Digital - 20351324-PR-Elphina Rolanda-Lapora PDF
Digital - 20351324-PR-Elphina Rolanda-Lapora PDF
ANGKATAN LXXVI
ANGKATAN LXXVI
Penulis berharap Tuhan YME berkenan membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah banyak memberi perannya dalam penelitian ini. Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan laporan PKPA ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan. Penulis berharap semoga pengetahuan, dan pengalaman yang diperoleh
selama menjalani PKPA ini dapat memberikan manfaat sebagai wawasan bagi
rekan-rekan sejawat dan pihak yang membutuhkan.
Depok, Juli 2013
Penulis
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmediakan/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : 23 Agustus 2013
Yang menyatakan
(Elphina Rolanda)
vi
Halaman
HALAMAN DEPAN ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................ vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x
viii
Halaman
Tabel 2.1. Jenis Sediaan Kosmetik....................................................................... 4
ix
Halaman
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT Fabindo Sejahtera .................................. 66
Lampiran 2. Denah Ruang Produksi PT Fabindo Sejahtera ............................ 67
Lampiran 3. Proses Water TreatmentuntukKeperluanProduksi ...................... 68
Lampiran 4. SistemDistribusi Air untukProduksi ............................................ 69
Lampiran 5. Proses ProduksiLulur, Krimdan Lotion ....................................... 70
Lampiran 6. Proses ProduksiKosmetikLiquid (Toner / Cleanser) ................... 71
Lampiran 7. Proses produksi Talcum Powder ................................................. 72
Lampiran 8. Proses produksi Compact Powder ............................................... 73
Lampiran 9. Proses produksi Hoitong.............................................................. 74
Lampiran 10. Proses Produksi Lipstik ............................................................... 75
Lampiran 11. Proses ProduksiCairanuntukPemakaianLuardanObatTradisional
(Parfum, MinyakTelondanKayuPutih) ........................................ 76
Lampiran 12. Proses produksi Puff Bedak ......................................................... 77
Lampiran 13. Proses produksi kalengdangodetkemasan primer ........................ 78
Lampiran 14. Proses ProduksiHandsoap ........................................................... 79
Lampiran 15. AlurNaracaPenggunaan Air......................................................... 80
Lampiran 16. Proses Water Treatment .............................................................. 81
1 Universitas Indonesia
1.2. Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker di industri kosmetik bertujuan untuk
mengetahui penerapan ketentuan CPKB di industri kosmetik, khususnya pada PT
Fabindo Sejahtera, mengetahui tugas dan tanggung jawab apoteker di industri
kosmetik, selain itu menjadi program yang mampu memberikan bekal
pengalaman kerja di bidang industri kosmetik bagi mahasiswa calon apoteker.
Universitas Indonesia
2.1. Kosmetik
Kosmetika yang diedarkan di wilayah Indonesia harus memenuhi kriteria
sebagai berikut :
a. keamanan yang dinilai dari bahan kosmetika yang digunakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kosmetika yang
dihasilkan tidak mengganggu atau membahayakan kesehatan manusia,
baik digunakan secara normal maupun pada kondisi penggunaan yang
telah diperkirakan;
b. kemanfaatan yang dinilai dari kesesuaian dengan tujuan penggunaan dan
klaim yang dicantumkan;
c. mutu yang dinilai dari pemenuhan persyaratan sesuai CPKB dan bahan
kosmetika yang digunakan sesuai dengan Kodeks Kosmetika Indonesia,
standar lain yang diakui, dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. penandaan yang berisi informasi lengkap, obyektif, dan tidak menyesatkan
e. telah didaftarkan melalui proses notifikasi dan memperoleh nomor izin
edarnya.
Penggolongan kosmetik menurut Peraturan Kapala Badan POM RI Nomor
HK.03.1.23.12.10.11983 tahun 2010 tentang Kriteria dan Tatacara Pengajuan
Notifikasi Kosmetika, yang diapdopsi dari ACD (ASEAN Cosmetic Directives),
sesuai kegunaan dan lokalisasi pemakaian pada tubuh, kosmetika digolongkan
menjadi 20 tipe preparat kosmetik antara lain:
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
- foundation)
- Eau de cologne
- Pewangi badan
- Parfum
- Sediaan wangi-wangian
lainnya
Universitas Indonesia
Sediaan - Lulur
Perawatan Kulit
- Mangir
Depilatories
9 Deodoran dan Sediaan - Deodoran
antiperspiran Kebersihan
Badan - Antiperspiran
Deodorant and anti-
perspirant - Deodoran-antiperspiran
- Lightener)
- Aktivator
- Neutralizer
- Hair styling
- Sampo
- Sampo ketombe
- Kondisioner (Hair
conditioner)
- Hair creambath
Universitas Indonesia
- Make-up kit
- Astringent
- Lip care
- Nail strengthener
- Nail hardener
- Cuticle remover/softener
Universitas Indonesia
2.3. Cara Pembuatan Kosmetik Yang Baik (Badan POM RI, 2003)
Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) merupakan pedoman yang
mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu yang bertujuan untuk
menjamin bahwa produk kosmetik dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu
yang telah ditentukan sesuai dengan penggunaannya. CPKB merupakan pedoman
yang bertujuan untuk memastikan agar sifat dan mutu produk kosmetik yang
dihasilkan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Selain itu, CPKB merupakan
bagian dari sistem pemastian mutu yang mengatur dan memastikan kosmetik
yang diproduksi mutunya dikendalikan secara konsisten sehingga produk yang
dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan sesuai tujuan
penggunaan poduk.
Mutu produk kosmetik tergantung pada bahan awal, bahan pengemas,
proses produksi dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai, dan
personel yang terlibat. Pemastian mutu suatu kosmetik tidak hanya mengandalkan
pada pelaksanaan pengujian tertentu saja, namun juga terletak pada proses
produksi kosmetik yang dikendalikan dan dipantau secara cermat.
Ruang lingkup CPKB 2003 meliputi: sistem manajemen mutu, personalia,
bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, proses produksi, sistem
pengawasan mutu, dokumentasi, audit internal, penyimpanan, kontrak produksi
dan pengujian, serta penanganan keluhan dan penarikan produk.
2.3.1. Sistem Manajemen Mutu
Sistem mutu harus dibangun, dimantapkan dan diterapkan sehingga
kebijakan yang ditetapkan dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Hendaknya
dijabarkan struktur organisasi, tugas dan fungsi, tanggungjawab, prosedur-
Universitas Indonesia
personil yang terlatih dalam jumlah yang memadai, untuk melaksanakan supervisi
langsung di setiap bagian produksi dan unit pemeriksaan mutu.
2.3.2.2 Pelatihan
Semua personil yang langsung terlibat dalam kegiatan pembuatan harus
dilatih dalam pelaksanaan pembuatan sesuai dengan prinsip-prinsip Cara
Pembuatan yang Baik. Perhatian khusus harus diberikan untuk melatih personil
yang bekerja dengan material berbahaya. Pelatihan CPKB harus dilakukan secara
berkelanjutan. Catatan hasil pelatihan harus dipelihara dan keefektifannya harus
dievaluasi secara periodik.
2.3.3. Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas harus dipilih pada lokasi yang sesuai, dirancang,
dibangun, dan dipelihara sesuai kaidah.
a. Upaya yang efektif harus dilakukan untuk mencegah kontaminasi dari
lingkungan sekitar dan hama.
b. Produk kosmetik dan Produk perbekalan kesehatan rumah tangga yang
mengandung bahan yang tidak berbahaya dapat menggunakan sarana
dan peralatan yang sama secara bergilir asalkan dilakukan usaha
pembersihan dan perawatan untuk menjamin agar tidak terjadi
kontaminasi silang dan risiko campur baur.
c. Garis pembatas, tirai plastik penyekat yang fleksibel berupa tali atau
pita dapat digunakan untuk mencegah terjadinya campur baur.
d. Hendaknya disediakan ruang ganti pakaian dan fasilitasnya. Toilet
harus terpisah dari area produksi guna mencegah terjadinya
kontaminasi.
e. Apabila memungkinkan hendaklah disediakan area tertentu, antara
lain:
Penerimaan material;
Pengambilan contoh material;
Penyimpanan barang datang dan karantina;
Gudang bahan awal.
Penimbangan dan penyerahan;
Pengolahan;
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
c. Pencatatan Bahan
Semua bahan hendaklah memiliki catatan yang lengkap mengenai nama
bahan yang tertera pada label dan pada bukti penerimaan, tanggal
penerimaan, nama pemasok, nomor batch dan jumlah. Setiap penerimaan dan
penyerahan bahan awal hendaklah dicatat dan diperiksa secara teliti
kebenaran identitasnya.
d. Material Ditolak
Pasokan bahan yang tidak memenuhi spesifikasi hendaknya ditandai,
dipisah dan untuk segera diproses lebih lanjut sesuai Prosedur Tetap.
e. Sistem Pemberian Nomor Bets
Setiap produk antara, produk ruahan dan produk akhir hendaklah diberi
nomor identitas produksi (nomor bets) yang dapat memungkinkan
penelusuran kembali riwayat produk. Sistem pemberian nomor bets
hendaknya spesifik dan tidak berulang untuk produk yang sama untuk
menghindari kebingungan / kekacauan. Bila memungkinkan, nomor bets
hendaknya dicetak pada etiket wadah dan bungkus luar. Catatan pemberian
nomor bets hendaknya dipelihara.
f. Penimbangan dan Pengukuran
Penimbangan hendaknya dilakukan di tempat tertentu menggunakan
peralatan yang telah dikalibrasi. Semua pelaksanaan penimbangan dan
pengukuran harus dicatat dan dilakukan pemeriksaan ulang oleh petugas
yang berbeda.
g. Prosedur dan Pengolahan
Semua bahan awal harus lulus uji sesuai spesifikasi yang ditetapkan.
Semua prosedur pembuatan harus dilaksanakan sesuai prosedur tetap
tertulis. Semua pengawasan selama proses yang diwajibkan harus
dilaksanakan dan dicatat. Produk ruahan harus diberi penandaan sampai
dinyatakan lulus oleh Bagian Pengawasan Mutu. Perhatian khusus
hendaknya diberikan kepada kemungkinan terjadinya kontaminasi silang
pada semua tahap proses produksi. Hendaknya dilakukan pengawasan yang
seksama terhadap kegiatan pengolahan yang memerlukan kondisi tertentu,
misalnya pengaturan suhu, tekanan, waktu dan kelembaban. Hasil akhir
Universitas Indonesia
diciptakan Sistem Pengawasan Mutu untuk menjamin bahwa produk dibuat dari
bahan yang benar, mutu dan jumlah yang sesuai, serta kondisi pembuatan yang
tepat sesuai Prosedur Tetap. Pengawasan mutu meliputi:
a. Pengambilan contoh (sampling), pemeriksaan dan pengujian terhadap bahan
awal produk dalam proses, produk antara, produk ruahan dan produk jadi
sesuai spesifikasi yang ditetapkan.
b. Program pemantauan lingkungan, tinjauan terhadap dokumentasi bets,
program pemantauan contoh pertinggal, pemantauan mutu produk di
peredaran, penelitian stabilitas dan menetapkan spesifikasi bahan awal dan
produk jadi agar senantiasa memenuhi standar yang ditetapkan.
Pengambilan contoh hendaklah dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan diberi
kewenangan untuk tugas tersebut, guna menjamin contoh yang diambil
senantiasa sesuai dengan indentitas dan kualitas bets yang diterima
2.3.7.2. Pengolahan Ulang
Metoda pengolahan ulang hendaklah senantiasa dievaluasi untuk
menjamin agar pengolahan ulang tidak mempengaruhi mutu produk. Pengujian
tambahan hendaklah dilakukan terhadap produk jadi hasil pengolahan ulang.
2.3.7.3. Produk Kembalian
Produk kembalian hendaklah diidentifikasi dan disimpan terpisah di
tempat yang dialokasikan untuk itu atau diberi pembatas yang dapat dipindah-
pindah misalnya pembatas dari bahan pita, rantai atau tali. Semua produk
kembalian hendaklah diuji kembali apabila perlu, disamping evaluasi fisik
sebelum diluluskan untuk diedarkan kembali. Produk kembalian yang tidak
memenuhi syarat spesifikasi hendaklah ditolak. Produk yang ditolak hendaklah
dimusnahkan sesuai Prosedur Tetap. Catatan produk kembalian hendaklah
dipelihara.
