih. Pembersihan dengan
cara basah atau vakum lebih dianjurkan. Udara bertekanan dan sikat hendaknya
digunakan dengan hati-hati dan sedapat mungkin dihindari karena menambah
risiko pencemaran produk. Prosedur Tetap Pembersihan dan Sanitasi mesin-mesin
hendaknya diikuti dengan konsisten.
2.3.6. Produksi
2.3.6.1. Bahan Awal
a. Air
Air harus mendapat perhatian khusus karena merupakan bahan penting.
Peralatan untuk memproduksi air dan sistem pemasokannya harus dapat
memasok air yang berkualitas. Sistem pemasokan air hendaknya disanitasi
sesuai Prosedur Tetap. Air yang digunakan untuk produksi sekurang-
kurangnya berkualitas air minum. Mutu air yang meliputi parameter kimiawi
dan mikrobiologi harus dipantau secara berkala, sesuai prosedur tertulis dan
setiap ada kelainan harus segera ditindak lanjuti dengan tindakan koreksi.
Pemilihan metoda pengolahan air seperti deionisasi, destilasi atau filtrasi
tergantung dari persyaratan produk. Sistem penyimpanan maupun
pendistribusian harus dipelihara dengan baik. Perpipaan hendaklah dibangun
sedemikian rupa sehingga terhindar dari stagnasi dan resiko terjadinya
pencemaran.
b. Verifikasi Material (Bahan)
Semua pasokan bahan awal (bahan baku dan bahan pengemas) hendaklah
diperiksa dan diverifikasi mengenai pemenuhannya terhadap spesifikasi yang
telah ditetapkan dan dapat ditelusuri sampai dengan produk jadinya. Contoh
bahan awal hendaklah diperiksa secara fisik mengenai pemenuhannya
terhadap spesifikasi yang ditetapkan, dan harus dinyatakan lulus sebelum
digunakan. Bahan awal harus diberi label yang jelas. Semua bahan harus
bersih dan diperiksa kemasannya terhadap kemungkinan terjadinya
kebocoran, lubang atau terpapar.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


17

c. Pencatatan Bahan
Semua bahan hendaklah memiliki catatan yang lengkap mengenai nama
bahan yang tertera pada label dan pada bukti penerimaan, tanggal
penerimaan, nama pemasok, nomor batch dan jumlah. Setiap penerimaan dan
penyerahan bahan awal hendaklah dicatat dan diperiksa secara teliti
kebenaran identitasnya.
d. Material Ditolak
Pasokan bahan yang tidak memenuhi spesifikasi hendaknya ditandai,
dipisah dan untuk segera diproses lebih lanjut sesuai Prosedur Tetap.
e. Sistem Pemberian Nomor Bets
Setiap produk antara, produk ruahan dan produk akhir hendaklah diberi
nomor identitas produksi (nomor bets) yang dapat memungkinkan
penelusuran kembali riwayat produk. Sistem pemberian nomor bets
hendaknya spesifik dan tidak berulang untuk produk yang sama untuk
menghindari kebingungan / kekacauan. Bila memungkinkan, nomor bets
hendaknya dicetak pada etiket wadah dan bungkus luar. Catatan pemberian
nomor bets hendaknya dipelihara.
f. Penimbangan dan Pengukuran
Penimbangan hendaknya dilakukan di tempat tertentu menggunakan
peralatan yang telah dikalibrasi. Semua pelaksanaan penimbangan dan
pengukuran harus dicatat dan dilakukan pemeriksaan ulang oleh petugas
yang berbeda.
g. Prosedur dan Pengolahan
Semua bahan awal harus lulus uji sesuai spesifikasi yang ditetapkan.
Semua prosedur pembuatan harus dilaksanakan sesuai prosedur tetap
tertulis. Semua pengawasan selama proses yang diwajibkan harus
dilaksanakan dan dicatat. Produk ruahan harus diberi penandaan sampai
dinyatakan lulus oleh Bagian Pengawasan Mutu. Perhatian khusus
hendaknya diberikan kepada kemungkinan terjadinya kontaminasi silang
pada semua tahap proses produksi. Hendaknya dilakukan pengawasan yang
seksama terhadap kegiatan pengolahan yang memerlukan kondisi tertentu,
misalnya pengaturan suhu, tekanan, waktu dan kelembaban. Hasil akhir
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


18

proses produksi harus dicatat.


h. Produk Kering
Penanganan bahan dan produk kering memerlukan perhatian khusus
dan bila perlu dilengkapi dengan sistem pengendali debu, atau sistem hampa
udara sentral atau cara lain yang sesuai.
i. Produk Basah
Cairan, krim, dan lotion harus diproduksi demikian rupa untuk
mencegah dari kontaminasi mikroba dan kontaminasi lainnya. Penggunaan
sistem produksi dan transfer secara tertutup sangat dianjurkan. Bila
digunakan sistem perpipaan untuk transfer bahan dan produk ruahan harus
dapat dijamin bahwa sistem yang digunakan mudah di bersihkan.
j. Produk Aerosol
Pembuatan aerosol memerlukan pertimbangan khusus karena sifat
alami dari bentuk sediaan ini. Pembuatan harus dilakukan dalam ruang
khusus yang dapat menjamin terhindarnya ledakan atau kebakaran.
k. Pelabelan dan Pengemasan
Lini pengemasan hendaklah diperiksa sebelum dioperasikan. Peralatan
harus bersih dan berfungsi baik. Semua bahan dan produk jadi dari kegiatan
pengemasan sebelumnya harus dipindahkan. Selama proses pelabelan dan
pengemasan berlangsung, harus diambil contoh secara acak dan diperiksa.
Setiap lini pelabelan dan pengemasan harus ditandai secara jelas untuk
mencegah campur baur. Sisa label dan bahan pengemas harus dikembalikan
ke gudang dan dicatat. Bahan pengemas yang ditolak harus dicatat dan
diproses lebih lanjut sesuai dengan Prosedur Tetap.
2.3.6.2. Produk Jadi, Karantina, dan Pengiriman ke Gudang Produk Jadi
Semua produk jadi harus dikarantina terlebih dahulu. Setelah dinyatakan
lulus uji oleh bagian Pengawasan Mutu dimasukkan ke gudang produk jadi.
Selanjutnya produk dapat didistribusikan.
2.3.7. Pengawasan Mutu
2.3.7.1. Pendahuluan
Pengawasan mutu merupakan bagian penting dari CPKB, karena memberi
jaminan konsistensi mutu produk kosmetik yang dihasilkan. Hendaknya
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


19

diciptakan Sistem Pengawasan Mutu untuk menjamin bahwa produk dibuat dari
bahan yang benar, mutu dan jumlah yang sesuai, serta kondisi pembuatan yang
tepat sesuai Prosedur Tetap. Pengawasan mutu meliputi:
a. Pengambilan contoh (sampling), pemeriksaan dan pengujian terhadap bahan
awal produk dalam proses, produk antara, produk ruahan dan produk jadi
sesuai spesifikasi yang ditetapkan.
b. Program pemantauan lingkungan, tinjauan terhadap dokumentasi bets,
program pemantauan contoh pertinggal, pemantauan mutu produk di
peredaran, penelitian stabilitas dan menetapkan spesifikasi bahan awal dan
produk jadi agar senantiasa memenuhi standar yang ditetapkan.
Pengambilan contoh hendaklah dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan diberi
kewenangan untuk tugas tersebut, guna menjamin contoh yang diambil
senantiasa sesuai dengan indentitas dan kualitas bets yang diterima
2.3.7.2. Pengolahan Ulang
Metoda pengolahan ulang hendaklah senantiasa dievaluasi untuk
menjamin agar pengolahan ulang tidak mempengaruhi mutu produk. Pengujian
tambahan hendaklah dilakukan terhadap produk jadi hasil pengolahan ulang.
2.3.7.3. Produk Kembalian
Produk kembalian hendaklah diidentifikasi dan disimpan terpisah di
tempat yang dialokasikan untuk itu atau diberi pembatas yang dapat dipindah-
pindah misalnya pembatas dari bahan pita, rantai atau tali. Semua produk
kembalian hendaklah diuji kembali apabila perlu, disamping evaluasi fisik
sebelum diluluskan untuk diedarkan kembali. Produk kembalian yang tidak
memenuhi syarat spesifikasi hendaklah ditolak. Produk yang ditolak hendaklah
dimusnahkan sesuai Prosedur Tetap. Catatan produk kembalian hendaklah
dipelihara.
2.3.8. Dokumentasi
2.3.8.1. Pendahuluan
Sistem dokumentasi hendaknya meliputi riwayat setiap bets, mulai dari bahan
awal sampai produk jadi. Sistem ini hendaknya merekam aktivitas yang
dilakukan, meliputi pemeliharaan peralatan, penyimpanan, pengawasan mutu,
distribusi dan hal-hal spesifik lain yang terkait dengan CPKB. Hendaknya ada
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


20

sistem untuk mencegah digunakannya dokumen yang sudah tidak berlaku. Bila
terjadi atau ditemukan suatu kekeliruan dalam dokumen hendaknya dilakukan
pembetulan sedemikian rupa sehingga naskah aslinya harus tetap terdokumentasi.
Bila dokumen merupakan instruksi, hendaknya ditulis langkah demi
langkah dalam bentuk kalimat perintah. Dokumen hendaklah diberi tanggal dan
disahkan. Salinan dokumen hendaklah diberikan kepada pihak-pihak yang terkait
dan pendistribusiannya dicatat. Semua dokumen hendaknya direvisi dan
diperbaharui secara berkala, dokumen yang sudah tidak berlaku segera ditarik
kembali dari pihak-pihak terkait untuk diamankan.
2.3.8.2. Spesifikasi
Semua spesifikasi harus disetujui dan disahkan oleh personil yang berwenang.
Spesifikasi bahan baku dan bahan pengemas meliputi:
a. Nama bahan.
b. Uraian (deskripsi) dari bahan.
c. Parameter uji dan batas penerimaan (acceptance limits).
d. Gambar teknis, bila diperlukan.
e. Perhatian khusus, misalnya kondisi penyimpanan dan keamanan, bila perlu.
Spesifikasi Produk Ruahan dan Produk Jadi meliputi:
a. Nama produk.
b. Uraian.
c. Sifat-sifat fisik.
d. Pengujian kimia dan atau mikrobiologi serta batas penerimaannya, bila
perlu.
e. Kondisi penyimpanan dan peringatan keamanan, bila perlu.
2.3.8.3. Dokumen Produksi
a. Dokumen Induk
Dokumen Induk harus tersedia setiap diperlukan. Dokumen ini berisi
informasi :
 Nama produk dan kode/nomor produk.
 Bahan pengemas yang diperlukan dan kondisi
penyimpanannya.
 Daftar bahan baku yang digunakan.
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


21

 Daftar peralatan yang digunakan.


 Pengawasan selama pengolahan dengan batasan-batasan dalam
pengolahan dan pengemasan, bila perlu.
b. Catatan Pembuatan Bets
Catatan pembuatan bets hendaklah disiapkan untuk setiap bets produk.
Dokumen ini berisi informasi mengenai:
 Nama produk
 Formula per bets.
 Proses pembuatan secara ringkas.
 Nomor bets atau kode produksi.
 Tanggal mulai dan selesainya pengolahan dan pengemasan.
 Identitas peralatan utama, lini atau lokasi yang digunakan.
 Catatan pembersihan peralatan yang digunakan untuk
pemrosesan
 Pengawasan selama pargolahan dan hasil uji laboratorium,
seperti misalnya catatan pH dan suhu saat diuji.
 Catatan inspeksi pada lini pengemasan
 Pengambilan contoh yang dilakukan setiap tahap proses
pembuatan.
 Setiap investigasi terhadap kegagalan tertentu atau
ketidaksesuaian.
 Hasil pemeriksaan terhadap produk yang sudah dikemas dan
diberi label
c. Catatan Pengawasan Mutu
Catatan setiap pengujian, hasil uji dan pelulusan atau penolakan
bahan, produk antara, produk ruahan dan produk jadi harus disimpan.
Catatan yang dimaksud meliputi;
 Tanggal pengujian.
 Identifikasi bahan
 Nama pemasok.
 Tanggal penerimaan.
 Nomor bets asli dari bahan baku bila ada.
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


22

 Nomor bets produk yang sedang dibuat.


 Nomor pemeriksaan mutu.
 Jumlah yang diterima.
 Tanggal sampling.
 Hasil pemeriksaan mutu.
2.3.9. Audit Internal
Audit Internal terdiri dari kegiatan penilaian dan pengujian seluruh atau
sebagian dari aspek produksi dan pengendalian mutu dengan tujuan untuk
meningkatkan sistem mutu. Audit Internal dapat dilakukan oleh pihak luar, atau
auditor profesional atau tim internal yang dirancang oleh manajemen untuk
keperluan ini. Pelaksanaan Audit Internal dapat diperluas sampai ke tingkat
pemasok dan kontraktor, bila perlu. Laporan harus dibuat pada saat selesainya tiap
kegiatan Audit Internal dan didokumentasikan dengan baik.
2.3.10. Penyimpanan
2.3.10.1. Area Penyimpanan
Area penyimpanan hendaknya cukup luas untuk memungkinkan
penyimpanan yang memadai dari berbagai kategori baik bahan maupun produk,
seperti bahan awal, produk antara, ruahan dan produk jadi, produk yang
dikarantina, dan produk yang lulus uji, ditolak, dikembalikan atau ditarik dari
peredaran. Area penyimpanan hendaknya dirancang atau disesuaikan untuk
menjamin kondisi penyimpanan yang baik. Harus bersih, kering dan dirawat
dengan baik. Bila diperlukan area dengan kondisi khusus (suhu dan kelembaban)
hendaknya disediakan, diperiksa dan dipantau fungsinya.
Tempat penerimaan dan pengiriman barang hendaknya dapat melindungi
material dan produk dari pengaruh cuaca. Area penerimaan hendaknya dirancang
dan diberi peralatan untuk memungkinkan barang yang datang dapat dibersihkan
apabila diperlukan sebelum disimpan. Area penyimpanan untuk produk karantina
hendaknya diberi batas secara jelas. Bahan berbahaya hendaknya disimpan secara
aman.
2.3.10.2. Penanganan dan Pengawasan Persediaan
a. Penerimaan Produk
Pada saat penerimaan, barang dokumen hendaknya diperiksa dan
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


23

dilakukan verifikasi fisik dengan bantuan keterangan pada label yang


meliputi tipe barang dan jumlahnya. Barang kiriman harus diperiksa
dengan teliti terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan dan atau cacat.
Hendaknya ada Catatan Pertinggal untuk setiap penerimaan barang.
b. Pengawasan
Catatan-catatan harus dipelihara meliputi semua catatan penerimaan dan
catatan pengeluaran produk. Pengawasan hendaknya meliputi pengamatan
prinsip rotasi barang (FIFO). Semua label dan wadah produk tidak boleh
diubah, dirusak atau diganti.
2.3.11 Kontrak Produksi dan Pengujian
Pelaksanaan kontrak produksi dan pengujian hendaknya secara jelas
dijabarkan, disepakati dan diawasi, agar tidak terjadi kesalahpahaman atau salah
dalam penafsiran di kemudian hari, yang dapat berakibat tidak memuaskannya
mutu produk atau pekerjaan. Guna mencapai mutu-produk yang memenuhi
standard yang disepakati, hendaknya semua aspek pekerjaan yang dikontrakkan
ditetapkan secara rinci pada dokumen kontrak. Hendaknya ada perjanjian tertulis
antara pihak yang memberi kontrak dan pihak penerima kontrak yang
menguraikan secara jelas tugas dan tanggungjawab masing-masing pihak.
Dalam hal kontrak pengujian, keputusan akhir terhadap hasil pengujian
suatu produk, tetap merupakan tanggung jawab pemberi kontrak. Penerima
kontrak hanya bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pengujian sampai
diperoleh hasil pengujian.
2.3.12 Penanganan Keluhan dan Penarikan Produk
2.3.12.1 Penangan Keluhan
Hendaknya ditentukan Personil yang bertanggungjawab untuk menangani
keluhan dan menentukan upaya pengatasannya. Bila orang yang ditunjuk berbeda
dengan personil yang diberi kewenangan untuk menangani hal tersebut, yang
bersangkutan hendaknya diberi arahan untuk waspada terhadap kasus-kasus
keluhan, investigasi atau penarikan kembali (recall). Harus ada prosedur tertulis
yang menerangkan tindakan yang harus diambil, termasuk perlunya tindakan
penarikan kembali (recall), bila kasus keluhan yang terjadi meliputi kerusakan
produk. Keluhan mengenai kerusakan produk hendaknya dicatat secara rinci dan
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


24

diselidiki. Bila kerusakan produk ditemukan atau diduga terjadi dalam suatu bets,
hendaknya dipertimbangkan kemungkinan terjadinya kasus serupa pada bets lain.
Khususnya bets lain yang mungkin mengandung produk proses ulang dari bets
yang bermasalah hendaknya diselidiki.
Setelah evaluasi dan penyelidikan atas keluhan, apabila diperlukan dapat
dilakukan tindak lanjut yang memadai termasuk kemungkinan penarikan produk.
Semua keputusan dan upaya yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari keluhan
hendaknya dicatat dan dirujuk kepada catatan bets yang bersangkutan.Catatan
keluhan hendaknya ditinjau secara periodik untuk menemukan masalah spesifik
atau masalah yang berulang yang memerlukan perhatian dan mungkin menjadi
dasar pembenaran bagi penarikan produk di peredaran. Apabila terjadi kegagalan
produk dan kerusakan produk yang menjurus kepada terganggunya keamanan
produk, Instansi yang berwenang hendaknya diberitahu.
2.3.12.2 Penarikan Produk
Hendaknya dibuat sistem penarikan kembali dari peredaran terhadap
produk yang diketahui atau diduga bermasalah. Hendaknya ditunjuk Personil yang
bertanggungjawab atas pelaksanaan dan koordinasi penarikan kembali produk
termasuk personil lain dalam jumlah yang cukup. Harus disusun Prosedur Tetap
penarikan kembali produk yang secara periodik ditinjau kembali. Pelaksanaan
penarikan kembali hendaknya dapat dilakukan cepat dan efektif.
Catatan pendistribusian primer hendaknya segera diterima oleh orang yang
bertanggungjawab untuk melakukan penarikan kembali produk, dan catatan
tersebut harus memuat informasi yang cukup tentang distributor. Perkembangan
proses penarikan kembali produk hendaknya dicatat dan dibuat laporan akhir ,
meliputi rekonsiliasi jumlah produk yang dikirim dan ditemukan kembali.
Keefektifan pengaturan penarikan kembali produk hendaknya dievaluasi dari
waktu ke waktu. Hendaklah dibuat instruksi tertulis yang menjamin bahwa produk
yang ditarik kembali disimpan dengan baik pada daerah yang terpisah sambil
menanti keputusan selanjutnya.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


25

2.4 Harmonisasi ASEAN di Bidang Kosmetik


Efektif sejak Januari 2008 wilayah ASEAN memberlakukan harmonisasi
penilaian kesesuaian dan regulasi teknis mengenai kosmetik yang dikenal dengan
AHCRS (ASEAN Harmonized Cosmetics Regulatory Scheme). Pemerintah
Indonesia menerapkan harmonisasi ASEAN tersebut melalui mekanisme ACD
(ASEAN Cosmetic Directives) yaitu peraturan teknis mengenai regulasi kosmetik
yang diharmonisasi. Peraturan ini terdiri dari daftar kategori kosmetik, daftar
bahan kosmetik, CPKB (pedoman Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik) versi
ASEAN, persyaratan penandaan kosmetik, dan pedoman klaim kosmetik.
Tujuan dari harmonisasi ini adalah untuk meningkatkan kerja sama
antarnegara ASEAN dalam rangka menjamin mutu, keamanan dan klaim manfaat
dari produk kosmetika yang dipasarkan di wilayah ASEAN, meningkatkan daya
saing produk kosmetik yang tersebar di wilayah ASEAN tanpa mengabaikan mutu
dan keamanan produk, serta menghapus hambatan perdagangan kosmetika
melalui penyelarasan peraturan dan persyaratan kosmetik di ASEAN dengan
memberlakukan satu standar agar keamanan dan mutu produk terjamin.
Dengan berlakunya harmonisasi ini, terdapat perbedaan yang mendasar
dalam konsep pengawasan produk kosmetik. Dengan pemberlakuan harmonisasi
ini, pengawasan dilakukan setelah produk beredar di pasaran (post-market) dan
berlaku untuk semua produk baik lokal maupun impor. Regulasi baru ini
mengubah sistem registrasi produk menjadi sistem notifikasi atau pemberitahuan.
Selanjutnya tanggungjawab diberikan sepenuhnya kepada pelaku usaha atau
industri, dengan melakukan self declaration kepada BPOM, yang menyatakan
bahwa kosmetik tersebut telah memenuhi ketentuan peraturan dan perundang-
undangan terkait mutu, kemanan dan manfaatnya.