2.3.8. Dokumentasi
2.3.8.1. Pendahuluan
Sistem dokumentasi hendaknya meliputi riwayat setiap bets, mulai dari bahan
awal sampai produk jadi. Sistem ini hendaknya merekam aktivitas yang
dilakukan, meliputi pemeliharaan peralatan, penyimpanan, pengawasan mutu,
distribusi dan hal-hal spesifik lain yang terkait dengan CPKB. Hendaknya ada
Universitas Indonesia
sistem untuk mencegah digunakannya dokumen yang sudah tidak berlaku. Bila
terjadi atau ditemukan suatu kekeliruan dalam dokumen hendaknya dilakukan
pembetulan sedemikian rupa sehingga naskah aslinya harus tetap terdokumentasi.
Bila dokumen merupakan instruksi, hendaknya ditulis langkah demi
langkah dalam bentuk kalimat perintah. Dokumen hendaklah diberi tanggal dan
disahkan. Salinan dokumen hendaklah diberikan kepada pihak-pihak yang terkait
dan pendistribusiannya dicatat. Semua dokumen hendaknya direvisi dan
diperbaharui secara berkala, dokumen yang sudah tidak berlaku segera ditarik
kembali dari pihak-pihak terkait untuk diamankan.
2.3.8.2. Spesifikasi
Semua spesifikasi harus disetujui dan disahkan oleh personil yang berwenang.
Spesifikasi bahan baku dan bahan pengemas meliputi:
a. Nama bahan.
b. Uraian (deskripsi) dari bahan.
c. Parameter uji dan batas penerimaan (acceptance limits).
d. Gambar teknis, bila diperlukan.
e. Perhatian khusus, misalnya kondisi penyimpanan dan keamanan, bila perlu.
Spesifikasi Produk Ruahan dan Produk Jadi meliputi:
a. Nama produk.
b. Uraian.
c. Sifat-sifat fisik.
d. Pengujian kimia dan atau mikrobiologi serta batas penerimaannya, bila
perlu.
e. Kondisi penyimpanan dan peringatan keamanan, bila perlu.
2.3.8.3. Dokumen Produksi
a. Dokumen Induk
Dokumen Induk harus tersedia setiap diperlukan. Dokumen ini berisi
informasi :
Nama produk dan kode/nomor produk.
Bahan pengemas yang diperlukan dan kondisi
penyimpanannya.
Daftar bahan baku yang digunakan.
Universitas Indonesia
diselidiki. Bila kerusakan produk ditemukan atau diduga terjadi dalam suatu bets,
hendaknya dipertimbangkan kemungkinan terjadinya kasus serupa pada bets lain.
Khususnya bets lain yang mungkin mengandung produk proses ulang dari bets
yang bermasalah hendaknya diselidiki.
Setelah evaluasi dan penyelidikan atas keluhan, apabila diperlukan dapat
dilakukan tindak lanjut yang memadai termasuk kemungkinan penarikan produk.
Semua keputusan dan upaya yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari keluhan
hendaknya dicatat dan dirujuk kepada catatan bets yang bersangkutan.Catatan
keluhan hendaknya ditinjau secara periodik untuk menemukan masalah spesifik
atau masalah yang berulang yang memerlukan perhatian dan mungkin menjadi
dasar pembenaran bagi penarikan produk di peredaran. Apabila terjadi kegagalan
produk dan kerusakan produk yang menjurus kepada terganggunya keamanan
produk, Instansi yang berwenang hendaknya diberitahu.
2.3.12.2 Penarikan Produk
Hendaknya dibuat sistem penarikan kembali dari peredaran terhadap
produk yang diketahui atau diduga bermasalah. Hendaknya ditunjuk Personil yang
bertanggungjawab atas pelaksanaan dan koordinasi penarikan kembali produk
termasuk personil lain dalam jumlah yang cukup. Harus disusun Prosedur Tetap
penarikan kembali produk yang secara periodik ditinjau kembali. Pelaksanaan
penarikan kembali hendaknya dapat dilakukan cepat dan efektif.
Catatan pendistribusian primer hendaknya segera diterima oleh orang yang
bertanggungjawab untuk melakukan penarikan kembali produk, dan catatan
tersebut harus memuat informasi yang cukup tentang distributor. Perkembangan
proses penarikan kembali produk hendaknya dicatat dan dibuat laporan akhir ,
meliputi rekonsiliasi jumlah produk yang dikirim dan ditemukan kembali.
Keefektifan pengaturan penarikan kembali produk hendaknya dievaluasi dari
waktu ke waktu. Hendaklah dibuat instruksi tertulis yang menjamin bahwa produk
yang ditarik kembali disimpan dengan baik pada daerah yang terpisah sambil
menanti keputusan selanjutnya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
27 Universitas Indonesia
tambahan yakni shift 1 yang bekerja pada pukul 07.00 hingga pukul 15.30 dengan
waktu istirahat setengah jam yakni pukul 12.00-12.30, shift 2 dengan waktu kerja
sejak pukul 15.30 hingga pukul hingga pukul 00.00, dan shift 3 yang bekerja pada
pukul 00.00 hingga pukul 07.30. Pengadaan jam kerja shift tambahan tersebut
dilakukan apabila proses produksi dilakukan diluar jam operaional normal.
3.4.3. Proses Produksi
Proses produksi dari beberapa produk yang dihasilkan relatif memiliki
teknologi dan metode yang kurang-lebih sama. Ruang produksi terdiri atas ruang
produksi skincare, ruang produksi pancake, ruang produksi lipstik, ruang produksi
eyeshadow/blush on/face powder/talkum, ruang produksi obat tradisional, ruang
produksi kaleng, ruang produksi parfum, ruang produksi Hoitong, dan ruang
produksi puff. Denah ruang produksi terdapat pada lampiran 2.
Secara umum proses produksi dimulai dari persiapan bahan baku yang
akan digunakan, kemudian dilakukan penimbangan dan pencampuran bahan baku
dengan proses yang sesuai dengan spesifikasi produk akhir yang dibuat. Salah
satu proses yang penting sebelum memasuki proses pengemasan adalah
pemeriksaan atau uji mutu produk melalui tahapan quality control.
Tahapan quality control merupakan tahapan yang banyak menentukan
mutu dan kualitas produk yang dihasilkan, agar terpenuhi pemenuhan jaminan
produk sehingga tidak menyebabkan dampak negatif terhadap konsumen.
Tahapan quality control juga meliputi pengawasan terhadap kualitas air
yang akan digunakan untuk proses produksi. Air yang hendak digunakan untuk
proses produksi tentunya berbeda dengan air pada umumnya. Air untuk proses
produksi memiliki parameter tertentu yang harus dipenuhi. Proses Water
Treatment untuk Keperluan Produksi dapat dilihat pada lampiran 3 dan Sistem
Distribusi Air untuk Produksi dapat dilihat pada lampiran 4.
Tahap akhir dari rangkaian proses produksi yaitu pengemasan atau
packaging yang disesuaikan dengan produk yang dibuat. Setelah melalui tahap
pengemasan, dilakukan pula uji pada finish good sebagai pemastian uji akhir.
Selanjutnya produk yang telah selesai di produksi dan diuji tersebut disimpan
dalam gudang. Sebelum kemudian dikirim untuk dijual kepada konsumen. Bagan
produksi untuk masing-masing jenis produk dapat dilihat pada lampiran 5 sampai
Universitas Indonesia
oksida dan pigmen yang telah sesuai dengan colour chart dicampur dan diaduk
dalam tangki mixing, kemudian dilewatkan dalam mesin micropulverizer sampai
halus kemudian disisihkan. Pada wadah lain dibuat campuran pengawet dan
pelarut serta TiO yang dimasukkan dan dipanaskan hingga melebur sempurna
pada suhu 60-70°C. Setelah itu suhu diturunkan hingga 40-50° C, kemudian
ditambahkan ekstrak akar mulberi dan vitamin E asetat, diaduk hingga homogen.
Kedalam tangki mixing dimasukkan kembali premix warna dan bahan
pengisi kemudian dicampur dan diaduk selama 30 menit hingga homogen. Setelah
itu ditambahkan campuran pengawet dan fragrance, proses mixing dilanjutkan
kembali hingga benar-benar homogen selama 15 menit. Massa ini dilewatkan ke
mesin pulverizer, sampel diambil sedikit dicetak dalam godet, warna diperiksa
sesuai standar. Setelah lulus QC, bulk ditransfer dalam drum yang telah disanitasi
ditimbang berat bulk yang dihasilkan dan dihitung jumlah bulk yang hilang.
Proses selanjutnya adalah proses filling atau pengisian massa kedalam
kemasan primer. Massa dalam drum dimasukkan ke dalam mesin hopper yang
telah diatur volume pengisiannya. Dalam mesin hopper, bulk akan dilewatkan
dalam agitator untuk menstabilkan campuran massa agar tidak menggumpal
setelah itu akan dialirkan ke mesin cetak atau filling Kemwal. Pada conveyor
posisi godet (wadah compact powder) diatur sebelum masuk ke mesin cetak.
Berat bulk yang tercetak diperiksa kemudian dilakukan uji drop test produk tiap
30 menit. Produk setengah jadi disimpan pada rak dan ditempatkan pada kotak
kayu serta diberi identitas produk pada rak. Sampel di periksa oleh QC, produk
setengah jadi dimasukkan ke dalam gudang WIP (work in process) hingga hasil
uji dari QC memenuhi syarat. Setelah itu produk siap di kemas.
Proses pengemasan terdiri dari dua tahap yaitu pengemasan kemasan
primer dan kemasan sekunder. Mesin dan alat yang digunakan antara lain mesin
ink jet print, stampel no bets, tanggal dan produk dan mesin shrink tunnel. Dalam
pengemasan sekunder terdapat proses penyiapan container compact powder,
proses memasukkan produk setengah jadi dalam container pancake dan
pemasangan cellophane. Dalam pengemasan sekunder terdapat proses
pemasukkan puff dalam container, pengkodean nomor bets penempelan label
produk, pembentukan box sebagai wadah sekunder dan penyegelan produk
Universitas Indonesia
dengan plastik shrink. Kemudian dimasukkan ke dalam wadah karton besar dan
dimasukkan dalam gudang produk jadi. Skema alur proses produksi talcum
powder dan compact powder dapat dilihat pada lampiran 7 dan 8. Proses produksi
Hoitong dapat dilihat pada lampiran 9.
3.4.3.3. Produksi Lipstik
Lipstik merupakan kosmetik bibir yang dicetak menjadi bentuk stik dan
merupakan dispersi dari zat warna pada basis yang mengandung minyak, lemak,
dan lilin (Harry’s Cosmeticology). Produksi lipstik PT. Fabindo Sejahtera
dibawah merek Rivera Blue terdapat 25 macam nomor lipstik, Rivera wet and
Glam dan fanbo matte terdapat 10 macam nomor lipstik serta Fanbo fantastik
terdapat 20 nomor lipstik. Sekitar 7200 buah lipstik dapat dihasilkan dalam satu
hari produksi. Lipstik-lipstik ini akan diproduksi sesuai dengan rencana produksi
yang dibuat oleh PPIC.
Ruangan lipstik terdiri dari ruangan grey area dan black area. Dalam ruang
grey area personil diwajibkan memakai baju khusus, penutup kepala, masker dan
sarung tangan. Adapun proses yang dilakukan dalam grey area antara lain mixing,
filling, flamming dan pengemasan primer. Sedangkan pada black area dilakukan
proses pengemasan sekunder.
Dalam ruang produksi lipstik terdapat 4 buah mesin mixing dengan
kapasitas 1 kg, 15 kg, 30 kg, dan 100 kg. Tahap awal pembuatan lipstik diawali
dengan pembuatan basis lipstik. Bahan-bahan pembuat basis lipstik yang telah
ditimbang dipanaskan hingga suhu 80°C hingga meleleh sempurna. Setelah itu
basis lipstik dimasukkan ke dalam mesin mixing sambil dimasukkan sejumlah
bahan pengisi dan pengental dan di mixing selama 30 menit. Penambahan
extender warna kemudian ditambahkan dalam bulk campuran tersebut sambil
terus di homogenkan dengan mixer hingga 1 jam. Sejumlah castor oil dimasukkan
dan di mixing hingga homogen selama 1 jam. Setelah bulk homogen ditambahkan
pigmen, diaduk homogen kemudian ditambahkan beberapa jenis minyak yang
dibutuhkan dalam pembuatan lipstik, di mixing selama 30 menit. Jika warna
sudah sesuai maka ditambahkan fragrance dan vitamin E asetat kemudian
ditambahkan dan dihomogenkan. Sejumlah bulk diambil dan diperiksa oleh QC.
Setelah lulus QC, bulk ditransfer ke dalam wadah seperti ember yang dilapisi
Universitas Indonesia
plastik yang sebelumnya telah disanitasi dan didiamkan selama satu hari agar bulk
tersebut membeku dan memudahkan untuk proses penimbangan. Bulk yang telah
dingin dan membeku ini kemudian disimpan dalam gudang work in process
(WIP) lipstik.