2.5 Peran Badan POM RI


Badan POM RI mempunyai komitmen untuk melindungi konsumen
dengan memastikan bahwa kosmetik yang beredar memenuhi ketentuan ACD dan
mendorong kemajuan industri kosmetik. Untuk itu, Badan POM RI melakukan
kegiatan sebagai berikut:
a. Pelayanan notifikasi.
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


26

b. Pemberian Komunikasi Informasi dan Edukasi kepada konsumen pelaku


usaha, seperti sosialisasi dengan penyuluhan keamanan dalam pelatihan
teknis dan memberikan informasi.
c. Pelaksanaan Post-Market Surveillance (PMS)/ Product Safety Evaluation
(PSE) setelah produk dinotifikasi.
d. Pengawasan iklan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
e. Pengumuman kepada masyarakat mengenai produk yang tidak memenuhi
persyaratan keamanan ACD.
f. Pemberian sanksi administratif bagi perusahaan yang melanggar ketentuan
ACD sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(pemberian surat peringatan, penarikan produk, penghentian sementara
kegiatan).
g. Tindakan pro justicia sesuai dengan peraturan perundangundangan yang
berlaku.
Pengawasan Kosmetik Setelah Beredar (Post Marketing Surveillancel
PMS) adalah pengawasan yang dilakukan oleh Badan POM RI untuk
memastikan bahwa kosmetik yang beredar sesuai dengan ketentuan ACD.
Kegiatan PMS meliputi pemeriksaan sarana untuk memastikan kepatuhan
terhadap ketentuan ACD, melakukan pemeriksaan dokumen PIF dalam rangka
evaluasi terhadap mutu dan keamanan kosmetik. Selain itu, melakukan
sampling di industri atau importir atau distributor atau pengecer untuk diuji di
laboratorium. melakukan monitoring terhadap efek yang tidak diinginkan.
Petugas Badan POM RI dapat meminta laporan pengujian laboratorium dari
industri atau perusahaan kosmetik jika diperlukan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


BAB 3
TINJAUAN UMUM PT FABINDO SEJAHTERA

3.1. Sejarah dan Lokasi PT Fabindo Sejahtera


Pada tahun 1968 Mr. Kuntoro Lie dan Mr. Tjong pengusaha dari
Hongkong mendirikan perusahaan kosmetik yang diberi nama “PT. Samfong
Cosmetic”, yang berdomisili di jalan Kertajaya Penjaringan, Jakarta Utara. PT.
Samfong Cosmetic memproduksi kosmetik dengan nama Fanbo ®. Produk Fanbo®
terdiri dari bedak, talkum, parfum yang sampai saat ini masih dipertahankan
karena banyak pelanggan yang masih fanatik sekaligus merupakan pilar dari hasil
produk perusahaan.
Pabrik PT. Samfong Cosmetic mengalami kebakaran pada bulan Mei
1991, sehingga pabrik dipindahkan ke daerah Muara Karang Blok C, Jakarta
Barat dan kantornya berlokasi di Jalan Hayam Wuruk No. 108, Jakarta Pusat.
Pada bulan Mei 1992 kantor pindah di Grogol Permai Blok E No. 3 selama 6
bulan dan pindah lagi di Jalan Hayam Wuruk No. 108, karena kantor di Blok E
No. 3 Grogol kebakaran.
Pada bulan April 1994 Mr. Kuntoro Lie mendirikan pabrik kosmetik di
Cikupa Tangerang yang diberi nama “PT. Fabindo Sejahtera” yang dipimpin oleh
Bapak Davy Lityo, Msc putera sulung dari Mr. Kuntoro Lie. Terjadi perubahan
pemegang saham dengan adanya perusahaan baru tersebut, dimana seluruh saham
PT. Samfong Cosmetic dibeli oleh PT. Fabindo Sejahtera, dengan Bapak Davy
Lityo sebagai pemilik tunggal perusahaan tersebut. Dari tahun 1995 sampai
sekarang PT. Fabindo Sejahtera telah mengadakan banyak pembenahan,
penambahan ekspansi dan investasi baru. Hal ini berupa pembangunan gedung-
gedung baru (gudang dan ruang produksi), penambahan mesin-mesin baru dan pra
sarana lainnya.
Pada tahun 2001, PT. Fabindo Sejahtera mulai mengembangkan bisnisnya
dengan produk skin care nya yang diikuti dengan sanitary napkins pada tahun
berikutnya. Merk kosmetik yang diproduksi adalah Fanbo®, Daisy® dan Rivera®.
Selain memproduksi kosmetik untuk decorative dan skin care, PT. Fabindo

27 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


28

Sejahtera juga memproduksi sediaan bayi (Bamby®) dan sanitary napkins


(Sofie®).
Hasil ekspansi secara keseluruhan yaitu dengan adanya 12 gedung yang
digunakan dengan tanah seluas 6 Ha. Hingga saat ini PT. Fabindo Sejahtera
memiliki agen dan distributor yang tersebar diseluruh provinsi di Indonesia,
dengan total karryawan 609 orang, termasuk seluruh tim marketing yang ada.
PT. Fabindo Sejahtera yang dipimpin oleh Bapak Davy Lityo, Msc
berupaya secara maksimal mengembangkan perusahaan dari semua sektor, antara
lain:
1. Memperbaiki dan melengkapi struktur organisasi mulai dari unsur
manager sampai dengan pelaksana.
2. Mengembangkan manajemen perusahaan secara profesional yang
didukung oleh sumber daya manusia yang memadai.
3. Memperluas dan membangun sarana produksi perkantoran maupun
pergudangan yang representatif dengan mengutamakan fungsi, keindahan,
kebersihan serta lingkungan yang sejuk.
4. Mengembangkan dan mendatangkan mesin-mesin baru dengan teknologi
baru, dengan tujuan meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi.
5. Memperkuat penjualan di seluruh Indonesia serta merintis untuk eksport.
6. Mengembangkan jenis-jenis produk kosmetik secara lengkap mulai dari
perawatan dasar atau skin care sampai dengan segala macam produk
kosmetik yang ada di pasaran.
PT Fabindo Sejahtera merupakan perusahaan kosmetik milik keluarga yang
hingga kini terus berkembang menjadi salah satu perusahaan kosmetik dengan
produk yang cukup ternama di Indonesia. PT Fabindo Sejahtera berlokasi di Jl.
Cikupa Pasar Kemis, Desa Pasir Jaya, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Banten.

3.2. Visi dan Misi PT Fabindo Sejahtera


Visi dari PT Fabindo Sejahtera ialah “menjadi perusahaan nasional terbaik
dalam menyediakan produk dan jasa di bidang perawatan kecantikan dan
kesehatan dalam meningkatkan kualitas hidup”.
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


29

Sementara itu demi mewujudkan misi tersebut PT Fabindo Sejahtera


menggulirkan misi sebagai berikut :
 Menciptakan dan memproduksi produk berkualitas sesuai persyaratan
pelanggan.
 Memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh pelanggan.
 Menerapkan prinsip produk berkualitas, harga yang kompetitif, ketepatan
waktu pengiriman, dan kepuasan pelanggan.

3.3. Struktur Organisasi PT Fabindo Sejahtera


Sebagai perusahaan yang telah lama berdiri, PT Fabindo Sejahtera didukung
oleh sumber daya manusia yang dikelola dalam organisasi perusahaan yang
bekerja sinergi. Secara garis besar, struktur organisasi perusahaan PT Fabindo
Sejahtera dapat dilihat pada lampiran 1.

3.4. Sistem Pengelolaan Produksi PT Fabindo Sejahtera


3.4.1. Jenis dan Kapasitas Produksi
Jenis dan Kapasitas produksi PT Fabindo Sejahtera pada awalnya hanya
memproduksi sebanyak 3 (tiga) jenis produk utama yaitu bedak padat/talcum
powder, parfum, dan lipstik, sedangkan untuk saat ini PT Fabindo Sejahtera telah
menghasilkan produk kosmetik dekoratif, skin care, bodycare, parfum dan
asesoris seperti diantaranya minyak telon, minyak kayu putih, dan lotion pengusir
nyamuk dibawah naungan beberapa merek kosmetik antara lain Fanbo, Rivera,
Daisy dan Bambi.
Adanya penambahan jenis produk utama tersebut tentu saja berpengaruh
terhadap kapasitas produksi yang dihasilkan serta waktu operasional kerja pabrik.
3.4.2. Waktu Operasional dan Jumah Shift
Waktu operasional pabrik di PT Fabindo Sejehtera pada satu shift kerja
berjalan selama 8 jam setiap harinya, pada hari Senin hingga hari Jumat. Jumlah
shift kerja yang ada berjalan di PT Fabindo Sejahtera sesungguhnya hanya
terdapat 1 (satu) shift normal yang bekerja mulai pukul 08.00 hingga pukul 17.00
dengan satu jam istirahat di siang hari yakni pukul 12.00-13.00.
Dalam keadaan tertentu PT Fabindo Sejahtera memberlakukan shift
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


30

tambahan yakni shift 1 yang bekerja pada pukul 07.00 hingga pukul 15.30 dengan
waktu istirahat setengah jam yakni pukul 12.00-12.30, shift 2 dengan waktu kerja
sejak pukul 15.30 hingga pukul hingga pukul 00.00, dan shift 3 yang bekerja pada
pukul 00.00 hingga pukul 07.30. Pengadaan jam kerja shift tambahan tersebut
dilakukan apabila proses produksi dilakukan diluar jam operaional normal.
3.4.3. Proses Produksi
Proses produksi dari beberapa produk yang dihasilkan relatif memiliki
teknologi dan metode yang kurang-lebih sama. Ruang produksi terdiri atas ruang
produksi skincare, ruang produksi pancake, ruang produksi lipstik, ruang produksi
eyeshadow/blush on/face powder/talkum, ruang produksi obat tradisional, ruang
produksi kaleng, ruang produksi parfum, ruang produksi Hoitong, dan ruang
produksi puff. Denah ruang produksi terdapat pada lampiran 2.
Secara umum proses produksi dimulai dari persiapan bahan baku yang
akan digunakan, kemudian dilakukan penimbangan dan pencampuran bahan baku
dengan proses yang sesuai dengan spesifikasi produk akhir yang dibuat. Salah
satu proses yang penting sebelum memasuki proses pengemasan adalah
pemeriksaan atau uji mutu produk melalui tahapan quality control.
Tahapan quality control merupakan tahapan yang banyak menentukan
mutu dan kualitas produk yang dihasilkan, agar terpenuhi pemenuhan jaminan
produk sehingga tidak menyebabkan dampak negatif terhadap konsumen.
Tahapan quality control juga meliputi pengawasan terhadap kualitas air
yang akan digunakan untuk proses produksi. Air yang hendak digunakan untuk
proses produksi tentunya berbeda dengan air pada umumnya. Air untuk proses
produksi memiliki parameter tertentu yang harus dipenuhi. Proses Water
Treatment untuk Keperluan Produksi dapat dilihat pada lampiran 3 dan Sistem
Distribusi Air untuk Produksi dapat dilihat pada lampiran 4.
Tahap akhir dari rangkaian proses produksi yaitu pengemasan atau
packaging yang disesuaikan dengan produk yang dibuat. Setelah melalui tahap
pengemasan, dilakukan pula uji pada finish good sebagai pemastian uji akhir.
Selanjutnya produk yang telah selesai di produksi dan diuji tersebut disimpan
dalam gudang. Sebelum kemudian dikirim untuk dijual kepada konsumen. Bagan
produksi untuk masing-masing jenis produk dapat dilihat pada lampiran 5 sampai
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


31

dengan lampiran 14.


3.4.3.1. Produksi Produk Perawatan Kulit (Skincare)
Skincare berfungsi dalam merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Salah
satu produk skincare yang diproduksi PT Fabindo Sejahtera terdiri dari produk
semi padat seperti lulur mandi, krim dan lotion, hingga pencuci muka (facial
foam) serta produk skincare berwujud cair seperti cleanser. Adapun mesin dan
peralatan yang digunakan antara lain mesin mixing tank kapasitas 500-750 kg,
timbangan, kain saring, pengaduk stainless steel, panci stainless steel, mesin oil
phase tank dan inline homogenizer. Tahap awal pembuatan lulur mandi fanbo
diawali dengan pembuatan massa premix I yaitu aquademin yang telah ditimbang
ditambahkan pengawet I, diaduk hingga homogen. Pada wadah lain, yaitu pada
tangki utama dimasukkan sejumlah aquademin yang telah ditimbang dalam
jumlah tertentu, kemudian dipanaskan hingga 55-60°C (aquademin disisakan ± 10
kg untuk membilas wadah) ditambahkan pengawet 2 diaduk hingga larut
sempurna. Sedikit demi sedikit thickener ditambahkan dengan cara ditaburkan,
material ini harus dijaga agar tidak jatuh menggumpal, diaduk dengan propelar
turbin dan blade dengan kencang sambil disirkulasi dengan kecepatan 1000 rpm
selama 45 menit. Setelah itu dicek kehalusan dan homogenitas bahan kemudian
pemanasan dilanjutkan di tangki utama hingga suhu 70-80. Massa yang telah
homogen ini kemudian ditambahkan masa premix I diaduk hingga larut sempurna.
cosolvent ditambahkan ke dalam massa tersebut, diaduk dengan pengadukan
kecepatan tinggi, suhu dipertahankan pada suhu 70-80°C selama 20 menit hingga
halus dan terbentuk gel encer.
Pada tangki lain yaitu tangki fase minyak dimasukkan fase minyak yang
akan digunakan dipanaskan hingga suhu 70-80°C hingga meleleh sempurna dan
diaduk hingga homogen. Fase minyak yang telah homogen ini kemudian
dimasukkan ke dalam tangki utama pada suhu 70-80°C sambil diaduk oleh
propelar turbin dan blade dengan kencang sambil disirkulasi dengan inline
homogenizer dengan kecepatan 1000 rpm, proses emusifikasi dilakukan selama
30-45 menit. TEA (trietanolamin) atau penstabil pH ditambahkan untuk mencapai
pH optimal dengan pengadukan kecepatan tinggi selama 15 menit. Emulsi yang
telah terbentuk didinginkan hingga suhu mencapai 40°-45°C, kemudian
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


32

ditambahkan fragrance, diaduk dengan propelar turbin dan blade dengan


kecepatan rendah dan disirkulasi hingga material benar-benar homogen. Setelah
itu ditambahkan scrub bagi produk krim lulur mandi atau facial foam pada suhu
pendinginan 30°C dengan pengadukan perlahan. Sampel diambil untuk diperiksa
oleh QC, setelah bulk lulus QC, bulk ditransfer kedalam tangki SS yang sudah di
sanitasi untuk dilakukan proses filling atau pengisian ke dalam kemasan lulur. QC
akan memeriksa uji mikrobiologi dari lulur tersebut, jika memenuhi syarat maka
produk jadi akan dimasukkan ke gudang produk jadi dan siap dipasarkan. Alur
proses produksi produk skincare semi padat dapat dilihat pada lampiran 5.
Produksi skincare produk cair dilakukan dengan metode yang lebih
sederhana dibandingkan dengan produk semi padat. Proses ini dimulai dengan
penimbangan dan pencampuran bahan larut air dalam tanki mixing, kemudian
dilanjutkan dengan proses mixing seluruh bahan, dan dilanjutkan dengan proses
pengisian dalam kemasan botol, penutupan botol, dan pemberian label produk.
Alur proses produksi skincare cair dapat dilihat pada lampiran 6.
3.4.3.2. Produksi compact powder, eyeshadow, blush on, face powder, talcum
powder dan Hoitong
Compact powder, eyeshadow, blush on dan face powder merupakan
kosmetik dekoratif yang bertujuan semata-mata untuk mengubah penampilan,
yaitu agar tampak lebih cantik dan noda-noda atau kelainan pada kulit tertutupi.
Secara garis besar proses pembuatan produk-produk tersebut sama, yaitu melalui
proses mixing, filling dan packing. Pada pembuatan compact powder, eyeshadow
dan blush on pada proses filling mengalami proses pengepresan sedangkan face
powder dan talkum langsung dimasukkan kedalam kemasan primernya, seperti
tergambar dalam bagan lampiran 7.
Penimbangan formula dilakukan oleh personil gudang. Bahan-bahan yang
akan diproduksi diletakkan dalam satu palet yang kemudian akan dimasukkan ke
dalam tangki mixing. Terdapat dua mesin mixing yang dapat digunakan sesuai
dengan kebutuhan produksi yaitu mesin mixing kapasitas 125 kg dan 500 kg.
Selain mesin tersebut, pada proses mixing juga dibutuhkan mesin micropulvizer,
mesin pemanas, teko dan colour chart. Pada pembuatan compact powder, tahap
awal mixing yang dilakukan adalah premix warna. Pada tahap ini talk, titanium
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


33

oksida dan pigmen yang telah sesuai dengan colour chart dicampur dan diaduk
dalam tangki mixing, kemudian dilewatkan dalam mesin micropulverizer sampai
halus kemudian disisihkan. Pada wadah lain dibuat campuran pengawet dan
pelarut serta TiO yang dimasukkan dan dipanaskan hingga melebur sempurna
pada suhu 60-70°C. Setelah itu suhu diturunkan hingga 40-50° C, kemudian
ditambahkan ekstrak akar mulberi dan vitamin E asetat, diaduk hingga homogen.
Kedalam tangki mixing dimasukkan kembali premix warna dan bahan
pengisi kemudian dicampur dan diaduk selama 30 menit hingga homogen. Setelah
itu ditambahkan campuran pengawet dan fragrance, proses mixing dilanjutkan
kembali hingga benar-benar homogen selama 15 menit. Massa ini dilewatkan ke
mesin pulverizer, sampel diambil sedikit dicetak dalam godet, warna diperiksa
sesuai standar. Setelah lulus QC, bulk ditransfer dalam drum yang telah disanitasi
ditimbang berat bulk yang dihasilkan dan dihitung jumlah bulk yang hilang.
Proses selanjutnya adalah proses filling atau pengisian massa kedalam
kemasan primer. Massa dalam drum dimasukkan ke dalam mesin hopper yang
telah diatur volume pengisiannya. Dalam mesin hopper, bulk akan dilewatkan
dalam agitator untuk menstabilkan campuran massa agar tidak menggumpal
setelah itu akan dialirkan ke mesin cetak atau filling Kemwal. Pada conveyor
posisi godet (wadah compact powder) diatur sebelum masuk ke mesin cetak.
Berat bulk yang tercetak diperiksa kemudian dilakukan uji drop test produk tiap
30 menit. Produk setengah jadi disimpan pada rak dan ditempatkan pada kotak
kayu serta diberi identitas produk pada rak. Sampel di periksa oleh QC, produk
setengah jadi dimasukkan ke dalam gudang WIP (work in process) hingga hasil
uji dari QC memenuhi syarat. Setelah itu produk siap di kemas.
Proses pengemasan terdiri dari dua tahap yaitu pengemasan kemasan
primer dan kemasan sekunder. Mesin dan alat yang digunakan antara lain mesin
ink jet print, stampel no bets, tanggal dan produk dan mesin shrink tunnel. Dalam
pengemasan sekunder terdapat proses penyiapan container compact powder,
proses memasukkan produk setengah jadi dalam container pancake dan
pemasangan cellophane. Dalam pengemasan sekunder terdapat proses
pemasukkan puff dalam container, pengkodean nomor bets penempelan label
produk, pembentukan box sebagai wadah sekunder dan penyegelan produk
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


34

dengan plastik shrink. Kemudian dimasukkan ke dalam wadah karton besar dan
dimasukkan dalam gudang produk jadi. Skema alur proses produksi talcum
powder dan compact powder dapat dilihat pada lampiran 7 dan 8. Proses produksi
Hoitong dapat dilihat pada lampiran 9.
3.4.3.3. Produksi Lipstik
Lipstik merupakan kosmetik bibir yang dicetak menjadi bentuk stik dan
merupakan dispersi dari zat warna pada basis yang mengandung minyak, lemak,
dan lilin (Harry’s Cosmeticology). Produksi lipstik PT. Fabindo Sejahtera
dibawah merek Rivera Blue terdapat 25 macam nomor lipstik, Rivera wet and
Glam dan fanbo matte terdapat 10 macam nomor lipstik serta Fanbo fantastik
terdapat 20 nomor lipstik. Sekitar 7200 buah lipstik dapat dihasilkan dalam satu
hari produksi. Lipstik-lipstik ini akan diproduksi sesuai dengan rencana produksi
yang dibuat oleh PPIC.
Ruangan lipstik terdiri dari ruangan grey area dan black area. Dalam ruang
grey area personil diwajibkan memakai baju khusus, penutup kepala, masker dan
sarung tangan. Adapun proses yang dilakukan dalam grey area antara lain mixing,
filling, flamming dan pengemasan primer. Sedangkan pada black area dilakukan
proses pengemasan sekunder.
Dalam ruang produksi lipstik terdapat 4 buah mesin mixing dengan
kapasitas 1 kg, 15 kg, 30 kg, dan 100 kg. Tahap awal pembuatan lipstik diawali
dengan pembuatan basis lipstik. Bahan-bahan pembuat basis lipstik yang telah
ditimbang dipanaskan hingga suhu 80°C hingga meleleh sempurna. Setelah itu
basis lipstik dimasukkan ke dalam mesin mixing sambil dimasukkan sejumlah
bahan pengisi dan pengental dan di mixing selama 30 menit. Penambahan
extender warna kemudian ditambahkan dalam bulk campuran tersebut sambil
terus di homogenkan dengan mixer hingga 1 jam. Sejumlah castor oil dimasukkan
dan di mixing hingga homogen selama 1 jam. Setelah bulk homogen ditambahkan
pigmen, diaduk homogen kemudian ditambahkan beberapa jenis minyak yang
dibutuhkan dalam pembuatan lipstik, di mixing selama 30 menit. Jika warna
sudah sesuai maka ditambahkan fragrance dan vitamin E asetat kemudian
ditambahkan dan dihomogenkan. Sejumlah bulk diambil dan diperiksa oleh QC.
Setelah lulus QC, bulk ditransfer ke dalam wadah seperti ember yang dilapisi
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


35

plastik yang sebelumnya telah disanitasi dan didiamkan selama satu hari agar bulk
tersebut membeku dan memudahkan untuk proses penimbangan. Bulk yang telah
dingin dan membeku ini kemudian disimpan dalam gudang work in process
(WIP) lipstik.
Bulk dalam WIP yang akan diproses menjadi bahan jadi lipstik,
dikeluarkan dalam gudang WIP yang selanjutnya akan dipanaskan kembali dalam
mesin pencair bulk dengan suhu pengoperasian mesin 80-90° C dan dipindahkan
ke dalam mesin hopper. Bulk lipstik dalam mesin hopper kemudian akan
ditransfer ke dalam mesin filling dengan pengaturan suhu 80°C dengan spesifikasi
berat bulk 3,5-4 gram. Cetakan lipstik diatur posisinya dan ditempatkan dibawah
nozzle dengan benar, bulk lipstik akan tecetak dan kemudian cetakan tersebut
diletakkan di atas mesin pendingin. Lipstik yang sudah dingin kemudian
dimasukkan kedalam kontainernya dan dilakukan proses flamming agar
permukaan lipstik lebih mengkilap. Lipstik dalam container siap untuk ditutup,
diberi nomor bets dan expired date serta diberi kemasan berupa box satuan dan
box lusinan yang selanjutnya disegel dengan mesin shrink dengan pengaturan
suhu 150°C. Alur proses produksi lipstik dapat dilihat pada lampiran 10.
3.4.3.4. Produksi Parfum Cairan untuk Pemakaian Luar dan Obat Tradisional
(Parfum, Minyak Telon dan Kayu Putih)
Parfum adalah minyak hasil ekstraksi dari tumbuh-tumbuhan yang
dipadukan dengan beberapa zat kimia serta air, yang diracik dan mengeluarkan
wewangian, semantara minyak kayu putih dan minyak telon digunakan sebagai
sediaan penghangat untuk pemakaian diluar tubuh yakni dipermukaan kulit .
Ruang produksi produk cair untuk pemakaian luar terdiri atas ruang mixing dan
ruang filling yang menyatu dengan ruang pengemasan. Tidak ada pengaturan suhu
atau kelembaban didalamnya. Ruangan difasilitasi dengan 3 buah kipas angin dan
3 buah blower untuk mensirkulasi udara didalam ruangan.
Produksi parfum yang diamati adalah parfum fanbo 5K (Gloria) dimana
parfum ini sangat laris di pasaran. Permintaan pasar yang banyak akan produk ini,
membuat personil produksi parfum harus memproduksi 1600 lusin parfum setiap
harinya. Sementara itu produk minyak kayu putih dan minyak telon yang di