Bulk dalam WIP yang akan diproses menjadi bahan jadi lipstik,
dikeluarkan dalam gudang WIP yang selanjutnya akan dipanaskan kembali dalam
mesin pencair bulk dengan suhu pengoperasian mesin 80-90° C dan dipindahkan
ke dalam mesin hopper. Bulk lipstik dalam mesin hopper kemudian akan
ditransfer ke dalam mesin filling dengan pengaturan suhu 80°C dengan spesifikasi
berat bulk 3,5-4 gram. Cetakan lipstik diatur posisinya dan ditempatkan dibawah
nozzle dengan benar, bulk lipstik akan tecetak dan kemudian cetakan tersebut
diletakkan di atas mesin pendingin. Lipstik yang sudah dingin kemudian
dimasukkan kedalam kontainernya dan dilakukan proses flamming agar
permukaan lipstik lebih mengkilap. Lipstik dalam container siap untuk ditutup,
diberi nomor bets dan expired date serta diberi kemasan berupa box satuan dan
box lusinan yang selanjutnya disegel dengan mesin shrink dengan pengaturan
suhu 150°C. Alur proses produksi lipstik dapat dilihat pada lampiran 10.
3.4.3.4. Produksi Parfum Cairan untuk Pemakaian Luar dan Obat Tradisional
(Parfum, Minyak Telon dan Kayu Putih)
Parfum adalah minyak hasil ekstraksi dari tumbuh-tumbuhan yang
dipadukan dengan beberapa zat kimia serta air, yang diracik dan mengeluarkan
wewangian, semantara minyak kayu putih dan minyak telon digunakan sebagai
sediaan penghangat untuk pemakaian diluar tubuh yakni dipermukaan kulit .
Ruang produksi produk cair untuk pemakaian luar terdiri atas ruang mixing dan
ruang filling yang menyatu dengan ruang pengemasan. Tidak ada pengaturan suhu
atau kelembaban didalamnya. Ruangan difasilitasi dengan 3 buah kipas angin dan
3 buah blower untuk mensirkulasi udara didalam ruangan.
Produksi parfum yang diamati adalah parfum fanbo 5K (Gloria) dimana
parfum ini sangat laris di pasaran. Permintaan pasar yang banyak akan produk ini,
membuat personil produksi parfum harus memproduksi 1600 lusin parfum setiap
harinya. Sementara itu produk minyak kayu putih dan minyak telon yang di
Universitas Indonesia
produksi PT Fabindo Sejahtera memikili merk dagang Bambi, yakni produk untuk
bayi dan balita.
Proses produksi diawali dengan proses mixing atau pencampuran bahan.
Dalam memproduksi parfum, terdapat dua jenis tangki mixing yang dapat
digunakan yaitu tangki spavil 75 kg atau tangki mixing 300 kg, dimana
penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan produksi. Pada wadah stainless
steel ditimbang sejumlah solubilizer dan penjernih yang kemudian dipanaskan
hingga suhu 40°C hingga terbentuk cairan jernih. Setelah itu pemanasan
dihentikan dan dilakukan pendinginan dengan chiller hingga temperatur kamar.
Ketika suhu telah dingin, bagi produk parfum dimasukkan fragrance ke dalam
larutan sambil diaduk hingga bahan-bahan larut sempurna dan jernih. Kemudian
larutan tersebut dimasukkan ke dalam tangki mixing utama bersama dengan
sejumlah alkohol sesuai dengan formula. Kedua larutan tersebut kemudian diaduk
homogen dan dimasukkan sejumlah aquademin sedikit demi sedikit hingga jernih.
Bulk yang sudah tercampur homogen diambil sampelnya untuk diperiksa oleh
pihak QC. Setelah lulus pengujian QC, bulk ditransfer ke dalam holding tank yang
telah disanitasi.
Bulk parfume dalam holding tank kemudian ditransfer ke dalam tangki
celup untuk proses pengisian parfume. Sebelum proses pengisian parfume
dilakukan terlebih dahulu botol 5K disiapkan dan dicuci dengan alkohol 96%
kemudian dikeringkan untuk siap digunakan. Botol-botol tersebut kemudian
dimasukkan dalam tangki celup dan di vakum selama 5 menit dengan tekanan 50
bar dan setelah itu siap untuk diangkat ke meja penyedotan manual. Di atas meja
ini volume cairan yang berlebih akan dibuang hingga batas leher botol dan botol
dicuci dengan alkohol agar tidak licin.
Proses selanjutnya adalah pemasangan plug atau penutup mulut botol
parfum yang terbuat dari plastik yang kemudian akan diletakkan pada meja
khusus penampungan yang alasnya berlubang-lubang guna menampung sisa
tirisan parfum yang dapat diproses kembali. Botol tersebut kemudian diletakkan
di meja pengering, ditempelkan label pada badan botol dan diletakkan di conveyer
untuk dilakukan proses pengkodean nomor bets dan expired date. Botol siap
ditutup dan dikemas dalam dus satuan yang kemudian dimasukkan ke dalam dus
Universitas Indonesia
lusinan hingga kemasan terluar yaitu karton. Layout produksi parfum dapat dilihat
pada lampiran 11.
3.4.3.5. Produksi Puff
Puff merupakan produk accessories kosmetik yang digunakan untuk
menyapukan bedak ke wajah. PT. Fabindo Sejahtera memproduksi puff yang
terdapat dalam produk pancake dan puff yang akan dipasarkan dalam kemasan
satuan. Puff diproduksi pada ruangan black area. Operator produksi di bagian ini
diwajibkan menggunakan cap, seragam dan masker serta diwajibkan
membersihkan tangan 2 jam sekali dengan disemprotkan alkohol.
Bahan baku yang digunakan adalah katun, busa, saten, lem dan foil.
Pertama, katun, busa dan saten dipotong sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan.
Kemudian saten diberi label dengan menggunakan hot stamp. Lalu katun, busa
serta saten dilem dan dipress hingga menjadi puff dengan menggunakan alat air
cylinder. Puff yang akan digunakan untuk produk pancake akan disimpan di
ruangan WIP (Work in Process). Puff yang akan dipasarkan dalam kemasan
satuan akan dikemas dalam kemasan plastik yang kemuian dilewatkan pada mesin
seal. Puff yang telah dikemas, disusun dalam box, kemudian disimpan didalam
gudang penunjang. Skema alur produksi puff, terlampir pada lampiran 12.
Ruang produksi akan disanitasi sebelum dan setelah produksi. QC akan
melakukan sampling pada bahan-bahan puff sebelum pengepresan dan pada finish
goods.
3.4.3.6. Produksi Wadah Kaleng
Selain memproduksi sediaan dan accessories kosmetik, PT. Fabindo
Sejahtera juga membuat kaleng dan godet yang digunakan untuk kemasan face
powder dan pancake. Ruangan produksi kaleng berada terpisah dari ruang
produksi kosmetik. Bahan baku utama yang dibutuhkan untuk proses produksinya
adalah aluminium.
1. Kaleng
Berdasarkan ukurannya, kaleng diklasifikasikan atas empat jenis, yaitu
kaleng tipe 211 L, 211 S, 2119L dan 2119 SP. Kaleng berfungsi sebagai kemasan
untuk face powder. Bahan yang digunakan adalah tinplate. Kaleng terdiri dari
bagian top, body dan bottom.
Universitas Indonesia
didalan perusahaan sendiri yakni handsoap atau sabun pencuci tangan yang kerap
digunakan di washtafel toilet serta pantry. Prosesnya sndiri tidak jauh berbeda
dengan pembuatan krim sabun pencuci wajah seperti yang telah dijelaskan pada
subbab sebelumnya. Secara lengkap proses tersebut dapat dilihat pada lampiran
14.
3.4.4. Kerjasama dengan Produsen Lain atau Pemilik Kontrak
Selain menghasilkan produk kosmetik yang dimiliki sebagai merk
dagangnya sendiri, PT Fabindo Sejahtera juga melakukan kerjasama melalui
kontrak dengan produsen kosmetik dan perbekalan rumah tangga lainnya. Produk
kerjasama dengan pemilik kontrak disebut produk makloon. Produk yang dibuat
berdasarkan kontrak disesuaikan dengan perjanjian isi kontrak, yakni apakan PT
Fabindo Sejahtera diberikan tanggung jawab sebagai pihak yang melakukan
proses sejak tahapan formulasi, atau memproduksi sejak raw material, atau hanya
diminta sebagai pihak yang melakukan pengemasan produk saja.
Dalam kerjasama tersebut, PT Fabindo Sejahtera juga memiliki
tanggungjawab sebagai pemberi jaminan produk dengan melakukan uji-uji
terhadap produk melalui quality control yang kemudian menginformasikan hasil
uji kepada pemiliki kontrak untuk diputuskan tahapan selanjutnya hingga produk
jadi.
Universitas Indonesia
diberikan untuk membuat produk, harga jual produk, dan keuntungan yang
diperoleh formulator dari tiap produk yang terjual.
2. Evaluasi usulan pengembangan produk oleh departemen research and
development
Pihak research and development mengevaluasi dokumen usulan
pengembangan produk mengenai kesesuaian spesifikasi dengan dapat
tidaknya produk tersebut dibuat, biaya pembuatan produk, tenggat waktu
yang diberikan untuk membuat produk, dan keuntungan yang akan
diperoleh formulator dalam penjualan produk.
3. Studi literatur untuk formulasi
Setelah dokumen usulan pengembangan produk disetujui oleh pihak
research and development, formulator divisi research and development
memulai studi literatur untuk menentukan bahan yang sesuai, persentasi
bahan yang sesuai dan juga alat dan proses pembuatan yang tepat untuk
menciptakan produk yang sesuai dengan spesifikasi yang sebelumnya
diberikan oleh divisi OEM/ product development/ marketing.
4. Evaluasi bahan baku dan bahan kemas yang akan digunakan
Bahan baku yang telah ditentukan melalui studi literatur diuji
kesesuaiannya dengan spesifikasi dari pemasok dan juga kesesuaiannya
dengan spesifikasi bahan baku yang diperlukan untuk membuat produk
baru tersebut. Begitu juga dengan bahan kemas. Spesifikasi bahan kemas
harus diperiksa terlebih dahulu apakah sesuai dengan spesifikasi yang
diperlukan oleh produk baru yang diperoleh melalui studi literatur
sebelumnya.
5. Trial laboratorium
Formulasi dan proses pembuatan yang sudah terbentuk diuji pada skala
laboratorium. Melalui trial laboratorium ini dapat diketahui apakah
formulasi dan proses pembuatan yang telah terbentuk sebelumnya dapat
menghasilkan produk yang tepat melalui uji pendahuluan terhadap produk.
Jika produk yang diinginkan tidak terbentuk maka dapat diadakan
peninjauan kembali (studi literatur) terhadap formulasi dan proses
pembuatan yang sudah ada.
Universitas Indonesia
untuk dikelola lebih lanjut seperti kepada Karang Taruna atau TPA Kebupaten
Tangerang untuk sebagian digunakan kembali atau dibuang.
3.9.2 Pengelolaan Limbah Cair
Limbah cair dari kegiatan PT Fabindo Sejahtera berasal dari sisa
produksidan kegiatan domestik karyawan (MCK). Limbah cair dari proses ini
berupa cairan dengan kandungan bahan kimia tertentu sebagai sisa proses
produksi dan oli-oli bekas pelumas mesin yang dapat mempengaruhi penurunan
kualitas air di lingkungan sekitar.
Sifat limbah cair dari proses produksi tersebut berbahaya bagi lingungan.
Besaran limbah cair dari hasil produksi diperkirakan tiap harinya sebesar 2m 3/
hari, sementara sisa oli pelumas sebesar 20 liter / bulan.
Dalam proses pengolahan limbah ini pihak pengelola di dalam PT Fabindo
Sejahtera melakukan pengelolaan dari pengumpulan limbah dari berbagai lokasi
di dalam perusahaan, limbah tersebut kemudian ditampung ke tempat
penampungan limbah cair dalam tempat penampungan khusus. Selanjutnya divisi
QC (Quality Control) bertugas untuk menganalisa tingkat bahaya dari limbah.
Pengukuran kualitas limbah dari proses produksi di saluran drainase
sebagai dampak dari cemaran yang dihasilkan oleh PT Fabindo Sejahtera
mangacu pada SK Bupati Tangerang No.545/SK.03a-Perek/1993. Berdasrkan
hasil pengukuran kualitas air PT Fabindo Sejahtera disaluran drainase
menunjukkan bahwa kandungan limbah cair seperti TSS, pH, BOD5, COD, Zn,
Pb, Cu, Cd, minyak dan lemak, serta Fenol berada di bawah baku mutu yang
diperbolehkan, sedangkan parameter kandungan Hg sedikit melebihi baku mutu.