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


36

produksi PT Fabindo Sejahtera memikili merk dagang Bambi, yakni produk untuk
bayi dan balita.
Proses produksi diawali dengan proses mixing atau pencampuran bahan.
Dalam memproduksi parfum, terdapat dua jenis tangki mixing yang dapat
digunakan yaitu tangki spavil 75 kg atau tangki mixing 300 kg, dimana
penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan produksi. Pada wadah stainless
steel ditimbang sejumlah solubilizer dan penjernih yang kemudian dipanaskan
hingga suhu 40°C hingga terbentuk cairan jernih. Setelah itu pemanasan
dihentikan dan dilakukan pendinginan dengan chiller hingga temperatur kamar.
Ketika suhu telah dingin, bagi produk parfum dimasukkan fragrance ke dalam
larutan sambil diaduk hingga bahan-bahan larut sempurna dan jernih. Kemudian
larutan tersebut dimasukkan ke dalam tangki mixing utama bersama dengan
sejumlah alkohol sesuai dengan formula. Kedua larutan tersebut kemudian diaduk
homogen dan dimasukkan sejumlah aquademin sedikit demi sedikit hingga jernih.
Bulk yang sudah tercampur homogen diambil sampelnya untuk diperiksa oleh
pihak QC. Setelah lulus pengujian QC, bulk ditransfer ke dalam holding tank yang
telah disanitasi.
Bulk parfume dalam holding tank kemudian ditransfer ke dalam tangki
celup untuk proses pengisian parfume. Sebelum proses pengisian parfume
dilakukan terlebih dahulu botol 5K disiapkan dan dicuci dengan alkohol 96%
kemudian dikeringkan untuk siap digunakan. Botol-botol tersebut kemudian
dimasukkan dalam tangki celup dan di vakum selama 5 menit dengan tekanan 50
bar dan setelah itu siap untuk diangkat ke meja penyedotan manual. Di atas meja
ini volume cairan yang berlebih akan dibuang hingga batas leher botol dan botol
dicuci dengan alkohol agar tidak licin.
Proses selanjutnya adalah pemasangan plug atau penutup mulut botol
parfum yang terbuat dari plastik yang kemudian akan diletakkan pada meja
khusus penampungan yang alasnya berlubang-lubang guna menampung sisa
tirisan parfum yang dapat diproses kembali. Botol tersebut kemudian diletakkan
di meja pengering, ditempelkan label pada badan botol dan diletakkan di conveyer
untuk dilakukan proses pengkodean nomor bets dan expired date. Botol siap
ditutup dan dikemas dalam dus satuan yang kemudian dimasukkan ke dalam dus
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


37

lusinan hingga kemasan terluar yaitu karton. Layout produksi parfum dapat dilihat
pada lampiran 11.
3.4.3.5. Produksi Puff
Puff merupakan produk accessories kosmetik yang digunakan untuk
menyapukan bedak ke wajah. PT. Fabindo Sejahtera memproduksi puff yang
terdapat dalam produk pancake dan puff yang akan dipasarkan dalam kemasan
satuan. Puff diproduksi pada ruangan black area. Operator produksi di bagian ini
diwajibkan menggunakan cap, seragam dan masker serta diwajibkan
membersihkan tangan 2 jam sekali dengan disemprotkan alkohol.
Bahan baku yang digunakan adalah katun, busa, saten, lem dan foil.
Pertama, katun, busa dan saten dipotong sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan.
Kemudian saten diberi label dengan menggunakan hot stamp. Lalu katun, busa
serta saten dilem dan dipress hingga menjadi puff dengan menggunakan alat air
cylinder. Puff yang akan digunakan untuk produk pancake akan disimpan di
ruangan WIP (Work in Process). Puff yang akan dipasarkan dalam kemasan
satuan akan dikemas dalam kemasan plastik yang kemuian dilewatkan pada mesin
seal. Puff yang telah dikemas, disusun dalam box, kemudian disimpan didalam
gudang penunjang. Skema alur produksi puff, terlampir pada lampiran 12.
Ruang produksi akan disanitasi sebelum dan setelah produksi. QC akan
melakukan sampling pada bahan-bahan puff sebelum pengepresan dan pada finish
goods.
3.4.3.6. Produksi Wadah Kaleng
Selain memproduksi sediaan dan accessories kosmetik, PT. Fabindo
Sejahtera juga membuat kaleng dan godet yang digunakan untuk kemasan face
powder dan pancake. Ruangan produksi kaleng berada terpisah dari ruang
produksi kosmetik. Bahan baku utama yang dibutuhkan untuk proses produksinya
adalah aluminium.
1. Kaleng
Berdasarkan ukurannya, kaleng diklasifikasikan atas empat jenis, yaitu
kaleng tipe 211 L, 211 S, 2119L dan 2119 SP. Kaleng berfungsi sebagai kemasan
untuk face powder. Bahan yang digunakan adalah tinplate. Kaleng terdiri dari
bagian top, body dan bottom.
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


38

Pertama, tinplate dipotong sesuai kebutuhan. Pemotongan terbagi dua,


yaitu potong panjang dan potong pendek. Pemotongan tinplate menggunakan
mesin cutting. Kemudian bagian body digulung atau dibentuk dengan
menggunakan mesin gulung serta disambung dengan mesin sambung. Lalu
dilakukan pengepresan bagian bottom dan penempelan bagian top. Pada kaleng
dengan tipe 211S dan 2119SP tidak terdapat bagian top.
2. Godet
Godet merupakan wadah tempat pencetakan pancake. Godet yang
diproduksi terbagi atas godet 505, eye shadom kit, Fanbo Fantastic two way cake,
Fanbo Fantastic compact, Rivera Blue two way cake, Rivera Blue compact,
Marck’s Venus compact, Marck’s Venus two way cake dan Daisy Slim pancake.
Godet diproduksi dalam dua bentuk yakni bulat, ¼ lingkaran dan kotak. Proses
produksi dapat dilakukan secara manual dan dengan menggunakan mesin
otomatis.
Produksi godet berbentuk bulat secara manual diawali dengan pemotongan
lembaran tinplate yang kemudian dilanjutkan dengan pencetakan godet. Hasil
godet dikirim ke gudang penunjang, yang kemudian akan digunakan pada
produksi pancake. Produksi godet berbentuk kotak dan ¼ lingkaran diawali
dengan pemotongan lembaran tinplate yang kemudian dilanjutkan dengan
pencetakan godet. Lalu godet setengah jadi dipotong sisi-sisinya. Hasil godet
dikirim ke gudang penunjang, yang kemudian akan digunakan pada produksi
pancake dan eye shadow.
Godet yang diproduksi dengan menggunakan mesin otomatis adalah godet
68 (Fanbo) dan godet Daisy. Aluminium dimasukkan pada coil penggulung. Pada
coil terdapat limit switch, yang dapat mengulur aluminium ke dalam mesin
pencetak. Sebelum melewati mesin pencetak tinplate akan melewati mesin press
otomatis yang akan menarik lembaran tinplate. Godet jadi akan dikirim ke gudang
penunjang. Secara garis besar proses produksi kemasan primer kaleng ini terdapat
pada lampiran 13.
3.4.3.7. Produksi Handsoap
Selain memproduksi produk yang dipasarkan ke masyarakat, PT Fabindo
Sejahtera juga memproduksi perbakalan kesehatan rumah tangga yang digunakan
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


39

didalan perusahaan sendiri yakni handsoap atau sabun pencuci tangan yang kerap
digunakan di washtafel toilet serta pantry. Prosesnya sndiri tidak jauh berbeda
dengan pembuatan krim sabun pencuci wajah seperti yang telah dijelaskan pada
subbab sebelumnya. Secara lengkap proses tersebut dapat dilihat pada lampiran
14.
3.4.4. Kerjasama dengan Produsen Lain atau Pemilik Kontrak
Selain menghasilkan produk kosmetik yang dimiliki sebagai merk
dagangnya sendiri, PT Fabindo Sejahtera juga melakukan kerjasama melalui
kontrak dengan produsen kosmetik dan perbekalan rumah tangga lainnya. Produk
kerjasama dengan pemilik kontrak disebut produk makloon. Produk yang dibuat
berdasarkan kontrak disesuaikan dengan perjanjian isi kontrak, yakni apakan PT
Fabindo Sejahtera diberikan tanggung jawab sebagai pihak yang melakukan
proses sejak tahapan formulasi, atau memproduksi sejak raw material, atau hanya
diminta sebagai pihak yang melakukan pengemasan produk saja.
Dalam kerjasama tersebut, PT Fabindo Sejahtera juga memiliki
tanggungjawab sebagai pemberi jaminan produk dengan melakukan uji-uji
terhadap produk melalui quality control yang kemudian menginformasikan hasil
uji kepada pemiliki kontrak untuk diputuskan tahapan selanjutnya hingga produk
jadi.

3.5. Research and Development PT. Fabindo Sejahtera


Divisi penelitian dan pengembangan produk PT Fabindo Sejahtera
menggawangi proses pengembangan baik terhadap produk yang telah launching
maupun pengembangan manjadi produk baru. Tahapan proses pengembangan
produk di PT Fabindo Sejahtera yang dijalankan divisi ini melalui proses seperti
dijelaskan berikut ini:
1. Usulan pengembangan produk baru oleh divisi OEM/ product
development/ marketing.
Divisi OEM/ product development/ marketing memberikan dokumen
usulan pengembangan produk baru yang berisikan detail produk tersebut
meliputi spesifikasi produk, biaya pembuatan produk, tenggat waktu yang

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


40

diberikan untuk membuat produk, harga jual produk, dan keuntungan yang
diperoleh formulator dari tiap produk yang terjual.
2. Evaluasi usulan pengembangan produk oleh departemen research and
development
Pihak research and development mengevaluasi dokumen usulan
pengembangan produk mengenai kesesuaian spesifikasi dengan dapat
tidaknya produk tersebut dibuat, biaya pembuatan produk, tenggat waktu
yang diberikan untuk membuat produk, dan keuntungan yang akan
diperoleh formulator dalam penjualan produk.
3. Studi literatur untuk formulasi
Setelah dokumen usulan pengembangan produk disetujui oleh pihak
research and development, formulator divisi research and development
memulai studi literatur untuk menentukan bahan yang sesuai, persentasi
bahan yang sesuai dan juga alat dan proses pembuatan yang tepat untuk
menciptakan produk yang sesuai dengan spesifikasi yang sebelumnya
diberikan oleh divisi OEM/ product development/ marketing.
4. Evaluasi bahan baku dan bahan kemas yang akan digunakan
Bahan baku yang telah ditentukan melalui studi literatur diuji
kesesuaiannya dengan spesifikasi dari pemasok dan juga kesesuaiannya
dengan spesifikasi bahan baku yang diperlukan untuk membuat produk
baru tersebut. Begitu juga dengan bahan kemas. Spesifikasi bahan kemas
harus diperiksa terlebih dahulu apakah sesuai dengan spesifikasi yang
diperlukan oleh produk baru yang diperoleh melalui studi literatur
sebelumnya.
5. Trial laboratorium
Formulasi dan proses pembuatan yang sudah terbentuk diuji pada skala
laboratorium. Melalui trial laboratorium ini dapat diketahui apakah
formulasi dan proses pembuatan yang telah terbentuk sebelumnya dapat
menghasilkan produk yang tepat melalui uji pendahuluan terhadap produk.
Jika produk yang diinginkan tidak terbentuk maka dapat diadakan
peninjauan kembali (studi literatur) terhadap formulasi dan proses
pembuatan yang sudah ada.
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


41

6. Uji kestabilan awal


Setelah produk berhasil terbentuk dan memenuhi uji pendahuluan,
kestabilan produk tersebut diuji melalui uji kestabilan dipercepat.
7. Evaluasi hasil trial oleh pemberi usulan produk baru
Evaluasi hasil trial oleh pemberi usulan produk baru dilakukan secara
paralel dengan uji kestabilan awal. Evaluasi ini ditujukan untuk
mengetahui apakah produk yang dihasilkan sudah memenuhi keinginan
pemberi usulan produk baru atau belum. Biasanya evaluasi yang dilakukan
meliputi penampilan dan karakteristik aplikasi produk.
8. Pembuatan color range (untuk produk dekoratif)
Untuk produk dekoratif, terdapat tahapan pembuatan color range dimana
pada tahapan ini dibuat master product yang terdiri dalam berbagai macam
warna yang akan dibuat pada produk tersebut.
9. Uji kestabilan lanjutan
Setelah lolos uji kestabilan awal maka dilakukan proses uji kestabilan
lanjutan untuk mengetahui umur produk yang untuk tahap pertama
dilakukan dengan uji kestabilan dipercepat dan juga diparalel dengan uji
kestabilan sesungguhnya.
10. Pengembangan packaging
Selain kestabilan produk, dilakukan juga uji terhadap kemasan. Uji
kebocoran dan kestabilan bahan pengemas diuji secara paralel dengan
pengujian lainnya.
11. Uji kestabilan kompatibilitas
Pada uji ini dilakukan evaluasi kompatibilitas antar bahan dan juga dengan
bahan pengemas.
12. Uji panel, uji efikasi, uji efektivitas (bila diperlukan)
Uji panel dilakukan dengan melibatkan responden dengan kriteria tertentu
dan dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Uji panel dilakukan untuk
mengetahui pendapat konsumen (dalam hal ini responden) terhadap
produk baru tersebut. Uji efikasi dan uji efektivitas dilakukan untuk
mengetahui keamanan dan efek dari produk.
13. Registrasi produk
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


42

Sebelum diedarkan, tentunya diperlukan izin edar produk terlebih dahulu.


Untuk mendapatkan izin edar, suatu produk harus diregistrasi terlebih
dahulu kepada pihak yang berwenang pada hal ini adalah Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Untuk kosmetika, proses tersebut dikenal
sebagai notifikasi kosmetika.
14. Scale up produksi
Pada tahapan scale up, dilakukan percobaan apakah pada kuantitas skala
besar formulasi dan proses pembuatan yang telah dibuat sebelumnya
masih dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan. Jika terjadi penyimpangan, maka dilakukan peninjauan
kembali agar formulasi dan proses pembuatan yang ada dapat
menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan baik pada
skala laboratorium maupun pada skala produksi.
15. Proses verifikasi
Setelah formulasi dan proses pembuatan produk dapat memenuhi
spesifikasi saat scale up produksi, dilakukan pengawasan terhadap proses
verifikasi oleh analis departemen research and development. Proses
verifikasi ini dilakukan terdapat 3 bets pertama proses produksi produk
baru tersebut.
16. Arsip dokumen
Semua proses, dari awal pengajuan usulan pengembangan produk baru
sampai dengan proses verifikasi disimpan dalam arsip dokumen yang
tersusun rapih agar jika suatu saat diperlukan dapat dilakukan penelusuran
dokumen.

3.6. Sistem Pengawasan Mutu PT Fabindo Sejahtera


Bagian pengawasan mutu atau quality control (QC) PT Fabindo Sejahtera
dikepalai oleh Manajer Pengawasan Mutu yang bertanggung jawab kepada
Factory Director. Unit ini bertugas untuk mengawasi mutu produk secara
menyeluruh dimulai dari bahan baku, bahan kemas, produk ruahan, hingga
produk jadi.
Ruang lingkup tugas unit ini diantaranya ialah pelaksanaan dan
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


43

pengendalian kegiatan pengambilan contoh bahan baku, bahan kemas, produk


ruahan dan produk jadi, pelatihan personil yang berhubungan dengan pengawasan
mutu sesuai CPOB, menyusun, merevisi, dan memperbaharui protap kegiatan
pengawasan mutu, memastikan kebersihan ruangan dan peralatan yang
digunakan, serta pengelolaan contoh pertinggal.
Tahapan pengawasan mutu di PT Fabindo Sejahtera terdiri dari
pengawasan terhadap mutu bahan baku, bahan kemas, dan produk jadi yang
masing-masing melalui alur pengawasan yang hampir sama namun dengan
parameter pengujian yang berbeda-beda.
Alur bermula sejak bahan baku dan bahan pengemas yang masuk diterima
oleh pihak gudang yang kemudian diberi status awal “karantina”. Pada masa
karantina bahan awal ini, bagian pengawasan mutu bertugas untuk memeriksa
mutu bahan sesuai spesifikasi yang dipersyaratkan. Setelah pengujian dilakukan
dan hasil uji diperoleh, maka unit ini akan mengeluarkan keputusan untuk
mengubah status karantina yakni “passed” untuk bahan yang lulus uji ataupun
“reject” apabila ditolak. Bahan awal yang telah mendapat status “passed” telah
dapat dipergunakan untuk proses produksi.
Pengawasan mutu pada proses produksi terkait produk ruahan dan produk
jadi dilakukan dibawah pengawasan QC line, dimana contoh dari produk ruahan
dan produk jadi diambil oleh pihak produksi dibawah pengawasan pihak QC line
dan di bawa untuk dilakukan IPC (in process control) ataupun Uji Mutu Produk
Jadi di laboratorium QC. Dari keputusan pengujian ini diperoleh status yang sama
yakni “passed” atau “reject” untuk hasil uji produk ruahan, dan “release” atau
“reject” untuk produk jadi.
Adapun parameter yang diuji bagi masing-masing produk yang berbeda
tentu saja tidak sama. Bagi produk kosmetik cair para meter yang diuji antara lain
pH, viskositas, organoleptis, berat jenis, dan mikrobiologi. Uji mikrobiologi ynag
dilakukan antara lain uji mikroorganisme patogen, uji keberadaan kapang-khamir,
dan uji ALT. Untuk produk kosmetik dekoratif parameter yang diuji antara lain
organoleptis dan pay-off. Setelah produk “release”, pihak pengawasan mutu tetap
melakukan pemantauan bagi contoh pertinggal untuk verifikasi apabila terjadi
keluhan di kemudian hari.
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


44

3.7. Sistem Pemastian Mutu PT Fabindo Sejahtera


Departemen pemastian mutu bertanggung jawab atas sistem pemastian
mutu PT.Fabindo Sejahtera. Departemen pemastian mutu baru saja terbentuk pada
tahun 2013 dan terdiri dari satu orang manajer dan satu orang asisten manager.
Sistem pemastian mutu PT.Fabindo Sejahtera masih dalam proses pengembangan
pada saat ini sistem pemastian mutu terdiri dari audit internal dan juga
penanganan penyimpangan produksi. Untuk pembuatan SOP, pembentukan acuan
mutu perusahaan, partisipasi dalam program validasi, dan evaluasi catatan bets
belum termasuk dalam sistem pemastian mutu PT.Fabindo Sejahtera.

3.8. Sistem Pengelolaan Pergudangan PT Fabindo Sejahtera


Bagian Material Management PT Fabindo Sejahtera bertugas dalam
mengelola pergudangan dalam hal menerima, menyimpan dan menditribusikan
material berupa bahan baku, bahan pengemas, dan produk jadi. Gudang adalah
tempat penerimaan, penyimpanan, dan distribusi barang berupa bahan baku,
bahan pengemas, dan produk jadi, dan material lain yang dibutuhkan untuk
membantu kelancaran proses produksi maupun proses pengemasan. Komoditi ini
memiliki nilai ekonomi dan membutuhkan pengelolaan yang baik sehingga perlu
ditangani secara khusus agar barang yang disimpan tersebut senantiasa sesuai
secara kuantitatif antara persediaan fisik dengan data administratif.
Proses penanganan bahan awal, mulai dari penerimaan dan penyimpanan
sangat mempengaruhi mutu produk yang akan dihasilkan. Penanganan produk
jadi, mulai dari penyimpanan hingga siap distribusi, juga harus dikelola dengan
baik agar mutu produk tetap terjaga hingga ke tangan konsumen. Terdapat empat
ruang gudang yang ada pada bagian Material Management PT Fabindo Sejahtera,
yaitu satu buah gudang untuk penyimpanan bahan baku, satu buah gudang untuk
penyimpanan bahan kemas, dan dua buah gudang untuk penyimpanan produk jadi
sebelum dikirim ke distributor.
Alur keluar masuknya barang di PT Fabindo Sejahtera telah dikelola
dengan cukup baik. Untuk alur masuk bahan baku, pertama-tama bahan berupa
bahan baku dan bahan pengemas diterima di gudang, informasi mengenai bahan
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


45

yang datang (tanggal,jumlah, dan nama pemasok) dimasukkan ke dalam database


dan diberikan kode kedatang barang, dan dikarantina untuk dilakukan uji terhadap
pemenuhan spesifikasi oleh bagian pengawasan mutu. Setelah selesai di uji, bahan
baku dan bahan pengemas diberi penandaan diterima (“passed”) atau ditolak
(“reject”) sesuai hasil uji. Bahan yang diterima kemudian diletakkan pada rak
yang tersedia sesuai dengan SOP penyimpanan yang berlaku.
Bagian Material Management PT Fabindo Sejahtera juga bertugas dalam
melakukan penyimpanan produk jadi dan ekspedisi produk jadi ke distributor.
Produk jadi yang datang dari bagian produksi diterima di gudang dan data
mengenai produk jadi terkait jumlah dan tanggal kadaluwarsa dimasukkan ke
dalam database dan dikarantina untuk dilakukan uji terhadap pemenuhan
spesifikasi oleh bagian pengawasan mutu. Setelah selesai di uji, bahan baku dan
bahan pengemas diberi penandaan “release” atau “reject” sesuai hasil uji. Produk
jadi yang “release” kemudian diletakkan pada area “release” yang tersedia
sesuai dipersiapkan untuk dikirimkan ke distributor.

3.9. Sistem Pengelolaan Limbah PT Fabindo Sejahtera


Sumber limbah dari dampak beroperasinya kegiatan PT Fabindo Sejahtera
berasal dari proses produksi antara lain: sisa bahan baku, beroperasinya mesin-
mesin maupun sisa kemasan bahan baku, kegiatan domestik karyawan, serta
cemaran dari lingkungan di sekitar pabrik. Sementara itu jenis dampak
lingkungan hidup terbagi menjadi 5 (lima) kategori berdasrkan wujudnya yakni
limbah padat, limbah gas, limbah cair, debu, dan kebisingan.
3.9.1 Pengelolaan Limbah Padat
Limbah padat yang berasal dari kegiatan PT Fabindo Sejahtera berasal dari
sisa produksi, sisa kemasan bahan baku, maupun kegiatan domestik karyawan.
Limbah padat ini berupa bubur bedak sisa bahan baku, kemasan bekas bahan baku
berupa kardus, drum, atau botol, dan sampah domestik seperti kertas tisu, kertas
bekas, bekas bungkus makanan, dan sebagainya.
Sifat limbah padat ini tidaklah berbahaya bahkan sebagian besarnya masih
dapat dimanfaatkan. Sebagian besar limbah padat yang dihasilkan dikelola oleh
PT Fabindo Sejahtera dengan cara dikumpulkan dan diserahkan pada pihak ketiga
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


46

untuk dikelola lebih lanjut seperti kepada Karang Taruna atau TPA Kebupaten
Tangerang untuk sebagian digunakan kembali atau dibuang.
3.9.2 Pengelolaan Limbah Cair
Limbah cair dari kegiatan PT Fabindo Sejahtera berasal dari sisa
produksidan kegiatan domestik karyawan (MCK). Limbah cair dari proses ini
berupa cairan dengan kandungan bahan kimia tertentu sebagai sisa proses
produksi dan oli-oli bekas pelumas mesin yang dapat mempengaruhi penurunan
kualitas air di lingkungan sekitar.
Sifat limbah cair dari proses produksi tersebut berbahaya bagi lingungan.
Besaran limbah cair dari hasil produksi diperkirakan tiap harinya sebesar 2m 3/
hari, sementara sisa oli pelumas sebesar 20 liter / bulan.
Dalam proses pengolahan limbah ini pihak pengelola di dalam PT Fabindo
Sejahtera melakukan pengelolaan dari pengumpulan limbah dari berbagai lokasi
di dalam perusahaan, limbah tersebut kemudian ditampung ke tempat
penampungan limbah cair dalam tempat penampungan khusus. Selanjutnya divisi
QC (Quality Control) bertugas untuk menganalisa tingkat bahaya dari limbah.
Pengukuran kualitas limbah dari proses produksi di saluran drainase
sebagai dampak dari cemaran yang dihasilkan oleh PT Fabindo Sejahtera
mangacu pada SK Bupati Tangerang No.545/SK.03a-Perek/1993. Berdasrkan
hasil pengukuran kualitas air PT Fabindo Sejahtera disaluran drainase
menunjukkan bahwa kandungan limbah cair seperti TSS, pH, BOD5, COD, Zn,
Pb, Cu, Cd, minyak dan lemak, serta Fenol berada di bawah baku mutu yang
diperbolehkan, sedangkan parameter kandungan Hg sedikit melebihi baku mutu.
Untuk menanggulanginya maka PT Fabindo Sejahtera membuat sistem IPAL.
Untuk limbah berupa sisa oli pelumas mesin, PT Fabindo Sejahtera
bekerjasama dengan karang taruna setempat untuk melakukan pengelolaannya.
Sisa dari oli tersebut dikumpulka dalam drum, untuk selanjutnya diambil oleh
pihak ketiga. Sedangkan untuk limbah cair dari kegiatan domestik disalurkan
dalam septic tank agar tidak mencemari saluran drainase setempat. Alur neraca
penggunaan air PT Fabindo Sejahtera secara menyeluruh dapat dilihat pada bagan
di lampiran 15 sementara sistem pengolahan libah cairnya dapat dilihat pada
lampiran 16, dalam kedua bagan tersebut terdapat alur mulai dari penggunaan air
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


47

untuk seluruh area pabrik hingga sistem pengolahan limbah cairnya.


Lain halnya dengan limbah B3 yang juga mungkin terdapat pada limbah
cair, PT Fabindo Sejahtera bekerja sama dengan PT Sinerga sebagai pihak ketiga
untuk melakukan pengelolaan. Dalam hal ini pihak pengelolan dalam perusahaan
menugaskan pihak QC untuk melakukan analisa terhadap sampel limbah,
kemudian limbah yang positif mangandung bahan berbahaya sejenis B3 kemudian
di tampung untuk kemudian diserahkan pada pihak ketiga yakni PT Sinerga untuk
kemudian dikelola. PT Sinerga kemudian mengeluarkan manifest yang berisikan
sertifikat, serta berita acara pembuangan limbah yang juga disertai dengan
kuitansi pembayaran pengelolaan limbah B3 oleh PT Sinerga sebagai pihak
ketiga.
3.9.3 Pengelolaan Limbah Gas
Limbah gas dari kegiatan PT Fabindo Sejahtera berasal dari proses
produksi maupun lingkungan sekitar dan bersifat bahaya.
Pengukuran kualitas udara dari proses produksi di dalam ruang produksi
PT Fabindo Sejahtera mengacu pada SE Menaker No.01/Menaker/1997,
sedangkan untuk kualitas udara di lingkungan sekitar mengacu pada SK
MENKLH KEP-02/MENKLH/1/1988 dan PPRI No.41/1999.Berdasarkan hasil
pengukuran kualitas udara, diketahui bahwa limbah gas berupa CO, No x, SO2,
NH3, dan H2S berada dibawah baku mutu yang diperbolehkan
Upaya pengelolaan kualitas udara yang dilakukan PT Fabindo Sejahtera
antara lain:
 Melakukan upaya penghijauan di halaman pabrik
 Mengimbau panggunaan masker bagi karyawan terutama di dalam
ruangan yang berpotensi mengandung gas berbahaya dalam kadar
berlebihan.
 Menghentikan proses produksi sementara apabila limbah gas yang
ditimbulkan melebihi baku mutu yang ditetapkan.
3.9.4 Pengelolaan Debu
Debu dari kegiatan PT Fabindo Sejahtera berasal dari proses produksi
maupun lingkungan sekitar. Pengukuran debu ini mengacu pada baku mutu
berdasarkan SK Menaker No.01/Menaker/1997 untuk kualitas debu di dalam
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


48

ruangan dan PP-RI No.41/1999 untuk kualitas debu di lingkungan sekitar pabrik.
Upaya pengelolaan kualitas udara dari limbah debu yang dilakukan PT
Fabindo Sejahtera antara lain:
 Imbauan untuk pemakaian masker bagi karyawan
 Menjaga kebersihan ruang kerja
 Pemagaran sekeliling lokasi yang dilengkapi dengan penghijauan dengan
pepohonan yang dapat penyaring partikel debu.
3.9.5 Pengelolaan Kebisingan
Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat
Sound Level Meter, hasil dari tiap kali pengukuran dibandingkan dengan baku
mutu berdasarkan SE Menaker No.51/Menaker/1999 tentang baku mutu
kebisingan dalam ruangan dan SK MenLH No.48/MenLH/11/1996 untuk baku
mutu kebisingan udara ambien.
Berdasarkan hasil pengukuran intensitas kebisingan di dalam ruangan produksi
maupun lingkungan sekitar , tingkat kebisingan yang dihasilaj PT Fabindo
Sejahtera masih berada dibawah baku mutu yang ditentukan.
Upaya pengelolaan lingkungan dari dampak peningkatan kebisingan yang
dilakukan PT Fabindo Sejahtera antara lain:
 Melakukan perawatan berkala terhadap mesin-mesin yang beroperasi
 Menyediakan ear plug bagi karyawan teritama yang bekerja di area
produksi dengan mesi yang bising
 Pemagaran sekeliling lokasi yang dilengkapi pepohonan sebagai pagar
hidup.

3.10. Proses Toll Manufacturing di PT. Fabindo Sejahtera


Selain menghasilkan produk dengan brand yang berada di bawah naungan
PT. Fabindo Sejahtera, fasilitas produksi dan pengujian di PT. Fabindo Sejahtera
juga digunakan untuk memproduksi kosmetik berdasarkan kontrak kerja sama
dengan berbagai mitra kerja sama baik dari dalam maupun luar negeri, atau biasa
disebut dengan makloon. Dalam menjalin kerjasama tersebut, PT.Fabindo
Sejahtera dengan pihak pemberi kontrak terlebih dahulu menjalani beberapa
proses untuk mencapai perjanjian kontrak, tahapan tersebut adalah :
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


49

1. Initial meeting
Initial meeting merupakan pertemuan pertama antara pihak PT.Fabindo
Sejahtera dalam hal ini berasal dari departemen Toll Manufacturing
dengan pihak pemberi kontrak. Pada pertemuan ini dibicarakan
spesifikasi produk, formula dan proses produksi (apakah berasal dari
pihak pemberi kontrak atau kepada PT. Fabindo Sejahtera). Hasil dari
pertemuan tersebut kemudian diberikan kepada pihak research and
development untuk dibuat dalam skala laboratorium.
2. Sample dari pihak research and development PT. Fabindo Sejahtera
Setelah sampel selesai dibuat, pihak research and development
menyerahkan kepada pihak Toll Manufacturing untuk terlebih dahulu
dievaluasi sebelum diajukan kembali kepada pihak pemberi kontrak.
Jika sudah memenuhi maka pihak Toll Manufacturing akan mengajukan
produk tersebut kepada pihak pemberi kontrak jika belum maka produk
tersebut akan dikembalikan kepada pihak research and development
untuk dibuat ulang (retrial).
3. Approval customer atau retrial sample approval
Sampel yang sudah disetujui oleh pihak Toll Manufacturing kemudian
diberikan kepada pihak pemberi kontrak untuk mengetahui apakah
sudah sesuai dengan keinginan pihak pemberi kontrak atau belum. Jika
belum sesuai maka ketidak sesuaian tersebut dicatat kemudian
diberikan kepada pihak research and development untuk kembali
disesuaikan. Jika sudah selesai maka pada akan berlanjut ke tahap
berikutnya yaitu tahap costing.
4. Costing
Pada tahap ini dilakukan kesepakatan biaya yang harus dibayar oleh
pihak pemberi kontrak kepada PT.Fabindo Sejahtera untuk dapat
menjalankan kontrak tersebut.
5. Peresmian kontrak (MOU)
Setelah semua disetujui, maka kontrak yang sudah dibuat dengan
terperinci ditandatangani oleh kedua pihak sebagai tanda peresmian
kerjasama.
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


50

6. Uji Stabilitas
Pengujian stabilitas ini dikerjakan secara paralel dengan proses
pembuatan kontrak (MOU). PT. Fabindo Sejahtera memiliki ketentuan
untuk periode pengujian uji stabilitas yaitu selama 3 bulan.
7. Proses Produksi
Setelah semua proses di atas selesai, makan proses produksi siap
dilaksanakan. Proses produksi dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
tertera pada kontrak yang sudah dibuat sebelumnya.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


BAB 4
PEMBAHASAN

PT Fabindo Sejahtera berdiri sejak tahun 1968 dan tumbuh sebagai


industri kosmetik yang hingga kini terus berkembang dengan produk
ternama di Indonesia. Sebagai industri kosmetik di Indonesia, PT Fabindo
Sejahtera telah memenuhi kewajibannya untuk memenuhi ketentuan Cara
Pembutan Kosmetik yang Baik (CPKB) berdasarkan pada Keputusan
Kepala Badan POM RI No. HK.00.05.4.3870 Tentang Pedoman Cara
Pembuatan Kosmetik Yang Baik. Hal ini terbukti dengan sertifikat CPKB
yang diperoleh oleh PT Fabindo Sejahtera sejak tahun 2008 dan telah
dilakukan re-sertifikasi, yang menunjukan bahwa kosmetika yang
diproduksi oleh PT Fabindo Sejahtera telah memenuhi persyaratan
keamanan, kemanfaatan dan mutu sesuai yang dipersyaratkan oleh Badan
POM RI.
Sistem manajemen mutu di PT Fabindo Sejahtera juga telah
diterapkan dengan baik hal ini dibuktikan dengan penerapan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Implementasi CPKB dan sistem
manajemen mutu di PT Fabindo Sejahtera menjadikan perusahaan ini
sebagai salah satu mitra manufaktur produk kosmetik kontrak ternama di
Indonesia. Selain digunakan untuk memproduksi kosmetik dari perusahaan
sendiri, fasilitas produksi di PT Fabindo sejahtera juga digunakan untuk
memproduksi kosmetik berdasarkan kontrak kerja sama dengan berbagai
mitra kerja sama baik dari dalam maupun luar negeri.
Terdapat lima pilar utama dalam CPKB yang harus dipenuhi oleh
industri farmasi dalam rangka implementasi dan sertifikasi CPKB pada
sarana produksinya, kelima pilar tersebut antara lain ialah:
a. Spesifikasi
Semua peralatan, bangunan, ruangan, bahan baku, dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan proses pembuatan dan pengemasan kosmetik hingga

51 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


52

menjadi produk kosmetik yang siap dipasarkan harus memenuhi kriteria dan
persyaratan yang telah ditetapkan.
b. Standard Prosedur Operasional
Setiap pekerjaan yang dilakukan, yang berkaitan secara langsung maupun tidak
langsung dengan proses pembuatan kosmetik, harus dilakukan mengikuti suatu
standar tertentu untuk menjamin praktek dan hasil kerja yang seragam.
c. Validasi
Semua peralatan maupun prosedur tetap yang dipakai harus dapat dibuktikan
kebenaran atau kesesuaiannya dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
d. Monitoring
Sebelum melakukan proses produksi, harus selalu dilakukan pengecekan secara
rutin terhadap semua aspek produksi untuk menjamin proses produksi terlaksana
sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.
e. Dokumentasi
Semua kegiatan yang dilakukan baik dari penerimaan bahan baku, pengolahan,
pengemasan hingga penyimpanan produk jadi harus selalu tercatat dalam agar
setiap penyimpangan yang terjadi dapat segera terdeteksi.
PT Fabindo Sejahtera telah memenuhi kelima pilar tersebut dalam setiap
tahapan yang berhubungan dengan proses pembuatan kometik. Peralatan,
bangunan, dan ruangan dipastikan memenuhi persyaratan melalui proses
kualifikasi dan validasi, sedangkan bahan baku dan bahan kemas dipastikan
memenuhi persyaratan melalui pengujian oleh bagian pengawasan mutu. Aspek
CPKB telah dilakukan secara menyeluruh terhadap setiap tahapan dari proses
pembuatan kosmetik mulai dari pemilihan pemasok bahan awal hingga
pengelolaan dan distribusi produk jadi hingga ke tangan konsumen. Berikut ini
adalah hasil pengamatan penulis selama Praktek Kerja Profesi mengenai
penerapan aspek CPKB di PT Fabindo Sejahtera.

4.1 Manajemen Mutu


Industri kosmetik harus memproduksi kosmetik sedemikian rupa agar
sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum
dalam dokumen pelaporan produk (notifikasi) sesuai pedoman Badan POM RI

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


53

dan tidak menimbulkan risiko saat digunakan. Oleh karena itu manajemen PT
Fabindo Sejahtera membuat suatu kebijakan pemastian mutu yang dibantu oleh
partisipasi dan komitmen dari semua jajaran baik internal maupun eksternal
perusahaan. Unsur dasar manajemen mutu adalah suatu infrastruktur atau sistem
mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya.
Tindakan yang sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi sehingga produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pengamatan penulis yang dilakukan selama menjalani PKPA,
PT Fabindo Sejahtera telah menerapkan aspek manajemen mutu yang meliputi
pengawasan dan pemastian mutu dengan konsep dasar pemenuhan CPKB.
Manajemen mutu ini merupakan tanggung jawab departemen pemastian mutu
dibawah arahan direktur pabrik. Departemen pemastian mutu bertanggung jawab
menyeluruh terhadap pengendalian mutu dari hulu hingga hilir proses produksi,
mulai dari pemilihan pemasok bahan baku, hingga pemastian mutu produk jadi.

4.2 Personalia
Industri kosmetik hendaklah memiliki personel yang terkualifikasi dan
berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai sehingga tiap personel tidak
dibebani tanggung jawab yang berlebihan serta mejamin mutu produk yang
dihasilkan. Industri farmasi juga harus memiliki struktur organisasi dengan
pembagian tugas dan kewenangan yang jelas sehingga tidak terjadi tumpang
tindih dalam melaksanakan tugasnya masing-masing. Berdasarkan CPKB,
personalia pada suatu industri kosmetik harus mempunyai pengetahuan,
pengalaman, keterampilan dan kemampuan yang sesuai dengan tugas dan
fungsinya, sementara itu secara kuantitas jumlah personal yang bertanggung
jawab dalam suatu tugas haruslah tersedia dalam jumlah yang cukup. Mereka
harus dalam keadaan sehat dan mampu menangani tugas yang dibebankan
kepadanya.
Dalam melaksanakan produksinya, PT Fabindo Sejahtera dibantu oleh
para sumber daya manusia (SDM) dengan jumlah dan kualifikasi yang memadai
yang dikelompokkan pada beberapa departemen sesuai kualifikasi dan tanggung

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


54

jawabnya masing-masing. Sebagai gambaran awal, struktur organisai PT Fabindo


Sejahtera dapat dilihat pada lampiran 1. Pada struktur organisasi dapat dilihat
bahwa kegiatan operasional pabrik diarahkan oleh satu orang direktur yang
membawahi dua bidang produk yaitu kosmetik dan obat tradisional. Kedua bidang
ini memiliki beberapa departemen dengan posisi yang sejajar dan independen satu
sama lain namun bekerja secara sinergis.
Departemen produksi dan pengawasan mutu dikepalai oleh seorang
manajer dengan kualifikasi apoteker dan bertanggun jawab penuh atas semua
tugas terkait proses produksi dan pengawasan mutu. Kedua departemen ini
bekerja saling independen dan tanpa ikatan tanggung jawab satu sama lain dalam
menghasilkan mutu produk sesuai standard. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang
tertulis pada CPKB. Kepala bagian produksi dan pengawasan mutu dibantu oleh
beberapa personel antara lain supervisor dan analis/operator. Dalam
melaksanakan tugasnya, setiap personel tersebut akan didelegasikan pada tugas
dengan instruksi kerja yang tertulis baik dan senantiasa diperbarui untuk
menyesuaikan target kerja yang harus dicapai setiap harinya.

4.3 Banguan dan Fasilitas


PT Fabindo Sejahtera telah ditunjang oleh gedung, sarana, dan fasilitas
yang cukup memadai. Bangunan utama PT Fabindo Sejahtera terdiri dari pabrik,
kantor, gudang, laboratorium, dan sarana penunjang lainnya seperti area parkir,
area makan (kafetaria), ruangan teknisi, dan kolam penampungan air. Bangunan
ini telah memiliki desain, ukuran dan tata letak yang memudahkan pelaksanaan
kerja, pembersihan dan pemeliharaannya.
Desain dan tata letak ruang produksi dibangun dengan mengelompokkan
kegiatan produksi sesuai jenis produk yaitu skin care, dekoratif dan sediaan untuk
pemakaian luar seperti parfum dan sediaan obat tradisional (minyak kayu putih
dan minyak telon). Tujuan pengelompokkan tersebut dilakukan demi menghindari
terjadinya kesalahan dan pencemaran silang yang mempengaruhi mutu produk,
keselamatan dan kesehatan kerja. Dinding, langit-langit dan sudut lantai pada
ruang produksi juga telah mengikuti ketentuan CPKB yakni dengan detail dinding
dan lantai tak bersudut yang dicat dengan cat anti air demi mecegah kontaminasi

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


55

mikroorganisme, akumulasi debu dan kotoran, serta agar mudah dirawat, dan
dibersihkan. Pembagian ruang kelas di PT Fabindo Sejahtera masih menggunakan
tingkat sistem ruangan berdasarkan white, grey, dan black area. Proses produksi
dan proses pengemasan produk dipisahkan berdasarkan perbedaan tingkat kelas
ruangan. Proses pencampuran (mixing), pengisian (filling), dan pencetakan
dilakukan dalam kelas grey area, sementara pengemasan produk jadi ke dalam
kemasan sekunder dilakukan dalam kelas black area.
Walau terpisah secara fisik, ruang pengawasan mutu terletak berdekatan
dengan ruang produksi sehingga proses pengambilan contoh dan pengujian oleh
analis dapat dilakukan dengan mudah, segera, dan efisien. Secara garis besar
terdapat tiga ruang utama pada departemen pengawasan mutu, yaitu laboratorium
pengujian, ruang penyimpanan contoh pertinggal, dan ruang administrasi.
Laboratorium pengujian pada departemen ini dibagi menjadi dua area yaitu area
pengujian mikrobiologi dan non-mikrobiologi, sehingga dapat meminimalkan
terjadinya pencemaran silang dan memberikan hasil pengujian yang valid.
Gedung produksi dan gudang di PT Fabindo Sejahtera terletak terpisah
dengan akses keluar masuk material dan personel yang diatur dengan baik.
Terdapat empat ruang gudang utama yang ada pada bagian Material Management
PT Fabindo Sejahtera, yaitu satu buah gudang untuk penyimpanan bahan baku,
satu buah gudang untuk penyimpanan bahan kemas, dan dua buah gudang untuk
penyimpanan produk jadi sebelum dikirim ke distributor serta terdapat gudang
khusus untuk bahan mudah terbakar (alkohol), bahan retur, dan suku cadang. Pada
4 gudang utama dan gudang bahan mudah terbakar, area penyimpanan barang
pada masing-masing gudang dikelompokkan berdasarkan status material yang
bersangkutan (quarantine, released, atau rejected), suhu penyimpanan, dan tipe
material (bahan baku, produk jadi, bahan pengemas). Ruangan gudang terdiri dari
area penerimaan, pengeluaran, karantina, penyimpanan material dan ruang
administrasi. Sebelum pintu masuk gudang terdapat gowning area tempat setiap
personel yang akan masuk ke gudang mengenakan alat pelindung diri seperti
helm dan jas untuk meminimalkan resiko kecelakaan kerja dan kontaminasi pada
bahan baku ataupun produk jadi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


56

4.4 Peralatan
Semua peralatan di PT Fabindo Sejahtera memiliki dokumen kualifikasi
dan prosedur tetap untuk operasional, pembersihan dan pemeliharaan. Peralatan-
peralatan tersebut ditempatkan dengan baik sehingga memudahkan dalam
operasional produksi, pembersihan, perawatan dan perbaikan. Peralatan dipilih
dan diletakkan sesuai dengan fungsinya. Peralatan juga dibersihkan secara teratur,
sesuai prosedur pembersihan alat yang dirinci dalam prosedur tetap, untuk
mencegah kontaminasi yang dapat merubah identitas, kualitas atau kemurnian
suatu produk. Untuk proses pembersihan alat-alat produksi, dilakukan sendiri oleh
operator alat yang bertanggung jawab.
Peralatan yang digunakan pada produksi di desain agar tidak bereaksi
dengan bahan-bahan kosmetik yang sedang diproses, tidak mengadsorbsi dan
tidak melepaskan serpihan. Peralatan-peralatan besar seperti tangki mixing,
hopper dan alat-alat lain berbahan stainless steel menggunakan stainless steel
grade 316 yang tahan terhadap korosi. Peralatan terkait proses pengujian seperti
timbangan dan alat ukur lainnya juga dipelihara dan dikalibrasi secara berkala
dengan sistem dokumentasi pemeliharaan yang dikelola dengan baik. Setiap
peralatan memiliki prosedur tetap yang terdiri dari spesifikasi alat, panduan
operasional penggunaan, cara pembersihan dan cara kalibrasi.
Kalibrasi di PT. Fabindo sejahtera dilakukan satu tahun sekali dan
diperoleh sertifikat kalibrasi. Selain peralatan utama, sistem penunjang seperti
ventilasi, pendingin ruangan dan sistem pengolahan air dikelola dengan baik
sehingga berfungsi optimal sesuai tujuannya.