Untuk menanggulanginya maka PT Fabindo Sejahtera membuat sistem IPAL.
Untuk limbah berupa sisa oli pelumas mesin, PT Fabindo Sejahtera
bekerjasama dengan karang taruna setempat untuk melakukan pengelolaannya.
Sisa dari oli tersebut dikumpulka dalam drum, untuk selanjutnya diambil oleh
pihak ketiga. Sedangkan untuk limbah cair dari kegiatan domestik disalurkan
dalam septic tank agar tidak mencemari saluran drainase setempat. Alur neraca
penggunaan air PT Fabindo Sejahtera secara menyeluruh dapat dilihat pada bagan
di lampiran 15 sementara sistem pengolahan libah cairnya dapat dilihat pada
lampiran 16, dalam kedua bagan tersebut terdapat alur mulai dari penggunaan air
Universitas Indonesia
ruangan dan PP-RI No.41/1999 untuk kualitas debu di lingkungan sekitar pabrik.
Upaya pengelolaan kualitas udara dari limbah debu yang dilakukan PT
Fabindo Sejahtera antara lain:
Imbauan untuk pemakaian masker bagi karyawan
Menjaga kebersihan ruang kerja
Pemagaran sekeliling lokasi yang dilengkapi dengan penghijauan dengan
pepohonan yang dapat penyaring partikel debu.
3.9.5 Pengelolaan Kebisingan
Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat
Sound Level Meter, hasil dari tiap kali pengukuran dibandingkan dengan baku
mutu berdasarkan SE Menaker No.51/Menaker/1999 tentang baku mutu
kebisingan dalam ruangan dan SK MenLH No.48/MenLH/11/1996 untuk baku
mutu kebisingan udara ambien.
Berdasarkan hasil pengukuran intensitas kebisingan di dalam ruangan produksi
maupun lingkungan sekitar , tingkat kebisingan yang dihasilaj PT Fabindo
Sejahtera masih berada dibawah baku mutu yang ditentukan.
Upaya pengelolaan lingkungan dari dampak peningkatan kebisingan yang
dilakukan PT Fabindo Sejahtera antara lain:
Melakukan perawatan berkala terhadap mesin-mesin yang beroperasi
Menyediakan ear plug bagi karyawan teritama yang bekerja di area
produksi dengan mesi yang bising
Pemagaran sekeliling lokasi yang dilengkapi pepohonan sebagai pagar
hidup.
1. Initial meeting
Initial meeting merupakan pertemuan pertama antara pihak PT.Fabindo
Sejahtera dalam hal ini berasal dari departemen Toll Manufacturing
dengan pihak pemberi kontrak. Pada pertemuan ini dibicarakan
spesifikasi produk, formula dan proses produksi (apakah berasal dari
pihak pemberi kontrak atau kepada PT. Fabindo Sejahtera). Hasil dari
pertemuan tersebut kemudian diberikan kepada pihak research and
development untuk dibuat dalam skala laboratorium.
2. Sample dari pihak research and development PT. Fabindo Sejahtera
Setelah sampel selesai dibuat, pihak research and development
menyerahkan kepada pihak Toll Manufacturing untuk terlebih dahulu
dievaluasi sebelum diajukan kembali kepada pihak pemberi kontrak.
Jika sudah memenuhi maka pihak Toll Manufacturing akan mengajukan
produk tersebut kepada pihak pemberi kontrak jika belum maka produk
tersebut akan dikembalikan kepada pihak research and development
untuk dibuat ulang (retrial).
3. Approval customer atau retrial sample approval
Sampel yang sudah disetujui oleh pihak Toll Manufacturing kemudian
diberikan kepada pihak pemberi kontrak untuk mengetahui apakah
sudah sesuai dengan keinginan pihak pemberi kontrak atau belum. Jika
belum sesuai maka ketidak sesuaian tersebut dicatat kemudian
diberikan kepada pihak research and development untuk kembali
disesuaikan. Jika sudah selesai maka pada akan berlanjut ke tahap
berikutnya yaitu tahap costing.
4. Costing
Pada tahap ini dilakukan kesepakatan biaya yang harus dibayar oleh
pihak pemberi kontrak kepada PT.Fabindo Sejahtera untuk dapat
menjalankan kontrak tersebut.
5. Peresmian kontrak (MOU)
Setelah semua disetujui, maka kontrak yang sudah dibuat dengan
terperinci ditandatangani oleh kedua pihak sebagai tanda peresmian
kerjasama.
Universitas Indonesia
6. Uji Stabilitas
Pengujian stabilitas ini dikerjakan secara paralel dengan proses
pembuatan kontrak (MOU). PT. Fabindo Sejahtera memiliki ketentuan
untuk periode pengujian uji stabilitas yaitu selama 3 bulan.
7. Proses Produksi
Setelah semua proses di atas selesai, makan proses produksi siap
dilaksanakan. Proses produksi dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
tertera pada kontrak yang sudah dibuat sebelumnya.
Universitas Indonesia
51 Universitas Indonesia
menjadi produk kosmetik yang siap dipasarkan harus memenuhi kriteria dan
persyaratan yang telah ditetapkan.
b. Standard Prosedur Operasional
Setiap pekerjaan yang dilakukan, yang berkaitan secara langsung maupun tidak
langsung dengan proses pembuatan kosmetik, harus dilakukan mengikuti suatu
standar tertentu untuk menjamin praktek dan hasil kerja yang seragam.
c. Validasi
Semua peralatan maupun prosedur tetap yang dipakai harus dapat dibuktikan
kebenaran atau kesesuaiannya dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
d. Monitoring
Sebelum melakukan proses produksi, harus selalu dilakukan pengecekan secara
rutin terhadap semua aspek produksi untuk menjamin proses produksi terlaksana
sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.
e. Dokumentasi
Semua kegiatan yang dilakukan baik dari penerimaan bahan baku, pengolahan,
pengemasan hingga penyimpanan produk jadi harus selalu tercatat dalam agar
setiap penyimpangan yang terjadi dapat segera terdeteksi.
PT Fabindo Sejahtera telah memenuhi kelima pilar tersebut dalam setiap
tahapan yang berhubungan dengan proses pembuatan kometik. Peralatan,
bangunan, dan ruangan dipastikan memenuhi persyaratan melalui proses
kualifikasi dan validasi, sedangkan bahan baku dan bahan kemas dipastikan
memenuhi persyaratan melalui pengujian oleh bagian pengawasan mutu. Aspek
CPKB telah dilakukan secara menyeluruh terhadap setiap tahapan dari proses
pembuatan kosmetik mulai dari pemilihan pemasok bahan awal hingga
pengelolaan dan distribusi produk jadi hingga ke tangan konsumen. Berikut ini
adalah hasil pengamatan penulis selama Praktek Kerja Profesi mengenai
penerapan aspek CPKB di PT Fabindo Sejahtera.
Universitas Indonesia
dan tidak menimbulkan risiko saat digunakan. Oleh karena itu manajemen PT
Fabindo Sejahtera membuat suatu kebijakan pemastian mutu yang dibantu oleh
partisipasi dan komitmen dari semua jajaran baik internal maupun eksternal
perusahaan. Unsur dasar manajemen mutu adalah suatu infrastruktur atau sistem
mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya.
Tindakan yang sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi sehingga produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pengamatan penulis yang dilakukan selama menjalani PKPA,
PT Fabindo Sejahtera telah menerapkan aspek manajemen mutu yang meliputi
pengawasan dan pemastian mutu dengan konsep dasar pemenuhan CPKB.
Manajemen mutu ini merupakan tanggung jawab departemen pemastian mutu
dibawah arahan direktur pabrik. Departemen pemastian mutu bertanggung jawab
menyeluruh terhadap pengendalian mutu dari hulu hingga hilir proses produksi,
mulai dari pemilihan pemasok bahan baku, hingga pemastian mutu produk jadi.
4.2 Personalia
Industri kosmetik hendaklah memiliki personel yang terkualifikasi dan
berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai sehingga tiap personel tidak
dibebani tanggung jawab yang berlebihan serta mejamin mutu produk yang
dihasilkan. Industri farmasi juga harus memiliki struktur organisasi dengan
pembagian tugas dan kewenangan yang jelas sehingga tidak terjadi tumpang
tindih dalam melaksanakan tugasnya masing-masing. Berdasarkan CPKB,
personalia pada suatu industri kosmetik harus mempunyai pengetahuan,
pengalaman, keterampilan dan kemampuan yang sesuai dengan tugas dan
fungsinya, sementara itu secara kuantitas jumlah personal yang bertanggung
jawab dalam suatu tugas haruslah tersedia dalam jumlah yang cukup. Mereka
harus dalam keadaan sehat dan mampu menangani tugas yang dibebankan
kepadanya.
Dalam melaksanakan produksinya, PT Fabindo Sejahtera dibantu oleh
para sumber daya manusia (SDM) dengan jumlah dan kualifikasi yang memadai
yang dikelompokkan pada beberapa departemen sesuai kualifikasi dan tanggung
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
mikroorganisme, akumulasi debu dan kotoran, serta agar mudah dirawat, dan
dibersihkan. Pembagian ruang kelas di PT Fabindo Sejahtera masih menggunakan
tingkat sistem ruangan berdasarkan white, grey, dan black area. Proses produksi
dan proses pengemasan produk dipisahkan berdasarkan perbedaan tingkat kelas
ruangan. Proses pencampuran (mixing), pengisian (filling), dan pencetakan
dilakukan dalam kelas grey area, sementara pengemasan produk jadi ke dalam
kemasan sekunder dilakukan dalam kelas black area.
Walau terpisah secara fisik, ruang pengawasan mutu terletak berdekatan
dengan ruang produksi sehingga proses pengambilan contoh dan pengujian oleh
analis dapat dilakukan dengan mudah, segera, dan efisien. Secara garis besar
terdapat tiga ruang utama pada departemen pengawasan mutu, yaitu laboratorium
pengujian, ruang penyimpanan contoh pertinggal, dan ruang administrasi.
Laboratorium pengujian pada departemen ini dibagi menjadi dua area yaitu area
pengujian mikrobiologi dan non-mikrobiologi, sehingga dapat meminimalkan
terjadinya pencemaran silang dan memberikan hasil pengujian yang valid.
Gedung produksi dan gudang di PT Fabindo Sejahtera terletak terpisah
dengan akses keluar masuk material dan personel yang diatur dengan baik.
Terdapat empat ruang gudang utama yang ada pada bagian Material Management
PT Fabindo Sejahtera, yaitu satu buah gudang untuk penyimpanan bahan baku,
satu buah gudang untuk penyimpanan bahan kemas, dan dua buah gudang untuk
penyimpanan produk jadi sebelum dikirim ke distributor serta terdapat gudang
khusus untuk bahan mudah terbakar (alkohol), bahan retur, dan suku cadang. Pada
4 gudang utama dan gudang bahan mudah terbakar, area penyimpanan barang
pada masing-masing gudang dikelompokkan berdasarkan status material yang
bersangkutan (quarantine, released, atau rejected), suhu penyimpanan, dan tipe
material (bahan baku, produk jadi, bahan pengemas). Ruangan gudang terdiri dari
area penerimaan, pengeluaran, karantina, penyimpanan material dan ruang
administrasi. Sebelum pintu masuk gudang terdapat gowning area tempat setiap
personel yang akan masuk ke gudang mengenakan alat pelindung diri seperti
helm dan jas untuk meminimalkan resiko kecelakaan kerja dan kontaminasi pada
bahan baku ataupun produk jadi.
Universitas Indonesia
4.4 Peralatan
Semua peralatan di PT Fabindo Sejahtera memiliki dokumen kualifikasi
dan prosedur tetap untuk operasional, pembersihan dan pemeliharaan. Peralatan-
peralatan tersebut ditempatkan dengan baik sehingga memudahkan dalam
operasional produksi, pembersihan, perawatan dan perbaikan. Peralatan dipilih
dan diletakkan sesuai dengan fungsinya. Peralatan juga dibersihkan secara teratur,
sesuai prosedur pembersihan alat yang dirinci dalam prosedur tetap, untuk
mencegah kontaminasi yang dapat merubah identitas, kualitas atau kemurnian
suatu produk. Untuk proses pembersihan alat-alat produksi, dilakukan sendiri oleh
operator alat yang bertanggung jawab.
Peralatan yang digunakan pada produksi di desain agar tidak bereaksi
dengan bahan-bahan kosmetik yang sedang diproses, tidak mengadsorbsi dan
tidak melepaskan serpihan. Peralatan-peralatan besar seperti tangki mixing,
hopper dan alat-alat lain berbahan stainless steel menggunakan stainless steel
grade 316 yang tahan terhadap korosi. Peralatan terkait proses pengujian seperti
timbangan dan alat ukur lainnya juga dipelihara dan dikalibrasi secara berkala
dengan sistem dokumentasi pemeliharaan yang dikelola dengan baik. Setiap
peralatan memiliki prosedur tetap yang terdiri dari spesifikasi alat, panduan
operasional penggunaan, cara pembersihan dan cara kalibrasi.
Kalibrasi di PT. Fabindo sejahtera dilakukan satu tahun sekali dan
diperoleh sertifikat kalibrasi. Selain peralatan utama, sistem penunjang seperti
ventilasi, pendingin ruangan dan sistem pengolahan air dikelola dengan baik
sehingga berfungsi optimal sesuai tujuannya.
Universitas Indonesia
sarung tangan dan penutup kepala. Perlengkapan ini wajib dikenakan sebelum
personel memasuki area produksi atau laboratorium pengujian. Selain itu,
personel juga diwajibkan mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakah
kegiatan pada wastafel yang tersedia pada bagian depan area produksi. Selain itu
sebelum memasuki ruang ganti (grooming), personil diharuskan untuk mencuci
tangan dan setelah mengenakan pakaian produksi dan sarung tangan personil
diharuskan menggunakan alkohol 70% untuk memastikan personil tidak
membawa kontaminan dari luar.
Para personel dilarang melakukan kegiatan makan dan minum di area
produksi dan laboratorium pengujian. Bagi personel yang hendak makan dan
minum dapat melakukannya pada waktu istirahat di area makan yang tersedia
pada bagian belakang pabrik. Personel yang hendak meninggalkan area kerja
mereka harus melepaskan alat pelindung diri yang digunkaan saat bekerja dan
menyimpannya pada tempat penyimpanan yang telah disediakan. Setiap bangunan
dilengkapi dengan toilet dan tempat cuci tangan dalam jumlah yang memadai dan
letak yang terjangkau dari area kerja karyawan. Semua peralatan yang digunakan,
dibersihkan menurut prosedur yang telah ditetapkan serta dijaga dan disimpan
dalam kondisi yang bersih.
4.6 Produksi
Proses produksi dilakukan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPKB agar dapat menghasilkan produk yang
memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan serta ketentuan izin
pembuatan dan izin edar. Mutu produk yang dihasilkan tidak hanya ditentukan
pada hasil akhir pengujian tetapi juga ditentukan sejak kedatangan material hingga
proses produksi selesai, sehingga ada prosedur baku untuk tiap langkah proses
beserta persyaratan yang harus diikuti seperti yang tercantum dalam prosedur
pengolahan induk dan prosedur pengemasan induk, sehingga mutu kosmetik yang
diproduksi dapat terjamin dan sesuai spesifikasi yang telah ditentukan. Prosedur
pembuatan produk secara rinci telah dijelaskan pada bab sebelumnya dan bagan
alur produksi berbagai produk PT. Fabindo Sejahtera dapat dilihat pada lampiran
3 sampai dengan lampiran 12.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pengawasan terhadap mutu bahan baku, bahan kemas, dan produk jadi yang
masing-masing melalui alur pengawasan yang hampir sama namun dengan
parameter pengujian yang berbeda-beda. Alur bermula sejak bahan baku dan
bahan pengemas yang masuk diterima oleh pihak gudang yang kemudian diberi
status awal “karantina”. Pada masa karantina bahan awal ini, bagian pengawasan
mutu bertugas untuk memeriksa mutu bahan sesuai spesifikasi yang
dipersyaratkan. Setelah pengujian dilakukan dan hasil uji diperoleh, maka unit ini
akan mengeluarkan keputusan untuk mengubah status karantina yakni “passed”
untuk bahan yang lulus uji ataupun “reject” apabila ditolak. Bahan awal yang
telah mendapat status “passed” telah dapat dipergunakan untuk proses produksi.
Pengawasan mutu pada proses produksi terkait produk ruahan dan produk
jadi dilakukan dibawah pengawasan QC line, dimana contoh dari produk ruahan
dan produk jadi diambil oleh pihak produksi dibawah pengawasan pihak QC line
dan di bawa untuk dilakukan IPC (in process control) ataupun Uji Mutu Produk
Jadi di laboratorium QC. Dari keputusan pengujian ini diperoleh status yang sama
yakni “passed” atau “reject” untuk hasil uji produk ruahan, dan “release” atau
“reject” untuk produk jadi.
Adapun parameter yang diuji bagi masing-masing produk yang berbeda
tentu saja tidak sama. Bagi produk kosmetik cair parameter yang diuji antara lain
pH, viskositas, organoleptis, berat jenis, dan mikrobiologi. Uji mikrobiologi yang
dilakukan antara lain uji mikroorganisme patogen, uji keberadaan kapang-khamir,
dan uji Angka Lempeng Total (ALT). Untuk produk kosmetik dekoratif parameter
yang diuji antara lain organoleptis dan pay-off (kemampuan melekat bedak pada
puff). Setelah produk “release”, pihak pengawasan mutu tetap melakukan
pemantauan bagi contoh pertinggal untuk verifikasi apabila terjadi keluhan di
kemudian hari.
Manajemen contoh pertinggal pada PT. Fabindo sudah cukup baik. Setiap
satu rak mewakili satu tahun produksi. Tiap kolom pada rak mewakili bentuk
sediaan (cair, semi solid atau solid) dan pada tiap baris pada kolom tersebut
tersusun menurut nomor bets. Namun, terdapat kelemahan pada sistem ini yaitu
efisiensi rak yang kurang baik dikarenakan jumlah produksi untuk tiap jenis
sediaan tidak merata sehingga terdapat rak yang sangat penuh dengan produk
Universitas Indonesia
namun juga terdapat rak yang jarang sekali terdapat adanya produk. Untuk lama
penyimpanan contoh pertinggal ditetapkan sampai dengan 1 tahun setelah tanggal
kadaluarsa produk.
Manajemen catatan bets (dokumentasi bets) pada PT. Fabindo Sejahtera
berdasarkan pada bentuk sediaan yang kemudian terbagi lagi dengan
menggunakan sistem alfabetis. Selanjutnya, pada setiap pembagian alfabetis,
dokumen tersusun kembali menurut nomor bets produk. Sistem ini sudah baik
karena memudahkan personil untuk melakukan penulusuran bets.
4.8 Dokumentasi
Sistem dokumentasi yang dirancang atau digunakan dalam suatu badan
usaha industri hendaknya mengutamakan tujuannya yaitu menentukan, memantau
atau mencatat mutu dari seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu sehingga
setiap kesalahan dapat segera terdeteksi. Sistem dokumentasi harus
menggambarkan riwayat lengkap pengolahan setiap bets suatu produk, sehingga
memungkinkan penyelidikan serta penelusuran terhadap bets produk yang
bersangkutan.
Setiap kegiatan produksi dan pengujian di PT Fabindo Sejahtera telah
memiliki sistem dokumentasi yang baik dibawah tanggung jawab setiap
departemen secara independen. Setiap instruksi kerja tertulis dengan jelas dalam
bentuk kalimat perintah yang mudah dimengerti dan terpasang pada lokasi yang
mudah dijangkau oleh para personel yang bertugas. Pengeluaran dokumen
dilakukan dengan sistem pengendalian yang terpercaya dan terjaga
kerahasiaannya. Pembaharuan dokumen dilakukan secara berkala dan dokumen
yang sudah tidak berlaku segera dilakukan penarikan untuk disimpan menjadi
arsip perusahaan. Penyimpanan dokumen berada dibawah tanggung jawab
departemen QC.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
atau konsumen terhadap kualitas produk yang mungkin berkaitan dengan proses
produksi atau pengemasan yang dilakukan di area produksi PT Fabindo Sejahtera.
Untuk menghindari kesalahpahaman, setiap detail perjanjian dijelaskan
secara detail pada surat perjanjian yang ada sehingga jelas tugas dan batasan
setiap pihak yang terlibat pada perjanjian kontrak tersebut.
Universitas Indonesia
5.1. Kesimpulan
Dari pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Industri PT. Fabindo
Sejahtera dapat disimpulkan bahwa:
1. Parameter CPKB di PT. Fabindo Sejahtera telah terpenuhi dan
dilaksanakan dengan baik.
2. Pada PT. Fabindo Sejahtera, apoteker memegang peranan sebagai
formulator, penangugung jawab produksi, pengawasan mutu, dan bagian
toll manufacturing.
3. Tugas pokok dan fungsi masing-masing bagian di PT. Fabindo Sejahtera
sudah jelas d an terarah.
5.2. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan antara lain:
1. Perlu diadakan pelatihan personil secara berkala dan penerapan aspek
CPKB secara menyeluruh guna meningkatkan kualitas produk yang
dihasilkan.
2. Peningkatan proses dan sarana dalam rangka pengembangan produk,
seperti penambahan literatur dan akses jurnal ilmiah.
64 Universitas Indonesia
65 Universitas Indonesia
RSM* Indonesia
Barat
RSM* Indonesia
Tengah
RSM* Indonesia
Timur
Keterangan:
*RSM : Regional Sales Manager
66
Laporan praktek…., Elphina Rolanda, FF, 2013
67
1 2 3
Storage
tank
6
Mixing Bed RO II RO I
Pompa Pompa
Storage Storage
tank tank
Pompa 5 4
Storage Tank
7
Keterangan:
1. Air sumur dipompa dan dipung pada water sorage . Pada tahap ini, nilai Total Disolved
Solid (TDS) air ±500 dengan pH ±6
2. Dari water storage, air dipompa menuju multimedia filter. Pada multimedia filter
terdapat arang dan silika. Pada tahapan ini terjadi penyaringan secara fisika untuk
menyaring besi, lumpur, lumut dan tanah.
3. Berikutnya air dipompa menuju softener. Pada softener terdapat simfatil yang berfungsi
untuk menghilangkan kesadahan dan garam-garam.
4. Setelah dari softener, air dipompa menuju membran RO I. Pada membran RO I terjadi
pengurangan TDS menjadi ≤ 30 dan pH menjadi 5
5. Proses pada membran RO I dilanjutkan pada membran RO II. Pada membran RO II
terjadi pengurangan TDS dan nilai PH yang lebih lanjut. Nilai TDS menjadi ≤ 15 dan
nilai pH menjadi 4.
6. Pada mixing bed terjadi pencampuran anion dan kation yang berfungsi sebagai
penetralisasi pH air.
7. Setelah keseluruhan proses selesai, air yang sudah diberi perlakuan disimpan pada
storage tank.
Produksi
Bahan Baku
Pencampuran
Pengisian
Penutupan
Pengkodean
Penempelan dan
Pengemasan
Produk Jadi
Premix warna
Penyaringan dengan
micropulverizer
Mixer utama
Pencetakan
Pengemasan
Produk Jadi
Bahan Baku
Pencampuran
Pencetakan
Pengeringan
Pemberian
Permfume
Pemasangan Busa
Pengemasan
Produk Jadi
Bahan Baku
Penggilingan
Pecampuran
Pencetakan
Flaming
Pengemasan
Produk Jadi
Lampiran 11. Proses Produksi Cairan untuk Pemakaian Luar dan Obat
Tradisional (Parfum, Minyak Telon dan Kayu Putih)
Bahan Baku
Pemotongan
Stempel Panas
Perakitan
Pengemasan
Produk Jadi
Pengepresan
Perakitan
QC
Produk Jadi
WATER
SURFACTAN
- ACTIVE
- PRESERVATIVES
Keterangan:
Proses produksi setiap harinya memerlukan air maksimal 3,58 m 3/hari dan
yang berpotensi menghasilkan limbah cair sekitar 2 m 3/hari dari sumber
pencucian alat produksi. Sedangkan air yang berkurang karena proses
produksi secara kontinyu akan ada penambahan. IPAL dikelola langsung
oleh Kepala Bagian Maintenance dan selalu dilakukan treatment atau
pengujian sebelum dialirkan ke saluran umum atau badan air penerima yaitu
sungai Ciarab
Keterangan :
1. Tanki 1 : limbah diendapkan dengan campuran kapur
2. Tanki 2 : hasil dari tanki 1 difiltrasi di tanki 2
3. Tanki 3 : hasil dari tanki 2 difiltrasi lagi di tanki 3
4. Pompa untuk menyedot limbah dari tanki 3 ke drum
5. Drum, terdiri dari lapisan : ijuk/busa – kerikil – ijuk/busa – karbon aktif –
ijuk/busa
**Suplai udara menggunakan blower
**Tanki 1, 2, dan 3 dipisahkan oleh sekat dengan filter ijuk/busa pada setengah
bagian atasnya
ANGKATAN LXXVI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iv
DAFTAR TABEL............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi
iii
Halaman
Gambar 2.1. Struktur Kimia Metil Paraben ....................................................... 12
Gambar 2.2. Struktur Kimia Propil Paraben ...................................................... 13
Gambar 2.3. Struktur Kimia Butil Hidroksitoulen ............................................. 14
Gambar 2.4. Struktur Kimia D- α-Tokoferil asetat ............................................ 17
Gambar 4.1. Perbandingan Hasil Uji Coba Aplikasi Lipsik pada 11 orang
Responden pada Formula I dan Formula II................................... 32
Gambar 4.2. Presentase Formula Lipstik yang Digemari Responden Berdasarkan
Kenyamanan Aplikasi pada Bibir ................................................. 33
iv
Halaman
Tabel 4.1. Data Hasil Pengukuran Titik Leleh Formula Lipstik ........................ 28
Tabel 4.2. Hasil Uji Coba Aplikasi Lipstik pada 11 orang Responden pada
Formula I .......................................................................................... 30
Tabel 4.3. Hasil Uji Coba Aplikasi Lipstik pada 11 orang Responden pada
Formula II......................................................................................... 31
Tabel 4.4. Persentase Formula Lipstik yang Digemari Responden Berdasarkan
Kenyamanan Aplikasi pada Bibir .................................................... 32
Halaman
Lampiran 1. Lipstik Hasil (a) Formulasi I dan (b) Formulasi II ........................ 38
Lampiran 2. Hasil Olesan Lipstik (a) Formula I (b) Formula II ........................ 38
vi
1 Universitas Indonesia
zaman modern ini. Tanpa polesan pewarna bibir ini banyak diantara wanita
merasa kurang tampil percaya diri di depan umum.