4.5 Sanitasi dan Higiene


Seluruh bangunan dan fasilitas di PT Fabindo Sejahtera terawat dengan
baik, senantiasa dalam keadaan rapi dan bersih serta dilengkapi dengan peralatan
dan utilitas untuk menunjang pelaksanaan kegiatan dengan memprioritaskan pada
terciptanya sanitasi, higiene, keamanan dan keselamatan kerja serta kelestarian
lingkungan sekitar. Untuk menjamin keamanan personel dan perlindungan
terhadap produk dari pencemaran, maka setiap personel diwajibkan menggunakan
pakaian pelindung diri yang bersih, dan juga alat pelindung diri seperti masker,

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


57

sarung tangan dan penutup kepala. Perlengkapan ini wajib dikenakan sebelum
personel memasuki area produksi atau laboratorium pengujian. Selain itu,
personel juga diwajibkan mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakah
kegiatan pada wastafel yang tersedia pada bagian depan area produksi. Selain itu
sebelum memasuki ruang ganti (grooming), personil diharuskan untuk mencuci
tangan dan setelah mengenakan pakaian produksi dan sarung tangan personil
diharuskan menggunakan alkohol 70% untuk memastikan personil tidak
membawa kontaminan dari luar.
Para personel dilarang melakukan kegiatan makan dan minum di area
produksi dan laboratorium pengujian. Bagi personel yang hendak makan dan
minum dapat melakukannya pada waktu istirahat di area makan yang tersedia
pada bagian belakang pabrik. Personel yang hendak meninggalkan area kerja
mereka harus melepaskan alat pelindung diri yang digunkaan saat bekerja dan
menyimpannya pada tempat penyimpanan yang telah disediakan. Setiap bangunan
dilengkapi dengan toilet dan tempat cuci tangan dalam jumlah yang memadai dan
letak yang terjangkau dari area kerja karyawan. Semua peralatan yang digunakan,
dibersihkan menurut prosedur yang telah ditetapkan serta dijaga dan disimpan
dalam kondisi yang bersih.

4.6 Produksi
Proses produksi dilakukan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPKB agar dapat menghasilkan produk yang
memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan serta ketentuan izin
pembuatan dan izin edar. Mutu produk yang dihasilkan tidak hanya ditentukan
pada hasil akhir pengujian tetapi juga ditentukan sejak kedatangan material hingga
proses produksi selesai, sehingga ada prosedur baku untuk tiap langkah proses
beserta persyaratan yang harus diikuti seperti yang tercantum dalam prosedur
pengolahan induk dan prosedur pengemasan induk, sehingga mutu kosmetik yang
diproduksi dapat terjamin dan sesuai spesifikasi yang telah ditentukan. Prosedur
pembuatan produk secara rinci telah dijelaskan pada bab sebelumnya dan bagan
alur produksi berbagai produk PT. Fabindo Sejahtera dapat dilihat pada lampiran
3 sampai dengan lampiran 12.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


58

Air yang digunakan untuk proses produksi diperlakukan secara khusus


untuk memastikan bahwa air yang digunakan untuk proses produksi berkualitas
dan memenuhi parameter kimiawi dan mikrobiologi yang ada. Kualitas air
dipantau secara berkala oleh bagian QC. Sistem perpipaan PT. Fabindo Sejahtera
sudah cukup baik sehingga dapat terhindar dari stagnasi dan resiko terjadinya
pencemaran. Sebagai bentuk antisipasi, PT.Fabindo Sejahtera memiliki 2 buah
alat water treatment sehingga jika sebuah alat water treatment mengalami
gangguan, maka akan ada satu buah alat water treatment lainnya yang dapat
digunakan.
Semua bahan baku dan bahan pengemas yang digunakan pada proses
produksi telah dinyatakan lulus berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh
bagian pengawasan mutu. Semua peralatan yang digunakan dalam proses
produksi harus diperiksa sebelum digunakan. Selama proses produksi maupun
pengemasan selalu dilakukan In Process Control (IPC) sebagai suatu bentuk
pengawasan terhadap mutu produk. Pelaksanaan IPC berada dibawah pengawasan
QC line, yaitu bagian dari departemen pengawasan mutu yang bertugas
mengawasi dan menjalankan proses pengawasan mutu produk selama proses
produksi berjalan. Parameter yang diperiksa selama proses IPC pada setiap
produk memiliki jenis pemeriksaan dan rentang penerimaan yang berbeda dan
tercantum dalam prosedur pengolahan induk produk yang bersangkutan.
Selama proses IPC, dilakukan evaluasi parameter-parameter kritis yang
berbeda pada masing-masing jenis produk. Pengambilan contoh/sampling
dilakukan oleh operator dari bagian produksi sedangkan pengujian dilakukan oleh
analis dari bagian pengawasan mutu. Sisa produk atau produk yang rusak selama
pengemasan dan kemasan sekunder yang tersisa selama proses pengamasan
kemudian dikumpulkan dan dikelola sebagai limbah padat oleh bagian General
Affair. Selanjutnya, produk jadi dikirim ke gudang untuk dikarantina dan dikelola
distribusinya oleh bagian Material Management. Setiap proses produksi dicatat
dan disimpan secara rinci pada catatan bets.

4.7 Pengawasan Mutu


Tahapan pengawasan mutu di PT Fabindo Sejahtera terdiri dari

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


59

pengawasan terhadap mutu bahan baku, bahan kemas, dan produk jadi yang
masing-masing melalui alur pengawasan yang hampir sama namun dengan
parameter pengujian yang berbeda-beda. Alur bermula sejak bahan baku dan
bahan pengemas yang masuk diterima oleh pihak gudang yang kemudian diberi
status awal “karantina”. Pada masa karantina bahan awal ini, bagian pengawasan
mutu bertugas untuk memeriksa mutu bahan sesuai spesifikasi yang
dipersyaratkan. Setelah pengujian dilakukan dan hasil uji diperoleh, maka unit ini
akan mengeluarkan keputusan untuk mengubah status karantina yakni “passed”
untuk bahan yang lulus uji ataupun “reject” apabila ditolak. Bahan awal yang
telah mendapat status “passed” telah dapat dipergunakan untuk proses produksi.
Pengawasan mutu pada proses produksi terkait produk ruahan dan produk
jadi dilakukan dibawah pengawasan QC line, dimana contoh dari produk ruahan
dan produk jadi diambil oleh pihak produksi dibawah pengawasan pihak QC line
dan di bawa untuk dilakukan IPC (in process control) ataupun Uji Mutu Produk
Jadi di laboratorium QC. Dari keputusan pengujian ini diperoleh status yang sama
yakni “passed” atau “reject” untuk hasil uji produk ruahan, dan “release” atau
“reject” untuk produk jadi.
Adapun parameter yang diuji bagi masing-masing produk yang berbeda
tentu saja tidak sama. Bagi produk kosmetik cair parameter yang diuji antara lain
pH, viskositas, organoleptis, berat jenis, dan mikrobiologi. Uji mikrobiologi yang
dilakukan antara lain uji mikroorganisme patogen, uji keberadaan kapang-khamir,
dan uji Angka Lempeng Total (ALT). Untuk produk kosmetik dekoratif parameter
yang diuji antara lain organoleptis dan pay-off (kemampuan melekat bedak pada
puff). Setelah produk “release”, pihak pengawasan mutu tetap melakukan
pemantauan bagi contoh pertinggal untuk verifikasi apabila terjadi keluhan di
kemudian hari.
Manajemen contoh pertinggal pada PT. Fabindo sudah cukup baik. Setiap
satu rak mewakili satu tahun produksi. Tiap kolom pada rak mewakili bentuk
sediaan (cair, semi solid atau solid) dan pada tiap baris pada kolom tersebut
tersusun menurut nomor bets. Namun, terdapat kelemahan pada sistem ini yaitu
efisiensi rak yang kurang baik dikarenakan jumlah produksi untuk tiap jenis
sediaan tidak merata sehingga terdapat rak yang sangat penuh dengan produk

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


60

namun juga terdapat rak yang jarang sekali terdapat adanya produk. Untuk lama
penyimpanan contoh pertinggal ditetapkan sampai dengan 1 tahun setelah tanggal
kadaluarsa produk.
Manajemen catatan bets (dokumentasi bets) pada PT. Fabindo Sejahtera
berdasarkan pada bentuk sediaan yang kemudian terbagi lagi dengan
menggunakan sistem alfabetis. Selanjutnya, pada setiap pembagian alfabetis,
dokumen tersusun kembali menurut nomor bets produk. Sistem ini sudah baik
karena memudahkan personil untuk melakukan penulusuran bets.

4.8 Dokumentasi
Sistem dokumentasi yang dirancang atau digunakan dalam suatu badan
usaha industri hendaknya mengutamakan tujuannya yaitu menentukan, memantau
atau mencatat mutu dari seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu sehingga
setiap kesalahan dapat segera terdeteksi. Sistem dokumentasi harus
menggambarkan riwayat lengkap pengolahan setiap bets suatu produk, sehingga
memungkinkan penyelidikan serta penelusuran terhadap bets produk yang
bersangkutan.
Setiap kegiatan produksi dan pengujian di PT Fabindo Sejahtera telah
memiliki sistem dokumentasi yang baik dibawah tanggung jawab setiap
departemen secara independen. Setiap instruksi kerja tertulis dengan jelas dalam
bentuk kalimat perintah yang mudah dimengerti dan terpasang pada lokasi yang
mudah dijangkau oleh para personel yang bertugas. Pengeluaran dokumen
dilakukan dengan sistem pengendalian yang terpercaya dan terjaga
kerahasiaannya. Pembaharuan dokumen dilakukan secara berkala dan dokumen
yang sudah tidak berlaku segera dilakukan penarikan untuk disimpan menjadi
arsip perusahaan. Penyimpanan dokumen berada dibawah tanggung jawab
departemen QC.

4.9 Audit Internal


Audit internal dilakukan untuk menilai pemenuhan seluruh aspek CPKB
pada industri kosmetik, serta untuk mengevaluasi dan menentukan tindakan
perbaikan dan pencegahan jika terdeteksi adanya penyimpangan. Proses audit

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


61

internal PT Fabindo Sejahtera dilakukan dibawah pengawasan departemen quality


assurance (QA) dengan dibuat jadwal audit internal berkala selama periode satu
tahun yang mencakup pemeriksaan terperinci terhadap seluruh divisi kerja PT
Fabindo Sejahtera. Rencana audit yang telah dibuat dalam jadwal tersebut
kemudian dilaksanakan secara rutin dan dibuat pelaporan untuk kemudian
didokumentasikan dalam laporan audit rutin. Audit internal yang dilakukan oleh
PT. Fabindo Sejatera dilakukan oleh berbagai pihak baik dari pihak luar atau
auditor professional maupun oleh tim internal.

4.10 Penyimpanan (Pengelolaan Gudang)


PT. Fabindo Sejahtera memiliki area penyimpanan (gudang) yang cukup
luas dimana terdiri dari 4 gedung utama yaitu 1 buah gudang penyimpanan bahan
baku, 1 buah gudang penyimpanan bahan pengemas, dan 2 buah gudang
penyimpanan barang jadi. Selain 4 gedung utama, terdapat juga 3 gudang lainnya
yaitu gudang penyimpanan bahan mudah terbakar (alkohol), gudang bahan retur
dan gudang suku cadang. Area penyimpanan dirancang atau disesuaikan untuk
menjamin kondisi penyimpanan yang baik dimana terdapat area khusus untuk
bahan mudah terbakar, bahan beracun, dan juga bahan yang memerlukan suhu
penyimpanan tertentu. Pada setiap rak terdapat palet yang berfungsi untuk
mencegah container bahan menempel pada lantai agar kebersihan dan kualitas
bahan terjamin selama penyimpanan.
Terdapat area khusus untuk penerimaan barang dimana area tersebut
merupakan area yang teduh dan dapat memungkinkan adanya perlakuan seperti
pembersihan untuk kontainer barang yang baru datang. Terdapat prosedur tetap
penerimaan barang yang harus diterapkan setiap ada barang datang, yaitu :
1. Periksa kecocokan detail surat jalan dengan purcashing order yang ada
pada admin gudang.
2. Setelah sesuai, admin melaporkan adanya barang datang kepada
supervisor dan diterima oleh pelaksana.
3. Barang datang diberi label “karantina” dan ditempatkan pada area
karantina.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


62

4. Admin memasukkan data barang datang ke sistem perusahaan sehingga


departement lain dapat mengetahui adanya barang datang dan dapat
merencanakan tahapan berikutnya. Bagian PPIC dapat menyusun jadwal
produksi, bagian QC dapat melakukan pengujian, dan bagian produksi
dapat mempersiapkan kegiatan produksi. Selain itu juga diberikan
Laporan Bukti Penerimaan Barang (LBPB) kepada setiap bagian.
5. QC melakukan pengujian kepada barang datang.
6. Setelah lolos uji, label pada barang datang diganti dengan label “passed”
dan dipindah dari bagian gudang karantina ke bagian gudang “passed”
Dengan prosedur tersebut maka dapat dipastikan setiap barang datang diketahui
dan terdokumentasi serta ditangani dengan baik. Untuk catatan LBPB dan
pengeluaran barang (production order, purchasing order, dan pick list, good
issue) tersimpan dan terperinci dengan baik sehingga baik proses penerimaan
maupun pengeluaran barang di gudang PT. Fabindo Sejahtera tercatat dengan
baik.

4.11 Kontrak Produksi dan Pengujian


Sebagai industri kosmetik yang telah menerapkan CPKB dan manajemen
mutu, PT Fabindo Sejahtera merupakan salah satu mitra manufaktur produk
kosmetik kontrak ternama di Indonesia. Selain digunakan untuk memproduksi
kosmetik dari perusahaan sendiri, fasilitas produksi di PT Fabindo Sejahtera juga
digunakan untuk memproduksi kosmetik berdasarkan kontrak kerja sama dengan
berbagai mitra kerja sama baik dari dalam maupun luar negeri, atau biasa disebut
dengan makloon.
Kontrak kerja sama ini dihasilkan dari suatu perjanjian kerjasama antara
pihak pemberi kontrak dengan PT Fabindo Sejahtera sebagai penerima kontrak.
Penanggung jawab kontrak PT Fabindo Sejahtera yang dibuat dengan pihak lain
adalah divisi Toll Manufacturing yang bertugas mengevaluasi kontrak secara
berkala, mengevaluasi produk makloon milik perusahaan pemilik kontrak yang
diproduksi atau dikemas di pabrik milik PT Fabindo Sejahtera. Divisi ini pula
yang didelegasikan untuk memproses apabila terjadi keluhan dari pemilik kontrak

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


63

atau konsumen terhadap kualitas produk yang mungkin berkaitan dengan proses
produksi atau pengemasan yang dilakukan di area produksi PT Fabindo Sejahtera.
Untuk menghindari kesalahpahaman, setiap detail perjanjian dijelaskan
secara detail pada surat perjanjian yang ada sehingga jelas tugas dan batasan
setiap pihak yang terlibat pada perjanjian kontrak tersebut.

4.12 Penanganan Keluhan dan Penarikan Produk


Sistem penanganan keluhan yang diterapkan PT. Fabindo Sejahtera sudah
cukup baik dimana bagian Pemastian Mutu (Quality Assurance/QA) bertanggung
jawab untuk menagani keluhan dan menentukan upaya pengatasannya.
Penanganan keluhan pada PT. Fabindo Sejahtera dipermudah dengan adanya
sistem penyimpanan catatan bets yang teratur dan mudah ditelusuri. Setiap adanya
keluhan ditelusuri terlebih dahulu dengan menguji contoh pertinggal, setelah
terbukti adanya penyimpangan maka dilakukan penelusuran bets untuk
mengetahui letak kesalahan, baik dari bahan maupun proses, yang menyebabkan
penyimpangan. Setelah penelusuran tersebut selesai, maka akan dilakukan
pengambilan keputusan yang memadai. Setiap proses penanganan keluhan dicatat
dan disimpan. Dilakukan juga penelusuran terhadap bets lain jika ditemukan
kemungkinan terjadinya penyimpangan serupa pada bets lainnya.
Proses penarikan produk pada PT. Fabindo Sejahtera juga sudah baik.
Waktu yang dibutuhkan untuk menarik produk dari pasaran cukup efektif dan
juga seluruh proses penarikan produk dicatat dan disimpan dengan baik serta
dievaluasi terus menerus.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Industri PT. Fabindo
Sejahtera dapat disimpulkan bahwa:
1. Parameter CPKB di PT. Fabindo Sejahtera telah terpenuhi dan
dilaksanakan dengan baik.
2. Pada PT. Fabindo Sejahtera, apoteker memegang peranan sebagai
formulator, penangugung jawab produksi, pengawasan mutu, dan bagian
toll manufacturing.
3. Tugas pokok dan fungsi masing-masing bagian di PT. Fabindo Sejahtera
sudah jelas d an terarah.

5.2. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan antara lain:
1. Perlu diadakan pelatihan personil secara berkala dan penerapan aspek
CPKB secara menyeluruh guna meningkatkan kualitas produk yang
dihasilkan.
2. Peningkatan proses dan sarana dalam rangka pengembangan produk,
seperti penambahan literatur dan akses jurnal ilmiah.

64 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


DAFTAR ACUAN

Badan POM RI. (2003b). Keputusan Kepala Badan POM RI No.


HK.00.05.4.1745 Tentang Kosmetik.

Badan POM RI. (2003a). Keputusan Kepala Badan POM RI No.


HK.00.05.4.3870 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik
Yang Baik. Jakarta.

Badan POM RI (2012). Modul Materi Ujian Perpindahan Jabatan


Fungsional Pengawasan Farmasi dan Makanan Terampil Ke Ahli
Pegawai Negeri Sipil (PNS) Badan POM RI. Jakarta.

Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk


Komplemen Badan POM RI. (2010). Petunjuk Operasional Cara
Pembuatan Komsetik Yang Benar. Jakarta: Badan POM RI.

Kementrian Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI


Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standard Pelayan
Kefarmasian di Apotek.

Kementrian Kesehatan RI (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 1175/MENKES/PER/VII/2010 Tentang Izin
Produksi Kosmetika.

PT Fabindo Sejahtera. (2012). Dokumen Revisi Upaya Pengelolaan


Limbah dan Upaya Pemantauan Limbah Industri Kosmetik dan
Sanitary Napkin PT Fabindo Sejahtera. Banten.

65 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


LAMPIRAN

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


Lampiran 1. Struktur Organisasi PT Fabindo Sejahtera

RSM* Indonesia
Barat

RSM* Indonesia
Tengah

RSM* Indonesia
Timur

Keterangan:
*RSM : Regional Sales Manager

66
Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013
67

Lampiran 2. Denah Ruang Produksi PT Fabindo Sejahtera

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


68

Lampiran 3. Proses Water Treatment untuk Keperluan Produksi

1 2 3

Water Storage Softener


Pompa Pompa

Storage
tank

Multimedia Filter Storage


Pompa
tank

6
Mixing Bed RO II RO I
Pompa Pompa

Storage Storage
tank tank

Pompa 5 4

Storage Tank

7
Keterangan:
1. Air sumur dipompa dan dipung pada water sorage . Pada tahap ini, nilai Total Disolved
Solid (TDS) air ±500 dengan pH ±6
2. Dari water storage, air dipompa menuju multimedia filter. Pada multimedia filter
terdapat arang dan silika. Pada tahapan ini terjadi penyaringan secara fisika untuk
menyaring besi, lumpur, lumut dan tanah.
3. Berikutnya air dipompa menuju softener. Pada softener terdapat simfatil yang berfungsi
untuk menghilangkan kesadahan dan garam-garam.
4. Setelah dari softener, air dipompa menuju membran RO I. Pada membran RO I terjadi
pengurangan TDS menjadi ≤ 30 dan pH menjadi 5
5. Proses pada membran RO I dilanjutkan pada membran RO II. Pada membran RO II
terjadi pengurangan TDS dan nilai PH yang lebih lanjut. Nilai TDS menjadi ≤ 15 dan
nilai pH menjadi 4.
6. Pada mixing bed terjadi pencampuran anion dan kation yang berfungsi sebagai
penetralisasi pH air.
7. Setelah keseluruhan proses selesai, air yang sudah diberi perlakuan disimpan pada
storage tank.