Syarat sediaan lipstik antara lain harus mudah digunakan, warna merata
dan tidak berubah, mempunyai rasa yang menyenangkan, perlekatan yang baik,
tidak terpengaruh oleh perubahan suhu, bebas dari perubahan fisik, bentuk padat
dan tidak mudah hancur.
Guna memperoleh sediaan lipstik yang memenuhi syarat, maka
dibutuhkan suatu formula yang tepat. Pada Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT.
Fabindo Sejahtera dilakukan suatu percobaan pembuatan dua buah formula lipstik
dengan dua emolien yang memiliki nama ilmiah yang sama namun dengan
viskositas yang berbeda dan akan diamati pengaruhnya terhadap titik leleh dan
karakteristik aplikasi lipstik.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengaruh penambahan Hydrogenated polydecene viskositas
20 dan viskositas 30 sebagai emolien terhadap titik leleh dan karakteristik
aplikasi lipstik.
2. Mengetahui pengaruh penambahan Hydrogenated polydecene viskositas
20 dan viskositas 30 terhadap jenis lipstik yang dihasilkan.
Universitas Indonesia
2.1. Kosmetika
Kosmetika berasal dari kata kosmein yang berarti berhias. Bahan yang
dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan
alami yang tedapat disekitarnya. Sekarang kosmetik dibuat manusia tidak hanya
dari bahan alami tetapi juga bahan sintesis dengan maksud meningkatkan
kecantikan (Wasitaatmadja,1997). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan nomor 140/1991, kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap
digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ
kelamin luar), gigi dan rongga mulut untuk: membersihkan, menambah daya tarik,
mengubah penampilan, melindungi supaya dalam keadaan baik, memperbaiki bau
badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit.
Banyaknya kosmetika yang beredar dengan segala macam bentuk dan nama,
telah membingungkan baik para pemakai maupun pihak-pihak lain yang berperan
serta di dalamnya. Untuk itu para ahli berusaha mengelompokkan kosmetika
sesederhana mungkin. Penggolongan menurut Peraturan Menteri Kesehatan R.I.
berdasarkan kegunaan dan lokalisasi pemakaian pada tubuh, kosmetika dig
olongkan menjadi 13 golongan antara lain:
Preparat untuk bayi; minyak bayi, bedak bayi, dan lain-lain.
Preparat untuk mandi; minyak mandi, bath capsules, dan lain-lain.
Preparat untuk mata; maskara, eye shadow, dan lain-lain.
Preparat wangi-wangian; parfum, toilet water dan lain-lain.
Preparat untuk rambut; cat rambut, hairspray, pengeriting rambut dan lain-
lain.
Preparat pewarna rambut; cat rambut, hair bleach, dan lain-lain.
Preparat make up (kecuali mata); pemerah bibir, pemerah pipi, bedak
muka dan lain-lain.
Preparat untuk kebersihan mulut; mouth washes, pasta gigi, breath
freshener dan lain-lain.
3 Universitas Indonesia
Body Cosmetics
Sabun mandi padat-cair, perlengkapan mandi
Suncare dan suntan: krim sunscreen, sun oil
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Di samping itu, karena kulitnya yang tipis, saraf yang mengurus sensasi
pada bibir menjadi lebih sensitif. Luka yang sedikit pada bibir dapat menimbulkan
rasa sakit yang lebih hebat.
Lipstik berkembang tidak hanya menjadi pewarna bibir tapi juga menjadi
emolien untuk bibir. Lipstik tidak boleh sweating pada kondisi penyimpanan
biasa. Lipstik tidak boleh mudah patah dan hancur selama pemakaian, begitu pula
warnanya terdispersi sempurna dan tidak menggumpal. Karakteristik yang telah
disebutkan tersebut adalah ciri lipstik yang ideal. Adapun karakteristik lipstik
yang diinginkan para konsumen antara lain:
Warna menarik.
Lembut dan nyaman di bibir.
Melekat kuat dan tahan lama pada bibir.
Dapat melembabkan dan melembutkan bibir.
Tidak berubah warna setelah pemakaian pada bibir.
Tidak mudah meluber keluar dari garis bibir.
Seiring dengan perkembangan zaman, produsen lipstik semakin
mengembangkan formulanya sehingga lipstik yang beredar di pasaran semakin
Universitas Indonesia
banyak jenisnya. Berikut adalah jenis-jenis lipstik yang hingga saat ini telah ada di
pasaran.
Lacquer
Yaitu lipstik berbahan dasar gel, biasanya dikemas dalam botol atau wadah
kecil, memberi kesan halus dan lembut pada bibir dalam berbagai nuansa warna.
Satin
Lipstik yang bertekstur sangat lembut, dikemas dalam bentuk stik atau
cairan dan tersedia dalam warna, bisa menutupi bibir dengan sempurna serta
memberi efek kilap tanpa kesan minyak.
Semi-gloss
Efeknya tidak begitu mengilap dan berminyak seperti lip gloss, dikemas
dalam bentuk stik atau krim padat.
Matte
Lipstik yang tahan lama, tidak mengilap pada bibir, tapi mengandung
pelembab dan memberi efek halus pada bibir, tersedia dalam bentuk stik.
Universitas Indonesia
cepat dengan permukaan yang bagus dan mudah diambil. Selama waktu
penggunaan, massa lipstik harus kuat dan stabil dalam kondisi yang baik. Pada
penggunaannya, massa lipstik harus melembut saat kontak dengan bibir, dan
membentuk lapisan (film) pada bibir.
Pemakaian minyak jarak yang umum digunakan sejumlah 25-50% dari formula.
Minyak jarak sangat diperlukan dalam formulasi lipstik, karena selain sebagai
pelarut, minyak jarak juga memberikan rasa lembab dan lembut pada bibir.
Emolien dalam formulasi lipstik berfungsi sebagai oklusif atau membentuk
lapisan yang mempunyai kemampuan untuk mengganti lapisan hidrofilik alamiah,
sehingga mengurangi hilangnya air melalui epidermis pada bibir. Jenis emolien
yang biasa digunakan dalam formula lipstik antara lain trigliserida kaprilat/kaprat,
fenil trimetikon, oktil palmitat dan lain-lain.
Warna bagi lipstik merupakan salah satu nilai jual utama. Nuansa warna
yang tepat bergantung pada tren dan mode pada periode tertentu. Dalam membuat
suatu nuansa warna merupakan hal biasa jika warna tersebut mengandung
pencampuran beberapa jenis warna merah, yang memungkinkan menghasilkan
nuansa mulai dari warna oranye-kuning menjadi merah pekat menjadi biru-ungu
dan merah-coklat. Kedalaman warna, tingkat kilapan, dan keburaman yang
dihasilkan juga bervariasi. Periode ketika tren fashion "tanpa make-up" sedang
populer, lipstik tidak berwarna dengan efek glossy dipasarkan dengan nama "lip
gloss." Nuansa lipstik yang berkilau juga diciptakan melalui penggunaan pigmen
pearlize.
Terdapat banyak pewarna yang digunakan baik organik maupun anorganik
untuk mendapatkan perbedaan warna yang diinginkan. Beberapa pewarna yang
dapat digunakan untuk lipstik adalah merah (C.I. 15850), oranye (C.I. 45370),
putih (TiO2, pigmen anorganik), putih (ZnO, pigmen anorganik). Ukuran partikel
pigmen yang digunakan sekitar 3-5 mikron. Mutiara (pearlize) dan pigmen
berefek lain juga dipakai untuk menambah cahaya dan gemerlapnya lipstik.
Pewarna bisa sekitar 4-5% sampai 15-20% tergantung pada merek dan tren
fashion.
Universitas Indonesia
Candelilla wax
Candelilla wax merupakan lilin yang diperoleh dari tanaman famili
Euphorbiaceae (Euphorbia cerifera Alcocer, Euphorbia antisyphillitica Zucarrini,
dan Pedilanthus pavonis Boissier) yang ditanam di barat laut Mexico dan Texas.
Candelila wax sangat kering dan terdiri dari 30% ester asam lemak C16-C34, dan
45% hidrokarbon dengan 25% alkohol bebas seperti mirisil alkohol, resin, dan
sebagainya. Candelilla wax lebih dipilih daripada Carnauba wax yang harganya
mahal. Walaupun titik lelehnya lebih rendah, akan tetapi Candelilla wax dapat
mengatasi masalah ketidakbersatuan (graininess) yang diproduksi oleh Carnauba
wax. Wax ini juga membuat lipstik menjadi keras, padat, dan memiliki kilau.
Candelilla wax dapat digunakan dalam formula hingga 15%.
Carnauba wax
Carnauba wax merupakan lilin keras yang diperoleh dari daun dan ranting
palem carnauba yang tingginya 10 m, Copernica cerifera Mart dibesarkan di
Amerika Selatan, terutama Brazil. Mengandung ester C20-C32 asam lemak dan
alkohol C28-C34. Carnauba wax memiliki banyak kandungan ester asam hidroksi
dan titik leleh 80-86ºC. Carnauba wax digunakan untuk meningkatkan titik leleh
dan memberi kepadatan. Sangat berguna bila digunakan dalam pencampuran
dengan wax amorf seperti Ozokerit. Wax ini tidak boleh digunakan lebih dari 5%,
karena dapat menyebabkan massa menjadi butiran. Wax ini juga memberikan
kepadatan pada molded stick.
Seresin
Seresin berbentuk massa hablur berwarna putih atau tidak berwarna
memiliki bau khas dan tidak berasa. Seresin merupakan stiffness agent.
Merupakan campuran dari Ozokerit atau wax mikrokristalin dengan parafin, rasio
tergantung dari biaya yang diinginkan, semakin banyak parafin maka biaya akan
semakin murah. Digunakan hingga 15% tergantung titik leleh yang diinginkan
Universitas Indonesia
pada suatu produk. Seresin lelehan akan menyusut seperti beeswax ketika
didinginkan, hal ini digunakan untuk membantu pelepasan cast stick dari mold.
Ozokerit
Ozokerit (Galician Ozokerite) merupakan hidrokarbon kompleks yang
diformulasikan menjadi lilin. Pemerian Ozokerit berupa lilin padat berwarna
putih, dan tidak memiliki bau khas. Ozokerit yang memiliki titik leleh 76o hingga
86oC, dapat digunakan untuk meningkatkan titik leleh, namun penggunaannya
dengan Carnauba wax akan meningkatkan kesuksesan pencampuran. Ozokerit
dapat memberikan kepadatan pada molded stick. Untuk setiap penambahan 1%
Carnauba wax, titik leleh dinaikkan sebesar 2 ½oC. Campuran paling efektif
adalah dengan penambahan Carnauba wax 3%.
Minyak Jarak
Minyak jarak memiliki nama asli castor oil (BP), castor oil (JP, USP), dan
ricini oleum virginale (PhEur). Minyak jarak merupakan trigliserida asam lemak.