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


69

Lampiran 4. Sistem Distribusi Air untuk Produksi

Water Storage Microbacterial


Lampu UV
(Penyimpanan Filter
setelah proses awal
water treatment)

Produksi

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


70

Lampiran 5. Proses Produksi Lulur, Krim dan Lotion

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


71

Lampiran 6. Proses Produksi Kosmetik Liquid (Toner / Cleanser)

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


72

Lampiran 7. Proses produksi Talcum Powder

Bahan Baku

Pencampuran

Pengisian

Penutupan

Pengkodean

Penempelan dan
Pengemasan

Produk Jadi

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


73

Lampiran 8. Proses produksi Compact Powder

Premix warna

Penyaringan dengan
micropulverizer

Mixer utama

Pencetakan

Pengemasan

Produk Jadi

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


74

Lampiran 9. Proses produksi Hoitong

Bahan Baku

Pencampuran

Pencetakan

Pengeringan

Pemberian
Permfume
Pemasangan Busa

Pemberian Label Pemberian Kode

Pengemasan

Produk Jadi

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


75

Lampiran 10. Proses Produksi Lipstik

Bahan Baku

Penggilingan

Pecampuran

Pencetakan

Flaming

Pengemasan

Produk Jadi

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


76

Lampiran 11. Proses Produksi Cairan untuk Pemakaian Luar dan Obat
Tradisional (Parfum, Minyak Telon dan Kayu Putih)

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


77

Lampiran 12. Proses produksi Puff Bedak

Bahan Baku

Pemotongan

Stempel Panas

Perakitan

Pengemasan

Produk Jadi

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


78

Lampiran 13. Proses produksi kaleng dan godet kemasan primer

Penentuan ukuran kemasan

Pemotongan lempeng aluminium

Pengepresan

Perakitan

QC

Produk Jadi

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


79

Lampiran 14. Proses Produksi Hand soap

WATER

SURFACTAN

- ACTIVE
- PRESERVATIVES

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


80

Lampiran 15. Alur Naraca Penggunaan Air

Gambar 2.x Neraca Penggunaan Air

Keterangan:

Proses produksi setiap harinya memerlukan air maksimal 3,58 m 3/hari dan
yang berpotensi menghasilkan limbah cair sekitar 2 m 3/hari dari sumber
pencucian alat produksi. Sedangkan air yang berkurang karena proses
produksi secara kontinyu akan ada penambahan. IPAL dikelola langsung
oleh Kepala Bagian Maintenance dan selalu dilakukan treatment atau
pengujian sebelum dialirkan ke saluran umum atau badan air penerima yaitu
sungai Ciarab

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


81

Lampiran 16. Proses Water Treatment

Gambar 3.x Proses water treatment

Keterangan :
1. Tanki 1 : limbah diendapkan dengan campuran kapur
2. Tanki 2 : hasil dari tanki 1 difiltrasi di tanki 2
3. Tanki 3 : hasil dari tanki 2 difiltrasi lagi di tanki 3
4. Pompa untuk menyedot limbah dari tanki 3 ke drum
5. Drum, terdiri dari lapisan : ijuk/busa – kerikil – ijuk/busa – karbon aktif –
ijuk/busa
**Suplai udara menggunakan blower
**Tanki 1, 2, dan 3 dipisahkan oleh sekat dengan filter ijuk/busa pada setengah
bagian atasnya

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI PT. FABINDO SEJAHTERA
KAMPUNG WARU RT 09/04 DESA PASIR JAYA,
KECAMATAN CIKUPA, TANGERANG

PENGARUH PENAMBAHAN EMOLIEN TERHADAP


TITIK LELEH DAN KARAKTERISTIK APLIKASI LIPSTIK
PADA BIBIR

ELPHINA ROLANDA, S.Farm


1206313002

ANGKATAN LXXVI

PROGRAM PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JUNI 2013

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iv
DAFTAR TABEL............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1


1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Tujuan ............................................................................................. 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3


2.1. Kosmetika ....................................................................................... 3
2.2. Bibir................................................................................................. 5
2.3. Lipstik ............................................................................................. 6
2.4. Komponen Utama Lipstik ............................................................... 8
2.5. Bahan-bahan Pembentuk Lipstik .................................................... 10
2.6. Emolien ........................................................................................... 18

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 20


3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 21
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................ 20
3.3. Formulasi Lipstik Moisturizer......................................................... 21
3.4. Metode Evaluasi .............................................................................. 25

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 27

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 35

DAFTAR ACUAN ............................................................................................ 36

iii

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. Struktur Kimia Metil Paraben ....................................................... 12
Gambar 2.2. Struktur Kimia Propil Paraben ...................................................... 13
Gambar 2.3. Struktur Kimia Butil Hidroksitoulen ............................................. 14
Gambar 2.4. Struktur Kimia D- α-Tokoferil asetat ............................................ 17
Gambar 4.1. Perbandingan Hasil Uji Coba Aplikasi Lipsik pada 11 orang
Responden pada Formula I dan Formula II................................... 32
Gambar 4.2. Presentase Formula Lipstik yang Digemari Responden Berdasarkan
Kenyamanan Aplikasi pada Bibir ................................................. 33

iv

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4.1. Data Hasil Pengukuran Titik Leleh Formula Lipstik ........................ 28
Tabel 4.2. Hasil Uji Coba Aplikasi Lipstik pada 11 orang Responden pada
Formula I .......................................................................................... 30
Tabel 4.3. Hasil Uji Coba Aplikasi Lipstik pada 11 orang Responden pada
Formula II......................................................................................... 31
Tabel 4.4. Persentase Formula Lipstik yang Digemari Responden Berdasarkan
Kenyamanan Aplikasi pada Bibir .................................................... 32

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Lipstik Hasil (a) Formulasi I dan (b) Formulasi II ........................ 38
Lampiran 2. Hasil Olesan Lipstik (a) Formula I (b) Formula II ........................ 38

vi

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kosmetika adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan
pada bagian luar badan untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah
penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik atau memperbaiki bau
badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu
penyakit. Kosmetika diklasifikasikan atas kosmetika perawatan kulit, kosmetika
dekoratif dan kosmetika tubuh. Kosmetika dekoratif diperlukan untuk merias dan
menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik
serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confident).
Dalam kosmetik dekoratif, peran zat warna dan pewangi sangat besar. Kosmetik
dekoratif terbagi menjadi 2 golongan, yaitu: Kosmetik dekoratif yang hanya
menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaian sementara, misalnya lipstik,
bedak, pemerah pipi, eyes shadow, dan lain-lain serta kosmetik dekoratif yang
efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu lama baru luntur, misalnya cat
rambut, pengeriting rambut, dan preparat penghilang rambut (Tranggono, 2008)
Pewarna bibir merupakan sediaan kosmetika yang digunakan untuk
mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika
dalam tata rias wajah dan juga disertai bahan yang dapat melindungi bibir dari
lingkungan yang merusak misalnya sinar ultraviolet (Wasitaatmadja, S.M., 1997).
Pewarna bibir digunakan oleh hampir seluruh wanita di lingkungan masyarakat
modern karena lipstik telah dikenal dan diterima oleh masyarakat sebagai
kosmetik rias wajah yang sering digunakan dan mempunyai arti yang sangat
penting untuk memberi efek penyegar kepada wajah. Pewarna bibir terdapat
dalam berbagai bentuk, seperti cairan, krayon, dan krim. Pewarna bibir dalam
bentuk cairan dan krim umumnya akan memberikan selaput yang tidak tahan lama
dan mudah terhapus dari bibir dibandingkan pewarna bibir dalam bentuk krayon.
Pewarna bibir bentuk krayon lebih dikenal dengan nama lipstik yang mana
termasuk produk kosmetik wajah yang sudah menjadi identitas bagi wanita pada

1 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


2

zaman modern ini. Tanpa polesan pewarna bibir ini banyak diantara wanita
merasa kurang tampil percaya diri di depan umum.
Syarat sediaan lipstik antara lain harus mudah digunakan, warna merata
dan tidak berubah, mempunyai rasa yang menyenangkan, perlekatan yang baik,
tidak terpengaruh oleh perubahan suhu, bebas dari perubahan fisik, bentuk padat
dan tidak mudah hancur.
Guna memperoleh sediaan lipstik yang memenuhi syarat, maka
dibutuhkan suatu formula yang tepat. Pada Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT.
Fabindo Sejahtera dilakukan suatu percobaan pembuatan dua buah formula lipstik
dengan dua emolien yang memiliki nama ilmiah yang sama namun dengan
viskositas yang berbeda dan akan diamati pengaruhnya terhadap titik leleh dan
karakteristik aplikasi lipstik.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengaruh penambahan Hydrogenated polydecene viskositas
20 dan viskositas 30 sebagai emolien terhadap titik leleh dan karakteristik
aplikasi lipstik.
2. Mengetahui pengaruh penambahan Hydrogenated polydecene viskositas
20 dan viskositas 30 terhadap jenis lipstik yang dihasilkan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kosmetika
Kosmetika berasal dari kata kosmein yang berarti berhias. Bahan yang
dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan
alami yang tedapat disekitarnya. Sekarang kosmetik dibuat manusia tidak hanya
dari bahan alami tetapi juga bahan sintesis dengan maksud meningkatkan
kecantikan (Wasitaatmadja,1997). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan nomor 140/1991, kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap
digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ
kelamin luar), gigi dan rongga mulut untuk: membersihkan, menambah daya tarik,
mengubah penampilan, melindungi supaya dalam keadaan baik, memperbaiki bau
badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit.
Banyaknya kosmetika yang beredar dengan segala macam bentuk dan nama,
telah membingungkan baik para pemakai maupun pihak-pihak lain yang berperan
serta di dalamnya. Untuk itu para ahli berusaha mengelompokkan kosmetika
sesederhana mungkin. Penggolongan menurut Peraturan Menteri Kesehatan R.I.
berdasarkan kegunaan dan lokalisasi pemakaian pada tubuh, kosmetika dig
olongkan menjadi 13 golongan antara lain:
 Preparat untuk bayi; minyak bayi, bedak bayi, dan lain-lain.
 Preparat untuk mandi; minyak mandi, bath capsules, dan lain-lain.
 Preparat untuk mata; maskara, eye shadow, dan lain-lain.
 Preparat wangi-wangian; parfum, toilet water dan lain-lain.
 Preparat untuk rambut; cat rambut, hairspray, pengeriting rambut dan lain-
lain.
 Preparat pewarna rambut; cat rambut, hair bleach, dan lain-lain.
 Preparat make up (kecuali mata); pemerah bibir, pemerah pipi, bedak
muka dan lain-lain.
 Preparat untuk kebersihan mulut; mouth washes, pasta gigi, breath
freshener dan lain-lain.

3 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


4

 Preparat untuk kebersihan badan; deodorant, feminism hygiene spray dan


lain-lain.
 Preparat kuku; cat kuku, krem dan lotion kuku, dan lain-lain.
 Preparat cukur; sabun cukur, after shave lotion, dan lain-lain.
 Preparat perawatan kulit; pembersih, pelernbab, pelindung dan lain-lain.
 Preparat untuk suntan dan sunscreen; suntan gel, sunscreen foundation
dan lain-lain.
Pembagian yang dipakai pada bagian Kosmetologi Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, berdasarkan kegunaan dan cara bekerjanya kosmetika dibagi dalam tiga
golongan antara lain:

Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetic)


Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk di
dalamnya:
 Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): sabun, cleansing cream,
cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).
 Kosmetik untuk melembabkan kulit (mosturizer), misalnya moisturizer
cream, night cream, anti wrinkel cream.
 Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen
foundation, sun block cream atau lotion.
 Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misalnya
scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai
pengamplas (abrasiver).

Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)


 Kosmetika dasar: foundation, bedak
 Make up : lipstik, blusher, eyeshadow, eyeliner
 Perawatan kuku : cat kuku, pembersih cat kuku

Body Cosmetics
 Sabun mandi padat-cair, perlengkapan mandi
 Suncare dan suntan: krim sunscreen, sun oil
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


5

 Antiperspirant & deodoran: deodorant spray-stick-roll on


 Bleaching, depilatory
 Insect repellent

Kosmetik dekoratif adalah bahwa kosmetik ini bertujuan semata-mata untuk


mengubah penampilan, yaitu agar tampak lebih cantik dan noda-noda atau
kelainan pada kulit tertutupi. Kosmetik dekoratif tidak perlu menambah kesehatan
kulit. Kosmetik ini dianggap memadai jika tidak merusak kulit (Tranggono,
2008). Persyaratan untuk kosmetik dekoratif antara lain adalah (Tranggono,
2008): warna yang menarik, bau harum yang menyenangkan, tidak lengket, tidak
menyebabkan kulit tampak berkilau, tidak merusak atau mengganggu kulit.
Kosmetik dekoratif dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu:
 Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan
pemakaiannya sebentar, misalnya bedak, lipstik, pemerah pipi, eye shadow,
dan lain-lain.
 Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu lama
baru luntur, misalnya cat rambut, dan pengeriting rambut.

2.2. Bibir (deNavarre,1993)


Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutup seluruh tubuh dan
melindungi dari bahaya yang datang dari luar. Bagi wanita, kulit merupakan
bagian tubuh yang perlu mendapat perhatian khusus untuk memperindah
kecantikan. Bagi seorang dokter apa yang terlihat pada kulit dapat membantu
menemukan penyakit yang diderita pasiennya. Lapisan kulit pada dasamya sarna
di semua bagian tubuh, kecuali di telapak tangan, telapak kaki, dan bibir.
Tebalnya bervariasi dari 0,5 mm di kelopak mata sarnpai 4 mm di telapak kaki.
Warna kulit bibir setiap orang hampir seluruhnya berwarna merah. Warna
merah tersebut disebabkan oleh warna darah yang mengalir dalam pembuluh di
lapisan bawah kulit bibir. Di bagian ini warna itu terlihat lebih jelas karena pada
bibir tidak ditemukan satu lapisan kulit paling luar, yaitu lapisan cornium (lapisan
tanduk) sehingga, kulit bibir lebih tipis dari kulit wajah. Karena itu, bibir juga
lebih mudah luka dan mengalami pendarahan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


6

Di samping itu, karena kulitnya yang tipis, saraf yang mengurus sensasi
pada bibir menjadi lebih sensitif. Luka yang sedikit pada bibir dapat menimbulkan
rasa sakit yang lebih hebat.

2.3. Lipstik (Rieger,2000 ; deNavarre,1993)


Lipstik merupakan kosmetik bibir yang dicetak menjadi bentuk stik dan
merupakan dispersi dari zat warna pada basis yang mengandung minyak, lemak,
dan lilin (Rieger, 2000). Lipstik harus dapat diaplikasikan dengan mudah pada
bibir, memiliki rasa yang enak dan pemakaiannya tahan lama. Lipstik digunakan
untuk mewarnai bibir dan mendapatkan efek yang diinginkan bila digunakan
secara tepat. Lipstik digunakan untuk mewarnai bibir sehingga dapat
meningkatkan estetika dalam tata rias wajah & memberikan ekspresi wajah yang
menarik. Fungsi lipstik antara lain:
 Memberikan warna pada bibir.
Bibir yang kurang baik akan disamarkan atau disembunyikan. Bibir yang
lebih tipis dapat dibuat tampak lebih tebal dan sebaliknya.
 Melindungi bibir dari kekeringan.
 Meningkatkan kepercayaan diri.

Lipstik berkembang tidak hanya menjadi pewarna bibir tapi juga menjadi
emolien untuk bibir. Lipstik tidak boleh sweating pada kondisi penyimpanan
biasa. Lipstik tidak boleh mudah patah dan hancur selama pemakaian, begitu pula
warnanya terdispersi sempurna dan tidak menggumpal. Karakteristik yang telah
disebutkan tersebut adalah ciri lipstik yang ideal. Adapun karakteristik lipstik
yang diinginkan para konsumen antara lain:
 Warna menarik.
 Lembut dan nyaman di bibir.
 Melekat kuat dan tahan lama pada bibir.
 Dapat melembabkan dan melembutkan bibir.
 Tidak berubah warna setelah pemakaian pada bibir.
 Tidak mudah meluber keluar dari garis bibir.
Seiring dengan perkembangan zaman, produsen lipstik semakin
mengembangkan formulanya sehingga lipstik yang beredar di pasaran semakin
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


7

banyak jenisnya. Berikut adalah jenis-jenis lipstik yang hingga saat ini telah ada di
pasaran.

Lacquer
Yaitu lipstik berbahan dasar gel, biasanya dikemas dalam botol atau wadah
kecil, memberi kesan halus dan lembut pada bibir dalam berbagai nuansa warna.
Satin
Lipstik yang bertekstur sangat lembut, dikemas dalam bentuk stik atau
cairan dan tersedia dalam warna, bisa menutupi bibir dengan sempurna serta
memberi efek kilap tanpa kesan minyak.

Semi-gloss
Efeknya tidak begitu mengilap dan berminyak seperti lip gloss, dikemas
dalam bentuk stik atau krim padat.

Matte
Lipstik yang tahan lama, tidak mengilap pada bibir, tapi mengandung
pelembab dan memberi efek halus pada bibir, tersedia dalam bentuk stik.

Lip Care atau Lip Vitamin


Yaitu treatment campuran antara pewarna bibir dan vitamin bibir yang
dikemas dalam bentuk stik, bertekstur lembut, mengandung pelembab dan
memberi efek berkilau.
Dalam pembuatan lipstik, tahap formulasi dan proses produksi sangat
penting. Jika salah satunya kurang baik maka hasil yang didapat akan tidak sesuai
dengan yang diinginkan. Lipstik kosmetik untuk bibir dibuat dengan melelehkan
bahan pembawa lipstik dan zat warna kemudian dicetak menjadi stick yang dapat
dimasukkan kedalam tabung sebagai basis digunakan campuran wax, minyak dan
lemak. Kualitas lipstik pada saat pembuatan, penyimpanan, dan penggunaannya
tergantung dari basisnya. Kualitas lipstik dilihat dari reologi campuran bahan pada
beberapa variasi temperatur. Selama pembuatan, campuran bahan harus dapat
bercampur dan membentuk massa, mudah dituang ke dalam cetakan, terbentuk

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


8

cepat dengan permukaan yang bagus dan mudah diambil. Selama waktu
penggunaan, massa lipstik harus kuat dan stabil dalam kondisi yang baik. Pada
penggunaannya, massa lipstik harus melembut saat kontak dengan bibir, dan
membentuk lapisan (film) pada bibir.

2.4. Komponen Utama lipstik


Berdasarkan literatur, komponen dasar lipstik mengandung empat bahan
pembentuk utama yaitu waxes (lilin), pelarut, emolien dan pewarna (deNavarre.M,
1993). Lilin merupakan bagian dari basis lipstik yang berfungsi guna
mendapatkan titik leleh yang tinggi atau kekerasan yang diharapkan untuk
memperoleh bentuk yang memuaskan, yaitu dengan cara pengaturan cepat dan
pelepasan yang baik dari cetakan dengan permukaan glossy dan berupa tongkat
kaku. Sifat seperti ini bisa didapatkan dengan menambahkan lilin atau bahan
seperti lilin dengan konsentrasi 8-15% dari formulasi. Contoh lilin antara lain
beeswax, candelila wax, Carnauba wax, Ozokerit. Basis berupa wax berfungsi
untuk memberikan struktur pada stik dan menjaganya untuk tetap padat bahkan
dalam keadaan hangat. Kilauan dan kekerasan umumnya tergantung pada
karakteristik dan jumlah dari lilin yang digunakan. Karakteristik yang paling baik
mengandung penggunaan campuran wax dengan titik lebur yang berbeda dan
pengaturan titik lebur akhir pada penggabungan wax dengan titik lebur yang tinggi
dalam jumlah yang cukup. Paduan wax yang ideal akan mempertahankan bentuk
stik minimal pada suhu 50°C dan akan mempertahankan fase minyak sehingga
tidak akan mengeluarkan tetesan cairan, namun akan selalu lembut dan mudah
diaplikasikan untuk mewarnai pada tekanan minimum pada bibir. Campuran
minyak diperlukan untuk memperoleh paduan yang tepat dengan wax untuk
lapisan yang sesuai dalam pengaplikasiannya pada kulit bibir.
Basis berupa minyak berfungsi sebagai pelarut dan pada beberapa
formulasi sebagai agen pendispersi untuk pewarna yang tidak larut. Pelarut yang
biasa digunakan adalah minyak jarak (castor oil). Minyak jarak praktis tidak
berbau, berasa dan non kompatibel dengan hidrokarbon. Penggunaan dalam
persentase besar cenderung menimbulkan rasa tebal di bibir dan rasa berminyak
yang khas pada aplikasinya. Beberapa lipstik di pasaran mengandung 65% minyak
jarak, dan hal tersebut tidak dianjurkan karena persentasenya terlalu tinggi.
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


9

Pemakaian minyak jarak yang umum digunakan sejumlah 25-50% dari formula.
Minyak jarak sangat diperlukan dalam formulasi lipstik, karena selain sebagai
pelarut, minyak jarak juga memberikan rasa lembab dan lembut pada bibir.
Emolien dalam formulasi lipstik berfungsi sebagai oklusif atau membentuk
lapisan yang mempunyai kemampuan untuk mengganti lapisan hidrofilik alamiah,
sehingga mengurangi hilangnya air melalui epidermis pada bibir. Jenis emolien
yang biasa digunakan dalam formula lipstik antara lain trigliserida kaprilat/kaprat,
fenil trimetikon, oktil palmitat dan lain-lain.
Warna bagi lipstik merupakan salah satu nilai jual utama. Nuansa warna
yang tepat bergantung pada tren dan mode pada periode tertentu. Dalam membuat
suatu nuansa warna merupakan hal biasa jika warna tersebut mengandung
pencampuran beberapa jenis warna merah, yang memungkinkan menghasilkan
nuansa mulai dari warna oranye-kuning menjadi merah pekat menjadi biru-ungu
dan merah-coklat. Kedalaman warna, tingkat kilapan, dan keburaman yang
dihasilkan juga bervariasi. Periode ketika tren fashion "tanpa make-up" sedang
populer, lipstik tidak berwarna dengan efek glossy dipasarkan dengan nama "lip
gloss." Nuansa lipstik yang berkilau juga diciptakan melalui penggunaan pigmen
pearlize.
Terdapat banyak pewarna yang digunakan baik organik maupun anorganik
untuk mendapatkan perbedaan warna yang diinginkan. Beberapa pewarna yang
dapat digunakan untuk lipstik adalah merah (C.I. 15850), oranye (C.I. 45370),
putih (TiO2, pigmen anorganik), putih (ZnO, pigmen anorganik). Ukuran partikel
pigmen yang digunakan sekitar 3-5 mikron. Mutiara (pearlize) dan pigmen
berefek lain juga dipakai untuk menambah cahaya dan gemerlapnya lipstik.
Pewarna bisa sekitar 4-5% sampai 15-20% tergantung pada merek dan tren
fashion.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


10

2.5. Bahan-bahan Pembentuk Lipstik (Rieger, 2000 ; deNavarre, 1993;


Departemen Kesehatan RI,1993; Goottschalck and McEwen, 2006))

Candelilla wax
Candelilla wax merupakan lilin yang diperoleh dari tanaman famili
Euphorbiaceae (Euphorbia cerifera Alcocer, Euphorbia antisyphillitica Zucarrini,
dan Pedilanthus pavonis Boissier) yang ditanam di barat laut Mexico dan Texas.
Candelila wax sangat kering dan terdiri dari 30% ester asam lemak C16-C34, dan
45% hidrokarbon dengan 25% alkohol bebas seperti mirisil alkohol, resin, dan
sebagainya. Candelilla wax lebih dipilih daripada Carnauba wax yang harganya
mahal. Walaupun titik lelehnya lebih rendah, akan tetapi Candelilla wax dapat
mengatasi masalah ketidakbersatuan (graininess) yang diproduksi oleh Carnauba
wax. Wax ini juga membuat lipstik menjadi keras, padat, dan memiliki kilau.
Candelilla wax dapat digunakan dalam formula hingga 15%.

Carnauba wax
Carnauba wax merupakan lilin keras yang diperoleh dari daun dan ranting
palem carnauba yang tingginya 10 m, Copernica cerifera Mart dibesarkan di
Amerika Selatan, terutama Brazil. Mengandung ester C20-C32 asam lemak dan
alkohol C28-C34. Carnauba wax memiliki banyak kandungan ester asam hidroksi
dan titik leleh 80-86ºC. Carnauba wax digunakan untuk meningkatkan titik leleh
dan memberi kepadatan. Sangat berguna bila digunakan dalam pencampuran
dengan wax amorf seperti Ozokerit. Wax ini tidak boleh digunakan lebih dari 5%,
karena dapat menyebabkan massa menjadi butiran. Wax ini juga memberikan
kepadatan pada molded stick.

Seresin
Seresin berbentuk massa hablur berwarna putih atau tidak berwarna
memiliki bau khas dan tidak berasa. Seresin merupakan stiffness agent.
Merupakan campuran dari Ozokerit atau wax mikrokristalin dengan parafin, rasio
tergantung dari biaya yang diinginkan, semakin banyak parafin maka biaya akan
semakin murah. Digunakan hingga 15% tergantung titik leleh yang diinginkan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


11

pada suatu produk. Seresin lelehan akan menyusut seperti beeswax ketika
didinginkan, hal ini digunakan untuk membantu pelepasan cast stick dari mold.

Ozokerit
Ozokerit (Galician Ozokerite) merupakan hidrokarbon kompleks yang
diformulasikan menjadi lilin. Pemerian Ozokerit berupa lilin padat berwarna
putih, dan tidak memiliki bau khas. Ozokerit yang memiliki titik leleh 76o hingga
86oC, dapat digunakan untuk meningkatkan titik leleh, namun penggunaannya
dengan Carnauba wax akan meningkatkan kesuksesan pencampuran. Ozokerit
dapat memberikan kepadatan pada molded stick. Untuk setiap penambahan 1%
Carnauba wax, titik leleh dinaikkan sebesar 2 ½oC. Campuran paling efektif
adalah dengan penambahan Carnauba wax 3%.

Minyak Jarak
Minyak jarak memiliki nama asli castor oil (BP), castor oil (JP, USP), dan
ricini oleum virginale (PhEur). Minyak jarak merupakan trigliserida asam lemak.
Komposisi asam lemak yaitu asam risinoleat (87%), asam oleat (7%), asam
linoleat (3%), asam palmitat (2%), asam stearat (1%) dan asam dihidroksi stearat.
Minyak jarak dapat digunakan sebagai emolien, pembawa, dan pelarut. Minyak
jarak banyak digunakan dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi dalam
produk farmasi. Minyak jarak merupakan minyak jernih, hampir tidak berwarna
atau berwarna kuning pucat. Titik leleh −12°C. Kelarutan praktis tidak larut dalam
air, praktis tidak larut dalam minyak mineral, kecuali dicampur dengan minyak
sayur lain. Minyak jarak tidak tercampurkan dengan reduktor kuat.
Minyak jarak yang digunakan dalam lipstik biasanya merupakan fraksi
penjernihan murni dari komoditas minyak alami. Dalam lipstik, zat tersebut dapat
membantu dispersi pewarna, seperti pewarna solubizing bromo-acid. Zat ini
memiliki warna, aroma, dan rasa yang dapat diterima. Dengan harga berkisar
antara US$8.00/kg, zat ini dinilai lebih murah bila dibandingkan dengan alternatif
sintesis lainnya. Untuk formulasi lipstik klasik, umumnya castor oil digunakan
sebesar 20-45%. Formulasi dengan kandungan lebih dari 50% menyebabkan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


12

kurangnya kestabilan, rasa berat dan lengket pada bibir. Minyak kastor tidak
kompatibel dengan hidrokarbon dan pelarut kurang polar lainnya.

Lanolin Anhidrat (Adeps lanae)


Lanolin Anhidrat adalah bahan mirip lemak yang diperoleh dari bulu domba
(Ovies aries Linne) dan dimurnikan yang mengandung tidak lebih dari 0,25% air.
Massa lembek, liat, bau khas dan berwarna kuning terang. Lanolin terdiri dari
kolesterol, isokolesterol, dan juga mengandung alkohol C13 sampai C33. Berguna
untuk membuat massa homogen dari campuran berbagi macam lemak sehingga
dapat mencegah lipstik terpengaruh perubahan temperatur ataupun tekanan secara
tiba-tiba. Lanolin juga memiliki efek menghaluskan bibir, juga berguna untuk
mencegah sweating. Masalah bau dapat mengeset upper limit pada 10 hingga 15%
tergantung dari unsur pokok lain yang digunakan. Material turunan dari lanolin
diantaranya adalah wol, alkohol, special liquid fractions, lanolin linoleat dan
risinoleat, alkosilat dan lanolin asetil atau fraksi-fraksi lain dimana semuanya
merupakan bagian formulasi dari lipstik dalam jumlah mencapai 5%.

Metil Paraben (Nipagin)

Gambar 2.1. Struktur Kimia Metil Paraben

Metil paraben berbentuk hablur kecil, tidak berwarna, atau serbuk hablur,
putih, tidak berbau, atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar,
diikuti rasa tebal. Kelarutan dari metal paraben antara lain larut dalam 500 bagian
air, 20 bagian air mendidih, dalam 3, bagian etanol 95% P, dan dalam 3 bagian
aseton ; mudah larut dalam eter P dan dalam alkali hidroksida ; larut dalam 60

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


13

bagian gliserol panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika
didinginkan larutan tetap jernih.
Metil paraben berfungsi sebagai antimikroba. Aktivitas antimikroba
berkurang dengan adanya surfaktan nonionik, seperti polisorbat 80, akibat
pembentukan misel, tetapi dengan adanya propilen glikol (10%) menunjukkan
potensiasi aktivitas antimikroba dari metil paraben dengan adanya surfaktan
nonionik dan mencegah interaksi metil paraben dengan polisorbat 80, bentonit,
magnesium trisilikat, talk, tragacant, natrium alginat, minyak esensial, atropin,
dan sorbitol. Metil paraben terkotori dengan adanya besi, dihidrolisis dengan asam
lemah dan basa kuat.

Propil Paraben (Nipasol)

Gambar 2.2. Struktur Kimia Propil Paraben

Propil paraben berbentuk serbuk Kristal putih atau hampir tidak berwarna,
tidak berbau atau hampir tidak berbau, dan mempunyai rasa agak seperti terbakar.
Propil paraben secara luas digunakan ssebagai pengawet anti mikroba pada
kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasetika. Dapat digunakan secara
tunggal maupun kombinasi dengan ester paraben lain, atau dengan antimikroba
lainnya. Paling banyak digunakan sebagai pengawet dalam kosmetik. Senyawa
paraben efektif pada range pH yang besar dan memiliki spektrum antimikroba
yang luas (paling efektif pada ragi dan kapang).
Kelarutan propil paraben antara lain mudah larut dalam aseton dan eter,
larut dalam 1,1 bagian etanol, larut dalam 5,6 bagian etanol, larut dalam 250
bagian gliserin, larut dalam 3330 bagian minyak mineral, larut dalam 70 bagian
minyak kacang, larut dalam 3,9 bagian propilen glikol, larut dalam 225 bagian air
pada suhu 80˚C. Aktivitas antimikroba berkurang dengan adanya surfaktan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


14

nonionik. Magnesium aluminum silicate, magnesium trisilicate, yellow iron oxide,


dan ultramarine blue dapat menurunkan aktifitas pengawet.

Butil Hidroksitoluen (BHT)

Gambar 2.3. Struktur Kimia Butil Hidroksitoluen

Butil hidroksitoluen adalah 2,6-di-tert-butil-p-kresol. Berupa serbuk hablur


tidak berwarna atau serbuk hablur warna putih; tidak berbau atau hampir tidak
berbau. Butil hidroksitoluen berfungsi sebagai antioksidan dalam kosmetik,
makanan, dan farmasi. Hal ini terutama digunakan untuk menunda atau mencegah
ketengikan lemak dan minyak akibat oksidasi serta untuk mencegah hilangnya
aktivitas vitamin larut lemak. Butil hidroksitoluen juga digunakan pada
konsentrasi 0,5-1% dalam karet alami atau sintetis untuk meningkatkan stabilitas
warna. Dalam penyimpanannya harus dihindari dari paparan cahaya, kelembaban,
dan perubahan warna panas karena akan menyebabkan hilangnya aktivitas. Butil
hidroksitoluen harus disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya,
di tempat sejuk dan kering. Butil hidroksitoluen praktis tidak larut dalam air,
gliserin, propilen glikol, larutan hidroksida alkali, dan asam mineral encer. Mudah
larut dalam aseton, benzena, etanol (95%), eter, metanol, toluen, dan minyak
mineral. Lebih mudah larut dalam minyak makanan dan lemak dibandingkan
BHA.

Stearalkonium Hektorit
Merupakan produk hasil reaksi antara bentonit dan stearalkonium klorida.
Reaksi ini menyebabkan perubahan sifat liat dari hidrofil menjadi oleofil. Produk
ini cocok digunakan formulasi yang berbasis pelarut atau berbasis minyak.
Stearalkonium hektorit berupa serbuk halus berwarna putih krem. Dalam kosmetik,
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


15

Stearalkonium hektorit digunakan dalam berbagai produk termasuk lipstik, make up


mata, dan kuku dan lainnya. Stearalkonium hektorit memberikan efek tiksotropik
karena dapat terdispersi membentuk gel yang agak cair sehingga dalam lipstik
digunakan sebagai suspending agent, thickener atau zat penyerap minyak.

Isopropil Miristat
Isopropil miristat merupakan emolien non oklusif dengan viskositas
rendah yang memiliki profil penyebaran baik untuk zat lipofil dan zat warna.
Rasio penggunaan isopropil miristat adalah 0,5-5%.

Diisostearil Malat
Diisostearil malat adalah diester dari isostearil alkohol dan asam malat.
Diisostearil malat berfungsi sebagai emolien dan komponen pencegah sweating
pada lipstik.

PVP/Hexadecene Copolymer
PVP/Hexadecene Copolymer merupakan pembentuk film yang sangat baik,
berupa cairan kental berwarna kuning terang. Penambahan polimer ini pada
formulasi kosmetik dapat menimbulkan efek tahan lama terhadap aplikasinya
pada kulit, lebih tahan terhadap air serta memiliki sifat penghalang kelembaban.
Merupakan pendispersi pigmen yang baik dan dapat berfungsi sebagai suspending
agent. Dalam kosmetik, PVP/Hexadecene Copolymer digunakan dalam sediaan
sun protection, skin care antiperspirants, deodorants, lipstiks, eyes shadows dan
krim.

Oktildodekanol
Oktildodekanol adalah cairan jernih tidak berwarna yang merupakan lemak
alkohol rantai panjang. Oktildodekanol dapat berfungsi sebagai
emulsifier/thickener, emolien, antifoaming agent dan juga pancegah terpisahnya
minyak dari suatu formulasi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


16

Pewarna
Seluruh zat warna yang digunakan pada formulasi lipstik ini memenuhi
persyaratan FDA dan sesuai dengan Permenkes No.376/MENKES/PER/VIII/1990
tentang bahan, zat warna, zat pengawet dan tabir surya pada kosmetika. Ketiga zat
warna yang digunakan antara lain CI 15850:2, CI 15850:2, CI 77891, CI 77861,
Aluminium (III) Oxide.
Salah satu pigmen yang ditambahkan pada formulasi lipstik ini adalah CI
77891 yaitu titanium dioksida. Titanium dioksida merupakan pigmen putih yang
dapat memberikan koreksi warna dari gelap menjadi cerah, perubahan warna
kuning ke biru untuk pigmen warna merah, dan yang paling penting ‘kejernihan’.
Tersedia dalam dua bentuk yaitu anatase dan rutile. Titanium dioksida anatase
merupakan bentuk yang diperbolehkan oleh FDA dan merupakan satu-satunya
titanium dioksida tersedia secara komersial yang memenuhi persyaratan
kandungan logam berat. Titanium dioksida rutile digunakan di Eropa dan Asia
karena memiliki warna dan kejernihan yang lebih baik (kira-kira 20% lebih tinggi
daripada anatase). Di Amerika, digunakan sebagai kandungan aktif dalam tabir
surya. Sebagian besar dari rutile di Amerika Selatan digunakan untuk pelindung
UV dan untuk meningkatkan aktifitas sunscreen.
Ketiga zat warna ini jika dicampurkan sesuai dengan jumlah yang tertera
pada Tabel 2.2 akan menghasilkan warna merah muda.

Hydrogenated polydecene
Hydrogenated polydecene adalah produk akhir dari hidrogenasi terkontrol
polydecene dan diklasifikasikan baik sebagai hidrokarbon maupun polimer
sintetik. Hydrogenated polydecene biasa digunakan sebagai fragrance, emolien
dan pelarut. Hydrogenated polydecene sering digunakan pada formulasi lipstik
dan sediaan perawatan kulit

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


17

Vitamin E (D- α-Tokoferil asetat)

Gambar 2.4. Struktur Kimia D- α-Tokoferil asetat

Persyaratan vitamin E yaitu mengandung tidak kurang dari 96,0% dan tidak
lebih dari 102,0% C31H52O3. Pemerian vitamin E berupa minyak kental jernih,
warna kuning atau kuning kehijauan, berbentuk padat pada suhu dingin. Praktis
tidak berbau dan tidak berasa. Bentuk ester stabil terhadap udara dan cahaya,
namun tidak stabil dalam suasana alkalis. Tidak larut dalam air, larut dalam
etanol, dapat bercampur dengan eter, dengan aseton, dengan minyak nabati dan
dengan kloroform. Dalam formulasi lipstik yang akan dibuat, vitamin E
digunakan sebagai antioksidan bagi kulit. Dalam sediaan kosmetik, vitamin E
dapat mencegah terdegradasinya bahan lain oleh oksigen. Lemak merupakan
senyawa yang mudah diserang oleh radikal bebas sehingga dapat dirusak melalui
reaksi oksidasi. Vitamin E dapat bereaksi dengan radikal bebas sehingga
mencegah terjadinya reaksi berantai dari proses perusakan lemak. Bentuk α-
tokoferol secara umum diakui bentuk paling aktif dari vitamin E dibandingkan
bentuk yang lain. Bentuk ester dari vitamin E lebih stabil dibandingkan Vitamin E
yang tidak teresterifikasi. Vitamin E dalam bentuk α-Tokoferol asetat banyak
digunakan dalam sediaan kosmetik karena memiliki keunggulan yaitu tidak
mengiritasi kulit, tidak menimbulkan reaksi sensitisasi terhadap kulit, serta tidak
bersifat karsinogenik sehingga aman digunakan dalam kosmetik.

Mika
Mika adalah salah satu jenis mineral silikat dengan komposisi kimia yang berbeda
namun dengan karakteristik fisikokimia yang mirip. Mika memiliki defined cleavage dan
dapat menyebar dengan baik hingga membentuk lapisan yang sangat tipis. Biasa
digunakan pada sediaan lipstik, eye shadow, hair dyes, bedak wajah dan sediaan
kosmetika lainnya.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


18

Fragrance (parfum)
Parfum digunakan untuk menutupi aroma lemak yang muncul dari basis,
selain itu parfum dapat meningkatkan nilai estetika dan penerimaan konsumen,
serta dapat menjadi ciri produk. Parfum yang digunakan pada formulasi ini adalah
dengan nomor produk R1201231. Alasan menggunakan fragrance ini adalah
selain untuk mencocokkan antara aroma dengan lipstik berwarna merah muda
yang akan dibuat juga karena fragrance ini aman digunakan pada bibir.

2.6. Emolien
Untuk mencegah terjadinya kulit kering, hilangnya air melalui epidermis
harus dikurangi dengan cara memberikan bahan yang bersifat hidrasi (moisturizer)
yang larut dalam air, pelumas (lubricating), dan penutup (Oclution) yang tidak
larut dalam air (Van Scott, 1986). Istilah pelembab dan emolien seringkali
dikacaukan sehingga timbul berbagai definisi. Istilah pelembab menggambarkan
terjadinya penambahan air ke dalam kulit, sehingga menurunkan kekasaran kulit
atau peningkatan kadar air secara aktif ke kulit. Pengertian emolien adalah bahan
oklusif yang membantu hidrasi kuit dengan cara mengoklusi permukaan kulit dan
menahan air di stratum corneum (Purwandhani, 1988). Bahan oklusif adalah
bahan yang memperlambat hilangnya air dari kulit dengan cara membentuk
barrier pada permukaan kulit.
Emolien dapat bekerja pada kulit normal maupun yang mengalami kelainan,
sehingga dapat digunakan untuk pengobatan kelainan kulit pada umumnya. Efek
emolien adalah melembabkan kulit, anti inflamasi, antimitotik dan antipruritus.
Komponen terpenting pada emolien adalah lipid. Lipid bisa berasal dari
tumbuhan dan hewan, minyak mineral atau sintetik. Asam lemak yang digunakan
berantai karbon 8-18 dan dapat jenuh maupun tidak jenuh. Berikut adalah jenis-
jenis emolien:

Lemak hewani (lemak sapi, lemak domba)


Lanolin (lemak domba penghasil wool) dahulu banyak digunakan tetapi
dapat menyebabkan sensitifitas, saat ini dipakai bermacam lanolin yang telah

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


19

diubah susunan kimianya. Penelitian menyebutkan komponen utama penyebab


iritasi dalam lanolin adalah alkohol.

Lemak tumbuhan
Minyak tumbuhan atau biji-bijian asli yang belum dimodifikasi dimasukkan
dalam formulasi emolien (minyak kacang, bunga matahari, zaitun). Minyak
tumbuhan asli tersebut lebih disukai oleh pengguna, namun sangat berminyak
sehingga kebanyakan digunakan untuk minyak mandi rendam.

Minyak Mineral
Minyak yang digunakan untuk emolien merupakan hasil destilasi vaselin
dan mengandung komponen organik dalam jumlah besar, terutama hidrokarbon
alifatik rantai panjang dan bercabang. Proses pembuatan termasuk destilasi,
ekstraksi pelarut, kristalisasi dan netralisasi alkali dan bleaching menghasilkan
petroleum jelly dan light liquid paraffin (white oil).

Minyak sintesis
Minyak sintetis yang sering digunakan dan cukup ideal adalah minyak
silikon

Lilin Lemak
Lilin lemak adalah campuran semi solid kompleks yang juga merupakan
turunan dari minyak hewan, tumbuhan atau mineral. Yang paling banyak
digunakan adalah beeswax dari sarang lebah, Carnauba wax dari pohon palem
carnauba dan lilin parafin.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini berlangsung di PT.Fabindo Sejahtera bagian Research and
Development. Percobaan dilakukan pada minggu kedua hingga minggu kelima di
PT. Fabindo Sejahtera Cikupa-Tangerang.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Beaker glass 100 ml, hot plate magnetic stirrer, spin bar, timbangan, cawan
penguap, refraktometer, spatel logam, termometer, lemari pendingin, cetakan
lipstik dan tabung lipstik.

3.2.2 Bahan
Candelila wax, Carnauba wax, Ceresin wax, Ozokerit, Lanolin anhidrat,
Stearalkonium hektorit, minyak jarak, Isopropil miristat, Diisostearil malat,
oktildodekanol, PVP/Hexadecene copolymer, Hydrogenated polydecene
viskositas 20, Hydrogenated polydecene viskositas 30, D-α-Tokoferil asetat, Metil
paraben, Propil paraben, Mika, BHT, fragrance, Aluminium (III) Oxide, CI 77891,
CI 77861, CI 15850:2, CI 15850:1.

20 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


21

3.3. Formulasi Lipstik Moisturizer


3.3.1. Formulasi Basewax
Formulasi basewax lipstik moisturizer adalah sebagai berikut :

Formula
Nama Bahan
(gram)

Candelillla wax 4,55

Carnauba wax 1,12

Ceresin wax 3,63

Ozokerit 0,52

Minyak jarak (Fase A) 7,69

Lanolin anhidrat 0,49

Metil paraben 0,16

Propil paraben 0,08

BHT 0,05

Stearalkonium hektorit 0,06

Isopropil miristat 3,65

Diisostearil malat 3

PVP/Hexadecene copolymer 3,05

Oktildodekanol 3,08

Total 31,13

Berikut adalah proses pembuatan basewax dalam skala kecil (60 gram):
1. Masing-masing bahan yang dibutuhkan ditimbang secara seksama.
2. Candelila wax, Carnauba wax, Ceresin wax, Ozokerit, Lanolin anhidrat
dilelehkan di dalam beaker glass dengan suhu 86ºC di atas hot plate dan
diaduk dengan spinbar. Setelah lilin meleleh, Stearalkonium hektorit

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


22

dimasukkan, kemudian diaduk selama 20 menit dengan spinbar di atas hot


plate pada suhu 86ºC.
3. Minyak jarak, Isopropil miristat, Diisostearil malat, Oktildodekanol, dan
PVP/Hexadecene copolymer dimasukkan ke dalam beaker glass (campuran
nomor 2) kemudian diaduk selama 20 menit dengan spinbar di atas hot plate
pada suhu 86ºC.
4. Metil paraben, Propil paraben, dan BHT dimasukkan ke dalam beaker glass
(campuran nomor 3) kemudian diaduk selama 20 menit dengan spinbar di
atas hot plate pada suhu 86ºC.
5. Campuran dimasukkan dalam plastik, dibiarkan hingga membeku. Simpan
dalam tempat yang sejuk.