Komposisi asam lemak yaitu asam risinoleat (87%), asam oleat (7%), asam
linoleat (3%), asam palmitat (2%), asam stearat (1%) dan asam dihidroksi stearat.
Minyak jarak dapat digunakan sebagai emolien, pembawa, dan pelarut. Minyak
jarak banyak digunakan dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi dalam
produk farmasi. Minyak jarak merupakan minyak jernih, hampir tidak berwarna
atau berwarna kuning pucat. Titik leleh −12°C. Kelarutan praktis tidak larut dalam
air, praktis tidak larut dalam minyak mineral, kecuali dicampur dengan minyak
sayur lain. Minyak jarak tidak tercampurkan dengan reduktor kuat.
Minyak jarak yang digunakan dalam lipstik biasanya merupakan fraksi
penjernihan murni dari komoditas minyak alami. Dalam lipstik, zat tersebut dapat
membantu dispersi pewarna, seperti pewarna solubizing bromo-acid. Zat ini
memiliki warna, aroma, dan rasa yang dapat diterima. Dengan harga berkisar
antara US$8.00/kg, zat ini dinilai lebih murah bila dibandingkan dengan alternatif
sintesis lainnya. Untuk formulasi lipstik klasik, umumnya castor oil digunakan
sebesar 20-45%. Formulasi dengan kandungan lebih dari 50% menyebabkan
Universitas Indonesia
kurangnya kestabilan, rasa berat dan lengket pada bibir. Minyak kastor tidak
kompatibel dengan hidrokarbon dan pelarut kurang polar lainnya.
Metil paraben berbentuk hablur kecil, tidak berwarna, atau serbuk hablur,
putih, tidak berbau, atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar,
diikuti rasa tebal. Kelarutan dari metal paraben antara lain larut dalam 500 bagian
air, 20 bagian air mendidih, dalam 3, bagian etanol 95% P, dan dalam 3 bagian
aseton ; mudah larut dalam eter P dan dalam alkali hidroksida ; larut dalam 60
Universitas Indonesia
bagian gliserol panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika
didinginkan larutan tetap jernih.
Metil paraben berfungsi sebagai antimikroba. Aktivitas antimikroba
berkurang dengan adanya surfaktan nonionik, seperti polisorbat 80, akibat
pembentukan misel, tetapi dengan adanya propilen glikol (10%) menunjukkan
potensiasi aktivitas antimikroba dari metil paraben dengan adanya surfaktan
nonionik dan mencegah interaksi metil paraben dengan polisorbat 80, bentonit,
magnesium trisilikat, talk, tragacant, natrium alginat, minyak esensial, atropin,
dan sorbitol. Metil paraben terkotori dengan adanya besi, dihidrolisis dengan asam
lemah dan basa kuat.
Propil paraben berbentuk serbuk Kristal putih atau hampir tidak berwarna,
tidak berbau atau hampir tidak berbau, dan mempunyai rasa agak seperti terbakar.
Propil paraben secara luas digunakan ssebagai pengawet anti mikroba pada
kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasetika. Dapat digunakan secara
tunggal maupun kombinasi dengan ester paraben lain, atau dengan antimikroba
lainnya. Paling banyak digunakan sebagai pengawet dalam kosmetik. Senyawa
paraben efektif pada range pH yang besar dan memiliki spektrum antimikroba
yang luas (paling efektif pada ragi dan kapang).
Kelarutan propil paraben antara lain mudah larut dalam aseton dan eter,
larut dalam 1,1 bagian etanol, larut dalam 5,6 bagian etanol, larut dalam 250
bagian gliserin, larut dalam 3330 bagian minyak mineral, larut dalam 70 bagian
minyak kacang, larut dalam 3,9 bagian propilen glikol, larut dalam 225 bagian air
pada suhu 80˚C. Aktivitas antimikroba berkurang dengan adanya surfaktan
Universitas Indonesia
Stearalkonium Hektorit
Merupakan produk hasil reaksi antara bentonit dan stearalkonium klorida.
Reaksi ini menyebabkan perubahan sifat liat dari hidrofil menjadi oleofil. Produk
ini cocok digunakan formulasi yang berbasis pelarut atau berbasis minyak.
Stearalkonium hektorit berupa serbuk halus berwarna putih krem. Dalam kosmetik,
Universitas Indonesia
Isopropil Miristat
Isopropil miristat merupakan emolien non oklusif dengan viskositas
rendah yang memiliki profil penyebaran baik untuk zat lipofil dan zat warna.
Rasio penggunaan isopropil miristat adalah 0,5-5%.
Diisostearil Malat
Diisostearil malat adalah diester dari isostearil alkohol dan asam malat.
Diisostearil malat berfungsi sebagai emolien dan komponen pencegah sweating
pada lipstik.
PVP/Hexadecene Copolymer
PVP/Hexadecene Copolymer merupakan pembentuk film yang sangat baik,
berupa cairan kental berwarna kuning terang. Penambahan polimer ini pada
formulasi kosmetik dapat menimbulkan efek tahan lama terhadap aplikasinya
pada kulit, lebih tahan terhadap air serta memiliki sifat penghalang kelembaban.
Merupakan pendispersi pigmen yang baik dan dapat berfungsi sebagai suspending
agent. Dalam kosmetik, PVP/Hexadecene Copolymer digunakan dalam sediaan
sun protection, skin care antiperspirants, deodorants, lipstiks, eyes shadows dan
krim.
Oktildodekanol
Oktildodekanol adalah cairan jernih tidak berwarna yang merupakan lemak
alkohol rantai panjang. Oktildodekanol dapat berfungsi sebagai
emulsifier/thickener, emolien, antifoaming agent dan juga pancegah terpisahnya
minyak dari suatu formulasi.
Universitas Indonesia
Pewarna
Seluruh zat warna yang digunakan pada formulasi lipstik ini memenuhi
persyaratan FDA dan sesuai dengan Permenkes No.376/MENKES/PER/VIII/1990
tentang bahan, zat warna, zat pengawet dan tabir surya pada kosmetika. Ketiga zat
warna yang digunakan antara lain CI 15850:2, CI 15850:2, CI 77891, CI 77861,
Aluminium (III) Oxide.
Salah satu pigmen yang ditambahkan pada formulasi lipstik ini adalah CI
77891 yaitu titanium dioksida. Titanium dioksida merupakan pigmen putih yang
dapat memberikan koreksi warna dari gelap menjadi cerah, perubahan warna
kuning ke biru untuk pigmen warna merah, dan yang paling penting ‘kejernihan’.
Tersedia dalam dua bentuk yaitu anatase dan rutile. Titanium dioksida anatase
merupakan bentuk yang diperbolehkan oleh FDA dan merupakan satu-satunya
titanium dioksida tersedia secara komersial yang memenuhi persyaratan
kandungan logam berat. Titanium dioksida rutile digunakan di Eropa dan Asia
karena memiliki warna dan kejernihan yang lebih baik (kira-kira 20% lebih tinggi
daripada anatase). Di Amerika, digunakan sebagai kandungan aktif dalam tabir
surya. Sebagian besar dari rutile di Amerika Selatan digunakan untuk pelindung
UV dan untuk meningkatkan aktifitas sunscreen.
Ketiga zat warna ini jika dicampurkan sesuai dengan jumlah yang tertera
pada Tabel 2.2 akan menghasilkan warna merah muda.
Hydrogenated polydecene
Hydrogenated polydecene adalah produk akhir dari hidrogenasi terkontrol
polydecene dan diklasifikasikan baik sebagai hidrokarbon maupun polimer
sintetik. Hydrogenated polydecene biasa digunakan sebagai fragrance, emolien
dan pelarut. Hydrogenated polydecene sering digunakan pada formulasi lipstik
dan sediaan perawatan kulit
Universitas Indonesia
Persyaratan vitamin E yaitu mengandung tidak kurang dari 96,0% dan tidak
lebih dari 102,0% C31H52O3. Pemerian vitamin E berupa minyak kental jernih,
warna kuning atau kuning kehijauan, berbentuk padat pada suhu dingin. Praktis
tidak berbau dan tidak berasa. Bentuk ester stabil terhadap udara dan cahaya,
namun tidak stabil dalam suasana alkalis. Tidak larut dalam air, larut dalam
etanol, dapat bercampur dengan eter, dengan aseton, dengan minyak nabati dan
dengan kloroform. Dalam formulasi lipstik yang akan dibuat, vitamin E
digunakan sebagai antioksidan bagi kulit. Dalam sediaan kosmetik, vitamin E
dapat mencegah terdegradasinya bahan lain oleh oksigen. Lemak merupakan
senyawa yang mudah diserang oleh radikal bebas sehingga dapat dirusak melalui
reaksi oksidasi. Vitamin E dapat bereaksi dengan radikal bebas sehingga
mencegah terjadinya reaksi berantai dari proses perusakan lemak. Bentuk α-
tokoferol secara umum diakui bentuk paling aktif dari vitamin E dibandingkan
bentuk yang lain. Bentuk ester dari vitamin E lebih stabil dibandingkan Vitamin E
yang tidak teresterifikasi. Vitamin E dalam bentuk α-Tokoferol asetat banyak
digunakan dalam sediaan kosmetik karena memiliki keunggulan yaitu tidak
mengiritasi kulit, tidak menimbulkan reaksi sensitisasi terhadap kulit, serta tidak
bersifat karsinogenik sehingga aman digunakan dalam kosmetik.
Mika
Mika adalah salah satu jenis mineral silikat dengan komposisi kimia yang berbeda
namun dengan karakteristik fisikokimia yang mirip. Mika memiliki defined cleavage dan
dapat menyebar dengan baik hingga membentuk lapisan yang sangat tipis. Biasa
digunakan pada sediaan lipstik, eye shadow, hair dyes, bedak wajah dan sediaan
kosmetika lainnya.
Universitas Indonesia
Fragrance (parfum)
Parfum digunakan untuk menutupi aroma lemak yang muncul dari basis,
selain itu parfum dapat meningkatkan nilai estetika dan penerimaan konsumen,
serta dapat menjadi ciri produk. Parfum yang digunakan pada formulasi ini adalah
dengan nomor produk R1201231. Alasan menggunakan fragrance ini adalah
selain untuk mencocokkan antara aroma dengan lipstik berwarna merah muda
yang akan dibuat juga karena fragrance ini aman digunakan pada bibir.
2.6. Emolien
Untuk mencegah terjadinya kulit kering, hilangnya air melalui epidermis
harus dikurangi dengan cara memberikan bahan yang bersifat hidrasi (moisturizer)
yang larut dalam air, pelumas (lubricating), dan penutup (Oclution) yang tidak
larut dalam air (Van Scott, 1986). Istilah pelembab dan emolien seringkali
dikacaukan sehingga timbul berbagai definisi. Istilah pelembab menggambarkan
terjadinya penambahan air ke dalam kulit, sehingga menurunkan kekasaran kulit
atau peningkatan kadar air secara aktif ke kulit. Pengertian emolien adalah bahan
oklusif yang membantu hidrasi kuit dengan cara mengoklusi permukaan kulit dan
menahan air di stratum corneum (Purwandhani, 1988). Bahan oklusif adalah
bahan yang memperlambat hilangnya air dari kulit dengan cara membentuk
barrier pada permukaan kulit.
Emolien dapat bekerja pada kulit normal maupun yang mengalami kelainan,
sehingga dapat digunakan untuk pengobatan kelainan kulit pada umumnya. Efek
emolien adalah melembabkan kulit, anti inflamasi, antimitotik dan antipruritus.
Komponen terpenting pada emolien adalah lipid. Lipid bisa berasal dari
tumbuhan dan hewan, minyak mineral atau sintetik. Asam lemak yang digunakan
berantai karbon 8-18 dan dapat jenuh maupun tidak jenuh. Berikut adalah jenis-
jenis emolien:
Universitas Indonesia
Lemak tumbuhan
Minyak tumbuhan atau biji-bijian asli yang belum dimodifikasi dimasukkan
dalam formulasi emolien (minyak kacang, bunga matahari, zaitun). Minyak
tumbuhan asli tersebut lebih disukai oleh pengguna, namun sangat berminyak
sehingga kebanyakan digunakan untuk minyak mandi rendam.
Minyak Mineral
Minyak yang digunakan untuk emolien merupakan hasil destilasi vaselin
dan mengandung komponen organik dalam jumlah besar, terutama hidrokarbon
alifatik rantai panjang dan bercabang. Proses pembuatan termasuk destilasi,
ekstraksi pelarut, kristalisasi dan netralisasi alkali dan bleaching menghasilkan
petroleum jelly dan light liquid paraffin (white oil).