3.3.2. Formulasi Lipstik Tanpa Penambahan Emolien dan Fragrance


Formulasi Lipstik Sebelum Ditambahkan Emolien Pembanding dan
Fragrance adalah sebagai berikut :

Jumlah
Nama Bahan
(gram)

Fase A
Basewax 24
Fase B
CI 77891, CI 77861, Aluminium (III) Oxide 3
CI 77891 2,05
CI 15850:1 0,65
CI 15850:2 0,5
Minyak jarak (Fase B) 12,8
Fase C
D-α-Tokoferil asetat 0,3
Mika 3
Minyak jarak (Fase C) 10,2
Total 54

Proses pembuatan campuran lipstik adalah sebagai berikut :


1. Basewax ditimbang dalam beaker glass dan dilelehkan dengan suhu 86ºC di
atas hot plate dan diaduk dengan spinbar.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


23

2. Mika ditimbang dan ditambahkan ke dalam beaker glass kemudian diaduk


selama 20 menit dengan spinbar di atas hot plate pada suhu 86ºC.
3. Pewarna (CI 77891, CI 15850:1, CI 15850:2) yang telah didispersikan
homogen dalam minyak jarak (1:4) ditimbang di dalam cawan penguap dan
kedalam campuran pewarna tersebut ditambahkan sedikit campuran nomor 2
untuk membentuk premix. Campuran diaduk dengan spatel logam hingga
warna terdistribusi homogen.
4. Premix dimasukkan ke dalam beaker glass, kemudian diaduk selama 20
menit dengan spinbar di atas hot plate pada suhu 86ºC
5. CI 77891, CI 77861, Aluminium (III) Oxide ditimbang dan ditambahkan ke
dalam beaker glass kemudian diaduk selama 20 menit dengan spinbar di
atas hot plate pada suhu 86ºC.
6. D-α-Tokoferil asetat ditambahkan kedalam campuran tersebut, kemudian
diaduk selama 20 menit dengan spinbar di atas hot plate pada suhu 86ºC.
7. Campuran dimasukkan dalam plastik, dibiarkan hingga membeku. Simpan
dalam tempat yang sejuk.

3.3.3. Formulasi Lipstik dengan Emolien Berbeda


Formulasi lipstik setelah ditambahkan emolien pembanding dan fragrance
adalah sebagai berikut :

Formula I Formula II
(gram) (gram)
Hasil Formulasi Lipstik 26,97 26,97
Hydrogeneted polydecene viskositas 20 - 3
Hydrogeneted polydecene viskositas 30 3
Pewangi 0,03 0,03

Proses pembuatan lipstik dengan menggunakan Hydrogeneted polydecene


viskositas 20 / 30
1. Campuran lipstik ditimbang kemudian dilelehkan di dalam beaker glass.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


24

2. Hydrogeneted polydecene viskositas 20 / 30 ditimbang dan ditambahkan ke


dalam beaker glass kemudian diaduk selama 20 menit dengan spinbar di
atas hot plate pada suhu 86ºC.
3. Minyak jarak dan fragrance ditimbang dan ditambahkan ke dalam beaker
glass (campuran nomor 2) kemudian diaduk selama 20 menit dengan
spinbar di atas hot plate pada suhu 86ºC.
4. Massa lipstik dituang pada suhu 80ºC ke dalam mold atau cetakan lipstik.
Kemudian didiamkan selama 10 menit pada suhu kamar lalu dilanjutkan
dengan pendinginan pada lemari pendingin selama 5 menit untuk
membentuk massa lipstik yang padat.
5. Lipstik kemudian dimasukkan kedalam tabung lipstik dan siap untuk di uji.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


25

3.3.4. Breakdown Formulasi


Berikut adalah formulasi keseluruhan (total) berupa hasil breakdown ketiga
formulasi diatas.

Formula A Formula B
Nama Bahan
(%) (%)
Fase A
Candelillla wax 5,84 5,84
Carnauba wax 1,44 1,44
Ceresin wax 4,66 4,66
Ozokerit 0,67 0,67
Minyak jarak (Fase A) 9,87 9,87
Lanolin anhidrat 0,63 0,63
Metil paraben 0,2 0,2
Propil paraben 0,11 0,11
BHT 0,07 0,07
Stearalkonium hektorit 0,08 0,08
Isopropil miristat 4,69 4,69
Diisostearil malat 3,85 3,85
PVP/Hexadecene copolymer 3,85 3,85
Oktildodekanol 3,95 3,95
Fase B
CI 77891, CI 77861, Aluminium (III) Oxide 5 5
CI 77891 3,41 3,41
CI 15850:1 1,08 1,08
CI 15850:2 0,83 0,83
Minyak jarak (Fase B) 21,31 21,31
Fase C
Hydrogenated polydecene viskositas 20 10 -
Hydrogenated polydecene viskositas 30 - 10
D-α-Tokoferil asetat 0,45 0,45
Mika 5 5
Minyak jarak (Fase C) 17,03 17,03
Pewangi 0,1 0,1

3.4. Metode Evaluasi


3.4.1. Uji Titik Leleh
Melakukan evaluasi dari dua formula lipstik guna membandingkan titik
leleh kedua formulasi lipstik, berikut adalah cara kerja pengujian :
Prinsip: Suhu terendah dimana zat yang dianalisa mulai mengalami pelelehan
Cara kerja:
1. Sampel diambil dengan pipa kapiler sebanyak kurang lebih 1 sentimeter
(diberi tanda pada batas sampel), kemudian ditempelkan pada termometer.
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


26

2. Klem termometer, direndamkan pada media panas hingga sampel terendam.


3. Sampel dan suhu thermometer diamati
4. Suhu saat sampel mulai naik pada pipa kapiler (melewati tanda pada pipa
kapiler) dicatat.
5. Suhu dimana sampel mulai naik menunjukkan titik leleh sampel.

3.4.2. Uji Aplikasi Panel


Membuat kuesioner dengan sebelas (11) responden untuk mengetahui
aplikasi dari kedua formula lipstik yang dibuat.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahap pembuatan lipstik terlebih dahulu diawali dengan tahap pembuatan


basewax, dimana pada pembuatan basewax tidak ditambahkan ekstender, pigmen,
emolien, zat aktif dan fragrance. Tahap pembuatan basewax ditujukan untuk
terlebih dahulu memastikan bahwa perpaduan lilin, minyak dan suspending agent
yang digunakan dalam suatu formula dapat menghasilkan batang lipstik yang
keras, tidak mudah patah, dan mudah dioles.
Penggunaan kombinasi wax (lilin) yang digunakan dalam formulasi lipstik
ini bertujuan agar didapatkan lipstik dengan kekerasan dan titik leleh yang
memadai. Candelila wax, walaupun memiliki titik leleh yang rendah namun wax
ini dapat membuat lipstik menjadi keras, padat, dan berkilau. Kombinasi dengan
Carnauba wax dapat meningkatkan titik leleh lipstik, kekerasan lipstik dan mudah
dioles pada bibir. Penggunaan seresin bertujuan untuk membantu pelepasan cast
stick dari mold karena seresin lelehan akan menyusut seperti beeswax ketika
didinginkan. Penambahan Ozokerit, yang memiliki titik leleh 76o hingga 86oC,
pada formula dimaksudkan untuk meningkatkan titik leleh, memberikan
kepadatan pada molded stick dan penggunaannya bersama dengan Carnauba wax
akan meningkatkan kesuksesan pencampuran. Penggunaan kombinasi keempat
wax ini menghasilkan lipstik yang cukup keras, tidak mudah rapuh, dan mudah
dioles.
Stearalkonium hektorit adalah suspending agent yang digunakan pada
formulasi lipstik ini. Stearalkonium hektorit adalah produk dari reaksi antara
hektorit dan Stearalkonium klorida. Stearalkonium hektorit biasa digunakan pada
suatu formula dengan jumlah 0,05-0,3%. Penggunaan suspending agent pada
formulasi ini bertujuan untuk meningkatkan stabilitas lipstik yaitu agar komposisi
wax dan minyak pada formulasi dapat menyatu dengan baik sehingga mencegah
terjadinya sweating (keluarnya komponen minyak dari lipstik).
Isopropil miristat, Diisostearil malat, PVP/Hexadecene copolymer,
Oktildodekanol merupakan komponen minyak pada formulasi ini. Isopropil

27 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


28

miristat. Isopropil miristat merupakan emolien non oklusif dengan viskositas


rendah yang memiliki profil penyebaran baik untuk zat lipofil dan zat warna.
Rasio penggunaan isopropil miristat adalah 0,5-5%. Diisostearil malat adalah
diester dari isostearil alkohol dan asam malat. Diisostearil malat berfungsi sebagai
emolien dan komponen pencegah sweating pada lipstik. PVP/Hexadecene
copolymer memberikan efek tahan lama terhadap aplikasi pada kulit, lebih tahan
terhadap air serta memiliki sifat penghalang kelembaban. PVP/Hexadecene
copolymer juga merupakan pendispersi pigmen yang baik dan dapat berfungsi
sebagai suspending agent. Oktildodekanol berfungsi sebagai antifoaming pada
formulasi ini. Sebab sebelum ditambahkan oktildodekanol, terbentuk gelembung
yang cukup banyak pada campuran yang mengganggu saat pencetakan.
Penambahan oktildodekanol saat pencampuran mengurangi terbentuknya
gelembung tersebut.
Hasil dari percobaan yang telah dilakukan menggunakan formula I dan
formula II didapatkan batang lipstik berwarna merah muda, dengan tekstur serta
permukaan yang halus dan licin beraroma raspberry pada kedua formula.

Tabel 4.1. Data Hasil Pengukuran Titik Leleh Formula Lipstik

Titik Leleh
1 2 3
Formula I 62 64 64
Formula II 64 65 65

Pengujian titik leleh lipstik mencerminkan kekerasan atau kepadatan dari


sediaan lipstik yang dibuat. Berdasarkan literatur, syarat lipstik yang diterima
memiliki titik leleh 55°C-65°C (Finkenaur,G,1993). Baik lipstik F1 maupun F2
memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Lipstik formula I memiliki nilai titik leleh
lebih rendah dibandingkan dengan lipstik formula II. Titik leleh formula I hanya
berbeda 0-3° C dibandingkan dengan formula II.
Titik leleh lipstik tidak hanya dipengaruhi oleh wax yang digunakan
namun juga dipengaruhi oleh komponen minyak dan lemak yang ditambahkan
dalam formulasi. Minyak yang berfungsi sebagai pelarut maupun emolien dapat
Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


29

berpengaruh terhadap hasil akhir produk lipstik dalam hal kekerasan, aplikasinya
pada bibir dan bentuk fisik dari lipstik tersebut. Jika dilihat dari formulasi lipstik
F1 dan F2 pada Tabel 3.4, komposisi jumlah wax sebagai pengeras lipstik dan
beberapa komponen minyak dan lemak memiliki jumlah yang sama, yang berbeda
adalah viskositas salah satu emolien yaitu Hydrogenated polydecene yang
ditambahkan pada kedua formula tersebut. Hydrogenated polydecene yang
ditambahkan pada formula I adalah Hydrogenated polydecene dengan viskositas
20 dan Hydrogenated polydecene yang ditambahkan pada formula II adalah
Hydrogenated polydecene dengan viskositas 30 sehingga perbedaan titik leleh
kedua lipstik dapat disebabkan oleh perbedaan viskositas Hydrogenated
polydecene yang ditambahkan.
Untuk mengetahui pengaruh penambahan Hydrogenated polydecene, baik
viskositas 20 maupun viskositas 30, dalam formulasi terhadap aplikasi lipstik pada
bibir, peneliti memberikan penilaian pribadi kemudian dilakukan juga uji aplikasi
panel terhadap 11 orang responden dengan media kuesioner dan lipstik tester dari
kadua formula tersebut. Penilaian peneliti pada hasil coba aplikasi lipstik formula
I dan formula II adalah sebagai berikut:
 Aplikasi warna
Lipstik formula I lebih bernuansa merah dan lipstik formula II lebih
bernuansa biru.
 Kemudahan pengolesan
Kedua formula lipstik sama-sama mudah dioleskan namun lipstik formula
I lebih mudah dioleskan daripada lipstik formula II (lebih licin).
 Tekstur olesan
Tekstur olesan lipstik formula II menggumpal dan lipstik formula I lebih
halus.
Untuk hasil uji aplikasi panel lipstik pada 11 orang responden dapat dilihat pada
Tabel 4.2,Tabel 4.3 dan Tabel 4.4.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


30

Tabel 4.2. Hasil Uji Aplikasi Panel Lipstik pada 11 orang Responden pada
Formula I

Kriteria lipstik
Aplikasi pada
Responden Kelembutan
Daya sebar bibir Daya kilap Daya lekat
pada bibir
(berat/ringan)
1 Tidak Merata Berat Mengkilap Tidak Tidak
Lembab Melekat
2 Merata Berat Tidak Tidak Tidak
Mengkilap Lembab Melekat
3 Merata Berat Mengkilap Tidak Melekat
Lembab
4 Tidak merata Berat Mengkilap Lembab Melekat
5 Tidak merata Berat Mengkilap Lembab Melekat
6 Merata Ringan Mengkilap Tidak Melekat
Lembab
7 Merata Ringan Mengkilap Lembab Melekat
8 Merata Ringan Mengkilap Lembab Melekat
9 Merata Ringan Mengkilap Lembab Melekat
10 Merata Berat Mengkilap Lembab Tidak
Melekat
11 Tidak Merata Berat Mengkilap Lembab Melekat

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


31

Tabel 4.3. Hasil Uji Aplikasi Panel Lipstik pada 11 orang Responden pada
Formula II

Kriteria lipstik
Aplikasi pada
Responden Kelembutan
Daya sebar bibir Daya kilap Daya lekat
pada bibir
(berat/ringan)
1 Merata Ringan Mengkilap Lembab Melekat
2 Merata Ringan Mengkilap Lembab Melekat
3 Merata Ringan Tidak Lembab Tidak
Mengkilap Melekat
4 Merata Berat Mengkilap Lembab Melekat
5 Merata Ringan Tidak Lembab Melekat
Mengkilap
6 Merata Berat Mengkilap Tidak Tidak
Lembab Melekat
7 Tidak Merata Berat Tidak Tidak Melekat
Mengkilap Lembab
8 Merata Berat Mengkilap Lembab Melekat
9 Tidak Merata Berat Tidak Lembab Melekat
Mengkilap
10 Merata Ringan Mengkilap Lembab Melekat
11 Merata Ringan Mengkilap Lembab Melekat

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


32

Gambar 4.1. Perbandingan Hasil Uji Aplikasi Panel Lipstik pada 11 orang
Responden pada Formula I dan Formula II

Tabel 4.4. Persentase Formula Lipstik yang Digemari Responden Berdasarkan


Kenyamanan Aplikasi pada Bibir.

Lipstik yang Paling Nyaman Digunakan


Responden
Formula I Formula II
1 
2 
3 
4 
5 
6 
7 
8 
9 
10 
11 

Total Responden 3 8
Persentase 27,28% 72,72%

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


33

Gambar 4.2. Persentase Formula Lipstik yang Digemari Responden Berdasarkan


Kenyamanan Aplikasi pada Bibir

Melalui uji aplikasi panel untuk formula I, didapatkan hasil bahwa


karakteristik aplikasi lipstik formula I memiliki daya sebar yang merata, terasa
berat, mengkilap, lembab, dan melekat pada bibir. Formula II memiliki
karakteristik daya sebar yang merata, terasa ringan, mengkilap, lembab, dan
melekat.
Fungsi Hydrogenated polydecene sebagai emolien terbukti dari hasil uji
aplikasi panel bahwa baik pada formula I maupun formula II menyatakan bahwa
kedua formula meninggalkan rasa lembab. Namun, lebih banyak responden
menyatakan bahwa formula II meninggalkan rasa lembab dibandingkan formula I.
Hal ini terkait dengan viskositas Hydrogenated polydecene yang ditambahkan
pada formula I atau pun formula II. Formula II lebih dapat meninggalkan rasa
lembab dikarenakan pada formula II digunakan Hydrogenated polydecene dengan
viskositas lebih tinggi yaitu viskositas 30 dibandingkan Hydrogenated polydecene
yang digunakan pada formula I yaitu Hydrogenated polydecene viskositas 20.
Berdasarkan kenyamanan aplikasi pada bibir, 8 responden (72%)
memilih formula II sebagai formula yang paling nyaman digunakan. Menurut para
responden, formula II lebih terasa ringan pada saat diaplikasikan dibandingkan
formula I sehingga terasa lebih nyaman. Rasa berat atau ringan saat aplikasi pada
bibir dipengaruhi oleh penambahan Hydrogenated polydecene dengan viskositas

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


34

berbeda pada kedua formula. Hal ini tentu bertentangan dengan penilaian tekstur
olesan oleh peneliti karena tekstur olesan formula II cenderung menggumpal
yang menyebabkan aplikasi akan terasa berat sedangkan tesktur olesan formula 1
lebih halus sehingga pada aplikasi akan terasa ringan. Namun, terdapat faktor lain
yaitu pada formula I diperlukan aplikasi berulang yang lebih banyak daripada
formula II guna mendapatkan kepekatan warna pada aplikasi yang setara. Hal ini
menyebabkan para responden menyatakan bahwa formula II lebih terasa ringan.
Berdasarkan penilaian tersebut, para respoden memilih formula II sebagai formula
yang lebih nyaman berdasarkan keunggulan dalam hal one stroke. One stroke
adalah dimana lipstik dapat memberikan aplikasi yang kaya akan warna hanya
dalam 1 kali olesan. Keunggulan formula II dalam hal one stroke dikarenakan
penggunaan Hydrogenated polydecene yang lebih viskos dibandingkan formula I
sehingga lipstik formula II dapat mendispersikan dan mengikat zat warna lebih
kuat dan dapat menghantarkan warna lebih baik saat diaplikasikan. Hal ini juga
berpengaruh pada penilaian responden terhadap daya sebar kedua formula. Lebih
banyak responden menyatakan bahwa formula II memiliki daya sebar yang merata
dibandingkan formula I.
Melalui hasil uji aplikasi panel juga diketahui bahwa lebih banyak
responden yang memilih opsi mengkilap pada formula I dibandingkan pada
formula II. Hal ini dipengaruhi indeks bias yang berbeda antara Hydrogented
polydecene viskositas 20 dan Hydrogenated polydecene viskositas 30.
Hydrogenated polydecene viskositas 20 memiliki indeks bias 1,457 dan
Hydrogenated polydecene viskositas 30 memiliki indeksi bias 1,454. Semakin
tinggi indek bias maka akan semakin baik dalam memantulkan cahaya sehingga
akan terlihat lebih berkilau. Sifat ini mempengaruhi kilau, baik kilau dari aplikasi
maupun kilau dari badan lipstik.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
1. Titik leleh lipstik formula I tidak berbeda jauh dengan titik leleh lipstik
formula II. Formula I memiliki karakteristik aplikasi daya sebar yang
merata, terasa berat, mengkilap, lembab, dan melekat pada bibir. Formula
II memiliki karakteristik aplikasi daya sebar yang merata, terasa ringan,
mengkilap, lembab, dan melekat. Formula II yang menggunakan
Hydrogenated polydecene viskositas 30 lebih disukai daripada formula I
yang menggunakan Hydrogenated polydecene viskositas 20.
2. Formula I menghasilkan jenis lipstik semi-gloss (moist) dan formula II
menghasilkan jenis lipstik satin.

5.2 SARAN
1. Hydrogenated Polydecene viskositas 20 dapat digunakan untuk
mendapatkan lipstik semi-gloss (moist) dan Hydrogenated polydecene
viskositas 30 dapat digunakan untuk mendapatkan jenis lipstik satin.
2. Penambahan emolien harus diperhitungkan dengan kadar atau jumlah
serta komposisi yang tepat guna dihasilkan kosmetika yang baik.
Penambahan emolien yang terlalu banyak dapat memberikan efek
berminyak pada bibir dan rasa berat pada aplikasinya di bibir.
3. Diujikan kembali pengaruh viskositas Hydrogenated polydecene terhadap
kemampuan mendispersikan warna dengan menggunakan formula yang
berbeda.
4. Penelitian dilanjutkan dengan uji stabilitas guna mengetahui pengaruh
penggunakan emolien dengan viskositas berbeda terhadap stabilitas lipstik.
5. Kriteria uji aplikasi panel lebih di seleksi agar hasil uji aplikasi panel valid
dan dapat meninjau segi marketing.

35 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


DAFTAR ACUAN

DeNavarre, Maison G. (1988). The Chemistry and Manufacture of Cosmetics


(2nd ed.). Vol III. USA: Allured Publishing Corporation.

DeNavarre, Maison G. (1993). The Chemistry and Manufacture of Cosmetics. Vol


IV. USA: Allured Publishing Corporation.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Kodeks Kosmetika Indonesia,


edisi II, Volume I. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Gottschalck, Tara E. dan G. N. McEwen (Ed.). (2006). International Cosmetic


Ingredient Dictionary and Handbook (11th ed.)(Vols. 1-3). Washington
D.C: The Cosmetic, Toiletry, and Fragrance Association.

Paye M, A’O Barel, dan HI Maibach. (2001). Handbook of Cosmetic Science and
Technology. New York: Marcel Dekker.

Purwandhani E., Effendi EHF. (2000). Pelembab&emolien untuk kelainan kulit


pada bayi dan anak dalam MDVI vol 27 no 4 September 2000 : pp. 20-26.

Rieger, Martin M. (Ed.). (2000). Harry Cosmeticology (8th ed.). New York:
Chemical Publishing, Co.Inc.

Schlossman, Mitchell L (Ed.). (2000). The Chemistry and Manufacture of


Cosmetics Vol.2-Formulating. USA: Allured Publishing Corporation.

The Nisshin Oillio Group, Ltd. (2009). Formulation Guide for Cosmetics. Japan:
The Nisshin Oillio Group.

The Nisshin Oillio Group, Ltd. (2010). Raw Materials for the Cosmetics Industry.
Japan: The Nisshin Oillio Group.

Tranggono, Iswari, Retno dan Latifah, Fatma. (2008). Buku Pegangan Ilmu
Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Van Scott E.J., Dieullangard. (1986). Xerosis (dry skin,xeroderma) in : Practical


Management of Dermatologic Patient, Arthur Rook, Philadelphia, J.B.
Lippincott co, (pp. 224).

36 Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


37

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta:


Universitas Indonesia Press.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


LAMPIRAN

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013


38

Lampiran 1. Lipstik Hasil (a) Formulasi I dan (b) Formulasi II

(a)
(b)

Lampiran 2. Hasil Olesan Lipstik (a) Formula I (b) Formula II

(a)

(b)

Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013

Anda mungkin juga menyukai