Minyak sintesis
Minyak sintetis yang sering digunakan dan cukup ideal adalah minyak
silikon
Lilin Lemak
Lilin lemak adalah campuran semi solid kompleks yang juga merupakan
turunan dari minyak hewan, tumbuhan atau mineral. Yang paling banyak
digunakan adalah beeswax dari sarang lebah, Carnauba wax dari pohon palem
carnauba dan lilin parafin.
Universitas Indonesia
3.2.2 Bahan
Candelila wax, Carnauba wax, Ceresin wax, Ozokerit, Lanolin anhidrat,
Stearalkonium hektorit, minyak jarak, Isopropil miristat, Diisostearil malat,
oktildodekanol, PVP/Hexadecene copolymer, Hydrogenated polydecene
viskositas 20, Hydrogenated polydecene viskositas 30, D-α-Tokoferil asetat, Metil
paraben, Propil paraben, Mika, BHT, fragrance, Aluminium (III) Oxide, CI 77891,
CI 77861, CI 15850:2, CI 15850:1.
20 Universitas Indonesia
Formula
Nama Bahan
(gram)
Ozokerit 0,52
BHT 0,05
Diisostearil malat 3
Oktildodekanol 3,08
Total 31,13
Berikut adalah proses pembuatan basewax dalam skala kecil (60 gram):
1. Masing-masing bahan yang dibutuhkan ditimbang secara seksama.
2. Candelila wax, Carnauba wax, Ceresin wax, Ozokerit, Lanolin anhidrat
dilelehkan di dalam beaker glass dengan suhu 86ºC di atas hot plate dan
diaduk dengan spinbar. Setelah lilin meleleh, Stearalkonium hektorit
Universitas Indonesia
Jumlah
Nama Bahan
(gram)
Fase A
Basewax 24
Fase B
CI 77891, CI 77861, Aluminium (III) Oxide 3
CI 77891 2,05
CI 15850:1 0,65
CI 15850:2 0,5
Minyak jarak (Fase B) 12,8
Fase C
D-α-Tokoferil asetat 0,3
Mika 3
Minyak jarak (Fase C) 10,2
Total 54
Universitas Indonesia
Formula I Formula II
(gram) (gram)
Hasil Formulasi Lipstik 26,97 26,97
Hydrogeneted polydecene viskositas 20 - 3
Hydrogeneted polydecene viskositas 30 3
Pewangi 0,03 0,03
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Formula A Formula B
Nama Bahan
(%) (%)
Fase A
Candelillla wax 5,84 5,84
Carnauba wax 1,44 1,44
Ceresin wax 4,66 4,66
Ozokerit 0,67 0,67
Minyak jarak (Fase A) 9,87 9,87
Lanolin anhidrat 0,63 0,63
Metil paraben 0,2 0,2
Propil paraben 0,11 0,11
BHT 0,07 0,07
Stearalkonium hektorit 0,08 0,08
Isopropil miristat 4,69 4,69
Diisostearil malat 3,85 3,85
PVP/Hexadecene copolymer 3,85 3,85
Oktildodekanol 3,95 3,95
Fase B
CI 77891, CI 77861, Aluminium (III) Oxide 5 5
CI 77891 3,41 3,41
CI 15850:1 1,08 1,08
CI 15850:2 0,83 0,83
Minyak jarak (Fase B) 21,31 21,31
Fase C
Hydrogenated polydecene viskositas 20 10 -
Hydrogenated polydecene viskositas 30 - 10
D-α-Tokoferil asetat 0,45 0,45
Mika 5 5
Minyak jarak (Fase C) 17,03 17,03
Pewangi 0,1 0,1
Universitas Indonesia
27 Universitas Indonesia
Titik Leleh
1 2 3
Formula I 62 64 64
Formula II 64 65 65
berpengaruh terhadap hasil akhir produk lipstik dalam hal kekerasan, aplikasinya
pada bibir dan bentuk fisik dari lipstik tersebut. Jika dilihat dari formulasi lipstik
F1 dan F2 pada Tabel 3.4, komposisi jumlah wax sebagai pengeras lipstik dan
beberapa komponen minyak dan lemak memiliki jumlah yang sama, yang berbeda
adalah viskositas salah satu emolien yaitu Hydrogenated polydecene yang
ditambahkan pada kedua formula tersebut. Hydrogenated polydecene yang
ditambahkan pada formula I adalah Hydrogenated polydecene dengan viskositas
20 dan Hydrogenated polydecene yang ditambahkan pada formula II adalah
Hydrogenated polydecene dengan viskositas 30 sehingga perbedaan titik leleh
kedua lipstik dapat disebabkan oleh perbedaan viskositas Hydrogenated
polydecene yang ditambahkan.
Untuk mengetahui pengaruh penambahan Hydrogenated polydecene, baik
viskositas 20 maupun viskositas 30, dalam formulasi terhadap aplikasi lipstik pada
bibir, peneliti memberikan penilaian pribadi kemudian dilakukan juga uji aplikasi
panel terhadap 11 orang responden dengan media kuesioner dan lipstik tester dari
kadua formula tersebut. Penilaian peneliti pada hasil coba aplikasi lipstik formula
I dan formula II adalah sebagai berikut:
Aplikasi warna
Lipstik formula I lebih bernuansa merah dan lipstik formula II lebih
bernuansa biru.
Kemudahan pengolesan
Kedua formula lipstik sama-sama mudah dioleskan namun lipstik formula
I lebih mudah dioleskan daripada lipstik formula II (lebih licin).
Tekstur olesan
Tekstur olesan lipstik formula II menggumpal dan lipstik formula I lebih
halus.
Untuk hasil uji aplikasi panel lipstik pada 11 orang responden dapat dilihat pada
Tabel 4.2,Tabel 4.3 dan Tabel 4.4.
Universitas Indonesia
Tabel 4.2. Hasil Uji Aplikasi Panel Lipstik pada 11 orang Responden pada
Formula I
Kriteria lipstik
Aplikasi pada
Responden Kelembutan
Daya sebar bibir Daya kilap Daya lekat
pada bibir
(berat/ringan)
1 Tidak Merata Berat Mengkilap Tidak Tidak
Lembab Melekat
2 Merata Berat Tidak Tidak Tidak
Mengkilap Lembab Melekat
3 Merata Berat Mengkilap Tidak Melekat
Lembab
4 Tidak merata Berat Mengkilap Lembab Melekat
5 Tidak merata Berat Mengkilap Lembab Melekat
6 Merata Ringan Mengkilap Tidak Melekat
Lembab
7 Merata Ringan Mengkilap Lembab Melekat
8 Merata Ringan Mengkilap Lembab Melekat
9 Merata Ringan Mengkilap Lembab Melekat
10 Merata Berat Mengkilap Lembab Tidak
Melekat
11 Tidak Merata Berat Mengkilap Lembab Melekat
Universitas Indonesia
Tabel 4.3. Hasil Uji Aplikasi Panel Lipstik pada 11 orang Responden pada
Formula II
Kriteria lipstik
Aplikasi pada
Responden Kelembutan
Daya sebar bibir Daya kilap Daya lekat
pada bibir
(berat/ringan)
1 Merata Ringan Mengkilap Lembab Melekat
2 Merata Ringan Mengkilap Lembab Melekat
3 Merata Ringan Tidak Lembab Tidak
Mengkilap Melekat
4 Merata Berat Mengkilap Lembab Melekat
5 Merata Ringan Tidak Lembab Melekat
Mengkilap
6 Merata Berat Mengkilap Tidak Tidak
Lembab Melekat
7 Tidak Merata Berat Tidak Tidak Melekat
Mengkilap Lembab
8 Merata Berat Mengkilap Lembab Melekat
9 Tidak Merata Berat Tidak Lembab Melekat
Mengkilap
10 Merata Ringan Mengkilap Lembab Melekat
11 Merata Ringan Mengkilap Lembab Melekat
Universitas Indonesia
Gambar 4.1. Perbandingan Hasil Uji Aplikasi Panel Lipstik pada 11 orang
Responden pada Formula I dan Formula II
Total Responden 3 8
Persentase 27,28% 72,72%
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
berbeda pada kedua formula. Hal ini tentu bertentangan dengan penilaian tekstur
olesan oleh peneliti karena tekstur olesan formula II cenderung menggumpal
yang menyebabkan aplikasi akan terasa berat sedangkan tesktur olesan formula 1
lebih halus sehingga pada aplikasi akan terasa ringan. Namun, terdapat faktor lain
yaitu pada formula I diperlukan aplikasi berulang yang lebih banyak daripada
formula II guna mendapatkan kepekatan warna pada aplikasi yang setara. Hal ini
menyebabkan para responden menyatakan bahwa formula II lebih terasa ringan.
Berdasarkan penilaian tersebut, para respoden memilih formula II sebagai formula
yang lebih nyaman berdasarkan keunggulan dalam hal one stroke. One stroke
adalah dimana lipstik dapat memberikan aplikasi yang kaya akan warna hanya
dalam 1 kali olesan. Keunggulan formula II dalam hal one stroke dikarenakan
penggunaan Hydrogenated polydecene yang lebih viskos dibandingkan formula I
sehingga lipstik formula II dapat mendispersikan dan mengikat zat warna lebih
kuat dan dapat menghantarkan warna lebih baik saat diaplikasikan. Hal ini juga
berpengaruh pada penilaian responden terhadap daya sebar kedua formula. Lebih
banyak responden menyatakan bahwa formula II memiliki daya sebar yang merata
dibandingkan formula I.
Melalui hasil uji aplikasi panel juga diketahui bahwa lebih banyak
responden yang memilih opsi mengkilap pada formula I dibandingkan pada
formula II. Hal ini dipengaruhi indeks bias yang berbeda antara Hydrogented
polydecene viskositas 20 dan Hydrogenated polydecene viskositas 30.
Hydrogenated polydecene viskositas 20 memiliki indeks bias 1,457 dan
Hydrogenated polydecene viskositas 30 memiliki indeksi bias 1,454. Semakin
tinggi indek bias maka akan semakin baik dalam memantulkan cahaya sehingga
akan terlihat lebih berkilau. Sifat ini mempengaruhi kilau, baik kilau dari aplikasi
maupun kilau dari badan lipstik.
Universitas Indonesia
5.1 KESIMPULAN
1. Titik leleh lipstik formula I tidak berbeda jauh dengan titik leleh lipstik
formula II. Formula I memiliki karakteristik aplikasi daya sebar yang
merata, terasa berat, mengkilap, lembab, dan melekat pada bibir. Formula
II memiliki karakteristik aplikasi daya sebar yang merata, terasa ringan,
mengkilap, lembab, dan melekat. Formula II yang menggunakan
Hydrogenated polydecene viskositas 30 lebih disukai daripada formula I
yang menggunakan Hydrogenated polydecene viskositas 20.
2. Formula I menghasilkan jenis lipstik semi-gloss (moist) dan formula II
menghasilkan jenis lipstik satin.
5.2 SARAN
1. Hydrogenated Polydecene viskositas 20 dapat digunakan untuk
mendapatkan lipstik semi-gloss (moist) dan Hydrogenated polydecene
viskositas 30 dapat digunakan untuk mendapatkan jenis lipstik satin.
2. Penambahan emolien harus diperhitungkan dengan kadar atau jumlah
serta komposisi yang tepat guna dihasilkan kosmetika yang baik.
Penambahan emolien yang terlalu banyak dapat memberikan efek
berminyak pada bibir dan rasa berat pada aplikasinya di bibir.
3. Diujikan kembali pengaruh viskositas Hydrogenated polydecene terhadap
kemampuan mendispersikan warna dengan menggunakan formula yang
berbeda.
4. Penelitian dilanjutkan dengan uji stabilitas guna mengetahui pengaruh
penggunakan emolien dengan viskositas berbeda terhadap stabilitas lipstik.
5. Kriteria uji aplikasi panel lebih di seleksi agar hasil uji aplikasi panel valid
dan dapat meninjau segi marketing.
35 Universitas Indonesia
Paye M, A’O Barel, dan HI Maibach. (2001). Handbook of Cosmetic Science and
Technology. New York: Marcel Dekker.
Rieger, Martin M. (Ed.). (2000). Harry Cosmeticology (8th ed.). New York:
Chemical Publishing, Co.Inc.
The Nisshin Oillio Group, Ltd. (2009). Formulation Guide for Cosmetics. Japan:
The Nisshin Oillio Group.
The Nisshin Oillio Group, Ltd. (2010). Raw Materials for the Cosmetics Industry.
Japan: The Nisshin Oillio Group.
Tranggono, Iswari, Retno dan Latifah, Fatma. (2008). Buku Pegangan Ilmu
Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
36 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(a)
(b)
(a)
(b)
Universitas Indonesia